plagiat merupakan tindakan tidak terpujitabel viii dosis obat fdc kategori i tahap intensif...

96
i EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG GAGAL KONVERSI DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA TAHUN 2006-2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Christina Probolini NIM : 058114076 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 10-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

i

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG GAGAL KONVERSI DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT

PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA TAHUN 2006-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Christina Probolini

NIM : 058114076

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

ii

EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG GAGAL KONVERSI DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT

PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA TAHUN 2006-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Christina Probolini

NIM : 058114076

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

iii

Halaman Persembahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

v

Halaman Persembahan

Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yangakan apa yangakan apa yangakan apa yang akan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esok

“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25----34343434””””

Karya ini kupersembahkan untuk :

Jesus Christ, My Savior yang selalu kuandalkan, God is Good All The Time

St. Peregrinus, sahabat dan pelindungku

Ayah dan Ibuku tercinta inspirasi terbesar dalam hidupku, segalanya yang tanpa balas

Ke-3 adikku yang setia menemani perjalanan hidupku

Almamaterku Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Evaluasi

Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai

Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008“.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.). Selama proses skripsi

berlangsung, banyak pihak yang telah terlibat memberikan bantuan dan kerjasama

yang baik, sehingga dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi atas masukan,

saran serta kesediannya menjadi dosen penguji.

2. Ibu Yustina Sri Hartini M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

untuk pendampingannya selama ini.

3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan masukan, saran dan motivasi selama proses skripsi berlangsung.

4. Drs. P. Sunu Hardiyanta, SJ., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah

membantu memberikan arahan serta pengetahuan khususnya dalam analisis

statistik.

5. dr. Fenty, M.Kes.,SpPK yang telah berkenan menjadi dosen penguji,

terimakasih untuk saran dan masukannya.

6. Dr. Andajani Woerjandari, M.Kes. selaku Kepala BP4 pusat yang sudah

memberikan izin penelitian kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

viii

7. Ibu Ana Adina Patriani, SKM, MPH selaku pembimbing lapangan dari BP4

Minggiran yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir penelitian.

8. Seluruh staf bagian Rekam Medis dan pojok DOTS di BP4 Minggiran,

Kotagede dan Kalasan dan para perawat atas kerjasama dan bantuannya

menjadi rekan kerja yang baik dan menyenangkan selama penelitian ini.

9. Ayahku Thomas Sujiyanto dan Ibuku tercinta Lucia Sri Resmiyati, atas

segala pengorbanan, cinta dan kasih sayangnya selama ini.

10. Ke-3 adikku, Agung, Umi dan Ova, untuk cinta kasihnya, kebersamaan dan

persaudaraan kita selamanya.

11. Sahabat-sahabat terkasih Sr. Okta, Ibu Maria, Mbak Wati, Mbak Lusi, Mas

Inus, terima kasih untuk cinta kasihnya dan persahabatan yang indah ini.

12. Pak Warto dan Teteh Eni, Badai, Bayu, Mas Gun, dan Alm. Iwan untuk

nasehat, pengertian, cinta dan kasih sayang yang kalian berikan untukku.

13. Teman-teman Farmasi khususnya FKK-2005, keluarga Hidden Kost dan

KKN Tempel yang telah hadir mengelilingi perjalanan hidupku

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini, masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala

saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun. Semoga karya tulis yang

sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 2 Juni 2009

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

x

INTISARI

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) membutuhkan waktu selama 6 bulan. Durasi ini semakin panjang dengan adanya kegagalan konversi di akhir fase intensif, yang dapat disebabkan oleh ketidaktaatan pasien, penyakit penyerta, maupun status gizi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 menggunakan standar Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI.

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif, pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif menggunakan kartu TB 01 dan rekam medis (RM) pasien, didukung wawancara dengan beberapa pasien TB paru yang gagal konversi tahun 2006-2008. Data dari RM dan kartu TB 01 dianalisis menggunakan narasi deskriptif sederhana, diagram dan tabulasi. Data diskrit dari RM dianalisis menggunakan z-test of proportion-one sample case.

Hasil penelitian menunjukkan profil pasien TB paru yang gagal konversi dengan kategori usia terbanyak yaitu 25-34 tahun (28,89%), jumlah kasus dengan jenis kelamin pria yaitu 57,78% dan wanita 42,22%, jumlah kasus terbanyak dari profil pekerjaan tanpa keterangan (35,55%), dan wilayah tempat tinggal terbanyak dari Sleman (42,22%). Pola pengobatan OAT FDC Kategori 1 terbanyak yaitu 4FDC3Tab/2FDC3Tab (73,33%) dengan kelas terapi obat tambahan terbanyak dari sistem saluran pernapasan (65,12%). Penyebab kegagalan konversi dalam penelitian ini adalah DM (13,33%) dan rata-rata lama pengobatan pasien yaitu 7 bulan.

.

Kata kunci : tuberkulosis, gagal konversi, DOTS,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xi

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is a spread directly disease caused by Mycobacterium tuberculosis. TB treatment using DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) needs six months. This duration will be longer by the existing of conversion failure in the last intensive phase, which caused by either patient’s disobedient, second disease or malnutrition. This research was aimed to evaluate the treatment on TB patient who has conversion failure in BP4 Yogyakarta 2006-2008 using National Tuberculosis Cope Guideline, Depkes RI.

The genre of this research was observational with descriptive plan which the data gathered retrospectively using TB 1 card and patient’s medical record, supported also by interview with some TB patients who have experienced conversion failure in 2006-2008 period. The data from medical record and TB 1 card is analyzed by a simple descriptive narration, diagram and tabulation. Discrete data from medical record is analyzed by using z test proportion-one sample case.

Result of research shows the highest age category of tuberculosis patients’ profile who failed conversion is 25-34 years (28, 89%), number of cases of sex with men is 57.78% and 42.22% women, number of cases, most of the work without the profile information (35.55%), and most residential area of Sleman (42.22%). The treatment pattern of OAT FDC Category 1 is most 4FDC3Tab/2FDC3Tab (73.33%) with the most additional drug therapy class from respiratory channel system (65.12%). The cause of conversion failure in this research is the DM (13.33%) and the average treatment duration of the patient is 7 months.

Keyword: Tuberculosis, conversion failure, DOTS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... vi

PRAKATA ............................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ix

INTISARI ................................................................................................. x

ABSTRACT ............................................................................................... xi

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx

BAB I PENGANTAR ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

1. Permasalahan ......................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ................................................................. 4

3. Manfaat penelitian .................................................................. 5

a. Manfaat teoritis ................................................................. 5

b. Manfaat praktis ................................................................. 5

B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1. Tujuan umum ......................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xiii

2. Tujuan khusus ........................................................................ 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................... 7

A. Tuberkulosis Paru....................................................................... 7

1. Mycobacterium tuberkulosis ................................................... 7

2. Etiologi .................................................................................. 7

3. Patogenesis ............................................................................. 9

4. Gejala tuberkulosis ................................................................. 10

5. Diagnosis TB paru dewasa ..................................................... 10

B. Pengobatan Tuberkulosis ............................................................ 13

1. Prinsip pengobatan ................................................................. 13

2. Strategi terapi ......................................................................... 13

3. Efek samping obat .................................................................. 17

4. Penggunaan obat yang rasional ............................................... 18

C. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) ............................... 19

D. Keterangan Empiris .................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 21

B. Definisi Operasional ................................................................... 21

C. Subyek Penelitian ....................................................................... 22

D. Bahan Penelitian ........................................................................ 23

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 23

F. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 23

G. Tata Cara Penelitian ................................................................... 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xiv

1. Perencanaan ........................................................................... 24

2. Pengambilan data ................................................................... 24

3. Pengolahan Data ..................................................................... 25

I. Analisis Hasil ............................................................................. 25

J. Kesulitan Penelitian .................................................................... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 28

A. Profil dan Jumlah Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal

Konversi..................................................................................... 29

1. Usia ........................................................................................ 29

2. Jenis kelamin .......................................................................... 29

3. Pekerjaan ................................................................................ 30

4. Wilayah tempat tinggal ........................................................... 30

B. Pola Pengobatan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi .............. 32

1. Kategori Pengobatan .............................................................. 32

2. Jumlah dan dosis FDC ............................................................ 33

3. Obat tambahan pasien TB paru yang gagal konversi .............. 34

a. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan ............. 35

b. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah ........................... 37

c. Suplemen dan penunjang ................................................... 37

d. Obat yang bekerja sebagai analgesik ................................. 38

e. Obat yang bekerja pada otot skelet dan sendi ..................... 39

f. Obat yang bekerja pada penyakit infeksi ............................ 40

g. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna ..................... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xv

h. Obat-obat hormonal .......................................................... 41

i. Obat yang digunakan pada penyakit kardiovaskuler ........... 42

j. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat .......................... 42

4. Interaksi obat .......................................................................... 42

5. PMO (Pengawas Menelan Obat) ............................................. 44

C. Penyebab Kegagalan Konversi ................................................... 45

1. Pasien TB paru dengan penyerta diabetes mellitus ................. 47

2. Pasien TB paru dengan riwayat merokok ............................... 48

3. Hasil wawancara pada pasien TB paru yang gagal konversi ... 49

D. Lama Pengobatan ....................................................................... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 53

A. Kesimpulan ................................................................................ 53

B. Saran .......................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55

LAMPIRAN ............................................................................................. 58

BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I Dosis untuk Panduan OAT FDC Kategori I ....................... 16

Tabel II Dosis untuk Panduan OAT FDC Kategori II ...................... 16

Tabel III Dosis OAT FDC Kategori Sisipan ..................................... 17

Tabel IV Efek Samping Berat OAT .................................................. 18

Tabel V Efek Samping Ringan OAT ............................................... 18

Tabel VI Gambaran OAT FDC Kategori I yang Digunakan Pasien

Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 32

Tabel VII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian

RHZE di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..................... 33

Tabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian

RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .......................... 33

Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan yang Digunakan Pasien

Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 34

Tabel X Golongan dan Jenis Obat Tambahan untuk Kelas Terapi Obat

yang Bekerja pada Saluran Pernapasan yang Digunakan oleh

Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 36

Tabel XI Jenis dan Komposisi Obat yang Bekerja pada Sistem

Saluran Pernapasan yang Digunakan oleh Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xvii

2006-2008 ......................................................................... 36

Tabel XII Golongan dan Jenis Obat Tambahan untuk Kelas Terapi Obat

yang Mempengaruhi Gizi dan Darah pada Pasien TB Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ....... 37

Tabel XIII Jenis dan Komposisi Obat Tambahan untuk Kelas Terapi

Suplemen dan Penunjang yang Digunakan oleh Pasien

TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008 .............................................................. 38

Tabel XIV Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi

Obat yang Bekerja Sebagai Analgesik yang Digunakan oleh

Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Periode Tahun 2006-2008 .................................................. 38

Tabel XV Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi

Obat yang Bekerja pada Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan

oleh Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 39

Tabel XVI Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi

Pengobatan Infeksi yang Digunakan oleh Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 40

Tabel XVII Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xviii

Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan

oleh Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 41

Tabel XVIII Golongan, Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk

Kelas Terapi Obat-Obat Hormonal yang Digunakan oleh

Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 42

Tabel XIX Hasil Pemeriksaan Dahak Pasien Tuberkulosis Paru yang

Gagal Koversi Setelah Akhir Fase Sisipan di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 45

Tabel XX Penggolongan Riwayat Penyerta per Pasien TB Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ....... 46

Tabel XXI Rangkuman Kondisi Pasien TB Paru yang Gagal Konversi

pada Akhir Pengambilan Data di BP4 Yogyakarta Tahun

2006-2008 ........................................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru Dewasa ....................... 12

Gambar 2 Profil Usia Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di

BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .................................... 29

Gambar 3 Profil Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008........ 30

Gambar 4 Profil Pekerjaan Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi

di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ................................ 30

Gambar 5 Profil Wilayah Tempat Tinggal Pasien Tuberkulosis Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008........... 31

Gambar 6 Profil PMO Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi

di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .................................... 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di

di BP4 Tahun 2006-2008 Berdasarkan Kartu TB 01 .......... 59

Lampiran 2 Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di

di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 Berdasarkan

Rekam Medis..................................................................... 61

Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Dahak SPS Pasien Tuberkulosis Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 65

Lampiran 4 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pasien Tuberkulosis

Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008............................................................... 67

Lampiran 5 Alur Pemilihan Uji Z dan perhitungan z test of proportions

one sample case untuk jenis kelamin .................................. 71

Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data di BP4 Kalasan ..................... 72

Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data di BP4 Kota Gede ................. 73

Lampiran 8 Surat Izin Wawancara Pasien Tuberkulosis Paru yang

Gagal Konversi .................................................................. 74

Lampiran 9 Formulir Persetujuan (Informed Consent) .......................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) hingga kini masih menjadi masalah kesehatan yang

penting di dunia. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis. Insidensi TB di dunia berdasarkan data WHO tahun

2004, menyebutkan sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Situasi TB di dunia semakin memburuk,

jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi

dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat

yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug

resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil

disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya

epidemi TB yang sulit ditangani (Anonim, 2007).

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Jumlah pasien TB di Indonesia menduduki peringkat ke-3 terbanyak di dunia

setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien

TB di dunia. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah

penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok

usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Diperkirakan pada tahun 2004,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

22

22

setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus

TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Hasil survey prevalensi TB di

Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif

secara nasional adalah 110 per 100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB

BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu wilayah

Sumatera, angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, wilayah Jawa

dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000, dan penduduk wilayah

Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus

untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000

penduduk. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB

dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas,

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Pengobatan

Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta

(Anonim, 2007).

