plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk fileintrinsik cerpen berjudul...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR
INTRINSIK CERPEN BERJUDUL “KATURANGGAN” KARYA
SLAMET NURZAENI ANTARA SISWA KELAS XII JURUSAN IPA DAN
SISWA KELAS XII JURUSAN BAHASA SMA BRUDERAN
PURWOREJO TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Agustina Puji Lestari 061224054
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR
INTRINSIK CERPEN BERJUDUL “KATURANGGAN” KARYA
SLAMET NURZAENI ANTARA SISWA KELAS XII JURUSAN IPA DAN
SISWA KELAS XII JURUSAN BAHASA SMA BRUDERAN
PURWOREJO TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Agustina Puji Lestari 061224054
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia (Yak. 1: 12)
Allah itu perlindungan dan kekuatan kita, pertolongan-Nya terbukti dalam
kesesakan kita (Mz. 46: 1)
Serahkanlah segala kekhuatiranmu kepada-Nya sebab ia yang memelihara
kamu (1 Petrus 5: 7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini, aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas segala kasih,
kemurahan, dan karunianya yang tak ternilai.
Kedua orang tuaku, Bapak Ign. Sarjan dan Ibu MM. Mariah, atas
segala doa, semangat, bimbingan, dan kasih sayang yang selalu
engkau berikan padaku.
Mas Ferry Agung Prabowo, yang selalu mendoakan, mendampingi,
membantu, membimbing, dan memberiku semangat.
Kakakku dan adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberiku
semangat.
Kedua nenekku yang selalu menasehati dan mendoakanku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Puji Lestari, Agustina. 2010. Perbedaan Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Program Sarjana (S-1). Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mendeskripsikan kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Kedua, mendeskripsikan kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Ketiga, mendeskripsikan perbedaan kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi, yaitu siswa kelas XII jurusan IPA berjumlah 21 siswa dan siswa jurusan Bahasa berjumlah 22 siswa sehingga keseluruhan sampelnya 43 siswa. Dalam penelitian ini karena terdapat 7 siswa yang tidak hadir maka populasi berkurang menjadi 36 siswa. Data siswa dari jurusan IPA berjumlah 19 dan data siswa dari jurusan Bahasa berjumlah 17. Teknik analisis data yang dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata siswa (mean), menghitung simpangan baku, mengkonfirmasikan kedalam skala seratus, dan melakukan uji-t. Nilai rata-rata digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Uji-t dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup. Kedua, kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf sedang. Ketiga, kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011 lebih tinggi jurusan IPA dibandingkan jurusan Bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia, SMA Bruderan, Purworejo dan peneliti lain. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan setelah melihat hasil penelitian ini dapat menyusun materi pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan lebih baik, terutama bagi siswa kelas XII. Selain itu, guru juga perlu memberikan motivasi bagi siswa untuk mengekspresikan diri dalam bersastra, misalnya mengadakan lomba menulis cerpen, mengadakan diskusi tentang sastra dengan mengundang sastrawan, dsb. Sedangkan bagi peneliti lain, diharapkan memberikan referensi untuk mengembangkan penelitian sejenis tentang kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik baik unsur-unsur intrinsik drama, novel, dsb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Puji Lestari, Agustina. 2010. Differences of Ability to Analyze Intrinsic Elements of Short Story Entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni between the Twelfth Science Study Program Grade and the Students of the Twelfth Language Study Program Grade Bruderan Purworejo Senior High School in the Academic Year 2010/2011. Thesis. Undergraduate (S-1) Program. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University.
The research has three objectives. The first, to describe the student’s ability to analyze short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni of the twelfth Science Study Program grade, Bruderan Senior High School in the academic year 2010/2011. The second, to describe the student’s ability to analyze short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Senior High School in the academic year 2010/2011. The third, to describe the differences of ability to analyze short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni between the students of the students of the twelfth Science Study Program grade and the students of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the academic year 2010/2011.
The research is a quantitative descriptive research. The sample of this research is taken from all of the entire population, they are the students of the twelfth Science Study Program grade totaling 21 students and the students majoring the twelfth Language Study Program grade totaling 22 students so that the overall sample of the population totaling 43 students. In this research 7 students were absent therefore the population is reduced and totaling 36 students. Data from the students of the twelfth Science Study Program grade totaling 19 students and data from the students of the twelfth Language Study Program grade totaling 17 students.
The data analysis technique by calculating the average value of the students (mean), calculating the standard deviation, confirming the data into a hundred scale, and perform t-test. Average value is used to know the students’ skill in analyzing the intrinsic elements of short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni between the students of the twelfth Science Study Program grade and the students of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the academic year 2010/2011. T-test conducted to determine the differences of ability to analyze short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni between the students of the twelfth Science Study Program grade and the students of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the academic year 2010/2011.
The result of this research shows that the first, the ability of the students of the twelfth Science Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the academic year 2010/2011 is in the sufficient degree in analyzing the intrinsic elements of short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni. The
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
second, the ability of the students of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the academic year 2010/2011 is in the medium degree in analyzing the intrinsic elements of short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni. The third, the ability in analyzing the intrinsic elements of short story entitled “Katuranggan” by Slamet Nurzaeni between the students of the twelfth Science Study Program grade and the students of the twelfth Language Study Program grade, Bruderan Purworejo Senior High School in the Academic Year 2010/2011, the class of Science Study Program is higher than the class of Language Study Program.
Based on these results of the research, the researcher advises the Indonesian language and literature teacher of Bruderan Purworejo Senior High School and other researchers. For the Indonesian language and literature teachers, are expected to develop the teaching materials of analyzing the elements of short story better after seeing the result of the research, especially for the students of the twelfth grade. In addition, teachers also need to motivate the students to express themselves in the compose literature, for example, held a short story writing competition, held discussions on literature by inviting the author, etc. whereas for other researchers are expected to provide more references for developing the similar research about the ability to analyze the intrinsic elements of literature arts like drama, novel, etc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Perbedaan
Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan
Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran
2010/2011. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, mengucapakan
terimakasih kepada:
1. Dr. B. Widharyanto, M. Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan hingga terselesainya skripsi ini.
2. Drs. G. Sukadi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
semangat, bimbingan, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
4. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
5. Bapak dan Ibu dosen Prodi PBSID yang telah mendidik dan
membimbing penulis selama berproses dan belajar sebagai mahasiswa
di Prodi PBSID.
6. F.X Sudadi, selaku karyawan secretariat Prodi PBSID yang telah
membantu penulis dalam hal administrasi selama penyelesaian skripsi
ini.
7. Drs. Waluyo, Y. B selaku kepala sekolah SMA Bruderan Purworejo
yang berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Eka Prasetya, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia SMA Bruderan
Purworejo yang telah memberikan arahan selama penelitian
berlangsung.
9. Siswa-siswi SMA Bruderan Purworejo yang telah bersedia membantu
dan bekerja sama selama penelitian berlangsung.
10. Kedua orang tuaku, Bapak Ign. Sarjan dan Ibu M. M. Mariah, atas
segala doa, semangat, nasehat, bimbingan, dan kasih sayang yang
selalu engkau berikan padaku.
11. Mas Ferry Agung Prabowo, yang selalu mendoakan, mendampingi,
membantu, membimbing, dan memberiku semangat.
12. Kakakku Elia Listanti dan Ridu Simatupang yang selalu mendoakan
dan memberi semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
13. Adik-adikku Agus Wiji Yanto, Dwi Retno Asih, Yuli Anita Sari, dan
Emillya Retnaningtyas yang selalu mendengarkan keluh kesahku dan
memberiku semangat.
14. Kedua nenekku Mbah Mursini dan Mbah Ana Tukinah yang selalu
menasehati dan mendoakan.
15. Louis Edo Kriskelana yang telah membantu dalam menerjemahkan
bahasa Inggris abstrak skripsi.
16. Ester Luluk Kristiningrum yang telah membantu dalam menganalisis
kesalahan ejaan.
