portofolio etik

11
Portofolio Kasus No. ID dan Nama Peserta : Ifit Bagus Apriantono No. ID dan Nama Wahana : RSUD Soedomo Trenggalek Topik : Sengketa Pasien dan Rumah Sakit Tanggal (kasus): 16 September 2015 Tanggal Presentasi: 16 September 2015 Pendamping: dr. Fonyta Sugianto dr. Wiji Kusbiyah Obyektif Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Ketidak puasana pasien terhadap RS Tujuan: Pembahasan pelanggaran Kode Etik Kedokteran Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos Data utama untuk bahan diskusi KASUS Kasus yang dialami ABS ,seorang konsultan dari Jakarta Consulting Group. Ia menggugat enam pihak dan dua turut tergugat. Tergugat pertama yaitu RS ‘S’ Karawaci dan kedua yaitu EJW, ahli bedah saraf di rumah sakit Rumah Sakit tersebut. Pengajuan gugatan tersebut dilakukan karena ABS merasa diabaikan haknya oleh RS ‘S’ sebagai pasien, mulai dari pergantian dokter tanpa pemberitahuan kepada pihak pasien, pengambilan tindakan tanpa izin, kecelakaan medik sampai tidak diberikannya rekam medik, yang merupakan hak seorang pasien. Menurut rekam medik ulang di RS ‘ME’, Singapura, ditemukan cedera pada sumsum tulang belakang sebelah kiri yang disebabkan oleh penyuntikan semen dan kecerobohan 1

Upload: ifit-bagus-apriantono

Post on 09-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

nothing

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio Etik

Portofolio Kasus

No. ID dan Nama Peserta : Ifit Bagus ApriantonoNo. ID dan Nama Wahana : RSUD Soedomo TrenggalekTopik : Sengketa Pasien dan Rumah SakitTanggal (kasus): 16 September 2015 Tanggal Presentasi:16 September 2015

Pendamping: dr. Fonyta Sugiantodr. Wiji Kusbiyah

Obyektif Presentasi:Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan PustakaDiagnostik Manajemen Masalah IstimewaNeonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia BumilDeskripsi: Ketidak puasana pasien terhadap RSTujuan: Pembahasan pelanggaran Kode Etik KedokteranBahan bahasan Tinjauan

PustakaRiset Kasus Audit

Cara membahas

Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos

Data utama untuk bahan diskusi

KASUS Kasus yang dialami ABS ,seorang konsultan dari Jakarta Consulting Group. Ia

menggugat enam pihak dan dua turut tergugat. Tergugat pertama yaitu RS ‘S’ Karawaci dan kedua yaitu EJW, ahli bedah saraf di rumah sakit Rumah Sakit tersebut. Pengajuan gugatan tersebut dilakukan karena ABS merasa diabaikan haknya oleh RS ‘S’ sebagai pasien, mulai dari pergantian dokter tanpa pemberitahuan kepada pihak pasien, pengambilan tindakan tanpa izin, kecelakaan medik sampai tidak diberikannya rekam medik, yang merupakan hak seorang pasien.

Menurut rekam medik ulang di RS ‘ME’, Singapura, ditemukan cedera pada sumsum tulang belakang sebelah kiri yang disebabkan oleh penyuntikan semen dan kecerobohan tindakan medis yang dilakukan pihak RS ‘S’ terhadap ABS. Akibat cedera tersebut lutut dan telapak kakinya tidak bisa digerakan. Berdasarkan laporan medis dokter di Singapura, AH, diduga jarum sebelah kiri saat operasi merusakkan tulang sebelah kiri. Tidak ada kata maaf ataupun upaya RS ‘S’, ABS akhirnya menggugat ke pengadilan dengan nilai gugatan Rp 200 miliar lebih.

Daftar Pustaka:

www.tempo.comHasil pembelajaran:

1

Page 2: Portofolio Etik

1. Mempelajari kasus Pelanggaran Kode etik Kedokteran2. Tinjauan Pidana dan Sanksi Hukumnya3. Tinjauan Malpraktik Perdata dan sanksi Hukumnya 4. Tinjauan Malpraktik Etik dan Sanksinya

2

Page 3: Portofolio Etik

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus

• Rumah sakit (RS) adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan dan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka panjang dan pendek yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit dan untuk mereka yang melahirkan (WHO)

• Menurut undang-undang No.44 tahun 2004 entang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayan kesehatan yang menyelanggarakan pelayan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

• Rumah sakit memperoleh perlindungan hukum dan tanggng jawab hukum (UU No. 44 Tahun 2009) :• Rumah sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi kepada publik

yang berkaitan dengan rahasia kedokteran, pasien dan atau keluarga yang menuntut rumah sakit dan menginformasikannya melalui media massa

• Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komperhensif, rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia

• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.

Kewajiban pasien :• Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk menaati segala peraturan dan tata tertib

rumah sakit.• Pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang sesuatu mengenai penyakit

yang dideritanya.• Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat.• Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian

yang ditandatangani.• Pasien dan atau penanggungnya berkewajban untuk melunasi semua imbalan atau jasa

pelayanan rumah sakit atau dokter.

Hak-hak pasien :• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah

sakit.• Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.• Memperoleh informasi tentang penyakit yang diderita, tindakan medis yang akan

dilakukan oleh dokter, alternatif terapi lainnya dan prognosis.• Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.• Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan

3

Page 4: Portofolio Etik

standar prosedur operasional.• Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian

fisik dan materi.• Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang

berlaku di rumah sakit.• Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang

mempunyai Surat Izin Praktik (SIP), baik didalam maupun diluar rumah sakit.• Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data

medisnya.• Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan

tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

• Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

• Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.• Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama hal itu

tidak mengganggu pasien lainnya.• Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah

sakit.• Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.• Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.• Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan

pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana, dan • Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan

melalui media cetak dan elektonik sesuai dengan ketentuan peraturn perundang-undangan.

• Ketidakharmonisan antara dokter dan/ atau rumah sakit dapat menimbulkan sengketa medik. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran secara implisit menyebutkan bahwa sengketa medik adalah sengketa yang terjadi karena kepentingan pasien dirugikan oleh tindakan dokter atau dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran.

• Pasal 66 Ayat (1) UU Praktik Kedokteran yang berbunyi: setiap orang yang mengetahui atau kepentingan dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua majelis Kehormatan Disiplin Kedoktern Indonesia. Dengan demikian sengketa medik merupakan sengketa yang terjadi antara pengguna pelayanan medik dengan pelaku pelayanan medik dalam hal ini pasien dengan tenaga kesehatan.

Kelalaian indikasi malpraktik :• Kelalaian dalam arti perdata, apabila kelalaian petugas kesehatan atau medis tidak

4

Page 5: Portofolio Etik

menyebabkan pelanggaran undang-undang. Artinya, akibat kelalaian tersebut tidak menyebabkan orang cedera, cacat, atau kematian. Pelanggaran jelas sanksinya adalah etik yang diatur oleh kode etik profesi. Setiap ada pelanggaran kode etik profesi dari setiap anggota profesi, maka masing-masing organisasi profesi inilah yang akan memberikan sanksinya.

• Kelalaian dalam arti pidana, apabila kelalaian petugas kesehatan atau medis tersebut mengakibatkan pelanggaran hukum atau undang-undang. Artinya, akibat kelalaian petugas kesehatan tersebut mengakibatkan orang lain atau pasien cedera, cacat atu meninggal dunia. Sanksi pelanggaran hukum jelas adalah pidana atau hukuman, yang ditentukan oleh pengadilan, setelah melalui proses pengadilan yang terbuka.

• Peluang ganti rugi sekarang telah ada ketentuannya, berdasarkan pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang menentukan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit. Tentunya apabila kelalaian tersebut menimbulkan kerugian pada pasien.

• Sengketa antara pasien dan rumah sakit terjadi karena perbedaan antara harapan pasien dan hasil yang didapat pasien.Hal ini sering menjadi pemicu ketidakpuasaan dari pasien atau keluarga pasien terhadap dokter atau lembaganya. Sengketa kesehatan ini timbul sebagian besar karena komunikasi yang tidak efektif yang berakibat mispersepsi bagi para pihak.

• Proses penyelesaian sengketa dapat menggunakan dua jalur yaitu : • Litigasi (pengadilan) mempunyai sifat terbuka, memerlukan banyak waktu,

mengikuti prosedur beracara yang formal, membutuhkan pengacara dan berakhir dengan menang atau kalah. Kita semua dapat memahami bahwa proses beracara di pengadilan adalah proses yang membutuhkan biaya dan memakan waktu

• Non litigasi/konsensual/non-ajudikasi keduanya memiliki berbagai keuntungan dan kerugian. Penyelesaian sengketa melalui non litigasi (mediasi) bersifat tertutup, tidak mengharuskan adanya pengacara dan bersifat fleksibel

Pasal KODEKI :• Pasal 1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter• Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi• Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi• Pasal 4

5

Page 6: Portofolio Etik

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri• Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien• Pasal 6

Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat• Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya• Pasal 7a

Seorang dokter harus dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia• Pasal 7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan dalam menangani pasien• Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien• Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi makhluk insani• Pasal 8

Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya• Pasal 9

Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus saling menghormatiPasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yg mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut

Pasal 11Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam

6

Page 7: Portofolio Etik

masalah lainnyaPasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

Pasal 13Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya

• Pasal 14Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan• Pasal 15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis• Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik• Pasal 17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan

• Pelanggaran di bidang etik kedokteran yang serius sering disebut sebagai “Serious Professional Misconduct”

• Kasus-kasus di bidang ini tidak selalu merupakan pelanggaran terhadap hukum, karena itu lazimnya ditangani oleh badan khusus seperti MKEK IDI ataupun lebih tinggi lagi misalnya Konsil Kedokteran Indonesia

• Umumnya tingkah laku dokter yg melanggar etika kedokteran yg dapat digolongkan dalam Serious Professional Misconduct, dapat dibedakan dalam 5 kelompok yaitu :• Akibat kelalaian atau ketidakpedulian dokter yg menyangkut tanggung

jawabnya terhadap pasien dlm melakukan pengobatan• Dokter menyalahgunakan kewenangan atau kepandaian • Sikap tindak dokter yang mendiskreditkan reputasi profesi medik• Dokter yang mengiklankan diri, mempengaruhi pasien atau merendahkan

kepandaian dokter lain• Pelanggaran profesi lainnya

Contoh Tindakan yang sering dilakukan dokter & Termasuk Pelanggaran Etik

Menentukan tarif tidak wajar dan tidak melihat kemampuan pasien

Memberi resep kepada pasien berdasar sponsor dari perusahaan farmasi

7

Page 8: Portofolio Etik

Melakukan tindakan medik yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien

Menganjurkan atau meminta pasien datang berulang-ulang tanpa indikasi jelas

Merujuk pasien ke Dokter Ahli / RS tertentu krn mendapat imbalan jasa

Langsung mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya

Memuji diri sendiri di hadapan pasien

Menjelekkan atau mencela sejawat lain di depan pasien

Membuka rahasia keadaan penyakit pasien, walaupun sudah meninggal sekalipun

Berusaha menyingkirkan sejawat lain krn khawatir akan mengurangi jumlah pasien

Mengabaikan kesehatan diri sendiri, misalnya : dengan menerima pasien di luar batas kewajaran

8