Pada penelitian ini, peneliti memilih lokasi di BP4 Yogyakarta.

Berdasarkan hasil evaluasi tahunan TB di BP4 Yogyakarta, diketahui terjadi

peningkatan penemuan kasus TB BTA (+) dari 449 pasien (tahun 2007) menjadi

453 pasien (tahun 2008). Tahun 2007, dari 267 pasien TB BTA (+) baru yang

diobati, yang mengalami konversi sebanyak 211 pasien, sedangkan untuk tahun

2008 yang mengalami konversi hingga trimester ketiga sebanyak 167 pasien dari

264 pasien TB BTA (+) baru yang diobati. Dari hasil laporan tahunan BP4

tersebut, terlihat bahwa tidak semua pasien mengalami konversi BTA di akhir

pengobatan tahap intensif (gagal konversi). Hal ini membuat proses terapi dari TB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

23

23

menjadi lebih lama karena pasien juga harus mendapat obat sisipan selama

sebulan. Beberapa penelitian mengenai gagal konversi yang dilakukan oleh Tahitu

dan Amiruddin (2006), Khariroh (2006) serta Nurjuta (2006) menunjukkan

adanya hubungan antara keteraturan dan kepatuhan berobat, penyakit penyerta,

PMO (Pengawas Menelan Obat) dan status gizi terhadap kegagalan konversi.

Melihat dari latar belakang yang telah diungkapkan di atas, penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gagal konversi di BP4 Yogyakarta,

salah satu unit pelayanan kesehatan yang secara khusus menanggulangi masalah

paru terutama TBC. Diambil 3 BP4 untuk penelitian ini, yaitu unit Kotagede dan

Kalasan, kedua unit ini dilengkapi dengan sarana pelayanan rawat inap dan rawat

jalan, serta BP4 Minggiran yang merupakan pusat managerial dari semua BP4

DIY dan tercatat sebagai BP4 yang melayani pasien dengan jumlah terbanyak,

sehingga sebagian besar SDM terpusat di BP4 Minggiran.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. seperti apa profil dan jumlah pasien tuberkulosis paru BTA positif yang gagal

mengalami konversi BTA di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 ?

b. seperti apa pola pengobatan pasien TB paru yang gagal mengalami konversi

meliputi kategori pengobatan, jumlah dan dosisnya, serta kelas terapi, jenis,

golongan obat tambahan yang diberikan, interaksi obat dan PMO ?

c. apa yang menyebabkan kegagalan konversi pasien TB paru selama masa

pengobatan di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

24

24

d. berapa rata-rata lama pengobatan pada pasien TB paru yang gagal mengalami

konversi BTA tahun 2006-2008 bila dibandingkan dengan standar Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberkulosis?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa penelitian yang

terkait dengan “ Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal

Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-

2008” antara lain :

a. Angka Konversi dan Angka Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dalam

Program DOTS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-

September 2002 oleh Yuniarti (2004).

b. Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) di

Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah Periode Januari-Desember 2005 oleh

Lusiana (2006).

c. Faktor Risiko Gagal Konversi BTA Sputum Penderita TB Paru Setelah

Program Pengobatan DOTS Fase Intensif di RSU. Dr. Sutomo dan BP4

Karang Tembok Surabaya oleh Khariroh (2006).

d. Faktor Risiko Kegagalan Konversi pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA

Positif Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006 oleh Tahitu dan

Amiruddin (2006).

e. Pengaruh Faktor Penderita TB Paru Kasus Baru Terhadap Konversi BTA

yang Mendapat Pengobatan Kategori I pada Akhir Fase Intensif di Puskesmas

Kota Kendari Tahun 2005 oleh Nurjuta (2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

25

25

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan di bidang farmasi

komunitas klinik, khususnya tentang peran farmasis dalam pharmaceutical care

untuk penyakit tuberkulosis.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada

pihak yang berkepentingan mengenai pengobatan dan beberapa faktor yang

menyebabkan kegagalan konversi pasien TB paru selama masa pengobatan di

BP4 Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi

pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta

selama tahun 2006-2008 dengan menggunakan acuan Standar Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui :

a. profil dan jumlah pasien tuberkulosis paru BTA positif yang gagal mengalami

konversi BTA di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008.

b. pola pengobatan pasien TB paru yang gagal mengalami konversi meliputi

kategori pengobatan, jumlah dan dosis, serta kelas terapi, jenis, golongan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

26

26

tambahan yang diberikan, interaksi obat dan PMO.

c. penyebab kegagalan konversi pasien TB paru selama masa pengobatan di BP4

Yogyakarta tahun 2006-2008.

d. rata-rata lama pengobatan pada pasien TB paru yang gagal mengalami konversi

BTA tahun 2006-2008 dibandingkan dengan standar Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru

1. Mycobacterium tuberculosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.

Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,

dinding selnya mengandung komplek lipida-glikoprotein serta lilin (wax) yang

sulit ditembus zat kimia. Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pada pewarnaan. Pada pengecatan Ziehl Neelsen, bakteri ini tetap mengikat

warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol sehingga tidak mampu

mengikat warna kedua, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). Kuman TBC atau TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi

dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam

jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun

(Anonim, 2003).

2. Etiologi

Riwayat terjadinya tuberkulosis dapat melalui infeksi primer dan pasca

primer (post primary).

a. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

8

8

sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di

alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil

berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan

peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar

limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara

terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan pada reaksi

tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim, 2003).

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang

masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya

reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC.

Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister

atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu

menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang

bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang

diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan

(Anonim, 2003).

b. Tuberkulosis pasca primer (Post Primary TBC)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau

tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat

terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca

primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi

pleura (Anonim, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

9

9

3. Patogenesis

Penyakit tuberkulosis dikendalikan oleh sistem imunitas seluler. Orang

yang menderita kerusakan imunitas seluler seperti terinfeksi HIV dan gagal ginjal

kronik mempunyai risiko tuberkulosis yang lebih tinggi. Saat terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis, sel fagosit mononuklear atau makrofag berperan

sebagai efektor utama sedangkan limfosit T sebagai pendukung utama

proteksi/kekebalan. Koordinasi makrofag dan limfosit T sangat diperlukan untuk

perlindungan yang optimal. Mycobacterium tuberculosis masuk ke tubuh lewat 3

jalur yaitu saluran pernapasan, saluran cerna dan luka terbuka pada kulit (Price

dan Wilson, 2000).

Kebanyakan infeksi tuberkulosis disebabkan karena inhalasi jalur

tuberkel. Tempat implantasi basil tuberkel yang paling sering adalah permukaan

alveolar dari parenkim paru-paru. Reaksi yang ditimbulkan oleh basil tuberkel

merupakan suatu proses peradangan. Leukosit polimorfonuklear mencoba

memakan bakteri tersebut, tetapi organisme tersebut tidak dapat dimatikan, lalu

terjadi perubahan, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang

mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga

membentuk sel tuberkel epiteloid. Limfosit mengelilingi tuberkel tersebut. Reaksi

ini membutuhkan waktu 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi akan

mengakibatkan terbentuknya bentuk yang relatif padat seperti keju yang dikenal

dengan nekrosis kaseosa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

10

10

Penyakit tuberkulosis dapat menyebar melalui getah bening atau

pembuluh darah sehingga menimbulkan lesi pada berbagai organ. Penyebaran

seperti ini sering dikenal dengan penyebaran limfohematogen. Jenis penyebaran

hematogen lain adalah berupa fenomena akut yang biasanya menyebabkan

tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah

sehingga banyak organisme masuk ke sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ

tubuh (Price dan Wilson, 2000).

4. Gejala tuberkulosis

a. Gejala utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih.

b. Gejala tambahan

Dahak bercampur darah, batuk darah sesak nafas dan rasa nyeri dada,

badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan

(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam, meriang lebih

dari sebulan (Anonim, 2005).

5. Diagnosis TB paru dewasa

Menurut program Directly Observed Treatment Shortcourse

chemotherapy (DOTS) yang dijalankan di BP4 Yogyakarta, diagnosis utama

seseorang dinyatakan penderita TB didasarkan pada pemeriksaan dahak SPS.

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-

pagi-sewaktu (SPS). Sewaktu (S) artinya dahak dikumpulkan pada saat suspek TB

datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. Pagi (P) artinya dahak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

11

11

dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot

dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. Sewaktu (S) yang kedua

artinya dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat pasien menyerahkan

dahak pagi (Anonim, 2007).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa sebagian besar ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA

melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Dibandingkan dengan metode baku emas (gold standard) dengan pemeriksaan

kultur dahak (paling cepat sekitar 6 minggu), pemeriksaan dahak mikroskopis ini

dinilai paling efisien, murah, mudah, bersifat spesifik, sensitif dan dapat

dilaksanakan di semua unit laboratorium. Pemeriksaan lain seperti foto toraks dan

uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai

dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang

khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis/underdiagnosis

(Anonim, 2008).

Pemeriksaan foto toraks hanya dilakukan pada kondisi tertentu seperti :

a . Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif.

b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS

pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan

setelah pemberian antibiotika non OAT.

c. Pasien diduga memiliki komplikasi sesak nafas dan hemoptisis berat yang

memerlukan penangan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

12

12

Suspek TB Paru

Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru Dewasa (Anonim, 2008)

Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis, Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

Antibiotik Non-OAT

Hasil BTA + + + + + -

Hasil BTA + - -

Hasil BTA - - -

Hasil BTA + + +

Hasil BTA + + + + + - - - -

Tidak ada perbaikan

Ada perbaikan

n

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Foto toraks dan pertimbangan dokter

Foto toraks dan pertimbangan dokter

T B

Bukan TB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

13

13

B. Pengobatan Tuberkulosis

1. Prinsip pengobatan

Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip sebagai berikut :

a. obat anti tuberkulosis harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa

jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi. Pemakaian OAT FDC (Fixed

Dose Combination) atau Kombinasi Dosis Tetap (KDT) akan lebih

menguntungkan dan dianjurkan.

b. untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan dilakukan

dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

c. pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap

lanjutan.

2. Strategi terapi

Tujuan terapi TB adalah menyembuhkan pasien, mencegah kematian dan

kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi

kuman. Sasaran terapinya adalah Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi

organ paru. Strategi terapi untuk menanggulangi TBC dilakukan melalui terapi

nonfarmakologis dan terapi farmakologis.

a. Non-farmakologis

1) Mengisolasi ruangan pasien yang dirawat, dengan menggunakan sinar UV

dan dilengkapi lubang ventilasi yang aman (Di Piro, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

14

14

2) Operasi untuk membersihkan jaringan paru yang terinfeksi karena adanya

lesi (tuberculomonas).

b. Farmakologis

Terapi farmakologis untuk mengatasi TBC dikenal dengan strategi

DOTS. Dalam strategi DOTS, pengobatan TB dilakukan baik dengan pemberian

OAT dalam bentuk tablet terpisah maupun dengan pemberian OAT FDC (Fixed

Dose Combination). Penggunaan obat TB yang dipakai adalah antibiotik dan anti

infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Obat lini pertama yang

umum dipakai adalah Isoniazid (H), Etambutol (E), Rifampisin (R), Pirazinamid

(Z), dan Streptomisin (S).

Isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan streptomisin bersifat bakterisid

sedangkan etambutol bersifat bakteriostatik. Isoniazid bekerja dengan

mengganggu sintesa mycolic acid yang diperlukan dalam membangun dinding sel

bakteri.sehingga dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari

pertama pengobatan. Rifampisin bekerja dengan membunuh kuman semi dormant

yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Mekanisme kerja rifampisin dengan

mengganggu sintesis RNA polimerase bakteri. Pirazinamid bekerja dengan

membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam, Mekanisme aksi

obat ini didasarkan pada pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang

berasal dari basil tuberkulosa. Streptomisin bekerja dengan menghambat sintesis

protein kuman lewat jalan pengikatan pada RNA ribosomal, sehingga dapat

membunuh kuman yang sedang membelah. Mekanisme aksi etambutol dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

15

15

menghambat sintesis RNA pada kuman yang sedang membelah serta

menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel (Anonim, 2005).

Penggunaan obat-obat lini kedua seperti asam aminosasilisat, kanamisin,

rifabutin, levofloxacin, ciprofloxacin, ofloxacin, etionamid digunakan bila terjadi

resistensi obat primer (Di Piro, 2005). Rifapentin dan rifabutin digunakan sebagai

alternatif untuk rifampisin dalam pengobatan kombinasi anti tuberkulosis. Paduan

OAT FDC yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis

di Indonesia adalah kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3, kategori 2 yaitu

2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3, kategori anak 2HRZ/4HR dan kategori sisipan.

Dosis OAT disesuaikan dengan berat badan pasien dan dikemas dalam 1 paket

untuk 1 pasien.

Paket kombipak terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam 1 blister

harian, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Panduan OAT ini

masih disediakan oleh program penanggulangan TB untuk mengatasi pasien yang

mengalami efek samping OAT FDC (Anonim, 2007). Jenis OAT FDC dan

penggunaannya antara lain sebagai berikut :

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Tahap awal adalah 2(HRZE), lama pengobatan 2 bulan. Pengobatan

diberikan harian. Isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E)

diberikan dalam bentuk FDC. Tahap lanjutan adalah 4(HR)3, lama pengobatan 4

bulan. Pengobatan diberikan 3 kali seminggu. Isoniazid dan rifampisin diberikan

dalam bentuk FDC. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

16

16

positif, pasien baru TB paru BTA negatif disertai foto toraks positif dan pasien

TB ekstra paru.

Tabel I. Dosis untuk paduan OAT FDC untuk Kategori 1 (Anonim, 2008)

Berat Badan Tahap Intensif

tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama

16 minggu RH (150/150) 30 – 37 kg 4FDC 2 tablet 2FDC 2 tablet 38 – 54 kg 4FDC 3 tablet 2FDC 3 tablet 55 – 70 kg 4FDC 4 tablet 2FDC 4 tablet ≥ 71 kg 4FDC 5 tablet 2FDC 5 tablet

2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Tahap awal adalah 2(HRZE)S/(HRZE), lama pengobatan 3 bulan.

Isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E) diberikan dalam

bentuk KDT dan streptomisin (S) diberikan selama 2 bulan pertama berupa

suntikan setiap hari.

Tabel II. Dosis untuk paduan OAT FDC Kategori 2 (Anonim, 2008)

Berat Badan

Tahap Intensif tiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap Lanjutan 3 kali seminggu

RH (150/150) + E(275)

Selama 56 hari Selama 28 hari

selama 20 minggu

30–37 kg 4FDC 2 tab + 500 mg

Streptomisin inj. 4FDC 2 tab

2FDC 2 tab + 2 tab Etambutol

38–54 kg 4FDC 3 tab

+ 750 mg Streptomisin inj. 4FDC 3 tab

2FDC 3 tab + 3 tab Etambutol

55–70 kg 4FDC 4 tab

+ 1000 mg Streptomisin inj. 4FDC 4 tab

2FDC 4 tab + 4 tab Etambutol

≥ 71 kg 4FDC 5 tab

+ 1000mg Streptomisin inj. 4FDC 5 tab

2FDC 5 tab + 5 tab Etambutol

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

17

17

Tahap lanjutan adalah 5(HR)3E3, lama pengobatan 5 bulan. Isoniazid

dan rifampisin diberikan dalam bentuk FDC dan etambutol diberikan secara lepas.

Pengobatan diberikan 3 kali seminggu. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien

BTA positif yang telah diobati sebelumnya, pasien kambuh, pasien gagal, pasien

dengan pengobatan setelah default (terputus).

3) OAT sisipan FDC (HRZE)

Paket sisipan FDC adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif

kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel III. Dosis FDC untuk Sisipan (Anonim, 2008)

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari

RHZE (150/75/400/275) 30–37 kg 4FDC 2 tablet 38–54 kg 4FDC 3 tablet 55–70 kg 4FDC 4 tablet ≥ 71 kg 4FDC 5 tablet

Penggunaan OAT lini kedua seperti golongan amikasin (misal kanamisin) dan

golongan fluorokuinolon tidak dianjurkan kepada pasien baru tanpa indikasi yang

jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama

dan dapat menyebabkan risiko resistensi pada OAT lini kedua.

3. Efek samping obat

Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek

samping. Namun, sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Berdasarkan

derajat keseriusannya, efek samping OAT dibagi menjadi :

a. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius.

Dalam kasus ini maka OAT harus dihentikan dan penderita harus segera

dirujuk ke UPK spesialistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

18

18

b. Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak

enak.

Tabel IV. Efek Samping Berat OAT (Anonim, 2007) Efek samping Penyebab Penatalaksanaan

Gatal dan kemerahan kulit

Semua jenis OAT Beri antihistamin, bila gejala makin parah beri kortikosteroid dan/atau tindakan suportif (infus)

Tuli dan Gangguan keseimbangan

Streptomisin Hentikan streptomisin, ganti etambutol

Ikterus tanpa penyebab lain

Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang

Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)

Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol

Purpura dan renjatan (syok)

Rifampisin Hentikan rifampisin

Tabel V. Efek Samping Ringan OAT (Anonim, 2007)

Efek samping Penyebab Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut

Rifampisin Obat diminum malam

sebelum tidur

Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin

Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki

INH Beri vitamin B6 100 mg

per hari

Warna kemerahan pada air seni (urin)

Rifampisin

Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu

penjelasan kepada penderita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

19

19

4. Penggunaan obat yang rasional

Secara umum, prinsip farmakoterapi adalah mencapai tujuan pengobatan

yang efektif, aman, dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka

pemberian obat harus memenuhi tepat indikasi, tepat pasien, pemilihan obat yang

tepat (aman, efektif, ekonomis, sesuai kondisi pasien), tepat dosis dan cara

pemberian, serta waspada efek samping (Anonim, 2000).

Penggunaan obat yang rasional pada pasien tuberkulosis

mengindikasikan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada

kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka

sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai. Pasien tuberkulosis yang

mendapatkan terapi dengan OAT FDC (Fixed Dose Combination) atau KDT

harus disesuaikan dengan berat badannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam

proses terapi (Siregar, 2005).

C. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)

Berdasarkan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

No. 114 tahun 2004, BP4 merupakan UPTD (Unit Pelaksana Teknis) Dinas

Kesehatan Propinsi DIY dengan 5 unit pelayanan yang tersebar di 5 lokasi di 4

kabupaten/kota yaitu unit Minggiran (Kota), unit Kotagede (Kota), Unit Bantul,

Unit Kalasan (Sleman) dan Unit Wates (Kulon Progo. Visi BP4 Yogyakarta

adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan penyakit paru

(khususnya TBC) sehingga penyakit paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk mencapai visi ini, didukung oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

20

20

misi peningkatan profesionalisme pelayanan kesehatan paru, mewujudkan

kesembuhan bagi penderita penyakit paru, dan memfasilitasi peningkatan derajat

kesehatan di bidang penyakit paru.

Pelayanan unggulan BP4 Yogyakarta yaitu penanggulangan penyakit TB

paru dengan strategi DOTS dan konsultasi berhenti merokok. Di samping itu, BP4

Yogyakarta berupaya mempromosikan pelayanan kesehatan dan informasi

penyakit paru kepada masyarakat baik langsung maupun melalui surat kabar,

radio dan televisi, dan juga melakukan self survey untuk menilai kepuasan

pelanggan eksternal terhadap pelayanan yang diberikan BP4. Hasil survey

merupakan indikator kinerja pelayanan sehingga dapat menjadi evaluasi untuk

melangkah ke depannya.

D. Keterangan Empiris

Keterangan empiris yang diharapkan dari penelitian ini adalah

mengetahui informasi tentang evaluasi pengobatan pada pasien TB paru yang

gagal konversi, meliputi profil dan jumlah pasien, pola pengobatan (kelas

terapi/golongan, jumlah dan dosis, interaksi obat, obat tambahan dan PMO), serta

rata-rata lama pengobatan untuk pasien di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan

penelitian deskriptif yang pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif.

Dikatakan observasional karena mengkaji suatu peristiwa atau kejadian yang

berkenaan dengan kesehatan tanpa melakukan intervensi (Chandra, 2008).

Penelitian deskriptif merupakan studi mengenai frekuensi dan distribusi suatu

penyakit pada manusia atau masyarakat menurut karakteristik orang yang

menderita, tempat kejadian dan waktu terjadinya. Pengertian retrospektif adalah

meneliti ke belakang dengan menggunakan data sekunder untuk melihat apakah

ada hubungan atau tidak antara penyakit dan faktor risiko (Chandra, 2008).

B. Definisi Operasional

1. Pasien adalah penderita TB paru BTA positif dengan pengobatan kategori I,

yang terbukti gagal konversi, dilihat dari hasil pemeriksaan dahak pada akhir

tahap intensif, mendapat obat sisipan, serta berusia 15 tahun ke atas.

2. Gagal konversi adalah suatu status BTA pasien TB paru masih positif pada

akhir bulan kedua (akhir tahap intensif).

3. Evaluasi pengobatan adalah menilai kembali hasil pengobatan pasien TB paru

yang gagal konversi selama tahun 2006-2008 lalu disesuaikan dengan Standar

Pedoman Nasinal Pengobatan Tuberkulosis yang digunakan di BP4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

22

22

4. Karakteristik pasien dalam penelitian ini adalah profil pasien TB dilihat dari

segi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal,

5. Pola pengobatan meliputi gambaran OAT FDC yang digunakan pasien,

kategori pengobatan, jumlah dan dosis, kelas terapi, golongan dan jenis obat

obat tambahan, interaksi obat serta PMO.

6. Efek samping obat adalah efek yang muncul selama pengobatan pasien TB

berupa efek samping ringan hingga berat.

7. Obat sisipan adalah tambahan obat yang diberikan pada pasien selama 1 bulan

karena pada akhir fase intensif pasien belum mengalami konversi BTA.

8. Lama pengobatan adalah tahapan pengobatan yang dijalani pasien TB paru

yang gagal konversi meliputi tahap intensif 2 bulan, sisipan 1 bulan dan tahap

lanjutan 4 bulan.

C. Subyek Penelitian

Menurut Sugiyono (2005), metode sensus merupakan salah satu cara

pengambilan subyek penelitian yang melibatkan semua anggota populasi.

Pemilihan subyek pada penelitian ini didasarkan pada metode sensus dengan

mengambil semua penderita TB Paru BTA positif yang gagal konversi dan

memenuhi kriteria inklusi yaitu mendapat pengobatan kategori I serta obat sisipan,

berusia dewasa (15 tahun ke atas), dan menjalani masa pengobatan di BP4

Yogyakarta unit Minggiran, Kota Gede dan Kalasan tahun 2006-2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

23

23

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu TB 01

(Kartu Pengobatan Pasien TB) dan catatan rekam medis pasien (medical record)

TB paru yang gagal konversi, yang ditulis oleh dokter maupun perawat di Balai

Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa panduan wawancara

terstruktur yang sebelumnya telah didiskusikan dengan dosen pembimbing.

Wawancara terdiri dari dua bagian yaitu tentang gagal konversi dan evaluasi

pengobatan. Kajian tentang gagal konversi terdiri dari 3 bagian yang meliputi

ketidaktaatan (3 pertanyaan), penyakit penyerta (3 pertanyaan) dan gizi/pola

makan pasien (4 pertanyaan), sedangkan untuk evaluasi pengobatan meliputi

jumlah dan dosis (3 pertanyaan) serta efek samping (1 pertanyaan).

F. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang

Gagal Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun

2006-2008” dilakukan pada tanggal 12 Februari 2009-13 April 2009. Lokasi

penelitian meliputi 3 BP4 Yogyakarta yaitu :

1. BP4 Minggiran yang beralamatkan di Jl. Mayjen D.I. Panjaitan No. 49

Yogyakarta.

2. BP4 Kotagede yang beralamatkan di Jl. Karang No. 30 Prenggan Kota Gede.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

24

24

3. BP4 Kalasan yang beralamatkan di Jl. Solo Km. 12,5 Kalasan-Sleman.

Lokasi penelitian juga mencakup beberapa tempat tinggal pasien TB paru

yang bersedia di wawancarai secara langsung. Wilayah Klaten meliputi desa

Biyengan, Cetokan, dan Taskombang. Wilayah Sleman meliputi Kalasan,

Randusari, Kringginan, Totogan dan Ambarukmo.

G. Tatacara Penelitian

1. Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan penelusuran pustaka, penentuan dan analisis

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian, mengurus perijinan ke Dinas

Perijinan Kota Yogyakarta, BP4 unit Minggiran, Kotagede dan Kalasan.

2. Pengambilan data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data

sekunder internal yang berupa kartu TB 01, catatan rekam medis dan wawancara

dengan beberapa pasien TB paru BTA positif yang gagal konversi. Data pasien

yang didapat dari kartu TB 01 meliputi identitas lengkap pasien, PMO, tahun

masuk, nomor registrasi TB Kabupaten, klasifikasi dan tipe penderita, hasil

pemeriksaan dahak, nomor rekam medis, kategori dan hasil akhir pengobatan.

Data pasien yang didapat dari MR meliputi pekerjaan, status perawatan, obat

tambahan lain selain OAT.

Wawancara dengan pasien TB paru dilakukan dengan menggunakan

panduan wawancara yang sebelumnya telah disetujui dosen pembimbing. Untuk

kelancaran jalannya wawancara, peneliti dibantu langsung dengan salah seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

25

25

petugas kesehatan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4). Pasien yang

direkomendasikan untuk diwawancarai berjumlah 14 orang. Pemilihan pasien

tersebut dilakukan bersama perawat yang bertugas di pojok DOTS BP4. Informasi

yang didapat dari hasil wawancara digunakan sebagai pendukung data rekam

medis pasien TB paru yang gagal konversi.

3. Pengolahan data

Data yang diperoleh dari catatan rekam medis kemudian diolah

menggunakan referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TB, Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Tuberkulosis, IONI (Informatorium Obat Nasional

Indonesia) dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2007/2008.

Data kualitatif yang sama yang dihasilkan dari wawancara dengan

beberapa pasien TB dikelompokkan dan dipakai sebagai pendukung dari catatan

rekam medis pasien.

H. Analisis Hasil

Data yang sudah diolah, kemudian dibuat persentase, dievaluasi dan

disajikan dalam bentuk narasi deskriptif sederhana, diagram dan tabulasi. Tabulasi

merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan

kolom untuk memaparkan beberapa variabel hasil penelitian sehingga mudah

dibaca (Chandra, 2008).

Data diskrit dari RM (khusus jenis kelamin) dianalisis menggunakan z-

test of proportions-one sample case dengan taraf signifikansi 90% (z tabel = ±

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

26

26

1,64). Dalam penelitian ini, akan diamati apakah terdapat perbedaan antara jenis

kelamin pria (26 pasien) terhadap wanita (19 pasien).

Uji z merupakan uji yang dilakukan bila jumlah variabel independen

yang diskrit berjumlah satu atau dua. Jumlah subyek secara keseluruhan dalam uji

z harus lebih dari 30 orang (Walpole, 1995). Dalam penelitian ini, subyek

penelitian sebanyak 45 pasien dan memenuhi kriteria untuk uji z.

Rumus z-test of proportions-one sample case :

Zhitung =

Zhitung =

Keterangan :

= probabilitas nol, nilainya ditentukan sendiri (0,5) = proporsi yang diamati dalam sampel

n = jumlah sampel yang diamati (De Muth, 1999)

I. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang pertama kali dihadapi peneliti adalah saat pengambilan

data pada catatan medis pasien. Peneliti kurang mampu membaca beberapa tulisan

yang tercantum pada catatan medis seperti istilah/terminologi medis yang dipakai

di BP4 setempat. Kesulitan ini diatasi dengan bertanya langsung kepada petugas

rekam medis dan perawat yang bertugas di pojok DOTS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

27

27

Kesulitan kedua, saat wawancara dengan pasien TB, tidak mudah

mencari perawat yang benar-benar mau mengantarkan hingga ke lokasi. Kesulitan

ini diatasi dengan peneliti tetap berusaha mencari perawat yang mau

mendampingi wawancara dan menyesuaikan jadwal dengan petugas yang

bersangkutan, sehingga wawancara dapat berjalan lancar. Pada saat pelaksanaan

wawancara, dari 14 pasien yang sudah direncanakan, hanya 5 pasien yang berhasil

diwawancarai. Beberapa pasien yang tidak berhasil diwawancarai karena pasien

yang bersangkutan bekerja di luar kota (1 orang), tidak bersedia diwawancarai (3

orang), pasien tidak berada di rumah (2 orang), 3 orang pasien sudah dihubungi 2

kali tetapi tetap tidak memberikan jawaban. Untuk pasien yang tidak berada di

rumah, peneliti menanyakan keberadaan pasien melalui tetangga sekitar dan

datang kembali di hari berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh (dari Rekam Medis dan kartu

pengobatan TB 01) selama penelitian di BP4 Yogyakarta unit Minggiran, Kota

Gede dan Kalasan, diketahui bahwa jumlah pasien TB paru yang gagal konversi di

BP4 Yogyakarta selama tahun 2006-2008 dengan pengobatan kategori I,

berjumlah 58 pasien. Di BP4 unit Minggiran tercatat 29 pasien yang gagal

konversi, unit Kota Gede sebanyak 17 pasien dan BP4 Kalasan sebanyak 12

pasien. Tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu menyeleksi data sesuai

kelengkapannya dan kriteria inklusi dengan alasan ada beberapa data RM yang

memang tidak ditemukan (RM sudah ganti dengan format baru), serta

ketidakcocokan antara nama yang tertulis di buku bantu TB dengan RM itu

sendiri. Dari hasil seleksi, didapatkan 45 RM pasien yang gagal konversi yang

masing-masing 21 RM dari BP4 Minggiran, 13 RM dari Kota Gede dan 11 RM

dari Kalasan.

Data dari catatan medis dan hasil wawancara dari beberapa pasien yang

gagal konversi, kemudian dideskripsikan sesuai profil dan jumlah pasien (usia,

jenis kelamin, pekerjaan, wilayah tempat tinggal), pola pengobatannya meliputi

kategori pengobatan, jumlah dan dosis serta kelas terapi, jenis, golongan obat

tambahan (mengacu pada IONI 2000), interaksi yang terjadi, dan PMO, penyebab

kegagalan konversi serta rata-rata lama pengobatan pasien yang disesuaikan

dengan standar Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang digunakan

di BP4 unit Minggiran , Kota Gede dan Kalasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

29

29

A. Profil dan Jumlah Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi

1. Usia pasien

Pembagian usia pada pasien TB mengikuti pedoman pada kartu TB 07

yang digunakan oleh BP4. Dari 45 pasien TB yang gagal konversi, diketahui

bahwa kelompok usia terbanyak yang gagal konversi adalah kelompok usia 25-34

tahun.

Tingginya angka kegagalan konversi di usia 25-34 tahun kemungkinan

disebabkan karena kelompok ini termasuk kelompok usia produktif, banyak

melakukan aktivitas sehingga kontak dengan dunia pekerjaan semakin luas. Pada

keadaan seperti ini, khususnya selama 2 bulan fase intensif, obat harus diminum

setiap hari, kepatuhan pasien dalam minum obat sangat menentukan terhadap

konversi BTA. Dengan alasan kesibukan atau aktivitas lain, dapat dimungkinkan

pasien lupa meminum obat.

2. Jenis kelamin

Pasien TB paru BTA positif yang gagal konversi di tahun 2006-2008

terdiri dari 57,78% atau 26 pasien laki-laki dan 42,22% atau 19 pasien wanita.

Pengujian dengan uji z membuktikan bahwa proporsi pria dan wanita tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

30

30

berbeda. Hal ini berarti tidak dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien yang

gagal konversi adalah pasien pria.

3. Pekerjaan

Berdasarkan distribusi pekerjaan pasien pada gambar 4, secara umum

tidak dapat disimpulkan pekerjaan mana yang berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit tuberkulosis. Hal ini karena, beberapa profil pekerjaan pasien pada RM

tidak tercantum/tercatat sehingga dikatakan tanpa keterangan yang jelas (35,56%).

4. Wilayah tempat tinggal

Gambar 5 menunjukkan bahwa lokasi tempat tinggal pasien TB yang

gagal konversi sebagian besar letaknya dekat dengan BP4 yang ada di wilayahnya

sendiri. Hal ini terkait dengan laju transportasi yang relatif lebih cepat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

31

31

pertimbangan biaya juga. Diharapkan pula dengan lokasi tempat tinggal yang

dekat dengan BP4, keteraturan pasien dalam berobat maupun kontrol menjadi

lebih rajin. Secara keseluruhan, sebagian besar penderita TB paru yang gagal

konversi berasal dari wilayah Sleman (42,22 %), lalu urutan kedua diikuti oleh

kota Yogyakarta (24,44 %), disusul Bantul (20 %), Klaten (8,90 %).

Dalam penelitian ini dijumpai pasien yang berasal dari luar Yogyakarta,

yaitu dari Kabupaten Magelang (2,22%) dan Kecamatan Muntilan (2,22%). Hal

ini mungkin terkait dengan stigma atau asumsi bahwa penyakit TB masih

dianggap penyakit yang memalukan di daerah asal, sehingga ke dua pasien dari

dua wilayah ini lebih memilih mengisolasi diri dari wilayahnya dan berobat ke

BP4 di Yogyakarta. Bila dipandang dari sisi psikologis, kedua pasien tersebut

mungkin merasa risih atau putus asa karena batuk yang terus menerus sehingga

keadaan sehari-harinya kurang menyenangkan dan tidak ingin penyakitnya

diketahui orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

32

32

B. Pola Pengobatan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi

1. Kategori pengobatan

Panduan obat yang dipakai oleh pasien tuberkulosis paru yang gagal

konversi di BP4 Minggiran, Kota Gede dan Kalasan adalah obat anti tuberkulosis

kombinasi dosis tetap (OAT KDT) atau dikenal dengan nama OAT FDC (Fixed

Doses Combination).

Tabel VI. Gambaran FDC Kategori I yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

BP4 Gambaran FDC Kategori I

Jumlah pasien

4FDC2Tab/ 2FDC2Tab

4FDC3Tab/ 2FDC3Tab

4FDC4Tab/ 2FDC4Tab

I 1 16 4 21 II 1 12 0 13 III 3 5 3 11 Σ 5 33 7 45 % 11,11 73,33 15,56 100

Keterangan :

I : BP4 Minggiran II : BP4 Kota Gede III : BP4 Kalasan

Dilihat dari tabel VI, panduan OAT FDC kategori I yang digunakan oleh

sebagian besar pasien TB yang gagal konversi adalah 4FDC3Tab/2FDC3Tab

(73,33%), yang berarti bahwa sebagian besar berat badan pasien berkisar antara

38 kg-54 kg. Selanjutnya yang menggunakan 4FDC2Tab/2FDC2Tab sebanyak 5

pasien (13,33%) dan 7 pasien lainnya memakai 4FDC4Tab/2FDC4Tab (15,56%).

Diantara fase intensif dan fase lanjutan, pasien mendapatkan kategori sisipan.

Paket OAT sisipan yang diterima pasien sama dengan paket untuk tahap intensif,

dan diberikan selama sebulan (28 hari).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

33

33

2. Jumlah dan dosis FDC

Jumlah dan dosis FDC yang diterapkan di BP4 Yogyakarta sejak tahun

2004 mengacu pada dosis yang digunakan dalam program DOTS. Untuk

pengobatan kategori I yang diperuntukkan bagi pasien baru TB Paru BTA positif,

TB Paru BTA negatif rontgen positif serta penderita TB ekstra paru berat, 1 paket

OAT terdiri atas 2 bagian yaitu :

a. kotak pertama untuk pengobatan tahap intensif/awal yang berisi kaplet RHZE

(Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275

mg) sebanyak 6 blister untuk digunakan selama 2 bulan.

b. kotak kedua untuk pengobatan tahap lanjutan yang berisi RH (Rifampisin 150

mg dan Isoniazid 150 mg) sebanyak 6 blister untuk digunakan selama 4 bulan.

Tabel VII. Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RHZE Di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg Kemasan

standar (KS) - 6 blister - -

OAT dibutuhkan

4 blister 6 blister 8 blister 10 blister

Penyesuaian KS-2 blister Tetap KS + 2 blister KS + 4 blister

Tabel VIII. Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Lanjutan Penyesuaian RH Di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg Kemasan

standar (KS) - 6 blister - -

OAT dibutuhkan

3 blist + 12 tab

5 blist + 4 tab 6 blist + 24

tab 8 blist + 16

tab

Penyesuaian KS -(2 blister

+ 16 tab) KS - 24 tab KS + 24 tab KS + 4 blister

Jumlah blister dalam paket OAT dirancang untuk digunakan oleh pasien

TB dengan berat badan rata-rata yaitu 38-54 kg sehingga untuk pasien yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

34

34

memiliki berat badan berbeda jumlah blister dalam kotak harus disesuaikan

terlebih dahulu.

3. Obat tambahan pasien TB paru yang gagal konversi

Sebagian besar pasien TB Paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta

mendapatkan obat tambahan sesuai dengan efek samping yang dialaminya dan

untuk menambah daya tahan tubuh, mengingat pasien TB sangat rentan terhadap

infeksi. Obat tambahan yang diberikan juga untuk mengobati pasien dengan

riwayat penyakit penyerta tertentu seperti DM dan penyakit jantung. Perhitungan

obat tambahan adalah sebagai berikut :

Tabel IX. Kelas Terapi Obat Tambahan yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Kelas Terapi ΣΣΣΣ Kasus (n=43)

%

1. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan 28 65,12 2. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah 24 55,81 3. Suplemen dan penunjang 14 32,56 4. Obat yang bekerja sebagai analgesik 12 27,91 5. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi 8 18,60 6. Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi 7 16,28 7. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna 6 13,95 8. Obat-obat hormonal 3 6,98

9. Obat yang digunakan untuk penyakit kardiovaskuler

1 2,33

10. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat 1 2,33

Tabel IX memperlihatkan dari 45 pasien TB, yang tidak mendapat obat

tambahan hanya 2 pasien sehingga jumlah kasus yang menerima obat tambahan

sebanyak 43 pasien. Kedua pasien tersebut memang tidak menerima obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

35

35

tambahan di BP4, kemungkinan pasien memang sudah mempunyai obat tersendiri

di rumahnya.

Sebagian besar obat tambahan yang diberikan kepada pasien berasal dari

kelas terapi obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan yaitu 28 pasien atau

65,12%. Hal ini sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh sebagian besar pasien

TB yang berupa batuk, sesak nafas, rasa nyeri di dada maupun reaksi alergi.

Urutan kedua terbanyak untuk obat yang digunakan pasien TB yang gagal

konversi adalah obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah yaitu 24 pasien atau

55,81% dan urutan ketiga yaitu suplemen/penunjang sebanyak 32,56%.

Sedangkan yang paling sedikit adalah obat dari kelas kardiovaskuler dan untuk

sistem saraf pusat hanya satu pasien.

a. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan

Gejala respiratorik yang paling sering dikeluhkan pasien TB adalah

batuk, sesak nafas dan nyeri di dada. Gejala batuk mula-mula bersifat

nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada

kerusakan jaringan. Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien mendapatkan obat

batuk dari golongan ekspektoran, antitusif dan mukolitik.

Sesak nafas dan nyeri di dada pada pasien terjadi karena sistem

persarafan di pleura sudah terkena kuman TB sehingga mengakibatkan kerusakan

parenkim paru yang makin meluas atau efusi pleura. Untuk mengatasi berbagai

keluhan tersebut, diberikan obat golongan bronchodilator dan stimulant

adrenoceptor β-2 selective untuk melebarkan jalan nafas akibat obstruksi. Reaksi

hipersensitivitas juga terjadi pada pasien TB. Manifestasi klinisnya berupa gatal-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

36

36

gatal pada kulit. Keluhan ini dapat diobati dengan menggunakan antihistamin

seperti loratadine atau cetirizine. Beberapa pasien yang mengeluhkan batuk

disertai pilek dan flu mendapatkan Decolgen® dan Dexophan®.

Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan Pasien TB

Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Stimulan adrenoseptor β-2 selektif salbutamol 9 20,93 2. Antiasma dan bronkodilator aminofilin 7 16,30

3. Ekspektoran gliseril guaikolat 14 35,56 OBH® 1 2,33

4. Antitusif dextrometorfan 12 27,91 codein 2 4,65

5. Mukolitik

ambroksol 14 35,56 Fluimucil® 2 4,65 Interpect® 1 2,33 Solvinex® 2 4,65 Mukosulvan® 1 2,33 Rhinatiol® 1 2,33

6. Antihistamin cetirizin 3 6,98 loratadin 4 9,30 CTM® 7 16,30

7. Lainnya Dexophan® 1 2,33 Decolgen® 4 9,30

Tabel XI. Jenis dan Komposisi Obat yang Bekerja pada

Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Jenis Komposisi 1. OBH® Succus liquiritiae, ammon Cl, anise, peppermint, lemon

limer flavor, ethanol 2. Fluimucil® N-asetilsistein 3. Interpect® ambroksol HCl 4. Solvinex® bromheksin HCl 5. Mukosulvan® bromheksin HCl 6. Rhinatiol® Karbosistein 7. CTM® klorfeniramin maleat 8. Dexophan® dekstrometorfan HBr, fenilpropanolamin, klorfeniramin

maleat 9. Decolgen® parasetamol, fenilpropanolamin, klorfeniramin maleat, asam

asorbat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

37

37

b. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah

Sebagian besar pasien TB yang gagal konversi mendapatkan obat

tambahan untuk gizi dan darah. Kekurangan darah pada pasien TB kemungkinan

bisa disebabkan karena batuk berdahak yang disertai darah. Asupan mineral dan

vitamin juga dibutuhkan untuk menaikkan daya tahan tubuh pasien TB. Vitamin B

terutama banyak diberikan kepada pasien untuk mengatasi efek samping OAT

yang tidak diinginkan berupa neuropati perifer. Dosis vitamin B untuk mencegah

neuropati perifer adalah 10 mg/hari.

Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah pada Pasien TB Paru yang Gagal

Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis Obat ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Vitamin

B (B1, B6, B kompleks, Aneurin®, Bioneuron®)

24 55,81

C 2 4,65 K 1 2,33

2. Mineral Kalsium 2 4,65

3. Obat untuk anemia dan kelainan darah lainnya

Sulfaferrosus (SF) 2 4,65 Adona 1 2,33

Vitamin lain yang diberikan pada pasien yang gagal konversi yaitu

vitamin A yang dikombinasikan dengan suplemen zink (Zn). Suatu penelitian

yang dilakukan oleh Rosianti (2003) menyimpulkan bahwa pemberian vitamin A

dan Zn (seng) dapat meningkatkan kecepatan konversi sputum penderita TB

selama tahap pengobatan intensif. Pada kenyataannya, pengadaan kedua obat ini

belum terealisasi di BP4.

c. Suplemen dan penunjang

Obat lainnya seperti curcuma yang diterima oleh 14 pasien TB

digunakan untuk meningkatkan nafsu makan mengingat salah satu keluhan TB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

38

38

adalah menurunnya nafsu makan. Selain itu, curcuma juga berfungsi sebagai

hepatoprotektor, mencegah kelainan pada hati, ikterus karena obstruksi yang

disebabkan efek samping OAT.

Tabel XIII. Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Suplemen dan Penunjang yang Digunakan Pasien TB Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 No. Golongan Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43) % 1. Curcuma bubuk dari akar curcuma 14 32,56

d. Obat yang bekerja sebagai analgesik

Obat-obat analgesik diberikan kepada pasien dengan keluhan nyeri

hingga demam. Demam yang umum pada pasien TB merupakan gejala yang

biasanya timbul pada sore atau malam hari, mirip seperti demam influenza, dan

makin lama makin panjang serangannya hingga berangsur-angsur pendek.

Golongan analgesik non opioid seperti parasetamol dan asam mefenamat

diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri muskoskeletal yang ringan.

Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja sebagai Analgesik yang Digunakan Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Analgesik non opioid

asam mefenamat - 4 9,30 parasetamol - 1 2,33 Pamol® parasetamol 4 9,30

Methicol®

dI-Methionine Choline Bitartrate vit. B1, vit. B2, vit. B6, vit. B12, vit. E, asam folat, biotin,nikotinamid

1 2,33

antalgin - 1 2,33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

39

39

e. Obat yang bekerja pada otot skelet dan sendi

Obat-obat dari kelas terapi ini, seperti golongan antiinflamasi non steroid

(Na Diklofenak dan Piroksikam) ditujukan pada pasien yang mengeluh nyeri pada

persendian. Selama pengobatan, kemungkinan meningkatnya kadar asam urat bisa

saja terjadi karena sebagian besar OAT mengalami proses metabolisme di hati

dan ginjal. Oleh karena itu, pada penelitian ini 2 orang pasien yang kadar asam

uratnya lebih tinggi dari nilai normal (2,6mg/dl-6mg/dl) diberikan terapi

simtomatik dengan Allupurinol. Beberapa pasien (9 pasien) juga melakukan

pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk menilai fungsi hati selama pengobatan dan

hasilnya normal. Pemeriksaan SGOT dan SGPT sangat penting sebab bila SGOT

dan SGPT pasien meningkat lebih dari 3 kali normal, maka penggunaan OAT

harus dihentikan. Standar laboratorium yang digunakan oleh BP4 untuk SGOT

normal yaitu <45 UI (pria) dan <34 UI (wanita), sedangkan untuk SGPT normal

yaitu <35 UI (pria) dan <31 UI (wanita).

Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Antiinflamasi Na Diklofenak 5 11,63

Piroksikam 4 9,30

2. Kortikosteroid Metil Prednisolon 1 2,33

Prednison 1 2,33 Deksametason 3 4,65

3. Obat untuk reumatik dan gout Allupurinol 2 4,65

Penggunaan kortikosteroid seperti deksametason, metil prednisolon dan

prednison diberikan kepada pasien TB paru untuk mengatasi reaksi alergi yang

berat karena OAT seperti ruam pada kulit atau pembengkakan di sekitar mata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

40

40

Penggunaan korikosteroid dibatasi hanya beberapa hari saja, mengingat efek

samping yang ditimbulkan pada pemakaian jangka panjang jauh lebih banyak.

f. Obat yang bekerja pada penyakit infeksi

Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien mendapatkan antibiotika

golongan penisilin, kuinolon dan sefalosporin. Antibiotik tersebut diberikan pada

pasien untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain, selain bakteri

tuberkulosis. Pemakaian antibiotik golongan kuinolon dibatasi hanya beberapa

hari mengingat antibiotik ini memiliki aktivitas terhadap Mycobacterium

tuberkulosis.

Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Pengobatan Infeksi yang Digunakan Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis Obat ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Penisilin amoxicillin 5 11,63

2. Kuinolon ciprofloxacin 5 11,63

ofloxacin 2 4,65 3. Sefalosporin cefadroksil 2 4,65 4. Lainnya chloramfenicol 1 2,33

g. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna

Sebanyak 4 orang pasien yang mendapatkan terapi obat TB,

mengeluhkan adanya mual dan muntah serta rasa tidak enak pada bagian perut.

Hal ini diatasi dengan pemberian cimetidin dan antasida. Obat ini bekerja secara

selektif dan reversibel menghambat histamin pada reseptor H2 sehingga dapat

menekan asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan

oleh makanan. Penggunaan antasida untuk mengurangi rasa tidak enak pada perut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

41

41

sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan OAT FDC sebab dapat menurunkan

efektivitas OAT terutama INH.

Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan Pasien TB

Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus % 1. Antasida antasida 3 6,98 2. Antagonis reseptor H2 cimetidin 1 2,33

h. Obat-obat hormonal

Obat-obat hormonal di sini diberikan kepada pasien TB yang sebelumnya

memang sudah memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM). Pengobatan DM pada

TB paru, meliputi pengobatan terhadap DM nya dan pengobatan terhadap TB

parunya. Pengobatan DM pada prinsipnya sama seperti pengobatan DM pada

umumnya yang meliputi terapi perencanaan makan/diet, antidiabetes oral maupun

insulin. Pada penelitian ini terdapat 3 orang pasien yang mendapatkan obat

antidiabetes yang berupa glibenklamid dan metformin.

Berdasarkan literatur yang didapat, pasien TB yang sementara mendapat

pengobatan antidiabetes oral seperti sulfonilurea (glibenklamid) dan biguanid

(metformin) sebaiknya direkomendasikan menggunakan insulin. Pemberian

sulfonilurea adalah kontraindikasi karena TB dianggap penyakit dengan infeksi

serius yang intercurrent. Sedangkan biguanid tidak diberikan karena pada

umumnya pasien TB paru mempunyai keluhan nafsu makan menurun, berat badan

menurun dan adanya malabsorbsi glukosa, dimana metformin mempunyai

mekanisme kerja yang sama yaitu menurunkan absorpsi glukosa di usus (Rao,

2005). Mahalnya harga insulin mungkin menjadi satu penyebab tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

42

42

dipertahankannya pemakaian glibenklamid dan metformin untuk menangani

pasien TB paru dengan riwayat DM di BP4 Yogyakarta.

Tabel XVIII. Golongan, Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat-Obat Hormonal yang Digunakan Pasien TB Paru

yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

No. Golongan Jenis Obat Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43)

%

1. Sulfonilurea Glibenklamid - 3 4,65 2. Biguanid Metformin metformin HCl 1 2,33

i. Obat yang digunakan pada penyakit kardiovaskuler

Obat-obat untuk penyakit kardiovaskuler diberikan kepada pasien TB

yang memiliki riwayat penyakit jantung. Dalam penelitian ini hanya 1 orang

pasien yang mendapatkan jenis obat digoksin dengan dosis 0,25 mg. Digoksin

merupakan obat golongan glikosida jantung yang meningkatkan kekuatan

kontraksi jantung.

j. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

Pada penelitian ini ditemukan 1 orang pasien yang mengalami mual

karena OAT diminum setelah makan. Efek samping yang muncul seperti ini

merupakan salah satu bentuk ketidaktaatan pasien yang bisa memicu kegagalan

konversi. Hal ini diatasi dengan pemberian metoklopramid. Pasien juga

mendapatkan edukasi bahwa OAT harus diminum sebelum makan pagi pada

keadaan perut kosong (tanpa makanan).

4. Interaksi obat

Salah satu masalah terapi OAT yang cukup penting adalah interaksi obat.

Interaksi obat dengan OAT dapat menyebabkan perubahan konsentrasi dari obat-

obat yang diminum bersamaan dengan OAT tersebut. Hal ini dapat menyebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

43

43

toksisitas atau berkurangnya efikasi dari obat tersebut. Dalam Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Tuberkulosis, dijelaskan bahwa pada umumnya, interaksi

dengan obat obat TB termasuk dalam kelompok interaksi kelas tiga. Pada

interaksi kelas tiga banyak cara untuk mengelola kombinasi kelompok obat ini

atau dicari alternatif obat lain yang tidak berinteraksi. Mengubah dosis atau rute

dapat mengurangi risiko interaksi.

Rifampisin dan isoniazid adalah dua agen TB lini pertama yang paling

aktif terhadap kuman TB. Rifampisin adalah suatu induktor enzim yang kuat

untuk isoenzim sitokrom P-450, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-

obatan yang dimetabolisme oleh isoenzim tersebut, sedangkan Isoniazid adalah

inhibitor kuat untuk isoenzim P-450, tetapi mempunyai efek minimal pada

CYP3A. Pemakaian Isoniazid bersamaan dengan obat-obatan tertentu

mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan menimbulkan risiko

toksisitas.

Pada penelitian ini, terdapat beberapa pasien yang menggunakan obat

tambahan yang dapat berinteraksi dengan OAT FDC, sehingga muncul suatu efek

samping.

a. Penggunaan antasida dapat menurunkan kadar INH dalam plasma, OAT

sebaiknya diminum 2 jam sebelum makan.

b. Kombinasi OAT-kloramfenikol sebaiknya dihindari karena efektivitas

antibakteri kloramfenikol akan diturunkan oleh Rifampisin.

c. Pada pasien TB yang menggunakan kontrasepsi, maka perlu diperhatikan

bahwa Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

44

44

KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.

Sebaiknya wanita pasien TB menggunakan kontrasepsi non hormonal, atau

kontrasepsi yang mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg). Pada

penelitian ini, terdapat satu orang pasien TB yang menggunakan suntikan KB,

dan pada pengobatannnya, pasien tersebut menghentikan pemakaian suntikan

KB terlebih dahulu.

d. Pasien TB dengan penyakit penyerta DM (6 orang), maka diabetesnya harus

dikontrol. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan rifampisin akan mengurangi

efektifitas obat anti diabetes (sulfonilurea) sehingga dosis obat anti diabetes

perlu ditingkatkan. Hati-hati juga dengan pemberian etambutol karena pada

pasien DM sering terjadi komplikasi retinopati diabetik.

5. PMO (Pengawas Menelan Obat)

Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.

Pengawas Menelan Obat yang terbaik adalah petugas kesehatan dan bila tidak ada

dapat berasal dari kader kesehatan, tokoh masyarakat atau keluarga sendiri.

Gambar 6 di bawah ini, menunjukkan bahwa PMO yang paling banyak berasal

dari istri (26,67%) dan saudara kandung (24,44%), kemudian diikuti suami (17,78

%), orang tua (15,56 %), saudara sepupu (13,33 %) dan teman (2,22 %).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

45

45

Banyaknya PMO yang berasal dari saudara kandung maupun isteri bisa

disebabkan karena intensitas mereka untuk bertemu dengan penderita jauh lebih

besar sehingga PMO sendiri dapat lebih leluasa dalam mengawasi penderita untuk

minum obat. Alasan lain adalah, sebagian besar pasien TB cenderung malu

dengan penyakitnya dan mereka menganggap TB merupakan penyakit yang

memalukan, sehingga secara tidak langsung pasien TB cenderung mengisolasi

dari dari lingkungan sosial. Hal inilah yang mendukung bahwa sebagian besar

PMO berasal dari keluarga sendiri.

C. Penyebab Kegagalan Konversi

Sebagian besar penderita TB paru BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan (akhir tahap intensif). Pada kenyataannya dijumpai pula

penderita TB paru yang gagal konversi, sehingga mendapat obat sisipan selama

sebulan, dengan harapan setelah akhir fase sisipan, pasien sudah mengalami

konversi BTA.

Tabel XIX. Hasil Pemeriksaan Dahak Pasien TB Paru yang Gagal Konversi Setelah Akhir Fase Sisipan di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

*pasien dengan penyerta DM

**pasien pemakai obat-obatan dan perokok

No. No. RM

Hasil pemeriksaan dahak bulan ke- Keterangan 0

(awal) 2 3 4 5 - 7 AP

1. 476 2+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 2. 3504* 1+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 3. 7841** 1+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 4. 9423 3+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 5. 4341 1+ 1+ 1+ - - 1+ gagal 6. 7662 2+ 1+ 1+ negatif - - lanjutan 7. 1233 3+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

46

46

Tabel XIX memperlihatkan bahwa dari total pasien yang gagal konversi,

38 diantaranya mengalami konversi di akhir fase sisipan, sedangkan 7 pasien

lainnya belum mengalami konversi BTA. Selanjutnya ketujuh pasien tersebut

tetap menjalani pengobatan fase lanjutan meskipun pemeriksaan ulang dahak di

akhir fase sisipan masih positif. Pada akhir pengobatan, 5 di antaranya dinyatakan

sembuh, 1 pasien menjalani fase lanjutan dan 1 lagi dinyatakan gagal.

Dalam penelitian ini, enam pasien TB paru yang gagal konversi memiliki

riwayat penyakit penyerta berupa DM. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjuta

(2005) mengungkapkan bahwa penderita yang mempunyai penyakit penyerta

(DM, Typoid, Asma) memiliki risiko yang lebih besar untuk gagal konversi

dibandingkan penderita tanpa penyakit penyerta, karena penderita yang memiliki

penyakit penyerta berstatus gizi tidak normal. Nurjuta juga menyimpulkan bahwa

dari 72 penderita TB yang diteliti, 43 orang (59,72%) mengalami gagal konversi

karena tidak teratur berobat.

Tabel XX. Penggolongan Riwayat Penyerta per Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

Riwayat penyerta ΣΣΣΣ kasus 1 penyerta

Merokok 6 Diabetes Mellitus 3 Sakit jantung 1

2 penyerta DM, merokok 3 merokok, obat-obatan 2

3 penyerta merokok, obat-obatan, alkohol 1 tato, napza, merokok 1

Total 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

47

47

Tabel XX memperlihatkan bahwa selain memiliki riwayat penyakit

penyerta DM, beberapa pasien juga memiliki riwayat seperti sakit jantung,

pengguna obat-obatan, alkohol, tato dan riwayat NAPZA. Narkotika, Psikotropika

dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), mengacu pada sekelompok zat yang umumnya

mempunyai risiko kecanduan. Sementara alkohol sendiri merupakan contoh zat

adiktif. Sejauh penelusuran penulis, belum diketahui secara jelas hubungan antara

NAPZA dan alkohol terhadap kasus gagal konversi. Yang perlu diketahui,

keduanya merupakan depresan yang memperlambat bagian-bagian otak dan

sistem saraf, membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga tubuh menjadi

rentan terhadap infeksi, terutama HIV yang merupakan salah satu faktor risiko

tuberkulosis.

Pada penelitian ini, 4 pasien TB yang menggunakan atau mencoba obat-

obatan, alkohol dan NAPZA berasal dari kelompok umur 22-27 tahun, dimana

satu diantaranya adalah mahasiswa dan lainnya wiraswastawan. Kegagalan

konversi pada pasien dengan penyakit jantung kemungkinan disebabkan karena

menurunnya sistem imunitas seiring dengan usia pasien yang tergolong kelompok

lansia ( >65 th ).

a) Pasien TB paru dengan penyerta diabetes melitus (DM)

Dalam penelitian ini, sebelum terdiagnosa TB, pasien memang sudah

memiliki riwayat DM. Penderita DM memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang

penyakit infeksi. Infeksi tuberkulosis pada DM biasanya lebih sering disebabkan

oleh reaktivasi dari fokus infeksi yang lama daripada kontak dengan penderita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

48

48

tuberkulosis paru yang baru saja terjadi. Dengan alasan inilah, tuberkulosis

digambarkan sebagai komplikasi dari DM (Rao, 2005).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa pasien TB paru yang gagal

konversi dengan penyerta DM memiliki rentang usia 40-58 tahun. Umur sangat

mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sedangkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit TB ditentukan oleh kekuatan sistem imunitas seluler. Guptan dan Shah

(2000) mengungkapkan bahwa pada usia 40 tahun ke atas, sistem imun tubuh

akan semakin berkurang, terjadi penurunan fungsi paru berupa penurunan

kekuatan dan kekakuan pada otot pernapasan, menurunkan aktivitas silia sehingga

elastisitas paru semakin menurun. Hiperglikemi pada pasien DM akan

mengganggu fungsi neutrofil dan monosit (makrofag) termasuk fagositosis dan

mikroorganisme yang terbunuh dalam intraseluler.

Gagalnya konversi BTA pasien TB paru pada akhir tahap intensif

kemungkinan disebabkan karena pasien tuberkulosis paru yang menderita DM

memiliki kondisi klinik yang lebih berat sewaktu terjadinya onset penyakit,

apalagi dengan derajat keterlibatan dan kerusakan paru yang lebih besar.

Abnormalitas multipel pada fungsi fisiologis paru ini menyebabkan keterlambatan

pada proses perlawanan infeksi dan penyebarannya dalam tubuh pasien.

b) Pasien TB dengan riwayat merokok

Dari 26 pasien pria TB paru yang gagal konversi, 13 diantaranya

memiliki riwayat merokok (28,89%). Dalam penelitian ini sebenarnya tidak

diketahui secara pasti apakah selama pengobatan tahap intensif, ke-13 pasien

tersebut berhenti merokok atau tidak. Perlu diketahui bahwa merokok selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

49

49

masa pengobatan akan memperlambat konversi BTA dan memperparah penyakit

TB. Hal ini karena, merokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru yang

disebut muccociliary clearance. Komponen asap rokok seperti nikotin, tar, karbon

monoksida (CO), timah hitam (Pb), nitrogen oksida dan formaldehid merupakan

zat-zat beracun yang bersifat mengiritasi dan karsinogenik. Bulu-bulu getar dan

bahan lain di paru tidak mudah membuang infeksi yang sudah masuk karena bulu

getar di paru-paru telah rusak akibat asap rokok. Asap rokok meningkatkan

tahanan jalan napas dan menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru-

paru, lalu merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memfagosit bakteri,

selain itu asap rokok menurunkan respon terhadap antigen yang masuk ke paru

sehingga memperlambat proses perlawanan (Aditama, 2003).

Menurunnya respon tubuh terhadap antigen yang masuk akan

menyebabkan konversi BTA menjadi gagal sehingga memperlama proses terapi,

karena itu pasien harus mendapatkan tambahan obat sisipan selama 1 bulan

sebelum masuk ke tahap lanjutan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kapisysi dkk, bahwa kejadian TB dengan BTA positif, lebih tinggi

pada perokok dibandingkan dengan yang tidak perokok. Semakin tinggi frekuensi

merokok, kegagalan konversi akan makin tinggi.

3. Hasil wawancara pada pasien TB paru yang gagal konversi

Kegagalan konversi bukanlah suatu hal yang mudah untuk ditelusuri.

Walaupun regimen pengobatan yang diberikan oleh BP4 sudah tepat, tetapi tenaga

kesehatan tidak sepenuhnya tahu bagaimana ketaatan pasien selama menjalani

pengobatannya di rumah, gizinya sehari-hari, apakah pasien menelan obat sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

50

50

anjuran atau tidak. Kemungkinan ketidaktaatan sangat besar karena pengobatan

jangka panjang, jumlah obat yang diminum perhari, efek samping yang mungkin

timbul, dan kurangnya kesadaran penderita akan penyakitnya. Ketidaktaatan

menyebabkan timbulnya resistensi obat yang sangat merugikan penderita itu

sendiri maupun lingkungan, kambuh maupun kematian. Bentuk ketidaktaatan

dapat berupa berhenti meminum obat sebelum waktunya, lupa meminum obat,

obat diminum dengan dosis dan waktu yang salah.

Hasil wawancara terhadap 5 pasien menunjukkan adanya ketidaktaatan

selama pengobatan, meliputi jadwal minum obat yang tidak tepat, artinya OAT

FDC seharusnya diminum pagi hari saat perut kosong, namun ada yang

meminumnya malam hari. Ditemukan juga pasien yang memiliki penyakit

penyerta seperti DM dan radang lambung, selain itu ada pasien yang meminum

obatnya setiap 2 hari sekali dan pernah sekali lupa minum obat. Pada tahap

intensif seharusnya obat diminum setiap hari untuk membunuh kuman TB yang

sedang aktif. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dan Khariroh

(2006) mengungkapkan adanya hubungan antara ketidaktaatan dengan kejadian

gagal konversi.

D. Lama Pengobatan

Dalam penelitian ini, sebagaian besar pasien TB paru yang gagal

konversi menjalani masa pengobatan selama 7 bulan, 2 bulan fase intensif, 1

bulan sisipan dan 4 bulan fase lanjutan. Hasil rangkuman kondisi pengobatan,

menunjukkan bahwa 32 pasien TB paru yang gagal konversi dinyatakan sembuh,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

51

51

4 pasien menjalani pengobatan lengkap, I pasien default (putus berobat) dan

gagal, 2 pasien pindah serta 5 pasien masih dalam tahap pengobatan fase lanjutan.

Tabel XXI memperlihatkan bahwa 71,11% pasien TB paru yang gagal

konversi mengalami kesembuhan. Pasien tersebut telah menyelesaikan

pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya

negatif pada AP (akhir pengobatan) dan minimal satu pemeriksaan follow-up

sebelumnya negatif. Selanjutnya 8,90% pasien TB paru lainnya menjalani

pengobatan lengkap (PL) dan tidak sembuh. Pada pengobatan lengkap, pasien

telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi

persyaratan sembuh atau gagal. Pasien TB yang pindah sejumlah 4,44% (2 orang),

kedua pasien tersebut pindah berobat ke UPK lain (Jakarta dan Ngemplak) dan

telah diregister di TB 03 Kabupaten/Kota yang hasil pengobatannya tidak

diketahui.

Tabel XXI. Rangkuman Kondisi Pasien TB Paru yang Gagal Konversi pada Akhir Pengambilan Data di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008

Kondisi Pasien BP4 ΣΣΣΣ %

I II III

Lengkap sembuh 18 4 10 32 71,11 tidak sembuh 1 3 - 4 8,90

Tidak lengkap

gagal - 1 - 1 2,22 default (putus berobat) - 1 - 1 2,22 pindah 2 - - 2 4,44

Terapi fase lanjutan - 4 1 5 11,11 Jumlah pasien 21 13 11 45 100

Keterangan :

I : BP4 Minggiran II : BP4 Kota Gede III : BP4 Kalasan

Ditemukan 1 pasien yang gagal menjalani masa pengobatannya dan

dalam RM tertulis bahwa pasien tersebut menjalani pengobatan kategori II. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

52

52

penelitian ini tidak dibahas mengenai kategori II, hanya kategori I dan sisipan.

Pasien yang default (putus berobat) sebanyak 2,22 persen. Pasien tersebut sudah

menjalani pengobatan fase intensif, namun pada fase lanjutan hanya berobat 2

bulan dari 4 bulan pengobatan fase lanjutan yang seharusnya dijalani. Dari

wawancara yang dilakukan dengan perawat yang menangani pasien ini, tidak

diketahui mengapa pasien tersebut tidak berobat/mengambil obat selama 2 bulan

berturut-turut sebelum masa pengobatannya selesai. Pasien yang masih menjalani

pengobatan fase lanjutan sebanyak 11,11 persen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai “Evaluasi Pengobatan pada Pasien

Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru

(BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008“ dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Jumlah pasien TB paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta tahun 2006-

2008 berjumlah 45 pasien dengan kategori umur terbanyak yaitu kelompok

25-34 tahun (28,89%), jumlah kasus dengan jenis kelamin pria yaitu 57,78%

dan wanita 42,22%, setelah dilakukan uji z terhadap jenis kelamin, baik pria

maupun wanita tidak berbeda dalam menyebabkan gagal konversi. Jumlah

kasus terbanyak dari profil pekerjaan tanpa keterangan sebesar 35,55%, dan

wilayah tempat tinggal terbanyak berasal dari Sleman sebesar 42,22%.

2. Pola pengobatan pasien TB paru yang gagal konversi menggunakan obat-obat

kelas terapi antimikobakteria dengan kategori FDC yang terbanyak digunakan

yaitu kategori 1 untuk berat badan 38-54 kg (4FDC3Tab/2FDC3Tab) sebesar

73,33% ditambah sisipan selama sebulan. Obat tambahan terbanyak yang

digunakan berasal dari kelas terapi obat yang bekerja pada sistem saluran

pernapasan yaitu 65,12%. Beberapa pasien yang menggunakan obat tambahan

seperti antasida, kloramfenikol, suntik KB dan DM perlu hati-hati dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

54

54

menggunakan regimen OAT, karena obat-obat tersebut akan berinteraksi

dengan OAT rifampisin dan isoniazid.

3. Penyebab kegagalan konversi dalam penelitian ini adalah DM.

4. Rata-rata lama pengobatan untuk kasus gagal konversi yaitu 7 bulan, meliputi

2 bulan fase intensif, 1 bulan fase sisipan dan 4 bulan fase lanjutan.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini adalah :

1. bagi pihak BP4, perlu dilakukan konseling pada pasien TB paru yang gagal

konversi terutama saat pasien datang ke BP4.

2. bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan metode yang

berbeda untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kegagalan konversi,

misalnya dengan cohort study.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

53

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TJ, Y., 2003, Rokok dan Tuberkulosis Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan, Jakarta, http://www.gizi.net/ diakses 29 Februari 2009

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2002, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia, Jakrta Anonim, 2003, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,

http://www.tbcindonesia.or.id/pdf/Buku_Pedoman_Nasional.pdf, diakses pada tanggal 30 Agustus 2008

Anonim, 2007a, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi VII, 82, 84, 94, 165,

320, PT Info Master, Jakarta Selatan, Indonesia Anonim, 2007b, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2006, edisi

ke-2, cetakan pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis, Departemen

Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta

Anonim, 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2008,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta Chandra, B., 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, 20-24, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta Crofton, J., Horne, N., and Miller, F., 2000, Clinical Tuberculosis, edisi II, hal. 9-

16, 92-111, 186-194, diterjemahkan oleh Muherman Harun, Widya Medika, Jakarta

De Leon, Garcia L., Gomez F.J., Rojaz L., Arellano B.C., Fernandez G., et all.

2004. Tuberculosis and Diabetes mellitus in Southerm Mexico. Diabetes mellitus Care. vol 27. http://www.yahoo.co.id/ diakses 29 Februari 2009

De Muth, J. E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications,

page 365-369, Marcel Dekker, Inc. New York Dipiro J.T., 2005, Pharmacotherapy A Pathophsyologic Approach, Edisi ke-6,

page 2021-2030, The Mc Graw-Hill Companies, USA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

54

54

Guptan, A., dan Shah, A.,2000. Tuberculosis and Diabetes mellitus: An Appraisal. Indian Journal of Tuberculosis. http://www.medind.nic.in/ diakses 29 Februari 2009

Lusiana, I, 2006, Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis

(TB) di Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah Periode Januari- Desember 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Neal. M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, edisi ke-5, hal. 28-29, 66,

Erlangga, Jakarta Nurjuta, S., 2006, Pengaruh Faktor Penderita TB Paru Kasus Baru Terhadap

Konversi BTA yang Mendapat Pengobatan Kategori I pada Akhir Fase Intensif di Puskesmas Kota Kendari Tahun 2005. Tesis, Universitas Airlangga, http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nurjutasiti- , diakses pada tanggal 27 Februari 2009

Patrina, A. A., dan Fatmawati, H., 2008, Laporan Tahunan Pelaksanaan Kegiatan

2007, BP4, Yogyakarta. Patrina, A. A., dan Fatmawati, H., 2009, Laporan Tahunan 2008 : Kegiatan,

Hasil Pelayanan dan Tahapan Pengembangan, BP4, Yogyakarta. Price, S.A., dan Wilson, L., 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses

Penyakit, edisi ke-2, hal. 593-597, EGC, Jakarta Rao, P.V. 2005. Active Tuberculosis Should Be Treated With Insulin. Sandoz

JEET. TB and Diabetes. Nizam’s Institute of Medical Sciences, Hyderabad, India. http://www.ourjeet.com./general1/diabetes.asp, diakses 29 Februari 2009

Sanusi, H., 2006, Diabetes Mellitus dan Tuberkulosis, Subbagian Endokrinologi

dan Metabolik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=154 , diakses 29 Februari 2009

Siregar, C.J.P., dan Kumolosasi, E., 2005, Farmasi Klinik Teori dan Terapan, hal.

90, 320-333, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Siswono, 2006, Penderita TB Berhentilah Merokok, http://www.gizi.net/ diakses

29 Februari 2009 Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, hal. 61, CV Alfabeta, Bandung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

55

55

Khariroh, S., 2006, Faktor Resiko Gagal Konversi BTA Sputum Penderita TB Paru Setelah Program Pengobatan DOTS Fase Intensif di RSU. Dr. Sutomo dan BP4 Karang Tembok Surabaya 2006, Tesis, Universitas Airlangga, http://adln.lib.unair.ac.id/print.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-kharirohsy-784&PHPSESSID=efb719414718734dcca09cb904735e5e, diakses pada tanggal 20 Maret 2009

Rosianti, B., 2003, Pengaruh Suplementasi Vitamin A dan Seng pada Pengobatan

Tahap Intensif terhadap Konversi Sputum Penderita Tuberkulosis Paru di BP4 Provinsi DIY, Minat Utama Epidemiologi Lapangan Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Tahitu, R., dan Amiruddin, R., 2006, Faktor Risiko Kegagalan Konversi pada

Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006, http://ridwanamirruddin.wordpress.com/2007/04/26/ faktor-risiko kegagalan-konfersi-tb/, diakses pada tanggal 27 Maret 2009

Walpole, R.E., 1995, Pengantar Statistika, edisi ke-3, hal 214-215, PT. Gramedia, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

58

L A M P I R A N

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

59

Lampiran 1. Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Paru-Paru (BP4) Yogyakarta

Tahun 2006-2008 berdasarkan kartu TB 01

No.

No. Reg

Jenis Kelamin Usia

(th) BB (kg)

Alamat PMO Pengobatan Kategori I

Intensif/Lanjutan Keterangan

L/P 1. 020 L 43 50 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 2. 92 L 30 61 Yogya Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 3. 164 P 34 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 4. - L 27 49 Yogya Kakak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 5. 210 L 65 38 Bantul Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 6. 236 L 58 56 Yogya Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 7. 227 L 40 37 Yogya Kakak 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 8. 41 L 57 57 Sleman Orang tua 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 9. 42 L 40 40 Yogya Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 10. 48 L 39 48 Yogya Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 11. 107 P 20 40 Sleman Orang tua 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 12. - L 24 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Pindah Jakarta 13. 182 L 22 41 Magelang Teman 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 14. 242 P 55 41 Bantul Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 15. 251 L 25 53 Yogya Orang tua 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 16. 253 L 50 50 Sleman Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 17. 256 P 49 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 18. 025 L 53 49 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 19. 044 L 26 55 Sleman Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Pindah Ngemplak 20. 120 L 23 50 Sleman Sepupu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 21. 216 P 15 39 Yogya Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 22. 222 L 45 44 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 23. 213 L 38 46 Bantul Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 24. 292 L 29 46 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Gagal 25. 058 L 38 35 Bantul Suami 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

60

Pada kategori pengobatan, antara fase intensif dan fase lanjutan, pasien mendapat kategori sisipan selama 1 bulan yang

jumlah dan dosisnya sama dengan fase intensif

26. 065 P 30 44 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 27. 061 P 24 41 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Default 28. 146 P 19 42 Bantul Ibu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 29. 237 P 29 40 Sleman Kakak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 30. 319 P 54 54 Muntilan Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 31. 328 P 25 45 Sleman Ibu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 32. 329 P 47 46 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 33. 330 P 23 50 Sleman Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 34. 332 P 21 45 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 35. 34 P 53 32 Klaten Suami 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 36. 52 P 31 38 Klaten Paman 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 37. 02 P 24 31 Sleman Orang tua 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 38. 53 L 24 43 Sleman Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 39. 05 L 32 55 Klaten Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 40. 10 L 81 38 Sleman Anak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 41. 18 P 38 39 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 42. 28 L 58 47 Sleman Tidak ada 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 43. 25 P 25 36 Klaten Orang tua 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 44. 38 L 36 56 Sleman Adik 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 45. 61 L 32 69 Sleman Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Fase Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

61

Lampiran 2. Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008 yang Diperoleh dari Rekam Medis

No.

No. RM Pekerjaan Riwayat Penyakit Obat Tambahan, Dosis dan Jumlah

1. 476 swasta batuk 1 tahun disertai dahak sedikit, merokok

Piroksikam 2x1 (X), Vit C 3x1, AP 3x ½ B-komplek 3x1

2. 2346 swasta - Salbutamol 3x ¼, Mukosulvan® 3x1

3. 145 mahasiswa batuk berdahak dan sesak nafas 4 bulan

B-komplek 3x1, CTM, GG, AP 3x½, Salbutamol 3x¼, Piroksikam 2x1 (VI), Deksametason 3x1

4. 812 wiraswasta

batuk berdahak, pernah disertai darah, dan sesak nafas, merokok, obat-obatan, alkohol, sakit paru, OAT 1 th yang lalu

Pamol 3x1, B-komplek 1x1 Kalsium 1x1

5. 2417 - batuk berdahak dan sesak 3 bulan

Antasida 3x1, Parasetamol 3x1 k/p

6. 3219 pensiunan Diabetes Mellitus, merokok, batuk berdahak

Curcuma 2x1,Dekstrometorfan 3x1, B-komplek 1x1

7. 3212 penjaga parkir merokok, batuk dan sesak nafas 1 bulan

B-komplek 1x1, kalsium 1x1

8. 3513 - merokok sudah lama batuk berdahak dan pernah disertai darah,

Amoksisisilin 3x1, Salbutamol 3x¼, Ambroksol 3x1 CTM® 3x1,

9. 3504 Wiraswasta Diabetes Mellitus, merokok kuat, batuk berdahak

Glibenklamid 1x1, Bioneuron® 1x1

10. 3647 swasta merokok, sesak nafas dan batuk 3 bulan disertai dahak

Bioneuron® 1x1

11. 5245 - batuk 1 bulan, dada terasa sakit dan panas

B-komplek 3x1, Vit C 3x1

12. 6756 Mahasiswa - Dekstrometorfan (X), Codein, Curcuma 2x1(XX) 13. 7841 Mahasiswa mencoba obat-obatan, sesak Pamol® 3x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

62

nafas dan batuk 1 bulan, merokok, batuk berdahak

14. 8799 sesak nafas dan batuk 2 bulan Solvinex® 3x1, AP 3x ½, GG 3x1, B-komplek 1x1, Curcuma 1x1

15. 9305 swasta merokok, sesak nafas dan batuk 2 bulan disertai dahak

Dekstrometorfan 3x1, Ambroksol, CTM

16. 9423 - - Ambroksol 3x1 (XV), AP 3x ½ (X) Salbutamol 3x¼, Flumucil 1x1

17. 9424 PNS DM CTM® 3x1, GG 3x1(XX), B-komplek (X) 1x1, Ambroksol 3x1

18. 9827 karyawan

pabrik

DM, sesak nafas dan batuk 5 bulan disertai dahak, pernah berdarah

Glibenklamid 1-0-0, Dektrometorfan 3x1 Bioneuron® 1x1

19. 10507 swasta tato, napza, merokok 10 bulan, 12 batang/hari, batuk berdahak

Pamol® 3x1

20 11546 pedagang merokok, obat-obatan, sesak nafas, batuk berdahak

-

21. 14847 pelajar - -

22. 1700 - merokok, sesak nafas dan batuk 1 bulan dan berdahak

GG 3x1, AP 3x ½, B6 3x1 Metoklorpamid 3x1 (XV), cimetidin 3x1, Antalgin 3x1 Kloramfenikol 4x1, Bioneuron® 1x1, B1 3x1

23. 3928 buruh - OBH® 3xC, Curcuma® 1x1, Dekstrometorfan 3x1, AP 2x½ k/p, GG 3x1, Pamol® 3x1 k/p, Decolgen® B-komplek 3x1

24. 4341 swasta batuk berdahak dan sesak nafas 1 bulan

Cetirizine 10 mg 1x1, Dexophan® 2x1 cth, Loratadin 10 mg 1x1, Ambroksol 3x1

25. 4872 pegawai swasta sesak nafas dan batuk berdahak B-komplek 3x1, Ambroksol 3x1, Dexametason 3x1, Dekstrometorfan 3x1, Loratadin 1x1, GG 3x1, CTM® 3 x 1

26. 5084 IRT sesak nafas dan batuk 2 bulan dan berdahak

Dekstrometorfan 3x1, Salbutamol 3x¼ k/p, Ambroksol 3x1, Asam mefenamat 2x1 Curcuma 1x1, B-komplek 1x1, Bioneuron®1x1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

63

27. 5382 - -

Adona 2x1, Dekstrometorfan 3x1, Vit. K 3x1, Interpect® 3x1 Diklofenak 2x50 mg, Bioneuron® 1x1, Allupurinol 1x100 mg, Ambroksol 3x1 Curcuma 1x1, GG 3x1, Amoksisilin 3x1

28. 5567 swasta batuk 1 bulan disertai dahak Dekstrometorfan 3x1, Ambroksol 3x1 Decolgen® 3x1, Bioneuron® 1x1

29. 6935 - batuk berdahak Antasida 3x1, GG 3x1, Meticol® 1x1 Cetirizine 10 mg 1x1, Curcuma 2x1,Decolgen®

30. 7583 - Diabetes mellitus, merokok, sesak nafas dan batuk

Glibenklamid 1-0-0, Curcuma 1x1, Metformin 1-0-1

31. 6097 karyawan sesak dan batuk 1 bulan disertai dahak

Dexametason 3x1, Salbutamol 3x¼ k/p Loratadin 1x1, Antasida 3x1, Ambroksol 3x1 Kodein 3x1 (resep luar), Prednison CTM® 3x1, Metil Prednisolon 3x1, GG 3x1 Cefadroksil 2x1, Asam mefenamat 3x1 Curcuma 2x1, Decolgen® 3x1, Allupurinol, Na Diklofenak

32. 7662 - batuk 3 bulan dan berdahak

Ambroksol 3x1, Curcuma 1x1, Asam mefenamatt 3x1, Na Dklofenak 2x1 k/p AP 3x½ k/p, CTM® 3x1, Metoklopramid 3x1 Piroksikam 2x1 k/p, GG 3x1 k/p,Amoksisilin 3x1, Bioneuron® 3x1, B-komplek, Salbutamol 3x¼ k/p Dekstrometorfan 3x1

33. 7688 mahasiswa sesak nafas dan batuk 3 bulan Curcuma 1x1, Primperan® 1x1 k/p ,Salbutamol 3x¼ k/p, Ambroksol 3x1

34. 7835 - batuk berdahak dan sesak nafas Ambroksol 3x1, Curcuma 1x1 SF® 1x1, Dekstrometorfan 3x1, Bioneuron 1x1

35. 107 buruh batuk dan sesak nafas 3 bulan Bioneuron 1x1, Na Diklofenak 2x1 ( XV ) 36. 934 pegawai swasta batuk bronkitis dan berdahak GG 3x1 37.

1233 - sesak nafas dan batuk 1 bulan disertai dahak

ciprofloxacin 2x1

38. 984 - - GG 3x1 dan Amoksisilin 3x1 39. 1354 buruh - cefadroksil 2x1 (X), ciprofloxacin 2x1 (X)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

64

40. 1376 tani batuk dan sesak, sakit jantung

Aneurin® 3x1, Digoksin 2x1 (XX) Asam mefenamat 2x1 (X), Flumucil®, Vit B 3x1, GG, B-komplek 3x1, Salbutamol 3 x ¼, Curcuma 1x1, Amoksisilin 3x1

41. 1663 tani sesak nafas dan batukpernah sakit paru ± 10 th

GG, Ambroksol, ciprofloksasin 2x1 Salbutamol, Dekstrometorfan 3x1,Solvinex®, Rhinatiol®, B-komplek, ofloxacin

42. 2019 - DM, sesak nafas dan batuk berdahak

Bioneuron® 1x1, ofloxacin, glibenklamid

43. 5538 - - ciprofloksasin 2x1 (XX), vit B 2x1 (X)

44. 6077 wiraswasta riwayat OAT 1992 di Tangerang Loratadin 2x1 (XX), Piroksikam 2x1 (XX), ciprofloksasin 2x1 (XX), Na Diklofenak 2x1 (XX) cetirizine 1x1 (XX)

45. 7021 karyawan - vit B 2x1 (X)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

65

Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Dahak SPS Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta

Tahun 2006-2008 yang Diperoleh dari Rekam Medis

No. No. Reg

Hasil pemeriksaan dahak bulan ke- Keterangan

0 (awal) 2 3 4 5 - 7 AP 1. 020 2+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 2. 92 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 3. 164 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 4. - 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 5. 210 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 6. 236 3+ 2+ negatif - - negatif Sembuh 7. 227 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 8. 041 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 9. 042 1+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 10. 048 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 11. 107 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 12. - 2+ 1+ negatif - - - Pindah Jakarta 13. 182 1+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 14. 242 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 15. 251 3+ 1+ negatif - - - PL 16. 253 3+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 17. 256 2+ sceenty + negatif - negatif negatif Sembuh 18. 025 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 19. 044 1+ 1+ negatif - - - Pindah Ngemplak 20. 120 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 21. 216 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 22. 222 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 23. 213 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 24. 292 1+ 1+ 1+ - - 1+ Gagal 25. 058 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 26. 065 2+ 1+ negatif - negatif negatif PL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

66

27. 061 3+ 1+ negatif - - - Default 28. 146 2+ sceenty +5 negatif - negatif negatif Sembuh 29. 237 1+ 1+ negatif negatif - - PL 30. 319 1+ sceenty +3 negatif - - - PL 31. 328 2+ sceenty +4 negatif - - - Fase Lanjutan 32. 329 2+ 1+ 1+ negatif - - Fase Lanjutan 33. 330 1+ 1+ negatif - - - Fase Lanjutan 34. 332 1+ sceenty +3 negatif - - - Fase Lanjutan 35. 34 3+ 1+ negatif - - negatif Sembuh 36. 52 3+ sceenty +5 negatif - negatif negatif Sembuh 37. 02 3+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 38. 53 3+ sceenty +4 negatif - negatif negatif Sembuh 39. 05 3+ 1+ negatif - - negatif Sembuh 40. 10 1+ sceenty +1 negatif - negatif negatif Sembuh 41. 18 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 42. 28 2+ sceenty +4 negatif - - negatif Sembuh 43. 25 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 44. 38 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 45. 61 1+ 1+ negatif - - - Fase Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

67

Lampiran 4. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pasien TB Paru yang

Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta ( tinjauan fase intensif 2 bulan )

GAGAL KONVERSI

� Ketidaktaatan

1. Kapan Saudara minum obat ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 pagi hari sebelum makan 2. 1233 pagi hari sebelum makan, sekitar jam 09.00 3. 2019 pagi hari sebelum makan 4. 7688* malam hari 5. 6097* malam hari

2. Supaya tidak lupa, alat pengingat apa yang Saudara pakai untuk meminum obat ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 jam atau alarm 2. 1233* tidak ada 3. 2019* feeling saja 4. 7688* tulisan/buat jadwal minum obat sendiri 5. 6097* ingatan

3. Anda paling suka minum obat dengan apa ?

� Penyakit penyerta

1. Selain Saudara berobat untuk penyakit TB, apakah ada penyakit lain juga? (bila ya lanjutkan ke pertanyaan 2-3 )

Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak ada 2. 1233 tidak ada

3. 2019* DM, masalah THT (telinga dan tenggorokan kadang sakit), kulit di kaki sering merah-merah seperti alergi dan kering

4. 7688* radang lambung 5. 6097 tidak ada

Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 air biasa 2. 1233 air biasa 3. 2019 air biasa 4. 7688 air biasa 5. 6097 air biasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

68

2. Sejak kapan Saudara merasakan penyakit tersebut (selain TB) ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 - 2. 1233 - 3. 2019* sudah lama (lupa mulai kapan) 4. 7688* kurang lebih 5 tahun 5. 6097 -

3. Selain berobat TB, apakah Saudara bisa rutin kontrol ke dokter ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 - 2. 1233 -

3. 2019 bisa, kalau sakit saja, perginya ke puskesmas terdekat

4. 7688 kalau sakit saja 5. 6097 -

� Gizi/pola makan/vitamin

1. Saudara terbiasa makan berapa kali dalam sehari ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 3 kali, teratur 2. 1233* 3 kali tetapi tidak teratur 3. 2019 3 kali, teratur 4. 7688 4-6 kali 5. 6097 4-6 kali

2. Apakah ada makanan tertentu yang dihindari/pantangan ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 ada, emping 2. 1233 tidak ada 3. 2019 tidak ada 4. 7688 tidak ada 5. 6097 tidak ada

3. Selain minum obat rutin dari BP4, obat lain apa yang Saudara minum dan beli sendiri ?

Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak ada, hanya buah 2. 1233 redoxon 3. 2019 obat cina 4. 7688 tidak ada 5. 6097 tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

69

4. Apakah obat tersebut diminum selama pengobatan atau kadang-kadang ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 - 2. 1233 saat sakit saja, saat badan tidak enak 3. 2019 2 minggu sekali 4. 7688 - 5. 6097 -

EVALUASI PENGOBATAN

� Jumlah dan dosis

1. Bagaimana jadwal minum obat Saudara ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 tiap hari 2. 1233 tiap hari 3. 2019 tiap hari 4. 7688* 2 hari sekali 5. 6097 tiap hari

2. Dalam 1 hari, ada berapa obat TB yang Saudara minum ? Pasien No. RM Jawaban BB (kg)

1. 5538 2 tablet 36 2. 1233 2 tablet 31 3. 2019 3 tablet 47 4. 7688 3 tablet 50 5. 6097 3 tablet 45

3. Apakah Saudara pernah mengalami dari setiap bungkus obat yang diberi BP4, tidak bisa habis (ada yang tersisa) ?

Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak, pasti habis 2. 1233 tidak pernah 3. 2019 jangan sampai 4. 7688* pernah 1 hari tidak minum obat 5. 6097 tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

70

� Efek samping

Keluhan apa saja yang Saudara rasakan selama minum obat ? Pasien No. RM Jawaban

1. 5538 tidak ada 2. 1233 mual-mual 3. 2019 tenggorokan kering, kadang hidung tersumbat 4. 7688 mual 5. 6097 pegal - pegal dan linu, perih di lambung

Keterangan :

*pasien yang tidak taat, ada penyakit penyerta. Untuk jumlah dan dosis obat yang salah (obat diminum 2 hari sekali, pernah 1 hari tidak minum obat) yang diminum pasien dimasukkan dalam ketidaktaatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

71

Lampiran 5. Alur Pemilihan Uji Z dan perhitungan z test of proportion-one sample case untuk jenis kelamin

PANEL A

No Discrete Yes Continuous Continuous one or two Z-test of Proportions Discrete Yes No more than two Chi Square test of independent Continuous Discrete

Uji z untuk variabel jenis kelamin

z = = 1,040

z hitung (1,040) terletak pada area antara ± 1.64, daerah dimana hnull diterima.

Kesimpulannya P observed tidak berbeda dengan p expected, atau proporsi pria

dan wanita tidak berbeda dalam menyebabkan gagal konversi.

Is there an Independent

variable

Primary Variable

D/C

Go to Panel C

IndependentVariable

D/C

Go to Panel D

Data Reported as Percent of Proportions ?

Number of Discrete Independent Variables

IndependentVariable

D/C

Go to Panel B

Go to Panel C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

72

Lampiran 6. Surat izin pengambilan data di BP4 Kalasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

73

Lampiran 7. Surat izin pengambilan data di BP4 Kota Gede

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

74

Lampiran 8. Surat izin wawancara dengan pasien TB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

75

Lampiran 9. Formulir persetujuan (Informed Consent)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJITabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..... 33 Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan

76

BIOGRAFI PENULIS

Christina Probolini, dilahirkan di Pringsewu pada

tanggal 16 Desember 1986. Putri pertama dari 4

bersaudara dari pasangan Thomas Sujiyanto dan Lucia

Sri Resmiyati A.Ma.Pd. menempuh pendidikan

pertamanya di TK Dharma Wanita Panutan (1991-

1993), SDN I Patoman (1993-1999), SLTP Xaverius

Pringsewu (1999-2002), SMU Xaverius Pringsewu (2002-2005) kemudian

melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2005-

2009). Sejak tahun 2006-2008, terlibat aktif di berbagai kegiatan rohani CM

(Campus Ministry) seperti panitia Pekan Suci (Co.Dekorasi Minggu Palma 2006,

Co. Minggu Palma 2007 dan Co. Kamis Putih 2008), Dies Natalis Universitas ke-

52 dan ke-53, koordinator JKMK (Jalinan Kasih Mahasiswa Katolik) 2006, dan

pernah menjadi Sie Konsumsi dalam Talk Show Sumpah Pemuda 2006, Live in

Interfaith 2007, bendahara di Gelaran Budaya Nusantara Pekan Budaya

Universitas Sanata Dharma 2007, panitia Relaunching Apotek Sanata Dharma

2008, berprestasi di Bidang Akademik Ilmiah pada PKM DIKTI 2008.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI