poligami menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/skripsi tanpa bab...

59
POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (Skripsi) Oleh Indah Sumarningsih FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: nguyenkhue

Post on 15-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

(Skripsi)

OlehIndah Sumarningsih

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

ABSTRAK

POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Oleh :Indah Sumarningsih

Poligami adalah suatu perkawinan lebih dari satu. Poligami dibedakan menjadidua, yaitu poligini dan poliandri. Poligini adalah seorang suami yang memilikiistri lebih dari satu. Poliandri adalah seorang istri yang memiliki suami lebih darisatu. Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna poligini.Meskipun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan danKompilasi Hukum Islam sudah mengatur secara jelas mengenai poligami, namundalam prakteknya masyarakat belum mentaati peraturan tersebut. Poligamidilakukan tanpa memenuhi alasan dan syarat dibolehkan poligami, sepertipoligami tanpa persetujuan istri dan tanpa meminta izin Pengadilan. Permasalahanyang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana poligami menurutUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi HukumIslam, bagaimana pelaksanaan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dan akibat hukumpoligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan danKompilasi Hukum Islam.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Tipepenelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakanadalah yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiriatas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yangkemudian dianalisis secara kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakanstudi pustaka dan wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan ini, poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islamadalah sama. Poligami dibolehkan hanya dalam kondisi darurat, dengan disertaisalah satu alasan dibolehkannya poligami, yaitu istri tidak dapat menjalankankewajibannya sebagai seorang istri, istri mendapat cacat badan dan penyakit yangtidak dapat disembuhan, istri tidak dapat melahirkan keturunan. Poligamidibolehkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan denganmeminta izin Pengadilan dan dibatasi hanya sampai 4 (empat) orang istri.Pelaksanaan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Page 3: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Indah Sumarningsih

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam tidak diatur secara jelas, keduanyahanya mengatur mengenai syarat dibolehkannya poligami, yaitu adanyapersetujuan istri/istri-istri, adanya kepastian bahwa suami mampu menjaminkeperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, adanya jaminan bahwa suamidapat berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. Pelaksanaan poligamidiatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang PelaksanaanUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan ketentuanharus mengajukan permohonan tertulis kepada Pengadilan, dengan disertai salahsatu alasan dan memenuhi syarat-syarat dibolehkannya poligami. Prosedurberacara permohonan poligami di Pengadilan terdiri atas : pemanggilan pihak-pihak, pemeriksaan, pembacaan permohonan, jawaban, pembuktian dan putusan.Akibat hukum poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan dan Kompilasi Hukum Islam adalah sama. Pengaturan akibat hukumterhadap poligami menurut Kompilasi Hukum Islam lebih lengkap dan rinci.Poligami dapat menimbulkan akibat hukum yang meliputi: hubungan antara suamidan istri-istri berupa hak dan kewajiban suami dan istri-istri, terhadap anak yaituanak memiliki hubungan perdata/nasab dengan ibu bapak dan keluarga ibubapaknya yang berimplikasi pada berhaknya atas hak waris dari ibu danbapaknya, terhadap harta kekayaan yaitu istri-istri berhak atas harta bersama.

Kata Kunci: Perkawinan, Poligami, Hak dan Kewajiban, Anak, HartaKekayaan.

Page 4: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Oleh:

INDAH SUMARNINGSIH

Skripsi

Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum KeperdataanFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna
Page 6: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna
Page 7: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna
Page 8: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap penulis adalah Indah Sumarningsih, penulis

dilahirkan di Bandarejo, pada tanggal 12 Juli 1996. Penulis

adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak Marsudi dan Ibu Siti Aminah.

Riwayat Pendidikan penulis dimulai pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 1

Bandarejo diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 2 Natar diselesaikan pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 1 Kibang yang diselesaikan pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung, program pendidikan Strata 1 (S1) melalui jalur SNMPTN

(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan pada pertengahan Juni

2016 penulis memfokuskan diri dengan mengambil bagian Hukum Keperdataan.

Selama kuliah, penulis aktif pada kegiatan UKMF Pusat Studi Bantuan Hukum

(PSBH) Fakultas Hukum Universitas Lampung sebagai anggota Bidang

Kesekertariatan periode 2015/2016, pengurus Bidang Kajian devisi Pemberkasan

periode 2016/2017.

Page 9: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Penulis selain aktif dalam organisasi internal di kampus, juga aktif dalam

mengikuti perlombaan tingkat fakultas dan tingkat nasional. Pada tahun 2015 di

tingkat fakultas penulis pernah mengikuti Kompetisi Peradilan Semu (MCC

Internal) yang diadakan oleh UKMF PSBH. Kemudian ditingkat Nasional

penulis pernah dikirim untuk mewakili Universitas Lampung untuk mengikuti

Kompetisi Peradilan Semu atau yang sering disebut Moot Court Competition

(MCC), yaitu NMCC Piala Prof Soedarto VI Universitas Diponegoro pada tahun

2017 di Semarang.

Penulis juga telah mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat

yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN Periode I) di Desa Sukanegara, Kecamatan

Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 (empat puluh) hari pada

bulan Januari sampai Februari 2017. Kemudian ditahun 2018 penulis

menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 10: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

MOTO

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)perempuan yatim (bila kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita

(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatirtidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja atau budak-budakyang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat

aniaya”.(QS. An-Nisa’ [4] : 3)

“Jika sore tiba, janganlah tunggu waktu pagi. Jika waktu pagi tiba, janganlahtunggu waktu sore. Manfaatkan masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu dan

manfaatkan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu”.(Abdullah bin Umar)

Page 11: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur atas Ridho Allah SWT dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati, kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua Orangtuaku Ayahanda Marsudi dan Ibunda Siti Aminah yang senantiasa

mendoakan, sabar dalam mendidikku dari aku kecil hingga sekarang, memberi

semangat, tulus mencintai, menyayangi dan ikhlas bekerja keras demi membiayai

pendidikanku.

Page 12: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

SANWACANA

Alhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam’’ sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi subtansi

maupun penulisan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan

kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini bukanlah hasil jerih payah sendiri,

akan tetapi juga berkat bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi

ini dapat selesai. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

Page 13: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

3. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah

banyak membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bantuan moril, saran, serta kritik yang

membangun dalam menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Elly Nurlaili, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bantuan moril, saran, serta kritik yang

membangun dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Ibu Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A., Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik dan saran serta masukan dalam penulisan skripsi ini;

6. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Dosen Pembahas II yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan sumber

mata air ilmuku yang penuh ketulusan, dedikasi untuk memberikan ilmu yang

bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan bantuannya

selama penulis menyelesaikan studi;

9. Kepada narasumber yang telah memberikan sumbangsih atas

terselesaikannya skripsi ini: Bapak Syamsuddin, S.H., M.H., Hakim

Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas I A dan Bapak Masiran Malkan,

S.H., M.H., Hakim Pengadilan Agama Tanjungkarang Kelas I A serta H.

Page 14: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Suryani M. Nur, S.sos., M.M., Wakil Ketua MUI Provinsi Lampung yang

telah membantu dalam mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan

skripsi ini, terima kasih untuk kebaikan dan bantuannya;

10. Keluarga Besarku Tercinta, nenekku Supini dan Mariyat. Ayukku Ita

Mardiana, kakakku Eko Yulianto dan mamasku Tulus Sugiantoro serta

semua keluargaku lainnya yang selalu memberi doa, nasihat, semangat,

serta bantuan baik secara moril maupun materiil untuk keberhasilanku;

11. Untuk seluruh keluarga besar UKMF PSBH FH Unila yang telah

memberikan banyak ilmu dan pengalaman serta mengajarkan penulis tentang

managemen organisasi, kepemimpinan, kekeluargaan, amanah dan tanggung

jawab;

12. Terimakasih kepada sahabatku: Dewi Muslimah, Ayu Dewi Kartika Sari,

Elva, Eka Fitri Wahyuni, Anisa Nur Janah, Made Atma Gebi Suryani,

Meilinda Sari, Mayza Amelia, Mia Lestari, Melinda Sopiani, Leni Oktavia,

Khulfa Istiqomah Dini, Siti Muarifah atas motivasi, semangat dan

bantuannya selama ini dalam proses menyelesaikan studi di Universitas

Lampung;

13. Terimakasih kepada teman-teman Kosan Arita: Mba Cen, Mba Opa, Mba

Emput, Mba Ulul, Mba May, Iin, Mey, Aini, Pera, Ana, Ambar, Reni yang

selalu memberikan keceriaan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

14. Terimakasih kepada teman-teman KKN desa Sukanegara: Burhanuddin,

Kurnia Purnama Ayu, Dwi Oktaria, M. Irvan Maulana, M. Sofyan Mahmud,

Tika Noviana atas kebersamaannya selama 40 hari;

15. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan

Page 15: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

2014 serta teman-teman di bagian Hukum Keperdataan. Terimakasih telah

mewarnai masa-masa perkuliahanku;

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya;

17. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis menyadari bahwa skrisi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya untuk penulis dalam

mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 26 November 2018

Penulis,

Indah Sumarningsih

Page 16: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAK ......................................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ivLEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. vRIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viMOTO ................................................................................................................ viiiHALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ixSANWACANA .................................................................................................. xDAFTAR ISI...................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9C. Ruang Lingkup..................................................................................... 9D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kerangka Konseptual ........................................................................... 12

1. Pengertian Poligami ....................................................................... 122. Poligami Menurut Para Ulama Mazhab ......................................... 163. Poligami Menurut Para Ulama Kontemporer ................................ 18

B. Kerangka Teori..................................................................................... 25C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 28

III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian..................................................................................... 30B. Tipe Penelitian ..................................................................................... 31C. Pendekatan Masalah............................................................................. 31D. Data dan Sumber Data ......................................................................... 32E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 33F. Pengolahan Data................................................................................... 35G. Analisis Data ........................................................................................ 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam............................................ 37

Page 17: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

1. Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan ........................................................................ 37a. Pengaturan Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan.............................................. 37b. Alasan-alasan Dibolehkan Poligami ........................................ 40

2. Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam .................................. 50a. Pengaturan Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam ......... 50b. Alasan-alasan Dibolehkan Poligami ........................................ 56

B. Pelaksanaan Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam ..................... 671. Syarat Dibolehkan Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam..... 67a. Syarat Dibolehkan Poligami Menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan............................... 67b. Syarat Dibolehkan Poligami Menurut Kompilasi Hukum

Islam......................................................................................... 782. Proses Beracara di Pengadilan ....................................................... 85

C. Akibat Hukum Terhadap Poligami Menurut Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam........ 981. Akibat Hukum Terhadap Poligami Menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan..................................... 98a. Hubungan Antara Suami dan Istri............................................ 98b. Terhadap Anak ......................................................................... 102c. Harta Kekayaan........................................................................ 106

2. Akibat Hukum Terhadap Poligami Menurut Kompilasi HukumIslam............................................................................................... 111a. Hubungan Antara Suami dan Istri............................................ 112b. Terhadap Anak ......................................................................... 120c. Harta Kekayaan........................................................................ 123

V. PENUTUPA. Kesimpulan .......................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1,

menentukan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin, antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Hal ini sejalan dengan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila,

dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan

mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga

perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani

juga memiliki peranan yang penting. Membentuk keluarga yang bahagia rapat

hubungan dengan keturunan yang pula merupakan tujuan perkawinan,

pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, perkawinan adalah mitssaqan ghalidzan untuk

menaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah.1

Mitssaqan ghalidzan adalah perjanjian perkawinan yang kuat dan kokoh, artinya

pernikahan yaitu suatu akad suci yang mengandung serangkaian perjanjian

1 Wati Rahmi Ria dan Muhamaad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Bandar Lampung,

Gunung Pesagi, 2015, hlm. 49.

Page 19: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

2

diantara dua belah pihak, yaitu suami dan istri.2 Sebagaimana firman Allah SWT

dalam Surat An-Nisa‟ Ayat 21 yang artinya sebagai berikut:

“Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan pada istrimu,

padahal kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri.

Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat. (QS. An-Nisa‟

21 : 4).

Menafsiri istilah Mitsaqan Ghalizhan dalam Surat An-Nisa‟ Ayat 21, Ibnu Katsir

mengutip sebuah Hadist Shahih dari Jabir dalam Kitab Shahih Muslim yang

menyatakan bahwa ketika seorang laki-laki mengambil perempuan dari orang

tuanya untuk dinikahi berarti dia telah melakukan perjanjian atas nama Allah

sebagaimana Dia telah menghalalkannya dengan kalimat Allah, sehingga ada

tanggung jawab dan konsekuensi yang besar dibaliknya. Maka suami harus sadar

ketika menerima janji tersebut dan isi dari janji tersebut adalah sebagaimana Allah

jelaskan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 231 yang artinya: “Istri harus diperlakukan

dengan baik, tetapi jika tidak hendaknya diceraikan dengan baik pula”, dengan

demikian dalam kondisi apapun suami tidak diperbolehkan menzholimi istri.3

Mengingat masyarakat Indonesia bersifat majemuk dan pluralisme dalam adat

istiadat, kesukuan dan agama, masing-masing mempunyai pandangan hidup yang

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, khususnya dalam hal perkawinan

dan kehidupan keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya peraturan hukum yang

mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan.

2 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010, hlm. 9.

3 Diakses dari :https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com/2016/02/17/tafsir-ayat-

al-qur‟an-tentang-mahar-qs-an-nisaa-ayat-4-dan-21. Pada Jum‟at, 17 Februari 2018 Pukul. 13.40

WIB.

Page 20: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

3

Pemerintah membentuk suatu Undang-Undang Perkawinan Nasional yaitu

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara

Nomor 1 Tahun 1974) dan penjelasannya terdapat dalam tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia No. 3019 yang diundangkan pada tanggal 2 Januari

1974, untuk kelancaran dan pedoman dalam pelaksanaan Undang-Undang

tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

(Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 1975) pada tanggal 1 April 1975, maka

dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 mulailah Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 dilaksanakan di seluruh Indonesia.

Undang-Undang Perkawinan tersebut sudah berlaku secara formal yuridis bagi

bangsa Indonesia dan telah menjadi bagian dari hukum positif. Undang-Undang

Perkawinan ini selain meletakkan asas-asas sekaligus prinsip-prinsip dan

memberikan landasan hukum yang menjadi pegangan bagi seluruh masyarakat

Indonesia yang akan melangsungkan perkawinan, Undang-Undang Perkawinan

tersebut juga mengatur tentang prinsip-prinsip perkawinan itu sendiri, syarat

sahnya suatu perkawinan, harta bersama suami istri, larangan perkawinan dan lain

sebagainya.

Selain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ada aturan lain

yang mengatur tentang perkawinan dalam lingkup agama Islam, yaitu Kompilasi

Hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam ini juga mengatur tentang syarat-syarat

perkawinan, prinsip-prinsip perkawinan dan lain sebagainya. Pada dasarnya

antara Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Page 21: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

4

tentang Perkawinan memiliki substansi yang tidak jauh berbeda tentang tata cara

pelaksanaan perkawinan. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan substansinya mengarah pada hukum positif Indonesia atau bersifat

nasional, yaitu berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia, sedangkan Kompilasi

Hukum Islam memiliki substansi yang berbasis agama Islam, yaitu berlaku bagi

orang Islam.

Perkawinan tidak hanya dipandang dari sudut hubungan yang diatur dalam agama

saja tetapi juga dari sudut hukum negara, sehingga sah atau tidaknya perkawinan

itu ditentukan oleh hukum masing-masing agama dan kepercayaannya serta bagi

negara sebagai tanda sahnya perkawinan itu, maka perlu dicatat menurut

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 3 Ayat (1)

menentukan: “Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh

memiliki seorang istri. Seorang istri hanya boleh memiliki seorang suami” dan

Pasal 27 KUH Perdata menentukan: “Dalam waktu yang sama seorang laki-laki

hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang

perempuan hanya satu orang laki-laki sebagai suaminya”.

Pasal-pasal tersebut di atas, menjelaskan bahwa perkawinan itu mensyaratkan satu

pasangan saja yaitu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami dan istri. Perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita

Page 22: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

5

dimana pada prinsipnya bahwa suami hanya mempunyai satu istri dan sebaliknya

istri hanya mempunyai satu suami dikenal dengan perkawinan monogami.4

Perkawinan monogami dianggap paling ideal dan sesuai untuk dilakukan, namun

realitasnya banyak pria dan wanita memiliki pasangan lebih dari satu dalam ikatan

perkawinan diwaktu yang bersamaan dan dalam hukum perkawinan dikenal

dengan istilah poligami. Hal ini dapat dilihat banyaknya masyarakat bahkan

public figur yang melakukan poligami.

Seiring perkembangan zaman, saat ini masyarakat memahami penyebutan istilah

poligami hanya digunakan untuk laki-laki yang menikahi wanita lebih dari satu.

Pemahaman tersebut sangatlah salah, padahal sebenarnya istilah untuk laki-laki

yang menikahi wanita lebih dari satu disebut poligini, sehingga istilah poligami

secara langsung menggantikan istilah poligini. Mengingat lebih luasnya

pengertian dari poligami itu sendiri, yaitu suatu ikatan perkawinan lebih dari satu,

dimana salah satu pihak menikahi beberapa lawan jenis dalam waktu yang

bersamaan. Poligami dibedakan menjadi dua, yaitu poligini dan poliandri. Poligini

adalah suatu perkawinan dimana seorang suami menikahi wanita lebih dari satu

dalam waktu yang bersamaan, sedangkan poliandri adalah suatu perkawinan

dimana seorang istri menikahi laki-laki lebih dari satu dalam waktu yang

bersamaan. Dibandingkan dengan poligini, bentuk poliandri tidak banyak

dipraktekkan. Hal ini dikarena ada beberapa negara yang melarang poliandri,

khusus untuk orang Islam poliandri diharamkan.

4 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia: Menurut Perundangan, Hukum

Adat, Hukum Agama, Bandung, Mandar Maju, 2007, hlm. 120.

Page 23: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

6

Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu pembahasan poligami yang bermakna

poligini (suami yang beristri lebih dari satu). Penulis tetap menggunakan istilah

poligami, hal ini dikarenakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengatur dan menggunakan

istilah poligami. Mengingat poliandri di Indonesia dilarang, maka istilah poligami

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam adalah poligami yang bermakna poligini. Subjek

(pelaku) dari poligami yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah masyarakat

umum yang tidak tunduk pada peraturan khusus.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 5

Ayat 1 ditegaskan syarat-syarat beristri lebih dari satu, yaitu: adanya persetujuan

dari istri, adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-

istri dan anak-anaknya, adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

istri-istri dan anak-anaknya. Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam menentukan bahwa

“Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan

poligami apabila: istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri

mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak

dapat melahirkan keturunan”.

Poligami dibolehkan dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam tersebut hanyalah pengecualian, untuk itu Undang-Undang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam mencantumkan syarat-syarat dan alasan-alasan

dibolehkannya hal tersebut, dengan demikian asas yang dianut oleh Undang-

Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam adalah bukan asas monogami

Page 24: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

7

mutlak, melainkan monogami terbuka yang menempatkan poligami pada status

hukum darurat. Disamping itu, poligami tidak semata-mata kewenangan suami

penuh, tetapi atas dasar izin dari istri dan hakim pengadilan. Perkawinan poligami

merupakan perbuatan hukum dan tidak dilarang oleh ketentuan agama, namun

hanya diatur sedemikian rupa agar benar-benar dilakukan sesuai dengan dan untuk

tujuan yang dibenarkan hukum.5

Poligami sebagai bagian dari sistem perkawinan Islam telah diterima dalam

hukum perkawinan nasional dan praktek pelaksanaanya diatur dengan prosedur

tertentu, yakni dengan ketentuan bahwa: “Pengadilan dapat memberikan izin

kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh

pihak-pihak yang bersangkutan” (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Pasal 3 Ayat (2)). Pernyataan ini berarti bahwa apabila istri tidak

menyetujui poligami, karena secara fisik masih mampu melayani suami secara

baik, maka pengadilan dapat menolak izin poligami yang diajukan suami.

Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam sudah mengatur

sedemikian rupa alasan dan persyaratan yang cukup ketat tentang poligami di

Indonesia, namun realitanya tidak menutup kemungkinan masih ada bahkan

banyak masyarakat yang belum mengindahkan peraturan tersebut. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya pelaksanaan poligami yang terjadi dimasyarakat

tanpa memenuhi syarat yang telah ditetapkan, seperti: poligami yang dilakukan

tanpa disertai adanya alasan-alasan dibolehkannya poligami, poligami yang

dilakukan secara diam-diam tanpa meminta persetujuan istri serta poligami

5 Amir Nurrudin dan Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Study Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No. 1 Tahun 1974 sampai KHI), Cet ke-2, Jakarta,

Kencana, 2004, hlm. 162.

Page 25: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

8

dilakukan tanpa meminta izin Pengadilan. Praktek poligami yang tidak sesuai

dengan konsep aturan-aturan dan syarat-syarat serta prosedur pelaksanaan yang

telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam, maka poligami yang dilakukan tersebut tidak sah

menurut hukum.

Poligami sebagai hubungan hukum secara otomatis menimbulkan akibat hukum,

yaitu terhadap pasangan berupa hubungan hak dan kewajiban antara suami dan

istri-istri, terhadap anak, terhadap harta kekayaan sehingga akan berpengaruh

terhadap kehidupan sosial-ekonomis keluarga, karena jika semula suami hanya

bertanggung jawab pada satu keluarga saja maka setelah ia berpoligami ia akan

mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk istri-istri dan anak-anaknya.

Permasalahan yang dapat timbul dalam keluarga akibat poligami, yaitu konflik

terkait kesenjangan hak atau kewajiban, konflik harta kekayaan antara suami dan

istri-istri, konflik antara anak-anak dari istri-istrinya serta konflik antara istri dan

anak-anaknya masing-masing.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka untuk menjawab

permasalahan tersebut penulis tertarik menulis skripsi yang berjudul:“Poligami

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam”.

Page 26: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan memperhatikan pokok-pokok pikiran di

atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam?

2. Bagaimana pelaksanaan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam?

3. Bagaimana akibat hukum terhadap poligami menurut Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup bidang ilmu dan kajian.

Ruang lingkup bidang ilmu adalah Hukum Perdata yaitu Hukum Perkawinan

Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Hukum Islam yaitu Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991

tentang Kompilasi Hukum Islam. Kajian dalam penelitian ini adalah poligami

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, pelaksanaan poligami menurut Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam serta akibat

hukum terhadap poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Page 27: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis poligami menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam;

b. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pelaksanaan poligami

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam;

c. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis akibat hukum terhadap

poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis kegunaan penelitian skripsi ini adalah sebagai sumbangsih

pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum keperdataan khususnya dalam hal

poligami menurut dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam;

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian skripsi ini secara praktis, yaitu:

Page 28: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

11

1) Untuk menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca mengenai

poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Kompilasi Hukum Islam;

2) Sebagai lahan penelitian lanjutan bagi pihak yang membutuhkan referensi

sekaligus dapat digunakan untuk penelitian terkait poligami menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam;

3) Sebagai salah satu syarat akademis bagi penulis untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 29: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Poligami

Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “poly”

atau “polus” yang berarti “banyak” dan kata “gamaei” atau ”gamos” yang

berarti “kawin” atau “perkawinan”, jika pengertian kata tersebut digabungkan,

maka poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari

seorang. Menurut bahasa Arab, poligami disebut “ta‟did al-zawjah” (terbilangnya

pasangan).6

Secara terminologi, poligami yaitu seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu

istri atau seorang laki-laki yang beristri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling

banyak empat orang.7

Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian poligami adalah

ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa

lawan jenis dalam waktu yang bersamaan dan berpoligami berarti menjalankan

(melakukan) poligami.8

6Supardi Mursalin, Menolak Poligami, Studi tentang Undang-Undang Perkawinan dan

Hukum Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 15. 7Siti Zulaikha, Fiqh Munakahat, Yogyakarta, Idea Press Yogyakarta, 2015, hlm. 101.

8https://kbbi.web.id/poligami, diakses pada 15 November 2017, Pukul. 20.00 WIB.

Page 30: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

13

Pengertian poligami dalam kamus hukum adalah ikatan dimana salah satu pihak

mempunyai atau menikah beberapa lawan jenis dalam waktu yang tidak berbeda.9

Berdasarkan hal tersebut, poligami mempunyai dua kemungkinan makna, yaitu:

Pertama, seorang laki-laki menikah dengan banyak perempuan. Kedua, seorang

perempuan menikah dengan banyak laki-laki. Kemungkinan pertama disebut

poligini dan kemungkinan kedua disebut poliandri.10

Hanya saja sejak

berkembangnya zaman, pengertian itu mengalami perubahan sehingga poligami

dipakai untuk makna laki-laki yang memiliki banyak istri, sedangkan poligini

sendiri tak lazim digunakan khususnya di Indonesia.11

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

poligami adalah suatu perkawinan lebih dari satu, dimana seorang laki-laki

menikahi wanita lebih dari satu orang dan sebaliknya seorang wanita menikahi

laki-laki lebih dari satu orang yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Poligami itu sendiri terbagi menjadi 2 (dua), yaitu poligini dan poliandri.

a. Poligini

Istilah poligini berasal dari ”poli” atau “polus” artinya “banyak” dan “gene”

artinya “istri”, jadi poligini artinya beristri banyak.12

Poligini adalah perkawinan

dimana seorang laki-laki (suami) menikah dengan beberapa perempuan (istri).13

9 Sudarsono, Kamus Hukum, Cet-VI. Jakarta, Rineka Cipta, 2009, hlm. 364.

10 Candra Saptiawan Saputra, Perkawinan Dalam Islam: Monogami atau Poligami,

Yogyakarta, An Naba‟, 2007, hlm. 21. 11

Rijal Imanullah, Poligami Dalam Hukum Islam, Mazahib, Vol XV, No. 1. Juni 2016,

hlm. 105. 12

A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, Cet Pertama,

Surabaya, Pustaka Progresif, 2007, hlm. 680. 13

A. Jafran, Larangan Muslimah Poliandri: Kajian Filosofis, Normatif Yuridis,

Psikologis dan Sosiologis AL-„ADALAH Vol. X. No. 3 Januari 2012, hlm. 326.

Page 31: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

14

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa poligini adalah seorang pria yang

menikahi lebih dari satu orang istri dalam waktu yang bersamaan.

Poligini dibolehkan dalam Al-Qur‟an, sebagaimana firman Allah SWT yang

artinya: “…Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga

atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka

(kawinilah) seorang saja…”.(QS. An-Nisa‟ [4] : 3).

Berawal dari ayat ini, hukum poligini dibolehkan dengan harus memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan, yaitu adanya persetujuan istri, adanya kepastian

suami mampu menjamin keperluan istri-istri dan anak-anak mereka, suami harus

berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka, sebagaimana ditetapkan

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Bagi suami yang tidak memenuhi persyaratan tersebut, maka ia

tidak dibenarkan untuk memiliki istri lebih dari seorang.

b. Poliandri

Secara etimologis, poliandri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polus: banyak”

dan “Andros: laki-laki”, dalam bahasa Inggris “poliandry” yang berarti “bersuami

lebih dari seorang”.14

Secara terminologis, poliandri diartikan dengan perempuan

yang mempunyai suami lebih dari satu, namun dalam masyarakat perkawinan

poligini lebih banyak dikenal dari pada perkawinan poliandri.15

Poliandri dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu poliandri fatrenal dan poliandri

poliandri non fatrenal. Poliandri fatrenal adalah perempuan yang mempunyai

14

Mahyuddin, Masailul Fiqhiyah, Jakarta, Kalam Mulia, 2003, hlm. 59. 15

Ensiklopedi Indonesia, Jakarta, PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jilid V, 2376.

Page 32: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

15

suami lebih dari satu dimana si suami beradik kakak, sedangkan poliandri non

fatrenal adalah perempuan yang mempunyai suami lebih dari satu dimana suami

suami tidak ada hubungan kakak beradik kandung.16

Terkait dengan perkawinan satu orang wanita dengan beberapa orang laki-laki

(poliandri), Islam sangat melarang. Larangan mengenai poliandri ditegaskan oleh

Islam dalam Surat An-Nisa‟ Ayat 24 sebagai berikut:

“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-

budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-

Nya atas kamu…”. (QS. An-Nisa‟ [4] : 24).

Ayat di atas menunjukkan bahwa salah satu kategori wanita yang haram dinikahi

oleh laki-laki adalah wanita yang sudah bersuami yang dalam hal ini disebut al-

Muhshanat.17

Dibandingkan dengan poligini, poliandri sangatlah tidak adil bagi kaum wanita,

namun tidak demikian apabila menyandarkan kembali pada ketentuan hukum

nasab dalam Islam. Tali keturunan atau nasab dalam Islam disandarkan pada garis

keturunan ayah, sehingga apabila terjadi poliandri maka akan sulit untuk

menentukan garis keturunan dari anak yang dilahirkan. Hal ini nantinya juga akan

berdampak pada sistem kewarisan terhadap anak dan suami-suami wanita

manakala salah satu suami dari wanita tersebut meninggal dunia, maka dapat

diketahui bahwa poliandri dalam Islam sangat dilarang karena akan menimbulkan

madharat dalam hal nasab yang juga berdampak pada permasalahan kewarisan.

16

Diakses darihttps://id.m.wikipedia.org. Pada Jum‟at, 09 Maret 2018, Pukul 12.51 WIB. 17

Syeh Taqiyudin al-Nabhani dalam A. Jafran Larangan Muslimah Poliandri: Kajian

Filosofis, Normatif Yuridis, Psikologis dan Sosiologis AL-„ADALAH Vol. X. No. 3 Januari 2012,

hlm. 327.

Page 33: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

16

2. Poligami Menurut Ulama Mazhab

Untuk memperoleh wawasan lebih luas terkait pengertian poligami, perl

u dikemukakan juga pengertian poligami menurut Ulama 4 (empat) Mazhab,

yaitu:

a. Mazhab Hanafi

Mahzab Hanafi menginterpretasikan Surat An-Nisa‟ [4] : 3 secara berbeda dengan

pendapat umum. Pendapat ini diwakili oleh Abu Bakar Jassas Razi yang

mengatakan dalam Ahkam Al-Qur‟an bahwa kata yatim dalam ayat tersebut tidak

berarti anak yang ditinggalkan mati ayahnya semata, tetapi mencakup janda yang

ditinggal mati suaminya juga.18

Al-Kasyani berpendapat poligami dibolehkan tetapi syaratnya harus adil, namun

jika seseorang khawatir tidak bisa berbuat adil dalam nafkah lahir (sandang,

pangan, papan) dan nafkah lahir (membagi giliran tidur) terhadap istri-istrinya,

maka Allah menganjurkan kaum lelaki untuk menikah dengan satu istri saja. Hal

ini dikarenakan bersikap adil dalam nafkah lahir batin merupakan kewajiban

syar‟i yang bersifat dlarurah, dan itu sungguh berat sekali. Dlarurah berarti suatu

keperluan yang harus ditunaikan karena ia sangat penting dan pokok. Antara

bentuk perlakuan adil terhadap beberapa istri adalah nafkah lahir berkaitan dengan

materi (seperti makanan, tempat tinggal dan pakaian) harus sama. Baik diberikan

pada istri merdeka maupun hamba sahaya, karena semua itu merupakan

keperluan-keperluan primer. Suami juga dilarang mengganti kewajiban nafkah

18

Fhatonah, Telaah Poligini: Perspektif Ulama Populer Dunia (Dari Ulama Klasik

Hingga Ulama Kontemporer), AL- HIKMAH jurnal Studi Keislaman, Volume 5, Nomor 1, Maret

2015, hlm. 22.

Page 34: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

17

batinnya dengan uang. Demikian pula bagi istrinya, tidak boleh memberikan uang

kepada suaminya agar mendapat jadwal giliran lebih dari istri yang lain.19

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bagi kalangan Hanafi,

praktik poligami hingga empat istri dibolehkan dengan catatan aman dari

kezhaliman (ketidakadilan) terhadap salah satu dari istrinya, jika ia tidak dapat

memastikan keadilannya, maka ia harus membatasi diri pada monogami

berdasarkan firman Allah SWT: “…Jika kalian khawatir ketidakadilan, sebaiknya

monogamy…”.

b. Mazhab Maliki

Kebanyakan buku-buku ulama Malikiyah membahas seputar hukum poligami

hamba sahaya, keharaman beristri lebih dari empat orang serta kewajiban

membagi jadwal giliran terhadap istri-istrinya. Menurut Imam Maliki dalam

bukunya menyatakan bahwa seorang hamba sahaya dalam hal poligami juga sama

dengan orang merdeka, mereka sama-sama dibolehkan mempunyai istri sampai

empat orang, karena ayat tersebut bersifat umum.20

Sementara masalah sikap adil, Ibn Rusyd mengatakan bahwa kewajiban bersikap

adil diantara para istri sudah menjadi ijma ulama yang tidak boleh ditawar-tawar

lagi. Secara umum, dalam masalah “keadilan” disini menunjukan bahwa poligami

(baik untuk merdeka maupun hamba) dalam pandangan Maliki tidak berbeda

dengan sebagian besar ulama lainnya, yakni poligami dibolehkan tetapi yang

menjadi pertimbangan utama adalah tetap harus berlaku adil.

19

Fhatonah, Ibid., hlm. 23. 20

Ibid., hlm. 24.

Page 35: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

18

c. Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi‟i dengan tegas berpendapat poligami tidak diwajibkan. Hal ini

seperti penjelasan dalam kitabnya Mughnil Muhta: “Nikah itu tidak wajib

berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa‟ Ayat 3. Nikahilah perempuan yang baik

menurutmu. Pasalnya, kewajiban tidak berkaitan dengan sebuah pilihan yang

baik. Nikah juga tidak wajib berdasarkan: Dua, tiga atau empat perempuan. Tidak

ada kewajiban poligami berdasarkan ijma ulama”.21

d. Mazhab Hambali

Kitab Mausu‟atul Fiqhiyyah menyatakan: “Bagi kalangan Syafi‟iyah dan

Hambaliyah, seseorang tidak dianjuran untuk berpoligami tanpa keperluan yang

jelas (terlebih bila telah [dari zina] dengan seorang istri) karena praktik poligami

berpotensi menjatuhkan seseorang pada yang haram (ketidakadilan)”. Allah SWT

berfirman: “Kalian takkan mampu berbuat adil diantara para istrimu sekalipun

kamu menginginkan sekali”. Rasulullah bersabda: “Orang yang memilki dua istri,

tetapi cenderung pada salah satunya, maka di hari Kiamat ia berjalan miring

karena perutnya berat sebelah”.22

3. Poligami Menurut Para Ulama Kontemporer

Para ulama berbeda pendapat mengenai ketentuan poligami, meskipun dasar

pijakan mereka adalah sama, yaitu mereka mendasarkan pada Surat An-Nisa‟

Ayat 3. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai poligami menurut para ulama,

sebagai berikut:

21

Fhatonah, Op. Cit., hlm. 24. 22

Fhatonah, Loc. Cit., hlm. 25.

Page 36: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

19

a. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh berpendapat bahwa poligami merupakan tindakan yang tidak

boleh dan haram. Poligami hanya diperbolehkan jika keadaan benar-benar

memaksa pada awal Islam muncul dan berkembang yakni dengan alasan:

Pertama, saat itu jumlah pria sedikit jika dibandingkan dengan jumlah wanita

akibat gugur dalam peperangan antar suku dan kabilah, maka sebagai bentuk

perlindungan para pria menikahi wanita lebih dari satu. Kedua, saat itu Islam

masih sedikit sekali pemeluknya, dengan poligami wanita yang dinikahi

diharapkan masuk Islam dan memengaruhi sanak keluarganya. Ketiga, dengan

poligami terjalin ikatan pernikahan antar suku yang mencegah peperangan dan

konflik.23

Kini keadaan telah berubah. Poligami, papar Abduh justru menimbulkan

permusuhan, kebencian dan pertengkaran antara para istri dan anak-anak, bahkan

Muhammad Abduh berfatwa bahwa poligami ini hukumnya haram dengan alasan:

Pertama, syarat poligami adalah berbuat adil. Syarat ini sangat sulit dipenuhi dan

hampir mustahil sebab Allah SWT sudah menjelaskan dalam Surat An-Nisa‟ Ayat

129 yang artinya: “kamu tidak akan dapat berbuat adil diantara istri-istrimu”.

Kedua, buruknya perlakuan para suami yang berpoligami terhadap para istrinya

karena mereka tidak dapat melaksanakan kewajiban untuk memberi nafkah lahir

dan batin secara baik dan adil. Ketiga, dampak psikologi anak-anak dari hasil

23

Marzuki, Pengantar Studi Hukum Islam (Prinsip Dasar Memahami Berbagai Konsep

Dan Permasalahan Hukum Islam Di Indonesia), Yogyakarta, Penerbit Ombak, 2013, hlm. 342.

Page 37: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

20

pernikahan poligami, mereka tumbuh dalam kebencian dan pertengkaran sebab

ibu mereka bertengkar baik dengan suami atau dengan istri yang lain.24

Syeikh Muhammad Abduh juga menjelaskan hanya Nabi Muhammad saja yang

dapat berbuat adil sementara yang lain tidak dan perbuatan yang satu ini tidak

dapat dijadikan patokan sebab ini kekhususan Nabi kepada istri-istrinya. Abduh

membolehkan poligami hanya dalam keadaaan yang benar-benar terpaksa.

Menurut Abduh, praktek poligami merupakan praktek perbudakan. Islam tidak

mengajarkan seperti itu. Fenomena ini menurut Muhammad Abduh adalah tradisi

jahiliyah yang tidak ada hubungannya dengan Islam.25

b. Mahmud Syaltut

Berbeda pendapat dengan Muhammad Abduh, Mahmud Syaltut tidak meletakkan

syarat keterpaksaan dalam masalah poligami. Dia menyerahkan kepada individu

untuk menentukan keadaan dirinya apakah mampu berlaku adil ataupun tidak,

kemudian dia jawab sendirilah depan Allah SWT.

Mahmud Syaltut melihat hukum dibolehkannya poligami adalah untuk jalan

keluar kepada pengasuh anak yatim supaya tidak terjebak dalam kezaliman akibat

perbuatannya yang tidak adil terhadap mereka. Oleh karena itu, menurut Syaltut,

apa yang penting dalam poligami adalah keadilan bukan keterpaksaan. Menurut

peneliti dari Malaysia Zulkifli Haji Mohd Yusuff dan Aunur Rafiq, ide Syaltut ini

sekiranya direalisasikan tanpa pengawasan cermat terhadap pelaku poligami,

maka hal ini tidak akan menimbulkan dampak positif. Bahkan poligami menjadi

24

Edi Darmawijaya, Poligami Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif (Tinjauan

Keluarga Turki, Turnisia dan Indonesia),Vol 1, No. 1 Maret 2015, hlm. 30. 25

Ibid., hlm. 30.

Page 38: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

21

wadah pemuas nafsu lelaki dan lahirnya keluarga yang penuh konflik, persaingan

tidak sehat, khususnya dikalangan istri yang dimadu. Biasanya faktor penting

yang menjadi permulaan adalah merebut cinta dan perhatian suami, bukannya

merebut harta.26

c. Musthofa al-Maraghi

Musthofa al-Maraghi adalah seorang ulama kontemporer. Ia menyatakan dalam

kitab tafsirnya bahwa dibolehannya poligami adalah kebolehan yang dipersulit

dan diperketat. Menurutnya, poligami dibolehkan dalam keadaan darurat yang

hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Dia

kemudian mencatat kaidah fiqhiyah “dar‟u al-mafasid muqaddamun „ala jalbi al-

mushalih” (menolak yang berbahaya harus didahulukan daripada mengambil yang

bermanfaat). Catatan ini dimaksudkan untuk menunjukkan betapa pentingnya

untuk berhati-hati dalam melakukan poligami.

Alasan seseorang boleh berpoligami menurut Musthofa Al-Maraghi apabila:27

1) Seseorang yang mempunyai istri mandul, sedangkan ia mendambakan

keturunan yang akan meneruskannya. Terlebih-lebih apabila orang tersebut

seorang hartawan atau pembesar. Orang semacam ini diperkenankan untuk

kawin lagi.

2) Istri telah tua renta dan telah mencapai usia putus menstruasi (menapouse),

sedangkan si laki-laki masih menghendaki keturunan dan masih mampu untuk

membiayai anak-anaknya, baik belanja hidupnya maupun pendidikannya.

3) Seorang suami yang mempunyai daya seksual yang tinggi (hiper sex), hingga

ia belum merasa cukup memenuhi nalurinya dengan hanya satu istri atau istri

mempunyai masa haid yang panjang hingga tiap bulannya itu menghabiskan

waktu yang cukup lama. Dalam hal yang semacam ini, suami dihadapkan

kedua alternatif pilihan, yaitu:

a) Kawin lagi;

b) Berbuat zina yang mempunyai efek negatif, baik terhadap agama, harta,

keturunan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu jalan yang terbaik dan maslahat adalah kawin lagi (poligami).

26

Edi Darmawijaya, Ibid., hlm. 31. 27

Tafsir Ayat-Ayat Ahkam, hlm. 176-177.

Page 39: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

22

d. Rasyid Ridha

Rasyid Ridha adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang

mengembangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh

Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Ia mengatakan, sebagaimana

yang dikutip oleh Masyfuk Zuhdi, sebagai berikut: Islam memandang poligami

lebih banyak membawa resiko/mudharat daripada manfaatnya, karena manusia itu

menurut fitrahnya (human nature) mempunyai watak cemburu, iri hati, dan suka

mengeluh. Watak-watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika

hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis, dengan demikian poligami itu

bisa menjadi sumber konflik dalam kehidupan keluarga, baik konflik antara suami

dengan istri-istri dan anak-anak dari istri-istrinya, maupun konflik antara istri

beserta anak-anaknya masing-masing, karena itu hukum asal perkawinan menurut

Islam adalah monogami, sebab dengan monogami akan mudah menetralisasi

sifat/watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh dalam kehidupan keluarga yang

monogamis.

Berbeda dengan kehidupan keluarga yang poligamis, orang akan mudah peka dan

terangsang timbulnya perasaan cemburu, iri hati/dengki dan suka mengeluh dalam

kadar tinggi, sehingga bisa mengganggu ketenangan keluarga. Oleh karena itu,

poligami hanya dibolehkan, apabila dalam keadaaan darurat, misalnya istri

ternyata mandul, sebab menurut Islam, anak itu merupakan salah satu dari tiga

human investment yang sangat berguna bagi manusia setelah ia meninggal dunia,

yakni bahwa amalan tidak tertutup berkah adanya keturunan yang shaleh yang

selalu berdoa untuknya, maka dalam keadaan istri mandul dan suami tidak mandul

berdasarkan keterangan medis hasil laboratoris, suami diizinkan berpoligami

Page 40: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

23

dengan syarat ia benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga

dan harus bersikap adil dalam pemberian nafkah lahir dan giliran waktu

tinggalnya.28

e. Syaikh Sayyid Sabiq

Menurut Sayyid Sabiq, poligami adalah salah satu ajaran Islam yang sesuai

dengan fitrah kaum laki-laki. Laki-laki adalah makhluk Allah yang memiliki

kecenderungan seksual lebih besar dibandingkan kaum perempuan. Secara

genetik, laki-laki dapat memberikan benih kepada setiap wanita karena kodrat

wanita adalah hamil dan melahirkan setelah masa pembuahan. Jika perempuan

melakukan poliandri, tidak hanya bertentangan dengan kodratnya, tetapi sangat

naif dan irrasional. Dari sisi genetik akan kesulitan mencari dari benih siapa yang

dibuahkan oleh perempuan yang hamil tersebut. Dengan demikian, syariat Islam

tentang poligami tidak bertentangan dengan hukum alam dan kemanusiaan,

bahkan relevan dengan fitrah dan kodrat kaum laki-laki.29

f. Abu Bakar bin Arabi

Menurut Abu Bakar bin Arabi, seseorang yang melakukan poligami haruslah

berlaku adil. Mengenai adil terhadap istri-istri dalam masalah cinta dan kasih

sayang ia menyatakan bahwa hal ini berada diluar kesanggupan manusia, sebab

cinta itu adanya dalam genggaman Allah SWT yang mampu membolak

balikannya menurut kehendak-Nya. Begitu pula dengan hubungan seksual,

terkadang suami bergairah dengan istri yang satu, tetapi tidak bergairah dengan

28

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta, Kencana Prenada Media grup, 2003,

hlm.130-133. 29

Boedi Abdullah, Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim, Bandung, CV Pustaka

Setia, 2013, hlm. 32.

Page 41: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

24

istri lainnya. Hal ini, apabila tidak disengaja, ia tidak terkena hukum dosa, karena

berada diluar kemampuannya. Oleh karena itu, ia tidak dipaksa untuk berlaku

adil.30

Menurut Al-Khattabi, sebagai penguat adanya kewajiban melakukan pembagian

yang adil terhadap istri-istrinya yang merdeka dan makruh bersikap berat sebelah

dalam menggaulinya, yang berarti mengurangi haknya, tetapi tidak dilarang untuk

lebih mencintai perempuan yang satu daripada yang lainnya, karena masalah cinta

berada diluar kesanggupannya.31

g. Ibnu Katsir

Ibnu Katsir yang merupakan pendukung Hambali, mengatakan jika dengan

berpoligami seseorang takut berbuat zalim, hendaknya menikah hanya dengan

satu istri saja atau cukup dengan hamba-hamba wanita karena tidak diwajibkan

berbuat adil terhadap mereka.

Masalah “adil (cinta)”, Ibnu Katsir menafsirkan Surat An-Nisa‟ Ayat 129 bahwa:

“Wahai manusia, kamu sekali-kali tidak akan dapat bersikap adil diantara para

istrimu dalam semua segi, karena meskipun kamu membagi giliran mereka secara

lahir semalam-semalam, akan tetapi mesti ada pembelaan dalam kecintaan (dalam

hati) keinginan syahwat dan hubungan intim”.

Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas ra, Ubaidah al-Salmani, Hasan al-Basri dan

Dhahhak bin Muzamin. Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang Qais Ibnu

Harits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah menjadikan riwayat

30

H. M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 363. 31

Abdul Rahman Ghoozali, Op. Cit., hlm. 134.

Page 42: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

25

sahabat yang beristri lebih dari 4 (empat) lalu Nabi memerintahkan untuk memilih

4 (empat) saja dan menceraikan sisanya adalah riwayat-riwayat yang bisa

dijadikan Hujjah dalam pembahasan hukum Syara‟, sehingga memberi batasan

jumlah istri maksimal empat.32

h. Musafir Al-Jahrani

Musafir Al-Jahrani adalah seorang pemikir yang menyatakan bahwa poligami

adalah syariat Islam yang tak terbantahkan keabsahannya. Kendatipun syariat

tidak diwajibkan, namun Al-Qur‟an membolehkannya. Siapa saja yang menolak

poligami sebenarnya satu sikap yang pro-Barat dan menolak kehujjahan Al-

Qur‟an. Padahal dibolehkannya poligami dalam Al-Qur‟an adalah untuk

kemasalatan didunia dan diakhirat. Poligami bertujuan untuk memelihara hak-hak

wanita dan memelihara kemuliaanNya.

B. Kerangka Teori

Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan. Kerangka teori adalah

konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka

acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap

dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh penulis.33

Untuk membahas

permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori-teori sebagai

berikut:

32

Siti Zulaikha, Op.Cit.,hlm. 104. 33

Amiruddin dan H Zainal Asikin, Pengatar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT Raja

Grafindo, 2012, hlm. 14.

Page 43: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

26

1. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum menurut Gustav Radbruch dinyatakan bahwa “sesuatu

yang dibuat pasti memiliki cita dan tujuan”.34

Jadi, hukum dibuatpun ada

tujuannya dan tujuan ini merupakan suatu nilai yang ingin diwujudkan manusia,

tujuan hukum yang utama ada tiga, yaitu keadilan untuk keseimbangan, kepastian

untuk ketetapan dan kemanfaatan untuk kebahagiaan.

Berkaitan dengan teori kepastian hukum, penulis melihat bahwa seberapa

efisienkah peraturan yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Apakah pengaturan poligami

dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam sudah ditaati oleh masyarakat. Teori kepastian hukum ini untuk

memecahkan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu pada rumusan masalah

pertama, terkait poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dimana didalamnya akan dibahas

mengenai pengaturan dan alasan dibolehkan poligami.

2. Teori Keadilan

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum. Mengingat tujuan hukum selain

keadilan, ada kepastian hukum dan kemanfaatan. Pakar teori keadilan yaitu

Aristoteles yang menyatakan bahwa keadilan menuntut perlakuan yang sama bagi

mereka yang sederajat didepan hukum.35

34

Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada, 2011, hlm. 123. 35

W. Friedman, Teori & Filsafat Hukum (Telaah Kritis Atas Teori-teori Hukum), Jakarta,

Rajawali, 1990, hlm. 21.

Page 44: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

27

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, teori keadilan digunakan untuk memecahkan

rumusan masalah yang kedua, yaitu pelaksanaan poligami menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

yang didalamnya akan dibahas mengenai syarat adil bagi seseorang yang akan

berpoligami dan rumusan ketiga yaitu akibat hukum yang timbul dari poligami.

Akibat hukum dari poligami yaitu hubungan antara suami dan istri, terhadap anak

dan harta kekayaan. Oleh karena itu, teori keadilan ini dapat memecahkan

rumusan masalah yang kedua dan ketiga.

Page 45: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

28

C. Kerangka Pikir

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

Poligami

Istri Istr

i

Istri

Suami

Istri Istri Suami Suami

Poliandri Poligini

Pelaksanaan

poligami menurut

Undang-Undang

Nomor 1 Tahun

1974 tentang

Perkawinan dan

Kompilasi Hukum

Islam

Poligami

menurut

Undang-Undang

Nomor 1 Tahun

1974 tentang

Perkawinan dan

Kompilasi

Hukum Islam

Akibat hukum terhadap

poligami menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan

Hukum Islam

Suami Istri

Page 46: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

29

Keterangan:

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 3

Ayat (1), seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri dan sebaliknya

seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami dan dalam hukum

perkawinan disebut dengan istilah monogami. Namun, dalam kondisi tertentu

seorang suami dibolehkan untuk melakukan poligami. Poligami merupakan suatu

ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau menikahi beberapa lawan

jenis dalam waktu yang bersamaan. Poligami dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

poligini dan poliandri. Poligini yaitu suatu ikatan perkawinan dimana seorang

suami memiliki istri lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan,

poliandri yaitu seorang istri memiliki suami lebih dari satu dalam waktu yang

bersamaan.

Penulis memfokuskan pada pembahasan poligami yang bermakna poligini (suami

yang beristri lebih dari satu). Perkawinan poligami yang dilakukan secara sah

akan menimbulkan pandangan tersendiri dari kedua instrument yang mengaturnya

yaitu dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam. Selanjutnya akan timbul pertanyaan tentang bagaimana

pandangan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dan bagaimana pelaksanaan poligami

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam serta bagaimana akibat hukum terhadap poligami

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam.

Page 47: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

30

III. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berfikir dan bertindak logis, metodis

dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum atau fakta empiris yang

terjadi atau yang ada disekitar kita untuk direkontruksi guna mengungkapkan

kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan. Berfikir logis adalah berfikir secara

bernalar menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas dan

mendalam sampai kedasar pesoalan guna mengungkapkan kebenaran. Metodis

adalah berfikir dan berbuat menurut metode tertentu yang kebenarannya diakui

menurut penalaran. Sistematis adalah berfikir dan berbuat yang bersistem, yaitu

runtun, berurutan dan tidak tumpang tindih.36

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat normatif, karena penelitian ini dilakukan

dengan cara mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori,

sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi,

konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan

mengikat suatu Undang-Undang serta serta bahasa hukum yang digunakan tetapi

tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya.37

36

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, PT Citra Aditya

Bakti, 2004, hlm. 2. 37

Ibid., hlm. 102.

Page 48: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Perihal skripsi ini, penelitian hukum normatif diaplikasikan dalam permasalahan

pandangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam mengenai poligami. Penulis akan melakukan penelitian

normatif dengan cara mengkaji dan menganalisis dari bahan-bahan pustaka berupa

literatur dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas yang bertujuan untuk menjawab setiap permasalahan dalam penelitian.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat

pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap

tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu

yang terjadi dalam masyarakat.38

Pada penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh

tentang Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam karena akan dilakukan analisis secara

cermat terhadap hukum poligami, sehingga akan diperoleh pandangan hukum

diantara kedua hukum tersebut.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga tercapainya tujuan penelitian.

Penelitian ini bukanlah memperoleh hasil yang dapat diuji melalui statistik,

melainkan penelitian ini merupakan penafsiran subjektif yang merupakan

38

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 57.

Page 49: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

32

pengembangan teori-teori dalam kerangka penemuan ilmiah. Pendekatan masalah

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif,

artinya pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara

menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan

perundangan-undangan yang berhubungan dengan skripsi ini. Penggunaan

pendekatan yuridis normatif dalam skripsi ini, bahan utama yang digunakan

adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

D. Data dan Sumber Data

Menurut Soerjono Soekanto, data adalah sekumpulan informasi yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan suatu penelitian yang berasal dari berbagai sumber, data terdiri

dari data lapangan dan kepustakaan.39

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui Perundang-Undangan dan

Kompilasi Hukum Islam.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga), yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, bersumber dari:

a) Al-Qur‟an;

b) Al-Hadist;

c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

e) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

39

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Grafindo

Persada, 2004, hlm. 15.

Page 50: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

33

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum

primer yang berupa buku-buku, literatur-literatur, dan data-data yang berkaitan

dengan judul dan permasalahan yang akan diteliti.

3. Bahan Hukum Tersier

Data tersier adalah bahan hukum yang memberikan suatu petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri

dari kamus hukum, metodologi penelitian hukum, penelitian hukum normatif dan

pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Lampung.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif.40

Menelaah Peraturan Perundang-Undangan dan

Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan dengan penelitian ini. Kegiatan studi

pustaka tersebut dilakukan dengan tahap sebagai berikut: penentuan sumber data

sekunder (bahan hukum primer dan sekunder); identifikasi data sekunder bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diperlukan; inventarisasi data

yang sesuai dengan rumusan masalah dengan cara pengutipan atau pencatatan;

serta mengkaji data yang sudah terkumpul guna menentukan relevansinya dengan

40

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hlm. 81.

Page 51: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

34

kebutuhan dan rumusan masalah yang sesuai dengan judul penelitian yaitu

Poligami Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam.

2. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to

face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan

masalah penelitian kepada seseorang responden.41

Metode wawancara yang

dilakukan adalah standartisasi interview, dimana hal-hal yang akan dipertanyakan

telah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis. Beberapa hal yang harus

dipersiapkan sebelum melakukan wawancara, yaitu seleksi individu untuk

diwawancara yang sesuai dengan penelitian ini; pendekatan terhadap orang yang

telah diseleksi; pengembangan suasana lancar dalam wawancara; serta usaha

untuk menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang

diwawancara sesuai dengan judul penelitian yaitu Poligami Menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Syamsuddin, S.H., M.H. selaku

Hakim Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas I A dan Bapak Masiran Malkan,

S.H., M.H. selaku Pengadilan Agama Tanjungkarang Kelas I A sebagai

narasumber yang memberikan informasi tentang pandangan poligami menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sedangkan dari

pandangan Kompilasi Hukum Islam, penulis melakukan wawancara kepada H.

Suryani M. Nur, S. Sos., M.M. selaku Wakil Ketua MUI Provinsi Lampung.

41

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 8.

Page 52: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

35

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan

pengolahan data sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Pemeriksaan data (editing) merupakan pembenaran apakah data yang

terkumpul melalui studi pustaka, dokumen dan wawancara sudah dianggap

lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan dan tanpa kesalahan;

2. Penandaan Data (Coding)

Penandaan data (coding) merupakan pemberian tanda pada data yang

diperoleh, baik berupa penomoran ataupun penggunaan tanda, simbol atau

kata tertentu yang menunjukan golongan, kelompok atau klasifikasi data

menurut jenis dan sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data secara

sempurna, memudahkan rekonstruksi dan analisis data;

3. Penyusunan atau Sistematisasi Data (Constructing/Systemizing)

Penyusunan atau sistematisasi data (constructing/systemizing) merupakan

kegiatan menabulasi atau menyusun secara sistematis data yang sudah diedit

dan diberi tanda dalam bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka dan

persentase apabila data itu kuantitatif, maupun pengelompokan secara

sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi data dan

urutan masalah jika data itu kualitatif.

G. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara

sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan

Page 53: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

36

penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif. Analisis kualitatif

adalah menguraikan data secara bermutu, dalam bentuk kalimat yang tersusun

secara teratur, runtut, logis tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga

memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.42

Penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun secara

sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan pada akhirnya dapat

ditarik kesimpulan dengan menggunakan kesimpulan deduktif. Metode deduktif

adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan

menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan

generalisasi tersebut.

42

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 127.

Page 54: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Kompilasi Hukum Islam adalah sama. Keduanya sama-sama

membolehkan poligami. Poligami dibolehkan hanya dalam kondisi darurat,

dengan disertai salah satu alasan dibolehkan poligami yang diatur dalam Pasal

4 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam. Alasan-alasan yang dimaksud, yaitu istri

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, istri

mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri

tidak dapat melahirkan keturunan. Poligami dibolehkan apabila dikehendaki

oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan meminta izin Pengadilan dan

dibatasi hanya sampai 4 (empat) orang istri.

2. Pelaksanaan poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam tidak diatur secara jelas, keduanya

hanya mengatur syarat-syarat dibolehkannya poligami. Syarat dibolehkan

poligami diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan dan Pasal 58 Kompilasi Hukum Islam yang menentukan:

adanya persetujuan istri atau istri-istri, adanya kepastian bahwa suami mampu

Page 55: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

133

menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, adanya

jaminan bahwa suami dapat berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak

mereka. Pelaksanaan poligami secara jelas diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dengan ketentuan harus mengajukan permohonan

tertulis kepada Pengadilan, dengan disertai alasan-alasan dan memenuhi

syarat-syarat dibolehkan poligami. Prosedur beracara permohonan poligami di

Pengadilan terdiri atas: pemanggilan pihak-pihak, pemeriksaan, pembacaan

permohonan, jawaban, pembuktian dan putusan.

3. Akibat hukum terhadap poligami menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam adalah sama.

Pengaturan akibat hukum terhadap poligami menurut Kompilasi Hukum Islam

lebih lengkap dan rinci. Poligami yang sah dapat menimbulkan akibat hukum

yang meliputi: hubungan antara suami dan istri berupa hak dan kewajiban,

terhadap anak, harta kekayaan. Terkait pengaturan harta bersama dalam

Kompilasi Hukum Islam menentukan secara rinci mengenai bentuk harta

bersama, tanggung jawab terhadap harta bersama, pertanggungjawaban

terhadap hutang dan sita jaminan terhadap harta bersama dan kewarisan.

Page 56: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Abdullah, Boedi. 2013. Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Ali, Zainuddin. 2012. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Amiruddin dan H. Zainal Asikin. 2012. Penghantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: Rajawali Pers.

Anto, Mukti. 2011. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bakir, Herman. 2006. Filsafat Hukum (Desain dan Arsitektur Kesejarahan).

Jakarta: PT Refika Aditama.

Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jilid V). 2376.

Erwin, Muhammad. 2011. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ghozali, Abdul Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media

grup.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia: Menurut

Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju.

Harahap, Yahya. 2008. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

Husein, Ibrahim. 2003. Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan. Jakarta: Pustaka

Firdaus.

Husein, Imanuddin. 2003. Satu Istri Tak Cukup. Jakarta: Khaznah.

Mahasatya, Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Cv. Alfa Beta.

Mahyuddin. 2003. Masailul Fiqhiyah. Jakarta: Kalam Mulia.

Page 57: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Manan, Abdul. 2008. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam. Jakarta: Kencana

Mas

Mardani. 2010. Hukum Perkawinan Islam (Di Dunia Islam Modern). Jakarta:

Graha Ilmu.

Marzuki. 2013. Pengantar Studi Hukum Islam (Prinsip Dasar Memahami

Berbagai Konsep Dan Permasalahan Hukum Islam Di Indonesia).

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT

Citra Aditya Bakti.

Mulati. 2005. Hukum Islam Tentang Perkawinan dan Waris. Cet. ke-1. Jakarta:

Universitas Tarumanagara.

Munawwir, A. W. 2007. Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap. Cet

Pertama. Surabaya: Pustaka Progresif.

Mursalin, Supardi. 2007. Menolak Poligami, Studi tentang Undang-undang

Perkawinan dan Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nasution, Khairuddin. 2002. Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap

Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan

Malaysia. Jakarta: INIS.

Nurrudin, Amir dan Akmal Taringan. 2004. Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Study Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No. 1 Tahun

1974 sampai KHI). Cet ke-2. Jakarta: Kencana.

Rasyid, Roihan A. 2001. Hukum Acara Pengadilan Agama. Edisi Baru. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Ria, Wati Rahmi dan Muhamaad Zulfikar. 2015. Ilmu Hukum Islam. Bandar

Lampung: Gunung Pesagi.

Rodliyah, Nunung. 2018. Aspek Hukum Perceraian Dalam Kompilasi Hukum

Islam. Bandar Lampung: Aura Anugrah Utama Raharja.

Rofiq. Ahmad. 2015. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Saebani, Beni Ahmad. 2010. Fiqh Munakahat. Cet VI (Edisi Revisi). Bandung:

CV Pustaka Setia.

Saebani, Beni Ahmad dan Syamsul Falah. 2011. Hukum Perdata Islam di

Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Page 58: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Saputra, Candra Saptiawan. 2007. Perkawinan dalam Islam: Monogami atau

Poligami. Yogyakarta: An Naba’.

Sasongko, Wahyu. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2004. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

Grafindo Persada.

Soimin, Soedharyo. 2010. Hukum Orang dan Keluarga (Perspektif Hukum

Perdata Barat/BW, Hukum Islam dan Hukum Adat). Edisi Revisi. Jakarta:

Sinar Grafika.

Sudarsono. 2009. Kamus Hukum. Cet-VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarsono. 2010. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitati, Kualitatif

dan R & D”. Bandung: Cv. Alfa Beta.

Supriyadi, Dedi. 2011. Fiqh Munakahat Perbandingan (dari Tekstualitas sampai

Legislasi). Bandung: CV Pustaka Setia.

Tihami, H. M. A. dan Sohari Sahrani. 2014. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Zulaikha, Siti. 2015. Fiqh Munakahat 1. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Herzien Inlandsch Reglement (HIR).

Rechtsreglement voor de Buitengwesten (RBg).

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembar Negara

Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembar

Negara Tahun 1975 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3050).

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

Page 59: POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 …digilib.unila.ac.id/54945/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fokus penulis dalam skripsi ini, yaitu poligami yang bermakna

Jurnal/Skripsi:

Dani Tirtana. 2010. Analisis Yuridis Izin Poligami Dalam Putusan Pengadilan

Agama Jakarta Selatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Edi, Darmawijaya. Poligami Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif (Tinjauan

Keluarga Turki, Turnisia dan Indonesia). Vol 1, No. 1 Maret 2015.

Fatonah, Telaah Poligini: Perspektif Ulama Populer Dunia (Dari Ulama Klasik

Hingga Ulama Kontemporer), AL- HIKMAH jurnal Studi Keislaman,

Volume 5, Nomor 1, Maret 2015.

Fitra Ardhian, Reza. Poligami Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia

Serta Urgensi Pemberian Izin Poligami Di Pengadilan Agama. Privat

Law. Vol III No. 2 Juli-Desember 2015.

Imanullah, Rijal. Poligami Dalam Hukum Islam. Mazahib, Vol XV, No. 1. Juni

2016.

Jafran, A. Larangan Muslimah Poliandri: Kajian Filosofis, Normatif Yuridis,

Psikologis dan Sosiologis. AL-‘ADALAH Vol. X. No. 3 Januari 2012.

Website:

https://kbbi.web.id/poligami

https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com

https://id.m.wikipedia.org.

https://padistudio.wordpress.com

https://pta-semarang.go.id

https://kerinci.kemenag.go.id