plk november 2015.cdr

8
Edisi November 2015 www.ipb.ac.id Pesona Lingkar Kampus diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan. Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang, Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purwasari, Sukadamai dan Dramaga. Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati, Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah Editor : Nunung Munawaroh, Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin Layout : Bambang Andriyanto, Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga. Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] DesaCihideungIlirSiapTanamVarietasIPB3S Akhir 2016, Benih IPB 3S Siap di Tanam untuk 2 Juta Hektar Lahan Sambut Tahun Baru Islam, Warga Cibanteng dengan “ Pawai Obor” Hutan Rakyat Indonesia di Bawah Enam Persen PertanianMonokultur RentanSeranganHama Nutrition Fair 2015, IPB Gagas Monumen Tempe di Klaten Alumni IPB Angkatan 22 Tampilkan Pizza Tempe 10 Meter ForumWacanaIPB GalangAksiPeduliAsap “BicaraKabutAsap”

Upload: lexuyen

Post on 12-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLK November 2015.cdr

Edisi November 2015

www.ipb.ac.idPesona Lingkar Kampus

diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan.

Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang,

Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purwasari, Sukadamai dan Dramaga.

Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti

Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati, Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah

Editor : Nunung Munawaroh, Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin

Layout : Bambang Andriyanto, Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin

Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga.

Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Desa�Cihideung�Ilir��Siap�Tanam�Varietas�IPB�3S�

Akhir 2016, Benih IPB 3S Siap di Tanam untuk

2 Juta Hektar Lahan

Sambut Tahun Baru Islam,Warga Cibanteng dengan

“ Pawai Obor”

Hutan Rakyat Indonesiadi Bawah Enam Persen

Pertanian�Monokultur�Rentan�Serangan�Hama

Nutrition Fair 2015, IPB Gagas Monumen

Tempe di Klaten

Alumni IPB Angkatan 22 Tampilkan Pizza Tempe 10 Meter

Forum�Wacana�IPB�Galang�Aksi�Peduli�Asap

“Bicara�Kabut�Asap”�

Page 2: PLK November 2015.cdr

2

TOPIK UTAMA

im Institut Pertanian Bogor (IPB) melaksanakan kegiatan TJumat Keliling (Jumling) di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jumat (2/10). Tim

Jumling IPB disambut dengan suguhan hasil pertanian yang cukup melimpah. Hasil pertanian ini merupakan kerja keras para petani Desa Cihideung Udik yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Harapan.

Dalam kesmepatan ini, para petani dari Kelompok Tani Tunas Harapan menyatakan kekagumannya terkait keberhasilan penanaman padi varietas IPB 3S oleh peneliti IPB di Karawang Jawa Barat. Beberapa waktu yang lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo melakukan peninjauan pada panen padi varietas baru IPB 3S dan IPB 4S yang dikembangkan oleh IPB. Rektor IPB, Prof.Dr. Herry Suhardiyanto menyatakan, “Padi varietas IPB 3S ini disusun dengan arsitektur baru. Sifat-sifat dibuat lebih unggul dari varietas umumnya maupun varietas unggul yang selama ini ada”.

Varietas IPB 3S dan IPB 4S merupakan varietas padi yang dikembangkan oleh peneliti IPB, Dr. Hajrial Aswidinnoor. Kelebihan dari varietas ini ada pada peningkatan produksi, dimana produktivitas ubinannya sebesar 13,4 ton per hektar gabah kering panen yang setara dengan 9,4 ton per hektar gabah kering giling. Produktivitas ini jauh di atas rata-rata produksi nasional yang berkisar 5,5 ton per hektar. Dengan penggantian varietas padi baru ini dapat meningkatkan produktivitas sekitar 3 ton per hektar gabah kering giling. Selain itu, keunggulan dari varietas ini juga tahan terhadap hama tungro.

Beragam keunggulan yang dimiliki inilah, membuat para petani di Desa Cihideung Udik menyampaikan ketertarikannya untuk menanam varietas IPB 3S. “Kami mau mencoba menanam padi 3S hasil penemuan IPB yang sudah diterapkan di daerah lain. Hasilnya sungguh luar biasa, dalam satu hektar bisa

menghasilkan 8-9 ton gabah kering giling,” ujar Ketua Kelompok Tani Tunas Harapan, Ahad.

