mcb dan pmt

Upload: aidil-syawani-kun

Post on 10-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

MCB PMT

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kebijakan Energi Nasional bertujuan untuk menyediakan energi

    listrik serta pelayanan terus-menerus dan merata dengan mutu dan

    tingkat keandalan secara terus-menerus yang memadai, dalam jumlah

    yang cukup untuk keperluan masyarakat dengan harga yang terjangkau

    untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan

    taraf hidup masyarakat. Pemerintah perlu meningkatkan pemasokan

    energi listrik guna memacu pertumbuhan ekonomi sehubungan dengan

    hal ini banyak sarana kelistrikkan seperti pembangkitan, trasmisi dan

    distribusi tenaga listrik yang sedang dan akan dibangun.

    Permasalahan yang paling mendasar pada distribusi daya listrik

    adalah pada mutu, kontinuitas dan ketersedian pelayanan daya listrik

    pada pelanggan. Penggunaan evaluasi keandalan sistem pada jaringan

    distribusi primer 20 kV merupakan salah satu faktor yang penting untuk

    menentukan segala langkah yang menjamin penanganan secara benar

    permasalahan yang mendasar tersebut, sehingga dapat diantisipasi

    terjadinya gangguan distribusi yang disebabkan karena menurunnya

    tingkat keandalan melampaui batas yang memadai atau karena

    kurangnya pemeliharaan, yang akan berakibat pada memendeknya umur

    dari peralatan yang bersangkutan

    Untuk mengetahui keandalan suatu penyulang maka ditetapkan

    suatu indeks keandalan yaitu besaran untuk membandingkan penampilan

    suatu sistem distribusi. Indeks-indeks keandalan yang sering dipakai

    dalam suatu sistem distribusi adalah SAIFI (System Average

    Interruption Frequency Index), SAIDI (System Average Interruption

    Frequency Index), CAIDI (Customer Average Interruption Frequency

    Index), ASAI (Average Service Availability Index). Indeks keandalan

    pada dasarnya adalah suatu angka atau parameter yang menunjukkan

    tingkat pelayanan atau tingkat keandalan dari pada suplai tenaga listrik

    kekonsumen. Selama ini untuk menghitung nilai-nilai indeks keandalan ,

    dilakukan dengan cara-cara yang konvensional, sehingga data-data yang

    diperoleh tidak akurat untuk menunjukkan keadaan yang sebenarnya

    terjadi di lapangan

  • Untuk memperbaiki keandalan suatu sistem tenaga listrik dengan

    mengurangi frekuensi dan durasi gangguan. Pada frekuensi gangguan,

    PLN telah melakukan pemeliharaan jaringan secara preventif sehingga

    jumlah gangguan dapat dikurangi. Sedangkan untuk durasi gangguan,

    telah disadari pentingnya otomasi sistem distribusi. Salah satunya

    dengan memasang Sectionalizer. Sectionalizer berfungsi untuk

    melokalisir seksi penyulang yang terganggu tetapi seksi penyulang yang

    lain tetap menyalurkan energi listrik ke beban. Hal ini dimaksudkan

    untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen dengan cara melokalisir

    gangguan dan mempercepat pencarian gangguan, terutama daerah

    pelanggan VIP, industri dan bisnis.

    1.2. Permasalahan dan Batasan Masalah

    Dalam tugas akhir ini akan dikemukakan tentang :

    1. Menghitung Indeks Keandalan SAIFI, SAIDI dan CAIDI

    berdasarkan laju kegagalan dan waktu perbaikan rata-rata serta

    jumlah konsumen pada setiap titik beban(load point).

    2. Berdasarkan indeks keandalan dapat diketahui lokasi-lokasi

    pada penyulang yang memerlukan perbaikan keandalannya.

    3. Angka keluar untuk standar perbaikan dan gangguan mengacu

    pada standar yang dipergunakan oleh PT. PLN (Persero)

    1.3. Tujuan Pembahasan

    Tujuan dari tugas akhir ini yaitu :

    1. Mengidentifikasi mode kegagalan

    2. Menghitung Indeks-indeks keandalan

    3. Mengevaluasi usaha tindakan perbaikan atau pencegahan

    terhadap mode kegagalan.

    1.4. Metodologi

    Dalam tugas akhir ini digunakan metode sebagai berikut :

    1. Studi literatur

    Meliputi studi definisi keandalan dan petunjuk matematis

    untuk keandalan sistem tenaga listrik, metoda pengerjaan

    FMEA.

  • 2. Pengumpulan data

    Meliputi pengumpulan struktur jaringan distribusi primer

    20 kV, data nilai laju kegagalan (failure rate), waktu

    perbaikan rata-rata, mode kegagalan, potential efek

    kegagalan peralatan yang ada di jaringan distribusi primer

    20 KV

    3. Pengolahan dan analisa data

    Perhitungan Indeks Keandalan pada setiap titik beban,

    berdasarkan laju kegagalan dan waktu perbaikan setiap

    seksi sepanjang penyulang jaringan distribusi. Dengan

    menggunakan metode ini maka dapat diketahui lokasi-

    lokasi mana pada jaringan yang perlu diperbaiki

    keandalannya. Baik melalui pemeliharaan jaringan maupun

    otomasisasi sistem

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

    adalah :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan dan batasan

    masalah, tujuan penelitian, metodologi yang digunakan,

    sistematika penulisan, serta relevansi.

    BAB II : SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

    Bab ini berisi tentang dasar teori yang digunakan dan

    menjadi ilmu penunjang bagi peneliti, berkenaan dengan

    masalah yang ingin diteliti yang berkaitan dengan sistem

    operasi sistem distribusi, peralatan pengaman, serta macam

    gangguan di jaringan.

    BAB III : KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

    Bab ini membahas tentang teori dan konsep dasar

    keandalan, Indeks keandalan sistem distribusi 20 KV,

    penjelasan metode Failure Modes and Effects Analysis

    (FMEA) dan contoh penerapannya pada jaringan distribusi

    20 KV yang sederhana

  • BAB IV : EVALUASI KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI

    20 KV DENGAN PENENTUAN LOKASI DAN

    JUMLAH SECTIONALIZER

    Bab ini berisi mengenai Perhitungan Indeks Keandalan

    menggunakan metode FMEA pada setiap titik beban (Load

    Point) sepanjang penyulang 20 KV, perhitungan Indeks

    Relatif CAIDI, penerapan metode FMEA dengan lokasi

    mode kegagalan yang berbeda, dan Upaya peningkatan

    keandalan

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan

    juga berisi saran-saran yang berhubungan dengan evaluasi

    keandalan jaringan distribusi 20 kv menggunakan metode

    failure modes and effects analysis (fmea)

    1.6. Relevansi

    Dari hasil evaluasi keandalan pada jaringan distribusi primer 20 KV

    dengan menggunakan metode FMEA (Failure Modes And Effects

    Analysis) diharapkan dapat diketahui keandalannya pada proses

    penyaluran serta pelayanan tenaga listrik dari pembangkitan ke

    konsumen. Dengan diketahui tingkat kegagalan dari masing-masing

    peralatan listrik terutama pada peralatan pengaman pada jaringan

    distribusi primer 20 KV, maka masalah-masalah gangguan pada

    pendistribusian tenaga listrik yang mempengaruhi kualitas listrik dapat

    dikurangi

  • BAB II

    SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

    2.1 Deskripsi Sistem Tenaga Listrik

    Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

    mengandung empat unsur Pertama, adanya suatu unsur pembangkit

    tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik itu

    biasanya merupakan tegangan menengah (TM). Kedua, suatu sistem

    transmisi, lengkap dengan gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya

    jauh, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi (TT), atau tegangan

    extra tinggi (TET). Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya

    terdiri atas saluran distribusi primer dengan tegangan menengah (TM)

    dan saluran distribusi sekunder dengan tegangan rendah (TR). Keempat,

    adanya unsur pemakaian atas utilisasi, yang terdiri atas instalasi

    pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai

    tegangan rendah, sedangkan pemakai besar seperti industri

    mempergunakan tegangan menengah atau tegangan tinggi. Gambar 2.1

    memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik.

    Energi listrik dibangkitkan pada pembangkit tenaga listrik (PTL)

    yang dapat merupakan suatu pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat

    listrik tenaga air (PLTA), pusat listrik tenaga gas (PLTG), pusat listrik

    tenaga diesel (PLTD), ataupun pusat listrik tenaga nuklir (PLTN). PTL

    biasanya membangkitkan energi listrik pada tegangan menengah (TM),

    yaitu pada umumnya antara 6 dan 20 KV.

    Pada sistem tenaga listrik yang besar, atau bilamana PTL terletak

    jauh dari pemakai, maka tenaga listrik itu perlu diangkut melalui saluran

    transmisi, dan tegangannya harus dinaikkan dari TM menjadi tegangan

    tinggi (TT). Pada jarak yang sangat jauh malah diperlukan tegangan

    ekstra tinggi (TET). Menaikkan tegangan itu dilakukan di gardu induk

    (GI) dengan mempergunakan transformator penaik (step-up

    transformer).

    Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan

    suatu industri atau kota, tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan

    menengah (TM). Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan

    mempergunakan transformator penurun (step down transformer). Di

    Indonesia tegangan menengah adalah 20 KV. Saluran 20 KV ini

    menelusuri jalan-jalan di seluruh kota, dan merupakan sistem distribusi

    primer.

  • Di tepi-tepi jalan, biasnya berdekatan dengan persimpangan

    terdapat gardu-gardu distribusi (GD). Yang mengubah tegangan

    menengah menjadi tegangan rendah melalui transformator distribusi.

    Melalui tiang-tiang listrik yang terlihat di tepi jalan, tenaga listrik

    tegangan rendah disalurkan kepada konsumen. Di Indonesia, tegangan

    rendah adalah 220/380 volt, dan merupakan sistem distribusi sekunder.

    Gambar 2.1 1

    Sistem Tenaga Listrik

    1 Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2000. hal 5

  • 2.2 Sistem Operasi Jaringan Distribusi

    Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik

    secara keseluruhan, sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan

    tenaga listrik dari sumber daya besar (Bulk Power Source) sampai ke

    konsumen.

    Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri

    atas beberapa bagian, sebagai berikut :

    Gardu Induk (GI)

    Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer

    Gardu Distribusi (GD)

    Saluran Tegangan Rendah (TR)

    Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi

    kemudian menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju

    gardu distribusi. Sistem jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian

    yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.

    Jaringan distribusi primer umumnya bertegangan tinggi (20 KV atau 6

    KV). Tegangan tersebut kemudian diturunkan oleh transformator

    distribusi pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah (220 atau 380

    volt) untuk selanjutnya disalurkan ke konsumen melalui saluran

    distribusi primer.

    2.2.1 Gardu Induk Pada Sistem Distribusi

    Gardu Induk adalah suatu instalasi, terdiri dari peralatan listrik

    yang berfungsi untuk :

    1. Transformasi tenaga listrik tegangan tinggi yang satu ke

    tegangan tinggi yang lainnya atau ke tegangan menengah.

    2. Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan

    dari sistem tenaga listrik.

    3. Pengaturan daya ke gardu-gardu induk lain melalui tegangan

    tinggi dan gardu-gardu distribusi melalui feeder tegangan

    menengah.

