pola makan dan imt

Upload: koko-nugroho

Post on 01-Mar-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    1/138

    HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP

    INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA

    DI SMP YMJ CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH:

    LIA SHOLEHA

    NIM: 1110104000023

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H /2014 M

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    2/138

    ii

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    3/138

    iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    SCHOOL OF NURSING

    SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

    JAKARTA

    Undergraduate Thesis, July 2014

    Lia Sholeha, NIM: 1110104000023

    Correlation between Eating Behavior and Body Mass Index in SMP YMJ

    Ciputat adolescents

    xviii + 79 pages + 17 tables + 2 figures + 9 appendixes

    ABSTRACT

    Adolescent is a critical time for promoting healthy eating behavior because eating

    behavior establish in this period of the time does persist through to adulthood.

    Eating behaviors such as emotional eating, eating restraint, and external eating

    associated with adiposity. Body Mass Index (BMI) is a simple to measure

    adiposity. This study aims to determine the correlation eating behaviors and BMI

    in adolescents. This study was done in SMP YMJ Ciputat. The study sample was

    82 students and taken by total sampling technique. This study uses associative

    design with quantitative approach. Data collection for eating behavior using a

    questionnaire. BMI measurements obtained after body weight was measured to

    the nearest 0.1 kg and height was measured in microtoise staturmeter to the

    nearest 0.1 cm. The data analysis technique which used is the spearman statistic

    with the aid program in its processing application. The results of this study

    indicate that there is no correlation between emotional eating and BMI (p > 0.05),

    there is no correlation between external eating and BMI (p > 0.05), and there is

    correlation bettween eating restraint relation to BMI (p = 0.002; r = 0.334). The

    results of this research can be used as an initial step to prevent malnutrition in

    adolescents, especially obesity.

    Key word: Eating Behavior, Body Mass Index, Adolescents

    References: 85 ( 1992-2014)

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    4/138

    iv

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, Juli 2014

    Lia Sholeha, NIM: 1110104000023

    Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di

    SMP YMJ Ciputat

    xviii + 79 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

    ABSTRAK

    Remaja merupakan masa terpenting untuk memperkenalkan perilaku makan

    karena pada remaja perilaku makan akan bersifat menetap dan akan terus bertahan

    sampai dewasa. Perilaku makan seperti emotional eating, restraint eating, dan

    external eatingberhubungan dengan cadangan lemak tubuh. Indeks Massa Tubuh

    (IMT) merupakan cara sederhana untuk mengukur cadangan lemak tubuh. Tujuan

    dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku makan terhadap

    IMT pada remaja. Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat. Sampel

    penelitian yang digunakan sebanyak 82 orang dan teknik yang digunakan adalahtotal sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif dengan

    pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data tentang perilaku makan menggunakan

    kuesioner, sedangkan IMT didapat setelah melakukan pengukuran berat badan

    dengan timbangan ketelitian 0.1 kg dan tinggi badan diukur menggunakan

    microtaise stratumeter dengan ketelitian 0.1 cm. Teknik analisa data yang

    digunakan adalah spearman dengan menggunakan bantuan program aplikasi

    statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada

    hubungan emotional eatingterhadap IMT (p > 0.05), tidak ada hubungan external

    eatingterhadap IMT (p> 0.05), dan ada hubungan restraint eatingterhadap IMT

    (p = 0.002; r = 0.334). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan langkah

    awal untuk mencegah malnutrisi pada remaja terutama obesitas

    Kata Kunci: Perilaku Makan, Indeks Massa Tubuh, Remaja

    Daftar Bacaan: 85 (1992-2014)

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    5/138

    v

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    6/138

    vi

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    7/138

    vii

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    8/138

    viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : LIA SHOLEHA

    Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 21 Juni 1992

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Jl. Lestari 1 RT/RW 04/04 Kelurahan Curug Kec.

    Bojongsari Kota Depok

    HP : +6285710475027

    E-mail :[email protected]

    Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program

    Studi Ilmu Keperawatan

    PENDIDIKAN

    1. Sekolah Dasar Negeri Curug 02 1998 - 2004

    2. SMP Negeri 1 Parung 2004 - 2007

    3. SMA Negeri 5 Depok 2007 - 2010

    4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 - sekarang

    ORGANISASI

    1. PASKIBRA 2004 - 2005

    2.

    Rohis 2007 - 2010

    3.

    BEM IK 2012 - 2013

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    9/138

    ix

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    .....Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu

    nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga

    kaum itu merubah apa yang ada pada diri merekan sendiri, dan

    seseungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

    (Al Anfaal (8) : 53)

    Mimpi - mimpi besar kita tidak akan berubah menjadikenyataan, kalau bukan diri kita sendiri yang merubahnya. Butuh

    perjuangan untuk merubah mimpi menjadi kenyataan.

    Perjuangan yang kita lakukan pun tidak akan kuat tanpa

    doa-doa orang-orang tercinta terutama orang tua.

    Ibu dan Bapak, kalianlah sumber motivasi besar Ku untuk

    mencapai semua mimpi-mimpi besar ini. Ibu, doa-doa mu yang

    selalu terucap memperingan langkah kaki ini untuk meraih semuaimpian. Bapak, laki-laki luarbiasa yang dari dirinya Aku belajar

    tentang kerja keras untuk meraih impian. Hingga kini satu

    persatu mimpi-mimpi besar itu menjadi kenyataan...

    Dan untuk semua orang-orang tercinta lainnya, beradadekat dengan kalian membuat perjuangan ini terasa lebih mudah.

    Ya Rabb, beri mereka selalu kebaikan sebagaimana kebaikan yangmereka beri kepada Ku... Aamiin

    Skripsi ini Ku persembahkan untuk orang orang tercinta

    - Ibu dan Bapak

    - Adik adik

    - Keluarga Besar

    - Sahabat dan teman teman

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    10/138

    x

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa

    Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat. Shalawat dan salam senantiasa

    penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya

    dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

    keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan skripsi ini juga

    sebagai bentuk penerapan ilmu dan pengembangan teori-teori yang penulis

    dapatkan selama kuliah.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

    bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga, dalam

    kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

    1.

    Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2.

    Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi

    dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M. Sc, selaku Sekretaris

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4.

    Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku pembimbing

    akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi kepada

    penulis selama kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan.5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing 1 dan Bapak Karyadi,

    Ph.D selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan saran, arahan dan

    motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu

    pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    11/138

    xi

    7. Orangtua, adik-adik dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah

    memberikan doa, perhatian, dan motivasi selama penulis melakukan

    penyusunan skripsi ini.

    8.

    Kepala Sekolah SMP YMJ Ciputat yang telah memberi izin kepada

    penulis untuk penelitian di SMP YMJ Ciputat.

    9.

    Guru-guru SMP YMJ Ciputat yang telah membantu penulis dalam

    pengambilan data.

    10.Teman-teman Al Fatih dan Al Fatihah yang selalu menumbuhkan

    semangat yang luar biasa.

    11. Teman-teman di Ilmu Keperawatan angkatan 2010 terutama Mutiara,

    Alif, Adelina, yang telah banyak memberikan banyak bantuan dan

    semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

    12.

    Teman-teman di FKIK, kakak-kakak dan adik-adik di PSIK yang selalu

    memberikan semangat dan perhatiannya.13.Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini mulai dari

    persiapan penyusunan hingga skripsi ini selesai.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

    Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapakan demi

    perbaikan proposal skripsi ini kearah lebih baik. Atas perhatiannya penulis

    ucapkan terima kasih.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Jakarta, Juli 2014

    Lia Sholeha

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    12/138

    xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ................................................................................................. i

    Pernyataan Keaslian Karya ............................................................................. ii

    Abstract ............................................................................................................ iii

    Abstrak ............................................................................................................. iv

    Pernyataan Persetujuan .................................................................................. v

    Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi

    Daftar Riwayat Hidup...................................................................................... viii

    Lembar Persembahan ...................................................................................... ix

    Kata Pengantar ................................................................................................. x

    Daftar Isi ................................................................................................. ....... xii

    Daftar Tabel..................................................................................................... xv

    Daftar Bagan.................................................................................................... xvi

    Daftar Lampiran............................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

    C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 8

    D. Tujuan Penelitian ........................................................... ................ 8

    E.

    Manfaat Penelitian ....................................................................... 9F.

    Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A.

    Remaja ..................................................................................... 11

    1. Definisi Remaja .................................................................... 11

    2.

    Ciri Masa Remaja .................................................................. 12

    3. Stres Pada Remaja ................................................................ 15

    4.

    Body Imageatau Citra Tubuh Remaja ................................... 17

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    13/138

    xiii

    B. Perilaku Makan ............................................................................ 20

    1. Pengertian Perilaku Makan .................................................... 20

    2. Perilaku Makan Remaja........................................................ 21

    3.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan.......... 23

    4.

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja 25

    5.

    Dampak Perilaku Makan Tidak Sehat .................................... 28

    C. Indeks Massa Tubuh (IMT) .......................................................... 30

    1. Pengertian IMT ..................................................................... 30

    2. Cara Menghitung IMT .......................................................... 31

    3. Rumus Menghitung IMT ....................................................... 32

    4. Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U).. 33

    5. Kekurangan dan Kelebihan IMT ........................................... 35

    D.

    Penelitian Terkait .......................................................................... 36

    E.

    Kerangka Teori ............................................................................. 37

    BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

    HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep ........................................................................ 38

    B. Definisi Operasional .................................................................... 39

    C.

    Hipotesis ..................................................................................... 40

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ........................................................................ 41

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 41

    C.

    Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 41

    D. Instrumen Penelitian ................................................................... 43

    E.

    Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................... 45

    F.

    Langkah-Langkah pengumpulan Data .......................................... 47

    G.

    Etika Penelitian ............................................................................ 50

    H. Pengolahan data ............................................................................ 51

    I.

    Teknik Analisa Data .................................................................... 52J. Penyajian Data ............................................................................ 54

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A.

    Profil SMP YMJ Ciputat ............................................................... 55

    B. HasilPreeliminary Analysis ........................................................... 57

    C.

    Hasil Analisis Univariat ................................................................. 58

    D. Hasil Analisi Bivariat .................................................................... 61

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    14/138

    xiv

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Analisis Univariat .......................................................................... 64

    B.

    Analisis Bivariat ............................................................................ 69

    C.

    Keterbatasan Penelitian ................................................................. 75

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................... 76

    B. Saran ............................................................................................. 79

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    15/138

    xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    2.1 IMT/U menurut WHO 2006 34

    2.2 IMT/U menurut CDC 2000 34

    3.1 Definisi Operasional 39

    4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan IX 42

    4.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 44

    4.3 Hasil Uji Valid Instrumen Penelitian 46

    4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 46

    4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas 47

    4.6 Interpretasi Hasil Hipotesis 54

    5.1 Hasil Uji Normalitas Data 57

    5.2 Karakteristik Remaja berdasarkan Jenis Kelamin 58

    5.3 Karakteristik Remaja berdasarkan Suku 59

    5.4 Gambaran Perilaku Makan Remaja 60

    di SMP YMJ Ciputat

    5.5 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja 61

    di SMP YMJ Ciputat

    5.6 HubunganEmotional Eatingterhadap IMT 62

    pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

    5.7 HubunganRestraint Eatingterhadap IMT 62

    pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

    5.8 HubunganExternal eatingterhadap IMT 63

    pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    16/138

    xvi

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    2.1 Kerangka Teori 37

    3.1 Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 38

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    17/138

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Dokumen Perizinan

    Lampiran 2. Informed Consent

    Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4. Tabulasi Data

    Lampiran 5. Hasil Uji Validitas

    Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas

    Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas

    Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Univariat

    Lampiran 9. Hasil Olahan SPSS Bivariat

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    18/138

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak

    menuju masa dewasa (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). United Nations

    Childrens Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2

    kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok remaja

    akhir (15-19 tahun). Hasil sensus kependudukan yang dilakukan oleh Badan

    Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010

    menunjukkan bahwa jumlah remaja awal berusia 10-14 tahun di Indonesia

    terdapat sekitar 22.677.490 remaja atau 9, 54% dari keseluruhan penduduk di

    Indonesia. Di Banten, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

    tahun 2010 jumlah remaja awal 10-14 tahun terdapat sekitar 1.063.133 remaja

    atau 10% dari jumlah keseluruhan penduduk. Di Tangerang Selatan

    berdasarkan data BPS Tangerang Selatan presentase jumlah remaja awal 10-

    14 tahun 2010 sebesar 8,6% dari jumlah keseluruhan penduduk. Jumlah ini

    lebih besar jika dibandingkan kelompok usia remaja lainnya.

    Remaja merupakan masa transisi terpenting dalam kehidupan

    (WHO, 2014). Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik aspek fisik,

    emosional, dan psikososial (Tzafettas, 2009). Perubahan fisik yang terjadi

    pada remaja membuat perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh,

    perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder

    (Jafar, 2005). Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja

    membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat,

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    19/138

    2

    vitamin dan mineral (Supartini, 2004). Sementara itu, menurut Ikatan Dokter

    Anak Seluruh Indonesia (IDAI) tahun 2013 mengatakan bahwa remaja

    dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien

    dan malnutrisi.

    Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai

    masalah gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada

    remaja umur 13-15 tahun adalah (11,1%) terdiri dari (3,3%) sangat kurus dan

    (7,8%) kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun

    adalah sebesar (10,8%) yang terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%) obesitas.

    Di provinsi Banten, prevalensi kejadian kekurusan dan kegemukanberada

    diatas angka nasional (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data diatas

    menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukanterjadi pada

    remaja awal.

    IDAI (2013) menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja

    disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm (2006) dalam

    jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehatpenting bagi remaja karena

    dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga menghasilkan

    kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti.

    Selain itu, masa remaja adalah masa penting untuk menerapkan perilaku

    makan sehat karena perilaku makan yang terbentukpada remaja akan bersifat

    menetap sampai dewasa (Ogdon, 2003; Spear & Kulbolk, 2001 dalam

    Sangperm).

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    20/138

    3

    Perilaku makan yang tidak sehat pada remaja dipengaruhi beberapa

    faktor diantaranya adalah body image atau citra tubuh (Patcheep, 2011).

    Perubahan psikososial yang terjadi pada remajamembuat remaja ingin terlihat

    menarik didepan sebayanya, dan membuat remaja lebih memperhatikan citra

    tubuh dirinya (Muscary, 2005). Citra tubuh merupakan sikap subjektif yang

    dimiliki individu terhadap tubuh mereka sendiri (Wong, dkk 2008). Perhatian

    yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap

    bentuk tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya

    ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus, sedangkan

    pada remaja laki-laki ketidakpuasan bentuk tubuh karena ingin menjadi lebih

    besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam Indika, 2010).

    Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi

    dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam Kuessous,

    2009).

    Killen et al (1994, dalam Ramsay et al, 2013) menyatakan bahwa

    fenomena dari kesenangan berat badan dan bentuk badan pada remaja

    merupakan perilaku awal dalam perkembangan gangguan makan.Hal tersebut

    didukung oleh pernyataan Emilia (2009) bahwa keinginan remaja untuk

    memiliki bentuk tubuh yang dianggap ideal menyebabkan remaja berusaha

    membatasi makan. Dikutip dari kompas (2013) bahwa untuk mendapatkan

    tubuh yang diinginkan remaja membatasi intake yang masuk, makan

    berlebihan kemudian memuntahkannya, menggunakan obat-obatan seperti

    laksatif, diuretik, dan penggunaan steroid pada laki-laki agar lebih berotot.

    Gangguan makan akan berdampak sangat negatif bagi kesehatan tulang, berat

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    21/138

    4

    badan yang rendah, amenore, penurunan kadar insulin, dan gangguan

    keseimbangan hormonal (Gibney, 2008).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairiah (2012) pada siswi

    putri di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak (66,3%) remaja putri memiliki

    citra tubuh yang positif dan berpola makan yang baik. Dari hasil penelitian

    Rahmawati (2013) menunjukkan semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki

    remaja maka semakin tinggi pula kontrol diri terhadap pola makan remaja,

    sebaliknya jika semakin rendah citra tubuh maka semakin rendah pula kontrol

    diri terhadap pola makan remaja. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

    bahwa citra tubuh berpengaruh terhadap perilaku makan remaja.

    Patcheep (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa mooddan

    emosi seperti rasa bosan, depresi, stres atau marah yang dialami remaja juga

    berpengaruh terhadap perilaku makan. Stres emosional pada remaja timbul

    dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam

    Aghla, 2004). Emosi pada remaja menjadi sulit dikontrol sehingga kerap

    melakukan kesalahan tanpa disadari (Nugroho & Intan, 2009).

    Streint (2013) mengungkapkan bahwa perilaku makan dilihat dari 3

    aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Bruch

    (1973, dalam Van streint, 2013) menjelaskan teori psychosomatic mengenai

    emotional eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif

    seperti depresi dan putus asa. Beberapa individu akan makan berlebihan

    dalam menanggapi setiap rangsangan emosional yang tinggi, biasanya

    mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif

    dengan lemak tubuh (Zellner, 2006).Restraint eatingmerupakan usaha secara

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    22/138

    5

    kognitif dalam perilaku makan untuk melawan dorongan makan (Uyun,

    2007), yang dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan

    (Wough, et al2007). Individu yang membatasi makanannya akan cenderung

    makan berlebihan ketika terjadi perubahan kognitif untuk tidak membatasi

    makan (Streint, 2013). Sedangkan Schachter (1971, dalam Van streint, 2013)

    menjelaskan teori externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang

    meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan

    lapar dan kenyang. Singh (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa

    ketiga aspek perilaku makan tersebut berhubungan terhadap adipositas atau

    cadanganlemak tubuh.

    Arisman (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dapat

    dilakukan untuk mengukur cadangan lemak tubuh yaitu perhitungan secara

    langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung menggunakan

    densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, uptake of lipid-solube

    inert gasesdan pengukuran tersebut hanya cocok dilakukan di laboratorium.

    Sedangkan secara tidak langsung cadangan lemak dapat dinilai dengan

    mengukur ketebalan lipatan kulit dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Namun,

    pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur ketebalan lipatan kulit

    memiliki kekurangan yaitu ketersediaan nilai baku. Jika nilai baku acuan

    tidak tersedia untuk mengukur ketebalan kulit maka pengukuran cadangan

    lemak dapat dilakukan dengan mengukur IMT.

    IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai

    cadangan lemak tubuh bagi kebanyakan orang dan digunakan untuk

    mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC,

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    23/138

    6

    2011). IMT merupakan indeks sederhana dari berat badan (BB) dan tinggi

    badan (TB) yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal,

    kelebihan berat badan, dan obesitas (WHO, 2006).

    Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12

    tahun di Chili mengenai perilaku makan menunjukkan hasil bahwa ada

    hubungan restraint eating terhadap IMT, ada hubungan negatif external

    eating terhadap IMT, dan ada hubungan terbalik emotional eating terhadap

    IMT. Di Indonesia penelitian mengenai perilaku makan sudah banyak

    dilakukan, namun perilaku makan yang diteliti lebih melihat dari aspek

    makanan yang dikonsumsi, pola makannya, kebiasaan makan dll. Seperti

    penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 2012 yang melihat perilaku

    makan remaja terhadap konsumsi kalsium.

    Hasil studi pendahuluan di SMP YMJ Ciputat terhadap 10 remaja

    terkait dengan perilaku makan emotional eating, restrain eating, dan external

    eating didapatkan hasil sebagai berikut: 3 dari 10 anak mengatakan jika

    marah atau kesal sering dilampiaskan dengan makan yang banyak, 5 dari 10

    remaja mengurangi porsi makan dan menghindari makan ketika malam

    karena takut gemuk, dan 2 dari 10 remaja mengatakan makan lebih banyak

    ketika makanannya enak. SMP YMJ merupakan sekolah yang seluruh siswa

    dan siswinya berdomisili di Ciputat, yang mana Ciputat merupakan bagian

    dari provinsi Banten. Dan berdasarkan data riskesdas 2013 di Provinsi

    Banten, remaja awal mengalami malnutrisi baik itu kekurusan maupun

    kegemukan.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    24/138

    7

    Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    mengenai Hubungan Perilaku Makan Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada

    Remaja di SMP YMJ Ciputat.

    B. Rumusan Masalah

    Perubahan fisik, emosional dan psikososial yang terjadi pada remaja

    berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Streint (2013) membahas

    mengenai perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating,

    restraint eating, dan external eating. Singh (2011) dalam jurnalnya

    mengungkapkan bahwa ketiga aspek perilaku makan tersebut berpengaruh

    terhadap adipositas. IMT merupakan pengukuran yang dapat menggambarkan

    adipositas (Gibney, 2009) dan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai

    lemak tubuh bagi kebanyakan orang yang digunakan untuk mendeteksi berat

    badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2011). Di

    Indonesia, penelitian mengenai perilaku makan lebih banyak melihat dari

    aspek pola makan, makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan, dll.

    Sedangkan perilaku makan yang mencakup emotional eating, restraint

    eating, dan external eatingmasih sedikit peneliti temukan.

    Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

    Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di

    SMP YMJ Ciputat.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    25/138

    8

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran karekteristik remaja di SMP YMJ Ciputat?

    2.

    Bagaimana gambaran perilaku makan emotional eating, restraint eating

    dan external eatingpada remaja di SMP YMJ Ciputat?

    3. Bagaimana rata-rata indeks massa tubuh pada remaja di SMP YMJ

    Ciputat?

    4. Bagaimana hubungan emotional eatingterhadap IMT pada remaja di SMP

    YMJ Ciputat?

    5. Bagaimana hubungan restraint eatingterhadap IMT pada remaja di SMP

    YMJ Ciputat?

    6. Bagaimana hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP

    YMJ Ciputat?

    D.

    Tujuan penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan setiap aspek perilaku makan terhadap indeks

    massa tubuh remaja di SMP YMJ Ciputat.

    2. Tujuan Khusus

    a.

    Mengetahui karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin dan suku

    di SMP YMJ Ciputat.

    b. Mengetahui gambaran perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat.

    c. Mengetahuirata-rata IMTpada remaja di SMP YMJ Ciputat.

    d. Mengetahui hubunganemotional eatingterhadap IMT remaja di SMP

    YMJ Ciputat.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    26/138

    9

    e. Mengetahuihubungan restraint eating terhadap IMTremaja di SMP

    YMJ Ciputat.

    f.

    Mengetahuihubungan external eating terhadap IMT remajadi SMP

    YMJ Ciputat.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Institusi Keperawatan

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

    makan remaja dilihat dari tiga aspek perilaku makan sehingga pengkajian

    keperawatan penyebab malnutrisi pada remaja dapat menyeluruh pada

    aspek fisik,psikologis, dan emosi.

    2. Bagi Sekolah

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

    makan siswa dan IMT siswa sehingga sekolah dapat ikut berperan serta

    terhadap kesehatan remaja.

    3. Bagi Remaja

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

    makan yang menyebabkan malnutrisi pada remaja.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    27/138

    10

    F. Ruang Lingkup

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan

    rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian

    yang menghubungkan perilaku makan yang terdiri dari 3 aspek gaya makan

    yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating terhadap IMT.

    Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di YMJ Ciputat yang berjumlah

    90. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa

    data yang digunakan adalah Uji Spearman dengan bantuan program aplikasi

    statistik.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    28/138

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Remaja

    1. Definisi Remaja

    Remaja atau adolesens adalah individu yang berada pada periode

    antara usia 11 dan 21 tahun (Brown, 2005). United Nations Childrens

    Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2

    kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok

    remaja akhir (15 sampai 19 tahun). Departemen Kesehatan RI (Depkes

    RI) membagi remaja menjadi 3 tahap berdasarkan ciri perkembangannya

    yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun,

    dan masa remaja akhir 16-19 tahun (Sulistiyowati & Senewe, 2007). Pada

    masa ini terjadi perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat

    pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa

    dan pada anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita

    dewasa (Wong dkk,2008).

    Masa remaja merupakan waktu transisi antara masa kanak-kanak

    dan masa dewasa, pada masa ini perilaku remaja merupakan faktor

    penentu status kesehatan mereka disaat ini dan dimasa depan (Luanaigh &

    Carlson, 2005). Menurut Sudarma (2008) ada beberapa masalah

    kesehatan yang terjadi pada masa remaja, yaitu:

    a Masalah gizi yang meliputi anemia atau kurang gizi dan

    pertumbuhan yang terhambat.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    29/138

    12

    b Masalah seks dan seksual, meliputi pengetahuan yang lengkap

    terhadap mitos dan informasi berbagai hal tentang seks dan

    seksualitas, penyalahgunaan peran seks dan seksualitas, serta

    penanganan kehamilan remaja.

    c Munculnya aneka ragam pola atau gaya hidup remaja. Gaya hidup

    ini baik yang terkait dengan kesehatan reproduksi maupun dengan

    pola konsumsi dapat berpengaruh tinggi terhadap kesehatan remaja.

    2. Ciri Masa Remaja

    Remaja merupakan salah satu transisi terpenting dalam kehidupan

    (WHO, 2014), karena pada masa ini terjadi perubahan disemua aspek

    termasuk fisik, emosional dan psikososial (Tzafettas, 2009). Berikut ini

    beberapa perubahan fisik, emosional, dan psikososial yang terjadi pada

    remaja, yaitu:

    a.

    Perubahan fisik

    Muscary (2005) menjelaskan mengenai perubahan fisik yang

    dilihat dari perubahan tinggi badan dan berata badan pada remaja

    laki-laki dan perempuan, sebagai berikut:

    1) Tinggi Badan

    -

    Tinggi badan remaja adalah sekitar 20% sampai 25% dari

    tinggi badan saat dewasa.

    -

    Remaja perempuan bertambah tinggi 5 sampai 20 cm dan

    akan berhenti pada usia antara 16 atau 17 tahun.

    - Remaja laki-laki bertambah tinggi 10 sampai dengan 30 cm

    dan berhenti pada usia antara 18 dan 20 tahun.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    30/138

    13

    2) Berat Badan

    - Peningkatan berat badan individu adalah sekitar 30% sampai

    50% dari berat badan orang dewasa.

    - Rata-rata berat badan remaja perempuan bertambah antara

    6,8 dan 25 kg.

    - Rata-rata berat badan remaja laki-laki bertambag 6,8 sampai

    29,5 kg.

    b. Perubahan Psikososial

    Soetjaningsih, dkk (2008) berpendapat bahwa remaja awal

    berfungsi dalam 3 arena: keluarga, kelompok sebaya (peer group)

    dan sekolah.

    Di dalam keluarga, perkembangan yang utama pada masa

    remaja awal adalah memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga

    sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat

    erat tampak jelas terpecah.

    Dengan kelompok sebaya biasanya seorang remaja awal akan

    berkumpul dengan teman yang sejenis. Penerimaan oleh kelompok

    sebaya merupakan hal yang sangat penting, bisa mengkuti dan tidak

    tampak berbeda dari yang lainnya merupakan motif yang

    mendominasi sebagian besar perilaku sosial remaja.

    Pada remaja awal beberapa faktor dapat mempengaruhi

    lingkungan sekolah seperti perkembangan fisik pada masa pubertas

    yang sinkron dengan kelompok teman sebaya merupakan faktor

    terpenting dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    31/138

    14

    Menurut Muscary (2005) ada beberapa ciri-ciri perubahan

    psikososial remaja, yaitu:

    1)

    Menjalin hubungan dengan teman sebaya.

    2) Mendefinisikan kembali konsep diri mereka dan peran-peran

    yang pasti dapat meraka mainkan.

    3) Menurut Erikson, kebudayaan modern cenderung membentuk

    perkembangan identitas sebagai sesuatu yang menantang.

    4) Remaja yang tidak dapat mengembangkan perasaan siapa

    mereka dan akan menjadi apa mereka, dapat mengalami difusi

    peran dan ketidakmampuan mengatasi konflik.

    5)

    Teman sebaya menjadi sumber pemberi nasihat dan dukungan

    yang sangat penting.

    6) Terlihat menarik di depan teman sebaya merupakan hal yang

    penting untuk membangun harga diri remaja.

    d Perubahan Emosi

    Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari

    perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall

    dalam Aghla, 2004). Emosi yang meningkat pada masa ini

    disebabkan oleh perubahan-perubahan kelenjar, terutama kelenjar-

    kelenjar seks dan kekangan-kekangan orang tua secara berlebihan

    (Semium, 2006). Pada saat remaja, emosi menjadi sulit dikontrol

    sehingga kerap melakukan berbagai kesalahan tanpa disadari

    (Nugroho & Intan, 2009). Ketidakmampuan remaja untuk

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    32/138

    15

    mengontrol emosi dalam setiap menghadapi tekanan atau masalah,

    dapat menyebabkan remaja berperilaku menyimpang (Surya, 2010).

    3.

    Stress Pada Remaja

    Hawari (2001, dalam Sunaryo, 2004) stres adalah reaksi atau

    respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban

    kehidupan). Needlman (2004, dalam Nasution , 2010) mengidentifikasi

    beberapa sumber stres pada remaja, yaitu:

    a. Biological Stres

    Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari

    umur 12-14 tahun pada remaja perempuan dan antara 13-15 tahun

    pada remaja laki-laki. Pertumbuhan remaja yang sangat cepat,

    membuat remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat

    juga dapat membuat remaja stress, terutama bagi mereka yang

    mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Di saat

    yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah, bekerja, dan

    bersosialisasi, sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur.

    Hasil penelitian, mengatakan bahwa kekurangan tidur dapat

    menyebabkan stess.

    b.

    Family Stress

    Salah satu sumber utama stress pada remaja adalah hubungan dengan

    orangtua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan

    bebas, tapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    33/138

    16

    c. School Stress

    Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun

    terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau

    keberhasilan dalam bidang olah raga, di mana remaja selalu berusaha

    untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

    d. Peer Stress

    Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada

    pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-

    teman sebayanya biasanya akan menderita, tertutup dan mempunyai

    harga diri yang rendah.

    e.

    Sosial Stress

    Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, remaja

    juga terkadang tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat

    hal tersebut dapat membuat remaja stres.

    Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang dapat menyebabkan

    remaja menjadi stres adalah faktor biologis, sosial, kepribadian, keluarga,

    sekolah, dan teman sebaya. Banyaknya faktor yang menyebabkan stres

    pada remaja, membuat remaja lebih rentan mengalami stres. Ada

    perbedaan tingkat stres pada tahapan perkembangan remaja, berikut ini

    tingkatan stres pada remaja, yaitu:

    a. Remaja awal (11 atau 12 sampai 14 tahun)

    Karakteristik remaja awal yaitu, terjadinya perubahan biologis cepat,

    relatif tinggi level stresnya, dan relatif rendah kopingnya (Persike &

    Seiffge-Krenke, 2011; sontag, et al., 2011 dalam Rathus, 2014)

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    34/138

    17

    b. Remaja pertengahan (14 sampai dengan 16 tahun)

    Terjadi perubahan biologis yang luas, stres berkurang dan

    kemampuan koping meningkat (Rathus, 2014).

    c. Remaja akhir (16 sampai dengan 18 atau 19 tahun)

    Remaja terlihat lebih dewasa, stres biasanya menurun, dan

    kemampuan koping lebih tinggi daripada remaja awal dan

    pertengahan (Persike & Seiffge-Krenke, 2011; Sontag et al., 2011

    dalam Rathus, 2014).

    4. Body Imageatau Citra Tubuh Remaja

    Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran tubuh yang terbentuk

    dalam pikiran, juga digunakan untuk persepsi batas tubuh, rasa daya tarik,

    dan persepsi sensasi tubuh (Schilder, 1950 dalam Ogden, 2010). Menurut

    Santana, et al (2013) citra tubuh merupakan gagasan dari berbagai segi

    yang melibatkan persepsi seseorang, pikiran, dan perasaan tentangnya

    atau ukuran, bentuk, dan struktur tubuh. Perhatian yang besar terhadap

    citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk

    tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya

    ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus,

    sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan tubuh karena ingin

    menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam

    Indika, 2010). Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih

    tinggi dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam

    Kuessous, 2009). Gattario (2007) menjelaskan beberapa faktor yang

    mempengaruhi citra tubuh remaja, diantaranya:

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    35/138

    18

    a. Individu: Faktor Biologi

    1) Komposisi Tubuh

    Ada hubungan antara komposisi tubuh dengan kepuasan

    terhadap tubuh pada remaja. Remaja yang memiliki kelebihan

    berat badan, tidak hanya memiliki citra tubuh negatif, tetapi juga

    diintimidasi oleh teman-teman meraka.

    2) Pubertas

    Pubertas memiliki dampak besar pada citra tubuh remaja. Pada

    remaja perempuan, waktu pubertas yang lebih cepat beresiko

    mengembangkan ketidakpuasan tubuh lebih cepat. Pada remaja

    laki-laki yang mengalami pubertas, lebih baik tingkat kepuasan

    terhadap tubuhnya.

    b. Individu: Faktor Psikologi

    1)

    Tubuh yang ideal (internal)

    Pada remaja perempuan tubuh yang kurus merupakan tubuh

    ideal, pada laki-laki tubuh yang ideal adalah kurus dan berotot.

    2) Perbandingan Sosial

    Kebiasan remaja adalah membandingkan dirinya dengan orang

    lain seperi pada teman, selebriti, atlet dan model yang mereka

    senangi. Hal yang sering dibandingkan seperti berat, bentuk, dan

    wajah.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    36/138

    19

    c. Mikrosistem

    1) Teman-teman

    Teman-teman menjadi kelompok sosial penting yang dapat

    mempengaruhi citra tubuh remaja, kelompok teman sering

    berbagi sikap yang sama terhadap pentingnya penampilan dan

    pengalaman serupa dalam starategi mengubah tubuh yang

    diinginkan, seperti diet, makan teratur, dan membentuk otot.

    2) Keluarga

    Desakan dan bujukan orang tua untuk berdiet berhubungan

    dengan kepuasan tubuh yang rendah dan upaya penurunan berat

    badan.

    d.

    Mesosistem

    Mesosistem merupakan hubungan antara struktur mikrosisitem

    individu yaitu teman-teman dan keluarga.

    e. Ekosistem

    1) Media

    Media tidak diragukan lagi memiliki dampak besar pada

    persepsi remaja tentang tubuh mereka. Paparan foto, majalah,

    dan iklan televisi mempengaruhi ketidakpuasan tubuh.

    f.

    Makrosistem

    1)

    Struktur Gender

    Gender merupakan inti dari citra tubuh remaja, struktur gender

    mencangkup norma-norma peran gender dan struktur kekuasan

    gender.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    37/138

    20

    2) Industrialisasi

    Industrialisasi dapat mempengaruhi anggota masyarakat untuk

    mengubah cara pandang tentang tubuh mereka. Industrialisasi

    sering disertai dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara

    berkembang dan cenderung untuk memperkenalkan perubahan

    sosial dan globalisasi. Hasilnya, peningkatan tekanan pada

    anggota masyarakat untuk sesuai dengan cara pandang tersebut.

    B. Perilaku Makan

    1. Pengertian Perilaku Makan

    Furman (2012) mendefinisikan perilaku makan sebagai pikiran,

    tindakan, dan niat bahwa organisme membentuk keinginan untuk

    menelan makanan baik makanan padat atau makanan dalam bentuk cair.

    Benarroch (2013) mendefinisikan perilaku makan sebagai serangkaian

    tindakan yang membangun hubungan manusia dengan makanan.

    Makanan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan jumlah dan jenis

    makanan, tetapi juga kebiasaan dan perasaan yang dibentuk sehubungan

    dengan tindakan makan (Benarroch, 2013). Menurut (Wardle et al, 2001)

    pada literatur perilaku makan memiliki 6 gaya makan meliputi:

    a Satiety responsiveness

    Perilaku makan yang tujuannya mengurangi asupan makanan untuk

    mengimbangi camilan yang dimakan sebelumnya.

    b

    Responsiveness to food cues/external eating

    Perilaku makan yang berbentuk kebiasaan mencicipi makanan.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    38/138

    21

    c Emotional eating

    Perilaku makan yang mengacu pada makan lebih banyak selama

    emosi negatif.

    d General interest in eating

    Meliputi rasa lapar, keinginan untuk makan, dan menikmati

    makanan.

    e Speed of Eating

    Perilaku makan yang menilai kecepatan dalam makan.

    f Food fussiness

    Perilaku yang sangat selektif tentang berbagai makanan.

    2. Perilaku Makan Remaja

    Streint (2013) membahas mengenai perilaku makan pada remaja

    ke dalam 3 aspek gaya makan, yaitu:

    a.

    Emotional Eating

    Teori psychosomatic menjelaskan mengenai emotional

    eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif

    seperti depresi dan putus asa (Bruch, 1973 dalam Streint, 2013).

    Beberapa orang akan makan berlebihan dalam menanggapi setiap

    rangsangan emosional yang tinggi, biasanya mengakibatkan

    konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan

    lemak tubuh (Zellner, 2006). Respon emosi dan stress yang terjadi

    pada kehidupan individu telah dikaitkan dengan perilaku makan

    abnormal sebagai strategi untuk mengatasi stress dan mempengaruhi

    konsumsi makanan dan berat badan (Lofton, 2007). Konsep

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    39/138

    22

    emotional eating yang diungkapkan oleh Evers, de Ridder, &

    Adriaanse, 2009 dalam Morris, 2012 berpendapat bahwa

    kecenderungan makan berlebih sebagai respon dari emosi negatif

    terjadi pada individu tertentu dalam rangka untuk meningkatkan

    keadaan emosional. Emosi negatif yang dilibatkan, seperti rasa takut,

    cemas, marah, dan sebagainya (Uyun, 2007).

    b. Restraint Eating

    Restraint eating merupakan usaha secara kognitif dalam

    perilaku makan untuk melawan dorongan makan (Uyun, 2007) yang

    dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan

    (Wough, et al2007). Menurut Huberts (2012) restraint eatingadalah

    pembatasan asupan kalori yang disengaja dan berkelanjutan untuk

    tujuan penurunan berat badan atau pemeliharaan berat badan.

    Menurut Polivy dan Herman (1985) dalam Konttinen (2012)

    restraint eating merupakan resiko terjadinya gangguan makan dan

    dapat mengakibatkan penambahan berat badan.

    Dalam teori Restraint, yangberfokus pada kemungkinan

    efek samping psikologis dari diet, pelaku diet akan makan berlebihan

    ketika kognitif pelaku diet berubah untuk tidak membatasi makan

    (Streint, 2013). Pernyataan yang sama diungkapkan oleh Snoek

    (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang melewatkan makan

    menyebabkan pola makan yang tidak teratur dan terjadi kontra

    regulasi pada saat seseorang tersebut tidak ingin lagi menahan

    makan (tidak ada hambatan) sehingga menyababkan seseorang

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    40/138

    23

    tersebut makan sebanyak-banyaknya, dan akhirnya berat badannya

    naik (Snoek, 2007).

    c.

    Eksternal Eating

    Schachter (1971, dalam Streint, 2013) menjelaskan teori

    externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang meliputi

    penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan

    lapar dan kenyang. Sebagian orang lebih memilih makanan

    berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti

    penglihatan atau rasa ketimbang terhadap sinyal internal yang berupa

    rasa lapar (Gibney, 2009). Stres berhubungan dengan external

    eating, karena stress dapat mengurangi isyarat internal dari rasa lapar

    dan meningkatkan isyarat dari luar terhadap makanan atau external

    eating, akibatnyastres mungkin mengakibatkan peningkatan makan

    pada external eating(Coryell, 2011).

    3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan

    Coryell (2011) mengidentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi asupan makanan individu, yaitu:

    a. Fisiologi

    Beberapa hormon dan komponen genetik yang sesuai telah

    ditemukan memiliki pengaruh terhadap asupan energi (Wilborn et al,

    2005 dalam Coryell 2011). Leptin dan ghrelin adalah hormon yang

    terlibat dalam pengaturan nafsu makan, leptin adalah hormon

    adiposit yang dikeluarkan untuk menekan nafsu makan, dan ghrelin

    umumnya merupakan peptida yang dikeluarkan merangsang nafsu

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    41/138

    24

    makan (Cummings & Foster, 2003; Wilborn et al, 2005 dalam

    Coryell 2011).

    b.

    Food Environment

    Beberapa faktor lingkungan makanan yang dimaksud adalah iklan

    makanan yang menarik, perilaku makan sosial, keanekaragaman

    pangan, tingginya palatabilitas makanan, ketersediaan makanan

    tinggi lemak, makanan pada energi dan makan diluar rumah

    (Webber, 2003; weinsier et al., 1998 dalam Coryell, 2011).

    c. Psychological Distress

    Perilaku makan dapat dipengaruhi oleh perubahan emosional seperti

    kecemasan, kemarahan, kegembiraan, depresi, dan kesedihan

    (Cannetti, Bachar, & Berry, 2002 dalam Coryell, 2011).

    d. Eating Style

    Gaya makan maladatif seperti restraint eating, disinhibited eating,

    emotional eating, external eatingyang berhubungan dengan asupan

    makanan (Conner et al 1999; Greeno 7 Wing, 1994; herman &

    polivy, 1980; Oliver et al, 2000; Ouwens, van Streint, & van der

    Staak, 2003, dalam Coryell 2013). Stres, kecemasan, dan depresi

    berhubungan dengan gaya makan maladaptif (Coryell, 2013).

    e.

    Gender

    Penelitian telah menemukan bahwa distress, gaya makan, asupan

    makanan, dan obesitas kadang-kadang berbeda berdasarkan gender

    (Coryell, 2011).

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    42/138

    25

    4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja

    Patcheep (2011) menjelaskan beberapa faktor yang

    mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makan pada remaja,

    yaitu:

    a. Rasa dan Pilihan

    Rasa dan pilihan makanan menjadi faktor penting dalam

    mengambil keputusan tentang pilihan makanan dan perilaku makan

    pada remaja. Rasa, kenyang, dan kesenangan dianggap lebih

    penting dalam pemilihan makanan daripada hasil jangka panjang

    dari pemilihan tersebut.

    b.

    Pertimbangan Waktu

    Remaja cenderung merasa dibatasi dalam hal waktu karena remaja

    disibukan dengan kegiatan akademik dan ekstrakurikuler seperti

    program-program sosial yang sibuk, pekerjaan paruh waktu dan

    kegiatan olahraga sehingga hanya dapat menyediakan waktu yang

    sedikit untuk makan. Dan akhirnya remaja lebih memilih makanan

    yang lebih mudah dikonsumsi seperti makanan siap saji tanpa

    berpikir makanan tersebut sehat atau tidak sehat.

    c.

    Kenyamanan

    Kenyamanan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi

    remaja dalam hal perilaku makan dan pilihan makanan. Remaja

    lebih memilih makanan yang nyaman seperti mudah untuk

    ditemukan atau mudah untuk disiapkan, yang tidak menuntut

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    43/138

    26

    persiapan dan pembersihan, yang dapat dibawa ke bus atau

    disimpan dalam ransel, dan dapat dijemput di drive-through.

    d.

    Masalah Kesehatan

    Masalah kesehatan tidak menjadi faktor penting dalam membuat

    keputusan tentang pilihan makanan pada remaja. Masalah

    kesehatan lebih menjadi penghalang untuk perilaku makan sehat

    remaja seperti penelitian terhadap remaja di Amerika yang berpikir

    bahwa mereka masih terlalu muda untuk khawatir tentang

    kesehatan mereka, karena mereka akan khawatir tentang kesehatan

    mereka ketika mereka semakin tua dan menderita penyakit.

    e.

    Biaya

    Remaja mengambil tanggungjawab untuk mencari dan membeli

    makanan mereka sendiri dan oleh karena itu tidak mengherankan

    bahwa biaya makanan mempengaruhi keputusan mereka tentang

    pilihan makanan.

    f. Mooddan Emosi

    Perilaku makan remaja dikaitkan dengan emosional, remaja akan

    makan berbeda ketika merasa bosan, depresi, stres atau marah.

    g.

    Citra Tubuh

    Perilaku makan dan pilihan makanan remaja dipengaruhi oleh

    kekhawatiran tentang gemuk, kurus dan pendek.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    44/138

    27

    h. Usia

    Seseorang yang berusia antara 18-30 tahun kurang prihatin tentang

    kesehatan mereka, dan orang yang lebih tua lebih mungkin memilih

    makanan berdasarkan masalah kesehatan mereka.

    i. Pengetahuan

    Pengetahuan diperlukan dalam hal menyiapkan makanan menarik

    dan perencanaan makan. Informasi mengenai makanan sehat

    diperlukan sebagai cara untuk meningkatkan perilaku makan sehat.

    j. Orangtua

    Orangtua berperan penting dalam perilaku makan remaja.

    Penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga memiliki

    hubungan positif dengan konsumsi serat, sayuran, dll.

    k. Teman Sebaya

    Teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku makan remaja,

    khususnya perilaku makan tidak sehat seperti makanan siap saji

    dan minumansoft drink.

    l. Media

    Media sangat mempengaruhi gaya hidup remaja, termasuk perilaku

    makan dan pemilihan makanan. Remaja dianggap target terbesar

    untuk restoran siap saji dan sebagai pemasaran mereka yang

    ditunjukan melalui televisi, majalah ataupun radio.

    m. Opportunity: ketersediaan dan aksebilitas pilihan makanan

    Ketersediaan dan aksebilitas makanan mempengaruhi perilaku

    makan dan pemilihan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    45/138

    28

    ketersediaan buah dan sayur di rumah berhubungan positif dengan

    perilaku makan buah dan sayur pada anak-anak.

    5.

    Dampak dari Perilaku Makan Tidak Sehat

    Perilaku makan tidak sehat merupakan kebiasaan

    mengkonsumsi makanan yang tidak memberikan semua zat-zat gizi

    esensial yang dibutuhkan tubuh dalam metabolisme tubuh (Sarintohe

    & Prawitasari, 2006 dalam Uyun, 2007). Perilaku makan tidak sehat

    akan berdampak pada status kesehatan dalam jangka waktu pendek

    maupun panjang. Menurut McLaughlin dan Media (2014) ada

    beberapa dampak dari perilaku makan tidak sehat yang berpengaruh

    terhadap kesehatan individu, yaitu:

    a.

    Fungsi Otak Menurun

    Otak kita berfungsi dengan bergantung pada glukosa yang berasal

    dari karbohidrat dan nutrisi lain seperti lemak sehat dan

    antioksidan yang tercukupi. Diet ketat atau melewatkan waktu

    makan dapat memiliki efek yang sama, yaitu menyebabkan

    memori dan konsentrasi berkurang.

    b. Kemampuan Aktivitas Berkurang

    Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit juga dapat menyababkan

    kelesuan, kelelahan, dan efek lain yang menghambat aktivitas

    fisik.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    46/138

    29

    c. Resistensi Insulin dan Bertambah Berat Badan

    Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana hormon insulin

    menjadi kurang mampu mengelola gula darah, meningkatkan

    resiko untuk diabetes dan berat badan bertambah.

    d. Gangguan Pencernaan dan Mulas

    Gangguan pencernaan mengacu pada sensasi tidak nyaman

    diperut bagian atas selama atau setelah makan. Menurut

    University of Maryland Medical Center penyebabnya adalah

    makanan berminyak atau berlemak, makan terlalu cepat, makan

    terlalu banyak dan terlalu banyak minum alkohol atau kafein.

    e.

    Kualitas Tidur yang Buruk

    Dr. Timothy Morgenthaler yang merupakan dokter spesialis tidur

    berpendapat bahwa tidur dalam keadaan lapar dan makan

    berlebihan akan mengurangi kualitas tidur.

    f. Masalah Suasana Hati

    Bahan kimia dalam otak kita mempengaruhi suasana hati yang

    positif seperti, serotonin dan dopamin yang bergantung pada

    makanan dan nutrisi yang tepat.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    47/138

    30

    C. Indeks Massa Tubuh (IMT)

    1. Pengertian IMT

    IMT merupakan pengukuran tidak langsung dari lemak, mudah

    dilakukan, dapat diandalkan, dan banyak digunakan dalam berbagai

    penelitian obesitas (Baker, 2007). Menurut WHO (2006) IMT adalah

    indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan

    untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang

    dewasa. Centers for Disease Control (CDC) tahun 2011 IMT merupakan

    indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi

    kebanyakan orang dan digunakan untuk mendeteksi berat badan yang

    dapat menyebabkan masalah kesehatan.

    Menurut National Institutes of Health (NIH) tahun 2010

    tingginya nilai IMT beresiko tinggi untuk terkena penyakit tertentu

    seperti, penyakit jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, batu empedu,

    masalah pernapasan, dan kanker. IMT tidak mengukur lemak tubuh

    secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi

    dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater

    weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et

    al., 2002 dalam CDC, 2009). IMT merupakan metode pengukuran yang

    murah dan mudah untuk menskrining berat badan yang dapat

    menyebabkan masalah kesehatan.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    48/138

    31

    2. Cara Menghitung IMT

    Untuk mendapatkan nilai IMT, yang perlu dilakukan adalah

    mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Moore (2009)

    mengidentifikasi beberapa protokol yang perlu diperhatikan dalam

    melakukan pengukuran BB dan TB, yaitu:

    a Protokol Pengukuran Berat Badan .

    1) Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras dan

    pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol.

    2) Tidak mengenakan pakaian yang tebal, sepatu dan kaos kaki.

    3) Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan

    untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform

    alat ukur.

    4) Mintalah untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi rileks.

    5)

    Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan data

    yang dikumpulkan.

    b Protokol Pengukuran Tinggi Badan

    1) Harus diukur dalam posisi berdiri menggunakan Microtoise

    Staturmeter sebuah perangkat yang dipasang di dinding untuk

    tujuan mengukur tinggi secara akurat.

    2)

    Dinding harus benar-benar datar agar tidak mengganggu

    pengukuran.

    3) Pakaian yang digunakan harus minimal ketika mengukur tinggi

    sehingga postur anak jelas dapat dilihat.

    4) Sepatu dan kaos kaki seharusnya tidak dipakai.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    49/138

    32

    5) Harus berdiri dengan punggung dan kepala lurus.

    6) Lengan harus menggantung longgar di sisi dengan telapak

    tangan menghadap paha.

    7) Subyek diminta untuk mengambil napas dalam-dalam, buang

    napas dan berdiri tegak untuk membantu penegakan tulang

    belakang.

    8) Bahu harus rileks.

    9) Jika sebagian besar jaringan adiposa atau lemak menghalangi

    tumit, bokong, dan bahu untuk menempel pada dinding, maka

    yang harus dilakukan hanya diminta untuk berdiri tegak.

    3. Rumus Menghitung IMT

    Ada 2 persamaan atau rumus yang dapat digunakan untuk

    mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh setelah mengukur berat badan

    dan tinggi badan (Moore, 2009), yaitu :

    a. Jika hasil pengukuran berat badan dalam satuan pounds dan tinggi

    badan dalam satuan inches, maka untuk menghitung IMT dapat

    menggunakan persamaan (rumus) berikut:

    IMT = 703 X [ berat badan(lb) / tinggi badan(in)]

    b.

    Jika hasil pengukuran berat badan didapat dalam satuan kilogram

    (Kg) dan Tinggi badan (cm), yang pertama harus dilakukan adalah

    mengkonversikan tinggi badan dalam sentimeter ke meter (untuk

    mengkonversi cm ke m, hanya membagi cm dengan 100).

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    50/138

    33

    Kemudian IMT dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

    (rumus) berikut: Berat badan (Kg)

    IMT = ---------------------------------------------------

    [Tinggi badan (m)]

    4. Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U)

    Indeks Massa Tubuh (IMT) umumnya digunakan untuk orang

    dewasa dan baru-baru ini direkomendasikan juga untuk digunakan anak-

    anak dan remaja (Power et al, 2007; Bellizzi and Dietz, 1999; Bini et al.,

    2000; Reilly et al., 2000; Widhalm et al., 2001 dalam ONeill et al,

    2007). Pada anak dan remaja IMT diinterpretasikan berdasarkan umur

    dan jenis kelamin yang disebut dengan Indeks Massa Tubuh menurut

    Umur (IMT/U). Menurut Bernardo & Crane (2006) perhitungan IMT

    menurut umur dan jenis kelamin pada anak-anak dan remaja dibedakan

    karena anak-anak mengalami pertumbuhan, dan adanya perbedaan yang

    jelas dalam distribusi dan proporsi lemak tubuh antara laki-laki dan

    perempuan. Indeks Massa Tubuh menurut umur dan jenis kelamin

    (IMT/U) dihitung dengan menggunakan rumus IMT biasa. Namun, pada

    anak-anak dan remaja hasil perhitungan IMT diinterpretasikan pada

    grafik IMT menurut umur baik pada laki-laki atau perempuan. Menurut

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011, ada 2 grafik IMT/U

    yang digunakan yaitu:

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    51/138

    34

    a. Untuk anak berumur

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    52/138

    35

    5. Kekurangan dan Kelebihan IMT

    IMT merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk

    mengukur lemak tubuh. Meskipun begitu, terdapat beberapa kekurangan

    dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran

    lemak tubuh. Menurut Queensland Government (2013), kekurangan

    pengukuran menggunakan IMT adalah sebagai berikut:

    1) Massa lemak tidak dibedakan dari massa tubuh, sehingga hasilnya

    diperkirakan rendah pada orang dewasa tua dan hasil yang

    berlebihan bagi mereka yang membentuk otot (misalnya atlet).

    2) Distribusi lemak tidak diperhitungkan

    3)

    Ketergantungan pada akurasi tinggi

    4)

    Dipengaruhi oleh perubahan berat cairan

    5) IMT dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin

    Sedangkan menurut CDC tahun 2011, kelebihan menggunakan

    IMT adalah sebagai berikut:

    1) Sebagai pengukuran pengganti untuk mengukur lemak tubuh yang

    sederhana, murah, dan non-invasif

    2) Hanya mengandalkan tinggi dan berat badan saja

    3)

    Dengan akses peralatan yang mudah, individu dapat secara rutin

    melakukan pengukuran.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    53/138

    36

    D. Penelitian Terkait

    1. Penelitian yang dilakukan Zofiran et al, 2011 pada remaja berumur 13-17

    tahun di Meru, Klang, Malaysia mengenai hubungan antara perilaku

    makan, citra tubuh, dan status IMT didapatkan hasil ada hubungan

    perilaku makan emotional eating dengan status IMT dan ada hubungan

    citra tubuh terhadap IMT.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12

    tahun di Chili menunjukkan hasil bahwa ada hubungan restraint eating

    terhadap IMT, ada hubungan negatif external eating terhadap IMT, dan

    ada hubungan terbalik emotional eating terhadap IMT.

    3.

    Penelitian yang dilakukan Qurotul Uyun (2007) mengenai hubungan

    antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat yang dinilai dengan

    kuesioner DEBQ pada remaja putri di Siswi SMU Kolumbo didapatkan

    hasil adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan perilaku

    makan tidak sehat pada remaja.

    4. Penelitian yang dilakukan oleh Baharudin (2013), menunjukkan ada

    hubungan yang signifikan antar perilaku makan restraint eating dan

    asupan kalori dengan kejadian berat badan berlebih pada pegawai negeri

    sipil, tetapi tidak ada hubungan antar emosi dengan berat badan berlebih.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti belum

    menemukan penelitian terkait hubungan perilaku makan emotional eating,

    restraint eating, dan external eating terhadap indeks massa tubuh pada

    remaja di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian ini perlu

    diteliti lebih lanjut.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    54/138

    37

    E. Kerangka Teori

    Keterangan

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    perilaku makan remaja

    - Rasa dan pilihan

    -

    Waktu

    - Kenyamanan

    - Kesehatan

    - Biaya

    -

    Usia

    - Pengetahuan

    -

    Orangtua-

    Teman sebaya

    -

    Media

    - Opportunity

    Patcheep (2011)

    Faktor-faktor yang

    mempengaruhi citra

    tubuh

    -

    faktor biologi

    (komposisi tubuh dan

    pubertas)

    -

    individu: Faktor

    Psikologi (tubuh yang

    ideal dan perbandingan

    sosial)

    -

    Mikrosistem (Teman

    dan Keluarga)-Mesosistem

    -Ekosistem (Media)

    -

    Makrosistem ( struktur

    gender dan

    industrialisasi)

    Gattario (2007)

    Sumber stres remaja

    -

    Biological

    Stress

    -

    Family Stress

    - School Stress

    -

    Peer Stress

    - Sosial Stress

    Needlman (2004, dalam

    Nasution , 2010)

    - Citra Tubuh

    - mooddan emosi

    Perilaku Makan

    -

    Emotion Eating

    -

    Restraint Eating

    - Eksternal Eating

    Streint, 2013

    adipositas

    Pengukuran tidak langsung

    - Ketebalan lipatan kulit

    Arisman (2009)

    Pengukuran langsung

    - densitometri

    - cairan tubuh total

    - kalium tubuh total

    - uptakeof lipid-solube iner gases

    Arisman 2009

    - IMT

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    55/138

    38

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep merupakan tahap terpenting dalam suatu penelitian

    (Nursalam, 2008). Menurut Hidayat (2007) kerangka konsep merupakan

    justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan

    yang kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalah.

    Pada penelitian ini, ada dua variabel yang diteliti yaitu variabel yang

    mempengaruhi (variabel independen) yaitu, perilaku makan yang

    mencangkup 3 aspek yaitu emotional eating, restraint eating, dan external

    eating. Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) yaitu IMT.

    Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Perilaku Makan

    terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

    Perilaku Makan

    -

    emotional eating

    - restraint eating

    - eksternal eating

    indeks massa tubuh (IMT)

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    56/138

    39

    B.

    Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    1. Independen:

    Perilaku Makan

    Sikap responden terhadap

    makan berdasarkan aspek

    emotinal eating,restraint

    eating, dan eksternal eating.

    (Streint, 2013)

    Kuesioner DEBQ yang

    dimodifikasi. Menggunakan

    skalaLikertdengan 28

    pertanyaan.

    Semakin tinggi skor yang dimiliki

    subjek pada sebuah aspek

    perilaku makan, maka semakindominan aspek perilaku makan

    tersebut ada pada diri subjek .

    interval

    No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

    2. Dependen:

    Indeks Massa

    Tubuh (IMT)

    Hasil penghitungan berat

    badan dalam Kg dibagi tinggi

    badan dalam m2.

    -

    Timbangan jenjang dengan

    merk SECA (maksimum

    berat 130 kg dengan

    ketelitian 0,1 kg)

    -

    Microtoise Staturmeter

    (ketelitian 0,1 cm)

    IMT= ....... Kg/m2

    Rasio

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    57/138

    40

    C. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan dari kerangka konsep

    pada penelitian ini hipotesis yang digunakan, yaitu:

    Ha 1 : Ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja di

    sekolah YMJ Ciputat.

    Ho 1 : Tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada

    remaja di sekolah YMJ Ciputat.

    Ha 2 : Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada remaja di

    sekolah YMJ Ciputat.

    Ho 2 : Tidak Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada

    remaja di sekolah YMJ Ciputat.

    Ha 3 : Ada hubungan antara external eating terhadap IMT pada remaja di

    sekolah YMJ Ciputat.

    Ho 3 : Tidak Ada hubungan antara external eatingterhadap IMT pada remaja

    di sekolah YMJ Ciputat.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    58/138

    41

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini bertujuan

    memperoleh data dan informasi tentang hubungan fenomena tertentu secara

    komprehensif dan integral (Sarwono, 2010). Desain penelitian pada penelitian

    ini adalah penelitian asosiatif atau mengkaji hubungan antara variabel dengan

    rancangan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis

    penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel

    independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak

    lanjut (Nursalam, 2008).

    B.

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMP YMJ Ciputat yang beralamat di Jalan

    Limun No. 27 Ciputat Tangerang. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

    tanggal 5 Juni 2014.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dengan

    karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi pada

    penelitian ini adalah seluruh siswa (remaja laki-laki dan perempuan) SMP

    YMJ ciputat kelas VII dan VIII berjumlah 90 siswa. Kelas IX tidak diikut

    sertakan karena sudah tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Data

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    59/138

    42

    mengenai jumlah siswa kelas VII dan VIII di SMP YMJ Ciputat disajikan

    dalam bentuk tabel 4.1 berikut ini:

    Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan XI SMP YMJ

    Ciputat

    NO Kelas Jumlah Siswa

    1. VII 42

    2. VIII A

    VIII B

    24

    24

    Jumlah 90

    Sumber: SMP YMJ Ciputat

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

    menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam

    (2008) ada 2 syarat untuk menetapkan sampel, yaitu representatif artinya

    sampel dapat mewakili populasi yang ada dan sampel harus cukup

    banyak karena semakain banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin

    lebih representatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitin ini

    menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel

    dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau

    sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil

    sampel dari seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP YMJ Ciputat dengan

    jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 90 sampel. Adapun

    kriteria inklusi untuk sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

    sebagai berikut:

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    60/138

    43

    1) Siswa yang hadir pada saat penelitian

    2) Siswa yang bersedia mengikuti penelitian ini yang dibuktikan

    dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

    Dari kriteria inklusi tersebut, pada pelaksanaan penelitian hanya ada 82

    siswa dari rencana total sampel yang akan digunakan.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

    data (Notoatmodjo, 2005). Ada beberapa instrumen pada penelitian ini, yaitu:

    1. Kuesioner

    Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya

    data tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu (Umar,

    2002). Kuesioner pada penelitian terdiri dari tiga bagian, antara lain:

    a.

    Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karekteristik responden

    meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan suku.

    b.

    Kuesioner B berisi kolam BB, TB, dan IMT yang diisi aleh peneliti.

    c.

    Kuesioner C berisi pertanyaan mengenai perilaku makan remaja.

    Kuesioner perilaku makan dinilai dengan menggunakan kuesioner

    Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang meliputi 3 aspek gaya

    makan yaitu emotional eating, restraint eating,dan exsternal eating yang

    dibuat oleh Van Strien, et al (1986) dengan jumlah keseluruhan

    pertanyaan sebanyak 33 pertanyaan. Bentuk original dari Dutc Eating

    Behavior ini berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam

    Bahasa Indonesia pada lembaga Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    61/138

    44

    Hidayatullah Jakarta setelah itu, kuesioner dimodifikasi oleh peneliti.

    Untuk lebih rinci, pada Tabel 4.2 disajikan terkait kisi-kisi instrumen

    Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang telah dimodifikasi, yaitu:

    Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian

    Variabel Indikator Nomor Item

    Perilaku

    Makan

    Emotional Eating 1, 3, 5, 8, 10, 13, 16, 20,

    23, 25, 28, 30, 32

    Restraint Eating 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22,

    26, 29, 31

    Exsternal Eating 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21,

    24, 27, 33

    Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner Dutch Eating Behaviour

    Questionnaireyang menilai perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat

    diukur dengan menggunakan skala Likert dengan memberi nilai pada

    setiap jawaban. Nilai pada setiap jawaban kuesioner menggunakan

    rentang nilai 1-5 dengan kategori sebagai berikut:

    1.

    Tidak pernah yang berarti Tidak Sesuai/ Tidak Memadai.

    2.

    Jarang yang berarti Kurang Sesuai/ Kurang Memadai.

    3. Kadang-kadang yang berarti Cukup Sesuai/ Cukup Memadai

    4. Sering yang berarti Sesuai/ Memadai.

    5. Selalu yang berarti Sangat Sesuai/ Sangat Memadai.

    2. Timbangan BB dan Pengukur TB

    Timbangan BB dan pengukur TB diperlukan untuk mendapatkan

    data mengenai BB dan TB remaja yang menggunakan alat yang terdiri

    dari:

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    62/138

    45

    a. Timbangan BB: Timbangan jenjang dengan merk SECA (maksimum

    berat 130 kg dengan ketelitian 0,1 kg).

    b.

    Meteran pengukur TB:Microtoise Staturmeter(alat ukur tinggi badan

    200 cm yang digantung di tembok setinggi 200 cm atau 2 meter dari

    lantai dengan ketelitian 0,1 cm).

    E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    1. Kuesioner

    Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba

    instrumen peneltian perilaku makan yang berjumlah 33 pertanyaan yang

    terdiri dari aspek emotional eating, restraint eating, dan external eating.

    Uji instrumen penelitian dilakukan pada 30 siswa di SMP Ruhama yang

    memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah YMJ Ciputat. Uji

    validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program aplikasi statistik.

    a. Uji validitas Kuesioner

    Validitas berasal dari kata validityyang berarti sejauh mana ketepatan

    dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

    (Djaali, 2008). Metode yang digunakan pada pengujian validitas

    instrumen menggunakan pendekatan korelasi product moment

    ketentuan kevalidan instrument apabila nilai r hitung > nilai r tabel

    (0,361) pada N= 30 atau nilai signifikansi

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    63/138

    46

    a. 3 pertanyaan emotional eatingyang tidak valid yaitu nomor 3, 16,

    dan 28.

    b.

    1 pertanyaan restraint eatingyang tidak valid yaitu nomor 26.

    c. 1 pertanyaan external eating yang tidak valid yaitu nomor 33.

    Sehingga dari uji validitas yang sudah dilakukan,

    didapatkan hasil pertanyaan yang valid yaitu:

    Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

    Variabel Indikator Nomor Item

    Perilaku

    Makan

    Emotional Eating 1, 5, 8, 10, 13, 20, 23,25, 30, 32

    Restraint Eating 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22,

    29, 31

    Exsternal Eating 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21,

    24, 27

    b. Uji Reliabilitas Kuesioner

    Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan

    bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

    dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Jenis pengujian

    reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Alpha Cronbach,

    yaitu menganalisis relibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran

    (Riduwan, 2007). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan

    baik jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007).

    Hasil pengujian reliabilitas instrumen dirangkum dalam Tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

    VariabelAlpha

    CronbachKeputusan

    Perilaku

    Makan

    Emotional eating 0,784 Reliabel

    Restraint Eating 0,728 Reliabel

    External Eating 0,712 Reliabel

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    64/138

    47

    2. Timbangan BB dan Pengukur TB

    Pada penelitian ini timbangan berat BB yang digunakan tidak

    baru maka untuk mendapatkan hasil yang akurat peneliti melakukan

    pengecekan alat dengan menimbang BB dua orang yang sama sebanyak

    tiga kali setiap satu jam. Jika hasil pengukuran timbangan BB tersebut

    mendapatkan hasil yang konsisten maka dapat disimpulkan bahwa

    timbangan BB memiliki keakuratan yang baik dan dapat digunakan.

    Sedangkan untuk pengukur tinggi badan hanya dilakukan pengecekan

    dengan melihat kondisi alat.

    Tabel 4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas

    SubjekHasil Pengukuran

    Jam 1 Jam 2 Jam 3

    1 52 52 52

    2 49 49 49

    Dari hasil pengukuran tersebut, didapatkan hasil pengukuran yang

    konsisten maka dapat diambil kesimpulan bahwa timbangan berat badan

    tersebut baik dan dapat digunakan.

    F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

    Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni tahun 2014. Data yang

    diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan

    menggunakan kuesioner dan melakukan pengukuran BB serta TB. Ada

    beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data pada penelitian ini,

    yaitu:

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    65/138

    48

    1. Tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian,

    tempat penelitian, maksud dan tujuan penelitian. Peneliti mengajukan

    surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada pihak sekolah untuk

    mengambil data penelitian di SMP YMJ Ciputat.

    2. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini ada dua

    hal yang harus dilakukan, yaitu:

    a. Menyebarkan kuesioner kepada responden dengan dibantu oleh guru

    di SMP YMJ Ciputat. Peneliti memperkenalkan identitas serta

    memberikan lembar inform consent dengan menjelaskan maksud dan

    tujuan dari penelitian kepada responden, setelah itu peneliti

    membagikan kuesioner dengan memberikan penjelasan tentang cara

    pengisian kuesioner.

    b. Pengukuran BB dan TB.

    Pada penelitian ini pengukuran BB dan TB bertujuan untuk

    mendapatkan nilai IMT. Peneliti meminta bantuan 3 orang asisten

    untuk membantu mengukur berat badan dan tinggi badan. Dan ketiga

    asisten tersebut sebelumnya sudah peneliti jelaskan mengenai

    prosedur yang harus dilakukan. Berikut ini prosedur yang dilakukan

    untuk mengukur BB dan TB, yaitu:

    1)

    Prosedur pengukuran BB

    -

    Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras

    dan pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol.

    - Responden tidak mengenakan pakaian yang tebal dan tidak

    memakai alas kaki.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    66/138

    49

    - Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan

    untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform

    alat ukur.

    - Meminta untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi

    rileks.

    - Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan

    data yang dikumpulkan.

    - Catat hasil pengukuran pada kuesioner.

    2) Prosedur pengukuran TB

    - Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan topi

    (penutup kepala).

    -

    Pastikan alat geser berada diposisi atas.

    - Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

    -

    Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan

    tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.

    - Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung

    bebas.

    - Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala

    responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala

    responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus

    tetap menempel pada dinding.

    - Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang

    lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan

    angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    67/138

    50

    - Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur

    harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

    -

    Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka

    dibelakang koma (0,1 cm). Isikan pada kuesioner.

    Setelah melakukan pengukuran BB dan TB, kemudian

    melakukan perhitungan IMT dengan cara:

    Berat badan (Kg)

    IMT = -------------------------------------------------

    [Tinggi badan (m)]

    G. Etika Penelitian

    Nursalam (2009) secara umum menjelaskan prinsip etika penelitian

    pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

    1.

    Prinsip Manfaat

    a.

    Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

    subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

    b.

    Subjek diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

    informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-

    hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

    2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

    a. Subjek mempunyai hak memutuskan kesediannya menjadi subjek

    ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun.

    b.

    Memberikan penjelasan secara rinci serta tanggungjawab jika

    sesuatu terjadi kepada subjek.

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    68/138

    51

    c. Subjek harus diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan

    penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

    berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

    3. Prinsip Keadilan (right to justice)

    a. Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

    sesudah keikutsertaannya dalam peneltian tanpa adanya

    deskriminasi.

    b. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

    harus dirahasiakan.

    H. Pengolahan Data

    Data yang didapat pada penelitian ini, dilakukan pengolahan agar

    menjadi informasi yang mudah dipahami. Adapun tahap-tahap pengolahan

    data meliputi:

    1.Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

    diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

    pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

    2.

    Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

    data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

    bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam

    pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

  • 7/25/2019 Pola Makan Dan Imt

    69/138

    52

    book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

    suatu variabel.

    3.

    Entry

    Entrydata merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

    kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

    distribusi frekuensi sederhana atau biasa dengan membuat tabel

    kontingensi.

    4. Melakukan teknik analisis

    Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

    menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

    hendak dianalisis. Penelitian ini bersifat analitik, sehingga analisis yang

    digunakan statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang

    digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik

    (sampel) atau lebih dikenal denan proses generalisasi dan inferensial.

    I. Teknik Analisa data

    1. Analisa Univariat

    Analisa univariat digunakan untuk mendapat gambaran distribusi

    responden yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

    diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis univariat pada penelitian ini