plagiat merupakan tindakan tidak terpujitabel viii dosis obat fdc kategori i tahap intensif...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

i
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG GAGAL KONVERSI DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT
PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA TAHUN 2006-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Christina Probolini
NIM : 058114076
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
EVALUASI PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG GAGAL KONVERSI DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT
PARU-PARU (BP4) YOGYAKARTA TAHUN 2006-2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Christina Probolini
NIM : 058114076
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
Halaman Persembahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
Halaman Persembahan
Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu,Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yangakan apa yangakan apa yangakan apa yang akan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esokakan terjadi padamu di hari esok
“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25“Mat 6 : 25----34343434””””
Karya ini kupersembahkan untuk :
Jesus Christ, My Savior yang selalu kuandalkan, God is Good All The Time
St. Peregrinus, sahabat dan pelindungku
Ayah dan Ibuku tercinta inspirasi terbesar dalam hidupku, segalanya yang tanpa balas
Ke-3 adikku yang setia menemani perjalanan hidupku
Almamaterku Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Evaluasi
Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008“.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.). Selama proses skripsi
berlangsung, banyak pihak yang telah terlibat memberikan bantuan dan kerjasama
yang baik, sehingga dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi atas masukan,
saran serta kesediannya menjadi dosen penguji.
2. Ibu Yustina Sri Hartini M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik,
untuk pendampingannya selama ini.
3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, saran dan motivasi selama proses skripsi berlangsung.
4. Drs. P. Sunu Hardiyanta, SJ., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu memberikan arahan serta pengetahuan khususnya dalam analisis
statistik.
5. dr. Fenty, M.Kes.,SpPK yang telah berkenan menjadi dosen penguji,
terimakasih untuk saran dan masukannya.
6. Dr. Andajani Woerjandari, M.Kes. selaku Kepala BP4 pusat yang sudah
memberikan izin penelitian kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii
7. Ibu Ana Adina Patriani, SKM, MPH selaku pembimbing lapangan dari BP4
Minggiran yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir penelitian.
8. Seluruh staf bagian Rekam Medis dan pojok DOTS di BP4 Minggiran,
Kotagede dan Kalasan dan para perawat atas kerjasama dan bantuannya
menjadi rekan kerja yang baik dan menyenangkan selama penelitian ini.
9. Ayahku Thomas Sujiyanto dan Ibuku tercinta Lucia Sri Resmiyati, atas
segala pengorbanan, cinta dan kasih sayangnya selama ini.
10. Ke-3 adikku, Agung, Umi dan Ova, untuk cinta kasihnya, kebersamaan dan
persaudaraan kita selamanya.
11. Sahabat-sahabat terkasih Sr. Okta, Ibu Maria, Mbak Wati, Mbak Lusi, Mas
Inus, terima kasih untuk cinta kasihnya dan persahabatan yang indah ini.
12. Pak Warto dan Teteh Eni, Badai, Bayu, Mas Gun, dan Alm. Iwan untuk
nasehat, pengertian, cinta dan kasih sayang yang kalian berikan untukku.
13. Teman-teman Farmasi khususnya FKK-2005, keluarga Hidden Kost dan
KKN Tempel yang telah hadir mengelilingi perjalanan hidupku
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini, masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala
saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun. Semoga karya tulis yang
sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 2 Juni 2009
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x
INTISARI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) membutuhkan waktu selama 6 bulan. Durasi ini semakin panjang dengan adanya kegagalan konversi di akhir fase intensif, yang dapat disebabkan oleh ketidaktaatan pasien, penyakit penyerta, maupun status gizi yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 menggunakan standar Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif, pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif menggunakan kartu TB 01 dan rekam medis (RM) pasien, didukung wawancara dengan beberapa pasien TB paru yang gagal konversi tahun 2006-2008. Data dari RM dan kartu TB 01 dianalisis menggunakan narasi deskriptif sederhana, diagram dan tabulasi. Data diskrit dari RM dianalisis menggunakan z-test of proportion-one sample case.
Hasil penelitian menunjukkan profil pasien TB paru yang gagal konversi dengan kategori usia terbanyak yaitu 25-34 tahun (28,89%), jumlah kasus dengan jenis kelamin pria yaitu 57,78% dan wanita 42,22%, jumlah kasus terbanyak dari profil pekerjaan tanpa keterangan (35,55%), dan wilayah tempat tinggal terbanyak dari Sleman (42,22%). Pola pengobatan OAT FDC Kategori 1 terbanyak yaitu 4FDC3Tab/2FDC3Tab (73,33%) dengan kelas terapi obat tambahan terbanyak dari sistem saluran pernapasan (65,12%). Penyebab kegagalan konversi dalam penelitian ini adalah DM (13,33%) dan rata-rata lama pengobatan pasien yaitu 7 bulan.
.
Kata kunci : tuberkulosis, gagal konversi, DOTS,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is a spread directly disease caused by Mycobacterium tuberculosis. TB treatment using DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy) needs six months. This duration will be longer by the existing of conversion failure in the last intensive phase, which caused by either patient’s disobedient, second disease or malnutrition. This research was aimed to evaluate the treatment on TB patient who has conversion failure in BP4 Yogyakarta 2006-2008 using National Tuberculosis Cope Guideline, Depkes RI.
The genre of this research was observational with descriptive plan which the data gathered retrospectively using TB 1 card and patient’s medical record, supported also by interview with some TB patients who have experienced conversion failure in 2006-2008 period. The data from medical record and TB 1 card is analyzed by a simple descriptive narration, diagram and tabulation. Discrete data from medical record is analyzed by using z test proportion-one sample case.
Result of research shows the highest age category of tuberculosis patients’ profile who failed conversion is 25-34 years (28, 89%), number of cases of sex with men is 57.78% and 42.22% women, number of cases, most of the work without the profile information (35.55%), and most residential area of Sleman (42.22%). The treatment pattern of OAT FDC Category 1 is most 4FDC3Tab/2FDC3Tab (73.33%) with the most additional drug therapy class from respiratory channel system (65.12%). The cause of conversion failure in this research is the DM (13.33%) and the average treatment duration of the patient is 7 months.
Keyword: Tuberculosis, conversion failure, DOTS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... vi
PRAKATA ............................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... ix
INTISARI ................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx
BAB I PENGANTAR ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
1. Permasalahan ......................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ................................................................. 4
3. Manfaat penelitian .................................................................. 5
a. Manfaat teoritis ................................................................. 5
b. Manfaat praktis ................................................................. 5
B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1. Tujuan umum ......................................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii
2. Tujuan khusus ........................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................... 7
A. Tuberkulosis Paru....................................................................... 7
1. Mycobacterium tuberkulosis ................................................... 7
2. Etiologi .................................................................................. 7
3. Patogenesis ............................................................................. 9
4. Gejala tuberkulosis ................................................................. 10
5. Diagnosis TB paru dewasa ..................................................... 10
B. Pengobatan Tuberkulosis ............................................................ 13
1. Prinsip pengobatan ................................................................. 13
2. Strategi terapi ......................................................................... 13
3. Efek samping obat .................................................................. 17
4. Penggunaan obat yang rasional ............................................... 18
C. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) ............................... 19
D. Keterangan Empiris .................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 21
B. Definisi Operasional ................................................................... 21
C. Subyek Penelitian ....................................................................... 22
D. Bahan Penelitian ........................................................................ 23
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 23
F. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 23
G. Tata Cara Penelitian ................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv
1. Perencanaan ........................................................................... 24
2. Pengambilan data ................................................................... 24
3. Pengolahan Data ..................................................................... 25
I. Analisis Hasil ............................................................................. 25
J. Kesulitan Penelitian .................................................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 28
A. Profil dan Jumlah Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal
Konversi..................................................................................... 29
1. Usia ........................................................................................ 29
2. Jenis kelamin .......................................................................... 29
3. Pekerjaan ................................................................................ 30
4. Wilayah tempat tinggal ........................................................... 30
B. Pola Pengobatan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi .............. 32
1. Kategori Pengobatan .............................................................. 32
2. Jumlah dan dosis FDC ............................................................ 33
3. Obat tambahan pasien TB paru yang gagal konversi .............. 34
a. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan ............. 35
b. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah ........................... 37
c. Suplemen dan penunjang ................................................... 37
d. Obat yang bekerja sebagai analgesik ................................. 38
e. Obat yang bekerja pada otot skelet dan sendi ..................... 39
f. Obat yang bekerja pada penyakit infeksi ............................ 40
g. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna ..................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv
h. Obat-obat hormonal .......................................................... 41
i. Obat yang digunakan pada penyakit kardiovaskuler ........... 42
j. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat .......................... 42
4. Interaksi obat .......................................................................... 42
5. PMO (Pengawas Menelan Obat) ............................................. 44
C. Penyebab Kegagalan Konversi ................................................... 45
1. Pasien TB paru dengan penyerta diabetes mellitus ................. 47
2. Pasien TB paru dengan riwayat merokok ............................... 48
3. Hasil wawancara pada pasien TB paru yang gagal konversi ... 49
D. Lama Pengobatan ....................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 53
A. Kesimpulan ................................................................................ 53
B. Saran .......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55
LAMPIRAN ............................................................................................. 58
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I Dosis untuk Panduan OAT FDC Kategori I ....................... 16
Tabel II Dosis untuk Panduan OAT FDC Kategori II ...................... 16
Tabel III Dosis OAT FDC Kategori Sisipan ..................................... 17
Tabel IV Efek Samping Berat OAT .................................................. 18
Tabel V Efek Samping Ringan OAT ............................................... 18
Tabel VI Gambaran OAT FDC Kategori I yang Digunakan Pasien
Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 32
Tabel VII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian
RHZE di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ..................... 33
Tabel VIII Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian
RH di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .......................... 33
Tabel IX Kelas Terapi Obat Tambahan yang Digunakan Pasien
Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 34
Tabel X Golongan dan Jenis Obat Tambahan untuk Kelas Terapi Obat
yang Bekerja pada Saluran Pernapasan yang Digunakan oleh
Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 36
Tabel XI Jenis dan Komposisi Obat yang Bekerja pada Sistem
Saluran Pernapasan yang Digunakan oleh Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii
2006-2008 ......................................................................... 36
Tabel XII Golongan dan Jenis Obat Tambahan untuk Kelas Terapi Obat
yang Mempengaruhi Gizi dan Darah pada Pasien TB Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ....... 37
Tabel XIII Jenis dan Komposisi Obat Tambahan untuk Kelas Terapi
Suplemen dan Penunjang yang Digunakan oleh Pasien
TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008 .............................................................. 38
Tabel XIV Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi
Obat yang Bekerja Sebagai Analgesik yang Digunakan oleh
Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Periode Tahun 2006-2008 .................................................. 38
Tabel XV Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi
Obat yang Bekerja pada Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan
oleh Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 39
Tabel XVI Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi
Pengobatan Infeksi yang Digunakan oleh Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 40
Tabel XVII Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii
Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan
oleh Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 41
Tabel XVIII Golongan, Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk
Kelas Terapi Obat-Obat Hormonal yang Digunakan oleh
Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 42
Tabel XIX Hasil Pemeriksaan Dahak Pasien Tuberkulosis Paru yang
Gagal Koversi Setelah Akhir Fase Sisipan di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 45
Tabel XX Penggolongan Riwayat Penyerta per Pasien TB Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ....... 46
Tabel XXI Rangkuman Kondisi Pasien TB Paru yang Gagal Konversi
pada Akhir Pengambilan Data di BP4 Yogyakarta Tahun
2006-2008 ........................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Diagnosis Tuberkulosis Paru Dewasa ....................... 12
Gambar 2 Profil Usia Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di
BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .................................... 29
Gambar 3 Profil Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008........ 30
Gambar 4 Profil Pekerjaan Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi
di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 ................................ 30
Gambar 5 Profil Wilayah Tempat Tinggal Pasien Tuberkulosis Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008........... 31
Gambar 6 Profil PMO Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi
di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 .................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di
di BP4 Tahun 2006-2008 Berdasarkan Kartu TB 01 .......... 59
Lampiran 2 Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di
di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 Berdasarkan
Rekam Medis..................................................................... 61
Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Dahak SPS Pasien Tuberkulosis Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 65
Lampiran 4 Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pasien Tuberkulosis
Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008............................................................... 67
Lampiran 5 Alur Pemilihan Uji Z dan perhitungan z test of proportions
one sample case untuk jenis kelamin .................................. 71
Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data di BP4 Kalasan ..................... 72
Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data di BP4 Kota Gede ................. 73
Lampiran 8 Surat Izin Wawancara Pasien Tuberkulosis Paru yang
Gagal Konversi .................................................................. 74
Lampiran 9 Formulir Persetujuan (Informed Consent) .......................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) hingga kini masih menjadi masalah kesehatan yang
penting di dunia. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. Insidensi TB di dunia berdasarkan data WHO tahun
2004, menyebutkan sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Situasi TB di dunia semakin memburuk,
jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat
yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug
resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
epidemi TB yang sulit ditangani (Anonim, 2007).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Jumlah pasien TB di Indonesia menduduki peringkat ke-3 terbanyak di dunia
setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien
TB di dunia. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok
usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Diperkirakan pada tahun 2004,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22
22
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus
TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Hasil survey prevalensi TB di
Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif
secara nasional adalah 110 per 100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB
BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu wilayah
Sumatera, angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, wilayah Jawa
dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000, dan penduduk wilayah
Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus
untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000
penduduk. Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB
dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas,
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Pengobatan
Penyakit Paru Paru (BP4), Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta
(Anonim, 2007).
Pada penelitian ini, peneliti memilih lokasi di BP4 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil evaluasi tahunan TB di BP4 Yogyakarta, diketahui terjadi
peningkatan penemuan kasus TB BTA (+) dari 449 pasien (tahun 2007) menjadi
453 pasien (tahun 2008). Tahun 2007, dari 267 pasien TB BTA (+) baru yang
diobati, yang mengalami konversi sebanyak 211 pasien, sedangkan untuk tahun
2008 yang mengalami konversi hingga trimester ketiga sebanyak 167 pasien dari
264 pasien TB BTA (+) baru yang diobati. Dari hasil laporan tahunan BP4
tersebut, terlihat bahwa tidak semua pasien mengalami konversi BTA di akhir
pengobatan tahap intensif (gagal konversi). Hal ini membuat proses terapi dari TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
23
menjadi lebih lama karena pasien juga harus mendapat obat sisipan selama
sebulan. Beberapa penelitian mengenai gagal konversi yang dilakukan oleh Tahitu
dan Amiruddin (2006), Khariroh (2006) serta Nurjuta (2006) menunjukkan
adanya hubungan antara keteraturan dan kepatuhan berobat, penyakit penyerta,
PMO (Pengawas Menelan Obat) dan status gizi terhadap kegagalan konversi.
Melihat dari latar belakang yang telah diungkapkan di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gagal konversi di BP4 Yogyakarta,
salah satu unit pelayanan kesehatan yang secara khusus menanggulangi masalah
paru terutama TBC. Diambil 3 BP4 untuk penelitian ini, yaitu unit Kotagede dan
Kalasan, kedua unit ini dilengkapi dengan sarana pelayanan rawat inap dan rawat
jalan, serta BP4 Minggiran yang merupakan pusat managerial dari semua BP4
DIY dan tercatat sebagai BP4 yang melayani pasien dengan jumlah terbanyak,
sehingga sebagian besar SDM terpusat di BP4 Minggiran.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. seperti apa profil dan jumlah pasien tuberkulosis paru BTA positif yang gagal
mengalami konversi BTA di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 ?
b. seperti apa pola pengobatan pasien TB paru yang gagal mengalami konversi
meliputi kategori pengobatan, jumlah dan dosisnya, serta kelas terapi, jenis,
golongan obat tambahan yang diberikan, interaksi obat dan PMO ?
c. apa yang menyebabkan kegagalan konversi pasien TB paru selama masa
pengobatan di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008 ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24
24
d. berapa rata-rata lama pengobatan pada pasien TB paru yang gagal mengalami
konversi BTA tahun 2006-2008 bila dibandingkan dengan standar Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa penelitian yang
terkait dengan “ Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal
Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-
2008” antara lain :
a. Angka Konversi dan Angka Kesembuhan Pasien Tuberkulosis Paru dalam
Program DOTS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-
September 2002 oleh Yuniarti (2004).
b. Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TB) di
Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah Periode Januari-Desember 2005 oleh
Lusiana (2006).
c. Faktor Risiko Gagal Konversi BTA Sputum Penderita TB Paru Setelah
Program Pengobatan DOTS Fase Intensif di RSU. Dr. Sutomo dan BP4
Karang Tembok Surabaya oleh Khariroh (2006).
d. Faktor Risiko Kegagalan Konversi pada Penderita Tuberkulosis Paru BTA
Positif Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006 oleh Tahitu dan
Amiruddin (2006).
e. Pengaruh Faktor Penderita TB Paru Kasus Baru Terhadap Konversi BTA
yang Mendapat Pengobatan Kategori I pada Akhir Fase Intensif di Puskesmas
Kota Kendari Tahun 2005 oleh Nurjuta (2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25
25
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan di bidang farmasi
komunitas klinik, khususnya tentang peran farmasis dalam pharmaceutical care
untuk penyakit tuberkulosis.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada
pihak yang berkepentingan mengenai pengobatan dan beberapa faktor yang
menyebabkan kegagalan konversi pasien TB paru selama masa pengobatan di
BP4 Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi
pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta
selama tahun 2006-2008 dengan menggunakan acuan Standar Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui :
a. profil dan jumlah pasien tuberkulosis paru BTA positif yang gagal mengalami
konversi BTA di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008.
b. pola pengobatan pasien TB paru yang gagal mengalami konversi meliputi
kategori pengobatan, jumlah dan dosis, serta kelas terapi, jenis, golongan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
26
tambahan yang diberikan, interaksi obat dan PMO.
c. penyebab kegagalan konversi pasien TB paru selama masa pengobatan di BP4
Yogyakarta tahun 2006-2008.
d. rata-rata lama pengobatan pada pasien TB paru yang gagal mengalami konversi
BTA tahun 2006-2008 dibandingkan dengan standar Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Mycobacterium tuberculosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.
Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang,
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikoprotein serta lilin (wax) yang
sulit ditembus zat kimia. Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Pada pengecatan Ziehl Neelsen, bakteri ini tetap mengikat
warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol sehingga tidak mampu
mengikat warna kedua, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TBC atau TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
(Anonim, 2003).
2. Etiologi
Riwayat terjadinya tuberkulosis dapat melalui infeksi primer dan pasca
primer (post primary).
a. Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8
8
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar
limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan pada reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim, 2003).
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan
(Anonim, 2003).
b. Tuberkulosis pasca primer (Post Primary TBC)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca
primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi
pleura (Anonim, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9
9
3. Patogenesis
Penyakit tuberkulosis dikendalikan oleh sistem imunitas seluler. Orang
yang menderita kerusakan imunitas seluler seperti terinfeksi HIV dan gagal ginjal
kronik mempunyai risiko tuberkulosis yang lebih tinggi. Saat terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis, sel fagosit mononuklear atau makrofag berperan
sebagai efektor utama sedangkan limfosit T sebagai pendukung utama
proteksi/kekebalan. Koordinasi makrofag dan limfosit T sangat diperlukan untuk
perlindungan yang optimal. Mycobacterium tuberculosis masuk ke tubuh lewat 3
jalur yaitu saluran pernapasan, saluran cerna dan luka terbuka pada kulit (Price
dan Wilson, 2000).
Kebanyakan infeksi tuberkulosis disebabkan karena inhalasi jalur
tuberkel. Tempat implantasi basil tuberkel yang paling sering adalah permukaan
alveolar dari parenkim paru-paru. Reaksi yang ditimbulkan oleh basil tuberkel
merupakan suatu proses peradangan. Leukosit polimorfonuklear mencoba
memakan bakteri tersebut, tetapi organisme tersebut tidak dapat dimatikan, lalu
terjadi perubahan, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid. Limfosit mengelilingi tuberkel tersebut. Reaksi
ini membutuhkan waktu 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi akan
mengakibatkan terbentuknya bentuk yang relatif padat seperti keju yang dikenal
dengan nekrosis kaseosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10
10
Penyakit tuberkulosis dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah sehingga menimbulkan lesi pada berbagai organ. Penyebaran
seperti ini sering dikenal dengan penyebaran limfohematogen. Jenis penyebaran
hematogen lain adalah berupa fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk ke sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ
tubuh (Price dan Wilson, 2000).
4. Gejala tuberkulosis
a. Gejala utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih.
b. Gejala tambahan
Dahak bercampur darah, batuk darah sesak nafas dan rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam, meriang lebih
dari sebulan (Anonim, 2005).
5. Diagnosis TB paru dewasa
Menurut program Directly Observed Treatment Shortcourse
chemotherapy (DOTS) yang dijalankan di BP4 Yogyakarta, diagnosis utama
seseorang dinyatakan penderita TB didasarkan pada pemeriksaan dahak SPS.
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-
pagi-sewaktu (SPS). Sewaktu (S) artinya dahak dikumpulkan pada saat suspek TB
datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. Pagi (P) artinya dahak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11
11
dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK. Sewaktu (S) yang kedua
artinya dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat pasien menyerahkan
dahak pagi (Anonim, 2007).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa sebagian besar ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Dibandingkan dengan metode baku emas (gold standard) dengan pemeriksaan
kultur dahak (paling cepat sekitar 6 minggu), pemeriksaan dahak mikroskopis ini
dinilai paling efisien, murah, mudah, bersifat spesifik, sensitif dan dapat
dilaksanakan di semua unit laboratorium. Pemeriksaan lain seperti foto toraks dan
uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis/underdiagnosis
(Anonim, 2008).
Pemeriksaan foto toraks hanya dilakukan pada kondisi tertentu seperti :
a . Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif.
b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
c. Pasien diduga memiliki komplikasi sesak nafas dan hemoptisis berat yang
memerlukan penangan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12
12
Suspek TB Paru
Gambar 1. Alur Diagnosis TB Paru Dewasa (Anonim, 2008)
Suspek TB Paru
Pemeriksaan dahak mikroskopis, Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
Antibiotik Non-OAT
Hasil BTA + + + + + -
Hasil BTA + - -
Hasil BTA - - -
Hasil BTA + + +
Hasil BTA + + + + + - - - -
Tidak ada perbaikan
Ada perbaikan
n
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Foto toraks dan pertimbangan dokter
Foto toraks dan pertimbangan dokter
T B
Bukan TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13
13
B. Pengobatan Tuberkulosis
1. Prinsip pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip sebagai berikut :
a. obat anti tuberkulosis harus diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hindari penggunaan monoterapi. Pemakaian OAT FDC (Fixed
Dose Combination) atau Kombinasi Dosis Tetap (KDT) akan lebih
menguntungkan dan dianjurkan.
b. untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap
lanjutan.
2. Strategi terapi
Tujuan terapi TB adalah menyembuhkan pasien, mencegah kematian dan
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman. Sasaran terapinya adalah Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi
organ paru. Strategi terapi untuk menanggulangi TBC dilakukan melalui terapi
nonfarmakologis dan terapi farmakologis.
a. Non-farmakologis
1) Mengisolasi ruangan pasien yang dirawat, dengan menggunakan sinar UV
dan dilengkapi lubang ventilasi yang aman (Di Piro, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14
14
2) Operasi untuk membersihkan jaringan paru yang terinfeksi karena adanya
lesi (tuberculomonas).
b. Farmakologis
Terapi farmakologis untuk mengatasi TBC dikenal dengan strategi
DOTS. Dalam strategi DOTS, pengobatan TB dilakukan baik dengan pemberian
OAT dalam bentuk tablet terpisah maupun dengan pemberian OAT FDC (Fixed
Dose Combination). Penggunaan obat TB yang dipakai adalah antibiotik dan anti
infeksi sintetis untuk membunuh kuman Mycobacterium. Obat lini pertama yang
umum dipakai adalah Isoniazid (H), Etambutol (E), Rifampisin (R), Pirazinamid
(Z), dan Streptomisin (S).
Isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan streptomisin bersifat bakterisid
sedangkan etambutol bersifat bakteriostatik. Isoniazid bekerja dengan
mengganggu sintesa mycolic acid yang diperlukan dalam membangun dinding sel
bakteri.sehingga dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari
pertama pengobatan. Rifampisin bekerja dengan membunuh kuman semi dormant
yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Mekanisme kerja rifampisin dengan
mengganggu sintesis RNA polimerase bakteri. Pirazinamid bekerja dengan
membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam, Mekanisme aksi
obat ini didasarkan pada pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang
berasal dari basil tuberkulosa. Streptomisin bekerja dengan menghambat sintesis
protein kuman lewat jalan pengikatan pada RNA ribosomal, sehingga dapat
membunuh kuman yang sedang membelah. Mekanisme aksi etambutol dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15
15
menghambat sintesis RNA pada kuman yang sedang membelah serta
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel (Anonim, 2005).
Penggunaan obat-obat lini kedua seperti asam aminosasilisat, kanamisin,
rifabutin, levofloxacin, ciprofloxacin, ofloxacin, etionamid digunakan bila terjadi
resistensi obat primer (Di Piro, 2005). Rifapentin dan rifabutin digunakan sebagai
alternatif untuk rifampisin dalam pengobatan kombinasi anti tuberkulosis. Paduan
OAT FDC yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
di Indonesia adalah kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3, kategori 2 yaitu
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3, kategori anak 2HRZ/4HR dan kategori sisipan.
Dosis OAT disesuaikan dengan berat badan pasien dan dikemas dalam 1 paket
untuk 1 pasien.
Paket kombipak terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam 1 blister
harian, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Panduan OAT ini
masih disediakan oleh program penanggulangan TB untuk mengatasi pasien yang
mengalami efek samping OAT FDC (Anonim, 2007). Jenis OAT FDC dan
penggunaannya antara lain sebagai berikut :
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Tahap awal adalah 2(HRZE), lama pengobatan 2 bulan. Pengobatan
diberikan harian. Isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E)
diberikan dalam bentuk FDC. Tahap lanjutan adalah 4(HR)3, lama pengobatan 4
bulan. Pengobatan diberikan 3 kali seminggu. Isoniazid dan rifampisin diberikan
dalam bentuk FDC. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16
16
positif, pasien baru TB paru BTA negatif disertai foto toraks positif dan pasien
TB ekstra paru.
