pneumniaaa

30
8 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2002). Bronkopneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008). Bronkopeneumonia merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnu, napas cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006). Bronkopneumonia adalah Peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus) (Speer, 2007). Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005). Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai agens seperti virus, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing (Betz, 2002).

Upload: adelinpartii

Post on 12-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: pneumniaaa

8

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur, dalam satu atau lebih area

terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2002). Bronkopneumonia adalah

proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi

pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008). Bronkopeneumonia

merupakan peradangan pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur, atau benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang

tinggi, gelisah, dispnu, napas cepat dan dangkal, muntah serta batuk kering

dan produktif (Hidayat, 2006). Bronkopneumonia adalah Peradangan paru

biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau

streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus) (Speer, 2007).

Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing

(Ngastiyah, 2005). Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada

parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai agens seperti virus,

mikoplasma, dan aspirasi substansi asing (Betz, 2002).

Page 2: pneumniaaa

9

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia

adalah suatu peradangan atau inflamasi yang terjadi pada parenkim paru

yang disebabkan oleh adanya virus, jamur, bakteri dan benda asing.

Terapi inhalasi merupakan istilah yang menekankan pada berbagai

terapi yang melibatkan perubahan komposisi, volume, atau tekanan gas

yang diinspirasi. Terapi ini terutama mencangkup peningkatan konsentrasi

oksigen pada gas yang diinspirasi (terapi oksigen), peningkatan uap air

yang terkandung di dalam gas inspirasi (terapi humidifikasi), penambah

partikel udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi aerosol), dan

pemakaian berbagai alat untuk mengendalikan atau membantu pernafasan

(ventilasi buatan, tekanan jalan nafas positif) (Wong, 2008).Terapi inhalasi

adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran

respiratori (IDAI, 2008). Terapi inhalasi yaitu merupakan obat cair yang

mengandung larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012).

Prosedur inhalasi yaitu hal pertama yang harus diperhatikan saat

melakukan terapi inhalasi adalah penggunaan selang dan masker karena

penggunaan alat untuk masing­masing pasien berbeda guna menghindari

infeksi silang. ikuti resep yang dianjurkan oleh dokter. Pada saat mesin

dihidupkan, tarik napas dalam perlahan­lahan dengan mulut, tahan 2—3

detik, kemudian hembuskan kembali. Pada anak­anak cukup dianjurkan

bernapas normal dan usahakan agar anak tidak menangis karena akan

mengurangi efektivitas terapi. Hindari bernapas cepat untuk mencoba

menghirup seluruh uap yang dihasilkan, karena akan menyebabkan rasa

Page 3: pneumniaaa

10

pusing, gemetar, dan mual. Jika hal ini terjadi, hentikan mesin dan istirahat

selama lima menit sebelum melanjutkan terapi kembali. Terapi inhalasi

biasanya berlangsung selama 10—15 menit. Obat pengencer lendir kadang

dapat menyebabkan peningkatan frekuensi batuk sampai beberapa saat

setelah terapi. hal ini wajar karena batuk adalah suatu reaksi refleks untuk

mengeluarkan lendir yang sudah diencerkan saat terapi. Setelah inhalasi,

fisioterapis akan membaringkan anak pada posisi tertentu sesuai dengan

kebutuhan. tanyakan pada dokter, paru­paru sebelah mana yang banyak

lendirnya, prosedur ini harus selalu dilakukan untuk menghindari sesak

napas setelah inhalasi. Setelah selesai terapi bersihkan muka untuk

menghindari iritasi akibat sisa­sisa obat yang menempel. Cuci serta

simpan selang dan masker untuk pemakaian selanjutnya, masker dibuat

untuk pemakaian 6—10 kali (IDAI, 2008).

B. Anatomi dan Fisiologi

(Syaifuddin, 2006) secara anatomis sistem pernapasan dibagi

menjadi 3 bagian yaitu :

1. Traktus respiratorius bagian atas

Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari berbagai bagian,

diantaranya :

Page 4: pneumniaaa

11

Gambar 1.1 Traktus respiratorius

a. Hidung

Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan

kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak

lengkap menadi empat daerah yang mengandung saluran nasal

yang berjalan kebelakang mengarah pada nasofaring. Area tepat

dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut

yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh membrana mukosa.

Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru-

paru dan menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam

lubang hidung dan silia yang melapisi membrana mukosa

bertindak untuk mengangkat debu dan benda asing lain dari

udara. Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel

mulkus yang menyebabkan produksi mukus yang berlebihan,

pembengkakan dari membrana mukosa akibat edema lokal dan

kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung menjadi

Page 5: pneumniaaa

12

terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret

jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi

kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya pus (neutrofil

mati dan granulosa).

b. Sinus

Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang

terletak dalam berbagai tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan

mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari

hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh

darah, peningkatan sekresi mukus dan edema.

c. Laring

Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan

trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan

tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh

membrana. Suatu struktur tulang rawan tergantung diatas tempat

masuk ke laring ini merupakan epiglotis yang mengawal glotis

selama menelan, mencegah makanan masuk laring dan trakhea.

Inflamasi dari epiglotis dapat menimbulkan obstruksi terhadap

saluran pernafasan.

Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana

mukosa yang terlentang melintasi rongga dari laring dari bagian

tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid. Ini

merupakan pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita

Page 6: pneumniaaa

13

suara terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara

respirasi melintas secara bebas diantaranya tanpa menimbulkan

keadaan vibrasi. Selama insiprasi dalam yang dipaksaan mereka

berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara selama berbicara

atau menyanyi mereka dalam keadaan adduksi. Perubahan ini

dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada anak-anak, pita suara lebih

pendek dibandingkan dengan orang dewasa.

Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada

saat yang sama ambil bagian dalam deglutisi, selama waktu mana

laring akan menutup dalam usaha mencegah makanan memasuki

traktus respiratorius makanan bagian bawah. Laring juga tertutup

selama regurgitasi makanan sehingga mencegah terjadinya

aspirasi makanan. Refleks penutupan ini tergantung pada

koordinasi neurimuskuler yang kemungkinan tidak bekerja secara

penuh pada bayi, sehingga mengarah pada spasme.

2. Traktus respiratorius bagian bawah

Struktur yang membentuk bagian dari traktur respiratorius ini

adalah trakea, bronki dan bronkiolus serta paru-paru. Tiga yang

pertama adalah, trakea, bronki dan bronkiolus, merupakan tuba yang

mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-paru. Trakea dimulai

pada batas bagian bawah dari laring dan melintas dibelakang sternum

kedalam toraks. Trakea merupakan tuba membranosa fleksibel, kaku

karena adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara teratur. Tuba

Page 7: pneumniaaa

14

dilapisi oleh membrana mukosa, epitelium permukaan adalah

kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks trakea membagi

diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu substansi

paru-paru.

Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi

cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif

berkurang hingga cabang yang mempunyai penampang yang sangat

sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus. Tuba ini dilapisi

oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner bersilia,

berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara

longitudinal dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki

yang lebih kecil dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios.

Seluruh panjang dari percabangan bronkial disuplai dengan serat

elastik yang kaya, bersama dengan semua jaringan lain yang

disebutkan, dapat diubah oleh karena penyakit, sehingga

mempengaruhi fungsi normal.

Page 8: pneumniaaa

15

Gambar 2.1 Traktus Respiratorius bagian bawah

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea,

ada 2 buah yang terdapat pada ketingian vertebra torakalis IV dan V,

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set

yang sama. Bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping ke arah

tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari

pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri

dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang,

cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli

tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung

paru/ gelembung hawa atau alveoli.

Page 9: pneumniaaa

16

3. Paru-paru

Berdasarkan anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru

dipertimbangkan adalah lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus

ini membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus merupakan

miniatur dari paru-paru dengan percabangan bronkial dan suatu

sirkulasi sendiri.

Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu

alveolus. Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi

pertukaran gas antara udara dan darah.

Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula

dan dasarnya bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi

kedalam lobus, yang kanan dibagi tiga, yang kiri dibagi dua. Nutrisi

dibawa pada jaringan paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial;

darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronchial.

Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang

berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi.

Paru-paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis

yang datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri dan membagi

diri kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil,

berpenetrasi pada setiap bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka

membentuk anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada

dinding dari alveoli. Dinding dari alveoli maupun kapiler sangat tipis

Page 10: pneumniaaa

17

dan disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan. Darah yang

dioksigenasi kembali kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.

Fisiologi pernapasan menurut Hidayat (2006), meliputi tiga tahap :

1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen

dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.

Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang

mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan tekanan antara

atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara

semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat

tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi

proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli dalm

melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan

napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas

berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem

saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan

relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf

parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat

menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan

adanya refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi

adanya proses ventilasi, adanya peran mukus siliaris yang sebagai

Page 11: pneumniaaa

18

penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat

mengikat virus.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians

(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk

berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang

berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada

sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks

atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi

peregangan sel alveoli. Surfaktan disekresi saat klien menerik

napas; sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan

CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila complience

baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar

secara maksimal.

2. Difusi Gas

Pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya,

pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran

respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

intertisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi

apabila terjadi proses penebalan.

Page 12: pneumniaaa

19

Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini

dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh

karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan

O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara

berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmunalis juga akan berdifusi

ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk

menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

Transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan

berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan

larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan

berkaitan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),

dan larut dalm plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3

berada pada darah (65%).

Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang

dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.

Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk

berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat

ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang

dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pda akhir

diastol, natrium yang paling beperan dalam menentukan besarnya

Page 13: pneumniaaa

20

potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan kontraksi dan

relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi adalah

kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit

(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan

atau HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.

C. Etiologi

Menurut (Muttaqin, 2008) penyebab dari Bronkopneumonia adalah :

1. Bakteri

a. Pneumokokus

b. Streptokokus

c. Stafilokokus

d. Haemophilus Influenzae

e. Pseudomonas aeruginosa

2. Virus

a. Virus Influenza

b. Adenovirus

c. Sitomegalovirus

d. Virus Rino

3. Fungi

a. Aspergillus

b. Koksidiomikosis

c. Histoplasma

Page 14: pneumniaaa

21

4. Aspirasi

a. Cairan amnion

b. Makanan

c. Cairan lambung

d. Benda asing

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada Bronkopneumonia menurut (IDAI, 2008) adalah

1. Gejala infeksi umum

a. Demam

b. Sakit kepala

c. Gelisah

d. Malaise

e. Penurunan nafsu makan

f. Keluhan gastrointestinal seperti mual, munah atau diare.

2. Gejala infeksi respiratori

a. Batuk

b. Sesak nafas

c. Retraksi dada

d. Takipnea

e. Nafas cuping hidung

f. Sianosis

Page 15: pneumniaaa

22

E. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas

menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah

proliferasi dan penyeraban kuman. Bagian paru yang terkena mengalami

konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin,

eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam

stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah

kelanjutan deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit

PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat (IDAI, 2008).

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta

karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi

kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.

Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema

mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi atau

alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah

vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang

terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang

teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan

hipoksemia arterial (Smeltzer, 2002).

Page 16: pneumniaaa

23

F. Penatalaksanaan

Adapun Penatalaksanaan pada pasien Bronkopneumonia yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Riyadi, 2009) pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan

uji resistensi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu

terapi secepatnya maka biasanya diberikan :

a. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin.

Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat

meningkatkan lebar lumen bronkus.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

Klien Bronkopneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis

karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus

atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut

harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen perlu

dibantu dengan memberikan oksigen 2 l/menit secara rumat.

Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :

1) Berikan sikap berbaring setengah duduk

Page 17: pneumniaaa

24

2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos

yang sempit.

3) Ajarkan bila batuk, lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau

lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan

segera hilang,

4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah

dada yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian yang lain.

b. Kebutuhan Istirahat

Klien Bronkopneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya

tinggi, sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua

kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian

obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien

dapat istirahat sebaik-baiknya.

G. Komplikasi

Menurut (Betz, 2002) komplikasi dari Bronkopneumonia adalah:

1. Pneumonia interstisial menahun

2. Rusaknya jalan nafas

3. Efusi Pleura

4. Fibrosis Paru

5. Gagal nafas

6. Bronkiolitis

Page 18: pneumniaaa

25

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa

pneumonia menurut (Muttaqin, 2008):

1. Pemeriksaan Laboratorium

Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/ . Dalam

keadaan leukopenia, laju endap darah biasanya meningkat hingga 100

mm/jam. Pemeriksaan gas darah (AGD/Astrup) menunjukkan hipoksemia

sebab terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi didaerah pneumonia.

2. Pemeriksaan Radiologis

Foto thoraks posterio-anterior dan lateral untuk melihat keberadaan

konsolidasi retrokardial sehingga lebih mudah untuk menentukan lobus

yang terkena.

3. Pemeriksaan cairan pleura

4. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,

aspirasi (pengisapan) lewat trakea.

I. Tumbuh Kembang Anak Usia Pra Sekolah

Pertumbuhan dan perkembangan menurut Wong (2008), Pertumbuhan

adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti

sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-

sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan

pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal

Page 19: pneumniaaa

26

tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan

sperma hingga dewasa.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan

diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-

organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia tiga

sampai lima tahun Wong (2008).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia prasekolah, meliputi:

a) Motorik kasar

Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu mengendarai sepeda

roda tiga, melompat dari langkah dasar, berdiri pada satu kaki untuk

beberapa detik dengan seimbang, menaiki tangga dengan kaki

bergantian. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan loncatan dan

lompatan dengan satu kaki dengan lancer serta menangkap bola dengan

baik, Pada usia 5 tahun anak melompat tali dengan kaki bergantian, dan

mulai main papan luncur dan berenang. (Wong, 2008).

b) Motorik halus

Membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan

dengan 3 kotak, secara benar masuk biji-bijian kedalam botol berleher

sempit, dalam menggambar menirukan lingkaran (Wong, 2008).

c) Bahasa

Page 20: pneumniaaa

27

Mempunyai perbendaharaan 900 kata, menggunakan kalimat

lengkap dari 3 sampai 4 kata, dan hanya memasukkan kata-kata

terpenting untuk menyampaikan sebuah makna. bicara tanpa henti tanpa

peduli apakah seseorang memperhatikannya. (Wong, 2008).

d) Kognitif

Berada dalam fase perceptual egosentrik dalam berpikir dan

berprilaku, mulai memahami waktu, bicara tentang masa lalu dan masa

depan sebanyak masa kini (Wong, 2008).

e) Citra tubuh

masa prasekolah memainkan peranan penting dalam

perkembangan citra tubuh. Dengan meningkatnya pemahaman bahasa,

anak prasekolah mengenali bahwa individu memiliki penampilan yang

diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pada usia 5 tahun anak mulai

membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya dan bisa

menjadi sadar bahwa mereka tinggi atau pendek (Wong, 2008).

f) Kemampuan Sosial

Lebih memperlihatkan kemandirian. seperti mampu menyikat

gigi dan berpakaian sendiri. Cenderung banyak menuntut tetapi juga

bersemangat untuk diajak bekerjasama. Kadang berperilaku tidak

sopan. Semakin kita bereaksi emosional, maka semakin dia akan

berkelakuan buruk. Anak ingin disukai dan ingin menyenangkan teman-

temanya, serta berharap memiliki teman dekat. Mengerti tentang hal

sehari-hari seperti makanan, uang dan konsep waktu. Memiliki rasa

Page 21: pneumniaaa

28

kepemilikan, dimana ia akan memandang segala sesuatu sebagai

miliknya. Sudah memiliki rasa simpati dan rasa sedih ketika seseorang

atau apapun berada di dalam kesusahan atau kesedihan. Ini yang ia

harapkan dari orang disekitarnya ketika berada dalam situasi yang

sama. Sadar akan seksualitas dan memiliki rasa ingin tahu alami

mengenai hal tersebut. Memperlihatkan ketertarikan yang tinggi dalam

bernyanyi, menari dan akting. Penuh dengan ide imajinatif mencoba

untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan (Wong, 2008).

g) Tidur dan Aktivitas

Pola tidur sangat bervariasi tetapi rata-rata anak prasekolah

tidur sekitar 12 jam dalam semalam dan jarang tidur di siang hari.

Tingkat aktivitas masih tetap tinggi, meskipun aktivitas yang tenang,

seperti menonton televisi (Wong, 2008).

J. Pengkajian Anak Pra Sekolah dengan Bronkopneumonia dan Tindakan

Terapi Inhalasi

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien Bronkopneumonia menurut Suyono

(2009) :

1. Identitas

Biodata klien terdiri atas Nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,

suku/bangsa, alamat.

Biodata penanggung jawab terdiri atas Nama, jenis kelamin, umur,

pekerjaan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien

Page 22: pneumniaaa

29

2. Riwayat penyakit sekarang

Hal yang perlu dikaji :

a. Keluhan yang dirasakan klien (batuk, pilek, sesak nafas)

b. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

3. Riwayat penyakit dahulu

Hal yang perlu dikaji yaitu :

a. Pernah menderita ISPA

b. Riwayat terjadi aspirasi

c. Sistem imun anak yang mengalami penurunan

d. Sebutkan sakit yang pernah dialami

4. Riwayat penyakit keluarga

a. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA

b. Ada anggota keluarga yang sakit Bronkopneumonia

5. Demografi

a. Usia : Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 5 tahun

b. Lingkungan : Pada lingkungan yang sering berkontaminasi

dengan polusi udara

6. Pemeriksaan fisik

Pada penderita Bronkopneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya

muncul yaitu :

a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas

b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa

somnolent

Page 23: pneumniaaa

30

c. Tanda-tanda vital :

1) TD : hipertensi

2) Nadi : takikardi

3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal

4) Suhu : hipertermi

d. Kepala : tidak ada kelainan

e. Mata : konjungtiva bisa anemis

f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung

g. Paru

1) Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika

hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu

nafas.

2) Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus

pada daerah yang terkena

3) Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani

4) Auskultasi : bisa terdengar ronkhi

h. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan

jantung tidak ada kelemahan

i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi

Page 24: pneumniaaa

31

K. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler oleh adanya edema alveoli.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

(Wong, 2008)

L. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, bersihan

jalan nafas kembali efektif.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada dispnea

b. Perkusi paru sonor

c. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

d. Tidak ada batuk produktif

32

Page 25: pneumniaaa

32

Intervensi :

a. Auskultasi area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara

dan bunyi nafas lain.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi nafas bronkhial (normal pada

bronkhus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

Krekels terdengar pada inspirasi.

b. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada/ atau cairan paru.

c. Atur posisi setengah fowler pada anak besar dan ekstensikan

kepala pada bayi.

Rasional : Posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam

dan lebih kuat.

d. Berikan obat sesuai indikasi : mukoitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgetik

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

mobilisasi sekret. Analgetik diberikan untuk

memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-hati.

e. Berikan cairan tambahan IV atau oksigen

Page 26: pneumniaaa

33

Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan

(termasuk tak tampak) dan memobilisasikan secret.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, pola

nafas kembali efektif

Kriteria hasil:

a. RR = 30 - 40 x/menit

b. Tidak ada dispnea

c. Pengembangan paru maksimal

Intervensi :

a. Aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum

dengan semi fowler atau kepala agak tinggi kurang lebih 30o.

Rasional : Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru.

b. Kaji pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi

untuk memantau saturasi oksigen

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyaman gerakan

dinding dada.

c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap

terbuka

Rasional : Sokongan bantal akan membantu membuka jalan napas.

Page 27: pneumniaaa

34

d. Ajarkan teknik relaksasi pada anak yang sudah memahami, sudah

bisa atau mengerti.

Rasional : Relaksasi akan membantu menurunkan kecemasan

sehingga kebutuhan O2 tidak meningkat.

e. Kolaborasi oksigen sesuai kebutuhan

Rasional : Pemberian O2 akan membantu memenuhi kebutuhan O2

tubuh.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler akibat edema alveoli.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,

pertukaran gas maksimal.

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak dispnea

b. Klien tidakk ada kebiruan

c. N = 90 - 100 x/menit

d. PO2 normal pada GDA

e. PCO2 normal

f. Warna kulit normal

g. Anak tidak gelisah

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas

Page 28: pneumniaaa

35

Rasional : Manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi

derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

b. Atur posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan anak

Rasional : Memberikan posisi yang nyaman seperti posisi semi

fowler, membuat anak bernafas dengan mudah.

c. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya

fianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.

Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon

tubuh terhadap demam/ menggigil. Namun sianosis

daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut

menunjukkan hipoksemia sistemik.

d. Pertahankan istirahat tidur dorong menggunakan teknik relaksasi

dan aktivitas senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

e. Kolaborasi pemberian therapi O2 dengan benar

Rasional : Tujuan therapi oksigen adalah mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg.

f. Awasi GDA

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi

paru.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, kelemahan umum.

Page 29: pneumniaaa

36

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien

toleran terhadap aktivitas

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak tampak kelemahan

b. Dyspnea berkurang

c. Tidak ada dyspnea saat aktivitas

d. Tidak ada sianosis setelah aktivitas

e. Dapat beraktivitas optimal

Intervensi :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat lapoan dispnea.

Peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital

selama dan setelah aktivitas

Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b. Bantu anak dalam melakukan aktivitas yang sesuai dan berikan

aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan

minat anak.

Rasional : Menurunkan kebutuhan O2

c. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

Page 30: pneumniaaa

37

d. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi

untuk penyembuhan.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

(Wong, 2008)