pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa “nimui chimmuk

21
Universitas Indonesia 1 Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa pada Puisi “Nimui Chimmuk” karya Han Yongun: Sebuah Kajian Sintaksis Nur Rosyidah Syahbaniyah Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa Korea pada puisi-puisi karya Han Yongun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa yang digunakan Han Yongun dalam karya-karyanya. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode tinjauan kepustakaan. Puisi-puisi yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu Gunmal, Nimui Chimmuk, Ibyeoreun Miui Changjo, Al Su Eopsseoyo, Naneun Itkkojeo, Gaji Maseoyo. Gojeokhan Bam, Naui Gil, dan Kkum Kkaegoseo. Hasil penelitian dari analisis ini yaitu terdapat kecenderungan penggunaan pola kalimat tunggal dengan jenis kalimat deklaratif dan ragam bahasa formal. Kata kunci: honorifikasi, linguistik, akhiran kalimat, puisi Buddha, puisi Korea Pattern and Type of Sentence and Korean Style on Poetry Nimui Chimmuk” by Han Yongun: A Study of Syntax Abstract This thesis is to discuss about sentence pattern, type of sentence, and Korean style on poetry by Han Yongun. The purpose of this thesis is to determine the sentence pattern, type of sentence and Korean style that used by Han Yongun on his poems. This study is using literature-review method with quality approach and descriptive analysis design. The poems that used in this study are Gunmal, Nimui Chimmuk, Ibyeoreun Miui Changjo, Al Su Eopsseoyo, Naneun Itkkojeo, Gaji Maseoyo, Gojeokhan Bam, Naui Gil, dan Kkum Kkaegoseo. The result of this analysis are the sentence pattern that commonly used is single sentence pattern with declarative sentence and formal style. Keywords: honorification, linguistics, endings, Buddhist poetry, Korean poetry A. PENDAHULUAN Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

1

 

Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa pada Puisi “Nimui Chimmuk” karya Han Yongun:

Sebuah Kajian Sintaksis

Nur Rosyidah Syahbaniyah

Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak Skripsi ini membahas mengenai pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa Korea pada puisi-puisi karya Han Yongun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa yang digunakan Han Yongun dalam karya-karyanya. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode tinjauan kepustakaan. Puisi-puisi yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu Gunmal, Nimui Chimmuk, Ibyeoreun Miui Changjo, Al Su Eopsseoyo, Naneun Itkkojeo, Gaji Maseoyo. Gojeokhan Bam, Naui Gil, dan Kkum Kkaegoseo. Hasil penelitian dari analisis ini yaitu terdapat kecenderungan penggunaan pola kalimat tunggal dengan jenis kalimat deklaratif dan ragam bahasa formal. Kata kunci: honorifikasi, linguistik, akhiran kalimat, puisi Buddha, puisi Korea

Pattern and Type of Sentence and Korean Style on Poetry “Nimui Chimmuk” by Han Yongun: A Study of Syntax

Abstract

This thesis is to discuss about sentence pattern, type of sentence, and Korean style on poetry by Han Yongun. The purpose of this thesis is to determine the sentence pattern, type of sentence and Korean style that used by Han Yongun on his poems. This study is using literature-review method with quality approach and descriptive analysis design. The poems that used in this study are Gunmal, Nimui Chimmuk, Ibyeoreun Miui Changjo, Al Su Eopsseoyo, Naneun Itkkojeo, Gaji Maseoyo, Gojeokhan Bam, Naui Gil, dan Kkum Kkaegoseo. The result of this analysis are the sentence pattern that commonly used is single sentence pattern with declarative sentence and formal style. Keywords: honorification, linguistics, endings, Buddhist poetry, Korean poetry

A. PENDAHULUAN

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 2: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

2

 

Setiap bahasa di dunia merupakan unsur terpenting dalam komunikasi

antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Ferdinand de Saussure mendefinisikan

bahasa sebagai “fakta sosial” (Saussure 1959). Fakta sosial yang dimaksud yaitu: 1)

bahasa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat untuk membangun suatu kelompok,

berkomunikasi, dan melakukan kegiatan kolektif; 2) setiap bahasa di dunia merupakan

produk dari kegiatan kolektif, sebuah artefak yang dibuat oleh penutur dan dalam waktu

yang sama dikembangkan menjadi bentuk yang beragam. Negara Korea merupakan masyakarat yang menganut paham Konfusianisme

sebagai prisip dasar dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa kerajaan Joseon (1392‒

1910) pemerintah menjadikan Konfusianisme sebagai dasar pemerintahan sehingga

seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara Pada masa modern kini

Konfusianisme sudah tidak menjadi dasar pemerintahan, namun ajaran tersebut masih

melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea, termasuk dalam berkomunikasi.

Menurut Coulmas, masyarakat Korea cenderung menunjukkan sikap hormat dan sopan

terhadap seseorang yang berusia lebih tua, atau memiliki pangkat pekerjaan dan status

sosial lebih tinggi daripada diri sendiri (Coulmas, 2007). Oleh karena itu, dalam bahasa

Korea terdapat ragam bahasa yang didasari oleh tingkat kesopanan antara penutur

dengan mitra tutur.

Penggunaan ragam bahasa dalam bahasa Korea tidak hanya terlihat dalam

praktik berbicara dalam kehidupan sehari-hari melainkan juga dapat ditemukan dalam

beberapa karya sastra, salah satunya yaitu puisi. Secara etimologis istilah puisi berasal

dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam

bahasa Latin dari kata poeta, memiliki arti membangun, menyebabkan, menimbulkan,

menyair. Puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat

tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang,

1980).

