pmt random

Upload: cinnamoroll21

Post on 04-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Pmt Random

    1/7

    Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan kesehatan dalam RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 adalah menurunkanprevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi pendek menjadi32%. (PMT bok 2011)

    Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi BBLR sebesar 11,1%, balitagizi kurang sebesar 17,9% dan balita pendek sebesar 35,6%. Angkaprevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) di Indonesia sebesar13,6 % (Riskesdas, 2007).

    PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan

    Mulai tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran untuk kegiatan PMT Pemulihan bagi balita gizi kurang dan ibu hamilKEK melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

    http://dinkes-kabtangerang.go.id/2013/03/643.aspx

    Berdasarkan World Health Organization (WHO) gizi buruk didefinisikan

    sebagai berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dibawah -3 zscore dari

    median standar pertumbuhan WHO; atau

    Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Respon Cepat Depkes RI tahun 2008 gizi

    buruk adalah suatu keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan

    indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

  • 8/13/2019 Pmt Random

    2/7

    Prevalensi nasional: BB/U gizi buruk 4,9% gizi kurang 13%. BB/TB sangat kurus

    6%, kurus 7,3%.

    Riskesdas 2007 &2010 nasional: 18,417,9 (kekurangan gizi). GIzi buruk: 5,4

    4,9. PRevalensi gizi kurang tetap 13%. BB/TB penurunan balita sangat kurus

    menurun 13,613,3.

    Prevalensi di Banten BB/U 4,8% gizi buruk 13,7 gizi kurang. TB/U sangat pendek

    16,5; pendek 17. BB/TB sangat kurus 6,2%, kurus 7,9.

    Tangerang??

    Balita di Puskesmas Kelapa Dua

    Dalam rangka menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada tahun 2014

    sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai bila ada

    upaya perbaikan gizi masyarakat diantaranya adalah memperkuat penerapan tata

    laksana kasus balita gizi buruk dan gizi kurang.

    Program gizi di Kelapa Dua

    Dinas Kesehatan melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat secara terusmenerus berupaya untuk menanggulangi masalah gizi yang ada di KotaMalang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan promotif,preventif dan kuratif. Tindakan promotif dilakukan melalui kegiatanpenyuluhan kepada masyarakat terutama ibu balita, diantaranya adalahtentang :

    Pemantauan berat badan balita. Pemantauan berat badan ini dilakukandengan penimbangan rutin balita di posyandu, puskesmas, poliklinik swasta,

    bidan praktek, dokter umum, dokter anak atau dimana saja. Yang terpenting

    adalah orang tua tahu perkembangan berat badan anaknya, karena anak

    yang naik berat badannya adalah anak yang tumbuh sehat dan berarti pula

    asupan gizinya baik dan benar. Penyuluhan kepada pada masyarakat terutama ibu-ibu tentang gizi untuk

    balita dan ibu hamil. Penyuluhan dilakukan secara langsung kepada ibu-ibu

    melalui kerjasama dengan kader PKK yang ada di posyandu, penyuluhan

    langsung di puskesmas, melalui leaflet, media cetak, elektronik, dll.Tindakan Preventif dilakukan antara lain dengan :

    Pemantaunan berat badan balita setiap bulan melalui penimbangan rutin di

    posyandu. Dengan penimbangan ini berat badan balita yang ada di wilayah

    kerja posyandu dapat terpantau, sehingga bila ada balita yang karena suatu

    sebab, misalnya karena sakit, berat badannya turun atau tidak naik dalam 3

    bulan berturut-turut setelah dilakukan penimbangan, maka akan dapat

    terpantau keadaannya. Balita tersebut akan diperiksa dan dicari penyebab

    penurunan berat badannya. Untuk kemudian ibu sang baltia diberi

    penyuluhan tentang cara mengatasinya sehingga dapat dicegah agar balita

    tersebut tidak jatuh ke status gizi buruk. Pemberian makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) dan

    pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT Pemulihan). PMT

  • 8/13/2019 Pmt Random

    3/7

    Penyuluhan berupa contoh makanan yang diberikan pada balita pada saat

    pelaksanaan penimbangan balita di posyandu, yang dimaksudkan untuk

    memberi contoh kepada para ibu tentang makanan bergizi yang dibutuhkanoleh balita. Untuk kegiatan ini Pemkot Malang melalui Dinas Kesehatan

    memberikan bantuan stimulan sebesar Rp.1.750 per balita per bulan selama

    setahun. Pemberian PMT pada balita gizi kurang agar tidak jatuh pada status gizi

    buruk melalui posyandu. Demikian juga halnya dengan pemberitan vitamin A. Pelacakan kasus gizi buruk oleh kader kesehatan. Kader kesehatan bertugas

    melakukan pelacakan balita yang tidak datang ke posyandu untuk

    mengetahui kemana ibu balita memantau berat badan balitanya dan untukmengetahui balita yang tidak datang ke posyandu tersebut apakah menderita

    gizi buruk atau gizi kurang sehingga dapat dibantu penanggulangannya.Tindakan kuratifadalah : Balita dengan gizi buruk akan dicari penyebabnya.Mungkin keadaan tersebut disebabkan karena penyakit kronis seperti radang

    paru-paru, TBC, diare kronis, cacingan, sakit ginjal, dll. Mungkin jugadikarenakan kelainan bawaan seperti kelainan jantung bawaan, kelainanpencernaan, kelainan hormonal dll. Kelainan ini sangat penting untukdisembuhkan terlebih dahulu karena pemulihan gizi buruk dengan PMTapapun tidak akan berhasil apabila penyebabnya tidak diatasi. Bersamaandengan mengatasi penyebabnya, balita diberikan PMT Pemulihan selama 3bulan. Untuk kasus-kasus yang tidak berat dapat dilaksanakan di rumah, diposyandu atau di puskesmas. Untuk kasus yang berat maka balitabersangkutan akan dirujuk ke rumah sakit. PMT Pemulihan diberikan selama3 bulan dan dievaluasi setiap minggu. Bila sudah teratasi maka dinyatakanlulus dan masuk dalam tahap maintenance. Pada tahap pemeliharaan ini

    balita tetap diberi bantuan PMT. Bila belum lulus juga, maka balitabersangkutan akan diberikan lagi PMT pemulihan sampai gizi buruknyateratasi.PMT yang diberikan kepada balita gizi buruk adalah berupa susu dan biskuityang tinggi kalori dan tinggi protein serta sesuai dengan makanan lokal.Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Kesehatan pada tahun 2011 ini telahmengalokasikan anggaran sebesar 3,8 milyar rupiah untuk ProgramPerbaikan Gizi Masyarakat. Memang anggaran sebesar ini belum sesuaidengan rekomendasi WHO yang menyatakan untuk Perbaikan GiziMasyarakat idealnya dibutuhkan dana 10% dari APBD. Akan tetapi secarabertahap selalu diupayakan untuk meningkatkan anggaran gizi secara khusus

    dan anggaran Dinas Kesehatan secara keseluruhan. Dan yang patut untukdisyukuri adalah bahwa balita gizi buruk yang ada ditangani semua, karenasulit untuk mengkondisikan agar tidak ada kasus gizi buruk di Kota Malang,mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Selainfaktor-faktor bidang kesehatan yang berpengaruh, kasus gizi buruk jugadipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Tentunyauntuk mengatasi hal ini tidak dapat hanya ditangani oleh Dinas Kesehatansendiri, akan tetapi peran serta semua sektor terkait secara bersama-samadan terpadu sangat diperlukan.

  • 8/13/2019 Pmt Random

    4/7

    Penanggulangan kemiskinan dan kelaparan merupakan salah satu isu global dimana melalui MGDs telah disepakati untuk menurunkan angka kemiskinan dankelaparan di Indonesia hingga setengahnya pada tahun 2015. Secara internasionaltelah disusun 5 indikator untuk memantau pencapaian tujuan pertama ini (UNDG,2003), sebagai berikut:

    a. Proporsi penduduk dengan pendapatan di bawah US$ 1 per hari atau proporsipenduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty headcount ratio)

    b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (poverty gap ratio)c. Proporsi pendapatan atau konsumsi penduduk termiskin (share of the poorest

    quantile in national income or consumption)d. Prevalensi balita kekurangan gizi (prevalence of underweight children under 5

    years of age)e. Proporsi penduduk dengan konsumsi gizi di bawah standar kecukupan gizi

    (proportion of population below minimum level of dietary energyconsumption)

    Indikator-indikator tersebut juga digunakan untuk mengukur pencapaiantujuan pertama dari MDGs di Indonesia dengan beberapa penyesuaian (Bappenas,

    2007 dan Bappenas, 2010). Di Indonesia, ukuran yang digunakan adalah: (1)persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan; (2) indekskedalaman kemiskinan; (3) proporsi konsumsi penduduk termiskin (kuantil pertama 20 persen terendah); (4) persentase balita kekurang gizi (gizi buruk dan kurang) serta(5) persentase penduduk yang mempunyai konsumsi energi kurang dari 1400 kkal perkapita per hari.

    Meskipun kelima indikator tersebut dapat digunakan secara terpisah untukmengukur pencapaian tujuan pertama MDGs, namun masing-masing memberikaninformasi yang parsial dan seringkali kontradiktif satu sama lain. Hal ini tentumenyulitkan dalam mengambil kesimpulan mengenai keseluruhan upaya

    penanggulangan kemiskinan dan kelaparan yang dilakukan. Dengan adanya indikator

  • 8/13/2019 Pmt Random

    5/7

    tunggal juga akan memudahkan dalam memperbandingkan pencapaian pecapaiantujuan pertama MDGs tersebut antar wilayah.

    Makalah ini bertujuan untuk mengukur pencapaian tujuan MDGs yangpertama tersebut di Indonesia. Ukuran yang digunakan adalah suatu indeks komposit

    yang disebut PHI (Poverty and Hunger Index) yang merupakan kombinasi dari 5indikator pada tujuan 1 MDGs. Dalam makalah ini dihitung nilai indeks PHI dan PHI-P (Poverty and Hunger Index Progress) menurut provinsi di Indonesia keadaan tahun2010.

    Hasil kegiatan PMT Pemulihan

    1. Jumlah anak yang mendapat makanan tambahan pemulihan dan hari anakmendapat makanan tambahan pemulihan selama pelaksanaan PMT Pemulihan.2. Status gizi balita Penambahan berat badan balita dicatat setiap bulan.Perkembangan status gizi balita (BB/PB atau BB/ TB) dicatat pada awal dan akhirpelaksanaan PMT Pemulihan serta dilaporkan oleh Kepala Puskesmas ke DinasKesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamelaporkan perkembangan status gizi ke Pusat* dengan tembusan ke DinasKesehatan Provinsi.

    ABSTRAK

    Underweight problem is often experienced by under-five children and is the most

    severe form of malnutrition especially protein-energy malnutrition that does not

    comply with the requirements in a long term. Protein-energy malnutrition remains

    one of nutritional problems in Indonesia. Under-five children is a group that is

    specifically prone to malnutrition. Higher concern needs to be addressed for

    nutritional status in under-five children because it is the period of rapid growth

    and development, besides that if nutritional problems happen at this age, it will be

    irreversible and will ultimately affect the quality of Human Resources. In 2012 at

    Kelapa Dua Public Health Center, the number of under-five children reached 3118

    people; among them 154 are underweight (4.97%), while 8 people are severely

    underweight (0.26%). One of many efforts made by Kelapa Dua Public Health

    center to improve nutritional status of children is to hold a Supplementary Feeding

    Program (distribution of biscuits and milk) which nutritional value has been

    measured well so that nutritional needs are met. In order to measure the success of

    this Supplementary Feeding Program, an evaluation of the program is conducted.

    Gizi buruk sering dialami oleh balita dan merupakan bentuk terparah dari proses

    kekurangan gizi terutama energi dan protein yang tidak sesuai dengankebutuhan dalam jangka waktu lama. Kurang Energi dan Protein (KEP) masih

  • 8/13/2019 Pmt Random

    6/7

    merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Kelompok usia balita

    merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Diperlukan

    perhatian lebih terhadap status gizi kelompok usia balita usia balita merupakan

    periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, selain itu bila

    terdapat gangguan pada usia ini, maka akan bersifat irreversible (tidak dapat

    pulih) sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas Sumber DayaManusia (SDM). Pada tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelapa Dua,

    jumlah balita mencapai 3118 jiwa, dengan gizi kurang sebanyak 154 jiwa

    (4,97%) dan gizi kurang sebanyak 8 jiwa (0,26%). Salah satu upaya yang

    dilakukan di wilaya kerja Puskesmas Kelapa Dua guna meningkatkan status gizi

    balita adalah dengan mengadakan program Pemberian Makanan Tambahan

    (PMT) yang nilai gizinya sudah terukur agar kebutuhan gizinya dapat terpenuhi.

    Untuk mengukur keberhasilan program PMT pemulihan diperlukan adanya

    evaluasi terhadap program tersebut. Pada evaluasi program ini didapatkan

    pelaksanaan program PMT secara garis besar telah berjalan dengan baik, namun

    masih didapatkan masalah yang setelah dianalisa dapat digunakan sebagai kunci

    keberhasil

    Dalam rangka meningkatkanu status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Curug,salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan program PemberianMakanan Tambahan (PMT) pada balita. Untuk mengukur keberhasilan program PMTdiperlukan adanya evaluasi terhadap program tersebut. Pada evaluasi program inididapatkan pelaksanaan program PMT berjalan baik sehingga terjadi perbaikan statusgizi.

    GUsia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangatpesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karenamerupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Untuk mengatasikekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakanPemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utamasehari-hari. PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menukhas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

    Kurang energi dan protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dankesehatan masyarakat di Indonesia. Pada masa balita, anak sedang mengalami proses

    pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan status gizi yang baik. Diwilayah kerja Puskesmas Curug, jumlah balita mencapai 10.000 jiwa, akan tetapi

    jumlah balita dengan gizi kurang dan gizi buruk mencapai 200 jiwa.Dalam rangka meningkatkanu status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Curug,salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan program PemberianMakanan Tambahan (PMT) pada balita. Untuk mengukur keberhasilan program PMTdiperlukan adanya evaluasi terhadap program tersebut. Pada evaluasi program inididapatkan pelaksanaan program PMT berjalan baik sehingga terjadi perbaikan status

    gizi.

  • 8/13/2019 Pmt Random

    7/7

    http://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-

    balita-puskesmas.html

    Dalam upaya mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita,

    Kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan yang komprehensif,

    meliputi pencegahan, promosi/edukasi dan penanggulangan balita gizi buruk.

    Upaya pencegahan dilaksanakan melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu.

    Penanggulangan balita gizi kurang dilakukan dengan pemberian makanan

    tambahan (PMT) sedangkan balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan

    susuai Tatalaksana Balita Gizi Buruk yang ada

    Kandungan dalam Biskuit dan Susu bendera

    Nilai Kalori yang Didapat per Takaran Saji

    Bahan Makanan Biskuit SUN @4

    keping/24 gr

    Susu Frisian Flag @ 7

    sendok takar/35 gr

    Lemak Total 2 gr 7,1 gr

    Protein 2 gr 5,4 gr

    Karbohidrat 18 gr 19 gr

    Energi Total 100 kkal per sajian 160 kkal per sajian

    http://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-balita-puskesmas.htmlhttp://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-balita-puskesmas.htmlhttp://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-balita-puskesmas.htmlhttp://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-balita-puskesmas.htmlhttp://mtsujarblogspotcom.blogspot.com/2012/07/mtsujar-evaluasi-pmt-balita-puskesmas.html