    Peralatan dan fasilitas penting yang menunjang untuk

    kepentingan pengaturan distribusi tenaga listrik yang ada di Gardu Induk

    adalah :

  • a. Sisi Tegangan Tinggi

    - Transformator Daya

    - Pemutus Tenaga (CB)

    - Saklar Pemisah (DS)

    - Pengubah transformator Berbeban

    - Transformator Arus (CT)

    - Transformator Tegangan (PT)

    b. Sisi Tegangan Menengah

    - Pemutus Tenaga trafo (incoming circuit Breaker)

    - Pemutus Tenaga Kabel (outgoing Circuit Breaker)

    - Trafo Arus (CT)

    - Trafo Tegangan (PT)

    c. Peralatan Kontrol

    - Panel Kontrol

    - Panel Relay

    - Meter-meter pengukuran

    2.2.2 Sistem Distribusi Primer

    Sistem distribusi primer merupakan bagian dari sistem distribusi

    yang berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik

    dari pusat suplai daya besar (Bulk Power Source) atau disebut gardu

    induk ke pusat-pusat beban. Sistem distribusi primer atau sistem

    distribusi tegangan menengah tersususn oleh penyulang utama (main

    feeder) dan penyulang percabangan (lateral). Jaringan distribusi di

    Indonesia adalah jaringan distribusi bertegangan 20 KV.

    2.2.3 Sistem Distribusi Sekunder

    Sistem distribusi sekunder merupakan bagian dari sistem

    distribusi, yang bertugas mendistribusikan tenaga listrik secara langsung

    dari trafo distribusi ke pelanggan. Jaringan distribusi sekunder di

    Indonesia adalah jaringan distribusi bertegangan 220/380 Volt.

    Untuk selanjutnya pada pembahasan tugas akhir ini, sistem

    distribusi yang dimaksud adalah sistem distribusi primer atau sistem

    distribusi tegangan menengah 20 KV.

  • 2.3 Pemilihan Sistem Jaringan Distribusi

    Bermacam-macam bentuk konfugurasi jaringan yang berbeda

    diambil untuk bermacam-macam jaringan-transmisi, subtransmisi, dan

    distribusi, yang menunjukkan jumlah kebutuhan daya dan keamanan

    jaringan. Misalnya, jaringan transmisi utama membawa daya yang besar

    untuk banyak konsumen, ini lebih penting daripada jaringan distribusi

    tegangan rendah di jalan, karena bila jaringan utama mengalami

    gangguan konsumen yang menderita lebih banyak. Karenanya, biasanya

    dipakai jaringan loop untuk rangkaian ini. Jaringan ini memberikan

    kapasitas siap yang lebih besar dari yang biasanya dipakai untuk

    distribusi tegangan rendah untuk mencatu rumah tangga. Sebagai

    tambahan terhadap aspek keandalan, konsumen yang banyak dan

    tentunya banyak titik catu pada jaringan tegangan rendah ini berarti

    untuk memenuhi catu tegangan untuk tiap konsumen terakhir terhambat

    karena mahal. Untuk saluran catu yang panjang di pedesaan,

    keandalannya sering kali dapat diperbaiki dengan menggunakan titik

    dalam bentuk rangkaian pemutus arus, yang akan memutus satu bagian

    dari saluran dan mencegah seluruh saluran catu terputus dari sumber

    daya.

    Sistem distribusi akan lebih efektif bila digunakan bentuk atau

    tipe sistem distribusi yang berbeda-beda, mengingat disesuaikan dengan

    keadaan beban maupun dengan hal-hal yang mempengaruhi sistem, dan

    di dalam pemilihan tipe sistem distribusi tidak terleaps dari persyaratan-

    persyaratan yang harus dipenuhi sebagai berikut :

    Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi

    pemutusan.

    Keandalan yang tinggi, antara lain meliputi :

    - Kapasitas daya yang memenuhi.

    - Tegangan yang selalu konstan dan nominal.

    - Frekuensi yang selalu konstan.

    Penyebaran daerah beban yang seimbang.

    Fleksibel dalam dalam pengembangan dan perluasan,

    tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat

    tetapi kemungkinan pengembangan beban yang harus

    dilayani.

    Tegangan jatuh yang sekecil mungkin.

    Pertimbangan ekonomis, menyangkut perhitungan

    untung rugi baik secara komersial, maupun dalam

    rangka penghematan anggaran yang tersedia.

  • 2.4 Saluran Udara dan Saluran Bawah Tanah

    Sistem distribusi dapat dilakukan baik dengan saluran udara

    maupun dengan saluran bawah tanah. Biasanya saluran udara, walupun

    untuk kepadatan beban yang lebih besar di kota-kota atau atau daerah

    metropolitan digunakan saluran bawah tanah. Pilihan antara saluran

    udara dan bawah tanah terganutng pada sejumlah factor yang sangat

    berlainan, antara lain pentingnya kontinuitas pelayanan, arah

    perkembangan daerah, biaya pemeliharaan tahunan yang sama, biaya

    modal dan umur manfaat sistem tesebut.

    Pada sistem distribusi primer digunakan tegangan menengah tiga

    fase tanpa penghantar netral, sehingga terdapat tiga kawat. Bebeda

    halnya dengan tegangan rendah, digunakan penghantar netral,sehingga

    terdapat empat kawat. Di daerah-daerah dengan banyak gangguan cuaca,

    terutama yang berbentuk petir, saluran dapat dilengkapi dengan kawat

    petir. Kawat ini dipasang disebelah atas penghantar, dan dihubungkan

    dengan tanah. Bilamana ada gangguan petir, maka yang terlebuh dahulu

    tersambar adalah kawat petir itu. Energi petir disalurkan ke bumi

    melalui sistem pentanahan.

    Saluran udara merupakan penghantar energi listrik, tegangan

    menengah ataupun tegangan rendah, yang dipasang diatas tiang-tiang

    listrik di luar bangunan. Sedangkan pada kabel tanah penghantarnya

    dibungkus dengan bahan isolasi. Kabel tanah dapat dipakai untuk

    tegangan menengah ataupun tegangan rendah. Sebagaimana namanya,

    kabel tanah ditanam dalam tanah. Instalasi saluran udara jauh lebih

    murah daripada instalasi kabel tanah. Di lain pihak, instalasi kabel tanah

    lebih mudah pemeliharaannya dibanding dengan saluran udara. Lagi

    pula, instalasi kabel tanah lebih indah, karena tidak terlihat, sedangkan

    saluran udara mengganggu pemandangan dan lingkungan. Karenanya, di

    kota-kota besar dengan kepadatan pemakain energi listrik yang tinggi,

    saluran tegangan menengah biasanya merupakan kabel tanah, bahkan

    sering juga saluran tegangan rendah. Tingginya biaya instalasi kabel

    tanah dapat dipertanggungjawabkan oleh karena tingginya kepadatan

    pemakain energi listrik. Sekalipun operasi dan pemeliharan lebih

    mudah, tetapi bilamana terjadi gangguan pada kabel tanah, perbaikannya

    merupakan pekerjaan yang sukar, lebih-lebih bilamana kabel ini ditanam

    di jalanan yang lalu-lintasnya padat.

  • 2.4.1 Saluran Udara

    Saluran udara digunakan pada pemasangan di luar bangunan,

    direnggangkan pada isolator-isolator diantara tiang-tiang sepanjang

    beban yang dilalui suplai tenaga listrik,mulai gardu induk sampai ke

    pusat beban ujung akhir.

    Jaringan udara direncakan untuk kawasan dengan kepadatan

    beban rendah atau sangat rendah, misalnya pinggiran kota,

    kampung/kota-kota kecil, dan tempat tempat-tempat yang jauh serta luas

    dengan beban tersebar. Seringkali digunakan untuk melayani daerah

    yang sedang berkembang sebagai tahapan sementara. Kota-kota besaar

    dengan mayoritas perumahan kebanyakan menggunakan jaringan udara.

    Bahan yang banyak dipakai untuk kawat penghantar adalah

    tembaga dan alumunium. Secara teknis, tembaga lebih baik daripada

    aluminium, karena memiliki daya hantar arus yang lebih tinggi. Namun

    karena harga tembaga yang tinggi, lagipula memiliki kecenderungan

    untuk senantiasa naik, kian lama pemakaian kawat alumunium lebih

    banyak dipakai. Apalagi, kawat tembaga sering menjadi sasaran

    pencurian karena dapat diolah untuk pembuatan barang-barang laian

    yang laku di pasaran. Karenanya kawat alumunium berinti baja (ASCR

    atau Alumunium Cable Steel Reinforced ) banyak dipakai untuk saluran

    udara tegangan tinggi maupun tegangan menengah. Sedangkan untuk

    saluran tegangan rendah banyak dipakai kawat alumunium telanjang (

    AAC atau All Alumunium Cable). Kini untk saluran udara banyak juga

    dipakai kawat udara alumunium punter berisolasi.

    Beberapa pertimbangan untuk saluran udara dapat disebut seperti

    berikut

    Keuntungan atau kelebihan berupa :

    Investasi atau biaya untuk membangun aluran udara jauh lebih

    rendah dibanding dengan kabel tanah, yaitu berbanding sekitar 1 :5-

    6, bahkan lebih tinggi untuk tegangan yang lebih tinggi.

    Kawat untuk daerah-daerah yang lahannya merupakan batu, lebih

    mudah membuat lubang untuk tiang listrik daripada membuat jalur

    lubang bagi kabel tanah.

    Terutama untuk tegangan extra tingi, masing-masing fase dapat

    diletakkan cukup jauh terpisah.

    Pemeliharaan lebih mudah dan mencari tempat saluran terganggu

    juga jauh lebih mudah.

    Kerugian atau kekurangan pada saluran udara berupa:

  • Lebih mudah terganggu karena angin ribut, hujan, petir, maupun

    anak-anak yang main layang-layang.

    Menggangu pemandangan dan bahkan dianggap mengganggu

    lingkungan.

    Bilamana terjadi kawat putus, dapat membahayakan manusia.

    Khusus untuk tegangan tinggi, medan elektromagnetik yang berasal

    dari saluran udara, sering dianggap berbahaya utnuk keselamatan

    manusia.

    2.4.2 Saluran Bawah Tanah

    Untuk saluran bawah tanah sistem penyaluran tenaga listriknya

    akan dilakukan di bawah tanah sepanjang saluran yang digunakan

    adalah kabel tanah yang direntangkan sepanjang daerah beban yang

    dilaluinya. Bahan untuk kabel tanah pada umumnya terdiri atas tembaga

    dan alumunium. Sebagai isolasi dipergunakan bahan-bahan berupa

    kertas serta perlindungan mekanikal berupa timah hitam. Untuk

    tegangan menengah sering juga dipakai minyak sebagai isolasi. Jenis

    kabel yangs sering digunakan adalah GPLK (Gewapend Papier Lood

    Kabel)atau NKBA (Normalkabel mit Bleimantel Ausenumheullung).

    Kabel ini jenis kabel minyak dengan bahan isolasi XLPE (Cross-Linked

    Polyethylene).

    Jaringan bawah tanah direncanakan untuk kawasan dengan padat

    beban lebih tinggi, misalnya kota metropolitan atau kota-kota besar.

    Untuk kawasan dengan padat beban sedang atau tidak seragam biasanya

    menggunakan jaringan campuran. Bagian-bagaian kabel untuk melayani

    daerah industri, perdagangan dan kantor-kantor.

    Penanaman kabel dapat dilakukan secara langsung atau memakai

    pipa pelindung. Pemakaian kabel tanah dengan pipa pelindung

    dilakukan untuk keperluan setempat, misalnya jaringan menyebrang

    sungai, instalasi didalam gedung dan lain-lain. Selain itu penanaman dan

    perentangan kabel tanah didalam lubang yang telah digali perlu

    penanganan khusus, karena hal ini akan mempengaruhi umur maupun

    kemampuan kabel dalam penyaluran tenaga.

    Beberapa pertimbangan untuk kabel tanah dapat disebut seperti

    berikut.

    Keuntungan atau kelebihan berupa:

    Kabel tanah tidak terlihat, maka tidak mengganggu pemandangan

    atau lingkungan. Hal ini penting untuk kota yang padat

    penduduknya seta padat lalu-lintas kendaraan.

  • Pengoperasiannya lebih mudah karena tidak terpengaruh oleh hujan,

    petir, atau angin rebut.

    Sedangkan kerugian atau kekurangan adalah :

    Harganya yang tinggi, lebih-lebih untuk tegangan yang tinggi.

    Bilamana terjadi gangguan, tidak mudah untuk menemukan tempat

    gangguan terjadi. Lagipula, melakukan reparasi pada kabel yang

    rusak, sangat sulit karena mengganggu lalu-lintas kendaraan,

    sehingga menambah masalah kemacetan lalu-lintas.

    Dengan memperhatikan apa yang dikemukakan diatas dapat

    secara umum disimpulkan bahwa untuk saluran udara lebih

    menguntungkan pada :

    Tegangan yang tinggi atau extra tinggi.

    Penggunaan diluar daerah perkotaan.

    Kota yang penduduknya tidak terlalu padat.

    Sedangkan untuk kabel tanah lebih cocok bagi :

    Tegangan menengah.

    Kota yang berpenduduk padat dan lalu-lintas ramai.

    2.5 Sistem Pengaman pada Sistem Jaringan Distribusi

    Agar suatu sistem distribusi dapat berfungsi dengan secara baik,

    gangguan-gangguan yang terjadi pada tiap bagian harus dapat dideteksi

    dan dipisahkan dari sistem lainnya dalam waktu yang secepatnya,

    bahkan kalau dapat, mungkin pada awal terjadinya gangguan.

    Keberhasilan berfungsinya proteksi memerlukan adanya suatu

    koordinasi antara berbagai alat proteksi yang dipakai. Adapun fungsi

    sistem pengaman adalah :

    Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari

    gangguan.

    Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk

    mencegah kerusakan.

    Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta macam

    dari kegagalan

    Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan

    keandalan yang tinggi kepada konsumen.

    Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama

    terhadap bahaya yang ditimbulkan listrik.

    Dalam usaha menjaga kontinuitas pelayanan tenaga listrik dan

    menjaga agar peralatan pada jaringan primer 20 kV tidak mengalami

    kerusakan total akibat gangguan, maka mutlak diperlukan peralatan

  • pengaman. Adapun peralatan pengaman yang digunakan pada jaringan

    tegangan menengah 20 kV terbagi menjadi :

    Peralatan pemisah atau penghubung

    Peralatan pengaman arus lebih

    Peralatan pengaman tegangan lebih.

    2.5.1 Peralatan Pemisah atau Penghubung

    Fungsi dari pemutus beban atau pemutus daya (PMT) adalah

    untuk mempermudah dalam membuka dan menutup suatu saluran yang

    menghubungkan sumber dengan beban baik dalam keadaan normal

    maupun dalam keadaan gangguan.

    Jenis pemutus yang digunakan pada gardu adalah :

    Circuit Breaker (Pemutus Tenaga)

    Disconnecting Switch (DS)

    Sedangkan pemutus pada jaringan adalah :

    Load Break Switch (LBS)

    Vacum Switch (AVS)

    2.5.1.1 Circuit Breaker (Pemutus Tenaga)

    Gardu Induk merupakan pemusatan tenaga listrik yang dihasilkan

    oleh pusat-pusat pembangkit. Di tempat ini dilaksanakan hubungan

    interkoneksi antara pembangkit-pembangkit tersebut, melalui sistem

    transmisi disalurkan dan kemudian didistribusikan kepada konsumen.

    Saluran transmisi dihubungkan dengan ril (bus) melalui transformator

    utama, dimana setiap saluran tersebut dilengkapi dengan Circuit Breaker

    (CB) dan Disconnecting Switch (DS). Circuit Breaker, dapat

    diopperasikan secara otomatis maupun secara manual dengan waktu

    pemutusan/penyambungan yang tetap sama, sebab faktor ini ditentukan

    oleh struktur mekanismenya yang mengunakan pegas-pegas. Karena itu

    CB dapat dioperasikan untuk memutus maupun menghubungkan

    rangkaian dalam keadaan dilalui arus beban atau tidak, yang dilengkapi

    dengan alat pemadam busur api. Busur api yang terjadi pada waktu

    pemisahan kontak akan dapat dipadamkan oleh suatu media isolasi yang

    dipakai oleh Circuit Breaker tersebut.

    Dalam keadaan tidak normal (gangguan) Circuit Breaker adalah

    merupakan saklar otomatis yang dapat memisahkan arus gangguan,

    dimana untuk mengerjakan atau mengoperasikan Circuit Breaker dalam

    keadaan tidak normal ini umumnya digunakan suatu rangkaian trip yang

  • mendapat signal dari suatu rangkaian relay pengaman. Fungsi rangkaian

    relay adalah mengamankan sistem terhadap gangguan yang berbeda-

    beda macamnya dan untuk ini diperlukan koordinasi tersendiri

    Tidak hanya tergantung pada keadaan arus nominal saja, tetapi

    juga tergantung pada keadaan arus maximum yang mungkin tejadi pada

    saat gangguan disebut juga momentary current. Dan juga arus yang

    masih ditahan oleh Circuit Breaker sesudah kontak Circuit Breaker

    membuka beberapa cycle yaitu interrupting current, serta sistem

    tegangan dimana Circuit Beaker ditempatkan..

    2.5.1.2 Disconecting Switch (Saklar Pemisah)

    Disconnecting Switch, merupakan alat pemutus rangkaian yang

    dioperasikan secara manual, karena waktu pemutusan terjadi sangat

    subyektif, tergantung pada subyek operatornya. Hal ini merupakan

    alasan utama, mengapa Disconnecting Switch tidak boleh dioperasikan

    pada saat rangkaian dalam keadaan dilalui arus beban. Tugas utama alat

    ini umumnya digunakan untuk memutus rangkaian dalam rangka

    perbaikan atau pemeliharaan. Terdiri dari buah terminal terisolir dari

    tanah dan terpisah diantaranya oleh jarak isolasi (isolating distance).

    Saklar pemisah merupakan suatu peralatan yang merupakan

    pasangan circuit breaker. Fungsi saklar pemisah yaitu memisahkan suatu

    bagian beban dari sumbernya pada keadaan tidak berarus, sehingga

    dapat dilihat atau dipisahkan dengan pasti bagian yang hidup dengan

    bagian yang tidak. Hubungan rangkaian pemutus daya dan saklar

    pemisah adalah menempatkan pemutus daya diantara dua buah saklar

    pemisah.

    Pada umumnya hubungan pemutus daya dan saklar pemisah

    dilaksanakan dengan sistem interlock. Yang dimaksud dengan interlock

    adalah agar tidak salah pengoperasian dari dua buah peralatan. Dengan

    demikian saklar pemisah tidak digunakan untuk memutuskan arus beban

    dan bekerjanya dengan urutan tertentu yaitu pembukaan saklar pemisah

    selalu didahului oleh pembukaan pemutus daya dan menutupnya

    pemutus daya sesudah saklar pemisah ditutup. Beberapa fungsi saklar

    pemisah dalam gardu induk adalah :

    Untuk mengisolir pemutus daya pada saat dilakukan

    pemeliharaan pemutus daya.

    Sebagai komponen simpangan (bypassing) dari pemutus data

    guna menjamin kontinuitas penyaluran daya pada saat

    dilakukan pemeliharaan pemutus daya.

  • Untuk memutuskan dan menghubungkan rel daya dan

    transformatos daya dalam keadaan tanpa beban.

    Sukar atau mudahnya pemeliharaan ditentukan oleh metode

    penempatannya. Sebaiknya saklar pemisah diletakkan pada tempat yang

    aman dan mudah dicapai guna pemeliharaan. Untuk mengamankan

    operator sewaktu dilakukan pemeliharaan peralatan, maka saklar

    pemisah dilengkapi dengan saklar pentanahan (earthing switch). Saklar

    pentanahan dipasang antara bagian yang bertegangan dari saklar

    pemisah dengan konduktor yang ditanahkan. Saklar pentanahan dapat

    ditutup hanya jika saklar pemisah telah dibuka. Untuk menjamin hal

    tersebut maka saklar pemisah dengan saklar pentanahan dipasang saling

    mengunci (interlock).

    Meskipun Disconnecting Switch tidak dimaksudkan untuk

    memutuskan arus beban nominal maupun arus hubung singkat akan

    tetapi memenuhi persyaratan tertentu.

    Syarat-syarat yang harus dipenuhi :

    Mempunyai kapasitas arus nominal 15% diatas arus beban

    penuh.

    Harus sanggup menahan tegangan nominal hingga tegangan

    10% diatas gangguan nominal.

    Dalam keadaan tertutup harus mampu menahan momentary

    current pada waktu terjadi hubung singkat.

    Dapat menahan timbulnya beban termis dan gaya

    elektrodinamis yang timbul pada saat terjadinya gangguan

    hubung singkat.

    2.5.1.3 Automatic Vacuum Switch (AVS)

    Suatu peralatan pemutus yang bekerja secara otomatis untuk

    membebaskan seksi-seksi yang terganggu dari suatu sistem distribusi

    jaringan distribusi tenaga listrik atau dengan kata lain membebaskan

    atau melokalisir daerah yang teganggu tetap mendapatkan supply tenaga

    listrik. Pemasangan AVS pada jaringan distribusi tenaga listrik 20 KV

    dilengkapi dengan pemasangan recloser (pemutus balik otomatis) dan

    fault section indicator penyulang. Hal ini dimaksudkan untuk

    mengoptimalkan kerja dari AVS. Kontruksi AVS terdiri dari beberapa

    bagian antara lain :

    1. Vacum Switch (VS)

    Merupakan saklar yang menggunakan media hampa udara

    untuk memadamkan busur api yang timbul diantara

  • kontak-kontaknya pada saat menyambung dan

    memutuskan beban, dan sebagai bahan penyekat (isolasi)

    pada saat VS membuka (off).

    2. Kotak Pengatur AVS Tree type

    Kotak pengatur ini memperoleh supply daya listrik dari

    satu atau dua buah power control transformator 20 / 0.13

    KV 3.9 KV. Kotak pengatur ini terdiri dari : Power

    Supply Switch (SW), digunakan untuk menghubungkan

    kotak pengatur dengan power control transformator.

    2.5.2 Peralatan Pengaman Arus Lebih

    Fungsi dari peralatan pengaman arus lebih adalah untuk

    mengatasi gangguan arus lebih pada sistem distribusi sebelum gangguan

    tersebut meluas keseluruh sistem yang ada.

    Peralatan yang banyak digunakan pada jaringan distribusi dari

    Jawa Timur adalah :

    Fuse Cut Out

    Rele Arus Lebih

    Recloser (Pemutus Balik Otomatis)

    a. Fuse Cut Out

    Fuse merupakan kombinasi alat pelindung dan pemutus

    rangkaian, yang mempunyai prinsip melebur (expulsion) atau

    mengamankan gangguan permanen antara fasa ke tanah, apalagi dilewati

    arus yang besarnya melebihi rating arusnya. Apabila terjadi gangguan

    maka elemen pelebur yang terletak pada tabung fiber akan meleleh dan

    terjadi busur api yang akan mengenai tabung fiber sehingga

    menghasilkan gas yang dapat segera mematikan busur api.

    Karakteristik waktu/arus dari sebuah fuse adalah sekitar I2t.

    karakteristik arus waktu dari berbagai sambungan fuse yang berbeda,

    elemen-elemnnya berbeda dan membutuhkan perhatian yang hati-hati

    untuk memakainya pada sebuah sistem.

    Untuk semua jenis fuse, batas arus fusenya biasanya lebih tinggi

    daripada arus normalnya. Factor penting yang mempengaruhi batas arus

    yang sesuai dari fuse adalah arus beban lebih yang mungkin pada

    rangkaian termasuk harnmonisa yang ada, naiknya arus lebih bersamaan

    arus ke transformator, starting motor, kapasitor. Fuse-fuse yang

    melewatkan arus melampaui batas arus untuk waktu lebih lama daripada

    waktu melewatkan arus pemutus minimum dapat mengalami kerusakan

  • yang dapat mempengaruhi karakteristiknya, terutama kemampuan

    memutus.

    b. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

    Relai merupakan peralatan pengaman yang dipasang pada peralatan

    yang berfungsi untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan yang

    mungkin terjadi. Tujuan dipasang relai pengaman adalah :

    - Menghindari atau mengurangi kerusakan yang terjadi akibat

    gangguan pada alat yang dilalui arus gangguan.

    - Menyelamatkan sistem atau bagian sistem lainnya yang tidak

    terganggu supaya tetap dapat bekerja terus, dengan cara melepaskan

    bagian sistem yang terganggu sedemikian rupa sehingga

    penyimpangan atau kesalahan akibat gangguan tersebut tidak

    memberikan akibat negative yang lebih luas terhadap keseluruhan

    sistem yang ada.

    Peralatan proteksi harus dirancang sedemikian rupa sehingga

    gangguan dapat dengan segera diputuskan atau dihilangkan. Suatu

    gangguan yang serius dapat menyebabkan pemutusan yang cepat dan

    dapat kerusakan pada peralatan. Gangguan yang terjadi secara tidak

    langsung harus diketahui oleh operator sehingga peralatan dapat

    dioperasikan di luar daerah kritis. Kejadian-kejadian yang sangat

    berbahaya bagi operasi generator ataupun transformator adalah hubung

    singkat, gangguan ke tanah, penguatan kurang, arus lebih dan panas

    berlebihan.

    Relay pengaman merupakan bentuk dasar dari peralatan listrik

    otomatik dan sangat perlu untuk kerja dari sistem distribusi daya yang

    modern bahkan tergantung padanya. Bila terjadi gangguan baik arus,

    tegangan, frekuensi dan daya, relay pengaman akan mendeteksi dan

    memutus bagian yang mengalami gangguan dari sistem. Selanjutnya

    akan mengembalikan ke keadaan normal atau membangkitkan sinyal

    peringatan kepada operator.

    Relay jenis ini adalah besar-nya arus yang masuk ke dalam relay,

    atau relay arus lebih (over current relays). Relay ini memberikan reaksi

    terhadap besarnya arus masukan, dan bekerja untuk memutuskan (trip)

    bilamana besarnya arus melebihi nilai tertentu yang dapat diatur.

    Relay arus lebih akan menutup kontak kontaknya untuk

    menggerakkan rangkaian yang menyebabkan saklar daya membuka atau

    menutup bilamana arus mencapai suatu nilai yang telah ditentukan

  • terdahulu. Dengan demikian, maka pada relay arus lebih terdapat

    kepekaan terhadap besar arus yang mengalir.

    Relay arus lebih dikategorikan menjadi 3 yaitu :

    Relay arus lebih seketika (instantaneous over current relay)

    Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu (definite

    time over current relay )

    Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu terbalik

    (inverse time over current relay )

    Relay arus lebih seketika adalah relay yang bekerjanya tanpa

    penundaan waktu atau jangka waktu relay mulai saat relay arusnya

    pickup sampai selesai, sangat singkat (sekitar 20 sampai 100 ms).

    Relay arus lebih dengan karakteristik tunda waktu tertentu, yaitu

    suatu relay dengan jangka waktu mulai relay arus pickup sampai

    selesainya kerja relay diperpanjang dengan nilai atau waktu tertentu.

    Sehingga apabila arus yang mengalir telah melebihi arus setting maka

    relay akan bekerja sesuai dengan waktu penundaan yang telah

    ditetapkan. Ada beberapa jenis relay arus lebih dengan tunda waktu, hal

    ini sangat tergantung pada karakteristik waktu tundanya. Berdasarkan

    tunda waktu kerjanya, relay lebih dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :

    Waktu tertentu (definite time).

    Waktu minimal tertentu terbalik (inverse definite minimum

    time/IDMT).

    Sangat berbanding terbalik (very inverse).

    Sangat berbanding terbalik sekali (extremely inverse).

    Pada jaringan distribusi di Jawa Timur relay arus lebih yang

    digunakan adalah jenis inverse dan inverse definite minimum time

    (IDMT). Masing-masing disetting dengan operasi cepat atau dengan

    waktu diperlambat (delay).

    c. Recloser

    Sebagian besar gangguan (80-95%) pada jaringan distribusi dan

    transmisi adalah bersifat temporer (sementara), berlangsung dari

    beberapa cycle sampai beberapa detik. Penyebab gangguan kebanyakan

    disebabkan oleh dahan/ranting pohon yang mengenai saluran udara.

    Penutup balik adalah alat pengaman arus lebih yang diatur waktu untuk

    memutus dan menutup kembali secara otomatis, terutama untuk

    membebaskan dari gangguan yang bersifat temporer (sementara), sering

    juga disebut dengan recloser.

  • Recloser dilengkapi dengan sarana indikasi arus lebih, pengatur

    waktu operasi, serta penutupan kembali secara otomatis. Desain dari

    recloser memungkinkan untuk dapat membuka kontak-kontaknya secara

    tetap dan terkunci/lock out, sesuai pemrogramannya setelah melalui

    beberapa kali operasi buka-tutup.

    Pada gangguan yang bersifat sementara, recloser akan membuka

    dan menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya

    bersifat tetap/ permanent, maka recloser akan membuka kontak-

    kontaknya secara tetap dan terkunci/lock out. Apabila gangguan telah

    dihilangkan, maka recloser dapat ditutup kembali.

    Recloser biasanya dipasang pada sebuah atau lebih cabang

    (lateral) pada jaringan sehingga gangguan yang terjadi tidak

    mempengaruhi seluruh jaringan. Recloser dapat diatur dengan beberapa

    operasi berbeda , yaitu :

    Dua kali operasi seketika (membuka dan menutup) diikuti

    dua kali operasi waktu tunda maka recloser akan

    mengunci.

    Satu kali operasi seketika diikuti tiga kali operasi waktu

    tunda.

    Tiga kali operasi ditambah satu kali operasi waktu tunda.

    Empat kali operasi seketika.

    Emapt kali operasi waktu tunda.

    d. Directional Over Current Ground Relay

    Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak

    dapat dihindarkan. Gangguan terjadi dapat dikarenakan karenakan

    adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat berupa

    berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban dan lepasnya

    peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem. Gangguan yang sering

    terjadi pada saluran distribusi adalah gangguan hubung singkat satu fasa

    ke tanah yang sifatnya temporer, sehingga untuk mengatasinya

    digunakan Directional Over Current Ground Relay (DOCGR). DOCGR

    ini hanya akan bekerja apabila gangguannya adalah gangguan fasa ke

    tanah. Untuk gangguan fasa ke fasa DOCGR tidak akan dapat

    mendeteksinya.

    Di Jawa Timur DOCGR dipasang di gardu-gardu induk bersama-

    sama dengan circuit breaker dan digunakan sebagai pengaman utama

    untuk mengamankan jaringan distribusi terhadap gangguan hubung

    singkat fasa ke tanah.

  • 2.5.3 Peralatan Pengaman Tegangan Lebih

    Pada sistem distribusi, gangguan dapat terjadi akibat adanya

    tegangan lebih. Gangguan ini bisa terjadi akibat proses switching pada

    saluran dan akibat sambaran petir. Petir yang kita kenal sekarang ini

    terjadi akibat awan dengan muatan tertentu menginduksi muatan yang

    ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan

    induksi pun makin besar pula sehingga beda potensial antara awan

    dengan bumi juga makin besar. Kejadian ini diikuti pelopor menurun

    dari awan dan diikuti pula dengan adanya pelopor menaik dari bumi

    yang mendekati pelopor menurun. Pada saat itulah terjadi apa yang

    dinamakan petir.

    Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan.

    Atau dengan kata lain benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang

    besar tersambar petir. Transmisi tenaga listrik di darat dianggap lebih

    efektif menggunakan saluran udara dengan mempertimbangkan faktor

    teknis dan ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan menjadi

    sasaran sambaran petir langsung. Apalagi saluran udara yang melewati

    perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih dekat dengan awan dan

    mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir.

    Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik.

    Oleh karena itu peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan

    tegangan lebih dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih,

    seperti :

    Kawat tanah (Overhead Groundwire)

    Lightning Arrester (LA)

    a. Kawat tanah (Overhead Groundwire)

    Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada

    beberapa cara yang dapat diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah

    adalah dengan menggunakan kawat tanah (overhead groundwire) pada

    saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa kawat

    tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat

    phasa dengan daerah/zona tertentu.

    kawat tanah yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga

    listrik, diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang sejajar

    dengan kawat phasa. kawat tanah ini dapat ditanahkan secara langsung

    atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang pendek.

  • Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan

    yang baik pada setiap menara listrik. Jika petir menyambar pada kawat

    tanah di dekat menara listrik, maka arus petir akan terbagi menjadi dua

    bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke tanah melalui

    pentanahan pada menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir

    melalui kawat tanah dan akhirnya menuju ke tanah melalui pentanahan

    pada menara listrik berikutnya. Lain halnya jika petir menyambar pada

    tengah-tengah kawat tanah antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini

    akan mengalir ke menara-menara listrik yang dekat dengan tempat

    sambaran tersebut.

    Pada saluran udara distribusi JAwa Timur, jenis kawat tanah

    yang digunakan adalah baja Galvanis jenis GSSW 22 yang memiliki

    kekuatan tarik maksimum 350 Kg dan kekuatan tarik putus

    minimum1826 Kg.

