potensi tambang di sultra

8
Jakarta, EnergiToday -- Sektor pertambangan provinsi Sulawesi Tenggara cukup potensial dan menjadi perhatian investor nasional maupun asing yang bergerak di bidang pertambangan. Sulawesi Tenggara memiliki kandungan tambang yang sangat potensial dan telah banyak perusahaan yang telah melakukan eksplorasi utamanya kabupaten Buton, Konawe, Konawe Utara, dan kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Hal ini membuktikan bahwa Sulawesi Tenggara memilki potensi pertambangan yang dapat diandalkan, namun belum dioptimalkan pemanfaatannya. Potensi pertambangan yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara diantaranya adalah Tambang aspal di Kabupaten Buton, Tambang nikel di kabupaten Kolaka, Konawe Utara dan Konawe, potensi tambang marmer, batu granit dan krom tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dan untuk potensi tambang minyak di Kabupaten Buton Utara dan Buton. Khusus untuk tambang aspal, beberapa perusahaan memegang kuasa pertambangan (KP) untuk melakukan eksplorasi. Herry Asiku Ketua Kadin Provinsi Sulawesi Tenggara mengharapkan para pemegang Kuasa Pertambangan sebaiknya tidak terlalu lama melakukan eksplorasi yang sampai bertahun tahun lamanya dan disarankan tahap eksplorasi cukup dalam 1 sampai 3 tahun lamanya dan setelah itu telah dapat melakukan eksploitasi. Ketertarikan investor cukup banyak untuk berinvestasi di sektor pertambangan Sulawesi Tenggara, pemerintah daerah dapat memberikan dukungan bagi investor dengan membangun sarana dan prasrana yang dibutuhkan investor, seperti jalan, jembatan dan pelabuhan dan lainnya, serta diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat tahap eksploitasi tambang dan pada saat kegiatan investasi mulai dilaksanakan sarana yang dibutuhkan diupayakan dapat tersedia. Kadin Sulawesi Tenggara juga mengharapkan perusahaan yang akan melakukan eksploitasi dapat bermitra dengan pengusaha lokal

Upload: rizkibids

Post on 02-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Potensi Tambang Di Sultra

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Tambang Di Sultra

Jakarta, EnergiToday -- Sektor pertambangan provinsi Sulawesi Tenggara cukup potensial dan menjadi perhatian investor nasional maupun asing yang bergerak di bidang pertambangan. Sulawesi Tenggara memiliki kandungan tambang yang sangat potensial dan telah banyak perusahaan yang telah melakukan eksplorasi utamanya kabupaten Buton, Konawe, Konawe Utara, dan kabupaten lain di Sulawesi Tenggara. Hal ini membuktikan bahwa Sulawesi Tenggara memilki potensi pertambangan yang dapat diandalkan, namun belum dioptimalkan pemanfaatannya.

Potensi pertambangan yang dimiliki oleh Sulawesi Tenggara diantaranya adalah Tambang aspal di Kabupaten Buton, Tambang nikel di kabupaten Kolaka, Konawe Utara dan Konawe, potensi tambang marmer, batu granit dan krom tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara dan untuk potensi tambang minyak di Kabupaten Buton Utara dan Buton. Khusus untuk tambang aspal, beberapa perusahaan memegang kuasa pertambangan (KP) untuk melakukan eksplorasi.

Herry Asiku Ketua Kadin Provinsi Sulawesi Tenggara mengharapkan para pemegang Kuasa Pertambangan sebaiknya tidak terlalu lama melakukan eksplorasi yang sampai bertahun tahun lamanya dan disarankan tahap eksplorasi cukup dalam 1 sampai 3 tahun lamanya dan setelah itu telah dapat melakukan eksploitasi.

Ketertarikan investor cukup banyak untuk berinvestasi di sektor pertambangan Sulawesi Tenggara, pemerintah daerah dapat memberikan dukungan bagi investor dengan membangun sarana dan prasrana yang dibutuhkan investor, seperti jalan, jembatan dan pelabuhan dan lainnya, serta diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat tahap eksploitasi tambang dan pada saat kegiatan investasi mulai dilaksanakan sarana yang dibutuhkan diupayakan dapat tersedia.

Kadin Sulawesi Tenggara juga mengharapkan perusahaan yang akan melakukan eksploitasi dapat bermitra dengan pengusaha lokal Sultra dan hal ini dimaksudkan agar terjadi proses alih teknologi di sektor pertambangan. Kehadiran investasi di suatu daerah juga diharapkan akan membuka lapangan kerja baru dan masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa untuk melakukan investasi di bidang pertambangan, terdapat prosedur standar yang harus diikuti dan untuk pengendalian dan pengelolaan lingkungan di sekitar tambang tetap merupakan perhatian utama.

Jejak Sejarah Pertambangan Sultra

Seperti diketahui, sejarah pertambangan nikel di Kabupaten Kolaka (sebagai mana diulas Harian Kompas) bermula pada tahun 1909 EC Abendanon, seorang ahli geolog asal Belanda, menemukan bijih nikel di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Eksplorasi bijih nikel sendiri baru dilaksanakan pada tahun 1934 oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tole Maatschappij.

Page 2: Potensi Tambang Di Sultra

Pengapalan pertama 150.000 ton hasil tambang itu dilakukan OBM empat tahun kemudian ke negara Jepang. Nikel dimanfaatkan sebagai penyalut karena tahan karat dan keras. Percampuran antara nikel dengan tembaga misalnya, digunakan untuk membuat sendok dan garpu.

Dalam perkembangan sejarah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 1960 dan Undang-Undang (UU) Pertambangan Nomor 37 Tahun 1960, Pemerintah RI mengambilalih penambangan tersebut dan berdirilah PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI). Penambangan logam putih berlambang kimia Ni ini, kemudian terbukti memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Saat Sultra berupaya menjadi daerah otonom yang lepas dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), sumber daya alam Kabupaten Kolaka itu diyakini mampu menjadi sumber ekonomi untuk mengelola rumah tangga sendiri.

Wilayah di jazirah tenggara Pulau Sulawesi itu kemudian ditetapkan menjadi provinsi baru, melalui UU No 13/1964. Dalam logo provinsi yang berhari jadi tanggal 27 April ini terdapat warna coklat sebagai lambang tanah yang mengandung nikel di Kabupaten Kolaka. Waktu terus bergulir. PT Per-tambangan Nikel Indonesia di-merger dengan enam perusahaan negara lainnya seperti PN Logam Mulia pada 5 Juli 1968 dan berubah menjadi PT Aneka Tambang. Areal kuasa pertambangan di Pomalaa ini-yang mencatatkan sahamnya di pasar modal pada tahun 1997-luasnya 8.314 hektar. Selain bijih nikel, perusahaan ini juga memproduksi feronikel atau feni yang merupakan paduan logam antara nikel dan besi (fero).

Tahun 2008 dihasilkan feronikel sekitar 10.000 ton nikel dan sekitar tiga juta wmt (wet metric ton) bijih nikel. Bijih nikel dipasarkan ke Je-pang dan Australia. Sedangkan feronikel dalam bentuk batangan logam atau ingot dijual ke negara Jerman, Inggris, Belgia, dan Jepang. Harga jualnya ber-dasarkan pada harga logam internasional yang mengacu pada London Metals Exchange (LME). Feronikel hasil penambangan perusahaan yang ber-kantor pusat di Jakarta ini, tahun lalu dihargai 3,73 dollar Amerika Serikat (AS) per pon. Sedangkan untuk bijih nikel tergantung pada tinggi rendah kadarnya.

Layaknya produk tambang yang memiliki nilai jual tinggi seperti minyak bumi dan emas, negara lalu mengklaim nikel sebagai miliknya. Tidak mengherankan bila hasil penjualan ke-kayaan daerah berlambang burung raksasa ini lebih menggembungkan pundi-pundi uang pemerintah pusat dibandingkan kas daerahnya sendiri. Usaha pertambangan dan penggalian berada di peringkat keempat dari sembilan lapangan usaha yang ada.

Kontribusinya pada tahun 2000 sekitar Rp 163 milyar atau 8,66 persen dari seluruh kegiatan ekonomi senilai Rp 1,9 trilyun. Meskipun begitu, harus diakui, kehadiran badan usaha berusia 33 tahun ini menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Dari kegiatan perusahaan ini di Pomalaa, setiap bulan kas daerah menerima pajak pemanfaatan air bawah tanah dan per-mukaan rata-rata Rp 30 juta. Jumlah kas juga bertambah dari perolehan pajak penerangan jalan sebesar Rp 100 juta per bulan.

Meskipun memiliki bijih nikel berkualitas ekspor, bahan tambang ini tidak lantas menjadi usaha terbesar Kolaka. Pertanian merupakan lapangan usaha terbesar masyarakat kabupaten di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara ini. Sektor ini mampu menyerap 76.734 orang tenaga kerja.

Page 3: Potensi Tambang Di Sultra

Total kegiatan ekonomi yang dihasilkan tahun 2000 besarnya Rp 765,2 milyar. Dari jumlah itu, separuhnya diperoleh dari kegiatan usaha di bidang perkebunan. Lahan perkebunan kabupaten yang terdiri dari pegunungan dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan, terbanyak di-gunakan untuk areal tanaman kakao.

Sayangnya harga jual kakao atau kokoa-sebutan lain untuk tanaman cokelat-tidak stabil. Setelah sempat mencapai harga Rp 28.000 per kilogram pada tahun 1998, harga kakao jatuh. Harga per kilogram tahun 1999 turun enam ribu rupiah. Setahun kemudian menjadi dua belas ribu rupiah per kilogram dan tahun 2001 hanya Rp 8.000.

Penurunan ini ditengarai karena berkurangnya permintaan akan komoditas kakao, atau dikarenakan ulah para pedagang yang kebanyakan datang dari Makassar dan Surabaya untuk memperbanyak keuntungan. Mereka membeli langsung hasil kebun itu dari para petani. (zenithsca)

Komentar ditutup

Potensi Bitumen Padat Pulau Buton sebagai Potensi Energi Pengganti Bahan Bakar Minyak

Bahasa Indonesia: Lokasi Kabupaten Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara Kategori:Peta penunjuk posisi di Indonesia (Photo credit:

Wikipedia)

Istilah Bitumen padat (oil shale bahkan aspal) adalah merujuk kepada batuan sedimen yang mengandung material bituminous yang padat dan dapat dilepaskan menjadi minyak cair manakala batuan tersebut dipanaskan (bartis, 2005).Oil shale is a sedimentary rock containing organic matter, kerogen, and belongs to the group of sapropel fuels (ots, 2007). Untuk mengambil minyak dari bitumen padat maka batuan sedimen yang umumnya berukuran butir pasir hingga lanau dipanaskan dan akan menghasilkan cairan yadng cairan tersebut akan ditangkap yang dikenal dengan istilah retoring.

Page 4: Potensi Tambang Di Sultra

Potensi SultraSultra dengan potensi aspal alamnya yang terkenal di dunia selain aspal alam di afrika. menjadikan sultra memiliki potensi bahan bakar fosil yang cukup besar. Potensi aspal alam di sultra yang terletak di pulau buton dengan jumlah cadangan 2.663.648.000 M3 atau setara sekitar 3.835.653.120 ton (DESDM Prov.Sultra,2011). Jika disetarakan dengan jumlah energi yang dapat dihasilkan sekitar tatanan geologi pulau buton sendiri didapatkan potensi aspal (bitumen padat) di buton setelah dilakukan studi geokimia hidrokarbon pada conto batu aspal Fm. Sampolakosa dari daerah Lawele dan daerah Sampolawa, bitumen padat/oil shale dari Fm. Winto dari daerah Sampolawa dan minyak rembesan/oilseeps pada Fm. Tondo daerah Kapontori. Ini semua memberikan gambaran potensi hidrokarbon pada daerah sultra sangat prospek.

Peta Sebaran Potensi Aspal di Pulau ButonBerdasarkan analisis kandungan hidrokarbon (minyak) untuk formasi winto kandungan minyaknya sekitar 20 - 130 liter/ton dan formasi tondo kandungan minyaknya 70 - 190 liter/ton (Asep Suryana, 2005).jika cadangan 3.835.653.120 ton tadi mengandung 20 liter minyak/tonnya maka kita bisa memiliki cadangan minyak 76.713.062.400 liter.Bayangkan kebutuhan energi di Indonesia saja perlu bahan bakar minyak (BBM) sekitar 63 milyar liter per tahun dan Sulawesi tenggara memerlukan BBM sekitar 412.489.000 liter (BPH Migas, 2012).Jadi seandainya potensi bitumen padat(asphalt) buton 30% cadangan di refining sebagai hidrokarbon (heavy oil) maka sultra memiliki sumber energi kurang lebih 23.013.918.720 liter. ini menunjukkan dari daerah ereke dengan ladang bitumen seluas 1000 ha saja kebutuhan energi sultra akan dapat dipenuhi hingga 55 tahun lamanya.Sungguh suatu potensi bahan bakar yang cukup tinggi dan menjanjikan bagi kebutuhan energi di Sulawesi Tenggara.beberapa negara telah mengekploitasi bitumen padat tercatat di tahun 2008 negara seperti brasil, cina estonia dan jerman serta rusia telah berekperimen didalam pengembangan production plant dari bitumen padat ini. hasilnya digunakan sebagai minyak bakar untuk pembangkit listrik, pabrik semen, dan industri kimia (Wikipedia).Data komite Energi Dunia (WEC) dalam tahun 2008 total produksi dari bitumen padat sekitar 930.000 ton atau setara 17.700 barrel/hari bandingkan dengan produksi minyak dan gas alam cair pada tahun yang sama sekitar 3,95 milyar ton atau 82,12 juta barrel/hari. Maka potensi pasar bitumen padat didalam mensubtitusi minyak bagi kebutuhan energi masa depan sangat menjanjikan.

Page 5: Potensi Tambang Di Sultra

Teknologi pemurnian (refiniry)Untuk mengekstraksi bitumen padat dari batuan sedimen maka langkah pertamanya adalah menambangnya. Ada 2 metode penambangan yang dapat digunakan yaitu : Underground mining dan Surface mining.Mengekstraksi bitumen padat pada saat ini menggunakan dua pendekatan yaitu : ekstraksi di atas permukaan (ex-situ processing) dan ekstraksi di bawah permukaan (in-situ processing).kedua proses ini menggunakan proses kimia yang di kenal dengan nama pyrolisis, yaitu merubah kerogen didalam bitumen padat menjadi syntetic crude oil dan gas.Caranya panas (>900°F) pada saat pyrolisis akan membuat crack kerogen sehingga melepaskan hidrokarbon dan hidrokarbon sendiri akan crack menjadi molekul hidrokarbon yang ringan.kedua pendekatan tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun teknologi tentang kedua pendekatan tersebut telah ada komersialisasinya seperti Kiviter,Galoter,Fushun,dan Petrosix.

Masalah Lingkungan dalam Pengembangan Bitumen Padat Pertambangan adalah kegiatan yang pasti memiliki dampak langsung terhadap lingkungan terutama jika tambang tersebut adalah tambang terbuka.Demikian pula untuk tambang bitumen padat maka isu lingkungan yang paling utma adalah material logam, dan sulfur yang terekspose ke udara akibat penambangan, polusi udara dan polusi air tanah akan menjadi isu-isu yang sensitif. Perbedaan cukup signifikan hasil emisi Carbon monoksida (CO) dan carbon diokside (CO2) dari bitumen padat lebih rendah dibandingkan gasolin, tetapi tinggi dalam nitrogen oxides (NOx) dan kadar partikel abu. kita ketahui bersama bahwa NOx adalah penyebab utama dari ground-level ozone pollution (smog).

Pemanfaatan bitumen padat untuk pembangkit listrikKita dapat mengambil pelajaran berharga dari negara Estonia. Sebuah negara di kawasan baltik eropa utara dengan luas wilayah 45.227 km2 dengan jumlah penduduk 1,34 juta jiwa merupakan penduduk tersedikit di negara Uni eropa. Namun memiliki pedapatan perkapita yang besar dengan fokus utamanya adalah sebagai ekportir energi listrik bagi negara-negara di eropa utara atau ex-soviet. Pertama menggunakan bitumen padat sebagai bahan bakar lokomotif setelah pada tahun 1924 mereka membangun the Tallinn Power Plant dengan kapasitas terpasangnya 23 MW. selanjutnya pada tahun belakangn ini banyak dibangun oil shale-fired power plants di daerah utara Estonia seperti Püssi, Kohtla, Kunda, dan Kiviõli.Dengan teknologi yang berkembang baik seperti oil shale PF technology di Kohtla-Järve Power Plant yang beroperasi sejak tahun 1949 dengan kapasitas 48 MW, dan Ahtme Power Plant, yang beroperasi sejak tahun 1951 dengan kapasitas 75.5 MW.

Sulawesi tenggara jika ingin dibandingkan dengan Estonia, dimana kedua daerah ini memiliki cadangan bitumen padat yang signifikan besarnya memang tidaklah realistik namun idealnya dengan potensi yang ada sudah selayaknya Sulawesi tenggara sebagai bagian dari NKRI memiliki arah pengembangan energi berdasarkan kekayaan alamnya, sehingga harapannya kelak terciptanya ketahanan energi Sulawesi tenggara yang akan turut serta memberikan andil dalam penciptaan ketahanan energi nasiona. Jika energi kita kuat maka fungsi strategis sebagai tuntutan

Page 6: Potensi Tambang Di Sultra

fungsi pertahanan dan keamanan, konservasi energi dan peningkatan cadangan energi nasional (cadangan minyak nasional) dapat terwujud.

Mari majukan potensi geologi sultra sebagai salah satu penggerak kesejahteraan masyarakt sultra, indonesia bahkan umat dunia....amin