Tabel I. Dosis untuk paduan OAT FDC untuk Kategori 1 (Anonim, 2008)
Berat Badan Tahap Intensif
tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama
16 minggu RH (150/150) 30 – 37 kg 4FDC 2 tablet 2FDC 2 tablet 38 – 54 kg 4FDC 3 tablet 2FDC 3 tablet 55 – 70 kg 4FDC 4 tablet 2FDC 4 tablet ≥ 71 kg 4FDC 5 tablet 2FDC 5 tablet
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Tahap awal adalah 2(HRZE)S/(HRZE), lama pengobatan 3 bulan.
Isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan etambutol (E) diberikan dalam
bentuk KDT dan streptomisin (S) diberikan selama 2 bulan pertama berupa
suntikan setiap hari.
Tabel II. Dosis untuk paduan OAT FDC Kategori 2 (Anonim, 2008)
Berat Badan
Tahap Intensif tiap hari
RHZE (150/75/400/275) + S
Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
RH (150/150) + E(275)
Selama 56 hari Selama 28 hari
selama 20 minggu
30–37 kg 4FDC 2 tab + 500 mg
Streptomisin inj. 4FDC 2 tab
2FDC 2 tab + 2 tab Etambutol
38–54 kg 4FDC 3 tab
+ 750 mg Streptomisin inj. 4FDC 3 tab
2FDC 3 tab + 3 tab Etambutol
55–70 kg 4FDC 4 tab
+ 1000 mg Streptomisin inj. 4FDC 4 tab
2FDC 4 tab + 4 tab Etambutol
≥ 71 kg 4FDC 5 tab
+ 1000mg Streptomisin inj. 4FDC 5 tab
2FDC 5 tab + 5 tab Etambutol
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17
17
Tahap lanjutan adalah 5(HR)3E3, lama pengobatan 5 bulan. Isoniazid
dan rifampisin diberikan dalam bentuk FDC dan etambutol diberikan secara lepas.
Pengobatan diberikan 3 kali seminggu. Paduan OAT ini diberikan untuk pasien
BTA positif yang telah diobati sebelumnya, pasien kambuh, pasien gagal, pasien
dengan pengobatan setelah default (terputus).
3) OAT sisipan FDC (HRZE)
Paket sisipan FDC adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel III. Dosis FDC untuk Sisipan (Anonim, 2008)
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari
RHZE (150/75/400/275) 30–37 kg 4FDC 2 tablet 38–54 kg 4FDC 3 tablet 55–70 kg 4FDC 4 tablet ≥ 71 kg 4FDC 5 tablet
Penggunaan OAT lini kedua seperti golongan amikasin (misal kanamisin) dan
golongan fluorokuinolon tidak dianjurkan kepada pasien baru tanpa indikasi yang
jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lini pertama
dan dapat menyebabkan risiko resistensi pada OAT lini kedua.
3. Efek samping obat
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun, sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Berdasarkan
derajat keseriusannya, efek samping OAT dibagi menjadi :
a. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius.
Dalam kasus ini maka OAT harus dihentikan dan penderita harus segera
dirujuk ke UPK spesialistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18
18
b. Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak
enak.
Tabel IV. Efek Samping Berat OAT (Anonim, 2007) Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan kemerahan kulit
Semua jenis OAT Beri antihistamin, bila gejala makin parah beri kortikosteroid dan/atau tindakan suportif (infus)
Tuli dan Gangguan keseimbangan
Streptomisin Hentikan streptomisin, ganti etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
Bingung dan muntah-muntah (permulaan ikterus karena obat)
Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Purpura dan renjatan (syok)
Rifampisin Hentikan rifampisin
Tabel V. Efek Samping Ringan OAT (Anonim, 2007)
Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut
Rifampisin Obat diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki
INH Beri vitamin B6 100 mg
per hari
Warna kemerahan pada air seni (urin)
Rifampisin
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi perlu
penjelasan kepada penderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19
19
4. Penggunaan obat yang rasional
Secara umum, prinsip farmakoterapi adalah mencapai tujuan pengobatan
yang efektif, aman, dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
pemberian obat harus memenuhi tepat indikasi, tepat pasien, pemilihan obat yang
tepat (aman, efektif, ekonomis, sesuai kondisi pasien), tepat dosis dan cara
pemberian, serta waspada efek samping (Anonim, 2000).
Penggunaan obat yang rasional pada pasien tuberkulosis
mengindikasikan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada
kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu mereka
sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai. Pasien tuberkulosis yang
mendapatkan terapi dengan OAT FDC (Fixed Dose Combination) atau KDT
harus disesuaikan dengan berat badannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam
proses terapi (Siregar, 2005).
C. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
Berdasarkan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
No. 114 tahun 2004, BP4 merupakan UPTD (Unit Pelaksana Teknis) Dinas
Kesehatan Propinsi DIY dengan 5 unit pelayanan yang tersebar di 5 lokasi di 4
kabupaten/kota yaitu unit Minggiran (Kota), unit Kotagede (Kota), Unit Bantul,
Unit Kalasan (Sleman) dan Unit Wates (Kulon Progo. Visi BP4 Yogyakarta
adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan penyakit paru
(khususnya TBC) sehingga penyakit paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk mencapai visi ini, didukung oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20
20
misi peningkatan profesionalisme pelayanan kesehatan paru, mewujudkan
kesembuhan bagi penderita penyakit paru, dan memfasilitasi peningkatan derajat
kesehatan di bidang penyakit paru.
Pelayanan unggulan BP4 Yogyakarta yaitu penanggulangan penyakit TB
paru dengan strategi DOTS dan konsultasi berhenti merokok. Di samping itu, BP4
Yogyakarta berupaya mempromosikan pelayanan kesehatan dan informasi
penyakit paru kepada masyarakat baik langsung maupun melalui surat kabar,
radio dan televisi, dan juga melakukan self survey untuk menilai kepuasan
pelanggan eksternal terhadap pelayanan yang diberikan BP4. Hasil survey
merupakan indikator kinerja pelayanan sehingga dapat menjadi evaluasi untuk
melangkah ke depannya.
D. Keterangan Empiris
Keterangan empiris yang diharapkan dari penelitian ini adalah
mengetahui informasi tentang evaluasi pengobatan pada pasien TB paru yang
gagal konversi, meliputi profil dan jumlah pasien, pola pengobatan (kelas
terapi/golongan, jumlah dan dosis, interaksi obat, obat tambahan dan PMO), serta
rata-rata lama pengobatan untuk pasien di BP4 Yogyakarta tahun 2006-2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif yang pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif.
Dikatakan observasional karena mengkaji suatu peristiwa atau kejadian yang
berkenaan dengan kesehatan tanpa melakukan intervensi (Chandra, 2008).
Penelitian deskriptif merupakan studi mengenai frekuensi dan distribusi suatu
penyakit pada manusia atau masyarakat menurut karakteristik orang yang
menderita, tempat kejadian dan waktu terjadinya. Pengertian retrospektif adalah
meneliti ke belakang dengan menggunakan data sekunder untuk melihat apakah
ada hubungan atau tidak antara penyakit dan faktor risiko (Chandra, 2008).
B. Definisi Operasional
1. Pasien adalah penderita TB paru BTA positif dengan pengobatan kategori I,
yang terbukti gagal konversi, dilihat dari hasil pemeriksaan dahak pada akhir
tahap intensif, mendapat obat sisipan, serta berusia 15 tahun ke atas.
2. Gagal konversi adalah suatu status BTA pasien TB paru masih positif pada
akhir bulan kedua (akhir tahap intensif).
3. Evaluasi pengobatan adalah menilai kembali hasil pengobatan pasien TB paru
yang gagal konversi selama tahun 2006-2008 lalu disesuaikan dengan Standar
Pedoman Nasinal Pengobatan Tuberkulosis yang digunakan di BP4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22
22
4. Karakteristik pasien dalam penelitian ini adalah profil pasien TB dilihat dari
segi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal,
5. Pola pengobatan meliputi gambaran OAT FDC yang digunakan pasien,
kategori pengobatan, jumlah dan dosis, kelas terapi, golongan dan jenis obat
obat tambahan, interaksi obat serta PMO.
6. Efek samping obat adalah efek yang muncul selama pengobatan pasien TB
berupa efek samping ringan hingga berat.
7. Obat sisipan adalah tambahan obat yang diberikan pada pasien selama 1 bulan
karena pada akhir fase intensif pasien belum mengalami konversi BTA.
8. Lama pengobatan adalah tahapan pengobatan yang dijalani pasien TB paru
yang gagal konversi meliputi tahap intensif 2 bulan, sisipan 1 bulan dan tahap
lanjutan 4 bulan.
C. Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2005), metode sensus merupakan salah satu cara
pengambilan subyek penelitian yang melibatkan semua anggota populasi.
Pemilihan subyek pada penelitian ini didasarkan pada metode sensus dengan
mengambil semua penderita TB Paru BTA positif yang gagal konversi dan
memenuhi kriteria inklusi yaitu mendapat pengobatan kategori I serta obat sisipan,
berusia dewasa (15 tahun ke atas), dan menjalani masa pengobatan di BP4
Yogyakarta unit Minggiran, Kota Gede dan Kalasan tahun 2006-2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
23
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu TB 01
(Kartu Pengobatan Pasien TB) dan catatan rekam medis pasien (medical record)
TB paru yang gagal konversi, yang ditulis oleh dokter maupun perawat di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa panduan wawancara
terstruktur yang sebelumnya telah didiskusikan dengan dosen pembimbing.
Wawancara terdiri dari dua bagian yaitu tentang gagal konversi dan evaluasi
pengobatan. Kajian tentang gagal konversi terdiri dari 3 bagian yang meliputi
ketidaktaatan (3 pertanyaan), penyakit penyerta (3 pertanyaan) dan gizi/pola
makan pasien (4 pertanyaan), sedangkan untuk evaluasi pengobatan meliputi
jumlah dan dosis (3 pertanyaan) serta efek samping (1 pertanyaan).
F. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian “Evaluasi Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru yang
Gagal Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun
2006-2008” dilakukan pada tanggal 12 Februari 2009-13 April 2009. Lokasi
penelitian meliputi 3 BP4 Yogyakarta yaitu :
1. BP4 Minggiran yang beralamatkan di Jl. Mayjen D.I. Panjaitan No. 49
Yogyakarta.
2. BP4 Kotagede yang beralamatkan di Jl. Karang No. 30 Prenggan Kota Gede.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24
24
3. BP4 Kalasan yang beralamatkan di Jl. Solo Km. 12,5 Kalasan-Sleman.
Lokasi penelitian juga mencakup beberapa tempat tinggal pasien TB paru
yang bersedia di wawancarai secara langsung. Wilayah Klaten meliputi desa
Biyengan, Cetokan, dan Taskombang. Wilayah Sleman meliputi Kalasan,
Randusari, Kringginan, Totogan dan Ambarukmo.
G. Tatacara Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan penelusuran pustaka, penentuan dan analisis
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian, mengurus perijinan ke Dinas
Perijinan Kota Yogyakarta, BP4 unit Minggiran, Kotagede dan Kalasan.
2. Pengambilan data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
sekunder internal yang berupa kartu TB 01, catatan rekam medis dan wawancara
dengan beberapa pasien TB paru BTA positif yang gagal konversi. Data pasien
yang didapat dari kartu TB 01 meliputi identitas lengkap pasien, PMO, tahun
masuk, nomor registrasi TB Kabupaten, klasifikasi dan tipe penderita, hasil
pemeriksaan dahak, nomor rekam medis, kategori dan hasil akhir pengobatan.
Data pasien yang didapat dari MR meliputi pekerjaan, status perawatan, obat
tambahan lain selain OAT.
Wawancara dengan pasien TB paru dilakukan dengan menggunakan
panduan wawancara yang sebelumnya telah disetujui dosen pembimbing. Untuk
kelancaran jalannya wawancara, peneliti dibantu langsung dengan salah seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25
25
petugas kesehatan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4). Pasien yang
direkomendasikan untuk diwawancarai berjumlah 14 orang. Pemilihan pasien
tersebut dilakukan bersama perawat yang bertugas di pojok DOTS BP4. Informasi
yang didapat dari hasil wawancara digunakan sebagai pendukung data rekam
medis pasien TB paru yang gagal konversi.
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh dari catatan rekam medis kemudian diolah
menggunakan referensi Pedoman Nasional Penanggulangan TB, Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Tuberkulosis, IONI (Informatorium Obat Nasional
Indonesia) dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2007/2008.
Data kualitatif yang sama yang dihasilkan dari wawancara dengan
beberapa pasien TB dikelompokkan dan dipakai sebagai pendukung dari catatan
rekam medis pasien.
H. Analisis Hasil
Data yang sudah diolah, kemudian dibuat persentase, dievaluasi dan
disajikan dalam bentuk narasi deskriptif sederhana, diagram dan tabulasi. Tabulasi
merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari beberapa baris dan
kolom untuk memaparkan beberapa variabel hasil penelitian sehingga mudah
dibaca (Chandra, 2008).
Data diskrit dari RM (khusus jenis kelamin) dianalisis menggunakan z-
test of proportions-one sample case dengan taraf signifikansi 90% (z tabel = ±
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
26
1,64). Dalam penelitian ini, akan diamati apakah terdapat perbedaan antara jenis
kelamin pria (26 pasien) terhadap wanita (19 pasien).
Uji z merupakan uji yang dilakukan bila jumlah variabel independen
yang diskrit berjumlah satu atau dua. Jumlah subyek secara keseluruhan dalam uji
z harus lebih dari 30 orang (Walpole, 1995). Dalam penelitian ini, subyek
penelitian sebanyak 45 pasien dan memenuhi kriteria untuk uji z.
Rumus z-test of proportions-one sample case :
Zhitung =
Zhitung =
Keterangan :
= probabilitas nol, nilainya ditentukan sendiri (0,5) = proporsi yang diamati dalam sampel
n = jumlah sampel yang diamati (De Muth, 1999)
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang pertama kali dihadapi peneliti adalah saat pengambilan
data pada catatan medis pasien. Peneliti kurang mampu membaca beberapa tulisan
yang tercantum pada catatan medis seperti istilah/terminologi medis yang dipakai
di BP4 setempat. Kesulitan ini diatasi dengan bertanya langsung kepada petugas
rekam medis dan perawat yang bertugas di pojok DOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27
27
Kesulitan kedua, saat wawancara dengan pasien TB, tidak mudah
mencari perawat yang benar-benar mau mengantarkan hingga ke lokasi. Kesulitan
ini diatasi dengan peneliti tetap berusaha mencari perawat yang mau
mendampingi wawancara dan menyesuaikan jadwal dengan petugas yang
bersangkutan, sehingga wawancara dapat berjalan lancar. Pada saat pelaksanaan
wawancara, dari 14 pasien yang sudah direncanakan, hanya 5 pasien yang berhasil
diwawancarai. Beberapa pasien yang tidak berhasil diwawancarai karena pasien
yang bersangkutan bekerja di luar kota (1 orang), tidak bersedia diwawancarai (3
orang), pasien tidak berada di rumah (2 orang), 3 orang pasien sudah dihubungi 2
kali tetapi tetap tidak memberikan jawaban. Untuk pasien yang tidak berada di
rumah, peneliti menanyakan keberadaan pasien melalui tetangga sekitar dan
datang kembali di hari berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh (dari Rekam Medis dan kartu
pengobatan TB 01) selama penelitian di BP4 Yogyakarta unit Minggiran, Kota
Gede dan Kalasan, diketahui bahwa jumlah pasien TB paru yang gagal konversi di
BP4 Yogyakarta selama tahun 2006-2008 dengan pengobatan kategori I,
berjumlah 58 pasien. Di BP4 unit Minggiran tercatat 29 pasien yang gagal
konversi, unit Kota Gede sebanyak 17 pasien dan BP4 Kalasan sebanyak 12
pasien. Tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu menyeleksi data sesuai
kelengkapannya dan kriteria inklusi dengan alasan ada beberapa data RM yang
memang tidak ditemukan (RM sudah ganti dengan format baru), serta
ketidakcocokan antara nama yang tertulis di buku bantu TB dengan RM itu
sendiri. Dari hasil seleksi, didapatkan 45 RM pasien yang gagal konversi yang
masing-masing 21 RM dari BP4 Minggiran, 13 RM dari Kota Gede dan 11 RM
dari Kalasan.
Data dari catatan medis dan hasil wawancara dari beberapa pasien yang
gagal konversi, kemudian dideskripsikan sesuai profil dan jumlah pasien (usia,
jenis kelamin, pekerjaan, wilayah tempat tinggal), pola pengobatannya meliputi
kategori pengobatan, jumlah dan dosis serta kelas terapi, jenis, golongan obat
tambahan (mengacu pada IONI 2000), interaksi yang terjadi, dan PMO, penyebab
kegagalan konversi serta rata-rata lama pengobatan pasien yang disesuaikan
dengan standar Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis yang digunakan
di BP4 unit Minggiran , Kota Gede dan Kalasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29
29
A. Profil dan Jumlah Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi
1. Usia pasien
Pembagian usia pada pasien TB mengikuti pedoman pada kartu TB 07
yang digunakan oleh BP4. Dari 45 pasien TB yang gagal konversi, diketahui
bahwa kelompok usia terbanyak yang gagal konversi adalah kelompok usia 25-34
tahun.
Tingginya angka kegagalan konversi di usia 25-34 tahun kemungkinan
disebabkan karena kelompok ini termasuk kelompok usia produktif, banyak
melakukan aktivitas sehingga kontak dengan dunia pekerjaan semakin luas. Pada
keadaan seperti ini, khususnya selama 2 bulan fase intensif, obat harus diminum
setiap hari, kepatuhan pasien dalam minum obat sangat menentukan terhadap
konversi BTA. Dengan alasan kesibukan atau aktivitas lain, dapat dimungkinkan
pasien lupa meminum obat.
2. Jenis kelamin
Pasien TB paru BTA positif yang gagal konversi di tahun 2006-2008
terdiri dari 57,78% atau 26 pasien laki-laki dan 42,22% atau 19 pasien wanita.
Pengujian dengan uji z membuktikan bahwa proporsi pria dan wanita tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30
30
berbeda. Hal ini berarti tidak dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien yang
gagal konversi adalah pasien pria.
3. Pekerjaan
Berdasarkan distribusi pekerjaan pasien pada gambar 4, secara umum
tidak dapat disimpulkan pekerjaan mana yang berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit tuberkulosis. Hal ini karena, beberapa profil pekerjaan pasien pada RM
tidak tercantum/tercatat sehingga dikatakan tanpa keterangan yang jelas (35,56%).
4. Wilayah tempat tinggal
Gambar 5 menunjukkan bahwa lokasi tempat tinggal pasien TB yang
gagal konversi sebagian besar letaknya dekat dengan BP4 yang ada di wilayahnya
sendiri. Hal ini terkait dengan laju transportasi yang relatif lebih cepat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31
31
pertimbangan biaya juga. Diharapkan pula dengan lokasi tempat tinggal yang
dekat dengan BP4, keteraturan pasien dalam berobat maupun kontrol menjadi
lebih rajin. Secara keseluruhan, sebagian besar penderita TB paru yang gagal
konversi berasal dari wilayah Sleman (42,22 %), lalu urutan kedua diikuti oleh
kota Yogyakarta (24,44 %), disusul Bantul (20 %), Klaten (8,90 %).
Dalam penelitian ini dijumpai pasien yang berasal dari luar Yogyakarta,
yaitu dari Kabupaten Magelang (2,22%) dan Kecamatan Muntilan (2,22%). Hal
ini mungkin terkait dengan stigma atau asumsi bahwa penyakit TB masih
dianggap penyakit yang memalukan di daerah asal, sehingga ke dua pasien dari
dua wilayah ini lebih memilih mengisolasi diri dari wilayahnya dan berobat ke
BP4 di Yogyakarta. Bila dipandang dari sisi psikologis, kedua pasien tersebut
mungkin merasa risih atau putus asa karena batuk yang terus menerus sehingga
keadaan sehari-harinya kurang menyenangkan dan tidak ingin penyakitnya
diketahui orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32
32
B. Pola Pengobatan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi
1. Kategori pengobatan
Panduan obat yang dipakai oleh pasien tuberkulosis paru yang gagal
konversi di BP4 Minggiran, Kota Gede dan Kalasan adalah obat anti tuberkulosis
kombinasi dosis tetap (OAT KDT) atau dikenal dengan nama OAT FDC (Fixed
Doses Combination).
Tabel VI. Gambaran FDC Kategori I yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
BP4 Gambaran FDC Kategori I
Jumlah pasien
4FDC2Tab/ 2FDC2Tab
4FDC3Tab/ 2FDC3Tab
4FDC4Tab/ 2FDC4Tab
I 1 16 4 21 II 1 12 0 13 III 3 5 3 11 Σ 5 33 7 45 % 11,11 73,33 15,56 100
Keterangan :
I : BP4 Minggiran II : BP4 Kota Gede III : BP4 Kalasan
Dilihat dari tabel VI, panduan OAT FDC kategori I yang digunakan oleh
sebagian besar pasien TB yang gagal konversi adalah 4FDC3Tab/2FDC3Tab
(73,33%), yang berarti bahwa sebagian besar berat badan pasien berkisar antara
38 kg-54 kg. Selanjutnya yang menggunakan 4FDC2Tab/2FDC2Tab sebanyak 5
pasien (13,33%) dan 7 pasien lainnya memakai 4FDC4Tab/2FDC4Tab (15,56%).
Diantara fase intensif dan fase lanjutan, pasien mendapatkan kategori sisipan.
Paket OAT sisipan yang diterima pasien sama dengan paket untuk tahap intensif,
dan diberikan selama sebulan (28 hari).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33
33
2. Jumlah dan dosis FDC
Jumlah dan dosis FDC yang diterapkan di BP4 Yogyakarta sejak tahun
2004 mengacu pada dosis yang digunakan dalam program DOTS. Untuk
pengobatan kategori I yang diperuntukkan bagi pasien baru TB Paru BTA positif,
TB Paru BTA negatif rontgen positif serta penderita TB ekstra paru berat, 1 paket
OAT terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. kotak pertama untuk pengobatan tahap intensif/awal yang berisi kaplet RHZE
(Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275
mg) sebanyak 6 blister untuk digunakan selama 2 bulan.
b. kotak kedua untuk pengobatan tahap lanjutan yang berisi RH (Rifampisin 150
mg dan Isoniazid 150 mg) sebanyak 6 blister untuk digunakan selama 4 bulan.
Tabel VII. Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Intensif Penyesuaian RHZE Di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg Kemasan
standar (KS) - 6 blister - -
OAT dibutuhkan
4 blister 6 blister 8 blister 10 blister
Penyesuaian KS-2 blister Tetap KS + 2 blister KS + 4 blister
Tabel VIII. Dosis Obat FDC Kategori I Tahap Lanjutan Penyesuaian RH Di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg Kemasan
standar (KS) - 6 blister - -
OAT dibutuhkan
3 blist + 12 tab
5 blist + 4 tab 6 blist + 24
tab 8 blist + 16
tab
Penyesuaian KS -(2 blister
+ 16 tab) KS - 24 tab KS + 24 tab KS + 4 blister
Jumlah blister dalam paket OAT dirancang untuk digunakan oleh pasien
TB dengan berat badan rata-rata yaitu 38-54 kg sehingga untuk pasien yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34
34
memiliki berat badan berbeda jumlah blister dalam kotak harus disesuaikan
terlebih dahulu.
3. Obat tambahan pasien TB paru yang gagal konversi
Sebagian besar pasien TB Paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta
mendapatkan obat tambahan sesuai dengan efek samping yang dialaminya dan
untuk menambah daya tahan tubuh, mengingat pasien TB sangat rentan terhadap
infeksi. Obat tambahan yang diberikan juga untuk mengobati pasien dengan
riwayat penyakit penyerta tertentu seperti DM dan penyakit jantung. Perhitungan
obat tambahan adalah sebagai berikut :
Tabel IX. Kelas Terapi Obat Tambahan yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Kelas Terapi ΣΣΣΣ Kasus (n=43)
%
1. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan 28 65,12 2. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah 24 55,81 3. Suplemen dan penunjang 14 32,56 4. Obat yang bekerja sebagai analgesik 12 27,91 5. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi 8 18,60 6. Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi 7 16,28 7. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna 6 13,95 8. Obat-obat hormonal 3 6,98
9. Obat yang digunakan untuk penyakit kardiovaskuler
1 2,33
10. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat 1 2,33
Tabel IX memperlihatkan dari 45 pasien TB, yang tidak mendapat obat
tambahan hanya 2 pasien sehingga jumlah kasus yang menerima obat tambahan
sebanyak 43 pasien. Kedua pasien tersebut memang tidak menerima obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35
35
tambahan di BP4, kemungkinan pasien memang sudah mempunyai obat tersendiri
di rumahnya.
Sebagian besar obat tambahan yang diberikan kepada pasien berasal dari
kelas terapi obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan yaitu 28 pasien atau
65,12%. Hal ini sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh sebagian besar pasien
TB yang berupa batuk, sesak nafas, rasa nyeri di dada maupun reaksi alergi.
Urutan kedua terbanyak untuk obat yang digunakan pasien TB yang gagal
konversi adalah obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah yaitu 24 pasien atau
55,81% dan urutan ketiga yaitu suplemen/penunjang sebanyak 32,56%.
Sedangkan yang paling sedikit adalah obat dari kelas kardiovaskuler dan untuk
sistem saraf pusat hanya satu pasien.
a. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan
Gejala respiratorik yang paling sering dikeluhkan pasien TB adalah
batuk, sesak nafas dan nyeri di dada. Gejala batuk mula-mula bersifat
nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan. Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien mendapatkan obat
batuk dari golongan ekspektoran, antitusif dan mukolitik.
Sesak nafas dan nyeri di dada pada pasien terjadi karena sistem
persarafan di pleura sudah terkena kuman TB sehingga mengakibatkan kerusakan
parenkim paru yang makin meluas atau efusi pleura. Untuk mengatasi berbagai
keluhan tersebut, diberikan obat golongan bronchodilator dan stimulant
adrenoceptor β-2 selective untuk melebarkan jalan nafas akibat obstruksi. Reaksi
hipersensitivitas juga terjadi pada pasien TB. Manifestasi klinisnya berupa gatal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36
36
gatal pada kulit. Keluhan ini dapat diobati dengan menggunakan antihistamin
seperti loratadine atau cetirizine. Beberapa pasien yang mengeluhkan batuk
disertai pilek dan flu mendapatkan Decolgen® dan Dexophan®.
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan Pasien TB
Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Stimulan adrenoseptor β-2 selektif salbutamol 9 20,93 2. Antiasma dan bronkodilator aminofilin 7 16,30
3. Ekspektoran gliseril guaikolat 14 35,56 OBH® 1 2,33
4. Antitusif dextrometorfan 12 27,91 codein 2 4,65
5. Mukolitik
ambroksol 14 35,56 Fluimucil® 2 4,65 Interpect® 1 2,33 Solvinex® 2 4,65 Mukosulvan® 1 2,33 Rhinatiol® 1 2,33
6. Antihistamin cetirizin 3 6,98 loratadin 4 9,30 CTM® 7 16,30
7. Lainnya Dexophan® 1 2,33 Decolgen® 4 9,30
Tabel XI. Jenis dan Komposisi Obat yang Bekerja pada
Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Jenis Komposisi 1. OBH® Succus liquiritiae, ammon Cl, anise, peppermint, lemon
limer flavor, ethanol 2. Fluimucil® N-asetilsistein 3. Interpect® ambroksol HCl 4. Solvinex® bromheksin HCl 5. Mukosulvan® bromheksin HCl 6. Rhinatiol® Karbosistein 7. CTM® klorfeniramin maleat 8. Dexophan® dekstrometorfan HBr, fenilpropanolamin, klorfeniramin
maleat 9. Decolgen® parasetamol, fenilpropanolamin, klorfeniramin maleat, asam
asorbat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37
37
b. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah
Sebagian besar pasien TB yang gagal konversi mendapatkan obat
tambahan untuk gizi dan darah. Kekurangan darah pada pasien TB kemungkinan
bisa disebabkan karena batuk berdahak yang disertai darah. Asupan mineral dan
vitamin juga dibutuhkan untuk menaikkan daya tahan tubuh pasien TB. Vitamin B
terutama banyak diberikan kepada pasien untuk mengatasi efek samping OAT
yang tidak diinginkan berupa neuropati perifer. Dosis vitamin B untuk mencegah
neuropati perifer adalah 10 mg/hari.
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah pada Pasien TB Paru yang Gagal
Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis Obat ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Vitamin
B (B1, B6, B kompleks, Aneurin®, Bioneuron®)
24 55,81
C 2 4,65 K 1 2,33
2. Mineral Kalsium 2 4,65
3. Obat untuk anemia dan kelainan darah lainnya
Sulfaferrosus (SF) 2 4,65 Adona 1 2,33
Vitamin lain yang diberikan pada pasien yang gagal konversi yaitu
vitamin A yang dikombinasikan dengan suplemen zink (Zn). Suatu penelitian
yang dilakukan oleh Rosianti (2003) menyimpulkan bahwa pemberian vitamin A
dan Zn (seng) dapat meningkatkan kecepatan konversi sputum penderita TB
selama tahap pengobatan intensif. Pada kenyataannya, pengadaan kedua obat ini
belum terealisasi di BP4.
c. Suplemen dan penunjang
Obat lainnya seperti curcuma yang diterima oleh 14 pasien TB
digunakan untuk meningkatkan nafsu makan mengingat salah satu keluhan TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38
38
adalah menurunnya nafsu makan. Selain itu, curcuma juga berfungsi sebagai
hepatoprotektor, mencegah kelainan pada hati, ikterus karena obstruksi yang
disebabkan efek samping OAT.
Tabel XIII. Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Suplemen dan Penunjang yang Digunakan Pasien TB Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 No. Golongan Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43) % 1. Curcuma bubuk dari akar curcuma 14 32,56
d. Obat yang bekerja sebagai analgesik
Obat-obat analgesik diberikan kepada pasien dengan keluhan nyeri
hingga demam. Demam yang umum pada pasien TB merupakan gejala yang
biasanya timbul pada sore atau malam hari, mirip seperti demam influenza, dan
makin lama makin panjang serangannya hingga berangsur-angsur pendek.
Golongan analgesik non opioid seperti parasetamol dan asam mefenamat
diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri muskoskeletal yang ringan.
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja sebagai Analgesik yang Digunakan Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Analgesik non opioid
asam mefenamat - 4 9,30 parasetamol - 1 2,33 Pamol® parasetamol 4 9,30
Methicol®
dI-Methionine Choline Bitartrate vit. B1, vit. B2, vit. B6, vit. B12, vit. E, asam folat, biotin,nikotinamid
1 2,33
antalgin - 1 2,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39
39
e. Obat yang bekerja pada otot skelet dan sendi
Obat-obat dari kelas terapi ini, seperti golongan antiinflamasi non steroid
(Na Diklofenak dan Piroksikam) ditujukan pada pasien yang mengeluh nyeri pada
persendian. Selama pengobatan, kemungkinan meningkatnya kadar asam urat bisa
saja terjadi karena sebagian besar OAT mengalami proses metabolisme di hati
dan ginjal. Oleh karena itu, pada penelitian ini 2 orang pasien yang kadar asam
uratnya lebih tinggi dari nilai normal (2,6mg/dl-6mg/dl) diberikan terapi
simtomatik dengan Allupurinol. Beberapa pasien (9 pasien) juga melakukan
pemeriksaan SGOT dan SGPT untuk menilai fungsi hati selama pengobatan dan
hasilnya normal. Pemeriksaan SGOT dan SGPT sangat penting sebab bila SGOT
dan SGPT pasien meningkat lebih dari 3 kali normal, maka penggunaan OAT
harus dihentikan. Standar laboratorium yang digunakan oleh BP4 untuk SGOT
normal yaitu <45 UI (pria) dan <34 UI (wanita), sedangkan untuk SGPT normal
yaitu <35 UI (pria) dan <31 UI (wanita).
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Antiinflamasi Na Diklofenak 5 11,63
Piroksikam 4 9,30
2. Kortikosteroid Metil Prednisolon 1 2,33
Prednison 1 2,33 Deksametason 3 4,65
3. Obat untuk reumatik dan gout Allupurinol 2 4,65
Penggunaan kortikosteroid seperti deksametason, metil prednisolon dan
prednison diberikan kepada pasien TB paru untuk mengatasi reaksi alergi yang
berat karena OAT seperti ruam pada kulit atau pembengkakan di sekitar mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40
40
Penggunaan korikosteroid dibatasi hanya beberapa hari saja, mengingat efek
samping yang ditimbulkan pada pemakaian jangka panjang jauh lebih banyak.
f. Obat yang bekerja pada penyakit infeksi
Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien mendapatkan antibiotika
golongan penisilin, kuinolon dan sefalosporin. Antibiotik tersebut diberikan pada
pasien untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain, selain bakteri
tuberkulosis. Pemakaian antibiotik golongan kuinolon dibatasi hanya beberapa
hari mengingat antibiotik ini memiliki aktivitas terhadap Mycobacterium
tuberkulosis.
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Pengobatan Infeksi yang Digunakan Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis Obat ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Penisilin amoxicillin 5 11,63
2. Kuinolon ciprofloxacin 5 11,63
ofloxacin 2 4,65 3. Sefalosporin cefadroksil 2 4,65 4. Lainnya chloramfenicol 1 2,33
g. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna
Sebanyak 4 orang pasien yang mendapatkan terapi obat TB,
mengeluhkan adanya mual dan muntah serta rasa tidak enak pada bagian perut.
Hal ini diatasi dengan pemberian cimetidin dan antasida. Obat ini bekerja secara
selektif dan reversibel menghambat histamin pada reseptor H2 sehingga dapat
menekan asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan
oleh makanan. Penggunaan antasida untuk mengurangi rasa tidak enak pada perut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41
41
sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan OAT FDC sebab dapat menurunkan
efektivitas OAT terutama INH.
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan Pasien TB
Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008 No. Golongan Jenis ΣΣΣΣ kasus % 1. Antasida antasida 3 6,98 2. Antagonis reseptor H2 cimetidin 1 2,33
h. Obat-obat hormonal
Obat-obat hormonal di sini diberikan kepada pasien TB yang sebelumnya
memang sudah memiliki riwayat Diabetes Melitus (DM). Pengobatan DM pada
TB paru, meliputi pengobatan terhadap DM nya dan pengobatan terhadap TB
parunya. Pengobatan DM pada prinsipnya sama seperti pengobatan DM pada
umumnya yang meliputi terapi perencanaan makan/diet, antidiabetes oral maupun
insulin. Pada penelitian ini terdapat 3 orang pasien yang mendapatkan obat
antidiabetes yang berupa glibenklamid dan metformin.
Berdasarkan literatur yang didapat, pasien TB yang sementara mendapat
pengobatan antidiabetes oral seperti sulfonilurea (glibenklamid) dan biguanid
(metformin) sebaiknya direkomendasikan menggunakan insulin. Pemberian
sulfonilurea adalah kontraindikasi karena TB dianggap penyakit dengan infeksi
serius yang intercurrent. Sedangkan biguanid tidak diberikan karena pada
umumnya pasien TB paru mempunyai keluhan nafsu makan menurun, berat badan
menurun dan adanya malabsorbsi glukosa, dimana metformin mempunyai
mekanisme kerja yang sama yaitu menurunkan absorpsi glukosa di usus (Rao,
2005). Mahalnya harga insulin mungkin menjadi satu penyebab tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42
42
dipertahankannya pemakaian glibenklamid dan metformin untuk menangani
pasien TB paru dengan riwayat DM di BP4 Yogyakarta.
Tabel XVIII. Golongan, Jenis dan Komposisi Obat Tambahan Untuk Kelas Terapi Obat-Obat Hormonal yang Digunakan Pasien TB Paru
yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
No. Golongan Jenis Obat Komposisi ΣΣΣΣ kasus (n=43)
%
1. Sulfonilurea Glibenklamid - 3 4,65 2. Biguanid Metformin metformin HCl 1 2,33
i. Obat yang digunakan pada penyakit kardiovaskuler
Obat-obat untuk penyakit kardiovaskuler diberikan kepada pasien TB
yang memiliki riwayat penyakit jantung. Dalam penelitian ini hanya 1 orang
pasien yang mendapatkan jenis obat digoksin dengan dosis 0,25 mg. Digoksin
merupakan obat golongan glikosida jantung yang meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung.
j. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
Pada penelitian ini ditemukan 1 orang pasien yang mengalami mual
karena OAT diminum setelah makan. Efek samping yang muncul seperti ini
merupakan salah satu bentuk ketidaktaatan pasien yang bisa memicu kegagalan
konversi. Hal ini diatasi dengan pemberian metoklopramid. Pasien juga
mendapatkan edukasi bahwa OAT harus diminum sebelum makan pagi pada
keadaan perut kosong (tanpa makanan).
4. Interaksi obat
Salah satu masalah terapi OAT yang cukup penting adalah interaksi obat.
Interaksi obat dengan OAT dapat menyebabkan perubahan konsentrasi dari obat-
obat yang diminum bersamaan dengan OAT tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43
43
toksisitas atau berkurangnya efikasi dari obat tersebut. Dalam Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Tuberkulosis, dijelaskan bahwa pada umumnya, interaksi
dengan obat obat TB termasuk dalam kelompok interaksi kelas tiga. Pada
interaksi kelas tiga banyak cara untuk mengelola kombinasi kelompok obat ini
atau dicari alternatif obat lain yang tidak berinteraksi. Mengubah dosis atau rute
dapat mengurangi risiko interaksi.
Rifampisin dan isoniazid adalah dua agen TB lini pertama yang paling
aktif terhadap kuman TB. Rifampisin adalah suatu induktor enzim yang kuat
untuk isoenzim sitokrom P-450, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum obat-
obatan yang dimetabolisme oleh isoenzim tersebut, sedangkan Isoniazid adalah
inhibitor kuat untuk isoenzim P-450, tetapi mempunyai efek minimal pada
CYP3A. Pemakaian Isoniazid bersamaan dengan obat-obatan tertentu
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan menimbulkan risiko
toksisitas.
Pada penelitian ini, terdapat beberapa pasien yang menggunakan obat
tambahan yang dapat berinteraksi dengan OAT FDC, sehingga muncul suatu efek
samping.
a. Penggunaan antasida dapat menurunkan kadar INH dalam plasma, OAT
sebaiknya diminum 2 jam sebelum makan.
b. Kombinasi OAT-kloramfenikol sebaiknya dihindari karena efektivitas
antibakteri kloramfenikol akan diturunkan oleh Rifampisin.
c. Pada pasien TB yang menggunakan kontrasepsi, maka perlu diperhatikan
bahwa Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44
44
KB, susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.
Sebaiknya wanita pasien TB menggunakan kontrasepsi non hormonal, atau
kontrasepsi yang mengandung esterogen dosis tinggi (50 mcg). Pada
penelitian ini, terdapat satu orang pasien TB yang menggunakan suntikan KB,
dan pada pengobatannnya, pasien tersebut menghentikan pemakaian suntikan
KB terlebih dahulu.
d. Pasien TB dengan penyakit penyerta DM (6 orang), maka diabetesnya harus
dikontrol. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan rifampisin akan mengurangi
efektifitas obat anti diabetes (sulfonilurea) sehingga dosis obat anti diabetes
perlu ditingkatkan. Hati-hati juga dengan pemberian etambutol karena pada
pasien DM sering terjadi komplikasi retinopati diabetik.
5. PMO (Pengawas Menelan Obat)
Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.
Pengawas Menelan Obat yang terbaik adalah petugas kesehatan dan bila tidak ada
dapat berasal dari kader kesehatan, tokoh masyarakat atau keluarga sendiri.
Gambar 6 di bawah ini, menunjukkan bahwa PMO yang paling banyak berasal
dari istri (26,67%) dan saudara kandung (24,44%), kemudian diikuti suami (17,78
%), orang tua (15,56 %), saudara sepupu (13,33 %) dan teman (2,22 %).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45
45
Banyaknya PMO yang berasal dari saudara kandung maupun isteri bisa
disebabkan karena intensitas mereka untuk bertemu dengan penderita jauh lebih
besar sehingga PMO sendiri dapat lebih leluasa dalam mengawasi penderita untuk
minum obat. Alasan lain adalah, sebagian besar pasien TB cenderung malu
dengan penyakitnya dan mereka menganggap TB merupakan penyakit yang
memalukan, sehingga secara tidak langsung pasien TB cenderung mengisolasi
dari dari lingkungan sosial. Hal inilah yang mendukung bahwa sebagian besar
PMO berasal dari keluarga sendiri.
C. Penyebab Kegagalan Konversi
Sebagian besar penderita TB paru BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan (akhir tahap intensif). Pada kenyataannya dijumpai pula
penderita TB paru yang gagal konversi, sehingga mendapat obat sisipan selama
sebulan, dengan harapan setelah akhir fase sisipan, pasien sudah mengalami
konversi BTA.
Tabel XIX. Hasil Pemeriksaan Dahak Pasien TB Paru yang Gagal Konversi Setelah Akhir Fase Sisipan di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
*pasien dengan penyerta DM
**pasien pemakai obat-obatan dan perokok
No. No. RM
Hasil pemeriksaan dahak bulan ke- Keterangan 0
(awal) 2 3 4 5 - 7 AP
1. 476 2+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 2. 3504* 1+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 3. 7841** 1+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 4. 9423 3+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh 5. 4341 1+ 1+ 1+ - - 1+ gagal 6. 7662 2+ 1+ 1+ negatif - - lanjutan 7. 1233 3+ 1+ 1+ - negatif negatif sembuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46
46
Tabel XIX memperlihatkan bahwa dari total pasien yang gagal konversi,
38 diantaranya mengalami konversi di akhir fase sisipan, sedangkan 7 pasien
lainnya belum mengalami konversi BTA. Selanjutnya ketujuh pasien tersebut
tetap menjalani pengobatan fase lanjutan meskipun pemeriksaan ulang dahak di
akhir fase sisipan masih positif. Pada akhir pengobatan, 5 di antaranya dinyatakan
sembuh, 1 pasien menjalani fase lanjutan dan 1 lagi dinyatakan gagal.
Dalam penelitian ini, enam pasien TB paru yang gagal konversi memiliki
riwayat penyakit penyerta berupa DM. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjuta
(2005) mengungkapkan bahwa penderita yang mempunyai penyakit penyerta
(DM, Typoid, Asma) memiliki risiko yang lebih besar untuk gagal konversi
dibandingkan penderita tanpa penyakit penyerta, karena penderita yang memiliki
penyakit penyerta berstatus gizi tidak normal. Nurjuta juga menyimpulkan bahwa
dari 72 penderita TB yang diteliti, 43 orang (59,72%) mengalami gagal konversi
karena tidak teratur berobat.
Tabel XX. Penggolongan Riwayat Penyerta per Pasien TB Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
Riwayat penyerta ΣΣΣΣ kasus 1 penyerta
Merokok 6 Diabetes Mellitus 3 Sakit jantung 1
2 penyerta DM, merokok 3 merokok, obat-obatan 2
3 penyerta merokok, obat-obatan, alkohol 1 tato, napza, merokok 1
Total 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47
47
Tabel XX memperlihatkan bahwa selain memiliki riwayat penyakit
penyerta DM, beberapa pasien juga memiliki riwayat seperti sakit jantung,
pengguna obat-obatan, alkohol, tato dan riwayat NAPZA. Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), mengacu pada sekelompok zat yang umumnya
mempunyai risiko kecanduan. Sementara alkohol sendiri merupakan contoh zat
adiktif. Sejauh penelusuran penulis, belum diketahui secara jelas hubungan antara
NAPZA dan alkohol terhadap kasus gagal konversi. Yang perlu diketahui,
keduanya merupakan depresan yang memperlambat bagian-bagian otak dan
sistem saraf, membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga tubuh menjadi
rentan terhadap infeksi, terutama HIV yang merupakan salah satu faktor risiko
tuberkulosis.
Pada penelitian ini, 4 pasien TB yang menggunakan atau mencoba obat-
obatan, alkohol dan NAPZA berasal dari kelompok umur 22-27 tahun, dimana
satu diantaranya adalah mahasiswa dan lainnya wiraswastawan. Kegagalan
konversi pada pasien dengan penyakit jantung kemungkinan disebabkan karena
menurunnya sistem imunitas seiring dengan usia pasien yang tergolong kelompok
lansia ( >65 th ).
a) Pasien TB paru dengan penyerta diabetes melitus (DM)
Dalam penelitian ini, sebelum terdiagnosa TB, pasien memang sudah
memiliki riwayat DM. Penderita DM memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang
penyakit infeksi. Infeksi tuberkulosis pada DM biasanya lebih sering disebabkan
oleh reaktivasi dari fokus infeksi yang lama daripada kontak dengan penderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48
48
tuberkulosis paru yang baru saja terjadi. Dengan alasan inilah, tuberkulosis
digambarkan sebagai komplikasi dari DM (Rao, 2005).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa pasien TB paru yang gagal
konversi dengan penyerta DM memiliki rentang usia 40-58 tahun. Umur sangat
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sedangkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit TB ditentukan oleh kekuatan sistem imunitas seluler. Guptan dan Shah
(2000) mengungkapkan bahwa pada usia 40 tahun ke atas, sistem imun tubuh
akan semakin berkurang, terjadi penurunan fungsi paru berupa penurunan
kekuatan dan kekakuan pada otot pernapasan, menurunkan aktivitas silia sehingga
elastisitas paru semakin menurun. Hiperglikemi pada pasien DM akan
mengganggu fungsi neutrofil dan monosit (makrofag) termasuk fagositosis dan
mikroorganisme yang terbunuh dalam intraseluler.
Gagalnya konversi BTA pasien TB paru pada akhir tahap intensif
kemungkinan disebabkan karena pasien tuberkulosis paru yang menderita DM
memiliki kondisi klinik yang lebih berat sewaktu terjadinya onset penyakit,
apalagi dengan derajat keterlibatan dan kerusakan paru yang lebih besar.
Abnormalitas multipel pada fungsi fisiologis paru ini menyebabkan keterlambatan
pada proses perlawanan infeksi dan penyebarannya dalam tubuh pasien.
b) Pasien TB dengan riwayat merokok
Dari 26 pasien pria TB paru yang gagal konversi, 13 diantaranya
memiliki riwayat merokok (28,89%). Dalam penelitian ini sebenarnya tidak
diketahui secara pasti apakah selama pengobatan tahap intensif, ke-13 pasien
tersebut berhenti merokok atau tidak. Perlu diketahui bahwa merokok selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49
49
masa pengobatan akan memperlambat konversi BTA dan memperparah penyakit
TB. Hal ini karena, merokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru yang
disebut muccociliary clearance. Komponen asap rokok seperti nikotin, tar, karbon
monoksida (CO), timah hitam (Pb), nitrogen oksida dan formaldehid merupakan
zat-zat beracun yang bersifat mengiritasi dan karsinogenik. Bulu-bulu getar dan
bahan lain di paru tidak mudah membuang infeksi yang sudah masuk karena bulu
getar di paru-paru telah rusak akibat asap rokok. Asap rokok meningkatkan
tahanan jalan napas dan menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru-
paru, lalu merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memfagosit bakteri,
selain itu asap rokok menurunkan respon terhadap antigen yang masuk ke paru
sehingga memperlambat proses perlawanan (Aditama, 2003).
Menurunnya respon tubuh terhadap antigen yang masuk akan
menyebabkan konversi BTA menjadi gagal sehingga memperlama proses terapi,
karena itu pasien harus mendapatkan tambahan obat sisipan selama 1 bulan
sebelum masuk ke tahap lanjutan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kapisysi dkk, bahwa kejadian TB dengan BTA positif, lebih tinggi
pada perokok dibandingkan dengan yang tidak perokok. Semakin tinggi frekuensi
merokok, kegagalan konversi akan makin tinggi.
3. Hasil wawancara pada pasien TB paru yang gagal konversi
Kegagalan konversi bukanlah suatu hal yang mudah untuk ditelusuri.
Walaupun regimen pengobatan yang diberikan oleh BP4 sudah tepat, tetapi tenaga
kesehatan tidak sepenuhnya tahu bagaimana ketaatan pasien selama menjalani
pengobatannya di rumah, gizinya sehari-hari, apakah pasien menelan obat sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50
50
anjuran atau tidak. Kemungkinan ketidaktaatan sangat besar karena pengobatan
jangka panjang, jumlah obat yang diminum perhari, efek samping yang mungkin
timbul, dan kurangnya kesadaran penderita akan penyakitnya. Ketidaktaatan
menyebabkan timbulnya resistensi obat yang sangat merugikan penderita itu
sendiri maupun lingkungan, kambuh maupun kematian. Bentuk ketidaktaatan
dapat berupa berhenti meminum obat sebelum waktunya, lupa meminum obat,
obat diminum dengan dosis dan waktu yang salah.
Hasil wawancara terhadap 5 pasien menunjukkan adanya ketidaktaatan
selama pengobatan, meliputi jadwal minum obat yang tidak tepat, artinya OAT
FDC seharusnya diminum pagi hari saat perut kosong, namun ada yang
meminumnya malam hari. Ditemukan juga pasien yang memiliki penyakit
penyerta seperti DM dan radang lambung, selain itu ada pasien yang meminum
obatnya setiap 2 hari sekali dan pernah sekali lupa minum obat. Pada tahap
intensif seharusnya obat diminum setiap hari untuk membunuh kuman TB yang
sedang aktif. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dan Khariroh
(2006) mengungkapkan adanya hubungan antara ketidaktaatan dengan kejadian
gagal konversi.
D. Lama Pengobatan
Dalam penelitian ini, sebagaian besar pasien TB paru yang gagal
konversi menjalani masa pengobatan selama 7 bulan, 2 bulan fase intensif, 1
bulan sisipan dan 4 bulan fase lanjutan. Hasil rangkuman kondisi pengobatan,
menunjukkan bahwa 32 pasien TB paru yang gagal konversi dinyatakan sembuh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51
51
4 pasien menjalani pengobatan lengkap, I pasien default (putus berobat) dan
gagal, 2 pasien pindah serta 5 pasien masih dalam tahap pengobatan fase lanjutan.
Tabel XXI memperlihatkan bahwa 71,11% pasien TB paru yang gagal
konversi mengalami kesembuhan. Pasien tersebut telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya
negatif pada AP (akhir pengobatan) dan minimal satu pemeriksaan follow-up
sebelumnya negatif. Selanjutnya 8,90% pasien TB paru lainnya menjalani
pengobatan lengkap (PL) dan tidak sembuh. Pada pengobatan lengkap, pasien
telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi
persyaratan sembuh atau gagal. Pasien TB yang pindah sejumlah 4,44% (2 orang),
kedua pasien tersebut pindah berobat ke UPK lain (Jakarta dan Ngemplak) dan
telah diregister di TB 03 Kabupaten/Kota yang hasil pengobatannya tidak
diketahui.
Tabel XXI. Rangkuman Kondisi Pasien TB Paru yang Gagal Konversi pada Akhir Pengambilan Data di BP4 Yogyakarta Tahun 2006-2008
Kondisi Pasien BP4 ΣΣΣΣ %
I II III
Lengkap sembuh 18 4 10 32 71,11 tidak sembuh 1 3 - 4 8,90
Tidak lengkap
gagal - 1 - 1 2,22 default (putus berobat) - 1 - 1 2,22 pindah 2 - - 2 4,44
Terapi fase lanjutan - 4 1 5 11,11 Jumlah pasien 21 13 11 45 100
Keterangan :
I : BP4 Minggiran II : BP4 Kota Gede III : BP4 Kalasan
Ditemukan 1 pasien yang gagal menjalani masa pengobatannya dan
dalam RM tertulis bahwa pasien tersebut menjalani pengobatan kategori II. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52
52
penelitian ini tidak dibahas mengenai kategori II, hanya kategori I dan sisipan.
Pasien yang default (putus berobat) sebanyak 2,22 persen. Pasien tersebut sudah
menjalani pengobatan fase intensif, namun pada fase lanjutan hanya berobat 2
bulan dari 4 bulan pengobatan fase lanjutan yang seharusnya dijalani. Dari
wawancara yang dilakukan dengan perawat yang menangani pasien ini, tidak
diketahui mengapa pasien tersebut tidak berobat/mengambil obat selama 2 bulan
berturut-turut sebelum masa pengobatannya selesai. Pasien yang masih menjalani
pengobatan fase lanjutan sebanyak 11,11 persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai “Evaluasi Pengobatan pada Pasien
Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008“ dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Jumlah pasien TB paru yang gagal konversi di BP4 Yogyakarta tahun 2006-
2008 berjumlah 45 pasien dengan kategori umur terbanyak yaitu kelompok
25-34 tahun (28,89%), jumlah kasus dengan jenis kelamin pria yaitu 57,78%
dan wanita 42,22%, setelah dilakukan uji z terhadap jenis kelamin, baik pria
maupun wanita tidak berbeda dalam menyebabkan gagal konversi. Jumlah
kasus terbanyak dari profil pekerjaan tanpa keterangan sebesar 35,55%, dan
wilayah tempat tinggal terbanyak berasal dari Sleman sebesar 42,22%.