    Sejak tahun 1985 penggunaan kawat tanah untuk pengaman

    sambaran petir di Jawa Timur ditujukan hanya untuk daerah terbuka.

    b. Lightning Arrester (LA)

    Lightning arrester atau penangkap petir berfungsi untuk

    melindungi peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan surja

    dengan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkan ke

    tanah. Gambar 2.6 memperlihatkan dimensi dari ligthning arrester.

    Alat pelindung terhadap tegangan surja berfungsi melindungi

    peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan

    lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Berhubung dengan

    fungsinya itu, ia harus dapat menahan tegangan sistem 50 Hz untuk

    waktu yang tak terbatas dan harus dapat melakukan surja arus ke tanah

    tanpa mengalami kerusakan. Kecuali itu, sebuah alat pelindung yang

    baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective ratio yang

    tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang

    diperbolehkan pada waktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem 50

    Hz maksimum yang dapat ditahan sesudah pelepasan terjadi.

    Ada tiga macam alat pelindung terhadap surja yang dikenal yaitu:

    sela batang (rod gap), arrester jenis ekspulsi (expulsion type lightning

    arrester) atau sering juga disebut tabung pelindung (protectore tube) dan

    arrester jenis katub (valve type ligthning arrester).

    Arrester petir disingkat arrester, atau sering disebut penangkap

    petir, adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap

    surja petir. Ia berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi.

  • Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir,

    sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan

    pintas itu harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran arus

    daya sistem 50 Hz. Jadi pada kerja normal arrester itu berlaku sebagai

    isolator dan bila timbul surja dia berlaku sebagai konduktor, jadi

    melewatkan aliran arus yang tinggi. Setelah surja hilang, arrester harus

    dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus daya tidak

    sempat membuka.

    Berlainan dengan sela batang arrester dapat memutuskan arus

    susulan tanpa menimbulkan gangguan. Inilah salah satu fungsi

    terpenting dari arrester.

    Gambar 2.2 2

    Lithtning Arrester

    Arrester biasa dipasang pada saluran distribusi, hal ini

    dikarenakan tegangan distribusi lebih rendah daripada tegangan

    transmisi, sehingga tegangan distribusi lebih sering tersambar oleh petir.

    Hal tersebut juga dapat kita lihat pada gambar 2.2 di atas.

    Menurut struktur dalamnya arrester ada dua jenis yaitu

    Gap type SiC arrester.

    Gapless Metal Oxide Varistor ( MOV )

    Dalam gap tipe arrester tahanan non linearnya terbuat dari Silikon

    Carbide ( SiC ). Saat tegangan lebih terjadi, celah udara terpercik dan

    2 Syariffuddin Mahmudsyah, Diktat kuliah Teknik Tegangan Tinggi, T.Elektro-ITS.

  • didapat impedansi yang rendah dari path ke tanah, resistor seri

    menghasilkan power frekuensi diikuti arus sehingga busur yang melalui

    celah udara dapat ditutup kembali sebelum tegangan dan arus nol.

    Tahanan SiC tidak cukup tinggi untuk arrester tanpa celah udara, bahan

    dasar adalah ZnO dalam isolasi oksida seperti Bi2O3,

    2.6 Transformator

    Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan

    dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

    rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan

    berdasarkan prinsip induks-elektromagnetik.Transformator digunakan

    secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun

    elektronika.Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

    memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk

    tiap-tiap keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam

    pengiriman daya listrik jarak jauh

    Untuk kepentingan yang sama didalam penggunaannya

    transformator dibedakan menjadi Transfomator Daya, Transformator

    distribusi, dan Tranformator Ukur/Instrument. Pada dasarnya ketiga

    peralatan transformator tersebut adalah sama, namun pada transfomator

    ukur yang diutamakan adalah tegangan dan arusnya sedangkan

    transformator tenaga adalah dayanya. Dengan demikian pada peralatan

    transformator ukur umumnya mempunyai kapasitas yang relatif rendah.

    2.6.1 Transformator Daya

    Transformator daya merupakan peralatan listrik yang berfungsi

    untuk memindahkan daya dari satu rangkaian ke rangkaian yang lain

    pada tingkat tegangan yang berbeda. Pada umumnya suatu transformator

    disebut transformator daya, apabila daya yang dipindahkan melebihi 500

    KVA atau bekerja pada sistem tegangan diatas 67 kV. Sesuai dengan

    fungsinya itu transformator daya ditempatkan dipusat-pusat pembangkit

    atau gardu induk. Di pusat pembangkit, transformator daya digunakan

    untuk menurunkan tegangan. Transformator daya yang digunakan pada

    gardu induk tegangan tinggi sekali (EHV) umumnya berupa tiga buah

    transformator 1 fasa. Penggunaan satu buah transformator 3 fasa

    sebenarnya lebih menguntungkan karena harganya lebih murah jika

    dibandingkan tiga buah transformator 1 fasa, memerlukan ruang yang

    lebih sedikit. Tetapi sukarnya pengangkutan yang disebabkan beratnya

    peralatan maka digunakan 3 buah transformator 1 fasa.

  • Selama beroperasi, transformator daya akan mengeluarkan panas

    yang timbul dari inti besi dan lilitan tembaga. Agar tidak menimbulkan

    kerusakan pada transformator daya, maka diperlukan pendinginan.

    Berdasarkan pendinginannya, transformator daya digolongkan dalam

    dua jenis yaitu transformator daya yang tercelup dalam minyak (oil

    imersed transformer) dan transformator daya jenis kering (dry type

    transformer).

    2.6.2 Transformator Distribusi

    Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat

    penting dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke

    konsumen. Kerusakan pada transformator Distribusi menyebabkan

    kontiniutas pelayanan terhadap konsumen akan terganggu (terjadi

    pemutusan aliran listrik atau pemadaman). Pemadaman merupakan

    suatu kerugian yang menyebabkan biaya-biaya pembangkitan akan

    meningkat tergantung harga KWH yang tidak terjual. Pemilihan rating

    transformator Distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan beban akan

    menyebabkan efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan lokasi

    transformator Distribusi yang tidak cocok mempengaruhi drop tegangan

    ujung pada konsumen atau jatuhnya/turunnya tegangan ujung

    saluran/konsumen

    Distribusi yang tepat, rating sesuai dengan kebutuhan beban akan

    menjaga tegangan jatuh pada konsumen dan akan menaikkan efisiensi

    penggunaan transformator distribusi. Jadi Transformator distribusi

    merupakan salah satu peralatan yang perlu dipelihara dan dipergunakan

    sebaik mungkin (seefisien mungkin), sehingga keandalan/kontinuitas

    pelayanan terhadap terjamin.

    Transformator distribusi yang sering digunakan pada saluran

    udara sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut :

    1. Conventional Transformer

    2. Completely Self Protecting Transformer (CSP)

    3. Completely Self Protecting for Secondary

    BankingTransformer (CSPB)

    Conventional Transformer merupakan transformator distribusi

    yang tidak dilengkapi/tidak terintegral dengan peralatan-peralatan

    pengaman terhadap petir, gangguan fasa, atau beban lebih. Peralatan

    pengaman diberikan sebagai bagian perlengkapan dari transformator.

    Completely Self Protecting Transformer (CSP) merupakan

  • transformator distribusi yang sudah yang dilengkapi/ terintegral dengan

    peralatan-peralatan pengaman terhadap petir atau surja, beban lebih, dan

    hubung singkat. Lightning Arrester menempel langsung pada badan

    transformator, yang melindungi kumparan primer terhadap petir dan line

    surja. Pengaman beban lebih dilengkapi dengan circuit breaker yang

    berada didalam tangki transformator. Transformator CSP I fasa

    (pendingin minyak- 650C, 60 Hz, 10-500 kVA) tersedia untuk rating

    tegangan primer dari 2,4 kV sampai 34,4 kV. Tegangan sekunder

    120/240 atau 240/480//277 V. Transformator distribusi CPSB

    mempunyai bentuk yang mirip dengan transformator CSP, tetapi CPSB

    dilengkapi dengan dua buah circuit breaker, yang digunakan untuk

    memisahkan bagian sekunder bila diperlukan.

    Transformator distribusi yang sering digunakan pada saluran

    bawah tanah sistem distribusi dapat dikategorikan sebagai berikut :

    1. Subway Transformer

    2. Low Cost Residential Transformer

    3. Network Transformer

    Subway Transformer digunakan dalam ruang bawah tanah.

    Dengan tipe konvensional dan tipe pengaman arus. Low Cost

    Residential Transformer pada dasarnya sama dengan transformator

    konvensional saluran udara. Network Transformer digunakan pada

    jaringan sekunder. Network transformers mempunyai pemutus primer

    dan switch grounding.

    2.6.3 Transformator Ukur

    Transformator ukur dipergunakan untuk menurunkan besaran-

    besaran ukur pada sisi primer menjadi harga yang lebih rendah pada sisi

    sekunder, sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan pengukuran dan

    untuk keperluan relai pengaman. Terdapat 2 macam transformator ukur

    yang biasa digunakan adalah :

    a. Transformator tegangan (Potential Transformer)

    Potential transformer atau transformator tegangan berfungsi

    sebagai alat untuk menurunkan besar tegangan dari sisi primer ke sisi

    sekunder dan juga untuk mengisolasi bagian yang bertegangan tinggi

    sehingga besaran-besaran yang diukur berada pada pada sisi sekunder

    (tegangan rendah) dan sebagai standarisasi untuk masukan pada alat-alat

  • ukur Volt meter MW MVAR KWH maupun sistem proteksi distance

    rele

    Sisi primer transformator tegangan dipasang paralel pada jaringan

    dan sisi sekunder dipasang paralel tegangan instrument pengukur dan

    relai pengaman. Rating tegangan primer transformator tegangan tiga

    fasa atau transformator tegangan satu fasa yang digunakan untuk sistem

    satu fasa atau antara fasa-fasa pada sistem tiga fasa harus sama dengan

    tegangan nominal sistem. Sedangkan rating tegangan sekunder

    transformator tegangan satu fasa yang dihubungkan antara salah satu

    fasa dari sistem tiga fasa ke tanah adalah 31 kali salah satu nilai

    tegangan nominal sistem.

    b. Transformator Arus (Current Transformer)

    Current transformator atau transformator arus ialah peralatan

    yang berfungsi sebagai peralatan untuk menurunkan besaran arus dari

    sisi primer ke sisi sekunder dari nilai yang besar ke nilai yang rendah

    dan juga untuk mengisolasi bagian yang bertegangan tinggi sehingga

    besaran-besaran yang diukur berada pada sisi sekunder (tegangan

    rendah) dan sebagai standarisasi untuk masukan pada alat-alat ukur

    amperemeter MW MVAR KWH maupun sistem proteksi.

    Belitan primer hanya terdiri dari beberapa lilitan saja, bahkan

    kadang-kadang hanya terdiri dari satu lilitan, yitu konduktor saluran.

    Sedangkan belitan seklunder terdiri dari benyak lilitan. Rangkaian

    sekunder dari transformator arus ini tidak boleh terbuka selama

    dirangkaian primer mengalir arus. Seandainya rangkaian sekunder

    sampai terbuka, maka akan menyebabkan terjadinya beda potensial yang

    tinggi sehingga dapat membahayakan operator. Beda potensial tegangan

    yang tinggi ini disebabkan oleh amperturn primer memproduksi fluksi

    pada intinya tanpa dibatasi oleh sekunder. Untuk menghindari bahaya

    yang timbul, maka rangkaian sekunder transformator arus harus

    ditanahkan. Arus nominal dari arus sekunder transformator dirancang

    untuk standar 5 ampere. Ada 5 tempat yang biasa dipakai untuk

    penempatan transformator arus yaitu :

    Pada bushing saklar pemisah dengan isolasi bushing.

    Pada dinding atau atap gardu induk

    Pada bushing transformator daya

    Pada isolator sendiri

  • 2.7 Gangguan Sistem Distribusi

    Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem

    tenaga listrik yang menyebabkan bekerjanya rele pengaman penyulang

    bekerja untuk membuka circuit breaker di gardu induk yang

    menyebabkan terputusnya suplai tenaga listrik.

    Hal ini untuk mengamankan peralatan yang dilalui arus gangguan

    tersebut untuk dari kerusakan. Sehingga fungsi dari peralatan pengaman

    adalah untuk mencegah kerusakan peralatan dan tidak meniadakan

    gangguan. Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi pada

    saluran distribusi yang dibentangkan di udara bebas (SUTM) yang

    umumnya tidak memakai isolasi dibanding dengan saluran distribusi

    yang ditanam dalam tanah (SKTM) dengan menggunakan isolasi

    pembungkus Sumber gangguan pada jaringan distribusi dapat berasal

    dari dalam sistem maupun dari luar sistem distribusi.

    1. Gangguan dari dalam sistem antara lain :

    a) Tegangan lebih atau arus lebih

    b) Pemasangan yang kurang tepat

    c) Usia pemakaian

    2. Gangguan dari luar sistem antara lain :

    a) Dahan/ranting pepohonan yang mengenai SUTM

    b) Sambaran petir

    c) Hujan atau cuaca

    d) Kerusakan pada peralatan

    e) Binatang ataupun layang-layang

    f) Penggalian tanah

    g) Gagalnya isolasi karena kenaikan temperature

    h) Kerusakan sambungan

    Berdasarkan sifatnya gangguan pada sistem distribusi dibagi

    menjadi :

    a) Gangguan Temporer

    Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang

    dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang

    terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali, baik

    secara otomatis (autorecloser) maupun secara manual oleh

    operator. Bila gangguan tidak dapat dihilangkan dengan

    sendirinya atau dengan bekerjanya alat pengaman (recloser)

    dapat menjadi gangguan tetap dan dapat menyebabkan

    pemutusan tetap. Bila gangguan sementara terjadi terjadi

  • berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan permanen,

    dapat menyebabkan kerusakan peralatan.

    b) Gangguan Permanen

    Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya

    perlu tindakan perbaikan atau penghilangan penyebab

    gangguan. Hal ini ditandai dengan jatuhnya (trip) kembali

    pemutus daya setelah operator memasukkan sistem kembali

    setelah terjadi gangguan. Untuk mengatasi gangguan-

    gangguan sebuah peralatan harus dilengkapi dengan sistem

    pengaman relay, dimana sistem pengaman ini diharapkan

    dapat mendeteksi adanya gangguan sesuai dengan fungsi dan

    daerah pengamannya.

  • BAB III

    PENINGKATAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20KV

    DENGAN PENAMBAHAN SECTIONALIZER

    3.1 Defenisi Dan Teori Dasar Keandalan

    Didalam pengoperasian jaringan distribusi selalu diinginkan

    tercapainya hal-hal sebagai berikut :

    1. Cara penanganan gangguan secepat mungkin

    2. Keandalan cukup baik dalam arti :

    a. Kontinuitas cukup baik

    b. Bila terjadi gangguan,daerah yang mengalami

    pemadaman sesedikit mungkin

    c. Tegangan sumber cukup baik

    d. Losses tidak terlalu besar

    tetapi untuk mencapai semuanya itu tergantung dari sistem dan tipe

    peralatan pengaman yang diterapkan. Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah atau membatasi

    kerusakan pada jaringan beserta peralatannya yang disebabkan karena

    adanya gangguan serta meningkatkan kontinuitas pelayanan pada

    konsumendan menjaga keselamatan umum.

    Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat

    berfungsi sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama jangka waktu

    yang ditetapkan. Analisa bentuk Kegagalan merupakan suatu analisa

    bagian dari sistem atau peralatan yang dapat gagal, bentuk kegagalan

    yang mungkin, efek masing-masing, bentuk kegagalan dari sistem yang

    komplek. Keandalan menyatakan kemungkinan bekerjanya suatu

    peralatan atau sistem sesuai dengan fungsinya untuk suatu selang waktu

    tertentu dan kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan dapat

    digunakan untuk membandingkan suatu peralatan atau sistim dengan

    peralatan atau sistem yang lain. Evaluasi keandalan ada dua macam,

    yaitu penilaian secara qualitative dan secara quantitative.

    Sistem merupakan sekumpulan komponen-komponen sistem

    yang disusun menurut pola tertentu. Keandalan dari suatu sistem

    distribusi ditentukan oleh keandalan dari kompoen-komponen yang

    membentuk suatu sistem tersebut dan komponen itu sendiri.

    Keandalan merupakan probabilitas suatu alat (device) untuk dapat

    berfungsi sesuai dengan fungsi yang diinginkan selama jangka waktu

  • yang ditetapkan. Definisi keandalan mengandung empat istilah penting

    yaitu :

    a. Fungsi

    b. Lingkungan (kondisi operasi)

    c. Waktu

    d. Probabilitas

    a. Fungsi

    Keandalan suatu komponen perlu dilihat apakah suatu komponen

    dapat melakukan fungsinya secara baik pada jangka waktu tertentu.

    Kegagalan fungsi dari komponen dapat disebabkan oleh perawatan yang

    tak terencana (unplanned maintenance). Fungsi atau kinerja dari suatu

    komponen terhadap suatu sistem mempunyai tingkatan yang berbeda-

    beda.

    b. Lingkungan

    Keandalan setiap peralatan sangat bergantung pada kondisi

    operasi lingkungan. Secara umum lingkungan tersebut menyangkut

    pemakaian, transportasi, penyimpanan, instalasi, pemakai, ketersedian,

    alat-alat perawatan, debu, kimia, dan polutan lain.

    c. Waktu

    Keandalan menurun sesuai dengan pertambahan waktu. Waktu

    operasi meningkat sehingga probabilitas gagal lebih tinggi. Waktu

    operasi ini diukur tidak hanya dalam unit waktu tetapi bisa dalam jarak

    operasi.

    d. Probabilitas

    Keandalan diukur sebagai probabilitas. Sehingga probabilitas yang

    berubah terhadap waktu dan masuk dalam bidang statistic dan analisa

    statistic.

    3.1.1 Konsep Dasar Keandalan

    Dalam membicarakan keandalan, terlebih dahulu harus diketahui

    kesalahan atau gangguan yang menyebabkan kegagalan peralatan untuk

    bekerja sesuai dengan fungsi yang diharapkan.

    Adapun konsep keandalan meliputi :3

    a. Kegagalan

    3 SLI 118-1988, Daftar Istilah dan Definisi Keandalan serta Petunjuk Matematis untuk Istilah dan Definisi Keandalan, Jakarta, 1989, hal 3

  • Kegagalan adalah berakhirnya kemampuan suatu peralatan

    untuk melaksanakan suatu fungsi yang diperlukan.

    b. Penyebab Kegagalan

    Keadaan lingkungan selama disain, pembuatan atau yang

    akan menuntun kepada kegagalan.

    c. Mode Kegagalan

    Akibat yang diamati untuk mengetahui kegagalan, misalnya

    suatu keadaan rangkaian terbuka atau hubung singkat.

    d. Mekanisme Kegagalan

    Proses fisik, kimia atau proses lain yang menghasilkan

    kegagalan.

    Kata kegagalan adalah istilah dasar yang menunjukkan

    berakhirnya untuk kerja yang diperlukan. Hal ini berlaku untuk

    peralatan bagian-bagiannya dalam segala keadaan lingkungan.

    Gangguan listrik pada jaringan sistem distribusi dinyatakan

    sebagai kerusakan dari peralatan yang mengakibatkan sebagian atau

    seluruh pelayanan listrik terganggu. Besaran yang dapat digunakan

    untuk menentukan nilai keandalan suatu peralatan listrik adalah

    besarnya suatu laju kegagalan/kecepatan kegagalan (failure rate) yang

    dinyatakan dengan simbol .

    3.1.2 Laju Kegagalan

    Laju kegagalan adalah nilai rata-rata dari jumlah kesalahan

    persatuan waktu pada selang waktu pengamatan waktu tertentu (T), dan

    dinyatakan dalam satuan kegagalan pertahun.

    Pada suatu pengamatan, nilai laju kegagalan dinyatakan sebagai

    berikut :

    T

    d=

    = Laju kegagalan (kegagalan/tahun)

    d = banyaknya kegagalan yang terjadi pada waktu T

    T = selang waktu pengamatan (tahun)

    Nilai laju kegagalan akan berubah sesuai dengan umur dari sistem

    atau peralatan listrik selama beroperasi. Grafik antara laju kegagalan

    dengan laju kegagalan dengan unsur suatu sistem atau peralatan listrik

    secara ideal dapat dilihat pada gambar 3.1.

  • Gambar 3.1 4

    Kurva Laju Kegagalan terhadap waktu

    Dari gambar diatas terdapat tiga macam daerah kegagalan, seperti

    berikut ini :

    a. Daerah kegagalan awal

    Periode ini mulai pada waktu yang ditentukan sebelumnya dimana

    angka kegagalan berkurang secara cepat dibandingkan periode

    berikutnya. Pada daerah kegagalan awal ini, kegagalan dapat

    disebabkan oleh karena kesalahan pada perencanaan dan

    pemasangan peralatan listrik. Nilai laju kegagalan pada daerah ini

    sangat besar dan akan semakin mengecil dengan bertambahnya

    waktu.

    b. Daerah kegagalan normal

    Periode dimana kegagalan terjadi pada angka kecepatan yang

    hampir sama yang mendekati uniform. Pada daerah kegagalan

    normal ini, laju kegagalan dapat dianggap konstan. Hal ini

    disebabkan oleh karena sistem suatu peralatan listrik sudah

    beroperasi dengan stabil sehingga kemungkinan terjadinya

    kegagalan pada setiap waktu adalah sama. Pada pembahasan

    selanjutnya, laju kegagalan yang akan digunakan adalah laju

    kegagalan normal ini saja. Karena sistem atau peralatan listrik

    bekerja pada daerah ini.

    c. Daerah kegagalan akhir

    Periode dimana kegagalan terjadi pada angka kegagalan bertambah

    secara cepat dibanding dengan periode sebelumnya. Pada daerah

    kegagalan akhir ini, laju kegagalan semakin besar dengan

    4 Roy Billinton, Power System Reliability Evaluation. New York : Gordon and Breach. 1970

  • bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh karena dengan

    semakin tuanya peralatan listrik, maka kegagalan yang terjadi akan

    semakin banyak.

    3.2 Sectionalizer (SSO)

    Sectionalizer sebagai alat pemutus rangkaian untuk dapat

    memisah-misahkan jaringan utama dalam beberapa seksi secara

    otomatis, sehingga bila terjadi gangguan permanen maka luas daerah

    (jaringan) yang mengalami pemadaman akibat gangguan permanen

    dapat dibatasi sekecil mungkin.

    Sectionalizer yang diterapkan pada jaringan distribusi 20 kV di

    Jawa Timur adalah tipe AVS (Automatic Vaccum Switch). AVS ini

    membuka pada saat rangkaian tidak bertegangan, tetapi bila dalam

    keadaan bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan

    hubung singkat. Peralatan ini dapat juga digunakan untuk membuka

    rangkaian dalam keadaan berbebab dan bekerja atas dasar penginderaan

    tegangan, adapun prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :

    a. AVS akan menutup bila rangkaian kontrol dimasuki

    tegangan.

    b. AVS akan terbuka bila rangkain kontrol kehilangan

    tegangan.

    c. AVS akan terbuka dan tak menutup lagi (lock) apabila

    tegangan ke rangkaian kontrol masuk lalu hilang lagi

    sebelum suatu waktu tertentu.

    Jenis kontrolnya ada tiga macam yaitu :

    a. Kontrol untuk radial 1 (satu) sumber daya.

    b. Kontrol untuk radial 2 (dua) sumber daya dengan tipe

    Normally Closed

    c. Kontrol untuk radial 2 (dua) sumber daya dengan tipe

    Normally Open.

    3.2.1 Jenis Sectionalizer Dilihat Dari Fungsinya

    Dilihat dari fungsinya, ada dua jenis Sectionalizer, yaitu :

    - Tree Type.

    - Loop Type.

    a. Sectionalizer Tree Type.

    Sectionalizer tipe ini, operasi normalnya

    menutup (Normally Close = NC) digunakan untuk

    membagi jaringan distribusi menjadi beberapa seksi.

  • Didalam kotak pengatur (control device) dari

    Tree Type Sectionalizer (tipe horisontal) terdapat

    System Selection Switch (RS1) yang dapat diatur pada

    posisi Tree Branch, One Line Loop dan Two Line Loop.

    Pengaturan tersebut disesuaikan dengan fungsi SSO

    dalam pengoperasian sistim jaringan.

    1) Tree Branch

    Sectionalizer yang di setting pada posisi

    Tree Branch, digunakan untuk melayani operasi

    jaringan yang membentuk sistim-sistim :

    a) Sistim Radial, sectionalizer membagi jaringan

    menjadi beberapa seksi.

    b) Sistim Loop Satu Penyulang, sectionalizer

    membagi jaringan menjadi beberapa seksi.

    c) Sistim Loop Dua Penyulang dari satu trafo,

    sectionalizer dipasang pada seksi yang terdekat

    dengan sumber.

    d) Sistim Loop Dua Penyulang dari trafo yang

    berlainan, sectionalizer dipasang pada seksi

    yang terdekat dengan sumber (Seksi Pertama).

    2) One Line Loop

    Sectionalizer yang di setting pada posisi

    One Line Loop, digunakan untuk melayani sistim

    operasi jaringan yang membentuk sistim meliputi :

    a) Sistim Loop Satu Penyulang, sectionalizer

    dipasang pada titik pertemuan dari penyulang

    yang mempunyai dua saluran pencabangan dan

    membentuk Loop.

    b) Sistim Loop Dua Penyulang dari satu trafo,

    Sectionalizer dipasang pada sebelum titik

    pertemuan dua penyulang (sebelum Loop

    Coupler Sectionalizer) atau dipasang setelah

    Tree Branch Sectionalizer.

    3) Two Line Loop

    Sectionalizer Two Line Loop ini

    dipergunakan untuk melayani operasi jaringan yang

    membentuk sistim Loop Dua Penyulang dari trafo

    yang berbeda, dipasang sebelum titik pertemuan dua

    penyulang (sebelum sectionalizer Loop Coupler).

  • b. Sectionalizer Loop Type

    Sectionalizer Loop Type dengan operasi

    normal membuka (Normally Open = NO), digunakan

    untuk melayani dua penyulang yang direncanakan

    membentuk Loop dan dioperasikan dengan sistim Open

    Loop. Sectionalizer ini dipasang pada titik pertemuan

    kedua penyulang tersebut.

    3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Keandalan

    Pada suatu sistem distribusi tenaga listrik, tingkat keandalan

    adalah hal yang sangat penting dalam menentukan kinerja sistem

    tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana supply tenaga listrik

    dilaksanakan secara kontinyu dalam satu tahun ke konsumen. Tingkat

    pertumbuhan beban listrik di Surabaya dan sekitarnya adalah yang

    tertinggi di Jawa Timur yang ditandai dengan tumbuhnya daerah

    kawasan yaitu : industri, bisnis dan pemukiman berakibat makin

    tingginya permintaan supply tenaga listrik yang kontinyu dan handal.

    Beberapa definisi ini diberikan untuk memahami faktor-faktor

    yang mempengaruhi indeks keandalan dalam suatu sistem distribusi

    sesuai standart IEEE P1366 antara lain :

    Pemadaman/Interruption of Supply. Terhentinya pelayanan pada

    satu atau lebih konsumen, akibat dari salah satu atau lebih

    komponen mendapat gangguan.

    Keluar/Outage. Keadaan dimana suatu komponen tidak dapat

    berfungsi sebagaimana mestinya, diakibatkan karena beberapa

    peristiwa yang berhubungan dengan komponen tersebut. Suatu

    outage dapat atau tidak dapat menyebabkan pemadaman, hal ini

    masih tergantung pada konfigurasi sistem.

    Lama keluar/Outage Duration. Periode dari saat permulaan

    komponen mengalami outage sampai saat dapat dioperasikan

    kembali sesuai dengan fungsinya.

    Lama pemadaman/interruption Duration. Waktu dari saat

    permulaan terjadinya pemadaman sampai saat menyala kembali.

    Jumlah total konsumen terlayani/Total Number of Costumer

    Served. Jumlah total konsumen yang terlayani sesuai dengan

    periode laporan terakhir.

    Periode laporan. Periode laporan diasumsikan sebagai satu tahun.

  • 3.4 Definisi Indeks Keandalan Sistem Distribusi 20 KV

    Keandalan merupakan kemungkinan kelangsungan pelayanan

    beban dengan kualitas pelayanan listrik yang baik untuk suatu priode

    tertentu dengan kondisi operasi yang sesuai. Dan keandalan merupakan

    salah satu syarat yang tidak boleh diabaikan dalam sistem tenaga listrik.

    Keandalan sistem tenaga listrik sangat tergantung pada keandalan

    peralatan pendukung sistem, proses alamiah dari peralatan serta

    kesalahan dalam mengoperasikan peralatan tersebut. Ada beberapa

    definisi kegagalan yang sering dipakai adalah :

    - Bila kehilangan daya sama sekali selama t > 1 cycle

    - Bila kehilangan daya sama sekali selama t > 10 cycle

    - Bila kehilangan daya sama sekali selama t > 5 detik

    - Bila kehilangan daya sama sekali selama t > 2 menit

    Pemilihan kriteria kegagalan tersebut sangat tergantung pada

    macam beban pada titik perhatian kita, yaitu sesuai dengan waktu

    maksimum pemadaman yang tidak mengganggu kerja beban.

    Indeks keandalan suatu sistem distribusi digunakan untuk

    mengukur tingkat keandalan dari tiap-tiap titik beban/load point. Yang

    merupakan indeks-indeks keandalan dasar antara lain :

    = frekuensi kegagalan tahunan rata-rata (fault/year)

    r = lama terputusnya pasokan listrik rata-rata (hours/fault)

    U = lama/durasi terputusnya pasokan listrik tahunan rata-rata

    (hours/year).

    Berdasarkan indeks-indeks keandalan dasar ini, didapat sejumlah

    indeks keandalan untuk sistem secara keseluruhan yang dapat dievaluasi

    dan bisa didapatkan lengkap mengenai kinerja sistem. Indeks-indeks ini

    adalah frekwensi atau lama pemadaman rata-rata tahunan. Indeks

    keandalan yang sering dipakai pada sistem distribusi antara lain :

    3.4.1 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

    SAIFI (system average interruption frequency index) adalah

    indeks frekuensi gangguan sistem rata-rata tiap tahun.

    Menginformasikan tentang frekuensi gangguan permanen rata-rata tiap

    konsumen dalam suatu area yang dievaluasi. Definisinya adalah :

    Terlayani yangKonsumen TotalJumlah

    Konsumen PadaGangguan Banyaknya TotalJumlah SAIFI =

  • 3.4.2 SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

    SAIDI (system average interruption durasi index) adalah indeks

    durasi gangguan sistem rata-rata tiap tahun. Menginformasikan tentang

    frekuensi gangguan permanen rata-rata tiap konsumen dalam suatu area

    yang dievaluasi. Definisinya adalah :

    Terlayani yangKonsumen TotalJumlah

    Konsumen PadaGangguan Durasi TotalJumlah SAIDI =

    3.4.3 CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)

    CAIDI (Customer average interruption durasi index) adalah

    indeks durasi gangguan konsumen rata-rata tiap tahun,

    menginformasikan tentang waktu rata-rata untuk penormalan kembali

    gangguan tiap-tiap konsumen dalam satu tahun. Definisinya adalah :

    Terganggu yangKonsumen TotalJumlah

    Konsumen PadaGangguan Durasi TotalJumlah CAIDI =

    3.5 Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)

    FMEA adalah teknik untuk menganalisa keandalan sistem

    keselamatan yang paling sering digunakan oleh korps teknik angkatan

    bersenjata Amerika Serikat. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi

    kemungkinan-kemungkinan terjadinya malfungsi, atau mode kegagalan,

    menganalisa penyebab-penyebabnya, efek-efek yang dapat ditimbulkan

    dari kegagalan tersebut. Suatu bentuk identifikasi yang jelas tentang cara

    kegagalan yang akan membimbing langsung kearah penyelesaian daan

    keseluruhan sistem keandalan dan keselamatan dari produk yang

    dihasilkan.

    Suatu analisa waktu tentang kapan saat yang paling untuk

    dilakukannya FMEA adalah ketika suatu proyek masih dalam taraf

    desain. Tetapi FMEA juga sangat efektif digunakan untuk mengevaluasi

    produk dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan mode

    kegagalan dari suatu sistem seiring dengan bertambahnya usia sistem

    yang akan dievaluasi. Suatu analisa mode efek-efek kegagalan dapat

    bervariasi pada tiap-tiap level yang dilaporkan, bergantung pada

    kebutuhan detail dan ketersedian informasi yang diperlukan. Pada suatu

    analisa beban kritis tertentu yang dominan, dan hingga membahayakan

  • keselamatan, maka suatu analisa evaluasi dengan menggunakan metode

    FMEA wajib dilakukan,

    Keuntungan-keuntungan dari dilakukannya analisa evaluasi

    dengan menggunakan metode FMEA adalah suatu hasil akhir produk

    yang benar-benar mengutamakan keselamatan, dan sistem berjalan

    sesuai dengan fungsinya. FMEA membantu desainer untuk

    mengidentifikasi dan menghilangkan mode kegagalan yang berbahaya,

    meminimalkan kerusakan pada sistem dan operator maupun penggunan

    sistem tersebut. Seiring dengan semakin akuratnya analisa evaluasi

    FMEA yang dilakukan, kemungkinan kegagalan dapat dilokalisasi dan

    bila pada suatu sistem atau subsistem mengalami kegagalan, maka tidak

    akan merembet pada sistem dan subsistem yang lain dalam proses.

    Keandalan akan semakin bertambah dan waktu desain dapat banyak

    berkurang.

    Analisa evaluasi dengan menggunakan metode FMEA dapat

    digunakan pada beberapa proyekfitas meliputi diagnosa prosedur

    persiapan, interval dan maintenance produk. FMEA dapat digunakan

    pula sebagai bukti otektik sebuah dokumen keselamatan kerja , sangat

    berguna untuk perhitungan asuransi. Pada FMEA worksheet termasuk

    didalamnya analisa kemampuan merawat, analisa keselamatan,

    survivability, dan vulnerability, analisa rencana perawatan, dan untuk

    deteksi dari kegagalan dan isolasi subsistem.

    Secara fungsional FMEA mengasumsikan sebuah kegagalan, lalu

    mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan menganalisa bagaimana efek

    kegagalan tersebut. Suatu sistem pendekatan yang biasanya melibatkan

    analisa bottom-up dimana suatu analisa mode kegagalan spesifik dari

    sub sistem, dilihat pengaruhnya terhadap keseluruhan sistem.

    Kegunaan FMEA :

    1. ketika diperlukan tindakan preventive/pencegahan

    sebelum masalah terjadi.

    2. ketika ingin mengetahui/mendata alat deteksi yang ada

    jika terjadi kegagalan.

    3. pemakaian proses baru.

    4. perubahan/pergantian peralatan.

    3.6 Evaluasi Keandalan dengan Menggunakan FMEA

    Umumnya, keandalan sistem tergantung pada : 1) keandalan dan

    pemeliharaan peralatan termasuk didalamnya kegagalan dan waktu

    perbaikan distribusi, mode kegagalan dan efeknya, serta pengaruh

  • lingkungan; 2) konfigurasi atau topologi sistem dan 3) perilaku sistem

    (karakteristik operasional, prosedur switching, dan pelayanan).

    Ada dua cara utama untuk memperbaiki keandalan suatu sistem

    tenaga listrik, cara pertama adalah mengurangi frekuensi terjadinya

    gangguan, dan kedua adalah mengurangi durasi gangguan. Untuk

    mengurangi jumlah gangguan maka perlu dilakukan pemeliharaan

    jaringan secara preventif, sedangkan untuk mengurangi lama/durasi

    gangguan, maka disadari pentingnya otomatisasi sistem distribusi.

    Sebuah sistem terdapat satu atau beberapa komponen, yang saling

    berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem bisa melaksanakan

    sejumlah fungsi diperlukan. Untuk mencegah kegagalan sistem,

    misalnya, kegagalan yang mencegah sistem itu melakukan fungsi yang

    diharapkannya , maka potensial kegagalan harus dikenali.Oleh karena

    itu perlu dikembangkan suatu metode untuk mengevaluasi keandalan

    suatu sistem tenaga listrik. Sehingga dapat diketahui tingkat keandalan

    melalui nilai indeks keandalan sub sistem yang membentuk sistem. Ini

    dapat dilakukan melalui berbagai metoda seperti; FMEA (fault modes

    effects and analysis), Bayesian belief networks, event tree analysis and

    reliability block diagrams.

    Dalam tugas akhir ini menggunakan metode Failure Modes And

    Effects Analysis (FMEA). Secara fungsional FMEA mengasumsikan

    sebuah kegagalan, lalu mengidentifikasi kegagalan tersebut, dan

    menganalisa bagaimana efek kegagalan tersebut. Suatu sistem

    pendekatan yang biasanya melibatkan analisa bottom-up dimana suatu

    analisa mode kegagalan spesifik dari sub sistem, dilihat pengaruhnya

    terhadap keseluruhan sistem. Dengan menggunakan metode ini maka

    dapat diketahui daerah-daerah mana pada jaringan yang perlu diperbaiki

    keandalannya. Baik melalui pemeliharaan jaringan maupun otomasisasi

    sistem.

    3.6.1 Konsep dan Pendekatan Teknik

    FMEA (Failure Modes And Effects Analysis) adalah suatu

    metode terstruktur untuk menganalisa suatu sistem. Metoda FMEA

    untuk mengevaluasi keandalan sistem distribusi didasarkan pada

    bagaimana suatu kegagalan dari suatu peralatan mempengaruhi operasi

    sistem. Efek atau Konsekwensi dari gangguan individual peralatan

    secara sistematis diidentifikasi dengan penganalisaan apa yang terjadi

    jika gangguan terjadi. Kemudian masing-masing kegagalan peralatan

    dianalisa dari semua titik beban/Load Point. FMEA adalah suatu

  • pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) yang mempertimbangkan

    satu mode kegagalan pada suatu waktu.

    Syarat-syarat dari metode FMEA :

    Topologi/konfigurasi penyulang (feeder) sistem jaringan

    distribusi 20 kV. Sistem didefinisikan dalam section-section,

    lateral-lateral, dan titik bebannya (load point).

    Data konsumen meliputi :

    - Jumlah pelanggan pada setiap titik beban

    Data gangguan/pemadaman tahunan

    Parameter data keandalan sistem

    Asumsi metode FMEA :

    Kegagalan peralatan tidak saling berhubungan, peralatan

    masing-masing dapat dianalisa secara terpisah. Jika

    kegagalan peralatan saling dihubungkan, maka perhitungan

    keandalan sistem menjadi lebih kompleks. Maka untuk

    menyederhanakan perhitungan tersebut dengan

    mengasumsikan bahwa setiap kegagalan tidak saling

    berhubungan.

    Jika gangguan dari peralatan dalam suatu sistem diasumsikan

    menjadi independen, masing-masing keandalan load point

    adalah suatu fungsi minimal cut set yang dihubungkan secara

    seri.

    Gambar 3.2

    Input dan Output FMEA

  • Filosofi dari metode ini adalah mengevaluasi keandalan jaringan

    distribusi 20 kV dengan menghitung indeks-indeks keandalan setiap titik

    bebannya. Jika gangguan dari peralatan dalam suatu sistem diasumsikan

    menjadi independen, masing-masing keandalan load point adalah suatu

    fungsi minimal cut set yang dihibungkan secara seri. Karenanya,

    minimal cut set terdiri dari semua peralatan yang mempunyai pengaruh

    pada ketersedian/avaibility load point/titikbeban. Dari indeks-indeks

    keandalan tersebut dapat diketahui titik beban-titik beban mana yang

    perlu diperbaiki keandalannya. Indeks keandalan yang dihitung adalah

    indeks indeks titik beban (load point) dan indeks-indeks sistem secara

    keseluruhan. Indeks load point antara lain :

    Frekuensi kegagalan (Failure rate) untuk setiap load point

    LP , merupakan penjumlahan laju kegagalan semua peralatan

    yang berpengaruh terhadap Load Point, dengan persamaan :

    =

    =Ki

    iLP

    Dimana :

    i = laju kegagalan untuk peralatan K

    K= Minimal cut set

    Lama / durasi gangguan tahunan rata-rata untuk load point

    LPU , dengan persamaan :

    jj

    ij

    iLP rUU == == 11

    Dimana :

    jr = waktu perbaikan/switching time/reclosing time

    Dimana :

    Berdasarkan indeks-indeks load point ini, didapat sejumlah

    indeks keandalan untuk sistem secara keseluruhan yang dapat dievaluasi

    dan bisa didapatkan lengkap mengenai kinerja sistem. Indeks-indeks ini

    adalah frekwensi atau lama pemadaman rata-rata tahunan. Indeks-

  • indeks keandalan sistem secara keseluruhan yang sering dipakai pada

    sistem distribusi antara lain :

    SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)

    Persamaannya adalah :

    =

    N

    N LPLP SAIFI

    Dimana :

    NLP = jumlah konsumen pada titik beban (load point)

    N = jumlah konsumen pada penyulang

    SAIDI (System Average Interruption Duration Index)

    Persamaannya adalah :

    =

    N

    UN LPLPSAIDI

    CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)

    Persamaannya adalah :

    SAIFI

    SAIDICAIDI =

    Indeks Relatif CAIDI

    Indeks relatif CAIDI membantu untuk mengidentifikasi titik

    beban (load point) yang yang memerlukan peningkatan

    keandalan).

    Indeks relatif CAIDI mempunyai persamaan :

    LP

    fedLP

    CAIDI

    CAIDIRelatif CAIDI =

    Dimana :

    CAIDIfed = CAIDI rata-rata pada penyulang

    CAIDILP = CAIDI pada load point

  • Kemudian :

    - Jika indeks relatif CAIDI =1, maka konsumen pada load

    point mempunyai nilai keandalan rata-rata

    - Jika indeks relatif CAIDI 1, maka konsumen pada load

    point mempunyai nilai keandalan diatas rata-rata

    3.6.2 Prosedur Metode FMEA

    Flowchart pengerjaan FMEA terlihat pada gambar dibawah ini :

    LPLPU

    Gambar 3.3

    Flowchart FMEA

    Struktur algoritma dari metode FMEA adalah sebagai berikut :

    a) Masukkan data topologi jaringan, data konsumen, data keandalan

    peralatan

    b) Perinci topologi jaringan, dengan membagi jaringan kedalam

    beberapa line.

    c) Pertimbangkan suatu mode kegagalan (Failure Mode), baik pada

    Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), maupun pada

    peralatan jaringan distribusi.

    d) Selanjutnya setiap mode kegagalan didaftarkan pada FMEA

    worksheet

    e) Menentukan waktu pemulihan sistem, apakah melalui waktu

    perbaikan atau switching

  • f) Menentukan efek (Effect Analysis) setiap mode kegagalan terhadap

    setiap load point

    g) Menjumlahkan frekuensi kegagalan LP dan durasi gangguan LPU

    setiap load point

    h) Dari indeks load point hitunglah indeks keandalan keseluruhan

    sistem

    i) Menghitung nilai relatif CAIDI untuk mengetahui tingkat keandalan

    setiap titik beban

    Dalam tugas akhir ini tidak akan membahas informasi mengenai

    data keandalan peralatan. Studi ini akan terfokus pada dengan

    menggunakan informasi data keandalan peralatan dapat mengevaluasi

    keandalan sistem berdasarkan mode kegagalan dan efek kegagalan yang

    dialami oleh sistem itu sendiri. Idealnya, indeks nilai keandalan

    peralatan peralatan listrik diperoleh dari data di lapangan dengan kondisi

    lingkungan dan stress level yang sama. Dalam tugas akhir ini

    perhitungan keandalan sistem menggunakan standart dari PLN yaitu

    SPLN 59 : 1985, Perkiraan Angka Kegagalan peralatan Sistem

    Distribusi dan Waktu Operasi Kerja Dan Pemulihan Pelayanan. Data

    tersebut sudah cukup memadai untuk menentukan nilai keandalan suatu

    sistem secara kwantitatif.

    3.7 Contoh Evaluasi Keandalan dengan Menggunakan FMEA

    Berikut ini adalah contoh perhitungan indeks keandalan dari

    sebuah penyulang jaringan distribusi 20 kV seperti pada gambar 3.4.

    Penyulang ini disupply dari gardu induk dan mempunyai tegangan 20

    kV pada penyulang utama dan 0.38 kV pada load point. Penyul