plagiat merupakan tindakan tidak terpuji makna...

259
MAKNA HIDUP BAGI GURU SEKOLAH LUAR BIASA (Sebuah Analisis Tematik) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Aristhon David 139114165 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MAKNA HIDUP BAGI GURU SEKOLAH LUAR BIASA

    (Sebuah Analisis Tematik)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh :

    Aristhon David

    139114165

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Teruntuk kedua orangtuaku,

    yang selalu menemaniku dalam doa-doanya

    yang tak pernah bosan mendengar keluh kesahku

    selalu tersenyum, meskipun terkadang aku mengecewakan

    Terima kasih

    Dan teruntuk para guru SLB

    Engkau bagai pelita dalam gulita

    Jangan pernah lelah untuk berjuang

    karena akan selalu ada kebaikan yang menyertai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    Hidup dengan apa adanya,

    bukan berarti tak berdaya apa-apa

    bukan berarti tak ingin melangkah maju

    bukan pula berarti kehilangan asa untuk berjuang

    Hidup dengan apa adanya,

    berarti berani menghadapi ketakutan diri

    berani untuk menikmati setiap proses tanpa rasa sesal

    mengerti bahwa memang terkadang hidup perlu jatuh dan bangkit

    memahami bahwa hidup adalah sebuah penerimaan yang indah

    menyadari bahwa hidup merupakan sebuah pengertian yang benar

    memaklumi bahwa hidup juga bagian dari sebuah pemahaman yang tulus

    tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang

    tak masalah meski mereka datang lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan

    hidup apa adanya mengajari,

    bahwa kita bisa, selama kita ada, bersedia, dan terus berjuang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    MAKNA HIDUP BAGI GURU SEKOLAH LUAR BIASA

    (Sebuah Analisis Tematik)

    Aristhon David

    ABSTRAK

    Makna hidup merupakan salah satu tanda bahwa manusia adalah salah satu

    insan yang keberadaannya memiliki arti. Hanya saja, perjalanan menemukan

    makna hidup harus melalui pahit getir kehidupan, sehingga menghadirkan

    gelombang naik dan turun di dalam perjuangannya. Makna hidup dapat ditemukan

    di mana saja, dengan cara apa saja, termasuk dalam pekerjaan sehari-hari yang

    dilakukan oleh seorang guru SLB. Pekerjaan yang tampak tidak menjanjikan,

    sehingga keputusan untuk terus berjuang menjalani proses mengajari anak

    berkebutuhan khusus menjadi bentuk unik di masa perjuangannya. Penelitian ini

    bertujuan untuk memberikan gambaran tentang dinamika psikologis, sekaligus

    pengalaman para guru SLB dalam menjalani proses mengajari anak berkebutuhan

    khusus. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga guru SLB menggunakan wawancara

    semi-terstruktur dengan metode analisis tematik teoretik. Tematik teoretik

    membantu peneliti untuk menemukan makna-makna personal informan terkait

    pekerjaannya sebagai pengajar di SLB serta merangkai pengalaman tersebut

    secara komprehensif dan terarah. Penelitian ini menemukan bahwa para guru SLB

    memiliki panggilan tulus dari dalam hatinya, setiap usaha yang dilakukan

    merupakan sarana kreativitas agar dapat menghasilkan sesuatu yang baru, setiap

    proses yang datang dihayati dan dijalani sebaik-baiknya, setiap sikap optimis

    merupakan tanda sebuah penerimaan terhadap takdir Tuhan, serta setiap dukungan

    sosial yang datang dari orang terkasih merupakan fondasi semangat yang kuat

    untuk menjalani hari-harinya.

    Kata kunci : Makna hidup, mengajar, guru SLB, anak berkebutuhan khusus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    THE MEANING OF LIFE FOR A TEACHER IN AN EXTRAORDINARY

    SCHOOL

    (A Thematic Analysis)

    Aristhon David

    ABSTRACT

    The meaning of life is that a human is created with a purpose. However, we, as

    humans, often face an ebb and flow in the ongoing search for meaning. The

    meaning of life can be found in any way, at any time, and through any work,

    including working as a teacher in a school for special needs. Whilst becoming a

    teacher in such a school could be viewed as an unpromising job, there are those

    who continue to teach special needs children, and to me, that is unique. In this

    study, the author explores the psychological experiences when teaching special

    needs children, illuminating how this impacts the meaning of life for teachers. The

    semi-structured interview was conducted with three teachers in an extraordinary

    school. Theoretical thematic was used as a primary method analysis. The results

    showed that teachers had been called from the bottom of their heart; creativity was

    always the ultimate effort in creating something new; every process and

    experience was lived as well as possible; optimism became a good acceptance;

    and finally, social support was the ultimate foundation for nurturing a good spirit.

    Keywords : Meaning in life, teaching, teacher, extraordinary school, special

    needs children

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Membaca sebuah berita di internet menjadi awal dari perjumpaan dengan

    fenomena mengenai guru SLB. Fenomena yang menyadarkan peneliti akan arti

    sebuah perjuangan. Bermula dari kisah mereka tentang berbagai suka duka yang

    mereka alami kala mengajari anak berkebutuhan khusus hingga mengamati

    perjuangan mereka yang terus bertahan bersama segala kondisi yang mungkin tak

    terbayangkan sebelumnya, membuat peneliti terusik untuk menuliskan kisah

    mereka. Karya ini peneliti peruntukkan bagi para individu yang bekerja sebagai

    guru SLB di manapun mereka berada sebagai sebuah bentuk empati dan dukungan

    kepada mereka.

    Selama proses penelitian karya, peneliti mengucap syukur kepada Tuhan

    Yang Maha Esa karena atas anugerah, kasih dan rahmat-Nya, peneliti diberi

    kesempatan untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Makna Hidup Guru Sekolah

    Luar Biasa” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini juga tidak akan selesai

    tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk apapun dari banyak pihak.

    Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dr. M. L. Anantasari, M.Si., selaku dosen pembimbing, yang tak

    berhenti untuk menantang peneliti bergerak lebih jauh dan selalu

    memercayai peneliti untuk terus berkembang hingga peneliti kini lebih

    percaya diri. Terima kasih untuk perhatian, dukungan, kasih, dan juga

    kepeduliaan atas apa yang peneliti perjuangkan dalam tulisan ini, yang

    seringkali memberi pencerahan, sekaligus inspirasi bagi peneliti selama

    ini.

    2. Bapak Y. B. Cahya Widiyanto, Ph.D., selaku dosen yang menemani

    peneliti kala memilih topik penelitian yang dilakukan. Terimakasih atas

    pengetahuan yang diberikan, pertanyaan-pertanyaan yang semakin

    menyadarkan peneliti bahwa setiap hasil yang baik harus dilalui dengan

    usaha yang sungguh-sungguh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    3. Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, terimakasih karena sudah

    memberikan pengetahuan, pelajaran, dan pengalaman berharga selama

    peneliti menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

    4. Kedua orangtua peneliti, rumah untuk selalu pulang, bintang yang selalu

    berpijar di hati peneliti, yang mendukung peneliti secara penuh untuk

    mengejar apapun yang peneliti yakini dan selalu mengingatkan peneliti

    untuk tak pernah ragu memperjuangkan mimpi.

    5. Ibu Ani selaku kepala sekolah SLB Wiyata Dharma III, serta kedua

    informan yang sangat peneliti kasihi, dan juga Bapak Ibu pengajar SLB

    yang sudah memercayai peneliti dan bersedia untuk berbagi pengalaman

    hidup dengan sangat terbuka. Terimakasih atas pengalaman dan juga

    dukungan kepada peneliti selama ini. Begitu banyak pelajaran berharga

    yang peneliti peroleh dan tak bisa peneliti ganti dengan apapun.

    6. Pak Yoyo selaku guru di SLB Hellen Keller yang mempertemukan peneliti

    dengan Ibu P yang akhirnya menjadi informan penelitian ini, terimakasih

    atas segala waktu yang telah diberikan. Terimakasih atas pengalaman yang

    diberikan kepada peneliti selama ini. Begitu banyak pelajaran berharga

    yang peneliti peroleh dan tak bisa peneliti ganti dengan apapun juga.

    7. Aping sebagai saudara sepupu yang tak pernah berhenti menyemangati,

    yang selalu memberi keceriaan melalui gurauan untuk cepat lulus, yang

    membuat peneliti termotivasi untuk segera lulus.

    8. Teman-teman bimbingan Bundadari (Vivi, Dhani, Nia, Nana, Praswin,

    Dita, dan Tom) yang selalu menyemangati dan berjalan bersama. Semoga

    Tuhan mengabulkan doa kita semua.

    9. Mas Rio, Robeth, Dipu, Teo, Grego, dan Yuda. Terimakasih atas

    kehadiran dan keceriaan yang membuat peneliti tak pernah ragu menoleh

    ke belakang serta tak merasa berjalan sendirian. Terimakasih selalu

    mengajarkan peneliti untuk belajar menikmati hidup.

