plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · i pengaruh perbandingan surfaktan tween 80...
TRANSCRIPT
PENGARUH PERBANDINGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN
KOSURFAKTAN PEG 400 DALAM FORMULASI SEDIAAN
MIKROEMULSI ASKORBIL PALMITAT DAN ALFA
TOKOFEROL UNTUK ANTIAGING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri
NIM : 108114165
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PERBANDINGAN SURFAKTAN TWEEN 80 DAN
KOSURFAKTAN PEG 400 DALAM FORMULASI SEDIAAN
MIKROEMULSI ASKORBIL PALMITAT DAN ALFA
TOKOFEROL UNTUK ANTIAGING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri
NIM : 108114165
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Jangan mencari apa yang kamu takutkan melainkan carilah harapan dan impianmu. Jangan
berpikir tentang frustasimu, tetapi tentang potensi yang belum kamu kembangkan.
Perhatikan dirimu bukan pada apa yang telah kamu coba dan ternyata gagal, tetapi pada
segala sesuatu yang masih mungkin bagimu untuk melalukannya.
~ Paus Yohanes XXIII ~
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman Tuhan.
~ Yesaya 55:8 ~
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus,
Bapak dan Ibu tercinta,
Kedua Kakakku, Tia dan Vera
Kedua Keponakanku tersayang, Nathan dan Nolan
Sahabat-sahabatku,
dan Almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Perbandingan Surfaktan Tween 80 dan Kosurfaktan PEG 400 dalam
Formulasi Sediaan Mikroemulsi Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol untuk
Antiaging” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, dukungan, semangat, saran
dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua atas doa, cinta, kasih sayang, perhatian, kebersamaan, kesabaran,
inspirasi, motivasi, saran, dan kritik yang diberikan kepada penulis.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan waktu, bimbingan, diskusi, kritik, dan saran kepada
penulis mulai dari proposal, penelitian, penyusunan hingga penyelesaian
skripsi ini.
4. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku dosen penguji atas
kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta
memberikan pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Ibu Melania Perwitasari, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan
pengarahan, saran, dan kritik kepada penulis.
6. Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajar dan membimbing Penulis selama perkuliahan.
7. Fransisca Kristi Astuti, dan Agrifina Akardias Mahalalita sebagai teman satu
tim penelitian atas kerja sama, bantuan, dan kebersamaan selama proses
skripsi ini.
8. Hendrika Putra Hastama atas perhatian, semangat, dukungan, saran dan kritik
yang diberikan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku : Astuti Malyawati Susesanto, Marcelina Widani Amanda
Rompas, Rosalia Suryaningtyas, Eva Cristiana, Ayu Listiana, Rizki
Nugrahanto dan Candra Widiantoro atas semangat, dukungan, dan doa yang
diberikan kepada penulis.
10. Puspita Sari, Cindy Tiara Sari, Nita Rahayu dan teman-teman seperjuangan
atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses
skripsi ini.
11. Pak Musrifin, Pak Suparlan, Mas Agung, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas
Ottok, Bapak-bapak satpam dan seluruh laboran serta karyawan lain di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian.
12. Teman-teman FST 2010 atas kebersamaannya baik selama proses perkuliahan
maupun praktikum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
13. Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vi
PRAKATA ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
INTISARI ......................................................................................................... xix
ABSTRACT ....................................................................................................... xx
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan masalah ................................................................................ 4
C. Keaslian penelitian.................................................................................. 4
D. Manfaat penelitian .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 7
A. Penuaan .................................................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Antioksidan ............................................................................................ 11
1. Definisi Antioksidan ......................................................................... 11
2. Askorbil Palmitat Sebagai Antioksidan ............................................ 12
3. Alfa Tokoferol Sebagai Antioksidan ................................................ 14
4. Interaksi Askorbil palmitat dan Alfa tokoferol sebagai Antioksidan 15
C. Mikroemulsi ............................................................................................ 16
1. Definisi Mikroemulsi ........................................................................ 16
2. Teori Pembentukan Mikroemulsi ..................................................... 17
3. Komponen Penyusun Mikroemulsi ................................................... 19
4. Kontrol Kualitas Mikroemulsi .......................................................... 21
D. Uji DPPH ................................................................................................ 24
E. Uji Iritasi ................................................................................................. 26
F. Pemerian Bahan ...................................................................................... 27
1. Askorbil Palmitat ............................................................................... 27
2. Dl- alfa Tokoferol ............................................................................. 28
3. Minyak Zaitun ................................................................................... 28
4. Tween 80 ........................................................................................... 29
5. PEG 400 ............................................................................................ 30
6. Aquadest ............................................................................................ 30
G. Landasan Teori ....................................................................................... 31
H. Hipotesis ................................................................................................. 32
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................... 33
1. Variabel penelitian ............................................................................. 33
2. Definisi operasional ........................................................................... 34
C. Bahan Penelitian ..................................................................................... 35
D. Alat Penelitian ........................................................................................ 35
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 35
1. Formula Acuan Mikroemulsi ............................................................ 35
2. Percobaan Pendahuluan .................................................................... 36
3. Percobaan Utama .............................................................................. 39
4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama .. 41
5. Uji Stabilitas Fisik ............................................................................. 44
6. Uji Aktivitas Antioksidan .................................................................. 45
7. Uji Iritasi ............................................................................................ 50
F. Analisis Hasil .......................................................................................... 51
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 52
A. Percobaan Pendahuluan Basis Mikroemulsi ........................................... 52
B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama ...... 54
1. Pemeriksaan Organoleptis dan pH .................................................... 55
2. Pemeriksaan Tipe Mikroemulsi ......................................................... 57
3. Pengukuran Indeks Bias ..................................................................... 58
4. Pengukuran Bobot Jenis ..................................................................... 59
5. Pengukuran Persen Transmitansi ...................................................... 60
6. Pengukuran Viskositas ...................................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
7. Pengukuran Ukuran Droplet ............................................................. 62
C. Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi ..................................................... 63
1. Stabilitas Organoleptis Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw .. 64
2. Stabilitas pH Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw.................. 65
3. Stabilitas Transmitansi Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw.. 66
4. Stabilitas Viskositas sediaan mikroemulsi setelah freeze thaw ......... 66
5. Stabilitas Ukuran Droplet Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw 67
D. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi .......................................... 68
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ..................................... 68
2. Penentuan Operating Time (OT) ...................................................... 69
3. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi .................................... 71
E. Uji Iritasi Sediaan Mikroemulsi ............................................................ 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 76
A. Kesimpulan ............................................................................................. 76
B. Saran ....................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77
LAMPIRAN ..................................................................................................... 82
BIOGRAFI ...................................................................................................... 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH .. 26
Tabel II. Hubungan iritation score dengan kategori iritasi ....................... 27
Tabel III. Formula acuan mikroemulsi ....................................................... 36
Tabel IV. Formula orientasi basis mikroemulsi .......................................... 36
Tabel V. Formula sediaan mikroemulsi ..................................................... 40
Tabel VI. Hasil uji pendahuluan ................................................................. 52
Tabel VII. Hasil pengamatan setelah uji heating and cooling .................... 53
Tabel VIII. Hasil pengamatan organoleptis dan pH sediaan mikroemulsi .... 55
Tabel IX. Hasil pengamatan indeks bias sediaan mikroemulsi ................... 58
Tabel X. Hasil pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada
siklus ke-0 ................................................................................... 63
Tabel XI. Hasil pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada
siklus ke-0 dan siklus ke-3 .......................................................... 68
Tabel XII. Hasil uji aktivitas antioksidan ..................................................... 72
Tabel XIII. Hasil uji iritasi sampel mikroemulsi ........................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tipe sistem dispersi mikroemulsi ............................................... 16
Gambar 2. Struktur DPPH radikal (1), struktur DPPH non radikal ............. 25
Gambar 3. Struktur Ascorbyl Palmitate ........................................................ 27
Gambar 4. Struktur Alpha Tocopherol ......................................................... 28
Gambar 5. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) ............................................ 29
Gambar 6. Struktur PEG 400 ........................................................................ 30
Gambar 7. Hasil uji viskositas uji pendahuluan ........................................... 54
Gambar 8. a) Mikroemulsi yang dilarutkan dalam aquadest, (b) Mikroemulsi
yang dilarutkan dalam minyak zaitun ......................................... 57
Gambar 9. Hasil uji bobot jenis sediaan mikroemulsi .................................. 59
Gambar 10. Hasil uji persen transmitansi sediaan mikroemulsi ..................... 60
Gambar 11. Hasil uji viskositas sediaan mikroemulsi .................................... 61
Gambar 12. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A 63
Gambar 13. Penampilan fisik seluruh formula sediaan mikroemulsi sesudah
dan sebelum uji sentrifugasi ....................................................... 64
Gambar 14. Profil kurva pH sediaan mikroemulsi tiap siklus freeze thaw .... 65
Gambar 15. Profil kurva persen transmitansi sediaan mikroemulsi tiap siklus
freeze thaw .................................................................................. 66
Gambar 16. Profil kurva viskositas sediaan mikroemulsi tiap siklus freeze
thaw ............................................................................................. 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 17. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A
pada siklus ke-3 ......................................................................... 68
Gambar 18. Profil kurva operating time askorbil palmitat, alfa tokoferol
serta campuran Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol ............... 70
Gambar 19. Profil kurva operating time formula A, formula B, formula C,
formula D, dan formula E ........................................................... 71
Gambar 20. Profil kurva operating time basis A, basis B, basis C, basis D,
dan basis E .................................................................................. 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sertifikat analisis Askorbil Palmitat dari CV.Privat Equipment 83
Lampiran 2. Sertifikat analisis Alfa Tokoferol dari CV. Cipta Anugerah .... 84
Lampiran 3. Sertifikat analisis Minyak zaitun dari CV. Sofa Mediteranian . 85
Lampiran 4. Sertifikat analisis Tween 80 dari PT. Brataco Chemika ........... 86
Lampiran 5. Sertifikat analisis PEG 400 dari PT. Brataco Chemika ............ 87
Lampiran 6. Data Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi ............. 88
Lampiran 7. Dokumentasi Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi 89
Lampiran 8. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi ...... 90
Lampiran 9. Hasil Pengamatan Ukuran Droplet Formula A ........................ 92
Lampiran 10. Analisis Statistika Sifat Fisik Mikroemulsi Menggunakan
Program R. 3.0.1 ....................................................................... 94
Lampiran 11. Analisis Statistika Stabilitas Fisik Mikroemulsi Menggunakan
Program R. 3.0.1 ....................................................................... 97
Lampiran 12. Perhitungan Irritation Score (IS).............................................. 102
Lampiran 13. Pengamatan Uji Iritasi Mikroemulsi Menggunakan Metode
HET-CAM ................................................................................ 103
Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan standar Askorbil palmitat .... 104
Lampiran 15. Pengujian Aktivitas Antioksidan standar Alfa tokoferol .......... 107
Lampiran 16. Pengujian Aktivitas Antioksidan Campuran Askorbil palmitat
dan Alfa tokoferol .................................................................... 109
Lampiran 17. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula A ...... 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Lampiran 18. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula B ...... 114
Lampiran 19. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula C ...... 117
Lampiran 20. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula D ...... 120
Lampiran 21. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula E ...... 122
Lampiran 22. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula A ............. 125
Lampiran 23. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula B ............. 127
Lampiran 24. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula C ............. 130
Lampiran 25. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula D ............. 132
Lampiran 26. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula E.............. 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
INTISARI
Sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi dipengaruhi oleh surfaktan dan
kosurfaktan sebagai penyusunnya serta komposisi keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbandingan komposisi surfaktan dan kosurfaktan terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol, serta daya antioksidan dan potensi iritasinya.
Pada penelitian ini dibuat lima formula tengan perbandingan antara tween 80 : PEG 400 yaitu : 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, dan 6:1. Seluruh formula diuji sifat fisik meliputi organoleptis, tipe mikroemulsi, bobot jenis, indeks bias, pH, transmitansi, viskositas, dan ukuran droplet. Stabilitas fisik diuji dengan metode sentrifugasi dan freeze thaw, mengamati perubahan organoleptis, pH, transmitansi, viskositas, dan ukuran droplet sebelum dan sesudah freeze thaw. Data dianalisis secara statistik menggunakan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dengan software R3.0.1.. Sediaan diuji HET-CAM untuk mengamati potensi iritasi, sementara aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan tween 80 dan PEG 400 berpengaruh signifikan pada viskositas dan pH, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap organoleptis, bobot jenis, transmitansi, dan indeks bias sediaan mikroemulsi yang dihasilkan. Seluruh formula menghasilkan mikroemulsi yang stabil dan tidak mengiritasi. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat. Kata kunci : mikroemulsi, askorbil palmitat, alfa tokoferol, surfaktan,
kosurfaktan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Physical properties and physical stability of microemulsion can be
affected by the surfactant and the cosurfactant constituent and composition of both of them. This study aimed to investigate the effect of surfactant and cosurfactant ratio on the physical properties and physical stability of the microemulsion ascorbyl palmitate and alpha tocopherol. It also aimed to observe the antioxidants activity and irritation risk of the microemulsion.
In this study a comparison was made of five formulas between tween 80: PEG 400, the comparison are : 2: 1, 3: 1, 4: 1, 5: 1 and 6: 1. All formula were tested in terms of physical properties including organoleptic observation, microemulsion type, specific gravity, refractive index, pH, transmittance, viscosity, and droplet size. Physical stability was tested by using centrifugation and freeze thaw method, observing the changes in organoleptic parameter, pH, transmittance, viscosity, and droplet size before and after freeze thaw treatment. Data were statistically analyzed by one-way ANOVA with 95% level of confidence using the software of R3.0.1.. Irritation potential was tested by using HET-CAM method, while antioxidant activity by DPPH method.
The results showed that the increase of the ratio of tween 80 and PEG 400 increased the viscosity and pH, but gave no significant effect on the organoleptic, specific gravity, transmittance, and the refractive index of the resulting microemulsion preparation. All formulas produce stable microemulsion without any irritation risk. Moreover the microemulsion of ascorbyl palmitate and alpha tocopherol showed very strong antioxidant activity.
Key words : microemulsion, ascorbyl palmitate, alpha tocopherol, surfactant,
cosurfactant
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penuaan atau aging merupakan suatu proses fisiologis yang pasti akan
dialami oleh setiap makhluk hidup dengan kecepatan yang berbeda, dikarenakan
oleh faktor fisiologis tiap individu yang berbeda. Namun, hal ini dapat dipicu oleh
hal-hal yang berasal dari luar yang dapat menyebabkan penuaan berjalan lebih
cepat, salah satunya radikal bebas. Untuk melawan radikal bebas ini diperlukan
suatu senyawa yang memiliki daya antioksidan, seperti askorbil palmitat and alfa
tokoferol.
Vitamin E atau alfa tokoferol merupakan salah satu antioksidan utama
yang bekerja dengan memecah rantai radikal bebas di dalam membran sehingga
mengakibatkan inaktivasi radikal peroksil di sekitar membran dan dengan
demikian menghambat peroksidasi lipid. Vitamin E memiliki fungsi lain, yaitu
fotoproteksi dan melembabkan kulit (Baumann, 2009). Askorbil palmitat
memiliki aktivitas sama seperti asam askorbat yaitu merupakan antioksidan kuat
karena dapat menyumbangkan atom hidrogen dan sebagai scavenger ROS dan
RNS, efektif melawan ion radikal superoksida, dan hidrogen peroksida (Padayatty
et al., 2003). Selain itu, juga berfungsi sebagai ko-faktor biosintesis kolagen
sehingga dapat mengembalikan elastisitas kulit dan menyamarkan keriput. Kedua
vitamin tersebut memiliki kerja yang saling mendukung dalam melawan radikal
bebas. Namun menurut Bisset (2006), formulasi kedua vitamin dalam sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
topikal memiliki masalah kestabilan dan penetrasinya menembus barier kulit,
serta kelarutannya yang sedikit berbeda.
Sediaan yang sesuai untuk memformulasikan keduanya ialah sediaan
emulsi. Namun, emulsi memiliki beberapa kelemahan diantaranya kurang mampu
untuk menghantarkan zat aktif masuk kedalam lapisan kulit karena ukuran
dropletnya yang cukup besar, hal ini kurang efektif bila digunakan untuk sediaan
kosmetik yang ditujukan untuk anti penuaan dini serta sifatnya yang tidak stabil
secara termodinamika. Perkembangan ilmu pengetahuan telah didapat suatu
bentuk sediaan yang merupakan pengembangan dari bentuk emulsi itu sendiri
yaitu mikroemulsi.
Mikroemulsi memiliki sistem isotropik yang stabil secara
termodinamika, yang terdiri dari dua fase cairan air dan minyak membentuk fase
tunggal. Mikroemulsi memiliki kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan
kelarutan suatu senyawa karena dapat berperan sebagai super solven, stabil secara
termodinamika, jernih dan dapat meningkatkan penetrasi suatu senyawa.
Mikroemulsi dapat mencapai kestabilannya dengan bantuan surfaktan dan
kosurfaktan. Surfaktan dalam mikroemulsi berperan dalam menurunkan tegangan
antar muka hingga sangat rendah dan membuat energi bebas permukaan
mendekati nol. Namun, dalam kebanyakan formulasi mikroemulsi, surfaktan saja
belum mampu untuk membentuk suatu sistem mikroemulsi sehingga perlu
ditambahkan suatu kosurfaktan. Kosurfaktan berperan membantu kerja surfaktan
dalam mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan entropi dari sistem
yang mengarah ke stabilitas termodinamika (Pathan et al., 2012). Surfaktan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kosurfaktan yang sering dipakai adalah tween, span, PEG, propilen glikol, dan
alkohol rantai pendek.
Surfaktan dan kosurfaktan yang dipilih dalam penelitian ini adalah tween
80 dan PEG 400. Tween 80 merupakan surfaktan yang paling sering digunakan,
selain itu, tween 80 juga memiliki nilai toksisitas yang lebih rendah dari surfaktan
lain serta tidak bersifat iritatif terhadap kulit. Selain itu, tween 80 memiliki
kandungan asam oleat sama seperti minyak zaitun yang mengandung lebih dari
50% asam oleat, persamaan kandungan asam oleat ini membuat tween 80 dapat
membentuk sistem mikroemulsi (Mahdi et al., 2011). PEG 400 dipilih sebagai
kosurfakan karena senyawa ini mampu mengurangi teganggan permukaan,
meningkatkan entropi sistem serta dapat meningkatkan kelarutan zat yang sukar
larut dalam air. Kedua bahan tersebut sering digabungkan untuk membentuk suatu
sediaan mikroemulsi yang baik dan stabil.
Mikroemulsi sangatlah kompleks dengan sistem mikrostruktur yang
dapat berubah bila terjadi sedikit penyimpangan dari formulasi yang sesuai untuk
pembentukan mikroemulsi dapat menyebabkan perubahan yang drastis dari
karakteristik fisiknya (Pathan et al., 2012). Proporsi antara surfaktan, kosurfaktan,
minyak dan air dalam sediaan mikroemulsi sangat menentukan terbentuknya
mikroemulsi yang stabil. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk
mengetahui pengaruh komposisi tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan terutama terhadap formulasi sediaan mikroemulsi untuk
menghasilkan sediaan mikroemulsi yang baik dan stabil. Penelitian pengaruh
surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dalam formulasi sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol untuk antiaging diharapkan
dapat diketahui pengaruh dari perbandingan surfaktan (tween 80) dan kosurfaktan
(PEG 400) dalam menghasilkan sediaan mikroemulsi yang memenuhi syarat sifat
fisik dan stabilitas fisik dalam kondisi ekstrim penyimpanan yang baik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
dalam penelitian sebagai berikut :
1) Apakah perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan mikroemulsi askorbil
palmitat dan alfa tokoferol serta bagaimanakah pengaruhnya ?
2) Apakah perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan berpengaruh terhadap stabilitas fisik sediaan mikroemulsi
askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam kondisi ekstrim penyimpanan
serta bagaimanakah pengaruhnya ?
3) Apakah sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki
aktivitas antioksidan ?
4) Apakah sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki
potensi mengiritasi ?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka dari beberapa sumber yang dilakukan
oleh peneliti, penelitian mengenai “pengaruh perbandingan surfaktan tween
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
80 dan kosurfaktan PEG 400 dalam formulasi sediaan mikroemulsi askorbil
palmitat dan alfa tokoferol untuk angiaging “ belum pernah dilakukan.
Penelitian terkait mengenai vitamin C dan vitamin E yang
diformulasikan sebagai sediaan mikroemulsi yang pernah dilakukan dengan :
Temperature-Sensitive Microemulsion Gel: An Effective Topical Delivery
System for Simultaneous Delivery of Vitamins C and E (Rozman et al., 2008),
serta Simultaneous absorption of vitamins C and E from topical
microemulsions using reconstructed human epidermis as a skin model
(Rozman et al., 2009).
Penelitian terkait formulasi sediaan mikroemulsi dengan minyak
zaitun, tween 80 dan PEG 400 yang pernah dilakukan adalah Design and
Characterization of Self Emulsifying Drug Delivery System of Repaglinide
(Kundarapu et al, 2013), serta Formulation Development & Characterization
of Microemulsion Drug delivery systems Containing Antiulcer drug (Jha et al,
2010).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap
ilmu pengetahuan terutama mengenai pengaruh perbandingan tween 80
sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap formulasi
dan evaluasi sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol
untuk anti aging.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Manfaat praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan mikroemulsi anti
aging dengan zat aktif askorbil palmitat dan alfa tokoferol yang memiliki
sifat fisik dan stabilitas yang baik serta memiliki kemampuan antioksidan
dan tidak bersifat iritatif yang bermanfaat bagi masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan
PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap sifat fisik sediaan mikroemulsi
askorbil palmitat dan alfa tokoferol.
2. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan
PEG 400 sebagai kosurfaktan terhadap stabilitas fisik sediaan mikroemulsi
askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam kondisi ekstrim penyimpanan.
3. Untuk mengetahui kemampuan antioksidan dalam bentuk IC50 dari sediaan
mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol.
4. Untuk mengetahui sifat iritatif sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa
tokoferol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Penuaan (Aging)
Penuaan adalah suatu proses menjadi tua, yang merupakan proses
fisiologis yang pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup dengan kecepatan
yang berbeda, dan terjadi setelah masa pertumbuhan berhenti. Pada orang tertentu
penuaan terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain datangnya lebih
cepat, keadaan ini disebut penuaan dini (premature aging) (Jusuf, 2005).
Cunnningham (2003) menjabarkan proses penuaan pada kulit terjadi
dengan dua macam proses yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu :
a. Proses intrinsik (true aging, chronological aging)
Proses ini merupakan proses fisiologis yang berjalan alami seiring
dengan pertambahan usia seseorang yang disebabkan dan dipicu oleh
faktor-faktor dari dalam tubuh, seperti faktor genetik dan hormonal.
b. Proses ekstrinsik (entrinsic aging)
Merupakan proses penuaan yang berjalan lebih cepat dan
menjadikannya tidak sesuai dengan usia yang dipengaruhi oleh faktor dari
luar tubuh, seperti sinar matahari, kelembaban udara dan radikal bebas.
Proses serta mekanisme pasti terjadinya penuaan belum diketahui hingga
saat ini. Namun, para ahli mengemukakan beberapa teori yang dapat menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
proses penuaan. Banyak teori penuaan yang berkembang seperti teori kerusakan
DNA, teori endokrin, teori telomer, dan teori radikal bebas.
a. Teori Kerusakan DNA
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat
akumulasi kesalahan pada replikasi DNA, sehingga mengakibatkan kematian
sel (Jusuf, 2005). Mitokondrial DNA (mtDNA) yang berperan dalam
mekanisme perbaikan DNA yang rusak banyak mengalami mutasi sehingga
mekanisme perbaikan DNA yang rusak menjadi berkurang. Paparan kronis
dari UVA dapat menyebabkan delesi pada mtDNA pada fibroblast dermis
yang merupakan salah satu penyebab photoaging (Murina et al., 2012).
b. Teori Telomer
Telomer membentuk ujung kromosom dan melindungi kromosom
serta membentuk cap dari protein. Pemendekan telomer pada setiap siklus
pembelahan sel menstimulasi respon perbaikan DNA dan menyebabkan
apoptosis. Radiasi UV meningkatkan gangguan telomer yang mengakibatkan
telomer tidak dapat mengalami pemendekan sehingga proses perbaikan DNA
dan apoptosis pada sel yang rusak terganggu seperti yang terjadi pada sel
kanker (Makrantonaki et al., 2010). Namun, Murina et al., (2012)
menyatakan bahwa hilangnya kemampuan telomer bukan faktor dominan
dalam penuaan kulit.
c. Teori Endokrin
Teori ini mengatakan bahwa bertambahnya usia menyebabkan
perubahan keseimbangan sistem hormonal atau penurunan produksi hormon-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
hormon tertentu yang bertugas untuk meregenerasi sel-sel, seperti hormon
pertumbuhan, hormon estrogen serta hormon progesteron (Jusuf, 2005).
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini merupakan teori yang paling banyak diterima sebagai
penyebab penuaan dini, karena akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam
sel. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri. Bahan
radikal bebas dalam tubuh paling banyak berasal dari oksigen yang disebut
sebagai senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS). Sebagian
diantaranya berbentuk radikal seperti radikal hidroksil (●OH), radikal
peroksil (●OOH), dan ion superoksida (O2-●). Sebagian yang lain bukan
radikal, seperti singlet oksigen (1O2), hidrogen peroksida (H2O2) dan ion
hipoklorit (ClO-) (Clarkson et al., 2000).
Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi dan dapat merubah
molekul menjadi suatu radikal, sehingga menyebabkan kerusakan sel,
gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Radikal bebas ini akan merusak
enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan fungsi
sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak (Cunnningham, 2003).
tekanan oksidatif (oxidative stress) merupakan suatu keadaan dimana tingkat
oksigen reaktif yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen.
Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi
dengan lemak, protein, asam nukleat dan transduksi sinyal. Lipid merupakan
biomolekul yang paling rentan diserang oleh radikal bebas karena kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
poly unsaturated fatty acid (PUFA) (Birben et al., 2012). Proses peroksidasi
lipid dapat menghasilkan produk yang bersifat toksik, seperti 4-HNE (4-
hidroksi -2- nonenal) yang mampu menyerang dan merubah molekul biologis
penting seperti protein dan basa DNA yang dapat mengakibatkan berbagai
gangguan dan penyakit (Nikki, 2010).
Teori radikal bebas pada penuaan menunjukkan bahwa ROS
mengaktifkan sejumlah phosphorylase-mediated kinases, yang
mengakibatkan aktivasi jalur transduksi sinyal di seluruh epidermis. Jalur
transduksi sinyal ini salah satunya adalah mitogen-activated protein kinases,
seperti p38; c-jun N-terminal kinase; dan extracellular signal-regulated
kinases, yang mengakibatkan pengaktifan kompleks activator protein 1 (AP-
1) nuklear transkripsi, yang merupakan heterodimer yang terdiri dari protein
c-jun dan c-fos. AP 1 bertanggung jawab dalam aktivasi gen
metalloproteinase matriks (MMP) (Murina et al., 2012).
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah suatu zinc-dependent
endopeptidase yang terlibat dalam proses penyembuhan luka, turn over
matriks ekstraseluler, angiogenesis, dan kanker. Sejumlah MMP mampu
menimbulkan degradasi kolagen tipe I dan III, antara lain MMP-1, MMP-8,
MMP13, MMP-14, MMP-15, dan MMP-16. Namun, pada kulit hanya MMP-
1 yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh pajanan sinar UV dan
yang paling bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen akibat paparan
sinar matahari. Kolagenase ini memicu kejadian proteolitik yang
menyebabkan degradasi kolagen dan pergantian matriks ekstraseluler secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
keseluruhan. Matriks metalloproteinase dapat dengan segera timbul hanya
dengan dosis minimal sinar UV. Ada suatu hubungan dosis dan respon yang
ditimbulkan antara paparan UV dan induksi MMP (Murina et al., 2012).
Sinar ultra violet juga mengaktifkan nuclear factor kappa B (NF -
kB), yaitu faktor transkripsi yang mempengaruhi ekspresi berbagai protein
serta memperburuk degradasi matriks kulit dengan cara meningkatkan kadar
MMP-1 dan MMP-9. Degradasi matriks diperburuk dengan masuknya MMP-
8 (kolagenase) dari sumber neutrofil ke dalam kulit yang terpapar sinar UV
setelah infiltrasi neutrofil (Brennan, 2003).
Selain itu, radiasi sinar UV juga menganggu ekspresi gen dari
prokolagen jenis I dan III dalam dermal fibroblas dengan 2 mekanisme.
Pertama, radiasi UV menginduksi AP-1, sehingga menghambat transforming
growth factor β (TGF-β), suatu sitokin profibrotik yang meningkatkan
transkripsi gen-gen kolagen. Mekanisme kedua adalah membuat reseptor
TGF-β tidak dapat menanggapi TGF-β dengan demikian menghasilkan lebih
sedikit prokollagen tipe I (Murina et al., 2012).
B. Antioksidan
1. Definisi antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas dengan
mendonorkan elektron, dengan demikian dapat memperlambat atau bahkan
menghambat oksidasi dan melindungi tubuh dari beragam penyakit serta
penuaan dini (Nikki, 2010). Antioksidan dapat digolongkan menjadi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kelompok, yaitu antioksidan enzimatik dan non-enzimatik. Antioksidan
enzimatik berperan untuk pertahanan tubuh terhadap radikal bebas dengan
menstabilkan atau deaktifasi radikal bebas, contoh dari antioksidan enzimatik
adalah superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase, glutation
reduktase, dan thioredoxin. Antioksidan non-enzimatik yang merupakan
scavangers ROS dan RNS, contoh dari antioksidan non enzimatik adalah
glutathione, vitamin A, C dan E (Birben et al., 2012).
Menurut Noori (2012), berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan
dalam tubuh dikelompokkan menjadi 3 yakni:
1. Antioksidan primer, antioksidan ini bekerja untuk mencegah
pembentukan senyawa radikal baru, sebelum radikal bebas ini sempat
bereaksi. Contohnya: enzim SOD
2. Antioksidan sekunder, antioksidan ini bekerja menangkap senyawa serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh: vitamin E, vitamin C,
betakaroten.
3. Antioksidan tersier, antioksidan ini berkerja memperbaiki kerusakan sel-
sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh: enzim metionin
sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel.
2. Askorbil palmitat sebagai antioksidan
Aktivitas antioksidan dari askorbil palmitat merupakan aktivitas dari
asam askorbat itu sendiri, karena askorbil palmitat akan dimetabolisme tubuh
dan mengalami hidrolisis sehingga akan kembali menjadi bentuk semula yaitu
asam askorbat dan asam linoleat (United States Department of Agriculture,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2012). Asam askorbat memiliki fungsi sebagai kofaktor enzim klasik
(hydroxylating enzymes), agen protektif (sebagai hidroksilase pada biosintesis
kolagen), dan sebagai radikal askorbil dalam reaksi dengan metal ion transisi
(Padayatty et al., 2003). Asam askorbat juga sebagai kofaktor untuk aktivitas
enzimatik hidroksilase prolyl, sebuah enzim yang menghidrolisis residu prolyl
di prokolagen, elastin, dan protein lain sebelum pembentukan triple helix,
yang diperlukan untuk sintesis kolagen (Baumann, 2009).
Asam askorbat mampu bereaksi dengan radikal bebas, mengalami
oksidasi dengan kehilangan satu elektronnya. Oksidasi yang pertama
menghasilkan radikal bebas askorbil dan kemudian membentuk asam dehidro-
L-askorbid. Hidrolisis asam dehidroaskorbat menghasilkan asam 2,3-diketo-L-
glukonat dimana akan mengalami dekarboksilasi menjadi CO2. Asam
askorbat dapat bereaksi dengan zat toksik, ROS anion superoksida (O2-) dan
radikal hidroksil (OH-). Reaksi inilah yang merupakan dasar dari sebagian
besar fungsi biologis esensial asam askorbat (Thiele et al., 2007). Radikal
askorbil dapat diregenerasi dengan beberapa jalur enzimatik dan NADPH
sebagai sumber energi. Tetapi, di dalam tubuh manusia, reduksinya hanya
terjadi secara parsial, sehingga asam askorbat yang terlah teroksidasi tidak
seluruhnya kembali (Padayatti, 2003).
Asam askorbat dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan
DNA, dengan cara : (1) Untuk lipid, misalnya Low-Density Lipoprotein
(LDL), akan beraksi dengan oksigen sehingga menjadi lipid peroksida. Reaksi
berikutnya akan menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
proses radikal bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga
tidak terjadi interaksi antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya
pembentukan lipid hidroperoksida. (2) Untuk protein, asam askorbat
mencegah reaksi oksigen dan asam amino pembentuk peptida, atau reaksi
oksigen dan peptida pembentuk protein. (3) Untuk DNA, asam askorbat akan
mencegah reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan kerusakan pada
DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi (Padayatti, 2003).
3. Alfa tokoferol sebagai antioksidan
Vitamin E terdiri dari 2 jenis yaitu tokoferol dan tokotrineol.
Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ
(zeta) yang memiliki aktivitas bervariasi. Tokoferol yang memiliki aktifitas
terbesar adalah tokoferol alfa. Secara kimia, vitamin E (tokoferol) merupakan
turunan chromanol. Rantai hidrokarbon pada tokoferol berfungsi untuk
orientasi tokoferol di tempat aksinya, sedangkan bagian chromanol
memberikan sifat antioksidan dari tokoferol (Kretz et al., 2001).
Alfa tokoferol memiliki fungsi utama adalah sebagai antioksidan
alami pemecah rantai radikal bebas dan mencegah peroksidasi membran asam
lemak tak jenuh (PUFAs), karena alfa tokoferol dapat bersaing dengan radikal
peroksil lebih cepat dibanding PUFAs. Alfa tokoferol banyak digunakan untuk
mengatasi kulit kering, serta sebagai produk tabir surya (Baumann, 2009).
Riset membuktikan bahwa alfa tokoferol memberikan perlawanan terhadap
kekeringan pada kulit dengan menjadi pelembab natural pada kulit, namun
belum diketahui mekanisme secara pasti. Para ahli memperkirakan mekanisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
melembabkan dari vitamin E adalah dengan meningkatkan hidrasi pada kulit
atau sebagai humektan serta dengan membentuk barier lipid (Alencastre et al.,
2006).
Vitamin E dalam menjalankan fungsinya sebagai antioksidan
berubah bentuk menjadi suatu bentuk radikal semistabil, radikal tocopheroxyl.
Tidak seperti radikal bebas yang dibentuk dari PUFAs, radikal tocopheroxyl
relatif tidak reaktif sehingga dapat menghentikan proses penyebarluasan
perusakan oleh peroksidasi lipid (Fennema et al., 2004). Tocopheroxyl radikal
dapat mengalami beberapa kemungkinan reaksi, diantaranya : (1) radikal
tocopheroxyl dapat diubah kembali menjadi tokoferol melalui reaksi redoks
yang diperantarai oleh antioksidan lain seperti asam askorbat dan ubiquinon.
(2) Bereaksi dengan yang radikal tocopheroxyl lain untuk membentuk produk
non-reaktif seperti tokoferol dimer, (3) mengalami oksidasi lebih lanjut untuk
membentuk tocopherylquinone yang dapat tereduksi menjadi α-
tocopherylhydroquinone, yang dapat terkonjugasi dengan asam glukoronat
disekresikan dalam empedu, dan kemudian diekskresikan dalam feses
(eliminasi vitamin E), dan (4) bertindak sebagai prooksidan dan mengoksidasi
lipid lainnya (Rigel et al., 2004)
4. Interaksi askorbil palmitat dan alfa tokoferol sebagai antioksidan
Interaksi antar antioksidan bersifat sinergis dan mempunyai efek
saling memberi dimana satu antioksidan melindungi yang lain melawan
destruksi oksidatif. Askorbil palmitat mempunyai peran meregenerasi efek
proteksi antioksidan alfa tokoferol pada area sel yang hidrofobik dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mendonorkan atom hidrogen pada radikal tocopheroxyl yang akan membentuk
kembali bentuk aktif alfa tokoferol setelah berinteraksi dengan radikal bebas
(Fennema et al., 2004)
C. Mikroemulsi
1. Definisi Mikroemulsi
Mikroemulsi adalah sistem dispersi minyak dan air yang secara
termodinamika stabil, transparan atau jernih yang distabilkan oleh lapisan
antarmuka dari molekul surfaktan (Pathan et al., 2012). Mikroemulsi terdiri dari
empat komponen yaitu minyak, air, surfaktan dan kosurfaktan. Terdapat tiga tipe
sistem dispersi yang dibentuk oleh mikroemulsi yaitu tipe minyak dalam air (M/A
atau O/W), tipe air dalam minyak (A/M atau W/O) dan tipe bikontinu. Tipe sistem
dispersi mikroemulsi tersebut terbentuk dipengaruhi oleh komposisi dari
komponen mikroemulsi itu sendiri (Lawrence et al., 2000). Mikroemulsi memiliki
banyak kelebihan bila dibandingkan dengan emulsi, antara lain stabil secara
termodinamika (stabil dalam jangka waktu yang lama), jernih dan transparan,
dapat disterilkan secara filtrasi, biaya pembuatan murah, mempunyai kelarutan
yang tinggi serta dapat berpenetrasi dengan baik (Pathan et al., 2012).
Gambar 1. Tipe sistem dispersi mikroemulsi (Wankhade et al.,2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Menurut Muzaffar et al. (2013) pembentukan mikroemulsi harus
memperhatikan tiga kondisi penting, yaitu :
a. Pemilihan surfaktan adalah hal yang sangat penting dalam mencapai tegangan
antar muka yang sangat rendah antara minyak dan air yang merupakan syarat
utama untuk menghasilkan mikroemulsi.
b. Konsentrasi surfaktan harus cukup tinggi untuk menyediakan jumlah molekul
surfaktan yang diperlukan untuk menstabilkan tetesan mikro yang akan
diproduksi oleh sistem mikroemulsi.
c. Sistem antarmuka harus cukup fleksibel untuk pembentukan mikroemulsi
2. Teori Pembentukan Mikroemulsi
Menurut Singh et al. (2014) terdapat tiga teori pembentukan
mikroemulsi, antara lain:
a. Teori bauran lapisan (Mixed film)
Teori ini menyatakan bahwa pembentukan mikroemulsi dapat
terjadi dengan penurunan tegangan lapisan antar muka hingga sangat
rendah (mendekati nol atau negatif). Pembentukan partikel mikroemulsi
yang spontan berhubungan dengan pembentukan suatu lapisan yang
kompleks pada antar muka minyak-air oleh surfaktan dan kosurfaktan. Hal
ini menyebabkan penurunan tegangan antar permukaan minyak-air hingga
nilai yang sangat rendah.
b. Teori kelarutan (solubilisasi)
Kelompok Shinoda dan Friberg menganggap mikroemulsi
merupakan larutan monofase yang stabil secara termodinamika yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terbentuk dari misel speris, air dan minyak. Karena surfaktan memiliki
kecenderungan untuk berkelompok membentuk misel dan konsentrasi
yang ditambahkan saat terbentuk kelompok misel yang disebut Criticall
Micell Concentration (CMC). Sifat terpenting misel adalah
kemampuannya untuk menaikkan kelarutan zat-zat yang biasanya sukar
larut atau sedikit larut dalam pelarut yang digunakan. Proses ini disebut
solubilisasi yang terbentuk antara molekul zat yang larut berasosiasi
dengan misel dari surfaktan membentuk larutan yang jernih dan stabil
secara termodinamika.
c. Teori termodinamika
Pembentukan Mikroemulsi bergantung kepada kemampuan
surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka antara tetesan minyak
dan perubahan entropi dari sistem. Teori termodinamika ini dapat dilihat
dari persamaan berikut :
∆�� = � ∆� − � ∆�
Dimana, Gf adalah energi bebas pada pembentukan mikroemulsi, γ adalah
tegangan permukaan antarmuka minyak-air, ΔA adalah perubahan luas
antarmuka pada mikroemulsifikasi, ΔS adalah perubahan entropi dari
sistem yang efektif dalam dispersi, dan T adalah temperatur.
Pada makroemulsi energi antarmuka lebih besar dari entropi
sistem dan proses pembentukannya tidak spontan, dibutuhkan energi
dalam pembentukannya yang didapat dari mixer dengan kecepatan tinggi.
Pada pembentukan sistem mikroemulsi, dispersi droplet pada fase kontinu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
meningkatkan entropi sistem dan menghasilkan nilai negatif pada energi
bebas permukaan.
3. Komponen Penyusun Mikroemulsi
a. Fase Minyak
Komponen minyak berpengaruh pada kemampuannya untuk
menembus wilayah ekor dari surfaktan. Kriteria utama untuk pemilihan
minyak adalah bahwa obat harus memiliki kelarutan yang tinggi di dalamnya
(Pathan et al., 2012).
b. Surfaktan
Surfaktan memiliki struktur bagian kepala bersifat hidrofilik dan
bagian ekor bersifat hidrofobik, menyebabkan surfaktan cenderung berada
pada antarmuka antara fase yang berbeda derajat polaritas dan membentuk
ikatan hidrogen dengan minyak dan air. Peran surfaktan dalam formulasi
mikroemulsi adalah untuk menurunkan tegangan antar muka yang akhirnya
akan memfasilitasi proses dispersi selama persiapan mikroemulsi.
Pembentukan suatu mikroemulsi dibutuhkan surfaktan dalam jumlah banyak
untuk dapat membentuk suatu mikroemulsi yang stabil, yaitu lebih dari 40%
dari total formula (Pathan et al., 2012).
Terdapat empat jenis surfaktan berdasarkan ionisasi dalam larutan
air yaitu anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik (Nielloud et al, 2000).
1) Surfaktan Anionik
Surfaktan ini membawa muatan negatif pada bagian hidrofilik.
Secara luas, surfaktan ini banyak digunakan karena harganya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
murah. Namun, surfaktan ini dapat menyebabkan iritasi dan toksik
sehingga hanya digunakan untuk sediaan luar. Surfaktan ini hanya
menghasilkan emulsi A/M. Contoh surfaktan ionik yaitu: Sodium lauril
sulfat; Triethanolamine; Sodium dioctylsulphosuccinate; dan sebagainya.
2) Surfaktan Kationik
Surfaktan ini mengandung muatan positif pada bagian hidrofilik.
Gugus terpenting pada surfaktan ini terdiri atas senyawa ammonium
kuartener. Surfaktan ini bersifat toksik sehingga cenderung digunakan
untuk formula krim antiseptik. Surfaktan kationik tidak dapat bercampur
dengan surfaktan anionik dan anion polivalen, serta tidak stabil pada pH
tinggi. Contoh surfaktan kationik yaitu: Cetrimide; Cetrimonium
bromida; Benzalkonium chlorida; dan Cetylpyridinium chlorida.
3) Surfaktan Amfoterik
Surfaktan ini memiliki dua sifat pada bagian hidrofiliknya,
tergantung pH sistem. Surfaktan ini bersifat kationik jika pH rendah dan
bersifat anionik jika pH tinggi. Contoh surfaktan amfoterik yaitu:
Lecithin.
4) Surfaktan Nonionik
Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan pada bagian
hidrofiliknya. Surfaktan nonionik mempunyai kemampuan melarutkan
senyawa yang kurang larut dan memiliki toksisitas rendah. Contoh
surfaktan nonionik yaitu: Glikol dan gliserol ester; Sorbitan ester;
Polisorbat; PEG; dan Poloxalkol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Kosurfaktan
Dalam kebanyakan kasus, surfaktan sendiri belum dapat
menurunkan tegangan antarmuka air-minyak hingga sangat rendah untuk
menghasilkan sebuah mikroemulsi. Dibutuhkan penambahan korsurfaktan
yang dapat berupa senyawa dengan molekul ampifiilik rantai pendek (seperti
etanol) ataupun surfaktan kedua (seperti polietilen glikol) untuk membuat
tegangan antarmuka mendekati nol. Kosurfaktan meningkatkan fluiditas
rantai hidrokarbon surfaktan primer, membantu untuk mengurangi tegangan
permukaan, yang meningkatkan entropi dari sistem yang mengarah ke
stabilitas termodinamika (Pathan et al., 2012). Secara luas molekul yang
dapat berfungsi sebagai kosurfaktan meliputi surfaktan nonionik, alkohol,
asam alkanoat, alkanediol dan alkil amina, etanol, butanol (Lawrence et al.,
2000).
4. Kontrol kualitas mikroemulsi
a. Karakteristik mikroemulsi
Menurut Muzaffar et al. (2013) terdapat beberapa uji untuk
mengetahui karakteristik mikroemulsi, antara lain:
1) Organoleptis : uji ini dilakukan untuk melihat fisik mikroemulsi secara
visual. Dalam uji ini yang diamati adalah warna, bau, pemisahan fase
dan kejernihan mikroemulsi.
2) Tipe mikroemulsi dapat diketahui dengan melakukan uji pengenceran
menggunakan fase minyak dan air yang digunakan, serta dapat
dilakukan dengan cara pewarnaan fase.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3) Ukuran droplet : pengukuran ini dilakukan untuk melihat apakah
ukuran droplet dari sediaan sudah memenuhi ukuran droplet
mikroemulsi sesuai dengan pustaka yang ada, yaitu kurang dari 100 nm.
4) Pengukuran pH : pengukuran pH dilakukan untuk melihat perubahan
pH saat awal dan akhir uji stabilitas. Pengujian ini juga dilakukan untuk
melihat apakah pH sediaan sesuai untuk kulit. Suatu sediaan topikal
harus didesain agar memiliki pH yang mirip dengan pH kulit yaitu 4,5 –
6,5, apabila melebihi batas tersebut sediaan dapat membuat kulit kering,
bila kurang dari rentang tersebut akan menimbulkan iritasi pada kulit.
5) Persen transmitansi : pengukuran persen transmitansi dilakukan untuk
mengukur kejernihan suatu mikroemulsi. Pengujian dilakukan dengan
spektrofotometer UV-Vis.
6) Indeks bias merupakan suatu nilai yang menunjukkan sifat isotropik
suatu cairan. Pengujiannya menggunakan refraktometer dan
dibandingkan dengan indeks bias aquadest (1,333).
7) Viskositas adalah suatu sifat dari fluida untuk mengalir serta dapat
untuk mengetahui jenis misel yang terbentuk. Makin kental suatu
cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan untuk digunakan supaya
cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu.
8) Potensial zeta berguna untuk menilai flokulasi yang terjadi karena
adanya muatan listrik pada partikel yang mempengaruhi laju flokulasi.
Nilai potensial zeta yang baik adalah netral, yang mengindikasikan
bahwa tetesan mikro emulsi tidak memiliki muatan yang membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sistem tersebut stabil. Potensial zeta ditentukan dengan menggunakan
Zetasizer.
9) Bobot jenis berguna untuk mengetahui kerapatan partikel atau droplet
pada suatu sediaan mikroemulsi.
b. Stabilitas termodinamik
Uji stablitas adalah proses yang memakan waktu relatif lama,
sehingga uji stabilitas dipercepat lebih banyak dilakukan. Uji stabilitas
dipercepat pada mikroemulsi dapat dilakukan dengan uji sentrifugasi dan uji
freeze thaw seperti yang diungkapkan oleh Dawaba et al.(2010).
1) Uji sentrifugasi
Metode sentrifugasi digunakan untuk menginduksi dan
mempercepat ketidakstabilan yang disebabkan oleh gaya gravitasi.
kondisi penyimpanan normal dapat diprediksi dengan cepat dengan
mengamati pemisahan fase dispersi ketika mikroemulsi dikenakan
sentrifugasi. Uji sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 5000 rpm
selama 15 menit (Darole, et al., 2008).
2) Uji Heating-cooling
Uji Heating-cooling menginduksi stres dalam sistem
mikroemulsi dengan kondisi ekstrim suhu tinggi penyimpanan. Uji ini
dilakukan untuk mengamati perubahan dalam stabilitas seperti
pemisahan fase, inversi, agregasi, creaming dan cracking dari sampel
mikroemulsi. Mikroemulsi disimpan pada 4°C selama 24 jam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
diikuti oleh 24 jam pada 40°C, siklus diulang tiga kali dan perubahan
yang terjadi dicatat.
3) Uji Freeze Thraw
Uji freeze thaw menginduksi stres dalam sistem mikroemulsi
dengan kondisi ekstrim suhu penyimpanan rendah. Uji ini dilakukan
untuk mengamati perubahan dalam stabilitas seperti pemisahan fase,
inversi, agregasi, creaming dan cracking dari sampel mikroemulsi.
Mikroemulsi disimpan pada -20°C selama 24 jam dan diikuti oleh 24
jam pada 25°C, siklus diulang tiga kali dan perubahan yang terjadi
dicatat.
D. Uji DPPH
Metode DPPH merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
mengevaluasi aktivitas antioksidan suatu senyawa. Metode ini mudah, cepat,
akurat dan murah untuk pengujian aktivitas antioksidan suatu senyawa. Metode
DPPH menggunakan 2,2difenil-1-pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas,
yang dapat mendonorkan atom hidrogen (Marinova et al., 2011).
DPPH merupakan radikal bebas nitrogen organik yang memiliki sifat
sangat stabil, bereaksi dengan senyawa yang dapat menyumbangkan hidrogen
atom dan memiliki penyerapan maksimum UV-Vis pada 515 - 517nm. Metode ini
didasarkan pada penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan melalui reaksi
reduksi, dan dekolorisasi dari larutan DPPH dalam metanol atau etanol (Ndhlala
et al., 2010). Ketika larutan DPPH dicampur dengan suatu zat yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyumbangkan atom hidrogen, maka akan membuat warna violet pada larutan
DPPH berkurang atau hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri
sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul
DPPH akibat adanya zat antioksidan dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis (Molyneux, 2004).
Spektrofotometer UV-Vis memiliki prinsip kerja penyerapan radiasi
elektromagnetik pada panjang geombang UV-Vis oleh suatu molekul yang yang
dapat menyebabkan eksitasi elektron dalam orbital molekul tersebut dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Syarat senyawa yang dapat diukur
menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah mempunyai gugus kromofor dan
auksokrom dan memiliki serapan pada panjang gelombang UV-Vis
(Sastroamidjojo, 2001).
Gambar 2. Struktur DPPH radikal (1), struktur DPPH non radikal (Molyneux, 2004)
Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa untuk
menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen penghambatan.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga
konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition
Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan %penghambatan 50%. Zat yang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah
(Molyneux, 2004).
Tabel I. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Arianyo, 2006).
Nilai IC50 Aktivitas antioksidan < 50 µg/mL Sangat Kuat
50-100 µg/mL Kuat 101-150µg/mL Sedang > 150 µg/mL Lemah
E. Uji Iritasi
Iritasi kulit adalah proses peradangan pada kulit yang tidak dimediasi
oleh sistem imun dan bersifat reversibel. Pada iritasi akan terjadi perubahan kulit
yang dapat berupa eritema dan endema, dan disertai keluahan seperti gatal dan
rasa kulit seperti terbakar. Produk yang dapat mengiritasi kulit salah satunya
adalah kosmetik, dikarenakan kandungan bahan didalamnya. Uji iritasi menjadi
penting untuk menghindari terjadinya kemungkinan iritasi dari penggunaan
produk tersebut. Uji iritasi yang biasa digunakan menggunakan binatang sebagai
hewan uji, namun banyak pihak yang mengkritik dan menolaknya sehingga perlu
digunakan uji iritasi selain menggunakan hewan uji (Robinson et al., 2001).
Metode Hen’s Egg Test-Chroallontoic (HET-CAM) merupakan salah
satu uji iritasi alternatif yang mulai banyak digunakan sebagai penganti uji iritasi
dengan menggunakan binatang sebagai hewan uji. Uji HET-CAM biasa
digunakan dalam uji iritasi pada mata, namun uji ini dapat juga digunakan untuk
iritasi pada kulit pada beberapa kasus seperti penggunaan surfaktan pada kosmetik
(Bernardi et al., 2011). Kelebihan dari uji ini adalah mudah, dan dapat
menggurangi waktu dan biaya dibanding iritasi lain (Cazedey et al., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
CAM merupakan jaringan yang terdiri dari arteri, vena dan kapiler darah.
CAM akan memberikan respon berupa perdarahan, lisis atau koagulasi bila
terpapar bahan yang bersifat iritatif (Cazedey, et al., 2009).
Iritation Score dihitung menggunakan persamaan :
IS = ����������� ����������
���� x 5 + �
��������� �����
���� x7 + �
��������� ���������
���� x9� (1)
(Cazedey, et al., 2009).
Keterangan :
Waktu perdarahan : waktu pertama kali terjadi perdarahan (detik)
Waktu lisis : waktu pertama kali terjadi lisis pembuluh darah (detik)
Waktu koagulasi : waktu pertama kali terjadi koagulasi protein (detik)
Tabel II. Hubungan Iritation Score dengan kategori iritasi (Cazedey et al., 2009).
Iritation Score kategori
0 – 0,9 tidak mengiritasi 1 – 4,9 iritasi lemah
5 – 8,9 atau 5 – 9,9 iritasi sedang
9 -21 atau 10 - 21 iritasi kuat
F. Pemerian Bahan
1. Askorbil Palmitat
Gambar 3. Struktur Ascorbyl Palmitate (Rowe et al., 2009)
Pemerian askorbil palmitat adalah sebagai berikut rumus molekul :
C22H38O7, askorbil palmitat praktis tidak berbau, merupakan serbuk berwarna
putih hingga kuning. Kelarutan dalam aseton 1 dalam 15 bagian, dalam etanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1 dalam 8 bagian, dalam minyak zaitun 1 dalam 3300 bagain (Rowe et al.,
2009). Sangat sukar larut dalam air (≤ 1.8 g/L at 20oC) (Aquilina et al., 2013).
Asam askorbat sangat tidak stabil dan kurang diserap ke dalam kulit, askorbil
palmitat merupakan turunan dari asam askorbat dengan sifat lebih lipofilik,
lebih stabil serta lebih mudah diserap kulit karena memiliki bagian yang
hidrofil di satu sisi dan lipofil di sisi lain (Baumann, 2009).
2. Dl-alfa Tokoferol
Gambar 4. Struktur Alpha tocopherol (Rowe et al., 2009)
Pemerian alfa tokoferol adalah sebagai berikut rumus molekul :
C29H50O2, bobot molekul 430,72, alfa tokoferol merupakan larutan berminyak
berwarna kuning jernih, kental. Alfa tokoferol larut dalam etanol 95%,
miscible dengan aseton, kloroform, eter, dan minyak natural. Praktis tidak
larut dalam air. Alfa tokoferol dapat digunakan dalam formulasi sediaan oral
maupun topikal (Rowe et al., 2009).
3. Minyak Zaitun (Olea europaea)
Minyak zaitun adalah minyak yang diambil dari buah pohon Olea
europaea. Kandungan asam lemak dalam minyak zaitun berupa asam oleat 56-
85%, asam palmitat 7,5-20%, asam linoleat 3,5-20%, asam palmitooleat
<3,6%, asam starat 0,5-5%, asam lemak jenuh dengan panjang rantai kurang
dari C16 <0,1% (Stuchlik et al., 2001). Minyak zaitun mengandung beberapa
senyawa antioksidan utamanya polifenol hydroxytyrosol dan oleuropein, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
vitamin A dan E sehingga dapat menstabilkan sediaan dan minyak zaitun
sendiri terhadap oksidasi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya
(Waterman et al, 2007).
Minyak zaitun mengandung sejumlah besar asam oleat yang
merupakan asam lemak kuat yang dapat meningkatkan penetrasi. Asam oleat
juga berpengaruh terhadap proses metabolisme dalam kulit, meningkatkan
aktivitas vitamin A dan E dan memulihkan sifat perlindungan dari stratum
korneum serta memulihkan kondisi kulit yang kering. Minyak zaitun banyak
digunakan sebagai shampo dan kondisioner untuk rambut, produk pembersih,
serta krim dan lotion dalam bidang kosmetik (Alvarez et al., 2000).
4. Tween 80
Gambar 5. Struktur Polysorbate 80 (tween 80) (Mahdi et al., 2011)
Polysorbate merupakan surfaktan non-ionik hidrofilik yang
mengandung 20 unit oksietilena dan digunakan sebagai emulsifying agent pada
emulsi tipe minyak dalam air. Nama kimia untuk tween 80 adalah
polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate dengan rumus kimia C64H124O26,
berbentuk cairan berminyak berwarna kuning. Tween 80 memiliki toksisitas
rendah sehingga dapat digunakan untuk penggunaan oral dan parenteral.
Tween 80 berbentuk cairan berwarna kuning dengan bau khas lemah. Tween
80 memiliki bobot jenis 1,08 g/cm3 dan nilai HLB 15. Tween 80 larut dalam
etanol dan air. Selain itu, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam farmasetik tween 80 digunakan sebagai agen pengemulsi, solubilisator,
pembasah, dan agen pensuspensi atau pendispersi (Rowe et al., 2009).
5. PEG 400
Gambar 6. Struktur PEG 400 (Rowe et al., 2009)
Polietilenglikol 400 adalah polietilenglikol H(O-CH2-CH2)n OH
dimana harga n antara 8,2 dan 9,1. Pemerian : cairan kental jernih, tidak
berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam
glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter P
dan dalam hidrokarbon alifatik. Bobot molekul rata-rata : 380-420,
kandungan lembab : sangat higroskopis (sifat higroskopis turun dengan
meningkatnya bobot molekul), titik beku 4-80C (Raymond, 2006).
PEG merupakan salah satu jenis bahan pembawa yang sering
digunakan sebagai bahan tambahan dalam formulasi untuk meningkatkan
pelarutan obat yang sukar larut. Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer
yang dapat membentuk komplek polimer pada molekul organik apabila
ditambahkan dalam formulasi untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang
dapat membentuk kompleks dengan berbagai obat (Sinko, 2006).
6. Aquadest
Menurut Farmakope Indonesia III, aquadest yaitu cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Nama lain aquadest adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
air suling. Aquadest dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Fungsi
aquadest sebagai pelarut. Rumus kimia dari aquadest adalah H2O dengan berat
molekul 18,02 (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).
G. Landasan Teori
Askorbil palmitat dapat berfungsi sebagai antioksidan, kofaktor dalam
sintesis kolagen, dan bersifat fotoprotektif. Askorbil palmitat merupakan asam
askorbat dengan penambahan ester yang menjadikannya lebih stabil terhadap
oksidasi dan lebih mudah terabsorbsi. Alfa tokoferol dapat berperan sebagai
antioksidan yang bekerja dengan memecah rantai pada radikal bebas dan
melembabkan kulit. Kedua vitamin dapat bekerja secara sinergis menangkap
radikal bebas sebagai antioksidan.
Mikroemulsi merupakan sediaan yang sesuai untuk memformulasikan
askorbil palmitat dan alfa tokoferol dalam suatu sediaan topikal, karena dalam
sediaan ini dapat dicampurkan antara fase air dan fase minyak, menjadi satu fase
yang stabil secara termodinamika. Mikroemulsi memiliki bebeberapa kelebihan
dibandingkan dengan emulsi, antara lain stabil secara termodinamika, dapat
meningkatkan kelarutan dan penetrasi suatu senyawa karena ukurannya yang
sangat kecil. Sistem mikroemulsi terdiri dari fase air, fase minyak, surfaktan dan
kosurfaktan. Surfaktan berperan untuk menurunkan teggangan permukaan,
sedangkan kosurfaktan berfungsi untuk membantu kerja surfaktan agar dapat
membentuk sediaan mikroemulsi dengan menurunkan teganggan permukaan
hingga nol atau mendekati nol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dalam sistem mikroemulsi jumlah surfaktan dan kosurfaktan sangat
berperan dalam pembentukan sediaan mikroemulsi yang memiliki sifat fisik dan
stabilitas yang baik, sehingga jumlahnya harus cukup tinggi untuk memfasilitasi
terbentuknya sistem mikroemulsi yaitu lebih dari 40% dalam sistem mikroemulsi
tersebut. Tween 80 merupakan surfaktan non ionik sehingga cenderung akan
membentuk mikroemulsi M/A. Tween 80 dan PEG 400 bersifat tidak toksik dan
tidak iritatif sehingga aman digunakan sebagai sediaan topikal.
H. Hipotesis
1. Peningkatan perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400
sebagai kosurfaktan akan mempengaruhi sifat fisik sediaan mikroemulsi
askorbil palmitat dan alfa tokoferol.
2. Semakin tinggi perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400
sebagai kosurfaktan maka stabilitas fisik sediaan mikroemulsi askorbil
palmitat dan alfa tokoferol akan semakin baik.
3. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol memiliki
kemampuan antioksidan kuat.
4. Sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol tidak memiliki
potensi iritasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi
perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat
fisik dan stabilitas sediaan mikroemulsi, serta sifat iritatif (irritation
score) dan kemuampuan antioksidan sediaan mikroemulsi askorbil
palmitat dan alfa tokoferol (IC50).
c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada
penelitian ini adalah lama dan kecepatan pengadukan pada saat
pembuatan mikroemulsi serta suhu dan lama penyimpanan.
d. Variabel pengacau tidak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali
pada penelitian ini adalah kualitas bahan yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Definisi operasional
a. Sediaan mikroemulsi adalah suatu sediaan mikroemulsi dengan
kandungan zat aktif askorbil palmitat dan dl-alfa-tokoferol yang dibuat
sesuai dengan formula yang tertera dalam penelitian ini.
b. Sifat fisik merupakan parameter yang digunakan untuk melihat kualitas
sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol yang meliputi
organoleptis, tipe mikroemulsi, pH, ukuran droplet, viskositas, indeks
bias, bobot jenis, dan persen transmitansi.
c. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan utuk mengetahui tingkat
kestabilan sediaan mikroemulsi dengan melihat perubahan pH, ukuran
droplet, viskositas dan persen transmitansi yang diamati setelah sediaan
melewati setiap siklus dalam uji freeze thaw.
d. Surfactan Mix (Smix) adalah campuran tween 80 sebagai surfaktan dan
PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan rasio perbandingan sesuai dengan
formula yang tertera dalam penelitian ini.
e. Inhibition Concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi larutan uji
yang menghasilkan penangkapan radikal DPPH hingga 50%. IC50
diperoleh dari persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi larutan uji (sumbu x) dengan persen penangkapan
radikal atau %IC (sumbu y).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah askorbil palmitat (CV. Privat Equipment
Pharmacy), dl-alfa-tokoferol (CV. Cipta anugrah), minyak zaitun (CV. Sofa
Mediteranean), Tween 80 (PT. Brataco Chemika), PEG 400 (PT. Brataco
Chemika), aquadestilata (PT. Brataco Chemika), Etanol p.a. (Merck Milipore),
(DPPH) (Laboratorium Chemix Pratama).
D. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah alat – alat gelas (Pyrex), botol kaca,
cawan porselen, mortir dan stemper, timbangan analitik (OHAUS), magnetic
stirrer, pH meter (Hanna Instrument HI 9042 C), Piknometer, Hot plate
(Heidolph), Hand refractometer (Atago), Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu
1600), Viscotester Brookfield LVDV-II+P, Particle Size Analyzer Delta Nano C
Beckman Coulter, Sentrifugator (Benchtop Centrifuge PLC-05), Freezer
(Toshiba), Lemari Pendingin (Sanken Logic Cool), Oven (Memmert)
(Laboratorium Teknologi Semisolid-liquid).
E. Tata Cara Penelitian
1. Formula Acuan Mikroemulsi
Formula acuan yang digunakan dalam pembuatan mikroemulsi
askorbil palmitat dan dl-alfa-tokoferol dapat dilihat pada tabel III. Formula
dimodifikasi pada fase minyak, serta surfaktan dan kosurfaktan. Fase minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang digunakan adalah minyak zaitun, dengan surfaktan tween 80 dan
kosurfaktan PEG 400.
Tabel III. Formula acuan mikroemulsi (Rozman et al., 2008) Bahan Komposisi
Tween 40 14,79 Imwitor 308 14,79
Isopropyl myristate 24,65 Purified water 44,37
Vitamin E 1,00 Vitamin C 0,40
2. Percobaan Pendahuluan
a. Formula Orientasi Basis Mikroemulsi
Formula orientasi basis mikroemulsi yang digunakan dapat dilihat
pada tabel IV.
Tabel IV. Formula Orientasi Basis Mikroemulsi Rasio Smix : 1:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
Rasio Smix : 2:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Rasio Smix : 3:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
Rasio Smix : 4:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
Rasio Smix : 5:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Rasio Smix : 6:1
Sampel Berat
minyak (g)
Berat Smix (g)
Berat air (g)
Berat total (g)
% minyak
% Smix % air
1 1 9 1 11 9,1 81,8 9,1 2 1 9 2,5 12,5 8 72 20,0 3 1 9 4,5 14,5 6,9 62,1 31,0 4 1 9 7 17 5,9 52,9 41,2 5 1 9 10 20 5,0 45,0 50,0 6 1 9 15 25 4,0 36,0 60,0 7 1 9 25 35 2,9 25,7 71,4 8 1 9 40 50 1,8 16,4 80,0 9 1 9 100 110 0,9 8,2 90,9
b. Pembuatan Basis Mikroemulsi
Minyak zaitun dan Smix pada setiap rasio perbandingan ditimbang
secara terpisah, dicampur dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan
kecepatan 500 rpm hingga tercampur homogen. Campuran minyak-Smix
tiap rasio perlahan-lahan dititrasi dengan aquadest dengan peningkatan
jumlah aquadest antar formula bervariasi 9% sampai 11%. Penambahan
aquadest dilakukan dengan kecepatan pengadukan konstan, dan campuran
akhir diaduk dengan kecepatan pengadukan konstan selama 15 menit pada
suhu kamar.
c. Evaluasi Basis Mikroemulsi pada Percobaan Pendahuluan
1) Uji Organoleptis
Uji Organoleptis dilakukan dengan mengamati karekteristik
fisik dari sediaan yang terbentuk. Sediaan dikategorikan sebagai
mikroemulsi apabila memiliki karakteristik transparan dan dapat
mengalir dengan baik. Sediaan dikategorikan sebagai gel apabila
memiliki karakteristik berkabut atau keruh dan tidak dapat mengalir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pada sudut 90O. Sediaan dikategorikan sebagai emulsi apabila
memiliki karakteristik berkabut atau keruh serta dapat mengalir
dengan baik.
2) Heating-Cooling Cycle
Mikroemulsi masing-masing formula disimpan pada suhu -
4oC selama 24 jam, dan suhu 40o C selama 24 jam yang merupakan
satu siklus. Uji ini dilakukan dalam 3 siklus. Diamati perubahan fisik
sediaan mikroemulsi secara organoleptis setiap siklusnya.
3) Uji sentrifugasi
Mikroemulsi masing-masing formula di sentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Setelah selesai, diamati
perubahan yang terjadi pada sediaan mikroemulsi.
4) Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
Viscotester Rion RT-04. Mikroemulsi yang akan diuji dimasukkan ke
dalam cup viscotester hingga hampir memenuhi wadah. Rotor yang
sudah terpasang pada alat dibenamkan ke dalam sediaan sampai batas
tertentu, viscotester dihidupkan, rotor akan berputar, jarum penunjuk
skala akan bergerak dan menunjukkan besaran nilai viskositas.
3. Percobaan Utama
a. Formula Mikroemulsi
Formula mikroemulsi hasil percobaan pendahuluan yang digunakan
dapat dilihat pada tabel V.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel V. Formula Mikroemulsi (100 g)
Formula rasio Smix
Bahan (g) Tween
80 PEG 400
Minyak zaitun
alfa tokoferol
askorbil palmitat
Aquadest
A 2 : 1 54,53 27,37 9,1 1,00 0,40 9,1 B 3 : 1 61,35 20,45 9,1 1,00 0,40 9,1 C 4 : 1 65,44 16,36 9,1 1,00 0,40 9,1 D 5 : 1 68,17 13,63 9,1 1,00 0,40 9,1 E 6 : 1 70,11 11,69 9,1 1,00 0,40 9,1
b. Pembuatan mikroemulsi
Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan semua bahan
ditimbang sesuai dengan formula yang telah dimodifikasi. Surfaktan
(tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400) dimasukkan dalam beaker glass,
kedua bahan dicampur untuk memberikan campuran surfaktan dengan
diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit hingga homogen
dengan kecepatan 500 rpm. Minyak zaitun ditambahkan dengan terus
diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit hingga homogen
dengan kecepatan pengadukan yang sama. alfa-tokoferol yang telah
ditimbang dimasukkan dalam campuran dengan terus diaduk
menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit hingga homogen dengan
kecepatann pengadukan yang sama. Aquadest ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam campuran hingga semua aquadest ditambahkan,
pengadukan dilakukan terus menerus menggunakan magnetic stirrer
selama 5 menit hingga homogen dengan kecepan pengadukan yang sama.
Askorbil palmitat dimasukkan dalam campuran, pengadukan dilakukan
terus menerus menggunakan magnetic stirrer selama 15 menit hingga
homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama
a. Uji Organoleptis
Uji Organoleptis terhadap sediaan mikroemulsi yang telah
terbentuk dilakukan dengan pengamatan terhadap bau, bentuk (kejernihan),
warna, dan terjadinya pemisahan fase dari sediaan mikroemulsi pada 48 jam
setelah pembuatan.
b. Uji Pengenceran
Penetuan tipe mikroemulsi dilakukan dengan uji pengenceran
dengan melarutkan sediaan mikroemulsi dengan aquadest. Sebanyak 0,1 g
mikroemulsi dilarutkan dalam 10 mL aquadest atau dengan perbandingan
(1:100). Bila mikroemulsi yang dilarutkan dengan aquadest dapat larut dan
tidak rusak atau membentuk emulsi maka tipe mikroemulsi adalah minyak
dalam air (M/A). Apabila mikroemulsi yang dilarutkan dengan aquadest
membentuk emulsi maka tipe mikroemulsi adalah minyak dalam air (M/A).
Sediaan mikroemulsi juga dilarutkan dalam minyak zaitun dengan
perbandingan yang sama. Apabila sediaan mikroemulsi larut pada pelarutan
dengan aquadest dan minyak zaitun maka sediaan mikroemulsi memiliki
tipe bikontinu.
c. Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan mikroemulsi menggunakan pH meter.
Pengukuran pH sediaan mikroemulsi diawali dengan melakukan kalibrasi
pada pH meter menggunakan buffer standar pH 4 dan pH 7. Kalibrasi pada
pH meter dilakukan dengan cara tombol ON pada pH meter ditekan hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menyala, kemudian kedua elekroda pada pH meter yang sebelumnya dibilas
dengan aquadest dimasukkan dalam buffer standar pH 4. Tombol CAL
ditekan untuk memulai kalibrasi. Apabila nilai pH yang tertera pada layar
sudah sesuai dengan pH buffer standar maka tombol CON ditekan hingga
muncul perintah selanjutnya untuk memasukkan buffer standar yang kedua.
Kedua elektroda dikeluarkan dan dibilas dengan aquadest, kemudian
dimasukkan pada buffer standar pH 7. Tombol CON ditekan lagi apabila
nilai pH yang tertera dilayar sudah sesuai dengan nilai pH buffer standar.
Setelah pengkalibrasian pH meter selesai, selanjutnya kedua elektrode
dikeluarkan dan dibilas dengan aquadest. Pengukuran pH sediaan dilakukan
dengan cara elekroda pada pH meter dibilas dengan aquadest kemudian
dimasukkan dalam sampel mikroemulsi.
d. Pengukuran Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan Viscotester
Brookfield. Mikroemulsi yang akan diuji dimasukkan ke dalam beaker glass
250 mL dan dipasang pada portable viscotester. Viskotester diatur
kecepatannnya 12 rpm serta jumlah putaran 6 kali putaran, dengan lama tiap
putaran 30 detik. Rotor dibenamkan ke dalam sediaan hingga sampai batas
tertentu, lalu viscotester dihidupkan, rotor akan berputar, jarum penunjuk
skala akan bergerak dan menunjukkan besaran nilai viskositas.
e. Pengukuran Distribusi Ukuran Droplet
Pengukuran distribusi ukuran droplet dilakukan dengan
menggunakan alat Particle size analyzer dengan prinsip dynamic light
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
scattering. Pengukuran distribusi ukuran droplet mikroemulsi dilakukan
dengan penyiapan alat dengan cara berturut-turut mengklik pilihan aligment
(untuk mengatur sinar laser agar dalam posisi lurus), measuring offsets
(untuk menyiapkan dan mengatur detektor), meansurig background (untuk
menyiapkan dan mengatur background), meansuring loading (untuk
pengukuran sampel). Alat siap digunakan, sampel mikroemulsi dimasukkan
pada wadah sampel, dan dimasukkan ke dalam alat hingga layar monitor
menunjukkan keterangan OK atau High yang menandakan bahwa sampel
siap untuk diukur.
f. Pengukuran Bobot Jenis
Pengukuran bobot jenis dilakukan dengan menggunakan
piknometer. Pada suhu ruang, piknometer bersih dan kering ditimbang (A
g). Piknometer diisi dengan aquadest, suhu piknometer diturunkan hingga
23oC dan dinaikkan kembali menjadi 25oC, selanjutnya piknometer berisi
aquadest ditimbang (A1 g). Aquadest keluarkan dari piknometer dan
dikeringkan. Mikroemulsi diisikan ke dalam piknometer, suhu piknometer
diturunkan hingga 23oC dan dinaikkan kembali menjadi 25oC, selanjutnya
piknometer berisi mikroemulsi ditimbang (A2 g). Bobot jenis mikroemulsi
dihitung dengan persamaan berikut:
Bobot jenis = ����
���� (2) (Wihelmina, 2007).
g. Pengukuran Persen Transmitansi
Pengukuran persen transmitansi dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Mikroemulsi masing-masing formula ditimbang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
sebanyak 1,0 gram, kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam beaker
glass, selanjutnya dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas. Persen Transmitansi larutan sampel diukur
menggunakan Spekrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 650 nm
dengan menggunakan aquadest sebagai blangko.
h. Pengukuran Indeks Bias
Indeks bias mikroemulsi diukur menggunakan Hand Refractometer
ATAGO. Kedua prisma dibuka dan lensa pada Hand Refractomneter
dibersihkan menggunakan etanol dan tissue lensa hingga bersih. Sebanyak
2-3 tetes mikroemulsi masing-masing formula dimasukkan dalam lensa
hand refractometer. Kemudian lensa ditutup dengan penutup lensa, dan
kaca cahaya diatur dengan memutar dasar prisma sehingga penglihatan
sebelah atas terang dan sebelah bawah gelap. indeks bias mikroemulsi
diamati dengan mengarahkan hand refraktometer ke arah sumber cahaya
sehingga dapat terlihat batas terang dan gelap. Indeks bias mikroemulsi
diamati menggunakan skala pembacaan 2.
5. Uji Stabilitas Fisik
Uji stabilitas termidinamik mikroemulsi dilakukan dengan uji
sentrifugasi dan uji freeze thaw :
a. Uji sentrifugasi
Mikroemulsi masing-masing formula di sentrifugasi dengan
kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Setelah selesai, diamati perubahan
yang terjadi pada sediaan mikroemulsi. Bila mikroemulsi tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pemisahan fase maka sediaan mikroemulsi dinyatakan lolos dan dapat
dilanjutkan dengan uji freeze thaw.
b. Uji Freeze thaw
Mikroemulsi masing-masing formula disimpan pada suhu -21o C
selama 24 jam, dan suhu 25o C selama 24 jam yang merupakan satu siklus.
Uji freeze thaw ini dilakukan dalam 3 siklus. Diamati perubahan fisik
sediaan mikroemulsi secara organoleptis setiap siklusnya derta dilihat nilai
persen transmitansi, pH, ukuran droplet dan viskositasnya.
6. Uji Aktivitas Antioksidan
a. Pembuatan larutan uji dan larutan DPPH
1) Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM
Sebanyak 15,8 gram DPPH ditimbang dan dilarutkan dengan
etanol p.a. dalam beaker glass, dimasukkan dalam labu takar 100 mL,
ditambahkan etanol p.a. hingga tanda batas.
2) Penyiapan Larutan Uji Askorbil Palmitat
Sebanyak 1 mg askorbil palmitat ditimbang dan dilarutkan
dengan pelarut etanol p.a. dalam beaker glass, dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL dan di tambahkan etanol p.a. hingga tanda batas, sehingga
diperoleh konsentrasi baku askorbil palmitat 20 µg/mL. 5 mL diambil
dari larutan stok dimasukkan dalam labu 10 mL lalu ditambahkan
etanol sampai tanda batas, sehingga menghasilkan konsentrasi 10
µg/mL. Sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 mL larutan baku askorbil
palmitat diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
ditambahkan etanol p.a. sampai tanda batas, sehingga diperoleh
konsentrasi larutan uji sebesar 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 µg/mL.
3) Penyiapan Larutan Uji Alfa Tokoferol
Sebanyak 1 mg alfa tokoferol ditimbang dan dilarutkan dengan
pelarut etanol p.a. dalam beaker glass, dimasukkan dalam labu ukur 25
mL dan di tambahkan etanol p.a. hingga tanda batas, sehingga diperoleh
konsentrasi alfa tokoferol 1000 µg/mL. Sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan
1,0 mL larutan baku alfa tokoferol diambil dan dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan etanol p.a. sampai tanda
batas, sehingga diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 20, 40, 60, 80,
dan 100 µg/mL.
4) Penyiapan Larutan Uji Campuran Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol
Sebanyak 4 mg askorbil palmitat dan 0,01 mg alfa tokoferol
ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut etanol p.a. dalam beaker glass,
keduanya dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan di tambahkan
etanol p.a. hingga tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi campuran
vitamin 0,14 mg/mL. Sebanyak 2,5 mL larutan induk campuran vitamin
diambil dan dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan
etanol p.a. hingga tanda batas hingga diperoleh konsentrasi baku
campuran vitamin 0,014 mg/mL. Diambil sebanyak 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
mL dari larutan baku vitamin ke dalam labu takar 10 mL, kemudian
ditambahkan etanol p.a. sampai tanda batas, sehingga diperoleh
konsentrasi larutan uji sebesar 1,4; 2,8; 4,2; 5,6; 7,0 dan 8,4 µg/mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
5) Penyiapan Larutan Uji Sampel Mikroemulsi
Sebanyak 100 mg sampel mikroemulsi masing-masing formula
ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut etanol p.a. dalam beaker glass,
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan pelarut etanol
p.a. hingga tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi askorbil palmitat
dan alfa tokoferol 56 µg/mL. Pada formula A sebanyak 5, 6, 7, 8, dan 9
mL larutan baku sampel mikroemulsi formula A diambil dan
dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, ditambahkan etanol p.a.
sampai tanda batas, sehingga konsentrasi larutan uji sebesar 28; 33,6;
39,2; 45; dan 50 µg/mL. Pada formula B, C dan D sebanyak 3, 4, 5, 6,
dan 7 mL larutan baku sampel mikroemulsi masing-masing formula B,
C, D dan E diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
ditambahkan etanol p.a. sampai tanda batas, sehingga konsentrasi
larutan uji sebesar 16,8; 22,4; 28; 33,6; dan 39,2 µg/mL.
6) Penyiapan Larutan Uji Basis Mikroemulsi
Sebanyak 100 mg basis mikroemulsi masing-masing formula
ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut etanol p.a. dalam beaker glass,
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL sehingga diperoleh konsentrasi
basis 0,4 mg/mL. Pada formula A sebanyak 5, 6, 7, 8, dan 9 mL larutan
baku basis mikroemulsi formula A diambil dan dimasukkan ke dalam
labu takar 10 mL, ditambahkan etanol p.a. sampai tanda batas, sehingga
konsentrasi larutan uji basis sebesar 0,2; 0,24; 0,28; 0,32; dan 0,36
mg/mL. Pada formula B, C, D dan E sebanyak 3, 4, 5, 6, dan 7 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
larutan baku basis mikroemulsi masing-masing formula B, C, D dan E
diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, ditambahkan
etanol p.a. sampai tanda batas, sehingga konsentrasi larutan uji sebesar
0,12; 0,16; 0,2; 0,24; dan 0,28 mg/mL.
b. Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan
1) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Pada tiga labu ukur 10 mL, dimasukkan masing-masing 0,5;
1,0; dan 1,5 mL larutan DPPH, kemudian ditambahkan etanol p.a.
hingga tanda batas, diperoleh konsentrasi DPPH 7,9; 15,8; dan 23,7
µg/mL. Larutan divorteks selama 30 detik, lalu dilakukan scanning
panjang gelombang maksimum pada panjang gelombang 400-600 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
2) Penetuan Operating Time (OT)
Penentuan operating time dilakukan dengan cara pada labu
takar 10 mL dimasukkan 1,0 mL larutan DPPH 0,4 mM dan 1,0 mL
konsentrasi tengah dari seri konsentrasi masing-masing larutan uji
(askorbil palmitat murni, alfa tokoferol murni, campuran askorbil
palmitat dan alfa tokoferol murni, sampel mikroemulsi formula A; B;
C; D dan E serta basis mikroemulsi formula A; B; C; D dan E). Etanol
p.a. ditambahkan hingga tanda batas dan divorteks selama 30 detik.
Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
yang telah didapat dengan interval waktu 5 menit selama 1 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c. Uji aktivitas antioksidan
1) Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)
Sebanyak 1,0 mL larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan dalam
labu takar 10 mL ditambahkan etanol p.a. hingga tanda batas. Larutan
dibaca absorbansinya pasa saat OT dan panjang gelombang maksimum.
2) Pengukuran absorbansi larutan uji, sampel mikroemulsi dan basis
mikroemulsi
Sebanyak 1,0 mL DPPH 0,4 mM dan 1,0 mL masing-masing
seri konsentrasi larutan uji. Campuran selanjutnya divorteks selama 30
detik dan dibiarkan selama OT. Larutan ini selanjutnya diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang telah
diperoleh. Pengukuran absorbansi dilakukan pada askorbil palmitat
murni, alfa tokoferol murni, campuran askorbil palmitat dan alfa
tokoferol murni, sampel mikroemulsi serta basis mikroemulsi.
3) Pembuatan Kurva regresi linier
Nilai absorbansi larutan uji dan blangko yang telah didapat
digunakan untuk mendapatkan nilai %IC menggunakan persamaan 3.
% IC =(�������� ���������������� ������)
�������� ������� x 100% (3)
(Rohman et al, 2005)
Kurva regresi dibuat antara konsentrasi larutan uji (sumbu x)
dan %IC (sumbu y) untuk masing masing larutan uji. Konsentrasi
larutan uji untuk askorbil palmitat murni, alfa tokoferol murni,
campuran askorbil palmitat dan alfa tokoferol murni, sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mikroemulsi formula A; B; C; D dan E serta basis mikroemulsi formula
A; B; C; D dan E sama seperti seri konsentrasi pada pembuatan masing-
masing larutan uji. Besarnya daya antioksidan (IC50) ditentukan dengan
menggunakan persamaan regresi linier yang telah didapatkan.
7. Uji Iritasi
a. Pembuatan Kontrol Positif (NaOH 0,1 N)
Sebanyak 0,4 gram NaOH padat ditimbang dan dilarukan dengan
aquadest, dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan ditambah aquadest
hingga tanda batas.
b. Pembuatan Kontrol Negatif (0,9% NaCl)
Sebanyak 0,9 gram NaCl padat ditimbang dan dilarukan dengan
aquadest, dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan ditambah aquadest
hingga tanda batas.
c. Uji HET-CAM
Uji iritasi dilakukan dengan metode Hen’s Egg Test Choriallantoic
Membrane (HET-CAM). Digunakan telur ayam berusia 10 hari. Cangkang
telur dikupas dengan hati-hati pada bagian kantung udara. Membran luar
dibilas dengan NaCl 0,9% sehingga terlihat bagian dalam membran telur
dan membran luar dilepaskan dengan hati-hati. Membran dalam dipejankan
dengan 0,3 mL NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif. Kemudian 0,3 mL
NaOH dipejankan sebagai kontrol positif. Mikroemulsi masing-masing
formula diambil 0,3 mg dan dipejankan sebagai perlakuan. Diamati selama
5 menit (300 detik), dengan melihat apakah terjadi perdarahan (hemorage),
lisis, atau koagulasi pada CAM. CAM dikatakan mengalami hemorrage
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
apabila terjadi pendarahan pada CAM, CAM mengalami lisis apabila
terdapat pembuluh darah yang pecah pada CAM, dan koagulasi apabila
terjadi koagulasi protein pada CAM. Nilai iritasi atau Irritation Score
dihitung menggunakan persamaan 1.
F. Analisis Hasil
Data hasil pengamatan sifat fisik sediaan mikroemulsi yang diperoleh
pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji analisis varian (ANOVA) satu arah
dengan menggunakan program R 3.0.1.. Sebelumnya data diuji normalitasnya
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila menunjukkan data yang normal, pengujian
dilanjutkan dengan uji Levene untuk mengetahui kehomogenan data. Bila data
homogen, dilanjutkan dengan uji ANOVA. Apabila dari uji tersebut menghasilkan
suatu perbedaan, uji dilanjutkan dengan uji Tukey HSD untuk melihat data
manakah yang berbeda. Namun, apabila data menunjukan hasil yang negatif pada
uji Shapiro-Wilk, uji yang dilakukan adalah uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan
dengan uji wilcoxon.
Data hasil stabilitas fisik yang berupa data pH, viskositas, persen
transmitasi dan ukuran droplet pada tiap siklus pada uji freeze thaw dianalisis
menggunakan uji T berpasangan dengan program R 3.0.1.. Sebelumnya data diuji
normalitasnya menggunakan uji Shapiro-Wilk. Bila menunjukkan data yang
normal, pengujian dilanjutkan dengan uji variansi untuk mengetahui variansi data.
Bila data memiliki variansi yang sama, dilanjutkan dengan uji T berpasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Percobaan Pendahuluan Basis Mikroemulsi
Dalam pembuatan mikroemulsi ini dilakukan percobaan pendahuluan
yang bertujuan untuk mengetahui komposisi bahan terbaik yang menghasilkan
mikroemulsi yang jernih, homogen dan stabil. Hasil uji pendahuluan dapat dilihat
pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil uji pendahuluan
Sampel rasio Smix
1:1 2:1 3:1 4:1 5:1 6:1 1 Emulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 2 Gel mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 3 Gel Gel mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 4 Gel Gel Gel Gel Gel Gel 5 Emulsi Emulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 6 Emulsi Emulsi Emulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 7 Emulsi Emulsi Emulsi mikroemulsi mikroemulsi mikroemulsi 8 Emulsi Emulsi Emulsi Emulsi mikroemulsi mikroemulsi 9 Emulsi Emulsi Emulsi Emulsi Emulsi Emulsi
Keterangan : Sampel 1 : mikroemulsi yang mengandung 10% aquadest, Sampel 2 : mikroemulsi yang mengandung 20% aquadest, Sampel 3 : mikroemulsi yang mengandung 30% aquadest, Sampel 4 : mikroemulsi yang mengandung 40% aquadest, Sampel 5 : mikroemulsi yang mengandung 50% aquadest, Sampel 6 : mikroemulsi yang mengandung 60% aquadest, Sampel 7 : mikroemulsi yang mengandung 70% aquadest, Sampel 8 : mikroemulsi yang mengandung 80% aquadest, Sampel 9 : mikroemulsi yang mengandung 90% aquadest.
Berdasarkan hasil dari uji pendahuluan terdapat 3 macam sediaan yang
terbentuk, yaitu mikroemulsi, emulsi dan gel. Mikroemulsi terbentuk karena
tengangan antarmuka dikurangi ke tingkat yang sangat rendah dan membuat
energi bebas permukaan sangat rendah yang membuat meningkatnya stabilitas
termodinamik (Pathan et al., 2012). Emulsi terbentuk karena rasio smix belum
mampu menggurangi tenggangan antarmuka hingga nilai yang sangat rendah dan
energi bebas permukaan masih diatas 0 (nol) (Pathan et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pembentukan gel bisa disebabkan oleh ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil dari air dengan gugus oxyethylene dari tween 80, yang mengakibatkan
pembentukan jaringan-jaringan gel yang sangat lengket dan kental. Jaringan
ikatan hidrogen ini secara bertahap pecah bila diencerkan dengan air (Mahdi et
al., 2011).
Seluruh sampel yang menghasilkan mikroemulsi yang jernih atau
transparan pada tiap rasio smix kemudian diuji stabilitasnya dengan uji
sentrifugasi dan uji heating and cooling selama 3 siklus. Tujuan uji ini adalah
untuk melihat sampel mana yang stabil pada tiap formula. Pada uji sentrifugasi
seluruh sampel dalam tiap perbandingan tidak mengalami pemisahan fase. Hasil
pengamatan setelah uji heating and cooling dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Hasil pengamatan setelah uji heating and cooling
Sampel Rasio Smix
2:1 3:1 4:1 5:1 6:1 1 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil 2 Stabil Stabil Stabil Stabil Stabil 3 - Stabil Stabil Stabil Stabil 4 - - - - - 5 - Tidak Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil 6 - - Tidak Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil 7 - - Tidak Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil 8 - - - Tidak Stabil Tidak Stabil
Keterangan : sediaan mikroemulsi dikatakan stabil bila tidak terjadi perubahan warna dan pemisahan fase, sediaan mikroemulsi dikatakan tidak stabil apabila terjadi pemisahan fase dan perubahan warna, (-) : sampel pada formula tersebut tidak diuji heating and cooling karena tidak membentuk sediaan mikroemulsi.
Pada uji heating and cooling ini terdapat formula yang tidak stabil yang
ditunjukkan dengan terjadinya pemisahan fase. Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan suhu yang drastis membuat droplet-droplet fase minyak memisah atau
lepas dari ikatan dengan misel dan droplet-droplet tersebut menyatu menjadi
emulsi dan kemudian dapat memisah menjadi lapisan minyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Untuk menentukan formula yang digunakan pada percobaan utama
dilakukan uji sifat fisik yaitu viskositas, untuk mengetahui viskositas dari sampel
mana yang paling mendekati viskositas mikroemulsi pada teori, yaitu yang
memiliki viskositas terendah. Hasil uji viskositas uji pendahuluan ini dapat dilihat
pada gambar 7.
Gambar 7. Hasil uji viskositas uji pendahuluan
Hasil viskositas ini menunjukkan bahwa sampel 1 untuk seluruh
perbandingan Smix menghasilkan viskositas terendah, dan sampel 3 yang
menghasilkan viskositas tertinggi. Viskositas tiap sampel ini berbeda signifikan (p
< 0,05), sehingga untuk uji selanjutnya dipilih sampel 1 dengan viskositas
terendah. Hal ini berdasarkan teori yang menyatakan bahwa mikroemulsi
memiliki viskositas yang rendah. Selanjutnya Smix 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, dan 6:1
disebut formula A, B, C, D, dan E.
B. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Mikroemulsi Hasil Percobaan Utama
Sediaan yang berkualitas adalah sediaaan yang memenuhi kriteria sifat
fisik dan dapat mempertahankan sifat fisiknya selama penyimpanan. Evaluasi sifat
0100020003000400050006000700080009000
smix 2:1 smix 3:1 smix 4:1 smix 5:1 smix 6:1
Vis
kosi
tas
(cP
s)
Rasio Smix
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
fisik pada siklus ke-0 ini dilakukan untuk membandingkan keadaan mikroemulsi
sebelum dan sesudah uji stabilitas. Sifat fisik mikroemulsi yang diuji meliputi
organoleptis, tipe mikroemulsi, bobot jenis, indeks bias, pH, persen transmitansi,
viskositas, serta ukuran droplet.
1. Pemeriksaan Organoleptis dan pH
Pemeriksaan penampilan sediaan mikroemulsi memiliki peran
penting terhadap estetika dan penerimaan dari konsumen, selain itu dapat
diamati secara langsung adanya ketidakstabilan dari mikroemulsi seperti
pemisahan fase, perubahan warna serta bau.
Suatu sediaan topikal harus memiliki pH yang hampir sama dengan
kulit, yaitu 4,5 - 6,5. Hal ini dimaksudkan agar sediaan yang diaplikasikan
pada kulit bertersebut tidak mengiritasi.
Hasil pengamatan organoleptis dan pH dari mikroemulsi dapat
dilihat pada Tabel VIII.
Tabel VIII. Hasil pengamatan Organoleptis dan pH Sediaan Mikroemulsi Kriteria Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih
Pemisahan fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
pH 5,33±0,01 5,41±0,026 5,51±0,036 5,63±0,025 5,73±0,015
Pada siklus ke-0 seluruh formula menghasilkan sediaan
mikroemulsi yang jernih, berwarna kuning muda, homogen secara fisik,
berbau khas dan tidak mengalami pemisahan fase. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bahwa semua perbandingan tween 80 dan PEG 400 mampu menghasilkan
mikroemulsi yang jernih, homogen dan tanpa pemisahan fase.
Sediaan mikroemulsi yang dihasilkan memiliki karakteristik jernih
atau transparan karena ukuran droplet yang dihasilkan jauh lebih kecil dari
panjang gelombang cahaya tampak (Laksmi et al., 2013). Ukuran droplet
yang kecil pada mikroemulsi disebabkan surfaktan dan kosurfaktan yang
digunakan. Surfaktan dan kosurfaktan ini melapisi droplet-droplet dalam
sediaan sehingga teganggan antarmuka menjadi sangat rendah sehingga
energi bebas permukaan menjadi 0 (nol) bahkan negatif, serta gaya tarik
menarik antar droplet yang sejenis menjadi rendah sehingga halangan
stearik menjadi besar. Energi bebas permukaan yang bernilai 0 atau negatif
dan halangan stearik antar droplet yang tinggi akan menyebabkan ukuran
droplet menjadi semakin kecil hingga berukuran nanometer (Mahdi et al.,
2011).
Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa kelima formula
memiliki pH pada rentang 4,5 – 6,5, sehingga dapat dikatakan bahwa kelima
formula sediaan mikroemulsi memiliki pH yang hampir sama dengan pH
kulit, sehingga meniminalkan resiko iritasi dari penggunaan sediaan
mikroemulsi.
Perbedaan perbandingan tween 80 dan PEG 400 ini mempengaruhi
pH sediaan mikroemulsi, dari data pada tabel VIII dapat dilihat bahwa
semakin tinggi perbandingan tween 80 dan PEG 400 menghasilkan pH
sediaan yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pH sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mikroemulsi ini dipengaruhi oleh perbandingan surfaktan tween 80 dan
kosurfaktan PEG 400. Hal ini didukung dengan data analisis statistik pH
sediaan mikroemulsi pada masing-masing formula yang menunjukkan
perbedaan signifikan (p < 0,05) untuk tiap formula.
2. Pemeriksaan Tipe Mikroemulsi
Pemeriksaan tipe mikroemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe
mikroemulsi yang terbentuk tipe minyak dalam air (M/A), tipe air dalam
minyak (A/M) atau bikuntinu. Pemeriksaan tipe mikroemulsi dilakukan
dengan metode pengenceran, mikroemulsi diencerkan dengan dengan
aquadest dan fase minyak yang digunakan dengan perbandingan masing-
masing 1:100, apabila mikroemulsi larut dalam aquadest dan fase minyak
maka mikroemulsi memiliki tipe bikontinu.
(a) (b)
Gambar 8. (a) Mikroemulsi yang dilarutkan dalam aquadest, (b) Mikroemulsi yang dilarutkan dalam minyak zaitun
Hasil yang didapat dari pengenceran ini menunjukkan bahwa
kelima formula larut sempurna dalam aquadest dan minyak zaitun serta
tidak membentuk emulsi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelima
formula mikroemulsi memiliki tipe bikontinu.
Mikroemulsi yang dihasilkan memiliki tipe bikontinu, hal ini
didukung oleh pernyataan Talegaonkar (2008) yang menyebutkan bila
jumlah surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan jauh lebih besar dari fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
lain serta jumlah fase air dan fase minyak yang digunakan sama banyak
dalam suatu formula maka mikroemulsi akan cenderung membentuk sistem
bikontinu. Hal ini sesuai dengan formula yang digunakan dalam penelitian
ini, dimana Smix yang digunakan dalam formula ini mencapai 81,8 %,
sedangkan fase air dan fase minyak masing-masing hanya 9,1% dari
keseluruhan formula. Selain itu, karena surfaktan dan kosurfaktan yang
digunakan adalah surfaktan nonionik yang sensitif terhadap suhu dan
cenderung akan membentuk tipe mikroemulsi bikontinu bila pembuatannya
dilakukan pada suhu ruangan.
3. Pengukuran Indeks Bias
Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan hand
refractometer. Pengukuran indeks bias ini bertujuan untuk melihat sifat
isotropik dari sediaan mikroemulsi, dengan dibandingkan dengan indeks
bias air (1,333) (Pathan, et al., 2012).
Tabel IX. Hasil pengamatan Indeks bias Sediaan Mikroemulsi Formula A B C D E
Indeks Bias (�� ± SD)
1,466 ± 0,00
1,466 ± 0,00577
1,466 ± 0,00577
1,466 ± 0,00
1,466 ± 0,00577
Hasil pengamatan menunjukan bahwa semua formula mikroemulsi
memiliki nilai indeks bias 1,446. Hasil ini menunjukkan bahwa kelima
formula mikroemulsi menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan
transparan karena indeks bias yang dihasilkan tidak lebih dari 1,476 (Gina et
al., 2012). Hasil uji indeks bias ini lebih tinggi dibanding dengan nilai
indeks bias aquadest (1,333). Hasil tersebut menandakan bahwa indeks bias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sediaan mikroemulsi ini tidak dipengaruhi oleh perbandingan surfaktan
tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
4. Pengukuran Bobot jenis
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat terhadap
massa air dengan volume yang sama pada suhu 4oC atau pada suhu lain
yang ditetapkan (Sinko, 2006). Bobot jenis mikroemulsi diukur
menggunakan piknometer, dengan dibandingkan dengan bobot jenis air.
Gambar 9. Hasil uji bobot jenis sediaan mikroemulsi
Hasil bobot jenis yang didapat menunjukkan hasil bahwa bobot
jenis kelima formula yang tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan
bobot jenis air yang memiliki bobot jenis 0,993 g/mL, hal ini menunjukkan
bahwa sediaan mikroemulsi dari seluruh formula dapat mengalir dengan
baik dan mudah dituang.
Namun, bila dibandingkan dengan bobot jenis tween 80 (1,080
g/mL), seluruh formula mikroemulsi memiliki nilai bobot jenis yang hampir
sama. Hal ini terjadi karena komposisi tween 80 yang sangat besar yaitu
51,53 % hingga 70,11 % dalam seluruh formula mikroemulsi.
1,065
1,07
1,075
1,08
1,085
A B C D EBob
ot
Jen
is (
g/m
L)
Formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan tween
sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan nilai bobot jenis
sediaan makin kecil. Namun, perbedaan tersebut tidak berbeda bermakna
menurut statistik (p > 0,05) untuk tiap formula. Hal ini menunjukkan bahwa
bobot jenis sediaan mikroemulsi tidak dipengaruhi oleh perbandingan
surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
5. Pengukuran Persen Transmitansi
Persen transmitansi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis
dengan aquadest sebagai blangko. Persen transmitansi dapat digunakan
untuk menunjukkan tingkat kejernihan dari sediaan mikroemulsi, apabila
suatu sediaan mikroemulsi memiliki nilai persen transmitansi mendekati
100% maka dapat disimpulkan bahwa sediaan mikroemulsi tersebut jernih
secara optis (Pathan et al., 2012).
Gambar 10. Hasil uji persen transmitansi sediaan mikroemulsi
Dari hasil percobaan didapat hasil persen transmitansi yang tinggi
yang berkisar antara 97 – 99%, hasil ini menunjukkan bahwa kelima
formula mikroemulsi memiliki karakteristik transparan dan jernih karena
memiliki nilai persen transmitansi yang mendekati 100%.
9696,5
9797,5
9898,5
9999,5
A B C D E
Tran
smit
ansi
(%
)
Formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Perbedaan persen transmitansi dari kelima formula tidak signifikan
menurut statistik (p >0,05). Hal ini menunjukkan bahwa persen transmitansi
sediaan mikroemulsi ini tidak dipengaruhi oleh perbandingan surfaktan
tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
6. Pengukuran Viskositas
Viskositas dari mikroemulsi diukur menggunakan viskotester
brookfield. Viskositas berfungsi untuk melihat sifat alir dari suatu sediaan,
yang merupakan suatu parameter penting dalam meneliti sifat fisik dan
kestabilan suatu sediaan (Sharma, 2012).
Gambar 11. Hasil uji viskositas sediaan mikroemulsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa viskositas mikroemulsi yang
dihasilkan cukup besar, berbeda dengan mikroemulsi tipe M/A maupun
A/M yang memilki viskositas yang rendah. Hal ini karena surfaktan yang
digunakan cukup tinggi, dimana surfaktan tween 80 memiliki viskositas
yang agak kental. Selain itu, diduga karena sistem mikroemulsi tipe
bikontinu yang dihasilkan memiliki sistem kubik yang memiliki viskositas
tinggi dibandingkan dengan mikroemulsi tipe A/M atau M/A yang memiliki
0
100
200
300
400
500
A B C D E
visk
osi
tas
(c.P
s)
Formula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
misel berbentuk speris yang cenderung memiliki viskositas yang rendah
(Texter, 2001).
Peningkatan perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG
400 sebagai kosurfaktan menghasilkan viskositas mikroemulsi yang
semakin tinggi seperti terlihat pada Gambar 11. Peningkatan ini menurut
data analisis statistik viskositas sediaan mikroemulsi pada masing-masing
formula menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05) untuk tiap formula.
Hal ini menunjukkan bahwa viskositas sediaan mikroemulsi ini dipengaruhi
oleh perbandingan surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.
7. Pengukuran Ukuran Droplet
Pengukuran ukuran droplet sampel mikroemulsi menggunakan
partikel size analysis dengan prinsip dynamic ligt scatering. Pengukuran
ukuran droplet, distribusi ukuran droplet dan indeks polidispersi merupakan
parameter penting untuk mengetahui sifat dan kestabilan serta
bioavailabilitas emulsi dan mikroemulsi (Sharma, 2012). Ukuran droplet
dari mikroemulsi menurut Pathan et al., (2012) adalah 10nm – 100nm.
Pengukuran dilakukan hanya terhadap formula A sebelum dan
sesudah uji freeze thaw, dengan asumsi bahwa keempat formula lainnya
memiliki ukuran droplet yang lebih kecil atau kurang lebih sama dengan
formula A ini, hal imi karena perbandingan tween sebagai surfaktan dan
PEG 400 sebagai kosurfaktan yang digunakan paling kecil. Hasil
pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada siklus ke-0 dapat
dilihat pada Tabel X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel X. Hasil pengukuran ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A pada siklus ke-0
Ukuran droplet Indeks polidispersi
28,13±5,216 0,561±0,041
Gambar 12. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata ukuran droplet
pada formula A adalah 28,13 nm. Ukuran droplet ini masuk dalam rentang
ukuran droplet mikroemulsi yaitu antara 10-100 nm. Indeks polidispersi
yang dihasilkan menunjukkan nilai kurang dari 1,0; hal ini menunjukkan
bahwa ukuran droplet pada mikroemulsi formula A memiliki karakteristik
monodispersi (Waman, 2014). Namun, pada Gambar 12 terlihat bahwa
ukuran droplet tidak terdistribusi nornal, dan condong ke arah kiri. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran droplet terpusat pada ukuran yang kecil.
C. Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi dalam kondisi ekstrim
penyimpanan
Stabilitas fisik sediaan mikroemulsi diuji menggunakan metode uji
sentrifugasi dan uji freeze thaw selama 3 siklus. Sifat fisik sediaan mikroemulsi
diuji setiap siklusnya untuk melihat perubahan yang terjadi. Sifat fisik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
diamati dalam uji stabilitas fisik ini meliputi organoleptis, pH, persen
transmitansi, viskositas, serta ukuran droplet.
1. Stabilitas Organoleptis Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw
Pemeriksaan penampilan sediaan mikroemulsi setelah uji sentrifugasi
dan pada tiap siklus selama uji freeze thaw bertujuan untuk melihat adanya
perubahan penampilan karena pengaruh perubahan suhu yang drastis selama
uji freeze thaw dan tekanan yang tinggi pada uji sentrifugasi.
Hasil pengamatan organoleptis dari mikroemulsi pada saat sebelum
dan sesudah uji sentrifugasi dapat dilihat pada Gambar 13.
Sebelum uji sentrifugasi Setelah uji sentrifugasi
Gambar 13. Penampilan fisik seluruh formula sediaan mikroemulsi sesudah dan sebelum uji sentrifugasi
Hasil pengamatan organoleptis pada saat sebelum dan sesudah uji
sentrifugasi menunjukkan bahwa kelima formula tidak menunjukkan
perubahan warna dan bau, serta tidak terjadi pemisahan fase ataupun
pembentukan kabut. Hasil ini menunjukan bahwa seluruh perbandingan
surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan sudah dapat memberikan sediaan
mikroemulsi yang stabil.
Hasil pengamatan organoleptis pada tiap siklusnya menunjukkan
bahwa kelima formula stabil setelah memalui setiap siklus dalam uji freeze
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
thaw. Penampilan fisik sediaan tidak menunjukkan perubahan warna dan bau,
serta tidak terjadi pemisahan fase ataupun pembentukan kabut. Hasil ini
menunjukan bahwa seluruh perbandingan surfaktan dan kosurfaktan yang
digunakan sudah dapat memberikan sediaan mikroemulsi yang stabil.
2. Stabilitas pH Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw
Uji stabilitas pH bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
suhu yang drastis terhadap pH sediaan mikroemulsi selama uji freeze thaw. Hal
ini karena pH merupakan salah satu faktor penentu sifat iritatif dari sediaan,
karena apabila pH sediaan tidak sesuai dengan kulit dapat mengakibatkan
iritasi saat mengaplikasian sediaan. Profil Kurva pH sampel mikroemulsi
seluruh formula tiap siklus dapat dilihat dalam pada Gambar 14.
Gambar 14. Profil Kurva pH mikroemulsi tiap siklus Freeze Thaw
pH sediaan mikroemulsi untuk tiap formula mengalami sedikit
perubahan dalam tiap siklus pada uji freeze thaw. Namun, perubahan tersebut
tidak signifikan secara statistik (p > 0,05) untuk kelima formula serta
perubahannya masih dalam rentang pH kulit. Hasil ini menunjukkan bahwa
kelima perbandingan surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dapat
menghasilkan sediaan mikroemulsi yang memiliki pH stabil dan tidak
mempengaruhi stabilitas sediaan mikroemulsi.
5
5,2
5,4
5,6
5,8
0 1 2 3
pH
Siklus Ke-
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3. Stabilitas Persen Transmitansi Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw
Uji stabilitas persen transmitansi bertujuan untuk melihat kestabilan
sediaan mikroemulsi pada tiap siklus pada uji freeze thaw. Pada uji freeze thaw
ini karena perbedaan suhu yang drastis dapat membuat sediaan mikroemulsi
menunjukkan ketidakstabilan dengan terbentuknya kristal atau kabut tipis yang
tidak selalu teramati oleh mata. Hal tersebut dapat diketahui dengan nilai
persen transmitansi yang menenunjukkan penurunan hingga dibawah 90%.
Gambar 15. Profil Kurva persen transmitansi mikroemulsi tiap siklus Freeze Thaw
Profil kurva persen transmitansi sampel mikroemulsi seluruh
formula tiap siklus dapat dilihat dalam pada Gambar 15. Persen transmitansi
sediaan mikroemulsi untuk tiap formula mengalami sedikit perubahan dalam
tiap siklus pada uji freeze thaw. Namun, perubahan tersebut tidak signifikan
secara statistik (p > 0,05) untuk kelima formula. Hasil ini menunjukkan bahwa
kelima formula memiliki persen transmitansi yang stabil serta tetap jernih dan
transparan karena nilai persen transmitansi untuk kelima formula masih >90%.
4. Stabilitas Viskositas Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw
Pengaruh freeze thaw terhadap viskositas penting diamati karena
viskositas sediaan dapat mempengaruhi kemudahan pengaplikasian sediaan
serta berhubungan dengan dosis atau jumlah zat aktif yang terkandung
96
97
98
99
100
0 1 2 3
T (
%)
Siklus Ke-
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
didalamnya. Grafik Viskositas sampel mikroemulsi seluruh formula tiap siklus
dapat dilihat dalam pada Gambar 16.
Gambar 16. Profil Kurva Viskositas mikroemulsi tiap siklus Freeze Thaw
Pada grafik viskositas dapat dilihat bahwa viskositas kelima formula
mengalami kenaikan. Pengukuran viskositas yang dilakukan pada siklus ke-0
dan siklus ke-3 dalam uji freeze thaw ini menunjukkan perubahan yang
signifikan secara statistik (p < 0,05). Pada hasil ini meskipun nilai viskositas
kelima formula mengalami peningkatan yang signifikan, namun hal ini tidak
menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi yang dihasilkan tidak stabil. Hal ini
karena peningkatan viskositas sediaan mikroemusi menunjukkan kestabilan
mikroemulsi, dimana dengan meningkatnya viskositas akan mencegah droplet
droplet untuk mengendap atau memisah (Jufri et. al., 2004).
5. Stabilitas Ukuran Droplet Sediaan Mikroemulsi setelah Freeze Thaw
Ukuran droplet penting untuk diteliti kestabilannya, karena
ketidakstabilan sistem emulsi mula-mula terjadi peristiwa pengabungan droplet
droplet. Grafik distribusi ukuran droplet sampel mikroemulsi dapat dilihat
dalam pada Gambar 17. Pengukuran ukuran droplet yang dilakukan sebelum
dan setelah uji freeze thaw menunjukkan peningkatan terlihat pada Tabel XI.
0
100
200
300
400
500
600
0 3
Vis
kos
itas
(c.
Ps)
Siklus ke-
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Namun, perubahan ukuran droplet sediaan tidak signifikan secara statistik (p >
0,05) serta nilai ukuran droplet masih dalam rentang ukuran droplet sediaan
mikroemulsi.
Gambar 17. Grafik distribusi ukuran droplet sediaan mikroemulsi formula A pada
siklus ke-3
Tabel XI. Hasil pengukuran ukuran droplet mikroemulsi formula A pada siklus ke-0 dan siklus ke-3
Ukuran droplet (nm) Indeks polidispersi
Siklus ke-0 Siklus ke-3 Siklus ke-0 Siklus ke-3
28,13±5,216 29,33±3,092 0,561±0,041 0,656±0,152
D. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dimaksudkan untuk
memperoleh daerah serapan maksimum dari DPPH. Hal ini dilakukan agar
sedikit perubahan konsentrasi saat pengambilan tidak akan menyebabkan
perubahan absorbansi yang besar sehingga akan didapatkan kepekaan analisis
yang maksimum.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan pada 3
konsentrasi DPPH 7,9; 15,8; dan 23,7 µg/mL. Hal ini bertujuan agar data
yang diperoleh dapat merepresentasikan panjang gelombang maksimum yang
sama walaupun berbeda konsentrasi. Pengukuran dilakukan dengan
melakukan scanning panjang gelombang pada 400-600 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil pengukuran panjang gelombang menunjukkan bahwa seluruh
sampel uji memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm.
Hal ini sesuai dengan teori, menurut Ndhlala et al. (2010) bahwa DPPH
memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 515 - 517 nm.
2. Penentuan Operating Time (OT)
Penentuan operating time bertujuan untuk menentukan rentang
waktu saat larutan uji mereduksi radikal DPPH dengan sempurna sehingga
diperoleh absorbansi yang stabil. Penentuan operating time perlu dilakukan
agar dapat diketahui waktu pengukuran yang tepat dari suatu senyawa,
dimana reaksi terjadi secara optimal. Pengukuran dilakukan pada saat
operating time dimaksudkan untuk meminimalkan kesalahan dalam hal
pengukuran.
Penentuan operating time dilakukan dengan mereaksikan DPPH
dengan masing-masing larutan uji, dan diamati absorbansinya setiap 5 menit
selama 1 jam. Penentuan operating time didasarkan pada waktu saat
absorbansi larutan uji dan reagen DPPH mulai stabil atau menghasilkan
selisih absorbansi yang kecil. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
maksimum yang didapatkan, yaitu 517 nm.
Operating time askorbil palmitat yang diperoleh adalah antara 25
sampai 35 menit, karena pada menit tersebut dua hingga tiga replikasi
menghasilkan nilai absorbansi yang stabil. Operating time untuk alfa
tokoferol adalah 45 sampai 60 menit. Baku pembanding campuran operating
time yang didapat adalah antara 10 hingga 30 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Operating time formula A yang diperoleh dari percobaan adalah
antara 35 sampai 60 menit, karena pada menit tersebut dua hingga tiga
replikasi menghasilkan nilai absorbansi yang stabil, untuk formula B
operating time yang didapat adalah antara 30 hingga 45 menit. Pada formula
C ketiga replikasi tidak menghasilkan operating time yang sama, sehingga
diambil operating time yang berada pada 2 replikasi, yaitu mulai dari menit
ke-20 sampai menit ke-35. Operating time formula D adalah antara 25 sampai
30 menit, dan operating time untuk formula E adalah 15 sampai 35 menit.
Operating time basis formula A yang diperoleh dari percobaan
adalah antara 20 hingga 35 menit. Pada basis formula B operating time yang
didapat adalah antara 30 hingga 55 menit. Pada basis formula C operating
time yang didapat adalah antara menit ke-25 sampai menit ke-40. Operating
time basis formula D adalah antara 35 sampai 50 menit, dan operating time
untuk formula E adalah 25 sampai 40 menit.
Gambar 18. Profil Kurva Operating Time Askorbil Palmitat, Alfa Tokoferol serta
Campuran Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0 20 40 60 80
Ab
sorb
an
si
Menit ke-
Askorbil Palmitat
Alfa Tokoferol
Campuran Askorbil Palmitat dan Alfa Tokoferol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 19. Profil Kurva Operating Time formula A, formula B, formula C, formula D,
dan formula E
Gambar 20. Profil Kurva Operating Time basis A, basis B, basis C, basis D, dan basis E
3. Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi
Metode DPPH dipilih untuk mengetahui aktivitas antioksidan karena
metode ini mudah, cepat serta sensitif. DPPH digunakan untuk aktivitas
perendaman aktivitas radikal bebas. Pengamatan pada uji ini dengan melihat
perubahan intensitas warna DPPH. DPPH akan tereduksi oleh proses donasi
hidrogen atau elektron, warnanya akan berubah dari violet menjadi kuning.
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0 10 20 30 40 50 60 70
Ab
sorb
an
si
Menit ke-
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
0,52
0,53
0,54
0,55
0,56
0,57
0,58
0,59
0 10 20 30 40 50 60 70
Ab
sorb
an
si
Menit ke-
Basis A
Basis B
Basis C
Basis D
Basis E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Aktivitas antioksidan dengan metode ini diukur menggunakan
parameter IC50 yaitu konsentrasi senyawa uji yang dibutuhkan untuk
mengurangi radikal DPPH sebesar 50%. Semakin tinggi nilai IC50 maka
aktivitas antioksidannya semakin rendah. Nilai IC50 diperoleh dari regresi
linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan uji dengan
persen penangkapan radikal. Penentuan konsentrasi untuk masing-masing
larutan uji dilakukan dengan percobaan pendahuluan atau uji orientasi untuk
menentukan konsentrasi larutan uji yang dapat memberikan persen
penghambatan antioksidan mencapai 50%.
Hasil pengukuran aktivitas antioksidan sampel mikroemulsi dapat
dilihat pada Tabel XII. Persamaan regresi linier untuk askorbil palmitat dapat
dilihat pada Lampiran 14, persamaan regresi untuk alfa tokoferol pada
Lampiran 15, dan persamaan regresi untuk campuran vitamin askorbil
palmitat dan alfa tokoferol dapat dilihat pada lampiran 16. Persamaan regresi
linier untuk formula A, B, C, D, dan E berturut-turut dapat dilihat pada
Lampiran 17, 18, 19, 20, dan 21.
Tabel XII. Hasil uji aktivitas antioksidan Larutan Uji �� (mg/mL)± SD Keterangan (Arianto, 2006)
Askorbil Palmitat 2,344 ± 0,003 Sangat Kuat
Alfa tokoferol 79,81 ± 0,361 Kuat
askorbil palmitat dan
alfa tokoferol 7,105 ± 0,0164 Sangat Kuat
Formula A 29,584 ± 0,227 Sangat Kuat
Formula B 29,513 ± 0,061 Sangat Kuat
Formula C 30,731 ± 0,144 Sangat Kuat
Formula D 31,174 ± 0,268 Sangat Kuat
Formula E 32,445 ± 0,341 Sangat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Hasil aktivitas antioksidan tersebut menunjukkan bahwa campuran
askorbil palmitat dan alfa tokoferol membuat aktivitas antioksidan menurun
dibanding askorbil palmitat murni dan naik dibanding alfa tokoferol murni,
sehingga dapat dikatakan aktivitas antioksidan oleh campuran askorbil
palmitat dan alfa tokoferol berada di tengah aktivitas antioksidan dari masing-
masing vitamin dalam bentuk murni.
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan dari
sampel mikroemulsi dari seluruh formula lebih rendah dibandingkan dengan
aktivitas antioksidan dari baku pembanding campuran askorbil palmitat dan
alfa tokoferol. Hal ini terjadi karena askorbil palmitat dan alfa tokoferol yang
ada dalam formula mikroemulsi terikat dengan makromolekul seperti
surfaktan dan kosurfaktan yang dalam formula jumlahnya besar, meskipun
begitu aktivitas antioksidan sampel seluruh formula masih dalam kategori
sangat kuat menurut Arianto (2006). Data tersebut juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi perbandingan Smix nilai IC50 semakin tinggi yang berarti
aktivitas antioksidan semakin turun. Penurunan aktivitas antioksidan ini
signifikan secara statistik (p < 0,05), dan hasil uji Tukey HSD formula A dan
B tidak berbeda signifikan secara statistik.
Pada pengukuran basis tidak dapat diketahui nilai IC50, hal ini karena
semua konsentrasi tidak menghasilkan persen penghambatan mencapai 50%
dan hanya berkisar dari 0-10%. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengukuran
aktivitas antioksidan pada sampel mikroemulsi tidak ada penambahan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
aktivitas antioksidan dari basis, sehingga murni aktivitas antioksidan dari
askorbil palmitat dan alfa tokoferol.
E. Uji Iritasi Sediaan Mikroemulsi
Uji iritasi dilakukan dengan metode Hen’s Egg Test Choriallantoic
Membrane (HET-CAM). Uji iritasi ini dipilih untuk mengantikan uji Draize yang
menggunakan kelinci sebagai hewan uji, dimana diketahui bahwa sekarang sudah
tidak diperbolehkan untuk penggunaan hewan uji untuk pengujian sediaan
kosmetik. Dalam uji ini diamati waktu terjadinya reaksi perdarahan (hemorrhage),
lisis (lysis), dan koagulasi (coagulation) pada Choriallantoic Membrane (CAM)
akibat dari pemaparan sampel uji.
Dalam uji iritasi ini digunakan NaOH 0,1 N sebagai kontrol positif dan
NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif terhadap uji iritasi HET-CAM terhadap sampel
mikroemulsi. Hasil uji iritasi pada mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel XIII.
Tabel XIII. Hasil uji iritasi sampel mikroemulsi
Perlakuan Irritation Score Keterangan
Kontrol positif 9,267 ± 0,57 Iritasi kuat Kontrol negatif 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Formula A 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula B 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula C 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula D 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula E 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Hasil uji iritasi dengan metode HET – CAM menunjukkan bahwa
permaparan NaOH terhadap CAM mengakibatkan iritasi kuat berdasarkan
klisifikasi Irritation Score oleh Cazedey (2009). Hasil pengamatan pada CAM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menunjukkan bahwa CAM yang menerima paparan NaOH terjadi perdarahan dan
lisis pada CAM, dan tidak terjadi koagulasi.
Hasil uji iritasi terhadap NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif menunjukkan
tidak terjadi perubahan pada CAM, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontrol
negatif ini tidak mengiritasi. Hasil uji iritasi terhadap kelima formula mikroemulsi
juga menunjukkan tidak terjadi perubahan pada CAM, sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh formula sampel mikroemulsi ini tidak mengiritasi.
Hasil yang ada menunjukkan bahwa peningkatan perbandingan surfaktan tween
80 dan PEG 400 tidak berpengaruh terhadap sifat iritatif dari sediaan mikroemulsi
yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peningkatan perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan menyebabkan peningkatan viskositas dan pH. Namun, tidak
menyebabkan perubahan organoleptis, indeks bias, bobot jenis dan
transmitansi.
2. Peningkatan perbandingan tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai
kosurfaktan tidak mempengaruhi stabilitas fisik sediaan mikroemulsi dalam
kondisi ekstrim penyimpanan.
3. Sediaan mikroemulsi memiliki aktivitas sangat kuat dalam meredam aktivitas
radikal bebas. Nilai IC50 formula A, B, C, D, dan E berturut-turut 29,584
µg/mL ± 0,227; 29,513 µg/mL ± 0,061; 30,731 µg/mL ± 0,144; 31,174 µg/mL
± 0,268; 32,445 µg/mL ± 0,341.
4. Sediaan mikroemulsi tidak memiliki potensi mengiritasi.
B. Saran
1. Sebaiknya uji ukuran droplet untuk seluruh formula agar dapat dipastikan efek
dari perbandingan surfaktan dan kosurfaktan terhadap ukuran droplet.
2. Dilakukan uji penetrasi untuk melihat pengaruh perbandingan surfaktan dan
kosurfaktan terhadap kemampuan penetrasi sediaan mikroemulsi menembus
membran kulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Alencastre, J. B., Bentley, M. V. L. B., Garcia, F. S., Moragas, M., Viladot, J. L., and Marchetti, J. M., 2006, A study of the characteristics and in vitro permeation properties of CMC/chitosan microparticles as a skin delivery system for vitamin E, RBCF, 42(1), 69-76.
Alvarez, A. M. R. and Rodríguez, M. L. G., 2000, Lipids in pharmaceutical and
cosmetic preparations, Grasas y Aceites, 51(1), 74-96. Ariyanto, 2006, Uji Aktivitas Antioksidan, Penentuan Kandungan Fenolik dan
Fraksi Air Ekstrak Metanolik Pegagan (Centella asiatica L. Urban), Skripsi, 68, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Aquilina, G., Bach, A., Bampidis, V., Bastos, M.D.L., Flachowsky, G., Gasa-
Gasó, J., et al., 2013, Scientific Opinion on the safety and efficacy of vitamin C (ascorbic acid, sodium ascorbate, calcium ascorbate, ascorbyl palmitate, sodium calcium ascorbyl phosphate and sodium ascorbyl phosphate) as a feed additive for all animal species based on a dossier submitted by DSM Nutritional Products Ltd, EFSA Journal, 11(2), 19.
Baumann, L. (Ed), 2009, Cosmetic Dermatology : Principles and Practice,
second edition, Mc Graw Hill Medical, New York, pp. 293-299. Bernardi, D. S., Pereira, T. A., Maciel, N. R., Bortoloto, J., Viera, G. S., Oliveira,
G. C., et al., 2011, Formation and stability of oil-in-water nanoemulsions containing rice bran oil: in vitro and in vivo assessments, J Nanobiotechnology, 9(1), 44.
Birben E., Sahiner, U. M., Sackesen, C., Erzurum S., and Kalayci, O., 2012,
Review article : Oxidative Stress and Antioxidant Defense, WAO Journal, 5:9–19.
Bissett, D. L., 2006, Anti-aging Skin Care Formulations, in Draelos Z. D., and
Thaman, L. A. (Eds.), 2006, Formulation on skin care product, 2nd edition, Taylor & Francis Group, New York, pp. 174- 176.
Cazedey, E., Calvalho, F., Fiorentino, F., Gremiao, M., and Salgado, H., 2009,
Corrositex, BCOP dan HET-CAM as alternative methods to animal experimentation, Braz J Med Biol Res, 34 (2), 1-23.
Clarkson, P. M., and Thompson, H. S., 2000, Antioxidants: what role do they play
in physical activity and health?, Am J Clin Nutr, 72, 637–646.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Cunningham, W. 2003, Aging and photo-aging, in: Baran R, Maibach HI, (eds). Textbook of Cosmetic Dermatology, 2nd edition, Martin dunitz, London, pp. 455-467.
Dawaba, H. M., Abd-Allah, F. I., and Ahmed M. S., 2010, Development of
AMicroemulsion-based Formulation to Improve The Availability of Poorly Water-soluble Drug, Drug Discov. Ther., 4 (4), 257-266.
Darole, P. S., Hegde, D. D., Nair, H. A., 2008, Formulation and Evaluation of
Microemulsion Based Delivery System for Amphotericin B, AAPS PharmSciTech, 9(1), 123-124.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979, Farmakope
Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, p. 79. Fennema, O. R., Hui, Y. H., Karel, M., Walstra, P., and Whitaker, J. R., (Eds),
2004, Vitamin E : Food Science and Thechnology, Marcel Dekker, Inc., New York, pp : 2-5, 89-127.
Gina, E. S., Sherif, A.E.K., and Fathy, A.A.I., 2012, Microemulsion versis
Niosome for the Transdermal Delivery of Repaglinide, Asian J. Pharm. Hea. Sci., 2 (4), 526-534.
Jusuf, N. K., 2005, Kulit menua, Majalah Kedokteran Nusantara, Medan, 3(2), pp
:1-2. Jufri, M., Djajadisastra, J., dan Maya, L., 2009, Pembuatan Mikroemulsi dari
Minyak Buah Merah, Majalah ilmu kefarmasian, 4(1), 18-27. Kretz, A., and Moser, U., 2001, Vitamins, in Barel, A. O., Paye, M., and
Maibach, H. I. (Eds.), 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 463-470.
Kundarapu, S., Srinivas, M., Srilalitha, G., and Sharma, J.V.C., 2014, Design and
Characterization of Self Emulsifying Drug Delivery System of Repaglinide, Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res., 25(1), 41-46.
Lakshmi, J., Kumar, B. A., and Gupta, S., 2013, Review Article : Investigation of
Microemulsion as a Potential Carrier for Advanced Transdermal Delivery: An Overview, Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res., 20(2), 51-59.
Lawrence ,M. and Rees, G. D., 2000, Reviews : Microemulsion-based media as
Novel Drug Delivery Systems, Adv. Drug Deliv. Rev., 45(1), 89-121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Mahdi, E. S., Sakeena, M. H. F., Abdulkarim, M. F., Abdullah, G. Z., Sattar, M. A., and Noor, A. M., 2011, Effect Of Surfactant And Surfactant Blends On Pseudoternary Phase Diagram Behavior Of Newly Synthesized Palm Kernel Oil, Drug Des. Devel. Ther., 11 (5), 311-323.
Makrantonaki, E., and Zouboulis, C. C., 2010, Pathomechanisms of
Endogenously Aged Skin, in : Farrage, M. A., Miller, K. W., Maibach, H. I., 2010, Textbook of Aging Skin, Springer, Verlag Berlin Heidelberg, pp: 346-360.
Marinova, G., and Batchvarov, V., 2011, Evaluation of The Methods of
Determination of The Free Radical Scavenging Activity by DPPH, BJAS, 17(1), 11-24.
Molyneux, P., 2004, The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity, Songklanakarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-219.
Murina, A.T., Kerisit, K. G., and Boh, E. E., 2012, Mechanism of Skin Aging,
Cosmet Dermatol., 25, 399-402. Muzzafar, F., Singh, U.,K., and Chauhan, L., 2013, Review On Microemulsion
As Futuristic Drug Delivery, Int J Pharm Pharm Sci, 5 (3), 39-53. Ndhlala, A. R., Moyo, M., and Staden, J. V., 2010, Review : Natural
Antioxidants: Fascinating or Mythical Biomolecules?, Molecules, 15, 6905-6930.
Nielloud, F. and Marti, G., 2000, Pharmaceutical Emulsions and Suspensions,
Marcel Dekker Inc, New York, pp : 1-13. Nikki, E., 2010, Review Article : Assessment of Antioxidant Capacity in vitro and
in vivo, FRBM, 49 : 503-515. Noori, S., 2012, An Overview of Oxidative Stress and Antioxidant Defensive
System, Open Access Scientific Report, 1 (8), 1-9. Padayatty, S J., Katz, A., Wang, Y., Eck, P., Kwon, O., Le, J.H., et al., 2003,
Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease prevention, J Am Col Nutr, 2, 18-35.
Pathan, M., Zikriya, A, and Quazi, A., 2012, Microemulsion: As Excellent Drug
Delivery System, IJPRS, 1(3), 199-210.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Robinson, M. K., Osborne, R., and Perkins, M. A., 2001, In Vitro Tests for Skin Irritation, in Barel, A. O., Paye, M., and Maibach, H. I. (Eds.), 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 95-97.
Rohman, A., dan Riyanto, S., 2005, Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara In Vitro, Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3), 136-140.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, Washington, DC, pp.110-113, 441-445, 549-553, 596-598, 675-681, 754-755.
Rozman, Zvonar, Falson, and Gasperlin, 2008, Temperature-Sensitive
Microemulsion Gel: An Effective Topical Delivery System for Simultaneous Delivery of Vitamins C and E, AAPS PharmSciTech, 10 (1), 1-8.
Sorg, O., Antille, C., and Saurat, J.H., , 2004, Retinoids, Other Topical Vitamins,
and Antioxidants, in Rigel, D.S., Weiss, R.A, Lim, H.W., and Dover, J.S., (Eds), 2004, Photoaging, Marcel Dekker, Inc., New York, pp : 89-105.
Sastroamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, pp. 1-39.
Sharma, B., Sharma, A., Arora, S., Gupta, S., and Bichnol, M., 2012,
Formulation, Optimization and Evaluation of Atorvastatin Calcium Loaded Microemulsion, J Pharm Drug Deliv Res., 1(3), 1-7.
Singh, P.K., Iqubal, M.K., Shukla, V.K., and Shuaib, M., 2014, Microemulsions:
Current Trends in Novel Drug Delivery Systems, RJPBCS, 1(1):39-51. Sinko, J.S., (Eds), 2006, Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences : Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Lippincott William and Wilkins, USA, p. 5.
Stuchlík, M., and Žák, S., 2001, Lipid Based Vehicle For Oral Drug Delivery,
Biomed. Paper, 145(2), 17-26. Talegokar, S., Azeem, A., Ahmad, F., Khar, R.K., Patham, S. A., and Khan, Z. I.,
2008, Microemulsions: A Novel Approach to Enhanced Drug Delivery, Recent Pat. Drug Deliv. Formul., 2, 238-157.
Texter, J., (Ed.), 2001, Reactions And Synthesis In Surfactant Systems, Marcel
Dekker, New York, p. 527.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Thiele, J. J., 2007, Review : Vitamin E in human skin: Organ-specific physiology and considerations for its use in dermatology, MOL ASPECTS MED., 28 (1), 646–667.
Traber, M.G., 2006, Vitamin E Bioavailability, Biokinetics, and Metabolism, in
Draelos Z.D., and Thaman, L.A. (Eds.), Cosmetics sience and technology, 2nd edition, Taylor & Francis Group, New York, pp. 113- 115.
United States Department of Agriculture, 2012, Technical Evaluation Report :
Ascorbyl Palmitate, http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/getfile?dDoc-Name=STELPRDC5099594, diakses tanggal 21 Oktober 2014.
Wankhade, R.P., Pundir, A.R., and Bhalerao, S.S., 2013, Microemulsion as
Novel Cosmeceutical Drug Delivery System, IJPI’s Journal of Pharmaceutics and Cosmetology, 2 (9), 78-92.
Waman, N., Ajjage, R., Kendre, P.N., Kasture, S.B., and Katsure, V., 2014,
Improved Release Oral Drug Delivery of Metaxalone, Int J Pharm, 4(1), 417-424.
Waterman, E., and Lockwood, B., Active Components and Clinical Applications
of Olive Oil, ALTERN MED REV, 12(4), 331-339. Wihelmina, C.E., 2007, Pembuatan dan Penentuan Nilai SPF Nanoemulsi Tabir
Surya Menggunkan Minyak kencur (kaempferia galangal L.) Sebagai Fase Minyak, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 1. Sertifikat analisis Askorbil palmitat dari CV. Privat Equitment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 2. Sertifikat analisis Alfa tokoperol dari CV. Cipta Anugerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 3. Sertifikat analisis Minyak zaitun dari CV. Sofa Meditetranian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 4. Sertifikat analisis Tween 80 dari PT. Brataco Chemika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 5. Sertifikat analisis PEG 400 dari PT. Brataco Chemika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 6. Data Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi
Formula Pengamatan Siklus ke-
0 1 2 3
A
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan
fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
B
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan
fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
C
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan
fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
D
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan
fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
E
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kejernihan Jernih Jernih Jernih Jernih Pemisahan
fase Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Tidak
Memisah Bau Khas Khas Khas Khas
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 7. Dokumentasi Pengamatan Organoleptis Sediaan Mikroemulsi
1. Pengamatan Setelah 48 jam (siklus ke-0)
Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
2. Pengamatan Setelah Freeze Thaw Siklus Ke -1
Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
3. Pengamatan Setelah Freeze Thaw Siklus Ke – 2
Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
4. Pengamatan Setelah Freeze Thaw Siklus Ke – 3
Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 8. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Sediaan Mikroemulsi
1. Bobot Jenis
Formula Bobot Jenis (g/mL)
� �± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
A 1,078 1,079 1,073 1,077 ± 0,0032 B 1,077 1,078 1,076 1,077 ± 0,001 C 1,078 1,074 1,075 1,076 ± 0,0021 D 1,076 1,075 1,073 1,075 ± 0,0015 E 1,075 1,076 1,072 1,074 ± 0,0021
2. Indeks Bias
Formula Indeks Bias
�� ± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
A 1,466 1,466 1,466 1,466 ± 0,00 B 1,466 1,466 1,467 1,466 ± 0,00577 C 1,467 1,466 1,466 1,466 ± 0,00577 D 1,466 1,466 1,466 1,466 ± 0,00 E 1,466 1,466 1,467 1,466 ± 0,00577
3. Pengamatan pH
Formula Rep. Siklus ke-
0 1 2 3
A 1 5,32 5,34 5,33 5,32 2 5,34 5,33 5,30 5,35 3 5,33 5,31 5,35 5,34
�� ± SD 5,33±0,01 5,33±0,015 5,33±0,025 5,34 ±0,015
B
1 5,40 5,41 5,44 5,41 2 5,44 5,46 5,41 5,44 3 5,39 5,47 5,43 5,45
�� ± SD 5,41±0,026 5,45±0,032 5,43±0,015 5,44±0,026
C
1 5,50 5,52 5,55 5,55 2 5,48 5,53 5,50 5,57 3 5,55 5,55 5,53 5,56
�� ± SD 5,51±0,036 5,53±0,015 5,53±0,025 5,56±0,01
D
1 5,60 5,62 5,63 5,62 2 5,63 5,65 5,65 5,61 3 5,65 5,63 5,66 5,63
�� ± SD 5,63±0,025 5,63±0,015 5,65±0,015 5,62 ±0,01
E 1 5,74 5,72 5,73 5,75 2 5,71 5,73 5,72 5,76 3 5,73 5,75 5,75 5,73
�� ± SD 5,73±0,015 5,73±0,015 5,73±0,015 5,75±0,015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4. Transmitasi (%)
Formula Replikasi Siklus ke-
0 1 2 3
A 1 98,7 98,7 98,8 98,8 2 98,8 98,9 98,7 98,7 3 98,5 98,5 98,9 99,0
�� ± SD 98,67± 0,15 98,7± 0,2 98,8± 0,1 98,83±0,15
B
1 99,1 99,2 99,4 99.3 2 98,9 99,0 99,0 99,4 3 99,2 99,1 99,1 99,5
�� ± SD 99,07±0,15 99,1± 0,1 99,17±0,21 99,4± 0,1
C
1 98,3 99,4 98,9 98,9 2 98,7 99,1 99,0 98,8 3 98,6 98,9 98,6 98,7
�� ± SD 98,53±0,21 99,13±0,25 98,83±0,21 98,8± 0,1
D
1 98,3 98,9 99,0 98,9 2 98,5 98,8 98,9 98,7 3 98,4 98,6 98,5 98,8
�� ± SD 98,4± 0,1 98,77±0,15 98,8± 0,26 98,8± 0,1
E 1 98,0 98,1 97,7 97,6 2 97,7 98,0 97,9 97,7 3 97,3 97,7 97,6 97,5
�� ± SD 97,67± 0,35 97,93±0,21 97,73±0,15 97,6±0,1
5. Viskositas (C.ps)
Formula Replikasi Siklus ke-
0 3
A 1 347,4 391,4 2 346,9 389,9 3 346,4 390,9
�� ± SD 346,9±0,5 390,73±0,76
B
1 391,9 400,4 2 390,4 400,9 3 390,9 398,4
�� ± SD 391,07±0,76 399,9±1,32
C
1 401,9 438,9 2 400,4 430,2 3 403,4 431,4
�� ± SD 401,9±1,5 433,5±4,71
D
1 432,4 465,4 2 427,9 464,9 3 430,9 464,4
�� ± SD 430,4±2,29 464,9±0,5
E 1 462,9 494,9 2 461,4 494, 4 3 460,9 493,9
�� ± SD 461,73±1,04 494,4±0,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
6. Ukuran partikel
Formula Repetisi Ukuran partikel (nm) Indeks polidispersi
Siklus ke-0 Siklus ke-3 Siklus ke-0 Siklus ke-3
A
1 22,4 30,2 0,564 0,690 2 29,4 25,9 0,518 0,788
3 32,6 31,9 0,600 0,490
�� ± SD 28,13±5,216 29,33±3,092 0,561±0,041 0,656±0,152
Lampiran 9. Hasil Pengamatan Ukuran Droplet Formula A
1. Sebelum Freeze Thaw
A. Repetisi 1
B. Repetisi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
C. Repetisi 3
2. Setelah Freeze Thaw
A. Repetisi 1
B. Repetisi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
C. Repetisi 3
Lampiran 10. Analisis Statistika Sifat Fisik Mikroemulsi Menggunakan
Program R. 3.0.1
Contoh uji statistik sifat fisik
1. Pengamatan pH
A. Uji normalitas (Shapiro-Wilk Test)
Formula A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Keterangan : seluruh formula memiliki nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data tiap siklus terdistribusi normal
B. Uji variansi data (Levene’s test)
Keterangan : nilai p value > 0,05 menunjukkan bahwa data memiliki kesamaan variansi
C. Uji ANOVA
Keterangan : nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
D. Uji Tukey HSD
Keterangan : nilai p value < 0,05 menunjukkan bahwa semua data berbeda
secara bermakna
Data Uji Statistik Bobot Jenis, pH, Pertsen Transmitansi dan Viskositas
1. Uji Normalitas Data (Shapiro – Wilk Test)
Formula p value
Bobot Jenis pH Persen transmitansi Viskositas A 0,2983 1,0 0,6369 1,0 B 1,0 0,3631 0,6369 0,6369 C 0,4633 0,5367 0,4633 1,0 D 0,6369 0,7804 1,0 0,6369 E 0,4633 0,6369 0,8428 0,4633
Keterangan : p < 0,05 (data terdistribusi nornal); p > 0,05 (data tidak terdistribusi nornal)
2. Uji Variansi Data (Levene’s Test)
Sifat Fisik p value Keterangan Bobot Jenis 0,883 Data Homogen
pH 0,776 Data Homogen Persen transmitansi 0,6183 Data Homogen
Viskositas 0,5416 Data Homogen Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda
bermakna)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
3. Uji ANOVA
Sifat Fisik p value Keterangan Bobot Jenis 0,483 Data Tidak Berbeda Bermakna
pH 1,44e-08 *** Data Berbeda Bermakna Persen transmitansi 0,0613 Data Tidak Berbeda Bermakna
Viskositas 2,57e-15 *** Data Berbeda Bermakna Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda
bermakna) .
4. Uji Tukey HSD
Kelompok Komparasi p value
pH Viskositas Formula A vs Formula B 0,0161478 0,00e+00 Formula A vs Formula C 0,0000302 0,00e+00 Formula A vs Formula D 0,0000003 0,00e+00 Formula A vs Formula E 0,0000000 0,00e+00 Formula B vs Formula C 0,0036472 1,67e-05 Formula B vs Formula D 0,0000056 0,00e+00 Formula B vs Formula E 0,0000002 0,00e+00 Formula C vs Formula D 0,0011534 0,00e+00 Formula C vs Formula E 0,0000056 0,00e+00 Formula D vs Formula E 0,0036472 0,00e+00
Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda bermakna)
Lampiran 11. Analisis Statistika Stabilitas Fisik Mikroemulsi Menggunakan
Program R. 3.0.1
Contoh uji statistik sifat fisik
1. Persen Transmitansi
Formula A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
A. Uji Normalitas
Siklus 0
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Keterangan :Formula A memiliki nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa data tiap siklus terdistribusi normal
B. Uji T berpasangan
Siklus 0 dan siklus 1
Siklus 0 dan siklus 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Siklus 0 dan siklus 3
Siklus 1 dan siklus 2
Siklus 1 dan siklus 3
Siklus 2 dan siklus 3
Keterangan : Data perbandingan tiap siklus pada Formula A menghasilkan p value > 0,05 menunjukkan bahwa data persen transmitansi tiap siklusnya tidak berbeda bermakna secara statistik.
Data Uji Statistik stabilitas fisik persen transmitansi, pH, dan Viskositas
1. Stabilitas Uji Persen Transmitansi
a. Uji Normalitas Data (Shapiro – Wilk Test)
Siklus ke-
p value Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
0 0,6369 0,6369 0,4633 1,0 0,8428 1 1,0 1,0 0,7804 0,6369 0,4633 2 1,0 0,4633 0,4633 0,3631 0,6369 3 0,6369 1,0 1,0 1,0 1,0
Keterangan : p < 0,05 (data terdistribusi nornal); p > 0,05 (data tidak terdistribusi nornal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
b. Uji t berpasangan
Kelompok Komparasi p value
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Siklus ke-0 vs Siklus ke-1 0,4226 0,6667 0,1399 0,09274 0,09418 Siklus ke-0 vs Siklus ke-2 0,4557 0,4778 0,2254 0,1472 0,7538 Siklus ke-0 vs Siklus ke-3 0,444 0,06341 0,2507 0,07418 0,7418 Siklus ke-1 vs Siklus ke-2 0,622 0,4226 0,1217 0,6667 0,1835 Siklus ke-1 vs Siklus ke-3 0,5784 0,09547 0,06341 0,7418 0,06341 Siklus ke-2 vs Siklus ke-3 0,4226 0,2965 0,7418 1,0 0,05719
Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda bermakna)
2. Stabilitas Uji pH
a. Uji Normalitas Data (Shapiro – Wilk Test)
Siklus ke-
p value Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
0 1,0 0,3631 0,5367 0,7804 0,6369 1 0,6369 0,2983 0,6369 0,6369 0,6369 2 0,7804 0,6369 0,7804 0,6369 0,6369 3 0,6369 0,4633 1,0 1,0 0,6369
Keterangan : p < 0,05 (data terdistribusi nornal); p > 0,05 (data tidak terdistribusi nornal)
b. Uji t berpasangan
Kelompok Komparasi p value
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Siklus ke-0 vs Siklus ke-1 0,8075 0,2354 0,2495 0,6667 0,6667 Siklus ke-0 vs Siklus ke-2 0,874 0,5492 0,4975 0,07418 0,5286 Siklus ke-0 vs Siklus ke-3 0,1835 0,3356 0,1628 0,6667 0,3206 Siklus ke-1 vs Siklus ke-2 1,0 0,5101 0,7538 0,2697 1,0 Siklus ke-1 vs Siklus ke-3 0,5799 0,1835 0,09418 0,4226 0,5076 Siklus ke-2 vs Siklus ke-3 0,6667 0,7538 0,2419 0,09418 0,5286
Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda bermakna)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3. Stabilitas Uji Viskositas
a. Uji Normalitas Data (Shapiro – Wilk Test)
Siklus ke-
p value Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
0 1,0 0,6369 1,0 0,6369 0,4633 3 0,6369 0,3631 0,2437 1,0 1,0
Keterangan : p < 0,05 (data terdistribusi nornal); p > 0,05 (data tidak terdistribusi nornal)
b. Uji t berpasangan
Kelompok Komparasi
p value Formula A Formula B Formula C Formula D Formula E
Siklus ke-0 vs Siklus ke-3
0,0001012 0,009821 0,007486 0,001328 0,0001041
Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda bermakna)
4. Stabilitas Uji Ukuran Droplet
a. Uji Normalitas Data (Shapiro – Wilk Test)
Siklus ke- p value
Formula A 0 0,5954 3 0,5318
Keterangan : p < 0,05 (data terdistribusi nornal); p > 0,05 (data tidak terdistribusi nornal)
b. Uji t berpasangan
Kelompok Komparasi p value
Formula A Siklus ke-0 vs Siklus ke-3 0,577
Keterangan : p < 0,05 (data berbeda bermakna); p > 0,05 (data tidak berbeda bermakna)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 12. Perhitungan Irritation Score (IS)
Irritation Score (IS) diukur dengan menggunakan persamaan 2.
�� = �301 − �������� ����
300 � 5� + �
301 − ����� ����
300 � 7� + �
301 − ����������� ����
300 � 9�
Contoh perhitungan Irritation Score :
1. Kontrol positif
A. Replikasi 1
�� = �301 − 11
300 � 5� + �
301 − 72
300 � 7� + �
301 − 301
300 � 9�
�� = 4,83 + 5,43 + 0,0 = 10,26
B. Replikasi 2
�� = �301 − 17
300 � 5� + �
301 − 99
300 � 7� + �
301 − 301
300 � 9�
�� = 4,73 + 4,71 + 0,0 = 9,11
C. Replikasi 3
�� = �301 − 5
300 � 5� + �
301 − 13
300 � 7� + �
301 − 301
300 � 9�
�� = 4,93 + 6,72 + 0,0 = 11,65
Perlakuan Irritation Score Keterangan
Kontrol positif 10,34 ± 1,272 Iritasi kuat Kontrol negatif 0 ± 0 Tidak mengiritasi
Formula A 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula B 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula C 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula D 0 ± 0 Tidak mengiritasi Formula E 0 ± 0 Tidak mengiritasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 13. Pengamatan Uji Iritasi Mikroemulsi Menggunakan Metode
HET-CAM
Nama Sebelum uji Setelah uji
Formula A
Formula B
Formula C
Formula D
Formula E
Kontrol negatif
Kontrol
Positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 14. Pengujian Aktivitas Antioksidan Standar Askorbil Palmitat
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang
Contoh perhitungan : C1 x V1 = C2 x V2 158 µg/mL x 0,5 mL = C2 x 10 mL
C2 = 7,9 µg/mL Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Askorbil Palmitat
Konsentrasi Stok Askorbil Palmitat = �,��� �
�� ��=
� ��
�� ��= 20 μ�/��
D. Konsentrasi pengenceran larutan stok
C1 x V1 = C2 x V2
20 µg/mL x 5,0 mL = C2 x 10 mL C2 = 10 µg/mL
E. Konsentrasi seri larutan stok vitamin C Palmitat
Contoh perhitungan : C1 x V1 = C2 x V2 10 µg/mL x 0,5 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,5 µg/mL Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi Seri (µg/mL)
0,5 0,5 1,0 1,0 1,5 1,5 2,0 2,0 2,5 2,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
F. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
1,5 µg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,369 0,354 0,341 0,355 ± 0,014
10 0,373 0,350 0,339 0,354 ± 0,017 15 0,372 0,349 0,337 0,353 ± 0,018 20 0,372 0,348 0,336 0,352 ± 0,018 25 0,373 0,347 0,336 0,352 ± 0,019 30 0,372 0,347 0,336 0,352 ± 0,018 35 0,372 0,347 0,336 0,352 ± 0,018 40 0,372 0,346 0,335 0,351 ± 0,019 45 0,372 0,346 0,335 0,351 ± 0,019 50 0,372 0,345 0,334 0,350 ± 0,019 55 0,372 0,345 0,333 0,350 ± 0,02 60 0,371 0,344 0,333 0,349 ± 0,019
OT hasil optimasi 25 - 35 menit
G. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
517,0 nm ; 0,431
517,0 nm ; 1,017
517,0 nm ; 0,720
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan askorbil palmitat
Replikasi Absorbansi
0, 5 µg/mL
1,0 µg/mL
1,5 µg/mL
2,0 µg/mL
2,5 µg/mL
1 0,533 0,462 0,406 0,335 0,257 2 0,533 0,462 0,405 0,335 0,257 3 0,532 0,461 0,409 0,336 0,256
�� ± SD 0,533 ±
0,000577 0,462 ±
0,000577 0,406 ±
0,002082 0,335 ±
0,000577 0,257 ±
0,000577 Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,568
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi menggunakan persamaan 3.
Contoh perhitungan = ���������� ������������������ ������
���������� ������� � 100%
=�,�����,���
�,��� � 100% = 6,16%
Seri konsentrasi (µg/mL)
IC(%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0, 5 6,16 6,16 6,34 6,22 ± 0,103 1,0 18,69 18,69 18,84 18,74 ± 0,009 1,5 28,52 28,7 27,99 28,40 ± 0,369 2,0 41,02 41,02 40,85 40,96 ± 0,098 2,5 54,75 54,75 54,93 54,81 ± 0,104
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 23,902x – 6,025 0,9986 2,344 2,344 µg/mL ±
0,003 2 y = 23,902x – 5,989 0,9987 2,342 3 y = 23,838x – 5,967 0,9976 2,348
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan askorbil palmitat
y = 23,902x -6,025R = 0,9987
0
20
40
60
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
IC (
%)
konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 15. Pengujian Aktivitas Antioksidan standar Alfa Tokoferol
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Alfa Tokoferol
Konsentrasi Stok alfa tokoferol = �,��� �
�� ��=
�� ��
�� ��= 1000 µ�/��
D. Konsentrasi seri larutan stok alfa tokoferol Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi Seri (µg/mL)
0,2 20 0,4 40 0,6 60 0,8 80 1,0 100
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
60 µg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,506 0,473 0,451 0,477 ± 0,028 10 0,477 0,470 0,448 0,465 ± 0,015 15 0,458 0,468 0,445 0,457 ± 0,011 20 0,458 0,465 0,442 0,455 ± 0,012 25 0,450 0,462 0,439 0,450 ± 0,011 30 0,447 0,460 0,434 0,447 ± 0,013 35 0,440 0,458 0,431 0,443 ± 0,014 40 0,438 0,455 0,429 0,441 ± 0,013 45 0,436 0,453 0,428 0,439 ± 0,013 50 0,434 0,453 0,427 0,438 ± 0,013 55 0,433 0,453 0,426 0,437 ± 0,014 60 0,432 0,453 0,426 0,437 ± 0,014
OT hasil optimasi 35 - 60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Data absorbansi seri konsentrasi larutan alfa tokoferol
Replikasi Absorbansi
20 µg/mL
40 µg/mL
60 µg/mL
80 µg/mL
100 µg/mL
1 0,627 0,524 0,464 0,327 0,270 2 0,627 0,524 0,463 0,327 0,270 3 0,627 0,523 0,463 0,327 0,270
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,704
H. Perhitungan %IC seri konsentrasi alfa tokoferol menggunakan persamaan 3. Seri konsentrasi
(µg/mL) IC (%)
�� ± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
20 10,94 10,94 10,94 10,94 ± 0,00 40 25,57 25,57 25,71 25,62± 0,081 60 34,09 34,23 34,23 28,40 ± 0,081 80 53,55 53,55 53,55 53,55 ± 0,00
100 61,65 61,65 61,65 61,65 ± 0,00
517,0 nm ; 0,431
517,0 nm ; 1,017
517,0 nm ; 0,720
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
I. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 647x – 1,66 0,9925 79,85 79,81 µg/mL ±
0,361 2 y = 647x – 1,632 0,9928 79,80 3 y = 646,3x – 1,562 0,9926 79,78
J. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan standar vitamin E
Lampiran 16. Pengujian Aktivitas Antioksidan Campuran Askorbil Palmitat
dan alfa tokoferol
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Askorbil Palmitat dan alfa tokoferol
Konsentrasi Stok = �,���� �
�� ��=
�,� ��
�� ��= 140 μ�/��
D. Konsentrasi pengenceran larutan stok
C1 x V1 = C2 x V2
140 µg/mL x 2,5 mL = C2 x 25 mL C2 = 14 µg/mL
y = 647x -1,632R = 0,9928
0
20
40
60
80
0 20 40 60 80 100 120
IC (
%)
konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
E. Konsentrasi seri larutan stok Vitamin C Palmitat dan Vitamin E Jumlah yang diambil (mL) Konsentrasi Seri (µg/mL)
1,0 1,4
2,0 2,8
3,0 4,2
4,0 5,6
5,0 7,0
6,0 8,4
F. Data Operating Time (OT)
Waktu (menit)
5,6 µg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,372 0,361 0,353 0,362 ± 0,009
10 0,372 0,359 0,351 0,361 ± 0,011
15 0,371 0,359 0,350 0,360 ± 0,010
20 0,371 0,359 0,349 0,360 ± 0,011
25 0,371 0,359 0,348 0,359 ± 0,011
30 0,371 0,358 0,347 0,359 ± 0,012
35 0,371 0,356 0,345 0,357 ± 0,013
40 0,371 0,356 0,340 0,356 ± 0,015
45 0,371 0,355 0,338 0,355 ± 0,016
50 0,370 0,354 0,335 0,353 ± 0,017
55 0,370 0,354 0,334 0,353 ± 0,018
60 0,370 0,353 0,332 0,352 ± 0,019
OT hasil optimasi 10 - 30 menit
G. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
517,0 nm ; 0,307
517,0 nm ; 0,613
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
3. 1,5 mL
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Askorbil Palmitat dan alfa tokoferol
Replikasi Absorbansi
1,4 µg/mL
2,8 µg/mL
4,2 µg/mL
5,6 µg/mL
7,0 µg/mL
8,4 µg/mL
1 0,531 0,512 0,437 0,390 0,312 0,226 2 0,534 0,512 0,438 0,390 0,312 0,225 3 0,540 0,512 0,438 0,389 0,312 0,224
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,606
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi memakai persamaan 3. Seri konsentrasi
(µg/mL) IC (%)
�� ± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
1,4 12,38 11,88 10,89 11,72 ± 0,758 2,8 15,51 15,51 15,51 15,51± 0,00 4,2 27,89 27,72 27,72 27,78 ± 0,098 5,6 35,64 35,64 35,81 35,7 ± 0,098 7,0 48,51 48,51 48,51 48,51 ± 0,00 8,4 62,71 62,87 63,04 62,87 ± 0,165
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 7,314x – 0,2067 0,987 7,119 7,105 µg/mL ± 0,0164
2 y = 7,385x – 2,499 0,988 7,109 3 y = 7,506x – 3,204 0,990 7,087
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan vitamin C dan E
y = 7,507x -3,204R = 0,990
0
20
40
60
80
0 2 4 6 8 10
IC (
%)
konsentrasi (µg/mL)
517,0 nm ; 0,859
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 17. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula A
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Formula A
Konsentrasi stok Mikroemulsi Formula A= �,� �
�� ��=
�,� �
�� ��= 56 μ�/��
(1 gram mikroemulsi mengandung 14 mg askorbil palmitat- alfa tokoferol)
D. Konsentrasi seri larutan stok Mikroemulsi Formula A Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
5,0 28 6,0 33,6 7,0 39,2 8,0 44,8 9,0 50,4
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,0392 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,351 0,448 0,333 0,377 ± 0,062
10 0,338 0,444 0,331 0,371 ± 0,063 15 0,332 0,443 0,327 0,367 ± 0,066 20 0,326 0,441 0,325 0,364 ± 0,067 25 0,322 0,399 0,323 0,348 ± 0,044 30 0,319 0,399 0,322 0,347 ± 0,045 35 0,316 0,399 0,321 0,345 ± 0,047 40 0,314 0,399 0,319 0,344 ± 0,048 45 0,312 0,397 0,319 0,343 ± 0,047 50 0,310 0,396 0,319 0,342 ± 0,047 55 0,308 0,395 0,319 0,341 ± 0,047 60 0,306 0,394 0,319 0,340 ± 0,048
OT Mikroemulsi Formula A hasil Optimasi : 35 menit – 60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Mikroemulsi Formula A
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan sampel mikroemulsi formula A
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Formula A
Replikasi Absorbansi
28 µg/mL
33,6 µg/mL
39,2 µg/mL
44,8 µg/mL
50,4 µg/mL
1 0,440 0,378 0,300 0,238 0,201 2 0,448 0,367 0,311 0,246 0,211 3 0,450 0,370 0,321 0,250 0,218
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,839
517,0 nm ; 0,453
517,0 nm ; 1,177
517,0 nm ; 0,828
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi Mikroemulsi Formula A menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (µg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 28 47,56 46,6 46,36 46,84 ± 0,635
33,6 54,95 56,26 55,90 55,7 ± 0,677 39,2 64,24 62,93 61,74 62,97 ± 1,25 44,8 71,63 70,7 70,2 70,84 ± 0,726 50,4 76,04 74,85 74,02 74,97 ± 1,015
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 1,315x + 11,336 0,994 29,402 29,584 µg/mL ±
0,227 2 y = 1,267x + 12,61 0,992 29,511 3 y = 1,243x + 12,91 0,992 29,839
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan mikroemulsi formula A
Lampiran 18. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula B
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
y = 1,315x + 11,336R = 0,994
0
20
40
60
80
100
0 10 20 30 40 50 60
IC (
%)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
C. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Formula B
Konsentrasi stok Mikroemulsi Formula B= �,� �
�� ��=
�,� �
�� ��= 0,056 ��/��
(1 gram mikroemulsi mengandung 14 mg askorbil palmitat - alfa tokoferol)
D. Konsentrasi seri larutan stok Mikroemulsi Formula B
Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
3,0 16,8 4,0 22,4 5,0 28 6,0 33,6 7,0 39,2
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,0392 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,543 0,471 0,510 0,508 ± 0,036 10 0,541 0,469 0,507 0,506 ± 0,036 15 0,539 0,467 0,505 0,504 ± 0,036 20 0,538 0,466 0,504 0,503 ± 0,036 25 0,536 0,465 0,502 0,501 ± 0,035 30 0,535 0,465 0,501 0,500 ± 0,035 35 0,534 0,465 0,501 0,500 ± 0,034 40 0,534 0,465 0,501 0,500 ± 0,034 45 0,534 0,464 0,501 0,500 ± 0,035 50 0,533 0,464 0,501 0,499 ± 0,034 55 0,531 0,463 0,499 0,498 ± 0,034 60 0,530 0,462 0,497 0,496 ± 0,034
OT Mikroemulsi Formula B hasil Optimasi : 30- 45 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
517,0 nm ; 0,453
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Mikroemulsi Formula B
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan sampel mikroemulsi formula B
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Formula B
Replikasi Absorbansi
16,8 µg/mL
22,4 µg/mL
28 µg/mL
33,6 µg/mL
39,2 µg/mL
1 0,605 0,540 0,466 0,356 0,244 2 0,616 0,548 0,454 0,340 0,254 3 0,618 0,554 0,443 0,347 0,259
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,836
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi Mikroemulsi Formula B menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (µg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 16,8 27,63 26,32 26,08 26,68 ± 0,834 22,4 35,41 34,45 33,73 34,53 ± 0,843 28 44,26 45,69 47,01 45,65 ± 1,375
33,6 57,42 59,33 58,49 58,41 ± 0,962 39,2 70,81 69,62 69,02 69,82 ± 0,911
517,0 nm ; 1,177
517,0 nm ; 0,828
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 1,935x - 7,079 0,9943 29,50 29,513 µg/mL ±
0,061 2 y = 1,991x – 8,658 0,9969 29,46 3 y = 1,976x –8,454 0,9974 29,58
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan mikroemulsi formula B
Lampiran 19. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula C
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Formula C
Konsentrasi stok Mikroemulsi Formula C= �,� �
�� ��=
�,� �
�� ��= 56 μ�/��
(1 gram mikroemulsi mengandung 14 mg askorbil palmitat-alfa tokoferol)
D. Konsentrasi seri larutan stok Mikroemulsi Formula C Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
3,0 16,8 4,0 22,4 5,0 28 6,0 33,6 7,0 39,2
y = 1,976x - 8,454R = 0,9970
20406080
0 10 20 30 40 50
IC (
%)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,0168 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,315 0,403 0,333 0,350 ± 0,046 10 0,317 0,400 0,332 0,350 ± 0,044 15 0,316 0,398 0,332 0,349 ± 0,043 20 0,315 0,397 0,332 0,348 ± 0,043 25 0,314 0,397 0,331 0,347 ± 0,044 30 0,314 0,397 0,329 0,347 ± 0,044 35 0,314 0,397 0,329 0,347 ± 0,044 40 0,312 0,397 0,328 0,346 ± 0,045 45 0,311 0,396 0,327 0,345 ± 0,045 50 0,310 0,396 0,327 0,344 ± 0,045 5 0,309 0,395 0,325 0,343 ± 0,046 60 0,308 0,394 0,324 0,342 ± 0,046
OT Mikroemulsi Formula C hasil Optimasi replikasi: 20- 35 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Mikroemulsi Formula C
517,0 nm ; 0,358
517,0 nm ; 0,505
517,0 nm ; 0,761
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan sampel mikroemulsi formula C
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Formula C
Replikasi Seri konsentrasi
16,8 µg/mL
22,4 µg/mL
28 µg/mL 33,6 µg/mL
39,2 µg/mL
1 0,401 0,368 0,308 0,266 0,212 2 0,411 0,374 0,303 0,272 0,210 3 0,409 0,378 0,315 0,270 0,204
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,578
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi Formula C menggunakan persamaan 3. Seri Konsentrasi
(µg/mL) IC (%)
�� ± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
16,8 30,62 28,89 29,24 29,58 ± 0,915 22,4 36,33 35,29 34,6 35,41 ± 0,871 28 46,71 47,58 45,5 46,6 ± 1,045
33,6 53,98 52,94 53,29 53,40 ± 0,529 39,2 63,32 63,67 64,71 63,9 ± 0,723
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 1,483x + 4,667 0,997 30,568 30,731 µg/mL ±
0,144 2 y = 1,557x + 2,069 0,994 30,784 3 y = 1,600x + 0,653 0,994 30,841
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan mikroemulsi formula C
y = 1,483x + 4,667R = 0,997
0
20
40
60
80
0 10 20 30 40 50
IC (
%)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 20. Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula D
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang
Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Formula D
Konsentrasi stok Mikroemulsi Formula D= �,� �
�� ��=
�,� �
�� ��= 56 μ�/��
(1 gram mikroemulsi mengandung 14 mg askorbil palmitat – alfa tokoferol)
D. Konsentrasi seri larutan stok Mikroemulsi Formula D Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
3,0 16,8
4,0 22,4
5,0 28
6,0 33,6
7,0 39,2
E. Data Operating Time (OT)
Waktu (menit)
0,028 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,469 0,478 0,455 0,467 ± 0,012
10 0,467 0,476 0,455 0,466 ± 0,010
15 0,464 0,475 0,453 0,464 ± 0,011
20 0,462 0,475 0,452 0,463 ± 0,011
25 0,460 0,475 0,452 0,462 ± 0,012
30 0,459 0,475 0,452 0,462 ± 0,012
35 0,458 0,473 0,452 0,461 ± 0,011
40 0,457 0,473 0,451 0,460 ± 0,011
45 0,456 0,472 0,451 0,460 ± 0,010
50 0,454 0,471 0,450 0,458 ± 0,011
55 0,453 0,470 0,449 0,457 ± 0,011
60 0,452 0,470 0,449 0,457 ± 0,011
OT Mikroemulsi Formula D hasil Optimasi: 20- 35 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Mikroemulsi Formula D
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan sampel mikroemulsi formula D
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Formula D
Replikasi Absorbansi
16,8 µg/mL
22,4 µg/mL
28 µg/mL
33,6 µg/mL
39,2 µg/mL
1 0,598 0,536 0,450 0,377 0,320 2 0,600 0,530 0,447 0,389 0,316 3 0,611 0,539 0,455 0,386 0,325
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,836
517,0 nm ; 0,453
517,0 nm ; 1,177
517,0 nm ; 0,828
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
I. Perhitungan %IC seri konsentrasi Formula D menggunakan persamaan 3. Seri Konsentrasi
(µg/mL) IC (%)
�� ± SD Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
16,8 28,47 28,23 26,91 27,87 ± 0,84 22,4 35,88 36,6 35,53 36,0 ± 0,546 28 46,17 46,53 45,57 54,07 ± 0,744
33,6 54,9 53,47 53,83 54,07 ± 0,744 39,2 61,72 62,2 61,12 61,68 ± 0,541
J. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50 Replikasi Persamaan regresi r IC50 (µg/mL) �� ± SD
1 y = 1,527x + 2,668 0,9979 30,997 31,174 µg/mL ±
0,268 2 y = 1,514x + 3,001 0,9989 31,043 3 y = 1,549x + 1,232 0,9985 31,483
K. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan mikroemulsi formula D
Lampiran 21. Pengujian Aktivitas Antioksidan Mikroemulsi Formula E
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 158 μ�/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
0,5 7,9 1,0 15,8 1,5 23,7
C. Konsentrasi Stok Mikroemulsi Formula E
Konsentrasi stok Mikroemulsi Formula E= �,� �
�� ��=
�,� �
�� ��= 56 μ�/��
(1 gram mikroemulsi mengandung 14 mg askorbil palmitat – alfa tokoferol)
y = 1,514x + 3,001R = 0,99890
20
40
60
80
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
IC(%
)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
D. Konsentrasi seri larutan stok Mikroemulsi Formula E Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (µg/mL)
3,0 16,8
4,0 22,4
5,0 28
6,0 33,6
7,0 39,2
Data Operating Time (OT)
Waktu (menit)
0,0168 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,472 0,435 0,451 0,453 ± 0,019 10 0,468 0,433 0,449 0,450 ± 0,017 15 0,466 0,432 0,447 0,448 ± 0,017 20 0,463 0,432 0,446 0,447 ± 0,015 25 0,463 0,432 0,445 0,447 ± 0,016 30 0,463 0,430 0,444 0,446 ± 0,017 35 0,463 0,429 0,443 0,445 ± 0,017 40 0,461 0,428 0,442 0,444 ± 0,017 45 0,458 0,428 0,440 0,442 ± 0,015 50 0,457 0,427 0,439 0,441 ± 0,015 55 0,456 0,426 0,437 0,440 ± 0,015 60 0,455 0,426 0,335 0,439 ± 0,015
OT Mikroemulsi Formula E hasil Optimasi: 15 - 35 menit
E. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
517,0 nm ; 0,453
517,0 nm ; 0,828
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
3. 1,5 mL
F. Hasil Scanning Larutan Stok Mikroemulsi Formula E
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan sampel mikroemulsi formula E
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
G. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Mikroemulsi Formula E
Replikasi Seri konsentrasi
16,8 µg/mL
22,4 µg/mL
28 µg/mL
33,6 µg/mL
39,2 µg/mL
1 0,633 0,555 0,499 0,392 0,322
2 0,624 0,564 0,495 0,394 0,329
3 0,630 0,554 0,485 0,388 0,315
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,833
H. Perhitungan %IC seri konsentrasi Formula E dengan persamaan 3.
Seri konsentrasi (µg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 16,8 24,01 25,09 24,36 24,4867 ± 0,551 22,4 33,37 32,29 33,49 33,05 ± 0,661 28 40,1 40,58 41,78 40,82 ± 0,865
33,6 52,94 52,70 53,42 53,02 ± 0,367 39,2 61,34 60,50 62,18 61,34 ± 0,84
I. Persamaan regresi %IC untuk mendapatkan IC50
Y = bx + a, dimana y merupakan nilai IC50
Replikasi Persamaan regresi r IC50
(µg/mL) �� ± SD
1 y = 1,683x – 4,763 0,9961 32,539 32,445 µg/mL
± 0,341 2 y = 1,618x – 2,956 0,9965 32,729 3 y = 1,707x – 4,739 0,9987 32,067
517,0 nm ; 1,177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
J. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan mikroemulsi formula E
Lampiran 22. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula A
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 0,158 ��/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
0,5 0,0079 1,0 0,0158 1,5 0,0237
C. Konsentrasi Stok Basis Formula A
Konsentrasi stok basis formula A= �,� �
�� ��=
��� ��
�� ��= 0,4
��
��
D. Konsentrasi Seri Larutan Stok Basis Formula A Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
5,0 0,2 6,0 0,24 7,0 0,28 8,0 0,32 9,0 0,36
y = 1,707x - 4,739R = 0,9987
0
20
40
60
80
0 10 20 30 40 50
IC (
%)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,28 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,578 0,566 0,575 0,573 ± 0,006
10 0,578 0,564 0,573 0,572 ± 0,007 15 0,577 0,563 0,570 0,570 ± 0,007 20 0,576 0,561 0,569 0,569 ± 0,007 25 0,575 0,560 0,569 0,568 ± 0,007 30 0,574 0,560 0,569 0,568 ± 0,007 35 0,574 0,558 0,569 0,567 ± 0,008 40 0,574 0,558 0,568 0,567 ± 0,008 45 0,580 0,557 0,568 0,568 ± 0,011 50 0,578 0,556 0,567 0,567 ± 0,011 55 0,578 0,555 0,566 0,566 ± 0,011 60 0,577 0,555 0,565 0,566 ± 0,011
OT Basis Mikroemulsi Formula A hasil Optimasi : 20 - 35 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
517,0 nm ; 0,353
517,0 nm ; 0,772
517,0 nm ; 0,610
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
G. Hasil Scanning Larutan Stok Basis Mikroemulsi Formula A
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan basis mikroemulsi formula A
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi Formula A
Replikasi Absorbansi
0,2 mg/mL
0,24 mg/mL
0,28 mg/mL
0,32 mg/mL
0,36 mg/mL
1 0,554 0,524 0,528 0,508 0,508 2 0,564 0,514 0,532 0,518 0,504 3 0,569 0,520 0,535 0,510 0,500
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,564
I. Perhitungan %IC pada seri konsentrasi Basis Mikroemulsi Formula A menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (mg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0,2 1,77 0 -0,887 0,294 ± 1,353
0,24 7,09 8,87 7,80 7,92 ± 0,896 0,28 6,38 5,67 5,14 5,73 ± 0,622 0,32 9,93 8,16 9,57 9,22 ± 0,935 0,36 9,93 10,64 11,35 10,64 ± 1,004
Lampiran 23. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula B
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 0,158 ��/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
0,5 0,0079 1,0 0,0158 1,5 0,0237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
C. Konsentrasi Stok Basis Formula B
Konsentrasi stok basis formula B= �,� �
�� ��=
��� ��
�� ��= 0,4
��
��
D. Konsentrasi Seri Larutan Stok Basis Formula B Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
3,0 0,12 4,0 0,16 5,0 0,2 6,0 0,24 7,0 0,28
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,28 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,574 0,571 0,575 0,573 ± 0,002
10 0,573 0,569 0,573 0,572 ± 0,002 15 0,573 0,566 0,570 0,570 ± 0,003 20 0,572 0,565 0,569 0,569 ± 0,003 25 0,571 0,560 0,567 0,566 ± 0,006 30 0,570 0,560 0,567 0,566 ± 0,005 35 0,569 0,560 0,566 0,565 ± 0,005 40 0,569 0,560 0,566 0,565 ± 0,005 45 0,568 0,559 0,566 0,564 ± 0,005 50 0,568 0,559 0,566 0,564 ± 0,005 55 0,567 0,558 0,566 0,564 ± 0,005 60 0,567 0,557 0,565 0,563 ± 0,005
OT Basis Mikroemulsi Formula B hasil Optimasi : 30-55 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
517,0 nm ; 0,353
517,0 nm ; 0,610
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Basis Mikroemulsi Formula B
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan basis mikroemulsi formula B
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi Formula B
Replikasi Absorbansi
0,12 mg/mL
0,16 mg/mL
0,2 mg/mL
0,24 mg/mL
0,28 mg/mL
1 0,545 0,549 0,541 0,540 0,538 2 0,549 0,547 0,544 0,547 0,536 3 0,550 0,547 0,540 0,548 0,539
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,565
I. Perhitungan %IC pada seri konsentrasi Basis Mikroemulsi Formula B menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (mg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0,12 3,54 2,831 2,655 3,009 ± 0,468 0,16 2,831 3,186 3,186 3,068 ± 0,205 0,2 2,4 3,717 4,425 3,514 ± 1,028
0,24 4,425 3,186 3,009 3,54 ± 0,771 0,28 4,779 5,133 4,602 4,838 ± 0,270
517,0 nm ; 0,772
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Lampiran 24. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula C
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 0,158 ��/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
0,5 0,0079 1,0 0,0158 1,5 0,0237
C. Konsentrasi Stok Basis Formula C
Konsentrasi stok basis formula C= �,� �
�� ��=
��� ��
�� ��= 0,4
��
��
D. Konsentrasi Seri Larutan Stok Basis Formula C Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
3,0 0,12 4,0 0,16 5,0 0,2 6,0 0,24 7,0 0,28
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,28 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,548 0,546 0,535 0,543 ± 0,007 10 0,548 0,544 0,533 0,542 ± 0,008 15 0,546 0,543 0,530 0,540 ± 0,008 20 0,546 0,541 0,529 0,539 ± 0,009 25 0,545 0,540 0,529 0,538 ± 0,008 30 0,544 0,540 0,529 0,538 ± 0,008 35 0,544 0,540 0,529 0,538 ± 0,008 40 0,544 0,540 0,528 0,537 ± 0,008 45 0,544 0,540 0,528 0,537 ± 0,008 50 0,543 0,539 0,527 0,536 ± 0,008 55 0,543 0,538 0,526 0,535 ± 0,009 60 0,543 0,538 0,525 0,535 ± 0,009
OT Basis Mikroemulsi Formula C hasil Optimasi : 25 - 40 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Basis Mikroemulsi Formula C
Hasil scanning menunjukkan bahwa larutan basis mikroemulsi formula C
tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi Formula C
Replikasi Absorbansi
0,12 mg/mL
0,16 mg/mL
0,2 mg/mL
0,24 mg/mL
0,28 mg/mL
1 0,543 0,540 0,541 0,534 0,531
2 0,540 0,544 0,538 0,533 0,533
3 0,544 0,544 0,539 0,530 0,530
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,560
517,0 nm ; 0,353
517,0 nm ; 0,772
517,0 nm ; 0,610
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
I. Perhitungan %IC pada seri konsentrasi Basis Mikroemulsi Formula C menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (mg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0,12 3,036 3,571 2,857 3,155 ± 0,371 0,16 3,571 2,857 2,857 3,095 ± 0,412 0,2 3,393 3,929 3,75 3,691 ± 0,273
0,24 4,643 4,821 5,357 4,940 ± 0,372 0,28 5,179 4,821 5,357 5,119 ± 0,273
Lampiran 25. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula D
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 0,158 ��/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
0,5 0,0079 1,0 0,0158 1,5 0,0237
C. Konsentrasi Stok Basis Formula D
Konsentrasi stok basis formula D= �,� �
�� ��=
��� ��
�� ��= 0,4
��
��
D. Konsentrasi Seri Larutan Stok Basis Formula D Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi (mg/mL)
3,0 0,12 4,0 0,16 5,0 0,2 6,0 0,24 7,0 0,28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,28 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,558 0,556 0,545 0,553 ± 0,007 10 0,557 0,554 0,543 0,552 ± 0,007 15 0,555 0,553 0,540 0,549 ± 0,008 20 0,550 0,551 0,539 0,547 ± 0,007 25 0,548 0,550 0,539 0,546 ± 0,006 30 0,547 0,559 0,539 0,548 ± 0,010 35 0,546 0,548 0,539 0,544 ± 0,005 40 0,545 0,548 0,539 0,544 ± 0,005 45 0,545 0,548 0,539 0,544 ± 0,005 50 0,545 0,548 0,537 0,543 ± 0,006 55 0,544 0,548 0,536 0,543 ± 0,006 60 0,543 0,547 0,535 0,543 ± 0,006
OT Basis Mikroemulsi Formula D hasil Optimasi : 35 - 50 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
G. Hasil Scanning Larutan Stok Basis Mikroemulsi Formula D
Hasil scanning menunjukkan larutan basis mikroemulsi formula D tidak
memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
517,0 nm ; 0,351
517,0 nm ; 0,701
517,0 nm ; 0,558
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi Formula D
Replikasi Absorbansi
0,12 mg/mL
0,16 mg/mL
0,2 mg/mL
0,24 mg/mL
0,28 mg/mL
1 0,531 0,524 0,515 0,516 0,513 2 0,534 0,526 0,514 0,515 0,514 3 0,533 0,523 0,517 0,510 0,510
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,545
I. Perhitungan %IC pada seri konsentrasi Basis Mikroemulsi Formula D menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (mg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0,12 2,569 2,018 2,202 2,263 ± 0,28 0,16 3,853 3,486 4,037 3,792 ± 0,28 0,2 5,505 5,688 5,138 5,444 ± 0.28
0,24 5,321 5.505 6,422 5,749 ± 0,59 0,28 5,872 5,688 6,422 5,994 ± 0,382
Lampiran 26. Aktivitas Antioksidan Basis Mikroemulsi Formula E
A. Konsentrasi Larutan DPPH
����������� ���� =0,0158 �
100 ��=
15,8 ��
100 ��= 0,158 ��/��
B. Konsentrasi seri DPPH untuk penentuan panjang gelombang
Jumlah yang diambil (mL)
Seri Konsentrasi (mg/mL)
0,5 0,0079 1,0 0,0158 1,5 0,0237
C. Konsentrasi Stok Basis Formula E
Konsentrasi stok basis formula E= �,� �
�� ��=
��� ��
�� ��= 0,4
��
��
D. Konsentrasi Seri Larutan Stok Basis Formula E
Jumlah yang diambil (mL) Seri Konsentrasi
(mg/mL)
3,0 0,12 4,0 0,16 5,0 0,2 6,0 0,24 7,0 0,28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
E. Data Operating Time (OT) Waktu (menit)
0,28 mg/mL �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 5 0,554 0,546 0,555 0,552 ± 0,005 10 0,553 0,544 0,553 0,550 ± 0,005 15 0,552 0,543 0,550 0,548 ± 0,005 20 0,552 0,541 0,549 0,547 ± 0,006 25 0,551 0,540 0,547 0,546 ± 0,006 30 0,550 0,540 0,547 0,546 ± 0,005 35 0,550 0,540 0,546 0,545 ± 0,005 40 0,550 0,540 0,545 0,545 ± 0,005 45 0,549 0,539 0,544 0,544 ± 0,005 50 0,549 0,538 0,543 0,543 ± 0,005 55 0,548 0,537 0,542 0,542 ± 0,005 60 0,547 0,535 0,540 0,541 ± 0,006
OT Basis Mikroemulsi Formula E hasil Optimasi : 25 - 40 menit
F. Hasil Scanning panjang gelombang
1. 0,5 mL
2. 1,0 mL
3. 1,5 mL
517,0 nm ; 0,351
517,0 nm ; 0,701
517,0 nm ; 0,558
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
G. Hasil Scanning Larutan Stok Basis Mikroemulsi Formula E
Hasil scanning menunjukkan larutan basis mikroemulsi formula E tidak
memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm.
H. Data absorbansi seri konsentrasi larutan Basis Mikroemulsi Formula E
Replikasi Absorbansi
0,12 mg/mL
0,16 mg/mL
0,2 mg/mL
0,24 mg/mL
0,28 mg/mL
1 0,535 0,533 0,535 0,536 0,535
2 0,533 0,535 0,534 0,533 0,533
3 0,531 0,533 0,535 0,532 0,532
Absorbansi kontrol (DPPH) = 0,546
I. Perhitungan %IC pada seri konsentrasi Basis Mikroemulsi Formula E menggunakan persamaan 3.
Seri konsentrasi (mg/mL)
IC (%) �� ± SD
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 0,12 2,015 2,381 2,747 2,381 ± 0,366 0,16 2,381 2,015 2,381 2,259 ± 0,211 0,2 2,015 2,198 2,015 2,076 ± 0,106 0,24 1,831 2,381 2,564 2,259 ± 0,381 0,28 2,015 2,381 2,564 2,32 ± 0,279
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BIOGRAFI PENULIS
Elizabeth Sita Permata Sari Sucipto Putri, dilahirkan pada
tanggal 29 November 1992 di Batang, Jawa Tengah. Putri
dari pasangan Agustinus Sucipto dan Veronika Nunik Tutik
Hartini, dan memiliki dua saudara kandung bernama Valleria
Tiara Ciptaningtyas Surya Putri dan Verania Puspitaningtyas
Cipta Putri. Penulis telah menempuh pendidikan di SD
Negeri Keteleng 1, Batang pada tahun 1998 sampai dengan
tahun 2004, SMP Negeri 1 Blado, Batang pada tahun 2004 sampai dengan 2007,
SMA Negeri 4 Yogyakarta pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, dan
kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun
2010 sampai dengan tahun 2014. Selama menempuh pendidikan di Fakultas
Farmasi penulis pernah mengikuti kepanitiaan Pekan suci pada tahun 2011
sebagai sie dekorasi, Paingan Festifal pada tahun 2012 sebagai sie P3K, Pagelaran
Tari “Dewi Sri” pada tahun 2013 sebagai sie p3K. Penulis mengikuti kegiaan
keorganisasian berperan sebagai koordinator seksi operasional pada UKM KSR
Unit VI Universitas Sanata Dharma periode 2011/2012. Penulis mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos
didanai DIKTI pada tahun 2013 dengan judul “Sehari Bersama ODHA (Orang
Dengan HIV/Aids)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI