pneumomediastinum

37
1 Pneumomediastinum PNEUMOMEDIASTINUM Abdul Mu’ti, Luthfy Attamimi, Achmad Dara, Sri Asriyani, Dario A.Nelwan, Erlin Sjahril Pneumomediastinum atau disebut juga emfisema mediastinum, didefinisikan sebagai adanya udara atau gas bebas yang diketemukan pada struktur mediastinum. Istilah pneumomediastinum pertama kali dikemukakan oleh Laennec pada tahun 1819, yang menurutnya akibat beberapa faktor predisposisi dari jejas traumatik. Kasus pneumomediastinum spontan pertamakali dilaporkan pada tahun 1939 oleh Louis Hamman, dengan tanda patognomonik yang kemudian diberi nama Hamman’s sign. 1,2,4,8 Pneumomediastinum dapat terjadi secara spontan, oleh beberapa penyakit atau proses lainnya yang mendasari (disebut pneumomediastinum spontan atau emfisema mediastinum medis), atau terjadi sekunder karena trauma, tindakan operasi, atau karena prosedur diagnostik atau terapeutik. Namun pneumomediastinum jarang menimbulkan komplikasi klinis yang signifikan. Yang lebih sering malah kondisi-kondisi terkait yang mendasari atau pencetus pneumomediastinum itulah yang dapat menjadi penyakit penyebab yang signifikan. 1,3,4,8 Pneumomediastinum cukup jarang ditemukan, sehingga literatur yang berkaitan dengan pneumomediastinum lebih merupakan laporan kasus individu atau seri kasus kecil dan retrospektif yang ditemukan di lapangan.

Upload: nike

Post on 10-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

penumomediastinum

TRANSCRIPT

  • 1 Pneumomediastinum

    PNEUMOMEDIASTINUM

    Abdul Muti, Luthfy Attamimi, Achmad Dara, Sri Asriyani,

    Dario A.Nelwan, Erlin Sjahril

    Pneumomediastinum atau disebut juga emfisema mediastinum,

    didefinisikan sebagai adanya udara atau gas bebas yang diketemukan pada

    struktur mediastinum. Istilah pneumomediastinum pertama kali dikemukakan

    oleh Laennec pada tahun 1819, yang menurutnya akibat beberapa faktor

    predisposisi dari jejas traumatik. Kasus pneumomediastinum spontan

    pertamakali dilaporkan pada tahun 1939 oleh Louis Hamman, dengan tanda

    patognomonik yang kemudian diberi nama Hammans sign.1,2,4,8

    Pneumomediastinum dapat terjadi secara spontan, oleh beberapa

    penyakit atau proses lainnya yang mendasari (disebut pneumomediastinum

    spontan atau emfisema mediastinum medis), atau terjadi sekunder karena

    trauma, tindakan operasi, atau karena prosedur diagnostik atau terapeutik.

    Namun pneumomediastinum jarang menimbulkan komplikasi klinis yang

    signifikan. Yang lebih sering malah kondisi-kondisi terkait yang mendasari

    atau pencetus pneumomediastinum itulah yang dapat menjadi penyakit

    penyebab yang signifikan.1,3,4,8

    Pneumomediastinum cukup jarang ditemukan, sehingga literatur yang

    berkaitan dengan pneumomediastinum lebih merupakan laporan kasus

    individu atau seri kasus kecil dan retrospektif yang ditemukan di lapangan.

  • 2 Pneumomediastinum

    Angka kejadian yang kelihatan meningkat dalam laporan-laporan terbaru

    sebenarnya mungkin lebih mencerminkan pengetahuan medis dan akses

    pemeriksaan yang lebih baik terhadap kondisi ini.2,8

    Kasus-kasus pneumomediastinum dapat menyulitkan karena memiliki

    beragam penyebab intrathoracal dan extrathoracal, sekaligus menunjukkan

    temuan radiologik yang sulit untuk dibedakan dari entitas penyakit lain.

    Idenstifikasi pneumomediastinum biasanya cukup dengan radiografi

    konvensional. Namun dengan meningkatnya penggunaan CT-scan thorax

    dalam evaluasi awal kasus trauma maka temuan yang tidak terlihat pada foto

    thorax semakin diidentifikasi . 9,10,11

    EPIDEMIOLOGI

    Pneumomediastinum adalah kondisi langka, yang seringkali hanya

    didapati pada lini pertama penanganan pasien di rumah sakit. Dalam studi

    Newcomb & Clarke (2005) dilaporkan insidensi pneumomediastinum pada 1

    diantara 29670 presentasi gawat darurat, yang dihitung berdasarkan data

    kegiatan tahunan pada unit gawat darurat di Austin Hospital (Braitberg, 2005,

    sumber pribadi) dan Box-Hill Hospital (MacLean, 2005, sumber pribadi).2,8

    Dalam review oleh Chalumeau et al (2001) yang dikutip Carolan

    (2012), disebutkan kejadian pneumomediastinum spontan pada 1 per 800

    hingga 1 per 42.000 pasien anak yang datang ke unit rawat darurat rumah

  • 3 Pneumomediastinum

    sakit. Esayag et al (2008) melaporkan studi di Israel yang menunjukkan

    kejadian pneumomediastinum spontan pada 1 dari 41.600 rujukan ke unit

    gawat darurat dan pada 1 dari 15.500 kasus rawat inap. 8,9,13

    Sedangkan Chen et al (2009), menemukan 23 kasus

    pneumomediastinum spontan pada penelitiannya di Kaohsiung Medical

    University Hospital sepanjang Januari 2004 hingga Desember 2007 yang

    mencakup 14.000 kunjungan di unit gawat darurat dan 68.000 kunjungan di

    fasilitas rawat jalan pediatrik. Demikian pula Lee et al (2009) yang dikutip

    Carolan (2012), melaporkan hasil studi pada Childrens Medical Center di

    China Medical University Taiwan, yang memaparkan kejadian

    pneumomediastinum spontan pada anak-anak sekitar 1 per 8.302 kunjungan

    ke unit gawat darurat pediatrik. 8,16

    Pneumomediastinum dilaporkan terjadi hingga 10% dari kasus trauma

    tumpul thorax. Sebagian kecilnya (sekitar 2%) disebabkan oleh ruptur

    tracheobronchial dan cedera esophagus (esophageal-tear). Lebih dari 95%

    kasus pneumomediastinum timbul dari ruptur alveolar akibat trauma thorax

    (primary lung trauma), peningkatan tekanan ventilasi positif (positive pressure

    ventilation), atau keduanya. Namun Damore dan Dayan (2001) yang dikutip

    Carolan (2012) melaporkan ada 29 kasus pneumomediastinum yang

    ditemukan dalam studinya selama periode 10 tahun yang tidak ada

    hubungannya dengan trauma, intubasi atau prosedur bedah Penelitian

  • 4 Pneumomediastinum

    kohort oleh Stack et al (1996) yang dikutip Carolan (2012) melaporkan

    kejadian 0,3% dari pneumomediastinum dalam hubungan dengan asma yang

    datang ke institusi mereka selama periode 10 tahun.5,8,18

    Dalam penelitian lainnya didapatkan pneumomediastinum lebih

    banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Damore dan Dayan (2001)

    yang dikutip Carolan (2012) melaporkan 69% dari pasiennya adalah laki-laki,

    dan Esayag et al (2008) mencatat angka 77% dari kelompok ini, meskipun

    Stack et al (1996) yang dikutip Carolan (2012) melaporkan tidak ada

    perbedaan jenis kelamin yang diamati dalam penelitian kohortnya.

    Pneumomediastinum traumatik lebih banyak terjadi pada laki-laki, ini

    mencerminkan kecenderungan aktivitas yang akan meningkatkan resiko

    terjadinya trauma dan kecelakaan, misalnya sering menyelam atau sering

    melakukan pekerjaan yang menahan nafas (misalnya aktivitas atletik, angkat

    berat). 3,8,9,13,15

    Pneumomediastinum lebih sering didapatkan pada kelompok usia

    muda. Esayag et al (2008) melaporkan usia rata-rata pasien adalah 19 tahun

    (kisaran 2-72 tahun), sedangkan Stack et al (1996) yang dikutip Carolan

    (2012) menyebutkan usia rata-rata pasien yang terkena adalah 11 tahun. Lee

    et al (2009) yang dikutip Carolan (2012) melaporkan distribusi bimodal,

    dengan kasus terjadi pada anak-anak berusia lebih muda dari 4 tahun dan

    pada remaja berusia 15-18 tahun. Sementara penelitian lain menyebutkan

  • 5 Pneumomediastinum

    prevalensi puncak pneumomediastinum spontan terlihat dalam dekade

    keempat usia. 1,2,8,9,13,15

    Hal tersebut mungkin mencerminkan keterlibatan dalam kegiatan yang

    meningkatkan risiko untuk terjadinya pneumomediastinum, seperti menyelam

    atau aktivitas fisik berat. Penyebab ruptur bleb pada pneumomediastinum,

    yang seperti halnya pada kejadian pneumothorax banyak didapati pada

    kelompok usia muda, dianggap sebagai salah satu sebabnya. Demikian pula

    aktivitas seperti olahraga atau pertunjukan alat musik yang yang menjadi

    gaya hidup generasi muda. 3,8

    Distribusi usia untuk pneumomediastinum yang terjadi sekunder dalam

    hubungannya dengan proses penyakit tertentu mencerminkan profil usia

    penyakit tertentu. Kekuatan batuk individu, muntah, dan Valsava manuver

    (yang dapat menyebabkan pneumomediastinum) melemah sejalan usia, yang

    menjadi alasan terjadinya penurunan prevalensi pneumomediastinum yang

    berkaitan dengan usia. Namun pneumomediastinum spontan juga

    diketemukan pada sekelompok kecil pasien lebih muda yang tidak memiliki

    riwayat suatu peristiwa pemicu yang jelas. 2,8

    Mortalitas dan morbiditas terkait dengan pneumomediastinum

    umumnya disebabkan keadaan penyakit yang mendasarinya.

    Pneumomediastinum biasanya merupakan kondisi terbatas yang jarang

    menghasilkan gejala signifikan atau mengancam jiwa, dan tidak akan

  • 6 Pneumomediastinum

    menyebabkan kematian. Namun angka mortalitas yang ada hubungannya

    dengan pneumomediastinum ini bisa meningkat, bahkan sangat tinggi

    sampai 50-70% didapati pada sindroma Boerhaave (ruptur esophageal pasca

    muntah) . 8

    Faktor predisposisi lain yang ada hubungannya dengan rerata

    mortalitas yang tinggi meliputi trauma (baik trauma akibat benda tumpul atau

    tusukan, terutama dengan jejas kecepatan tinggi), asma dan perforasi

    trakheobronkhial. Dilaporkan sekitar 10% dari pasien yang mengalami trauma

    thorax mengalami pneumomediastinum. 8

    Morbiditas yang paling sering disebabkan oleh pneumomediastinum

    adalah gejalagejala seperti nyeri dada, perubahan suara dan batuk. Pseudo-

    tamponade kadang menyebabkan penurunan cardiac output. Kompressi

    laringeal biasanya menyebabkan terjadinya stridor. Emboli udara (gas) jarang

    dilaporkan. 8

    ANATOMI

    Mediastinum merupakan daerah diantara paru kanan dan paru kiri

    termasuk pleura mediastinalis. Di depan dibatasi oleh sternum, di belakang

    oleh vertebra thoracalis, dan memanjang dari apertura thoracicus superior

    (thoracic-inlet) sampai apertura thoracicus inferior (diafragma). Pada kedua

    sisinya mediastinum dibatasi oleh pleura mediastinalis (pleura parietalis) .9,14

  • 7 Pneumomediastinum

    Gambar 1. Gambar anatomik mediastinum tampak depan

    (Dikutip dari Kepustakaan 21)

    Namun garis batas ini tidak membatasi berbagai lapisan jaringan ikat,

    pembuluh darah, dan struktur anatomi lain yang berasal dari daerah cervical

    maupun diafragma masuk melintasi mediastinum. Rongga viseral di leher

    yang terletak di tengah dan di antara fascia cervical melanjut melalui aperture

    thoracic superior, dan menghubungkan mediastinum dengan submandibular-

    space, retropharyngeal-space, dan vascular-sheath di leher. Demikian pula

  • 8 Pneumomediastinum

    terdapat lapisan jaringan yang memanjang dari anterior mediastinum ke

    ruang retroperitoneal melalui perlekatan sternocostal diafragma. Mediastinum

    juga terhubung dengan ruang retroperitoneum lewat lapisan fascia periaortik

    dan periesofageal.9,14

    Mediastinum secara tradisional dibagi menjadi bagian superior dan

    inferior, dengan bagian inferior yang kemudian dibagi lagi menjadi segmen

    anterior, medius, dan posterior. Mediastinum superior meliputi ruang dari

    apertura thoracic superior sampai ke dataran horisontal yang berada di atas

    jantung. Mediastinum superior berisi serabut-serabut saraf yang menuju dan

    meninggalkan mediastinum posterior. Mediastinum superior juga

    mengandung suatu organ yang mempunyai gambaran khas yakni kelenjar

    thymus Namun garis batas ini tidak membatasi berbagai lapisan jaringan ikat,

    pembuluh darah, dan struktur anatomi lain yang berasal dari daerah cervical

    maupun diafragma masuk melintasi mediastinum. Rongga viseral di leher

    yang terletak di tengah dan di antara fascia cervical melanjut melalui aperture

    thoracic superior, dan menghubungkan mediastinum dengan submandibular-

    space, retropharyngeal-space, dan vascular-sheath di leher. Demikian pula

    terdapat lapisan jaringan yang memanjang dari anterior mediastinum ke

    ruang retroperitoneal melalui perlekatan sternocostal diafragma. Mediastinum

    juga terhubung dengan ruang retroperitoneum lewat lapisan fascia periaortik

    dan periesofageal.9,14,19,20

  • 9 Pneumomediastinum

    Mediastinum posterior terletak antara vertebra thoracal dan

    perikardium posterior. Struktur ini berisi serabut-serabut saraf besar dan

    organ-organ tubular, yang umumnya melewati mediastinum posterior secara

    lurus. Mediastinum posterior dilintasi oleh nervus vagus yang terletak di

    depan dan di belakangnya, aorta thoracic, vena azygos, dan vena

    hemiazygos. Juga berisi trunkus simpatikus yang terletak lateral vertebra dan

    di depan caput costa. Namun garis batas ini tidak membatasi berbagai

    lapisan jaringan ikat, pembuluh darah, dan struktur anatomi lain yang berasal

    dari daerah cervical maupun diafragma masuk melintasi mediastinum.

    Rongga viseral di leher yang terletak di tengah dan di antara fascia cervical

    melanjut melalui apertura thoracic superior, dan menghubungkan

    mediastinum dengan submandibular-space, retropharyngeal-space, dan

    vascular-sheath di leher. Demikian pula terdapat lapisan jaringan yang

    memanjang dari anterior mediastinum ke ruang retroperitoneal melalui

    perlekatan sternocostal diafragma. Mediastinum juga terhubung dengan

    ruang retroperitoneum lewat lapisan fascia periaortik dan periesofageal.14,20

    Batas antara mediastinum posterior dan medius terletak pada bidang

    frontal-anterior percabangan trachea, kira-kira setinggi hilus paru.

    Mediastinum medius berisi jantung yang terletak di dalam cavum perikardium.

    Terdapat pleura mediastinalis yang membungkus perikardium dan pada

    kedua sisi diantaranya dapat ditemukan nervus phrenicus dan arteri

  • 10 Pneumomediastinum

    perikardiophrenika beserta venanya. Sedangkan mediastinum anterior adalah

    celah yang terletak di depan jantung, antara perikardium dan dinding thorax,

    dan berisi jaringan ikat.14,20

    Tabel 1. Komponen-komponen anatomic yang terdapat di mediastinum

    (Dikutip dari Kepustakaan 22)

    Zylak mengembangkan metode lain dalam pembagian mediastinum,

    dengan membagi mediastinum menjadi tiga kompartemen memanjang

    membentang tidak terputus dari level thoracic inlet sampai ke level diafragma.

    Kompartemen mediastinum anterior (ruang prevascular) mencakup isi thorax

    anterior hingga perikardium. Kompartemen mediastinum tengah (ruang

    vaskuler) meliputi pericardium dan isinya bersama dengan pembuluh-

    pembuluh darah besar. Kompartemen mediastinum posterior (ruang

  • 11 Pneumomediastinum

    postvascular) berisi trakea, esofagus, aorta descendens, dan vena

    azygos.9,14

    Gambar 2. Gambar skematik pembagian mediastinum dalam

    metode Zylak: anterior (A), tengah (M), dan posterior (P)

    (Dikutip dari kepustakaan 9)

    ETIOLOGI

    Etiologi pneumomediastinum multifaktorial, para ahli umumnya

    menyebutkan bahwa pneumomediastinum dapat disebabkan oleh

    pneumomediastinum spontan (terjadi sebagai akibat penyakit sekunder atau

    proses lainnya) dan dapat juga disebabkan oleh akibat sekunder dari trauma

    thorax, endobronkhial atau esophageal, ventilasi mekanis atau bedah thorax

    atau berbagai macam prosedur invasif lainnya.1,4

  • 12 Pneumomediastinum

    Udara memasuki ruang mediastinum dapat berasal dari intrathoracic

    dan extrathoracic. Penyebabnya bisa akibat ruptur alveoli dengan diseksi

    udara ke dalam mediastinum, dari laserasi tracheobronchial-tree, dari saluran

    pencernaan (utamanya esofagus), atau dari perluasan udara ekstraluminal ke

    thoracal dari daerah leher, retroperitoneum, atau dinding thorax. Secara

    umum terdapat 3 penyebab terjadinya pneumomediastinum, yakni: 14,17,18

    Tabel 2. Penyebab pneumomediastinum berdasarkan sumbernya

    Dikutip dari Kepustakaan 17

    Ruptur alveolar, yang merupakan penyebab pneumomediastinum

    yang paling sering, dapat terjadi oleh adanya tekanan intraalveolar yang

    tinggi atau kerusakan pada dinding alveolar. Diawali oleh kelainan yang

    mengarah ke emphysema paru interstitial, udara kemudian meluas ke sentral

    di sepanjang bronchovascular-interstitial-sheath masuk ke mediastinum.18

    Mekanisme migrasi udara dari alveoli yang ruptur ke mediastinum ini

    pertamakali dikemukakan oleh Macklin dan Macklin (1939) berdasarkan

  • 13 Pneumomediastinum

    percobaan pada binatang, dan telah dikonfirmasi peneliti lain bahkan dengan

    menggunakan teknik imaging (CT-Scan). Macklin menyatakan bahwa dengan

    perbedaan tekanan antara alveolus dan interstitium atau penurunan tekanan

    interstitial perivaskular yang berlangsung cepat, atau karena overdistensi,

    terjadi ruptur alveolus dan menyebabkan udara masuk ke selubung fascia

    perivaskular dan peribronchial hingga ke hilus, kemudian bergerak menuju

    mediastinum dan terakumulasi di dalamnya. Insuflasi lanjut dapat

    menyebabkan meluasnya udara ke ruang retroperitoneum serta ke jaringan

    subkutan leher dan axillar.1,2,3,4,9,12

    Penyebab tekanan alveolar yang tinggi termasuk obstruksi jalan napas

    (misalnya pada penderita asma atau kemasukan benda asing ), pada

    ventilasi mekanis (terutama dengan volume ventilasi besar atau dengan

    tekanan akhir-ekspirasi yang tinggi), trauma tumpul, emesis (Boerhaave

    syndrome), buang air besar, atau manuver Valsava (misalnya selama partus),

    bahkan dikaitkan dengan kasus batuk dalam penggunaan narkoba. Aktivitas

    atletik berat, menyelam, terbang, dan persalinan juga menjadi faktor risiko

    potensial. Sadarangani et al melaporkan kasus pneumomediastinum dipicu

    oleh aktivitas olahraga angkat berat. Juga terdapat laporan kejadian

    barotrauma saat melakukan tes fungsi paru (spirometri).2,8

    Sedangkan penyebab kerusakan dinding alveolar termasuk

    pneumonitis , emfisema, fibrosis paru , dan sindrom gangguan pernapasan

  • 14 Pneumomediastinum

    (ARDS). Penyakit paru obstruktif (misalnya asma, bronkiolitis, aspirasi benda

    asing, dan displasia bronkopulmonal) merupakan faktor risiko, terutama pada

    pasien diintubasi dan diberikan ventilasi mekanik Riwayat asma bahkan

    dilaporkan sebagai faktor pencetus pneumomediastinum yang mencapai

    hingga 50 % kasus pada suatu penelitian. Fearon et al dan Vazquez et al

    memberikan laporan kasus pneumomediastinum yang dikaitkan dengan

    infeksi Mycoplasma. Hasegawa et al (2009) yang dikutip Carolan (2012)

    melaporkan kasus pneumomediastinum spontan pada anak-anak yang

    terinfeksi pneumonia saat pandemi virus influenza-A (H1N1) .8,18

    Tabel 3. Faktor-faktor risiko pneumomediastinum

    (Dikutip dari kepustakaan 17)

    Dalam proporsi yang lebih kecil, pneumomediastinum bisa disebabkan

    oleh cedera tracheobronchial dan perforasi esophagus. Terjadinya bisa

    akibat trauma, iatrogenik, atau berlangsung spontan. Udara yang masuk ke

    mediastinum bisa berasal dari kepala atau leher (misalnya dari maxillofacial

    injury, cedera laring, atau perlakuan trakeostomi), dari retroperitoneum

  • 15 Pneumomediastinum

    (misalnya, dari divertikulum yang perforasi atau ulkus duodenum), atau dari

    dinding thorax (misalnya dari emfisema subkutan yang terjadi di sekitar drain-

    thoracostomy). Rezende-Neto et al yang dikutip Carolan (2012) melaporkan

    kasus pneumomediastinum yang terjadi pada sekitar 6% dari semua pasien

    trauma dengan cedera thorax tumpul. Beberapa penelitian juga melaporkan

    kasus pneumomediastinum yang terjadi dalam hubungannya dengan kejang-

    kejang, ekstraksi gigi, dan dermatomiositis.8,18

    DIAGNOSIS

    Diagnosis pneumomediastinum ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

    pemeriksaan fisik dan serangkaian pemeriksaan terutama dengan radiografi

    thorax.

    Gejala Klinis

    Gejala klinis yang menyertai pneumomediastinum dapat bervariasi,

    mulai dari tidak ada gejala sampai gejala yang berat. Beberapa gejala

    diantaranya adalah : 2,7,8,9

    1. Nyeri dada

    Dinyatakan bahwa 50- 90% pasien dengan kasusu pneumomediastinum

    mengeluhkan adanya nyeri dada. Khasnya terdapat nyeri dada

    substernum yang berat dengan atau tanpa penyebaran ke leher dan

  • 16 Pneumomediastinum

    lengan, yang diperberat dengan inspirasi, menyerupai gejala awal dari

    infark miokard. Okada et al (2014) yang dikutip Carolan (2012)

    melaporkan studi pada 20 pasien dengan pneumomediastinum

    berdasarkan CT-Scan thorax, keluhan nyeri dada terjadi pada 75%

    pasien.

    2. Dyspnea atau sesak nafas.

    Dyspnea bisa mencerminkan penyakit terkait seperti asma,

    pneumothorax, atau tension pneumomediastinum.

    3. Demam

    Demam ringan dapat timbul oleh pelepasan sitokin karena adanya

    kebocoran udara. Namun mediastinitis atau gangguan infeksi mesti

    dimasukkan dalam diferensial diagnosis bila terdapat gejala demam.

    4. Nyeri tenggorokan

    Dalam beberapa kasus pneumomediastinum timbul setelah trauma

    orofaringeal yang relatif tidak berbahaya, dan muncul sebagai mulut atau

    tenggorokan yang nyeri. Dalam satu studi yang mengevaluasi manifestasi

    kepala dan leher pada pneumomediastinum spontan, gejala awal utama

    adalah leher bengkak, nyeri leher, dan odynophagia.

    5. Disfonia

    Walsh-Kelly dan Kelly melaporkan seorang gadis 14-tahun dengan

    pneumomediastinum yang hanya mennunjukkan gejala disfonia.

    6. Gejala-gejala lain

  • 17 Pneumomediastinum

    Nyeri rahang, disfagia, dan leher bengkak telah dilaporkan dalam

    hubungannya dengan pneumomediastinum spontan.

    Pemeriksaan Fisik 1,3,4,7,8

    1. Udara subkutan

    Dalam suatu studi oleh Damore dan Dayan (2001), tanda paling sering

    dilihat pada pneumomediastinum adalah emfisema subkutan (76%

    pasien). Meskipun bukan tanda patognomik pneumomediastinum, adanya

    krepitasi subkutan bisa menunjukkan keberadaan udara bebas dalam

    rongga thorax. Stack et al (1996) yang dikutip Carolan (2012) melaporkan

    emfisema subkutan pada 73% pasien dengan asma yang diketemukan

    memiliki pneumomediastinum, dengan nilai prediktif positif 100%.

    2. Hammans Sign

    Tanda Hamman merupakan tanda patognomik dari pneumomediastinum

    spontan, terdiri dari Precardial Systolic Krepitasi dan melemahnya bunyi

    jantung. Hammans sign ini menimbulkan bunyi klik (oleh karena adanya

    krepitasi) yang sinkron dengan denyut jantung, dan akan lebih jelas

    didengarkan pada posisi lateral dekubitus lateral kiri. Sahni et al (2013)

    dalam studi metaanalisisnya memperkirakan bahwa tanda ini terdeteksi

    hanya 20% dari pasien dengan pneumomediastinum spontan, sedangkan

  • 18 Pneumomediastinum

    Damore dan Dayan (2001) melaporkan prevalensi dari 10% dalam

    studinya.

    3. Pneumothorax penyerta

    Adanya pneumothorax harus dicurigai pada individu dengan gangguan

    pernapasan, asimetri suara nafas, dan hipoksemia. Banki et al (2013)

    melaporkan bahwa pneumothorax diidentifikasi pada 14% dari pasien

    dengan pneumomediastinum

    4. Saturasi oksigen

    Pemeriksaan pulse oximetry semestinya dilakukan pada semua anak

    yang diduga pneumomediastinum. Dalam sebuah studi pada serangkaian

    anak-anak dengan asma akut yang datang ke unit gawat darurat,

    didapatkan bahwa anak dengan pneumomediastinum memiliki perbedaan

    yang signifikan dalam saturasi oksihemoglobin (90% vs 94% dari mereka

    yang tidak pneumomediastinum.

    Pemeriksaan Radiologik

    Dengan pemeriksaan radiografi thorax biasanya sudah mampu

    (meskipun tidak selalu) mengungkapkan pneumomediastinum. Pada foto

    thorax adanya udara dalam ruang mediastinal dapat terlihat. Seringkali

    terlihat bersama penyakit seperti pneumothorax, pneumoperitoneum,

    pneumoretroperitoneum dan pneumoperikardium.8

  • 19 Pneumomediastinum

    Gambar 3. Foto thorax diambil dari pasien dengan status asmatikus (A).

    Bayangan radiolusen pneumomediastinum yang dapat diamati di sepanjang

    batas jantung dan udara subkutan yang terlihat pada soft tissue (B)

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Bayangan radiolusen yang menunjukkan udara bebas dapat diamati

    dengan menelusuri sepanjang tepi hepar, dalam ruang retrosternal, atau di

    sekitar trachea.

    Tabel 4. Gambaran radiografik berdasarkan lokasi udara di mediastinum

    Tabel dikutip dari Kepustakaan 17

  • 20 Pneumomediastinum

    Gambaran khas pneumomediastinum yang terlihat pada foto thorax

    disebabkan oleh bayangan radiolusen udara yang memisahkan struktur

    anatomi normal dari mediastinum, dan menghasilkan gambaran thymic sails

    sign, ring around the artery sign, tubular artery sign, double bronchial wall

    sign, continous diaphragma sign, dan extrapleural sign.8,18

    Udara dalam mediastinum yang cukup banyak dapat membuat timus

    dapat terangkat dan menghasilkan thymic sails sign.9

    Gambar 4. Thymic sails sign pada foto thorax bayi dengan respiratory

    distress syndrome, memperlihatkan lobus thymus yang terangkat

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Untuk melihat perluasan udara ke perikardium (pneumoprecardium)

    dibutuhkan foto thorax lateral.8

  • 21 Pneumomediastinum

    Gambar 5. Gambaran pneumopericardium pada foto thorax pasien

    post-tonsilektomi, yang memperlihatkan pita radiolusen yang

    memisahkan bagian anterior pericardium dari sternum

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Udara yang mengelilingi arteri pulmonalis atau salah satu dari cabang

    utama dapat menghasilkan ring around the artery sign terutama saat udara

    mengelilingi segmen intramediastinal arteri pulmonalis kanan.9

    Gambar 6. Foto thorax lateral pasien dengan penyalahgunaan kokain,

    tampak bayangan radiolusen yang mengelilingi a.pulmonal,

    aorta ascendens, trachea dan proximal bronchus

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

  • 22 Pneumomediastinum

    Bila terdapat udara yang di dekat cabang utama aorta maka pembuluh

    darah menjadi besar terpisah, udara di mediastinum menjadi batas sisi

    medial dan bayangan paru-paru yang teraerasi member batas lateral, yang

    disebut sebagai tubular artery sign.9

    Gambar 7. Foto thorax pasien yang memperlihatkan

    bayangan radiolusen tipis disekitar arkus aorta

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Terkadang, udara bisa terlihat di samping bronkus utama yang

    memungkinkan dinding bronkus terlihat jelas dan menghasilkan gambaran

    double bronchial wall sign. Sedangkan Continous diaphragm sign dihasilkan

    oleh udara yang terjebak di posterior perikardium, memberikan gambaran

    udara yang tidak terputus pada foto thorax AP.9

  • 23 Pneumomediastinum

    Gambar 8. Foto thorax pasien dengan batuk paroxysmal, pada aspek

    posteroanterior dan laterlal memperlihatkan bayangan

    radiolusen tipis diantara jantung dan diafragma

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Udara mediastinum dapat mengalami perluasan ke lateral antara

    pleura parietal dan diafragma yang menghasilkan extrapleural sign.9

    Gambar 9. Foto thorax yang memperlihatkan extrapleural sign

    (Dikutip dari kepustakaan 18)

  • 24 Pneumomediastinum

    CT-Scan Thorax

    CT-Scan thorax memiliki dua peran utama dalam diagnosis

    pneumomediastinum. CT-Scan thorax dapat digunakan untuk mendiagnosis

    pneumomediastinum yang tidak tervisualisasikan pada radiografi

    thorax. Sebuah studi di Jepang menjelaskan penggunaan CT-Scan thorax

    dalam mendiagnosis pneumomediastinum kecil tidak terlihat pada radiografi

    thorax. Dalam studi pada 33 pasien yang didiagnosis dengan

    pneumomediastinum spontan yang berdasarkan presentasi klinis dan/atau

    temuan radiografi thorax, CT-Scan thorax menunjukkan pneumomediastinum

    pada 3 pasien yang temuan radiografi thoraxnya normal.1,8,15

    Dinyatakan bahwa radiografi thorax saja dapat mengakibatkan

    diagnosis tidak terjawab dalam 10% dari pasien dengan

    pneumomediastinum. Dalam studi pada 20 pasien, Okada (2004) yang

    dikutip Carolan (2012) dengan pneumomediastinum dan bukti udara

    mediastinum pada CT-Scan thorax, foto thoraxnya dideskripsi normal pada

    20% kasus.8

    Ho et al yang dikutip Carolan (2012) melaporkan serangkaian studi

    yang membandingkan temuan radiologis pasien yang didiagnosis dengan

    pneumomediastinum spontan dengan pasien yang dengan

    pneumomediastinum sekunder terkait dengan kelainan saluran udara utama,

    ruptur esofagus, atau perlakuan intervensi di saluran napas atau esofagus.

  • 25 Pneumomediastinum

    Mereka mencatat bahwa pada Multidetector-CT (MDCT), pasien

    pneumomediastinum spontan lebih mungkin untuk memperlihatkan udara di

    mediastinum anterior dengan perbandingan 97% vs 61% bila dibandingkan

    dengan pasien dengan pneumomediastinum sekunder.8

    CT-Scan dapat pula memberikan informasi diagnostik tambahan

    mengenai penyakit yang timbul bersamaan, seperti perforasi

    esofagus. Dissanaike et al mencatat bahwa luka berat pada saluran digestif

    mudah diidentifikasi pada CT-Scan thorax pasien dewasa yang dengan

    trauma tumpul dan pneumomediastinum.8,11

    Gambar 10. Gambar disebelah kiri adalah CT-Scan thorax yang diambil pada hari ke-1 yang memperlihatkan gambaran pneumomediastinum dan emfisema

    subkutan di dekat apex paru, dan dikonfirmasi tidak tampak pneumothorax. Gambar disebelah kanan diambil pada hari ke-2, menunjukkan pneumomediastinum

    yang menetap, namun disertai pneumothorax sinistra yang membesar. (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Radiografi kontras

    Dalam kasus suspek perforasi esofageal, pemeriksaan dengan kontras

    sangat dianjurkan. Beberapa peneliti merekomendasikan untuk

  • 26 Pneumomediastinum

    menggunakan kontras yang mudah larut dilanjutkan dengan kontras barium

    jika normal, tidak ditemukan kelainan dan untuk meningkatkan sensitivitas

    pemeriksaan. Udara mediastinum pada sisi lateral kiri bawah yang

    membentuk sudut V dikenal sebagai Naclerio-V Sign, yang dapat

    dibandingkan dengan udara mediastinum diantara pleura parietal dengan

    hemidiafragma medial kiri yang dapat terlihat pada esofagogram.8,23

    Gambar 11. Udara di mediastinum pada esofagogram seorang pasien dengan perforasi esophageal, tampak bayangan radioluen pada batas hemidiafragma kiri, dibandingkan dengan Naclerio V Sign

  • 27 Pneumomediastinum

    Pemeriksaan MRI

    Penggunaan rutin MRI dalam evaluasi diagnostik pneumomediastinum

    belum dilaporkan. Namun Aghayev et al (2008) dalam penelitiannya yang

    membandingkan CT-Scan dan MRI mendapatkan kecocokan hasil antara

    75% hingga 100% pada sampel yang diperiksanya. Meskipun belum dapat

    menentukan tingkat sensitivitas dan spesifitasnya, temuan ini nampaknya

    menjanjikan.8,24

    Pemeriksaan Laboratorium 7,8

    a. Pemeriksaan analisa gas darah

    - Gas darah arteri harus diperiksa pada pasien dengan distress respirasi

    - Gas darah mungkin normal atau bahkan menimbulkan keadaan

    hipoksia atau hiperkarbia, tergantung dari toleransi akut sistem

    respiratorik.

    b. Enzim jantung

    - Untuk menyingkirkan adanya infark miokard.

    c. Elektrokardiografi

    - Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan untuk menyingkirkan infark

    miokardial, perikarditis dan miokarditis. Namun penurunan tegangan,

    ST depresi dan gelombang T non spesifik mungkin dapat muncul

    meski pada kasus tanpa pneumoperikardium.

  • 28 Pneumomediastinum

    DIAGNOSIS BANDING 9,18

    Kesulitan diagnosis pneumomediastinum termasuk bagaimana

    membedakannya dengan pneumotorax medial dan pneumoperikardium

    Umumnya sulit untuk membuat perbedaan antara pneumomediastinum

    dengan koleksi udara dalam ruang pleura di sisi medial. Dalam situasi ini, kita

    mencari menyertai tanda-tanda pneumomediastinum (misalnya garis-garis

    radiolusen udara di bagian lain mediastinum atau di leher), atau tanda-tanda

    pneumotorax (misalnya garis abnormal pleura atau garis yang jauh dari

    mediastinum).

    Gambar 12. Pneumomediastinum pada pasien dengan batuk paroxysmal,

    terlihat adanya udara yang meluas jaringan extrapleural dinding anterior dada, ditandai dengan pemisahan pleura (parietal dan

    visceral) yang mengindikasikan pneumothorax. (Dikutip dari kepustakaan 18)

  • 29 Pneumomediastinum

    Pertimbangan pertama dalam membedakan pneumomediastinum dari

    pneumoperikardium adalah bahwa pneumomediastinum jauh lebih umum

    terjadi. Pneumomediastinum biasanya terlihat dengan banyak garis-garis

    tipis, udara jarang mengelilingi jantung sepenuhnya dan tidak terbatas pada

    daerah sekitar jantung. Pneumoperikardium dapat dicurigai bila kantong

    pericardium tervisualisasi. Pneumoperikardium biasanya terlihat sebagai

    garis tunggal radiolusen yang terbatas hanya di sepanjang kantung

    pericardium, yang dapat memisahkan kantong perikardium beserta isinya,

    khususnya pangkal pembuluh darah besar.

    Gambar 13. Pneumopericardium pada pasien dengan ARDS,

    memperlihatkan bayangan radiolusen yang lebar melingkari jantung namun terbatas pada kantong pericardium yang terutama pada

    aorta ascendens, main pulmonary artery dan vena cava superior. (Dikutip dari kepustakaan 18)

    Jika cukup banyak maka gambaran pneumoperikardium dapat terlihat

    mengelilingi jantung, berbatas tegas oleh kantung pericardium serta tidak

    meluas ke mediastinum superior atau ke leher dan menghasilkan Halo sign

  • 30 Pneumomediastinum

    (Gambar 13). Jika koleksi udara sedikit dan terkumpulnya di dekat jantung,

    maka sulit untuk membedakan pneumomediastinum dari pneumoperikardium.

    Pneumomediastinum dan pneumopenicardium dapat ditemukan

    bersamaan, sehingga tidak bisa dikesampingkan bahwa gambaran radiografi

    yang dilihat menunjukkan keduanya sekaligus.

    PENATALAKSANAAN 7,8,12

    Terapi diberikan tergantung pada status klinis pasien. Secara umum,

    pada sebagian besar anak-anak dengan pneumomediastinum yang tidak

    menunjukkan gejala, secara alami akan terjadi perbaikan spontan. Pasien

    harus menghindari aktivitas fisik yang berat sampai penyembuhan

    pneumomediastinum telah terjadi. Tidak ada terapi medis khusus untuk

    keadaan pneumomediastinumnya. Penyakit penyerta yang berhubungan

    dengan pneumomediastinum (misalnya, asma, penyakit gastroesophageal

    reflux (GERD) harus diobati.

    Intervensi bedah jarang dibicarakan pada pneumomediastinum.

    Penggunaannya dilakukan untuk pneumomediastinum yang yang ditandai

    penurunan fungsi kardiorespirasi atau pada perforasi esophagus atau

    trachea. Penggunaan mediastinoscopy dalam mengurangi

    pneumomediastinum mengancam jiwa telah dilaporkan dalam sejumlah kecil

    kasus. Penatalaksaan drainase perkutaneus mediastinum telah dilaporkan.

  • 31 Pneumomediastinum

    Chau et al menggambarkan dekompresi perkutan pneumomediastinum

    dengan fluoroscopic guiding.

    KOMPLIKASI 8

    Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat pneumomediastinum

    diantaranya:

    1. Tension pneumomediastinum

    - Meskipun jarang, tension pneumomediastinum dapat timbul, menyebabkan

    kompresi pada vena- vena besar, menyebabkan venous return, yang dapat

    mengakibatkan terjadinya hipotensi.

    2. Mediastinitis

    - Pneumomediastinum disertai oleh muntah- muntah yang masif dan frekuen

    dapat berhubungan dengan terjadinya sindrom Boerhaave yang dapat

    beresiko berkembang menjadi mediastinitis

    PROGNOSIS

    Meskipun pneumomediastinum berulang kadang terjadi, namun

    pneumomediastinum hampir selalu tidak mengancam jiwa. Morbiditas atau

    mortalitas pada pneumomediastinum terutama disebabkan oleh penyakit

    penyerta atau pencetus. 2,8

  • 32 Pneumomediastinum

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaneki T., et al.; Spontaneous Pneumomediastinum, Origin Identified by Chest Computed Tomography; Internal Medicine Journal Vol.37 No. 10 (October); 1998; hal.877-879

    2. Newcomb A.E., Clarke C.P.; Spontaneous Pneumomediastinum, A Benign Curiosity or a Significant Problem?; CHEST Journal Vol.128; 2005; hal.32983302

    3. Miura H., et al.; Clinical Features of Medical Pneumomediastinum, Case Report; Annual of Thoracic Cardiovascular Surgery Vol.9 No.3; 2003

    4. Baumann M.H., Saint S.A.; Hammans Sign Revisited, Pneumothorax or Pneumomediastinum?; CHEST Journal Vol.102 No.4 (October); 1992; hal.1281

    5. Wintermark M., Schnyder P.; The Macklin Effect, A Frequent Etiology for Pneumomediastinum in Severe Blunt Chest Trauma; CHEST Journal Vol.120; 2001; hal.543547

    6. Cooley J.C., Gillespiem J.B.; Mediastinal Emphysema: Pathogenesis and Management, Report of a Case; Diseases of the Chest Journal Vol.49 No.1 (January); 1966

    7. Gray J.M., Hanson G.C.; Mediastinal emphysema: aetiology, diagnosis, and treatment; Thorax Journal Vol.21; 1966; hal.325

    8. Carolan P.L.; Pneumomediastinum; edited by Bye M.R. et al.; Medscape Reference: Drugs, Diseases and Procedures (http://www.emedicine.medscape.com); Updated March 28, 2012

    9. Zylak C.M., et al.; Pneumomediastinum Revisited; RadioGraphics Journal Vol.20; 2000; hal.10431057

    10. Beyers J.A., Melonas C.F.; The visible wall of a main bronchus: a new radiological sign of pneumomediastinum; The British Journal of Radiology Vo.60; 1987; hal.877-879

    11. Molena D., et al.; The Incidence and Clinical Significance of Pneumomediastinum Found on Computed Tomography Scan in Blunt Trauma Patients; The American Surgeon Journal Vol.75 (November);

    2009 12. Al-Mufarrej F., et al.; Spontaneous pneumomediastinum: diagnostic and

    therapeutic interventions; Journal of Cardiothoracic Surgery Vol.3 No.59; 2008

    13. Esayag Y., Furer V., Izbicki G.; Spontaneous Pneumomediastinum: Is a Chest X-Ray Enough? A Single-Center Case Series; Israeli Medical Association Journal Vol.10 (August-September); 2008; hal.575578

  • 33 Pneumomediastinum

    14. Mc Adams H.P., et al.; Mediastinum; in Computed tomography and magnetic resonance imaging of the whole body, 4th edition; Haaga J.R, Lanzieri C.F. (editor); Mosby Inc.; St.Louis-Missouri; 2003; hal.937-996

    15. Wintermark M., et al.; Blunt Traumatic Pneumomediastinum: Using CT to Reveal the Macklin Effect, American Journal of Roentgenology Vol.172; 1999; hal. 129-130

    16. Chen I.C., et al.; Spontaneous Pneumomediastinum in Adolescent and Children; Kaohsiung Journal of Medicine Science Vol.26; 2010; hal.8488

    17. Javan R., Duszak R., Tonkin K.; Spontaneous Pneumomediastinum due to Achalasia, an Unusual but Benign Cause; Radiology Case Journal

    Vol.4 No.11; 2010; hal.38-43 18. Bejvan S.M., Godwin J.D.; Pneumomediastinum: Old Signs and New

    Signs; American Journal of Roentgenology Vol.166; 1996; hal.1041-1048 19. Gregson R.H.S; The Mediastinum; in Sutton Textbook of Radiolgy &

    Imaging Vol.1, 7th edition; Sutton D. (editor); Livingstone-Churcill; London; 2003; hal 57-86

    20. Chung K.W., Chung H.M; Chapter 4th: Thorax; in Board Review Series: Gross Anatomy, 6th edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2008

    21. Schuenke M., Schulte E., Schumacher U., Thorax-Spaces; in Thieme Atlas of Anatomy, Neck and Internal Organs; edited by Ross M.L, Lamperti E.D.; Georg Thieme Verlag, Stuttgart-New York; 2006; hal.58-149

    22. Rohen J.W., Yokochi C., Ltjen-Drecoll E.; Color Atlas of Anatomy , A Photographic Study of the Human Body, 7th edition; Stuttgart-New York; Lippincott Williams & Wilkins; 1998

    23. Sinha R.; Naclerio V Sign; Radiology Journal Vol.245 No.1 (October); 2007; hal.296-297

    24. Aghayev et al.; Postmortem imaging of blunt chest trauma using CT and MRI: comparison with autopsy; Journal of Thoracic Imaging Vol.23 No.1 (Februari); 2008; hal.20-27

  • 34 Pneumomediastinum

    TINJAUAN KASUS

    Dikutip dari : Kwon JS, Blum MG, Kalhan R.; A 23-Year-Old Woman With

    Sudden-Onset Dyspnea and Chest Pain Penetrating to the

    Back; CHEST Journal Vol.133; 2008; hal.574578

    Seorang wanita 23 tahun dengan tiba-tiba mengalami nyeri dada dan

    dispnea dibawa ke unit gawat darurat . Riwayat medisnya yang signifikan

    adalah patah tulang rusuk , laserasi lidah, dan pergelangan kaki keseleo saat

    mengalami trauma pada tahun 3 tahun sebelumnya . Pasien tidak memiliki

    riwayat kelainan paru atau jantung. Obat-obatan yang dikonsumsinya

    termasuk pil kontrasepsi oral dan ibuprofen bila diperlukan . Nyeri dada dan

    sesak napas tiba-tiba dialami saat latihan treadmill . Pasien tidak mengalami

    trauma, keluhan batuk , mengi , muntah-muntah , atau muntah . Juga tidak

    mempunyai keluhan menelan.

    Nyeri dada yang dialami sifatnya tajam, berjalan retrosternal dan

    menjalar ke punggung . Pasien juga mengeluhkan rasa kembung yang bisa

    sedikit membaik dengan menarik napas dalam-dalam, serta mengalami

    cegukan yang intermiten serta menguap terus-menerus sepanjang hari. Nyeri

    dada dan gejala-gejala lainnya tersebut tetap ada meskipun pasien mencoba

    beristirahat dari aktivitas fisik sesudahnya.

    Pemeriksaan Fisik

    Hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut : suhu: 36,3C; denyut

    jantung: 69 denyut/menit, laju pernapasan: 12 napas/menit , BP: 108/70

    mmHg , dan denyut nadi per saturasi oximetric: 99 %. Pasien adalah seorang

    wanita muda tinggi, kurus , dan tidak kondisi sakit berat.

  • 35 Pneumomediastinum

    Hasil pemeriksaan orofaringeal normal. Tidak ada krepitus pada palpasi di

    leher dan dinding dada. Pada auskultasi dada didapatkan suara napas dan

    suara jantung biasa. Perut tidak defans-muskuler dan tidak nyeri tekan .

    Hasil Laboratorium dan Radiologik

    Hasil pemeriksaan darah menunjukkan hitung jenis, kimia darah, dan

    komponen koagulasi semua dalam batas normal .

    Gambar 1. Foto thorax PA

    Dilakukan pemeriksaan foto thorax dan CT-Scan thorax. Dari

    serangkaian pemeriksaan yang dilakukan ditegakkan diagnosis :

    pneumomediastinum spontan

  • 36 Pneumomediastinum

    Gambar 2. CT-Scan thorax

    Diskusi

    Pasien mengeluhkan nyeri dada. Adapun keluhan cegukan dan

    menguap bukan merupakan gejala yang bisa dikaitkan dengan

    pneumomediastinum spontan . Hasil uji laboratorium pada pasien dengan

    pneumomediastinum spontan tidak spesifik dan tidak mengungkapkan

    adanya leukositosis atau neutrophilia . Tidak tampak kelainan EKG seperti

    elevasi ST - segmen ringan dan inversi gelombang T, seperti yang dilaporkan

    timbul pada sejumlah kecil pasien pneumomediastioum.

    Pemeriksaan radiografi dan CT-Scan penting dalam mendiagnosis

    pneumomediastinum spontan . Foto thorax biasanya cukup untuk

    mengungkapkan adanya udara mediastinum, namun foto thorax bisa normal

    sampai 30 % kasus. Pemeriksaan CT-Scan thorax tetap menjadi "gold

    standar" untuk diagnosis dan harus dilakukan jika kecurigaaan adanya

    pneumomediastinum tinggi meskipun temuan foto thorax normal. CT scan

    juga dapat membantu untuk menentukan ada tidaknya patologi paru yang

    mendasari, seperti bula atau penyakit paru-paru interstitial

  • 37 Pneumomediastinum

    Hasil pemeriksaan foto thorax pada pasien ini normal. Hasil CT-Scan

    menunjukkan pneumomediastinum namun tidak mengungkapkan apakah ada

    udara di mediastinum anterior, bifurkasi trachea , main bronchus, dan bagian

    atas bronchus. Hasil CT-Scan tidak menunjukkan adanya penyerta emboli

    paru dan kelainan parenkim paru-paru

    Pasien diizinkan pulang langsung dari unit rawat darurat dan dirujuk ke

    poliklinik pulmonologi untuk evaluasi 1 minggu. Di poliklinik pasien

    menyatakan bahwa gejalanya masih timbul, dan meningkat secara bertahap

    sejak minggu sebelumnya. Pasien diedukasi mengenai sifat tidak

    mengancam jiwa dan kemungkinan perjalanan penyakit yang self-limiting

    disease. Pasien direkomendasikan untuk tidak melakukan latihan olahraga

    sampai perbaikan gejala tuntas. Tidak dilakukan pemeriksaan follow-up CT-

    Scan thorax. Pasien melaporkan pemulihan lengkap beberapa hari kemudian

    dengan sembuhnya dyspnea dan nyeri dada . Uji fungsi paru yang dilakukan

    untuk mendeteksi asma dapatan menunjukkan hasil negatif. Pasien

    selanjutnya direkomendasi untuk melanjutkan kegiatan sebagaimana biasa,

    termasuk olahraga.