    10. Seluruh teman-teman kos Bani terdahulu, Ricky, Ino, Abed, Chandra, Mas

    Bono, Mas Wid, dan Mas Adi yang juga menemani setengah perjalanan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    ABSTRACT ......................................................................................................... viii

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... ix

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

    C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10

    A. Guru Sekolah Luar Biasa ..................................................................... 10

    1. Pengertian guru SLB ...................................................................... 10

    2. Kompetensi guru SLB..................................................................... 11

    B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .................................................... 12

    1. Pengertian ABK .............................................................................. 12

    2. Jenis-jenis kelainan ABK ............................................................... 13

    C. Sekolah Luar Biasa (SLB) ................................................................... 14

    1. Definisi SLB .................................................................................. 14

    2. Jenis-jenis SLB .............................................................................. 15

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    D. Penemuan Makna Hidup menurut Frankl ............................................ 16

    1. Definisi makna hidup ..................................................................... 16

    2. Cara menemukan makna hidup ...................................................... 17

    E. Dinamika Makna Hidup pada Guru SLB ............................................. 19

    F. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 22

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 24

    A. Strategi Penelitian ................................................................................ 24

    B. Fokus Penelitian ................................................................................... 25

    C. Informan Penelitian .............................................................................. 25

    D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 26

    E. Prosedur Pengambilan Data ................................................................. 27

    F. Metode Analisis Data ........................................................................... 28

    G. Saturasi Data ........................................................................................ 31

    H. Refleksi Peneliti ................................................................................... 32

    I. Kredibilitas Data .................................................................................. 34

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 35

    A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ................................................. 35

    1. Persiapan dan perizinan ................................................................. 35

    2. Pelaksanaan penelitian ................................................................... 38

    B. Informan Penelitian .............................................................................. 39

    1. Demografi informan ....................................................................... 39

    2. Latar belakang informan ................................................................ 40

    C. Hasil Penelitian .................................................................................... 44

    1. Hasil informan 1 (NR) ................................................................... 45

    2. Hasil informan 2 (IP) ..................................................................... 64

    3. Hasil informan 3 (PN) .................................................................... 82

    D. Hasil Kredibilitas Data ......................................................................... 98

    E. Analisis Penelitian ............................................................................... 99

    1. Hidup mengikuti panggilan hati ................................................... 100

    2. Hidup menjadi sarana kreativitas ................................................. 110

    3. Hidup merupakan sebuah penerimaan ......................................... 120

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    4. Membangun hidup dari dukungan sosial ..................................... 128

    F. Temuan Unik ..................................................................................... 130

    G. Pembahasan ........................................................................................ 132

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 154

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 158

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 165

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 38

    Tabel 2. Demografi Informan ............................................................................ 39

    Tabel 3. Hasil Kredibilitas Data Informan 1 ....................................................... 98

    Tabel 4. Hasil Kredibilitas Data Informan 2 ...................................................... 98

    Tabel 5. Hasil Kredibilitas Data Informan 3 ...................................................... 98

    Tabel 6. Subtema dan Tema ............................................................................... 99

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Persetujuan Informan 1 .................................................. 166

    Lampiran 2. Lembar Persetujuan Informan 2 .................................................. 169

    Lampiran 3. Lembar Persetujuan Informan 3 .................................................. 170

    Lampiran 4. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 1 ................................ 171

    Lampiran 5. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 2 ................................ 172

    Lampiran 6. Lembar Pernyataan Kesesuaian Informan 3 ................................ 173

    Lampiran 7. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 1 .......... 174

    Lampiran 8. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 2 .......... 175

    Lampiran 9. Lembar Hasil Meaning in Life Questionnaire Informan 3 .......... 176

    Lampiran 10. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 177

    Lampiran 11. Analisis Data Informan 1 ........................................................... 180

    Lampiran 12. Cluster of Meaning Informan 1 ................................................. 235

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Skema Alur Berpikir Penelitian Makna Hidup Guru SLB ................................. 23

    Skema Hasil Penelitian Makna Hidup Guru SLB ............................................ 153

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    “Hidup adalah persembahan...jadi, bagaimana saya bisa mempersembahkan

    diri saya untuk orang-orang yang saya layani..termasuk melayani anak-anak

    di SLB ini, tidak hanya sebatas tenaga tapi juga hati..”. – (PN, 761-767)

    “Bagi saya hidup adalah ibadah mas…ketika kita bisa berbagi dengan orang

    lain, membantu orang lain kita bisa merasa senang dengan sendirinya..ada

    kebahagiaan luar biasa saat kita bisa membantu orang lain mas termasuk

    anak-anak di sini…”. – (IP, 1311-1318)

    Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan

    masyarakat. Pramudia (2006) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan

    proses humanisasi yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia

    yang lebih berkualitas, agar dapat memajukan kesejahteraan masyarakat dalam

    suatu negara. Oleh karena itu, Naraduhita dan Sawarjuwono (2012)

    menambahkan bahwa pemerintah dan juga pihak swasta berusaha melakukan

    beberapa upaya seperti membangun sekolah, memberikan fasilitas yang

    memadai, dan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi atau

    anak dengan keadaan ekonomi yang kurang memadai agar anak-anak tersebut

    dapat menerima pendidikan yang baik. Bukan hanya itu, pemerintah juga

    membuat beberapa peraturan untuk mengatur sistem pendidikan nasional serta

    membedakan jenis pendidikan. Pasal 15 (UU RI nomer 2 Sistem Pendidikan

    Nasional, 2003) menjelaskan bahwa pendidikan terdiri dari beberapa jenis

    yaitu pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan

    khusus.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Firmansyah dan Widuri (2014) mengungkapkan bahwa pendidikan

    khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat

    kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

    emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan

    dan bakat istimewa. Oleh karena itu, jenis pendidikan ini biasanya dibedakan

    dengan pendidikan reguler yang dilakukan di sekolah-sekolah formal.

    Pendidikan khusus tersebut, biasanya dipusatkan di tempat bernama Sekolah

    Luar Biasa (SLB) dengan anak-anak yang memiliki kelainan atau keunikan

    berbeda-beda (ABK). Efendi (2006) mengklasifikasikan SLB menjadi tujuh

    yaitu SLB-A hingga SLB-G, dengan kelainan mulai dari tunanetra atau

    kebutaan hingga tunaganda dengan kelainan yang lebih dari satu.

    Paparan di atas menunjukkan, bahwa pendidikan di SLB memerlukan

    peran penting seorang pendidik atau guru karena perkembangan setiap ABK

    yang ada di SLB bergantung pada cara mengajar guru yang ada di sana,

    sehingga mendidik ABK bukan menjadi suatu hal yang mudah. Senada dengan

    yang dikatakan oleh Rosdiana (2013) bahwa ABK memiliki sifat yang lebih

    sensitif dari siswa biasa, sehingga memerlukan keikhlasan, kesabaran, serta

    kesiapan untuk menghadapi segala kondisi yang akan terjadi ketika melakukan

    pendekatan dan bersikap bersama ABK agar materi pembelajaran dapat

    tersampaikan dengan baik. Hal tersebut menyebabkan guru SLB yang

    mengajar secara tak langsung juga berperan untuk membantu siswanya

    menemukan kelebihan yang ada dalam diri mereka, sedangkan memahami

    setiap keunikan, kelebihan, atau karakteristik siswa yang berbeda bukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    merupakan hal yang mudah karena kondisi tersebut dapat menyulitkan guru

    selama mengajar.

    Kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru SLB

    ketika mengajar ABK mendukung munculnya fenomena permasalahan lain

    yaitu kekurangan tenaga pengajar pada SLB. Data statistik sekolah luar biasa

    dari kementerian pendidikan dan kebudayaan (2017), mencatat bahwa ada

    ketidakseimbangan antara jumlah guru SLB dengan anak berkebutuhan khusus

    di SLB daerah Yogyakarta. Arif selaku kepala bagian kepala bagian

    kepegawaian dinas pendidikan pemuda dan olahraga (Disdikpora) DIY

    (Rezkisari, 2014) juga menambahkan bahwa saat ini DIY memiliki 78 Sekolah

    Luar Biasa (SLB) dengan jumlah guru berjumlah 849 orang. Jumlah guru itu

    masih kurang, apalagi 137 guru (khusus SLB) diantaranya harus diperbantukan

    untuk sekolah reguler guna membantu penyelenggaraan pendidikan inklusif

    dan setiap tahunnya terkadang jumlah guru di SLB malah mengalami

    penurunan.

    Selain itu, muncul pula fenomena lain yang terjadi pada guru SLB yang

    mengajar di Kupang, yakni 30 guru SLB belum menerima gaji dari bulan

    Februari hingga Juni 2017 (Lewanmeru, 2017). Adi di Pekanbaru (dalam

    Firmansyah & Widuri, 2014) juga mengemukakan hal yang sama bahwa

    sebanyak 32 guru yang bertugas di SLB Bina Center Rejosari, Kecamatan

    Tenayan, Pekanbaru, juga tak menerima gaji selama 3 bulan, walaupun gaji

    yang diberikan sangat kecil, padahal tugas yang mereka emban sebagai guru

    SLB sangat berat dibandingkan guru di sekolah umum. Hal berbeda terjadi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    pada guru SLB di Riau, di mana para guru rela hanya dibayar 97 ribu rupiah

    karena kondisi ekonomi SLB yang kurang baik (Tanjung, 2017). Keadaan

    tersebut membuat hidup mereka sangat memprihatinkan.

    Belajar memahami metode mengajar yang baik untuk menghadapi

    ABK seperti tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita menjadi kesulitan tersendiri

    bagi para guru. Terlebih lagi, menghadapi permasalahan dalam memahami

    karakteristik ABK, membutuhkan bantuan saat mengajar, mendapatkan gaji

    yang kurang layak membuat guru yang mengajar di SLB mengalami beberapa

    perubahan dalam hidupnya. Perubahan tersebut seperti peningkatan stres yang

    lebih tinggi, dibandingkan guru yang mengajar di sekolah reguler biasa. Hal ini

    dibuktikan dengan penelitian Wardhani (2012) yang menemukan bahwa guru

    SLB mengalami tingkat burnout yang lebih besar dibandingkan dengan guru

    yang mengajar di sekolah formal. Selain itu, Firmansyah dan Widuri (2014)

    juga menemukan bahwa guru SLB memiliki banyak emosi negatif ketika

    berhadapan dengan kondisi SLB untuk pertama kalinya. Penelitian

    Linayaningsih (2011) juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu tingkat stres

    yang dialami oleh guru SLB lebih tinggi dibanding guru di sekolah formal,

    sehingga perlu adanya strategi koping yang sesuai untuk mengatasi stres

    tersebut.

    Penelitian lain mengenai guru SLB yang telah dilakukan sebelumnya

    juga mengukuhkan bahwa menjadi seorang guru SLB sangat sulit karena

    menghadapi permasalahan yang berat, namun tetap ada yang rela memberikan

    hidupnya untuk mengajari ABK. Meskipun diawalnya para guru merasa cemas,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    takut, dan mengalami subjective well-being yang dikatakan rendah, tetapi

    segala hal itu dapat diatasi ketika mereka telah mampu beradaptasi di SLB

    tersebut. Hal tersebut dikemukakan oleh Firmansyah dan Widuri (2014)

    mengenai subjective well-being pada guru yang mengajar di SLB.

