fortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi...

178
FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI TIDAK TERSABUNKAN DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT YANG MENGANDUNG SENYAWA BIOAKTIF MULTI KOMPONEN SKRIPSI Oleh: FAIRUZ BALQIS NIM 115100407111001 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI

FRAKSI TIDAK TERSABUNKAN DARI DISTILAT ASAM

LEMAK MINYAK SAWIT YANG MENGANDUNG SENYAWA

BIOAKTIF MULTI KOMPONEN

SKRIPSI

Oleh:

FAIRUZ BALQIS

NIM 115100407111001

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2015

Page 2: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI TIDAK

TERSABUNKAN DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT YANG

MENGANDUNG SENYAWA BIOAKTIF MULTIKOMPONEN

Oleh:

FAIRUZ BALQIS

115100407111001

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 3: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat
Page 4: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat
Page 5: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

iv

RIWAYAT HIDUP

Penyusun dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Oktober

1993. Penyusun merupakan anak pertama dari ayah yang

bernama Ichwan Muslimin dan ibu yang bernama Silviaty.

Penyusun memiliki tiga orang adik perempuan yang bernama

Khanza Jasmine, Khalisa Fitri Z., dan Ghina Syakirah.

Penyusun menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Tunas

Jakasampurna School pada tahun 1999, melanjutkan ke tingkat sekolah dasar di

SD Tunas Jakasampurna School dan lulus pada tahun 2005, kemudian

melanjutkan ke tingkat sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Kota Bekasi

dan lulus pada tahun 2008, dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah

atas di SMA Negeri 1 Kota Bekasi pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penyusun

melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Brawijaya, Malang dan pada tahun

2015 telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Pada masa pendidikannya, penyusun aktif dalam beberapa organisasi

dan kepanitiaan, di antaranya Sekretaris Utama Gerakan Pramuka SMAN 1

Bekasi 2009-2010, Sie Abdi Masyarakat dan Lingkungan Hidup OSIS SMAN 1

Bekasi 2009-2010, Divisi Marketing Himalogista Great Event (HGE) 8 2013,

Divisi Hubungan Masyarakat Olimpiade Brawijaya 2013, dan sebagainya.

Page 6: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

v

“In the name of Allah, the Entirely Merciful, the Especially Merciful” “Say, My Lord, increase me in knowledge.”

Chapter 20: Surat Taha- Holy Qur’an

A person’s a person, no matter how small- dr. seuss

You’re braver than you believe, and stronger than you seem,

and smarter than you think – Winnie the Pooh

You must not let anyone define your limits because of where you come

from. Your only limit is your soul – Ratatouille

To Infinity and Beyond – Buzz Lightyear

Hakuna Matata – Pumbaa & Timon

I’m only brave when I have to be.

Being brave doesn’t mean you go looking for trouble – Mufasa

“The past can hurt. But the way I see it,

you can either run from it, or learn from it.” – The Lion King

It’s gonna be legend, wait for it.. I hope you’re not lactose intolerance because the

second half word is.. Dary ! – Barney Stinson

May the force be with you – Jedi Knight

Alhamdulillahirabbil’alamin

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan

Karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku, adik-adik, keluarga,

dan semua orang yang kucintai

Page 7: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

vi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama Mahasiswa : Fairuz Balqis

NIM : 115100407111001

Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Judul Skripsi : Fortifikasi Roti Manis dengan Mikroemulsi Fraksi Tidak

Tersabunkan dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit

yang Mengandung Senyawa Bioaktif Multikomponen

Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penyusun di atas. Apabila di

kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia dituntut sesuai

hukum yang berlaku.

Malang, 3 Juli 2015

Pembuat Pernyataan

Fairuz Balqis

NIM. 115100407111001

Page 8: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

vii

FAIRUZ BALQIS. 115100407111001. Fortifikasi Roti Manis Dengan Mikroemulsi Fraksi Tidak Tersabunkan Distilat Asam Lemak MInyak Sawit yang Mengandung Senyawa Bioaktif Multi Komponen. SKRIPSI. Pembimbing: Dr. Teti Estiasih STP, MP dan Sudarma Dita Wijayanti STP., M.Sc., MP

RINGKASAN

Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) merupakan hasil samping dari proses pemurnian minyak sawit pada tahap deasidifikasi-deodorisasi. DALMS mengandung asam lemak dan gliserida serta senyawa bioaktif minor antara lain vitamin E, fitosterol dan skualen. Senyawa bioaktif pada DALMS dapat diperoleh melaui proses pemisahan dengan metode saponifikasi yang akan menghasilkan fraksi tidak tersabunkan (FTT). Senyawa bioaktif pada FTT DALMS memiliki kelarutan dalam air yang rendah sehingga memiliki masalah dalam formulasi produk pangan. Untuk menangani masalah tersebut dapat dilakukan metode mikroemulsifikasi terhadap FTT dari DALMS. Mikroemulsi yang dapat membantu meningkatkan kelarutan dan dispersi senyawa bioaktif pada FTT DALMS dapat digunakan untuk proses fortifikasi pada produk pangan. Salah satu produk pangan yang dapat difortifikasi adalah roti. Roti merupakan produk pangan yang digemari masyarakat sebagai pengganti nasi. Selain itu, roti juga telah banyak diteliti sebagai makanan yang difortifikasi dengan berbagai macam senyawa mikronutrien. Namun, belum ada penelitian mengenai fortifikasi roti dengan senyawa bioaktif seperti vitamin E, fitosterol dan skualen. Oleh karena tingkat kegemaran masyarakat terhadap roti, kemudahan roti dilakukan proses fortifikasi serta banyaknya variasi roti dalam hal bentuk dan rasa, maka roti dianggap potensial untuk dijadikan produk pangan yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT dari DALMS.

Tujuan peneltian ini adalah untuk konsentrasi mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari DALMS yang tepat yang memberi respon terbaik terhadap sifat fisik dan organoleptik serta pengaruh perbedaan konsentrasi mikroemulsi FTT dari DALMS terhadap sifat fisik dan organoleptik roti. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri dari lima level. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan 15 satuan percobaan.

Hasil analisa senyawa bioaktif pada DALMS yaitu total vitamin E sebesar 4.768,28 mg/100g, total fitosterol 646,49 mg/100g dan skualen 141,01 mg/100g. Senyawa bioaktif pada FTT yaitu total vitamin E sebesar 34.237,58 mg/100g, total fitosterol 8.837,80 mg/100g dan skualen 2.101,86 mg/100g. Senyawa bioaktif pada mikroemulsi yaitu vitamin E sebesar 7.147,42 mg/100g, total fitosterol sebesar 8.322,02 mg/100g, dan skualen sebesar 250,45 mg/100g. Hasil analisa fisik roti manis menunjukkan konsentrasi mikroemulsi berpengaruh nyata terhadap nilai kekuningan (b) crumb roti manis dan densitas kamba roti manis. Hasil perlakuan terbaik pada roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 2% yang memiliki sifat fisik dan orgenoleptik terbaik. Hasil analisa senyawa bioaktif roti manis perlakuan terbaik adalah vitamin E sebesar 0,113 mg/100g, total fitosterol sebesar 3,930 mg/100g, dan skualen sebesar 2,262 mg/100g. Kata Kunci : DALMS, FTT, mikroemulsi, roti, senyawa bioaktif

Page 9: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

viii

FAIRUZ BALQIS. 115100407111001. Sweet Bread Fortification with Microemulsion of Unsaponifiable Fraction from Palm Fatty Acid Distillate Contains Multi Component Bioactive Compounds. THESIS. Supervisor: Dr. Teti Estiasih STP, MP and Sudarma Dita Wijayanti STP., M.Sc., MP

SUMMARY

Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) is a by-product of refining palm oil in deacidification-deodorizing processes. PFAD contains free fatty acid and glycerides and also bioactive compounds such as vitamin E, phytosterol, and squalene. Bioactive compounds in PFAD can be obtained with saponification, which produces unsaponifiable fraction. Bioactive compounds in unsaponifiable fraction has low solubility in water. To handle that problem microemulsification method can be applied for unsaponifiable fraction from PFAD. Microemulsion can increase bioactive compounds solubility and dispersion. Bread is one of the food product that can be fortified by microemulsion. As a popular rice subtituter, bread also has been researched as a fortified food with several micronutrients. However, there is still no research about bread fortification with bioactive compounds such as vitamin E, phytosterol dan squalene. Because of bread’s popularity and viability to be fortified and also lot of it’s variation, bread become a potential food product that can be fortified by microemulsion of unsaponifiable fraction from PFAD. The research aimed to determine the best concentration of unsaponifiable fration microemulsion that can give the best responses for physical and sensory properties and also determine the effects of different concentration of microemulsion toward physical and sensory properties. Completely randomized design with one factor and five level applied. Every level repeated three times, so that there were 15 units of trial. The result showed that total vitamin E, phytosterol, and squalene in PFAD are 4.768,28 mg/100g, 646,49 mg/100g, 141,01 mg/100g respectively. Meanwhile, total vitamin E, phytosterol and squalene in unsaponifiable fraction are 34.237,58 mg/100g, 8.837,80 mg/100g, 2.101,86 mg/100g respectively. Total vitamin E, phytosterol, and squalene in microemulsion are 7.147,42 mg/100g, 8.322,02 mg/100g, 250,45 mg/100g. The result of physical evaluatiuon for bread showed that concentration of microemulsion significant different on yellowness (b) of the bread crumb and the bulk density. Bread with the best treatment is bread with 2% concentration of microemulsion that has the best physical properties and sensory evaluation. The result showed that total vitamin E, phytosterol and squalene of the best treatment are 0,113 mg/100g, 3,930 mg/100g, 2,262 mg/100g respectively. Key Words: Bioactive compounds, Bread, Microemulsion, PFAD, Unsaponifiaable fraction

Page 10: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-NYA

sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Fortifikasi Roti Manis dengan Mikroemulsi Fraksi Tidak Tersabunkan Dari

Distilat Asam Lemak Minyak Sawit yang Mengandung Senyawa Bioaktif

Multikomponen”.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. Teti Estiasih STP, MP selaku dosen pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, bantuan, waktu, dan perhatian kepada

penulis dan Ketua Jurusan THP FTP UB

2. Sudarma Dita Wijayanti, STP., M.Sc., MP selaku dosen pembimbing kedua

yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan, waktu, dan perhatian

kepada penulis.

3. Ir. Wahono Hadi Susanto, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran yang membangun.

4. Bapak Kgs. Ahmadi atas bantuan, waktu dan arahan selama penelitian

5. Papi Ichwan, Mami Evi, Ka jaja Ka Lisa dan Ghina, serta seluruh keluarga,

atas segala restu, dukungan, dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Akang Naufal Arisyi selaku partner bermain dan belajar selama

menyelesaikan kuliah baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

7. Mas Gumilang, Asusti dan Zamnia selaku teman satu tim proyek penelitian

ini atas suka dan duka yang kita bagi bersama.

8. Mbak Nadhif dan Mbak Laily yang selalu membimbing tim, baik di dalam lab

maupun di luar lab.

9. Mpok Lila, Panj Giza, Tiara, Iki, Kikid, Diga, Brian, Banu, Kharis yang selalu

menyemangati, membahagiakan, dan mengajak bermain penyusun selama

penelitian ini.

10. M. Aswan selaku mentor dalam mempelajari analisis data.

11. Maria Ika S. Atas bantuannya dalam meminjamkan catatan selama

perkuliahan.

12. Seluruh laboran laboratorium THP UB atas bantuan dan masukan yang

diberikan selama proses penelitian.

Page 11: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

x

13. Segenap karyawan dan karyawati Jurusan THP, FTP, UB yang telah

membantu dalam kelancaran proposal skripsi ini.

Penulisan proposal skripsi ini merupakan upaya penulis sebagai sarana

dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan demi kesempurnaan karya selanjutnya. Harapan penulis

semoga proposal skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan.

Malang, Juni 2015

Penulis

Page 12: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

xi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .................................................................................................... vii

SUMMARY ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 1.5 Hipotesis ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………....... 4 2.1 Kelapa Sawit ............................................................................................ 4 2.2 Minyak Kelapa Sawit ................................................................................ 5 2.3 Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) ............................................ 6 2.4 Proses Saponifikasi ................................................................................. 7 2.5 Fraksi Tidak Tersabunkan ......................................................................... 8 2.6 Senyawa Bioaktif Fraksi Tidak Tersabunkan DALMS ................................ 10 2.6.1 Vitamin E .......................................................................................... 10 2.6.2 Fitosterol ........................................................................................... 11 2.6.3 Skualen ............................................................................................. 12 2.7 Emulsi ........................................................................................................ 13 2.8 Mikroemulsi .............................................................................................. 14 2.9 Pengemulsi .............................................................................................. 15 2.10 Roti ........................................................................................................ 17 2.10.1 Bahan Dasar Roti ............................................................................ 17 2.10.2 Kualitas Roti .................................................................................... 23 2.10.3 Tahapan Pembuatan Roti ............................................................... 23 2.11 Nutrifikasi ................................................................................................. 25 2.12 Fortifikasi ................................................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 27 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27 3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 27 3.3 Metode Penelitian ..................................................................................... 28 3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 29 3.5 Pengamatan dan Analisis Data ................................................................. 30 3.6 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 32

Page 13: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 36 4.1 Karakteristik Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) ......................... 36 4.2 Karakteristik Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT) ........................................... 40 4.3 Karakteristik Mikroemulsi .......................................................................... 44 4.4 Karakteristik Roti ....................................................................................... 46

4.4.1 Warna Roti ....................................................................................... 46 4.4.2 Tekstur Roti ...................................................................................... 56 4.4.3 Daya Kembang ................................................................................ 57 4.4.4 Densitas Kamba ............................................................................... 59 4.4.5 Sifat Sensori Roti Manis ................................................................... 61 4.4.6 Perlakuan Terbaik ............................................................................ 69 4.4.7 Karakteristik Kimia Roti Manis Perlakuan Terbaik ............................ 70 4.4.8 Senyawa Bioaktif Roti Manis Perlakuan Terbaik .............................. 73

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 75 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 75 5.2 Saran ........................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76 LAMPIRAN ..................................................................................................... 84

Page 14: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1 Kandungan Tokoferol dan Tokotrienol dalam DALMS .............................. 7 2.2 Karakteristik Fraksi Tidak Tersabunkan DALMS ...................................... 9 2.3 Nilai HLB dan Aplikasinya ........................................................................ 16 2.4 Syarat Mutu Roti Manis ............................................................................ 23 4.1 Kadar Asam Lemak Bebas DALMS ......................................................... 36 4.2 Tingkat Oksidasi DALMS ......................................................................... 37 4.3 Kadar Senyawa Bioaktif DALMS .............................................................. 38 4.4 Kadar Asam Lemak Bebas FTT ............................................................... 40 4.5 Tingkat Oksidasi FTT ............................................................................... 41 4.6 Kadar Senyawa Bioaktif FTT DALMS ...................................................... 42 4.7 Kadar Senyawa Bioaktif Mikroemulsi ....................................................... 44 4.8 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Nilai Kekuningan Crumb ... 54 4.9 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Densitas Kamba ............... 60 4.10 Karakteristik Sensori Roti Manis Metode Hedonik .................................... 61 4.11 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Rasa ................................ 64 4.12 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Rasa Menyimpang ........... 65 4.13 Pengaruh Konsentrasi MIkroemulsi Terhadap After Taste ....................... 66 4.14 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Bau menyimpang ............. 67 4.15 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Warna .............................. 68 4.16 Perlakuan Terbaik .................................................................................... 69 4.17 Hasil Analisa Kimia Roti Manis................................................................. 70 4.18 Senyawa Bioaktif Roti Manis .................................................................... 73

Page 15: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

2.1 Struktur Kimia Vitamin E ............................................................................ 11 2.2 Struktur Kimia Fitosterol ............................................................................. 12 2.3 Struktur Kimia Skualen .............................................................................. 13 3.1 Diagram Alir Proses Saponifikasi ............................................................... 31 3.2 Diagram Alir Pembuatan Mikroemulsi ........................................................ 32 3.3 Diagram Alir Pembuatan Roti Manis .......................................................... 33 4.1 Nilai Kecerahan Crust Roti Manis .............................................................. 47 4.2 Nilai Kemerahan Crust Roti Manis ............................................................. 48 4.3 Nilai Kekuningan Crust Roti Manis ............................................................. 49 4.4 Derajat Hue Crust Roti Manis .................................................................... 50 4.5 Nilai Kecerahan Crumb Roti Manis ............................................................ 51 4.6 Nilai Kehijauan Crumb Roti Manis .............................................................. 52 4.7 Nilai Kekuningan Crumb Roti Manis ........................................................... 53 4.8 Derajat Hue Crumb Roti Manis .................................................................. 55 4.9 Nilai Tekstur Roti Manis ............................................................................. 56 4.10 Daya Kembang Roti Manis ........................................................................ 58 4.11 Densitas Kamba Roti Manis ....................................................................... 59 4.12 Spider Chart Uji Sensori Mutu Hedonik ...................................................... 63

Page 16: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Prosedur Analisa ....................................................................................... 84 2 Perhitungan Asam Lemak Bebas, Bilangan Peroksida, Bilangan Anisidin DALMS dan FTT ......................................................................... 97 3 Analisa Ragam Nilai Kecerahan Crust ....................................................... 100 4 Analisa Ragam Nilai Kecerahan Crumb..................................................... 101 5 Analisa Ragam Nilai Kekuningan Crust ..................................................... 102 6 Analisa Ragam Nilai Kekuningan Crumb ................................................... 103 7 Analisa Ragam Nilai Kemerahan Crust...................................................... 105 8 Analisa Ragam Nilai Kehijauan Crumb ...................................................... 106 9 Perhitungan Derajat Hue Crust dan Crumb ............................................... 107 10 Analisa Ragam Daya Kembang ................................................................. 108 11 Analisa Ragam Densitas Kamba ............................................................... 109 12 Analisa Ragam Tekstur ............................................................................. 111 13 Analisa Ragam Warna Metode Hedonik .................................................... 112 14 Analisa Ragam Bau Metode Hedonik ........................................................ 115 15 Analisa Ragam Keempukan Metode Hedonik ........................................... 117 16 Analisa Ragam Tekstur Metode Hedonik ................................................... 119 17 Analisa Ragam Rasa Metode Hedonik ...................................................... 121 18 Analisa Ragam Warna Mutu Hedonik ........................................................ 124 19 Analisa Ragam Bau Mutu Hedonik ............................................................ 127 20 Analisa Ragam Bau Menyimpang Mutu Hedonik ....................................... 129 21 Analisa Ragam Keempukan Mutu Hedonik ............................................... 132 22 Analisa Ragam Rasa Mutu Hedonik .......................................................... 134 23 Analisa Ragam Rasa Menyimpang Mutu Hedonik ..................................... 137 24 Analisa Ragam After Taste Mutu Hedonik ................................................. 140 25 Perlakuan Terbaik ..................................................................................... 143 26 Perhitungan Uji Kimia Roti Manis .............................................................. 146 27 Kromatogram Penelitian ............................................................................ 149 28 Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 162

Page 17: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara produsen utama minyak sawit dunia dengan rata-

rata laju pertumbuhan produksi kelapa sawit dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil)

selama tahun 2004-2014 sebesar 11,09% per tahun, di mana produksi kelapa sawit

pada tahun 2014 sebesar 29,3 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014).

Selama proses pemurnian minyak sawit pada tahap deasidifikasi-deodorisasi

dihasilkan distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) sebesar lima persen dari berat

minyak sawit.

Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) mengandung asam lemak dan

gliserida (96,1%) dan senyawa bioaktif minor antara lain tokoferol dan tokotrienol

(0,48%), fitosterol (0,37%), skualen (0,76%) dan hidrokarbon lainnya, tetapi DALMS

masih belum diteliti sebagai sumber senyawa bioaktif (Estiasih dkk, 2013). Sejauh

ini, sumber tokotrienol masih terbatas, oleh karena itu penggunaan DALMS sebagai

sumber tokotrienol penting untuk diteliti (Liu dkk, 2008). Vitamin E yang terdiri dari

tokoferol dan tokotrienol memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia

yaitu sebagai memiliki aktivitas antioksidan, anti-aging dan antikanker (Maarasyid,

2014). Fitosterol yang terkandung dalam DALMS juga memiliki manfaat bagi

kesehatan manusia. Memiliki sifat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam

darah, dan melindungi dari beberapa tipe kanker (Kritchevsky dan Chen, 2005).

Skualen sebagai senyawa bioaktif lain yang tedapat pada DALMS telah dilaporkan

memiliki sifat pencegahan terhadap kanker, tinggi aktivitas anti-tumor, dan memiliki

efek yang baik terhadap kolesterol (Gunes, 2013).

Senyawa bioaktif yang terdapat dalam DALMS dapat diperoleh melalui proses

pemisahan sehingga didapatkan fraksi tidak tersabunkan (FTT). Fraksi tidak

tersabunkan yang memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti tokoferol (64,41

mg/100g), tokotrienol (732,39 mg/100g), fitosterol (9.184,63 mg/100g), skualen

(526,41 mg/100g) diperoleh menggunakan metode saponifikasi. Senyawa bioaktif

yang terkandung dalam FTT DALMS memiliki kelarutan dalam air yang rendah

sehingga memiliki masalah dalam pembuatan formulasi pangan (Tan dan Nakajima,

2005). Untuk menangani masalah tersebut dapat dilakukan metode

Page 18: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

2

mikroemulsifikasi. Mikroemulsifikasi dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan

meningkatkan kestabilan senyawa bioaktif tersebut (Anjali dkk, 2010).

Mikroemulsi merupakan dispersi yang terdiri dari fase minyak, pengemulsi dan

fase cair dengan memiliki ukuran droplet sekitar 10-100nm, dan secara

termodinamika stabil. Mikroemulsi jika dibandingkan dengan sistem emulsi pada

umumnya memiliki berbagai keunggulan seperti meningkatkan kelarutan, memiliki

kestabilan terhadap panas yang baik, dan meringankan proses produksi. Hal ini

disebabkan sistem emulsi masih bersifat tidak stabil secara termodinamika dan

memiliki ukuran droplet yang besar. Penggunaan mikroemulsi yang dapat membantu

meningkatkan kelarutan dan dispersi senyawa bioaktif FTT DALMS dapat digunakan

untuk produk pangan. Salah satu produk pangan yang dapat difortifikasi adalah roti.

Roti merupakan salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat Indonesia

sebagai pengganti nasi. Berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) oleh Kementan, konsumsi roti di Indonesia cenderung meningkat. Pada

tahun 2010-2011 terjadi peningkatan konsumsi roti per-bungkusnya sebesar 4,27

persen per tahun (Adyas, 2015). Roti juga telah banyak diteliti sebagai produk

pangan yang difortifikasi dengan senyawa mikronutrien. Senyawa yang difortifikasi

pada roti sebagian besar adalah vitamin dan mineral seperti vitamin A, vitamin B, zat

besi, iodin, dan magnesium (Clifton dkk, 2013). Namun, belum terdapat penelitian

mengenai fortifikasi roti dengan senyawa bioaktif seperti vitamin E, fitosterol dan

skualen. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang fortifikasi roti dengan

mikroemulsi FTT DALMS yang mengandung senyawa bioaktif multikomponen

dengan variasi konsentrasi mikroemulsi sehingga dapat menghasilkan roti yang baik

dari segi fisik, kimia, organoleptik serta memiliki banyak manfaat yang baik bagi

kesehatan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi mikroemulsi dari FTT DALMS

terhadap sifat fisik dan organoleptik roti?

2. Berapa konsentrasi mikroemulsi FTT dari DALMS yang tepat untuk

menghasilkan respon terbaik terhadap sifat fisik dan organoleptik dalam

fortifikasi pada produk roti?

Page 19: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

3

1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsentrasi mikroemulsi dari FTT DALMS yang tepat untuk

menghasilkan respon terbaik terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik

pada produk roti.

2. Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi mikroemulsi dari FTT DALMS

terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik produk roti.

1.4 Manfaat

1. Meningkatkan nilai DALMS yang merupakan hasil samping pemurnian

minyak sawit.

2. Memberikan informasi mengenai konsentrasi mikroemulsi dari FTT DALMS

yang tepat untuk menghasilkan respon terbaik terhadap sifat fisik, kimia, dan

organoleptik dalam fortifikasi pada produk roti.

3. Memberikan informasi mengenai pengaruh perbedaan konsentrasi

mikroemulsi dari FTT DALMS terhadap sifat fisik dan organoleptik roti.

1.5 Hipotesis

1. Diduga terdapat pengaruh nyata dari perbedaan konsentrasi mikroemulsi dari

FTT DALMS terhadap sifat fisik dan organoleptik roti.

2. Diduga penambahan mikroemulsi dari FTT DALMS dengan konsentrasi

terkecil menghasilkan respon terbaik terhadap sifat fisik dan organoleptik roti

Page 20: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineesis) termasuk dalam famili palmae,

subkelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae, subdivisi Tracheophyta. Kelapa

sawit merupakan tanaman asli Afrika dan tumbuh alami di Afrika Selatan dan Afrika

Barat. Tanaman ini tumbuh baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan

2000 mm/tahun (Ketaren, 2005).

Tanaman kelapa sawit terdiri tiga varietas yang dapat dibedakan berdasarkan

tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Ketiga

varietas tersebut yaitu: 1) Dura: memiliki tempurung 2-8 mm, dan daging buah 35-

50%. Terdapat buah, kernel lebih besar dan kandungan minyak sedikit. 2) Pisifera:

ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya

tebal, lebih tebal dari Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa

menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. 3) Tenera:

berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal yaitu Dura

bercangkang lebih tebal jika dikawinkan dengan pisifera bercangkan tipis maka akan

menghasilkan varietas baru yaitu Tenera (Fauzi dkk, 2005).

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian

vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang,

dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2008).

Bagian dari tanaman ini yang bernilai ekonomis adalah buah. Buah kelapa sawit

tersusun dalam sebuah tandan yang disebut sebagai TBS (Tandan Buah Segar).

Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol

pada tandan buah. Jumlah per tandan dapet mencapai 1600, berbentuk lonjong

sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian buah

terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut (mesocarp). Exocarp dan mesocarp disebut

pericarp. Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri

terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal

daun (plumula), bakal akar (radikula) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Page 21: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

5

2.2 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit. Minyak

kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa

yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah

trigliserida dan nontrigliserida. Trigliserida tersebut merupakan ester dari gliserol

dengan tiga molekul asam lemak. Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon yang

setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hidrogen, kecuali atom karbon

terminal yang mengikat tiga atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya

mengikat gugus karboksil. Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat

ikatan rangkat disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan

rangkap pada rantai hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh.

Semakin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida maka semakin

tinggi titik beku atau titik cair minyak tersebut sehingga pada suhu kamar biasanya

berada pada fase padat. Sebaliknya, semakin tidak jenuh asam lemak dalam

molekul trigliserida maka semakin rendah titik cair minyak tersebut sehingga pada

suhu kamar berada pada fase cair. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat

yang memiliki komposisi yang tetap (Pasaribu, 2004).

Selain trigliserida, masih terdapat senyawa non trigliserida dalam jumlah kecil.

Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (saponifikasi) beberapa

senyawa non trigliserida dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang disebut

dengan senyawa yang tidak tersabunkan. Senyawa-senyawa tersebut antara lain: 1)

karotenoida (500-700 ppm), 2) Likopen (3,8%), 3) Xantofil (2,2%), 4) Tokoferol (500-

800 ppm), 5) Sterol (mendekati 300 ppm) (Pasaribu, 2004).

Selama proses pengolahan minyak kelapa sawit terdapat proses pemurnian

CPO (Crude Palm Oil). CPO yang diekstrak secara komersial dari tandan buah

segar walaupun dalam jumlah kecil mengandung komponen dan pengotor yang

tidak diinginkan. Komponen tersebut termasuk serat mesokarp, kelembaban, bahan-

bahan tidak larut, asam lemak bebas, fosfolipida, logam, produk oksidasi, dan

bahan-bahan yang memiliki bau yang kuat sehingga diperlukan proses pemurnian

sebelum digunakan. Terdapat dua metode dalam proses pemurnian, yaitu

pemurnian fisik dan pemurnian kimiawi. Kedua metode tersebut dapat menghasilkan

refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) (Ayustaningwarno, 2012).

Page 22: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

6

Metode pemurnian minyak sawit secara fisik terdiri dari dua tahap, yaitu

pretreatment dan deodorisasi. Tahap pretreatment dilakukan dengan penggunaan

asam fosfat dan pembersihan menggunakan bleaching earth. CPO ditambahkan

dengan asam fosfat (80-85%) dengan perbandingan 0.05-0.2%. Kemudian dilakukan

pemanasan hingga 90-110°C selama 15-30 menit sebelum melewati bleacher,

tempat di mana bleaching earth ditambahkan. Konsentrasi bleaching earth yang

ditambahkan adalah 0.8-2%. Bleaching dilakukan dalam kondisi vakum 20-25 mmHg

selama 30-45 menit. Tahap kedua pada pemurnian minyak sawit secara fisik adalah

deodorisasi. Pada tahapan ini, minyak yang telah melalui proses bleaching siap

dilakukan proses deasidifikasi dan deodorisasi. Minyak didearasi kemudian

dipanaskan pada suhu 240-270°C pada tekanan 2-5 mmHg didalam alat heat

exchanger external. Suhu yang digunakan tidak boleh lebih dari 270°C untuk

meminimalkan kehilangan minyak, tokoferol, tokotrienol dan kemungkinan terjadinya

isomerisasi dan reaksi termokimia yang tidak diinginkan (Basiron, 2005).

2.3 Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS)

Distilat asam lemak minyak sawit merupakan hasil samping pemurnian minyak

sawit pada tahapan deodorisasi yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa

volatil. Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) mengandung asam lemak dan

gliserida 96,1% dan senyawa bioaktif minor antara lain tokoferol dan tokotrienol

(0,48%), fitosterol (0,37%), squalene (0,76%) dan hidrokarbon lainnya (Estiasih,

2013). Sekitar 5-57% tokoferol dan tokotrienol hilang dari Crude Palm Oil (CPO)

selama proses deodorisasi dan sebagian terkumpul dalam distilat asam lemak

minyak sawit (DALMS) dan menghasilkan DALMS dengan konsentrasi vitamin E

sebanyak 0,7-1,0%. Minyak sawit merupakan sumber potensial tokotrienol

dibandingkan dengan sumber lainnya seperti kulit beras, biji anggur, kulit beras

merah, minyak zaitun. Minyak sawit berbeda dengan minyak nabati lainnya karena

vitamin E utama dalam CPO adalah tokotrienol (83%) dan sisanya adalah tokoferol

(17%) (Liu dkk, 2008). Kandungan tokoferol dan tokotrienol dalam DALMS dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Page 23: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

7

Tabel 2.1 Kandungan Tokoferol dan Tokotrienol dalam DALMS

Tokoferol/tokotrienol Kisaran (ppm)

α-tokoferol 35-725

α-tokotrienol 124-1286

y-tokotrienol 217-2807

δ- tokotrienol 218-1548

Sumber : Bonnie dan Yusof (2009)

DALMS berwarna coklat terang dan berbentuk semi-solid pada suhu ruang dan

mencair menjadi cairan berwarna coklat ketika dipanaskan. DALMS mengandung

sebagian besar asam lemak bebas (>80%) dengan asam palmitat dan asam oleat

sebagai komponen terbesarnya. Kandungan sisanya adalah trigliserida, gliserida

parsial dan fraksi tidak tersabunkan antara lain vitamin E, sterol, skualen dan

komponen volatil (Bonnie dan Yusof, 2009).

2.4 Proses Saponifikasi

Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak, dan

reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Produk yang terbentuk

adalah sabun dari garam asam-asam lemak (Naomi dkk, 2013). Proses saponifikasi

menghasilkan dua produk, yaitu sabun dan gliserin. Sabun merupakan hasil reaksi

kimia antara asam lemak dengan alkali. Asam lemak adalah lemak yang diperoleh

dari lemak hewan dan nabati (Prawira, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan antara lain: 1) konsentrasi

larutan KOH atau NAOH: konsentrasi basa yang digunakan berdasarkan stokiometri

reaksinya, di mana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar

tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan

terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika

basa yang digunakan terlalu encer maka reaksi akan membutuhkan waktu yang

lebih lama. 2) Suhu: ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan suhu akan

menurunkan hasil. Pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat

reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang cepat. Namun, jika kenaikan

suhu telah melebihi suhu optimumnya, maka akan menyebabkan pengurangan hasil.

3) Pengadukan: Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan

Page 24: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

8

molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan

semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. 4) Waktu:

semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat

tersabunkan, berarti hasil yang akan didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi

telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan

jumlah minyak yang tersabunkan (Levenspiel, 1987).

2.5 Fraksi tidak tersabunkan

Fraksi tidak tersabunkan merupakan senyawa yang setelah dilakukan proses

saponifikasi dengan alkali dan dilakukan ekstraksi dengan heksan tidak menguap

dibawah kondisi tertentu. Fraksi tidak tersabunkan termasuk sterol, hidrokarbon dan

alkohol, alifatik dan terpenik alkohol, dan senyawa lainnya yang telah diekstrak

dengan pelarut bersifat tidak mudah menguap (non-volatil) pada suhu 103°C. Fraksi

tidak tersabunkan diekstraksi dari larutan sabun menggunakan heksan, kemudian

pelarut dievaporasi. Reagen yang digunakan, yaitu n-heksan distilasi antara 40-60°C

nilai bromine kurang dari 1, pelarut harus bersih dari residu (Ethiopian Standards

Agency, 2012).

Fraksi tidak tersabunkan didefinisikan sebagai substansi yang larut minyak

setelah dilakukan proses saponifikasi, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut

yang digunakan. Kandungan dalam fraksi tidak tersabunkan yang terdiri dari

senyawa kecil, seperti alifatik alkohol, sterol, skualen, pigmen, dan hidrokarbon

secara parsial tersaring dan terakumulasi selama proses deodorisasi CPO. Fraksi

tidak tersabunkan yang terdapat dalam DALMS berkisar antara 1,2-2,5% dengan

rata-rata 1,61% (Bonnie dan Yusof, 2009).

Fraksi tidak tersabunkan diperoleh dari proses pemisahan dari DALMS dengan

metode saponifikasi. Proses ini menggunakan 10 g DALMS dimasukkan kedalam

Erlenmeyer 250 ml dengan menggunakan tutup karet dan ditambahkan etanol

188,3 ml, asam askorbat 0,5 g dan larutan KOH 50% (b/v). campuran tersebut

dikocok dan dipanaskan dengan suhu 65°C selama 32 menit dalam waterbath

shaker. Campuran reaksi tersebut ditambahkan 150 ml heksan dan air distilat 200 ml

dan diaduk secara perlahan. Campuran tersebut dibiarkan memisah dalam corong

pisah selama kurang lebih satu jam di suhu ruang. Lapisan bawah yang encer

mengandung fraksi yang tersabunkan. Sementara itu, lapisan heksan di bagian atas

Page 25: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

9

mengandung fraksi tidak tersabunkan. Lapisan heksan selanjutnya dievaporasi

dengan evaporator vakum untuk menghasilkan fraksi tidak tersabunkan yang telah

bebas dari pelarutnya (Estiasih dkk.,2013). Kadar senyawa bioaktif Fraksi Tidak

Tersabunkan dari DALMS dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kadar Senyawa Bioaktif FTT dari DALMS

Senyawa Bioaktif Besaran (mg/100g)

Kadar Vitamin E 796,80

α-tokoferol (g/100g) 64,41

α-tokotrienol (g/100 g) 186,05

δ-tokotrienol (g/100 g) 485,38

γ-tokotrienol (g/100 g) 60,96

Total Tokotrienol 732,39

Total Fitosterol 9.184,63

β- Sitosterol 8.193,26

Stigmasterol 985,18

Kampesterol 6,19

Skualen 526,41

Sumber: Puspitasari (2013)

Bila dibandingkan DALMS dengan fraksi tidak tersabunkan dari DALMS, kadar

asam lemak bebas menurun secara signifikan. Reaksi KOH dengan asam lemak

bebas menghasilkan sabun sehingga mudah dipisahkan dari fraksi tidak

tersabunkan. Hal ini menyebabkan jumlah asam lemak bebas dari fraksi tidak

tersabunkan menjadi sangat menurun. Dibandingkan DALMS, kadar vitamin E pada

fraksi tidak tersabunkan jauh lebih tinggi. Komponen terbesar pada fraksi tidak

tersabunkan adalah fitosterol dan vitamin E. Komposisi vitamin E fraksi tidak

tersabunkan dan DALMS adalah sama. Tokotrienol mempunyai kadar yang lebih

tinggi dibandingkan tokoferol. Peningkatan kadar vitamin E fraksi tidak tersabunkan

dari DALMS adalah 26, 87 kali, yaitu 0,45 gram/100 gram pada DALMS menjadi

12,87 gram/100 gram pada fraksi tidak tersabunkan DALMS. Komponen lain yang

terdapat pada fraksi tidak tersabunkan DALMS selain asam lemak bebas adalah

Page 26: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

10

fitosterol, hidrokarbon dan lilin. Aktivitas antioksidan fraksi tidak tersabunkan DALMS

adalah sebesar 81,51% (Ahmadi dan Estiasih, 2011)

2.6 Senyawa Bioaktif Fraksi Tidak Tersabunkan DALMS

2.6.1 Vitamin E

Vitamin E merupakan total dari delapan substansi dengan beragam aktivitas

biologis. Substansi-substansi ini disebut tocochromanols yang dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu tokoferol dan tokotrienol. Setiap kelompok merupakan gabungan

empat isomer α, ß, y, δ-tocos. α- tokoferol memiliki aktivitas biologis dan karakteristik

antioksidan tertinggi dibandingkan dengan substansi tocochromanols lainnya.

Tokoferol merupakan antioksidan yang dapat mengeliminasi radikal bebas untuk

pertahanan utama tubuh kita (Zacchi dkk., 2006).

Vitamin E yang terdiri dari tokoferol dan tokotrienol merupakan vitamin esensial

dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Tokoferol telah

diketahui sebelumnya sebagai bagian utama keluarga vitamin E yang memiliki

aktivitas antioksidan dan anti-aging. Di sisi lain, tokotrienol memiliki aktivitas

antioksidan dan antikanker yang lebih tinggi dalam jaringan membran dibandingkan

dengan tokoferol. Sebagai vitamin esensial, vitamin E tidak dapat diproduksi sendiri

oleh tubuh manusia dan membutuhkan asupan dari suplemen makanan. Buah sawit

merupakan sumber terbaik dari tokoferol dan tokotrienol. Buah sawit diketahui tidak

hanya mengandung tokoferol, tetapi juga tokotrienol yang unik. Buah sawit

merupakan sumber terbesar tokotrienol dibandingkan dengan semua minyak nabati.

Tokoferol dan tokotrienol dapat dengan langsung diekstraksi dari minyak sawit, atau

dapat secara simultan diperoleh dari proses ekstraksi CPO. CPO, refined bleaching

deodorized palm oil (RBDPO), dan palm olein merupakan produk utama dalam

penggilingan dan pemurnian minyak sawit, sedangkan palm pressed fibre oil (PFO)

dan DALMS merupakan produk sampingannya. Produk pemurnian dan penggilingan

minyak sawit hanya mengandung sedikit tokoferol dan tokotrienol. Sebaliknya,

terjadi akumulasi vitamin E dalam produk sampingan dari setiap proses tersebut. Hal

ini juga menunjukkan peningkatan total vitamin E dalam produk sampingan proses

penggilingan hingga pemurnian minyak sawit (Maarasyid dkk, 2014).

Komposisi vitamin E dalam minyak sawit adalah α tokoferol (20%), α tokotrienol

(22%), γ tokotrienol (46%) dan δ tokotrienol (12%). Tokotrienol sangat penting dalam

Page 27: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

11

bidang farmasi, makanan, produk suplemen karena aktivitasnya sebagai

hipokolesterolemik, antioksidan, antiinflamasi, antitrombotik, imunomodulator, dan

hepaprotektor (Estiasih dkk, 2013)

Gambar 2.1 Struktur Kimia Vitamin E (Al-Darmaki, 2012) 2.6.2 Fitosterol

Fitosterol terdapat dalam DALMS dalam konsentrasi yang rendah. Fitosterol

utama yang terdpat dalam vegetable deodorizer distillate adalah kolesterol, ß

sitosterol, kampesterol, stigmasterol, dan isofukosterol. Komponen ini mencakup

bagian besar dari fraksi tidak tersabunkan dalam minyak. Fitosterol merupakan

substansi yang potensial untuk pemanfaatan makanan fungsional (Dunford dan

King, 2000). Fitosterol merupakan sterol nabati dengan struktur mirip kolesterol.

Fitosterol terdiri dari 28 hingga 30 atom dengan steroid sebagai rangka struktur

dengan gugus hidroksil menempel pada atom C-17dari cincin D (Pateh dkk, 2009).

Fitosterol tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia dan semua sterol dan stanol

nabati dalam tubuh manusia berasal dari makanan (Jong dkk, 2003). Fitosterol

tersebut dikenal memiliki beberapa kualitas bioaktif dengan implikasi yang

memungkinkan untuk kesehatan manusia. Sifat-sifatnya dapat menurunkan level

kolesterol dalam darah, dan efek fungsionalnya lainnya yang telah diketahui selama

bertahun-tahun. Sterol nabati juga dapat melindungi dan melawan beberapa tipe

kanker seperti kolon, payudara, dan prostat. Keamanan sterol nabati, stanol nabati

dan esternya telah dinyatakan oleh lembaga pemerintahan seperti USDA (US Food

Page 28: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

12

and Drug Administration) dan European Union Scientific Committee (Kritchevsky dan

Chen, 2005).

Penggunaan makanan mengandung fitosterol merupakan perkembangan terkini

dalam nutrisi manusia (Gilbert dkk, 2005). Fitosterol, sebagai kandungan fungsional

dalam makanan, terlihat menjadi pilihan yang aman dan praktis untuk meningkatkan

tingkat kolesterol dalam masyarakat. Pada saat ini, komponen ini telah menyatu

dalam banyak variasi produk makanan. Memproduksi makanan fungsional yang

mengandung kadar sterol dan stanol nabati yang tinggi merupakan tujuan dari

berbagai perusahaan makanan. Teknik terbaru telah memungkinkan untuk

menggabungkan sterol dan stanol nabati dalam makanan tanpa mempengaruhi

tekstur dan rasa. Fitosterol dapat digabungkan dalam produk bakery, jus buah, es

krim, dan produk lainnya (Clifton, 2002). Secara komersial, fitosterol telah

terkandung dalam minyak nabati, jus jeruk, mayonnaise, susu, yogurt, susu kedelai,

daging, sup, dan teh hijau. Fitosterol juga telah dijual atau dikembangkan

pencampurannya dengan bahan-bahan fungsional lainnya seperti serat, almond,

protein kedelai, mineral (Berger dkk, 2004).

Gambar 2.2 Struktur Kimia Fitosterol (Soupas, 2006)

2.6.3 Skualen

Skualen merupakan komponen hidrokarbon nonpolar yang penting dalam

industri kimia dan farmasi. Sumber alami utama skualen adalah minyak hati ikan

yang mengandung lebih dari 70%. Selain itu juga secara alami terdapat dalam

minyak zaitun, minyak sawit, dan minyak nabati lainnya dalam konsentrasi yang

Page 29: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

13

lebih rendah. Skualen juga disintesis secara kimia dengan reaksi enzimatis

(Spanova dan Daum, 2011).

Skualen memiliki beragam sifat yang bermanfaat, merupakan antioksidan alami.

Skualen telah diketahui dapat meningkatkan oksigenasi darah dan dapat

dipertimbangkan sebagai agen anti kanker. skualen memiliki titik beku yang sangat

rendah (-72°C), titik didih yang tinggi (430°C pada 760 mmHg), tahan panas dan

gesekan, juga diketahui telah digunakan untuk memproduksi minyak kualitas tinggi

dan pelumas untuk instrumen tertentu. Sifat fisik dan fungsi fisiologis yang unik

menjadikan skualen penting sebagai sumber pangan fungsional dan suplemen

(Bhilwade dkk, 2010).

Skualen merupakan hidrokarbon non-polar dengan sifat hidrofobik yang kuat.

Suhu yang tinggi pada proses unsaturasi skualen menyebabkan ketidakstabilan dan

oksidasi dari molekul ini. Kulit dan hati hiu merupakan sumber utama dari skualen

alami dan skualen terdapat secara berlimpah dari ikan paus dengan total

konsentrasi hingga 70%. Meskipun minyak hati hiu dapat dipertimbangkan sebagai

sumber utama skualen, perlindungan laut dan lingkungan memiliki regulasi dalam

memburu hiu. Oleh karena itu, diperlukan sumber alternatif skualen, salah satu

potensi terbesar adalah ekstraksi dan pengkayaan skualen dari DALMS (Al-Darmaki,

2012).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Skualen (Huang dkk, 2009)

2.7 Emulsi

Emulsi merupakan golongan sistem dispersi yang mengandung dua cairan yang

tidak saling bercampur. Droplet cairan (fase dispersi) terdispersi dalam medium

cairan (fase kontinu). Beragam golongan dalam emulsi yang dapat dibedakan,

dinamakan minyak dalam air (O/W), air dalam minyak (W/O) dan minyak dalam

minyak (O/O). Golongan terakhir mungkin dapat memberikan contoh emulsi yang

mengandung minyak yang bersifat polar terdispersi dalam minyak yang bersifat non-

Page 30: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

14

polar. Untuk mendispersikan dua cairan yang tidak saling bercampur dibutuhkan

komponen ketiga yaitu pengemulsi. Pemilihan pengemulsi sangat penting tidak

hanya untuk pembentukan emulsi tetapi juga untuk stabilisasi jangka panjang.

Beragam cara yang dapat dilakukan untuk persiapan emulsi, berkisar dari aliran pipa

sederhana, static mixers dan general stirrer, mixer dengan kecepatan tinggi seperti

Ultra-Turrax, dan homogenizer tekanan tinggi. Metode preparasi juga dapat secara

kontinu ataupun batch (Tadros, 2009).

Berdasarkan pandangan fisiko-kimia, emulsi secara termodinamika merupakan

sistem yang tidak stabil. Setelah beberapa waktu, emulsi dapat dengan cepat atau

lambat terpisah menjadi dua fase yang tidak saling bercampur. Proses yang biasa

terjadi pada ketidakstabilan emulsi adalah droplet coalescence, flokulasi, creaming,

dan Ostwald ripening (Tcholakova dkk, 2006).

Berdasarkan ukuran droplet, dapat dibedakan menjadi tiga tipe emulsi yaitu

makroemulsi merupakan tipe yang paling dikenal dengan ukuran droplet lebih dari

400 nm, miniemulsi dengan ukuran droplet antara 100-400 nm dan yang ketiga

adalah mikroemulsi yang memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm (Pichot, 2010).

2.8 Mikroemulsi

Mikroemulsi didefinisikan sebagai dispersi yang terdiri dari minyak, pengemulsi,

dan fase cair. Merupakan isotropik optik tunggal dan secara termodinamika larutan

yang stabil dengan diameter droplet biasanya sekitar 10-100nm. Mikroemulsi

memiliki beberapa sifat spesial seperti meningkatkan kelarutan, stabilitas terhadap

panas yang baik, dan mempermudah proses pengolahan. Mikroemulsi telah

digunakan dalam industri pangan dan obat-obatan (Anjali, 2010).

Sebagai sistem yang berbentuk cair, pembentukan mikroemulsi bergantung

pada tipe dan struktur pengemulsi. Jika pengemulsi bersifat ionik dan mengandung

rantai hidrokarbon tunggal, mikroemulsi hanya akan terbentuk jika ko-surfaktan dan

atau elektrolit juga tersedia. Jika rantai rangkap ionik dan beberapa pengemulsi non-

ionik, ko-surfaktan menjadi tidak penting. Hal ini merupakan hasil dari salah satu

sifat paling fundamental dari mikroemulsi, di mana tegangan antarmuka yang sangat

rendah antara minyak dan fase cair. Peran utama dari pengemulsi adalah

menurunkan energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan area permukaan sehingga

Page 31: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

15

dispersi spontan dari air atau droplet minyak terbentuk dan sistem secara

termodinamika bersifat stabil.

Terdapat empat tipe mikroemulsi yaitu: 1) pengemulsi bersifat lebih larut dalam

air dan bentuk mikroemulsi minyak dalam air. Pengemulsi tinggi fase cair dan

berdampingan dengan fase minyak di mana pengemulsi hanya ada sebagai

monomer dalam konsentrasi yang kecil. 2) Pengemulsi utamanya berada dalam fase

minyak dan bentuk mikroemulsi air dalam minyak. Pengemulsi tinggi dengan fase

minyak dan berdapingan dengan dengan fase cair yang rendah pengemulsi 3)

pengemulsi tinggi fase pertengahan berdampingan dengan kedua fase cair dan

minyak yang rendah pengemulsi 4) fase tunggal (isotropik), larutan micellar yang

terbentuk atas penambahan sejumlah amphiphile yang cukup (Anjali, 2010)

Mikroemulsi merupakan salah satu struktur sistem emulsi yang biasanya

memiliki ukuran berkisar 5-10 nm dan bersifat stabil secara termodinamika. Struktur

sisten emulsi lainnya yaitu makroemulsi yang biasanya memiliki ukuran rata-rata

antara 1-2 µm. Terdapat beberapa cara dalam melakukan preparasi emulsi, berkisar

dari aliran pipa sederhana, pencampuran statis dan pengadukan, pencampuran

kecepatan tinggi seperti Ultra Turrax, dan homogenisasi tekanan tinggi (Tadros,

2009)

2.9 Pengemulsi

Pengemulsi merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus

lipofilik sekaligus sehingga dapat menyatukan campuran yang terdiri dari air dan

minyak. Pengemulsi merupakan bahan aktif permukaan. Aktivitas pengemulsi

diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul pengemulsi memiliki bagian

polar yang suka air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka lemak (lipofilik). Sifat

rangkap ini menyebabkan pengemulsi dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air,

minyak-air, dan zat padat-air membentuk lapisan tunggal di mana gugus hidrofilik

berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, alam kontak dengan zat padat

ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar merupakan

rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar mengandung gugus hidroksil

(Jatmika, 1998).

Penggunaan pengemulsi sangat bervariasi seperti bahan deterjen, kosmetik,

farmasi, makanan, tekstil, plastik dan lain-lain. Syarat agar pengemulsi dapat

Page 32: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

16

digunakan pangan, yaitu bahwa pengemulsi tersebut memiliki nilai Hydrophyle

Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.

Penggunaan pengemulsi terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah

(wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifiying agent) dan bahan pelarut

(solubilizing agent). Penggunaan pengemulsi ini bertujuan untuk meningkatkan

kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka antara fase minyak

dan fase air. Pengemulsi dapat digunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air

maupun berbentuk emulsi air dalam minyak.

Hubungan kuantitatif struktur kimia molekul pengemulsi dengan efektifitasnya

sebagai pengemulsi adalah Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB). Nilai HLB

ditentukan secara empiris, skala HLB berkisar antara 0-20. Semakin tinggi nilai HLB

maka pengemulsi semakin hidrofilik, yang memiliki kelarutan dalam air sangat tinggi

atau disebut emulsi O/W. Sedangkan nilai HLB rendah menunjukkan pengemulsi

tersebut merupakan emulsi W/O, baik sebagai agen pelarut, deterjen, dan

stabilisator. Oleh karenanya efektivitas pengemulsi dalam menstabilkan emulsi

bergantung pada kesetimbangan antara nilai HLB dan oil phase. Nilai HLB

digunakan untuk penentuan stabilitas emulsi pengemulsi non ionik. Sementara

pengemulsi ionik (anionin, kationik) tidak dapat ditentukan dengan nilai HLB, karena

sifatnya yang lebih kompleks, membutuhkan muatan listrik untuk mencapai

stabilitas. Pengemulsi ionik memiliki struktur hidrofobik lebih besar dan tidak mudah

membentuk misel dalam aqueous solution. Nilai HLB dan aplikasinya ditunjukan oleh

Tabel 2.3

Tabel 2.3 Nilai HLB dan Aplikasinya Skala HLB Aplikasi Umum

2-6 Emulsi W/O 7-9 Pembasah

8-18 Emulsi O/W 3-15 Deterjen 15-18 Pelarut

Sumber: Myers (2006)

Salah satu pengemulsi yang sering digunakan dalam industri pangan adalah

tween 80. Tween 80 adalah ester polioksietilen sorbitan dengan rumus kimia

C64H124O26. Pada suhu 25°C tween 80 berwujud cair, berwarna kekuningan dan

Page 33: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

17

berminyak, memiliki aroma khas, dan ada rasa pahit. Dapat larut dalam air dan

etanol, tetapi tidak larut dalam minyak mineral. Tween 80 biasanya digunakan

sebagai pembasah, emulgator, peningkat kelarutan, dan peningkat penetrasi (Akhtar

dkk, 2011).

Tween 80 merupakan emulgator non-ionik yang memiliki keseimbangan lipofilik

dan hidrofilik, bersifat tidak toksik, tidak iritatif, memiliki potensi yang rendah untuk

menyebabkan reaksi hipersensitivitas, serta stabil terhadap asam lemah dan basa

lemah (Rowe dkk, 2009).

2.10 Roti

Roti merupakan produk pangan yang terbuat dari tepung terigu, ragi, bahan

pengembang lainnya lalu dilakukan pemanggangan. Berdasarkan rasanya, terdapat

dua jenis roti, yaitu roti tawar dan roti manis. Roti tawar merupakan roti yang dibuat

dari adonan dengan sedikit gula atau tidak sama sekali (Mudjajanto dan Yuliati,

2004). Roti manis merupakan roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol,

bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isian maupun topping. Selain dari

segi rasa, daya tarik roti manis terletak pada bentuk roti yang menarik. Penggunaan

gula yang cukup tinggi inilah yang membedakan roti manis dengan roti tawar

(Wahyudi, 2003).

Dilihat dari cara pengolahannya, roti dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu

roti yang dikukus, dipanggang, dan yang digoreng. Bakpao dan mantao adalah

contoh roti yang dikukus. Donat dan panada merupakan roti yang digoreng.

Sedangkan aneka roti tawar, roti manis, roti pita, dan baquette adalah roti yang

dipanggang (Sufi, 1999). Menurut Mudjajanto dan Yuliati (2004) roti adalah produk

makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan

pengembang lain, kemudian dipanggang. Roti beranekaragam jenisnya. Adapun

penggolongannya berdasarkan rasa, warna, nama daerah atau negara asal, nama

bahan penyusun, dan cara pengembangan.

2.10.1 Bahan Dasar Roti

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti terdiri dari bahan utama dan

bahan tambahan. Bahan utama dalam pembuatan roti terdiri dari tepung terigu, air,

Page 34: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

18

ragi (yeast), gula dan garam. Sedangkan bahan tambahan terdiri dari susu,

shortening, telur, dan bread improver. Berikut merupakan penjelasan bahan dasar

pembuatan roti yaitu:

a. Tepung Terigu

Terigu merupakan tepung yang digunakan dalam pembuatan roti karena

mengandung gluten sebagai kerangka dasar roti. Tepung terigu dibedakan menjadi

tiga jenis, yaitu terigu protein rendah, terigu protein sedang, dan terigu protein tinggi.

Menurut Potter dan Hotchkiss (1995), terigu dapat diklasifikasikan ke dalam dua

jenis yaitu hard dan soft. Terigu jenis hard dibandingkan dengan jenis soft memiliki

kandungan protein yang lebih tinggi, menghasilkan terigu yang kuat dan membentuk

adonan menjadi lebih elastis, dan baik digunakan dalam pembuatan roti. Terigu

protein tinggi dihasilkan dari penggilingan gandung jenis hard atau keras. Terigu

tersebut memiliki sifat gluten yang kuat, kandungan proteinnya 11-12%, sifat

elastisnya baik dan tidak mudah putus (Indyah, 2008).

Terigu yang memiliki kadar protein tinggi akan memerlukan air lebih banyak agar

gluten yang terbentuk dapat menahan gas secara optimal. Gluten merupakan

protein tepung terigu yang tidak larut dalam air, bersifat elastis, dan dapat

memanjang. Adanya gluten dan CO2 yang dihasilkan oleh ragi menyebabkan gluten

mengembang selama fermentasi. Umumnya dalam pembuatan roti digunakan terigu

berprotein tinggi untuk mendapatkan volume yang besar, tetapi terdapat

kemungkinan roti menjadi alot. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti diperlukan

penambahan bahan-bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan roti seperti

gula, margarin, dan kuning telur dengan komposisi tertentu (Mudjajanto dan Yuliati,

2004).

Tepung terigu diperoleh dari pengolahan biji gandum yang sehat dan telah

dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering,

tidak mudah menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, tidak berbau

asing seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga, tikus,

kotoran, dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Yang harus dipertimbangkan

adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya. Kadar protein

mempunyai korelasi yang erat dengan kadar gluten, sedangkan kadar abu erat

hubungannya dengan tingkat dan kualitan adonan (Sunaryo, 1985).

Page 35: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

19

Protein gandum adalah unik, bila tepung gandum dicampur dengan air di dalam

perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan

koloidal yang plastis yang dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur

spon bila dipanggang untuk mencapai suatu kehalusan yang memuaskan. Jenis

tepung gandum yang berbeda memerlukan jumlah pencampuran air yang berbeda

(Desrosier, 1988).

b. Air

Air merupakan bahan yang berperan penting dalam pembuatan roti karena

berfungsi dalam pembentukan struktur gluten. Air juga berguna sebagai pelarut

bahan seperti garam, gula, susu bubuk, dan mineral sehingga bahan tersebut dapat

terdispersi secara merata dalam adonan. Air sangat menentukan konsistensi dan

karakteristik adonan, sifat adonan selama proses dan menentukan mutu produk

yang dihasilkan (Subarna, 1992). Penambahan air dalam pembuatan roti selain

berfungsi dalam proses pembentukan struktur gluten juga untuk mengontrol

kepadatan dan suhu adonan (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Air berfungsi sebagai media gluten dengan karbohidrat, larutan garam, dan

membentuk sifat kenyal gluten. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9.

Semakin tinggi pH air maka roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air meningkat

dengan meningkatnya pH. Selain pH, air yang digunakan harus air yang memenuhi

persyaratan sebagai air minum, di antaranya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

berasa (Astawan, 2006).

Air yang digunakan dalam industri makanan pada umumnya harus

memenuhi persyaratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa

dan tidak mengganggu kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi

persyaratan dalam pembentukan pati atau tepung maka akan meningkatkan kadar

abunya sehingga mutu pati menurun ( Syarief dan Irawati, 1988).

c. Gula

Gula memiliki fungsi penting dalam pembuatan roti. Gula berperan sebagai

nutrisi bagi ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti,

menambah kandungan gizi, membuat tekstur empuk, dan memberikan warna coklat

yang menarik pada kulit roti karena adanya proses Maillard atau karamelisasi

(Mudjajanto dan Yuliati, 2004). Penambahan gula berperan dalam pertumbuhan ragi

roti (Saccharomyces cereviseae) untuk dapat menghasilkan gas karbondioksida

Page 36: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

20

(CO2) dalam jumlah yang cukup untuk mengembangkan adonan secara optimal

(Astawan, 2005). Penambahan gula dengan konsentrasi yang tinggi dapat

menghambat aktivitas ragi walaupun terjadi fermentasi. Gula berperan dalam

memberikan rasa manis dan warna crust roti (Owens, 2002).

Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi karbohidrat yang

ada untuk proses fermentasi dan untuk melengkapi rasa manis pada roti. Namun,

gula lebih banyak dipakai dalam pembuatan biskuit dan kue, di mana selain

memberikan rasa manis, gula juga mempengaruhi tekstur (Buckle dkk, 1987).

d. Ragi

Ragi yang digunakan dalam pembuatan roti adalah Saccharomyces cereviseae.

Selama proses pembuatan roti, ragi memfermentasikan gula sederhana dan

menghasilkan CO2 dan alkohol. Proses pemanasan mematikan ragi dan

menginaktivasi enzim sehingga fermentasi dan pelepasan CO2 terhenti.

Meningkatnya suhu pada roti membuat pati tergelatinisasi dan gluten terkoagulasi,

menghasilkan struktur yang agak keras dan kurang rapuh. Volume roti yang

terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama pengembangan adonan dan

karakteristik dari protein untuk menahan gas (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Dalam pembuatan roti, ragi atau yeast dibutuhkan agar adonan bisa

mengembang. Ragi biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu

diaduk-aduk merata. Setelah itu adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi sendiri

sebenarnya mikroorganisme, suatu makhluk hidup berukuran kecil, biasanya dari

jenis Saccharomyces cereviseae yang digunakan dalam pembuatan roti. Pada

kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi khususnya gula, ragi akan

tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa

beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk berperan dalam mengembangkan

adonan (Halal guide info, 2008).

e. Garam

Garam pada pembuatan roti merupakan bahan utama untuk mengatur rasa.

Garam dapat membangkitkan rasa pada bahan-bahan lainnya dan membangkitkan

aroma dan sifat-sifat roti. Garam juga dapat membuat adonan menjadi lebih padat

dan memperbaiki pori-pori roti dan tekstur roti akibat kuatnya adonan dan secara

tidak langsung membantu pembentukan warna adonan (US. Wheat Associates,

1983). Selain itu, garam juga berperan sebagai pengontrol waktu fermentasi,

Page 37: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

21

penambahan kekuatan gluten, pengatur warna kulit, dan pencegah timbulnya bakteri

karena sifatnya yang higoskopis sehingga menurunkan aktivitas air dalam adonan.

Syarat garam yang baik dalam pembuatan roti adalah harus larut dalam air, jernih,

bebas dari gumpalan-gumpalan, tidak tercampur dengan senyawa-senyawa lain,

dan bebas dari rasa pahit (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

f. Bread Improver

Bread improver berfungsi membantu pengembangan roti, tetapi tidak

menghasilkan gas pengembang karena senyawa atau bahan yang mengembangkan

roti adalah gas yang dihasilkan oleh ragi (yeast). Bread improver berperan dalam

melengkapi zat makanan yang dibutuhkan ragi sehingga ragi tumbuh sempurna,

menghasilkan gas serta prekursor flavor pada roti, penstabil agar kondisi adonan

tetap sesuai untuk pengembangan ragi, penguat gluten, memperbaiki warna kulit

dan remah, meningkatkan volume, dan memperpanjang umur simpan (Setyo dan

Yulianti, 2004).

g. Telur

Telur ditambahkan pada pembuatan roti sebagai add-flavour dan berperan

sebagai pengemulsi karena protein telur terkoagulasi, ketegaran dari dinding roti

akan terpengaruh pada penambahan telur. Telur juga berguna sebagai

pengembang, pembentuk warna, perbaikan rasa, dan penambah nilai gizi. Roti yang

lunak dapat diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang lebih banyak. Kuning

telur banyak mengandung lesitin (emulsifier) yang dapat memperlemas jaringan

gluten sehingga roti lebih lemas dan empuk (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Peranan utama telur atau protein dalam pengolahan pada umumnya adalah

memberikan fasilitas terjadinya koagulasi, pembentukan gel, emulsi dan

pembentukan struktur. Telur banyak digunakan untuk mengentalkan berbagai saus

dan custard karena protein terkoagulasi pada suhu 62°C (Winarno, 1993).

h. Susu

Bahan padatan bukan lemak pada susu bubuk berfungsi sebagai bahan penegar

protein tepung sehingga volume roti bertambah. Toleransi waktu pengadukan juga

meningkat karena adonan susu bubuk lebih toleran pada pengadukan yang berlebih

(over mixing). Proses fermentasi juga menjadi lebih lama sehingga dapat membantu

pembentukan roti yang lebih baik karena bahan padat bukan lemak juga akan

menurunkan aktivitas enzim. Warna kerak akan menjadi lebih baik karena laktosa,

Page 38: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

22

kasein, dan protein susu akan membantu menghasilkan kerak kekuningan dan

mempertinggi mutu pemanggangan. Susu padat juga menjadikan remah roti lebih

baik dan halus sehingga mudah dipotong, mempertinggi volume roti, meningkatkan

mutu simpan, mempertahankan keempukan roti pada saat penyimpanan, serta

menambah nilai gizi karena mengandung mineral, vitamin, protein dan lemak

(Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Walaupun tanpa dibubuhi sesuatu apapun, rasa susu sedikit manis, dengan

aroma agak harum serta berbau khas susu. Bau khas susu tersebut akan berkurang

bahkan hilang apabila susu dipanaskan atau dibiarkan pada tempat yang terkena

udara. Dalam susu terdapat berbagai macam mineral, vitamin, pigmen, dan enzim.

Lemak susu tersebar merata dalam bentuk emulsi (Syarief dan Irawati, 1988).

i. Lemak Roti (Shortening)

Shortening adalah lemak padat yang memiliki sifat plastis dan kestabilan

tertentu, umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini

diperoleh dari pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenase.

Mentega putih ini banyak digunakan dalam banyak pangan terutama dalam

pembuatan cake dan kue panggang. Fungsinya adalah untuk memperbaiki citarasa,

struktur, keempukan, dan memperbesar volume roti atau kue (Winarno, 1997).

Shortening digunakan untuk meningkatkan volume dan kelembutan adonan.

Oleh karena itu, shortening dapat meningkatkan volume dan kelembutan roti.

Peningkatan konsentrasi lemak yang digunakan akan meningkatkan volume roti

sampai batas tertentu dan setelah itu tidak ada peningkatan volume roti yang berarti.

Konsentrasi lemak bervariasi tergantung jenis tepung yang digunakan, dengan

tepung wholemeal memerlukan penambahan konsentrasi lemak yang tinggi

dibandingkan tepung putih (Owens, 2002).

Shortening dalam pembuatan roti berfungsi dalam menahan atau mencegah gas

CO2 hasil fermentasi keluar dari adonan (Hardiyanto, 2010). Menurut Mudjajanto

dan Yuliati (2004), lemak roti berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah

roti, mempermudah sifat pemotongan roti, menjadikan kulit roti lebih lunak, dan

dapat menahan air sehingga umur simpan roti lebih lama. Selain itu, lemak juga

memiliki nilai gizi, memberi rasa lezat, mengempukkan, dan membantu

pengembangan susunan fisik roti yang dibakar.

Page 39: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

23

2.10.2 Kualitas Roti

Terdapat beberapa faktor yang menentukan kualitas roti, di antaranya

pengembangan volume, warna crust (kulit), rasa dan aroma, penampakan roti,

tekstur crumb (remah) pada saat dimakan, serta ketahanan roti terhadap proses

staling pada saat roti disimpan. Sifat fisik roti merupakan hal utama yang diterima

oleh konsumen yang meliputi tekstur, pori, kelenturan fisik, dan mouthfeel (Hebeda

dan Zobel, 2006). Standar Nasional Indonesia (SNI) telah menetapkan beberapa

syarat mutu yang harus dipenuhi dalam pembuatan roti manis, seperti yang

tercantum dalam Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Syarat Mutu Roti Manis

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan: - Kenampakan - Normal - Bau - Normal - Rasa - Normal 2 Abu % b/b Maksimal 3 3 Air % b/b Maksimal 40 4 Total Gula % b/b Maksimal 8 5 Lemak % b/b Maksimal 3 6 NaCl % b/b Maksimal 2,5 7 Serangga/belatung - Tidak boleh ada 8 Sakarin siklamat Negatif 9 Cemaran Logam - Raksa mg/ kg Maksimal 0,05 - Timbale (Pb) mg/ kg Maksimal 1 - Tembaga (Cu) mg/ kg Maksimal 10 - Seng (Zn) mg/ kg Maksimal 40 10 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimal 0,5 11 Cemaran mikroba - E. coli APM/g Maksimal 10

4

- Kapang Koloni/g Maksimal 104

Sumber: SNI 01-3840-1995

2.10.3 Tahapan Pembuatan Roti

Tahapan dalam pembuatan roti meliputi penimbangan, pengadukan, atau

pencampuran, peragian, penimbangan adonan, pembulatan adonan,

pengembangan singkat, pembentukan adonan, peletakan adonan dalam loyang, dan

pemanggangan. Adonan dilakukan pencampuran dan pengadukan hingga kalis dan

dilanjutkan dengan proses peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada

Page 40: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

24

suhu sekitar 35°C. Tahap peragian merupakan tahap yang sangat penting untuk

pembentukan rasa dan volume. Saat berlangsungnya proses fermentasi sangat

dipengaruhi oleh kelembaban udara. Suhu ruangan 35°C dan kelembaban udara

75% merupakan kondisi yang ideal dalam proses fermentasi adonan roti (Mudjajanto

dan Yuliati, 2004).

Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan

hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan

gluten, serta menahan gas pada gluten. Mixing harus berlangsung hingga tercapai

perkembangan optimal dari gluten dan penyerapan airnya. Mixing yang berlebihan

akan merusak susunan gluten, adonan akan semakin panas, dan peragian semakin

lambat (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Pengadonan yang berlebihan akan merusak susunan gluten, adonan akan

panas dan peragiannya akan lambat. Adonan tersebut akan menghasilkan roti yang

pertambahan volumenya sangat buruk dan juga rotinya akan mempunyai remah

pada bagian dalam. Pengadonan yang kurang akan menyebabkan adonan menjadi

kurang elastis (Wheat Associates, 1983).

Pembakaran merupakan proses pemanasan yang disertai dengan terjadinya

reaksi. Beberapa reaksi yang terjadi di antaranya pengembangan dan pemuaian

gas, koagulasi gluten dan telur serta gelatinisasi pati, pengeringan sebagian dari

evaporasi air, pengembangan rasa, perubahan warna karena reaksi pencoklatan

Maillard antara susu, gluten, dan protein telur dengan penurunan gula, pembentukan

kerak karena reaksi pencoklatan Maillard dan karamelisasi gula (Potter dan

Hotchkiss, 1995).

Suhu dan waktu yang umum digunakan dalam pemanggangan adalah 180-

200°C selama 15-20 menit. Proses pemanggangan akan menyebabkan volume

adonan bertambah dalam waktu 5-6 menit pertama dalam oven dan aktivitas yeast

akan berhenti pada suhu 65°C temperatur adonan. Proses pembakaran roti akan

mendenaturasi protein dan terjadi proses gelatinisasi dari kanji, dan untuk

menghasilkan remah roti yang kokoh temperatur adonan harus mencapai minimum

77°C (Mudjajanto dan Yuliati, 2004).

Page 41: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

25

2.11 Nutrifikasi

Nutrifikasi merupakan penambahan mikronutrien ke dalam makanan sehingga

menghasilkan produk pangan yang lebih bergizi. Nutrifikasi (restorasi, enrichment,

dan fortifikasi) pangan yang secara individu bahan pokok atau diberi pangan dan

diberi tambahan mikronutrien yang diperlukan seperti vitamin, mineral, asam amino,

protein, vitamin A, vitamin B, zat besi, iodium, dan mikronutrien lain sehingga

dihasilkan makanan yang bergizi lebih tinggi dengan harga relatif murah. Teknik

nutrifikasi pangan dilakukan dengan cara penambahan mikronutrien pada tingkat

yang telah disarankan dan dengan mudah dapat menyesuaikan dengan kebutuhan

serta tingkat perkembangan ilmu saat itu (Winarno, 1997).

Terdapat sepuluh prinsip dalam penambahan nutrien (nutrifikasi) pada makanan

yaitu nutrien penting terdapat pada level yang tidak berlebihan dan member efek

yang signifikan; penambahan nutrien penting tidak boleh memberikan efek

merugikan; nutrien harus bersifat stabil pada makanan; nutrien harus secara biologis

terdapat pada makanan; nutrien tidak boleh memberikan karakteristik yang tidak

diinginkan pada makanan; teknologi dan fasilitas pengolahan harus tersedia untuk

memperbolehkan penambahan zat gizi penting dalam makanan; penambahan zat

gizi esensial pada makanan tidak boleh menyesatkan ataupun menipu konsumen;

metode pengukuran, pengawasan tingkat penambahan zat gizi pada makanan harus

tersedia; ketika ketetapan tentang standar, regulasi dan garis pedoman nutrifikasi

dibuat, ketetapan khusus baru harus mempertimbangkan jenis zat gizi yang

ditambahkan dan kadar yang diperbolehkan terdapat produk pangan untuk

mencapai tujuannya (Codex Alimentarius Commission, 1994)

2.12 Fortifikasi

Fortifikasi pangan merupakan penambahan zat gizi esensial seperti vitamin dan

mineral dalam makanan untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan

tersebut. Fortifikasi pangan dapat dilakukan dengan menambahkan zat gizi ke dalam

makanan, baik secara alami zat gizi tersebut ada di dalam makanan maupun tidak

ada secara alami dengan tujuan untuk mencegah terjadinya defisiensi atau

memperbaiki defisiensi pada satu atau lebih zat gizi dalam suatu populasi. Strategi

ini dapat meningkatkan status mikronutrien dalam suatu populasi, dengan biaya

yang lebih terjangkau, khususnya jika manfaat dapat diperoleh menggunakan

Page 42: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

26

teknologi yang telah ada dan jaringan distribusi lokal. Sejak keuntungan yang ada

sangat potensial, fortifikasi pangan dapat menjadi intervensi kesehatan masyarakat

dengan biaya yang efektif. Fortifikasi mikronutrien pada makanan merupakan

sebuah teknologi untuk menurunkan tingkat malnutrisi mikronutrien (Allen dkk, 2006)

Kebanyakan makanan mengandung berbagai nutrisi alami dengan tingkat yang

relatif rendah. Penambahan nutrisi pada makanan, dengan pengkayaan

(menggantikan nutrisi yang hilang selama pengolahan) atau dengan fortifikasi

(penambahan nutrisi dengan tingkat yang lebih tinggi daripada yang terdapat dalam

makanan). Kriteria fortifikan antara lain: a) harus stabil dibawah kondisi ekstrim

seperti pemasakan, pengolahan, distribusi dan penyimpanan makanan. Salah satu

bentuk fortifikasi adalah roti yang diperkaya dengan tiamin, niasin, riboflavin, zat besi

(Fulgoni dkk, 2014).

Roti merupakan produk utama dari terigu yang diproduksi secara komersial. Roti

komersial hingga sekarang telah dilakukan perbaikan dan diteliti untuk meningkatkan

kandungan nutrisi dan sifat-sifat roti dalam proses pemanggangan dengan fortifikasi.

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai gizi pada roti rumahan adalah dengan

dilakukan fortifikasi menggunakan ragi yang dinutrifikasi. Ragi yang ternutrifikasi

merupakan cara untuk meningkatkankadar protein roti. Ragi ternutrifikasi digunakan

pada pabrik pembuatan biskuit sebagau suplemen vitamin. Selain itu juga digunakan

pada farmasi dan pakan hewan sebagai sumber protein dan suplemen vitamin

(Harusekwi dkk, 2014).

Roti yang dilakukan fortifikasi telah banyak diteliti salah satunya dengan teh hijau

yang bertujuan untuk melawan gagal ginjal kronis. Teh hijau dipilih karena memiliki

manfaat untuk melawan obesitas, berbagai macam kanker meliputi hati, perut,

payudara, prostat, paru-paru dan kulit, serta menurunkan resiko atherosclerosis dan

serangan jantung. Roti dipilih sebagai makanan yang difortifikasi karena roti

merupakan makanan yang dikonsumsi sehari-hari (El-Megeid dkk, 2009).

Page 43: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

27

III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015 dan dilakukan

di beberapa tempat yaitu:

a. Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan Pangan, Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

b. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

c. Laboratorium Uji Organoleptik, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

d. Laboratorium Food Processing and Training Center (FPTC), Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

Brawijaya

e. Laboratorium Sentra Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk proses saponifikasi DALMS meliputi rotary vacuum

evaporator, shaker water bath, freezer, timbangan analitik, thermometer, alat gelas,

spatula, pipet tetes, aluminium foil, botol sampel, kertas label, wadah plastik, tisu,

plastik. Alat yang digunakan untuk pembuatan mikroemulsi meliputi ultra turrax.

Alat yang digunakan untuk pembuatan roti meliputi proofing box, oven, sendok,

tisu, dan plastik. Alat yang digunakan untuk analisis roti meliputi HPLC “Shimadzu

LC-20 AD, Kolom Shim-pack VP-ODS 250Lx4,6, kecepatan aliran 1,3 ml/menit,

deteKtor UV/VIS SPD-20A, fase mobile methanol:akuabides (95:5)”. GC-MS

“Shimadzu QP2010S, kolom AGILENT DB-1, panjang 30 m, gas pembawa helium,

pengion EI 70 EV, pressure 12.0 kPa, Column Flow 0,54 ml/min, linear velocity

26,6cm/sec”. Tensile strength, rotary vacuum evaporator, color reader, oven,

soxhlet, waterbath shaker, shaker, vortex, magnetic stirrer, reflux, muffle furnace,

Page 44: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

28

lemari asam, timbangan analitik, statif, labu kjedahl, spektrofotometer, kompor listrik,

desikator, buret, kertas saring, kapas, dan tali kasur.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Distilat Asam Lemak

Minyak Sawit (DALMS) yang diperoleh dari industri pengolahan CPO PT. Salim

Ivomas Pratama Surabaya. Bahan kimia yang digunakan dalam proses saponifikasi

DALMS adalah etanol 96%, KOH, asam askorbat, heksana, akuades, dan gas

nitrogen. Bahan yang digunakan dalam pembuatan mikroemulsi antara lain Fraksi

Tidak Tersabunkan (FTT) dari proses saponifikasi DALMS, tween 80, dan aquades.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan roti antara lain tepung terigu, gula,

ragi, garam, bread improver, susu bubuk, susu cair, air, Fraksi Tidak tersabunkan

(FTT) DALMS, dan margarin. Bahan yang digunakan untuk analisis roti antara lain

aquades, HCl, NaOH, indikator PP, gula, H2SO4, alkohol, petroleum eter, asam

borat, tablet kjedahl, indikator metil red, K2SO4, reagen nelson, arsenomolibdat,

etanol (pro analysis) “Merck”, methanol (HPLC grade) “MERCK”, akuabides, standar

tokofrol (α-tokoferol) “Santa Cruz Biotechnology”, standar tokotrienol (α, δ, γ-

tokotrienol) “Santa Cruz Biotechnology”, standar fitosterol (β-sitosterol, kampesterol,

stigmasterol) “Stigma-Aldrich”, n-methyl-n-trimethylsilyl-triflouroacetamide (MSTFA)

“Santa Cruz Biotechnology”, acetonitril, isopropanol, n-heksan, KOH, asam askorbat,

dan gas nitrogen.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu

faktor yang terdiri dari lima level. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali

sehingga diperoleh lima belas satuan percobaan.

Faktor: konsentrasi Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT) (b/b)

F1 = 0%

F2 = 2%

F3 = 4%

F4 = 6%

F5 = 8%

Page 45: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

29

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian meliputi proses saponifikasi DALMS, proses pembuatan mikroemulsi,

proses pembuatan roti, dan dilanjutkan dengan pengamatan parameter fisik, kimia,

organoleptik, dan senyawa bioaktif produk roti dan analisis data.

3.4.1 Proses Saponifikasi DALMS (Modifikasi Ahmadi, 1997)

a. Penimbangan DALMS sebanyak 50 gram kemudian dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 1000 ml yang telah ditutup aluminium foil.

b. Penambahan etanol sebanyak 441,5 ml, asam askorbat sebanyak 2,5 gram

dan KOH konsentrasi 50% sebanyak 60% (% v/b DALMS).

c. Pemanasan dalam shaker waterbath suhu 70°C selama 40 menit.

d. Pendinginan dalam suhu ruang.

e. Pemindahan larutan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan heksana

sebanyak 375 ml dan akuades sebanyak 500 ml.

f. Pengocokan lambat dan pendiaman sampai terbentuk dua lapisan.

g. Pemisahan dalam corong pemisah. Fraksi tidak tersabunkan dalam air

(bagian bawah corong) dibuang sedangkan fraksi tidak tersabunkan dalam

heksana (bagian atas corong) disimpan.

h. Pemisahan fraksi tidak tersabunkan dalam heksana dengan rotary vacuum

evaporator dengan suhu 45°C tekanan 200 mbar dan penyemprotan dengan

gas N2 sehingga diperoleh fraksi tidak tersabunkan (FTT) bebas pelarut.

3.4.2 Proses Pembuatan Mikroemulsi (Modifikasi Imai et al., 2008)

a. Penimbangan pengemulsi tween 80 dengan konsentrasi 0,5% (% b/v

akuades) dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml.

b. Pelarutan dengan akuades 50 ml.

c. Penambahan 10% fraksi tidak tersabunkan (FTT).

d. Penghomogenisasian dengan kecepatan 12000 rpm selama 20 menit.

3.4.3 Proses Pembuatan Roti

a. Penimbangan bahan-bahan terlebih dahulu sesuai formulasi yang telah

ditentukan.

Page 46: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

30

b. Pencampuran awal yaitu tepung terigu, ragi, bread improver, gula, air, dan

telur ayam.

c. Pencampuran kedua yaitu mentega, garam, dan mikroemulsi FTT.

d. Setelah kalis dilakukan pemotongan adonan @ 18 g dengan timbangan.

e. Dilakukan pembentukan pada adonan.

f. Fermentasi selama 75 menit.

g. Pemanggangan pada suhu 200°C selama 10 menit.

3.5 Pengamatan dan Analisis Data

3.5.1 Pengamatan

1) Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS)

a. Kadar asam lemak bebas (Mehlenbacher, 1960 dalam Sudarmadji dkk.,

2003).

b. Bilangan peroksida metode ferriklorida (Kim, 2005).

c. Bilangan anisidin (IUPAC, 1993).

d. Senyawa bioaktif meliputi:

- Kadar tokoferol dan tokotrienol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen,

2008).

- Kadar fitosterol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen, 2008).

- Kadar skualen dengan GC-MS (Mendez, dkk., 2003).

2) Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT)

a. Kadar asam lemak bebas (Mehlenbacher, 1960 dalam Sudarmadji dkk,

2003).

b. Bilangan peroksida metode ferriklorida (Kim, 2005).

c. Bilangan anisidin (IUPAC, 1993).

d. Senyawa bioaktif meliputi:

- Kadar tokoferol dan tokotrienol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen,

2008).

- Kadar fitosterol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen, 2008).

- Kadar skualen dengan GC-MS (Mendez dkk, 2003).

3) Mikroemulsi

a. Senyawa bioaktif meliputi:

Page 47: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

31

- Kadar tokoferol dan tokotrienol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen,

2008).

- Kadar fitosterol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen, 2008).

- Kadar skualen dengan GC-MS (Mendez dkk, 2003).

4) Roti

a. Analisis kadar air metode oven (AOAC, 1990).

b. Analisis kadar protein (AOAC, 1990).

c. Analisis kadar lemak (AOAC, 1990).

d. Analisis kadar serat kasar (AOAC, 1990).

e. Analisis kadar abu (AOAC, 1990).

f. Analisis tekstur (Tensile Strenght) (Yuwono dan Susanto, 1998).

g. Analisis daya kembang (Yuwono dan Susanto, 1998).

h. Analisis warna (Yuwono dan Susanto, 1998).

i. Analisis densitas kamba (Yuwono dan Susanto, 1998).

j. Analisis sifat sensorik metode hedonik untuk warna, bau, keempukan,

tekstur, rasa dan deskriptif untuk rasa, bau, warna, keempukan, after

taste (Rahayu, 2001).

k. Perlakuan terbaik (Zeleny, 1982).

l. Senyawa bioaktif roti manis perlakuan terbaik meliputi:

- Kadar tokoferol dan tokotrienol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen,

2008).

- Kadar fitosterol dengan HPLC (Nielsen dan Hansen, 2008).

- Kadar skualen dengan GC-MS (Mendez dkk, 2003).

3.5.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance

(ANOVA) menggunakan Software R. Apabila terdapat perngaruh nyata maka

dilanjutkan dengan uji beda nyata (BNT) atau Duncan Multiple Range Test (DMRT)

dengan taraf nyata 5%. Untuk analisis sensorik hedonic scale dengan metode

deskriptif meliputi uji skoring untuk keempukan, bau, warna, dan rasa (Rahayu,

2001). Sedangkan untuk analisis perlakuan terbaik roti menggunakan metode

Multiple Atribute (Zeleny, 1982)

Page 48: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

32

3.6 Diagram Alir Penelitian

Pencampuran di dalam labu erlenmeyer 1000 ml

Pemanasan di dalam shaker waterbath pada suhu 70°C selama 40 menit

Pendinginan pada suhu ruang

Pemindahan ke dalam corong pemisah

Pengocokan lambat dan pendiaman sampai terbentuk 2 lapisan

Pemisahan di dalam corong pemisah

Evaporasi vakum (45°C, 200 mbar)

Gambar 3.1 Diagram Alir Saponifikasi DALMS (Modifikasi Ahmadi, 1997)

Fraksi tidak tersabunkan

bebas pelarut

Heksana

Fraksi tersabunkan dalam air (bawah) Fraksi tidak tersabunkan dalam heksana (atas)

Analisa:

- Rendemen - Kadar asam lemak bebas - Bilangan peroksida - Bilangan anisidin - Senyawa bioaktif:

Kadar tokoferol Kadar tokotrienol Kadar fitostreol Kadar skualen

50 g DALMS

441,5 mL Etanol

2,5 g Asam Askorbat

Analisa:

- Kadar asam lemak bebas - Bilangan peroksida - Bilangan anisidin - Senyawa bioaktif:

Kadar tokoferol Kadar tokotrienol Kadar fitostreol Kadar skualen

375 mL Heksana 500 mL Akuades

60% KOH 50%

Page 49: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

33

Pelarutan dengan aquades hingga 50 ml

Homogenisasi dengan kecepatan 12.000 rpm (no.3) selama 20 menit

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Mikroemulsi dari FTT DALMS (Modifikasi Imai

et al., 2008)

Analisis: - Senyawa bioaktif:

Kadar tokoferol Kadar tokotrienol Kadar fitostreol Kadar skualen

Tween 80 konsentrasi 0,5% (% b/v)

Mikroemulsi

FTT

Fraksi Tidak Tersabunkan (10%)

Page 50: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

34

Pengadukan bahan kering hingga homogen

Pengadukan hingga homogen

Pengadukan semua bahan hingga kalis

Adonan

Penimbangan dengan timbangan @ 18 g dan pembentukan bulatan

Diletakkan di atas loyang

Fermentasi selama 75 menit dengan proofing box

Pemanggangan pada suhu 200°C selama 10 menit

Tepung Terigu 48 g

Bread Improver 0,3 g

Ragi 1 g

Gula Pasir 9,5 g

Susu Bubuk 2,4 g

Telur Ayam 9,5 g

Air Es (11,3; 9,3; 7,3; 5,3; 3,3) g

Susu Cair 8,3 g

Margarin 9,5 g Garam 0,3 g Mikroemulsi FTT (0, 2, 4, 6, 8 ) g

A

Page 51: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

35

Gambar 3.3 Diagram Alir Pembuatan Roti Manis (Modifikasi Bahalwan, 2014)

Roti

Analisis Fisik: - Tekstur - Warna - Daya kembang - Densitas

kamba

Analisis Organoleptik hedonik dan mutu hedonic :

- Aroma - Rasa - Warna - Keempukan - Tekstur

A

Analisis Senyawa Bioaktif:

- Tokoferol - Tokotrienol - Skualen

Analisis Kimia:

- Kadar protein

- Kadar lemak - Kadar air - Kadar serat

kasar - Kadar abu

Roti Perlakuan

Terbaik

Page 52: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

36

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS)

4.1.1 Kadar Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas merupakan hasil perombakan yang terjadi pada asam lemak

yang disebabkan adanya reaksi kompleks pada minyak. Semakin tinggi kandungan

asam lemak bebas pada minyak, menandakan semakin menurunnya mutu dari

minyak tersebut (Muchtadi, 2009). Menurut Sudarmadji (1982), kadar asam lemak

bebas menunjukkan sejumlah asam lemak bebas yang dikandung oleh minyak yang

rusak, terutama karena adanya peristiwa oksidasi dan hidrolisis. Hasil analisa kadar

asam lemak bebas DALMS dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Kadar Asam Lemak Bebas DALMS

Karakteristik Hasil Analisa Literatur

Asam Lemak Bebas (%) 70,74 95,75a

86,4b

87,96c

Sumber:a: Ahmadi dan Estiasih (2011) b: Bonnie dan Yusof (2009) c: Puspitasari (2013)

Hasil analisa asam lemak bebas DALMS adalah sebesar 70,74%, kadar ini lebih

kecil dibandingkan dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jenis

bahan baku dan kondisi penyimpanan. DALMS pada penelitian ini disimpan di

freezer dan ditutup rapat sebelum proses saponifikasi. Hidrolisis minyak dan lemak

menghasilkan asam-asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi cita rasa dan

bau pada bahan itu. Hidrolisis dapat disebabkan oleh adanya air dalam lemak atau

minyak atau karena adanya kegiatan enzim (Buckle dkk, 2010). Menurut Sutiah dkk

(2008) terjadinya kenaikan kadar asam lemak bebas juga disebabkan oleh kondisi

penyimpanan. Selama penyimpanan, minyak mengalami perubahan fisiko-kimia

yang terjadi karena adanya proses hidrolisis maupun oksidasi. Penyimpanan yang

salah dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida

pada minyak lalu membentuk gliserol dan asam lemak bebas.

Page 53: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

37

4.1.2 Bilangan Peroksida

Indikator kerusakan pada minyak antara lain angka peroksida dan asam lemak

bebas. Angka peroksida menunjukan banyaknya kandungan peroksida di dalam

minyak akibat proses oksidasi dan polimerisasi (Sudarmadji, 1982). Proses oksidasi

dimulai dari pembentukan peroksida dan hidroperoksida, dan tingkat selanjutnya

adalah terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida

menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas. Ketengikan terbentuk

oleh aldehid dan keton bukan oleh peroksida. Kenaikan bilangan peroksida hanya

indikator bahwa minyak sebentar lagi akan mengalami ketengikan (Ketaren, 1986).

Hasil analisa tingkat oksidasi pada DALMS dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Tingkat Oksidasi DALMS

Karakteristik Hasil Analisa Literatur

Bilangan Peroksida (mek/kg) 4,24 0,27a

Bilangan p-anisidin 2,79 6,92b

Total Oksidasi` 11,27 -

Sumber: a. Ahmadi dan Estiasih (2011) b. Puspitasari (2013)

Hasil pengukuran bilangan peroksida dalam DALMS cukup tinggi yaitu sebesar

4,24 mek/kg lebih besar dari literatur 0,27 mek/kg. Tingginya bilangan peroksida

menandakan oksidasi yang berkelanjutan. Bilangan peroksida digunakan untuk

menentukan kualitas minyak setelah pengolahan dan penyimpanan. Peroksida akan

meningkat sampai pada tingkat tertentu selama penyimpanan sebelum penggunaan,

yang jumlahnya tergantung pada waktu, suhu dan kontaknya dengan cahaya dan

udara (Sinaga, 2010). Menurut Estiasih dkk (2013) DALMS yang berasal dari enam

industri pengolahan minyak sawit di Pulau Jawa memiliki bilangan peroksida yang

bervariasi yaitu antara 1,53 hingga 9,17 mek/kg.

Hasil pengukuran bilangan p-anisidin pada DALMS adalah sebesar 2,79. Hal ini

menunjukkan bahwa DALMS telah mengalami oksidasi sekunder. Menurut Aidos

dkk (2003) Nilai anisidin adalah oksidasi sekunder yang dikarakterisasi oleh

degradasi lemak yang diinisiasi oleh hidroperoksida, sehingga menghasilkan produk

sampingan karbonil yang bersifat volatil. Nilai p-anisidin dapat menentukan

Page 54: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

38

keberadaan aldehid dalam minyak karena aldehid di dalam minyak dan reagen p-

anisidin bereaksi dalam kondisi asam dan ekspresi warna pada minyak sangat

tergantung pada jumlah aldehid dan strukturnya (O’Brien, 2009)

4.1.3 Senyawa Bioaktif

Distilat asam lemak minyak sawit merupakan hasil samping pemurnian minyak

sawit pada tahapan deodorisasi yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa

volatil. Distilat asam lemak minyak sawit (DALMS) mengandung asam lemak dan

gliserida 96,1% dan senyawa bioaktif minor antara lain tokoferol dan tokotrienol

(0,48%), fitosterol (0,37%), squalene (0,76%) dan hidrokarbon lainnya (Estiasih,

2013). Hasil analisis senyawa bioaktif pada DALMS dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Kadar Senyawa Bioaktif DALMS

Senyawa Bioaktif

Hasil Analisa Literatura

Literaturb

mg/100 g % relatif mg/100g %relatif mg/100g %relatif

Kadar Vitamin E 4.768,28 19,66 597,40

α-tokoferol 77,59 1,63 3,80 19,33 72,50 12,14

α-tokotrienol 1.079,68 22,64 3,60 18,31 128,60 21,53

δ-tokotrienol 190,89 4,00 0,46 2,32 115,60 19,35

γ-tokotrienol 3.420,13 71,73 11,80 60,67 280,70 46,98

Total Tokotrienol 4.690,7 98,37 15,86 80,67 524,9 87,86

Total Fitosterol 646,49 747,65 - -

β-sitosterol 195,21 30,19 391,34 52,34 - -

Stigmasterol 151,53 23,44 177,46 23,92 - -

Kampesterol 299,75 46,37 178,85 23,74 - -

Skualen 141,01 109,24 - -

Sumber: a. Puspitasari (2013)

b. Bonnie dan Yusof (2009)

Hasil analisa senyawa bioaktif DALMS pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa

DALMS mengandung kadar vitamin E yang tinggi yaitu 4.768,28 mg/100 g. Kadar ini

lebih tinggi daripada literatur yaitu sebesar 19,66 mg/100 g dan 597,40 mg/100g.

Perbedaan kadar vitamin E ini diduga karena perbedaan proses deodorisasi yang

Page 55: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

39

menghasilkan DALMS tersebut. Menurut Zacchi, dkk (2006) Vitamin E merupakan

total dari delapan substansi dengan beragam aktivitas biologis. Substansi-substansi

ini disebut tocochromanols yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tokoferol dan

tokotrienol. Setiap kelompok merupakan gabungan empat isomer α, ß, y, δ-tocos. α-

tokoferol memiliki aktivitas biologis dan karakteristik antioksidan tertinggi

dibandingkan dengan substansi tocochromanols lainnya. Tokoferol merupakan

antioksidan yang dapat mengeliminasi radikal bebas untuk pertahanan utama tubuh

kita.

Komposisi vitamin E dalam DALMS pada penelitian ini adalah adalah α-tokoferol

(1,63%), α-tokotrienol (22,64%), δ-tokotrienol (4,00%), γ-tokotrienol (71,73%).

Menurut Estiasih, dkk (2013) Komposisi vitamin E dalam minyak sawit adalah α

tokoferol (20%), α tokotrienol (22%), γ tokotrienol (46%) dan δ tokotrienol (12%).

Tokotrienol sangat penting dalam bidang farmasi, makanan, produk suplemen

karena aktivitasnya sebagai hipokolesterolemik, antioksidan, antiinflamasi,

antitrombotik, imunomodulator, dan hepaprotektor. Total tokotrienol DALMS pada

penelitian ini sebesar 4.690,7 mg/100g atau sekitar 98,37% lebih tinggi dari kadar

tokoferol. Menurut Maarasyid, dkk (2014) Buah sawit merupakan sumber terbesar

tokotrienol dibandingkan dengan semua minyak nabati. Hal ini juga dibenarkan oleh

Liu, dkk (2008) Minyak sawit berbeda dengan minyak nabati lainnya karena vitamin

E utama dalam CPO adalah tokotrienol (83%) dan sisanya adalah tokoferol (17%).

Total fitosterol DALMS pada penelitian ini adalah sebesar 646,49 mg/100g.

Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan literatur yaitu sebesar 747,65 mg/100g

(Puspitasari, 2013). Komposisi fitosterol DALMS dalam penelitian ini antara lain

Komposisi fitosterol DALMS dalam penelitian ini meliputi β-sitosterol (195,21

mg/100g), stigmasterol (151,53 mg/100g), kampesterol (299,75 mg/100g). Menurut

Estiasih, dkk (2013) Komposisi senyawa fitosterol (β-sitosterol, kampesterol dan

stigmasterol) berbeda setiap distilat asam lemak minyak sawit. Menurut Loganathan,

dkk (2009) Fitosterol pada DALMS terdiri atas kampesterol (13%), β-sitosterol

(60%), dan stigmasterol (24%).

Senyawa skualen yang terdapat dalam DALMS pada penelitian ini adalah

sebesar 141,01mg/100g. Jumlah ini lebih tinggi dari literatur yaitu 109,24mg/100g

(Puspitasari, 2013). Kadar skualen yang tinggi telah dilaporkan bahwa DALMS

mengandung jumlah skualen yang tinggi hingga mencapai 1,03% (b/b) lebih dari

Page 56: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

40

minyak nabati lainnya (Posada dkk, 2007). skualen memiliki titik beku yang sangat

rendah (-72°C), titik didih yang tinggi (430°C pada 760 mmHg), tahan panas dan

gesekan, juga diketahui telah digunakan untuk memproduksi minyak kualitas tinggi

dan pelumas untuk instrumen tertentu (Bhilwade dkk, 2010).

4.2 Karakteristik Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT)

4.2.1 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dapat dihasilkan oleh proses hidrolisa akibat aktivitas

mikroba dan oksidasi yang sangat dipengaruhi oleh suhu, keberadaan air, sinar dan

kontak dengan udara (Ketaren, 2005). Reaksi hidrolisa yang terjadi pada minyak

akan mengakibatkan kerusakan minyak karena terdapat sejumlah air dalam minyak

tersebut dan menyebabkan terbentuknya asam lemak bebas dan beberapa gliserol

(Muchtadi, 2009). Hasil analisa kadar asam lemak bebas fraksi tidak tersabunkan

DALMS dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.4 Kadar Asam Lemak Bebas FTT

Karakteristik Hasil Analisa Literatur

Asam Lemak Bebas (%) 3,56 7,99a

Sumber: a. Ahmadi dan Estiasih (2011)

Asam lemak bebas memiliki stabilitas terhadap oksidasi yang lebih rendah

dibandingkan bentuk trigliserida sehingga keberadaannya dalam produk berlemak

biasa diukur. Peningkatan asam lemak bebas menyebabkan peningkatan

kerentanan terhadap oksidasi dan produk oksidasi yang terbentuk berpotensi

menimbulkan bau (Estiasih dkk, 2008). Kadar asam lemak bebas FTT pada

penelitian ini adalah 3,56% dan kadar ini lebih rendah dari literatur yaitu 7,99%.

Kadar asam lemak bebas FTT juga lebih rendah dari DALMS pada penelitian ini

yaitu sebesar 70,74%. Penurunan kadar asam lemak bebas ini disebabkan oleh

adanya proses saponifikasi dimana reaksi KOH dengan asam lemak bebas

menghasilkan sabun yang mudah dipisahkan dari fraksi tidak tersabunkan. (Ahmadi

dan Estiasih, 2011). Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak

dan minyak, dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan.

Page 57: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

41

Produk yang terbentuk adalah sabun dari garam asam-asam lemak (Naomi dkk,

2013). Proses saponifikasi menghasilkan dua produk, yaitu sabun dan gliserin

(Prawira, 2010).

4.2.2 Bilangan Peroksida

Fraksi tidak tersabunkan (FTT) dilakukan uji tingkat oksidasi untuk mengetahui

adanya oksidasi yang terjadi selama tahap saponifikasi. Uji tingkat oksidasi yang

dilakukan pada FTT meliputi uji bilangan peroksida dan bilangan p-anisidin yang

mengindikasikan adanya oksidasi primer dan oksidasi sekunder. Hasil uji tingkat

oksidasi FTT pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Tingkat Oksidasi FTT

Karakteristik Hasil Analisa Literatur

Bilangan Peroksida (mek/kg) 2,81 0,22a

Bilangan p-anisidin 2,32 16,51b

Total Oksidasi 7,94 -

Sumber : a. Ahmadi dan Estiasih (2011) b. Puspitasari (2013)

Bilangan peroksida merupakan metode yang paling luas untuk menentukan

derajat degradasi minyak. Produk oksidasi primer dari minyak adalah

hidroperoksida. Nilai bilangan peroksida fraksi tidak tersabunkan adalah 2,81

mek/kg. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan literatur yaitu 0,22 mek/kg.

Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan

hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Minyak akan

mengalami kerusakan jika dilakukan pemanasan berulang kali, kontak dengan air,

udara dan logam. Minyak yang mengalami kerusakan akan membentuk senyawa-

senyawa yang tidak diinginkan seperti polimer, asam lemak bebas (ALB), dan

peroksida (Wulyoadi dan Kaseno, 2004). Nilai bilangan peroksida FTT lebih rendah

jika dibandingkan dengan nilai bilangan peroksida dari DALMS pada penelitian ini

yang sebesar 4,24 mek/kg. Hal ini terjadi karena adanya proses saponifikasi yang

akan menurunkan kadar asam lemak bebas. Menurut Rizqiyah (2015) terukurnya

bilangan peroksida pada FTT karena masih adanya kandungan asam lemak bebas.

Asam lemak bebas memiliki aktivitas prooksidan karena adanya gugus karboksil.

Page 58: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

42

Minyak yang mengandung asam lemak bebas menghasilkan peroksida yang lebih

besar (Smouse, 1996).

Bilangan anisidin menghitung jumlah aldehid-aldehid penting. Aldehid merupakan

produk dari dekomposisi asam lemak yang berubah menjadi peroksida. Aldehid

dapat digunakan sebagai penanda untuk menentukan berapa banyak bahan-bahan

yang berubah menjadi peroksida telah dipecah (Blumethal, 1996; Krishnamurthy dan

Vernon, 1996). Hasil pengukuran nilai p-anisidin fraksi tidak tersabunkan adalah

sebesar 2,32 lebih rendah dibandingkan dengan literatur yaitu sebesar 16,51. Nilai

p-anisidin dapat menentukan keberadaan aldehid dalam minyak, karena menurut

O’Brien (2009) aldehid didalam minyak dan reagen p-anisidine bereaksi dalam

kondisi asam dan ekspresi warna pada minyak sangat tergantung kepada jumlah

aldehid dan strukturnya. Nilai bilangan anisidin pada FTT juga lebih rendah

dibandingkan dengan DALMS yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar

2,32. Penurunan bilangan anisidin juga disebabkan adanya proses saponifikasi yang

menurunkan kadar asam lemak bebas sehingga keberadaan aldehid yang terukur

sebagai bilangan p-anisidin juga menurun.

4.2.3 Senyawa Bioaktif

Fraksi tidak tersabunkan diperoleh setelah proses saponifikasi DALMS dengan

alkali. Hasil uji kadar senyawa bioaktif FTT pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 4.6

Tabel 4.6 Kadar Senyawa Bioaktif Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT) DALMS

Senyawa Bioaktif Hasil Analisa Literatura

Literaturb

mg/100 g mg/100 g mg/100 g

Kadar Vitamin E 34.237,58 796,80 1.960,00 α-tokoferol 749,38 64,41 314,58

α-tokotrienol 16.670,05 186,05 654,64 δ-tokotrienol 3.212,10 485,38 442,96 γ-tokotrienol 13.606.04 60,96 547,82

Total Tokotrienol 33.488,20 732,39 1.645,42 Total Fitosterol 8.837,80 9.184,63 550,00

β-sitosterol 1.212,67 8.193,26 416,79 Stigmasterol 525,46 985,18 0,00 Kampesterol 7.099,67 6,19 133,10

Skualen 2.101,86 526,41 32.300,00

Sumber: a. Puspitasari (2013) b. Fidyasari (2014)

Page 59: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

43

Hasil analisa senyawa bioaktif fraksi tidak tersabunkan pada Tabel 4.6

menunjukkan bahwa FTT mengandung kadar tokoferol, total tokotrienol, total

fitosterol dan kadar skualen yang lebih tinggi dibandingkan DALMS. Hal ini terjadi

karena adanya proses saponifikasi yang menyebabkan asam lemak dan gliserida

tersabunkan. Komponen lain yang tidak tersabunkan adalah vitamin E, lilin,

hidrokarbon, dan sterol (Hodhson, 1995). Total vitamin E pada fraksi tidak

tersabunkan adalah sebesar 34.237,58 mg/100g. Nilai ini lebih tinggi dari literatur

yaitu sebesar 796,80 mg/100 g (Puspitasari, 2013) dan 1.960 mg/100 g (Fidyasari,

2014). Total vitamin E yang tinggi dalam fraksi tidak tersabunkan diduga

penggunaan suhu 70°C pada proses saponifikasi tidak sepenuhnya merusak

tokoferol dan tokotrienol.

Komposisi vitamin E fraksi tidak tersabunkan adalah α- tokoferol 749,38

mg/100g, α-tokotrienol 16.670,05 mg/100g, δ-tokotrienol 3.212,10 mg/100g dan, γ-

tokotrienol 13.606,04 mg/100g. Total fitosterol pada fraksi tidak tersabunkan adalah

sebesar 8.837,80 mg/100g. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

literatur yaitu 9.184,63 mg/100g (Puspitasari, 2013). Namun hasil ini lebih tinggi

dibandingkan dengan Fidyasari (2014) yaitu 550 mg/100g. Komposisi fitosterol fraksi

tidak tersabunkan DALMS pada penelitian ini adalah berikut β-sitosterol 1.212,67

mg/100g, stigmasterol 525,46 mg/100g, dan kampesterol 7.099,67 mg/100g.

Fitosterol terdapat dalam DALMS dalam konsentrasi yang rendah. Fitosterol utama

yang terdpat dalam vegetable deodorizer distillate adalah kolesterol, ß sitosterol,

kampesterol, stigmasterol, dan isofukosterol. Komponen ini mencakup bagian besar

dari fraksi tidak tersabunkan dalam minyak (Dunford dan King, 2000).

Hasil uji skualen fraksi tidak tersabunkan DALMS adalah sebesar 2.101,86

mg/100g. Kadar ini lebih tinggi dari literatur yaitu 526,41 mg/100g (Puspitasari,

2013). Namun kadar ini lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan Fidyasari

(2014) yaitu sebesar 32.300 mg/100g. Selama proses saponifikasi terdapat

beberapa senyawa fraksi tidak tersabunkan dalam jumlah kecil sekitar 2% dalam

minyak dan khususnya nabati seperti hidrokarbon yang terdiri dari skualen dan

sitosterol (Pitoyo, 1991). Menurut Das (2000) skualen menjadi terkenal karena

memiliki kemampuan yang baik dalam menerima atau mendonorkan elekron tanpa

mengalami perubahan molekul. Konfigurasi antioksidan yang stabil dan efektif

Page 60: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

44

diberikan oleh enam unit isoprenoidnya. Skualen dapat memiliki dua bentuk berbeda

yaitu siklik dan non-siklik. Bentuk non-siklik seluruhnya bersifat tidak larut air.

4.3 Karakteristik Mikroemulsi

4.3.1 Senyawa Bioaktif Mikroemulsi

Mikroemulsi merupakan dispersi yang terdiri dari minyak, pengemulsi, dan fase

cair. Mikroemulsi memiliki beberapa sifat spesial seperti meningkatkan kelarutan,

stabilitas terhadap panas yang baik, dan mempermudah proses pengolahan (Anjali,

2010). Fraksi tidak tersabunkan yang mengandung senyawa bioaktif multikomponen

antara lain tokoferol, tokotrienol, fitosterol dan skualen digunakan sebagai fase

minyak pada pembuatan mikroemulsi. Mikroemulsi dalam penelitian ini dibuat

dengan menggunakan proses mekanik, dimana dilakukan homogenisasi

menggunakan ultra-thurrax dengan kecepatan 12.000 rpm selama 20 menit.

Pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan mikroemulsi ini adalah tween 80.

Keuntungan penggunaan mikroemulsi adalah ketersediaan dari senyawa biaktif

yang bersifat larut lemak diharapkan lebih besar dibandingkan menggunakan sistem

emulsi biasa. Kadar senyawa bioaktif yang terkandung dalam mikroemulsi fraksi

tidak tersabunkan dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Kadar Senyawa Bioaktif Mikroemulsi

Senyawa Bioaktif Kadar (mg/100g)

Kadar Vitamin E 7.147,42

α-tokoferol 24,31

α-tokotrienol 1.342,17

δ-tokotrienol 2.521,90

γ-tokotrienol 3.259,04

Total Tokotrienol 7.123,11

Total Fitosterol 8.322,02

β-sitosterol 796,89

Stigmasterol 412,58

Kampesterol 7.112,55

Skualen 250,45

Hasil analisis senyawa bioaktif pada mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan

DALMS pada penelitian ini lebih rendah daripada kadar senyawa bioaktif yang

Page 61: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

45

terdapat pada fraksi tidak tersabunkan. Hal ini sebabkan mikroemulsi tidak hanya

terdiri dari fase minyak yang mengandung senyawa bioaktif multikomponen, tetapi

juga mengandung fase cair. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa total vitamin E

adalah sebesar 7.147,42 mg/100g. Komposisi vitamin E adalah sebagai berikut, , α-

tokoferol 24,31 mg/100g, α-tokotrienol 1.342,17 mg/100g, δ-tokotrienol 2.521,90

mg/100g, γ-tokotrienol 3.259,04 mg/100g.

Vitamin E yang terdiri dari tokoferol dan tokotrienol merupakan contoh

antioksidan fenolik. Setiap molekul siap mendonasikan hydrogen dari gugus hidroksil

(-OH) pada struktur cincin ke radikal bebas yang kemudian menjadi tidak reaktif.

Dalam mendonasikan hidrogen tersebut, senyawa fenolik itu sendiri menjadi radikal

bebas yang relative tidak reaktif karena electron yang tidak berpasangan pada atom

oksigen biasanya berpindah ke struktur cincin aromatik dengan demikian akan

meningkatkan stabilitas (Scott, 1997).

Total fitosterol yang terdapat dalam mikroemulsi FTT DALMS pada penelitian ini

sebesar 8.322,02 mg/100g. Komposisi fitosterol adalah sebagai berikut β-sitosterol

796,89 mg/100g, stigmasterol 412,58 mg/100, kampesterol 7.112,55 mg/100g.

Fitosterol telah ditemukan dapat membantu melawan perkembangan kanker.

Fitosterol telah dilaporkan dapat membantu mencegah kanker ovarium, perut, dan

paru-paru (Wayengo, 2009). Hal ini terjadi karena fitosterol mencegah produksi sel

kanker, menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel yang telah ada dan

memungkinkan terjadinya kematian sel kanker. Tingginya tingkat anti-oksidan ini

dipercaya menjadi salah satu jalan fitosteol untuk membantu melawan kanker. Anti-

oksidan merupakan senyawa yang dapat melawan kerusakan radikal bebas, yang

mana memberikan efek negatif pada tubuh (Awad, 2000). Fitosterol sangat dikenal

dan telah dibuktikan secara ilmiah memiliki manfaat dalam membantu menurunkan

kolesterol. Fitosterol merupakan senyawa tanaman yang mirip dengan kolesterol.

Fitosterol sebenarnya bersaing dalam penyerapan dengan kolesterol di saluran

pencernaan (Ostlund, 2002). Selama fitosterol mencegah penyerapan kolesterol dari

makanan, fitosterol itu sendiri tidak mudah terserap, yang menghasilkan total

kolesterol yang rendah. Menurunnya kadar kolesterol menghasilkan berbagai

manfaat seperti menurunkan resiko penyakit hati, stroke, dan serangan jantung

(Anderson, 2000).

Page 62: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

46

Kadar skualen yang terkandung dalam mikroemulsi FTT DALMS pada penelitian

ini adalah sebesar 250,45 mg/100g. Skualen secara luas digunakan dalam bentuk

emulsi. Walaupun emulsi skualen diproduksi untuk tujuan yang bermacam-macam,

tetapi biasanya digunakan untuk membawa vaksin maupun obat untuk masuk ke

dalam tubuh (Whittenton, 2007). Menurut (Gunes, 2013 ) Skualen telah dilaporkan

memiliki sifat pencegahan terhadap kanker, tinggi aktivitas anti-tumor, dan memiliki

efek yang baik terhadap kolesterol. Selain itu, skualen memiliki manfaat untuk

melindungi kulit melawan kerusakan radiasi UV karena sekresi dalam sebum.

Skualen juga dapat meningkatkan performa sistem imun.

4.4 Karakteristik Roti

Fraksi tidak tersabunkan yang mengandung senyawa bioaktif multi komponen

dijadikan fase minyak pada mikroemulsi. Mikroemulsi ini selanjutnya dilakukan

fortifikasi pada produk pangan roti manis.

4.4.1 Warna Roti

Pengukuran warna yang dilakukan terhadap roti manis pada penelitian ini

meliputi bagian crust (bagian luar) roti dan crumb (bagian dalam) roti. Menurut

Stanley (2006) roti dikenali oleh bagian luar roti (crust), yang merupakan lapisan tipis

kering yang melingkupi bagian yang halus dan memiliki struktur sel mirip spons

(crumb). Masing-masing bagian akan diuji nilai kecerahan (L), nilai kemerahan atau

kehijauan (a) dan nilai kekuningan (b).

a. Nilai L (Kecerahan) Crust

Nilai L (tingkat kecerahan) menyatakan tingkat gelap hingga cerah dengan

kisaran 0-100 (Pomeranz dan Meloand, 1994). Hasil pengamatan warna crust untuk

roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT dari DALMS berkisar antara 50,58 -

56,33. Pengaruh fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dapat dilihat pada Gambar 4.1

Page 63: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

47

Gambar 4.1 Nilai Kecerahan (L) Crust Roti Manis

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS (0%) memiliki nilai kecerahan sebesar 50,58. Nilai ini lebih rendah

dibandingkan dengan roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS

sebanyak 2% yang menghasilkan roti dengan nilai kecerahan 53,03. Roti dengan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 4% menghasilkan nilai kecerahan

sebesar 53,44, dan fortifikasi dengan kadar 6% menghasilkan roti dengan nilai

kecerahan 53,94. Roti yang difortifikasi dengan FTT DALMS dalam kadar tertinggi

yaitu 8% menghasilkan nilai kecerahan sebesar 56,33.

Hasil analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak

berpengaruh nyata pada nilai kecerahan crust. Penambahan mikroemulsi FTT

DALMS tidak berpengaruh karena warna crust pada roti dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang ada selama proses pemanggangan akibat adanya reaksi Maillard.

Reaksi ini didasari oleh reaksi antara protein dengan gula yang terdapat di dalam

adonan. Reaksi ini bermula ketika suhu permukaan produk melebihi 115°. Hal ini

dapat terjadi ketika air dalam jumlah yang cukup menguap dari permukaan crust.

Pencapaian warna crust roti selama pemanggangan juga oleh pH adonan, dimana

semakin asam kondisinya, maka semakin gelap warna crust yang dihasilkan

(Manley, 2000).

50,58 ± 2,98 53,03 ±3,26 53,44 ± 3,54 53,94 ± 2,98 56,33± 2,07

0

10

20

30

40

50

60

70

0 2 4 6 8

Nila

i L

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 64: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

48

b. Nilai Kemerahan (a+) Crust

Nilai a (tingkat kemerahan) menyatakan tingkat warna hijau sampai merah

dengan kisaran -100 hingga +100 (Pomeranz dan Meloand, 1994). Hasil analisa

warna pada bagian luar roti manis (Crust) menunjukkan warna kemerahan karena

menunjukkan nilai a+. Hasil pengamatan kemerahan crust roti manis dapat dilihat

pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Nilai Kemerahan Crust Roti Manis

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS (0%) memiliki nilai kemerahan bagian luar (crust) sebesar 16,73. Nilai

ini lebih rendah dibandingkan dengan roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT

DALMS sebanyak 2% yang menghasilkan roti dengan nilai kemerahan sebesar

20,03. Roti dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 4% menghasilkan

nilai kemerahan sebesar 19,25 dan fortifikasi dengan kadar 6% menghasilkan roti

dengan nilai kemerahan 15,12. Roti yang difortifikasi dengan FTT DALMS dalam

kadar tertinggi yaitu 8% menghasilkan nilai kemerahan sebesar 20,51. Hasil analisa

ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak berpengaruh nyata

terhadap warna kemerahan bagian luar roti. Warna kemerahan yang terdeteksi pada

bagian luar roti manis merupakan hasil dari adanya reaksi Maillard yang terjadi

akibat proses pemanggangan roti.

16.73 ± 6,73

20.03 ± 3,57 19.26 ± 3,38

15.12 ± 4,85

20.51 ±0,72

0

5

10

15

20

25

0 2 4 6 8

Nila

i a+

Konsentrasi Mikroemulsi

Page 65: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

49

c. Nilai Kekuningan (b+) Crust

Nilai b (tingkat kekuningan) menyatakan tingkat warna biru sampai kuning

dengan kisaran nilai antara -100 hingga +100 (Pomeranz dan Meloand, 1994). Hasil

pengamatan nilai kekuningan pada bagian luar roti (Crust) dengan adanya fortifikasi

mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Nilai Kekuningan (b) Crust Roti Manis

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS (0%) memiliki nilai kekuningan bagian luar (crust) sebesar 19,35. Nilai

ini lebih rendah dibandingkan dengan roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT

DALMS sebanyak 2% yang menghasilkan roti dengan nilai kekuningan sebesar

20,43. Roti dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 4% menghasilkan

nilai kekuningan sebesar 20,96, dan fortifikasi dengan kadar 6% menghasilkan roti

dengan nilai kecerahan 21,54. Roti yang difortifikasi dengan FTT DALMS dalam

kadar tertinggi yaitu 8% menghasilkan nilai kecerahan sebesar 30,33.

Hasil analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak

berpengaruh nyata terhadap warna bagian luar roti. Hasil ini disebabkan karena

warna dari crust roti ditentukan oleh adanya reaksi Maillard. Roti dikenali oleh bagian

luar roti (crust), yang merupakan lapisan tipis kering yang melingkupi bagian yang

halus, struktur sel mirip spons. Bagian crust roti biasanya memiliki warna coklat-

19,36 ± 0,45 20,43 ± 2,05 20,96 ± 8,52 21,54 ±0,40

30,33 ± 21,98

0

10

20

30

40

50

60

0 2 4 6 8

Nila

i Ke

kun

inga

n C

rust

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 66: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

50

emas cerah. Bagian crust roti memiliki kandungan air yang rendah dibandingkan

dengan bagian crumb. Saat meminggalkan oven, atau beberapa saat setelah

didinginkan, kandungan air pada crust menurun dibandingkan dengan bagian dalam

(crumb) (Stanley dkk, 2006).

d. Derajat Hue Crust

Derajat hue pada roti manis dihitung menggunakan rumus arctg b2/a2, sehingga

diperoleh “hue” yang merupakan tingkat kecenderungan warna. Derajat Hue

menunjukkan warna dari suatu produk yang dihasilkan. Warna yang dihasilkan oleh

derajat Hue adalah penggabungan dari nilai a* dan b* (Hutching, 1996). Hasil

penelitian menunjukkan °Hue pada roti manis berkisar antara 46,13 hingga 65,43.

Pengaruh konsentrasi mikroemulsi terhadap °Hue roti manis dapat dilihat pada

Gambar 4.4

Gambar 4.4 Derajat Hue Crust Roti Manis

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

(0%) memiliki derajat hue sebesar 52,23. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bagian

Crust roti berwarna kuning. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% memperoleh

derajat hue terendah yaitu sebesar 46,13 dan menunjukkan bahwa bagian crust roti

manis berwarna kuning kemerahan. Roti dengan perlakuan ketiga yaitu dengan

53.23 ± 16.84

46.13 ± 4.77 49.7 ± 8.80

63.76 ± 3.10 65.42 ± 5.63

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 2 4 6 8

° H

ue

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 67: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

51

konsentrasi mikroemulsi sebesar 4% memperoleh derajat hue sebesar 49,7 dan

dapat dikatakan bagian luar roti berwarna kuning kemerahan. Roti selanjutnya

adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi sebanyak 6% memperoleh

derajat hue sebesar 63,77 dan dapat dikatakan bahwa roti dengan konsentrasi

mikroemulsi 6% berwarna kuning. Roti terakhir merupakan roti dengan konsentrasi

mikroemulsi tertinggi yaitu 8% memperoleh derajat hue sebesar 65,43. Hasil ini

menyatakan bahwa roti dengan konsentrasi mikroemulsi 8% memiliki crust berwarna

kuning. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa roti manis dengan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS memiliki bagian luar (crust) yang berwarna

kuning hingga kuning kemerahan. Warna ini diperoleh karena adanya proses

pemanggangan roti manis yang menghasilkan adanya reaksi Maillard yang akan

membentuk warna pada bagian luar roti menjadi warna kuning hingga kuning

kemerahan.

e. Nilai Kecerahan (L) Crumb

Nilai kecerahan roti bagian dalam (crumb) juga memberikan masalah yang besar.

Untuk warna bagian dalam biasanya lebih menarik jika memiliki warna dengan

kisaran antara kuning hingga putih (Stanley, 2006). Hasil pengamatan nilai

kecerahan bagian dalam (crumb) untuk roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi

FTT dari DALMS berkisar antara 71,92-73,89. Pengaruh fortifikasi mikroemulsi FTT

dari DALMS dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Nilai Kecerahan (L) Crumb Roti Manis

71,92 ± 3,34 72,43 ± 0,95 72,73 ± 2,73 73,72 ± 1,85 73,89 ± 1,76

64

66

68

70

72

74

76

78

0 2 4 6 8

Nila

i L C

rum

b

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 68: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

52

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS (0%) memiliki nilai kecerahan bagian dalam sebesar 71,92. Nilai ini

lebih rendah dibandingkan dengan roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT

DALMS sebanyak 2% yang menghasilkan roti dengan nilai kecerahan 72,43. Roti

dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 4% menghasilkan nilai

kecerahan sebesar 72,73, dan fortifikasi dengan kadar 6% menghasilkan roti dengan

nilai kecerahan 73,72. Roti yang difortifikasi dengan FTT DALMS dalam kadar

tertinggi yaitu 8% menghasilkan nilai kecerahan sebesar 73,89.

Hasil analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak

berpengaruh nyata terhadap warna bagian dalam roti. Hasil ini terjadi karena warna

crumb dipengaruhi oleh jaringan sel pada produk yang memiliki pengaruh langsung

dalam pengukuran warna yang disebabkan oleh bayangan yang diberikan oleh sel.

Pengukuran kecerahan crumb merupakan hal yang penting karena jika produk

tepung berwarna putih, nilai kecerahan crumb roti merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam menentukan kualitas produk (Stanley dkk, 2006).

f. Nilai Kehijauan (a-) Crumb Roti Manis

Nilai a merupakan nilai warna antara warna kemerahan dengan kehijauan. Hasil

pengamatan roti manis yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS

menunjukkan warna kehijauan karena memperoleh nilai a- yang mengindikasikan

warna kehijauan. Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi mikromulsi terhadap

warna kehijauan bagian dalam roti manis dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Nilai Kehijauan (a-) Crumb Roti Manis

1.71 ± 0,41 1.61 ± 0.37 1.43 ± 0.55

1.61 ± 0.22 1.6 ± 0.26

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0 2 4 6 8

Nila

i Ke

hija

uan

(a

-)

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 69: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

53

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS (0%) memiliki nilai kehijauan bagian luar (crust) sebesar 1,17. Nilai ini

lebih tinggi dibandingkan dengan roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT

DALMS sebanyak 2% yang menghasilkan roti dengan nilai kehijauan sebesar 1,61.

Roti dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 4% menghasilkan nilai

kehijauan sebesar 1,43 dan fortifikasi dengan kadar 6% menghasilkan roti dengan

nilai kehijauan 1,61. Roti yang difortifikasi dengan FTT DALMS dalam kadar tertinggi

yaitu 8% menghasilkan nilai kehijauan sebesar 1,61. Hasil analisa ragam

menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak berpengaruh nyata terhadap

warna kehijauan bagian luar roti. Warna kehijauan yang terdeteksi pada bagian

dalam roti manis karena adanya penggunaan mikroemulsi yang difortifikasi pada roti

manis. Menurut Rizqiah (2015) mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan DALMS

memiliki warna kehijauan yang rendah sehingga mendekati warna kemerahan.

g. Nilai Kekuningan (b+) Crumb

Bagian crumb pada roti and produk fermentasi lainnya berkontribusi dalam

pembentukan flavor produk yang dipanggang. Tidak hanya terdapat kontribusi

signifikan dari bahan-bahan yang digunakan, tetapi juga dari proses fermentasi itu

sendiri (Stanley dkk, 2006). Hasil nilai kekuningan pada bagian crumb roti dapat

dilihat pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Nilai Kekuningan (b) Crumb Roti Manis

23,25 ± 1,34 25,31 ± 1,74 25,89 ± 1,80

27,3 ± 1,76 28,23 ± 0,84

0

5

10

15

20

25

30

35

0 2 4 6 8

Nila

i Ke

kun

inga

n C

rum

b

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 70: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

54

Berdasarkan hasil analisa kekuningan bagian dalam roti (crumb) diperoleh hasil

bahwa roti yang tidak difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS memiliki nilai

kekuningan sebesar 23,25. Selanjutnya roti yang difoortifikasi dengan mikroemulsi

FTT DALMS dengan kadar 2% memperoleh nilai 25,32. Nilai ini semakin meningkat

pada kadar fortifikasi 4% dengan nilai sebesar 25,89 dan kadar fortifikasi 6%

memperoleh nilai 27,3. Kadar fortifikasi tertinggi yaitu 8% memperoleh nilai

kekuningan yang tertinggi juga. Nilai kekuningan yang diperoleh sebesar 28,23.

Peningkatan nilai kekuningan (b+) ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kadar

mikroemulsi FTT DALMS yang difortifikasi, maka semakin kuning pula warna crumb

roti yang dihasilkan.

Hasil analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

berpengaruh nyata terhadap derajat kekuningan bagian dalam roti. Pengaruh

konsentrasi mikroemulsi para roti manis dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Nilai Kekuningan Crumb

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Nilai (b) Crumb DMRT 5%

0 23,25 ± 1,34 b 3,05

2 25,31 ± 1,74 ab 3,00

4 25,89 ± 1,80 ab 2,93

6 27,30 ± 1,76 a 2,80

8 28,23 ± 0,84 a

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari tiga kali ulangan

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dikatakan konsentrasi mikroemulsi memberikan

pengaruh nyata terhadap nilai kekuningan (b) crumb roti manis. Roti manis dengan

konsentrasi penambahan mikroemulsi 0% berbeda nyata dengan roti manis

konsentrasi mikroemulsi 6% dan 8%. Namun, roti manis dengan konsentrasi

mikroemulsi 2% dan 4% tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

terjadi karena mikroemulsi yang difortifikasi ke dalam roti merupakan mikroemulsi

yang berasal dari FTT DALMS. Untuk mendapatkan FTT dari DALMS, dibutuhkan

proses saponifikasi menggunakan alkali dimana pada tahapan ini pigmen karotenoid

tidak terbuang dan terkandung dalam fraksi tidak tersabunkan. Menurut Pasaribu

Page 71: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

55

(2004) proses pemurnian dengan penambahan alkali beberapa senyawa trigliserida

dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa yang tidak tersabunkan seperti

karotenoid, likopen, xantophyl, tokoferol, tokotrienol, dan sterol. Berdasarkan alasan

tersebut FTT memiliki warna kuning jingga yang selanjutnya akan digunakan untuk

membuat mikroemulsi yang pada akhirnya akan difortifikasi pada roti.

h. Derajat Hue Crumb

Derajat hue pada roti manis penting untuk diketahui untuk menentukan

kecenderungan warna. Nilai derajat warna ini dihasilkan dari perhitungan derajat

Hue. Hasil analisa derajat Hue roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

berkisar antara 89,69 hingga 89,82. Hasil pengamatan pengaruh fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS terhadap derajat hue crumb roti manis dapat dilihat pada

Gambar 4.8

Gambar 4.8 Derajat Hue Crumb Roti Manis

Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa roti tanpa fortifikasi mikroemulsi

(0%) memiliki derajat hue sebesar 89,69. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bagian

Crumb roti berwarna hijau kekuningan. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2%

memperoleh derajat hue sebesar 89,77 dan menunjukkan bahwa bagian crumb roti

89.69 ± 0.11

89.77 ± 0.07

89.82 ± 0.10 89.8 ± 0.02

89.82 ± 0.04

89.4

89.5

89.6

89.7

89.8

89.9

90

0 2 4 6 8

°Hu

e

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 72: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

56

manis berwarna hijau kekuningan. Roti dengan perlakuan ketiga yaitu dengan

konsentrasi mikroemulsi sebesar 4% memperoleh derajat hue sebesar 89,82 dan

dapat dikatakan bagian dalam roti berwarna hijau kekuningan. Roti selanjutnya

adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi sebanyak 6% memperoleh

derajat hue sebesar 89,8 dan dapat dikatakan bahwa roti dengan konsentrasi

mikroemulsi 6% berwarna hijau kekuningan. Roti terakhir merupakan roti dengan

konsentrasi mikroemulsi tertinggi yaitu 8% memperoleh derajat hue sebesar 89,82.

Hasil ini menyatakan bahwa roti dengan konsentrasi mikroemulsi 8% memiliki crumb

berwarna hijau kekuningan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS memiliki bagian dalam (crumb)

yang berwarna hijau kekuningan. Warna ini diperoleh karena adanya fortifikasi

menggunakan mikroemulsi FTT DALMS yang memiliki warna kehijauan dan

kekuningan (Rizqiah, 2015).

4.4.2 Tekstur Roti

Pengukuran tekstur produk pangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu

sensori dan mekanik. Uji tekstur roti pada penelitian ini menggunakan alat Tensile

Strength yang dapat menentukan seberapa empuk dan kerasnya roti. Hasil uji

tekstur pada roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS dapat dilihat

pada Gambar 4.9

Gambar 4.9 Nilai Tekstur Roti Manis

9,8 ± 6,67 12,12 ± 0,77

14,55 ± 9,38 14,77 ± 6,74 16,13 ± 9,32

0

5

10

15

20

25

30

0 2 4 6 8

Teks

tur

(N)

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 73: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

57

Berdasarkan hasil uji tekstur roti menggunakan Tensile Strength dapat dilihat

bahwa tekstur roti berkisar antara 9.8-14.77 N. Roti yang tidak dilakukan fortifikasi

mempunyai nilai sebesar 9,8 N. Nilai ini menunjukkan roti yang tidak difortifikasi

bersifat empuk. Roti yang difortifikasi menggunakan mikroemulsi FTT DALMS

dengan kadar 2% memperoleh hasil 12,12 N. Hasil ini menandakan roti yang

difortifikasi dengan kadar 2% mengalami peningkatan nilai dan bersifat lebih keras

daripada roti control (0%). Roti yang difortifikasi 4% mempunyai nilai 14,55 N dan

roti yang difortifikasi dengan kadar 6% memperoleh nilai 14,55 N. Kadar fortifikasi

tertinggi memperoleh nilai tekstur tertinggi sebesar 16,13 N. Hal ini memandakan roti

yang diberi fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS semakin tinggi, maka akan

mendapatkan tekstur roti yang semakin keras.

Hasil analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS tidak

berpengaruh nyata terhadap tekstur pada roti. Hal ini disebabkan karena proporsi

penambahan tepung terigu dan ragi dengan jumlah yang sama di semua perlakuan

formulasi. Kemampuan memproduksi gas CO2 yang optimal menyebabkan adonan

roti manis mengembang sempurna sehingga roti manis yang dihasilkan empuk.

4.4.3 Daya Kembang

Pengukuran volume produk menghasilkan informasi yang penting mengenai

kualitas produk dan merupakan sarana yang sangat berharga untuk dapat membuat

perbandingan komposisi bahan dan efek dari proses. Hasil uji volume

pengembangan pada roti dapat dilihat pada Gambar 4.10

Page 74: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

58

Gambar 4.10 Daya Kembang Roti Manis

Hasil pengamatan rerata volume pengembangan roti manis akibat perlakuan

konsentrasi fortifikasi mikroemulsi FTT berkisar antara 161,17% hingga 436,48%.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi mikroemulsi FTT dari

DALMS rerata volume pengembangan roti manis mengalami penurunan. Roti yang

tidak dilakukan fortifikasi

Berdasarkan hasil analisa ragam yang dilakukan diperoleh data bahwa perlakuan

konsentrasi mikroemulsi FTT dan DALMS tidak berpengaruh nyata. Hal ini

disebabkan karena proporsi penambahan tepung terigu dan ragi dengan jumlah

yang sama disemua perlakuan formulasi. Peran tepung terigu dan ragi sangat

berpengaruh terhadap tekstur roti manis karena ragi memproduksi gas CO2 dalam

bentuk gelembung yang akan ditahan oleh gluten sehingga adonan roti akan

mengembang. Menurut Stanley dkk (2006) Peranan penting protein tepung gandum

dalam pembentukan struktur gluten untuk pembuatan roti telah diketahui. Secara

umum, peningkatan kadar protein mempengaruhi peningkatan dalam sifat retensi

gas pada adonan dan oleh karena itu juga terjadi peningkatan volume roti. Hal ini

bergantung pada kemampuan protein gandum untuk membentuk jaringan gluten

dengan sifat reologi yang baik.

436,48 ± 92,80

422,22 ± 161,16

342, 18 ± 116,89

275,07 ± 91,67

161,17 ± 68,29

0

100

200

300

400

500

600

700

0 2 4 6 8

Day

a K

em

ban

g (%

)

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 75: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

59

4.4.4 Densitas Kamba

Densitas kamba menunjukkan perbandingan antara berat suatu bahan terhadap

volumenya. Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan pangan yang penting untuk

diketahui terutama dalam pengemasan dan penyimpanan. Hasil analisa densitas

kamba roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dapat dilihat pada

Gambar 4.11

Gambar 4.11 Densitas Kamba Roti Manis

Berdasarkan hasil analisa densitas kamba roti dapat dilihat jika secara umum

mengalami peningkatan. Roti yang tidak difortifikasi dengan mikroemulsi

memperoleh nilai densitas kamba sebesar 24,25. Nilai ini lebih rendah dibandingkan

dengan roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% dimana memperoleh nilai densitas

kamba sebesar 27,66. Hasil analisa untuk perlakuan fortifikasi mikroemulsi kadar 4%

mendapat nilai densitas kamba sebesar 29,92. Selanjutnya roti yang beri perlakuan

fortifikasi mikroemulsi dengan kadar 6% memperoleh nilai sebesar 32,99.

Peningkatan nilai densitas kamba juga masih mengalami peningkatan hingga

perlakuan terakhir yaitu fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan kadar 8% yang

memperoleh nilai sebesar 39,82. Nilai ini merupakan nilai tertinggi yang

menunjukkan roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8% memiliki karakteristik

densitas kamba yang paling buruk. Semakin tinggi nilai densitas kamba, maka

semakin buruk kualitas roti dalam hal densitas kamba karena nilai yang tinggi

24.25 ± 1.17 27.66 ± 0.32

29.92 ± 4.69 32.99 ± 1.65

39.82 ± 2.79

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 2 4 6 8

De

nsi

tas

Kam

ba

(g/m

l)

Konsentrasi Mikroemulsi (%)

Page 76: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

60

menunjukkan bahwa roti manis memiliki volume yang paling kecil dan roti dapat

dikatakan bantat.

Analisa ragam menunjukkan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS berpengaruh

nyata terhadap densitas kamba roti manis. Hasil analisa ragam pengaruh

konsentrasi mikroemulsi terhadap densitas kamba roti dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Densitas Kamba

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Densitas Kamba DMRT 5%

0 24,25 ± 1,18 d 5,16

2 29,92 ± 4,69 cd 4,96

4 27,66 ± 0,32 bc 5,08

6 32,99 ±1,65 b 4,75

8 39,82 ± 2,79 a

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari tiga kali ulangan Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dikatakan bahwa konsentrasi mikroemulsi

memberikan pengaruh nyata terhadap densitas kamba roti manis. Roti manis

dengan konsentrasi mikroemulsi 0% berbeda nyata dengan roti manis dengan

konsentrasi mikroemulsi 4%, 6%, dan 8%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti

dengan konsentrasi mikroemulsi 2%. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2%

berbeda nyata dengan roti dengan konsentrasi 6% dan 8%, tetapi tidak berbeda

nyata dengan roti konsentrasi mikroemulsi 0% dan 4%. Roti dengan konsentrasi

mikroemulsi 6% berbeda nyata dengan roti dengan konsentrasi mikroemulsi 0%, 2%

dan 8%, sedangkan roti dengan konsentrasi mikroemulsi 8% berbeda nyata dengan

roti lainnya. Hal ini terjadi karena jumlah air yang digunakan dalam pembuatan roti

berbeda-beda. Perbedaan jumlah air yang digunakan menghasilkan pembentukan

gluten yang berbeda-beda. Hal ini juga dibenarkan oleh Stanley dkk (2006)

komposisi, formulasi, dan faktor proses produksi menentukan densitas produk akhir.

Densitas produk secara langsung berhubungan dengan pengembangan adonan

selama proses fermentasi dan pemanggangan serta retensi gas dalam struktur

gluten. Perubahan fisik dan kimia yang terjadi sejak ketika tepung gandum terhidrasi

dan terjadi pengembangan struktur gluten sehingga mampu memerangkap gas

Page 77: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

61

dalam matrix adonan. Adanya kontak air dengan tepung menghasilkan adanya

sebuah “ledakan” pada helai-helai protein yang keluar dari gumpalan tepung ke

cairan yang melingkupinya.

4.4.5 Sifat Sensoris Roti Manis

Uji sensoris dilakukan karena tujuan akhir dari suatu produk adalah konsumen.

Hal ini menyebabkan informasi tentang dapat diterimanya produk oleh konsumen

menjadi sangat penting. Pengujian dilakukan dengan menggunakan indera

pengecap, pembau, dan peraba saat bahan dikonsumsi. Uji sensoris yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji hedonik dan uji mutu hedonik. Hasil uji

hedonik dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Karakteristik Sensori Roti Manis Metode Hedonik

Konsentrasi Mikroemulsi

(%)

Warna Bau Keempukan Tekstur Rasa

0 4,70 (agak suka)

4,55 (agak suka)

3,55 (agak tidak suka)

4,05 (agak suka)

4,90 (agak suka)

2 4,60 (agak suka)

3,95 (agak tidak suka)

3,85 (agak tidak suka)

3,80 (agak tidak suka)

2,90 (tidak suka)

4 4,15 (agak suka)

4,15 (tidak suka)

3,55 (agak tidak suka)

3,50 (agak tidak suka)

3,60 (agak tidak suka)

6 4,15 (agak suka)

4,15 (tidak suka)

3,55 (agak tidak suka)

3,50 (agak tidak suka)

3,60 (agak tidak suka)

8 3,75 (agak tidak suka)

3,55 (agak suka)

3,05 (agak tidak suka)

3,20 (agak tidak suka)

2,55 (tidak suka)

Berdasarkan hasil analisa sensori roti manis dapat dilihat jika fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS yang semakin tinggi cenderung akan menghasilkan nilai

kesukaan yang semakin menurun. Penilaian roti manis dari segi warna

menghasilkan nilai yang semakin menurun akibat meningkatkan konsentrasi

mikroemulsi yang difortifikasi. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 0%

mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 4,70 atau dapat dikatakan paling disukai

oleh panelis dalam segi warna. Setelah itu, dilanjutkan dengan roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 2% yang memperoleh nilai 4,60 atau mendapatkan

peringkat kedua yang paling disukai oleh panelis. Roti dengan konsentrasi

Page 78: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

62

mikroemulsi 4% dan 6% memperoleh nilai yang sama yaitu 4,15 dan menduduki

posisi ketiga yang paling disukai panelis. Roti manis yang mendapatkan peringkat

paling akhir adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8% yaitu mendapat

nilai 3,75 dan dapat dikatakan memiliki warna yang paling tidak disukai oleh panelis.

Parameter kedua yang dianalisa oleh panelis adalah bau pada roti manis.

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa roti yang memiliki bau paling

disukai oleh panelis adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0% yang

memperoleh nilai 4,55 sedangkan roti manis yang paling tidak disukai oleh panelis

adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8% yang memperoleh nilai 3,55.

Selanjutnya roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6% memperoleh

nilai yang sama yaitu 4,15. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% memperoleh

nilai 3,95 dan mendudukin posisi ketiga. Hal ini disebabkan masih adanya bau

DALMS pada roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS. Peningkatan

konsentrasi mikroemulsi yang difortifikasi menyebabkan meningkatkan bau DALMS

yang dapat tercium oleh para panelis.

Parameter ketiga yang dianalisa sensori secara hedonik adalah keempukan.

Berdasarkan hasil uji oleh panelis untuk keempukan diperoleh hasil jika roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 2% menduduki posisi pertama paling disukai panelis

dengan nilai 3,85 sedangkan roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8%

menduduki posisi terendah atau paling tidak disukai oleh panelis dengan

memperoleh nilai 3,05. Selanjutnya roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0%,

4%, dan 6% memiliki posisi yang sama dengan memperoleh hasil 3,55.

Parameter keempat yang diuji sensori adalah tekstur. Berdasarkan hasil analisa

dapat dikatakan bahwa roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0% memperoleh

nilai tertinggi atau memiliki tekstur yang paling disukai oleh panelis dengan

memperoleh nilai 4,05, sedangkan roti manis yang menduduki peringkat terakhir

pada analisa sensori hedonik adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8%

yang memperoleh hasil 3,20. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% memperoleh

nilai 3,80. Selanjutnya roti dengan konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6% memperoleh

nilai yang sama yaitu 3,50 dan menduduki posisi ketiga. Hasil analisa hedonik untuk

tekstur ini sesuai dengan uji fisik roti manis untuk tekstur yang menyatakan

peningkatan konsentrasi mikroemulsi DALMS yang difortifikasi pada roti manis akan

menghasilkan roti dengan tekstur yang semakin keras.

Page 79: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

63

Parameter terakhir yang diuji dengan metode hedonik adalah rasa roti manis.

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dikatakan bahwa roti dengan konsentrasi mikroemulsi

0% paling disukai oleh panelis dan memperoleh nilai 4,90 sedangkan roti yang

paling tidak disukai oleh panelis adalah roti dengan konsentrasi mikroemulsi 8%

yang menduduki peringkat keempat dengan memperoleh nilai 2,55. Roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6% menduduki peringkat yang sama yaitu kedua

dengan memperoleh nilai 3,60. Selanjutnya roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2%

memperoleh peringkat ketiga dengan nilai 2,90.

Setelah itu, uji sensori dilanjutkan dengan uji mutu hedonik dengan parameter

yang beragam yaitu warna, bau, bau menyimpang, keempukan, rasa, rasa

menyimpang dan aftertaste. Hasil uji sensoris dalam bentuk Spider Chart dapat

dilihat pada Gambar 4.12

Gambar 4.12 Spider Chart Uji Sensori Mutu Hedonik

Hasil pengamatan rerata skor aroma atau rasa roti manis akibat perlakuan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS berkisar antara 2,3 (tidak enak) hingga 4 (enak).

Berdasarkan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa roti manis tanpa fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS memperoleh nilai tertinggi yaitu 4,05 (enak), sedangkan roti dengan

nilai rasa secara organoleptik paling rendah menurut panelis adalah roti dengan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 8% yaitu 2,3 (tidak enak). Selanjutnya,

roti dengan fortifikasi mikroemulsi dengan kadar 2%, 4%, dan 6% secara berturut-

turut adalah 2,65 (tidak enak), 3,05 (agak enak), dan 2,85 (tidak enak). Hasil uji

0

1

2

3

4

5warna

bau

bau menyimpang

keempukanrasa

rasa menyimpang

aftertasteF2

F5

F1

F4

F3

Page 80: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

64

organoleptik untuk rasa menyimpang berkisar antara 2,45 (kuat) hingga 4,45 (tidak

kuat). Roti dengan nilai rasa menyimpang yang paling kuat adalah roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 8% yang menghasilkan nilai sebesar 2,45 (kuat) dan roti

yang mendapat nilai rasa menyimpang paling tidak kuat adalah roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 0% yang memperoleh nilai sebesar 4,45 (tidak kuat). Roti

dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6%

memperoleh nilai secara berturut-turut sebesar 3,2 (agak kuat), 3,8 (agak kuat), dan

3,45 (agak kuat).

Analisa ragam menunjukkan bahwa fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

berpengaruh nyata terhadap rasa roti manis. Hasil analisa ragam pengaruh

konsentrasi mikroemulsi terhadap rasa roti manis dapat dilihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Rasa

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Rasa DMRT 5%

0 4,05 ± 0,39 a (enak)

2 2,65 ± 0,67 bc (tidak enak) 0,48

4 3,05 ± 0,82 b (agak enak) 0,44

6 2,85 ± 0,81 b (tidak enak) 0,46

8 2,30 ± 0,73 c (tidak enak) 0,49

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari 20 panelis

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa roti dengan konsentrasi mikroemulsi

0% berbeda nyata rasanya dengan roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2%,4%,6%

dan 8%. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% berbeda nyata dengan roti

dengan konsentrasi mikroemulsi 0%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti yang

memiliki konsentrasi mikroemulsi 4%,6% dan 8%. Roti dengan konsentrasi

mikroemulsi 8% berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi mikroemulsi

0%, 4%, dan 6%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi

mikroemulsi 2%. Selanjutnya analisa ragam menujukkan pengaruh fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS berbeda nyata terhadap rasa menyimpang pada roti

manis. Hasil analisa ragam dapat dilihat pada Tabel 4.12

Page 81: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

65

Tabel 4.12 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Rasa Menyimpang

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Rasa Menyimpang DMRT 5%

0 4,45 ± 0,60 a (tidak kuat)

2 3,20 ± 1,10 b (agak kuat) 0,65

4 3,80 ± 0,95 b (agak kuat) 0,60

6 3,45 ± 0,99 b (agak kuat) 0,63

8 2,45 ± 1,05 c (kuat) 0,67

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari 20 panelis

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa rasa menyimpang pada roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 0% dirasa tidak kuat dan berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya. Rasa menyimpang roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2% dirasa oleh

panelis agak kuat dan berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi

mikroemulsi 0% yang tidak kuat dan 8% kuat, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti

yang memiliki konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6%. Rasa menyimpang roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 8% dirasa kuat dan berbeda nyata dengan roti pada

perlakuan lainnya.

After taste merupakan sensasi rasa yang tertinggal setelah produk dimakan.

Indera yang berperan disini adalah indera pengecap dan indera pembau. Hasil uji

organoleptik untuk after taste pada roti memperoleh nilai dengan kisaran 3,2 (kuat)

hingga 4,8 (agak kuat). Roti yang memperoleh nilai after taste yang paling kuat

adalah roti dengan fortifikasi konsentrasi FTT DALMS sebesar 8% dengan nilai 3,2

(kuat), dan roti dengan nilai after taste paling tidak kuat adalah roti perlakuan F1

atau roti tanpa fortifikasi dengan nilai 4,8 (agak kuat). Nilai after taste roti dengan

fortifikasi mikroemulsi konsentrasi 2%, 4%, dan 6% secara berturut-turut adalah 3,85

(kuat), 4 (agak kuat), dan 3,9 (kuat). Hasil analisis ragam pengaruh fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS berbeda nyata terhadap after taste pada roti. Hasil analisa

ragam dapat dilihat pada Tabel 4.13

Page 82: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

66

Tabel 4.13 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap After Taste

Konsentrasi Mikroemulsi (%) After Taste DMRT 5%

0 4,80 ± 0,41 a (agak kuat)

2 3,85 ± 1,18 b (kuat) 0,67

4 4,00 ± 1,02 b (agak kuat) 0,62

6 3,90 ± 1,02 b (kuat) 0,65

8 3,20 ± 1,10 c (kuat) 0,69

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari 20 panelis

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa roti dengan konsentrasi mikroemulsi

0% berbeda nyata dalam segi after taste dengan roti perlakuan lainnya. Roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 2% berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi

mikroemulsi 0% dan 8%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti yang memiliki

konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6%. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi tertinggi

yaitu 8% berbeda nyata dengan roti perlakuan lainnya.

Hasil uji organoleptik untuk bau menurut panelis berkisar antara 3,3 (agak bau)

hingga 2,6 (bau) roti manis tanpa fortifikasi (0%) memiliki tingkat bau sebesar 3,3

(agak bau) yang merupakan roti dengan nilai bau yang terbaik dan roti dengan

fortifikasi kadar 8% memiliki nilai bau yang paling buruk dengan nilai sebesar 2,6

(bau). Nilai hasil organoleptik bau untuk konsentrasi mikroemulsi sebesar 2%, 4%,

dan 6% secara berturut-turut adalah 3,05 (agak bau), 3,2 (agak bau), dan 3,1 (agak

bau). Untuk hasil bau menyimpang pada roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi

FTT DALMS berkisar antara 4,25 (tidak kuat) hingga 2,86 (kuat). Roti dengan nilai

bau menyimpang terbaik adalah roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0%

dengan nilai 4,25 (tidak kuat) dan roti dengan nilai bau menyimpang terburuk adalah

roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 8% yaitu 2,85 (kuat). Roti dengan

perlakuan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi 2%, 4%, dan 6%

secara berturut-turut adalah 3,45 (agak kuat), 3,65 (agak kuat), 3,35 (agak kuat).

Proses saponifikasi menghasilkan FTT yang terdiri dari aldehid dan keton,

karotenoid, sterol, hidrokarbon, tokoferol dan tokotrienol. Keberadaan aldehid pada

FTT yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan mikroemulsi merupakan

penyebab bau pada roti (Rizqiyah, 2015). Hasil analisa ragam pengaruh fortifikasi

Page 83: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

67

mikroemulsi FTT DALMS tidak berbeda nyata terhadap bau pada roti manis. Namun

analisa ragam pengaruh fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS berpengaruh nyata

terhadap bau menyimpang pada roti. Hasil analisa ragam dapat dilihat pada Tabel

4.14

Tabel 4.14 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Bau Menyimpang

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Bau Menyimpang DMRT 5%

0 4,25 ± 1,21 a (tidak kuat)

2 3,45 ± 0,94 bc (agak kuat) 0,77

4 3,65 ± 1,26 ab (agak kuat) 0,73

6 3,35 ± 1,22 bc (agak kuat) 0,79

8 2,85 ± 1,14 c (kuat) 0,81

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari 20 panelis

Berdasarkan analisa ragam pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa bau

menyimpang roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0% berbeda nyata dengan

roti yang memiliki konsentrasi mikroemulsi 2%, 6%, dan 8%, tetapi tidak berbeda

nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi mikroemulsi 4%. Roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 2% berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi

mikroemulsi 0%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti lainnya. Roti dengan

konsentrasi mikroemulsi 8% memiliki bau menyimpang yang berbeda nyata dengan

roti yang mengandung mikroemulsi dengan konsentrasi 0% dan 4%, tetapi tidak

berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi mikroemulsi 2% dan 6%. Hal

ini disebabkan masih adanya bau dari DALMS pada roti manis, sehingga dengan

konsentrasi yang tinggi bau dari DALMS akan tercium lebih menyengat pada

panelis.

Warna merupakan salah satu parameter penting dalam penilaian pemilihan

konsumen. Warna pada roti yang baik adalah kuning keemasan. Hasil pengamatan

organoleptik untuk warna roti manis yang memperoleh nilai terbaik adalah roti

dengan konsentrasi mikroemulsi 2% dengan nilai 4,05 (kuning), dan roti dengan nilai

terburuk dari segi warna adalah roti dengan konsentrasi mikroemulsi 8% yaitu 3,35

(agak kuning). Roti dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi

Page 84: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

68

0%, 4%, dan 6% berturut-turut adalah 3,96 (agak kuning), 3,45 (agak kuning), dan

3,75 (agak kuning). Hasil analisis ragam pengaruh fortifikasi mikroemulsi FTT

DALMS berbeda nyata terhadap warna pada roti manis. Hasil analisa ragam dapat

dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4.15 Pengaruh Konsentrasi Mikroemulsi Terhadap Warna

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Warna DMRT 5%

0 3,95 ± 0,68 ab (agak kuning) 0,48

2 4,05 ± 0,68 a (tidak kuning)

4 3,45 ± 0,82 bc (agak kuning) 0,53

6 3,75 ± 0,55 abc (agak kuning) 0,51

8 3,35 ± 1,03 c (agak kuning) 0,54

Keterangan: Nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari 20 panelis

Berdasarkan analisa ragam pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa warna roti

manis dengan konsentrasi mikroemulsi 0% berbeda nyata dengan roti yang memiliki

konsentrasi mikroemulsi 8%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti yang memiliki

konsentrasi mikroemulsi 2%, 4%, 6%. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi 2%

berbeda nyata dengan roti yang memiliki konsentrasi mikroemulsi 4%, dan 8%,

tetapi tidak berbeda nyata dengan roti lainnya. Roti dengan konsentrasi mikroemulsi

8% memiliki warna yang berbeda nyata dengan roti yang mengandung mikroemulsi

dengan konsentrasi 0% dan 2%, tetapi tidak berbeda nyata dengan roti yang

memiliki konsentrasi mikroemulsi 4% dan 6%. Penggunaan mikroemulsi

menyebabkan roti cenderung berwarna agak kuning. Warna tersebut diperoleh dari

mikroemulsi FTT DALMS yang secara visual juga memiliki warna kuning. Menurut

Rizqiyah (2015) warna merupakan salah satu atribut penampakan atau pengamatan

visual yang melekat pada suatu produk. Warna produk mikroemulsi yang dianalisa

secara visual berkisar antara kuning terang hingga kuning agak gelap.

Salah satu parameter organoleptik yang penting pada roti adalah tekstur, dalam

hal ini yang diuji adalah keempukan roti manis. Hasil uji keempukan roti manis

dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS berkisar antara 2,45 (tidak empuk)

hingga 3,55 (agak empuk). Roti dengan nilai keempukan paling tinggi (paling empuk)

didapat oleh roti dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi 6%

Page 85: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

69

dengan nilai 3,55 (agak empuk) dan roti dengan nilai keempukan terendah (paling

tidak empuk) adalah roti fortifikasi mikroemulsi dengan konsentrasi 8% (F5) dengan

nilai 2,45 (tidak empuk). Roti yang difortifikasi dengan mikroemulsi FTT DALMS

konsentrasi 0%, 2%, 4% secara berturut-turut memperoleh nilai 3,4 (agak empuk),

3,45 (agak empuk), 3 (agak empuk). Menurut Sanful (2011) tekstur merupakan

parameter mutu roti yang dapat ditentukan dengan cara disentuh, dengan skala

kasar, halus atau keras dan empuk. Analisa ragam menunjukkan pengaruh fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS tidak berbeda nyata terhadap keempukan roti manis. Tidak

berbeda nyata pada keempukan roti manis terjadi karena proporsi tepung terigu dan

ragi yang digunakan pada semua perlakuan memiliki jumlah yang sama. Hal ini juga

sesuai dengan uji fisik untuk tekstur yang dilakukan pada penelitian ini yang

memperoleh hasil bahwa konsentrasi mikroemulsi yang digunakan pada roti manis

tidak berbeda nyata terhadap tekstur roti manis.

4.4.6 Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik pengaruh fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

terhadap mutu roti manis dihitung dengan metode Multiple Atribute (Zeleny, 1982)

dengan asumsi semua parameter sama. Perlakuan terbaik dipilih berdasarkan

tingkat kerapatannya. Perlakuan yang memiliki jarak kerapatan terkecil dinyatakan

sebagai perlakuan terbaik.

Hasil perhitungan analisa perlakuan terbaik menunjukkan bahwa fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi 2% menghasilkan karakteristik roti

manis yang terbaik. Dengan nilai terbaik untuk masing-masing perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 4.16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25

Tabel 4.16 Perlakuan Terbaik

Konsentrasi Mikroemulsi (%) Nilai Terbaik

0 0,1097* 2 0,3464** 4 0,3768 6 0,4167 8 0,6661

Keterangan: * Kontrol

** Perlakuan terbaik

Page 86: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

70

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa roti manis perlakuan terbaik diperoleh

oleh roti manis perlakuan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS dengan konsentrasi

2%. Perhitungan terbaik merupakan hasil penggabungan nilai berdasarkan sifat fisik

dan organoleptik. Roti manis perlakuan terbaik selanjutnya dianalisa sifat kimia dan

senyawa bioaktifnya. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa roti manis dengan

konsentrasi mikroemulsi 2% memiliki keunggulan dibandingkan dengan roti manis

dengan konsentrasi mikroemulsi diatas 2% berdasarkan parameter fisik dan

organoleptik. Secara fisik roti manis 2% memiliki tekstur yang lebih empuk, daya

kembang yang lebih besar, densitas kamba lebih kecil, serta warna yang lebih baik.

Selain itu, secara organoleptik lebih disukai karena memiliki rasa, penampakan,

keempukan dan dan aroma yang lebih baik dibandingkan konsentrasi mikroemulsi

sebesar 4%, 6% dan 8%.

4.4.7 Karakteristik Kimia Roti Manis Perlakuan Terbaik

Analisa kimia dilakukan terhadap roti manis yang menjadi perlakuan terbaik yaitu

roti dengan perlakuan kedua (konsentrasi fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

sebanyak 2%). Analisa kimia yang dilakukan mencakup analisa kadar air, kadar abu,

kadar lemak, kadar protein, kadar serat, dan karbohidrat menggunakan by different.

Hasil analisa kimia dari roti manis dapat dilihat pada Tabel 4.17

Tabel 4.17 Hasil Analisa Kimia Roti Manis

Kriteria Uji Hasil Analisa SNI (%) Literatur

Kadar (%) Kadar (%) Kadar (%)

Air 24,46 Maksimal 40 - Abu 1,46 Maksimal 3 -

Lemak 14,74 Maksimal 3 14,90 Protein 9,49 - 6,04 Serat 1,6 - 1

Karbohidrat 48,25 - -

Sumber: SNI 01-3840-1995 Odejedi, dkk (2014)

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa roti manis dengan fortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 2% memiliki kadar air sebesar 24,46%. Hal ini

berhubungan dengan kadar protein roti manis, dimana semakin tinggi kadar protein

Page 87: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

71

maka semakin rendah kadar air. Menurut Saloko (1997) komponen protein memiliki

kemampuan menyerap air. Daya serap air pada komponen protein berkaitan dengan

kemampuan gugus polar seperti amina dan karboksil dalam berinteraksi atau

mengikat molekul air terutama pada bagian polar asam amino. Menurut SNI No. 01-

3840-1995, kadar air pada roti manis maksimal 40% b/b. Roti manis dengan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS menghasilkan kadar air yang sesuai dengan

ketentuan SNI. Menurut Cauvin dan Young (2000) Secara kimia, air merupakan

bahan paling sederhana yang digunakan pada roti, tetapi air memiliki peran yang

sangat penting dalam pemanggangan, yaitu kualitas produk akhir dan umur simpan

produk. Jumlah air yang digunakan dalam resep produk roti harus optimal untuk

menghasilkan sifat penanganan yang baik pada produk setengah jadi (adonan) dan

karakteristik produk akhir.

Hasil uji kadar abu pada roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS

adalah sebesar 1,46%. Nilai ini masih sesuai dengan ketentuan SNI No. 01-3840-

1995 yang menyatakan kadar abu pada roti maksimal adalah 3% b/b. Kadar abu

yang tinggi akan menghasilkan produk dengan kualitas yang buruk. Roti manis

dengan kadar abu yang tinggi akan menyebabkan warna daging produk yang gelap,

tingkat kestabilan adonan pada waktu pengadukan dan fermentasi berkurang (Lubis,

2008). Menurut Suprapti (2002) Jumlah kadar abu menunjukkan jumlah mineral

yang terkandung dalam bahan.

Minyak dan lemak terdapat berlimpah di alam dan telah ditambahkan untuk

memodifikasi rasa dari produk pemanggangan sejak jaman pra-sejarah. Hasil uji

kadar lemak roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS adalah sebesar

14,74%. Nilai ini lebih tinggi dari SNI No. 01-3840-1995 yang menyatakan kadar

lemak pada roti maksimal 3%. Hal ini terjadi karena roti dilakukan fortifikasi

mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari DALMS yang mengandung fraksi minyak

yang menyebabkan kadar lemak terhitung lebih tinggi. Bila dibandingkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Odejedi dkk (2014) kadar lemak pada roti adalah

14,90%, dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak roti manis

yang difortifikasi mikroemulsi FTT DALMS sebanyak 2%. Peningkatan kadar lemak

pada roti memberikan efek peningkatan retensi gas pada adonan (Stanley dkk,

2006).

Page 88: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

72

Hasil pengamatan kadar protein roti manis akibat perlakuan fortifikasi

mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan DALMS adalah sebesar 9,49%. Bila

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Odejedi dkk (2014) yang

menyatakan kadar protein roti manis sebesar 6,04% dapat dikatakan jika kadar

protein roti fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS lebih tinggi. Menurut Lopez dkk

(2001) roti yang baik seharusnya memiliki glikemik index yang rendah, dapat

menjadi sumber protein dan mengandung serat pangan, vitamin, magnesium, serta

antioksidan.

Kadar serat pada roti fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS adalah sebesar 1,6%.

Dibandingkan dengan hasil penelitian Odejedi dkk (2014) menyatakan bahwa kadar

serat pada roti adalah 1%. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kadar

serat pada roti yang difortifikasi mikroemulsi FTT DALMS. Kadar serat yang terdapat

pada roti berasal dari tepung terigu yang digunakan selama proses pembuatan.

Kadar serat dapat beragam tergantung dari tepung yang digunakan (putih, coklat,

ataupun gandum utuh) (Stanley dkk, 2006).

Kandungan karbohidrat pada roti manis ini dianalisa menggunakan by different,

yaitu perhitungan kadar karbohidrat dengan cara pengurangan terhadap kadar air,

abu, protein, lemak, dan serat kasar. Menurut Winarno (2002) karbohidrat memiliki

peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan seperti rasa,

warna dan tekstur. Hasil analisa karbohidrat pada roti manis yang difortifikasi

mikroemulsi FTT DALMS adalah sebesar 48,25%. Kadar tersebut didapat dari

perhitungan dibawah ini.

Kadar karbohidrat = 100% - (24,46 + 1,46 + 14,74 + 9,49 + 1,6)%

= 48,25%

Kalori merupakan satuan ukur yang menyatakan nilai energi. Kalori berkaitan

dengan konsumsi energi yang kita peroleh dari makanan atau minuman. Kalori juga

dapat berarti penggunaan energi pada aktivitas kerja (Ashtami, 2015). Nilai kalori

dihitung dari komposisi karbohidrat, lemak, dan protein pada bahan. Lemak

menghasilkan kalori yang tinggi karena lemak menyumbangkan 9 kkal/g, karbohidrat

dan protein menyumbangkan jumlah kalori yang sama yaitu 4 kkal/g. Roti manis

yang berada dipasaran memiliki kandungan kalori sebesar 240kkal. Angka ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan roti manis perlakuan terbaik yang dilakukan

Page 89: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

73

fortifikasi menggunakan mikroemulsi FTT DALMS yaitu sebesar 364 kkal. Kalori dari

roti yang difortifikasi mikroemulsi FTT DALMS lebih tinggi daripada roti manis

komersial karena tingginya kadar lemak yang terdapat pada roti manis dengan

fortifikasi mikroemulsi FTT DALMS perlakuan terbaik. Menurut Susanto dan

Widyaningsih (2004) kebutuhan energi laki-laki dewasa berkisar antara 2.380 hingga

3.200 kkal dan wanita dewasa berkisar antara 1.800 hingga 2.600 kkal. Berdasarkan

kebutuhan energi laki-laki dewasa, roti manis dengan fortifikasi mikroemulsi 2%

dapat memenuhi kebutuhan energi kurang lebih sekitar 12,13% dan untuk wanita

dewasa dapat memenuhi kebutuhan energi kurang lebih sekitar 16,54%.

4.4.8 Senyawa Bioaktif Roti Manis Perlakuan Terbaik

Roti manis yang dibuat pada penelitian ini difortifikasi dengan mikroemulsi fraksi

tidak tersabunkan dari destilat asam lemak minyak sawit. Mikroemulsi yang

digunakan pada dasarnya mengandung senyawa bioaktif multikomponen seperti

tokoferol, tokotrienol, fitostrerol dan skualen. Oleh karena itu, diduga roti manis juga

mengandung senyawa bioaktif multikomponen. Kadar senyawa bioaktif dalam roti

tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.18

Tabel 4.18 Senyawa Bioaktif Roti Manis

Senyawa Bioaktif Roti Manis (mg/100g)

Kadar Vitamin E 0,113 α-tokoferol t.d.

α-tokotrienol 0,0755 δ-tokotrienol 0,0379 γ-tokotrienol t.d

Total Tokotrienol 0,113 Total Fitosterol 3,930

β-sitosterol 0,370 Stigmasterol 2,40 Kampesterol 1,160

Skualen 2,262

Keterangan: t.d: tidak terdeteksi

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat kandungan senyawa bioaktif pada roti

manis terdiri dari α-tokotrienol, δ-tokotrienol, fitosterol dan skualen. Hasil analisa

vitamin E memperoleh jumlah vitamin E sebesar 0,113 mg/100g. Jumlah ini

Page 90: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

74

merupakan hasil dari α-tokotrienol sebesar 0,0755 mg/100g dan δ-tokotrienol

sebesar 0,0379 mg/100g. Namun, α-tokoferol dan γ-tokotrienol tidak terdeteksi.

Kandungan tokoferol dalam minyak sawit memang lebih rendah dibandingan

tokotrienol pada minyak sawit. Rendahnya kada vitamin E pada roti juga disebabkan

jumlah FTT yang digunakan selama pembuatan mikroemulsi sangat sedikit yaitu 2%.

Kadar vitamin E pada roti manis juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan

kadar vitamin E yang terdapat pada mikroemulsi. Proses pemanggangan dengan

menggunakan suhu 200°C diduga memberikan efek penurunan kadar vitamin E

yang terkandung pada roti manis. Menurut Almatsier (2003) Vitamin E mudah rusak

pada proses pemanasan dan oksidasi. Vitamin E juga tidak tahan pada asam, sinar

UV, minyak tengik, timah dan besi.

Total fitosterol yang terkandung dalam roti yang difortifikasi mikroemulsi FTT

DALMS adalah sebesar 0,113 mg/100g. Nilai tersebut merupakan jumlah dari

kandungan β-sitosterol sebesar 0,370 mg/100g, Stigmasterol sebesar 2,40 mg/100g,

dan kampesterol sebesar 1,160 mg/100g. Fitosterol relatif stabil terhadap

pemanasan dan cahaya dengan intensitas rendah. Turunnya total fitosterol diduga

karena tingginya suhu yang digunakan pada proses pemanggangan roti serta

penambahan FTT yang sangat sedikit pada fortifikasi roti manis ini. Fitosterol

berperan dalam fungsi sistem imun. Peneliti telah dapat membuktikan aktivitas

langsung bahwa fitosterol memiliki mekanisme melawan sel kanker. Fitosterol juga

telah digunakan sebagai terapi pendukung dalam kondisi kronis dimana respon

peradangan berperan besar dalam kondisi kardiovaskular dan kanker. selain itu

telah dilaporkan bahwa perempuan yang didiagnosa memiliki kanker payudara atau

endometrial memiliki asupan fitosterol lebih rendah dibandingkan perempuan yang

tidak memiliki kanker (Rafia, 2013).

Kadar skualen yang terkandung dalam roti manis adalah 2,262 mg/100g.

rendahnya kadar skulalen pada roti diduga karena tingginya suhu yang digunakan

selama proses pembuatan roti. Skualen dikenal baik memiliki kemampuan

antioksidan, bersama dengan kemampuannya melindungi kulit, memperbaiki sistem

imun, dan mengatur profil lemak, member protensial yang tinggi untuk substansi

alami ini, yang mana tersebar di struktur tubuh, terutama di jaringan epitel, dan di

kulit (Ronco dan Stefanie, 2013).

Page 91: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

75

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mikroemulsi FTT DALMS difortifikasi pada roti manis dengan perlakuan

konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% yang menghasilkan

roti manis perlakuan terbaik yaitu roti manis dengan konsentrasi mikroemulsi

sebanyak 2%. Roti manis perlakuan terbaik memiliki rata-rata nilai kecerahan crust

53,03, kecerahan crumb sebesar 72,43, nilai rata-rata kekuningan crust 20,43,

kekuningan crumb sebesar 25,31, tekstur roti 12,12 N, daya kembang sebesar

422,22%, densitas kamba sebesar 27,66. Roti manis secara sensoris memperoleh

nilai kesukaan untuk warna sebesar 4,60, bau 3,95, keempukan 3,85, tektur 3,80

dan rasa 2,90. Uji organoleptik mutu hedonik memperoleh hasil warna dengan nilai

4,05, bau 3,05, bau menyimpang 3,45, keempukan 3,45, rasa 2,65, rasa

menyimpang 3,2 dan aftertaste 3,85. Roti manis juga diuji secara kimia dan

mengandung kadar air sebesar 29%, kadar abu 1,46%, lemak sebesar 14,74%,

protein sebesar 9,49%, serat sebesar 1,6% dan karbohidrat sebesar 48,25%. Roti

manis juga mengandung senyawa bioaktif yang terdiri dari vitamin E sebesar 0,113

mg/100g, fitosterol sebesar 3,930 mg/100g dan skualen dengan kadar 2,262

mg/100g.

5.2 Saran

a) Perlu dilakukan penelitian mengenai metode untuk meminimalisasi bau dan

rasa yang menyimpang pada roti manis yang difortifikasi mikroemulsi FTT

DALMS

b) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas roti manis yang

difortifikasi dengan mikroemulsi FTT dari DALMS terhadap kesehatan tubuh

manusia

Page 92: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

76

DAFTAR PUSTAKA

Ade, B. I. O., Akinwande, B.A, Bolarinwa, I.F, Adebiyi. A.O . 2009. Evaluation of

Tigernut ( Cyperus esculentus )-Wheat Composite Flour and Bread. African Journal of Food Science. (2):087-091.

Adyas, C.R. 2015. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Industri Roti dan Kue untuk

Memiliki Sertifikat Halal. www.republika.co.id. Diakses 10 mei 2015 Ahmadi, K. G. S.1997. Aktivasi Zeolit Alam dan Penggunaannya untuk

Pemurnian Tokoferol dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Thesis. Program Pascasarjana. UGM. Yogyakarta.

Ahmadi, K.G.S dan Teti Estiasih. 2011. Optimasi Kondisi Kristalisasi pada

Pembuatan Fraksi Kaya Tokotrienol dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Agritech, Vol. 31, No. 3.

Aidos, I, Schelvus,S, Veldnan, M.B, Luten, A.V.D, Padt, R.M. 2003. Chemical and

sensory evaluation of crude oil extracted from Herring by-products from different processing operations.

Akhtar, F dan Berstrom,L. 2011. Colloidal Processing and Thermal Treatment of

Binderless Hierarchically Porous Zeolite 13x Monoliths for CO2. Journal of the American Ceramic Society 94 : 199-205.

Al-Darmaki. N.I.K. 2012. Extraction and Enrichment of Minor Lipid Component

of Palm Fatty Acid Distillate Using Supercritical Carbon Dioxide. Thesis of Chemical Engineering of The University of Birmingham. Birmingham.

Allen, L, Benoist, B.D, Dary, O, Hurrel, L. 2006. Guidelines on Food Fortification

with micronutrients. Switzerland. World Health Organization and Agriculture Organization of The United Nations.

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anderson JW, Allgood LD, Lawrence A. 2000. Cholesterol-Lowering Effects of

Psyllium Intake Adjunctive to Diet Therapy in Men and Women with Hypercholesterolemia: Meta-Analysis of 8 Controlled Trials. Am J Clin Nutr.b; 71:472-479.

Anjali C, Madhusmita D, N Chandrasekaran, Amitava M. 2010. Anti Bacterial

Activity of Sunflower Oil Microemulsion. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science 2 suppl 1.

AOAC. 1990. Official Method of Analysis. Association of Official Analysis

Chemistry. Washington D. C.

Page 93: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

77

Ashtami, N. 2015. Karakteristik Kimia, Fisik, Organoleptik, dan Nilai Gizi Protein Mi Instan Tersubstitusi Tepung Belalang Kayu (Melanoplus cinereus). Skripsi: Universitas Brawijaya

Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta. Awad, A. and Fink, C. 2000. Phytosterols as Anticancer Dietary Components:

Evidence and Mechanism of Action. Journal of Nutrition. Ayustaningwarno, F. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah

pada Industri Pangan. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi 2, 1-11. Bahalwan, F. 2014. 35 Model Roti yang Mudah dan Cantik. Kompas Gramedia.

Jakarta. Basiron Y. 2005. Palm Oil. In: Shahidi F (editor). Bailey’s Industrial Oil and Fat

Products: Ed ke-6 Volume ke-2 Edibel Oil and Fat Products: Edibel Oil. Hoboken. John Wiley & Sons, Inc.

Berger, A, P.J.H. Jones dan S.S Abumweis. 2004. Plant Sterol: Factors Affecting

Their Efficiency and Safety as Functional Food Ingidient. Lipid Health Dis. 3:1-54.

Bhilwade, H.N. 2011. Squalene as Novel Food Factor. Current Pharmaceutical

Biotechnology. 11(8) : 875-880. Bonnie Tay Yen Ping and Mohtar Yusof. 2009. Characteristic and Properties Of

Fatty Acid Distillates from Palm Oil. Oil Palm Bulletin 59 p. 5-11. Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.

Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta. Cauvin,S.P dan Young, L.S. 2000. Bakery Food Manufacture and Quality: Water

Control and Effects. Blackwell Science. Oxford. Clifton, P. 2002. Plant Sterol and Stanol Comparison and Contrasts. Sterol

Versus Stanols in Cholesterol-Lowering: Is There a Different?. Atherosclerosis 3: 5-9.

Clifton, V.L, Hodyl, N.A, Fogarty, P.A, Torpy, D.J, Roberts, R, Nettelbeck, T, Ma, G,

Hetzel, B. 2013. The Impact of Iodine Supplementation and Bread Fortification on Urinary Iodine Concentration in a Midly Iodine Deficient Population of Pregnant Women in South Australia. Nutrition Journal 12:32

Codex Alimentarius Commission. 1994. Food Special Dietary Use (Including

Foods for Infant and Children. Rome.

Page 94: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

78

Desrosier. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljahardjo. UI Press. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Pertumbuhan Areal Kelapa Sawit

Meningkat. http://www.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses 16 maret 2015. Dunford, N.T dan J.W. King. 2000. Phytosterol Enrichment of Rice Bran Oil by a

Supercritical Carbon Dioxide Fractionation Technique. Journal of Food Science 68(8): 1395-1399.

Estiasih, T; Ahmadi, Kgs; Nisa, F.C. 2008. Karakteristik Mikrokapsul Minyak Kaya

Asam Lemak omega-3 dari Hasil Samping Penepungan Lemuru. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan vol xix no 2.

Estiasih, T, Kgs A, Tri D, Jaya M, Ahmad Z, Elok Z, Jhauharotul M, Risma P. 2013.

Bioactive Compounds of Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) from Several Palm Oil Revenery. Advance Journal of Food Science and Technology 5(9) : 1153-1159.

Ethiopian Standards Agency. 2012. Animal and Vegetables Fats and Oil-

Determination of Unsaponifiable Matter- Method Using Hexane Extraction. Ethiopian Standards Agency.

Fauzi, Y, Yustina E.W, Iman S, Rudi H. 2005. Kelapa Sawit: Budidaya,

pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fidyasari, A. 2014. Efek Laktogenik Fraksi Tidak Tersabunkan (FTT) Distilat

Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS). Tesis. Universitas Brawijaya. Malang.

Gilbert, R, M.D. Thompson dan S.M. Gundy. 2005. History and Development of

Plant Sterol and Stanol Esters For Cholesterol-Lowering Purposes. J. Cardiol. 96: 3D-9D.

Gunes, F.E. 2013. Medical Use of Squalene as a Natural Antioxidant. Journal of

Marmara University Institute of Health Sciences Volume: 3, Number: 4. Habib Salam M., Ayed S. Amr, Imad M. Hamadneh. 2012. Nanoencapsulation of

Alpha-Linolenic Acid with Modified Emulsion Diffusion Method. J Am Oil Chem Soc 89: 695-703.

Hadiyanto, Y. 2010. Peran Lemak dalam Produk Bakery. IPB Press. Bogor. Halal Guide. 2008. Ragi/Yeast. http://www.halalguide.info.com. Diakses 9 februari

2015. Harusekwi, S.J, Nyamunda, B.C, Mutonhodza, B. 2014. Development of High

Protein Content Homemade Bread by Nutritional Yeast Fortification for

Page 95: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

79

Disadventage Community. International Journal of Nutrition and Food Sciences 3(3): 194-198

Hebeda, R.E dan Zobel H.F. 2006. Baked Good Freshness. Marcel Dekker Inc.

New York. Hodgson, A.S. 1995. Refining and Bleaching. Dalam: Hui, Y.H. Bailey’s Industrial

Oil and Fat Products, hal 157-212. Fifth edn. John Wiley&Sons Inc. New York

Huang, Z.R, Lin, Y.K, Fang, J.Y. 2009. Biological and Pharmacological Activities

of Squalene and Related Compound: Potential Uses in Cosmetic Dermatology. Review Molecules 14: 540-554

Imai, H., Maeda, T. and Shima, M. 2008. Oxidation of Methyl Linoleate in Oil-in-

Water Micro and Nanoemulsion Systems. Journal American Oil Chemists’ Society 85:809-815.

Indyah. 2008. Memahami Proses Pengolahan Roti. http://www.foodreview.biz.

Diakses 9 Februari 2015. IUPAC. 1993. Standard Methods for the Analysis of Oils, Fats, and Derivates,

International Union of Pure and Applied Chemistry, Consorsium on Oils, Fats, and Derivates. Backwell Scientificts Publication. Oxford.

Jatmika, A. 1998. Aplikasi Enzim Lipase dalam Pengolahan Minyak Sawit dan

Minyak Inti Sawit Untuk Produk Pangan. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 6 (1): 31-37.

Jong, A, J. Plat dan R.P. Mensink. 2003. Metabolic Effects of Plant Sterol and

Stanols. J. Nutr. Biochem. 14: 362-369. Ketaren, S. 2005. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. Kim, O. S. 2005. Radical Scavenging Capacity and Antioxidant Activity of the E

Vitamer Fraction in Rice Bran. J. Food Sci. 70(3):208-213. Kritchevsky D, dan S.C. Chen. 2005. Phytostrerols Health Benefits and Potential

Concern: a Review. Nutr. Res. 25:4130428.

Levenspiel, O. 1972. Chemical Reaction Engineering 2nd

Edition. John Wiley & Sons Inc. New York.

Liu, D, J. Shi, L.R Posada, Y. Kakuda, S.J Xue. 2008. Separating Tocotrienol from

Palm Oil by Molecular Distillation. Food Rev. int., 24(4) : 376-391.

Page 96: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

80

Loganathan, R., K.R. Selvaduray, A. Radhakrishnan and K. Nesaretnam, 2009. Palm Oil Rich in Health Promoting Phytonutrients. Palm Oil Develop., 50: 16-25.

Lopez, H.W., Adam, A., Leenhardt, F., Scalbert, A., Remesy, C., 2001. Control of

the Nutritional Value of Bread. Industries des Cereales 124, 15e20. Lubis, E. 2008. Yang Anda Perlu Tahu Seputar Roti.

http://titanbaking.multiplay.com. Diakses 12 Mei 2015. Mangoensoekarjo, S. dan Semangun. 2005. Manajemen Agobisnis Kelapa Sawit.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Manley, D. 2000. Technology of Biscuits, Crackers and Cookies. Woodhead

Publishing. Cambridge. Mendez, E., Mayra B., Abilio L., and Ezequiel G. 2003. Isolation and

Characterization of A Mixture of Higher Primary Aliphatic Alcohols of High Molecular Weight from Henequen (Agava furcroydes L.) Wax. Revista CENIC Ciencias Quimicas, Vol. 34, No.1.

Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung, CV. Alfabeta.

Mudjajanto, E.S dan Yulianti, L.N. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya.

Depok. Mulyadi, J. Tren Konsumsi Roti Sebagai Makanan Pokok Masyarakat Indonesia.

http://www.bataviase.co.id. Diakses 9 februari 2015. Myers, D. 2006. Surfactant Science and Technology. Third Edition. New Jersey:

John Willey and Sons Inc. Naomi, P, Anna M, M. Lumban, M. Yusuf. 2013. Pembuatan Sabun Lunak dari

Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia 2 vol 19.

Nielsen, M. M. and A. Hansen. 2008. Rapid High-Performance Liquid

Chromatography Determination of Tocopherols and Tocotrienols in Cereals. Cereal Chemistry 85(2):248-251.

O’Brien, R.D. 2009. Fats and oils. Formulating and processing for applications,

3rd ed. CRC press . London Odedeji, J.O, Ojo, A, Arogundade, L.A, Oyeleke, G.O. 2014. Proximate

Compotition and Consumers Acceptability of Bread Produce from Blend of Soy-Cheese and Wheat Flour. Journal of Environmental Science, Toxicology and Food technology 8: 41-44

Page 97: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

81

Ogawa, S, Eric A. Decker, and D. Julian McClements. 2004. Production and Characterization of O/W Emulsions Containing Droplets Stabilized by Lechitin-Chitosan-Pectin Mutilayered Membranes. Journal Agicultural and Food Chemistry 52; 3595-3600.

Ostlund, R.E. 2002. Annual Review of Nutrition Phytosterols in Human

Nutrition. Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah dan Kelapa Sawit. FMIPA USU Press. Medan. Pateh, U.U, Haruna A.K, Garba M, Illiya I, Sule I.M, Abubakar M.S, Ambi A.A. 2009.

Isolation of Stigmasterol, β-sitosterol and 2-hydroxyhexadecanoid Acid Methyl Ester from Rhizomes of Stylochiton Lancifolius. Journal Pharm.Sci. 8(1): 19-25.

Pichot, R. 2010. Stability and Characterisation of Emulsions in the presence of

Colloidal Particles and Surfactants. Thesis : University of Birmingham. Pomeranz, S. Y. and C. E. Meloand. 1994. Food Analysis, Theory and Practice.

The AVI Publishing Company Inc. Wesport Connecticut. Posada, L. R., Shi, J., Kakuda, Y. and Xue, S. J. 2007. Extraction of Tocotrienols

from Palm Fatty Acid Distillates Using Molecular Distillation. Journal of Separation and Purification Technology 57: 220-229.

Potter, N.N dan J.H. Hotchkiss. 1995. Food Sience 5th Edition. Chapman and Hall.

New York. Prawira. 2010. Reaksi Saponifikasi Pada Proses Pembuatan Sabun. Penebar

Swadaya. Jakarta. Puspitasari, R. 2013. Optimasi Saponifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit

(DALMS) pada Separasi Fraksi Tidak Tersabunkan Mengandung Senyawa Bioaktif Multi Komponen. Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.

Rafia, B. 2013. Phytosterols in Human Nutrition. International Journal of Scientific

Research and Reviews : 2(2) 01-10 Rahayu, W.P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan

Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Rizqiyah, L.A. 2015. Mikro dan Nanoemulsifikasi Fraksi Tidak Tersabunkan dari

Distilat Asam Lemak Minyak Sawit yang Mengandung Senyawa Bioaktif Multikomponen. Skripsi: Universitas Brawijaya.

Ronco, A.L, Stefani, E.D. 2013. Squalene: a Multi-Task Link in the Crossroads of

Cancer and Aging. Functional Food in Health and Disease 3(12): 462-467.

Page 98: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

82

Rowe, R.C, Sheskey, P.J dan Quinn M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient. Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association Inc 418-685. Rusono, N., A. Suanri, A. Chandradijaya, A.Muharam, I. Martino, Tejaningsih, P.U.

Hadi, S.H. Susilowati, M.Maulana. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Direktorat Pangan dan Pertanian. Jakarta.

Saloko, S, Yasa, B, dan Handayani. 1997. Pemanfaatan Produk Biji-Bijian

Potensian Untuk Pembuatan Biskuit Protein Tinggi pada Wilayah Pertumbuhan di Kabupaten Lombok Barat. Prosiding Seminar Teknologi Pangan. Yogyakarta.

Sanful, R.E. 2011. Organoleptic and Nutritional Analysis of Taro and Wheat Flour

Composite Bread. World Journal of Dairy & Food Sciences 6 (2): 175-179. Scott, G. 1997. Antioxidant in Science, Technology, Medicine, and Nutrition.

Albion Publishing. Chicester. Setyo, E.M dan Yulianti, L.N. 2004. Membuat Aneka roti. Penebar Swadaya.

Jakarta. SNI (Standar Nasinal Indonesia). 1992. SNI 01-3840-1995 Tentang Mutu Roti.

Standar Nasional Indonesia. Jakarta. Soupas, L. 2006. Oxidative Stability of Phytosterols in Food Models and Foods.

Dissertation of Agriculture and Forestry of The University of Helsinki. Helsinki.

Spanova, M dan G. Daum. 2011. Squalene-Biochemistry, Molucular Biology,

Process Biotechnology, and Applications. European Journal of Lipid Science and Technology 113(11): 1299-1320.

Stanley,P, Cauvin, dan Young, L.S. 2006. Baked Product: Science, Technology,

and Practice. Blackwell Publishing. United Kingdom Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2003. Prosedur Analisis untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Sufi, S.Y. 1999. Kreasi Roti. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sunaryo, E. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-bijian. Fateta IPB. Bogor. Susanto, T dan Widyaningsih, T.D. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Pangan dan Gizi.

Penerbit Akademika. Yogyakarta. Susanto, T dan Yuwono, S.S. 1998. Pengujian Fisik Pangan, Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Page 99: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

83

Sutiah, K., Firdausi, S dan Budi, W. S. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng

Dengan Parameter Viskositas Dan Indeks Bias. Berkala Fisika, 11, 53-58.

Syarief, R dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.

Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Tadros, T,F. 2009. Emulsion Science and Technology. Weinheim. Wiley-VCH

Verlag GmbH and Co. KGaA. Weinheim Tan, C.P dan Nakajima. 2005. β-Carotene Nanodispersions: Preparation,

Characterization and Stability Evaluation. Food Chem. 92,661-671. Tcholakova, S., Denkov, D., Ivanov, I. dan Campbell, B. 2006. Coalescence

Stability of Emulsions Containing Globular Milk Proteins. Advances in Colloid and Interface Science 259–293.

Wahyudi. 2003. Memproduksi Roti. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Wheat Associatees US. 1983. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue. Djambatan.

Jakarta. Wijayanti, Y.R. 2007. Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum) Dengan

Tepung Garut (Maranta arundinaceae L) Pada Pembuatan Roti Tawar. Skripsi: Universitas Gadjahmada.

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Gizi dan Pangan. Gramedia Karya Aksara. Jakarta. Winarno, F. G. 1997. Nutrifikasi Mikronutrien dan Peranan Industri. IPB. Bogor. Whittenton J, Harendra S, Pitchumani R, Mohanty K, Vipulanandan C, Thevananther

S. 2008. Evaluation of Asymmetric Liposomal Nanoparticles for Encapsulation of Polynucleotides. Langmuir. 24: 8533-8540.

Wulyoadi dan Kaseno. 2004. Pemurnian Minyak Goreng Bekas Dengan

Menggunakan Filter Membran. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004. ISSN : 1411-4216. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro,Semarang: 1-7.

Zacchi, P. 2006. Extraction/Fractionation and Deacidification of Wheat Germ Oil

Using Supercritical Carbon Dioxide. Brazilian Journal of Chemical Engineering 23: 105-110.

Zeleny, M. 1982. Multiple Criteria Decision Making. Mc Graw Hill Book Company,

Inc. New York.

Page 100: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

84

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa

1. Analisis kadar asam lemak bebas (Mehlenbacher, 1960)

a. Pengadukan bahan hingga merata dan berada dalam keadaan cair pada

saat diambil.

b. Penimbangan sebanyak 28,2 ± 0,2 g sampel dalam erlenmeyer.

c. Penambahan 50 ml alkohol netral panas dan 2 ml indikator phenolphthalein

(PP) ke dalam erlenmeyer.

d. Titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampaiwarna

merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.

e. Penghitungan kadar asam lemak bebas dengan rumus sebagai berikut.

% asam lemak bebas = ml NaOH x N x BM asam lemak x 100

berat x 1000

2. Analisis bilangan peroksida (metode ferriklorida) (Kim, 2005)

a. Persiapan bahan kimia

- Pembuatan larutan amonium tiosianat dengan cara melarutkan 30

mgamonium tiosianat dalam akuades hingga 100 ml.

- Pembuatan larutan ferro klorida dengan cara melarutkan 0,5 g

BaCl2dalam air deionisasi hingga volume 50 ml kemudian ditambah

ferrosulfat 0,4 g dan diaduk, kemudian ditambah HCl 37% sebanyak 2

ml. Penyaringan barium sulfat yang jernih dengan kertas saring

whatman nomor 1. Penyimpanan filtrat dalam botol gelap dan

pemakaian hanya dalam jangkawaktu 1 minggu.

b. Pembuatan kurva standar Fe

- Pelarutan FeCl3.6H2O sebanyak 0,25 g dalam 25 ml HCl 10 N dan

oksidasi dengan 2 ml H2O2. Penghilangan sisa H2O2

denganmendidihkan larutan.

- Pengenceran larutan menjadi 250 ml dalam HCl 10 N dan digunakan

sebagai stok larutan standar.

Page 101: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

85

- Penambahan larutan standar sebanyak 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0

ml ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan larutan benzena-metanol

70:30 (v/v) sampai volume 10 ml. Penambahan 1 tetes larutan

ammonium tiosianat dan 1 tetes ferroklorida pada larutan.

- Penggojogan larutan dengan vortexselama 5 detik.

- Pembacaan absorbansi pada panjang gelombang 510 nm.

- Pembuatan kurva standar dengan absis absorbansi dan ordinat Fe (μg)

dan pembuatan persamaan regresi liniernya.

c. Persiapan sampel

- Penetesan satu tetes sampel pada tabung reaksi.

- Pelarutan dalam benzena:metanol 70:30 v/v sampai volume 10 ml.

- Penambahan 1 tetes ammonium tiosianat dan 1 tetes ferro klorida.

- Penggojogan dengan vortex selama 5 detik.

- Pemanasan 50°C selama 2 menit.

- Pendinginan pada suhu ruang.

- Pembacaan absorbansi pada panjang gelombang 510 nm.

- Penghitungan banyaknya Fe dalam 10 ml larutan dengan persamaan

regresi linier dari kurva standar.

- Penghitungan bilangan peroksida dalam miliekuivalen/kg minyak

denganpersamaan:

Bilangan peroksida = A x B

C x 55,85

Keterangan:

A = berat Fe per 10 ml (μg)

B = volume larutan awal (ml)

C = berat sampel minyak (g)

3. Analisis bilangan p-anisidin (IUPAC, 1993)

a. Penimbangan sampel seberat 0,5-4,0 g (0,001g)ke dalam labu takar 25 ml,

dilarutkan dan diencerkan sampai tanda tera dengan iso aseton.

b. Pengukuran absorbansi (Ab) larutan lemak tersebut pada panjang

gelombang350 nm dengan spektrofotometer, digunakan sebagai larutan

blanko.

Page 102: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

86

c. Pipet secara tepat 5 ml larutan lemak/minyak dalam tabung reaksi dan 5 ml

pelarut pada tabung reaksi kedua. Pipet 1 ml reagen p-anisidin kemasing-

masing tabung dan gojog.

d. Setelah 10 menit ukur absorbansi (As) dari larutan pada tabung

reaksipertama pada 350 nm, gunakan larutan pada tabung reaksi

keduasebagai blanko.

e. Penghitungan bilangan p-anisidin menggunakan formula sebagai berikut.

Bilangan p-anisidin = 25 x (1,2 As - Ab)

m

Keterangan:

As = nilai absorbansi larutan lemak setelah bereaksi dengan reagen p-

anisidin

Ab = nilai absorbansi larutan lemak

m = berat sampel (g)

4. Analisis kadar tokoferol dan tokotrienol (HPLC) (Nielsen dan Hansen, 2008)

a. Penimbangan sampel sejumlah 5 mg.

b. Penambahan 1 ml etanol lalu disaring.

c. Pemasangan kolom sesuai dengan komponen yang akan dianalisis

d. Persiapan eluent (mobile phase) yang akan digunakan dalam botol(eluent

telah disaring dengan kertas saring 0,45 μm).

e. Pemasangan selang inlet dari unit HPLC ke dalam botol eluent

f. Pengaturan flowrate sesuai yang diinginkan dan hilangkan gelembungyang

terikut dalam selang.

g. Conditioning sampai diperoleh garis dasaryang lurus.

h. Penginjeksian sampel (yang sudah disaring dengan filter 0,45 μm).

i. Pendiaman beberapa saat sampai semua komponen yang akandiinginkan

keluar dalam kromatogram.

j. Pembandingan hasil yang didapat dengan standar yang diinjeksikandengan

volume yang sama dengan volume sampel.

5. Analisis kadar fitosterol (HPLC) (Nielsen dan Hansen, 2008)

a. Penimbangan sampel sejumlah 5 mg.

Page 103: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

87

b. Penambahan 1 ml etanol lalu disaring.

c. Pemasangan kolom sesuai dengan komponen yang akan dianalisis

d. Persiapan eluent (mobile phase) yang akan digunakan dalam botol (eluent

telah disaring dengan kertas saring 0,45 μm).

e. Pemasangan selang inlet dari unit HPLC ke dalam botol eluent

f. Pengaturan flowrate sesuai yang diinginkan dan hilangkan gelembung yang

terikut dalam selang.

g. Conditioning sampai diperoleh garis dasar yang lurus.

h. Penginjeksian sampel (yang sudah disaring dengan filter 0,45 μm).

i. Pendiaman beberapa saat sampai semua komponen yang akan diinginkan

keluar dalam kromatogram.

j. Pembandingan hasil yang didapat dengan standar yang diinjeksikan dengan

volume yang sama dengan volume sampel.

6. Analisiskadar skualen (GC-MS) (Mendez et al., 2003)

a. Penimbangan sampel sejumlah 0,01 gram.

b. Penambahan 100 μl MSTFA.

c. Pemanasan campuran pada suhu 60°C selama 15 menit dalam shaker

waterbath.

d. Persiapan komponen GC-MS sesuai dengan kondisi yang diinginkan(suhu

detektor dan injektor 320°C, ruang ionisasi 250°C, penghubung40°C/menit,

kecepatan gas pembawa He 1 ml/menit dan energi ionisasisebesar 70 eV).

e. Derivatisasi sampel menggunakan MSTFA dan penginjeksian ke sistem GC-

MS.

f. Pendiaman beberapa saat sampai semua komponen yang diinginkankeluar

dalam kromatogram.

g. Pembandingan hasil yang didapat dengan standar yang diinjeksikan dengan

volume yang sama dengan volume sampel.

7. Analisis rendemen (Sudarmadji et al., 2003)

Analisis rendemen fraksi tidak tersabunkan bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar persentase yang dihasilkan.

Page 104: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

88

% rendemen = berat akhir x 100%

berat awal

8. Analisis warna (Yuwono dan Susanto, 1998)

a. Persiapan sampel dengan cara memasukkan sampel ke dalam plastik

transparan.

b. Hidupkan color reader.

c. Penentuantarget pembacaan L* a* b* color space atau L* c* h*.

d. Pengukuran warna.

Keterangan:

L untuk parameter kecerahan, a dan b untuk koordinat kromatisitas, c untuk

kroma, dan h untuk sudut hue (warna).

9. Analisis kadar air metode oven (AOAC, 1990)

a. Penimbangan 1-2 g sampel ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya.

b. Pengeringan sampel ke dalam oven bersuhu 105°C selama 3 jam.

c. Pendinginan dalam desikator, kemudian timbang.

d. Pengeringan diulangi hingga tercapai berat konstan.

e. Penghitungan kadar air menggunakan rumus:

% kadar air = (berat awal-berat setelah pengeringan) x 100%

berat awal

10. Analisis kadar protein (AOAC, 1990)

a. Penimbangan sampel 100 mg (50 ml akuades untuk blanko) dalam labu

kjedahl.

b. Penambahan 0,5 tablet kjedahl dan 15 ml H2SO4 pekat, destruksi dalam

lemari asam dengan suhu 200°-250°C selama 45 menit.

c. Penambahan akuades 4 ml dan 50 ml NaOH 40% ke dalam tablet kjedahl.

d. Penampungan destilat ke dalam erlenmeyer yang telah diisi 15 ml asam

borat 4% dan 3 tetes indikator methyl red.

e. Distilasi selama 3,5 menit dengan distilator.

f. Titrasi distilat dengan 0,02 N HCl sampai berubah warna dari hijau menjadi

ungu.

g. Penghitungan kadar protein dengan rumus berikut.

Page 105: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

89

% N = (ml HCl t. sampel–ml HCl t. blanko) x 0,02 x 14,008 x 100%

berat sampel

% kadar protein = % N x faktor konversi (6,25)

11. Analisis kadar lemak (Sudarmadji dkk, 2003)

a. Penimbangan 5 g sampel yang telah dihaluskan.

b. Pembungkusan sampel dengan kertas saring.

c. Penimbangan berat awal labu soxhlet.

d. Pengisian tabung ekstraksi dengan petroleum eter secukupnya.

e. Pemasangan rangkaian alat distilasi soxhlet dan ekstraksi selama 5 jam.

f. Pengeringan labu soxhlet mengandung ekstrak lemak dan minyak dalam

oven suhu 105°C selama 1 jam.

g. Penimbangan berat akhir labu soxhlet.

h. Penghitungan kadar lemak dengan rumus:

% k. lemak = berat akhir labu soxhlet-berat awal labu soxhlet x 100%

berat sampel

12. Analisis kadar pati (Sudarmadji dkk, 2003)

a. Penimbangan sampel 2-5 g ke dalam erlenmeyer, tambahkan 50 ml

akuades.

b. Pengadukan selama 1 jam dengan shaker.

c. Penyaringan suspensi dengan kertas saring.

d. Pencucian dengan akuades sampai volume filtrat 250 ml.

e. Pencucian sebanyak 5 kali residu pada kertas saring dengan 10 ml eter

(untuk sampel yang mengandung lemak), biarkan menguap dan dilanjutkan

dengan pencucian menggunakan 150 ml alkohol.

f. Pencucian residu dari kertas saring dengan akuades 200 ml ke dalam

erlenmeyer.

g. Penambahan 20 ml HCl 25%, tutup dengan pendingin balik.

h. Pemanasan di atas penangas air mendidih selama 2,5 jam.

i. Penetralan setelah sampel dingin dengan larutan NaOH 45%.

j. Pengenceran hingga volume 500 ml, kemudian saring.

Page 106: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

90

k. Penentuan glukosa dari filtrat yang diperoleh seperti pada penentuan gula

reduksi. Berat glukosa x 0,9 merupakan berat pati.

13. Analisis kadar serat kasar (Sudarmadji dkk, 2003)

a. Penimbangan sampel yang telah dihaluskan sebanyak 2 g dan ekstraksi

lemaknya.

b. Penambahan 200 ml larutan H2SO4 0,255 N mendidih pada sampel di

erlenmeyer, tutup dengan pendingin balik.

c. Pemanasan di atas penangas air mendidih selama 30 menit.

d. Penyaringan suspensi dengan kertas saring dan pencucian residu yang

tertinggal dengan akuades mendidih. Pencucian dengan akuades mendidih

terus dilakukan hingga tidak asam lagi (uji dengan kertas lakmus).

e. Pencucian residu dengan 200 ml larutan NaOH 0,313 N mendidih di

erlenmyer, tutup dengan pendingin balik.

f. Pemanasan di atas penangas air mendidih selama 30 menit.

g. Penyaringan dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya sambil

pencucian dengan larutan K2SO4 10%.

h. Pencucian kembali dengan akuades mendidih dan 15 ml alkohol 95%.

i. Pengeringan kertas saring dalam oven suhu 105°C sampai berat konstan.

j. Pendinginan dalam desikator dan penimbangan kertas saring. Berat kertas

saring = berat serat kasar.

14. Analisis kadar abu (AOAC, 1990)

a. Penimbangan 2-3 g sampel ke dalam cawan porselin.

b. Pemijaran sampel di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi.

c. Pengabuan di dalam muffle furnace pada suhu maksimum 550°C selama 4-6

jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih.

d. Pendinginan dalam desikator, kemudian timbang.

e. Pengeringan diulangi hingga tercapai berat konstan.

f. Penghitungan kadar abu menggunakan rumus:

% abu = berat abu x 100%

berat sampel

Page 107: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

91

15. Analisis tekstur (tensile strength) (Yuwon dan Susanto, 1998)

a. Persiapan sampel.

b. Pemasangan sampel pada alat tensile strength.

c. Pengoperasian mesin melalui komputer sehingga sampel tertekan.

d. Pembacaan nilai pada komputer.

16. Analisis daya kembang (Yuwono dan Susanto, 1998)

a. Penambahan gula pasir ke dalam wadah A hingga penuh.

b. Perataan gula pasir hingga rata dengan permukaan wadah.

c. Penuangan gula pasir ke wadah B hingga tersisa seperlimanya.

d. Peletakan sampel awal pada wadah A, isi dengan gula pasir dari wadah B.

e. Perataan gula pasir hingga rata dengan permukaan wadah.

f. Pencampuran sisa gula pasir dengan yang ada di wadah B.

g. Pengukuran volume gula pasir di wadah B dengan gelas ukur. Hal ini

merupakan volume awal dari sampel.

h. Pemanggangan sampel sesuai prosedur pembuatan sampel.

i. Pengukuran volume akhir sampel sesuai langkah a sampai g.

j. Penghitungan daya kembang dengan rumus:

Daya kembang = volume akhir – volume awal x 100%

volume awal

17. Analisis densitas kamba (Yuwono dan Susanto, 1998)

a. Penambahan gula pasir ke dalam wadah A hingga penuh.

b. Perataan gula pasir hingga rata dengan permukaan wadah.

c. Penuangan gula pasir ke wadah B hingga tersisa seperlimanya.

d. Peletakan sampel pada wadah A, isi dengan gula pasir dari wadah B.

e. Perataan gula pasir hingga rata dengan permukaan wadah.

f. Pencampuran sisa gula pasir dengan yang ada di wadah B.

g. Pengukuran volume gula pasir di wadah B dengan gelas ukur.

h. Penghitungan densitas kamba dengan rumus:

Densitas kamba = volume sampel (gula pasir di wadah B)

berat sampel

Page 108: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

92

18. Penentuan Perlakuan Terbaik (Zeleny, 1982)

1. Penentuan nilai ideal pada masing

Nilai ideal adalah nilai yang sesuai dengan pengharapan, yaitu

maksimal atau minimal dari suatu parameter.Untuk parameter dengan

rerata semakin tinggisemakin baik, maka nilai terendah sebagai nilai

terburuk dan nilai tertinggisebagai nilai terbaik. Sebaliknya untuk parameter

dengan rerata semakin rendahsemakin baik, maka nilai tertinggi sebagai

nilai terburuk dan nilai terendahsebagai nilai terbaik.

2. Penghitungan derajat kerapatan (d*i)

Derajat kerapatan dihitungberdasarkan nilai ideal untuk masing-masing

parameter.

Jika nilai ideal (d*i) minimal, maka:

d*i = nilai kenyataan yang mendekati ideal

nilai ideal dari masing-masing alternatif

Jika nilai ideal (d*i) maksimal, maka:

d*i = nilai ideal dari masing-masing alternatif

nilai kenyataan yang mendekati ideal

3. Penghitungan jarak kerapatan (Lp)

Dengan asumsi semua parameter penting, jarak kerapatan dihitung

berdasarkan jumlah parameter = 1/jumlah parameter.

L1 adalah menjumlahkan derajat kerapatan dari semua parameter pada

masing-masingperlakuan. Hasil penjumlahan dikurangi 1.

n L1 = (λk) = 1 – ∑E (λL1 + d*i) i =1

L2 = (λk) = [∑i2(1 + d*i)2]

L∞ = maks [λi(1 – d*i)]

4. Pemilihan perlakuan terbaik

Perlakuan terbaik dipilih dari perlakuan ulang yang mempunyai nilai

L1,L2,dan L∞ minimal.

Page 109: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

93

19. Lembar uji organoleptik

Lembar Uji Organoleptik Tahap 2

Uji Hedonik (Tingkat kesukaan)

Tanggal :

Nama :

Jenis Produk : Roti

Instruksi : Di hadapan anda terdapat produk roti, anda diminta untuk memberikan

penilaian terhadap parameter yang disediakan (warna, bau, keempukan,

dan rasa) sesuai dengan tingkat kesukaan anda. Pernyataan yang objektif

sangat membantu saya. Hasil penilaian anda dinyatakan dengan angka

dengan ketentuan sebagai berikut.

6: sangat menyukai 5: menyukai 4: agak menyukai

3: agak tidak menyukai 2: tidak menyukai 1: sangat tidak menyukai

Sampel Warna Bau Keempukan Rasa Tekstur

471

983

612

139

527

Komentar/Saran:

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan anda

Page 110: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

94

Lembar Kuisoner Uji Organoleptik Tahap 1

(Uji Mutu Hedonik)

Tanggal :

Nama :

Jenis Produk : Roti Manis

Instruksi : Cicipi sampel dari kiri ke kanan, kunyah dan diamkan 3-5 detik di mulut.

Gunakan selalu palate cleanser sebelum dan sesudah mencicipi antar

sampel. Nyatakan penilaian anda dengan tanda centang (√) pada

pernyataan yang sesuai dengan penilaian anda.

Warna

471

983

612

139

527

Sangat kuning

Kuning

Agak kuning

Tidak kuning

Sangat tidak kuning

Bau

471

983

612

139

527

Sangat tidak bau

Tidak bau

Agak bau

Bau

Page 111: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

95

Sangat bau

Bau menyimpang

471

983

612

139

527

Sangat kuat

Kuat

Agak kuat

Tidak kuat

Tidak ada

Keempukan

471

983

612

139

527

Sangat empuk

Empuk

Agak empuk

Tidak empuk

Sangat tidak empuk

Rasa

471

983

612

139

527

Sangat enak

Enak

Agak enak

Page 112: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

96

Tidak enak

Sangat tidak enak

Rasa Menyimpang

471

983

612

139

527

Sangat kuat

Kuat

Agak kuat

Tidak kuat

Tidak ada

After Taste

471

983

612

139

527

Sangat kuat

Kuat

Agak Kuat

Tidak Kuat

Tidak ada

Page 113: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

97

Lampiran 2. Perhitungan Asam Lemak Bebas, Bilangan Peroksida, Bilangan

Anisidin DALMS dan FTT

1. Kadar Asam Lemak Bebas a. DALMS

Ulangan Berat Sampel

(g)

N NaOH BM

Minyak

Volume

NaOH (ml)

ALB

(%)

Rata-Rata

(%)

I 0,5083 0,1 256 16,1 81,09 70,74

II 0,5002 0,1 256 11,8 60,39

Ulangan I

% asam lemak bebas= 16,1 x 0,1 x 256 x 100%

0,5083 x 1000

= 81,09%

Ulangan II

% asam lemak bebas = 11,8 x 0,1 x 256 x 100%

0,5002 x 1000

= 60,39%

b. FTT

Ulangan Berat Sampel

(g)

N NaOH BM

Minyak

Volume

NaOH (ml)

ALB

(%)

Rata-Rata

(%)

I 0,5035 0,1 256 0,7 3,56 3,56

II 0,5028 0,1 256 0,7 3,56

Ulangan I

% asam lemak bebas = 0,7 x 0,1 x 256 x 100%

0,5035 x 1000

= 3,56%

Ulangan II

% asam lemak bebas = 0,7 x 0,1 x 256 x 100%

0,5028 x 1000

= 3,56%

Page 114: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

98

2. Bilangan Peroksida

a. DALMS

Ulangan Berat

Sampel (g)

Absorbansi Berat

Fe (µg)

B. Peroksida

(mek/kg)

Rata-Rata

I 0,1053 0,886 6,22 5,29 4,24

II 0,1116 0,594 3,97 3,19

Ulangan I

Bilangan peroksida = 6,22 x 5

0,1053 x 55,85

= 5,29 mek/kg

Ulangan II

Bilangan peroksida = 3,97 x 5

0,1116 x 55,85

= 3,19 mek/kg

b. FTT

Ulangan Berat

Sampel (g)

Absorbansi Berat

Fe (ug)

B. Peroksida

(mek/kg)

Rata-Rata

I 0,12 0,437 2,27 2,06 2,81

II 0,1002 0,596 3,99 3,56

Ulangan I

Bilangan peroksida = 2,77 x 5

0,12 x 55,85

=2,06 mek/kg

Ulangan II

Bilangan peroksida = 3,99 x 5

0,1002 x 55,85

= 3,56 mek/kg

Page 115: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

99

3. Bilangan P-Anisidin

a. DALMS

Ulangan Berat Sampel (g) Ab (nm) As (nm) B. P-Anisidin Rata-Rata (%)

I 0,1075 0,614 0,520 2,32 2,79

II 0,1074 0,592 0,506 3,26

Ulangan I

Bilangan p-anisidin = 25 x (1,2 x 0,520 – 0,614)

0,1075

= 2,32

Ulangan II

Bilangan p-anisidin = 25 x (1,2 x (0,505 – 0,592)

0,1074

= 3,26

b. FTT

Ulangan Berat Sampel (g) Ab (nm) As (nm) B. P-Anisidin Rata-Rata (%)

I 0,1055 0,598 0,506 2,18 2,32

II 0,1055 0,526 0,447 2,46

Ulangan I

Bilangan p-anisidin = 25 x (1,2 x (0,506 – 0,598)

0,1055

= 2,18

Ulangan II

Bilangan p-anisidin = 25 x (1,2 x 0,447 – 0,526)

0,1055

= 2,46

Page 116: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

100

Lampiran 3. Analisis Ragam Nilai L (Kecerahan) Crust

Tabel Nilai L Crust

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 43,8 49,3 67,3 53,46

2 41,4 47,4 66,2 51,66

3 40,6 40,0 59,0 46,63

Rata-Rata 50,58

F2 1 50,4 40,4 61,9 50,90

2 54,7 39,6 65,2 53,16

3 63,1 38,3 63,7 55,03

Rata-Rata 53,03

F3 1 50,7 43,1 56,3 50,03

2 63,3 38,7 64,6 55,53

3 63,7 41,1 59,5 54,76

Rata-Rata 53,44

F4 1 54,1 48,1 63,7 55,53

2 54,6 48,0 62,2 54,93

3 43,1 44,6 67,3 51,60

Rata-Rata 53,94

F5 1 51,8 43,2 66,0 53,66

2 48,3 54,1 63,7 53,36

3 60,9 47,6 71,4 59,96

Rata-Rata 56,33

## Analysis of Variance Table ## ## Response: L.Luar ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 50.735 12.6838 1.5677 0.2567> 0,05 ## Residuals 10 80.908 8.0908

Tidak Beda

Nyata

Page 117: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

101

Lampiran 4. Analisis Ragam Nilai L (Kecerahan) Crumb

Tabel Nilai L Crumb

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 68,7 69,4 69,6 69.23

2 75,1 75,8 76,1 75.66

3 70,4 71,8 70,4 70.86

Rata-Rata 71,92

F2 1 72,1 70,6 71,9 71.53

2 71,6 71,9 73,5 72.33

3 71,9 73,4 75,0 73.43

Rata-Rata 72,43

F3 1 72,1 72,3 72,9 72.43

2 68,9 71,0 70,6 70.16

3 68,9 71,0 70,6 75.6

Rata-Rata 72,73

F4 1 75,4 75,2 76,2 75.6

2 74,0 72,8 74,2 73.66

3 72,6 71,7 71,4 71.9

Rata-Rata 73,72

F5 1 74,2 74,5 73,0 73.9

2 76,0 74,8 76,2 75.66

3 72,6 72,3 71,5 72.13

Rata-Rata 73,89

## Analysis of Variance Table ## ## Response: L.Dalam ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 8.625 2.1563 0.4132 0.7955>0,05 ## Residuals 10 52.180 5.2180

Tidak Beda

Nyata

Page 118: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

102

Lampiran 5. Analisis Ragam Nilai B (Kekuningan) Crust

Tabel Nilai B Crust

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 22,6 13,7 25,8 20.7

2 23,0 14,6 23,4 20.3

3 11,2 15,4 24,6 17.06

Rata-Rata 19,36

F2 1 16,9 15,9 22,2 18.33

2 14,1 17,2 30,3 20.53

3 27,1 16,0 24,2 22.43

Rata-Rata 20,43

F3 1 29,4 10,0 22,0 20.46

2 29,7 4,8 29,5 21.2

3 29,3 9,5 24,5 21.1

Rata-Rata 20,92

F4 1 11,6 13,7 28,8 18.03

2 8,7 12,3 25,0 15.33

3 69,7 5,8 18,3 31.26

Rata-Rata 21,54

F5 1 15,5 8,1 27,3 16.96

2 24,0 2,9 28,1 18.33

3 25,3 3,0 27,4 55.7

Rata-Rata 30,33

## Analysis of Variance Table ## ## Response: b.Luar ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 236.32 59.08 0.5235 0.7211>0,05 ## Residuals 10 1128.53 112.85

Tidak Beda

Nyata

Page 119: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

103

Lampiran 6. Analisis Ragam Nilai B (Kekuningan) Crumb

Tabel Nilai B Crumb

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 22,9 23,1 23,5 23,15

2 24,3 25,2 24,4 24,63

3 21,8 21,5 22,6 21,96

Rata-Rata 23,25

F2 1 24,9 23,4 23,5 23,93

2 23,4 24,8 26,0 24,73

3 28,3 26,9 26,6 27,26

Rata-Rata 25,31

F3 1 26,1 27,3 26,7 26,70

2 23,3 25,0 23,2 23,83

3 27,2 27,9 26,4 27,16

Rata-Rata 25,89

F4 1 25,3 25,3 27,4 26,0

2 27,4 25,7 26,7 26,6

3 30,2 29,0 28,7 29,3

Rata-Rata 27,3

F5 1 28,9 28,7 29,7 29,1

2 26,2 29,0 27,1 27,43

3 28,8 26,7 29,0 28,16

Rata-Rata 28,23

## Analysis of Variance Table ## ## Response: b.Dalam ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 44.205 11.0513 4.6598 0.02208 * ## Residuals 10 23.716 2.3716 ## --- ## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

Page 120: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

104

## ## Study: nilaibd ~ "Perlakuan" ## ## Duncan's new multiple range test ## for b.Dalam ## ## Mean Square Error: 2.3716 ## ## Perlakuan, means ## ## b.Dalam std r Min Max ## F1 23.24667 1.3376223 3 21.96 24.63 ## F2 25.30667 1.7382846 3 23.93 27.26 ## F3 25.89667 1.8045036 3 23.83 27.16 ## F4 27.30000 1.7578396 3 26.00 29.30 ## F5 28.23000 0.8371977 3 27.43 29.10 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 10 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5 ## 2.801672 2.927722 3.001919 3.049381 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F5 28.23 ## a F4 27.3 ## ab F3 25.9 ## ab F2 25.31 ## b F1 23.25

Page 121: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

105

Lampiran 7. Analisis Ragam Nilai Kemerahan (a+) Crust

Tabel Nilai A Crust

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 18,6 26,0 28,9 24,50

2 14,1 15,8 6,5 12,13

3 9,6 8,9 22,2 13,56

Rata-Rata 16,73

F2 1 30,4 17,2 22,4 23,33

2 22,1 10,0 16,6 16,23

3 20,9 24,6 16,1 20,53

Rata-Rata 20,03

F3 1 24,6 29,8 13,9 22,76

2 13,6 20,4 23,1 19,03

3 19,4 11,9 16,4 16,00

Rata-Rata 19,26

F4 1 18,0 14,8 1,3 11,36

2 10,0 13,6 16,6 13,40

3 15,3 23,1 23,4 20,60

Rata-Rata 15,12

F5 1 23,3 25,3 23,6 20,73

2 24,4 19,3 19,9 21,10

3 19,4 17,1 22,6 19,70

Rata-Rata 20,51

## Analysis of Variance Table ## ## Response: a.Luar ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 64.133 16.033 0.8516 0.5243 ## Residuals 10 188.271 18.827

Page 122: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

106

Lampiran 8. Analisis Ragam Nilai Kehijauan (a-) Crumb

Tabel Nilai L Crumb

Perlakuan Ulangan Sub Sampling Rata-Rata

I II III

F1 1 1,7 1,7 1,7 1,70

2 1,1 1,3 1,5 1,30

3 2,2 2,2 2,0 2,13

Rata-Rata 1,71

F2 1 1,8 2,0 2,0 1,93

2 1,7 1,7 1,7 1,70

3 0,7 1,4 1,5 1,20

Rata-Rata 1,61

F3 1 2,1 1,8 1,7 1,86

2 2,1 0,2 2,6 1,63

3 0,7 1,0 0,7 0,80

Rata-Rata 1,43

F4 1 1,8 1,4 1,3 1,50

2 1,7 2,2 1,7 1,86

3 1,4 1,5 1,5 1,46

Rata-Rata 1,61

F5 1 1,7 1,7 1,7 1,70

2 1,2 1,0 1,7 1,30

3 1,9 1,9 1,6 1,80

Rata-Rata 1,60

## Analysis of Variance Table ## ## Response: a.Dalam ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 0.12231 0.030577 0.2063 0.9291 ## Residuals 10 1.48207 0.148207

Page 123: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

107

Lampiran 9. Perhitungan Derajat Hue Crust dan Crumb

Crust

Sampel a1 a2 a3 Rerata a b1 b2 b3 Rerata b b²/a² *H

F1 24.5 12.13 13.56 16.73 20.7 20.3 17.06 19.35 1.3382 53.2302

F2 23.33 16.23 20.53 20.03 18.33 20.53 22.43 20.43 1.04034 46.1326

F3 22.76 19.03 16 19.26 20.46 21.2 21.1 20.92 1.1794 49.7057

F4 11.36 13.4 20.6 15.12 18.03 15.33 31.26 21.54 2.02949 63.769

F5 20.73 21.1 19.7 20.51 16.96 18.33 55.7 30.33 2.18682 65.4261

Crumb Sampel a1 a2 a3 Rerata a b1 b2 b3 Rerata b b²/a² *H

F1 -1.7 -1.3 -2.13 -1.71 23.15 24.63 21.96 23.25 184.812 89.69

F2 -1.93 -1.7 -1.2 -1.61 23.93 24.73 27.26 25.31 247.069 89.7681

F3 -1.86 -1.63 -0.8 -1.43 26.7 23.83 27.16 25.90 327.956 89.8253

F4 -1.5 -1.86 -1.46 -1.61 26 26.6 29.3 27.30 288.718 89.8016

F5 -1.7 -1.3 -1.8 -1.60 29.1 27.43 28.16 28.23 311.302 89.8159

Page 124: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

108

Lampiran 10. Analisis Ragam Daya Kembang

Tabel Daya Kembang

Perlakuan Ulangan Daya Kembang Rata-Rata

F1 1 445.45 436,48

2 340

3 525

F2 1 380 422,22

2 600

3 285,7

F3 1 660 342,18

2 212,9

3 154,54

F4 1 312,5 275,07

2 170,6

3 342,10

F5 1 123,5 167,17

2 240

3 120

## Analysis of Variance Table ## ## Response: Daya.Kembang ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 146376 36594 1.3938 0.3044>0,05 ## Residuals 10 262544 26254

Tidak Beda

Nyata

Page 125: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

109

Lampiran 11. Analisis Ragam Densitas Kamba

Tabel Densitas Kamba

Perlakuan Ulangan Densitas Kamba Rata-Rata

F1 1 24,42 24,25

2 25,34

3 23,00

F2 1 28,01 27,66

2 27,37

3 27,61

F3 1 25,75 29,92

2 29,02

3 35,00

F4 1 33,45 32,98

2 31,15

3 34,36

F5 1 36,92 39,82

2 40,05

3 42,49

## Analysis of Variance Table ## ## Response: Densitas.Kamba ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 418.57 104.643 15.375 0.0002836 *** ## Residuals 10 68.06 6.806 ## --- ## Signif. codes: 0 '***' 0.001 '**' 0.01 '*' 0.05 '.' 0.1 ' ' 1

## ## Study: dka ~ "Perlakuan" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Densitas.Kamba ## ## Mean Square Error: 6.805967 ##

Page 126: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

110

## Perlakuan, means ## ## Densitas.Kamba std r Min Max ## F1 24.25333 1.1788695 3 23.00 25.34 ## F2 29.92333 4.6906965 3 25.75 35.00 ## F3 27.66333 0.3233162 3 27.37 28.01 ## F4 32.98667 1.6543982 3 31.15 34.36 ## F5 39.82000 2.7921139 3 36.92 42.49 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 10 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5 ## 4.746151 4.959684 5.085376 5.165780 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F5 39.82 ## b F4 32.99 ## bc F2 29.92 ## cd F3 27.66 ## d F1 24.25

Page 127: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

111

Lampiran 12. Analisis Ragam Tekstur

Tabel Tekstur

Perlakuan Ulangan Sub Sampling (N) Rata-Rata (N)

I II

M1 1 7,1 5,1 6,1

2 11,0 24,0 17,5

3 5,9 5,7 5,8

Rata-Rata 9,8

M2 1 12,8 10,4 11,6

2 6,5 19,5 13,0

3 15,4 8,1 11,75

Rata-Rata 12,11

M3 1 24,2 21,2 22,6

2 14,2 19,4 16,8

3 4 4,5 4,25

Rata-Rata

M4 1 9,9 14,1 12,0

2 17,1 27,8 22,45

3 9,2 10,5 9,85

Rata-Rata 17,76

M5 1 7,1 10,1 8,6

2 12,9 13,6 13,25

3 26,4 26,7 26,55

Rata-Rata 16,13

## Analysis of Variance Table ## ## Response: Tekstur ## Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) ## Perlakuan 4 75.62 18.905 0.3562 0.8341>0,05 ## Residuals 10 530.67 53.067

Tidak Beda

Nyata

Page 128: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

112

Lampiran 13. Analisis Ragam Warna Metode Hedonik

Tabel Warna Metode Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 6 5 5 5 5

Firda Amrilia H 5 5 4 5 3

Pepy Suhartini 5 5 4 5 4

Khanza Jasmine 5 5 4 5 4

Ghani Rasyid N 5 5 5 5 5

Nur Kaifah A 5 5 5 5 5

Lanny Ariani 4 3 2 3 5

Sabrina Junianta 5 4 5 5 4

Yogan Surya Tirta 5 5 4 4 2

Yuwan Febi 4 5 3 4 2

Rifqi Prasetyo 4 4 5 3 3

Ainun Azizi 5 6 4 5 5

Firda Yunirma 2 5 3 2 3

Atiqa N. 4 5 2 3 3

Budi S. 3 2 3 3 2

Dita Pratiwi 5 5 5 5 5

Iffat Fairuz 5 4 4 4 3

Ani Nurina L. 5 4 4 5 4

Yosua 6 4 5 5 3

Khairunnisa 6 6 5 5 5

Jumlah 94 92 83 86 75

Rata-Rata 4,7 4,6 4,15 4,3 3,75

Page 129: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

113

Skala Kesukaan

x Frekuensi ∑f ∑fx ∑f(x2)

P1 P2 P3 P4 P5

6 3 2 0 3 0 0 5 15 45

5 2 11 7 11 12 8 49 98 196

4 1 5 4 4 3 8 24 24 24

3 -1 1 6 1 4 3 15 -15 15

2 -2 1 3 1 1 1 7 -14 28

1 -3 0 0 0 0 0 0 0 0

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 32 12 34 23 21 122

∑ƒx2 308

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.60 0.60 1.70 1.15 1.05

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket

. 5%

Perlakuan 4 15.86 3.97 2.63 2.47 bn

Galat 95 143.30 1.51

Total 99 159.16

## Study: hw ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Hedonik.Warna## ## Mean Square Error: 0.9631579 ## ## Sampel, means ## ## Hedonik.Warna std r Min Max ## F1 4.70 0.9787210 20 2 6 ## F2 4.60 0.9403247 20 2 6 ## F3 4.15 0.8750940 20 2 5 ## F4 4.30 0.9787210 20 2 5 ## F5 3.75 1.1180340 20 2 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5 ## 0.6161184 0.6483603 0.6697573 0.6854236 ##

Page 130: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

114

## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.7 ## a F2 4.6 ## ab F4 4.3 ## ab F3 4.15 ## b F5 3.75

Page 131: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

115

Lampiran 14. Analisis Ragam Bau Metode Hedonik

Tabel Bau Metode Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 6 6 6 6 6

Firda Amrilia H 4 4 4 3 3

Pepy Suhartini 5 4 4 5 4

Khanza Jasmine 4 3 3 3 3

Ghani Rasyid N 4 3 4 3 3

Nur Kaifah A 4 3 3 4 3

Lanny Ariani 3 4 5 4 6

Sabrina Junianta 4 3 4 3 2

Yogan Surya Tirta 4 5 4 5 3

Yuwan Febi 5 5 5 5 5

Rifqi Prasetyo 5 5 5 4 4

Ainun Azizi 5 3 5 5 3

Firda Yunirma 4 5 3 1 2

Atiqa N. 5 1 5 3 3

Budi S. 4 5 4 4 4

Dita Pratiwi 5 5 4 4 4

Iffat Fairuz 5 3 4 3 3

Ani Nurina L. 5 5 4 4 4

Yosua 5 2 3 4 4

Khairunnisa 5 5 4 5 2

Jumlah 91 79 83 78 71

Rata-Rata 4,55 3,95 4,15 3,9 3,55

Page 132: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

116

Skala Kesukaan

x Frekuensi ∑f ∑fx ∑f(x2)

P2 P5 P1 P4 P3

6 3 1 2 1 1 1 6 18 54

5 2 8 1 10 5 5 29 58 116

4 1 3 6 8 7 10 34 34 34

3 -1 6 8 1 6 4 25 -25 25

2 -2 1 3 0 0 0 4 -8 16

1 -3 1 0 0 1 0 2 -6 18

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 16 6 30 14 19 85

∑ƒx2 263

rerata ∑ƒx/∑ƒ

0.80 0.30 1.50 0.70 0.95

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 15.20 3.80 2.06 2.47 tbn

Galat 95 175.55 1.85

Total 99 190.75

Page 133: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

117

Lampiran 15. Analisis Ragam Keempukan Metode Hedonik

Tabel Keempukan Metode Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 4 5 4 5

Firda Amrilia H 3 4 1 2 2

Pepy Suhartini 4 2 3 5 2

Khanza Jasmine 2 3 2 3 3

Ghani Rasyid N 5 6 5 5 5

Nur Kaifah A 5 5 5 5 5

Lanny Ariani 1 6 4 5 3

Sabrina Junianta 4 4 4 4 4

Yogan Surya Tirta 3 3 2 4 1

Yuwan Febi 4 5 3 4 3

Rifqi Prasetyo 5 5 5 5 6

Ainun Azizi 4 4 4 5 3

Firda Yunirma 2 4 2 1 1

Atiqa N. 3 2 4 3 2

Budi S. 2 2 2 2 2

Dita Pratiwi 4 4 3 4 3

Iffat Fairuz 4 4 4 5 2

Ani Nurina L. 4 2 4 5 1

Yosua 2 4 5 2 4

Khairunnisa 5 4 4 5 4

Jumlah 71 77 71 78 61

Rata-Rata 3,55 3,85 3,55 3,9 3,05

Page 134: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

118

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) P2 P5 P1 P4 P3

6 3 2 1 0 0 0 3 9 27

5 2 3 3 5 9 5 25 50 100

4 1 9 3 7 5 6 30 30 30

3 -1 2 5 3 2 3 15 -15 15

2 -2 4 5 4 3 4 20 -40 80

1 -3 0 3 1 1 1 6 -18 54

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 19 99

∑ƒx 19 -2 11 18 10 56

∑ƒx2 306

rerata ∑ƒx/∑ƒ

0.95 -

0.10 0.55 0.90 0.53

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 13.82 3.46 1.26 2.47 tbn

Galat 95 260.50 2.74

Total 99 274.32

Page 135: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

119

Lampiran 16. Analisis Ragam Tekstur Metode Hedonik

Tabel Tekstur Metode Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 6 3 4 4 5

Firda Amrilia H 4 4 4 4 2

Pepy Suhartini 4 2 3 5 1

Khanza Jasmine 3 3 2 2 3

Ghani Rasyid N 5 5 4 4 4

Nur Kaifah A 4 4 4 4 4

Lanny Ariani 3 3 1 5 6

Sabrina Junianta 4 4 4 4 4

Yogan Surya Tirta 3 4 2 4 2

Yuwan Febi 4 5 3 3 3

Rifqi Prasetyo 5 5 3 5 5

Ainun Azizi 5 4 6 6 5

Firda Yunirma 2 5 3 2 2

Atiqa N. 5 2 3 2 2

Budi S. 2 3 3 3 2

Dita Pratiwi 4 4 3 4 3

Iffat Fairuz 4 4 5 4 2

Ani Nurina L. 4 2 4 5 2

Yosua 5 5 5 5 3

Khairunnisa 5 5 4 4 4

Jumlah 81 76 70 79 64

Rata-Rata 4,05 3,8 3,5 3,95 3,2

Page 136: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

120

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

6 3 1 0 1 1 1 4 12 36

5 2 6 6 2 5 3 22 44 88

4 1 8 7 7 9 4 35 35 35

3 -1 3 4 7 2 4 20 -20 20

2 -2 2 3 2 3 7 17 -34 68

1 -3 0 0 1 0 1 2 -6 18

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 20 15 4 17 6 62

∑ƒx2 265

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.00 0.75 0.20 0.85 0.30

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 9.86 2.47 1.08 2.47 tbn

Galat 95 216.70 2.28

Total 99 226.56

Page 137: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

121

Lampiran 17. Analisis Ragam Rasa Metode Hedonik

Tabel Rasa Metode Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 6 2 3 3 2

Firda Amrilia H 5 3 4 3 1

Pepy Suhartini 4 3 4 5 2

Khanza Jasmine 4 4 2 3 4

Ghani Rasyid N 4 2 3 2 2

Nur Kaifah A 5 1 1 4 2

Lanny Ariani 4 2 4 5 2

Sabrina Junianta 5 2 4 3 2

Yogan Surya Tirta 5 6 4 5 3

Yuwan Febi 5 5 4 4 3

Rifqi Prasetyo 5 2 4 3 2

Ainun Azizi 5 4 6 5 5

Firda Yunirma 5 3 3 2 2

Atiqa N. 6 2 5 4 3

Budi S. 5 1 4 3 1

Dita Pratiwi 5 4 4 4 3

Iffat Fairuz 5 3 4 4 2

Ani Nurina L. 5 3 3 3 2

Yosua 6 3 3 4 5

Khairunnisa 4 3 3 3 3

Jumlah 98 58 72 72 51

Rata-Rata 4,9 2,9 3,6 3,6 2,55

Page 138: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

122

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

6 3 3 1 1 0 0 5 15 45

5 2 12 1 1 4 2 20 40 80

4 1 5 3 10 6 1 25 25 25

3 -1 0 7 6 8 5 26 -26 26

2 -2 0 6 1 2 10 19 -38 76

1 -3 0 2 1 0 2 5 -15 45

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 38 -5 6 3 -6 36

∑ƒx2 297

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.90 -0.25 0.30 0.15 -

0.30

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 64.54 16.14 6.98 2.47 bn

Galat 95 219.50 2.31

Total 99 284.04

## Study: hr ~ "Sampel” ## ## Duncan's new multiple range test ## for Hedonik.Rasa ## ## Mean Square Error: 1.033158 ## ## Sampel, means ## ## Hedonik.Rasa std r Min Max ## F1 4.90 0.6407233 20 4 6 ## F2 2.90 1.2523662 20 1 6 ## F3 3.60 1.0462967 20 1 6 ## F4 3.60 0.9403247 20 2 5 ## F5 2.55 1.0990426 20 1 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5

Page 139: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

123

## 0.6381147 0.6715077 0.6936687 0.7098942 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.9 ## b F3 3.6 ## b F4 3.6 ## c F2 2.9 ## c F5 2.55

Page 140: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

124

Lampiran 18. Analisis Ragam Warna Mutu Hedonik

Tabel Warna MutuHedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 5 5 5 5

Firda Amrilia H 4 3 3 3 3

Pepy Suhartini 4 4 4 4 3

Khanza Jasmine 4 4 3 4 4

Ghani Rasyid N 4 4 4 4 4

Nur Kaifah A 4 4 4 4 4

Lanny Ariani 3 3 3 4 5

Sabrina Junianta 4 4 3 3 4

Yogan Surya Tirta 4 5 3 3 1

Yuwan Febi 3 5 3 4 2

Rifqi Prasetyo 4 4 4 3 4

Ainun Azizi 4 5 4 4 4

Firda Yunirma 2 4 1 3 2

Atiqa N. 5 4 3 3 3

Budi S. 4 4 4 4 3

Dita Pratiwi 4 4 4 4 4

Iffat Fairuz 4 3 4 4 3

Ani Nurina L. 4 3 4 4 3

Yosua 4 4 4 3 2

Khairunnisa 5 5 2 4 4

Jumlah 79 81 69 75 67

Rata-Rata 3,95 4,05 3,45 3,75 3,35

Page 141: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

125

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 3 5 1 1 2 12 24 48

4 1 14 11 10 12 8 55 55 55

3 0 2 4 7 7 6 26 0 0

2 -1 1 0 1 0 3 5 -5 5

1 -2 0 0 1 0 1 2 -4 8

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100 0 0

∑ƒx 20 21 10 12 10 73

∑ƒx2 116

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.00 1.05 0.50 0.60 0.50

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 5.96 1.49 2.49 2.47 bn

Galat 95 56.75 0.60

Total 99 62.71

## Study: dw ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Warna ## ## Mean Square Error: 0.6015789 ## ## Sampel, means ## ## Warna std r Min Max ## F1 3.95 0.6863327 20 2 5 ## F2 4.05 0.6863327 20 3 5 ## F3 3.45 0.8255779 20 1 5 ## F4 3.75 0.5501196 20 3 5 ## F5 3.35 1.0399899 20 1 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5 ## 0.4869246 0.5124057 0.5293160 0.5416972

Page 142: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

126

## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F2 4.05 ## ab F1 3.95 ## abc F4 3.75 ## bc F3 3.45 ## c F5 3.35

Page 143: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

127

Lampiran 19. Analisis Ragam Bau Mutu Hedonik

Tabel Bau Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 5 5 5 5

Firda Amrilia H 3 3 3 3 2

Pepy Suhartini 2 3 2 2 3

Khanza Jasmine 2 3 3 3 3

Ghani Rasyid N 3 3 3 2 2

Nur Kaifah A 4 3 4 4 3

Lanny Ariani 2 2 2 2 2

Sabrina Junianta 4 4 4 3 3

Yogan Surya Tirta 2 4 3 3 2

Yuwan Febi 2 2 3 4 3

Rifqi Prasetyo 2 2 2 2 2

Ainun Azizi 4 3 4 4 3

Firda Yunirma 4 2 3 2 1

Atiqa N. 3 3 2 3 2

Budi S. 4 3 4 3 3

Dita Pratiwi 4 3 3 3 3

Iffat Fairuz 4 3 3 3 2

Ani Nurina L. 4 3 3 4 2

Yosua 4 3 4 3 2

Khairunnisa 4 4 4 4 4

Jumlah 66 61 64 62 52

Rata-Rata 3,3 3,05 3,2 3,1 2,6

Page 144: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

128

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 1 1 1 1 1 5 10 20

4 1 10 3 6 5 1 25 25 25

3 0 3 12 9 9 8 41 0 0

2 -1 6 4 4 5 9 28 -28 28

1 -2 0 0 0 0 1 1 -2 4

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 12 5 8 7 1 33

∑ƒx2 77

rerata ∑ƒx/∑ƒ

0.60 0.25 0.40 0.35 0.05

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 3.26 0.82 1.23 2.47 tbn

Galat 95 62.85 0.66

Total 99 66.11

Page 145: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

129

Lampiran 20. Analisis Ragam Bau Menyimpang Mutu Hedonik

Tabel Bau Menyimpang Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 5 5 5 5

Firda Amrilia H 1 2 1 1 3

Pepy Suhartini 4 4 4 4 4

Khanza Jasmine 4 4 3 3 3

Ghani Rasyid N 5 4 4 2 3

Nur Kaifah A 1 3 1 1 2

Lanny Ariani 4 2 3 2 1

Sabrina Junianta 4 2 2 3 2

Yogan Surya Tirta 4 4 4 4 1

Yuwan Febi 5 5 5 5 4

Rifqi Prasetyo 5 4 5 3 3

Ainun Azizi 4 2 5 5 4

Firda Yunirma 5 4 3 3 2

Atiqa N. 5 3 4 3 3

Budi S. 5 3 5 5 5

Dita Pratiwi 5 4 3 3 2

Iffat Fairuz 5 3 4 3 2

Ani Nurina L. 5 4 4 4 3

Yosua 4 3 3 4 2

Khairunnisa 5 4 3 4 3

Jumlah 85 69 73 67 57

Rata-Rata 4,25 3,45 3,65 3,35 2,85

Page 146: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

130

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 11 2 5 4 2 24 48 96

4 1 7 9 6 5 3 30 30 30

3 0 0 5 6 7 7 25 0 0

2 -1 0 4 1 2 6 13 -13 13

1 -2 2 0 2 2 2 8 -16 32

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 29 13 12 9 3 66

∑ƒx2 171

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.45 0.65 0.60 0.45 0.15

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 18.64 4.66 4.07 2.47 bn

Galat 95 108.80 1.15

Total 99 127.44

## Study: dbm ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Bau.Menyimpang ## ## Mean Square Error: 1.351053 ## ## Sampel, means ## ## Bau.Menyimpang std r Min Max ## F1 4.25 1.2085224 20 1 5 ## F2 3.45 0.9445132 20 2 5 ## F3 3.65 1.2680279 20 1 5 ## F4 3.35 1.2258187 20 1 5 ## F5 2.85 1.1367081 20 1 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range

Page 147: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

131

## 2 3 4 5 ## 0.7297121 0.7678985 0.7932405 0.8117951 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.25 ## ab F3 3.65 ## bc F2 3.45 ## bc F4 3.35 ## c F5 2.85

Page 148: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

132

Lampiran 21. Analisis Ragam Keempukan Mutu Hedonik

Tabel Keempukan Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 4 4 4 4

Firda Amrilia H 3 3 2 3 1

Pepy Suhartini 4 3 4 5 2

Khanza Jasmine 2 2 2 2 2

Ghani Rasyid N 3 4 3 3 3

Nur Kaifah A 4 4 3 3 4

Lanny Ariani 3 4 3 5 2

Sabrina Junianta 4 4 3 3 4

Yogan Surya Tirta 3 4 2 2 1

Yuwan Febi 3 4 4 5 2

Rifqi Prasetyo 4 5 4 4 4

Ainun Azizi 4 4 4 4 3

Firda Yunirma 2 4 1 3 1

Atiqa N. 3 3 2 3 2

Budi S. 3 2 3 3 2

Dita Pratiwi 3 3 2 3 2

Iffat Fairuz 4 3 4 4 2

Ani Nurina L. 3 1 3 4 1

Yosua 4 4 4 4 4

Khairunnisa 4 4 3 4 3

Jumlah 68 69 60 71 49

Rata-Rata 3,4 3,45 3 3,55 2,45

Page 149: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

133

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 1 1 0 3 0 5 10 20

4 1 8 11 7 7 5 38 38 38

3 0 9 5 7 8 3 32 0 0

2 -1 2 2 5 2 8 19 -19 19

1 -2 0 1 1 0 4 6 -12 24

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 10 11 5 11 -3 34

∑ƒx2 101

rerata ∑ƒx/∑ƒ

0.50 0.55 0.25 0.55 -

0.15

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 7.24 1.81 2.09 2.47 tbn

Galat 95 82.20 0.87

Total 99 89.44

Page 150: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

134

Lampiran 22. Analisis Ragam Rasa Mutu Hedonik

Tabel Rasa Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 2 2 2 2

Firda Amrilia H 4 3 3 3 2

Pepy Suhartini 4 3 3 4 2

Khanza Jasmine 4 3 3 3 3

Ghani Rasyid N 4 2 3 2 2

Nur Kaifah A 4 2 2 4 3

Lanny Ariani 4 2 4 3 2

Sabrina Junianta 4 2 2 3 2

Yogan Surya Tirta 4 4 3 3 3

Yuwan Febi 3 4 4 4 2

Rifqi Prasetyo 4 2 3 2 2

Ainun Azizi 4 3 5 4 4

Firda Yunirma 4 3 2 1 1

Atiqa N. 5 3 4 3 3

Budi S. 4 2 3 3 2

Dita Pratiwi 4 3 3 3 3

Iffat Fairuz 4 2 3 3 2

Ani Nurina L. 4 3 3 2 2

Yosua 4 2 4 3 3

Khairunnisa 4 3 2 2 1

Jumlah 81 53 61 57 46

Rata-Rata 4,05 2,65 3,05 2,85 2,3

Page 151: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

135

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 2 0 1 0 0 3 6 12

4 1 17 2 4 4 1 28 28 28

3 0 1 9 10 10 6 36 0 0

2 -1 0 9 5 5 11 30 -30 30

1 -2 0 0 0 1 2 3 -6 12

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 21 2 6 4 -3 30

∑ƒx2 82

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.05 0.10 0.30 0.20 -0.15

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 16.30 4.08 6.83 2.47 tbn

Galat 95 56.70 0.60

Total 99 73.00

## Study: dr ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Rasa ## ## Mean Square Error: 0.4968421 ## ## Sampel, means ## ## Rasa std r Min Max ## F1 4.05 0.3940345 20 3 5 ## F2 2.65 0.6708204 20 2 4 ## F3 3.05 0.8255779 20 2 5 ## F4 2.85 0.8127277 20 1 4 ## F5 2.30 0.7326951 20 1 4 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range

Page 152: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

136

## 2 3 4 5 ## 0.4425116 0.4656685 0.4810364 0.4922883 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.05 ## b F3 3.05 ## b F4 2.85 ## bc F2 2.65 ## c F5 2.3

Page 153: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

137

Lampiran 23. Analisis Ragam Rasa Menyimpang Mutu Hedonik

Tabel Rasa Menyimpang Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 5 5 5 5

Firda Amrilia H 5 4 4 4 2

Pepy Suhartini 4 4 4 4 4

Khanza Jasmine 4 4 3 3 3

Ghani Rasyid N 5 2 4 3 2

Nur Kaifah A 3 2 2 3 3

Lanny Ariani 4 2 4 3 1

Sabrina Junianta 4 3 2 3 2

Yogan Surya Tirta 4 5 4 3 2

Yuwan Febi 5 5 5 5 4

Rifqi Prasetyo 5 2 3 3 1

Ainun Azizi 4 2 5 4 2

Firda Yunirma 5 4 3 1 1

Atiqa N. 5 2 5 4 3

Budi S. 4 3 4 4 3

Dita Pratiwi 5 3 3 3 2

Iffat Fairuz 4 3 4 4 2

Ani Nurina L. 5 2 4 2 2

Yosua 5 3 5 5 3

Khairunnisa 4 4 3 3 2

Jumlah 89 64 76 69 49

Rata-Rata 4,45 3,2 3,8 3,45 2,45

Page 154: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

138

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 10 3 5 3 1 22 44 88

4 1 9 5 8 6 2 30 30 30

3 0 1 5 5 9 5 25 0 0

2 -1 0 7 2 1 9 19 -19 19

1 -2 0 0 0 1 3 4 -8 16

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 29 11 18 12 -2 68

∑ƒx2 153

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.45 0.55 0.90 0.60 -

0.10

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 25.46 6.37 7.44 2.47 bn

Galat 95 81.30 0.86

Total 99 106.76

## Study: drm ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for Rasa.Menyimpang ## ## Mean Square Error: 0.9184211 ## ## Sampel, means ## ## Rasa.Menyimpang std r Min Max ## F1 4.45 0.6048053 20 3 5 ## F2 3.20 1.1050125 20 2 5 ## F3 3.80 0.9514532 20 2 5 ## F4 3.45 0.9986833 20 1 5 ## F5 2.45 1.0500627 20 1 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range ## 2 3 4 5 ## 0.6016395 0.6331237 0.6540179 0.6693160

Page 155: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

139

## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.45 ## b F3 3.8 ## b F4 3.45 ## b F2 3.2 ## c F5 2.45

Page 156: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

140

Lampiran 24. Analisis Ragam After Taste Mutu Hedonik

Tabel After Taste Mutu Hedonik

Panelis Perlakuan

F1 F2 F3 F4 F5

M. Ainul Yaqin 5 5 5 5 5

Firda Amrilia H 5 4 4 4 2

Pepy Suhartini 4 4 4 4 4

Khanza Jasmine 5 5 4 4 5

Ghani Rasyid N 5 3 4 3 4

Nur Kaifah A 4 3 1 3 3

Lanny Ariani 4 4 4 4 3

Sabrina Junianta 4 5 4 5 3

Yogan Surya Tirta 5 4 5 3 3

Yuwan Febi 5 5 5 5 4

Rifqi Prasetyo 5 1 4 3 1

Ainun Azizi 5 1 5 5 2

Firda Yunirma 5 4 2 1 2

Atiqa N. 5 5 5 5 5

Budi S. 5 4 4 4 3

Dita Pratiwi 5 5 3 3 3

Iffat Fairuz 5 3 4 4 2

Ani Nurina L. 5 4 4 4 4

Yosua 5 4 5 5 3

Khairunnisa 5 4 4 4 3

Jumlah 96 77 80 78 64

Rata-Rata 4,8 3,85 4,0 3,9 3,2

Page 157: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

141

Skala Kesukaan

x Frekuensi

∑f ∑fx ∑f(x2) F1 F2 F3 F4 F5

5 2 16 6 6 6 3 37 74 148

4 1 4 9 11 8 4 36 36 36

3 0 0 3 1 5 8 17 0 0

2 -1 0 0 1 0 4 5 -5 5

1 -2 0 2 1 1 1 5 -10 20

total ∑ƒ 0 20 20 20 20 20 100

∑ƒx 36 17 21 18 8 100

∑ƒx2 209

rerata ∑ƒx/∑ƒ

1.80 0.85 1.05 0.90 0.40

ANALISA SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F Hitung

F

Tabel Ket.

5%

Perlakuan 4 20.70 5.18 5.57 2.47 bn

Galat 95 88.30 0.93

Total 99 109.00

## Study: da ~ "Sampel" ## ## Duncan's new multiple range test ## for After.Taste ## ## Mean Square Error: 0.9763158 ## ## Sampel, means ## ## After.Taste std r Min Max ## F1 4.80 0.4103913 20 4 5 ## F2 3.85 1.1821034 20 1 5 ## F3 4.00 1.0259784 20 1 5 ## F4 3.90 1.0208356 20 1 5 ## F5 3.20 1.1050125 20 1 5 ## ## alpha: 0.05 ; Df Error: 95 ## ## Critical Range

Page 158: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

142

## 2 3 4 5 ## 0.6203126 0.6527740 0.6743167 0.6900896 ## ## Means with the same letter are not significantly different. ## ## Groups, Treatments and means ## a F1 4.8 ## b F3 4 ## b F4 3.9 ## b F2 3.85 ## c F5 3.2

Page 159: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

143

Lampiran 25. Perlakuan Terbaik

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 9,8 436,48 50,58 71,92 19,34 23,25 24,25 70,0 70,0 81,0 70,0 92,5 85,5 84,5

F2 12,12 422,22 53,03 72,43 20,43 25,31 27,66 70,0 60,0 60,0 70,5 49,0 53,5 58,5

F3 14,55 342,18 53,44 72,73 20,96 25,89 29,92 51,0 66,5 63,0 51,5 64,5 67,0 60,5

F4 14,77 275,07 53,94 73.72 21,54 27,30 32,99 61,0 61,5 56,0 70,5 56,5 61,0 57,0

F5 16,13 161,17 56,33 73,89 30,33 28,23 39,82 48,0 42,0 40,0 37,5 37,5 33,0 39,5

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 1,000 1,000 0,898 0,973 0,638 0,832 1,000 1,000 1,000 1,000 0,993 1,000 1,000 1,000

F2 0,809 0,967 0,941 0,980 0,674 0,896 0,877 1,000 0,857 0,741 1,000 0,530 0,626 0,692

F3 0,674 0,784 0,949 0,984 0,691 0,917 0,811 0,729 0,950 0,778 0,730 0,697 0,784 0,716

F4 0,664 0,630 0,958 0,998 0,710 0,967 0,735 0,871 0,879 0,691 1,000 0,611 0,713 0,675

F5 0,608 0,369 1,000 1,000 1,000 1,000 0,609 0,686 0,600 0,494 0,532 0,405 0,386 0,467

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 0,000 0,000 0,102 0,027 0,362 0,177 0,000 0,000 0,000 0,000 0,007 0,000 0,000 0,000

F2 0,191 0,033 0,059 0,020 0,326 0,104 0,123 0,000 0,143 0,259 0,000 0,470 0,374 0,308

F3 0,326 0,216 0,051 0,016 0,309 0,083 0,189 0,271 0,050 0,222 0,270 0,303 0,216 0,284

F4 0,336 0,370 0,042 0,002 0,290 0,033 0,265 0,129 0,121 0,309 0,000 0,389 0,287 0,325

F5 0,392 0,631 0,000 0,000 0,000 0,000 0,391 0,314 0,400 0,506 0,468 0,595 0,614 0,533

Page 160: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

144

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 0,000 0,000 0,010 0,0007 0,131 0,0313 0,000 0,000 0,000 0,000 5E-05 0,000 0,000 0,000

F2 0,036 0,001 0,003 0,0004 0,106 0,0108 0,015 0,000 0,020 0,067 0,000 0,221 0,139 0,095

F3 0,106 0,046 0,002 0,0003 0,095 0,0069 0,035 0,073 0,002 0,049 0,073 0,092 0,046 0,080

F4 0,112 0,136 0,0018 4E-06 0,084 0,0011 0,070 0,016 0,014 0,095 0,000 0,151 0,082 0,105

F5 0,153 0,398 0,000 0,000 0,00 0,000 0,153 0,098 0,160 0,256 0,219 0,354 0,377 0,284

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 0,071 0,071 0,064 0,069 0,045 0,058 0,071 0,071 0,071 0,071 0,070 0,071 0,071 0,0714

F2 0,057 0,069 0,067 0,0700 0,048 0,064 0,062 0,071 0,061 0,053 0,071 0,037 0,044 0,0494

F3 0,048 0,056 0,068 0,0703 0,049 0,065 0,058 0,052 0,067 0,055 0,052 0,049 0,056 0,0511

F4 0,047 0,045 0,068 0,0713 0,050 0,069 0,052 0,062 0,062 0,049 0,071 0,043 0,051 0,0482

F5 0,043 0,026 0,071 0,0714 0,071 0,071 0,043 0,049 0,042 0,035 0,038 0,029 0,027 0,0333

Page 161: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

145

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 0 0 5E-05 4E-06 0,0007 0,0002 0 0 0 0 2E-07 0 0 0

F2 0,0002 6E-06 0 2E-06 0,0005 6E-05 6E-05 0 8E-05 0,0003 0 0,0009 0,0005 0,0004

F3 0,0005 0,0002 1E-05 1E-06 0,0005 4E-05 0,0001 0,0003 1E-05 0,0002 0,0003 0,0004 0,0002 0,0003

F4 0,0006 0,0007 9E-06 2E-08 0,0004 6E-06 0,0003 6E-05 6E-05 0,0004 0 0,0006 0,0003 0,0004

F5 0,0008 0,002 0 0 0 0 0,0006 0,0004 0,0006 0,001 0,0009 0,0014 0,0015 0,0011

Perlakuan T DK L (L) L (D) B (L) B (D) DEK W B BM K R RM AT

F1 0 0 0,0073 0,0019 0,0258 0,0126 0 0 0 0 0,0005 0 0 0

F2 0,0136 0,0024 0,0042 0,0014 0,0233 0,0074 0,0088 0 0,0102 0,0185 0 0,0336 0,0267 0,022

F3 0,0233 0,0154 0,0036 0,0011 0,0221 0,0059 0,0135 0,0193 0,0036 0,0159 0,0193 0,0216 0,0154 0,0203

F4 0,024 0,0264 0,003 0,0001 0,0207 0,0024 0,0189 0,0092 0,0086 0,0221 0 0,0278 0,0205 0,0232

F5 0,028 0,0451 0 0 0 0 0,0279 0,0224 0,0286 0,0361 0,0334 0,0425 0,0438 0,0381

Perlakuan L1 L2 L Max Terbaik

F1 0,0486 0,0009 0,0602 0,1097

F2 0,1725 0,003 0,1709 0,3464

F3 0,0031 0,0031 0,172 0,3758

F4 0,0038 0,0038 02056 0,4167

F5 0,3463 0,0102 0,3096 0,6661

Keterangan:

T: Tekstur BM: Bau Menyimpang

DK: Daya Kembang K: Keempulam

L(L): Nilai L Crust R: Rasa

L(D): Nilai L Crumb RM: Rasa Menyimpang

B(L): Nilai B Crust AT: After Test

B(D): Nilai B Crumb

DEK: Densitas Kamba

W: Warna

B: Bau

Page 162: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

146

Lampiran 26 Perhitungan uji Kimia Roti Manis

1. Kadar Air

Ulangan Berat Awal

(g)

Berat Akhir

(g)

Kadar Air

(BB) (%)

Kadar Air

(BK) (%)

Rata-rata

BB BK

I 3.0286 2.3736 21.63 27.6 22.465 29

II 3.0369 2.329 23.3 30.4

Ulangan I

Kadar Air (BK) = 3,0286 - 2,3736 X 100%

2,3736

= 27,6%

Kadar Air (BB) = 3,0286 - 2,3736 X 100%

3,0286

= 21,63%

Ulangan II

Kadar Air (BK) = 3,0369 – 2,329 X 100%

2,329

= 30,4%

Kadar Air (BB) = 3,0286 - 2,3736 X 100%

3,0286

= 23,3%

Page 163: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

147

2. Kadar abu

Ulangan Berat Cawan +

Sampel Awal (g)

Berat Cawan +

Sampel Akhir (g)

Berat

Sampel (g)

Kadar Abu (%)

Rata-rata

I 12.9729 12.997 2,0331 1.19 1.46

II 22,1228 22.1582 2.0506 1.73

Ulangan I

Kadar Abu = 12,9729 – 12,997 X 100%

2,0331

= 1,19%

Ulangan II

Kadar Abu = 22,1228 – 22,1582 X 100%

2,0506

= 1,73%

3. Kadar Lemak

Ulangan Labu Awal (g) Labu Akhir (g) Berat Sampel (g) Kadar Lemak (%)

Rata-

rata

I 33,7607 34,4992 5,0992 14,48 14,71

II 33,7609 34,5542 5,3116 14,94

Ulangan I

Kadar Lemak = 33,7607-34,4992 X 100%

5,0992

= 14,48%

Ulangan II

Kadar Lemak = 33,7609 – 34,5542 X 100%

5,3116

= 14,94%

Page 164: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

148

4. Kadar Serat Kasar

Ulangan Kertas Saring

Awal (g)

Kertas Saring

Akhir (g)

Berat

Sampel (g)

Kadar Serat Kasar (%)

Rata-rata

I 0,9407 0,9849 2,0583 2,15 1,56905

II 0,9503 1,0759 2,0506 0,9881

Ulangan I

Kadar Serat = 0,9849 – 0,9407 X 100%

2,0583

= 2,15 %

Ulangan II

Kadar Serat = 22,1228 – 22,1582 X 100%

2,0506

= 0,9881%

Page 165: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

149

Lampiran 27. Kromatogram Penelitian

1. Kromatogram Standar Tokoferol dan Tokotrienol

a. α-tokoferol

b. α-tokotrienol

Page 166: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

150

a. δ-tokotrienol

c. γ-tokotrienol

Page 167: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

151

2. Kromatogram Standar Fitosterol

a. β-sitosterol

Page 168: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

152

b. Stigmasterol

Page 169: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

153

c. Kampesterol

Page 170: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

154

3. Kromatogram Standar Skualen

4. Kromatogram DALMS

a. Kromatogram Tokoferol dan Tokotrienol

Page 171: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

155

b. Kromatogram Fitosterol

Page 172: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

156

c. Kromatogram Skualen

Page 173: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

157

5. Kromatogram FTT dari DALMS

a. Kromatogram Tokoferol dan Tokotrienol

Page 174: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

158

b. Kromatogram Fitosterol

Page 175: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

159

c. Kromatogram Skualen

6. Kromatogram Mikroemulsi FTT dari DALMS

a. Kromatogram Tokoferol dan Tokotrienol

Page 176: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

160

b. Kromatogram Fitosterol

Page 177: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

161

a. Kromatogram Skualen

Page 178: FORTIFIKASI ROTI MANIS DENGAN MIKROEMULSI FRAKSI …repository.ub.ac.id/150111/1/skripsi_Fairuz_Balqis.pdffortifikasi roti manis dengan mikroemulsi fraksi tidak tersabunkan dari distilat

162

Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian

DALMS Proses Saponifikasi DALMS

FTT (Bagian Atas) Sebelum Evaporasi FTT Setelah Evaporasi

Pembuatan Mikroemulsi HPLC