makalah virologi

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus merupakan suatu jasad hidup terkecil (20-300 nm) yg ditemukan dan diakui sebagai jasad penyebab infeksi oleh Beyerinck pd th 1898. Virus berbeda dengan bakteri, salah satu perbedaan antara virus dan bakteri terletak dari susunan kimiawi yang hanya terdiri dari RNA atau DNA saja. Salah satu contoh virus yang terdiri dari RNA saja adalah famili dari golongan Otrhomyxoviridae dan Paramyxoviridae. Kedua virus ini biasa menginvasi saluran pernafasan manusia. Namun, ada juga yang menyerang kulit salah satunya adalah virus dari golongan Paramyxoviridae yaitu Morbili virus yang menyebabkan penyakit campak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai virus golongan Otrhomyxoviridae dan Paramyxoviridae. 1.2 Rumusan Masalah 1

Upload: endro-dwi-iswanto

Post on 30-Sep-2015

694 views

Category:

Documents


83 download

DESCRIPTION

virologi

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus merupakan suatu jasad hidup terkecil (20-300 nm) yg ditemukan dan diakui sebagai jasad penyebab infeksi oleh Beyerinck pd th 1898. Virus berbeda dengan bakteri, salah satu perbedaan antara virus dan bakteri terletak dari susunan kimiawi yang hanya terdiri dari RNA atau DNA saja. Salah satu contoh virus yang terdiri dari RNA saja adalah famili dari golongan Otrhomyxoviridae dan Paramyxoviridae. Kedua virus ini biasa menginvasi saluran pernafasan manusia. Namun, ada juga yang menyerang kulit salah satunya adalah virus dari golongan Paramyxoviridae yaitu Morbili virus yang menyebabkan penyakit campak.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai virus golongan Otrhomyxoviridae dan Paramyxoviridae.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan virus Otrhomyxoviridae?

2. Apa saja golongan virus Otrhomyxoviridae?

3. Bagaimanakah gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Otrhomyxoviridae?

4. Apa yang dimaksud dengan virus Paramyxoviridae?

5. Apa saja golongan virus Paramyxoviridae?

6. Bagaimanakah gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Paramyxoviridae?

1.3 Tujuan

1 Untuk mengetahui apa dimaksud dengan virus Otrhomyxoviridae.

2 Untuk mengetahui golongan virus Otrhomyxoviridae.

3 Untuk mengetahui gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Otrhomyxoviridae.

4 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan virus Paramyxoviridae.

5 Untuk mengetahui golongan virus Paramyxoviridae.

6 Untuk mengetahui gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Paramyxoviridae.

1.4 Manfaat

1 Kita dapat mengetahui apa yan dimaksud dengan virus Otrhomyxoviridae.

2 Kita dapat mengetahui golongan virus Otrhomyxoviridae.

3 Kita dapat mengetahui gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Otrhomyxoviridae.

4 Kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan virus Paramyxoviridae.

5 Kita dapat mengetahui golongan virus Paramyxoviridae.

6 Kita dapat mengetahui gejala klinik dan cara diagnostik dari penyakit akibat virus Paramyxoviridae.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1OTRHOMYXOVIRIDAE

2.1.1. Pengertian

Orthoviridae merupakan virus dari genus Orthomyxovirus. Virus ini memiliki afinitas terhadap mucin dan mucoprotein. Oleh karena itu, virus ini disebut myxovirus.

Gambar 2.1

Virus Influenza

Orthomyxovirus adalah virus RNA yang meliputi enam golongan, yaitu :

Influenzavirus A

Influenzavirus B

Influenzavirus C

Isavirus

Thogotovirus dan

Quaranjavirus.

Tiga golongan pertama diatas merupakan virus yang menyebabkan influenza pada vertebrata, termasuk burung (flu burung), manusia, dan mamalia lainnya.

Isaviruses menginfeksi salmon, sedangkan thogotoviruses menginfeksi vertebrata dan invertebrata, seperti nyamuk dan kutu laut.

Tiga genus Influenzavirus, yang menginfeksi vertebrata diindentifikasi sebagai berikut:

Influenzavirus A menginfeksi manusia, mamalia lain, dan burung, dan menyebabkan semua pandemi flu

Virus Influenza B menginfeksi manusia dan segel

Influenzavirus C menginfeksi manusia, babi dan anjing.