Kesusastraan Korea secara kronologis dibagi menjadi dua periode, yaitu sastra

klasik dan sastra modern. Periode sastra klasik dimulai pada masa Kerajaan Silla yaitu

pada abad ke-6 Masehi, dan berkembang hingga masa Kerajaan Joseon. Terdapat empat

jenis bentuk puisi klasik Korea yaitu hyangga, goryeo gayo, sijo, dan gasa (Lee, 2003).

Keempat bentuk puisi ini ditulis menggunakan aksara Cina karena aksara asli Korea

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 3: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

3

 

belum ditemukan pada masa itu.

Puisi modern Korea mulai berkembang pada akhir masa Kerajaan Joseon (1910).

Puisi gaya baru Korea yang berkembang di tahun 1908-1918 mempunyai

kecenderungan untuk tidak mengikuti tata cara tradisional dan banyak didominasi oleh

simbol-simbol dari Barat terutama Prancis pada akhir tahun 1918 (Lee, 2003). Pada

masa 1920-an, puisi modern Korea mengalami perubahan dan semakin berkembang

dengan bebas. Masa 1920-an dianggap sebagai puncak kejayaan bagi sastra modern

Korea.

Han Yongun (1879–1944) merupakan penyair sekaligus biksu dan juga tokoh

pergerakan kemerdekaan Korea pada masa penjajahan Jepang. Han Yongun memiliki

nama pena Manhae yang didapatnya saat perjalanannya ke Jepang untuk mendalami

ajaran Buddha. Ia penyair angkatan 1920-an yang banyak menulis karya puisi

bertemakan cinta dan kebebasan. Isi puisinya sarat dengan simbol dan nilai Buddha

serta tersirat semangat patriotisme.

Dalam menulis karya buku kumpulan puisinya “Nimui Chimmuk” yang terbit

pada tahun 1926, Han Yongun menggunakan bentuk puisi lirik. Melalui bentuk puisi

lirik, Han Yongun mengemukakan isi hati dan pendapatnya terhadap kemerdekaan

Korea dan perlawanannya terhadap penjajahan Jepang. Selain puisi lirik, Han Yongun

juga menggunakan gaya bahasa sehari-hari atau colloquial style. Dengan gaya bahasa

sehari-hari, Han Yongun menggunakan berbagai jenis kalimat dan ragam bahasa serta

struktur kalimat baku untuk mengungkapkan isi hatinya ke dalam puisi yang

memberikan kesan tersendiri bagi para pembacanya (Hung, 2014).

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa dari puisi “Nimui

Chimmuk” karya Han Yongun. Penelitian ini akan dibahas melalui bidang ilmu

Sintaksis dengan korpus data sembilan puisi dari buku kumpulan puisi “Nimui

Chimmuk”. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan

desain deskriptif.

B. TINJAUAN TEORI

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 4: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

4

 

1. Kalimat dalam Bahasa Korea

a) Unsur-unsur Pembentuk Kalimat

Kalimat merupakan ujaran yang unsur-unsurnya terikat pada sebuah

predikat tunggal atau pada sejumlah predikat yang dikoordinasikan, dan

tanpa perlu menyertakan intonasi di dalam rumusan itu (Martinet, 1987).

Kalimat pada bahasa Korea secara tipologi merupakan kalimat berpola SOV

atau memiliki urutan kata subjek-objek-verba. Pola kalimat SOV memiliki

beberapa karakteristik. Pertama, predikat pada pola ini terletak pada akhir

kalimat. Kedua, kalimat dengan pola SOV memiliki sifat menerangkan-

diterangkan.

Kemudian, bahasa Korea merupakan bahasa yang merekat atau

disebut juga dengan bahasa aglutinatif. Aglutinatif atau dalam bahasa Korea

��� (gyochageo) yaitu fungsi sebuah nomina pada kalimat dimunculkan

dengan merekatkannya dengan satu atau beberapa partikel. Perbedaan

partikel yang dilekatkan pada verba dapat membedakan kala waktu dan

membedakan jenis kalimat deklaratif, interogatif, ataupun imperatif.

Menurut buku Korean Language for Foreigners 1 yang disusun oleh

Institut Nasional Bahasa Korea (2005), kalimat dalam bahasa Korea

memiliki tujuh unsur pembentuk kalimat. Tujuh unsur pembentuk kalimat

tersebut yaitu subjek (��, jueo), objek (���, mokjjeogeo), predikat (�

��, seosureo), adverbial (���, busaeo), pelengkap (��, boeo),

adnominal (���, gwanyeongeo), dan kata mandiri (���, dongnibeo).

Unsur-unsur pembentuk kalimat ini memiliki fungsi masing-masing dalam

kalimat yang saling melengkapi.

b) Pola Kalimat

Seperti dalam bahasa Indonesia, unsur utama kalimat dalam bahasa

Korea adalah subjek dan predikat. Namun, sesuai dengan jenis kata yang

menjadi predikatnya, terdapat juga kalimat bahasa Korea yang

membutuhkan objek, adverbial atau pelengkap (Institut Nasional Bahasa

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 5: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

5

 

Korea, 2005). Terdapat lima pola kalimat dalam bahasa Korea, yaitu pola

kalimat subjek-predikat, subjek-objek-predikat, subjek-adverbial-predikat,

subjek-pelengkap-predikat, dan subjek-objek-adverbial-predikat. Berikut ini

merupakan contoh kalimat dari kelima pola tersebut:

• Subjek-Predikat: �� ��. (Kkochi pinda, Bunga mekar.)

• Subjek-Objek-Predikat: ��� ��� ����. (Yeongmineun Junhoreul saranghanda. Yeongmi mencintai Junho.)

• Subjek-Adverbial-Predikat: ��� ��� ���. (Yeongmiga uijae anjattta, Yeongmi duduk di kursi.)