17. Lina Setyaningsih, Hedwigis Risa Verawati, dan teman-teman PBSID
angkatan 2006 yang telah memberiku motivasi dalam pengerjaan
skripsiku ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 28 Februari 2011
Penulis
Agustina Puji Lestari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………...…...ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA……………………………………………..iv
HALAMAN MOTO………………………………………………………….......v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………...vi
ABSTRAK……………………………………………………………………....vii
ABSTRACT……………………………………………………………………...iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………………xi
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....xii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..…..xviii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………….7
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………...7
1.5 Variabel dan Batasan Masalah
1.5.1 Variabel Penelitian………………………………………………...8
1.5.2 Batasan Istilah……………………………………………………..9
1.6 Sistematika Penyajian…………………………………………………….10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan………………………………………………….11
2.2 Kerangka Teori…………………………………………………………..14
1. Kata Menganalisis…………………………………………………….14
2. Pengertian Cerpen……………………………………………………..15
3. Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen………………………………………...17
a. Tokoh dan Penokohan……………………………………………..17
b. Alur………………………………………………………………...20
c. Latar………………...……………………………………………...26
d. Latar………………………………………………………………..28
e. Sudut pandang……………………………………………………..32
f. Gaya Bahasa……………………………………………………….34
2.3 Pembelajaran Sastra di SMA…………………………………………….35
2.4 Jurusan di SMA………………………………………………………….40
2.5 Hipotesis Penelitian……………………………………………………...44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………………...45
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian…………………………………………………....45
2. Sampel Penelitian……………………………………………………..46
3.3 Instrumen Penelitian……………………………………………………..47
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….47
3.5 Teknik Analisis Data…………………………………………………….48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
4.1 Deskripsi Data…………………………………………………………....66
4.2 Analisis Data………………………………………………………….….67
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian………………………………………......83
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………….....86
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan hasil penelitian……………………………………………...91
5.2 Implikasi Hasil Penelitian………………………………………………..92
5.3 Saran-Saran………………………………………………………………94
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......96
LAMPIRAN………………………………………………………………….....98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian……………………………………………………….....99
2. Cerpen “Katuranggan”………………………………………………….......100
3. Sinopsis Cerpen “Katuranggan”……………………………………………107
4. Instrumen Penelitian………………………………………………………..110
5. Kunci Jawaban Penelitian…………………………………………………..116
6. Tabel Nila-Nilai Kritis t…………………………………………………….122
7. Contoh Pekerjaan Siswa…………………………………………………….123
8. Surat Keterangan Penelitian…………………………………………….......156
9. Daftar Nilai Siswa…………………………………………………………..157
10. Perhitungan Uji-t dengan SPSS…………………………………………….159
11. Analisis Butir Soal………………………………………………………….162
12. Biodata Penulis……………………………………………………………..170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1.1 SK dan KD Kelas X …………………………………………………....... 3
1.1.2 SK dan KD Kelas XII …………………………………………………….3
2.3.1 Struktur Kurikulum Program IPA ……………………………………… 40
2.3.2 Struktur Kurikulum Program Bahasa …………………………………... 42
3.3.1 Kisi-Kisi Soal …………………………………………………………... 47
3.5.1 Aspek Penilaian Hasil Analisis Siswa ………………………………. ….49
3.5.2 Kriteria Penilaian Hasil Analisis Siswa ………………………………... 51
3.5.3 Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa………………………………………61
3.5.4 Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap Skor
Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo……………….………………………………………..……....62
3.5.5 Pedoman Konversi Angka Seratus……………………………….……....63
3.5.6 Pedoman Patokan dengan Perhitungan Presentase Skala Seratus..............63
4.1.1 Populasi, Sampel, Jumlah Siswa yang Mengikuti dan tidak Mengikuti
Tes………………………………………………………………..………67
4.2.1.1 Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa Jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo…………………….…………………………………….69
4.2.1.2 Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap
Skor Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo…………………………………......................................70
4.2.1.3 Pedoman Konversi Angka Seratus untuk Nilai Hasil Tes Siswa Kelas
XII Jurusan IPA….………………………………………………...72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
4.2.1.4 Pedoman Patokan dengan Perhitungan Presentase Skala Seratus
untuk nilai Hasil Tes Siswa Kelas XII Jurusan
IPA....................................................................................................73
4.2.2.1 Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa Jurusan Bahasa SMA Bruderan
Purworejo ……………………….…………………………………75
4.2.2.2 Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap
Skor Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo…………………………………………………………..76
4.2.2.3 Pedoman Konversi Angka Seratus untuk Nilai Hasil Tes Siswa Kelas
XII Jurusan Bahasa………………………………………………...78
4.2.2.4 Pedoman Konversi Angka Seratus untuk Nilai Hasil Tes Siswa Kelas
XII Jurusan Bahasa...……………………………...........................79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel dan masalah penelitian, serta
sistematika penyajian.
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil seni kreatif masyarakat sehingga sastra
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Melalui karya sastra
seseorang/pengarang dapat mengungkapkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan,
pendapat-pendapat, kesan-kesan dan keprihatinan-keprihatinannya baik yang
terjadi atas dirinya, orang lain ataupun lingkungan disekitarnya. Sastra selain
merupakan luapan pikiran dan perasaan pengarangnya juga memiliki fungsi bagi
pembacanya. Fungsi tersebut yaitu menghibur dan bermanfaat, menghibur karena
sastra dalam penyajiannya menggunakan bahasa indah, menarik dan mengandung
makna kehidupan (percintaan, kebahagian, kesedihan, kekecewaan, kemarahan,
kematian, dll). Karya sastra bermanfaat karena sastra menyampaikan pesan
tentang kebenaran, tentang segala sesuatu yang baik dan yang buruk.
Menurut ragamnya, karya sastra dibagi atas prosa, puisi, dan drama. Istilah
prosa dapat mengarah pada pengertian yang luas yaitu menyangkut berbagai karya
yang ditulis dalam bentuk prosa, karya sastra maupun non sastra (Nurgiyantoro,
melalui Hariyanto dalam Gatra, 2003: 105)). Prosa dibagi menjadi dua, yaitu
prosa lama dan prosa baru. Prosa lama kemudian dibagi menjadi tiga, yaitu (a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
prosa asli (dongeng, hikayat, epos, parabel, cerita lucu, cerita didaktik, cerita
pelipur lara, dll) (b) prosa pengaruh Hindu, dan (c) prosa pengaruh Islam,
sedangkan prosa baru dibagi menjadi tujuh, yaitu kisah, roman/novel, biografi,
esai, kritik, dan cerita pendek (Zaidan Hendy, 1988:21). Cerpen merupakan cerita
fiksi bentuk prosa yang singkat, padat, yang unsur ceritanya terpusat pada suatu
peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan
keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Cerpen memiliki ciri-ciri yang
berbeda dengan novel karena cerpen memiliki bentuk yang singkat dan padat,
ceritanya berpusat pada suatu peristiwa/konflik pokok, jumlah pelaku terbatas,
dan keseluruhan cerita memberikan satu kesan tunggal tetapi walaupun memiliki
ciri-ciri yang berbeda novel dan cerpen tetap memiliki kesamaan yaitu sama-sama
merupakan cerita fiksi yang berbentuk rekaan (Jabrohim, 1994: 165).
Unsur-unsur dalam cerita fiksi (cerpen) bersifat fungsional yaitu
diciptakan pengarang untuk maksud secara keseluruhan dan maknanya ditentukan
oleh keseluruhan cerita itu (Waluyo, 1994:136). Pembaca dalam menangkap
makna dari keseluruhan cerita tersebut memerlukan suatu pemahaman yang
mendalam, apabila pembaca tidak memiliki pemahaman yang baik tentang karya
sastra ia tidak akan mampu mengambil makna yang terkandung dalam
keseluruhan cerita. Maka untuk meningkatkan pemahaman tersebut diperlukan
suatu sarana untuk membantu menganalisis karya sastra dalam hal ini cerpen.
Salah satu sarana itu adalah strukturalisme yang membicarakan karya sastra dari
segi unsur-unsur intrinsik atau unsur-unsur yang membangun dari karya sastra itu
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dalam model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang
disusun oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA)
pembelajaran menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen dipelajari di kelas X
semester 1 dan kelas XII semester 1, baik di jurusan Bahasa, jurusan IPS, maupun
jurusan IPA . Berikut standar kompetensi dan kompensi dasarnya.
Tabel 1.1.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Kelas X,
Semester 1
Standar kompetensi Kompetensi dasar
Membaca
7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen
7.2. Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-sehari
Tabel 1.1.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Kelas XII,
Semester 1
Standar kompetensi Kompetensi dasar
Membaca
7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen
7.2. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen
Melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
esensi dengan hakikat belajar sastra bahwa belajar sastra adalah belajar
menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya (Depdiknas, 2003: 3).
Namun dalam prakteknya, pembelajaran sastra di sekolah khususnya di SMA
masih kurang diminati siswa, terutama yang bukan jurusan Bahasa. Hal ini
disebabkan oleh anggapan siswa bahwa belajar sastra kurang penting. Selain itu,
dipengaruhi juga oleh alokasi jumlah jam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia yang berbeda ditiap jurusannya. Berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, untuk jurusan Bahasa alokasi waktu pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu sembilan (9) jam pertemuan per minggu
sedangkan untuk jurusan lain hanya empat (4) jam pertemuan per minggu. Hal ini
tentu saja menyebabkan siswa selain jurusan Bahasa kurang mengenal lebih
dalam tentang sastra.
Hal-hal di ataslah yang mendorong peneliti memilih topik kemampuan
menganalisis cerpen. Secara spesifik peneliti hendak meneliti perbedaan
kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni antara siswa XII jurusan IPA dengan jurusan Bahasa SMA
Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan perbedaan kemampuan antara siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa
kelas XII jurusan Bahasa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni. Hal ini dimaksudkan agar
ditemukan kemampuan antara dua kelompok siswa yang berbeda jurusan, yang
nantinya diharapkan dapat membantu guru bahasa Indonesia di sekolah dalam
menyusun materi pembelajaran menganalisis cerpen bagi kelas XII dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
memanfaatkan bahan sastra cerpen yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
ditiap programnya.
Dalam penelitian ini peneliti memilih SMA Bruderan Purworejo sebagai
obyek penelitian karena berdasarkan fakta yang ada, hanya beberapa SMA saja
yang memiliki jurusan Bahasa di sekolah, salah satunya SMA Bruderan.
Selanjutnya, alasan peneliti memilih cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni sebagai cerpen yang harus dianalisis siswa dengan beberapa alasan
berikut. Menurut Lazar melalui Nugraha (2002; 156) pemilihan karya sastra
sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah hendaknya memenuhi dua syarat
berikut, yaitu (1) kesesuaian konteks bahan dengan latar belakang sosial-budaya
siswa dan (2) kesesuaian tingkat kesulitan bahan dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa.
Kesesuaian konteks bahan dengan latar belakang sosial-budaya siswa,
memiliki maksud bahwa bahan sastra yang dipilih dekat dengan latar belakang
kehidupan siswa. Bahan yang dekat dengan kehidupan siswa akan memudahkan
siswa dalam memahami isi bahan sastra tersebut. Cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni, menurut peneliti sangat dekat dengan kehidupan siswa,
khususnya siswa SMA Bruderan, Purworejo, karena berdasarkan latar tempat dan
suasana pengisahan cerita dilukiskan dalam kehidupan sosial budaya Jawa yang
notabenenya sama dengan sosial budaya siswa sebagai subyek penelitian.
Kesesuaian tingkat kesulitan bahan dengan tingkat pengetahuan dan
pemahaman siswa, memiliki maksud bahwa bahan sastra yang dipilih hendaknya
tidak terlalu sukar untuk dipahami siswa. Dalam hal ini dengan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pemahaman dan pengetahuannya, siswa dapat menangkap maksud dari isi cerita.
Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menilai bahwa cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni tidak terlalu sulit untuk dipahami siswa
karena bahasa yang digunakan dalam cerpen menggunakan bahasa Indonesia yang
mudah dimengerti dan menunjukkan latar belakang sosial yang tidak jauh berbeda
dengan sosial budaya siswa, yaitu budaya Jawa. Berdasarkan uraian di atas peniliti
mengambil judul penelitian ini yaitu Perbedaan Kemampuan Menganalisis
Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul “Katuranggan” Karya Slamet Nurzaeni
antara Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa SMA
Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka umusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Seberapa besar kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo tahun ajaran 2010/2011?
2. Seberapa besar kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XII jurusan Bahasa Bruderan Purworejo
tahun ajaran 2010/2011?
3. Seberapa besar perbedaan tingkat kemampuan menganalisis cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan Bahasa
dengan jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XI jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo
tahun ajaran 2010/2011.
2. Mendeskripsikan kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni siswa kelas XI jurusan Bahasa SMA Bruderan
Purworejo tahun ajaran 2010/2011.
3. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan menganalisis cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni Siswa kelas XI jurusan IPA dan
jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini
dapat memberi gambaran tentang kemampuan menganalisis cerpen siswanya
serta dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas belajar Bahasa
Indonesia.
2. Bagi Siswa kelas XII jurusan Bahasa dan jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran kemampuan mereka
dalam menganalisis cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran tentang perbedaan
kemampuan menganalisis cerpen antara Siswa kelas XII jurusan IPA dengan
jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo Tahun 2010/2011.
4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan untuk penelitian selanjutnya sehingga hasilnya akan lebih baik.
1.5 Variabel Penelitian dan Batasan Istilah
1.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah permasalahan pokok atau obyek yang akan diteliti (Arikunto
1987:93). Berikut rumusan variabel dari penelitian ini:
a. Variabel bebas
Menurut Soewandi (2008: 18), variabel bebas merupakan variabel yang
memiliki hubungan dan mempengaruhi variabel terikat. Jadi dalam penelitian
ini, variabel bebasnya adalah jurusan IPA dan jurusan Bahasa SMA Bruderan
Purworejo.
b. Variabel terikat
Menurut Soewandi (2008: 18), variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya
adalah perbedaan kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.5.2 Batasan Istilah
Untuk menghindari adanya salah pengertian, maka perlu adanya penjelasan
terhadap beberpa istilah yang terdapat pada penelitian ini. Pengertian-pengertian
yang perlu mendapat penjelasan adalah sebagai berikut:
a. Cerpen
Menurut Sudjiman (1984: 15), cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari
10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan.
b. Intrinsik
Menurut Sudjiman (1984: 35), instrinsik diartikan sebagai unsure dari dalam,
batiniah; merupakan sifat atau bagian dasar.
c. Katuranggan
Menurut Purwadi (2004: 189), istilah Katuranggan diartikan sebagai tanda-
tanda, lambang, ciri-ciri.
d. Perbedaan
Menurut Depdiknas (2007: 855), perbedaan diartikan sebagai perihal yang
berbeda; perihal yang membuat berbeda.
e. Kemampuan
Menurut Depdiknas (2007: 537), kemampuan diartikan sebagai kesanggupan;
kecakapan; kekuatan.
f. Menganalisis
Menurut Depdiknas (2007: 43), “menganalisis” berasal dari kata “analisis”
yang berarti penyelidikan terhadap terhadap suatu peristiwa, karangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
perbuatan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan sebenarnya, (sebab
musabab, duduk perkara, dan dsb).
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini disusun dalam sistematika sebagai berikut: bab I diawali
dengan pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, rumusan variabel, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Bab II dibahas landasan teori, yang terdiri atas penelitian terdahulu
yang relevan, kerangka teori, pembelajaran sastra di SMA, jurusan di SMA, dan
hipotesis penelitian. Bab III membahas tentang metodologi penelitian, yang terdiri
atas jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV membahas tentang hasil
penelitian dan pembahasan yang berisi deskripsi data, analisis data, pengujian
hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Terakhir bab IV membahas
kesimpulan yang berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, dan
saran-saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini, diuraikan landasan teori yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang landasan teori
terdiri dari tiga bagian, yaitu penelitian terdahulu yang relevan, kerangka teori,
pembelajaran sastra di SMA, jurusan di SMA dan hipotesis penelitian.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang ini masih relevan. Penelitian itu
adalah penelitian yang dilakukan oleh Nugraeni (2008), Nursantosa (2009) dan
Yuwitisari (2003). Berikut ini akan diuraikan mengenai topik yang diangkat untuk
penelitian, tujuan penelitian, populasi penelitian, metode pengumpulan data, dan
hasil yang didapat.
Pertama, skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Siswa Kelas XI SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dalam Menganalisis
Teks Drama “Arloji” Karya P. Hariyanto” yang bertujuan untuk mendeskripsikan
tingkat kemampuan Menganalisis Teks Drama “Arloji” Karya P. Hariyanto Siswa
Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI Stella Duce 2 Yogyakarta Jurusan IPA, IPS,
dan Bahasa yang berjumlah 113 siswa. Seluruh populasi digunakan sebagai
subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes esai dan hasil dari
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan dalam menganalisis teks drama “
Arloji” karya P. Hariyanto untuk jurusan IPA berkategori baik, jurusan IPS
berkategori cukup, dan jurusan Bahasa berkategori baik.
Kedua, skripsi berjudul “Perbedaan Kemampuan Siswa Kelas XI Program
IPA dan Program IPS SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Tahun Ajaran
2008/2009 dalam Mengapresiasi Aspek Isi Film Cerita Pendek “Selembar Kertas
di Persimpangan” Produksi Anak Wayang Indonesia Tahun 2002” yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa Kelas XI Program IPA dan Program
IPS SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dalam Mengapresiasi Aspek Isi Film
Cerita Pendek dan mengetahui seberapa tinggi perbedaan kemampuan antara
kedua program tersebut. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan yang terdiri atas 83 siswa program IPA
dan 58 siswa program IPS. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 50
siswa program IPA dan 50 siswa program IPS. Instrumen yang digunakan adalah
tes esai dan tes obyektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan dalam mengapresiasi aspek isi film cerita pendek “Selembar Kertas
di Persimpangan” untuk jurusan IPA berkategori cukup, dan jurusan IPS
berkategori sedang sehingga diketahui adanya perbedaan kemampuan antara
siswa program IPA dan program IPS.
Ketiga, skripsi dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas I SMU Stella Duce
2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2002/2003 dalam Mengapresiasi Dua Cerpen Karya
Seno Gumira Ajidarma dan Kepekaan Siswa Kelas I SMU Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2002/2003 dalam Mengapresiasi Dua Cerpen Karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Seno Gumira Ajidarma” yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
kelas I SMU Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2002/2003 dalam
mengapresiasi dua cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma dan kepekaan siswa
kelas I SMU Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2002/2003 dalam
mengapresiasi dua cerpen karya Seno Gumira Ajidarma terhadap situasi sosial
yang terjadi dalam masyarakat. Dalam penelitiannya peneliti menggunakan tes
bentuk obyektif dengan empat alternatif jawaban. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan siswa kelas I SMU Stella Duce 2 Yogyakarta dalam
mengapresiasi cerpen masuk dalam kategori cukup, sedangkan kepekaan siswa
terhadap situasi sosial yang terjadi dalam masyarakat juga termasuk dalam
kategori cukup.
Relevansi penelitian dengan penelitian terdahulu adalah pertama, sama-
sama bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal menganalisis karya
sastra. Kedua, sama-sama ingin menemukan perbedaan kemampuan antar dua
kelompok siswa yang berbeda program dalam menganalisis karya sastra. Dari
penelitian terdahulu tersebut peneliti mendapat inspirasi untuk melakukan
penelitian yang sama dibidang sastra yaitu dengan mengukur kemampuan
menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen namun dengan obyek yang berbeda
yaitu siswa kelas XII jurusan Bahasa dan jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo
dan berusaha membandingkan kemampuan antara siswa jurusan Bahasa dan
jurusan IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.2 Kerangka Teori
Pembahasan tentang kerangka teori diuraikan atas tiga bagian, yaitu kata
menganalisis, pengertian cerpen, dan unsur-unsur instrinsik cerpen.
2.2.1 Kata Menganalisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “menganalisis” berasal
dari kata “analisis” yang berarti penyelidikan terhadap terhadap suatu peristiwa,
karangan, perbuatan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan sebenarnya,
(sebab musabab, duduk perkara, dsb) sedangkan dalam taksonomi Bloom
“menganalisis” termasuk kedalam kegiatan belajar ranah kognitif. Menurut Bloom
melalui Nurgiyantoro (2001: 24), dalam penilaian ranah kognitif terdiri atas enam
tingkatan yang disusun dari tingkatan yang lebih sederhana ke yang lebih
kompleks, dari aspek kognitif yang hanya menuntut aktivitas intelektual
sederhana ke yang menuntut aktivitas intelektual tingkat tinggi. Keenam tingkatan
yang dimaksud adalah tingkat ingatan (C1), tingkat pemahaman (C2), tingkat
penerapan (C3), tingkat analisis (C4), tingkat sintesis (C5), dan yang paling tinggi
tingkat evaluasi (C6). Hasil belajar kognitif ini dapat diukur dengan
mempergunakan berbagai bentuk tes obyektif ataupun esai, secara lisan ataupun
tertulis yang pelaksanaannya dapat dilakukan dalam proses pengajaran (tes
formatif) atau pada akhir pengajaran (tes sumatif).
Dari keenam tingkatan ranah kognitif di atas, kegiatan menganalisis
termasuk ke dalam tingkatan kognitif keempat, yaitu tingkat analisis. Menurut
Nurgiyantoro (2001: 335-336) pada tingkat analisis, khususnya analisis kesastraan
siswa disamping dituntut untuk benar-benar membaca karya sastra juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
diharapkan mampu melakukan analisis yang disertai sikap kritis agar dapat
memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan. Sehingga dalam
tingkat analisis, kata-kata kerja operasional (action verb) yang dapat digunakan
untuk menyarankan aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa, diantaranya:
memerinci, mendiagramkan, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menghubungkan, menunjukkan, memilih, memisahkan, dan
membagi.
2.2.2 Pengertian Cerpen
Menurut Edgar Allan Poe melalui Nurgiyantoro (1995: 10), cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk
membaca sebuah novel. Sedangkan menurut Sumardjo dan Saini (1986: 37),
cerpen merupakan cerita yang berbentuk prosa fiksi yang relatif pendek, tidak
sepanjang novel, panjangnya hanya tiga sampai empat halaman, dapat selesai
dibaca dalam waktu setengah sampai dua jam, namun mengandung makna yang
dalam, bersifat rekaan, dan bersifat naratif atau penceritaan. Karena bentuknya
yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada
detil-detil khusus yang kurang penting, yang lenih bersifat memperpanjang cerita.
Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih
banyak, jadi secara implisit dari sekedar apa yang diceritakan.
Sumardjo dan Saini (1986: 36-37), menyebutkan tiga ciri yang mendasar
dalam sebuah cerita pendek, yaitu (1) berbentuk cerita pendek, (2) bersifat rekaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dan (3) bersifat naratif atau cerita rekaan. Hal yang membedakan antara cerpen
dengan cerita fiksi yang lain menurut Nurgiyantoro (1995: 12-16) adalah
penampilan intensitas unsur intrinsik. Dalam hal penokohan, tokoh-tokoh dalam
cerpen lebih terbatas, baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri
tokoh, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan sehingga pembaca harus
merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap tentang tokoh itu. Dalam hal
latar, cerpen tidak memerlukan detil-detil khusus tentang keadaan latar, misalnya
yang menyangkut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan
pelukisan secara garis besar saja, asal telah mampu memberikan suasana tertentu
yang dimaksudkan. Dalam hal plot, plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya
terdiri dari satu urutan peristiwa yang diikuti sampai peristiwa berakhir. Urutan
peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang telah
meningkat, tidak harus bermula pada tahap pengenalan tokoh atau latar. Dalam
hal tema, karena ceritanya pendek, cerpen hanya berisi satu tema. Hal itu
berkaitan dengan keadaan plot yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas. Dalam
hal kepaduan, cerpen yang baik haruslah memenuhi kriteria kepaduan, unity
artinya, segala sesuatu yang diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema
utama. Penampilan berbagai peristiwa yang saling menyusul yang berbentuk plot,
walau tidak bersifat kronologis namun harus tetap berkaitan secara logika.
Jadi secara umum pengertian cerpen dapat disimpulkan sebagai cerita fiksi
yang relatif pendek, hanya ada satu peristiwa, dan hanya menimbulkan satu efek
bagi pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.3 Usur-unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur utama pembangun cerpen. Unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik tersebut
meliputi: tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, serta gaya bahasa
yang digunakan pengarang. Dalam kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen seorang pembaca untuk dapat memahami karya sastra secara lebih
mendalam haruslah secara urut dipahami terlebih dahulu tokoh dan penokohan
(perwatakan), alur peristiwa, dan latar sebelum ia menafsirkan suatu tema. Hal ini
disebabkan tema pada umumnya tidak dikemukakan secara eksplisit, tema
bersembunyi dibalik cerita sehingga penafsirannya haruslah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta yang ada yang secara keseluruhan membangun cerita itu
(Nurgiyantoro, 2007: 85). Berikut uraian satu per satu secara urut unsur-unsur
intrinsik cerpen.
a. Tokoh dan Penokohan
Tokoh menurut Wiyatmi (2006: 30) adalah para pelaku yang terdapat
dalam sebuah fiksi. Tokoh menurut Sudjiman (1988: 16) merupakan individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam
cerita. Sedangkan, tokoh menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165)
adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Sedangkan, penokohan menurut Abram adalah sikap, ketertarikan, keinginan,
emosi, dan prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut.
Tokoh jika dilihat dari perannya dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan
(Sudjiman, 1992: 61), atau tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya
sastra cerita pendek yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 1995: 176). Tokoh ini
selalu muncul di dalam setiap cerita. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh
bawahan adalah tokoh yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih
sedikit, ia hadir apabila ada kaitannya dengan tokoh utama baik secara langsung
maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 177).
Tokoh deilihat dari fungsi penampilannya, dapat dibedakan ke dalam
tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Altenbernd dan Lewis melalui
Nurgiyantoro, (1995: 178-179) mengatakan tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero. Hero yakni
tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma dan nilai-nilai yang ideal
bagi kita, sedangkan tokoh antagonis menurutnya adalah tokoh yang
menyebabkan timbulnya konflik.
Tokoh berdasarkan perwatakannya, cerita dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu simple (flat character) yang biasanya disebut dengan tokoh sederhana, dan
complex (round character) yang biasa disebut dengan istilah tokoh bulat. Tokoh
sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualiotas pribadi tertentu, satu
sifat ataupun satu watak. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan
diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dirinya. Ia dapat memiliki watak dan tigkah laku yang bermacam-macam,
sehingga sulit dideskripsikan secara tepat (Forster melalui Nurgiyantoro, 1995:
181-184).
Tokoh berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan, dapat
dibedakan menjadi tokoh statis (tokoh berkembang) atau satatic character dan
tokoh berkembang atau developing character. Tokoh statis adalah tokoh cerita
yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh
berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan
perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan
(Altenbernd dan Lewis via Nurgiyantoro, (1995: 188).
Tokoh berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap
sekelompok manusia dari kehidupan nyata, dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal
dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit itampilkan
keadaan individualitasnya, dan hanya lebih ditinjolkan kualitas pekerjaan atau
kebangsaannya, sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi
demi cerita itu sendiri. Ia hadir semata-mata hanya demi cerita, dan bahkan
sebenarnya dialah yang empunya cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan
(Altenbernd dan Lewis via Nurgiyantoro, (1995: 190-191). Walaupun tokoh dapat
dilihat dari berbagai segi, ia haruslah seorang tokoh yang hidup secara wajar,
sewajar kehidupan manusia yang memiliki pikiran dan perasaan. Hal itu
disebabkan tokoh menempati posisi yang strategis sebagi pembawa dan
penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kepada pembaca. Karena pentingnya, maka tokoh perlu digambarkan ciri-ciri
lahirnya serta sikap batinnya, agar pembaca juga mengenal watak tokoh.
Penyajian dan watak tokoh inilah yang disebut dengan penokohan. Ada beberapa
metode penokohan, yaitu: 1) metode langsung atau analitis, yaitu pengarang
langsung mengisahkan sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, dan perasaannya; 2)
metode tak langsung atau dramatik. Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari
pikiran, cakapan dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang, bahkan juga
tampilan fisik, serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh; 3) metode
kontekstual, yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan
pengarang mengacu pada sang tokoh (Sudjiman, 1992: 23).
b. Alur
1) Pengertian Alur atau Plot
Alur atau plot merupakan unsur yang penting, bahkan tak sedikit orang
yang menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur yang lain.
Hal itu cukup beralasan sebab kejelasan plot, kejelasan tentang kaitan
antarperistiwa yang dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman
kita terhadap cerita yang ditampilkan pengarang. Menurut Luxemburg melalui
Wiyatmi (2006: 49), alur merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan
kronolik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau yang dialami oleh para
pelaku. Sedangkan menurut Sumardjo (1984: 55) alur didefinisikan sebagai dasar
atau alasan yang menyebabkan terjadinya perkembangan peristiwa dalam sebuah
cerita. Nurgiyantoro (1995: 113) memiliki berbagai pengertian tentang plot yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dikemukan oleh para tokoh. Berikut ini beberapa pengertian alur atau plot dari
beberapa tokoh yang dikutip Nurgiyantoro:
Stanton (1965: 14) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Kenny (1996: 14) mengemukakan plot sebagai peristiwa-pristiwa yang ditampilkan
dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-
pristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Jauh sebelumnya, seperti ditunjukkan
di atas, Forster juga telah mengemukakan hal yang senada. Plot, menurut Forster
(1970 (1927): 93) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan
pada adanya hubungan kausalitas.
2) Tahapan Plot
Plot sebuah cerita tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik
dikemukan secara eksplisit maupun implisit. Menurut Nurgiyantoro (1995: 142-
146), secara teoritis plot dapat diurutkan kedalam tahap-tahap tertentu secara
kronologis. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
a) Tahap Awal.
Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan.
Tahap perkenalan umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan
dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Tahap ini
misalnya, berupa penunjukkan latar, pengenalan tokoh, deskripsi fisik tokoh, dll.
Fungsi pokok tahap awal adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan
seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
b) Tahap Tengah
Tahap tengah cerita juga disebut tahap pertikaian, menampilkan
pertentangan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya,
menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Bagian tengah cerita
merupakan bagian terpanjang, terpenting, dan merupakan klimaks dari karya fiksi
yang bersangkutan. Pada bagian inilah inti cerita disajikan oleh pengarang.
c) Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita atau disebut tahap peleraian, menampilkan
adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan
cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Nurgiyantoro
(1995: 148), juga mengemukakan bahwa penyelesaian sebuah cerita dapat
dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu penyelesaian tertutup dan
penyelesaian terbuka. Penyelesaian yang bersifat tertutup jika keadaan akhir
sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai, cerita sudah habis sesuai dengan
tuntutan logika cerita yang dikembangkan. Sedangkan penyelesaian yang bersifat
terbuka jika menunjuk pada keadaan akhir cerita yang sebenarnya masih belum
berakhir. Berdasarkan tuntutan dan logika cerita, cerita masih potensial untuk
dilanjutkan, konflik belum sepenuhnya diselesaikan. Tokoh-tokoh belum
semuanya ditentukan nasibnya sesuai peran yang diembannya.
Pentahapan plot yang lain juga dikemukan oleh Tasrif melalui
Nurgiyantoro (1995: 149-150). Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Tahap Situation: Tahap Penyituasian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh
cerita. Tahap ini juga merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi
awal, dll.
(2) Tahap Generating Circumstances: Tahap pemunculan Konflik.
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu
sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
(3) Tahap Rising Action: Tahap Peningkatan Konflik
Pada tahap ini konflik yang telah muncul pada tahap sebelumnya semakin
berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik
yang menjadi inti cerita bersifat semakin mencekam dan menegangkan.
(4) Tahap Climax: Tahap Klimaks
Merupakan tahap dimana konflik atau pertentangan yang terjadi, yang
diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak.
(5) Tahap Denouement: Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian.
Ketegangan-ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik lain diberi jalan keluar, dan
cerita diakhiri.
1) Pembedaan Plot atau Alur
Menurut Nurgiyantoro (1995: 153-163), plot dapat dikategorikan ke dalam
beberapa jenis yang berbeda berdasarkan sudut-sudut tinjauan. Pembedaan plot
tersebut diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a) Berdasarkan Kriteria Urutan waktu
Urutan waktu, dalam hal ini berkaitan dengan logika cerita. Dengan
mendasari pada logika cerita pembaca akan dapat menentukan peristiwa mana
yang terjadi lebih dahulu dan mana yang terjadi berikutnya, terlepas dari
penempatannya yang mungkin berada di awal, tengah, atau pada akhir teks. Dari
sinilah secara teoritis plot dibagi ke dalam dua kategiri plot kronologis (plot lurus,
maju, progresif) dan plot tak kronologis (plot sorot balik, mundur, flash-back,
disebut juga regresif).
Dikatakan plot lurus, jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat
kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa
kemudian atau berikutnya. Plot sorot balik atau flash back merupakan plot yang
urutan kejadiannya dikisahkan secar tidak kronologis, cerita tidak dimulai dari
awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru
kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Dalam sebuah karya tidak semuanya
secara mutlak berplot lurus atau sebaliknya berplot sorot balik. Secara garis besar
suatu karya mungkin progeresif tetapi didalamnya betapapun kadar kejadiannya,
sering terdapat adegan sorot balik. Plot yang semacam ini biasanya disebut
dengan plot campuran.
b) Berdasarkan Kritera Jumlah
Kriteria jumlah dimakudkan sebagai banyaknya plot cerita yang terdapat
dalam sebuah karya fiksi. Pembedaan plot berdasarkan kriteria jumlah dibagi
menjadi dua, yaitu plot tunggal dan plotsub-subplot. Plot tunggal jika dalam
pengembangan sebuah cerita hanya menampilkan seorang tokoh protagonis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sebagai hero. Cerita pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh
tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya sedangkan
disebut plot sub-subplot, jika dalam sebuah karya fiksi memiliki lebih dari satu
alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang
dikisahkan perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya.
c). Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Kriteria kepadatan dimaksudkan sebagai padat tidaknya pengembangan
dan perkembangan cerita pada sebuah karya fiksi. Berdasarkan kriteria kepadatan
plot dapat dibedakan menjadi plot padat dan plot longgar. Plot padat terjadi jika
cerita disajikan secara cepat, hubungan antarperistiwa juga terjalin secara erat, dan
pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya. Dalam
plot ini, antara peristiwa yang satu dengan yang lain tak dapat dipisahkan atau
dihilangkan salah satunya. Cerita yang berplot longgar terjadi jika, pergantian
peristiwa demi peristiwa penting berlangsung lambat dan hubungan antar
peristiwa tidak erat. Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain
diselai oleh berbagai peristiwa tambahan.
d). Berdasarkan Kriteria Isi
Kriteria isi dimaksudkan sebagai sesuatu, masalah, kecenderungan
masalah, yang diungkapkan dalam cerita. Friedman via Nurgiyantoro (1995: 162-
163) membedakan plot ke dalam tiga golongan, yaitu plot peruntungan, plot
tokohan, dan plot pemikiran.
Plot Peruntungan. Plot peruntungan berhubungan dengan cerita yang
mengungkap nasib, peruntungan, yang menimpa tokoh utama cerita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bersangkutan. Friedman membagi plot peruntungan menjadi: 1) plot gerak, 2) plot
sedih, 3) plot tragis, 4) plot penghukuman, 5) plot sentimential, dan 6) plot
kekaguman.
Plot Tokohan. Plot tokohan lebih menyoroti keadaan tokoh daripada
kejadian-kejadian yang ada atau berurusan dengan pemplotan. Friedman membagi
plot tokohan menjadi: 1) plot pendewasaan, 2) plot pembentukan, 3) plot
pengujian, dan 4) plot kemunduran.
Plot Pemikiran. Plot pemikiran mengungkapkan sesuatu yang menjadi
bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam obsesi, dan hal-hal lain
yang menjadi masalah hidup dalam kehidupan manusia. Friedman membagi plot
pemikiran menjadi: 1) plot pendidikan, 2) plot pembukaan rahasia, 3) plot afektif,
dan 4) plot kekecewaan.
c. Latar
Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya
peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan
jelas. Latar merupakan tempat dan masa terjadinya peristiwa (Sumardjo, 1984:
58). Menurut Sudjiman (1988: 44), latar merupakan segala keterangan, petunjuk,
pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam suatu karya sastra. Abram via Nurgiyantoro (1995: 216), juga
mendefinisikan latar sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan, sedangkan Stonton via Nurgiyantoro (1995: 216)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita)
sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca
secara faktual jika membaca cerita fiksi.
Berkaitan dengan latar, berkaitan dengan latar fisik, latar spiritual, latar
sosial, latar netral, dan latar tipikal. Latar fisik adalah segala keterangan atau
keadaan mengenai lokasi atau tempat tertentu (nama kota, desa, jalan, hotel,
kamar) dan berkenaan dengan waktu (abad, tahun, tanggal, pagi, siang, saat bulan
purnama, ketika hujan deras). Latar spiritual adalah segala keterangan atau
keadaan mengenai tata cara, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai yang
melingkupi kehadiranya bersama dengan latar fisik, berusaha memperkuat
kehadiran latar fisik tersebut. Latar sosial (keterangan atau keadaan yang
berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial (kebiasaan hidup, tradisi,
kepercayaan) termasuk didalam pengertian latar spiritual. Latar netral adalah latar
yang tidak memiliki sifat khas yang menonjol. Latar semacam ini cenderung
bersifat umum yang dapat berlaku pada suatu waktu dan tempat dimana saja,
sedangkan latar tipikal adalah latar yang menonjolkan sifat khas. Latar jenis ini
cenderung bersifat khusus, berlaku pada suatu waktu dan tempat dimana saja
(Hariyanto, 2000:42).
Berbeda dengan pendapat Nurgiyantoro (1995: 227-233), ia membedakan
latar kedalam tiga unsur pokok, yautu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan bisa berupa nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa nama jelas yang dapat dijumpai
dalam dunia nyata, misalnya Magelang, Yogyakarata, dll.
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” itu
biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi
pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba
masuk kedalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati,
cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita
yang bersangkutan.
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat
mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa;
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir,
bersikap, dll.
d. Tema
Tema adalah gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan menyangkut persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan (Hartoko dan Rahmanto, 1988: 142).
Sumardjo dan Saini (1986: 56), mengatakan bahwa tema adalah ide sebuah cerita.
Sudjiman (1988: 39) mengatakan hal yang sama bahwa tema merupakan gagasan
yang mendasari sebuah cerita. Harymawan melalui Wiyatmi (2006: 49) juga
mendefinisikan tema sebagai landasan idiil dalam menentukan arah cerita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sedangkan menurut Stanton dan Kenny melalui Nurgiyantoro (1995: 67), tema
didefinisikan sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema menjadi
dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian
cerita itu. Tema sebagai makna pokok karya fiksi tidak disembunyikan karena
justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tema adalah gagasan dasar yang mendasari sebuah cerita.
Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda
tergantung dari segi mana hal itu dilakukan. Menurut Nurgiyantoro (1995: 77-84)
pengkategorian tema dapat digolongkan berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu
penggolongan dikhatomis yang bersifat tradisional dan nontradisional,
penggolongan dilihat dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dan
penggolongan dari tingkat keutamaannya. Berikut ini uraian mengenai macam-
macam tema menurut Nurgiyantoro:
1) Tema tradisional dan Nontradisional
Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema
yan hanya itu-itu saja atau telah lama digunakan dan dapat ditemukan dalam
berbagai cerita, termasuk cerita lama. Tema yang dapat dipandang bersifat
tradisional misalnya, berbunyi: a) kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan,
b) tindak kejahatan walau ditutup-tutupi akan terbongkar juga, c) tindak
kebenaran atau kejahatan masing-masing akan memetik hasilnya, d) kawan sejati
pasti kawan dikala duka, dll. Nurgiyantoro (1995: 78) berpendapat bahwa:
Pada umumnya tema-tema tradional merupakan tema yang digemari orang
dengan status sosial apa pun, dimanapun, dan kapanpun. Hal ini disebabkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dasarnya setiap orang cinta akan kebenaran dan membenci sesuatu yang
sebaliknya, (bahkan mungkin) termasuk orang yang sebenarnya tak baik
sekalipun. Hal ini terlihat misalnya, pada cerita pewayangan, Mahabarata dan
Ramayana, yang amat digemari orang sejak zaman dahulu.
Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya sastra mungkin
mengangkat sesuatu yang tidak lazim atau sesuatu yang bersifat nontradisional.
Karena sifatnya yang nontradisional, tema ini mungkin tidak sesuai dengan
harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, mengecewakan, bahkan
mengesalkan. Berhadapan dengan cerita fiksi, pada umumnya orang
mengharapkan yang baik, yang jujur atau tokoh protagonis, akhirnya mengalami
kemenangan atau kejayaan. Sebaliknya, dalam tema ini justru tokoh baik yang
dikalahkan tokoh jahat, pembaca mungkin akan menggugat cerita tersebut
padahal, dalam realitas kehidupan hal tersebut banyak terjadi.
2) Tingkatan Tema Menurut Shipley
Menurut Shipley via Nurgiyantoro (1995: 80-82) tema dibedakan kedalam
lima tingkatan. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Pertama, tema tingkat fisik, manusia sebagai molekul, man as molecul.
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyarankan atau ditunjukkan
pada banyaknya aktifitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan pada
mobilitas fisik daripada kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan.
Kedua, tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma, man as
protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mempersoalkan masalah seksualitas, suatu aktifitas yang hanya dilakukan oleh
makhluk hidup. Berbagai persoalan seksualitas manusia mendapat penekanan
dalam sastra dengan tema ini, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang,
misalnya berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri.
Ketiga, tema sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as socious.
Kehidupan masyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia
dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan,
dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema.
Keempat, tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as
individualism. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun
mempunyai banyak permasalahan dan konflik, antara lain berupa masalah
egoistis, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang
umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.
Kelima, tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang
belum tentu setiap manusia mengalami atau mencapainya. Masalah yang
menonjol dalam tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan pencipta,
masalah regiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti
pandangan hidup, visi, dan keyakinan.
3) Tema Utama dan Tema Tambahan
Tema atau makna cerita dalam sebuah karya fiksi, dapat lebih dari satu
interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya untuk menentukan
tema pokok (tema mayor) dan tema tambahan (tema minor) yang terkandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dalam sebuah cerita. Tema pokok atau tema utama merupakan makna pokok
cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Makna pokok cerita
tersirat dalam sebagian besar cerita bukan makna yang hanya terdapat dalam
bagian-bagian tertentu cerita saja. Makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian
tertentu cerita dapat diindentifikasi sebagai makna bagian, makna tambahan.
Makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema-tema tambahan,
atau tema minor.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view memasalahkan siapa yang bercerita
(Wiyatmi, 2006: 40). Sudut pandang biasa disebut dengan bagaimana cara
pengarang menempatkan dirinya dalam sebuah karya fiksinya. Abram dalam
Nurgiyantoro (1995: 248), mendefinisikan sudut pandang sebagai cara dan atau
pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah
karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi,
teknik siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya. Definisi yang hampir sama juga disampaikan Booth dalam
Nurgiyantoro (19995: 249), ia mendefinisikan sudut pandang sebagai teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.
Menurut Nurgiyantoro (19995: 256-264), berdasarkan pembedaan yang
umum dilakukan orang, sudut pandang dibedakan menjadi tiga, yaitu sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pandang persona ketiga “dia” third-person atau, sudut pandang persona pertama
“aku” atau first-person dan sudut pandang campuran. Dalam sudut pandang
persona ketiga, pengarang menyebutkan sang tokoh dengan menyebut nama, atau
kata ganti; ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap
atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini akan
mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang dibicarakan dan
tokoh mana yang bertindak. Sudat pandang persona ketiga “dia” dapat dibedakan
menjadi dua golongan berdasarkan tingkat kebebebasan dan keterikatan
pengarang terhadap bahan ceritanya. Dua golongan tersebut adalah “dia”
mahatahu dan “dia” terbatas. Bersifat mahatahu jika pengarang, narator, dapat
bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia”, ia
bebas bergerak dari “dia” yang satu ke “dia” yang lain, sedangkan bersifat terbatas
jika pengarang memiliki keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia” yang
diceritakan.
Dalam sudut pandang persona pertama, pengarang atau narrator adalah
seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah,
mengisahkan dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui,
didengar, dilihat, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada
pembaca. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan kedalam dua golongan
berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. “aku” mungkin
menduduki tokoh utama, jadi tokoh utama protagonis, mungkin hanya menduduki
tokoh tambahan, jadi tokoh tambahan protagonis, atau berlaku sebagai saksi,
sedangkan sudut pandang berikutnya yaitu sudut pandang campuran merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sudut pandang dimana pengarang dalam pengisahan tokoh dengan menggunakan
sudut pangang persona ketiga “dia” dan sudut pandang persona pertama “aku”
secara bergantian.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
merupakan cara seorang pengarang dalam menggambarkan tokoh-tokohnya agar
pembaca mengenali, mengerti, dan memahami setiap tindakan yang dilakukan
oleh tokoh yang diceritakannya.
f. Gaya Bahasa
Gaya (gaya bahasa) adalah cara pengungkapan seorang yang khas bagi
seorang pengarang (Wiyatmi, 2006: 42). Cara bagaimana pengarang memilih
tema, persoalan dan menceritakannya di dalam sebuah cerpen. Dengan kata lain,
gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri (Sumardjo dan Saini, 1995: 92),
sedangkan Abram dalam Nurgiyantoro (1995: 276) gaya bahasa disamakan
dengan style yang merupakan cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau
bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
Gaya bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur
kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi, dll.
Gaya bahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan
yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri
dilain pihak merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada
bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya
(Nurgiyantoro 1995: 277). Pilihan kebahasaan yang dipergunakan oleh pengarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dalam karya sastra, biasanya sangat dipengaruhi oleh kepribadian pengarang itu
sendiri (Rahmanto, 1988: 74).
Gaya bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah bahasa yang
digunakan pengarang mudah dipahami, kata-kata tidak berbelit-belit, mudah
dimengerti oleh pembaca atau justru sebaliknya.
2.3 Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra khususnya yang membahas tentang unsur-unsur
instrinsik cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
sebenarnya sudah diajarkan pada kelas X semester 1 namun diperdalam lagi
dikelas XII semester 2. Adapun tujuan dari pembelajaran sastra di SMA menurut
Nurgiantoro (2001: 321) adalah untuk mewujudkan kemampuan siswa dalam
mengapresiasi sastra secara lebih memadai. Sedangkan Rahmanto (1988: 15)
mengatakan, jika pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka
pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat.
Hal ini disebabkan karena sastra memiliki relevansi dengan masalah di dunia
nyata, sehingga agar tujuan pembelajaran sastra ini dapat tercapai dengan baik,
Rahmanto (1988: 26-31) menyarankan beberapa prinsip penting yang harus
dipenuhi dalam pengajaran sastra. Prinsip penting tersebut, adalah bahan
pengajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan
siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Oleh karena itu, pemilihan
bahan ajar sastra yang akan diajarkan kepada siswa harus memperhatikan aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Berikut akan disajikan
singkat ketiga aspek tersebut.
1. Bahasa
Penguasaan suatu bahasa tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap
yang sangat jelas pada setiap individu, sedangkan perkembangan karya sastra
melalui tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan, misalnya cara
penulisan yang digunakan pengarang, ciri-ciri karya itu pada waktu penulisan
karya, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu,
agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan
ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.
2. Psikologi
Perkembangan psikologis mulai dari anak-anak hingga dewasa tentu
melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam memilih
bahan pengajaran sastra, tahap-tahap psikologis ini hendaknya diperhatikan
karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan
anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis juga sangat
berpengaruh pada daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja
sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang
dihadapi.
3. Latar Belakang Budaya
Sastra berkaitan erat dengan semua aspek kehidupan manusia dan alam
dengan keseluruhannya. Maka dalam pemilihan bahan pengajaran, guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
hendaknya mengutamakan karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para
siswa. Dengan demikian siswa akan tertarik pada karya sastra dengan latar
belakang kehidupan mereka, apalagi bila karya sastra tersebut menghadirkan
tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan
orang-orang di sekitar mereka.
Nurgiantoro (2001: 321), juga memiliki pendapat yang hampir sama dengan
Rahmanto, bahwa pemilihan bahan pengajaran, dan juga bahan yang akan
diteskan, harus menopang tercapainya tujuan untuk membimbing dan
meningkatkan kemampuan mengapresiasi sastra siswa. Secara garis besar bahan
pengajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu golongan bahan
apresiasi tak langsung dan golongan apresiasi langsung. Bahan pengajaran sastra
tak langsung berfungsi untuk menunjang berhasilnya pengajaran apresiasi sastra
yang bersifat langsung. Bahan apresiasi yang tak langsung menyaran pada bahan
pengajaran yang bersifat teoritis dan sejarah, tepatnya teori sastra dan sejarah
sastra, atau pengetahuan tentang sastra. Sedangkan pengajaran apresiasi langsung
menyaran pada pengertian bahwa siswa langsung dihadapkan pada berbagai jenis
karya sastra. Siswa secara kritis dibimbing untuk memahami, emngenali berbagai
unsur yang semuanya tercakup dalam wadah apresiasi. Untuk melakukan hal
tersebut siswa diperlukan bekal teoritis, dengan bekal teoritis siswa akan mampu
menimba berbagai pengalaman kehidupan karya sastra, sendiri dan langsung, tak
terbatas pada lingkup dan waktu di sekolah.
Setelah memberikan bahan sastra yang sesuai, maka guru hendaknya juga
memberikan tugas-tugas yang mampu menuntut aktivitas mental serta sikap kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
siswa dalam membaca dan menganalisis karya sastra. Setelah itu, guru hendaknya
juga memberikan penilaian terhadap aktivitas siswa tersebut. Penilaian ini
berfungsi untuk mengungkapkan kemampuan apresiasi sastra siswa dan
menunjang tercapainya tujuan pengajaran apresiasi sastra. Nurgiyantoro (2001:
326-339) mengemukakan bahwa ada empat ranah penting yang harus dilakukan
dalam penilaian hasil belajar. Keempat ranah penting tersebut, diantaranya:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan dan proses berpikir, dan
dibedakan dalam tingkatan yang paling sederhana, tingkat ingatan, sampai tingkat
yang paling kompleks. Hasil belajar kognitif dapat diukur dengan menggunakan
berbagai tes objektif maupun esai, baik secara lisan maupun tertulis.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan masalah sikap, pandangan dan nilai-
nilai yang diyakini seseorang. Bagaimana sikap dan pandangan seseorang
terhadap karya sastra tampak dari tingkah lakunya “memperlakukan” sesuatu yang
bersangkutan. Hasil belajar afektif dapat diukur dengan wawancara, pengamatan
terhadap tingkah laku yang mencerminkan sikap siswa terhadap sastra, atau
dengan memberikan tugas-tugas tertulis.
3. Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotorik berhubungan dengan aktivitas otot, fisik, atau
gerakan-gerakan anggota badan. Hasil belajar psikomotorik adalah ketrampilan
gerak tertentu yang diperoleh setelah peristiwa belajar.
4. Tingkat Tes Kesastraaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tes kesastraan yang dimaksudkan adalah menunjuk pada tingkatan tes
kognitif yang terdiri dari enam tingkatan yaitu dari yang paling sederhana ke
tingkat yang paling tinggi. Adapun keenam tingkatan tes kognitif tersebut sebagai
berikut:
a. Tes kesastraan tingkat ingatan, yaitu menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali kemampuan ingatannya yang berhubungan dengan fakta, konsep,
pengertian, definisi, atau penamaan suatu hal.
b. Tes kesastraan tingkat pemahaman, yaitu siswa dituntut untuk mampu
memahami, membedakan dan menjelaskan fakta, hubungan antarkonsep, dan
hal lain yang sifatnya lebih dari sekedar mengingat.
c. Tes kesastraan tingkat penerapan, yaitu tes yang menghendaki siswa mampu
menerapkan pengetahuan teoritisnya kedalam kegiatan praktis yang kongkret.
Misalnya: mengubah cerita bentuk naratif ke dalam bentuk dialog.
d. Tes kesastraan tingkat analisis, yaitu menuntut siswa untuk benar-benar
membaca karya sastra tertentu dan menganalisis isi cerita yang disertai dengan
sikap kritis. Misalnya: siswa bisa mengidentifikasi, membedakan, menyeleksi,
dan memilih unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra.
e. Tes kesastraan tingkat sintesis. Tes ini merupakan kelanjutan dari tes tingkat
analisis, dimana siswa dituntut untuk mampu mengatagorikan,
menghubungkan, mengkombinasikan, menjelaskan, dan meramalkan hal-hal
yang berhubungkan dengan karya sastra dan antarkarya sastra.
f. Tes kesastraan tingkat penilaian atau evaluasi. Siswa diharapkan mampu
melakukan penilaian terhadap berbagai masalah kesastraan, baik karya sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan berbagai unsurnya, maupun kehidupan sastra secara keseluruhan. Tes
berpikir tingkat evaluasi antara lain berupa: kemampuan menilai suatu hal,
misalnya mengenai masalah ketepatan pilihan kata, ungkapan, dan kalimat
yang berhubungan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik.
