plankton, no 2
DESCRIPTION
plankstonTRANSCRIPT
4
Plankton
1 Pengertian Plankton
Plankton merupakan biota yang mempunyai kemampuan berenang sangat
lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air (Nybakken,
1988). Plankton merupakan makanan dasar bagi hewan air dimana plankton
berperan dalam mata rantai bagi kehidupan biota air yang lebih tinggi
tingkatannya.
Dalam dunia perikanan plankton dimaksudkan sebagai organisme yang
melayang didalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit, dan selalu terbawa
arus.
2 Klasifikasi Plankton Berdasarkan Jenis
Plankton terdiri dari fitoplankton (Phytoplankton) atau plankton tumbuh-
tumbuhan dan zooplankton atau plankton hewan. Ukuran plankton sangat
beraneka ragam dari yang terkecil, yang disebut ultraplankton berukuran < 0,005
mm atau 5 mikron, termasuk bakteri sampai nanoplankton berukuran 60-70
mikron yang terlalu kecil untuk dikumpulkan dengan cara mengambil sejumlah
air kemudian diendapkan kemudian dikumpulkan. Netplankton atau
mikroplankton berukuran sampai beberapa millimeter dan dapat dikumpulkan
dengan banyak macam jaring plankton. Sedangkan makroplankton berukuran
besar dapat berupa tumbuhan maupun hewan (Sachlan, 1982).
Jenis-jenis plankton dapat di bedakan menjadi dua golongan, yakni
fitoplankton dan zooplankton.
5
A. Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme mikroskopik yang hidup melayang dan
hanyut dalam air dan organisme ini mampu membuat makanan sendiri dengan
cara melakukan proses fotosintesis. Dengan kemampuan membuat makanan
sendiri tersebut, maka di dalam urutan rantai makanan perairan, fitoplankton
menempati urutan pertama, yakni sebagai produsen primer.
B. Zooplankton
Zooplankton merupakan organisme hewan berukuran mikroskopik yang
hidup dengan cara melayang dan hanyut di dalam suatu perairan. Zooplankton
tidak dapat membuat makanan sendiri, karena zooplankton tidak dapat melakukan
proses fotosintesis seperti yang dilakukan oleh fitoplankton. Di dalam rantai
makanan perairan, zooplankton memiliki peran sebagai hewan herbivora, yang
memakan fitoplankton yang berperan sebagai produsen primer.
Klasifikasi Plankton Berdasarkan Habitat
Berdasarkan habitat dan tempat hidupnya, organisme plankton dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yakni Haliplankton dan Limnoplankton.
Haliplankton merupakan jenis plankton yang hidup di perairan laut yang memiliki
nilai salinitas lebih dari 5o/oo. Sedangkan Limnoplankton merupakan jenis
plankton yang hidup di perairan tawar yang memiliki nilai salinitas kurang dari
0,5 o/oo (Davis, 1955).
Habitat plankton dapat dibedakan menjadi plankton laut (marine plankton)
dan plajnkton air tawar. Sedangkan menurut ukuran plankton dibedakan menjadi
6
tiga kelompok (Sachlan (1972), yaitu :
1. Kelompok net plankton yang berukuran > 50µ
2. Kelompok nano plankton yang berukuran antara 10 - 50µ
3. Kelompok mikro plankton atau ultra plankton yang berukuran < 10µ
A. Plankton Bahari (Haliplankton) :
1. Plankton Oseanik : Plankton yang hidup di perairan laut lepas.
2. Plankton Neritik : Plankton yang hidup disekitar mulut sungai
dan lepas pantai.
3. Plankton payau : Plankton yang hidup di perairan dengan salinitas
0.5-30‰.
B. Plankton Air Tawar (Limnoplankton)
Dalam Semua jenis plankton yang hidup di perairan tawar yang memiliki
nilai salinitas kurang dari 0,5 o/oo (Davis, 1955).
Sifat-Sifat Umum Fitoplankton
Fitoplankton hanya mampu hidup dengan baik pada perairan yang tenang
seperti kolam, danau dan waduk. Fitoplankton dapat digunakan sebagai salah satu
parameter ekologi yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi ekologi suatu
perairan dan dapat merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan suatu
perairan.
Mikroplankton yang paling besar adalah Volvox, hidup di air tawar dan
dapat dilihat tanpa alat pembesar (diantara 0,5 mm-1,5 mm, termasuk Volvocales,
7
alga hijau). Fitoplankton sudah tentu terdapat hanya di daerah yang ada sinar
matahari yang bergelombang antara 0,4-0,8 mikron, yakni sinar yang mata
manusia dapat melihat (Sachlan, 1982).
Kelimpahan Plankton
Plankton mempunyai variasi yang besar dalam distribusi vertikal di dalam
air. Kondisi kualitas air di permukaan sampai dasar yang bervariasi juga
berpengaruh terhadap kelimpahan plankton di perairan tersebut .
Perhitungan kelimpahan plankton pada suatu perairan berguna untuk
mengetahui keberadaan organisme plankton pada perairan tersebut, mengingat arti
pentingnya keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang berperan sebagai
pakan alami bagi organisme perairan lainnya. Perhitungan nilai kelimpahan
plankton ini bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan suatu perairan
yang ditinjau dari parameter biologi suatu perairan.
Nilai kelimpahan plankton yang terlalu tinggi akan membawa dampak
negative terhadap biota perairan lainnya pada perairan tersebut khususnya
terhadap ikan, karena dapat menyebabkan perairan tersebut kekurangan oksigen.
Peranan Fitoplankton di Perairan
Keberadaan fitoplankton dalam ekosistem perairan terutama perairan
waduk sangatlah penting karena dapat menunjang Kelangsungan hidup organisme
air lainnya.
Dalam suatu perairan fitoplankton berfungsi sebagai pengubah zat
anorganik menjadi zat organik, yang merupakan makanan bagi zooplankton dan
8
ikan, sumber oksigen dan bagian dari daur ulang nutrien yang terkandung dalam
perairan (Raymont, 1963).
Fitoplankton sebagai produsen primer di perairan merupakan sumber
kehidupan bagi organisme hewan lain yang juga menghasilkan oksigen.
Fitoplankton secara langsung maupun tidak langsung merupakan makanan bagi
herbivor primer yang hidup di perairan.
Fitoplankton biasa ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan
laut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan
terjadinya fotosintesis. Zona ini dikenal sebagai zona eufotik, tebalnya bervariasi
dari beberapa puluh centimeter pada air yang keruh hingga lebih 150 meter pada
air yang jernih. Besarnya dimensi ruang zona eufotik yang menjadi habitat
fitoplankton menyebabkan fitoplankton yang mikroskopis ini berfungsi sebagai
tumbuhan yang paling pentingartinya dalam ekosistem laut (Nontji, 1987).
Fitoplankton mempunyai sifat fototaksis positif, sehingga selalu bergerak
untuk mendekati cahaya (Sachlan, 1982). Fitoplankton dalam kedudukannya
sebagai pemula mata rantai makanan di perairan, mempunyai fungsi sebagai
berikut :
1. Mengoksigenisasi air
2. Mengubah zat anorganik menjadi zat organik
3. Jika mati akan tenggelam di dasar, sehingga dapat mempertahankan unsur
makanan (nutrien) didalam air.
Fitoplankton adalah organisme nabati yang merupakan kunci utama
penentu produktivitas primer pada perairan terbuka (Basmi, 1991). Strom (1928)
dalam Basmi (1991) menambahkan bahwa dengan mengetahui jumlah humus,
9
kalsium, nitrogen dan fosfor, maka kita dengan mudah dapat menentukan tipe dari
kesuburan suatu perairan. Mengingat bahan-bahan tersebut sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan fitoplankton, maka hubungan antara kesuburan
perairan dengan kondisi komunitas fitoplankton sangat erat (Welch, 1952 dalam
Basmi, 1991).
Komunitas organisme adalah sesuatu yang dinamis, dimana populasi-
populasi yang ada didalamnya saling berinteraksi, dan mengalami variasi dari
waktu ke waktu. Variasi atau perubahan komunitas tersebut tidak lain karena
adanya pengaruh factor-faktor lingkungan yang kompleks (Clapham, 1973 dalam
Basmi, 1988). Demikian pula dengan fitoplankton, ia mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Perubahan tersebut akan mencerminkan perkembangan
komunitas secara keseluruhan, seperti biomassa, keaneka ragaman spesies, dan
produksinya. Sebagai contoh, spesies yang dominan pada waktu tertentu sering
menjadi langka atau menghilang sama sekali pada waktu berikutnya, atau
sebaliknya (Davis, 1955 dalam Basmi, 1988).
Pengambilan unsur hara oleh fitoplankton hanya terbatas kepada unsur
hara yang dapat larut dan menyebar, sehingga dapat melalui dinding semi-
permiabel masuk kedalam sel. Banyak nutrien kompleks terlarut dan partikel yang
tak dapat dimanfaatkan oleh organisme autotrof. Lain halnya dengan organisme
heterotrof apapun bentuknya nutrien tersebut, tetap diserap dan dikumpulkan
dalam sel dan dipecah dengan enzim pencerna (Basmi, 1988).
Terdapat hubungan positif antara kelimpahan fitoplankton dan
produktifitas perairan, yaitu jika kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tinggi
10
maka perairan tersebut cenderung memiliki produktivitas yang tinggi pula. Pada
umumnya jumlah fitoplankton jauh lebih besar dari zooplankton.
Parameter Kualitas Air yang Mempengaruhi Fitoplankton
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energy,
atau komponen lain di dalam air (Effendi, 2003). Kualitas air dinyatakan dengan
beberapa parameter diantaranya parameter fisika dan parameter kimia. Parameter
fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi suhu,
alkalinitas, kecerahan dan kekeruhan, padatan tersuspensi, aroma, dan warna.
Sedangkan beberapa parameter kimia meliputi oksigen terlarut (DO),
karbondioksida bebas, alkalinitas, pH, dan sebagainya.
Parameter fisika-kimia merupakan komponen ekosistem abiotik yang
merupakan wadah atau media bagi kehidupan suatu organisme. pada umumnya
faktor-faktor penting yang berkaitan dengan dan sekaligus dapat menjadi
pembatas terhadap produktivitas perairan.
Parameter Fisika
1 Suhu
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup
dapat melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik
yang sangat penting diair, sebab bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung
di dalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan
dapat di gunakan untuk menentukan densiti air. Air dengan densitas rendah berada
di lapisan air bagian atas, dan air yang berdensitas tinggi akan berada di lapisan
11
air bagian bawah. Suhu air sangat tergantung pada tempat dimana air tersebut
berada.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang amat penting. Suhu biasanya
tergantung pada angin dan pendinginan permukaan yang disebabkan oleh
panjangnya radiasi konduksi pada waktu malam hari atau akibat cuaca yang
dingin.
Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang di tentukan secara visual dengan
menggunakan sechi disk.
Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter, nilai ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca., waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan
tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran
kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Parameter Kimia
1 pH
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. Reaksi atau keasaman
suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. pH
didefinisikan sebagai logaritma dari konsentrasi ion Hidrogen (H). pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas Nilai pH dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain aktivitas biologi misalnya fotosintesis dan
respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut.
12
Perubahan nilai pH air laut (asam dan basa) akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas biologis.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan nilai pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Ini
dimaksudkan karena pengaruh besar terhadap biota budidaya sehingga digunakan
sebagai petunjuk keadaan air sebagai lingkungan hidup. Toksisitas logam
diperlihatkan peningkatan pada pH rendah
2 Oksigen Terlarut
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di
dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari
kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang di
butuhkan untuk kehidupannya.Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan
oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya
adalah bakteri.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan
musiman tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence)
masa air. Aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (effluent) yang masuk
kedalam badan air. Penurunan DO di air dapat terjadi karena suhu yang tinggi,
proses respirasi, masukan bahan organik, proses dekomposisi serta tingginya
salinitas. Kelarutan oksigen dan gas-gas lainnya juga berkurang dengan
13
meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah
daripada kadar oksigen di perairan tawar
Pada umumnya air yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat
rendah. Hal ini karena oksigen yang terlarut didalam air telah dimanfaatkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan/mendegradasi bahan buangan organik
sehingga menjadi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan/gas yang
mudah menguap (seperti H2S dan CH4) yang ditandai dengan bau busuk. Selain
itu bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di
dalam air mengikuti reaksi oksidasi biasa.
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen
merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, turbulensi air, dan
tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin
kecil tekanan atmosfe, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).
3 Karbon Dioksida Bebas (CO2)
Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber.
Yaitu sebagai berikut :
1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami
difusi secara langsung kedalam air.
2. Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi secara teoritis memiliki kandungan
karbondioksida sebesar 0.55-0.60 mg/liter, berasal dari karbondioksida yang
terdapat di atmosfer.
14
3. Air yang melewati tanah organik. Tanah organik yang mengalami
dekomposisi mengandung relatif banyak karbondioksida sebagai hasil proses
dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air.
4. Respirasi tumbuhan, hewan, dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi
tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan pada
kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu produk akhir.
Dengan demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar
perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir.
Adapun hubungannya dengan ikan dalam perairan, kandungan karbon
dioksida bebas yang terlalu tinggi akan membahayakan bahkan mungkin
mematikan. Kandungan karbon dioksida bebas yang melebihi 5 ppm akan
membahayakan kehidupan ikan terutama jenis-jenis yang hidup dikolam. Jenis
ikan yang dapat mengambil udara langsung dari atmosfer akan tahan sampai
kadar karbon dioksida bebas 100 ppm. Sedangkan untuk jenis ikan yang tidak
dapat mengambil udara secara langsung dari atmosfer akan mengalami kesulitan
pernapasan pada kadar karbondioksida sebesar 30 ppm dan akan mati pada kadar
sedikit di atasnya.
4 Nitrat
Nitrat merupakan produk akhir dari oksidasi amoniak. Nitrat ini
merupakan substansi yang dapat ditoleransi oleh kebanyakan ikan sehingga
keberadaannya sangat diabaikan. Namun, bagi hewan avertebrata seperti udang,
nitrat ini tidak tertoleransi. Pengguna nitrat adalah tanaman dan alga karena
berfungsi sebagai pupuk untuk pertumbuhannya.
15
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae, nitrat nitrogen
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Kadar nitrat di perairan yang
tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari pada kadar amonium, kadar nirat-
nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1mg/l. Kadar nitrat
lebih dari 5mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang
berasal dari aktifitas manusia dan tinja hewan.Kadar nitrat-nitrogen yang lebih
dari 0.2 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan,
yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat
(blooming) (Effendi, 2003).
5 Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang
merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Di
perairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus-menerus,akibat proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang
dilakukan oleh mikroba.
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang
merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Di
perairan bentuk unsur fosfor berubah-ubah secara terus-menerus, akibat proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang
dilakukan oleh mikroba. Kesetimbangan antara bentuk fosfat anorganik pada
16
berbagai nilai pH. Kadar fosfor pada perairan alami berkisar antara 0,005 - 0,02
mg/l (Effendi, 2003).
Pada umumnya kandungan phosphat dalam perairan umum tidak pernah
melampaui 0,1 ppm, kecuali bila penambahan dan pelimpahan air buangan atau
pelimpahan daerah pertanian. Bila kandungan phosphat melampaui keperluan
phophat bagi tumbuhan normal dari tanaman air akan terjadi penyuburan. Dalam
keadaan semacam ini akan terjadi perkembangan yang sangat pesat (blooming)
dari algae dan tanaman lainnya. Sebaliknya bila perairan kekurangan fosfat,
populasi tanaman air itu akan mati secara massal yang mengakibatkan kondisi
lingkungan yang busuk, sehingga akan terbentuk senyawa beracun (by 007)