Penyakit influenza menyerang alat pernapasan, dapat bersifat sporadis, epidemis (membentuk wabah dalam satu daerah), atau pandemis (wabah pada beberapa negara dalam waktu bersamaan).

Gambar 2.2. Influenza A dan Influenza B

2.1.2. Sifat Virus Influenza

1. Dapat diinaktivasi pada suhu 56o C selama 30 menit, atau dengan penyinaran ultra violet, eter, formalin atau fenol. Virus ini dapat tahan terhadap pemanasan dengan penambahan MgSO4.

2. Daya infeksi virus dapat bertahan pada suhu simpan sampai -70oC.

3. Pembiakan virus paling mudah dalam telur berembrio dan paling sulit dalam biakan jaringan.

Jika untuk pertama kali virus diisolasi dari hapus tenggorok harus ditanam secara intraamnion pada telur berembrio, maka virusnya berada dalam keadaan 0 fase (original phase), artinya virus tersebut paling ganas untuk manusia tetapi tidak ganas untuk tikus meskipun disuntikan secara intra celebral.

Jika virus tadi disuntikkan secara intra amnion lalu disuntikkan lagi secara intra alantois, maka virus tersebut berubah ke dalam fase D (Derived Phase), artinya virus menjadi tidak ganas untuk manusia, tetapi menjadi sangat ganas untuk tikus jika disuntikan secara intra celebral dan menyebabkan encephalitis.

4. Virus influenza dapat mengadakan mutasi spontan.

5. Setiap virus influenza mengandung 2 antigen, yaitu :

a. V antigen, yaitu virus antigen, mengandung hemaglutinasigen yang berada dalam tubuh virus, yang terdiri dari protein murni dan bersifat strain atau spesies spesifik.

b. S antigen (soluble antigen), merupakan antigen ikatan komplemen yang berada pada permukaan tubuh virus terdiri dari RNA dan bersifat spesifik, artinya S antigen dari masing-masing tipe A sama, tetapi berbeda dengan tipe C dan tipe B.

6. Pada envelope, terdapat enzim neuramidase, yang dapat menyebabkan selaput lendir pernapasan bawah menjadi lebih encer sehingga virus mudah turun ke bawah dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Karena itu virus bersifat pneumotropik.

7. Virus influenza dapat mengadakan hemaglutinasi dengan beberapa jenis eritrosit, yaitu:

a. Jika virus baru diisolasi dari penderita lalu ditanam intra amnion, dapat mengadakan hemaglutinasi dengan eritrosit manusio golongan O atau dengan eritrosit cavia.

b. Jika sudah disuntik intra alantois, maka dapat menimbulkan hemaglutinasi dengan eritrosit cavia.

Hemaglutinasi terdiri dari 3 tahap, yaitu:

a. Absorpsi virus pada reseptor eritrosit.

b. Aglutinasi dari virus eritrosit kompleks.

c. Elusi virus secara spontan.

Eritrosit yang sudah melepaskan virusnya, tidak dapat menggumpalkan virus baru, walaupun virus sejenis. Karena reseptor eritrosit untuk mengikat virus sudah dirusak oleh enzim neuramidase. Tetapi virus yang sudah dilepaskan oleh eritrosit yang rusak, masih dapat diikat oleh eritrosit yang baru.

2.1.3. Cara Penularan

Penularan pada manusia terjadi lewat droplet infection per inhalasi. Virus hanya bisa diisolasi dari hapus tenggorok atau air cucian tenggorok 1-3 hari sebelum gejala pertama timbul sampai 1-3 hari setelah gejala pertama timbul. Masa tunas penyakitnya 1-2 hari.

2.1.4. Gejala Klinik

Gejala klinik tidak dapat dibedakan antara tipe A, B, dan C, yaitu demam, menggigil, sakit kepala, lemas, tidak nafsu makan, nyeri otot, tulang dan sendi, serta batuk pilek yang tidak khas.

