plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · pengaruh konsentrasi tween 80 sebagai...

107
PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION CELL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Chrisilia Cahyani NIM : 108114136 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: lethien

Post on 10-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION

ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE

DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION CELL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chrisilia Cahyani

NIM : 108114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

i

PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION

ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE

DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION CELL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chrisilia Cahyani

NIM : 108114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi

keselamatanku (Mazmur 118:21)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu

( 1 Petrus 5 :7)

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia : Bagi Dialah

kemuliaan sampai selama-lamanya! ( Roma 11:36)

Kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus, Papa, Mama , Mbak Tika, Dek Putri,

Sahabat-sahabatku,

dan semua orang yang membutuhkan karya ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

v

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat dan kasih karunia-Nya yang

melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitan serta penyusunan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Tween 80 Sebagai Penetration Enhancer

Pada Formulasi Mikroemulsi Ekstrak Tempe Dengan Metode Franz Diffusion Cell

“ yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm.) Progam Studi Farmasi, Universitas Sanata Dharma , Yogyakarta.Dalam

pelaksanan penelitian, penyusunan skripsi hingga penyelesaian skripsi ini, penulis

mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak, skripsi ini dapat

diseleseikan dengan baik, untuk itu penuli ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Fx. Sutopo Broto dan Juli Indrajani, Attrika Windaresti Cahyani dan Maria

Florence Cahya Putri atas dukungan dan semangat kepada penulis selama

proses penelitian hingga penyusunan naskah skripsi.

2. Aris Widayati,M.Si.,Ph.D, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

3. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing dan Kepala

laboratorium, atas masukan, bimbingan, kritik, saran, dan bahan penelitian

yang diberikan kepada penulis.

4. C. M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. selaku dosen penguji dan juga

atas saran serta dukungan yang membangun.

5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji dan juga atas saran serta

dukungan yang membangun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

vi

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

yang telah membagikan ilmu serta pengalaman selama perkuliahan.

7. Djanuar Davidzon Pah yang selalu setia memberi perhatian, kritik maupun

saran serta dukungan dan semangat kepada penulis selama proses

penelitian hingga penyusunan naskah skripsi.

8. Pak Wagiran, Pak Musrifin, Pak Heru, Pak Parlan, Mas Bimo, Mas Kunto,

Mas Agung, serta laboran lain atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis.

9. Kelvin, Bakti, Eliza, Nessya, Sefi, Cindy, Tere, Jessi, Mega, teman-teman

satu kelompok praktikum dan kelompok presentasi, teman-teman FSM C

2010, FST B 2010 dan seluruh angkatan 2010 atas kebersamaan yang indah

dan keceriaannya selama ini.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak dapat disebutkan

satu per satu.

Tidak ada hal yang sempurna di dalam hidup ini maka dari itu penulis

menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun dan menjadi

pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 3 Juni 2014

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................

PRAKATA................................................................................................

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................

DAFTAR TABEL.....................................................................................

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

INTISARI..................................................................................................

ABSTRACT................................................................................................

BAB I PENGANTAR...............................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................

1. Perumusan Masalah..............................................................

2. Keaslian Penelitian................................................................

3. Manfaat Penelitian................................................................

B. Tujuan Penelitian...........................................................................

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.........................................................

A. Kulit ............................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

xiii

xiv

xv

xvi

xvii

1

1

3

3

5

5

6

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

x

B. Aging .............................................................................................

C. Isoflavon dan Tempe ..................................................................

D. Enhancer .......................................................................................

E. Mikroemulsi...................................................................................

F. Absorpsi Perkutan..........................................................................

G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.................................................

H. Virgin Coconut Oil........................................................................

I. Tween 80.......................................................................................

J. Nipagin..........................................................................................

K. Nipasol...........................................................................................

L. Landasan Teori..............................................................................

M. Hipotesis........................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.....................................................

B. Variabel Penelitian.........................................................................

1. Variabel Utama......................................................................

2. Variabel Pengacau..................................................................

C. Definisi Operasional.......................................................................

D. Bahan penelitian ............................................................................

E. Alat penelitian ...............................................................................

F. Tata Cara Penelitian.......................................................................

1. Ekstraksi Tempe ...................................................................

2. Standarisasi Ekstrak Tempe ......................................................

8

9

11

13

14

18

22

23

24

24

25

26

27

27

27

27

27

27

28

28

29

29

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xi

a. Pembuatan fase gerak.......................................................

b. Pembuatan larutan baku genistein....................................

c. Penetapan panjang gelombang maksimum......................

d. Penetapan kurva ekstrak tempe .......................................

3. Orientasi dan Formulasi Mikroemulsi ..................................

a. Formula............................................................................

b. Pembuatan Mikroemulsi Ekstrak Tempe ........................

4. Uji Stabilitas Fisik..................................................................

a. Uji Organoleptis dan pH..................................................

b. Uji Viskositas...................................................................

c. Uji Pengukuran Droplet Size............................................

d. Cycling test.......................................................................

5. Uji Permeasi Franz Diffusion Cell.........................................

a. Pembuatan PBS pH 7,4 konsentrasi 0,15 M ( sebagai

medium kompartemen aseptor).......................................

b. Pembuatan NaCl 9 % Fisiologis.....................................

c. Preparasi sel difusi dengan membran kulit mencit.........

d. Uji in-vitro dengan menggunakan Franz-cell

modifikasi.......................................................................

6. Analisis statistik nilai fluks genistein yang

terpenetrasi............................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................

A. Ekstraksi Tempe.............................................................................

30

30

31

31

31

32

32

33

33

33

33

33

34

34

34

34

35

35

36

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xii

B. Standarisasi Ekstrak Tempe...........................................................

1. Pembuatan Fase Gerak...........................................................

2. Pembuatan Kurva Baku.........................................................

3. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Genistein..........

4. Penetapan Kadar dengan High Perfomance Liquid

Chromatograpy (HPLC)........................................................

a. Analisis Kualitatif............................................................

b. Analisis Kuantitatif..........................................................

C. Orientasi dan Formulasi Komposisi Mikroemulsi Ekstrak

Tempe.............................................................................................

D. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Mikroemulsi............................

1. Uji Organoleptis dan pH........................................................

2. Uji Viskositas.........................................................................

3. Uji Pengukuran Droplet Mikroemulsi...................................

4. Cycling Test............................................................................

E. Uji Penetrasi Genistein dengan Franz Diffusion Cell Modifikasi..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................

B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................

BIOGRAFI PENULIS...............................................................................

38

38

40

41

42

42

43

46

49

49

50

51

52

53

58

58

58

59

64

89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I.

Tabel II.

Tabel III.

Tabel IV.

Tabel V.

Tabel VI.

Tabel VII.

Tabel VIII.

Fase Diam pada Sistem Kromatografi....................................

Fase Gerak pada Sistem Kromatografi....................................

Komponen VCO......................................................................

Formula Mikroemulsi Ekstrak Tempe....................................

Data Kurva Baku Genistein..................................................

Kadar Genistein Dalam Ekstrak Etanolik Tempe Yang

Sudah Mengalami Fraksinasi Bertingkat................................

Data Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Mikroemulsi Ekstrak

Tempe Formula I hingga Formula III.....................................

Nilai Fluks, Koefisien Difusifitas Dan Jumlah Kumulatif

Genistein Dari Sediaan Mikroemulsi Yang Mengandung

Tween 80 Dengan Berbagai Konsentrasi................................

20

21

23

32

40

45

49

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Komponen dan Fungsi Kulit...................................................

Jalur Umum Senyawa Dalam Menembus Kulit .....................

Struktur Isoflavon Aglikon......................................................

Struktur Tween 80...................................................................

Struktur Nipagin .....................................................................

Struktur Nipasol......................................................................

Bagan Rancangan Penelitian...................................................

Struktur Genistein...................................................................

Spektra Panjang Gelombang Maksimum Di 261 nm

Menggunakan Spektrofotometer.............................................

Kromatogram Sampel Hasil Fraksinasi...................................

Kromatogram Sampel Tanpa Fraksinasi.................................

Grafik Hubungan antara Profil Jumlah Kumulatif Genistein

yang terpenetrasi dari Formula I – III.....................................

Grafik hubungan Fluks rata-rata Genistein yang

Terpenetrasi dari Formula I – III.............................................

6

8

10

23

24

24

29

39

42

44

45

56

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Ekstraksi Tempe..........................................................................

Skema Pembuatan Seri Larutan Baku.....................................

Perhitungan Seri Baku Kadar Genistein..................................

Fraksinasi Genistein Dari Tempe............................................

Data Kromatogram Standarisasi Genistein Dari

Tempe......................................................................................

Gambar Kurva Baku Genistein...............................................

Uji Komposisi Mikroemulsi....................................................

Uji Organoleptis dan pH.........................................................

Hasil Uji Ukuran Droplet........................................................

Cycling Test.............................................................................

Uji Sentrifugasi.......................................................................

Uji Absorpsi Perkutan.............................................................

Contoh Perhitungan Jumlah Genistein yang Terpenetrasi

Dari Sediaan Mikroemulsi Pada Menit ke-60.........................

Contoh Perhitungan Jumlah Genistein yang Terpenetrasi

Dari Sediaan Mikroemulsi Pada Menit ke-120.......................

Contoh Perhitungan Fluks Tiap Waktu Genistein dari

Sediaan Mikroemulsi...............................................................

Uji Statistik..............................................................................

65

66

66

67

68

72

73

75

77

80

81

82

85

85

86

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xvi

INTISARI

Fenomena aging atau penuaan dini tidak dapat terhindarkan. Salah satu

penyebab aging adalah terpaparnya kulit oleh sinar ultraviolet (UV). Genistein

merupakan senyawa yang dapat mencegah penuaan dini dengan mekanisme

antioksidan. Genistein adalah isoflavon dalam bentuk aglikon dimana bentuk

aglikon ini dapat dijumpai di produk fermentasi kedelai yakni tempe. Genistein

memiliki kelarutan yang rendah dalam minyak. Sediaan mikroemulsi untuk

penggunaan topikal dapat meningkatkan kelarutan genistein sehingga dapat

terabsorpsi ke dalam kulit dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk formulasi

mikroemulsi dari ekstrak tempe dan melihat pengaruh konsentrasi tween 80 sebagai

penetration enhancer dengan metode Franz Diffusion Cell.

Uji difusi dilakukan dengan membandingkan 3 formula dimana Formula I

memiliki konsentrasi tween 80 : PEG 400 (1:1), Formula II memiliki konsentrasi

tween 80 : PEG 400 (2:1), Formula III memiliki konsentrasi tween 80 : PEG 400

(3:1). Uji difusi menggunakan Franz Diffusion Cell, kadar kemudian diukur

menggunakan HPLC. Kadar genistein yang terpenetrasi tiap jam dinyatakan

sebagai nilai fluks. Nilai-nilai fluks tiap formula diuji statistik menggunakan

ANOVA. Hasil dari uji absorpsi perkutan menunjukkan tidak ada perbedaan antar

formula.

Kata kunci : genistein, mikroemulsi, Franz Diffusion Cell , HPLC, nilai fluks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

xvii

ABSTRACT

The aging phenomenon can not be avoided. Skin aging is caused by

exposured to ultraviolet light (UV). Genistein is a compound that can prevent aging

by antioxidant mechanisms. Genistein which is in the aglycone form can be found

in fermented soy product like tempeh. Genistein has a low solubility in oil.

Microemulsion for topical use can increase the solubility of genistein that can be

well absorbed into the stratum corneum. This study aimed to formulate

microemulsion of tempeh extract and analyze the effect of tween 80 concentration

as penetration enhancers by Franz Diffusion Cell.

There were three formulas which were used in diffusion test ; 1st Formula

was consist of tween 80 : PEG 400 (1:1), 2nd

Formula was consist of tween 80 :

PEG 400 tween 80 : PEG 400 (2:1), 3rd

Formula was consist of tween 80 : PEG 400

(3:1). The percutaneuous absorption test using Franz Diffusion Cell , the genistein

level that permeate into the stratum corneum was measured using HPLC. The

penetrated-genistein solute level was considered as flux time. Flux time values were

statistically tested using ANOVA. The percutaneuos absorption test results showed

there are no differences in each formula.

Keywords : genistein, microemulsion, Franz Diffusion Cel , HPLC, Flux time value

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Aging didefinisikan sebagai suatu penurunan fungsi biologik pada

organisme. Aging tidak terhindarkan dan berjalan dengan kecepatan yang berbeda,

tergantung dari susunan genetik, lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat

terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu

(Salavkar, Tamanekar,and Athawale, 2011). Penuaan dini dapat dilihat dari kulit

kering dan kasar, kulit berkerut, muncul noda-noda hitam pada kulit, kulit kusam,

dan tidak bercahaya.

Proses penuaan kulit dapat disebabkan oleh dua faktor yakni penuaan

intrinsik dan penuaan ekstrinsik. Proses penuaan intrinsik dapat disebabkan secara

fisiologis seperti faktor ras, hormonal, dan genetik. Proses penuaan pada kulit yang

disebabkan oleh faktor ekstrinsik dapat disebabkan oleh sinar ultraviolet (UVR),

merokok, infeksi, polusi udara, kelembaban udara dan faktor ekstrinsik lainnya

(Chuarienthong, Lourith, and Leelapornpisid, 2010). UVR dapat menyebabkan

perubahan pada kulit yakni sunburn, kanker kulit, dan photoaging (Jing-Yi,

Tournas, Burch, Monteire, and Zielinsk, 2007). Pemaparan UVR dapat

menghasilkan ROS (Reactive Oxygen Spesies) atau radikal bebas sehingga sel akan

diserang. Sel yang diserang ROS kemudian akan merusak membran lipid, protein

dan DNA selular dalam tubuh sehingga akan berakibat penuaan pada kulit yang jika

diamati secara visual akan terlihat kerutan pada epidermis dan mengalami

penipisan. Sediaan topikal dengan aktivitas antioksidan telah diketahui dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

2

memproteksi kulit dari kerusakan oksidatif yang disebabkan pemaparan UVR

dalam jangka waktu yang panjang (Chuarienthong, Lourith, and Leelapornpisid,

2010). Kerusakan yang disebabkan oleh pemaparan UVR dapat diproteksi oleh

senyawa antioksidan. Menurut Cornwell et al.(cit., Chaiyavat, Kumar, Tipduangta,

and Rungseevijitprapa, 2010) Isoflavon adalah senyawa alami yang mempunyai

aktivitas antioksidan. Menurut Murphy et al. (cit., Lee, Renita, Fioritto, Martin,

Schwartz, and Vodovotz, 2004), Isoflavon yang ditemukan pada kedelai memiliki

beberapa bentuk yakni aglikon, β-glukosida, 6-O”-malonil-β-glukosida , 6-O”-

asetil- β-glukosida. Bentuk glikosida terdapat pada kedelai yang tidak difermentasi

sedangkan bentuk aglikon terdapat pada kedelai yang sudah difermentasi, misalnya

tempe (Astuti, 2012). Dalam perkembangan sediaan kosmetik, isoflavon digunakan

dalam bentuk aglikon karena dalam kulit tidak terdapat enzim penghidrolisis

sehingga tidak dapat terpenetrasi hingga lapisan kulit yang lebih dalam misalnya

lapisan epidermis (Schmid and Zulli, 2002).

Menurut Berghofer et al. (cit., Chaiyavat, Kumar, Tipduangta, and

Rungseevijitprapa, 2010) Studi menunjukkan bahwa produk kedelai hasil

fermentasi tidak kehilangan aktivitas antioksidannya. Daya antioksidan meningkat

dibandingkan pada produk kedelai yang tidak difermentasi. Genistein memiliki

kelarutan yang rendah dalam minyak (Daniel and Zulli, 2002). Sediaan

mikroemulsi untuk penggunaan topikal dapat meningkatkan kelarutan genistein

yang rendah dalam minyak sehingga dapat terabsorpsi ke dalam kulit dengan baik.

Kelebihan mikroemulsi adalah mempunyai kestabilan dalam jangka waktu yang

lama secara termodinamika, jernih, dapat disterilkan dengan cara filtrasi, biaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

3

pembuatan murah, daya kelarutan tinggi, serta mempunyai kemampuan

berpenetrasi yang baik (Agoes, 2009). Karakteristik tersebut membuat mikroemulsi

mempunyai peranan penting dalam formula untuk zat aktif yang tidak larut.

Salah satu komponen penyusun mikroemulsi adalah surfaktan, surfaktan

biasanya digunakan sebagai suspending agent, wetting agent,dan emulsifier.

Surfaktan juga memiliki efek terhadap permeabilitas membran biologis seperti kulit

sehingga dapat juga berfungsi sebagai penetration enhancer. Penggunaan

penetration enhancer dapat meningkatkan kelarutan suatu senyawa, surfaktan dapat

berfungsi juga sebagai penetration enhancer dengan mekanisme menembus ke

daerah diantara stratum korneum kemudian meningkatkan fluiditas dan melarutkan

komponen lipid atau masuk melalui jalur interseluler dan berikatan dengan filamen

keratin. Tween 80 merupakan surfaktan non-ionik polysorbate yang umumnya

digunakan sebagai penetration enhancer (Som, Bhatia, and Yasir, 2012). Pengaruh

penetration enhancer terhadap permeasi kulit dapat dievalusi secara in-vitro yakni

dengan uji difusi franz-cell.

1. Permasalahan

Apakah peningkatan konsentrasi tween 80 sebagai penetration enhancer

dapat berpengaruh pada proses absorpsi perkutan mikroemulsi ekstrak tempe

dengan metode Franz Diffusion Cell ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan dan terkait dengan penelitian ini sejauh

penelusuran penulis antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

4

a. Akhtar (2011) meneliti efek dari penetration enhancer dari polysorbate 20

dan polysorbate 80 terhadap pengaruh absorpsi perkutan pada asam askorbat. Dari

penelitian tersebut didapat hasil semakin tinggi konsentrasi penetration enhancer

maka semakin tinggi pula permeabilitas dari asam askorbat.

b. Chadha (2009) meneliti genistein yang diformulasikan dalam bentuk gel

dengan berbagai penetration enhancer golongan terpene seperti menthol, limonene,

cineole, carvone, Lauroglycol® 90, Labrasol

® ,dan Transcutol

®P . Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penetration enhancer seperti menthol, Lauroglycol® 90,

Labrasol®

, Transcutol®P merupakan enhancer yang paling efisien dalam

meningkatkan permeasi kulit.

c. Georgetti, Casagrande, Verri, Lopez, and Fonseca (2008) melakukan

penelitian dengan menggunakan soybean extract sebagai senyawa aktif dalam

pembuatan emulsi yang digunakan secara topikal untuk mengurangi efek oksidatif

pada kulit. Formulasi kemudian ditindaklanjuti dengan studi absorpsi perkutan

dengan menggunakan KCKT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genistein tidak

terdeteksi dalam kompartemen reseptor sehingga aktivitas antiosidannya juga tidak

dapat diketahui, hal ini dikarenakan jumlah yang menembus kulit dibawah LOD

yakni (0,1 µg/mL).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan tersebut

terletak pada sumber senyawa aktif yang digunakan, membran kulit yang

digunakan, dan penetration enhancer yang digunakan. Sejauh penelusuran pustaka

yang dilakukan penulis, penelitian tentang pengaruh konsentrasi tween 80 sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

5

penetration enhancer pada formulasi mikroemulsi ekstrak tempe dengan metode

Franz Diffusion Cell.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

Menambah pengetahuan tentang pengaruh penetration enhancer pada absorpsi

perkutan mikroemulsi ekstrak tempe.

b. Manfaat Praktis

Menghasilkan formulasi mikroemulsi ekstrak tempe yang memiliki sifat fisik

dan stabilitas fisik yang baik.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah peningkatan konsentrasi tween 80 sebagai penetration

enhancer berpengaruh pada absorpsi perkutan mikroemulsi ekstrak tempe dengan

metode Franz Diffusion Cell.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh yang menutupi sekitar 1,7 m2 tubuh

dan berisi kira-kira 10 % dari total berat badan orang berukuran sedang. Fungsi

utama dari kulit adalah untuk menyediakan barrier perlindungan antara tubuh

dengan lingkungan luar (Benson, 2012). Struktur serta fungsi dari kulit manusia

yang terdiri dari empat bagian utama yakni : stratum korneum, viable epidermis,

dermis, dan jaringan subkutan . (Gambar 1)

Gambar 1. Komponen Dan Fungsi Kulit (Walter, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

7

Struktur kulit meliputi bagian-bagian di bawah ini :

a) Stratum korneum yang disebut juga non-viabel epidermis merupakan

lapisan kulit paling luar yang merupakan penghalang utama masuknya

senyawa asing. Rata-rata ketebalan stratum korneum adalah 10-20 µm

dengan struktur terdiri dari brick dan mortar yang merupakan barrier

pengontrol kecepatan dalam absorbsi transdermal. Stratum korneum

sebagian besar terdiri dari protein dan keratin sehingga punya daya

absorbsi yang besar terhadap air dan bahan-bahan yang bersifat polar

lainnya (Walter, 2008).

b) Epidermis merupakan bagian dari kulit yang berlapis-lapis dengan

ketebalan 0,06 mm pada kelopak mata dan sekitar 0,08 mm pada telapak

tangan dan telapak kaki. Pembuluh darah tidak terdapat dalam epidermis.

(Benson, 2012).

c) Dermis mempunyai ketebalan sekitar 2-5 mm dan terdiri atas fibril

kolagen sebagai penyangga, dan elastic connective tissue yang

menyediakan elastisitas dan fleksibilitas yang melekat dalam matriks

mucopolysaccharide. Dermis menyediakan perlindungan saat terjadi

permeasi oleh obat tetapi dapat mengurangi permeasi ke dalam jaringan

yang lebih dalam saat obat yang sangat lipofilik masuk (Benson, 2012).

d) Jaringan Subkutan terdiri dari lapisan sel lemak yang tersusun sebagai

lobula dengan adanya kolagen yang saling berhubungan dan elastin fibers.

Fungsi utama di jaringan subkutan yakni menyekat panas dan melindungi

kulit dari physical shock (Benson, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

8

Gambar 2. Jalur Umum Senyawa Aktif Dalam Menembus Kulit (Lane, 2013)

Jalur umum yang dilewati senyawa aktif untuk menembus kulit yakni

melalui lapisan stratum korneum, jalur interseluler, dan jaringan tambahan.

(Gambar 2)

a) Melalui lapisan stratum korneum

Jalur transeluler, jalur dimana obat menyeberangi kulit secara langsung

dengan melewati kedua fosfolipid membran dan sitoplasma keratinosit mati

yang merupakan stratum korneum (Benson, 2012).

b) Jalur interseluler, jalur dimana obat melintasi kulit dengan melewati ruang-

ruang kecil di antara sel-sel kulit (Benson, 2012).

c) Jaringan tambahan pada kulit yakni folikel dan kelenjar (Benson, 2012).

B. Aging

Kulit manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya usia. Proses skin

aging tidak dapat dihindari, maka pemahaman tentang proses yang terjadi di kulit

sangatlah penting. Adanya paparan sinar matahari dipercaya akan mempercepat

proses skin aging. Skin aging juga dapat dipercepat lagi oleh radikal bebas yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

9

berada di sekitar kita (Yaar and Gilchrest, 2007).

Skin aging dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor internal

maupun eksternal, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar

matahari yang sering disebut photo aging. Mekanisme penuaan yang dipicu oleh

faktor eksternal paparan sinar matahari adalah adanya penurunan jumlah ceramide

akibat reaksi dengan Reactive Oxygen Species yang dapat dihambat dengan adanya

antioksidan sebagai salah satu mekanisme anti aging (Schimd and Zulli, 2002).

C. Isoflavon dan Tempe

Isoflavon merupakan salah satu anggota utama dalam phytoestrogens,

sebuah senyawa polifenol non-steroid yang berasal dari tanaman (Jing-Yi, Tournas,

Burch, Monteire, and Zielinsk, 2007). Menurut Cornwell et al.(cit., Chaiyavat,

Kumar, Tipduangta, and Rungseevijitprapa, 2010) Isoflavon adalah senyawa alami

yang mempunyai aktivitas antioksidan. Isoflavon banyak terdapat pada buah-

buahan, sayuran dan biji-bijian seperti kacang kedelai yang digunakan sebagai

pangan fungsional dengan berbagai kegunaan untuk pengatasan masalah

osteoporosis dan masalah kesehatan jantung. Menurut Murphy et al. (cit., Lee,

Renita, Fioritto, Martin, Schwartz, and Vodovotz, 2004), Isoflavon yang ditemukan

pada kedelai memiliki beberapa bentuk yakni aglikon, β-glukosida, 6-O”-malonil-

β-glukosida , 6-O”-asetil- β-glukosida.

Kedelai yang tidak mengalami proses fermentasi banyak mengandung

isoflavon dalam bentuk glukosida dan bentuk aglikonnya hanya dalam persentase

jumlah kecil. Bentuk glikosida terdapat pada kedelai yang tidak difermentasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

10

sedangkan bentuk aglikon terdapat pada kedelai yang sudah difermentasi, misalnya

tempe (Astuti, 2012). Bentuk glikosida yang terdegradasi menjadi bentuk aglikon

akan lebih mudah diserap oleh tubuh (Astuti, 2012). Isoflavon dalam bentuk

aglikon mempunyai struktur molekul sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur Isoflavon Aglikon (Wu and Lai, 2007).

Daidzein, glycitein, dan genistein adalah senyawa isoflavon dalam bentuk

aglikon dengan kandungan terbesar terdapat pada daidzein dan genistein yakni 26-

32 mg dan 28-39 mg dalam 100 g tempe (Haron, Ismail, Azlan, Shahar, and Peng,

2010). Selama proses fermentasi kedelai enzim β-glukosidase akan aktif dan

mengubah glisitin, genistin,dan daidzin yang ada menjadi glisitein, genistein, dan

daidzein dimana ikatan –O glikosida pada isoflavon akan terhidrolisis sehingga

terbentuk senyawa gula dan aglikon bebas dari isoflavon (Pawiroharsono, 2009).

Senyawa aglikon ini dapat mengalami transformasi membentuk senyawa baru

yakni Faktor-II (6,7,4'trihidroksi isoflavon) dimana senyawa ini merupakan

senyawa yang sangat prospektif sebagai antioksidan dan memiliki aktivitas 10 kali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

11

lebih besar dari senyawa antioksidan biasa dan hanya terdapat pada tempe karena

terbentuk selama proses fermentasi (Pawiroharsono, 2009).

Dalam perkembangan sediaan kosmetik isoflavon digunakan dalam

bentuk aglikon karena dalam kulit tidak terdapat enzim penghidrolisis sehingga

dapat terpenetrasi hingga lapisan kulit yang lebih dalam misalnya lapisan

epidermis karena lapisan lemak yang dibentuk oleh epidermis akan membiarkan

senyawa yang dapat lewat adalah aglikon yang dapat larut dalam air (Schimd and

Zulli, 2002).

Mekanisme isoflavon dalam mencegah penuaan dini yakni dengan efek

phytoestrogen, isoflavon akan berpasangan dengan reseptor estrogen dalam inti sel

sehingga memiliki potensi yang sama untuk menghambat penipisan kulit, dan

mekanisme antioksidan, atom hidrogen pada isoflavon akan bertindak sebagai agen

antioksidan yang akan mengikat elektron dari ROS sehingga tidak terjadi aktivasi

MMPs dan tidak terjadi reaksi photoaging (Chiang, Wu, Fang, Chen, Kao, Chen, et

al., 2007).

D. Enhancer

Enhancer kimia adalah senyawa yang dapat meningkatkan penetrasi

perkutan obat dengan berpartisi pada stratum korneum dan mengubah susunan

lipid-protein di kulit. Perubahan ini menyebabkan perubahan sifat stratum korneum

dan terjadi penurunan pertahanan pada stratum korneum. Enhancer kimia dapat

meningkatkan permeabilitas stratum korneum melalui beberapa mekanisme yaitu

1) meningkatkan fluiditas lipid di kulit;

2) melalui hidrasi jalur polar;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

12

3) melalui aksi keratolitik;

4) meningkatkan kelarutan obat;

5) meningkatkan partisi stratum korneum (Kumar and Philip, 2007).

Penambahan surfaktan ke dalam suatu formula berfungsi untuk melarutkan

senyawa aktif yang bersifat lipofilik. Surfaktan juga mempunyai potensi untuk

melarutkan lipid pada lapisan stratum korneum. Surfaktan biasanya terdiri dari alkil

lipofilik atau aril rantai lemak dengan gugus hidrofilik pada bagian kepala.

Surfaktan anionik seperti sodium lauryl sulphate (SLS) dan surfaktan kationik

seperti cetyltrimethyl ammonium bromide berbahaya bagi kulit manusia (Williams

and Barry, 2004). Menurut Tupker, Pinnagoda, and Nater (cit., Williams and Barry,

2004) SLS merupakan iritan kuat dan dapat meningkatkan trans epidermal water

loss saat dilakukan pengujian secara in-vivo pada manusia. Surfaktan anionik

maupun kationik dapat mengembangkan lapisan stratum korneum dan berinteraksi

dengan lapisan interselular pada keratin sehingga dalam jumlah besar dapat

menyebabkan iritasi.

Surfaktan non-ionik merupakan surfaktan yang aman digunakan, memiliki

toksisitas kronis rendah dan banyak studi menunjukkan bahwa surfaktan non-ionik

dapat menaikkan nilai fluks dari materi untuk berpermeasi melalui membran

biologis. Banyak studi mengevaluasi aktivitas peningkatan permeabilitas pada

penggunaan surfaktan anionik dan non-ionik. Surfaktan anionik cenderung

memiliki permeasi yang rendah melalui lapisan stratum korneum manusia dalam

jangka waktu pendek. Menurut Williams and Barry (2004), daya peningkatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

13

permeabilitas surfaktan non-ionik pada kulit manusia lebih kecil dibandingkan

surfaktan anionik.

Surfaktan non-ionik yang biasanya digunakan adalah polyoxyethylene alkyl

ether (Brij) dan polyoxythylene sorbitan fatty acid ester (Tween). Studi DSC pada

surfaktan non-ionik mengindikasikan bahwa surfaktan akan berinteraksi dengan

kulit dan mengubah struktur lipid dan meningkatkan permeabilitas dimana

kemampuan surfaktan mempengaruhi permeasi kulit tergantung dari sifat fisika

kimianya (Lane, 2013).

E. Mikroemulsi

Mikroemulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari minyak, air dan

surfaktan, dan dikombinasikan dengan penambahan ko-surfaktan yang bersifat

isotropik, stabil secara termodinamika, transparan (Talegaonkar, Azeem, Ahmad,

Khar, Pathan, and Khan, 2008). Mikroemulsi mempunyai ukuran droplet dengan

rentang 10-100 nm. Sistem homogen mikroemulsi dipersiapkan dengan adanya

konsentrasi surfaktan, minyak dan air yang sesuai (Singh, Bushetti, Raju, Ahmad,

Singh, and Bisht, 2011).

Mikroemulsi terbentuk spontan tanpa pengadukan dengan kecepatan

tinggi karena tegangan antar muka yang sangat rendah yakni mendekati nol antara

fase air dan fase minyak sehingga energi bebas menjadi negatif. Pembentukan

mikroemulsi membutuhkan konsentrasi surfaktan yang lebih tinggi daripada emulsi

biasa. Pembentukan mikroemulsi tergantung dari struktur dan tipe surfaktan. Pada

umumnya fenomena mikroemulsifikasi diatur oleh beberapa faktor yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

14

1) sifat dasar dan konsentrasi minyak, surfaktan, kosurfaktan dan fase air;

2) perbandingan minyak/surfaktan dan surfaktan/kosurfaktan;

3) temperatur dan pH lingkungan;

4) sifat fisikokimia dari obat seperti hidrofilisitas/lipofilisitas, pKa dan

polaritas (Date, Abjhijit, and Nagarsengker, 2008).

Tipe mikroemulsi dibagi menjadi empat tipe yaitu tipe I, tipe II, tipe III,

dan tipe IV. Mikroemulsi tipe I dengan tipe m/a yakni surfaktan yang digunakan

lebih larut dalam air dan jumlah fase air lebih banyak dibandingkan fase minyak.

Mikroemulsi tipe II terbentuk mikroemulsi dengan tipe a/m karena surfaktan yang

digunakan akan lebih larut dalam fase minyak dan jumlah fase minyak lebih banyak

daripada fase air. Mikroemulsi tipe III terbentuk sistem tiga fase karena surfaktan

akan larut dalam fase minyak dan fase air. Mikroemulsi tipe IV terbentuk

mikroemulsi satu fase (isotropik) karena surfaktan dan alkohol dalam formula

(Singh, Bushetti, Raju, Ahmad, Singh, and Bisht, 2011).

F. Absorpsi Perkutan

Absorpsi perkutan melibatkan bagian dari molekul obat berdifusi dari

permukaan kulit ke dalam stratum korneum dibawah pengaruh gradien konsentrasi

dan juga berdifusi melalui stratum korneum, epidermis, melalui dermis, dan ke

dalam sirkulasi darah. Kulit merupakan bagian yang sangat efektif sebagai tempat

suatu zat untuk berpenetrasi dan berperan sebagai penghalang yang bersifat pasif

pada senyawa penetration enhancer. Kulit terdiri atas beberapa bagian salah

satunya yakni stratum korneum yang memberikan perlawanan terbesar terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

15

penetrasi (Sinha and Kaur, 2000). Absorpsi perkutan suatu senyawa diketahui

dengan melakukan uji difusi in-vitro dengan melibatkan sel difusi yang terdiri dari

dua kompartemen yaitu kompartemen donor dan kompartemen akseptor yang

dipisahkan oleh membran. Membran yang dapat digunakan untuk uji transpor yaitu

kulit tikus, babi, marmut, kelinci, ular, manusia atau membran kulit sintetik. Kulit

manusia adalah pilihan utama untuk uji absorpsi perkutan tetapi sulit untuk

didapatkan, sehingga banyak digunakan kulit tikus sebagai penggantinya (Nair and

Panchagula, 2004). Studi permeasi in-vitro menggunakan kulit tikus dapat

memberikan informasi yang berguna untuk memanipulasi desain pemberian obat

secara transdermal, sehingga dapat dicapai permeasi obat yang menembus kulit

(Al-Saidan, Krishnaiah, Chandrasekhar, Lalla, Rama, Jayaram, et al., 2004).

Studi permeasi in-vitro menggunakan sel difusi karena dapat menguji obat

dalam bentuk larutan, sediaan semi padat ataupun patch transdermal (Roberts and

Walters, 1998). Senyawa uji diletakkan pada kompartemen donor dalam bentuk

larutan, formula tertentu, atau patch transdermal. Evaluasi yang dilakukan berupa

transfer massa menembus kulit dengan mengukur kadar obat dalam aseptor

(Roberts and Walters, 1998). Uji permeasi in-vitro yang menggunakan sel difusi

franz-cell harus memperhatikan kondisi penghantaran obat yang dikontrol karena

permeasi obat dapat tergantung pada kulit atau membran yang digunakan. Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan dalam uji permeasi in-vitro yaitu

1) Pemilihan membran

Penggunaan kulit manusia sebagai membran uji mempunyai beberapa

kesulitan yaitu untuk mendapatkan kulit manusia tersebut, kesulitan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

16

mengontrol jenis kelamin, ras, umur, dan kondisi kulit, sehingga untuk uji in-vitro

ini biasa digunakan kulit binatang seperti kulit tikus, babi, marmut, kelinci,dan ular.

2) Larutan donor

Senyawa yang dilarutkan atau didispersikan dalam pembawa (enhancer)

akan berdifusi melalui pembawa menuju ke permukaan kulit sebelum obat

diabsorpsi. Pembawa dapat mempengaruhi pelepasan senyawa dari pembawa dan

dapat berinteraksi dengan stratum korneum. Faktor yang mempengaruhi pelepasan

obat meliputi sifat fisikokimia zat aktif dan pembawa yakni kelarutan, ukuran

molekul, viskositas dan polaritas (Wiechers, 1989).

3) Larutan akseptor

Larutan akseptor yang digunakan dalam sel difusi sebaiknya tidak hanya

berperan sebagai penerima obat yang mengalami permeasi di dalamnya tetapi

sebaiknya menyediakan air, bahan-bahan biokimia, dan ion-ion yang diperlukan

untuk membran kulit dalam mempertahankan fungsinya dalam permeasi pada pH

dan kekuatan osmotik yang diinginkan (Skelly, 1987).

Larutan yang digunakan sebagi kompartemen akseptor yaitu dapat berupa

larutan fisiologis salin, larutan ringer, atau larutan fisiologis lainnya yang relevan.

Faktor penting lain dari larutan akseptor yang perlu diperhatikan yaitu suhu,

kelarutan senyawa dalam medium, dan pengadukan (Friend, 1992). Pengaturan

temperatur larutan akseptor penting untuk meminimalkan adanya variasi dalam

kondisi percobaan. Suhu sebaiknya dijaga pada kondisi fisiologi normal dengan

kenaikan temperatur dapat meningkatkan hidrasi dari kulit. Kenaikan suhu 10ºC

dapat menghasilkan kenaikan 2-3 kali dalam permeasinya (Frantz, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

17

Pengadukan pada larutan aseptor akan membuat larutan lebih homogen (Friend,

1992). Laju difusi obat melewati kulit mengikuti hukum Ficks I karena pada

dasarnya obat melalui kulit dengan cara difusi pasif (Shargel ,Wu-Pong, and Yu,

2004).

Dimana :

= Laju difusi

D = Koefisien Difusi

A = Luas Area Difusi

K = Koefisien Partisi Obat

h = Tebal membran Difusi

Cd = Konsentrasi obat dalam kompartemen donor

Cr = Konsentrasi obat dalam kompartemen reseptor

Nilai fluks (J) atau laju penetrasi obat dari kompartemen donor ke

kompartemen reseptor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Dimana :

Q = Jumlah obat yang terpenetrasi

kp = Koefisien permeabilitas stratum korneum

A = Luas area pemberian obat

Cv = Konsentrasi obat dalam sediaan

t = Lama pemaparan terhadap obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

18

{ ∑

}

Keterangan :

Q = Jumlah kumulatif genistein yang terpenetrasi per luas area difusi (µg

cm2)

Cn = Konsentrasi genistein (µg/mL) pada sampling menit ke-n

V = Volume sel difusi Franz ( mL)

∑ = Jumlah konsentrais genistein (µg/mL) pada sampling pertama (menit ke

– n) hingga sebelum menit ke – n

S = Volume sampling ( mL)

A = Luas area membran (cm2)

Dimana :

J = Fluks (µg cm-2

jam-1

)

Q = Jumlah kumulatif genistein yang melalui membran (µg)

T = Waktu (jam)

G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi adalah metode pemisahan dimana komponen yang

dipisahkan terdistribusi dalam dua fase, yakni fase diam (stationary phase) dan fase

gerak (mobile phase) yang bergerak ke satu arah (Rohman, 2007). Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi (KCKT) biasa digunakan untuk menghitung kuantitas dalam

suatu sediaan formulasi. Prinsip KCKT adalah fase gerak yang dipompa dibawah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

19

tekanan kolom yang mengandung partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10

µm dimana partikel sampel dimasukkan melalui bagian atas kolom melalui katup

lengkung dan pemisahan akan dilakukan berdasarkan lamanya waktu relatif yang

diperlukan oleh komponen di dalam fase diam. Penentuan elemen yang keluar

dapat ditentukan dengan berbagai detektor (Watson, 2005).

Pemurnian senyawa alam biasanya digunakan teknik kromatografi untuk

memisahkan komponen senyawa alam yang kompleks. Ada beberapa metode

pemisahan dari kromatografi dalam pemurnian senyawa alami, metode pemisahan

tersebut yaitu kromatografi fase terbalik (reverse phase chromatography),

kromatografi fase normal (normal phase chromatography), dan gel permeation

chromatography (Sarker, Latif, and Gray, 2006). Kromatografi fase terbalik

(Reverse phase chromatography) adalah metode kebalikan dari kromatografi fase

normal dimana fase diam lebih bersifat non-polar daripada fase gerak ( Sarker,

Latif, and Gray, 2006). Kromatografi fase terbalik (Reverse phase

chromatography) merupakan pilihan pertama ketika akan dilakukan suatu

pemisahan senyawa yang mempunyai bentuk ionik atau bersifat netral.

Fase diam dalam sistem kromatografi sangat menentukan waktu retensi

dan selektivitas dalam pembacaan data, dalam kromatografi fase terbalik kolom

yang digunakan terdiri dari fase yang lebih kurang polar seperti C8 atau C18,

organosilan yang diikat kovalen dengan gugus silanol pada permukaan silika untuk

membentuk fase gerak atau ligan R, biasanya- Cl,-Oet, atau –CH3 (Snyder,

Kirkland, and Dolan, 2010). Macam fase diam yang biasa digunakan dalam sistem

kromatografi fase terbalik yakni C8 atau C18, sedangkan fase diam yang digunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

20

pada kromatografi fase normal yakni silika. Struktur fase diam masing-masing

sistem kromatografi dapat dilihat pada tabel I (Sarker, Latif, and Gray, 2006).

Tabel I. Fase Diam Dalam Sistem Kromatografi ( Sarker, Latif, and Gray,

2006 )

Fase gerak yang digunakan dalam kromatografi fase terbalik umumnya

adalah campuran antara air dengan pelarut organik, seperti asetonitril (ACN),

metanol (MeOH), tetrahydofuran (THF) atau pelarut organik lainnya (Sarker, Latif,

and Gray, 2006). Selain itu dapat pula ditambahkan buffer, asam, atau basa untuk

mengurangi adanya senyawa yang terionisasi dan juga mengontrol derajat ionisasi

kelompok sianol yang tidak bereaksi untuk mengurangi puncak tailing (Sarker,

Latif, and Gray, 2006). Fase gerak yang digunakan dalam sistem kromatografi

memiliki kriteria yakni

1) memiliki kemurnian yang tinggi untuk mempertahankan integritas

sistem kromatografi dan sampel;

2) memiliki kompaktibilas dengan detektor dan tidak menganggu saat

dilakukan pengamatan terhadap satu senyawa target;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

21

3) memiliki kompatibilitas yang baik dengan sampel baik dalam hal

solubilitas dan ketidakreaktifan;

4) memiliki viskositas yang rendah untuk menjaga tekanan pada sistem

tetap stabil; dan

5) harganya terjangkau (Sarker, Latif, and Gray, 2006).

Pada tabel II terdapat beberapa macam fase gerak yang digunakan dalam

sistem kromatografi seperti asetonitril (ACN), metanol (MeOH), tetrahydofuran

(THF) atau pelarut organik lainnya beserta bobot molekul dan nilai UV cutoff

(Sarker, Latif, and Gray, 2006).

Tabel II. Fase Gerak yang Biasa Digunakan Dalam Sistem Kromatografi

(Sarker, Latif, and Gray, 2006).

Fase gerak juga harus bebas dari gas yang keluar dari solvent dengan cara

degassing, solvent yang tidak di degassing akan membentuk gelembung

mikroskopis dimana akan menganggu analisis. Selain degassing ada langkah lain

untuk menghilangkan gas yakni teknik vakum atau menempatkan wadah fase gerak

ke ultrasonic bath sebelum digunakan (Sarker, Latif, and Gray, 2006). Fase gerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

22

yang akan digunakan juga harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari adanya

partikel-partikel kecil yang akan menyumbat kolom (Rohman, 2009).

H. Virgin Coconut Oil

Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak yang diproses dari buah

kelapa tanpa mengalami pemanasan, berwarna bening dan mengandung banyak

asam laurat serta asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid)

sebanyak 60 % (Yulian, 2007). VCO dapat ditemukan dalam sediaan kosmetik

maupun sediaan topikal sebagai komponen salep, krim, dan emulsi. Manfaat pada

VCO dalam sediaan topikal yakni

1) mempunyai sifat daya sebar pada kulit yang baik;

2) tidak menghambat respirasi kulit;

3) mempunyai sifat penetrasi yang baik;

4) mempunyai sifat emolien yang baik;

5) lapisan yang terbentuk pada saat diaplikasikan ke kulit tidak terlihat;

6) kompaktibilitas yang baik; dan

7) mempunyai stabilitas yang baik terhadap terjadinya oksidasi (Rowe et

al., 2009).

VCO dapat digunakan sebagai moisturizer untuk penggunaan kulit kering

tanpa adanya efek samping (Gediya, 2011). VCO mengandung trigliserida,

komponen asam lemak terutama asam laurat dan asam misristat dan sebagian asam

kaprat, kaproat, kaprilat, oleat, palmitat dan stearat. Tabel dibawah menunjukkan

komponen VCO menurut Gediya (2011) adalah sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

23

Tabel III. Komponen VCO (Gediya,2011)

I. Tween 80

Gambar 4. Struktur Tween 80 (Aulton, 1994)

Tween 80 mempunyai kelarutan yang baik dalam air, larut dalam etanol

95% dan etilasetat, dan tidak larut dalam parafin cair (Depkes RI, 1993). Tween 80

memiliki nilai HLB sebesar 15 (Zhong, Xu, Fu, and Li, 2012). Penggunaan tween

80 dalam farmasi yakni sebagai emulsifying agent, wetting agent, penetrating agent,

dan diffusan (Som, Bhatia, and Yasir, 2012). Tween 80 dapat menurunkan tegangan

antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul

obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium (Martin,1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

24

J. Nipagin

Gambar 5. Struktur Nipagin (Rowe, et.all, 2009)

Nipagin merupakan kristal tidak berwarna serta memberikan rasa panas

dan bau tidak spesifik. Nipagin mempunyai kelarutan yang baik dalam aseton,

etanol, eter, gliserin, dan praktis tidak larut dalam air. Nipagin berfungsi sebagai

pengawet aktif pada pH 4-8 dan dikombinasikan dengan paraben lain. Nipagin

digunakan sebagai antimikroba pada penggunaan topikal dengan konsentrasi 0,01

%-0,6%. Aktivitas antimikrobia dari nipagin akan berkurang dengan kehadiran

surfaktan nonionik sebagai akibat dari adanya proses miselisasi (Rowe, et.all,

2009). Nipagin biasa digunakan sebagai pengawet di sediaan kosmetik (Rowe,

et.all, 2009).

K. Nipasol

Gambar 6. Struktur Nipasol (Rowe, et.all, 2009)

Nipasol digunakan sebagai antimikroba pada kosmetik, makanan, dan

sediaan farmasi. Aktivitas antimikroba meningkat seiring dengan peningaktan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

25

rantai gugus alkil dan kelarutannya dalam air akan menurun. Nipasol dapat

digunakan dengan campuran paraben lain untuk menghasilkan efek antimikroba

ayng lebih efektif. Konsentrasi penggunaan nipasol sebagai antimikroba pada

sediaan topikal adalah 0,02 %-0,3% (Rowe et al., 2009).

L. Landasan Teori

Kulit merupakan barrier perlindungan antara tubuh dengan lingkungan

luar dimana terdiri dari empat bagian utama yakni stratum korneum, viable

epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Seiring bertambahnya usia kulit dapat

mengalami skin aging yang dapat disebabkan oleh faktor internal maupun

eksternal yakni paparan sinar matahari yang sering disebut photoageing. Isoflavon

dalam tempe mempunyai bentuk aglikon dan dalam perkembangan sediaan

kosmetik isoflavon digunakan dalam bentuk aglikon yakni genistein. Mekanisme

isoflavon dalam mencegah penuaan dini yakni dengan mekanisme antioksidan.

Mekanisme antioksidan terjadi di sirkulasi sistemik maka genistein harus

terabsorpsi secara perkutan dengan berdifusi dari permukaan kulit ke dalam stratum

korneum dibawah pengaruh gradien konsentrasi dan juga berdifusi melalui stratum

korneum, epidermis, melalui dermis, dan ke dalam sirkulasi darah.

Mikroemulsi adalah salah satu sistem penghantaran obat yang terdiri dari

minyak, air dan surfaktan. Surfaktan juga memiliki efek terhadap permeabilitas

membran biologis seperti kulit sehingga dapat juga berfungsi sebagai penetration

enhancer. Penggunaan penetration enhancer dapat meningkatkan kelarutan suatu

senyawa, surfaktan dapat berfungsi juga sebagai penetration enhancer. Surfaktan

non-ionik yakni Tween 80 digunakan sebagai penetrating agent untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

26

meningkatkan permeasi. Keberadaan enhancer akan meningkatkan penetrasi

perkutan genistein dengan berpartisi pada stratum korneum dan mengubah susunan

lipid-protein di kulit maka genistein dapat berpenetrasi dengan baik. Uji absorpsi

perkutan menggunakan Franz Diffusion Cell modifikasi untuk mengukur jumlah

zat aktif yang terpenetrasi dari membran dan kadar genistein yang terpenetrasi ke

dalam kompartemen reseptor diukur dengan HPLC.

M. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, dapat disusun hipotesis bahwa kenaikan

konsentrasi tween 80 sebagai penetration enhancer memiliki pengaruh pada

absorpsi perkutan formulasi mikroemulsi ekstrak tempe dengan metode Franz

Diffusion Cell.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh konsentrasi surfaktan terhadap penetrasi

genistein termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan

penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Utama

a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi surfaktan yakni

tween 80.

b. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah nilai fluks genistein yang

terabsorpsi ke dalam stratum korneum.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah suhu dan

kecepatan pengadukan pada saat uji Franz Diffusion cell modifikasi.

b. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah kelembaban

ruangan.

C. Definisi Operasional

1. Mikroemulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari minyak, air dan surfaktan

dan ekstrak tempe serta memiliki ukuran partikel dari dibawah 100 nm dengan

formula spesifik yang tersusun dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

28

2. Tween 80 adalah surfaktan non-ionik yang bertindak sebagai penetration

enhancer pada mikroemulsi ekstrak tempe.

3. Absorpsi perkutan genistein adalah genistein yang terabsorpsi secara perkutan

dengan berdifusi dari permukaan kulit ke dalam stratum korneum dibawah

pengaruh gradien konsentrasi.

4. Franz Diffusion Cell Modifikasi adalah alat untuk studi difusi secara in-vitro

menggunakan sel difusi franz-cell modifikasi untuk menguji genistein yang

terpenetrasi dari mikroemulsi ekstrak tempe.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tween 80, Virgin

Coconut Oil (VCO), PEG 400, ekstrak tempe, aquadest, minyak mawar, etanol

teknis, etanol p.a, etil asetat teknis, metanol p.a, aquabidest, petroleum eter, NaCl,

KCl, Na2HPO4, KH2PO4, mencit galur Swiss.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (PYREX-

GERMANY), corong pisah, cawan porselen, neraca digital, waterbath, magnetic

stirer, tabung effendorf, pipet volume, HPLC (High Perfomance Liquid

Chromatography), sendok, alat cukur, alat bedah, Franz-cell (modifikasi

Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi, USD,Yogyakarta), pH meter

(pH meter 744 Methrom), mikropipet Socorex, DeltaTM

Nano C Particle Size

Analyzer, pompa vakum, kertas saring, kertas saring metanol, kertas saring

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

29

aquadest, spuit, Viskometer seri VT 04 (RION-JAPAN), scalpel, pH stick, kolom

C18, syringe filter 0,22 μm, syringe filter 0,45 μm, degassing, botol fase gerak,

Spektrofotometer, Franz-Diffusion Cell Modifikasi.

F. Tata Cara Penelitian

Tata cara penelitian secara umum digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 7 . Bagan Rancangan Penelitian

1. Ekstraksi Tempe

Tempe ditimbang sebanyak 1 kg kemudian diblender selanjutnya

ditambah petroleum eter dengan perbandingan 1:1 hingga tempe terendam dengan

petroleum eter selama ± 40 menit. Petroleum eter dibuang dengan cara menyaring

Ekstraksi Tempe

Pembuatan Kurva Baku

Penetapan Kadar Genistein Pada tempe

Orientasi dan Formulasi Komposisi Mikroemulsi

Uji Permeasi dengan Franz Diffusion Cell Modifikasi

Uji Stabilitas Fisik – Uji Organoleptis dan pH; Uji

Viskositas; Uji Pengukuran Particle Size Analyzer; Cycling

Test ;Uji sentrifugasi

Standarisasi Ekstrak Tempe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

30

tempe dengan corong Buncher. Tempe yang sudah disaring kemudian dimaserasi

dengan etanol teknis 96% selama 12 jam dengan kecepatan 150 rpm. Hasil

maserasi disaring dengan corong Buncher sehingga didapatkan residu padat dan

larutan kuning kecoklatan. Hasil maserasi berupa ekstrak cair dipekatkan

menggunakan rotary evaporator selama 45-60 menit hingga didapatkan volume

sebanyak 10% volume awal. Ekstrak tempe kemudian dikeringkan dalam oven

dengan suhu 50 ºC hingga bobot tetap.

2. Standarisasi Ekstrak Tempe

a. Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol:air pada

perbandingan (70:30). Fase gerak yakni 500 ml metanol p.a dan aquabidest difilter

terlebih dahulu dengan menggunakan syringe filter 0,22 μm. Metanol p.a dan

aquabidest dilakukan sonifikasi terlebih dahulu sebelum dipompakan pada system

HPLC, untuk mengusir gelembung dan gas yang terlarut dalam solvent. Metode

HPLC yang digunakan adalah isokratik dengan kolom C18, flow rate 1 ml / menit

dan volume injeksi sebanyak 10 µl untuk sampel dan pembuatan kurva baku.

b. Pembuatan larutan baku genistein

Kurva baku dibuat dengan menginjeksikan standar genistein dengan kadar

5 seri konsentrasi baku genistein, yaitu 0,1 µg/ml, 0,5 µg/ml, 1 µg/ml, 5 µg/ml dan

10 µg/ml. Setelah didapatkan persamaan dari kurva baku data respon yang didapat

pada analisis sampel ekstrak dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku untuk

diketahui berapa banyak kadarnya dalam satuan ppm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

31

c. Penetapan panjang gelombang maksimum

Seri larutan baku konsentrais rendah, sedang dan tinggi yakni 0,1 µg/ml, 1

µg/ml, dan 10 µg/ml masing-masing dilakukan scanning dengan spektofotometer

UV pada panjang gelombang 200-300 nm kemudian ditentukan λ maksimumnya.

d. Penetapan kadar ekstrak tempe

Ekstrak tempe yang mencapai bobot tetap ditimbang 0,5 gram kemudian

dilakukan fraksinasi dengan menambahkan air dan etil asetat ke dalam cawan

porselen sambil dipanaskan di atas waterbath. Larutan dipindahkan ke dalam

corong pisah untuk dilakukan liquid-liquid extraction sebanyak 1 hingga 3 kali,

kemudian dikeringkan hingga bobot tetap. Hasil setiap sampel hasil liquid-liquid

extraction kemudian dilarutkan dalam etanol p.a. sebanyak 25 ml. Masing-masing

sampel hasil liquid-liquid extraction kemudian diambil 50 µl kemudian ditambah

950 µl etanol p.a dan di-milipore dan degassing selama 2 menit sebelum

dimasukkan dalam vial HPLC. Setelah itu, kadar genistein dalam sampel hasil

liquid-liquid extraction diukur dengan menginjeksikannya ke dalam kolom HPLC.

3. Orientasi dan Formulasi Komposisi Mikroemulsi

Orientasi komposisi mikroemulsi dilakukan dengan mencampurkan PEG

400 terlebih dahulu dan Tween 80 dengan perbandingan 1:1, 1:2 , 1:2, 1:3, 1:4, 1:5,

1:6, 1:7, 1:8, 1:9, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1. Larutan kemudian divortex

dan disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit. Larutan yang tidak memisah (jernih)

dicampur dengan fase minyak yakni Virgin Coconut Oil sebanyak 1 mL, 2 mL, dan

3 mL kemudian divortex dan disentrifuge 3000 rpm selama 15 menit. Larutan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

32

tidak memisah saat ditambah Virgin Coconut Oil kemudian dilakukan penambahan

aquadest mL sebanyak untuk terbentuknya mikroemulsi.

a. Formula

Formula yang digunakan untuk pembuatan mikroemulsi didapat dari hasil

orientasi komposisi mikroemulsi. Formula ini diperoleh untuk 50 gram

mikroemulsi.

Tabel IV. Formula Mikroemulsi Ekstrak Tempe

Bahan Formula I Formula II Formula III

Ekstrak tempe 0,5 gram 0,5 gram 0,5 gram

Virgin Coconut Oil 4 gram 4 gram 4 gram

Tween 80 18 gram 24 gram 27 gram

PEG 400 18 gram 12 gram 9 gram

Minyak Mawar 5 tetes 5 tetes 5 tetes

Aquadest 10 gram 10 gram 10 gram

Nipagin 0,3 gram 0,3 gram 0,3 gram

Nipasol 0,06 gram 0,06 gram 0,06 gram

b. Pembuatan mikroemulsi ekstrak tempe

Tween 80 dan PEG 400 dengan berbagai perbandingan dicampur dalam

beaker glass terlebih dahulu. Ekstak tempe dan Virgin Coconut Oil ditambahkan

kemudian larutan diaduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan 1000 rpm

selama 3 menit. Nipagin dan nipasol ditambahkan ke dalam formula kemudian

dilanjutkan dengan penambahan aquadest yang dicampur dengan fase minyak dan

diaduk menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan 1000 rpm selama 3 menit.

Replikasi sebanyak 3 kali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

33

4. Uji Stabilitas Fisik

a. Uji Organoleptis dan pH

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati kejernihan,sedimentasi, bau

dan perubahan warna mikroemulsi pada 24 jam hingga sebulan penyimpanan.

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan bantuan kertas indikator pH (pH

stick) dengan cara memasukkannya ke dalam sediaan dan membandingkan warna

dengan standar.

b. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan satu kali setelah 24 jam pembuatan mikroemulsi

dengan menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04 . Ukuran rotor yang

digunakan adalah 3. Data yang didapat kemudian dikonversi ke dalam cP

(centipoise).

c. Uji Pengukuran droplet size

Ukuran droplet size dilakukan dengan menggunakan alat DeltaTM

Nano

Beckman Coulter pada suhu 25ºC.

d. Cycling Test

Sediaan disimpan pada suhu 4ºC ± 2ºC selama 24 jam kemudian

dikeluarkan dan ditempatkan di suhu 40ºC ± 2ºC selama 24 jam. Perlakuan ini

merupakan perlakuan satu siklus. Percobaan diulang hingga enam siklus. Stabilitas

mikroemulsi dievaluasi selama percobaan dengan melihat ada tidaknya endapan

atau pertumbuhan kristal pada mikroemulsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

34

5. Uji Permeasi menggunakan Franz Diffusion Cell Modifikasi

a. Pembuatan PBS pH 7,4 konsentrasi 0,15 M (sebagai medium

kompartemen aseptor)

Aquabidest 200 mL dimasukkan dalam gelas beker 500 mL, kemudian

ditambahkan 2,0454 g NaCl, 8,6596 g Na2HPO4, dan 5,3075 g KH2PO4 diaduk

dengan pengaduk magnetik hingga larut sempurna. Derajat keasaman larutan

diukur dengan pH meter, dan pH larutan dibuat 7,4 dengan penambahan Na2HPO4

0,1 M tetes demi tetes. Larutan dipindahkan dalam labu takar 250 mL, kemudian

ditambahkan aquabidest sampai tanda.

b. Pembuatan NaCl 0,9 % Fisiologis

Sebanyak 9 gram NaCl ditimbang dan dilarutkan dalam 1 L aquadest steril

. larutan kemudian dihomogenkan dan disterilisasikan pada metode sterilisasi panas

basah menggunakan autoklaf dengan suhu sterilisasi 121 ºC selama 15 menit.

c. Preparasi sel difusi dengan membran kulit mencit

Mencit betina galur Swiss usia 1,5-2,5 bulan dimasukkan dalam chamber

jenuh kloroform hingga mati dan dikerjakan dalam lemari asam. Mencit yang sudah

mati dibedah untuk diambil kulit bagian punggungnya. Lemak yang menempel

dibersihkan dengan scalpel, rambut dibersihkan dengan silet. Kulit yang sudah

bersih dipotong berbentuk lingkaran dengan diameter 1,33 cm, sesuai dengan sel

difusinya. Membran kulit ini dicuci dengan aquadest lalu disimpan dalam NaCl

fisiologis 0,9%. Kulit segar langsung dipasang dalam sel difusi yang sudah berisi

larutan kompartemen aseptor yaitu dapar posfat pH 7,4 sebanyak 26,0 ml . Bagian

stratum korneum menghadap ke bagian atas (kompartemen donor).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

35

d. Uji in-vitro dengan menggunakan Franz-cell Modifikasi

Ambil 1 gram mikroemulsi anti-aging lalu diletakkan di bagian stratum

korneum menghadap bagian atas (kompartemen donor). Kompartemen reseptor

mempunyai kapasitas total sebanyak 26 ml dan mempunyai dua lengan.

Kompartemen reseptor mengandung PBS dengan suhu dijaga 37ºC± 1 ºC. Sampel

kemudian diambil dari kompartemen reseptor pada menit ke 0, 60, 120, 180, 300,

hingga 420 menit lalu ganti dengan volume larutan PBS yang sama. Sampel

cuplikan dari kompartemen reseptor kemudian ditambahkan HCl hingga pH ± 5.

Etil asetat sebanyak 1,5 mL kemudian ditambahkan dan dilakukan pemisahan

antara dua fase. Fase atas diambil dan diuapkan hingga mencapai bobot tetap. Fase

atas yang sudah mencapai bobot tetap kemudian ditambahkan etanol p.a sebanyak 1

mL , dimilipore dan dimasukkan ke dalam vial HPLC lalu di-degassing kemudian

diukur dengan menggunakan instrument HPLC pada 261 nm.

6. Analisis Statistik Nilai Fluks Genistein

Data uji permeasi genistein dibuat dalam bentuk kurva hubungan antara

jumlah fluks yang terpenetrasi terhadap waktu. Perhitungan statistik dilakukan

dengan menganalisis data nilai fluks rata-rata hingga menit ke-420 yang

dibandingkan tiap formulanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ekstraksi Tempe

Proses ekstraksi tempe dalam penelitian ini menggunakan tempe yang

didapatkan dari Pasar Demangan Baru untuk menyamakan perlakuan sehingga

tidak didapati hasil ekstrak yang berbeda. Tempe ditimbang sebanyak 1 kg untuk

proses ekstraksi. Penulis melakukan pengecilan ukuran partikel tempe sehingga

proses maserasi berjalan maksimal. Tempe direndam petroleum eter selama 1 jam

dengan perbandingan 1:1 untuk efisiensi proses maserasi. Perendaman dilakukan

untuk menghilangkan komponen non-polar yaitu lemak. Tempe yang sudah

direndam selama 1 jam kemudian disaring dengan corong Buncher dengan bantuan

pompa vakum untuk memastikan tidak ada petroleum eter yang tertinggal pada

tempe dan dilakukan maserasi dengan etanol 96%.

Metode ekstraksi tempe menggunakan metode maserasi dengan pelarut

etanol 96%. Isoflavon dalam tempe sebagian besar terikat dalam bentuk glukosida

sehingga bersifat polar, etanol 96% yang bersifat polar sangat efektif dalam

melarutkan isoflavon tersebut. Etanol 96% sebagai pilihan sangat efektif karena

memiliki toksisitas rendah, murah, dan kompaktibilitas yang baik dengan

lingkungan (Rostagno, Villares, Guillamon, Garcia-Lafuente, and Martinez, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

37

Komponen dari tempe yang hendak diekstraksi yakni genistein,

kandungan genistein pada tempe mempunyai konsentrasi sebesar 7,2 mg dalam 100

gram tempe (Nakajima, Nozaki, Ishihara, Ishikawa, and Tsuji, 2005). Kandungan

genistein pada produk kedelai yang sudah mengalami fermentasi lebih besar

daripada produk kedelai yang tidak mengalami fermentasi karena genistein sudah

dalam bentuk aglikon pada tempe sedangkan pada produk kedelai yang tidak

mengalami fermentasi perlu dilakukan hidrolisis dahulu menggunakan asam kuat

(Rostagno, Villares, Guillamon, Garcia-Lafuente, and Martinez, 2009). Tempe

memiliki kadar aglikon yang lebih besar dibandingkan produk kedelai lainnya

karena adanya enzim penghidrolisis selama proses fermentasi dimana produk

kedelai yang tidak difermentasi mengandung kadar glikosida yang lebih besar.

Ekstrak tempe selanjutnya dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator

dengan tekanan rendah selama 60 menit pada suhu 60ºC untuk menguapkan etanol

96% sehingga didapatkan 300 ml ekstrak cair dari 1000 mL larutan yang

dimaserasi. Ekstrak cair yang didapat berwarna kuning kecoklatan. (Lampiran I).

Ekstrak yang sudah dipekatkan kemudian dikeringkan hingga bobot tetap di oven

pada suhu 50-55 ºC, suhu dibawah 50-55 ºC akan menyebabkan adanya jamur atau

kapang pada ekstrak. Tujuan dari pengeringan hingga bobot tetap yaitu untuk

memastikan tidak ada pelarut yang tertinggal dalam ekstrak kental yang dapat

mengganggu proses standarisasi ekstrak isoflavon genistein dari tempe.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

38

B. Standarisasi Ekstrak Tempe

1. Pembuatan fase gerak

Sistem HPLC yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan sistem

HPLC fase terbalik dimana fase gerak bersifat lebih polar dibandingkan dengan

fase diam. Fase diam yang digunakan yakni C18 bersifat kurang polar dan fase

gerak merupakan metanol:air (70:30). Pemilihan fase gerak harus menggunakan

fase gerak yang optimal terkait dengan polaritas fase gerak dengan sampel yang

dapat mempengaruhi pemisahan genistein. Selain itu fase gerak yang dipilih harus

memiliki nilai UV cut off yang cukup jauh dari deteksi sampel. Metanol

mempunyai nilai UV cut off sebesar 205 nm dan aquadest mempunyai nilai UV cut

off sebesar 170 nm (Rohman, 2009), kedua pelarut ini mempunyai nilai UV cut off

yang cukup jauh dari λmaks genistein yakni 261 nm sehingga tidak akan

mengganggu serapan. Genistein memiliki log Kow 2,94 yang merupakan senyawa

hidrofobik, maka digunakan sistem KCKT fase terbalik dimana fase gerak bersifat

lebih polar dibandingkan dengan fase diam sehingga genistein dapat berinteraksi

dengan fase diam. Fase diam C18 sesuai digunakan untuk senyawa genistein yang

memiliki log Kow 2,94 karena adanya ikatan hidrofobik atau van der waals dari

genistein dengan fase diam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

39

Gambar 8. Struktur Genistein

Bagian cincin benzen (warna hijau) dari genistein merupakan bagian

hidrofobik yang akan berinteraksi dengan fase diam, dan bagian polar (warna

merah) genistein akan berinteraksi dengan fase gerak yang bersifat lebih polar

dibandingkan dengan fase diam sehingga genistein dapat terelusi keluar dari kolom

kemudian dideteksi oleh UV. (Gambar 8)

Waktu retensi pemisahan senyawa tergantung dari kelarutannya dalam

aquadest atau sifat hidrofobisitas isoflavon. Waktu retensi akan semakin meningkat

seiring meningkatnya sifat hidrofobisitas senyawa pada kolom. Senyawa aglikon

mmepunyai nilai retensi yang paling tinggi dibanding β-glukosida, malonil-

glukosida dan asetil-β-glukosida. Waktu retensi dari pemisahan isoflavon dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti afinitas terhadap fase diam, komposisi fase

gerak dan profil gradien elusi (Klejdus, Vacek, Benesova, Kopecky,Lapcik, and

Kuban, 2007).

2. Pembuatan kurva baku

Penelitian ini menggunakan 5 seri konsentrasi baku genistein yaitu 0,1

µg/ml, 0,5 µg/ml, 1 µg/ml, 5 µg/ml dan 10 µg/ml. Larutan baku genistein dibuat

dengan melarutkan baku genistein menggunakan etanol p.a karena genistein

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

40

mempunyai kelarutan tinggi dalam pelarut organik dengan sifat polar. Pemilihan

seri konsentrasi ini disesuaikan dengan melihat respon detektor terhadap peak yang

dihasilkan dan juga respon genistein dalam ekstrak tempe dapat masuk dalam range

respon seri larutan baku. Hasil pengukuran respon dari tiap kadar baku genistein

dapat dilihat pada tabel V :

Tabel V. Data Kurva Baku Genistein

Seri Baku (µg/ml) AUC

0.1 4852

0.5 40084

1 84348

5 414898

10 779580

A 4358.4

B 78432

R 0,9989

Kurva baku atau kurva kalibrasi adalah kurva yang menunjukkan hubungan

antara respon instrumen dengan konsentrasi analit pada beberapa seri baku.

Analisis respon instrumen dalam menggunakan HPLC merupakan area under curve

(AUC) dimana y merupakan respon instrumen, x adalah konsentrasi, a adalah

intersep, dan b adalah slope. Kurva baku yang digunakan adalah kurva baku yang

memiliki linearitas yang baik yaitu r mendekati 0,999. Linearitas menyatakan

adanya hubungan respon pengukuran yang secara langsung proporsional terhadap

konsentrasi jumlah analit. Hasil kurva baku menunjukkan nilai r sebesar 0,9989 ,

persamaan kurva baku kemudian digunakan dalam analisis kuantitatif untuk

menentukan konsentrasi suatu analit dalam sampel dengan memasukkan nilai y,

yakni AUC pada konsentrasi yang ingin dicari, ke dalam persamaan regresi linear.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

41

3. Penetapan panjang gelombang maksimum genistein

Penetapan panjang gelombang maksimum genistein bertujuan untuk

mengetahui panjang gelombang dimana genistein memberikan serapan yang

maksimum sehingga hasil yang diperoleh reprodusibel pada pengulangan

pengukuran, memiliki sensitivitas pengukuran yang tinggi, dan meminimalkan

kesalahan dalam pengukuran. Penetapan panjang geombang maksimum ini

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV. Genistein memiliki gugus

kromofor yaitu rangkap terkonjungasi pada cincin benzennya dimana ia dapat

memberikan serapan pada daerah sinar ultraviolet sehingga dapat menyerap sinar

pada daerah ultraviolet. Menurut Wu, Wang, and Simon (cit.,Luthria and

Natarajan, 2009) Isoflavon mengabsorpsi spektrum UV pada dua macam range

yakni 245 hingga 275 nm dan 300 dan 330 nm. Pengukuran panjang gelombang

maksimum dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-300 nm karena λmaks

genistein berada pada rentang tersebut yakni 261 nm.

Pada penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada 3 seri

konsentrasi dengan tujuan untuk melihat apakah ketiga konsentrasi yang mewakili

ini dapat menghasilkan spektrum serapan maksimum yang sama. Gambar 10

menunjukkan λmaks genistein berada pada rentang 261 nm pada 3 seri konsentrasi

kurva baku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

42

Gambar 9. Spektra Panjang Gelombang Maksimum Genistein Di 261 nm

Menggunakan Spektrofotometer

4. Penetapan Kadar dengan High Perfomance Liquid Chromatography

(HPLC)

a. Analisis Kualitatif

Tujuan analisis kualitatif untuk mengetahui secara pasti puncak (peak)

yang merupakan puncak genistein yang terukur oleh sistem HPLC pada

kromatogram. Analisis ini merupakan langkah awal untuk mengetahui puncak yang

akan digunakan untuk perhitungan AUC. Puncak (peak) dicari yang mempunyai

waktu retensi dan bentuk puncak yang sama dengan puncak pada kromatogram

baku standar genistein dimana bentuk puncak yang serupa menggambarkan profil

kromatografis yang mirip. Waktu retensi antara sampel dan baku menunjukkan

hasil yang hampir serupa dan berkisar antara 5,029-5,270 menit, sedangkan untuk

waktu retensi pada baku didapat 5,237 menit. Faktor yang mempengaruhi

perbedaan waktu retensi antara sampel dengan baku adalah pengaruh dari matriks

sampel yang berbeda sehingga mampu menggeser waktu retensi (Snynder,

Kirkland, and Dolan, 2010). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa resolusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

43

puncak genistein adalah 1,711. Hasil ini dapat dikatakan resolusinya baik karena

nilai resolusi > 1,5 (Snynder, Kirkland, and Dolan, 2010).

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung kadar genistein

dalam ekstrak etanolik tempe yang sudah mengalami fraksinasi bertingkat. Ekstrak

etanolik tempe yang mencapai bobot tetap kemudian dilakukan liquid-liquid

extraction untuk mengisolasi genistein. Liquid-liquid extraction merupakan teknik

dasar dalam ekstraksi dan preparasi sampel. Prinsip dari liquid-liquid extraction

adalah analit akan ditransfer dari suatu pelarut ke pelarut lain dimana analit akan

larut ke pelarut kedua yang umumnya bersifat organik.

Pelarut yang sering digunakan dalam liquid-liquid extraction genistein

adalah etil asetat atau dietil eter. Liquid-liquid extraction dengan etil asetat

digunakan untuk mengisolasi aglikon ( Rijke, Out, Niessen, Ariese, Gooijer, and

Brinkman, 2006). Etil asetat yang juga bersifat semi-polar digunakan juga untuk

mengekstrak komponen aglikon yang bersifat nonpolar. Aquadest digunakan juga

dalam liquid-liquid extraction untuk melarutkan protein yang masih terdapat pada

tempe.

Fraksinasi dilakukan bertingkat untuk melihat pada fraksinasi apa

genistein dapat terambil semua dan melarutkan senyawa-senyawa yang kurang

polar dibandingkan genistein karena pada penelitian ini hendak diambil genistein

yang bersifat semipolar. Liquid-liquid extraction dilakukan dengan melarutkan 0,5

gram ekstrak tempe yang sudah mencapai bobot tetap dengan etil asetat dan

aquadest perbandingan 1:1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

44

Fraksinasi ekstrak dalam etil asetat dan aquadest diberi perlakuan panas

yakni diletakkan diatas water bath untuk membantu mempercepat proses

kelarutan. Liquid-liquid extraction dilakukan untuk memisahkan fase atas dengan

fase bawah yakni fase etil asetat dengan fase aquadest. Genistein mempunyai

kelarutan yang baik dalam etil asetat sehingga diambil fase atas dimana genistein

terlarut. Berdasarkan berat jenisnya, aquadest mempunyai bobot jenis 1 sedangkan

etil asetat 0,878 dengan demikian genistein yang larut dalam etil asetat akan berada

dalam fase atas. Fraksinasi yang digunakan pada penelitian ini adalah fraksinasi

kedua karena pada fraksinasi ini sudah didapati nilai AUC yang cukup tinggi.

Gambar 10 . Kromatogram Sampel Hasil Fraksinasi

Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya fraksinasi maka komponen

polar pada sampel dapat dihilangkan sehingga hanya terambil genistein yang

bersifat lebih non-polar. Gambar diatas menunjukkan kromatogram hasil fraksinasi

sampel, sedangkan gambar (11) menunjukkan kromatogram sampel yang tidak

difraksinasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

45

Gambar 11 . Kromatogram Sampel Tanpa Fraksinasi

Penentuan kadar genistein dalam ekstrak etanolik bertujuan untuk

mengetahui seberapa banyak jumlah ekstrak yang akan dimasukkan ke dalam suatu

sediaan. Data kromatogram berupa AUC kemudian diubah menjadi kadar dalam

ppm seperti yang ditunjukkan oleh tabel VI.

Tabel VI. Kadar Genistein Dalam Ekstrak Etanolik Tempe Yang Sudah

Mengalami Fraksinasi Bertingkat

SAMPEL AUC KADAR

(µg/mL)

Rata-Rata

(µg/mL)

Replikasi

I 122296 1,62

1,83 ± 0,18 Replikasi

II 145053 1,95

Replikasi

III 146429 1,92

Berdasarkan data yang diperoleh didapat kadar pada ekstrak etanolik

tempe sebesar 1,83 ± 0,18 (µg/mL). Pada penelitian ini ekstrak etanolik isoflavon

genistein diharapkan dapat berpenetrasi ke dalam kulit dan menimbulkan aktivitas

antioksidan. Hasil pengukuran IC50 pada ekstrak etanolik tempe menurut penelitian

yang dilakukan oleh Maheswara, (2008) adalah 36,752 µg/mL. Hal ini berarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

46

bahwa untuk menangkap radikal bebas sebesar 50 % dibutuhkan isoflavon dengan

konsentrasi 36,752 µg/mL dalam formula.

C. Orientasi dan Formulasi Komposisi Mikroemulsi Ekstrak Etanolik

Tempe

Pada penelitian ini dilakukan orientasi pembuatan mikroemulsi ekstrak

etanolik tempe dengan VCO sebagai fase minyak, tween 80 sebagai surfaktan dan

penetration enhancer, dan PEG 400 sebagai ko-surfaktan. Orientasi komposisi ini

dilakukan untuk memperoleh formula mikroemulsi yang stabil dengan

memvariasikan konsentrasi komponen penyusun yakni konsentrasi Tween 80,

konsentrasi PEG 400, kosentrasi VCO dan konsentrasi aquadest. Orientasi

dilakukan dengan mencampurkan surfaktan dan kosurfaktan terlebih dahulu untuk

melihat kelarutan antara kedua larutan dan diamati secara visual. Pada penelitian ini

digunakan Tween 80 sebagai surfaktan dan untuk ko-surfaktan digunakan PEG

400.

Mikroemulsi dapat dibuat dengan dua metode yakni high-energy methods

dan low-energy methods (Anton and Vandamme, 2009). Mikroemulsi yang dibuat

pada penelitian ini menggunakan low-energy methods dengan prinsip spontaneous

emulsification. Terjadinya spontaneous emulsification tergantung dari pasangan

fase minyak dan surfaktan, konsentrasi surfaktan, perbandingan fase

minyak/surfaktan, konsentrasi ko-surfaktan/ko-solven, dan suhu. Metode

emulsifikasi spontan ini membutuhkan surfaktan dengan nilai HLB lebih dari 12

(Nigade , Patil and Tiwari, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

47

Pencampuran yang digunakan antara surfaktan dengan kosurfaktan yakni

perbandingan 1:1, 1:2 , 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8, 1:9, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1,

7:1, 8:1, 9:1. Perbandingan ini sangat penting dalam terjadinya emulsifikasi

spontan. Setelah dicampur sesuai dengan perbandingan larutan kemudian distirer

dengan tujuan untuk menghomogenkan campuran lalu disentrifugasi pada

kecepatan 3000 rpm selama 15 menit untuk melihat apakah larutan memisah atau

bercampur homogen (terkait dengan stabilitas), jika bercampur homogen maka

dilanjutkan dengan penambahan VCO sebagai fase minyak. Hasil pencampuran ko-

surfaktan dengan tween 80 didapatkan hasil formula yang tidak memisah pada

perbandingan 1:1 hingga perbandingan 1:9 sedangkan formula didapati memisah

pada perbandingan 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1.

Larutan yang memisah memiliki jumlah PEG 400 lebih banyak

dibandingkan dengan Tween 80 karena konsentrasi surfaktan yang semakin rendah

atau konsentrasi kosurfaktan yang makin besar akan membuat suatu sistem gagal

mencapai CMC (Critical Micellar Concentration) dan tidak akan terbentuk

mikroemulsi (Zhong, Xu, Fu, and Li, 2012). Surfaktan dalam hal ini Tween 80

bertindak untuk menstabilkan dispersi air dalam minyak melalui dispersi molekul

dan menurunkan energi bebas permukaan . Semakin tinggi konsentrasi Tween 80

maka energi bebas permukaan yang turun semakin besar. Mikroemulsi adalah suatu

sistem yang stabil secara termodinamika dimana kestabilan termodinamika

diperoleh saat tegangan antarmuka mendekati nol (Basheer Noordin, and Ghareeb,

2013). Tween 80 memiliki nilai HLB sebesar 15, dimana mempunyai rantai

hidrofilik yang panjang dimana ia akan menekan ko-surfaktan untuk pindah dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

48

daerah antarmuka mendekati fase minyak yakni VCO dan kehilangan fungsi

mereka sebagai ko-surfaktan (Zhong, Xu, Fu, and Li, 2012).

Formula yang terdiri dari surfaktan dan ko-surfaktan dengan perbandingan

1:1 hingga 1:9 kemudian dilakukan penambahan VCO sebanyak 1 mL, 2 mL, dan 3

mL. VCO merupakan medium chain triglyceride dan cocok untuk formulasi

emulsifikasi spontan (Nigade , Patil, and Tiwari, 2012). Penambahan VCO

bertujuan untuk melihat apakah VCO dapat bercampur homogen dengan campuran

Tween80 – PEG 400. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada formula yang

memisah pada penambahan 1 ml sedangkan pada penambahan 2 mL hingga 3 mL

terdapat pemisahan. Minyak dengan rantai pendek lebih terlarut pada mikroemulsi

dibandingkan minyak dengan rantai panjang. Peningkatan panjang rantai minyak

akan menurunkan kapasitas kelarutan minyak dalam fase minyak dan konsentrasi

VCO yang semakin meningkat akan merusak stabilitas antarmuka sehingga akan

terjadi pemisahan dan menyebabkan mikroemulsi tidak stabil. Konsentrasi PEG

400 sebagai kosurfaktan akan menurun juga karena minyak akan mendesak alkohol

yang hendak berpenetrasi ke daerah antarmuka dengan merusak stabilitas

antarmuka (Zhong, Xu, Fu, and Li, 2012).

Formula yang tidak memisah yakni perbandingan 1:1 hingga 1:9 kemudian

ditambahkan variasi konsentrasi aquadest yakni dari 10 mL, 15 mL, dan 20 mL.

Hasil menunjukkan bahwa tidak ada formula yang memisah tetapi hanya didapati

semakin banyak aquadest maka mikroemulsi yang terbentuk semakin keruh .

Menurut Flanagan (cit., Cho, Kim, Bae, Mok, and Park, 2008) Suatu sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

49

mikroemulsi tidak dapat terbentuk saat konsentrasi surfaktan yang rendah dan

sistem akan pecah saat konsentrasi aquadest meningkat.

D. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Mikroemulsi

Sediaan mikroemulsi harus memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang

baik. Sifat fisik mikroemulsi perlu dipertimbangkan terkait aspek efisiensi apakah

zat aktif yakni genistein dapat terabsorpi menembus stratum korneum , quality dan

acceptability dari mikroemulsi terkait kenyamaan saat digunakan. Sifat fisik yang

tidak sesuai dapat menyebabkan proses absoprsi menjadi tidak optimal. Pada

penelitian ini sifat fisik yang diuji meliputi organoleptis, pH, ukuran partikel dan

viskositas, sedangkan stabilitas fisik yang diuji adalah cycling test dan uji

sentrifugasi.

Tabel VII . Data Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Mikroemulsi Formula I

Hingga Formula III

Uji Sifat Fisik Mikroemulsi

Sifat Fisik Formula I Formula II Formula III

Organoleptis (Warna) Kuning Kecoklatan Kuning

Kecoklatan

Kuning

Kecoklatan

Organoleptis (Bau) Bau Khas Bau Khas Bau Khas

pH 6 6 6

Viskositas (cPs) 280 ± 10 440 ± 10 586,66 ± 5,77

Cycling Test Reversible Reversible Reversible

Sentrifugasi Tidak Ada

Pemisahan

Tidak Ada

Pemisahan

Tidak Ada

Pemisahan

Ukuran Droplet (nm) 1,1 1 1,1

1. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati warna, melihat ada

tidaknya pemisahan, dan bau khas, sedangkan uji pH dilakukan dengan

menggunakan pH strips selama 1 bulan. Hasil pengamatan fisik dari formula I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

50

hingga formula III pada hari ke-0 menunjukkan mikroemulsi dengan warna kuning

kecoklatan, bau khas tempe, dan tidak tampak adanya pemisahan fase . Pada awal

pembuatan formula terlihat gelembung pada bagian atas mikroemulsi dan

gelembung udara akan hilang setelah didiamkan beberapa saat. Hal ini dikarenakan

terperangkapnya gelembung udara dalam jumlah yang cukup banyak akibat

pengadukan pada saat pembuatan mikroemulsi dengan menggunakan magnetic

stirer. Pada minggu ke-4 formula I hingga formula III menunjukkan mikroemulsi

dengan warna kuning kecoklatan, bau sudah menjadi tengik, dan tidak tampak

adanya pemisahan fase. Hal ini dikarenakan aktivitas antimikrobia dari nipagin

berkurang dengan adanya kehadiran surfaktan nonionik sebagai akibat dari adanya

proses miselisasi.

Nilai pH sediaan topikal harus berada dalam range pH kulit yakni antara

5-6,5. Sediaan topikal dengan nilai pH terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit

dan jika terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik, hal ini terjadi karena adanya

kerusakan mantel asam pada stratum korneum. Nilai pH sediaan mikroemulsi pada

hari ke-0 hingga hari ke-30 adalah 6, sehingga nilai pH sediaan memenuhi range

pH kulit.

2. Uji viskositas

Viskositas adalah tahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi

viskositas suatu sediaan maka semakin tinggi tahanannya. Beberapa hal yang

mempengaruhi viskositas emulsi yakni viskositas fase kontinu dan fase terdispersi,

fraksi volume fase terdispersi, laju pengadukan, konsentrasi emulgator, suhu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

51

ukuran rata-rata dan distribusi ukuran droplet emulsi. Pada penelitian ini viskositas

mikroemulsi dipengaruhi oleh konsentrasi komponen penyusun yakni tween 80

dalam formula. Semakin tinggi konsentrasi tween 80 dalam formula maka

viskositasnya akan semakin tinggi. Pengukuran viskositas pada penelitian

dilakukan dengan viskometer Rion. Hasil pengukuran viskositas digunakan dalam

pengukuran ukuran partikel. Data viskositas diperlukan untuk mengetahui ukuran

partikel dari suatu sampel. Hasil data viskositas formula I hingga formula III dapat

dilihat pada tabel VII. Hasil pengukuran viskositas menunjukkan semakin tinggi

konsentrasi surfaktan yakni tween 80 dalam mikroemulsi maka viskositasnya

semakin besar pula. Dari hasil pengukuran viskositas dapat dikatakan bahwa

konsentrasi surfaktan mempengaruhi viskositas sediaan mikroemulsi.

3. Pengukuran droplet mikroemulsi

Pengukuran droplet mikroemulsi bertujuan untuk melihat apakah sediaan

mikroemulsi mempunyai ukuran droplet yang kecil atau tidak, hasil dari

pengukuran droplet ini nantinya akan mempengaruhi penetrasi dari zat aktif

kedalam stratum korneum. Pengukuran ukuran droplet mikroemulsi dilakukan pada

hari ke-0 dengan Particle Size Analyzer (PSA) DelsaTM

Nano c Beckman Coulter.

Teknik pengukuran sampel dengan PSA menggunakan metode Laser Diffraction

(LAS) sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dibandingkan dengan metode

SEM dan XRD. PSA menggunakan prinsip Dynamic Light Scattering (DLS) yakni

sampel yang mengalami gerak brownian akan terkena sinar laser kemudian

intensitas cahaya dari cahaya yang dihamburkan akan berubah dan dibaca oleh

detektor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

52

Sediaan mikroemulsi yang diukur adalah sediaan Formula I-III pada minggu

ke 0 yang disimpan pada suhu kamar (27º±2ºC). Hasil ukuran droplet pada formula

I hingga formula III dapat dilihat pada tabel VII. Hasil pengukuran menunjukkan

sediaan formula I hingga III adalah sediaan mikroemulsi. Keuntungan dari metode

ini adalah 1) dapat mengukur ukuran droplet dalam ukuran nano dan untuk sampel

biomaterial; 2) hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil; 3) analisis cepat; 4)

Hasil pengukuran dalam bentuk distribusi sehingga hasil pengukuran dapat

diasumsikan sudah mengambarkan keseluruhan kondisi sampel.

4. Cycling test

Cycling test digunakan untuk melihat kestabilan pada sediaan emulsi,

krim, dan larutan, apakah akan terjadi kristalisasi dan pengendapan. Cycling test

dilakukan sebanyak 6 siklus pada suhu 4ºC ± 2ºC dan 40ºC ±2 ºC. Hasil

pengamatan dari siklus 1 hingga siklus 6 menunjukkan bahwa sediaan tetap stabil

tidak timbul kristalisasi maupun pengendapan. Cycling test mendekati kondisi

penyimpanan realistis. Setelah melewati 6 siklus, kondisi yang stabil membuktikan

bahwa sediaan bersifat reversible. Pada awal cycle yakni perpindahan dari suhu

rendah ke suhu tinggi, pada formula I hingga formula III membeku, hal ini

disebabkan karena adanya kandungan asam lemak pada ekstrak yang membeku

pada suhu rendah.

5. Uji sentrifugasi

Tujuan dari uji sentrifugasi adalah untuk mengetahui kestabilan sediaan

mikroemulsi dengan cara mengamati pemisahan fase setelah disentrifugasi. Uji

sentrifugasi juga merupakan salah satu indikator kestabilan fisik sediaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

53

mikroemulsi. Hasil pengamatan yakni tidak dijumpai adanya pemisahan fase pada

Formula I-III. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi stabil secara fisik

dalam penyimpanan.

E. Uji Penetrasi Genistein dengan Franz Diffusion Cell Modifikasi

Pada penelitian ini dilakukan uji absorpsi perkutan secara in vitro

menggunakan franz diffusion cell modifikasi. Kulit mencit digunakan sebagai

model untuk studi absorpsi perkutan genistein. Membran yang digunakan adalah

kulit bagian abdomen mencit yang bulunya telah dicukur terlebih dahulu. Kulit

kemudian dibersihkan dengan menggunakan aquadest dan disimpan dalam larutan

NaCl 0,9% untuk melepaskan sisa jaringan yang masih melekat dan agar tidak

mengalami dehidrasi.

Kulit mencit yang digunakan dalam keadaan segar kemudian dihidrasi

terlebih dahulu dengan larutan PBS pH 7,4 selama 30 menit yang merupakan cairan

penerima di kompartemen reseptor. Kulit tikus kemudian dipasang pada franz

diffusion cell modifikasi dengan hati-hati dan jangan ada udara yang terperangkap

antara membran dengan cairan penerima karena udara yang terperangkap dapat

menghambat penetrasi senyawa akibat kontak antara membran dengan cairan

penerima terhalang (Walters, 2002).

Cairan yang digunakan dalam kompartemen reseptor adalah phosphat

buffer saline pH 7,4 yang sesuai dengan pH cairan plasma darah (Sherwood, 2001).

Suhu yang digunakan adalah suhu tubuh yakni 37º C. Suhu harus dijaga pada suhu

tubuh karena adanya perubahan suhu dapat mengakibatkan perubahan laju difusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

54

isoflavon genistein dalam menembus membran. Kecepatan pengadukan dijaga

konstan yakni 750 rpm untuk menjaga cairan kompartemen reseptor tetap

homogen.

Genistein ada dalam bentuk tidak terionisasi pada pH 6 dan genistein akan

menjadi bentuk terion pada pH 7,4 dimana proses pelepasan proton terjadi pada

gugus –OH (no 7). Pada gambar 8 ditunjukkan struktur genistein yang nantinya

akan terjadi pelepasan gugus –OH (no.7) ( Kobayashi, Shinohara, Nagai and

Konizhi, 2013). Penambahan HCl hingga pH 5 bertujuan untuk mengembalikan

genistein dalam bentuk molekul. Pemisahan dilakukan dengan menambahkan etil

asetat pada corong pisah sehingga terdapat dua fase yakni fase atas dan fase bawah

yakni fase atas berupa fase etil asetat sedangkan fase bawah berupa fase air. Fase

etil asetat yang sudah ditampung kemudian diuapkan hingga mencapai bobot tetap.

Hasil pemisahan sampel buffer yang sudah mencapai bobot tetap kemudian

ditambahkan dengan etanol p.a sebanyak 1 ml.

Genistein merupakan senyawa yang memiliki karakteristik lipofilik dan

mempunyai koefisien partisi sebesar 2,94 sehingga sulit untuk menembus lipid

bilayer barrier stratum korneum. Alasan penggunaan tween 80 sebagai penetration

enhancer karena tween 80 termasuk surfaktan non-ionik yang tergolong aman

dalam penetration enhancer. Surfaktan sendiri mempunyai dua mekanisme dalam

meningkatkan permeasi senyawa melalui kulit yakni 1) dengan cara menembus ke

stratum korneum dan meningkatkan fluiditas dan akhirnya melarutkan serta

mengekstraksi komponen lipid; 2) surfaktan masuk ke dalam matriks interselular

dan berinteraksi dengan mengikat filamen keratin sehingga korneosit mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

55

gangguan dan senyawa dapat masuk. Tween 80 mengandung etilen oksida dan

hidrokarbon rantai panjang, kedua molekul ini mempunyai karakter lipofilik dan

hidrofilik sehingga ada kemungkinan suatu zat berpartisi melalui strarum korneum

melewati substansi mortar yang lipofilik dan daerah hidrofilik.

Tabel VIII. Nilai Fluks, Koefisien Difusifitas Dan Jumlah Kumulatif Genistein Dari

Sediaan Mikroemulsi Yang Mengandung Tween 80 Dengan Berbagai Konsentrasi

Formula

Fluks (µg cm-2

jam-1

)

Koefisien

Difusisitas (cm2

det-1

) x 10 -3

Q pada jam ke-

7 (µg cm-2)

Formula I 3,918 ± 3,68 1,002 ± 0,94 9,470 ± 4,68

Formula II 3,960 ± 3,67 1,013 ± 0,94 9,473 ± 4,69

Formula

III 3,918 ± 3,56 1,002 ± 0,91 9,565 ± 4,77

Hasil perhitungan nilai fluks, koefisien difusifitas dan jumlah kumulatif

genistein dapat dilihat pada tabel VIII. Koefisien difusi merupakan besaran skalar

dengan dimensi L2.T

-1 yang menggambarkan luas area dimana proses difusi dapat

berlangsung dalam setiap satuan waktu. Koefisien difusi merupakan parameter

kecepatan difusi yang terkait dengan luas membran (Aryani dan Martodihardjo,

2007). Pada gambar 12 ditunjukkan bahwa terjadi pelepasan genistein ke dalam

kompartemen reseptor mulai dari menit ke-60 hingga menit ke-420. Grafik jumlah

kumulatif yang mendatar mulai menit ke-60 menunjukkan bahwa kondisi mencapai

tunak dimana jumlah genistein yang terpenetrasi sudah tetap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

56

Gambar 12. Grafik Hubungan Profil Jumlah Kumulatif Genistein Yang Terpenetrasi

Dari Formula I - III

Parameter fluks menunjukkan genistein yang terpenetrasi dalam setiap

satuan waktu. Pada gambar 13 ditunjukkan bahwa genistein yang terpenetrasi tiap

satuan waktu pada ketiga formula menunjukkan profil yang sama mulai dari menit

ke-0 hingga menit ke-420. Nilai fluks dari ketiga formula kemudian diuji secara

statistik.

Gambar 13 . Grafik Hubungan Fluks Rata-Rata Genistein Yang Terpenetrasi Dari

Formula I - III

Uji statistik dilakukan untuk pengujian normalitas data dengan uji

Shapiro-Wilk. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk, nilai signifikansi (p value) untuk

formula I, formula II, dan formula III masing-masing memiliki nilai p ≥ 0,05. Nilai

0

2

4

6

8

10

12

14

0 60 120 180 240 300 360 420

Jum

lah

Ku

mu

lati

f R

ata

-Rat

a

(µg/

cm2 )

Waktu (menit)

Formula I

Formula II

Formula III

0

5

10

15

20

0 60 120 180 240 300 360 420Flu

ks r

ata

-rat

a (µ

g/cm

2.j

am)

Waktu (menit)

Formula I

Formula II

Formula III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

57

p ≥ 0,05 pada kelompok data menunjukkan data terdistribusi normal. Levene test

kemudian dilakukan untuk mengetahui variansi dari semua data homogen atau

tidak, hasil statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,5417, karena nilai p ≥ 0,05 maka

dapat diaktakan bahwa variansi dari data tersebut adalah sama. Semua kelompok

data terdistribusi normal dan variansinya homogen kemudian dilanjutkan uji

selanjutnya melalui ANOVA. ANOVA digunakan untuk menganalisis apakah

terdapat perbedaan nilai fluks hingga menit ke 420 . Hasil statistik menunjukkan

nilai p adalah 0,902 (p ≥ 0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai

fluks hingga menit ke 420 antara masing-masing formula, sehingga dapat dikatakan

bahwa peningkatan konsentrasi tween 80 tidak mempengaruhi proses absorpsi

perkutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tween 80 tidak

mempengaruhi proses absorpsi perkutan. Hal ini dapat terjadi karena adanya

kemungkinan penurunan aktivitas termodinamika genistein pada surfaktan

konsentrasi tinggi. Energi pendorong (Driving force) untuk melepaskan genistein

dan penetrasi senyawa ke dalam stratum korneum adalah aktivitas senyawa dalam

sediaan. Pada surfaktan dengan konsentrasi yang tinggi afinitas genistein akan lebih

tinggi pada pembawanya dan aktivitas termodinamika akan menjadi lebih rendah

sehingga pelepasan genistein akan melambat (Abood, Talegaonkar, Tariq, and

Ahmad, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan

konsentrasi tween 80 tidak mempengaruhi proses absorpsi perkutan. Dari hasil

yang didapat tidak ada perbedaan nilai fluks antar tiga formula. Semakin

meningkatnya jumlah tween 80 tidak meningkatkan laju absorpsi perkutan.

B. Saran

Peningkatan konsentrasi tween 80 sebagai penetration enhancer dari

ketiga formula tidak mempengaruhi proses absorpsi perkutan. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan adanya kemungkinan penurunan aktivitas termodinamika genistein

pada surfaktan dengan konsentrasi tinggi. Pada surfaktan dengan konsentrasi yang

tinggi afinitas genistein akan lebih tinggi pada pembawanya dan aktivitas

termodinamika akan menjadi lebih rendah sehingga pelepasan genistein akan

melambat. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih mendalam berupa studi

absorpsi perkutan penurunan konsentrasi tween 80 dalam formula mikroemulsi

ekstrak tempe pada penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

59

DAFTAR PUSTAKA

Abood, R.M.A., Talegaonkar, S., Tariq, M., and Ahmad, F.J., 2013,

Microemulsiom As A Tool For The Transdermal Delivery Of

Ondansetron For The Treatment Of Chemotheraphy Induced Nausea And

Vomiting, Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 101, 149.

Agoes, G.,2009, Enkapsulasi Farmasetik, ITB Press, Bandung, pp.252-255.

Akhtar, N., Rehman, M.U., Khan, H.M.S, Rasool, F., Saeed, T., and Murtaza, G.,

2011, Penetration Enhancing Effect of Polysorbate 20 and 80 on the In

Vitro Percutaneous Absorption of L-ascorbic Acid, Tropical Journal of

Phamaceutical Research,10(3),281-288.

Al-Saidan, S.M, Krishnaiah, Y.S.R., Chandrasekhar, D.V., Lalla, J.K., Rama, B.,

Jayaram, B., et al., 2004, Formulation Of An HPMC Gel Drug Reservoir

System With Ethanol-Water As A Solvent System And Limonene As A

Penetration Enhancer For Enhancing In Vitro Transdermal Delivery Of

Nicorandil, Skin Pharmacol Physiol, 17, 310-320.

Anton, N., and Vandamme, T.F., 2009, The Universality of Low-Energy Nano-

Emulsification, International Journal of Pharmaceutics, 377, 142-143.

Aryani,N.L.D., dan Martodihardjo, S., 2007, Uji Permeabilitas Intrinsik dan

Termodinamika Difusi Piroksisam Secara In-Vitro, Jurnal Farmasi

Indonesia, 3(3), 108.

Astuti, S., 2008, Isoflavon Kedelai dan Potensinya Sebagai Penangkap Radikal

Bebas, Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 13 (2), 126-128.

Aulton, M.E. and Collet, D.M., 1990, Pharmaceutical Practice, Longman

Singapore Publishers Pte Ltd, Singapure, p.113.

Basheer, H.S., Noordin, M.I., and Ghareeb, M.M., 2013, Characterization of

Microemulsions Prepared Using Isopopyl Palmitate with Various

Surfactants and Cosurfactants, Tropical Journal of Pharmaceutical

Research, 12(3), 306.

Benson, H.A., 2012, Topical and Transdermal Drug Delivery, John Wiley &

Sons, New Jersey, pp.3-16.

Chadha, G.S., 2009, Transdermal Delivery of Genistein As A Chemoprotective

Drug For Melanoma,Thesis, University of Alabama, USA ,50-54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

60

Chaiyasut, C., Kumar, T., Tipduangta, P., and Rungseevijitprapra,, W., 2010,

Isoflavone Content and Antioxidant Activity of Thai Fermented Soybean

and its Capsule Formulation, African Journal of Biotechnology, 9(26),

4120-4121.

Chiang, H., Wu, W., Fang, J., Chen, B., Kao, T., Chen, Y., et. al, 2007, UVB-

Protective Effects of Isoflavone Extracts from Soybean Cake in Human

Keratinocytes, International Journal Molecular Sciences, 8, 651-661.

Cho, Y.H., Kim, S., Bae, E.K., Mok, C.K., and Park, J., 2008, Formulation of A

Cosurfactant-Free O/W Microemulsion Using Nonionic Surfactant

Mixtures, Food Engineering and Physical Properties, 73,115-120.

Chuarienthong, P., Lourith, N., and Leelapornpisid, P., 2010,Clinical Efficacy

Comparison of Anti-Wrinkle Cosmetic Containing Herbal Flavonoids,

International Journal of Cosmetic Science, 32, 99-106.

Date, Abjhijit, A., and Nagarsengker, M.S., 2008, Parenteral Microemulsion: An

Over view, International Journal of Pharmaceutics, 1, 19-30.

Departemen Kesehatan RI, 1993, Kodeks Kosmetika Indonesia, Edisi II, Volume

I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal.389.

Friend, D.R., 1992, In Vitro Permeation Technique,Journal of Control Release,

18, 235-248.

Gediya, S.K., 2011, Herbal Plants : Used As A Cosmeutics, Journal Nature

Product Plant Resources, India

Georgetti S.R., Casagrande R., Verri Jr., W.A., Lopez R.F.V., Fonseca M.J.V.,

2008, Evaluation of In Vivo Efficacy Of Topical Formulations

Containing Soybean Extract, International Journal Of Pharmaceutics,

352, 189-190.

Haron, H., Ismail, A., Azlan, A., Shahar, S., and Peng, L.S., 2009, Daidzein and

Genestein contents in tempeh and selected soy product, Food Chemistry,

1350-1351.

Jing-Yi, L., Tournas, J.A., Burch, J.A., Monteire, R.N.A., and Zielinski, J., 2007,

Topical Isoflavones Provide Effective Photoprotection to skin, Journal of

Photodermatology,Photoimmunology & Photomedicine,24,61-66.

Klejdus, B., Vacek, J., Benesova, L., Kopecky, J., Lapcik, O., and Kuban, V.,

2007, Rapid-resolution HPLC with Spectrometric Detection for The

Determination and Identification of Isoflavones in Soy Preparations and

Plant Extracts, Anal Bioanal Chem, 389, 2280.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

61

Kobayashi, S., Shinohara, M., Nagai T., and Konishi, Y., 2013, Transport

Mechanism of Soy Isoflavones and their Microbial Metabolites

Dihydrogenistein and Dihydrodaidzein Across Monolayers and

Membranes, Pharmaceutica Analytica Acta, 4(4), 3.

Kumar, R. and Philip, 2007, Review Article Modified Trnsdermal Technologies:

Breaking The Barriers Of Drug Permeation Via The Skin, Tropical

Journal of Pharmacaeutical Research, 6 (1),634-644.

Lane, M.E., 2013, Skin Penetration Enhancers, International Journal of

Pharmaceutics, 447, 13.

Lee, J., Renita M., Fioritto, R.J., Martin, S.K.S., Schwartz, S.J., and Vodovotz,

Y., 2004, Isoflavone Characterization and Antioxidant Activity of Ohio

Soybeans, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 52, 2547.

Luthria, D.L., and Natarajan, S.S., 2009, Influence of Sample Preparation on the

Assay of Isoflavones, Planta Med, 75, 708.

Maheswara, L.L.B., 2010, Optimasi Formula Gel Anti-Aging Ekstrak Etil Asetat

Isoflavone Tempe dengan Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan

Propilen Glikol sebagai Humectant : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi,

30, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Martin, A., Bustamante, P., and Chun, A.H.C.,1993, Physical Pharmacy,4th

Ed.,

Lea and Febiger, Philadelphia, London, pp.324-361.

Nair, V.B. and Panchagula, R., 2004, The Effect Of Pretreatmennt With Terpenes

On Transdermal Iontophrotic Delivery Of Arginine Vasopressin, IL

FARMACO,59, 575-581.

Nakajima, N., Nozaki, N., Ishihara, K., Ishikawa, A., and Tsuji, H., 2005,

Analysis of Isoflavone Content in Tempeh, a Fermented Soybean, and

Preparation of a New Isoflavone-Enriched Tempeh, Journal of

Bioscience and Bioengineering, 100 (6), 686.

Nigade, P.M., Patil, S.L., and Tiwari, S., 2012, Self Emulsfying Drug Delivery

Systems (SEDDS): A Review, International Journal of Pharmacy and

Biological Sciences, 2(2), 43-45.

Pawiroharsono, 2009, Prospek dan Manfaat Isoflavone untuk Kesehatan,

http://english-gmu.web.id, diakses tanggal 10 Maret 2014.

Protection Effects of isoflavone Extracts from Soybean Cake in Human

Rijke, E., Out, P., Niessen, W.M.A., Ariese, F., Gooijer, C., and Brinkman, U.A.,

2006, Analytical Separation and Detection Methods for Flavonoids,

Journal of Chromatography A, 1112, 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

62

Roberts, M.S. and Walters, K.A., 1998, Dermal Absorption and Toxicity

Assesment, Marcel Dekker, New York, pp.161-169.

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Edisi pertama, Cetakan

pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal.2-10.

Rostagno, M.A., Villares, A., Guillamon, E., Garcia-Lafuente, A., and Martinez,

J.A., 2008, Sample Preparation For The Analysis of Isoflavones From

Soybeans and soy foods, Journal of Chromatography A, 1216, 3,22-23.

Rowe, R., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical

Exicipients Sixth Edition , 6th

edition, Pharmaceutical Press, USA,

pp.342-343,429-420,441-442,592-593,596-597.

Salavkar, M.S., Tamanekar, R.A.,and Athawale, R.B., 2011, Antioxidant in skin

ageing-Future of Dermatology, International Journal of Green

Pharmacy,160-169.

Sarker, D.S., Latif, Z., and Gray, A.I., 2006, Natural Product Isolation, Humana

Press, United States, pp.216,218-219.

Schimd, D., and Zulli, F., 2002, Topically Apllied Soy Isoflavones Increase Skin

Thickness, Cosmetic & Toiletries Magazine, 117 (6), 44-48.

Schimd, D., Reto, M., and Zulli, F., 2002, Dermatological Application of Soy

Isoflavones to Prevent Skin Ageing in Postmenopausal Women,

Cosmetic & Toiletries Magazine, 117 (6), 146-151.

Shargel, L., Wu-Pong, S., and Yu, A., 2004, Applied Biopharmaceutics &

Pharmacokinetics,5th

, Mc Graw-Hill, USA, pp.356-358.

Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem, diterjemahkan oleh

Brahm Pendit, hal.512, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Singh, V., Bushettii, S.S., Raju, A.S., Ahmad, R., Singh, M., and Bisht, A., 2010,

Microemulsions as Promising Delivery Systems: A Review, Indian

Journal of Pharmaceutical Education and Research, 45(4), 392-394.

Sinha,V.R., and Kaur, M.P., 2000, Permeation Enhancers for Transdermal Drug

Delivery, Drug Development and Industrial Pharmacy, 26 (11),1131-

1140.

Som, I., Bhatia, K., and Yasir, M., 2012, Status of surfactant as penetration

enhancer in transdermal drug delivery, Journal Pharmacy Bioallied

Scienced,4(1),2-9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

63

Synder, L.R., Kirkland, J.J., and Dolan, J.W., 2010, Introduction to Modern

Liquid Chromatography,3rd

Ed, John Wiley and Sons, Inc., New Jersey,

pp.20,54.

Talegaonkar, S., Azeem, A., Ahmad, F.J, Khar, R.K., Pathan, S.A., and Khan,

Z.I., 2008, Microemulsion: A Novel Approach to Enhanced Drug

Delivery, Recent Patents on Drug Delivery & Formulation, 2, 239.

Walters, K.A., 2002, Dermatological and Transdermal Formulations, Marcel

Dekker, New York, p.225.

Walters, K.A., 2008, Drug Delivery : Topical and Transdermal Routes, 3rd

edition, Informa Healthcare, USA, pp.1311-1325.

Watson, D.G., 2005, Analisis Farmasis : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi

dan Praktisi Kimia Farmasi, diterjemahkan oleh Winny R.Syarief,

hal.314-315,420-423, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wiechers, J.W., 1989, The Barrier Function Of The Skin In Relation To

Percutaneous Absorption Of Drugs, Pharmaceutics Weekblad, 11, 185-

187.

Williams, A.C., and Barry, B.W., 2004, Penetration Enhancers, Advanced Drug

Delivery Reviews, 56, 611-612.

Wu, C., and Lai, S., 2007, Preparative Isolation of Isoflavones from Defatted Soy

Flakes, Journal of Liquid Chromatography & Related Technologies ®

, 30

1618-1619.

Yaar, M., and Gilchrest, B.A., 2007, Photoageing: Mechanism, Prevention and

Threrapy, British Journal of Dermatology, 157, 874-887.

Yulian, A.I., 2007, Uji Banding Efektivitas Virgin Coconut Oil dengan

Ketokonazol 2% Secara In Vitro terhadap Pertumbuhan Candida

albicans, http://eprints.undip.ac.id/22366/1/anggradia.pdf, diakses

tanggal 25 Maret 2014

Zhong, F., Xu, W., Fu, T., and Li, Y., 2012, Preparation and Characterization of

Functional Compounds Encapsulated Microemulsion with Nonionic

Surfactants, Journal of Food and Drug Analysis, 20(1), 204-205.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

64

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

65

Lampiran 1. Ekstraksi Tempe

Ekstrak tempe sebelum dan sesudah dilakukan rotary evaporator

Ekstrak tempe bobot tetap

Sebelum rotary evaporator Sesudah rotary evaporator

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

66

Lampiran 2. Skema Pembuatan Seri Larutan Baku

Timbang lebih kurang seksama 1 mg genistein

Larutkan dengan etanol p.a ad hingga 1 mL

Pipet 100 µL lalu encerkan dengan etanol p.a ad hingga 5 mL (larutan

intermediet)

Pipet 25 µL; 125 µL; 250 µL; 1250 µL; 2500 µL dari larutan intermediet dengan

menggunakan mikropipet

Encerkan dengan etanol p.a ad hingga 5 mL

Lampiran 3. Perhitungan Seri Baku Kadar Genistein

Bobot genistein hasil penimbangan = 1 mg = 1000 µg

Kadar stok genistein = 1000 µg/mL

Kadar larutan seri baku genistein :

a. Seri 1

C1.V1 = C2.V2

20 µg/mL x 0,025 mL = C2 x 5mL

C2 = 0,1 µg/mL

b. Seri 2

C1.V1 = C2.V2

20 µg/mL x 0,125 mL = C2 x 5mL

C2 = 0,5 µg/mL

c. Seri 3

d. Seri 4

C1.V1 = C2.V2

20 µg/mL x 1,25 mL = C2 x 5mL

C2 = 5 µg/mL

e. Seri 5

C1.V1 = C2.V2

20 µg/mL x 2,5 mL = C2 x 5mL

C2 = 10 µg/mL

C1.V1 = C2.V2

20 µg/mL x 0,250 mL = C2 x 5mL

C2 = 1 µg/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

67

Lampiran 4. Fraksinasi Genistein dari Tempe

Fraksinasi I Fraksinasi II Fraksinasi 3

Fraksinasi Saat Diuapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

68

Lampiran 5. Data Kromatogram Standarisasi Genistein dari Tempe

1. Parameter kromatografi

Fase gerak : Metanol:air (70:30)

Fase diam : C18 ukuran partikel 45 µm

Flow rate : 1 ml.menit-1

Detektor UV : 261 nm

Volume injeksi : 10 µl

a. Kromatogram seri baku 0,1 ppm

b. Kromatogram seri baku 0,5 ppm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

69

c. Kromatogram seri baku 1 ppm

d. Kromatogram seri baku 5 ppm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

70

e. Kromatogram seri baku 10 ppm

f. Kromatogram sampel fraksinasi I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

71

g. Kromatogram sampel fraksinasi II

h. Kromatogram sampel fraksinasi III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

72

g. Kromatogram sampel crude extract

Lampiran 6. Gambar Kurva Baku Genistein (AUC vs Konsentrasi)

y = 78432x + 4358,4 R² = 0,9989

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

0 5 10 15

AU

C

Konsentrasi µg/mL

AUC vs Konsentrasi

Series1

Linear (Series1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

73

Lampiran 7. Uji Komposisi Mikroemulsi

Uji komposisi PEG 400 dengan Tween 80 sebelum divortex perbandingan

1:1, 1:2 , 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8, 1:9

Uji komposisi PEG 400 dengan Tween 80 sesudah divortex perbandingan

1:1, 1:2 , 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6, 1:7, 1:8, 1:9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

74

Uji komposisi PEG 400 dengan Tween 80 sebelum divortex perbandingan

1:1, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1

Uji komposisi PEG 400 dengan Tween 80 setelah divortex perbandingan

1:1, 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

75

Lampiran 8. Uji Organoleptis dan pH

a. Formula I

Formula I Hari

ke- Warna Bau Ph

Replikasi

I

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

II

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

III

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

b. Formula II

Formula

II

Hari

ke- Warna Bau Ph

Replikasi

I

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

II

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

III

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

76

c. Formula III

Formula

III

Hari

ke- Warna Bau Ph

Replikasi

I

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

II

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

Replikasi

III

0 Kuning Kecoklatan Khas 6

7 Kuning Kecoklatan Khas 6

14 Kuning Kecoklatan Khas 6

28 Kuning Kecoklatan Khas 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

77

Lampiran 9. Hasil Uji Ukuran Droplet Mikroemulsi

a. Formula I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

78

b. Formula II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

79

c. Formula III

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

80

Lampiran 10. Cycling Test

Cycle I Cycle VI

Formula

I-

Formula

III

Kejernihan Warna Bau ENDAPAN

(ADA/TIDAK)

Replikasi

I

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Replikasi

II

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Replikasi

III

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

Jernih Kuning

Kecoklatan Khas lemak Tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

81

Lampiran 11. Uji Sentrifugasi

Formula I Formula II

Sebelum* Sesudah ** Sebelum* Sesudah**

Formula III

Sebelum* Sesudah **

Formula

PEMISAHAN (ADA/TIDAK)

Replikasi I Replikasi II Replikasi

III

Formula I Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Formula II Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Formula III Tidak ada Tidak ada Tidak ada

*Sebelum Sentrifugasi

**Setelah Sentrifugasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

82

Lampiran 12. Uji Absorpsi Perkutan

Nilai AUC, % Kumulatif , dan Nilai Fluks pada jam ke 0 hingga jam ke 7

a. Formula I

Waktu

Formula I

Replikasi I

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 39090 9,97 9,97

2 41658 10,94 5,47

3 39776 11,33 3,78

5 38750 11,72 2,34

7 40906 12,32 1,76

Waktu

Replikasi II

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 43098 10,56 10,56

2 47736 12,2 6,1

3 39254 11,4 3,8

5 38612 11,62 2,32

7 39494 12,2 1,74

Waktu Replikasi III

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 41785 10,36 10,36

2 41370 11,2 5,6

3 39731 11,35 3,78

5 39574 11,33 2,26

7 36432 11,73 1,68

Waktu Rata-rata

0 0 0 0

1 41324 10,30 ± 0,3 10,30 ± 0,3

2 206557 11.5 ± 0,66 5,72 ± 0,33

3 39587 11,36 ± 0,04 3,78 ± 0,01

5 38979 11,56 ± 0,20 1,98 ± 0,60

7 38944 12,10 ± 0,31 1,73 ± 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

83

b. Formula II

Waktu

Formula II

Replikasi I

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 42408 10,36 10,36

2 42630 11,36 5,68

3 40587 11,36 3,78

5 44801 12,36 2,47

7 34965 11,56 1,65

Waktu

Replikasi II

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0

1 45696 10,95 10,95

2 43230 11,38 5,69

3 42203 11,60 3,86

5 43891 12,20 2,44

7 39575 12,67 1,81

Waktu

Replikasi III

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 40328 10,20 10,20

2 27866 9,32 4,60

3 38455 11,1 3,7

5 40915 11,90 2,38

7 44765 12,20 1,74

Waktu Rata-rata

0 0 0 0

1 42811 10,50 ± 0,4 10,50 ± 0,4

2 37909 10,70 ± 1,20 5,32 ± 0,63

3 40536 11,35 ± 0,25 3,78 ± 0,08

5 43202 12,15 ± 0,24 2,43 ± 0,05

7 39768 12,14 ± 0,56 1,73 ± 0,08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

84

c. Formula III

Waktu

Formula III

Replikasi I

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 40762 10,24 10,24

2 41658 11,15 5,58

3 39937 11,33 3,78

5 38407 11,52 2,30

7 47943 13,10 1,87

Waktu

Replikasi II

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 37095 9,78 9,78

2 41231 11,10 5,54

3 40005 11,30 3,77

5 38168 11,47 2,29

7 42443 12,39 1,77

Waktu

Replikasi III

AUC % Kumulatif Nilai Fluks

0 0 0 0

1 40762 10,24 10,24

2 41344 11,13 5,57

3 40438 11,40 3,80

5 36432 11,27 2,25

7 42026 13,91 1,77

Waktu Rata-rata

0 0 0 0

1 39540 10,09 ± 0,26 10,09 ± 0,26

2 41411 11,18 ± 0,04 5,56 ± 0,02

3 40127 11,34 ± 0,04 3,78 ± 0,01

5 37669 12,14 ± 0,56 2,28 ± 0,03

7 44137 12,64 ± 0,42 1,80 ± 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

85

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Jumlah Genistein yang Terpenetrasi Dari

Sediaan Mikroemulsi Pada Menit ke-60

AUC = 43098

y = 162335x – 44364

x = 0,54 ppm

{ ∑

}

Keterangan :

Q = Jumlah kumulatif genistein yang terpenetrasi per luas area difusi (µg

cm-2

)

Cn = Konsentrasi genistein (µg/mL) pada sampling menit ke-60

V = Volume sel difusi Franz ( 26 mL)

S = Volume sampling (1 mL)

A = Luas area membran (1,33 cm2)

{ }

Jumlah kumulatif genistein yang terpenetrasi ke kompartemen reseptor pada

menit ke-60 sebesar 10,56 µg cm-2

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Jumlah Genistein yang Terpenetrasi Dari

Sediaan Mikroemulsi Pada Menit ke -120

AUC = 47736

y = 162335x – 44364

x = 0,58 ppm

{ ∑

}

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

86

Keterangan :

Q = Jumlah kumulatif genistein yang terpenetrasi per luas area difusi (µg

cm-2

)

Cn = Konsentrasi genistein (µg/mL) pada sampling menit ke-60

V = Volume sel difusi Franz ( 26 mL)

S = Volume sampling (1 mL)

A = Luas area membran (1,33 cm2)

{ }

Jumlah kumulatif genistein yang terpenetrasi ke kompartemen reseptor pada

menit ke-120 sebesar µg cm-2

Lampiran 15. Contoh Perhitungan fluks tiap waktu genistein dari sediaan

mikroemulsi

Dimana :

J = Fluks (µg cm-2

jam-1

)

Q = Jumlah kumulatif genistein yang melalui membran (µg)

T = Waktu (jam)

Data pada jam ke-7

Q = µg cm-2

Jumlah fluks genistein pada jam ke-420 dari mikroemulsi sebesar 1,76 µg cm-2

jam-1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

87

Lampiran 16. Uji Statistik

a. Uji Normalitas Formula I, p-value > 0,05

b. Uji Normalitas Formula II, p-value > 0,05

c. Uji Normalitas Formula III, p-value > 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

88

d. Uji Kesamaan Varinsi , f-value > 0,05

e. Uji Anova, f-value > 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · PENGARUH KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI PENETRATION ENHANCER PADA FORMULASI MIKROEMULSI EKSTRAK TEMPE DENGAN METODE FRANZ DIFFUSION

89

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Chrisilia Cahyani, lahir di

Malang tanggal 31 Desember 1992 dan merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara pasangan Fx.Sutopo Broto

Cahyono dan Juli Indrajani. Penulis menyelesaikan

pendidikan di TK Immanuel Batam (1996-1997), TK

Immanuel Medan (1997-1998), SD Immanuel Medan

(1998-2000), SDK Marsudirini Yogyakarta (2000-2004),

SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta (2004-2007), SMA N 2 Yogyakarta (2007-

2010), kemudian menempuh perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitian dan

organisasi Penulis pernah menjadi Divisi Pendamping Kelompok INSADHA

2011-2012, Co-Fasilitator PPKM I 2011, seksi perlengkapan pada Donor Darah

JMKI 2010, anggota seksi acara Hari Anti Tembakau 2011, Accomodation

Divison di Student Exchange Progamme tahun 2011, pengurus BEMF USD pada

tahun 2012-2013 sebagai Contact Person IPSF. Selain itu penulis juga mengikuti

APPS 2012 di Taiwan sebagai Contact Person IPSF, dan peserta Student

Exchange Programme di University Ljubljana, Slovenia, Faculty of Pharmacy,

Department Pharmaceutical Technology tahun 2014. Selama kuliah, penulis

pernah menjadi asistem Praktikum Farmasi Fisika tahun 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI