politik dalam islam kel 12
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist
sebagai pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu khawatir
dalam menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi, peringatan,
kebaikan dan ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al-Qur’andan Al
Hadist permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam. Baik politik
luar negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Fase-Fase Era Kenabian
2. Islam Dan Politik
3. Bukti-bukti Sejarah
4. Pengertian Politik dalam Islam
5. Konstribusi yang dilakukan agama islam dalam kehidupan politik berbangsa dan
bernegara
6. Tersiarnya islam di ndonesia
7. Pergerakan yang berada di Indonesia
8. Asas-asas sistem politik dalam Islam
9. Prinsip-prinsip sistem politik
10. Tujuan politik dalam islam
11. Dasar-dasar politik dalam Islam
12. Eksistensi Islam dan Hukum islam dalam sistem hukum di Indonesia
C. TUJUAN
1. Memberikan penjelasan tentang Fase-fase Era Kenabian
2. Memberikan Penjelasan tentang Islam dan Politik & Bukti-bukti sejarahnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. ERA KENABIAN
Era ini merupakan era pertama dalam sejarah Islam. Yaitu dimulai semenjak
Rasulullah SAW memulai berdakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
hingga meninggalnya beliau. Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era "kenabian"
atau"wahyu". Karena era itu memiliki sifat tertentu yang membedakannya dari era-era yang
lain. Ia merupakan era ideal yang padanya ideal-ideal Islam terwujudkan dengan amat
sempurna. Era ini terbagi menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua
fase itu tidak memiliki perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti yang diklaim oleh
beberapa orientalis. Bahkan fase yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi
fase kedua. Pada fase pertama, embrio 'masyarakat Islam' mulai tumbuh, dan telah ditetapkan
kaidah-kaidah pokok Islam secara general. Kemudian pada fase kedua bangun 'masyarakat
Islam' itu berhasil dibentuk, dan kaidah-kaidah yang sebelumnya bersifat general selesai
dijabarkan secara mendetail. Syari'at Islam disempurnakan dengan mendeklarasikan prinsip-
prinsip baru, dan dimulailah pengaplikasian dan pelaksanaan prinsip-prinsip itu seluruhnya.
Sehingga tampillah Islam dalam bentuk sosialnya secara integral dan aktif, yang semuanya
menuju kepada tujuan-tujuan yang satu.
B. PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM
Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di
dalam buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya.
Dalam Al-Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha
siyasatan berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan
mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara).
Asal makna siyasah (politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
. Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar
kekuatan utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-
hikmah), dan ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (al-
quwwah an- nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang
akan dilalui yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-
shiraa u), iman (al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).
C. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik
dalam syariat Islam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang
serbah lengkap didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik.
Kemudian lahir sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam
islam) merupakan bagian integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat
bahwa system ketatanegaraan yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan
oleh nabi Muhammad SAW dan oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam
pengertian barat. Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran
ini nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas
menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan
dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam
sebagaimana pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapai
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah
yaitu yastrib yang kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan
nabi sekaligus manjadi pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar
kenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu
bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah.
Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem “khalifah” ini berlangsung hingga
kepemimpinan berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.
D. DEMOKRASI DALAM ISLAM
Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep tauhid
dan peranan manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang
dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang
dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap
kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai
pengemban pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam
yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian
interpretative yang mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting
bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya,
namunlepas dari ramainya perdebatan maknanya didunia Islam, istilah-istilah ini memberi
landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia
kontemporer.
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan,
termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari
dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam
yang komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak
politik. Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang
tak terbantahkan.
Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-
syarat seorang politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai kapasitas
intelektual dan berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas, Berani berjuang
untuk membela kepentingan rakyat.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syari’at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: “Dan katakanlah:
Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara
yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong.” (AI Isra’:
80).
MASYARAKAT MADANI
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Karena itu didalam ilmu filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal
istilah madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban.
Masyarakat Madinah menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.
F. ASAS-ASAS SISTEM POLITIK ISLAM
1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi
dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah membawa arti
bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi
Rububiyyahdan Uluhiyyah.
2. RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak
Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting dalam
sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan
tertinggi Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul
meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan
perbuatan.
3. KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah
sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka manusia
hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan. Di atas
landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah khalifah atau
wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.
G. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM
1. MUSYAWARAH
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran ummat.
Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara
pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi menetukan
perkara-perkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.
2. KEADILAN
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial
dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang
terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan
yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah,
di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami
isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.
3. KEBEBASAN
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar
adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta menjadi asas-asas
utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.
4. PERSAMAAN
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut hak,
persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang ditetapkan
oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah kuatkuasa undang-
undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan terhadap
tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk
melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentatbiran negara
dan ummat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Dalam
pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab
tindak tanduk dan keputusan-keputusan pihak pemerintah.
H. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM
Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem
pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum
syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.
Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan
berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak
Islam telah menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan
pemerintahan Islam:
Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak
salaf daripada kalangan umat Islam.
Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dan damai.
Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hak-
hak manusia.
Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar.
Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan syarak.
Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara
agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara.
Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.
I. BUKTI-BUKTI SEJARAH POLITIK ISLAM
a) SEJARAH POLITIK ISLAM MASUK KE INDONESIA
a.1. Waktu
Pada baris besarnya ada dua pendapat tentang mula pertama islam masuk ke
Indonesia:
a. Pendapat lama: Abad ke 13 Masehi. Dikemukakan oleh para sarjana lama,
antara lain N.H KROM dan VAN DEN BERG. Ternyata pendapat lama
tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.
b. Pendapat baru: Abad ke 7-8 Masehi. Para pendapat baru ini antara lain
H. AGUS SALIM, H.ZAINAL ABBAS: SAYEPALWI BIN TAHIR AL-
HADAD , H.M.ZAINUDDIN, HAMKA, NJUNED PARIDURI,
T.W.ARNOLD.
a.2. Tempat asal penyebaran Islam
Ada tiga pendapat mengenai tempat asal penyebaran Islam ke Indonesia:
a. India (pendapat: SNOUCK HURGRONJ, H, KERAEMER & VAN DEN
BERG)
b. Persia (pendapat P.A HOESAIN DJAJANINGRAT)
c. Arab , Mekah (pendapat Buya HAMKA)
a.3. Penyebar Islam
Ada dua pendapat tentang para penyebar Islam ke Indonesia:
a. Disebarkan oleh para saudagar muslim (MOEN: saudagar persia, HUSEN
NAINAR: saudagar India: HAMKA: saudagar Arab)
b. Disebarkan oleh para Mubaligh Muslim (SAYYIR ALWI, VAN DEN BERG)
b) Beberapa Pergerakan Islam di Indonesia
Ada pergerakkan sosial (yang bergerak dibidang kesosialan dalam Islam). Dan
untuk kepentingan Da’wah dan pendidikan Islam agar tersebar luas
kemasyarakat.
Ada pergerakkan politik untuk menghimpun kekuatan agar berkwantitas dan
berkwalitas.
J. DASAR-DASAR POLITIK DALAM ISLAM
Nilai-nilai dasar politik dalam AL Qur’an dan Al Hadist.
K. EKSTENSI ISLAM dan HUKUM ISLAM dalam SISTEM HUKUM di INDONESIA
Membahas mengenai kehidupan beragama dalam perspektif konstitusi dapat
dijelaskan bahwa setiap warga negara wajib untuk memeluk dan menjalankan agama,
termasuk Agama Islam. Hal ini menjadi suatu konsekuensi bagi pemeluk agama yang
bersangkutan wajib menjalankan syariat agama.
Prinsip-prinsip Hukum Islam yang dijadikan landasan ideal fiqih sebagimana
dikatakan oleh Juhaya S. Pradja yaitu:
1. Prinsip tauhidullah,
2. Prinsip insaniyah,
3. Prinsip tasamuh,
4. Prinsip ta’awun,
5. Prinsip silaturahim bain annas,
6. Prinsip keadilan, dan
7. Prinsip kemaslahatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat.
Pemikiran tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi.
Beberapa prinsip politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah,
menjalankan amanah dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung
jawab, mentaati Allah, Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji.
Korelasi pengertian politik islam dengan politik menghalalkan segala cara merupakan dua hal
yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan
segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan
memaksakn kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi,
mengayomi masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang
tidak mengabdi pada rakyatnya, menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi
adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam.
Dalam politik luar negerinya Islam menganjurakan dan menjaga adanya perdamain.
Walaupun demikan islam juga memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang
sudah jelas karena mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang inipun
telah memiliki ketentuan-ketentuan hukum yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan
perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.
B. SARAN
Ada baiknya jika kita mempelajari tentang pemikiran terutama baik tentang
pertumbuhannya, hakikatnya, sifat-sifatnya atau tujuan-tujuannya, niscaya ia menyandang
sifat ini, yaitu sifatnya sebagai suatu pemikiran politik. Syarat ini merupakan faktor yang
terpenting dalam pertumbuhan pemikiran ini.