Komplikasi terjadi karena penderita sangat lemah, daya tahan tubuh sangat menurun, akibatnya kuman-kuman yang bersifat komensal dalam tubuh menjadi ganas.

2.1.5. Cara Diagnosa

1. Isolasi

Isolasi dari apus tenggorok pada anak-anak atau dari air cucian tenggorok pada orang dewasa.

Air cucian tenggorok diberi penstrep untuk membunuh bakteri dalam mulut, lalu ditanamkan intra amnion sebanyak 0,1-0,2 mL pada telur berembrio, inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37oC.

Telur kemudian dibongkar, cairan amnion diambil lalu ditanam lagi secara intra amnion paling sedikit 6-7 kali berturut-turut. Setelah itu cairan tersebut dititrasi secara HA dengan eritrosit cavia (marmot) atau eritrosit manusia golongan darah O. Bila sudah mencapai titer 1/16, passase secara intra alantois, kemudian titrasi dengan HA menggunakan eritrosit ayam sampai mendapatkan titer 1/32. Setelah mencapai titer yang tinggi, tentukan tipe virusnya menggunakan cara HI. Virus yang akan ditentukan tipenya tadi, dibuat konsentrasi 4 unit HA.

Caranya sebagai berikut:

1) Sediakan antigen virus (x) dalam konsentrasi 4 unit HA eritrosit ayam 0,5 %, larutan pengencer NaCl buffer, antiserum spesifik.

2) Lakukan pengenceran antiserum. Lalu ditambahkan antigen yang sedang dicari tipenya dalam konsentrasi 4 unit HA pada tiap pengenceran serum. Lalu tambahkan eritrosit ayam 0,5 %.

3) Lakukan pula kontrol antiserum, kontrol eritrosit, dan kontrol antigen, dimana hasilnya harus negatif pada kontrol antiserum dan kontrol eritrosit, dan harus positif pada kontrol antigen 1 unit HA.

4) Lalu baca pengenceran berapa terjadinya penghambatan haemaglutinasi (HI) dan dapat ditentukan jenis virus yang diisolasi tadi.

2. Sero-diagnostik

Sero diagnostik perlu dilakukan oleh karena isolasi sangat tergantung pada waktu. Caranya sebagai berikut:

a. Lakukan HI untuk serum I dan II bersama-sama dengan terlebih dahulu menghilangkan non spesifik inhibitor dari serumnya, yaitu dengan mengolah serum:

1) Dipanaskan pada suhu 56Oc selama 30 menit

2) Dengan tripsin 0,25 %.

3) Dengan kalium atau Natrium periodat pada molar tertentu.

4) Dengan RDE (Receptor Destroying Enzyme) yang berasal dari filtrat cholera.

5) Atau diolah secara alabama, yaitu kombinasi pengolahan dengan tripsin 0,25 % dan Kalium atau Natrium periodat pada molar tertentu.

2.1.6. Cara Pencegahan

Satu-satunya cara adalah dengan vaksinasi. Vaksin influenza pada umumnya mengandung virus yang dimatikan atau inactivated vaccin. Syarat-syarat untuk vaksinasi:

1. Vaksin harus polivalen artinya harus mengandung bermacam-macam virus, yaitu:

a. Harus mengandung tipe virus yang paling akhir menyebabkan wabah di negara yang akan divaksinasi.

b. Mengandung virus tipe lain, misalnya tipe B atau C.

2. Terutama untuk live attenuated vaccin, vaksinasi akan berhasil jika virus tersebut belum masuk ke negara lain.

Golongan masyarakat yang mempunyai resiko paling besar untuk ditulari dan resiko kematian yang paling besar, yaitu:

a. Golongan anak-anak di bawah umur

b. Wanita hamil, karena selain akan menimbulkan keguguran juga akan menimbulkan kematian.

c. Golongan orang tua yang menderita penyakit gula, TBC, atau kanker.

d. Golongan masyarakat yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan masyarakat lagi, misalnya:

Tenaga medis dan paramedis

Tenaga pengajar

Karyawan perusahaan yang melayani masyarakat

Karyawan pemadam kebakaran

2.2 PARAMYXOVIRIDAE

Virus golongan famili paramyxoviridae mempunyai 3 macam genus, yaitu: genus paramyxovirus, morbili virus, dan pneumovirus. Virus ini termasuk ke dalam golongan virus yang hanya terdiri dari satu susunan kimiawi yaitu RNA. Jika dibandingkan dengan Otrhomyxoviridae maka Paramyxoviridae lebih heterogen, artinya lebih bermacam-macam antara lain ada virus yang menyerang selaput lendir, kelenjar ludah dan ada pula yang menimbulkan kelainann di kulit. Morfologinya lebih bermacam-macam karena virus ini memiliki afinitas terhadap mucin dan mucoprotein juga sensitif terhadap eter.

2.2.1 Genus Paramyxovirus

Paramyxovirus merupakan salah satu genus dari Paramyxoviridae. virus ini dapat menyerang manusia maupun hewan. Pada manusia virus ini mengakibatkan Parainfluenza dan Mumps sedangkan pada hewan menyababkan New Castle Desease.

2.2.1.1 Parainfluenza Virus

Gambar 2.3. Parainfluenza Virus

1) Virus Parainfluenza memiliki persamaan dan perbedaan dengan virus influenza

Persamaan

Perbedaan

Morfologi

Ukuran lebih besar

Sensitivitas terhadap eter

Membentuk badan inklusi dalam sitoplasma sel, sedangkan Influenza dalam inti sel

Dapat di stabilisasi dengan MgSO4 1M

Tidak bisa dibiakkan dalam telur ber embrio, tapi paling baik tumbuh dalam biakkan jaringan. bila tidak timbul cpe, bisa dilakukan hemadsorpsi dengan eritrosit marmut.

Mempunyai afinitas terhadap mucin

Tidak bisa mutasi maupun elusi spontan

Mempunyai daya Hemaglutinasi eritrosit tertentu dalam konsentrasi tertentu

Disamping mengadakan hemaglutinasi, Parainfluenza dapat mengadakan hemolisis eritrosit

Dianatara berbagai tipe Parainfluenzavirus, ada satu jenis antigen yang sama, yaitu antigen komplemen yang tidak dimiliki oleh virus Influenza

Gambar 2.4. Parainfluenza Struktur

2) Parainfluenza virus memiliki 4 macam tipe yaitu :

a. Parainfluenza tipe I ( virus Sendai )

Virus ini dapat menimbulkan radang paru-paru pada bayi yang berumur kurang dari 2 minggu. Pada orang dewasa virus ini menimbulkan gejala pernafasan dengan reinfeksi terjadi pada orang yang mempunyai antibodi dari infeksi terdahulu.

b. Parainfluenza tipe II

Virus ini biasanya menyarang anak-anak dibawah usia 5 tahun dengan gejala infeksi alat pernafasan bagian atas. Virus ini tumbuh dalam sel hela, paru-paru dan amnion. Virus dapat menggumpalkan eritrosit manusia golongan darah O dan eritrosit ayam. Sifat antigen dari virus ini sama seperti antigen virus Mumps sehingga seseorang yang terjangkit virus ini selain akan membentuk zat antibodi terhadap Parainfluenza juga membentuk zat antibodi terhadap virus Mumps.

c. Parainfluenza tipe III

Virus ini biasanya menyebabkan perdangan alat pernafasan bagian atas dan bawah. Selain itu virus ini juga menyerang ternak yairu sapi dan menyebabkan penyakit Shipping fever dengan suatu sindroma pernafasan.

d. Parainfluenza tipe IV

Virus ini hanya menimbulkan rasa lelah dan rasa tidak nafsu makan pada anak kecil.

3) Cara Diagnosis

a. Dengan mengambil apus tenggorok atau air cucian tenggorok yang ditanam pada biakkan jaringan manusia. Bila cpe tidak terbentuk lakukan hemabsorpsi dengan eritrosit cavia.

b. Dengan melihat kenikan titer zat anti ikatan komplemen

2.2.1.2 Mumps ( Parotitis Epidemica)

Mumps merupakan suatu penyakit menular akut yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar ludah dirahang bagian bawah dan bisa terjadi pada satu sisi saja.

1) Sifat-Sifat virus

a. Mempunyai S dan V antigen seperti influenza.

b. Bisa hemaglutinasi tetapi tidak menyebabkan hemolisis

c. Elusi tidak spontan.

d. Sensitif terhadap eter

e. Bisa di inaktivasi dengan pemanasan.

f. Bila sudah di stabilisasi dengan MgSO4 virus menjadi tahan panas

g. Virus membentuk inclusion bodies dalam sitoplasma

2) Cara Penularan

a. Droplet infection per-inhalasi

b. Droplet Infection per-oral

c. Transplacental.

3) Gejala Klinik

Masa tunas virus berlangsung antara 2-5 minggu dengan gejala lesu, tidak ada nafsu makan, terjadi pembentakan kelenjar ludah dan disertasi demam. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dalam virus ini adalah moningitis aseptica, peradangan kelenjar alat kelamin yang mengakibatkan kemandula bagi wanita maupun pria, dan peradangan pada ginjal.

Gambar 2.5. Penyakit Mumps

4) Cara Diagnosis

Pemeriksaan labolatorium yang diperlukan untuk mendiagnosis virus Mumps adalah :

a. Isolasi

Bahan Isolasi yang digunakan adalah air ludah, muntahan penderita, urine, dan liquor. Nahan isolasi ini ditanam pada telur berembrio secara intraamnion atau intraalantois. Dapat juga ditanam pada biakkan jaringan ginjal kera.

b. Sero diagnostik

Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat antibodi ikatan komplemen atau zat anti hemaglutinin.

5) Cara pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan pengebalan aktif selama 3 tahun yaitu vaccin live attenuated. Vaksin diberikan pada anak-anak kurang dari 1 tahun dan orang dewasa yang belum pernah mendapat infeksi.

2.2.1.3 New Castle Disease (NCD)

Virus ini menyerang unggas terutama pada alat pernafasan kadang-kadang juga menyerang alat pencernaan. Virus ini menyebabkan pneumoencephalitis pada anak ayam dan influenza pada burung. Virus dapat ditularkan ke manusia melalui kotoran dan memakan unggas yang terinfeksi virus sehingga menimbulkan peradangan mata.

Gambar 2.6. Struktur NCD

1) Sifat sifat Virus

a. Bisa menyebabkan hemaglutinasi eritrosit manusia golongan darah O dan eritrosit ayam

b. Bisa tumbuh di telur berembrio dan di biakkan jaringan embrio ayam

c. Sifat antigennya sama dengan virus Mumps, sehingga sesorang yang terjangkiti virus ini selain akan membentuk zat antibodi terhadap virus NCD juga akan membentuk zat antibodi terhadap virus Mumps.

2) Cara Diagnosis

a. Isolasi

Bahan isolasi yang digunakan adalah cairan yang keluar dari mata kemudian diatanam pada telur berembrio sercara intraamnion

b. Sero diagnostik

Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat antibodi ikatan komplemen,zat anti hemaglutinin, atau zat antinetralisasi

3) Cara Pencegahan

Cara pencegahan virus ini adalah dengan memberikan vaksin pada unggas

2.2.2 Morbili Virus

Virus Morbilli menimbulkan penyakit yang disebut Campak, penyakit ini menyerang anak-anak dan juga ibu-ibu yang ditandai dengan demam yang sangat tinggi (39-41o C) selama 6-7 hari, kemudian bersamaan dengan turunnya demam timbul bercak- bercak merah pada kulit yang kemudia diikuti dengan pengelupasan kulit.

Gambar 2.7. Struktur Morbili virus

1) Sifat-Sifat Virus

a. Sensitif terhadap eter

b. Dapat distabilisasi dengan MgSO4

c. Virus membentuk inklusion bodies pada inti dan sitoplasma

d. Dapat menimbulkan hemaglutinasi eritrosit, tapi tidak dapat menimbulkan elusi spontan.

e. Menyebabkan hemolisis

f. Tumbuh pada biakkan jaringan ginjal kera atau sel hela dan menimbulkan cpe

g. Jika disuntikkan pada kera dapat menimbulkan gejala yang sama seperti pada manusia

2) Cara Penularan

a. Droplet Infection per-inhalasi

b. Transplacental

3) Gejala Klinik

Masa tunas virus ini adalah 10 hari dengan gejala demam sangat tinggi, batuk pilek, mata merah dan bercak koplik. Lalu bersamaan dengan timbulnya demam timbul bercak merah pada kulit. Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitam-hitaman kemudian kulitnya akan mengelupas dan terjadi peradangan pada kelenjar limfa di seluruh tubuh yang akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh ini mengakibatkan infeksi sekunder oleh bakteri patogen atau bakteri flora normal, dan juga infeksi sekunder oleh virus lain.