Keinginan para petani ini mendapat sambutan baik dari IPB. Wakil Kepala bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM ) IPB, Dr. Hartoyo, yang hadir dalam Jumling ini menyatakan siap memberikan bibit padi varietas IPB 3S kepada Kelompok Tani Tunas Harapan. “Setelah berhasil nanti, Desa Cihideung Udik akan dijadikan tempat percontohan, penelitian mahasiswa IPB atau yang membutuhkannya,” terang Dr. Hartoyo.

Kepala Desa Cihideung Udik, Juhdi Saepudin, mengatakan, “Semua bantuan dan perhatian yang diberikan IPB kepada warga Desa Cihideung Udik sangat bermanfaat, dan merupakan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Kami selaku aparat Pemerintah Desa sangat berterima kasih. Jangan tinggalkan kami dalam membangun pertanian. Teruslah bimbing kami dengan memberikan kesempatan untuk bisa bercocok tani yang benar, yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani Desa Cihideung Udik”.

Pimpinan rombongan Jumling IPB, Dosen Fakultas Peternakan IPB, M. Sri Duresta, S.Pt,M.Sc menyampaikan, “Sektor pertanian di Desa Cihideung Udik ini sangat potensial untuk dikembangkan, apalagi didukung dengan Kelompok Tani yang mau belajar dan berlatih ilmu pengetahuan cara bercocok tanam yang baik. Silahkan datang ke IPB, bisa langsung ke LPPM IPB atau langsung ke fakultas yang dituju. IPB sangat terbuka untuk warga yang membutuhkan solusi dalam masalah pertanian. Bukan hanya cara bercocok tanam, cara pemeliharaan hewan yang baik juga bisa ditanyakan. Yang terpenting petani mau belajar dengan sungguh-sungguh”. (RF)

Desa�Cihideung�Ilir�Siap�Tanam�Varietas�IPB�3S�

Edisi November / 2015

Page 3: PLK November 2015.cdr

3

ektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr.Ir. Herry RSuhardiyanto M.Sc didampingi Dekan Fakultas Pertanian Dr. Agus Purwito, Koordinator Lapang IPB Prima, Dr.Ir.

Sugiyanta dan Penemu IPB 3S, Dr.Ir. Hajrial Aswidinoor berkesempatan berjumpa dengan media massa di Media Center Kampus IPB Darmaga (7/10). Dalam jumpa pers tersebut, Rektor mengatakan IPB akan ikut serta dalam mensukseskan program pemerintah yakni swasembada beras berupa dukungan dalam bentuk ilmu pengetahuan. Ditemukannya varietas padi unggul inovasi peneliti IPB yakni padi tipe IPB 3S ini merupakan salah salah satu bentuk dukungan tersebut. Beberapa waktu yang lalu IPB diminta oleh Kementerian Pertanian RI untuk melakukan perluasan pendampingan penanaman IPB 3S dari 500 hektar menjadi 100.000 hektar. Nampaknya IPB perlu melakukan penyesuaian. Target ini tidak bisa dicapai secara instan karena ketersediaan benih ini masih terbatas dan akan digunakan sebagai program pengembangan benih dalam skala besar.

“Saat ini baru ada 800 kilo benih murni yang siap ditanam untuk dijadikan stok benih dan 90 ton benih yang siap ditanam untuk konsumsi. Benih sebanyak 90 ton tersebut baru bisa ditanam di lahan seluas 3000 hektar. Pelaksanaannya November tahun ini. Itu hasil mengumpulkan data benih dari penangkar yang tersebar dari Aceh hingga Banyuwangi.” ujar Rektor.

Respon positif dari masyarakat terhadap varietas IPB 3S ditandai dengan banyaknya permintaan benih padi tersebut setelah panen raya di Kabupaten Karawang oleh Presiden RI Joko Widodo. Oleh karena itu, IPB merasa perlu memberikan beberapa informasi terkait perkembangan ketersediaan padi varietas IPB 3S.

IPB belum memproduksi benih skala besar, benih yang tersedia baru bersifat benih pemulia (benih penjenis), sedangkan benih sebar berada di penangkar. Dengan jumlah benih penjenis (ditanam untuk mendapatkan benih lagi) yang ada, maka akhir tahun 2016 diperkirakan benih sebar siap untuk ditanam di lahan seluas 2 juta hektar, terang Dr. Sugiyanta.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, petani harus memperhatikan teknologi produksi yang optimum seperti di bawah ini :

a. Persemaian : sebelum disemai benih disortir dengan larutan garam (semai benih yang tenggelam), cuci dengan air bersih sebelum direndam. Perendaman dilakukan sehari semalan dan beri perlakuan fungisida. Inkubasikan benih pada karung basah sampai tumbuh bakal akar. Amati dan buang telur ngengat pengerek batang.

b. Pengolahan tanah : olah tanah secara sempurna dan rata. Benamkan jerami. Aplikasikan pupuk organik hayati (bio-organik) 300 kg/ha 1-3 hari sebelum tanam.

c. Penanaman : pindah tanam bibit pada umur 10-14 hari setelah semai. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak”. Jarak tanam yang digunakan : 20 cm x 20 cm dengan 2-3 bibit/lubang atau 20 cm x 40 cm x 15 cm atau 30 cm x 15 cm dengan 3-4 bibit/lubang (populasi tanaman >200.000 hektar). Beri perlakuan pencelupan akar dengan probiotik.

d. Pengairan : teknik irigasi berselang atau intermittent. Air dialirkan ke sawah hingga tergenang sekitar 5 cm dan dibiarkan hingga habis meresap ke tanah kemudian air dimasukkan kembali. Pengeringan dilakukan pada saat pemupukan dan 10 hari sebelum panen.

e. Pemupukan : umur 5-7 hari setelah tanam (HST) dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Umur 21 HST dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Umur 35 HST dipupuk 100 kg NPK 15-15-15/ha + 50 kg urea/ha. Pupuk silika dosis 1 liter/ha/aplikasi disemprotkan dua kali pada umur 10 dan 30 HST. Diusahakan tidak ada hujan 4 jam setelah penyemprotan. Berdasarkan rekomendasi setempat.

f. Pengendalian hama dan penyakit : lakukan pengamatan setiap hari (terutama hingga umur 1 bulan)

g. Pemanenan : lakukan panen setelah sekitar 90% bulir padi menguning. Lakukan panen setelah embun kering dan tidak waktu hujan. Segera dirontok setelah panen. Lakukan segera proses pengeringan dan dianjurkan menggunakan jasa alat mesin pemanen. (zul)

Akhir�2016,�Benih�IPB�3S�Siap�di�Tanam�untuk�2�Juta�Hektar�Lahan

Edisi November / 2015

Page 4: PLK November 2015.cdr

4

atangnya Tahun Baru Islam 1 Muharam 1437 DHijriah, disambut meriah oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk warga di Desa Cibanteng,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Untuk memperingatinya, warga di Desa Cibanteng mengadakan sejumlah kegiatan, salah satunya adalah pawai obor dengan rute yang dilalui meliputi Pondok Pesantren Daruttafsir, Jalan Pabuaran Sawah, masuk Jalan Propinsi, melewati jembatan Cinangneng, hingga bunderan Kampus IPB Dramaga.

Sebelumnya, ribuan warga berkumpul di Balai Desa Cibanteng dan menggelar sujud syukur yang digelar di depan kantor desa Cibanteng. Ribuan warga ini berasal dari semua unsur, yakni Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Badan Permusyawarahan Desa (BPD), tokoh agama, santri, tokoh pemuda, kaum ibu, pelajar dan mahasiswa.

Kepala Desa Cibanteng, Warso, S.Sos, mengatakan, “Pawai obor ini merupakan budaya yang selalu ada setiap menyambut Tahun Baru Islam sebagai bentuk kebahagiaan masyarakat akan datangnya tahun baru hijriah bagi umat Islam. Utamanya untuk mempererat silaturahmi antar warga”.

Diakuinya, antusias masyarakat Desa Cibanteng dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam selalu tinggi. “Insya Allah, tahun depan kami akan menggelar kegiatan yang lebih meriah dibanding tahun ini,” ujarnya. Ia menambahkan, kegiatan keagamaan yang tumbuh di tengah masyarakat dalam era globalisasi akibat kemajuan teknologi ini patut diapresiasi. Dengan demikian, diharapkan akan muncul manusia-manusia yang unggul, khususnya bagi generasi muda Islam di seluruh Indonesia.(Awl)

Sambut�Tahun�Baru�Islam,Warga�Cibanteng�dengan�“�Pawai�Obor”

Edisi November / 2015

Page 5: PLK November 2015.cdr

5Edisi November / 2015

Hutan�Rakyat�Indonesiadi�Bawah�Enam�Persen

uru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor G(IPB) Prof.Dr Hardjanto dalam orasi ilmiahnya berjudul “Pengelolaan Hutan Rakyat: Tantangan Keilmuan dan

Dunia Praktik ke Depan”, mengatakan, pemerintah saat ini sedang mewacanakan adanya substitusi penyediaan bahan baku kayu yang berasal dari hutan rakyat. Sedangkan luasan hutan rakyat Indonesia hanya 1-5% dari total luas hutan. Luas total hutan negara 95-99%, akibatnya potret baik-buruknya kinerja sektor kehutanan selama ini bersumber dari dan atau pada hutan negara. “Hutan rakyat dikelola oleh masyarakat sedangkan hutan negara dikelola oleh negara. Praktik pengelolaan hutan negara di Indonesia sejak zaman Belanda dilakukan dengan berlandaskan ilmu manajemen hutan yang berasal dari daratan Eropa. Sementara itu untuk mengelola hutan rakyat, ilmunya baru mulai dirintis awal tahun 90-an, sehingga masih banyak aspek dan gejala pengetahuan, ilmu pengetahuan yang belum didukung kebenarannya. Ini menjadi tantangan keilmuan di masa datang,” ujarnya saat konferensi pers pra orasi di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, (6/10). Menurutnya, baru dua perguruan tinggi negeri yang fokus mengembangkan keilmuan pengelolaan hutan rakyat, yakni IPB dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengelolaan hutan di Indonesia masih mengutamakan kepentingan manusia (segi ekonomi), sementara fungsi ekosistem lainnya tidak diperhatikan. Kontributor kinerja Kementerian Kehutanan kita yang terus menurun itu karena lebih mementingkan kepentingan manusia. Salah satu bukti sejarah menunjukkan bahwa sejak berdirinya Departemen Kehutanan sampai saat ini permasalahan kegagalan reboisasi terus terjadi.

“Pemikiran semacam ini hadir tidak terbatas pada industriawan tetapi juga di dunia birokrat, politisi bahkan juga akademisi. Orang-orang tersebut tidak atau belum diajarkan tentang dimensi 'keajaiban' hutan tetapi digantikan pandangan ekonomi yang dangkal dari produk hutan yang punya nilai manfaat nyata seperti kayu,” ujarnya. Kinerja sub sektor kehutanan selama satu abad terus menurun. Sampai saat ini pengelolaan hutan masih berada pada posisi decline. Kondisi tersebut disadari oleh para rimbawan dan peminat serta pemerhati kehutanan, namun nampaknya belum mampu mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Hutan rakyat, semula hanya mencakup pengertian hutan yang berada di atas tanah milik. Dalam perkembangannya hutan rakyat diartikan sebagai hutan yang dibuat oleh rakyat. Contoh Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), hutan desa dan hutan adat. Begitu pula pada kawasan hutan negara seperti kawasan konservasi yang ditanami pohon oleh masyarakat, juga diklaim sebagai hutan rakyat. “ U s a h a h u t a n r a k y a t t e r n y a t a s a n g a t l a m b a n perkembangannya. Berbagai masalah praktis masih menjadi kendala pada berbagai aspek pengelolaannya. Dengan kata lain pengelolaan hutan rakyat masih belum mendapat ruang yang cukup untuk berkembang. Harapannya pengelolaan hutan rakyat bisa lebih baik lagi dengan menyeimbangkan peran hutan rakyat dan hutan negara. Kawasan hutan negara dibuka aksesnya untuk ditanami oleh rakyat,” ujarnya.(zul)

Prof.Dr Hardjanto

Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB)

Page 6: PLK November 2015.cdr

6

Guru Besar IPB

Pertanian�Monokultur�Rentan�Serangan�Hama

uru Besar Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut GPertanian Bogor (IPB) Prof. Dr.Ir. Meity Suradji Sinaga mengatakan, budidaya tanaman padi yang luas dengan

satu varietas yang sama akan membentuk sistem monokultur yang memiliki kelemahan yaitu mudahnya terjadi epidemik penyakit. Blast yang dulu hanya menyerang padi gogo, sekarang padi sawah hancur karena blast. Ini akibat monokultur. “Kalau satu varietas tanaman ditanam secara meluas, akan memberikan tekanan yang tinggi pada patogen. Hal ini akan menyebabkan perubahan genetik pada patogen sehingga timbul patogen yang virulen,” ujarnya dalam konferensi pers pra orasi di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, (6/10). Epidemik merupakan perkembangan penyakit dalam populasi tanaman/area/waktu. Blast memiliki kecepatan perkembangan yang tinggi sehingga sebelum tanaman berproduksi, tanaman tersebut sudah hancur, karena blast menyerang daun. “Selain itu, kondisi saat ini dimana hutan dibakar untuk memperluas lahan kelapa sawit juga merupakan sistem monokultur. Bayangkan jika seluruh Indonesia diganti sawit, kakao dan kelapa diganti sawit. Maka monokultur terjadi dan keragaman genetiknya kecil sekali. Sekarang terlihat bagaimana sawit mati karena ganoderma,” ujarnya.

Edisi November / 2015

Padi bisa diakali karena varietas padi macam-macam. Kita bisa buat tahanannya kecil dengan multi varietas sehingga bisa mendobrak sistem monokultur, tambahnya. Pengendalian hayati sudah tersedia secara alami. Pada ekosistem alami pengendalian hayati sudah terjadi dengan sendirinya. Karena intervensi manusia (proses budidaya tidak ramah lingkungan) maka agen yang menjadi sumber hayati tersebut menjadi punah. “Itu yang kita lihat dengan adanya keragaman yang sempit dan kelimpahannya semakin kecil yang membuat agen pengendaian hayati tidak bisa aktif lagi. Inilah saatnya kita kembali melakukan pengendalian yang ramah lingkungan,” imbuhnya. Sejak tahun 1970, konsep pengendalian hayati mulai diterima dan diaplikasikan pada budidaya berbagai tanaman, walaupun keefektifan pengendalian terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tidak secepat pestisida. Agen Pengendali Hayati (APH) penyakit tumbuhan adalah makhluk hidup, oleh karena itu untuk pengembangan dan pemanfaatan APH perlu kehati-hatian tinggi terutama dalam identifikasi APH dan pemahaman yang benar. “Suatu tantangan bagi Indonesia dengan keanekaragaman dan kelimpahan mikroorganisme atau APH yang tinggi, apakah mau memanfaatkan karunia yang spektakuler ini untuk membantu pencapaian produksi tanaman optimum yang berkelanjutan,” tandasnya. (zul)

Dr.Ir. Meity Suradji Sinaga, Guru Besar Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB)

Page 7: PLK November 2015.cdr

7

lumni Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 22 Amenggelar acara “Reuni Akbar 30Th Grhasita”. Acara ini bertujuan untuk memperkuat komitmen dan meluaskan

kemanfaatan hidup untuk orang lain melalui tiga gerakan kepedulian yang menerapkan gaya hidup hijau (green living). Ketiga gerakan tersebut adalah Green Tempe 22 sebagai bagian dari Indonesia Tempe Movement yang dipelopori oleh Wida Winarno dari Bogor; model peternakan sapi perah terpadu yang dipelopori oleh Taryat Ali Nursidi dari Subang; dan kewirausahaan sosial yang dipelopori oleh Akhmad Supriyatna dari Serang. "Ketiga gerakan kepedulian ini sebagian contoh dari kesadaran dan wujud nyata alumni IPB angkatan 22, yang memaknai reuni ini sebagai hari penguatan komitmen untuk meluaskan kemanfaatan hidup orang lain," kata Mukhlis Yusuf, mewakili panitia reuni 30 tahun Ghrasita, yang juga Wakil Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) IPB, di IPB International Convention Center (IICC) Bogor, Minggu (11/10). Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB, Dr. Syarifah Iis Aisyah, mengatakan bahwa komitmen ini juga selaras dengan keinginan IPB untuk menciptakan Green Campus. Wakil Rektor bidang Riset dan Kerjasama IPB, Prof.Dr. Anas Miftah Fauzi dalam sambutannya mengatakan, peran alumni sangat besar dalam menjaga nama baik almamater. Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik antara alumni dengan almamaternya. Terlebih alumni dari angkatan 22 ini tidak sedikit yang menjadi penentu kebijakan di IPB, sehingga bisa selalu bersinergi untuk kejayaan IPB dan bangsa Indonesia,imbuh Prof Anas. Sementara itu, Ketua Panitia Reuni Akbar 30 Tahun Grhasita, Ojat Sujatnika mengatakan, reuni akbar merupakan awal penguatan komitmen untuk terus bekerja bersama-sama. Masing-masing alumni memiliki bidang kepedulian, dan model pengabdian kemanfaatan hidup lainnya. Ojat menambahkan, Green Tempe 22 adalah gerakan untuk keberlanjutan warisan bangsa melalui usaha dan edukasi tempat berkualitas, membangun jejeraing retail nasional dan internasional. Selain itu adalah pemanfaatan limbah industri tempe untuk pakan ternak, menanam benih bekerjasama dengan balai benih, membuat pelatihan tempe yang lebih efisien, membuat berbagai variasi tempe, edukasi supplier untuk industri tempe, mengembangkan berbagai produk dengan konsep tempe, dan merancang strategi branding tempe sebagai identitas Indonesia. Kegiatan yang dihadiri sekitar 700 orang alumni ini menampilkan 'Pizza Tempe' sepanjang 10 meter yang dibagikan untuk para peserta yang hadir. (ddh)

impunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi) Institut HPertanian Bogor (IPB) melakukan serangkaian kegiatan yang berupaya meningkatkan perbaikan gizi bangsa.

Sejak tahun 2012, Himagizi telah menyelenggarakan Nutrition Fair. Nutrition Fair diselenggarakan sebagai ajang tahunan serangkaian kegiatan gizi ilmiah dan populer dalam rangka meningkatkan kesadaran gizi akademisi dan masyarakat. Mengusung tema “Gizi Seimbang dan Gaya Hidup Sehat Menuju Indonesia Sehat Berkualitas”, Nutrition Fair (NF) 2015 memiliki lima rangkaian kegiatan, yaitu: NIACIN (Nutrition Seminar and Charity for Children), PHYTOSTEROL (Physical Fitness with Aerobic and Good Tasted - Culinaire Food Festival), THIAMINE COMPETITION (Think Critically to Solve Problems in Nutrition through Essay Competition), COPPER (Creative Original Public and Poster), dan CRISPY COMPETITION (Creation of Special Tasty Indonesian Food Competitiont). Khusus Crispy Competition, Himagizi mewajibkan pesertanya untuk mengolah bahan baku tempe untuk dikreasikan menjadi berbagai menu masakan. Lomba memasak menu sarapan sehat, aman, bergizi, beragam, dan seimbang ini bertemakan “Kreasi Masakan Indonesia yang Sehat dan Berkualitas sebagai Pemenuhan Gizi Harian”. Bertempat di Taman Rektorat Kampus IPB Darmaga, Minggu (4/10), peserta yang ikut serta adalah mahasiswa, himpunan mahasiswa profesi gizi, himpunan mahasiswa non-profesi gizi, perusahaan pangan dan non-pangan, instansi gizi dan kesehatan, serta masyarakat umum. Tempe merupakan salah satu sumber protein nabati dan menjadi makanan penting pendukung peningkatan kualitas gizi manusia Indonesia. Beberapa waktu lalu, IPB berencana mendaftarkan tempe sebagai salah satu warisan budaya Indonesia ke UNESCO. Kegiatan Nutrition Fair 2015 ini juga bagian dari kampanye untuk mensukseskan langkah IPB tersebut. “Pada jaman dahulu, tempe disajikan sebagai hidangan khusus untuk Raja Klaten. Oleh karenanya kami sebagai pengusung tempe sebagai warisan budaya Indonesia ke UNESCO secara resmi 'minta restu' ke Bupati Klaten. Selain itu, kami juga berencana membangun Monumen Tempe di Klaten. Gubernur Jawa Tengah mendukung penuh langkah ini,” ujar Dr. Rimbawan selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB.

Nutrition�Fair�2015,�IPB�Gagas�Monumen�Tempe�di�Klaten

Alumni�IPB�Angkatan�22�Tampilkan�Pizza�Tempe�10�Meter

Edisi November / 2015

Page 8: PLK November 2015.cdr

8

abut asap parah yang terjadi di beberapa wilayah KIndonesia adalah tragedi bukan bencana. Sebab kabut asap disebabkan oleh kesalahan manusia dan tidak

terjadi secara alamiah.

"Sebenarnya kejadian itu adalah tragedi, bukan bencana. Api yang menimbulkan kabut asap memang merugikan, namun secara bersamaan juga menguntungkan banyak orang," ujar Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Purnomo usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (08/10/2015).

Pria yang juga peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) ini, melanjutkan, api digunakan untuk membuka lahan pertanian, terutama sawit karena mudah dan murah. Herry Purnomo menjabarkan, di Sumatera, harga satu hektare lahan sebelum dibakar adalah sekitar Rp8,5 juta. Setelah dibakar, nilai lahan meningkat menjadi Rp11 juta lebih.

Kemudian jika sudah ditanami sawit, maka harga meningkat lagi menjadi sekitar Rp40 juta. Kata Herry, cara ini lebih menguntungkan daripada membuka lahan dengan traktor yang sulit digunakan di lahan gambut. Selain itu, hal yang membuat bisnis ini semakin "menggiurkan" adalah Indonesia merupakan pemasok 52 persen kelapa sawit dunia, atau yang terbesar, pada tahun 2014. CIFOR mencatat, investasi perusahaan sawit di Indonesia, selain lokal juga berasal dari Malaysia dan Singapura. Perusahaan-perusahaan ini, pada tahun 2014, mengekspor 33 juta ton kelapa sawit dan menghasilkan 18,4 miliar dolar AS.

Sementara terkait kebakaran hutan, Herry menyebut pihaknya mencatat ada kerugian negara sebesar sekitar hampir Rp200 triliun. "Sehingga sangat logis jika pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam pembakaran hutan mendapatkan hukuman, baik pidana maupun perdata, dengan mengganti semua ongkos tragedi lingkungan ini," katanya. Berdasarkan data CIFOR, kabut asap berdampak pada 30 juta jiwa, di mana ratusan ribu orang sudah menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

enderitaan yang dialami warga korban asap di Sumatera, PKalimantan, Sulawesi dan Papua menggugah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Pascasarjana

(Wacana) Institut Pertanian Bogor untuk (IPB) menggalang aksi peduli. Humas Forum Wacana IPB, Munzir Arsyuddin, S.Pi mengatakan latar belakang aksi penggalangan dana ini adalah karena melihat kasus kebakaran dan penyebaran asap yang belum teratasi, hingga menimbulkan banyak korban. Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga 24 Oktober 2015 menunjukkan bahwa korban bencana asap mencapai sekitar 503.874 jiwa yang terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

“Kemungkinan jumlah warga yang terkena ISPA lebih dari itu, karena masih banyak yang tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Korban jiwa juga sudah berjatuhan, tercatat sepuluh orang yang meninggal dunia. Untuk itu, kami mencoba berkoordinasi dengan beberapa lembaga Pascasarjana di IPB untuk melakukan penggalangan dana membantu saudara-saudara kita yang terkena asap,” ujar mahasiswa Program Studi Teknologi Perikanan Laut (TPL) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB ini.

Untuk saat ini, aksi penggalangan dana dilakukan baru sebatas di lingkungan kampus IPB. “Penggalangan dana juga dilakukan melalui komti-komti kelas di Pascasarjana, serta donasi melalui transfer rekening. Dari penggalangan dana di lapangan, kami berhasil mendapatkan donasi sebesar Rp 5.443.000. Ini di luar dari donasi melalui rekening dan komti masing-masing program studi.” tuturnya saat diwawancara tim Pesona Lingkar Kampus, Senin (26/10).

Titik penggalangan dana berada di gerbang utama IPB, pintu masuk samping BNI, pintu masuk 'Berlin', dan keliling menggunakan mobil listrik. Proses penggalangan dana untuk sementara ditargetkan hingga hari Senin (1/11). Dana yang terkumpul akan langsung disalurkan ke salah satu lembaga kemanusiaan, yakni Aksi Cepat Tanggap (ACT). “Dana ini akan digunakan untuk keperluan pembelian masker, obat-obatan dan peralatan serta oksigen,” pungkasnya.(zul)

Forum�Wacana�IPB�Galang�Aksi�Peduli�Asap“Bicara�Kabut�Asap”�

Edisi November / 2015