    Akan tetapi, dalam kenyataannya berbagai masalah yang dihadapi oleh

    guru SLB tak menurunkan semangat beberapa guru untuk tetap mengajar.

    Guru-guru ABK di SLB tersebut tampak mampu mengatasi setiap kendala dan

    bertahan dari segala permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengabdikan

    hidupnya untuk mengajari ABK. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Frankl

    (1992) bahwa,

    “meskipun kita tunduk kepada kondisi-kondisi dari luar yang

    mempengaruhi kehidupan kita, namun kita bebas memilih

    reaksi kita terhadap kondisi-kondisi tersebut.”

    Kata-kata Frankl itu, menjelaskan sedikit alasan, mengapa masih ada guru yang

    tetap berjuang dan tampak bersemangat, meski diterpa oleh kondisi sulit,

    sehingga menggelitik untuk memahami lebih dalam mengenai arti hidup bagi

    guru itu sendiri. Frankl (1992) juga mengatakan dalam teorinya logoterapi

    bahwa ada tiga cara untuk menemukan makna hidup yaitu dengan memberi

    pada dunia lewat suatu ciptaan, dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia

    dalam pengalaman, dan dengan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan

    kita. Makna yang ditemukan melalui tiga cara tersebut dapat memberikan

    sebuah semangat untuk menjalani kehidupan dalam kondisi apapun.

    Makna hidup yang menjadi salah satu teori milik Frankl telah diteliti

    sebelumnya oleh Putri, Respati, dan Safitri (2009). Penelitian milik Putri,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    Respati, dan Safitri ini membahas mengenai makna hidup pada wanita yang

    berperan ganda. Penelitian ini menceritakan bahwa para subjek memang

    mengalami kesedihan yang mendalam ketika mereka tak memiliki cukup

    waktu untuk merawat anak dan bersama dengan keluarga, namun disisi lain

    mereka harus memenuhi keperluan keluarga karena kekurangan biaya,

    sehingga mereka pun harus bekerja dan membagi waktu. Akan tetapi, para

    subjek mampu menemukan makna kehidupan ketika mereka menyadari tujuan

    mereka yang sebenarnya yaitu untuk membahagiakan keluarga agar tak

    kekurangan, sehingga para subjek tetap bekerja dengan giat.

    Penelitian mengenai makna juga dilakukan oleh Kleftaras dan Psarra

    (2013) mengenai kemampuan adaptasi individu dengan gangguan fisik dilihat

    dari makna hidup dan depresi. Penelitian ini menjelaskan bahwa adaptasi

    seseorang terhadap gangguan fisiknya sangat berhubungan dengan makna

    hidup yang akan didapatkan dan depresi. Hal ini dikarenakan, ketika seseorang

    gagal menemukan tujuan hidup saat beradapatasi dengan gangguan fisiknya,

    individu tersebut akan mengalami kebosanan dengan hidupnya dan akhirnya

    enggan menemukan arti yang berharga ketika hidup. Hal ini akan

    memunculkan tingkat depresi yang tinggi. Akan tetapi, sebaliknya bila

    seseorang mampu bertahan sekaligus memiliki tujuan hidup yang jelas, maka

    secara tak disadari individu tersebut meningkatkan makna hidupnya dan

    mengurangi rasa depresinya. Pandangan terhadap tujuan hidup bukan hanya

    menguatkan dan mengurangi depresi, tetapi juga dapat membantu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    mengarahkan hidup ke arah yang lebih berkualitas (dalam Martela & Steger,

    2016).

    Dari beberapa paparan penelitian yang relevan di atas, tampak bahwa

    penelitian yang membahas tentang aspek psikologis mengenai makna hidup

    memang telah dilakukan sebelumnya, namun demikian, yang membedakan

    penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah gambaran makna hidup

    tersebut dilihat dari sisi guru SLB. Penelitian sebelumnya belum pernah

    membahas secara khusus mengenai gambaran makna hidup pada guru SLB di

    Yogyakarta, terlebih dengan karakteristik kelainan yang berbeda. Akan tetapi,

    penelitian sebelumnya tetap berguna untuk menambah pengetahuan mengenai

    makna hidup dan aspek-aspek pada guru SLB yang menjadi fokus pembahasan

    dalam penelitian ini.

    Peneliti melihat fenomena yang terjadi di lingkungan serta penelitian

    sebelumnya bahwa banyak guru SLB memiliki tingkat stres yang lebih tinggi

    dibandingkan guru yang mengajar di sekolah formal. Akan tetapi, masih ada

    beberapa individu yang mau mengabdikan hidupnya untuk menjadi seorang

    guru di SLB agar dapat mengajari ABK. Inilah yang menjadi alasan peneliti

    hendak menggali gambaran makna hidup yang dimiliki oleh para guru SLB

    tersebut, sehingga alasan mereka untuk tetap bertahan juga dapat diketahui.

    Penelitian ini menggunakan strategi kualitatif dengan teknik analisis

    tematik teoretik. Dalam penerapannya, peneliti akan mencoba menggali

    pengalaman-pengalaman para guru di SLB yang menghadapi ABK dengan

    kelainan tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita dengan tetap menggunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    arahan teori. Hal ini bertujuan agar peneliti mampu menemukan gambaran

    makna hidup para guru tersebut melalui pemunculan makna dari pengalaman

    dan fenomena yang terjadi, sehingga dapat memberikan pemahaman mengenai

    pandangan yang lebih positif terhadap arti hidup dan pekerjaan.

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran makna hidup

    pada guru yang mengajar di SLB.

    C. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat, baik secara

    teoretis maupun secara praktis.

    1. Manfaat teoretis

    Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan pengetahuan

    untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan

    kebermaknaan hidup dan guru SLB, serta menambah wawasan tentang

    psikologi positif.

    2. Manfaat praktis

    a. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para guru yang sedang

    mengajar atau beraktivitas bersama anak berkebutuhan khusus di SLB

    agar memahami usaha untuk menghadapi kesulitan yang dialami,

    maupun bangkit dari pengalaman yang buruk, sehingga mampu

    menjadi pribadi yang lebih memaknai hidup.

    b. Hasil penelitian ini mampu menambah pengetahuan bagi remaja-

    remaja yang tertarik melanjutkan pendidikan di bidang luar biasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    (PLB) agar tidak ragu mengajari anak berkebutuhan khusus dan selalu

    bersikap positif dalam menjalani hidup.

    c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bagi

    orang tua maupun keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus

    agar lebih memerhatikan anak-anaknya dalam batas wajar dan dapat

    berkontribusi menjadi agen yang mendukung anak-anak

    berkebutuhan khusus tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Guru SLB

    1. Pengertian guru SLB

    Sekolah luar biasa sebagai tempat anak-anak berkebutuhan khusus

    belajar juga memerlukan seorang pendamping yang sering disebut guru

    SLB. Permendiknas RI No. 32 pasal 1 (2008) menyebutkan bahwa guru

    SLB merupakan tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik,

    kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki

    kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi

    kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan

    pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan. Peraturan

    Pemerintah (PP) RI No. 72 pasal 20 (1991) juga memberikan pengertian

    mengenai guru SLB yaitu, tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi

    khusus sebagai guru pada satuan pendidikan luar biasa. Selain itu,

    Wardhani (2012) juga menjelaskan bahwa guru pendidikan luar biasa

    merupakan seorang pendidik yang melayani anak berkebutuhan khusus

    agar potensi yang dimiliki berkembang optimal.

    Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru

    SLB merupakan tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi akademik,

    kompetensi, dan sertifikasi pendidik bagi peserta didik yang memiliki

    kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial dan/atau potensi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    kecerdasan dan bakat istimewa pada satuan pendidikan khusus, satuan

    pendidikan umum, dan/atau satuan pendidikan kejuruan.

    2. Kompetensi guru SLB

    Menghadapi ABK memang tak mudah karena ada kesulitan lain

    yang muncul dan berbeda dengan sekolah formal pada umumnya,

    sehingga membuat seorang guru harus memiliki kompetensi lain agar

    dapat menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut. Mangunsong (1998)

    menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan

    khusus didasari oleh tiga kemampuan, yakni; (1) kemampuan umum

    (general ability) yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mendidik

    peserta didik pada umumnya (anak normal) (2) kemampuan dasar (basic

    ability) adalah kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik

    berkebutuhan khusus (3) kemampuan khusus (specific ability) merupakan

    kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik berkebutuhan

    khusus jenis tertentu.

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru

    SLB harus memiliki kompetensi dasar yaitu kompetensi umum sebagai

    pengajar, kompetensi dasar yang diperlukan untuk menghadapi ABK,

    kompetensi khusus untuk menghadapi ABK yang memiliki kebutuhan

    khusus tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

    1. Pengertian ABK

    Solikhatun (2013) mengatakan bahwa setiap individu diciptakan

    dengan kesempurnaan yang berbeda-beda. Kesempurnaan tak hanya

    dilihat dari segi fisik, namun juga kelebihan lain yang dimiliki, misalnya

    keadaan pikiran, atau bahkan kelebihan-kelebihan lain yang bisa berbeda

    satu sama lain. Akan tetapi, bila salah satu dari alat indera kita tak dapat

    berfungsi dengan baik, maka kita akan mengalami suatu perbedaan yang

    janggal atau sesuatu yang sering disebut kecacatan.

    Anak yang dilahirkan memiliki kekurangan tersebut sering disebut

    anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut Kirk, Heward, dan Orlansky

    (dalam Efendi, 2006) anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

    memiliki kelainan dari kondisi anak normal, baik dalam hal fisik, mental,

    maupun perilaku sosialnya. Hallahan dan Kauffman (dalam Efendi, 2006)

    menambahkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang

    mempunyai masalah dalam kemampuan berpikir, melihat, mendengar,

    sosialisasi, dan bergerak. Selain itu,

    Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

    berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan kelainan kondisi fisik,

    mental, maupun perilaku yang berbeda dengan anak normal pada

    umumnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    2. Jenis-jenis kelainan pada ABK

    Anak berkebutuhan khusus sendiri juga memiliki keunikan yang

    berbeda-beda, sehingga cara merawat dan mengembangkan keunikan itu

    juga berbeda-beda dan tak dapat disamakan satu sama lain. Hal tersebut

    membuat kebanyakan orang enggan memahami anak-anak tersebut dan

    memilih acuh tak acuh. Nida (2013) menjelaskan bahwa ABK pada

    umumnya memiliki beberapa jenis kelainan, yaitu :

    a. Tunanetra anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan.

    b. Tunarungu anak yang mengalami hambatan dalam pendengaran dan

    bahasa.

    c. Tunadaksa anak dengan kelainan atau kelumpuhan salah satu bagian

    tubuhnya.

    d. Retardasi mental (Tunagrahita) anak dengan tingkat kecerdasan di

    bawah rata-rata anak normal.

    e. Tunalaras anak yang mengalami hambatan dalam mengendalikan

    emosi dan kontrol sosial, dan biasanya menunjukkan perilaku

    menyimpang yang tidak sesuai dengan normal dan aturan yang

    berlaku di sekitarnya.

    f. Anak Berbakat anak dengan kemampuan IQ di atas rata-rata anak

    normal pada umumnya.

    g. Tunaganda anak dengan hambatan yang disebabkan oleh satu atau dua

    kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak,

    bahasa, atau hubungan-pribadi masyarakat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    h. Autisme adalah anak yang tidak dapat membentuk hubungan sosial

    atau komunikasi yang normal, sehingga anak tersebut akan

    mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu dapat dilihat

    dari sudut pandang orang lain.

    i. Hyperactive adalah anak yang mengalami gangguan mekanisme

    tertentu pada sistem syaraf pusat yang menyebabkan anak menjadi

    hiperaktif, tidak bisa beristirahat, berperilaku tidak sabaran, kesulitan

    untuk memusatkan perhatian dan impulsif seperti Attention Deficit

    and Hyperactivity Disorder (ADHD)

    Paparan mengenai jenis ABK di atas, memperlihatkan bahwa ABK

    memiliki kelompok kelainan yang berbeda-beda, tergantung pada jenis

    gangguan dan karakteristik kelainannya yaitu, tunanetra, tunarungu,

    tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, anak berbakat, tunaganda, autisme, dan

    Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD).

    C. Sekolah Luar Biasa (SLB)

    1. Definisi SLB

    Anak-anak berkebutuhan khusus juga layak mendapatkan

    pendidikan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, sehingga

    pemerintah membangun sebuah sarana untuk anak-anak tersebut, yakni

    sekolah luar biasa (SLB). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)

    menjelaskan bahwa sekolah merupakan sebuah bangunan atau lembaga

    untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

    SLB yang merupakan salah satu jenis sekolah juga memiliki pengertian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    yang sama, hanya peserta didiknya yang berbeda. Wardhani (2012)

    mengatakan bahwa sekolah luar biasa merupakan tempat bagi anak

    berkebutuhan yang dirancang secara khusus sesuai dengan jenis,

    karakteristik dan keterbatasan masing-masing anak. Selain itu, dalam

    Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 72 Pasal 1 (1991) menjelaskan bahwa

    SLB merupakan satuan sistem pendidikan yang menyelenggarakan

    pendidikan luar biasa. Vaughn dan Thompson (2003) juga memberi

    pengertian mengenai SLB, yaitu bentuk pendidikan publik yang sesuai

    untuk diberikan kepada individu penyandang cacat.

    Mengacu pada pengertian mengenai SLB di atas, dapat

    disimpulkan bahwa SLB merupakan tempat atau lembaga untuk

    mengadakan jenis pendidikan khusus bagi anak-anak yang mengalami

    keterbatasan, sesuai dengan jenis, karakteristik dan keterbatasan masing-

    masing anak.

    2. Jenis-jenis SLB

    SLB yang telah dirancang untuk menyesuaikan bahan ajar dengan

    kemampuan ABK dibagi menjadi beberapa klasifikasi khusus. Efendi

    (2006) mengklasifikasikan tujuh jenis SLB yang disesuaikan dengan

    karakteristik masing-masing anak yaitu:

    a. SLB-A adalah tempat anak-anak yang memiliki kekurangan dalam

    penglihatan (tunanetra).

    b. SLB-B adalah tempat bagi anak-anak yang tidak bisa mendengar

    (tunarungu).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    c. SLB-C adalah tempat anak-anak tunagrahita atau anak dengan tingkat

    kognisi di bawah rata-rata.

    d. SLB-D sekolah luar biasa untuk anak yang memiliki kelumpuhan

    (tunadaksa).

    e. SLB-E sekolah luar biasa untuk anak tunalaras atau memiliki kelainan

    dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial akibat emosinya.

    f. SLB-F untuk anak dengan kemampuan di atas rata-rata.

    g. SLB-G sekolah luar biasa dengan anak berkelainan ganda

    Pemaparan di atas, memperlihatkan bahwa SLB sendiri dapat

    dikelompokan menjadi tujuh jenis sekolah yang berbeda agar sesuai

    dengan karakteristik gangguan ABK yaitu, SLB-A, SLB-B, SLB-C, SLB-

    D, SLB-E, SLB-F, dan SLB-G.

    D. Penemuan Makna Hidup menurut Frankl

    1. Definisi makna hidup

    Makna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008)

    diartikan sebagai arti atau maksud yang dalam atau penting. Teori

    mengenai makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl. Frankl (1992)

    mengatakan bahwa makna hidup adalah sesuatu yang oleh seseorang

    dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang

    besar serta dapat dijadikan tujuan hidup. Makna hidup bila berhasil

    ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan

    demikian berarti dan berharga. Ryff dan Singer (1998) mengatakan bahwa

    makna hidup merupakan suatu tujuan yang sangat berharga dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    kehidupan seseorang. Selain itu, Puspasari dan Alfian (2012) juga

    menjelaskan bahwa makna hidup merupakan hal-hal yang dipandang

    penting, dirasa berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang benar yakni

    hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

    makna hidup merupakan sesuatu yang oleh seseorang dipandang penting,

    dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang besar serta dapat

    dijadikan tujuan hidup.

    2. Cara menemukan makna hidup

    Frankl (1992) juga mengatakan bahwa makna hidup merupakan

    sesuatu yang harus diperjuangkan sendiri dan hanya dapat ditemukan

    sendiri. Oleh karena itu, Frankl (1992) menegaskan bahwa setiap individu

    dapat mulai berjuang menemukan makna hidupnya dengan menerapkan

    tiga nilai yang ada, yakni :

    a. Nilai-nilai kreatif (Creative Values)

    Nilai yang dicapai melalui kegiatan berkarya, bekerja, mencipta

    serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan

    penuh tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu agar potensi

    tersalurkan dengan baik. Bekerja dan menyalurkan kemampuan pada

    suatu tugas atau tujuan yang bermanfaat, sehingga membuat seorang

    individu merasa bertanggung jawab, dapat menimbulkan perasaan

    berarti pada hidup serta merasa hidup sangat berharga.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    b. Nilai-nilai penghayatan (Experiential Values)

    Nilai yang diperoleh melalui keyakinan dan penghayatan

    mendalam mengenai suatu kebenaran, kebajikan, keindahan,

    keimanan, penerimaan diri yang baik dan keagamaan, serta cinta

    kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan

    seseorang memiliki hidup yang berarti. Tidak sedikit orang-orang

    yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau

    ada orang-orang yang menghabiskan sebagian besar usianya untuk

    menekuni suatu cabang seni tertentu karena mencintainya.

    c. Nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values)

    Nilai yang diperoleh melalui penerimaan dengan penuh

    ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang

    tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat

    disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian. Penerimaan

    tersebut dapat berupa sikap yang diambil dalam menghadapi keadaan

    tersebut. Apabila, menghadapi keadaan yang tidak mungkin diubah

    atau dihindari, sikap yang tepatlah yang masih dapat dikembangkan.

    Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah terhadap hal-hal tragis

    yang tidak mungkin dielakkan lagi dianggap mampu mengubah

    pandangan seorang individu dari yang semula diwarnai penderitaan

    menjadi pandangan yang mampu melihat makna dan hikmah

    penderitaan itu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa makna

    hidup dapat diraih dengan beberapa cara yaitu, nilai kreatif, nilai

    penghayatan, dan nilai bersikap.

    Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa individu

    yang telah memaknai hidupnya memiliki kebebasan untuk berkehendak

    terhadap segala kondisi yang terjadi padanya. Selain itu, individu tersebut

    juga memiliki hasrat atau keinginan untuk bermanfaat bagi dirinya sendiri

    dan orang lain, sehingga membangkitkan tujuan untuk hidup di dunia,

    serta individu tersebut mampu menemukan arti kehidupan di segala

    kondisi termasuk dalam penderitaan yang paling menyedihkan.

    E. Dinamika Makna Hidup pada Guru SLB

    Pemaparan di atas menunjukan bahwa pekerjaan menjadi guru SLB

    merupakan pekerjaan yang berat dan tak mudah, namun tak menghasilkan

    banyak keuntungan. Banyak masyarakat luas yang menganggap bahwa

    kekurangan tenaga pengajar di SLB merupakan sebuah perkara lumrah karena

    banyak individu yang enggan untuk menjadikan pekerjaan tersebut sebagai

    suatu pilihan. Hal ini membuat jumlah guru SLB yang mengajar menjadi

    semakin tak seimbang dari tahun ke tahun. Penghargaan dari pemerintah untuk

    para guru yang mengajar pun kurang sesuai dengan pekerjaan yang dijalani

    oleh para guru, padahal menjadi seorang guru SLB dan mengajari ABK

    memerlukan keikhlasan yang luar biasa. Frankl (1992) mengatakan bahwa

    dalam kondisi yang paling menderita pun, seorang manusia tetap dapat

    menemukan makna hidupnya, guru SLB pun demikian. Semua permasalahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    yang dihadapi oleh para guru, bukan hanya dari sisi sulitnya mengajari ABK,

    namun juga dari sisi situasi lingkungan yang menekan naluri untuk berhenti

    mengabdi di SLB, guru SLB tetap menerima hal tersebut, optimis, serta

    berjuang untuk tetap mengajari ABK yang membutuhkan.

    Kondisi kehidupan yang didominasi oleh permasalahan dan kesulitan

    membuat seorang guru SLB tak mudah untuk menemukan arti atau makna

    dalam kehidupannya, serta membagikannya kepada orang lain. Guru SLB

    harus mampu menggali penderitaan dan menemukan hikmah atas semua

    permasalahan tersebut. Ketika guru SLB telah berhasil menemukan hikmah

    atas permasalahan yang terjadi pada dirinya, maka akan muncul kebahagiaan,

    ketabahan serta kehidupan yang berarti kala mengajari ABK. Hal tersebut

    lantas membuat guru SLB mampu bersemangat dan tetap merasakan gairah

    dalam kehidupannya, sehingga pilihannya untuk mengabdi pada SLB dianggap

    sebagai sebuah perjuangan yang berarti bagi dirinya.

    Frankl (1992) menjelaskan mengenai tiga cara untuk menemukan

    makna hidup yaitu, nilai kreatif untuk berkarya, mencipta, dan bekerja sebaik-

    baiknya sesuai dengan tanggung jawab pribadi, sehingga pekerjaan tersebut

    dirasa berarti. Kedua, nilai penghayatan melalui agama, keyakinan, cinta kasih

    yang dirasakan dari diri sendiri maupun orang lain, sehingga muncul arti untuk

    diri sendiri dan orang lain. Ketiga, nilai bersikap saat menghadapi persoalan,

    penderitaan, dan kesedihan yang tak dapat dielakkan lagi, seseorang tetap harus

    mampu bertindak positif pada semua perasaan negatif yang dirasakan. Ketika

    tiga cara tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh dan berkembang dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    baik, maka kehidupan yang bermakna pun akan dirasakan. Begitu pula dengan

    guru SLB yang tampak selalu bahagia dibalik kesulitannya menghadapi

    kendala di SLB.

    Frankl (1992) juga menambahkan saat individu tersebut benar-benar

    mampu berkehendak secara bebas terhadap dirinya, memiliki hasrat untuk

    bermanfaat, serta merasakan kehidupan yang penuh arti, maka individu

    tersebut dapat dikatakan telah memaknai hidupnya, seperti yang dilakukan oleh

    guru SLB saat bebas untuk memilih apakah dirinya tetap ingin bertahan

    mengajar ABK atau memilih pergi meninggalkan SLB dan mencari makna dan

    tujuan hidupnya melalui pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Akan tetapi,

    ternyata tetap ada guru yang memilih untuk tinggal, mengabdi, dan mengajar

    ABK di SLB, entah dengan alasan apa. Ketika seorang guru SLB tetap

    bergairah mengajari ABK dengan tabah dan bahagia, sehingga muncul tujuan

    hidup yang jelas serta perasaan mencintai dan dicintai oleh ABK, meskipun

    begitu banyak tekanan dari lingkungan atau diri sendiri yang membuat mereka

    lelah, namun mereka enggan menyerah dan tak ada alasan untuk berhenti. Kala

    perasaan bahwa hidup bermakna dan penuh arti itu ada, sehingga guru SLB

    mampu menghadapi permasalahannya dengan senyuman dan semangat untuk

    tetap mengabdi di SLB tanpa memikirkan nestapa yang dihadapi. Ketiga hal

    tersebut membangun sebuah keyakinan yang kuat dalam diri para guru SLB,

    sehingga enggan mengalah kepada situasi yang tak mendukung.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Sebuah perjuangan yang tampak memilukan, namun dipandang

    berharga dan bermakna bagi guru SLB. Frankl (1992) pernah menyampaikan

    bahwa

    “Ketika kita tidak lagi mampu mengubah situasi, kita

    ditantang untuk mengubah diri kita sendiri."

    Hal tersebut tampak pada kehidupan guru SLB. Seperti yang diketahui bahwa

    menjadi seorang guru SLB sangat berat, namun ketika situasi tak dapat diubah

    menjadi lebih mudah, maka mereka memilih untuk menikmati dan merasakan

    makna kehidupan dalam kesulitan tersebut, sehingga para guru tetap terlihat

    merasa bahagia, meskipun menghadapi segala permasalahan dan tekanan.

    Selain itu, guru SLB tetap memilih untuk bertahan dan mengabdi dengan ikhlas

    karena merasa bahwa semua yang dilalui merupakan sebuah perjuangan yang

    berarti.

    F. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

    pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: bagaimanakah gambaran makna

    hidup guru SLB?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Gambar 1. Skema Alur Berpikir Penelitian Makna Hidup Guru SLB

    Tingkat stres dan burnout yang

    tinggi

    Menjalankan tiga nilai untuk

    menemukan makna:

    Nilai kreatif

    Nilai penghayatan

    Nilai bersikap

    Permasalahan sebagai guru SLB

    Memilih bertahan di SLB dan

    mengabdi dengan ikhlas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Strategi Penelitian

    Dalam upaya mengungkap dan menggambarkan makna hidup guru

    SLB secara jelas, maka dibutuhkan strategi penelitian yang bersifat mendalam

    mengenai permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti

    menggunakan jenis penelitian kualitatif. Willig (2013) mengatakan bahwa

    kualitatif merupakan metode yang berpusat di sekitar makna dari kualitas

    tekstur pengalaman seorang individu. Selain itu, Poerwandari (2007)

    menjelaskan bahwa metode kualitatif berfungsi untuk mendapatkan

    pemahaman yang mendalam dan khusus atas suatu fenomena, serta untuk dapat

    memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif.

    Oleh karena itu, Geertz (dalam Smith, 2013) menuturkan bahwa sejumlah

    besar riset kualitatif bertujuan untuk menyajikan penuturan yang subur dan

    terperinci karena data penelitian yang didapatkan dari pengalaman hidup

    informan akan dikumpulkan dan dianalisis, sehingga muncul makna-makna

    sebagai temuan baru dari penelitian kualitatif.

    Desain analisis dalam penelitian ini adalah tematik teoretik. Braun dan

    Clarke (2006) mengatakan bahwa teknik analisis data tematik teoretik

    merupakan cara peneliti untuk merumuskan tema-tema yang bersifat permisif

    atau terbuka, namun tetap fokus pada fitur tertentu dalam pengkodean data dan

    tak terlepas dari pandangan teori, sehingga fenomena dapat dilihat dengan

    terstuktur. Penjelasan-penjelasan tersebut menyebabkan penelitian kualitatif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    dengan desain analisis tematik dianggap sesuai untuk mengungkap tujuan

    penelitian ini.

    B. Fokus Penelitian

    Penelitian ini berfokus pada gambaran makna hidup guru SLB yang

    meliputi proses penemuan dan pemenuhan makna tersebut dengan cara

    menganalisis data yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari informan

    secara mendalam.

    C. Informan penelitian

    Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive

    sampling. Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa purposive sampling

    merupakan teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu oleh

    pihak peneliti, yaitu informan dipilih berdasarkan kriteria atau ciri-ciri yang

    sesuai dengan tujuan penelitian. Pengertian tersebut didukung oleh penjelasan

    dari Willig (2013) yang mengatakan bahwa purposive sampling merupakan

    teknik memilih informan dengan kriteria dan relevansi yang sesuai terhadap

    pertanyaan penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan dari

    pengalaman lebih mendalam, sehingga informan dapat dengan sungguh-

    sungguh mewakili aspek yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi

    informan penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:

    a. Informan merupakan guru yang mengajar ABK dengan gangguan

    tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita karena guru yang menghadapi ABK

    tersebut memerlukan metode belajar yang unik dan SLB yang menangani

    ABK dengan ketiga gangguan tersebut juga cukup mudah ditemui.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    b. Informan didapatkan melalui keterangan orang yang berwenang, yaitu

    kepala sekolah di SLB dan telah bekerja di SLB dalam kurun waktu

    minimal 10 tahun atau lebih agar informan dapat menggambarkan secara

    jelas makna hidup yang dirasakannya.

    c. Informan bersedia mengikuti Meaning in Life Questionnaire, serta berhasil

    mendapatkan skor, sama dengan atau di atas 24 pada aspek kehadiran

    makna hidup, sehingga dapat dikategorikan memiliki kehadiran makna

    hidup yang baik oleh Steger (Steger, Frazier, Oishi, & Kaler, 2006), serta

    informasi yang diteliti dapat lebih mendalam.

    d. Tempat mengajar merupakan SLB yang berada di Yogyakarta karena

    jumlah SLB yang aktif cukup banyak.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah

    metode wawancara dan kuesioner. Moleong (2006) mengartikan wawancara

    sebagai percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai suatu

    tujuan tertentu oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan

    terwawancara (interviewee). Metode wawancara yang digunakan pada

    penelitian ini ialah wawancara semi-terstruktur, di mana peneliti menyiapkan

    beberapa pertanyaan pokok yang akan ditanyakan kepada informan untuk

    menggali pengalaman informan mengenai kondisi kehidupannya di SLB

    (lampiran halaman 177). Akan tetapi, tak menutup kemungkinan peneliti dapat

    melakukan pertanyaan di luar daftar pertanyaan yang telah dibuat untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    menggali lebih dalam lagi informasi yang ingin didapat (probing) (Sugiyono,

    2007).

    Selain itu, peneliti juga menggunakan kuesioner sebagai alat penentuan

    informan dan pengumpulan data. Sutopo (2006) menuturkan bahwa angket

    atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

    langsung, di mana instrumen atau alat pengumpulan datanya berisi sejumlah

    pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh informan.

    Penelitian ini menggunakan kuesioner Meaning in Life Questionnaire milik

    Steger yang berisi 10 butir pernyataan dan telah diadaptasi atau diterjemahkan

    oleh peneliti dalam bahasa Indonesia (lampiran halaman 174). Hal tersebut

    dilakukan peneliti untuk memastikan bahwa informan penelitian benar-benar

    telah sesuai dengan tujuan penelitian.

    E. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini, diawali dengan

    penetapan kriteria informan yang akan berpartisipasi, serta menyiapkan

    kuesioner penilaian diri untuk melihat sejauh mana informan berhasil

    memaknai hidupnya. Selanjutnya, peneliti mencari dan menetapkan informan

    yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

    harus mendapatkan rekomendasi dari pihak berwenang, di mana yang

    berwenang di SLB adalah kepala sekolah. Setelah itu, peneliti berusaha untuk

    membangun rapport dengan informan, sekaligus memberikan kuesioner MLQ

    serta menandatangani informed consent dan memberikan penjelasan singkat

    mengenai gambaran penelitian yang akan dilakukan agar informan mengetahui

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    dan memahami dengan baik hal apa saja yang akan dilakukan selama penelitian

    berlangsung. Informed consent tersebut berisikan penjelasan mengenai hak-

    hak informan, gambaran kemungkinan adanya akibat psikologis yang

    diperoleh selama proses penelitian berlangsung, kerahasiaan data diri

    informan, maupun segala tanggung jawab peneliti atas informasi yang

    disampaikan oleh informan akan terjaga dengan baik, sehingga informan

    diharapkan dapat mengungkapkan dengan terbuka mengenai semua

    pengalaman dan proses hidup yang dialami kepada peneliti.

    F. Metode Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan teknik analisis data tematik teoretik dengan

    tingkatan semantik. Boyatzis (dalam Braun & Clarke, 2006) menjelaskan

    bahwa tematik teoretik tingkatan semantik berarti mengidentifikasi tema dalam

    arti eksplisit atau permukaan data dan analis tidak mencari apa pun melampaui

    apa yang dikatakan peserta atau apa yang telah ditulis. Idealnya, proses analitik

    melibatkan perkembangan dari deskripsi, di mana data hanya disusun untuk

    menunjukkan pola konten semantik, diringkas untuk interpretasi, dan upaya

    berteori akan pentingnya pola dan makna untuk implikasi yang lebih luas

    (Braun & Clarke, 2006). Ely, Vinz, Downing, dan Anzul (dalam Braun &

    Clarke, 2006) menjelaskan bahwa ada enam langkah yang perlu dilakukan

    dalam proses analisis data tematik, yakni:

    a. Mengakrabkan diri dengan data (familiarising yourself with your data)

    Tahap pertama analisis dimulai dengan membaca dan membaca

    ulang transkrip yang telah dibuat. Dengan “berendam” dalam data dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    terus membaca kembali, peneliti akan lebih mendalami diri dalam data asli

    dan menjadikan informan sebagai fokus dari analisis. Proses ini juga

    dimaksudkan untuk mencari arti, pola dan sebagainya dalam data yang

    telah dikumpulkan. Sangat ideal untuk membaca seluruh data setidaknya

    setiap kali sebelum memulai pengkodean, karena ide-ide, atau identifikasi

    pola mungkin akan terbentuk saat membaca.

    b. Membuat kode-kode (generating initial codes)

    Tahap kedua dimulai ketika peneliti telah familiar dengan datanya,

    sehingga dapat memberi kode tentang hal yang bermakna dalam transkrip.

    Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan seperangkat

    kode-kode inisial yang menarik, komprehensif, dan mendetail mengenai

    data. Hal ini membantu peneliti untuk mengidentifikasi secara spesifik apa

    yang informan katakan, kemudian memahami, dan berpikir tentang suatu

    isu. Akan tetapi, kode-kode ini berbeda dengan tema-tema yang nantinya

    akan peneliti buat. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat

    kode, salah satunya dengan membuat catatan atau tanda-tanda pada data

    yang berpotensi penting.

    c. Mencari tema (searching for themes)

    Tahap ketiga, analisis dilakukan dengan mengeksplorasi dan

    mengumpulkan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya untuk melihat

    tema apa saja yang muncul. Dalam aktivitas analisis tema ini, Peneliti

    mulai menganalisis kode-kode dan mempertimbangkan bagaimana kode

    yang berbeda dapat bergabung untuk membentuk tema secara menyeluruh.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Pada fase ini akan sangat membantu, bila peneliti menggunakan

    representasi visual untuk membantu mengurutkan dan menerangkan

    berbagai kode ke dalam tema. Akhiri tahap ini dengan mengumpulkan

    kandidat tema dan sub-tema yang telah dibuat.

    d. Mengecek kembali tema yang dibuat (reviewing themes)

    Tahap keempat dapat dimulai ketika peneliti telah memiliki kandidat

    tema dan sub-tema yang telah dirancang sebelumnya. Kandidat-kandidat

    tema akan dipilah dan semakin menjelaskan bahwa tidak semua tema akan

    dapat digunakan. Tema-tema lain yang dapat digunakan, mungkin dapat

    dipecah lagi menjadi tema baru yang berbeda. Proses ini dilakukan agar

    data dalam tema dapat menyatu bersama secara bermakna, sehingga

    muncul perbedaan yang jelas dan peneliti dapat mengidentifikasikan setiap

    tema secara kronologis.

    e. Mendefinisikan tema (defining and naming themes)

    Pada tahap ini, setelah peneliti mendapatkan tema-tema yang

    muncul dari transkrip informan dan diidentifikasi kembali secara

    kronologis, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengembangan,

    pemetaan, dan bagaimana hubungan setiap tema dapat dijelaskan secara

    rinci dan jelas. Dalam melakukan analisis ini, tema yang telah didapatkan

    akan didefinisikan dan disempurnakan lebih lanjut. Maksud dari tujuan

    pendefinisian dan penyempurnaan tema adalah agar “esensi” dari tema

    dapat menjelaskan aspek data yang diteliti, serta memudahkan peneliti

    melakukan proses selanjutnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    f. Melaporkan hasil (producing the report)

    Tahap ini merupakan tahap terakhir, di mana tema-tema sudah dapat

    menjelaskan aspek data yang diteliti secara rinci. Tema-tema yang telah

    disempurnakan akan dilaporkan dalam bentuk tulisan sebagai hasil

    penelitian. Peneliti harus mampu meyakinkan pembaca bahwa hubungan

    tema-tema yang muncul dapat dibuktikan, sekaligus mengilustrasikan

    hasil data penelitian.

    G. Saturasi Data

    O’Reilly, Parker, dan Walker (dalam Fusch & Ness, 2015) menjelaskan

    bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang merefleksikan

    sebuah pengalaman dan saturasi data dimaksudkan untuk melihat sejauh mana

    data yang diperoleh dari pengalaman tersebut telah mencapai titik jenuh.

    Dengan kata lain, bila peneliti terus berusaha mendapatkan data baru dari

    pengalaman-pengalaman informan, hasil yang didapatkan cenderung

    menunjukkan pengulangan atas data yang telah diperoleh sebelumnya (Grady,

    dalam Fusch & Ness, 2015). Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak

    tiga orang. Hal ini didasarkan pada keterbatasan finansial, waktu, dan

    kemampuan peneliti. Akan tetapi, menurut Morse, Lowery, dan Steury (dalam

    Fusch & Ness, 2015) saturasi tidak selalu mengandalkan jumlah informan

    sebagai acuan dasar.

    Saturasi dalam penelitian kualititatif dapat dilihat dari segi kepadatan

    (thick) dan kekayaan (rich) data. Fusch dan Ness (2015) mengatakan cara

    termudah untuk membedakan antara data yang kaya dan tebal adalah dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    memikirkan kualitas yang kaya dan tebal sebagai kuantitas. Hal ini diperkuat

    dengan penjelasan Burmeister dan Aitken (dalam Fusch & Ness, 2015) bahwa

    saturasi data bukan tentang angka atau jumlah banyaknya data atau informan,

    namun dari kedalaman data yang diperoleh. Berdasarkan kategori tersebut,

    saturasi dalam penelitian ini menyandarkan diri pada kedalaman data yang

    diperoleh dari setiap informan.

    H. Refleksi Peneliti

    Lyons dan Coyle (2016) menjelaskan bahwa refleksi merupakan salah

    satu kunci dari penelitian kualitatif karena refleksi membuat peneliti menjadi

    transparan dalam memandang penelitian yang dibangunnya. Selain itu, sebuah

    penelitian kualitatif harus memiliki kredibilitas yang baik agar dapat terpecaya.

    Salah satu cara menjaga kredibilitas adalah dengan menyadari apa yang

    menjadi kekurangan penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini juga dibuat

    demikian, peneliti ingin melakukan refleksi diri agar tak terjadi bias dan

    kekurangan dalam penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk peneliti

    selanjutnya.

    Peneliti selama ini masih menganggap bahwa makna hidup

    merupakan suatu hal yang sangat rumit dan luas, sehingga butuh sebuah teori

    yang sangat kuat untuk mengukurnya, atau kalau tidak, maka makna tersebut

    tak akan dapat diukur. Peneliti menganggap bahwa teori mengandung suatu

    peran yang sangat sangat penting dalam penelitian mengenai makna hidup,

    sehingga peneliti selalu berpusat pada teori. Peneliti menganggap bahwa guru

    SLB memiliki hidup yang sangat negatif, menyedihkan, dan menderita.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Anggapan ini muncul karena peneliti melihat masalah yang dialami oleh guru

    SLB dari sudut pandang teori, sehingga semua hal terkesan buruk dan mereka

    sebagai guru pun akan memiliki hidup yang menderita. Selain itu, referensi

    yang dibaca peneliti juga masih sedikit, sehingga peneliti kurang memiliki

    sudut pandang yang netral. Anggapan-anggapan tersebut tak jarang membuat

    peneliti menghakimi dan mencemooh pekerjaan guru SLB sebagai sesuatu

    yang membawa kesulitan dalam hidup.

    Setelah peneliti melakukan refleksi diri, peneliti berpikir bahwa

    sebenarnya kehidupan itu bukan mengenai sulit atau tidaknya, namun

    bagaimana kita menyikapinya. Selain itu, kehidupan seseorang juga tak

    terlepas dari adanya sebuah masalah dan peristiwa yang buruk. Hal tersebut

    juga berlaku bagi para guru SLB, sehingga peneliti berpikir bahwa pekerjaan

    sebagai guru SLB, bukan sebuah pekerjaan yang mudah, namun para guru tetap

    memilih untuk bahagia menjalaninya. Pekerjaan sebagai guru SLB serta anak

    berkebutuhan khusus di dalamnya memiliki peran penting dalam kehidupan

    dan berhak untuk diperlakukan sama dengan orang lain dan tak pantas untuk

    direndahkan atau dicemooh. Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka

    menjalani hidupnya, selama masih ada pengharapan dalam hidup para guru,

    maka bentuk pekerjaan, sakit, kekurangan, atau apapun yang membuat

    penderitaan dapat dilihat positif.

    Saat peneliti melakukan penelitian ini, peneliti berusaha

    menghilangkan semua anggapan yang ada di dalam diri peneliti, yakni

    anggapan mengenai pekerjaan guru SLB yang dilihat menyedihkan karena

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    makna hidup juga dapat diambil dari kebahagian, tergantung setiap orang

    memaknainya. Peneliti berusaha untuk mendengarkan pengalaman informan

    tanpa menghakimi apa yang dialami oleh informan agar meminimalisir bias

    yang muncul dalam penelitian ini.

    I. Kredibilitas Data

    Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis harus memiliki kebenaran

    agar tidak mengalami suatu perdebatan, sehingga diperlukan adanya teknik

    pemeriksaan keabsahan atau kebenaran data tersebut. Hal ini dilakukan agar

    data tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara jelas. Pelaksanaan teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    member checking. Member checking adalah teknik pemeriksaan keabsahan

    data dengan memberikan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis kepada

    orang-orang yang memberikan data, kemudian memberikan pandangan dan

    reaksi dari data yang telah diorganisasikan tersebut (Prastowo, 2014).

    Member Checking bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang

    diperoleh sesuai dengan yang diberikan oleh pemberi data. Jika, data yang

    ditemukan dan dianalisis telah disepakati oleh pemberi data, maka data tersebut

    dapat dikatakan valid dan kredibel (dapat dipercaya) (Prastowo, 2014). Akan

    tetapi sebaliknya, bila pemberi data tidak menyepakatinya, maka akan

    dilakukan diskusi mengenai temuan data tersebut agar dapat menyesuaikan

    dengan apa yang diberikan pemberi data dan menyepekati bersama melalui

    tanda tangan agar lebih autentik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

    1. Persiapan dan perizinan

    Informan dalam penelitian ini adalah beberapa guru SLB yang

    dipilih menggunakan sistem purposive sampling dengan kriteria homogen.

    Purposive sampling dengan kriteria homogen merupakan salah satu jenis

    penentuan informan dengan tujuan melihat kesamaan pengalaman

    informan agar dapat menggali sedalam-dalamnya pengalaman tersebut

    dan menemukan sebuah gambaran yang jelas dari fenomena yang ingin

    diteliti (dalam Guest, Namey, & Mitchell, 2012). Setelah peneliti

    menetapkan kriteria, hal yang dilakukan selanjutnya adalah mencari

    informan dengan kriteria yang sesuai melalui orangtua, teman, dan media

    sosial.

    Peneliti segera mengunjungi SLB ketika telah mendapatkan

    informasi mengenai keberadaan guru yang sesuai dengan kriteria

    penelitian. Peneliti, kemudian melakukan dua hal untuk memastikan

    bahwa informan memang telah sesuai dengan yang dicari, yaitu:

    a. Melakukan konfirmasi kepada pihak berwenang (Prastowo, 2014)

    Cara ini dilakukan dengan bertemu pihak yang berwenang di

    SLB saat itu, yakni kepala sekolah. Peneliti menjelaskan maksud dan

    tujuan terlebih dahulu kepada kepala sekolah SLB, lalu memberikan

    beberapa penjelasan mengenai kriteria yang dibutuhkan. Kemudian,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    kepala sekolah akan memilihkan guru yang selaras dengan kriteria

    yang telah peneliti sebutkan.

    b. Memberikan kuesioner (Guest, Namey, & Mitchell, 2012).

    Setelah kepala sekolah memberikan rekomendasi kepada

    peneliti mengenai guru yang sesuai, peneliti harus tetap memastikan

    bahwa guru yang direkomendasi telah memaknai hidupnya dengan

    memberikan kuesioner agar sesuai dengan maksud penelitian. Peneliti

    memberikan kuesioner Meaning in Life Questionnaire (Steger,

    Frazier, Oishi, & Kaler, 2006). Kuesioner tersebut berisi sepuluh

    pertanyaan mengenai, kategori masih mencari dan mengeksplorasi

    makna hidup dan kategori telah merasakan kehadiran makna hidup.

    Skoring dalam kuesioner tak pula terlalu sulit, ketika informan

    mencapai skor 24 ke atas pada kategori kehadiran makna hidup, maka

    informan dapat dikatakan telah merasakan makna hidupnya dan

    informan inilah yang akan diambil oleh peneliti untuk diwawancarai.

    Setelah melakukan skoring dan pengecekan, peneliti akan

    menemui informan yang sesuai untuk membicarakan jadwal pertemuan

    wawancara, proses wawancara, serta mengisi informed consent. Peneliti

    mengawali proses wawancara dengan melakukan rapport sambil

    menjelaskan tujuan dilakukannya wawancara tersebut dan meminta izin

    informan untuk merekam pembicaraan selama proses wawancara

    berlangsung menggunakan alat perekam. Peneliti juga menjelaskan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    mengenai pemeriksaan hasil wawancara pertama untuk menentukan

    perlunya probing.

    Selama wawancara, peneliti menggunakan teknik wawancara

    semi-terstuktur agar memberikan kebebasan bagi peneliti untuk

    menentukan alur wawancara yang nyaman dan terbuka, sehingga informan

    juga mampu mengeluarkan pengalaman yang dimilikinya. Selama proses

    wawancara berlangsung, terkadang informan merasa sedih karena

    mengingat rasa prihatinnya terhadap ABK yang diajar, maka perlu adanya

    sedikit waktu jeda untuk mengembalikan ketenangan dan konsentrasi

    informan pada pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Setelah selesai,

    hasil rekaman suara tersebut akan ditranskip oleh peneliti untuk

    menghasilkan dokumentasi tertulis berupa verbatim dan menuju ke

    langkah berikutnya yaitu analisis data.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    2. Pelaksanaan penelitian

    Pelaksaan wawancara dengan tiga informan dilakukan secara terpisah

    sesuai dengan kesepakatan bersama. Berikut merupakan waktu dan tempat

    pelaksanaan penelitian :

    Tabel 1. Pelaksanaan penelitian

    No. Keterangan Informan 1

    (NR)

    Informan 2

    (IP)

    Informan 3

    (PN)

    1. Pertemuan dengan kepala sekolah,

    perkenalan

    dengan guru SLB,

    serta pengisian

    kuesioner

    Senin, 15

    Januari

    2018

    08.45-

    09.30

    SLB

    Rabu, 17

    Januari 2018

    10.00-11.00

    SLB

    Jumat, 19

    Januari

    2018

    11.30-12.15

    SLB

    2. Penjelasan proses wawancara,

    jadwal

    wawancara, serta

    pengisian

    informed consent

    Senin, 22

    Januari

    2018

    09.00-10.00

    SLB

    Senin, 22

    Januari

    2018

    10.00-10.30

    SLB

    Jumat, 22

    Januari

    2018

    12.00-12.30

    SLB

    3. Wawancara Informan

    Jumat, 26

    Januari

    2018 08.30-

    10.00

    SLB

    Kamis, 1

    Februari

    2018

    11.00-12.15

    SLB

    Selasa, 13

    Februari

    2018 12.00-

    13.30

    SLB

    4. Probing Senin, 16 April 2018

    09.00-10.00

    SLB

    Selasa, 13

    Maret 2018

    11.00-11.40

    SLB

    Kamis, 5

    April 2018

    13.30-14.30

    SLB

    Senin, 23

    April 2018

    11.00-12.10

    SLB

    5. Member Checking Senin, 30 April 2018

    09.00-09.50

    SLB

    Selasa, 1

    May 2018

    09.00-09.45

    SLB

    Selasa, 1

    May 2018

    12.00-12.30

    SLB

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    B. Informan Penelitian

    1. Demografi informan

    Tabel 2. Data informan

    No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3

    1. Inisial NR IP PN

    2. Usia 35 tahun 46 tahun 45 tahun

    3. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

    4. Daerah Asal Yogyakarta Yogyakarta Magelang

    5. Urutan

    Kelahiran

    Anak kedua

    dari tiga

    bersaudara

    Anak

    pertama

    dari tiga

    bersaudara

    Anak

    keempat dari

    enam

    bersaudara

    6. Pendidikan

    Terakhir Pascasarjana Sarjana Sarjana

    7. Pekerjaan Guru SLB Guru SLB Guru SLB

    8. Suku Jawa Jawa Jawa

    9. Agama Islam Islam Katolik

    10. Telah bekerja

    selama 14 tahun 12 tahun 15 tahun

    11. Pekerjaan

    pasangan

    Ibu rumah

    tangga

    Sudah

    meninggal

    12. Pekerjaan

    Orangtua

    Ayah :

    Pensiunan

    PNS

    Ayah :

    Pensiunan

    PNS

    Ayah :

    Sudah Tidak

    bekerja

    Ibu :

    Pensiunan

    PNS

    Ibu :

    Pedagang

    Beras

    Ibu :

    Sudah tidak

    bekerja

    13. Jumlah anak 3 orang 2 orang 1 orang

    14. Usia anak

    Anak

    pertama :

    10 tahun

    Anak

    pertama :

    17 tahun

    12 tahun

    Anak kedua

    :

    3 tahun

    Anak kedua

    : 15 tahun

    Anak ketiga

    :

    1,5 tahun

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    2. Latar belakang informan

    a. Informan 1 (NR)

    NR bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa

    daerah Yogyakarta dengan status pegawai negeri sipil. NR lahir di

    Yogyakarta dan saat ini telah berusia 35 tahun. NR adalah anak kedua

    dari tiga bersaudara. Ayah dan Ibu NR merupakan pensiunan PNS.

    NR telah memiliki suami dan tiga orang anak, dua anak masih duduk

    di bangku SD dan anak yang ketiga belum sekolah. Pekerjaan Suami

    NR sebagai wiraswasta.

    Sebelum NR menjadi pengajar di SLB saat ini, NR sudah

    pernah bekerja sebagai pengajar ABK secara wiyata bakti di salah satu

    SLB daerah Yogyakarta selama lima tahun, kemudian pada tahun

    2008 dirinya berpindah karena mendapat kesempatan untuk menjadi

    seorang pegawai negeri sipil. NR telah mengajar di SLB saat ini

    selama sepuluh tahun. Selain mengajar di SLB, NR hanya menjadi ibu

    rumah tangga bagi keluarganya. NR memiliki latar belakang

    pendidikan sebagai sarjana S1 pendidikan luar biasa dan pascasarjana

    magister jurusan manajemen, sehingga NR telah mendapat

    pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. NR juga

    mendapatkan pelatihan khusus setelah satu tahun bekerja sebagai

    pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa tambahan mengenai anak

    berkebutuhan khusus dan penerapan ilmu seni musik dalam mengajar

    anak berkebutuhan khusus.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    NR tidak memiliki keluarga yang mengalami gangguan

    ketunaan, namun NR memiliki orangtua yang salah satunya

    merupakan pensiunan PNS guru SLB. NR mengaku bahwa sejak kecil

    dirinya sering mengikuti orangtuanya ke SLB, sehingga NR merasa

    tak asing dengan suasana SLB. NR menganggap bahwa anak-anak di

    SLB adalah anak yang menyenangkan dan sama dengan anak normal

    pada umumnya. NR juga mengatakan bahwa dirinya sangat dekat

    dengan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dan sering bertukar

    cerita. NR mengaku bahwa kedekatan dengan suasana SLB sejak kecil

    membuatnya merasa mengenal anak berkebutuhan khusus dan tertarik

    dengan mereka.

    b. Informan 2 (IP)

    IP bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa

    daerah Yogyakarta dengan status pegawai negeri sipil. IP lahir di

    Yogyakarta dan saat ini telah berusia 46 tahun. IP adalah anak pertama

    dari tiga bersaudara. Ayah IP merupakan pensiunan PNS, sedangkan

    Ibunya adalah pedagang beras. Saudara IP yang pertama bekerja

    sebagai karyawan RS PKU Muhammadiyah dan saudara IP yang

    kedua sebagai wiraswasta percetakan. IP telah memiliki istri dan dua

    orang anak yang masih duduk di bangku SD. Istri IP bekerja sebagai

    ibu rumah tangga biasa.

    Sebelum IP menjadi pengajar di SLB, IP pernah bekerja di

    salah satu dinas kesehatan daerah Yogyakarta sebagai ahli gizi selama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    sebelas tahun, kemudian pada tahun 2006 dirinya berpindah karena

    mendapat kesempatan untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil. IP

    telah mengajar di SLB selama dua belas tahun. Selain mengajar di

    SLB, IP juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di sekitar

    rumahnya. IP memiliki latar belakang pendidikan sebagai sarjana S1

    pendidikan bidang bimbingan konseling, namun dirinya belum pernah

    mendapatkan pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. IP

    mendapatkan pelatihan khusus setelah satu tahun bekerja sebagai

    pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa dasar-dasar mengajar anak

    berkebutuhan khusus dan penerapan ilmu seni musik dalam mengajar

    anak berkebutuhan khusus.

    IP memiliki salah satu saudara sepupu yang mengalami

    kondisi tunarungu. IP sering bergaul dengannya karena jarak rumah

    mereka tidak terlalu jauh. IP menganggap bahwa saudaranya adalah

    orang yang menyenangkan dan sama dengan manusia normal pada

    umumnya. Ketika kecil, IP mengaku sangat dekat dengan saudaranya,

    sehingga sering bertukar cerita. Akan tetapi, saat ini saudaranya

    pindah ke tempat yang lebih jauh, sehingga IP jarang bertemu

    denganya. IP mengaku bahwa kedekatan dengan saudaranya membuat

    dirinya merasa mengenal anak berkebutuhan khusus dan tertarik

    dengan mereka.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    c. Informan 3 (PN)

    PN bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah luar biasa

    swasta daerah Yogyakarta. PN lahir di Magelang dan saat ini telah

    berusia 45 tahun. PN adalah anak keempat dari enam bersaudara.

    Ayah dan Ibu PN sudah tidak lagi bekerja, namun mereka pernah

    menjadi pengajar di sekolah dasar dengan anak-anak normal. Saudara

    PN yang pertama dan kedua bekerja sebagai guru di sekolah formal

    dengan daerah yang berbeda. Saudara PN yang ketiga telah menjadi

    romo di salah satu paroki. Saudara PN yang kelima bekerja di salah

    satu RS daerah Yogyakarta, sedangkan saudara PN yang keenam telah

    meninggal dunia. Suami PN juga sudah meninggal dunia, namun PN

    dikaruniai satu orang anak yang masih duduk di bangku SD.

    Sebelum PN menjadi pengajar di SLB, PN sempat bekerja

    sebagai pengajar di salah satu PAUD daerah Semarang. Kemudian,

    setelah tiga tahun bekerja PN berpindah karena mendapat cerita

    bahwa salah satu SLB membutuhkan bantuan untuk menjadi pengajar

    anak berkebutuhan khusus. PN telah mengajar di SLB selama lima

    belas tahun. Selain mengajar di SLB, PN hanya menjadi seorang ibu

    sekaligus ayah bagi anaknya. PN memiliki latar belakang pendidikan

    sebagai sarjana S1 pendidikan di UPY, namun dirinya belum pernah

    mendapatkan pengetahuan mengenai anak berkebutuhan khusus. PN

    mendapatkan pelatihan khusus dan seminar saat telah bekerja sebagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    pengajar di SLB. Pelatihan tersebut berupa keterampilan dalam

    mengajari anak berkebutuhan khusus.

    PN mengaku bahwa dirinya merasa tertarik dengan ABK

    karena sebelum bekerja di PAUD, PN sudah mengenal beberapa anak

    dari SLB. PN mengaku sering bertemu dengan anak-anak tersebut. PN

    menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang jujur

    dan apa adanya, selain itu anak berkebutuhan khusus juga sama

    dengan anak normal pada umumnya, sehingga harusnya bisa dibantu

    dan diajari dengan baik. Meskipun, PN tidak memiliki latar belakang

    keluarga atau pendidikan sebagai guru SLB, PN mengaku bahwa

    dirinya memiliki ketertarikan hati untuk mengajari anak-anak tersebut

    karena kejujuran mereka yang membuat PN kagum.

    C. Hasil Penelitian

    Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, peneliti memperoleh

    data dari setiap informan. Data yang diperoleh lantas dianalisis oleh peneliti

    melalui tiga tahapan yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya untuk

    menemukan tema yang akan dibahas. Tema-tema tersebut, kemudian

    digambarkan melalui narasi dari pengalaman setiap informan. Gambaran dari

    tema-tema yang muncul akan menjelaskan bagaimana perjalanan kehidupan

    informan dalam memaknai hidupnya.

    Sebelum membahas mengenai tema yang muncul, peneliti akan

    memaparkan beberapa subtema terlebih dahulu. Subtema akan diintegrasikan

    dan menggiring peneliti untuk menjelaskan tema besar yang menjadi temuan

    penelitian. Subtema yang muncul dari para informan juga berbeda satu sama

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    lain karena pengalaman dan penilaian informan terhadap hidupnya tak selalu

    sama. Berikut ialah pemaparan secara naratif subtema dari setiap informan.

    1. Informan 1 (NR)

    a. Berniat mengikuti teladan Ibu sebagai pengajar SLB

    NR telah menjalani kehidupan sebagai guru SLB selama 15

    tahun, di mana dirinya sempat bekerja sebagai guru tanpa bayaran

    hingga akhirnya menjadi seorang PNS di SLB saat ini. NR memilih

    menjadi seorang guru SLB bukan tanpa alasan, tetapi karena NR telah

    memiliki keinginan tersendiri dalam hatinya yaitu, mengikuti teladan

    Ibu yang merupakan seorang pengajar di SLB. NR mulai memiliki

    keinginan tersebut sejak kecil. Kala itu, NR senang mengikuti Ibunya

    ke SLB serta memerhatikan Ibunya saat mengajar anak-anak

    berkebutuhan khusus. NR merasa kagum pada sosok Ibunya yang

    jarang mengeluh saat mengajari anak-anak tersebut. NR menganggap

    bahwa pengalaman yang dialami saat mengikuti Ibunya merupakan

    pengalaman yang menarik dan membuatnya terinspirasi.

    b. Rasa prihatin dan terikat secara emosi dengan ABK dan SLB

    Saat menyadari bahwa dirinya terinspirasi oleh sosok Ibunya,

    NR memilih untuk mengambil pendidikan di bidang anak

    berkebutuhan khusus. NR merasa bidang tersebut sangat sesuai

    dengan dirinya, karena menuntun NR untuk dekat dengan

    keinginannya. Selain itu, ada perasaan lain yang NR rasakan yaitu,

    kepr