2. Pola pengobatan pasien TB paru yang gagal konversi menggunakan obat-obat
kelas terapi antimikobakteria dengan kategori FDC yang terbanyak digunakan
yaitu kategori 1 untuk berat badan 38-54 kg (4FDC3Tab/2FDC3Tab) sebesar
73,33% ditambah sisipan selama sebulan. Obat tambahan terbanyak yang
digunakan berasal dari kelas terapi obat yang bekerja pada sistem saluran
pernapasan yaitu 65,12%. Beberapa pasien yang menggunakan obat tambahan
seperti antasida, kloramfenikol, suntik KB dan DM perlu hati-hati dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54
54
menggunakan regimen OAT, karena obat-obat tersebut akan berinteraksi
dengan OAT rifampisin dan isoniazid.
3. Penyebab kegagalan konversi dalam penelitian ini adalah DM.
4. Rata-rata lama pengobatan untuk kasus gagal konversi yaitu 7 bulan, meliputi
2 bulan fase intensif, 1 bulan fase sisipan dan 4 bulan fase lanjutan.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini adalah :
1. bagi pihak BP4, perlu dilakukan konseling pada pasien TB paru yang gagal
konversi terutama saat pasien datang ke BP4.
2. bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian dengan metode yang
berbeda untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kegagalan konversi,
misalnya dengan cohort study.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TJ, Y., 2003, Rokok dan Tuberkulosis Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan, Jakarta, http://www.gizi.net/ diakses 29 Februari 2009
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2002, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakrta Anonim, 2003, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,
http://www.tbcindonesia.or.id/pdf/Buku_Pedoman_Nasional.pdf, diakses pada tanggal 30 Agustus 2008
Anonim, 2007a, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi VII, 82, 84, 94, 165,
320, PT Info Master, Jakarta Selatan, Indonesia Anonim, 2007b, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2006, edisi
ke-2, cetakan pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta
Anonim, 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2008,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta Chandra, B., 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, 20-24, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta Crofton, J., Horne, N., and Miller, F., 2000, Clinical Tuberculosis, edisi II, hal. 9-
16, 92-111, 186-194, diterjemahkan oleh Muherman Harun, Widya Medika, Jakarta
De Leon, Garcia L., Gomez F.J., Rojaz L., Arellano B.C., Fernandez G., et all.
2004. Tuberculosis and Diabetes mellitus in Southerm Mexico. Diabetes mellitus Care. vol 27. http://www.yahoo.co.id/ diakses 29 Februari 2009
De Muth, J. E., 1999, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Applications,
page 365-369, Marcel Dekker, Inc. New York Dipiro J.T., 2005, Pharmacotherapy A Pathophsyologic Approach, Edisi ke-6,
page 2021-2030, The Mc Graw-Hill Companies, USA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54
54
Guptan, A., dan Shah, A.,2000. Tuberculosis and Diabetes mellitus: An Appraisal. Indian Journal of Tuberculosis. http://www.medind.nic.in/ diakses 29 Februari 2009
Lusiana, I, 2006, Gambaran Penatalaksanaan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis
(TB) di Kabupaten Temanggung-Jawa Tengah Periode Januari- Desember 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Neal. M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, edisi ke-5, hal. 28-29, 66,
Erlangga, Jakarta Nurjuta, S., 2006, Pengaruh Faktor Penderita TB Paru Kasus Baru Terhadap
Konversi BTA yang Mendapat Pengobatan Kategori I pada Akhir Fase Intensif di Puskesmas Kota Kendari Tahun 2005. Tesis, Universitas Airlangga, http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-nurjutasiti- , diakses pada tanggal 27 Februari 2009
Patrina, A. A., dan Fatmawati, H., 2008, Laporan Tahunan Pelaksanaan Kegiatan
2007, BP4, Yogyakarta. Patrina, A. A., dan Fatmawati, H., 2009, Laporan Tahunan 2008 : Kegiatan,
Hasil Pelayanan dan Tahapan Pengembangan, BP4, Yogyakarta. Price, S.A., dan Wilson, L., 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit, edisi ke-2, hal. 593-597, EGC, Jakarta Rao, P.V. 2005. Active Tuberculosis Should Be Treated With Insulin. Sandoz
JEET. TB and Diabetes. Nizam’s Institute of Medical Sciences, Hyderabad, India. http://www.ourjeet.com./general1/diabetes.asp, diakses 29 Februari 2009
Sanusi, H., 2006, Diabetes Mellitus dan Tuberkulosis, Subbagian Endokrinologi
dan Metabolik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,http://med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=154 , diakses 29 Februari 2009
Siregar, C.J.P., dan Kumolosasi, E., 2005, Farmasi Klinik Teori dan Terapan, hal.
90, 320-333, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Siswono, 2006, Penderita TB Berhentilah Merokok, http://www.gizi.net/ diakses
29 Februari 2009 Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, hal. 61, CV Alfabeta, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55
55
Khariroh, S., 2006, Faktor Resiko Gagal Konversi BTA Sputum Penderita TB Paru Setelah Program Pengobatan DOTS Fase Intensif di RSU. Dr. Sutomo dan BP4 Karang Tembok Surabaya 2006, Tesis, Universitas Airlangga, http://adln.lib.unair.ac.id/print.php?id=gdlhub-gdl-s2-2006-kharirohsy-784&PHPSESSID=efb719414718734dcca09cb904735e5e, diakses pada tanggal 20 Maret 2009
Rosianti, B., 2003, Pengaruh Suplementasi Vitamin A dan Seng pada Pengobatan
Tahap Intensif terhadap Konversi Sputum Penderita Tuberkulosis Paru di BP4 Provinsi DIY, Minat Utama Epidemiologi Lapangan Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Tahitu, R., dan Amiruddin, R., 2006, Faktor Risiko Kegagalan Konversi pada
Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif Baru di Kota Ambon Provinsi Maluku Tahun 2006, http://ridwanamirruddin.wordpress.com/2007/04/26/ faktor-risiko kegagalan-konfersi-tb/, diakses pada tanggal 27 Maret 2009
Walpole, R.E., 1995, Pengantar Statistika, edisi ke-3, hal 214-215, PT. Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58
L A M P I R A N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59
Lampiran 1. Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Paru-Paru (BP4) Yogyakarta
Tahun 2006-2008 berdasarkan kartu TB 01
No.
No. Reg
Jenis Kelamin Usia
(th) BB (kg)
Alamat PMO Pengobatan Kategori I
Intensif/Lanjutan Keterangan
L/P 1. 020 L 43 50 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 2. 92 L 30 61 Yogya Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 3. 164 P 34 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 4. - L 27 49 Yogya Kakak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 5. 210 L 65 38 Bantul Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 6. 236 L 58 56 Yogya Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 7. 227 L 40 37 Yogya Kakak 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 8. 41 L 57 57 Sleman Orang tua 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 9. 42 L 40 40 Yogya Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 10. 48 L 39 48 Yogya Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 11. 107 P 20 40 Sleman Orang tua 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 12. - L 24 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Pindah Jakarta 13. 182 L 22 41 Magelang Teman 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 14. 242 P 55 41 Bantul Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 15. 251 L 25 53 Yogya Orang tua 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 16. 253 L 50 50 Sleman Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 17. 256 P 49 40 Yogya Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 18. 025 L 53 49 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 19. 044 L 26 55 Sleman Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Pindah Ngemplak 20. 120 L 23 50 Sleman Sepupu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 21. 216 P 15 39 Yogya Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 22. 222 L 45 44 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 23. 213 L 38 46 Bantul Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 24. 292 L 29 46 Bantul Isteri 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Gagal 25. 058 L 38 35 Bantul Suami 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60
Pada kategori pengobatan, antara fase intensif dan fase lanjutan, pasien mendapat kategori sisipan selama 1 bulan yang
jumlah dan dosisnya sama dengan fase intensif
26. 065 P 30 44 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 27. 061 P 24 41 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Default 28. 146 P 19 42 Bantul Ibu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 29. 237 P 29 40 Sleman Kakak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 30. 319 P 54 54 Muntilan Adik 4FDC3Tab / 2FDC3Tab PL 31. 328 P 25 45 Sleman Ibu 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 32. 329 P 47 46 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 33. 330 P 23 50 Sleman Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 34. 332 P 21 45 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Fase Lanjutan 35. 34 P 53 32 Klaten Suami 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 36. 52 P 31 38 Klaten Paman 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 37. 02 P 24 31 Sleman Orang tua 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 38. 53 L 24 43 Sleman Saudara 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 39. 05 L 32 55 Klaten Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 40. 10 L 81 38 Sleman Anak 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 41. 18 P 38 39 Sleman Suami 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 42. 28 L 58 47 Sleman Tidak ada 4FDC3Tab / 2FDC3Tab Sembuh 43. 25 P 25 36 Klaten Orang tua 4FDC2Tab / 2FDC2Tab Sembuh 44. 38 L 36 56 Sleman Adik 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Sembuh 45. 61 L 32 69 Sleman Isteri 4FDC4Tab / 2FDC4Tab Fase Lanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61
Lampiran 2. Profil Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di Balai Pengobatan Paru-Paru (BP4) Yogyakarta Tahun 2006-2008 yang Diperoleh dari Rekam Medis
No.
No. RM Pekerjaan Riwayat Penyakit Obat Tambahan, Dosis dan Jumlah
1. 476 swasta batuk 1 tahun disertai dahak sedikit, merokok
Piroksikam 2x1 (X), Vit C 3x1, AP 3x ½ B-komplek 3x1
2. 2346 swasta - Salbutamol 3x ¼, Mukosulvan® 3x1
3. 145 mahasiswa batuk berdahak dan sesak nafas 4 bulan
B-komplek 3x1, CTM, GG, AP 3x½, Salbutamol 3x¼, Piroksikam 2x1 (VI), Deksametason 3x1
4. 812 wiraswasta
batuk berdahak, pernah disertai darah, dan sesak nafas, merokok, obat-obatan, alkohol, sakit paru, OAT 1 th yang lalu
Pamol 3x1, B-komplek 1x1 Kalsium 1x1
5. 2417 - batuk berdahak dan sesak 3 bulan
Antasida 3x1, Parasetamol 3x1 k/p
6. 3219 pensiunan Diabetes Mellitus, merokok, batuk berdahak
Curcuma 2x1,Dekstrometorfan 3x1, B-komplek 1x1
7. 3212 penjaga parkir merokok, batuk dan sesak nafas 1 bulan
B-komplek 1x1, kalsium 1x1
8. 3513 - merokok sudah lama batuk berdahak dan pernah disertai darah,
Amoksisisilin 3x1, Salbutamol 3x¼, Ambroksol 3x1 CTM® 3x1,
9. 3504 Wiraswasta Diabetes Mellitus, merokok kuat, batuk berdahak
Glibenklamid 1x1, Bioneuron® 1x1
10. 3647 swasta merokok, sesak nafas dan batuk 3 bulan disertai dahak
Bioneuron® 1x1
11. 5245 - batuk 1 bulan, dada terasa sakit dan panas
B-komplek 3x1, Vit C 3x1
12. 6756 Mahasiswa - Dekstrometorfan (X), Codein, Curcuma 2x1(XX) 13. 7841 Mahasiswa mencoba obat-obatan, sesak Pamol® 3x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62
nafas dan batuk 1 bulan, merokok, batuk berdahak
14. 8799 sesak nafas dan batuk 2 bulan Solvinex® 3x1, AP 3x ½, GG 3x1, B-komplek 1x1, Curcuma 1x1
15. 9305 swasta merokok, sesak nafas dan batuk 2 bulan disertai dahak
Dekstrometorfan 3x1, Ambroksol, CTM
16. 9423 - - Ambroksol 3x1 (XV), AP 3x ½ (X) Salbutamol 3x¼, Flumucil 1x1
17. 9424 PNS DM CTM® 3x1, GG 3x1(XX), B-komplek (X) 1x1, Ambroksol 3x1
18. 9827 karyawan
pabrik
DM, sesak nafas dan batuk 5 bulan disertai dahak, pernah berdarah
Glibenklamid 1-0-0, Dektrometorfan 3x1 Bioneuron® 1x1
19. 10507 swasta tato, napza, merokok 10 bulan, 12 batang/hari, batuk berdahak
Pamol® 3x1
20 11546 pedagang merokok, obat-obatan, sesak nafas, batuk berdahak
-
21. 14847 pelajar - -
22. 1700 - merokok, sesak nafas dan batuk 1 bulan dan berdahak
GG 3x1, AP 3x ½, B6 3x1 Metoklorpamid 3x1 (XV), cimetidin 3x1, Antalgin 3x1 Kloramfenikol 4x1, Bioneuron® 1x1, B1 3x1
23. 3928 buruh - OBH® 3xC, Curcuma® 1x1, Dekstrometorfan 3x1, AP 2x½ k/p, GG 3x1, Pamol® 3x1 k/p, Decolgen® B-komplek 3x1
24. 4341 swasta batuk berdahak dan sesak nafas 1 bulan
Cetirizine 10 mg 1x1, Dexophan® 2x1 cth, Loratadin 10 mg 1x1, Ambroksol 3x1
25. 4872 pegawai swasta sesak nafas dan batuk berdahak B-komplek 3x1, Ambroksol 3x1, Dexametason 3x1, Dekstrometorfan 3x1, Loratadin 1x1, GG 3x1, CTM® 3 x 1
26. 5084 IRT sesak nafas dan batuk 2 bulan dan berdahak
Dekstrometorfan 3x1, Salbutamol 3x¼ k/p, Ambroksol 3x1, Asam mefenamat 2x1 Curcuma 1x1, B-komplek 1x1, Bioneuron®1x1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63
27. 5382 - -
Adona 2x1, Dekstrometorfan 3x1, Vit. K 3x1, Interpect® 3x1 Diklofenak 2x50 mg, Bioneuron® 1x1, Allupurinol 1x100 mg, Ambroksol 3x1 Curcuma 1x1, GG 3x1, Amoksisilin 3x1
28. 5567 swasta batuk 1 bulan disertai dahak Dekstrometorfan 3x1, Ambroksol 3x1 Decolgen® 3x1, Bioneuron® 1x1
29. 6935 - batuk berdahak Antasida 3x1, GG 3x1, Meticol® 1x1 Cetirizine 10 mg 1x1, Curcuma 2x1,Decolgen®
30. 7583 - Diabetes mellitus, merokok, sesak nafas dan batuk
Glibenklamid 1-0-0, Curcuma 1x1, Metformin 1-0-1
31. 6097 karyawan sesak dan batuk 1 bulan disertai dahak
Dexametason 3x1, Salbutamol 3x¼ k/p Loratadin 1x1, Antasida 3x1, Ambroksol 3x1 Kodein 3x1 (resep luar), Prednison CTM® 3x1, Metil Prednisolon 3x1, GG 3x1 Cefadroksil 2x1, Asam mefenamat 3x1 Curcuma 2x1, Decolgen® 3x1, Allupurinol, Na Diklofenak
32. 7662 - batuk 3 bulan dan berdahak
Ambroksol 3x1, Curcuma 1x1, Asam mefenamatt 3x1, Na Dklofenak 2x1 k/p AP 3x½ k/p, CTM® 3x1, Metoklopramid 3x1 Piroksikam 2x1 k/p, GG 3x1 k/p,Amoksisilin 3x1, Bioneuron® 3x1, B-komplek, Salbutamol 3x¼ k/p Dekstrometorfan 3x1
33. 7688 mahasiswa sesak nafas dan batuk 3 bulan Curcuma 1x1, Primperan® 1x1 k/p ,Salbutamol 3x¼ k/p, Ambroksol 3x1
34. 7835 - batuk berdahak dan sesak nafas Ambroksol 3x1, Curcuma 1x1 SF® 1x1, Dekstrometorfan 3x1, Bioneuron 1x1
35. 107 buruh batuk dan sesak nafas 3 bulan Bioneuron 1x1, Na Diklofenak 2x1 ( XV ) 36. 934 pegawai swasta batuk bronkitis dan berdahak GG 3x1 37.
1233 - sesak nafas dan batuk 1 bulan disertai dahak
ciprofloxacin 2x1
38. 984 - - GG 3x1 dan Amoksisilin 3x1 39. 1354 buruh - cefadroksil 2x1 (X), ciprofloxacin 2x1 (X)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64
40. 1376 tani batuk dan sesak, sakit jantung
Aneurin® 3x1, Digoksin 2x1 (XX) Asam mefenamat 2x1 (X), Flumucil®, Vit B 3x1, GG, B-komplek 3x1, Salbutamol 3 x ¼, Curcuma 1x1, Amoksisilin 3x1
41. 1663 tani sesak nafas dan batukpernah sakit paru ± 10 th
GG, Ambroksol, ciprofloksasin 2x1 Salbutamol, Dekstrometorfan 3x1,Solvinex®, Rhinatiol®, B-komplek, ofloxacin
42. 2019 - DM, sesak nafas dan batuk berdahak
Bioneuron® 1x1, ofloxacin, glibenklamid
43. 5538 - - ciprofloksasin 2x1 (XX), vit B 2x1 (X)
44. 6077 wiraswasta riwayat OAT 1992 di Tangerang Loratadin 2x1 (XX), Piroksikam 2x1 (XX), ciprofloksasin 2x1 (XX), Na Diklofenak 2x1 (XX) cetirizine 1x1 (XX)
45. 7021 karyawan - vit B 2x1 (X)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Dahak SPS Pasien Tuberkulosis Paru yang Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta
Tahun 2006-2008 yang Diperoleh dari Rekam Medis
No. No. Reg
Hasil pemeriksaan dahak bulan ke- Keterangan
0 (awal) 2 3 4 5 - 7 AP 1. 020 2+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 2. 92 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 3. 164 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 4. - 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 5. 210 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 6. 236 3+ 2+ negatif - - negatif Sembuh 7. 227 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 8. 041 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 9. 042 1+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 10. 048 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 11. 107 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 12. - 2+ 1+ negatif - - - Pindah Jakarta 13. 182 1+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 14. 242 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 15. 251 3+ 1+ negatif - - - PL 16. 253 3+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 17. 256 2+ sceenty + negatif - negatif negatif Sembuh 18. 025 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 19. 044 1+ 1+ negatif - - - Pindah Ngemplak 20. 120 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 21. 216 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 22. 222 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 23. 213 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 24. 292 1+ 1+ 1+ - - 1+ Gagal 25. 058 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 26. 065 2+ 1+ negatif - negatif negatif PL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66
27. 061 3+ 1+ negatif - - - Default 28. 146 2+ sceenty +5 negatif - negatif negatif Sembuh 29. 237 1+ 1+ negatif negatif - - PL 30. 319 1+ sceenty +3 negatif - - - PL 31. 328 2+ sceenty +4 negatif - - - Fase Lanjutan 32. 329 2+ 1+ 1+ negatif - - Fase Lanjutan 33. 330 1+ 1+ negatif - - - Fase Lanjutan 34. 332 1+ sceenty +3 negatif - - - Fase Lanjutan 35. 34 3+ 1+ negatif - - negatif Sembuh 36. 52 3+ sceenty +5 negatif - negatif negatif Sembuh 37. 02 3+ 1+ 1+ - negatif negatif Sembuh 38. 53 3+ sceenty +4 negatif - negatif negatif Sembuh 39. 05 3+ 1+ negatif - - negatif Sembuh 40. 10 1+ sceenty +1 negatif - negatif negatif Sembuh 41. 18 3+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 42. 28 2+ sceenty +4 negatif - - negatif Sembuh 43. 25 2+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 44. 38 1+ 1+ negatif - negatif negatif Sembuh 45. 61 1+ 1+ negatif - - - Fase Lanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67
Lampiran 4. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Pasien TB Paru yang
Gagal Konversi di BP4 Yogyakarta ( tinjauan fase intensif 2 bulan )
GAGAL KONVERSI
� Ketidaktaatan
1. Kapan Saudara minum obat ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 pagi hari sebelum makan 2. 1233 pagi hari sebelum makan, sekitar jam 09.00 3. 2019 pagi hari sebelum makan 4. 7688* malam hari 5. 6097* malam hari
2. Supaya tidak lupa, alat pengingat apa yang Saudara pakai untuk meminum obat ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 jam atau alarm 2. 1233* tidak ada 3. 2019* feeling saja 4. 7688* tulisan/buat jadwal minum obat sendiri 5. 6097* ingatan
3. Anda paling suka minum obat dengan apa ?
� Penyakit penyerta
1. Selain Saudara berobat untuk penyakit TB, apakah ada penyakit lain juga? (bila ya lanjutkan ke pertanyaan 2-3 )
Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak ada 2. 1233 tidak ada
3. 2019* DM, masalah THT (telinga dan tenggorokan kadang sakit), kulit di kaki sering merah-merah seperti alergi dan kering
4. 7688* radang lambung 5. 6097 tidak ada
Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 air biasa 2. 1233 air biasa 3. 2019 air biasa 4. 7688 air biasa 5. 6097 air biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68
2. Sejak kapan Saudara merasakan penyakit tersebut (selain TB) ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 - 2. 1233 - 3. 2019* sudah lama (lupa mulai kapan) 4. 7688* kurang lebih 5 tahun 5. 6097 -
3. Selain berobat TB, apakah Saudara bisa rutin kontrol ke dokter ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 - 2. 1233 -
3. 2019 bisa, kalau sakit saja, perginya ke puskesmas terdekat
4. 7688 kalau sakit saja 5. 6097 -
� Gizi/pola makan/vitamin
1. Saudara terbiasa makan berapa kali dalam sehari ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 3 kali, teratur 2. 1233* 3 kali tetapi tidak teratur 3. 2019 3 kali, teratur 4. 7688 4-6 kali 5. 6097 4-6 kali
2. Apakah ada makanan tertentu yang dihindari/pantangan ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 ada, emping 2. 1233 tidak ada 3. 2019 tidak ada 4. 7688 tidak ada 5. 6097 tidak ada
3. Selain minum obat rutin dari BP4, obat lain apa yang Saudara minum dan beli sendiri ?
Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak ada, hanya buah 2. 1233 redoxon 3. 2019 obat cina 4. 7688 tidak ada 5. 6097 tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69
4. Apakah obat tersebut diminum selama pengobatan atau kadang-kadang ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 - 2. 1233 saat sakit saja, saat badan tidak enak 3. 2019 2 minggu sekali 4. 7688 - 5. 6097 -
EVALUASI PENGOBATAN
� Jumlah dan dosis
1. Bagaimana jadwal minum obat Saudara ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 tiap hari 2. 1233 tiap hari 3. 2019 tiap hari 4. 7688* 2 hari sekali 5. 6097 tiap hari
2. Dalam 1 hari, ada berapa obat TB yang Saudara minum ? Pasien No. RM Jawaban BB (kg)
1. 5538 2 tablet 36 2. 1233 2 tablet 31 3. 2019 3 tablet 47 4. 7688 3 tablet 50 5. 6097 3 tablet 45
3. Apakah Saudara pernah mengalami dari setiap bungkus obat yang diberi BP4, tidak bisa habis (ada yang tersisa) ?
Pasien No. RM Jawaban 1. 5538 tidak, pasti habis 2. 1233 tidak pernah 3. 2019 jangan sampai 4. 7688* pernah 1 hari tidak minum obat 5. 6097 tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70
� Efek samping
Keluhan apa saja yang Saudara rasakan selama minum obat ? Pasien No. RM Jawaban
1. 5538 tidak ada 2. 1233 mual-mual 3. 2019 tenggorokan kering, kadang hidung tersumbat 4. 7688 mual 5. 6097 pegal - pegal dan linu, perih di lambung
Keterangan :
*pasien yang tidak taat, ada penyakit penyerta. Untuk jumlah dan dosis obat yang salah (obat diminum 2 hari sekali, pernah 1 hari tidak minum obat) yang diminum pasien dimasukkan dalam ketidaktaatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71
Lampiran 5. Alur Pemilihan Uji Z dan perhitungan z test of proportion-one sample case untuk jenis kelamin
PANEL A
No Discrete Yes Continuous Continuous one or two Z-test of Proportions Discrete Yes No more than two Chi Square test of independent Continuous Discrete
Uji z untuk variabel jenis kelamin
z = = 1,040
z hitung (1,040) terletak pada area antara ± 1.64, daerah dimana hnull diterima.
Kesimpulannya P observed tidak berbeda dengan p expected, atau proporsi pria
dan wanita tidak berbeda dalam menyebabkan gagal konversi.
Is there an Independent
variable
Primary Variable
D/C
Go to Panel C
IndependentVariable
D/C
Go to Panel D
Data Reported as Percent of Proportions ?
Number of Discrete Independent Variables
IndependentVariable
D/C
Go to Panel B
Go to Panel C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72
Lampiran 6. Surat izin pengambilan data di BP4 Kalasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73
Lampiran 7. Surat izin pengambilan data di BP4 Kota Gede
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74
Lampiran 8. Surat izin wawancara dengan pasien TB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75
Lampiran 9. Formulir persetujuan (Informed Consent)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76
BIOGRAFI PENULIS
Christina Probolini, dilahirkan di Pringsewu pada
tanggal 16 Desember 1986. Putri pertama dari 4
bersaudara dari pasangan Thomas Sujiyanto dan Lucia
Sri Resmiyati A.Ma.Pd. menempuh pendidikan
pertamanya di TK Dharma Wanita Panutan (1991-
1993), SDN I Patoman (1993-1999), SLTP Xaverius
Pringsewu (1999-2002), SMU Xaverius Pringsewu (2002-2005) kemudian
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2005-
2009). Sejak tahun 2006-2008, terlibat aktif di berbagai kegiatan rohani CM
(Campus Ministry) seperti panitia Pekan Suci (Co.Dekorasi Minggu Palma 2006,
Co. Minggu Palma 2007 dan Co. Kamis Putih 2008), Dies Natalis Universitas ke-
52 dan ke-53, koordinator JKMK (Jalinan Kasih Mahasiswa Katolik) 2006, dan
pernah menjadi Sie Konsumsi dalam Talk Show Sumpah Pemuda 2006, Live in
Interfaith 2007, bendahara di Gelaran Budaya Nusantara Pekan Budaya
Universitas Sanata Dharma 2007, panitia Relaunching Apotek Sanata Dharma
2008, berprestasi di Bidang Akademik Ilmiah pada PKM DIKTI 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI