analisis anggaran pemerintah - apbd sultra

28
TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PEMERINTAH ANALISIS ANGGARAN PEMERINTAH Studi Kasus : APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011 - 2013 KELOMPOK II 1. Ahmad Fadillah (2) 2. Arco Priyo Dirgantoro (6) 3. Basrifan Arief Bakti (10) 4. Kadek Maharta Kusuma (19) 5. Putri Yanti (26) PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KELAS 7A BPKP SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2014

Upload: arcopiero

Post on 29-Dec-2015

873 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PEMERINTAH

ANALISIS ANGGARAN PEMERINTAH

Studi Kasus : APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2011 - 2013

KELOMPOK II

1. Ahmad Fadillah (2) 2. Arco Priyo Dirgantoro (6) 3. Basrifan Arief Bakti (10) 4. Kadek Maharta Kusuma (19) 5. Putri Yanti (26)

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI KELAS 7A BPKP SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2014

Page 2: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

A. Pendahuluan

Anggaran merupakan instrument penting bagi pemerintah untuk merencanakan

langkah-langkah financial serta menentukan kebijakan Negara di periode yang

akan datang. Anggaran merupakan salah satu aspek penting dalam

merencanakan keputusan yang akan diambil oleh pemerintah suatu negara

sehingga apabila terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan dalam penganggaran

dapat berakibat buruk bagi negara. Dalam hal ini, anggaran yang disusun harus

meliputi anggaran yang berlandaskan pada prinsip efisiensi yaitu dengan

menggunakan nilai input tertentu untuk menghasilkan nilai output dan outcome

yang terbaik.

Secara Umum Anggaran mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai pedoman dalam mengelola negara dalam periode tertentu;

2. Sebagai alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap kebijakan

yang telah dipilih oleh pemerintah;

3. Sebagai alat pengawasan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah

dalam melaksanakan kebijakan yang telah dipilih.

Seperti yang kita ketahui bahwa manfaat dari anggaran yaitu sebagai alat

perencanaan dan alat pengendalian untuk hasil yang efektif dan efisien. Melalui

paper ini kami berusaha menyampaikan beberapa analisis mengenai anggaran

yang dapat digunakan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan

anggaran tersebut. Dalam paper ini, kami akan menganalisis data anggaran

pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Anggaran 2011, 2012, dan 2013.

B. Analisis Vertikal

Analisis vertikal laporan keuangan dilakukan dengan membandingkan masing –

masing pos dalam periode berjalan dengan jumlah total pada laporan yang

sama. Hal ini dapat bermanfaat untuk menyoroti hubungan yang signifikan dalam

laporan keuangan.

Metode Analisis Vertikal dikenal juga dengan istilah Metode Analisis Statis

karena hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu instansi

pemerintah pada tahun (periode) yang sama, sehingga memperlihatkan

persentase suatu pos terhadap pos lainnya. Analisis persentase per komponen

bertujuan untuk mengetahui kontribusi suatu pos dalam bentuk angka total.

Angka ini dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh pos tersebut bagi

Page 3: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

instansi pemerintah tersebut. Dengan demikian besaran angka ini seharusnya

digunakan sebagai dasar mengarahkan, mengalokasikan, dan mengendalikan

sumber daya yang dimiliki suatu instansi pemerintah untuk menghasilkan output

yang optimal bagi kementerian instansi pemerintah yang bersangkutan.

Teknik yang digunakan dalam analisis vertikal adalah:

1. Analisis Common-Size Financial Statements

Analisis ini dilakukan dengan menunjukkan pos-pos dalam laporan keuangan

sebagai persentase dari pos dasar (pos dengan nilai 100%). Contohnya

persentase belanja pegawai terhadap total belanja yang dikeluarkan pemda.

Hasil perhitungan ini selanjutnya dianalisis apakah belanja pegawai terlalu

besar sehingga belanja untuk pelayanan pada masyarakat porsinya lebih

sedikit, dan seterusnya.

2. Analisis Rasio (Ratio Analysis)

Analisis rasio dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara dua pos.

Rasio ini diperoleh dengan membagi angka suatu pos dengan angka pos

lainnya, misalnya analisis rasio derajat desentralisasi, rasio belanja operasi

terhadap total belanja, dan sebagainya.

Dalam analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), analisis

vertikal dipisahkan antara anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Analisis

dilakukan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Anggaran 2013.

1. Analisis Vertikal Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara

Komposisi Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

sampai dengan jenis pendapatan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Anggaran Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 dan 2013

URAIAN 2012 2013

PENDAPATAN 1.857.752.225.122,00 1.951.960.636.640,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH 545.728.695.356,00 502.594.985.095,00 Pendapatan Pajak Daerah 285.298.708.076,00 375.684.854.808,00 Hasil Retribusi Daerah 20.284.827.529,00 24.200.959.800,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 25.150.009.655,00 23.821.679.810,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 214.995.150.096,00 78.887.490.677,00 DANA PERIMBANGAN 1.009.154.179.766,00 1.141.325.359.545,00

Page 4: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

URAIAN 2012 2013

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 104.236.508.766,00 107.022.848.545,00 Dana Alokasi Umum 870.257.871.000,00 981.035.741.000,00 Dana Alokasi Khusus 34.659.800.000,00 53.266.770.000,00 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 302.869.350.000,00 308.040.292.000,00 Pendapatan Hibah 0,00 5.803.792.000,00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 302.869.350.000,00 302.236.500.000,00

Dari data di atas, struktur anggaran pendapatan dalam APBD Pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013 bisa digambarkan sebagai berikut:

Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi oleh Dana Perimbangan

sebesar 58,47%. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Selatan hanya

berkontribusi sebesar 25,75% dari seluruh pendapatan. Sementara sebesar

15,78% merupakan Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Selain itu, beberapa hal yang dapat kita analisis secara vertikal antara lain:

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah ditunjukan rasio total PAD terhadap total

pendapatan.Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah PAD

dengan jumlah pendapatan transfer dari pemerintah pusat. Semakin tinggi

angka rasio ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan

daerahnya.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah = Total PAD

Total PendapatanDaerah

Dalam hal ini, rasio kemandirian keuangan daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah sebesar 25,75%. Berdasarkan analisis yang dilakukan,

25,75%

58,47%

15,78%

Gambar 1. Struktur Anggaran Pendapatan 2013

PENDAPATAN ASLI DAERAHDANA PERIMBANGAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Page 5: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

terlihat bahwa pada tahun 2013 kemampuan memperoleh PAD Pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara untuk membiayai belanja daerah masih belum

maksimal. Perlu dilakukan peningkatan potensi PAD yang masih bisa digali

lagi agar belanja daerah bisa lebih banyak berasal dari PAD sehingga

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara bisa dikatakan sebagai daerah

dengan keuangan yang mandiri.

b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah ditunjukan rasio pendapatan transfer

terhadap total pendapatan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan jumlah

pendapatan transfer yang diterima pemerintah daerah yang bersangkutan

dari pemerintah pusat/provinsi dengan total pendapatan yang diperoleh pada

periode tersebut. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan semakin besar

tingkat ketergantungan pemda terhadap pemerintah pusat dan/atau

pemerintah provinsi.

Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

= Total Pendapatan Transfer

Total PendapatanDaerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah sebesar 58,47%. Dari persentase tersebut terlihat bahwa

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara masih tergantung kepada transfer

dari Pemerintah Pusat untuk membiayai belanja yang dilakukan. Hal ini

menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara masih memiliki

ketergantungan kepada pemerintah pusat.

2. Analisis Vertikal Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

Komposisi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sampai

dengan jenis belanja adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Anggaran Belanja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 dan 2013

URAIAN 2012 2013

BELANJA 2.056.564.248.649,47 2.176.892.463.186,87 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.263.318.613.706,47 1.204.401.909.158,87 Belanja Pegawai 470.112.147.054,00 509.073.200.879,00 Belanja Hibah 29.090.088.000,00 29.301.027.000,29 Belanja Bantuan Sosial 406.341.753.761,00 307.271.500.000,00 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 104.260.188.596,00 236.174.768.584,01

Page 6: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

URAIAN 2012 2013

dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik

240.162.126.190,00 111.402.782.340,00

Belanja Tidak Terduga 13.352.310.105,47 11.178.630.355,57 BELANJA LANGSUNG 793.245.634.943,00 972.490.554.028,00 Belanja Pegawai 75.277.862.383,00 71.810.486.285,00 Belanja Barang dan Jasa 304.259.461.251,00 297.350.363.226,00 Belanja Modal 413.708.311.309,00 603.329.704.517,00

Berdasarkan jenis belanja tersebut, anggaran belanja Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara terdiri dari Belanja Pegawai (langsung maupun tidak

langsung), Belanja Hibah, Belanja Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja

Bantuan Keuangan, Belanja Tidak Terduga, Belanja Barang dan Jasa, dan

Belanja Modal.

Struktur anggaran per jenis belanja tersebut bisa dilihat pada gambar berikut:

Dari diagram di atas, Belanja Modal mendapat porsi terbesar dalam anggaran

belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 yaitu sebesar

27,72%. Hal ini menunjukkan prioritas belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara adalah melakukan investasi dalam bentuk barang modal. Tetapi

porsi Belanja Pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara juga cukup

besar yaitu 26,68% dari total belanja. Besarnya belanja pegawai ini dapat

membebani daerah karena anggaran ini bersifat wajib. Jika Pemerintah

Belanja Pegawai26,68%

Belanja Hibah1,35%Belanja Bantuan

Sosial14,12% Belanja Bagi Hasil

Kepada Provinsi/Kabupaten/

Kota dan Pemerintah Desa

10,85%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan

Desa dan Partai Politik5,12%

Belanja Tidak Terduga0,51%

Belanja Barang dan Jasa13,66%

Belanja Modal27,72%

Gambar 2. Struktur Anggaran Belanja 2013

Page 7: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Provinsi Sulawesi Tenggara tidak melakukan perencanaan penerimaan

dengan baik dan memperhatikan analisis kebutuhan pegawai riil, belanja

pegawai ini bisa meningkat bahkan melebihi anggaran belanja modal.

C. Analisis Horizontal

Dalam metode ini, analisis dilakukan dengan cara membandingkan data

keuangan selama lebih daru satu periode laporan keuangan, sehingga nampak

pos-pos yang berubah cukup besar selama periode tersebut. Jenis-jenis teknik

analisis horizontal adalah:

1. Comparative Financial Statement, yaitu analisis dengan menampilkan laporan

keuangan selama dua atau lebih periode laporan, kenaikan dan penurunan

tiap pos, dan persentase perubahan terhadap periode sebelumnya;

2. Trend Analysis, yaitu analisis dengan membandingkan data pos-pos dalam

laporan keuangan tertentu selama beberapa tahun. Jika dinyatakan dalam

persentase, dipilih satu periode sebagai periode dasar (100%).

Berikut ini analisis horizontal yang dilakukan pada pos-pos dalam APBD Provinsi

Sulawesi Tenggara.

1. Analisis Penerimaan

1) Pendapatan Asli Daerah

Anggaran Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan. Hal ini

ditunjukkan dengan tren penurunan pendapatan asli daerah dari tahun

0,00

200.000.000.000,00

400.000.000.000,00

600.000.000.000,00

800.000.000.000,00

1.000.000.000.000,00

1.200.000.000.000,00

2011 2012 2013

Pendapatan Asli Daerah

Dana Perimbangan

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Page 8: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

2011 sampai dengan tahun 2013 dengan jumlah masing-masing

Rp545.883.598.813,00; Rp545.728.695.356,00; dan

Rp502.594.985.095,00.

Penurunan dirasakan di pos-pos Hasil Retribusi Daerah, Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Hal ini disebabkan adanya penurunan

kinerja pada pencapaian target pendapatan asli daerah pada tahun 2011

yang mengakibatkan penurunan penganggaran pada tahun-tahun

berikutnya. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh penghapusan

objek retribusi jasa ketatausahaan yang tersebar di seluruh SKPD dan

juga menurunnya nilai sumbangan pihak ketiga yang mempengaruhi pos

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Satu-satunya pos PAD yang mengalami kenaikan adalah Pendapatan

Pajak Daerah yang mengalami trend kenaikan dari tahun 2011 sampai

dengan tahun 2012, masing-masing sebesar Rp214.927.653.133,00;

Rp285.298.708.076,00; dan Rp375.684.854.808,00.

2) Dana Perimbangan

Anggaran Dana Perimbangan mengalami kenaikan dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2013 dengan jumlah masing-masing

Rp799.080.259.908,00; Rp1.009.154.179.766,00; dan

Rp1.141.325.359.545,00. Peningkatan paling signifikan terdapat pada pos

Dana Alokasi Umum.

3) Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Anggaran Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mengalami trend

peningkatan yang sangat signifikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun

2013, masing-masing sebesar Rp38.728.571.000,00;

Rp302.869.350.000,00 dan Rp308.040.292.000,00.

Page 9: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

2. Analisis Belanja

1) Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013

berturut-turut adalah Rp768.634.977.109,00; Rp1.263.318.613.706.,47

dan Rp1.204.401.909.158,87. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara telah berusaha menekan angka belanja tidak

langsung pada Tahun 2013 meski jumlahnya tidak signifikan.

Penurunan paling signifikan terdapat pada Belanja Bantuan Keuangan

Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik

yang ditunjukkan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, masing-

masing sebesar Rp279.903.382.315,00; Rp 240.162.126.190,00 dan Rp

111.402.782.340,00.

Belanja Bantuan Sosial mengalami fluktuasi dalam penganggarannya. Hal

ini ditunjukkan pada tahun 2011 sampai tahun 2012 masing-masing

sebesar Rp19.023.250.000,00; Rp 406.341.753.761,00 dan

Rp307.271.500.000,00.

Belanja Pegawai menunjukkan tren meningkat dalam penganggarannya

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 masing-masing sebesar

Rp352.034.096.326,00; Rp470.112.147.054,00 dan

Rp509.073.200.879,00. Hal ini disebabkan kenaikan tunjangan pegawai

dan penerimaan CPNS Provinsi Sulawesi Tenggara.

0,00

200.000.000.000,00

400.000.000.000,00

600.000.000.000,00

800.000.000.000,00

1.000.000.000.000,00

1.200.000.000.000,00

1.400.000.000.000,00

2011 2012 2013

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Page 10: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

2) Belanja Langsung

Belanja Langsung mengalami tren peningkatan dalam periode 2011

sampai dengan tahun 2012, meski sempat mengalami penurunan yang

tidak terlalu signifikan pada tahun 2012, masing-masing sebesar

Rp799.188.949.214,00; Rp793.245.634.943,00 dan

Rp972.490.554.028,00.

Seluruh pos-pos Belanja Langsung yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang

dan Jasa dan Belanja Modal mengalami tren fluktuasi dalam periode

tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Hal ini menunjukkan lemahnya

perencanaan penganggaran dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.

D. Analisis Pertumbuhan Anggaran

Analisis Pertumbuhan atas akun anggaran dilakukan dengan membandingkan

pertambahan akun anggaran pada tahun yang dinilai tingkat pertumbuhannya

dengan akun anggaran tahun sebelumnya selama periode 2 tahun, rumusnya:

Pertumbuhan Akun Anggaran =

Akun Anggaran n – Akun Anggaran n-1

X 100% Akun Anggaran n-1

Analisis pertumbuhan akun-akun anggaran ini bersumber dari APBD Pemerintah

Provinsi Sulawesi Tenggara selama 3 (tiga) tahun anggaran yaitu 2011, 2012,

dan 2013. Analisis pertumbuhan mencakup akun-akun APBD dalam kelompok

Pendapatan yaitu: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah, kelompok belanjan yaitu belanja tidak langsung

dan belanja langsung, serta pembiayaan daerah yaitu penerimaan pembiayaan

daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Berdasarkan data APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara selama 3 (tiga)

tahun di atas, diperoleh data pertumbuhan anggaran sebagai berikut:

URAIAN Pertumbuhan Anggaran

2012 terhadap 2011 % 2013 terhadap

2012 %

PENDAPATAN 474.059.795.401,00 34,26 94.208.411.518,00 5,07

PENDAPATAN ASLI DAERAH

(154.903.457,00) (0,03) (43.133.710.261,00) (7,90)

DANA PERIMBANGAN

210.073.919.858,00 26,29 132.171.179.779,00 13,10

Page 11: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

264.140.779.000,00 682,03 5.170.942.000,00 1,71

BELANJA 488.740.322.326,47 31,17 120.328.214.537,40 5,85

BELANJA TIDAK LANGSUNG

494.683.636.597,47 64,36 (58.916.704.547,60) (4,66)

BELANJA LANGSUNG

(5.943.314.271,00) (0,74) 179.244.919.085,00 22,60

PEMBIAYAAN DAERAH

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

(84.031.427.414,53) (29,14) 75.495.434.884,12 36,94

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

(98.711.954.340,00) (94,68) 49.375.631.864,72 889,73

1. Analisis Pertumbuhan Anggaran Pendapatan

Analisis pertumbuhan anggaran pendapatan adalah analisis yang

berhubungan dengan anggaran pendapatan, yang terdiri dari analisis

pertumbuhan total anggaran pendapatan, pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

1) Analisis Pertumbuhan Total Anggaran Pendapatan

Analisis pertumbuhan total anggaran pendapatan dilakukan untuk

mengetahui perubahan posisi total anggaran pendapatan tahun 2013

terhadap tahun 2012 dan 2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan total anggaran pendapatan Tahun 2012 naik

sebesar 34,26% dan pertumbuhan total anggaran pendapatan tahun 2013

naik sebesar 5,07%.

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara telah berhasil menaikkan anggaran pendapatan nya

yang cukup signifikan di tahun 2012 namun hanya sedikit di tahun 2013.

Peningkatan anggaran pendapatan ini menunjukkan adanya rencana

peningkatan kinerja pemerintah provinsi dalam optimalisasi penerimaan

daerah.

Peningkatan anggaran pendapatan akan mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah. Adanya kenaikan anggaran pendapatan akan memicu

dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih baik daripada

pertumbuhan ekonomi daerah sebelumnya dalam tahun 2013

Page 12: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

mengindikasikan ada penurunan atas nilai total anggaran pendapatannya

dibanding dengan tahun 2012.

2) Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Analisis pertumbuhan anggaran PAD dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi anggaran PAD tahun 2013 terhadap tahun 2012 dan

2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan anggaran PAD menunjukkan penurunan

sebesar -0,03% di Tahun 2012 dan penurunan sebesar -7,90% di tahun

2013.

Hal ini terjadi karena pada tahun 2011 terdapat pos Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah yang Sah yang realisasinya dibawah target, sehingga

penganggaran di tahun 2012 dan 2013 dilakukan penyesuaian

pencapaian.

3) Analisis Pertumbuhan Dana Perimbangan

Analisis pertumbuhan dana perimbangan dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi anggaran pendapatan transfer tahun 2013 terhadap

tahun 2012 dan 2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan dana perimbangan tahun 2012 naik sebesar

26,29% dan pertumbuhan dana perimbangan tahun 2013 naik sebesar

13,10%.

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam tahun 2012 mengindikasikan adanya kenaikan

yg cukup signifikan di banding tahun 2013 dalam penerimaan dana

perimbangan. Semakin meningkatnya dana perimbangan, maka tingkat

kemadirian keungan pemerintah daerah cenderung semakin menurun

serta menunjukan semakin bertambah tinggi tingkat ketergantungan

keuangan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat. Akan tetapi

secara makro peningkatan dana transfer juga akan meningkatkan

kapasitas pemerintah daerah dalam mempengaruhi perekonomian

regional dan aktivitas pada sector-sektor yang terkait dengan

pertumbuhan ekonomi.

Page 13: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

4) Analisis Pertumbuhan Lain-lain PAD Yang Sah

Analisis pertumbuhan lain-lain PAD yang sah dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi anggaran lain-lain PAD yang sah tahun 2013 terhadap

tahun 2012 dan 2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan lain-lain PAD yang sah Tahun 2012 naik

sebesar 682,03% dan pertumbuhan pendapatan lain-lain PAD yang sah

tahun 2013 naik sebesar 1,71%

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam tahun 2013 mengindikasikan adanya kenaikan

yg cukup signifikan atas anggaran pendapatan lain-lain PAD tahun 2012.

Kondisi tersebut terjadi karena masuknya dana BOS secara terpusat ke

rekening pemerintah provinsi sebelum didistribusikan ke sekolah.

2. Analisis Pertumbuhan Anggaran Belanja

Analisis pertumbuhan anggaran belanja adalah analisis yang berhubungan

akun belanja, yang terdiri dari analisis pertumbuhan anggaran total belanja,

belanja tidak langsung dan belanja langsung.

1) Analisis Pertumbuhan Total Anggaran Belanja

Analisis pertumbuhan total anggaran belanja dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi total belanja tahun 2013 terhadap tahun 2012 dan 2012

terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan total anggaran belanja Tahun 2012 naik

sebesar 31,17% dan pertumbuhan total anggaran belanja tahun 2013

naik sebesar 5,85%.

Dari kondisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara dalam tahun 2013 mengindikasikan ada

pertumbuhan/kenaikan atas nilai total anggaran belanja.

2) Analisis Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung

Analisis pertumbuhan belanja tidak langsung dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi belanja operasi tahun 2013 terhadap tahun 2012 dan

2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan belanja tidak langsung Tahun 2012 naik

sebesar 64,36% sedangakan pertumbuhan total anggaran belanja tidak

langsung tahun 2013 turun sebesar -4,66%.

Page 14: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Kondisi tersebut terjadi karena adanya kenaikan anggaran yang

signifikan pada pos belanja bantuan sosial di tahun 2012, sedangkan di

tahun 2013 pos belanja bantuan sosial mengalami pengurangan

anggaran.

3) Analisis Pertumbuhan Belanja Langsung

Analisis pertumbuhan belanja langsung dilakukan untuk mengetahui

perubahan posisi belanja modal tahun 2013 terhadap tahun 2012 dan

2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan belanja langsung Tahun 2012 turun sebesar -

0,74% sedangkan pertumbuhan total anggaran belanja langsung tahun

2013 naik sebesar 22,60%.

Kondisi tersebut terjadi karena adanaya penurunan anggaran pada pos

belanja modal di tahun 2012, sedangkan di tahun 2013 pos belanja

modal mengalami kenaikan anggaran yang signifikan.

3. Analisis Pertumbuhan Anggaran Pembiayaan

Analisis pertumbuhan anggaran pembiayaan adalah analisis yang

berhubungan akun pembiayaan, yang terdiri dari analisis pertumbuhan

anggaran penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

1) Analisis Pertumbuhan Anggaran Penerimaan Pembiayaan

Analisis pertumbuhan anggaran penerimaan pembiayaan dilakukan untuk

mengetahui perubahan posisi penerimaan pembiayaan tahun 2013

terhadap tahun 2012 dan 2012 terhadap tahun 2011.

Hasil analisis pertumbuhan anggaran penerimaan pembiayaan Tahun

2012 turun sebesar -29,14% sedangkan pertumbuhan anggaran

penerimaan pembiayaan tahun 2013 sebesar naik 36,94%.

Kondisi tersebut terjadi karena SILPA tahun anggaran sebelumnya di

tahun 2012 lebih kecil dari tahun 2011, sedangkan di tahun 2012

mengasilkan SILPA tahun berjalan yang cukup besar sehingga

menyebabkan kenaikan anggaran penerimaan pembiayaan yang

signifikan di tahun 2013.

2) Analisis Pertumbuhan Pengeluaran Pembiayaan

Analisis pertumbuhan pengeluaran pembiayaan dilakukan untuk

mengetahui perubahan posisi pengeluaran pembiayan tahun 2013

terhadap tahun 2012 dan 2012 terhadap tahun 2011.

Page 15: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Hasil analisis pertumbuhan anggaran pengeluaran pembiayaan Tahun

2012 turun sebesar -94,68% sedangkan pertumbuhan anggaran

penerimaan pembiayaan tahun 2013 naik sebesar 889,73%.

Kondisi tersebut terjadi karena adanya penurunan anggaran pada pos

penyertaan modal dan pos pembayaran pokok hutang di tahun 2012,

sedangkan di tahun 2013 pos penyertaan modal dan pos pembayaran

pokok hutang mengalami kenaikan anggaran yang signifikan. E. Analisis Kemampuan Anggaran

Anggaran yang dimiliki oleh pemerintah, yang dikenal sebagai Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD), merupakan refleksi dari

kemampuan finansial pemerintah dalam membiayai seluruh program

pembangunan dalam rangka menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu,

kualitas APBN/APBD yang baik menjadi salah satu indikator atas kualitas

keuangan negara/daerah yang baik. Penilaian atas kualitas dari APBN/APBD

dapat dilihat dalam kemampuan APBN/APBD dalam mengalokasikan dana yang

dimiliki oleh pemerintah untuk setiap program kerja instansi pemerintah.

APBN secara garis besar terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja dan

pembiayaan. Kemampuan anggaran dapat dilihat dari bagaimana seluruh belanja

pemerintah dapat didanai oleh pendapatan yang diterima serta didukung oleh

pembiayaan. Lebih jauh lagi, indikator dari kualitas anggaran tersebut dapat

dinilai dari besaran ruang fiskal (fiscal space) yang dimiliki pemerintah dalam

anggaran pada suatu periode dan besaran presentase pembiayaan dan defisit

yang diperlukan pemerintah terhadap pendapatan domestik bruto (PDB). Ruang

fiskal memiliki kaitan erat dengan kemampuan APBN untuk membiayai belanja

modal serta belanja barang jasa yang tidak terikat, sedangkan defisit memiliki

kaitan terhadap ketersediaan pembiayaan untuk mengakomodir rencana belanja

pemerintah.

Pendapatan negara secara umum terdiri dari penerimaan pajak, penerimaan

negara bukan pajak serta hibah. Data pendapatan negara dalam APBN untuk

tahun anggaran 2012-2014 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 16: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

PENDAPATAN NEGARA DALAM APBN TAHUN ANGGARAN 2012-2014 (dalam miliar rupiah)

2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pendapatan Negara 1.311.386,7 100 1.529.673,1 100 1.667.140,8 100 I. Penerimaan Dalam Negeri 1.310.561,6 99,9 1.525.189,5 99,7 1.665.780,7 99,9 1. Penerimaan Perpajakan 1.032.570,2 78,7 1.192.994,1 78,0 1.280.389,0 76,8 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

277.991,4 21,2 332.195,4 21,7 385.391,7 23,1

II. Penerimaan Hibah 825,1 0,1 4.483,6 0,3 1.360,1 0,1 Sumber: Data Pokok APBN TA 2012, 2013 dan 2014

Pada tabel di atas terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir, sumber penerimaan

negara sangat bergantung pada pajak dengan kontribusi lebih dari 75% terhadap

total pendapatan negara. Komposisi pendapatan negara yang terlalu bergantung

pada penerimaan pajak tersebut dapat berdampak kurang baik terhadap

kemampuan anggaran dalam membiayai belanja. Hal tersebut antara lain

disebabkan karena pajak merupakan faktor yang sensitif terhadap kesejahteraan

masyarakat. Hal ini mengingat pemerintah tidak dapat menetapkan tarif pajak

yang terlalu tinggi untuk mendorong perekonomian masyarakat. Selain itu,

tingginya ketergantungan pemerintah terhadap penerimaan dari sektor

perpajakan menyebabkan APBN tidak memiliki ruang fiskal yang cukup longgar

untuk membiayai belanja-belanja tidak terikat dan belanja lain-lain karena

peningkatan penerimaan dari sektor perpajakan tidak dapat dengan mudah

ditingkatkan mengingat pajak sangat berkorelasi dengan perekonomian nasional.

Dari tabel di atas juga terlihat komposisi pendapatan negara menunjukkan trend

yang positif dengan meningkatnya pendapatan negara bukan pajak dari 21,2

persen menjadi 23,1 persen.

Sedangkan dalam hal belanja negara, untuk menghitung besaran ruang gerak

pemerintah dalam melakukan intervensi fiskal, dapat diklasifikasikan menjadi

belanja mengikat dan belanja tidak mengikat. Intervensi fiskal tersebut berupa

stimulasi dari anggaran belanja negara terhadap kegiatan ekonomi masyarakat,

baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja

produktif maupun pengentasan kemiskinan.

Belanja mengikat didefinisikan sebagai belanja yang wajib dianggarkan terkait

dengan penyelenggaran operasional pemerintahan, kewajiban yang harus

dilakukan pemerintah dan belanja yang bersumber dari penerimaan PNBP dan

Page 17: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

BLU yang dapat digunakan kembali oleh Kementerian Negara/Lembaga. Dengan

demikian, belanja mengikat meliputi:

1. Belanja pegawai

2. Belanja barang operasional

3. Belanja modal operasional

4. Subsidi

5. Pembayaran bunga utang

6. Belanja lain-lain yang bersifat wajib

7. Belanja kementerian negara/lembaga yang bersumber dari penggunaan

PNBP/BLU

8. Transfer ke daerah sebagai konsekuensi pelaksanaan desentralisasi fiskal

Sementara itu, belanja tidak mengikat adalah belanja yang dapat dialokasikan

sesuai yang ruang fiskal dimiliki pemerintah (setelah pengalokasian belanja yang

bersifat wajib) sebagai pendanaan program-program pembangunan yang

ditetapkan dalam rencana kerja pemerintah. Ruang fiskal yang longgar sangat

penting dalam postur APBN karena ruang fiskal tersebut akan bermanfaat dalam

memacu perekonomian nasional melalui belanja infrastruktur pembangunan dan

belanja barang jasa pemerintah. Dengan demikian, semakin besar jumlah ruang

fiskal yang dapat dialokasikan untuk belanja tidak mengikat, menunjukkan

semakin baik kualitas dari kemampuan anggaran serta semakin besar ruang

fiskal yang tersedia, semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh pemerintah

untuk meningkatkan alokasi belanja negara pada kegiatan-kegiatan yang

menjadi prioritas nasional, seperti pembangunan proyek-proyek infrastruktur.

Data pendapatan negara, belanja mengikat dan ruang fiskal dalam APBN untuk

tahun anggaran 2012-2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3

RUANG FISKAL APBN TAHUN ANGGARAN 2012-2014 (dalam miliar rupiah)

2012 2013 2014 Pendapatan Negara 1.311.386,7 1.529.673,1 1.667.140,8 Belanja Pegawai 215.862,4 241.606,3 262.978,3 Belanja Barang OP 39.182,15 41.554,2 46.662,67 Belanja Modal OP 566,58 328,8 125,65 Belanja Subsidi 208.850,2 317.218,6 333.682,6 Pembayaran Bunga Utang 122.217,6 113.243,8 121.285,5 Belanja KL dari sumber PNBP/BLU*)

27.350,41 31.324,7 33.613,89

Transfer ke daerah 470.409,5 528.630,2 592.552,3

Page 18: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Jumlah Belanja Mengikat 1.084.438,84 1.273.906,66 1.390.900,91 Ruang Fiskal 226.947,86 255.766,44 276.239,89 % thd Pendapatan Negara 17,31 16,72 16,57 *) Belanja KL dengan sumber dana dari PNBP/BLU yang tidak termasuk komponen belanja

barang dan modal operasional Sumber: diolah dari Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Anggaran

Dari data di atas terlihat bahwa besaran ruang fiskal pada APBN dalam kurun

waktu 2012 hingga 2014 mengalami penurunan persentasenya terhadap

pendapatan negara. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pendapatan

negara untuk menciptakan sumber daya untuk belanja tidak mengikat semakin

sedikit. Artinya, anggaran semakin tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk

mengalokasikan dana bagi pembangunan tidak wajib. Terlalu besarnya

komponen belanja mengikat akan membatasi ruang gerak alokasi anggaran bagi

pembangunan baru, seperti pembangunan infrastruktur non operasional

pemerintah. Fleksibilitas fiskal yang semakin kecil tersebut apabila semakin

berlanjut akan berdampak negatif bagi pembangunan negara. Pembangunan

infrastruktur yang terhambat akan berdampak pada menurunnya perekonomian.

Salah satu jalan bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan APBN dalam

rangka memperluas ruang fiskal adalah dengan menerapkan kebijakan defisit

anggaran. Kebijakan defisit anggaran, yaitu dengan menerapkan selisih antara

penerimaan negara dan pengeluarannya yang cenderung negatif, artinya bahwa

pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya. Menurut penjelasan pasal

12 ayat 3 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, defisit APBN dinyatakan tidak

dapat melebihi sebesar 3% dari PDB dan jumlah pinjaman yang digunakan untuk

membiayai defisit tidak dapat melebihi 60% dari PDB. Defisit anggaran

diperlukan karena pemerintah perlu melakukan belanja yang lebih besar

daripada penerimaan pendapatan. Hal ini terkait dengan fungsi pemerintah

dalam menopang pertumbuhan ekonomi dan melakukan ekspansi demi

meningkatkan daya beli masyarakat.

Perkembangan besaran defisit APBN selama tahun anggaran 2012-2014 adalah

sebagai berikut:

Page 19: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Sumber: Data Pokok APBN 2012, 2013 dan 2014

Grafik di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2012 hingga 2014,

defisit dalam APBN dalm batas wajar yang ditetapkan oleh Undang-Undang

Keuangan Negara, yaitu dibawah 3% terhadap PDB. Namun demikian, defisit

pada tahun 2013 dan 2014 meningkat apabila dibandingkan tahun 2012. Hal ini

menunjukkan bahwa diperlukan pembiayaan yang lebih besar pada tahun 2014

apabila dibandingkan dengan tahun 2012. Besaran tersebut masih menunjukkan

bahwa kemampuan pendanaan anggaran selama kurun waktu 2012 hingga 2014

masih wajar dalam batasan yang ditetapkan oleh undang-undang.

1. Tahun 2011

a. Kemampuan membiayai aparatur daerah

Jumlah belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada

Tahun Anggaran 2011 adalah Rp417.314.209.928,00 atau 26,61% dari

jumlah belanja sebesar Rp1.567.823.926.323,.

Jumlah Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain pendapatan yang sah

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggaran pada tahun 2011 masing-

masing adalah Rp545.883.598.813,00 atau 39,45% dan

Rp38.728.571.000,00 atau 2,79% dari jumlah pendapatan sebesar

Rp1.383.692.429.721,00.

Porsi belanja aparatur daerah memiliki andil cukup besar dalam belanja

anggaran dengan jumlahnya yang hampir mencapai 30%. Namun

demikian, beban ini mendapat dukungan dari penerimaan asli daerah

sebagai wujud kemandirian Pemerintah Daerah dalam membiayai gaji

pegawai daerah.

1,4

1,45

1,5

1,55

1,6

1,65

1,7

1,75

2012 2013 2014

% Defisit thd PDB

% Defisit thd PDB

Page 20: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

b. Jumlah Belanja Pembangunan Daerah

Belanja Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun anggaran 2011 terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal,

dan Belanja Tak Terduga masing-masing adalah

Rp1.075.129.049.794,00, Rp487.944.876.529,00, dan

Rp4.750.000.000,00. Jumlah belanja tersebut sebesar

Rp1.567.823.926.323,00.

Jumlah pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada Tahun 2011 adalah Rp1.383.692.429.721,00.

Berdasar data tersebut diketahui bahwa jumlah belanja untuk kegiatan

pembangunan daerah lebih besar dari jumlah realisasi pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011. Realisasi

pendapatan hanya mampu mencukupi 88,25% sehingga terjadi defisit

anggaran sebesar Rp184.131.496.602,00 atau 11,74% dari realisasi

belanja.

2. Tahun 2012

a. Kemampuan membiayai aparatur daerah

Jumlah belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada

Tahun Anggaran 2010 adalah Rp545.390.009.437,00 atau 26,51% dari

jumlah belanja sebesar Rp2.056.564.248.649,47.

Jumlah Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain pendapatan yang sah

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggaran pada tahun 2012 masing-

masing adalah Rp545.728.695.356,00 atau 29,37% dan

302.869.350.000,00 atau 16,30% dari jumlah pendapatan sebesar

Rp1.857.752.225.122,00.

Porsi belanja aparatur daerah mengalami kenaikan dibanding tahun

sebelumnya. Namun demikian, beban ini masih mendapat dukungan

penuh dari penerimaan asli daerah sebagai wujud kemandirian

Pemerintah Daerah dalam membiayai gaji pegawai daerah.

b. Jumlah Belanja Pembangunan Daerah

Belanja Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun anggaran 2012 terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal,

dan Belanja Tak Terduga masing-masing adalah

Rp1.629.503.627.235.00, Rp413.708.311.309,00, dan

Page 21: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Rp13.352.310.105,47. Jumlah belanja tersebut sebesar

Rp2.056.564.248.649,47.

Jumlah pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada Tahun 2010 adalah Rp1.857.752.225.122,00.

Berdasar data tersebut diketahui bahwa jumlah belanja untuk kegiatan

pembangunan daerah lebih besar dari jumlah realisasi pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012. Realisasi

pendapatan hanya mampu mencukupi 90,33% sehingga terjadi defisit

anggaran sebesar Rp198.812.023.527,47 atau 9,66% dari realisasi

belanja.

3. Tahun 2013

a. Kemampuan membiayai aparatur daerah

Jumlah belanja pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada

Tahun Anggaran 2013 adalah Rp580.883.687.164,00 atau 26,68% dari

jumlah belanja sebesar Rp2.176.892.463.186,87.

Jumlah Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain pendapatan yang sah

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggaran pada tahun 2013 masing-

masing adalah Rp502.594.985.095,00 atau 25,74% dan

Rp308.040.292.000,00 atau 15,78 dari jumlah pendapatan sebesar

Rp1.951.960.636.640,00.

Porsi belanja aparatur daerah mengalami kenaikan dibanding tahun

sebelumnya. Namun demikian, beban ini masih mendapat dukungan

penuh dari penerimaan asli daerah sebagai wujud kemandirian

Pemerintah Daerah dalam membiayai gaji pegawai daerah.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara selalu berupaya meningkatkan penerimaan sehingga

mendukung kegiatan aparatur daerah. Pendapatan asli daerah dan lain-

lain pendapatan yang sah pada tahun 2013 mampu mendukung belanja

pegawai sebesar Rp580.883.687.164,00 atau 71,65% dari jumlah

penerimaan pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan yang sah

sebesar Rp810.635.277.095,00.

b. Jumlah Belanja Pembangunan Daerah

Belanja Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun anggaran 2013 terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal,

Page 22: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

dan Belanja Tak Terduga masing-masing adalah

Rp1.562.384.128.314.00, Rp603.329.704.517,00, dan

Rp11.178.630.355,57. Jumlah belanja tersebut sebesar

Rp2.176.892.463.186,87.

Jumlah pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

pada Tahun 2013 adalah Rp1.951.960.636.640,00.

Berdasar data tersebut diketahui bahwa jumlah belanja untuk kegiatan

pembangunan daerah lebih besar dari jumlah realisasi pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012. Realisasi

pendapatan hanya mampu mencukupi 89,66% sehingga terjadi defisit

anggaran sebesar Rp224.931.826.546,87 atau 10,33% dari realisasi

belanja.

Tingkat defisit anggaran dari tahun 2011 – 2013 sangat fluktuatif

menunjukkan kurang konsistensi dalam perancangan anggaran.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara masih bergantung pada

penerimaan yang bersumber dari pembiayaan. Baik berupa SILPA atau

pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini menyebabkan untuk

menutup defisit anggaran, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara

melakukan pembiayaan yang bersumber dari pinjaman jangka pendek

bahkan nilai pinjaman tersebut cenderung semakin meningkat setiap

tahunnya. Hal ini semakin mengurangi tingkat kemandirian pemerintah

daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah melalui

ketergantungan terhadap pinjaman pihak ketiga.

F. Analisis Penyebab dan Akibat Keterlambatan Penyusunan Anggaran

Dalam proses penyusunan anggaran terdapat beberapa tahapan. Masing-masing

tahapan membutuhkan waktu dalam prosesnya, namun biasanya terdapat

kendala yang menyebabkan penyusunan anggaran menjadi terlambat.

Keterlambatan dalam penyusunan anggaran mempengaruhi pelaksanaan

program dan kegiatan pemerintah. Anggaran dikatakan terlambat apabila tidak

sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17

Tahun 2003 pasal 15 ayat 4 bahwa pengambilan keputusan oleh DPR mengenai

Rancangan Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)

bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Sedangkan

Page 23: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

untuk APBD, sesuai pasal 20 ayat 4 bahwa pengambilan keputusan oleh DPRD

mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan selambat-

lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Tabel 4

Tahapan dan Jadwal Penyusunan APBN

Tabel 5

Tahapan dan Jadwal Penyusunan APBD

URAIAN WAKTU LAMA Penyusunan RKPD Akhir Bulan Mei Penyampaian KUA dan PPAS oleh ketua TAPD kepada kepala daerah

Minggu I bulan Juni 1 Minggu

Penyampaian KUA dan PPAS oleh kepala daerah kepada DPRD

Pertengahan bulan Juni 6 Minggu

KUA dan PPAS disepakati antara kepala daerah dan DPRD

Akhir Bulan Juli

Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman RKA-SKPD

Awal bulan Agustus 1 Minggu

Penyusunan dan Pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Rancangan APBD

Awal Agustus sampai dengan akhir September

7 Minggu

Penyampaian Rancangan APBD kepada DPRD Minggu I bulan Oktober 2 Bulan Pengambilan persetujuan bersama antara DPRD dan kepala daerah

Paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan

Hasil Evaluasi Rancangan APBD 15 hari kerja (bulan desember)

Page 24: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

Penetapan Perda APBD dan Perkada Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi

Paling lambat akhir desember (31 Desember)

Pada bagian ini akan dibahas terkait penyebab terlambatnya proses penyusunan

APBN/D. Beberapa faktor baik teknis maupun nonteknis yang berpengaruh terhadap

proses penyusunan anggaran, yaitu :

1. Faktor Teknis

1) Kesulitan dalam menentukan dan menetapkan asumsi-asumsi

perekonomian yang berkaitan dengan penganggaran. Adapun hal-hal yang

paling urgen dan menyita waktu dalam proses penyusunan anggaran yaitu:

(1) Pertumbuhan Ekonomi

Penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi sangat penting, karena hal

ini berkaitan dengan perkembangan ekonomi rakyat dan iklim

pembangunan. Menentukan asumsi membutuhkan pertimbangan

kondisi perekonomian saat ini dan perekonomian secara global.

Asumsi pertumbuhan ekonomi dilihat secara berkala dan menyatukan

beberapa persepsi kedepan. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi

yang dibuat, oleh penyusun anggaran digunakan sebagai standard dan

koefisien dalam menetapkan kebijakan ekonomi dan jumlah nilai yang

dianggarkan.

(2) Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah pendapatan perkepala dalam satu tahun,

dalam penetapan APBN pemerintah memberikan asumsi pendapatan

perkapita masyarakat. Hal ini juga berdampak pada perekonomian

masyarakat dan pengkategorian masyarakat miskin hingga kelas atas.

Disisi lain asumsi ini juga berdampak pada iklim investasi dimana pihak

investor, sektor privat yang paling terpengaruh oleh penentuan asumsi,

nantinya berpengaruh ke pembangunan dan dan tingkat pertumbuhan

ekonomi masyarakat Indonesia.

(3) Suku Bunga

Berkaitan dengan investor, suku bunga BI smenjadi instrumen dari

kebijakan moneter pemerintah untuk menarik minat para penanam

modal. Karena efek yang ditimbulkan dari penetapan nilai suku bunga

BI berbagai pertimbangan ekonomi hingga politik menjadi acuan. Hal

ini tentunya penting, mengingat suku bunga BI oleh para investor

Page 25: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

dilihat sebagai cerminan pembangunan di Indonesia dan berhubungan

dengan pendapatan perkapita suatu Negara.

(4) Kebijakan Fiskal

Salah satu perangkat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk

mencapai sasaran pembangunan adalah kebijakan fiskal. Kebijakan

fiskal mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi anggaran

untuk tujuan pembangunan, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi

dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsi

stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran

pemerintah yang bersifat autonomous, khususnya belanja barang dan

jasa serta belanja modal, dapat memberi stimulasi kepada

perekonomian untuk bertumbuh. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi

yang memanas akibat terlalu tingginya permintaan agregat, kebijakan

fiskal dapat berperan melalui kebijakan yang kontraktif untuk

menyeimbangkan kondisi permintaan dan penyediaan sumber-sumber

perekonomian. Itu sebabnya kebijakan fiskal memiliki fungsi strategis

dalam memengaruhi perekonomian dan mencapai sasaran

pembangunan.

(5) Jumlah Pengangguran

Menentukan jumlah pengangguran juga menjadi penting dalam proses

penyusunan anggaran. Karena pertimbangan ini yang akan menjadi

indikator atas keberhasilan atau efektifnya penggunaan anggaran

sebelumnya. Pengangguran sangat berkaitan dengan semua indikator,

asumsi dan elemen-elemen baik fiskal maupun moneter dalam

perekonomian suatu Negara. Yang paling dekat adalah pendapatan

perkapita, inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah

mempunyai kewajiban untuk membuka lapangan kerja bagi rakyatnya.

(6) Harga Minyak Dunia

Saat ini harga minyak di Indonesia disubsidi oleh pemerintah untuk dua

jenis BBM yaitu Premium dan Solar. Pada anggaran tahun 2012

subsidi minyak Indonesia dianggarkan Rp137 Triliun dengan asumsi

harga minyak dunia $90 perbarel. Namun dalam perjalanannya harga

minyak dunia melebihi dari asumsi pemerintah, bahkan pada bulan

Page 26: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

maret 2012 harga minyak mencapai $125 perbarel. Sehingga

pemerintah mengambil kebijakan yang mendesak yaitu APBNP pada

bulan April. Yang menghasilkan subsidi BBM dinaikan menjadi Rp. 175

Triliun. Dari kasus diatas sudah dapat dilihat betapa pentingnya

penetapan asumsi harga minyak dunia dalam APBN.

(7) Kurs Rupiah terhadap mata uang asing

Kurs rupiah merupakan yang yang paling penting dalam penetapan

APBN, ada begitu banyak faktor yang membuat kurs rupiah menjadi

sangat-sangat penting yaitu:

a. Pembayaran Hutang Negara

b. Transaksi internasional menggunakan uang asing

c. Anggaran untuk subsidi minyak

Dari 3 hal diatas kurs rupiah sangat menentukan nasib suatu Negara,

apabila salah dalam memperkirakan maka Negara itu akan mengalami

krisis keuangan.

(8) Inflasi

Inflasi adalah naiknya harga barang dalam jangka waktu yang cukup

lama. Rata-rata inflasi Indonesia berkisaran diangka 2-4% pertahun.

Inflasi erat hubungannya dengan:

a. Kebijakan pemerintah

b. Meningkatnya permintaan terhadap barang tertentu

c. Turunnya kurs rupiah

d. Naiknya harga barang tertentu seperti BBM.

Kempat hal tersebut sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat

dan berimbas pada membengkaknya anggaran suatu Negara.

2) Regulasi yang sering tumpang tindih yang membuat satuan perangkat kerja

daerah serba salah dalam menjalankan pengelolaan anggaran tahun

berjalan. Kendala regulasi yang dimaksud terjadi pada saat penyusunan

anggaran. Saat anggaran disusun satuan perangkat kerja daerah

berpedoman pada petunjuk teknis dari pemerintah pusat, namun pada saat

anggaran telah disahkan dan dijalankan, pemerintah pusat baru

mengeluarkan petunjuk teknis penyusunan anggarannya. Bahkan terkadang

petunjuk teknis tersebut berbenturan dengan program kerja yang telah

Page 27: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

ditetapkan. Tidak mungkin lagi anggaran yang sudah disahkan dibahas

ulang dengan menggunakan petunjuk teknis yang terbaru dari pemerintah

pusat.

3) Banyaknya audiensi yang dilakukan oleh tim anggaran pemerintah. Hal ini

terkait dengan pembahasan yang dilakukan di daerah untuk penyusunan

APBD Pada kondisi jaring asmara ini juga terkadang menyita waktu, yang

seharusnya tim penyusun anggaran sudah harus memulai untuk

mengerjakan sesuai dengan arahan, namun karena aspirasi rakyat yang

terus masuk membuat proses penyusunan tertunda.

4) Penerapan sistem anggaran berbasis kinerja juga mengambil andil dalam

memperlambat proses penyusunan anggaran. Unit kerja mengalami

kesulitan dalam menentukan indicator kinerja atas program maupun

kegiatan yang dibuatnya. Kondisi seperti ini memerlukan waktu

pembahasan pada level masing-masing, bahkan terkadang pembahasan

terjadi pada tiap level dan kembali di revisi jika indicator dianggap tidak

mewakili program atau kegiatan.

2. Faktor Nonteknis

1) Fungsi budgeter pada DPR/DPRD yang mewajibkan suatu anggaran harus

dibahas dan disetujui oleh legislatif. Pada dasarnya konsep ini

mencerminkan semangat demokrasi dan public interest, namun dengan

kondisi saat ini, DPR/DPRD lebih mementingkan kepentingan

individu/golongan, sehingga pembahasan anggaran oleh legislatif kental

dengan adanya unsur politik. Akibatnya pembahasan anggaran di

DPR/DPRD cenderung memakan waktu yang cukup lama.

2) Sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan dan kompetensi

yang cukup dalam melaksanakan penyusunan anggaran. Terdapat

beberapa sistem serta ketentuan sebagai pedoman dalam menyusun

anggaran yang membutuhkan waktu dan pengalaman yang cukup untuk

dapat memahami serta mengerti cara dalam melaksanakan proses

penyusunan anggaran.

3) Tidak adanya komitmen yang tinggi dalam melaksanakan penyusunan

anggaran yang tepat waktu. Dengan adanya komitmen memberikan

gambaran bagi pihak yang terlibat dalam penyusunan APBD untuk

Page 28: Analisis Anggaran Pemerintah - APBD Sultra

mengetahui secara jelas visi, misi, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai

dalam penyusunan APBD. Selain itu, melalui komitmen dapat menciptakan

motivasi dan kemauan bagi pihak penyusun APBD untuk

menyelenggarakan tahapan penyusunan APBD yang lebih baik, efektif,

efisien, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Dampak dari keterlambatan penyusunan anggaran

1) Anggaran yang terlambat dalam proses penyusunannya dapat pula

berpengaruh terhadap perekonomian, hal tersebut terjadi karena ketika

anggaran terlambat ditetapkan melebihi batas waktu yang telah ditentukan,

maka di masa anggaran belum disahkan maka aliran dana dari sektor

pemerintah akan terhambat dan itu memberikan pengaruh pada aliran uang

atau transaksi di daerah dan pada akhirnya perekonomian turut merasakan

dampak dengan adanya kelesuan ekonomi.

2) Keterlambatan percepatan pembangunan daerah khususnya untuk sektor

belanja barang dan jasa. Banyak program pemerintah seperti proyek

pembangunan fasilitas publik tertunda proses lelang dan tendernya,

sehingga pembangunan juga akan mengalami pergeseran perencanaan.

3) Pemerintah daerah akan kesulitan dalam menangani belanja operasional

daerah. Misalnya, untuk pembayaran rutin PLN, PDAM dan telpon

4) Adanya peluang untuk melakukan korupsi, hal tersebut dapat muncul

dikarenakan adanya usaha untuk mengalihkan dana yang tersisa dari

pelaksanaan program APBD ke dalam rekening pribadi (KPK,2008). Dana

yang tersisa berasal dari dana sisa anggaran program yang tidak selesai

dilakukan karena terlambat dalam pelaksanaan proses awal. Pengalihan

dana ke rekening pribadi tersebut membuka peluang terjadi penyelewengan

dana APBD untuk kepentingan pribadi sehingga terjadilah korupsi. Pada

akhirnya dampak yang muncul dari keterlambatan penyusunan APBD

tersebut merugikan masyarakat.