• Subjek-Pelengkap-Predikat: ��� ��� ���. (Junhoneun eoreuni doeeottta. Junho (sudah) menjadi dewasa.)

• Subjek-Objek-Adverbial-Predikat: ��� ��� ��� ���. (Yeongmineun Junhoreul cheonjaero yeoginda. Yeomin menganggap Jinho jenius.)

Secara umum, kalimat bahasa Korea dibagi menjadi dua, yaitu

kalimat tunggal (���, honmunjang) dan kalimat majemuk (���,

gyeommunjang). Kalimat tunggal adalah kalimat yang tediri dari satu

subjek dan satu predikat. Sementara, kalimat majemuk adalah kalimat yang

terdiri dari dua klausa atau lebih, digabungkan dengan konjungsi, dan

subjek serta predikat bisa muncul lebih dari sekali atau lebih (Choi, 2010,

Lee, 2007).

c) Akhiran Penutup Kalimat

Akhiran Penutup Kalimat atau ���� (eomareomi) merupakan

akhiran yang terdapat pada bagian paling akhir dari suatu kalimat. Bentuk

akhiran ini secara umum membedakan antara kalimat deklaratif, interogatif,

imperatif, dan persuasif. Selanjutnya, akhiran penutup kalimat juga dapat

memperlihatkan ragam bahasa yang digunakan. Berikut ini merupakan

bagan pembagian akhiran kalimat bahasa Korea yang dikutip dari buku

Korean Language karya Lee Ikseop dan Robert Ramsey (2007).

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 6: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

6

 

Gambar 1.1 Diagram Jenis Akhiran dalam Bahasa Korea

(Lee, 2000: 174)

d) Ragam Bahasa

Ragam bahasa merupakan bagian dari sistem honorifikasi.

Honorifikasi (���, nopimppeop) adalah ekspresi cara berbicara yang

digunakan untuk menghormati subjek atau lawan bicara. Menurut Seong

Changseon (2010), Kim Jongrok (2008), Lee Gwangyu (2007) dan Nam

Gisim (2010), honorifikasi merupakan sistem pembagian ekspresi yang

meninggikan atau merendahkan mitra tutur atau objek lain secara bahasa.

Menurut Kim Dongso (2005), di antara semua bahasa, honorifikasi yang ada

dalam bahasa Korea merupakan bentuk yang paling rumit sehingga sulit

untuk bisa dibandingkan dengan bahasa manapun (Seong, 2010).

Honorifikasi Korea terdiri atas tiga jenis yaitu honorifikasi subyek,

honorifikasi obyek, dan honorifikasi lawan bicara (Lee, 2000; Nam, 2010;

Seong, 2010; Kim, 2008). Ragam bahasa termasuk dalam honorifikasi

lawan bicara. Honorifikasi lawan bicara atau �� ��� (sangdae

nopimppeop) adalah sistem honorifik yang meninggikan atau tidak

meninggikan lawan bicara atau pendengar dalam suatu percakapan (Kim,

2008, Seong, 2008). Menurut Kim Jongrok (2008) dan Seong Gwangsu

Akhiran (��)

Prefinal (�����)

Penutup (����)

Penutup Kalimat (����)

Bukan Penutup Kalimat (�����)

Konjungsi (����)

Pengubah Fungsi (����)

Pengubah Nomina (�����)

Pengubah Adnomina (������)

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 7: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

7

 

(2008), di antara tiga jenis honorifikasi, honorifikasi lawan bicara

merupakan jenis yang paling berkembang.

Secara umum, masyarakat Korea membedakan dua ragam bahasa,

yaitu �� (banmal) bermakna ‘infomal, akrab’ dan ��� (jondaenmal)

bermakna ‘sopan’. Dalam ragam bahasa Korea terdapat enam jenis ragam.

Selain Lee Ikseop dan Robert Ramsey (2000), Lee Gwangyu (2007), Song

Changseon (2010), serta Nam Gisim dan Go Yeonggeun (2010) juga

membagi ragam bahasa menjadi enam jenis. Di bawah ini merupakan jenis-

jenis ragam bahasa Korea menurut Lee Ikseop dan Robert Ramsey (2000).

Ragam Bahasa Korea Terjemahan

��� (haerache) Bentuk sederhana

���/ �� (banmalche / haeche) Bentuk banmal

��� (hageche) Bentuk akrab

��� (haoche) Bentuk semiformal

��� (haeyoche) Bentuk sopan

��� (hapssyoche) Bentuk formal

Tabel 1.1 Jenis Ragam Bahasa dalam Bahasa Korea

(Lee Ikseop dan Robert Ramsey, 2000:250)

Ragam sederhana (���, haerache) menunjukkan hubungan akrab

yang sangat dekat. Bentuk ini digunakan dengan teman dekat, orang tua

kepada anak, dan penutur berusia lanjut kepada seorang anak yang usianya

hingga tingkat sekolah menengah atas. Dikarenakan ragam sederhana

merupakan tingkatan terendah, seorang penutur tidak bisa menggunakan

bentuk ini kepada mitra tutur yang usianya berada di pertengahan atau tua.

Kemudian, ragam banmal merupakan ragam bahasa yang dapat digunakan

bersamaan dengan ragam sederhana. Hal ini dikarenakan bahwa di antara

kedua ragam tersebut tidak memiliki perbedaan yang besar sehingga dapat

dikatakan bahwa ragam sederhana dan banmal mewakili satu ragam bahasa.

Ragam ini digunakan jika mitra tutur memiliki usia yang sama atau lebih

muda, jabatan yang lebih rendah atau sama dengan penutur, serta dapat

digunakan untuk sedikit merendahkan mitra tutur.

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 8: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

8

 

Kemudian, ragam akrab digunakan kepada mitra tutur yang memiliki

usia atau kedudukan di bawah penutur. Seorang penutur yang menggunakan

ragam ini memiliki maksud untuk menghormati mitra tuturnya meskipun

usianya lebih muda atau jabatannya lebih rendah daripada penutur.

Selanjutnya, ragam semiformal merupakan ragam yang digunakan kepada

mitra tutur yang tingkat usia maupun kedudukannya sama atau sedikit lebih

tinggi daripada penutur. Akan tetapi, dengan menggunakan ragam ini

penutur memperlakukan mitra tuturnya dengan lebih sopan dibandingkan

dengan ragam akrab. Ragam semiformal digunakan pada hubungan suami-

istri, seorang kakek dengan anak muda atau temannya sewaktu sekolah, dan

seorang bos dengan karyawannya.

Ragam sopan merupakan ragam yang paling banyak digunakan di

antara ragam bahasa lainnya. Hal ini dikarenakan ragam sopan dapat

digunakan kepada mitra tutur yang kedudukannya lebih rendah maupun

lebih tinggi. Ragam ini berfungsi untuk menghormati satu sama lain dan

memperlihatkan hubungan akrab. Kemudian, di antara enam ragam bahasa

dalam bahasa Korea, ragam formal merupakan tingkatan tertinggi. Ragam

ini digunakan untuk memperlakukan mitra tutur dengan sangat sopan dan

penuh hormat. Ragam formal digunakan kepada lawan bicara yang usianya

lebih tua atau berada di status sosial atau jabatan lebih tinggi daripada

penutur serta digunakan secara umum pada hubungan dua orang yang masih

belum mengenal satu sama lain dalam situasi formal. Ragam ini tidak bisa

digunakan antar kedudukan yang sama ataupun lebih rendah.

e) Jenis Kalimat

Menurut Choi Gyusu (2010), dalam bahasa Korea terdapat empat

jenis kalimat berdasarkan jenis predikat yang digunakan. Keempat jenis

kalimat tersebut yaitu kalimat deklaratif (���, pyeongseomun), kalimat

interogatif (���, uimunmun), kalimat imperatif (���,

myeongnyeongmun), dan kalimat persuasif (���, cheongyumun).

Kalimat deklaratif atau dalam bahasa Korea ��� (pyeongseomun) atau

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 9: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

9

 

��� (seosulmun) merupakan kalimat yang menyampaikan informasi

mengenai kebenaran atau keadaan, serta pemikiran diri sendiri dari penutur

kepada mitra tutur (Institut Nasional Bahasa Korea, 2005), (Lee, 2007).

Kalimat deklaratif dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan kesadaran untuk

didengar atau tidak. Kalimat yang memerlukan kesadaran untuk didengar

yaitu kalimat eksplanasi (����, illeodeutggim) dan kalimat janji (��,

yakssok). Sedangkan kalimat yang tidak memerlukan kesadaran untuk

didengar yaitu kalimat keinginan (��, uiyok), kalimat perkiraan (��,

chucheuk), dan kalimat eksklamasi (��, gamtan).

Kemudian, kalimat interogasi atau ��� (euimunmun)

merupakan kalimat yang diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur untuk

meminta jawaban dari pertanyaan. Terdapat beberapa jenis kalimat

interogatif, yaitu kalimat interogatif dengan jawaban ‘ya/tidak’; kalimat

interogatif yang menjawab pertanyaan ‘siapa, apa, kapan, mengapa, yang

mana, yang apa, bagaimana’; kalimat interogatif yang berfungsi untuk

memastikan informasi yang telah diketahui atau disebut dengan kalimat

interogatif konfirmasi; kalimat interogatif opsi yang digunakan untuk

mempertanyakan beberapa opsi untuk dipilih; dan kalimat interogatif yang

tidak memerlukan jawaban atau dalam bahasa Korea yaitu �����

(susauimunmun).

Berikut ini merupakan bentuk akhiran penutup kalimat yang

memperlihatkan ragam bahasa dan jenis kalimat. Seperti yang dapat dilihat

pada tabel di bawah, adjektiva tidak memiliki bentuk akhiran pada jenis

kalimat imperatif dan persuasif. Hal ini dikarenakan adjektiva tidak dapat

digunakan sebagai predikat dalam kedua jenis kalimat tersebut. Kemudian,

perbedaan pada bentuk banmal perbedaan antara kalimat deklaratif,

interogatif, imperatif, dan persuasif terdapat pada intonasi pengucapannya

karena bentuk banmal pada masing-masing jenis kalimat tidak memiliki

perbedaan.

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 10: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

10

 

Ragam Bahasa

Deklaratif (���, pyeongseomun)

Interogatif (���, uimunmun)

Imperatif (���, myeongnyeongmun)

Persuasif (���, cheongyumun)

Formal

(���, hapsyoche)

���� (makseumnida)

���� (jakseumnida)

���� (maksseumnikka)

���� (jaksseumnikka)

����� (mageusipssio)

-

����� (mageusipssida)

-

Sopan

(���, haeyoche)

��� (magayo)

��� (jagayo)

��� (magayo)

��� (jagayo)

���/���� (magayo/mageuseyo)

-

��� (magayo)

-

Semiformal

(���, haoche)

��� (mageuo)

��� (jageuo)

��� (mageuo)

��� (jageuo)

��� (mageuo)

-

���� (mageupssida)

-

Akrab

(���, hageche)

�� (mangne)

�� (jangne)

�� (magna)

�� (jagna)

�� (makgge)

-

��� (mageuse)

-

Banmal

(���, banmalche)

�� (maga)

�� (jaga)

�� (maga)

�� (jaga)

�� (maga)

-

�� (maga)

-

Sederhana

(���, haerache)

��� (mangneunda)

�� (jaktta)

��� (mangneunya)

��� (jageunya)

��� (magara)

-

�� (makjja)

-

Tabel 2.2 Bentuk Akhiran Penutup Kalimat

C. ANALISIS POLA DAN JENIS KALIMAT SERTA RAGAM BAHASA

PADA PUISI “NIMUI CHIMMUK” KARYA HAN YONGUN

Puisi-puisi yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sembilan puisi dari

buku kumpulan puisi “Nimui Chimmuk”. Kesembilan puisi tersebut berjudul: ��

(Gunmal), �� �� (Nimui Chimmuk), ��� �(美)� �� (Ibyeoreun Miui

Changjo), � � ��� (Al Su Eopsseoyo), �� ��� (Naneun Itkkojeo), ��

��� (Gaji Maseoyo). ��� � (Gojeokhan Bam), �� � (Naui Gil), dan �

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 11: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

11

 

��� (Kkum Kkaegoseo). Sembilan puisi yang dijadikan bahan analisis memiliki

kesamaan pada tema yaitu �� (心印, simin) atau realisasi keyakinan/ungkapan hati

yang tidak dapat diungkapkan dengan tulisan maupun kata-kata (Kim, 2008). Tema �

� (心印, simin) merupakan tema yang diambil dari sepuluh tema yang terdapat pada

buku ajaran Buddha berjudul “����� (Siphyeondamjuhae)” karangan Han

Yongun sendiri. Tema ini mewakili Han Yongun sebagai penulis sekaligus seorang

biksu.

Buku “����� (Siphyeondamjuhae)” merupakan buku catatan Han

Yongun mengenai kumpulan sepuluh karya puisi karangan biksu Sangchal yang berasal

dari Dinasti Tang dengan judul “��� (siphyeondam)” atau “Sepuluh Puisi

Menakjubkan”. Han Yongun membaca karya puisi tersebut kemudian

menginterpretasikannya sambil menyesuaikan dengan kehidupan sosial di Korea masa

modern. Berikut ini merupakan analisis pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa dalam

kesembilan karya puisi “Nimui Chimmuk”.

1) Pola Kalimat

Pola kalimat yang terdapat pada sembilan puisi karya Han Yongun

yaitu pola kalimat tunggal, majemuk, dan tak lengkap. Berikut ini merupakan

contoh pola kalimat majemuk:

a) ��� ���� �� ��� ���.

Yeonaega jayuramyeon nimdo jayuil geosida.

(S + P + Konj. + S + P)

Jika hubungan asmara adalah kebebasan maka tuan juga adalah kebebasan.

(kalimat kelima dari puisi Gunmal)

Kalimat di atas memiliki pola kalimat majemuk sebagai berikut: subjek

(��, yeonae, pasangan) + predikat (����, jayuida, kebebasan) +

konjungsi (-��, -ramyeon, jika) + subjek (�, nim, tuan) + predikat (���

�, jayuida, kebebasan). Konjungsi yang digunakan pada kalimat di atas adalah

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 12: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

12

 

konjungsi kalimat majemuk -�� (-ramyeon) yang bermakna ‘jika’.

Konjungsi tersebut menggabungkan antara induk kalimat ��� ����

(yeonaega jayuida, pasangan adalah kebebasan) dan anak kalimat �� ��

� ��� (nimdo jayuil geosida, tuan juga adalah kebebasan).

b) �� ���� �� ���� ��� ��� �� ��� ������.

Naneun hyanggiroun nimui malsorie gwimeokkko kkotttaun nimui eolgore nunmeoreotsseumnida.

(S Topik + Adn. + Adn. + Adv. + P + Konj. + Adn. + Adn. + Adv. + P)

Aku menjadi tuli karena kata-kata tuan yang manis dan buta karena wajah tuan yang seperti bunga.

(kalimat keenam puisi Nimui Chimmuk)

Kalimat selanjutnya juga memiliki pola kalimat majemuk. Kalimat ini

terdiri dari dua kalimat yang digabungkan dengan satu konjungsi. Pola kalimat

tersebut terdiri atas subjek topik (�, na, saya) + adnominal (����,

hyangiroun, yang wangi) + adnominal (��, nimui, tuan) + adverbial

(����, malsorie, pada suara) + predikat (���, gwimeoktta, membuat

tuli) + konjungsi (-�, -go, dan) + adnominal (���, kkotttaun, seindah

bunga) + adnominal (��, nimui, tuan) + adverbial (���, eolgore, wajah) +

predikat (���, nunmeolda, membuat buta).

c) �� ���� �� �� ����.

Aa saranghaneun naui nimeun gatsseumnida.

(KM + Adn. + Adn. + S Topik + P)

Ooh tuan yang aku cintai telah pergi.

(kalimat kedua puisi Nimui Chimmuk)

Kalimat c) di atas merupakan contoh pola kalimat tunggal. Kalimat ini

memiliki pola kalimat sebagai berikut: kata mandiri (��, aa, ooh) +

adnominal (����, saranghaneun, yang dicintai) + adnominal (��, naui,

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 13: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

13

 

ku) + subjek (�, nim, tuan) + predikat (��, gada, pergi). Kalimat ini

merupakan bentuk kalimat tunggal karena hanya terdiri dari satu subjek dan

satu predikat. Pada kalimat c) dua adnominal di depan subjek berfungsi untuk

menerangkan subjek yang berupa nomina.

d) ��� �� �����.

Ibyeoreun miui changjoimnida.

(S Topik + Adn. + P)

Perpisahan membuat keindahan.

e) �� ��� �����.

Mineun ibyeorui changjoimnida.

(S Topik + Adn. + P)

Keindahan membuat perpisahan.

(kalimat kesatu dan kelima puisi Ibyeoreun Miui Changjo)

Kalimat d) dan e) di atas merupakan kalimat pembuka dan penutup dari

puisi Ibyeoreun Miui Changjo. Kedua kalimat tersebut memiliki pola kalimat

yang sama yaitu pola kalimat tunggal. Kalimat d) memiliki pola subjek (��,

ibyeol, perpisahan) + adnominal (�, mi, keindahan) + predikat (��,

changjo, membuat). Kemudian, kalimat e) memiliki pola subjek topik (�, mi,

keindahan) + adnominal (��, ibyeol, perpisahan) + predikat (��, changjo,

membuat).

Pola kalimat selanjutnya adalah pola kalimat tak lengkap. Berikut ini

merupakan contoh kalimat dengan pola kalimat tak lengkap. Kalimat berikut

juga terdapat pada puisi Ibyeoreun Miui Changjo.

f) �� ����.

Oo ibyeoriyeo.

(KM + P)

(kalimat kelima puisi Ibyeoreun Miui Changjo)

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 14: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

14

 

Kalimat f) di atas memiliki pola kalimat tak lengkap karena hanya

terdiri atas kata mandiri (��, oo, aah) + predikat (��, ibyeol, perpisahan).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa unsur utama yang dapat

membentuk suatu kalimat adalah subjek + predikat. Kalimat f) merupakan

kalimat tak lengkap karena pada kalimat tersebut tidak memiliki unsur subjek.

2) Jenis Kalimat

Pada kesembilan puisi karya Han Yongun yang dianalisis, ditemukan

tiga jenis kalimat yaitu kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Ketiga

jenis kalimat ini dianalisis melalui akhiran setiap kalimat. Berikut ini

merupakan contoh kalimat deklaratif.

g) ��� �� ������

�� �� ��� ���.

Namdeureun nimeul saenggakandajiman

naneun nimeul itgojeo hayayo.

Orang-orang mengingat Tuan namun

aku akan melupakan Tuan.

(kalimat pertama puisi Naneun Itkkojeo)

Kalimat g) merupakan gabungan dua larik pada bait pertama puisi

Naneun Itkkojeo. Akhiran kalimat yang terdapat pada kalimat g) yaitu ���

��� (itgojeo hayayo) merupakan bentuk akhiran predikat verba ��

(ittta) bermakna ‘melupakan’. Verba tersebut dilekatkan dengan akhiran –��

�� (-gojeo hada) yang merupakan bentuk lama dari –�� �� (-goja

hada) yang bermakna ‘akan’ (Choo, 2008). Akhiran penutup kalimat yang

menandai bentuk kalimat deklaratif pada kalimat g) yaitu akhiran –�� (yayo).

h) ��� ��� �����

�� ��� �� ���� �����.

Itkkojeo halsurok saenggakigiro

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 15: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

15

 

haenghyeo ichilkka hago saenggakayeo boatsseumnida.

Semakin aku melupakan menjadi teringat

ketika mungkin telah terlupa aku jadi mengingatnya.

(kalimat kedua puisi Naneun Itkkojeo)

Kemudian, kalimat h) juga merupakan gabungan dari dua larik yang

membentuk satu kalimat. Akhiran kalimat di atas yaitu ���� �����

(saenggakayeo boasseumnida). Akhiran ini berasal dari predikat verba ���

� (saenggakada) bermakna ‘mengingat’ yang dilekatkan dengan ungkapan –

� �� (-eo boda, mencoba). Verba tersebut dilekatkan dengan imbuhan kala

lampau –� (-at) dan akhiran penutup kalimat –��� (-seumnida). Akhiran

–��� (-seumnida) merupakan akhiran yang menandakan jenis kalimat

deklaratif.

Selanjutnya, dari analisis kesembilan puisi karya Han Yongun terdapat

dua jenis kalimat interogatif yang ditemukan. Jenis kalimat interogatif pertama

yaitu kalimat interogatif yang menjawab pertanyaan ‘apa, siapa, mengapa’.

Kemudian, jenis kalimat interogatif kedua yaitu kalimat interogatif yang tidak

memerlukan jawaban atau dis ebut juga dengan ����� (susauimunmun).

i) ��� �� ��� ��� ��� ��� ��� ���� ���� ��� ������.

Baramdo eomneun gongjunge sujigeui pamuneul naeimyeo goyohi tteoreojineun odongipeun nuguui baljachwoeimnikka.

Daun paulownia yang jatuh perlahan di ruang tanpa udara yang berdesir halus adalah jejak siapa.

(kalimat pertama puisi Al Su Eopsseoyo)

Kalimat i) di atas merupakan contoh kalimat interogatif yang berfungsi

untuk menanyakan ‘siapa’. Akhiran pada kalimat i) yaitu ������

(baljachwoeimnikka) terbentuk dari nomina+�� (ida). Nomina pada

akhiran tersebut adalah ��� (baljachwoe) yang bermakna ‘jejak’. Akhiran

penutup kalimat yang digunakan pada akhiran tersebut yaitu –���

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 16: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

16

 

(imnikka) merupakan akhiran penanda jenis kalimat interogatif.

j) ��(宇宙)� �����.

Ujuneun jugeomingayo.

Apakah alam semesta mati.

k) ��� ����.

Insaengeun jamingayo.

Apakah kehidupan tertidur.

(kalimat ketiga dan keempat puisi Gojeokhan Bam)

Selanjutnya, kalimat j) dan k) merupakan bait kedua dari puisi

Gojeokhan Bam. Kedua kalimat ini masing-masing memiliki akhiran yaitu �

���� (jugeumingayo) dan ���� (jamingayo). Kedua akhiran

tersebut memiliki struktur kalimat yang sama yaitu predikat nomina+���

(-ingayo).

Akhiran penutup kalimat –��� (-ingayo) merupakan akhiran

dengan jenis kalimat interogatif. Nomina pada akhiran pertama �� (jugeom)

bermakna ‘kematian’ dan pada akhiran kedua � (jam) bermakna ‘tidur’.

Akhiran penutup kalimat –��� (-ingayo) digunakan pada jenis kalimat

interogatif ����� (susauimunmun). Jenis kalimat ini merupakan jenis

kalimat yang digunakan oleh penutur untuk bertanya kepada dirinya sendiri

sehingga tidak membutuhkan jawaban.

Kemudian, jenis kalimat terakhir yang ditemukan pada analisis ini

yaitu jenis kalimat imperatif. Kalimat imperatif merupakan kalimat yang

berfungsi untuk meminta mitra tutur melakukan sesuatu (Institut Nasional

Bahasa Korea, 2005). Dari sembilan puisi yang dianalisis, jenis kalimat

imperatif hanya ditemukan dalam puisi Gaji Maseoyo.

l) ��� �� ���.

Geogireul gaji maseoyo.

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 17: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

17

 

Jangan pergi ke sana.

m) �� ���.

Naneun siryeoyo.

Aku tidak menyukainya.

(kalimat kelima dan keenam puisi Gaji Maseoyo)

Kalimat l) dan m) merupakan dua kalimat yang diulang sebanyak empat

kali dalam empat bait. Kedua kalimat ini memiliki akhiran kalimat �� ��

� (kaji maseoyo), dan ��� (siryeoyo). Kedua akhiran kalimat tersebut

dilekatkan dengan akhiran penutup kalimat –(�)�� (-(eu)seoyo) yang

merupakan bentuk lama dari akhiran –(�)�� (-(eu)seyo). Akhiran kalimat –

(�)�� (-(eu)seoyo) merupakan penanda jenis kalimat imperatif (Choo,

2008).

3) Ragam Bahasa

Sama halnya dengan jenis kalimat, analisis ragam bahasa dilakukan

dengan melihat akhiran setiap kalimat. Dari sembilan puisi karya Han Yongun

yang dianalisis pada penelitian ini, ditemukan empat ragam bahasa yaitu ragam

datar, banmal, sopan dan formal. Ragam formal dan sopan merupakan ragam

yang paling banyak digunakan.

n) ���(薔薇花)� �� ���� ���� �� ����.

Jangmihwaui nimui bomppiramyeon masiniui nimeun Itaerida.

Jika bunga mawar adalah hujan musim semi bagi tuan maka Italia adalah tuan bagi Mazzini.

o) �� �� ��� � ��� �� ������.

Nimeun naega saranghal ppun anira nareul saranghananira.

Tuan tidak hanya aku cintai namun juga mencintaiku.

(kalimat ketiga dan keempat puisi Gunmal)

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 18: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

18

 

Pada kalimat n) terdapat akhiran ���� (itaerida) yang memiliki

bentuk predikat nomina+�� (-ida) dengan nomina ��� (itaeri). Nomina

tersebut merupakan lafal pengucapan bahasa Korea bagi nama negara Italia.

Akhiran ini juga merupakan akhiran kalimat dengan ragam bahasa sederhana

dilihat dari bentuk akhiran penutup kalimatnya yaitu –� (-da).

Kemudian, akhiran kalimat pada kalimat o) yaitu ������

(saranghananira) merupakan bentuk akhiran kalimat berupa verba ����

(saranghada) bermakna ‘mencintai’. Verba tersebut dilekatkan dengan akhiran

penutup kalimat –��� (nanira) yang merupakan ragam bahasa sederhana

(Choi, 2010).

p) �� ����.

Oo ibyeoriyeo.

Ooh perpisahan.

(kalimat keempat puisi Ibyeoreun Miui Changjo)

Kalimat p) merupakan kalimat dengan ragam bahasa banmal. Akhiran

kalimat yang terdapat pada kalimat p) yaitu ���� (ibyeoriyeo). Akhiran

ini memiliki predikat nomina �� (ibyeol) yang dilekatkan dengan akhiran

penutup kalimat –�� (-iyeo). Kalimat p) merupakan kalimat satu-satunya

dengan ragam banmal yang ditemukan dalam penelitian ini.

q) �� ��� ���� ����.

Ama sarangeun nimegeman innabeoyo.

Mungkin cinta ini hanya ada untuk tuan.

r) �� ��� ��� ���� ��� �� ������

�� �� ����� ��� ����.

Aa baljachwoe sorina anideomyeon kkumina ani kkaeeotsseuryeomaneun

kkumeun nimeul chajeogaryeogo gureumeul tatsseosseoyo.

Ooh jika itu bukanlah suara jejak kaki atau aku terbangun dari mimpi

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 19: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

19

 

mimpi itu akan mencari tuan dengan menaiki awan.

(kalimat ketiga dan keempat puisi Kkum Kkaegoseo)

Selajutnya, kalimat q) dan r) merupakan contoh kalimat dengan ragam

sopan. Akhiran kalimat q) terbentuk dari predikat adjektiva �� (ittta) yang

bermakna ‘ada’. Akhiran penutup kalimat yang melekat pada adjektiva ��

(ittta) yaitu –��� (-nabeoyo) merupakan bentuk lama dari akhiran –���

(-nabwayo).

Kemudian, akhiran kalimat r) terbentuk dari predikat verba ��

(tada) bermakna ‘menaiki’ yang dilekatkan dengan dua imbuhan kala lampau

yaitu –� (-at) dan –� (-eot) yang memberikan fungsi kalimat sebagai

kalimat lampau yang telah lama terjadi. Kemudian, verba ini dilekatkan dengan

akhiran penutup kalimat –�� (-eoyo).

Ragam bahasa terakhir yaitu ragam formal. Ragam formal merupakan

ragam dengan tingkat kesopanan paling tinggi di antara lima ragam lainnya.

Kalimat s) dan t) di bawah merupakan contoh ragam bahasa formal.

s) ��� �� �� � ��� ��� ����.

Geureona naui gireun i sesange dulbakke eopseumnida.

Tetapi aku hanya memiliki dua jalan.

t) ��� �� �� ��� ����.

Hananeun nimui pume angineun girimnida.

Salah satunya yaitu jalan menuju pelukan tuan.

(kalimat kesebelas dan kedua belas puisi Naui Gil)

Akhiran yang terdapat pada kalimat s) yaitu akhiran ����

(eopsseumnida). Akhiran tersebut terbentuk dari predikat adjektiva ��

(eoptta) bermakna ‘tidak ada’. Adjektiva ini dilekatkan dengan akhiran

penutup kalimat ragam formal yaitu –��� (-seumnida).

Kemudian, akhiran kalimat t) yaitu ���� (girimnida). Akhiran ini

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 20: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

20

 

terbentuk dari nomina � (gil)+�� (-ida) yang merupakan jenis kalimat

kopula. Nomina � (gil) +�� (-ida) yang bermakna ‘jalan’ dan dilekatkan

dengan akhiran penutup kalimat –��� (-bnida).

D. PENUTUP

Berdasarkan tinjauan teori yang telah dipaparkan, penulis melakukan

analisis pola dan jenis kalimat serta ragam bahasa pada sembilan puisi karya

Han Yongun. Pada sembilan puisi karya Han Youngun terdapat 48 pola kalimat

tunggal, 45 pola kalimat majemuk, dan 1 pola kalimat tak lengkap. Pola kalimat

pada puisi karya Han Yongun tersusun secara terstruktur sesuai dengan pola

kalimat baku bahasa Korea. Selanjutnya, jenis kalimat yang terdapat pada

kesembilan karya puisi Han Youngun antara lain yaitu 64 kalimat deklaratif, 22

kalimat interogatif, dan 8 kalimat imperatif. Kemudian berdasarkan analisis

akhiran penutup kalimat, ragam bahasa yang digunakan Han Yongun pada

sembilan karya puisinya yaitu 54 ragam formal, 30 ragam sopan, 1 ragam

banmal, dan 9 ragam datar.

Melalui analisis pada sembilan karya puisi Han Yongun dapat diambil

kesimpulan bahwa ragam bahasa dan jenis kalimat mayoritas yang ditemukan

pada sembilan puisi tersebut adalah kalimat deklaratif dengan ragam bahasa

formal. Penggunaan pola kalimat deklaratif-formal dalam sembilan puisi karya

Han Yongun mendapat pengaruh dari ajaran Buddha mengenai samma vaca

atau ucapan yang benar.1

1 Dengan  tidak  berkata-­‐kata  kasar,  seseorang  akan  mengucapkan  sesuatu  yang  tak  akan  dipersalahkan,  menyenangkan  didengar,  dapat  diterima,  berkenan  dihati,  sopan,  menyenangkan  dan  disenangi  oleh  semua  orang  (  Majjhima  Nikaya  I  :  288).

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015

Page 21: Pola dan Jenis Kalimat serta Ragam Bahasa “Nimui Chimmuk

 

Universitas Indonesia

21

 

E. DAFTAR PUSTAKA

�����. 2005. Korean Language for Foreigners 1 ���� �� �� �� 1. ��: ��������. (Institut Nasional Bahasa Korea. 2005. Oegugineul Wihan Hangugeo Munppeop 1. Seoul: Communication Books.)

_________. 2005. Korean Language for Foreigners 2 ���� �� ��� �� 2. ��: ��������. (Institut Nasional Bahasa Korea. 2005. Oegugineul Wihan Hangugeo Munppeop 2. Seoul: Communication Books.)

���. 2008. Nimui Chimmuk and The World of Buddhism �� ��� �(禪)� ��. ��: ���. (Kim Gwangwon. 2008. Nimui Chimukgwa Seonui Segye. Seoul: Saemunsa.)

���. 2008. Korean Standard Grammar �� ��� ��. ��: ���. (Kim Jongrok. 2008. Pyeojun Hangugeo Munppeop. Seoul: Park Ijeong)

���. 2010. Modern Korean Syntax �� �� ���. ��: ���. (Nam Gisim. 2010. Hyeondae Gugeo Tongsaron. Kyeonggi: Taehaksa).

���. 2010. Korean Syntax �� ���. ��: �� ���. (Seong Changseon. 2010. Gugeo Tongsaron. Seoul: Hangungmunhwasa.)

���. 2010. Shin Gyeong Rim’s Find for a Poet ���� ��� ���. ��: �� ��. (Shin Gyeongnim. 2010. Shin Gyeong Nimui Siineul Chajaseo. Seoul: Uri Gyoyuk.)

Coulmas, Florian. 2007. Sociolinguistics: The Study of Speakers’ Choices. New York: Cambrige University Press.

Hung, Eva et all. 2014. Asian Translation Traditions. United Kingdom: Routledge

Khotbah-khotbah Menengah Sang Buddha: Majjhima Nikāya (Terjemahan dari bahasa Pali oleh Bhikkhu Ñāṇamoli & Bhikkhu Bodhi). 2013. (Edi Wijaya dan Indra Anggara, Penerjemah.). Jakarta: DhammaCitta Pres.

Pola dan jenis..., Nur Rosyidah Syahbaniyah, FIB UI, 2015