pni kepemudaan dan wanita makalah
TRANSCRIPT
HALAMAN JUDUL
ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL
KEPEMUDAAN DAN WANITA
Bahan Diskusi Mata Kuliah Sejarah Nasional Indonesia III,
(Kelas A)
OLEH
HAPPY KHOIRUNNISA’
110210302016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Semester Gasal 2012-2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Organisasi Pergerakan Nasional Kepemudaan dan Wanita” dalam mata kuliah
Sejarah Nasional Indonesia III. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
matakuliah Sejarah Nasional Indonesia III yang dibina oleh Bpk. Budiono.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama pada dosen kami Bpk. Budiyono, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Sesungguhnya Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran y a n g b e r s i f a t m e m b a n g u n d e m i
k e s e m p u r n a a n m a k a l a h i n i .
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jember, 27 September 2012
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Organisasi Pergerakan Nasional....................................................................3
2.2 Organisasi Pemuda.........................................................................................7
2.3 Organisasi Wanita.......................................................................................13
2.3 Tokoh-tokoh Pergerakan Wanita.................................................................17
BAB 3. PENUTUP................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................22
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya
organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pemuda Indonesia dengan gerakan
kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa.
Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada
sejarah, gerakan pemuda Indonesia ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang
disebut Boedi Oetomo pada tahun 1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah
Pemuda pada tahun 1928 sebagai kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur
heterogen pemuda menjadi bangsa yang satu.
Dalam masa pertama dari pergerakan Indonesia pada periode Budi Utomo,
gerakan wanita baru berjuang untuk kedudukan sosial saja. Soal-soal politik
belum dalam jangkauannya. Mengenai kemerdekaan tanah-air masih terlalu jauh
dari penglihatan dan pemikirannya. Kesibukan-kesibukan pada Periode Perintis
dibidang pendidikan, pengajaran, kerumahtanggaan masih berlanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Organisasi Pergerakan Nasional
1.2.2 Bagaimana Organisasi Pemuda
1.2.3 Bagaimana Organisasi Wanita
1.2.4 Siapa Tokoh-tokoh Pergerakan Wanita
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar Mengetahui Organisasi Pergerakan Nasional
1.3.2 Agar Mengetahui Organisasi Pemuda
1.3.3 Agar Mengetahui Organisasi Wanita
1.3.4 Agar Mengetahui Tokoh-tokoh Pergerakan Wanita
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Memahami Organisasi Pergerakan Nasional
1.4.2 Untuk Memahami Organisasi Pemuda
1.4.3 Untuk Memahami Organisasi Wanita
1.4.4 Untuk Memahami Tokoh-tokoh Pergerakan Wanita
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Organisasi Pergerakan Nasional
Latar Belakang lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia ditandai dengan :
1. Faktor Dalam Negeri
a. Penderitaan bangsa Indonesia akibat penjajahan
b. Kenangan akan kejayaan masa lalu seperti kejayaan Kerajaan Sriwijaya,
Majapahit & Kerajaan Islam
c. Pengaruh pendidikan akibat Politik Etis/Etika (Balas Budi) yang
melahirkan kaum cendekiawan
d. Diskriminasi (Membedakan warna kulit) yang dilakukan oleh
Pemerintah Kolonial
e. Pax Neerlandica (Kesatuan Hindia Belanda) yang menimbulkan rasa
senasib sepenanggungan
2. Faktor Luar Negeri
a. Kemenangan Jepang terhadap Rusia dalam Perang Jepang-Rusia tahun
1905
b. Pengaruh pergerakan kemerdekaan bangsa lain seperti Cina, India,
Jepang, Turki, Philipina, dan lain-lain
c. Munculnya paham baru dr Eropa & Asia seperti Liberalisme,
Nasionalisme, Sosialisme, Pan Islamisme.
Organisasi Pergerakan Nasional
1. Budi Oetomo
Budi Oetomo di dirikan oleh mahasiswa STOVIA (Sekolah Dokter
Pribumi) di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. ketuanya ialah Soetomo (kemudian
menjadi dokter). Budi Oetomo merupakan organisasi modern pertama yang
didirikan oleh bangsa Indonesia. Berdirinya Budi Oetomo erat kaiatannya dengan
cita-cita Dr. Wahidin Sudirohusodo. Ia seorang tamatan STOVIA. Wahidin
3
bercita-cita memajukan pendidikan dengan cara mendirikan “Dana Pelajar”. Dana
itu akan dipakai untuk menyekolahkan anak-anak yang orang tuanya kurang
mampu. Untuk mengumpulkan dana Wahidin mengunjungi tokoh-tokoh
masyarakat di berbagai kota.pada tahun 1907 ia bertemu dengan mahasiswa
STOVIA di Jakarta. Mereka tertarik mendengar cita-cita Wahidin. Cita-cita itu
mereka perluas tidak hanya dibidang pendidikan tetapi juga dibidang budaya
untuk itulah mereka mendirikan Budi Oetomo
2. Sarekat Islam
Pada tahun 1911, H. Samanudi mendirikan sarekat dagang Islam (SDI) di
Solo. Tujuannya ialah mempersatukan para pedagang-pedagang Indonesia untuk
menghadapi pedagang-pedagang Cina yang dilindungi pemerintah Belanda.
Mereka memonopoli bahan baku batik sehingga merugikan perusahaan batik
Indonesia. Pada tahun 1912, nama sarekat dagang islan digati dengan Sarekat
Islam (SI) kedudukan organisasi dipindahkan dari Solo ke Surabaya. H. Umar
Said Cokroaminito diangkat menjadi ketua. Ia seorang pengacara terkenal. H.
Samanhudi diangkat menjadi ketua kehormatan. SI cepat berkembang sebagian
besar penduduk Indonesia beragama Islam diterima sebagai anggota. Akan tetapi,
pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota pengurus. SI berjuang
memajukan ekonomi, pendidikan, dan agama. SI tidak terang-terangan
menyatakan diri sebagai partai politik. Akan tetapi kegiatannya banyak berSikap
politik.
SI bertahan sampai akhir penjajahan Belanda. Nama SI kemudian diganti
berganti menjadi Partai sarekat Islam Indonesia (PSII). Tokoh-tokoh yang
terkenal antara lain adalah H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, Abdul Muis,
Sukiman Wiryosanmijoyo, dan Abikusno Cokrosuyoso. Sekitar tahun 1920, ada
orang-orang yang berpaham komunis menjadi anggota SI pada waktu itu
seseorang boleh saja menjadi anggota organisasi. Orang –orang yang berpaham
komunis itu dikeluarkan dari SI. Mereka mendirikan Partai Komunis Indonesia.
Kegiatan PKI merugikan Pergerakan Nasional, pada akhir 1926 dan awal 1927,
mereka memberontak terhadap pemerintah. Pemberontakan itu tidak diSIapkan
4
dengan matang dan dengan mudah ditumpaskan oleh pemerintah. Ribuan orang
ditangkap dan dipenjarakan. Ada pula yang dibuang ke Digul Ke Irian. Sebagian
besar diantaranya bukan orang komunis tetapi mereka menjadi korban ambiSI
PKI. PKI dibubarkan oleh pemerintah Belanda. Belanda menuduh Pergerakan
Nasional sebagai Pergerakan Komunis. Beberapa waktu lamanya Pergerakan
Nasional lumpuh.
3. Indische Partij
Indeche Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912
dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Douwes Dekker (Dr. Danu Dirja Stiabudi), .M
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), Dr. Cipto Mangunkusomo. Cita-cita
IP adalah menyatukan semua golongan masyarakat baik penduduk pribumi aupun
keterunan asing. Tujuan IP adalah :
1. Menumbuhkan dan meningkatkan jiwa persatuan dua golongan untuk
memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional.
2. Memersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Tujuan organisasi disebarluaskan melalui surat kabar yaitu De Express. Isinya
ditegaskan bahwa masa depan penduduk terletak ditangan penduduk Indonesia
sendiri
4. Perhimpunan Indonesia ( PI )
Perhimpunan ini didirikan oleh pelajar Indonesia yang sedang di negri
Belanda pada tahun 1908. organisasi ini bernama Indische Vereeniging.
Tujuannya adalah :mengurus kepentingan orang-orang Indonesia yang belajar di
negri Belanda. Tahun 1922 terjadi perubahan nama dari Indesche Vereeniging
menjadi Indonesche Vereeniging. Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggung jawab
terhadap rakyat Indonesia.
2. Kemerdekaan harus dicapai oleh orang-orang Indonesia sendiri tanpa bantuan
siapa pun.
5
3. Persatuan nasional harus dipupuk, segala macam perpecahan harus dihindarkan
agar tujuan perjuangannya segera tercapai.
Tokoh perhimpunan Indonesia adalah : Moh. Hatta, Nazir Pamuncak,
Abdul Majid Joyodiningrat, dan Ali Sastro Amijoyo.
5. Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI didirikan di Bandung oleh Ir. Soekarno pada tanggal 4 juli 1927,
tujuannya adalah utnuk mencapai Indonesia merdeka atas usaha dan
perjuangannya sendiri. Idiologi yang dianut oleh organisasi ini adalah
Marhaenisme. Perjuangan PNI untuk mencapi tujuannya antara lain:
1. Melakukan kritik terhadap pola penjajahan pemerintahan Hindia Belanda yang
mengakibatkan penderitaan rakyat.
2. Menekankan agar seluruh rakyat Indonesia bersatu padu untuk berjuang
mencapai kemerdekaan.
3. Mengadakan kerja sama dengan perhimpunan Indonesia di Negara Belanda
4. Mengembangkan semangat kebangsaan dikalangan masyarakat melalui rapat-
rapat umum, surat kabar, kursus, dan sekolah.
6. Partai Komunis Indonesia
PKI didirikan pada tahun 1914 di Semarang organisasi ini berpaham
komunis. Awal mulanya bernama “Indische social demokratische Vereeniging”.
Pendirinya adalah Sneevliet (orang Belanda), semaun dan Darsono. Tanggal 13
November1926 PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda di
Jakarta, Jateng, Jatim, Jabar, dan Sumatra. PKI melakukan petualangan politik
tanpa memperhitungkan kekuatan nyata, tindakan tersebuta mengakibatkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Pergerakan Nasional mendapat tekanan berat dari Belanda
2. Pemberontakan PKI sangat merugikan pergerakan Nasional
3. Pemberontakan sangat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
4. pemberontakan PKI menciptakan suasana tidak yang aman.
6
7. Gabungan Politik Indonesia
Organisasi ini didirikan pada tahun1939 didirikan oleh Moh. Husni Tamrin,
amir Sarifudin, Abi kusno dan Cokro Suyoso. Alasan dibentuknya GAPI adalah;
1. Ketisi atau tuntutan untuk mununtut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri.
2. Situasi dunia makin gawat akaibat terjadinya fasisme ( keinginan menguasai)
3. Pemeintah Belanda kurang memperhatikan kepentingan bangsa Indonesia
di dalam anggaran dasar ditegaskan bahwa GAPI berdasarkan :
1. Hak menentukan nasib sendiri
2. Persatuan nasional daeri seluruh rakyat Idonesia berdasarka kerakyatan yang
berdasarkan politik, ekonomi , dan social.
3. Persatuan aksi seluruh rakyat Indonesia
Tanggal 25 Desember 1939 GAPI mengadakan kongres yang diberi nama
Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Keputusan kongres antara lain :
1. Penetapan bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan
2. Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu persatuan bangsa Indonesia
3. Peningkatan pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia.
2.2 Organisasi Pemuda
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk
memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan
bangsa dapat terwujud. Bila berkaca pada sejarah, gerakan pemuda Indonesia
ditandai oleh lahirnya organisasi modern yang disebut Boedi Oetomo pada tahun
1908. Kemudian diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebagai
kesepakatan untuk menyatukan unsur-unsur heterogen pemuda menjadi bangsa
yang satu.
Atas desakan para pemuda, akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Moment
ini bertepatan dengan kekalahan Jepang (yang saat itu menjajah Indonesia) pada
7
perang Dunia II. Tidak hanya sampai disitu, gerakan pemuda berlanjut pada tahun
1966. Kita semua tahu ditahun tersebut dikenal dengan masa revolusi, kaum muda
terlibat secara langsung dan menolak ideologi komunis. Kemudian pada tahun
1974 terjadi gerakan pemuda sebagai reaksi dari kebijakan pemerintah Orde Baru
yang tidak transparan. Puncak gerakan pemuda dari berbagai unsur terjadi pada
tahun 1998. Pemuda Indonesia menolak dengan tegas system pemerintahan
otoriter dan menorehkan sejarah dengan menggulingkan rezim orde baru menjadi
era reformasi.
Semua itu merupakan pengukuhan penting terhadap peran kaum muda
dalam memperjuangkan idealism bangsa. Sejak era sebelum kemerdekaan, kaum
muda selalu terdorong untuk melakukan penolakan terhadap ketidakadilan. Pada
masa itu mereka diasah melalui kelompok diskusi atau organisasi kepemudaan
dengan struktur dan mekanisme yang masih sangat sederhana.
Tapi sayang, setelah era reformasi pemuda terkesan ideologis, pragmatis
bahkan materialistis. Aksi dan gerakannya kurang focus, tidak memiliki visi
bersama, dan bahkan terkotak-kotak. Disebabkan tidak adanya arah yang jelas
ataupun kepedulian terhadap nasib bangsa. Oleh sebab itu diperlukan pengenalan
kembali fungsi dan peran pemuda dalam membangun bangsa, yang sebelumnya
tidak pernah absen menorehkan tinta emas. Perjuangan pemuda pun bergulir
sesuai konteks dan zamannya. Di masa lalu pemuda lebih mengedapankan
semangat bela negara untuk lepas dari tangan penjajah. Namun seiring perjalanan
waktu, perkembangan zaman, dan tuntutan hidup semangat tersebut berubah. Hal
ini jelas terlihat melalui banyaknya pemuda yang memiliki sikap pragmatis dan
apolitis. Memang tidak semua pemuda Indonesia memiliki jiwa yang lemah
namun melihat keadaan saat ini, dikhawatirkan semangat 1928 hilang dari diri
para pemuda Indonesia. Hal ini akan berakibat pada hilangnya jiwa nasionalisme
yang berarti hilangnya kecintaan kepada bangsa dan negara.
Sebelum Indonesia merdeka, negara kita memiliki berbagai organisasi
kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang
8
bersifat nasional maupun kedaerahan. Berikut ini adalah daftar beberapa
organisasi perkumpulan pemuda di Indonesia :
1. Budi Utomo / Boedi Oetomo
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya
merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun
pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda
nasional.
2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari
Jawa. Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915 oleh R.
Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan Kadarman di gedung kebangkitan nasional..
Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia (= sakti, budi, bhakti). Adapun tujuan
Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan
antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan Trikoro Dharmo
adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali
persaudaraan antar murid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah
kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya
Indonesia, khususnya Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java.
Kegiatannya berkisar pada bidang sosial, budaya, pemberantasan buta huruf,
kepanduan, seni, dan lainnya. Pada kongresnya (1922) diputuskan bahwa Jong
Java tidak bergerak dalam bidang politik dan anggotanya dilarang masuk partai
politik. Namun, masuknya Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai
bergerak dalam bidang politik. Oleh karena itu, ada yang pro dan kontra.
Akhirnya, yang setuju bergerak dalam politik mendirikan Jong Islamieten Bond
(JIB) (1925) dengan agama Islam sebagai dasar pergerakan dan menerbitkan
majalah Al Noer.
9
Selanjutnya, Jong Java pada kongresnya (1928) menyetujui adanya fusi
organisasi pemuda yang diberi nama Indonesia Muda.
3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah perkumpulan yang bertujuan untuk
mempererat hubungan di antara murid-murid yang berasal dari Sumatra, mendidik
pemuda Sumatra untuk menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan
mengembangkan budaya Sumatra. Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 9
Desember 1917 di Jakarta. JSB memiliki enam cabang, empat di Jawa dan dua di
Sumatra, yakni di Padang dan Bukittinggi. Beberapa tahun kemudian, para
pemuda Batak keluar dari perkumpulan ini dikarenakan dominasi
pemuda Minangkabau dalam kepengurusannya. Para pemuda Batak ini
membentuk perkumpulan sendiri, Jong Batak. Kelahiran JSB pada mulanya
banyak diragukan orang. Salah satu diantaranya ialah redaktur surat kabar Tjaja
Sumatra, Said Ali, yang mengatakan bahwa Sumatra belum matang bagi sebuah
politik dan umum. Tanpa menghiraukan suara-suara miring itu, anak-anak
Sumatra tetap mendirikan perkumpulan sendiri. Kaum tua
di Minangkabau menentang pergerakan yang dimotori oleh kaum muda ini.
Mereka menganggap gerakan modern JSB sebagai ancaman bagi adat Minang.
Aktivis JSB, Bahder Djohan menyorot perbedaan persepsi antara dua generasi ini
pada edisi perdana Jong Sumatra. Jong Sumatra terbit pertama kali pada bulan
Januari 1918. Dengan jargon Organ van Den Jong Sumatranen Bond, surat kabar
ini terbit secara berkala dan tidak tetap, kadang bulanan, kadang triwulan, bahkan
pernah terbit setahun sekali. Bahasa Belanda merupakan bahasa mayoritas yang
digunakan kendati ada juga artikel yang memakai bahasa Melayu. Jong Sumatra
dicetak diWeltevreden, Batavia, sekaligus pula kantor redaksi dan
administrasinya.
Mulanya, dewan redaksi Jong Sumatra juga merupakan pengurus (centraal
hoofbestuur) JSB. Mereka itu adalah Tengkoe Mansyur (ketua), A. Munir
Nasution (wakil ketua), Mohamad Anas (sekretaris I), Amir (sekretaris II), dan
10
Marzoeki (bendahara), serta dibantu beberapa nama lain. Keredaksian Jong
Sumatra dipegang oleh Amir, sedangkan administrasi ditangani Roeslie. Mereka
ini rata-rata adalah siswa atau alumni STOVIA serta sekolah
pendidikan Belanda lainnya. Setelah beberapa edisi, keredaksian Jong Sumatra
dipisahkan dari kepengurusan JSB meski tetap ada garis koordinasi. Pemimpin
redaksi pertama adalah Mohammad Amir dan pemimpin perusahaan
dijabat Bahder Djohan.
Surat kabar Jong Sumatra memainkan peranan penting sebagai media yang
menjembatani segala bentuk reaksi atas konflik yang terjadi. Dalam Jong Sumatra
edisi 12, th 1, Desember 1918, seseorang berinisial Lematang mempertanyakan
kepentingan kaum adat. Sambutan positif juga datang dari Mohamad Anas,
sekretaris JSB. Anas mengatakan dengan lantang bahwa bangsa Sumatra sudah
mulai bangkit dari ketidurannya, dan sudah mulai memandang keperluan umum.
Sumatra memang dikenal banyak menghasilkan jago-jago pergerakan, dan banyak
di antaranya yang mengawali karier organisasinya melalui JSB,
seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin. Hatta adalah bendahara JSB di
Padang 1916-1918. Kemudian ia menjadi pengurus JSB Batavia pada 1919 dan
mulai mengurusi Jong Sumatra sejak 1920 hingga 1921. Selama di Jong Sumatra
inilah Hatta banyak menuangkan segenap alam pikirannya, salah satunya lewat
karangan berjudul “Hindiana” yang dimuat di Jong Sumatra no 5, th 3, 1920.
Sedangkan Mohammad Yamin adalah salah satu putra Sumatra yang paling
dibanggakan. Karya-karyanya yang berupa esai ataupun sajak sempat merajai
Jong Sumatra. Ia memimpin JSB pada 1926-1928 dan dengan aktif mendorong
pemikiran tentang perlunya bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan.
Kepekaan Yamin meraba pentingnya bahasa identitas sudah mulai terlihat dalam
tulisannya di Jong Sumatra no 4, th 3, 1920. Jong Sumatra berperan penting dalam
memperjuangkan pemakaian bahasa nasional, dengan menjadi media yang
pertama kali mempublikasikan gagasan Yamin, mengenai bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan.
11
Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M.
Yamin.
4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
PPPI didirikan oleh para pelajar Jakarta dan Bandung pada bulan
September 1926 di Jakarta. Tokoh-tokoh PPPI adalah Abdullah Sigit, Sugondo,
Suwiryo, Reksodipuro, A.K. Abdul Gani, Sumanang. Tujuan PPPI adalah
memperjuangkan Indonesia merdeka. Tujuan Jong Islamieten Bond adalah
mempererat persatuan di kalangan para pemuda Islam muslim. Keanggotaannya
terbuka untuk pemuda Islam yang berumur
5. Jong Indonesia
Pemuda Indonesia semula bernama Jong Indonesia yang didirikan di
Bandung pada tahun 1927. Anggota Pemuda Indonesia kebanyakan dari kalangan
pelajar yang sekolah di luar negeri. Tokohnya adalah Sugiono, Yusapati, Suwaji,
Moh.Tamzil,Sartono,Asaat,danBudhiarto.
Pada tanggal 28 Desember 1927, PI mengadakan kongres di Bandung
yang menghasilkan, antara lain, nama oragnisasi yang semula Jong Indonesia
diganti menjadi Pemuda Indonesia; bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa
pengantar organisasi pemuda; Yusapati diangkat sebagai ketua, Moh. Tamzil
sebagai sekretaris I, Subagio Reksodipuro sebagai sekretaris II, dan Mr. Asaat
sebagai bendahara.Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun
1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda
Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang
perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang
kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
6. Indonesia Muda
12
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan
Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda
daerah / lokal.
