portofolio virologi
TRANSCRIPT
PORTOFOLIO VIROLOGI
Oleh :
Fitri Rahmawati B1J008031Anna Yulita B1J008098Aryo B1J008Adzani Ghani Ilmannafian B1J009077
Kelompok 5Rombongan I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
Virus adalah parasit intraselular obligat yang hanya mengandung satu jenis
asam nukleat saja, RNA atau DNA. Setiap virus memperbanyak diri dalam sel inang
yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang.
Siklus replikasi menghasilkan asam nukleat dan mantel protein virus dalam jumlah
yang banvak (Pelczar, 2008). Tidak hanya menginfeksi manusia, virus juga
menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan. Infeksi virus terhadap sel inang
yang dimasukinya dapat berefek ringan atau bahkan mati (Rahma, 2007).
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang
hewan dan bakteri. Salah satu perbedaan tersebut adalah mekanisme penetrasi virus
ke dalam sel inang. Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan
melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor.
Hal ini disebabkan virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus
dinding sel tumbuhan (Akin, 2006). Percobaan Koch dan peneliti-peniliti telah
membuktikan bahwa jasad renik tertentu menyebabkan penyakit tertentu pula dengan
mekanisme yang dikenal dengan Postulat Koch (Bos, 1990).
Virus hewan masuk melalui penetrasi. Newcastle Disease atau disebut juga
penyakit Tetelo merupakan penyakit viral yang sangat menular pada unggas, bersifat
sistemik yang melibatkan saluran pernafasan dan menyerang berbagai jenis unggas
terutama ayam serta burung-burung liar. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit
Newcastle Disease antara lain berupa kematian ayam ditunjukkan dengan angka
mortalitas yang tinggi 80-100 %, penurunan produksi telur pada ayam petelur,
gangguan pertumbuhan, dan penurunan berat badan pada ayam pedaging (Alexander,
1991).
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan timbul dan
1.
II. PEMBAHASAN
Metode plaque merupakan metode yang umum digunakan dalam melihat
kuantitas infeksi virus dan substansi virus. Infeksi partikel virus mengalami
multiplikasi pada area yang ditumbuhi bakteri. Sel-sel yang terinfeksi menghasilkan
zona jernih atau biasa disebut plak. Plak merupakan daerah yang jelas pada bidang
buram, mengindikasikan bakteri yang lisis oleh agen berupa virus atau antibiotik.
Plak akan terlihat pada sel-sel yang mati atau rusak. Kelebihan metode ini adalah
metode yang sederhana, mudah dilakukan dan biayanya terjangkau. Namun,
penghitungan jumlah virus yang menginfeksi tidak spesifik dikarenakan hanya
diasumsikan bahwa satu zona jernih adalah satu virus. Mekanisme terbentuknya plak
disebabkan karena virus mengalami fase lisis (Suryati, 2007).
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini (Meyer, 2000) :
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes
sebagai bahan, serta membentuk selubung protein. Maka terbentuklah beratus-
ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau
fag yang baru. Sel hospes dalam praktikum ini menggunakan E.coli.
Tidak terbentuknya plak bukan berarti virus tidak menginfeksi sel hospes,
karena virus tidak hanya mengalami fase lisis, tetapi juga mengalami fase lisogenik.
Infeksi secara lisogenik, melalui tahap berikut (Meyer, 2000):
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes
kemudian mengluarkan DNAnya kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag,
sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen
yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein reseptor yang
berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan
hospes juga mengandung profag didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-
menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.
Newcastle disease virus dapat menyerang unggas (ayam) dikarenakan virus
tersebar dimana-mana (udara, air, dan sebagainya). Virus dapat menempel pada
kandang ayam sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat mengneksi ayam melalui
udara dan masuk melalui saluran pernapasan. Ayam-ayam yang berada salam kondisi
kurang baik akan mudah terserang virus ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Admin
(2008) Infeksi oleh virus Newcastle Disease (ND) erjadi secara inhalasi . Kejadian
wabah penyakit Newcastle Disease seringkali terjadi pada kelompok ayam yang tidak
memiliki kekebalan atau pada kelompok yang memiliki kekebalan rendah akibat
terlambat divaksinasi atau karena kegagalan program vaksinasi.
Pengamatan virus tanaman berbeda dengan pengamatan virus hewan. Apabila
pengamatan virus hewan dilakukan dengan menginjeksikan virus ke dalam telur,
pengamatan virus tanaman adalah dengan menggunakan teknik Postulat Koch.
Menurut Matthews (1970), keempat kriteria Postulat Koch harus dipenuhi untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan.
Kriteria ini dikenal dengan Postulat Koch yaitu :
1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang
ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah
terinfeksi tersebut.
Daun tanaman kacang-kacangan yang diinfeksi virus menunjukkan hasil uji
positif pada pengujian Postulat Koch. Postulat Koch ini dapat membuktikan bahwa
hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada tanaman sehat akan menghasilkan
gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Berbeda
dengan gejala yang ditimbulkan oleh mikroba lain, yang tidak memberikan gejala
yang sama dengantanaman yang telah terkena penyakit. Gejala penyakit yang
ditimbulkan oleh mikroba lain biasanya adalah sistemik (Admin, 2008).
Gejala penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal
dan gejala internal. Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala
lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam
virologi dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal dapat berupa klorosis
karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel
tanaman inang. Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman
inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain
dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder (Akin, 2006).
III.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Metode plaque digunakan untuk mengetahui adanya virus pada sampel yang
melisikan bakteri. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih,
mengindikasikan bahwa ada virus yang melisiskan bakteri, sedangkan tidak
adanya zona jernih menunjukkan bahwa tida aada virus yang melisis bakteri.
2. Postulat Koch dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya agen infeksius
misalnya virus yang menyebabkan penyakit. Keempat kriteria Postulat Koch
harus dapat dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan
penyakit yang ditimbulkan.
3. Inokulasi virus hewan dapat dilakukan secara in ovo, in vivo, dan in vitro. Embrio
yang terserang Newcastle Dissease Virus ditandai dengan pembentukan lesi pada
CAM seperti timbul plak, lesi pada embrio seperti kekerdilan, perubahan warna
kaki yang menjadi kehijauan, dan perkembangan otot serta buku yang abnormal.
B. Saran
Pengulasan Eschericia coli pada saat praktikum Postulat Koch sebaiknya secara
merata agar hasil yang diperoleh maksimal. Tanaman kacang yang digunakan dalam
praktkum Postulat Koch dipastikan telah mengalami perlukaan sebelum diolesi virus
agar gejala yang timbul tampak dengan jelas. Telur yang digunakan dalam praktikum
NDV sebaiknya berasal dari tempat yang sama. Sama
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2008. Newcastle Disease Virus http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/Newcastle-Disease.html
Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta.
Alexander,D.J. 1991. ND and Other Paramyxovirus Injection in Disease of Poultry, 9th ed. Edited by Calnek, B. J., dkk. Iowa State University Press, Armes, Iowa. USA.
Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Matthews, R. E. F. 1970. Plant Virology. Academic Press, New York.
Mayer, Gene. 2000. Mirobiology And Immunology OnLine. http://pathmicro.med.sc.edu/mhunt/replicat.htm
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Rahma. 2007. Virologi (Struktur dan Taksonomi Virus). http://rahma02.wordpress.com/2007/10/31/virologi.
Suryati. 2007. Prosedur Diagnostik Dengan Metode Klasik Dan Metode Molekuler. IPB, Bogor.