Gambar 2.8. Campak Pada Anak

4) Cara Diagnosis

a. Pada umumnya dilihat dari gejala klinik yang ditandai dengan demam tinggi yang disertai bercak koplik, bersamaan dengan turunnya demam timbul bercak merah pada kulit.

b. Isolasi

Bahan isolasi yang digunakan adalah apus tenggorok, darah, apus mata bila mata terlihat merah. Bahan isolasi tersebut ditanam pada biakkan jaringan.

c. Sero Diagnostik

Pemeriksaan ini ditentukan dengan melihat kenaikan titer zat antibodi ikatan komplemen,zat anti hemaglutinin, atau zat anti netralisasi

2.2.3 Pneumovirus (Respiratory Syncital Virus)

Virus sinsisial pernafasan (RSV) ini sering menyebabkan penyakit baik pada alat pernafasan bagian atas, maupun pada bagian bawah. Menjangkiti anak-anak terutama yang berumur kurang dari 2 tahun.

Berbeda dengan paramyxovirus lainnya, virus ini tidak dapat membentuk kekebalan, karena tidak dapat membentuk zat antihemaglutinin.

Gambar 2.9. Struktur RSV

1) Gejala Klinik

Gejala klinik dapat berupa : bronchiolitis atau pneumonia. Dan dilaporkan di negara-negara yang mengalami musim dingin bahwa kira-kira 12.000 bayi tiap tahun memerlukan perawatan rumah sakit karena bronchiolitis dan penumonia yang disebabkan oleh virus ini.

Gambar 2.9. RSV menyerang Bronkus

2) Cara Diagnosa

a. Isolasi

Bahan isolasi yang digunakan adalah apus tenggorok, ditanam pada biakkan jaringan yang berasal dari manusia. Virus ini tidak tumbuh pada telur berembrio dan tidak patogen terhadap tikus

b. Sero diagnostik

Yaitu dengan melihat kenaikan titer zat anti netralisasi. Dan metode pilihan untuk diagnosa biasanya adalah tes antibodi fluoresensi.

BAB III

SIMPULAN

3.1 SIMPULAN

1. Orthoviridae merupakan virus dari genus Orthomyxovirus. Virus ini memiliki afinitas terhadap mucin dan mucoprotein. Oleh karena itu, virus ini disebut myxovirus.

2. Orthomyxovirus adalah virus RNA yang meliputi enam golongan, yaitu :

Influenzavirus A

Influenzavirus B

Influenzavirus C

Isavirus

Thogotovirus dan

Quaranjavirus.

3. Gejala klinik tidak dapat dibedakan antara tipe A, B, dan C, yaitu demam, menggigil, sakit kepala, lemas, tidak nafsu makan, nyeri otot, tulang dan sendi, serta batuk pilek yang tidak khas. Cara diagnosis dilakukan dengan isolasi dan sero-diagnostik.

4. Virus ini termasuk ke dalam golongan virus yang hanya terdiri dari satu susunan kimiawi yaitu RNA. Paramyxoviridae lebih heterogen, artinya lebih bermacam-macam antara lain ada virus yang menyerang selaput lendir, kelenjar ludah dan ada pula yang menimbulkan kelainann di kulit.

5. Virus golongan famili paramyxoviridae mempunyai 3 macam genus, yaitu: genus paramyxovirus, morbili virus, dan pneumovirus.

6. Virus ini umumnya menyerang anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan dapat menyerang orang dewasa. Cara diagnosis yang dilakukan adalah melihat gejala klinik yang khas, isolasi, penanaman pada biakan jaringan dan hewan percobaan juga secara sero-diagnostik.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Nugroho Iman. 1989. Virologi Khusus. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI

25