7. Organisasi Perkumpulan Daerah
Setelah muncul jong jawa dan jong sumatra bond, maka bermunculanlah
organisasi lokal kedaerahan lain seperti jong celebes, jong ambon, jong minahasa,
dan lain sebagainya.
2.3 Organisasi Wanita
Mengenai keadaan wanita Indonesia pada masa kolonialisme Belanda
masih ada dalam konservatisme dan sangat terikat oleh adat. Penddikan di
sekolah-sekolah hanya diperuntukkan bagi anak-anak laki-laki, sedangkan anak-
anak perempuan hanya mendapat pendidikan di rumah atau di lingkungan keluaga
dan pendidikan yang diperolehnya tidak lebih dari persiapan untuk menjadi
seorang Ibu rumah tangga yang baik. Memasak, menjahit dan membatik
merupakan sebagian besar kegiatan anak-anak perempuan. Ikatan adat sangat kuat
yang tidak memungkinkan mereka lepas dari kungkungan adat dan keluarga, dan
kalau dibanding dengan anak laki-laki mereka jauh ketinggalan.
Dalam pada itu pengaruh warisan cita-cita Kartini untuk emansipasi
wanita berkumandang menembus batas-batas kamar pingitannya, dan perhatian
kaumnya pada periode kebangkitan dan kesadaran nasional ini mulai juga untuk
meningkatkan perjuangan wanita. Pada tahun 1912 muncul organisasi wanita
yang pertama di Jakarta "Putri Mardika" atas bantuan Budi Utomo. Perkumpulan
"Kartini Fonds" yang bertujuan mendirikan sekolah-sikolah Kartini berdiri
diberbagai tempat di Jawa, “Keutamaan Istri” didirikan dibanyak tempat di Jawa
Barat, bahkan di kota Padang Panjang, "Kerajinan Amai Setia" di kota Gedang,
"PIKAT" (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya) berdiri pada tahun 1917 di
Manado. Kesemuanya, baik organisasi-organisasi bagian Wanita dari organisasi
13
partai umum, maupun organisasi-organisasi lokal kesukuan/kedaerahan bertujuan
menggalakkan pendidikan dan pengajaran bagi wanita, dan perbaikan kedudukan
sosial dalam perkawinan dan keluarga serta meningkatkan kecakapan sebagai ibu
dan pemegang rumahtangga. Gerak kemajuan pada tahun-tahun sebelum 1920
dapat dikatakan lamban. Sebab-sebabnya ialah sangat kurangnya sekolah-sekolah
untuk wanita pribumi, lagi pula kadang-kadang juga tiadanya izin dari Orang
tuanya (dikalangan atas) atau diperlukan tenaganya untuk membantu orang-tua
(dikalangan bawah). Disamping itu adat dan tradisi sangat menghambat kemajuan
wanita.
Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri
Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo di Jakarta(1912). Perkumpulan
ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak perempuan dengan
memberikan penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka
dan tegak serta melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui
batas. Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di
Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, 1916 di Cianjur, 1917 di Ciamis
dan tahun 1918 di Cicurug. Pengajar yang terkemuka dari perkumpulan
Kautamaan Istri di tanh pasundan adalah Raden Dewi Sartika. Sekolah Kartini
juga didiriakan di Jakarta pada tahun 1913, lalu berturut-turut di Madiun tahun
1917, di Indramayu, Surabaya, dan Rembang tahun 1918. Perkumpulan Kaum
Ibu didirikan untuk memajukan kecakapan kaum wanita yang bersifat khusus
seperti memasak, menjahit, merenda, memelihara anak-anak dan sebagainya. Di
Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita yang bersifat agama
Islam dengan nama Sopa Tresna yang kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian
wanita dari Muhamadiyah dengan namaAisyah. Di Minangkabau berdiri
perkumpulan Keutamaan Istri Minangkabau dan Kerajinan Amal Setia yang
berusaha memajukan persekolahan bagi anak-anak perempuan.
Sesudah tahun 1920 jumlah organisasi wanita bertambah banyak.
Kesediaan wanita untuk terlibat dalam kegiatan organisasi makin meningkat dan
kecakapan berorganisasipun bertambah maju. Hal ini disebabkan karena
14
kesempatan belajar makin meluas lagipula berkembang ke lapisan bawah. Dengan
demikian jumlah wanita yang mampu beraksi juga bertambah luas dan tidak lagi
terbatas kepada lapisan atas saja. Oleh sebab semuanya itu, maka sesudah tahun
1920 kita dapat melihat jumlah perkumpulan wanita bertambah banyak sekali,
sedang P.K.I., S.I., Muhammadiyah dan Sarekat Ambon mempunyai bagian
wanita. Bagian Wanita tadi dalam penyebaran cita-cita tentu saja mempertinggi
hal-hal yang khusus mengenai kewanitaan. Kongres P.K.I. di Jakarta tanggal 7-10
Juni 1924 menyediakan satu hari penuh untuk merundingkan masalah gerakan
wanita komunis. Pada hari itu para wanita membicarakan kewajiban kaum wanita
dalam perjuangan menentang penjajah dan kaum pemodal.
Organisasi-organisasi wanita yang berdiri pada masa pergerakan
nasional antara lain:
1) Putri Mardika (1912)
Putri Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan merupakan bagian
dari Budi Utomo. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan, bimbingan dan
penerangan kepada wanita-wanita pribumi dalam menuntut pelajaran dan dalam
menyatakan pendapat di muka umum. Kegiatannya antara lain sebagai berikut:
memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-tokohnya: P.A
Sabarudin, R.A Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, danSadikun
Tondokukumo.
2) Kartini Fonds (Dana Kartini)
Organisasi ini didirikan oleh Tuan dan Nyonya C. Th. Van Deventer,
tokoh politik etis. Salah satu usahanya adalah mendirikan sekolah-sekolah,
misalnya: Sekolah Kartini di Jakarta, Bogor, Semarang (1913), setelah itu di
Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917), Subabaya dan
Rembang.
3) Kautamaan Istri
15
Organisasi ini berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R.
Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan
mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya
keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang
baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya,
yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang.
4) Kerajinan Amal Setia (KAS)
KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat oleh Rohana
Kudus tahun 1914. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita,
dengan mengajarkan cara-cara mengatur rumah tangga, membuat barang-barang
kerajinan tangan beserta cara pemasarannya. Pada tahun itu juga, KAS berhasil
mendirikan sekolah wanita pertama di Sumatera sebelum terbentuknya Diniyah
Putri di Padangpanjang.
5) Aisyiah (1917)
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan bagian dari
Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan
utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita,
memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan
organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan
nasional.
6) Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda Maramis di
Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita dengan
cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon pendidik
anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya diajari cara-
cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan rasa
kebangsaan.
16
7) Organisasi Kewanitaan Lain
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain:
Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918),
Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di
Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di
Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri
Indonesia (1927).
8) Kongres Perempuan Indonesia
Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, diselenggarakan Kongres
Perempuan Indonesia pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai
organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita
Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres adalah
mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan juga
mengadakan gabungan antara berbagai perkumpulan wanita yang ada.
Dalam kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan
perkumpulam wanita yang disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan
tujuan:
(a) memberi penerangan dann perantaraan kepada kaum perempuan, akan
mendirikan studie fond untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu;
(b) mengadakan kursus-kursus kesehatan;
(c) menentang perkawinan anak-anak;
(d) memajukan kepanduan untuk organisasi-organisasi wanita tersebut di atas,
pada umumnya tidak mencampuri urusan politik dan berjuang dengan haluan
kooperatif.
2.3 Tokoh-tokoh Pergerakan Wanita
A. RA Kartini
17
RA Kartini (1879-1904), pelopor gerakan emansipasi, menyerukan agar
bangsa Indonesia diberi pendidikan, khususnya kepada wanita Indonesia mereka
yang memikul tugas suci. Kalau wanita mendapat mendapat pendidikan maka
kemajuan wanita hanya soal waktu saja. Sebenarnya buah pikiran Kartini untuk
memajukan wanita Indonesia sudah ada di dalam kumpulan surat-surat ―Habis
Gelap Terbitlah Terang‖ yang ditulisnya tahun 1899-1904, yang berisi tentang
kehidupan keluarga, adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita terhadap
kebahagiaan bangsanya, dll. Dalam waktu yang singkat, cita-cita Kartini mulai
terealisasikan, sekolah-sekolah putri mulai didirikan dan emansipasi wanita selalu
dibicarakan. Pada tahun 1912 didirikan sekolah Kartini di Semarang atas
dorongan Van Deventer. Selain di Semarang didirikan pula di Malang, Jakarta,
Madiun, Bogor dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dan di Cirebon,
Rembang, Pekalongan, Indramayu, Surabaya dengan bahasa Jawa dan lain-lain.
Konservatisme dan ikatan adat dapat ditembus dan wanita Indonesia sudah dapat
kebebasan yang dikejarnya terus melalui organisasi wanita.
B. Dewi Sartika
Pada tahun 1915 Dewi Sartika (1884-1947) mendirikan perkumpulan
pengasah budi di Bandung dan di Semarang didirikan Budi Wanito yang
memperjuangkan kemajuan dan emansipasi wanita
C. Maria Walanda Maramis
Sulawesi Utara, 22 April 1924 pada umur 51 tahun), atau yang lebih
dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia
pada permulaan abad ke-20.
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu
Maria Walanda Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang
kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling
18
Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan
teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai
apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah
menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki"
Maria Walanda Maramis (1917) mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu
Kepada Anak Temurunnya) di Manado. Melalui kepemimpinan Maramis di dalam
PIKAT, organisasi ini bertumbuh dengan dimulainya cabang-cabang di Minahasa,
seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Cabang-cabang di Jawa juga
terbentuk oleh ibu-ibu disana sepertiBatavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang,
dan Surabaya. Pada tanggal 2 Juni 1918, PIKAT membuka sekolah Manado.
Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya pada tanggal 22
April 1924. Untuk menghargai peranannya dalam pengembangan keadaan wanita
di Indonesia, Maria Walanda Maramis mendapat gelar Pahlawan Pergerakan
Nasional dari pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969.
19
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulis di atas, maka penulis memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
Organisasi Pergerakan Nasional meliputi :
1. Budi Oetomo
2. Sarekat Islam
3. Indische Partij
4. Perhimpunan Indonesia ( PI )
5. Partai Nasional Indonesia (PNI)
6. Partai Komunis Indonesia
7. Gabungan Politik Indonesia
Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa.
Berikut ini adalah daftar beberapa organisasi perkumpulan pemuda di
Indonesia :
1. Budi Utomo / Boedi Oetomo
2. Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
3. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
4. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
5. Jong Indonesia
6. Indonesia Muda
20
7. Organisasi Perkumpulan Daerah
Organisasi-organisasi wanita yang berdiri pada masa pergerakan
nasional antara lain:
1) Putri Mardika (1912)
2) Kartini Fonds (Dana Kartini)
3) Kautamaan Istri
4) Kerajinan Amal Setia (KAS)
5) Aisyiah (1917)
6) Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
7) Organisasi Kewanitaan Lain
8) Kongres Perempuan Indonesia
3.2 Saran
Betapa pentingnya peran pemuda dalam bagi suatu bangsa. Sebab itulah,
pemuda pada dasarnya harus ada dan mutlak adanya. Sebab pemuda sebenarnya
merupakan sosok yang paling memiliki power untuk mengarungi sendi-sendi
kehidupan bangsa dan negara ke depan. Pemuda jualah yang menjadi harapan
untuk mengkritik setiap-setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan memberikan solusi yang cerdas untuk mengatasi permasalahan.
Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi pelanjut dan pelurus. Pemerintah, agar
turut serta memberikan pelayanan kepemudaan, karena pembangunan
kepemudaan dilaksanakan dalam bentuk pelayanan kepemudaan.
21
Daftar Pustaka
Pringgodigdo,A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta:
Pustaka Rakyat,1960.
Dra. Sugiharti, M.M, Sejarah untuk SMA/MA kelas XI Cakrawala Sejarah
J.Rizal. 2007. Maria Walanda Maramis (1872-1924) Perempuan Minahasa,
Pendobrak Adat dan Pemberotak Nasionalisme, dalam "Merayakan
Keberagaman", Jurnal Perempuan Vol.54 tahun 2007. Jakarta: Yayasan
Jurnal Perempuan,
http://organisasi.org/sejarah-awal-perkumpulan-organisasi-gerakan-pemuda-
indonesia-sejarah-pra-kemerdekaan-ri, (28 September 2012)
Barry Prima, Pemuda dan Pergerakannya, (Online, 28 September 2012), tersedia:
http://prima8.wordpress.com/2011/07/16/pemuda-dan-pergerakannya/, (28
September 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Jong_Sumatranen_Bond
http://www.sonacore.co.cc/2009/11/gerakan-wanita
indonesi.html#ixzz27x7Gfbgw
22
23