2.3 Jurusan di SMA
Berdasarkan struktur kurikulum SMA tahun 2006, program penjurusan
dilakukan di kelas XI dan XII yang terdiri atas tiga jurusan, yaitu jurusan IPA,
jurusan IPS, dan jurusan Bahasa. Khusus untuk jurusan IPA dan Bahasa kelas
XII, beban tiap mata pelajarannya sebagai berikut:
2.3.1 Jurusan IPA
Pada jurusan IPA, siswa dituntut untuk lebih menguasai bidang eksakta.
Bidang eksakta mencakup beberapa mata pelajaran, yaitu Fisika, Kimia, Biologi,
dan Matematika. Paket jurusan IPA memuat sejumlah mata pelajaran pokok serta
alokasi waktu. Hal ini akan diuraikan secara rinci berikut ini.
Tabel 2.4.1.1
Struktur Kurikulum SMA Kelas XII Jurusan IPA
No. Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
1 Pendidikan Agama 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4
4 Bahasa Inggris 4 4
5 Matematika 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
6 Fisika 4 4
7 Kimia 4 4
8 Biologi 4 4
9 Sejarah 1 1
10 Seni Budaya 2 2
11
Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 2 2
12
Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2
13 Keterampilan / Bahasa Asing 2 2
B Muatan Lokal 2 2
C Pengembangan Diri 2*) 2*)
Jumlah 39 39
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Pada tabel di atas, tampak bahwa:
a. Waktu pelajaran Bahasa Indonesia empat (4) jam pertemuan per
minggu.
b. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
2.3.2 Jurusan Bahasa
Pada jurusan Bahasa, siswa dituntut untuk menguasai bidang
kebahasaan, seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia, Sastra Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Bahasa Asing lainnya. Struktur jurusan Bahasa memuat jumlah mata
pelajaran pokok serta alokasi waktu yang disajikan pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 2.4.2.1
Struktur Kurikulum SMA Kelas XII Jurusan Bahasa
No. Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
1 Pendidikan Agama 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3 Bahasa Indonesia 5 5
4 Bahasa Inggris 5 5
5 Matematika 3 3
6 Sastra Indonesia 4 4
7 Bahasa Asing 4 4
8 Antropologi 2 2
9 Sejarah 2 2
10 Seni Budaya 2 2
11
Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 2 2
12
Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2
13 Keterampilan 2 2
B Muatan Lokal 2 2
C Pengembangan Diri 2*) 2*)
Jumlah 39 39
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Pada tabel di atas, tampak bahwa:
a. Waktu pelajaran Bahasa Indonesia lima (5) jam pertemuan per
minggu.
b. Waktu pelajaran Sastra Indonesia empat (4) jam pertemuan per
minggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Total pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sembilan (9) jam
pertemuan per minggu.
d. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
Dari kedua tabel di atas tampak bahwa, pada jurusan IPA hanya terdapat
pelajaran Bahasa Indonesia dan tidak terdapat pelajaran Sastra Indonesia, yang
alokasi waktunya hanya empat (4) jam pertemuan per minggunya namun untuk
pelajaran Sastra Indonesia biasanya digabungkan dengan pelajaran Bahasa
Indonesia. Sedangkan pada jurusan Bahasa, pelajaran Bahasa Indonesia dan Sastra
Indonesia jika digabungkan total alokasi waktunya yaitu sembilan (9) jam
pertemuan per minggu dan satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 45
menit.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, sampai
terbukti melalui data terkumpul (Arikunto, 1973: 62). Berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, alokasi waktu pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia pada program Bahasa lebih banyak dibanding program IPA,
yakni program Bahasa sembilan (9) jam pertemuan per minggu sedangkan untuk
program IPA hanya empat (4) jam pertemuan per minggu. Berdasarkan alokasi
waktu pembelajaran tersebut, peneliti memiliki hipotesis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Hipotesis I:
Kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup.
Hipotesis II:
Kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo
tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf baik.
Hipotesis III:
Kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA
dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2010/2011 lebih tinggi jurusan Bahasa dibandingkan jurusan IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam bab ini akan dibicarakan tentang jenis penelitian, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi
kemampuan menganalisis cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni
Siswa kelas XII jurusan Bahasa dan jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala
menurut apa adanya saat penelitian dilakukan (Arikunto, 1989: 309). Penelitian
kuantitatif sendiri menurut Soewandi (2008: 7), merupakan penelitian yang
kerangka teorinya sudah ada dan akan dipergunakan sebagai dasar untuk
menentukan atau mengintrepetasikan data.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA dan
siswa kelas XII jurusan Bahasa, SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2010/2011. Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1989:
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
102). Populasi dibatasi sebagai sekelompok objek atau individu atau peristiwa
yang menjadi perhatian peneliti yang akan dikenai generalisasi penelitian (Gay via
Soewandi, 2008).
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi, yaitu
siswa kelas XII jurusan IPA berjumlah 21 siswa dan siswa jurusan Bahasa
berjumlah 22 siswa sehingga keseluruhan sampelnya 43 siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soewandi, (2008: 4) bahwa jika dalam penelitian subjek kurang
dari 100 orang, maka populasi tersebut diambil sebagai sampel penelitian. Sampel
sendiri merupakan sebagian dari populasi yang dapat dipakai untuk
menyimpulkan, menggeneralisasikan subjek, asal pengambilan itu benar-benar
mewakili populasi (Soewandi, 2008: 4).
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai dengan
petunjuk perintah untuk mengerjakan tes analisis unsur-unsur instrinsik cerpen.
Menurut Arikunto (2002: 129), instrumen penelitian merupakan alat tes yang
digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa angket, wawancara, tes
objektif, tes esai, dsb. Adapun butir-butir soal yang digunakan untuk tes
mengukur kemampuan menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen diambil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
cerita pendek yang berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni. Berikut kisi-
kisi soal tes menganalisisnya.
Tabel 3.3.1
Kisi-Kisi Soal Tes
No. Analisis Butir-Butir Analisis
1 Tokoh dan Penokohan
a. Dilihat dari segi peranan (tingkat pentingnya tokoh)
b. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh c. Berdasarkan pengembangan wataknya. d. Berdasarkan kemungkinan pencerminan
manusia dalam kehidupan nyata. 2 Alur a. Unsur-unsur alur (a) tahap penyituasian
(pengenalan), (b) pemunculan konflik (c) tahap peningkatan konflik, (d) tahap klimaks (e) tahap penyelesaian?
b. Ditinjau dari segi penyusunan peristiwa. c. Ditinjau dari segi akhir cerita. d. Ditinjau dari segi kuantitasnya. e. Ditinjau dari segi kualitasnya.
3 Latar a. Latar fisik (berkenaan dengan tempat dan waktu peristiwa)
b. Latar sosial (kebiasaan hidup, tradisi, kepercayaan).
4 Tema a. Tema tradisonal dan nontradisonal. b. Tema utama dalam cerpen?
5 Sudut Pandang Penggunaan sudut pandang yang digunakan oleh pengarang
6 Gaya Bahasa a. Dari segi penggunaan bahasa. b. Dari segi judul dan ketepatannya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan skor tentang kemampuan
dalam menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen didapat dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
teknik tes. Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes esai. Semua
butir tes diambil dari cerita pendek “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:
1. Peneliti memberikan soal-soal tes kepada siswa, yang berupa perintah untuk
mengerjakan butir-butir soal yang diberikan.
2. Peneliti mengumpulkan hasil kerja siswa berupa data-data mentah yang belum
diolah.
3.5 Teknik Analisis Data
Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek. Hail pencatatan itu
merupakan fakta dan data yang digunakan sebagai bahan informasi (Arikunto,
1991:91). Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil
pengukuran menjadi data yang lebih halus, sehingga memberikan arah untuk
mengkaji lebih lanjut (Sudjana, 1989: 128).
Data yang berupa hasil menganalisis cerpen dikoreksi berdasarkan bobot
skor yang telah ditentukan. Penilaian meliputi ketepatan tujuh aspek. Adapun
bobot penilaiannya sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3.5.1
Apek Penilaian Hasil Analisis Siswa
No. Aspek Penilaian Rentang Skor
Bobot Skor
Skor Maksimal
A. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh utama dan tokoh tambahan.
2. Tokoh protagonis dan antagonis
3. Tokoh statis dan tokoh berkembang
4. Tokoh tipikal dan tokoh netral
0 – 4
0 – 4
0 – 4
0 – 4
1
16
B. Alur
3.4.1 Tahapan alur
3.4.2 Alur ditinjau dari segi penyusunan peristiwa (alur kronologis atau flash back).
3.4.3 Alur ditinjau dari segi akhir cerita (alur terbuka atau alur tertutup)
3.4.4 Alur ditinjau dari segi kuantitasnya (alur tunggal atau jamak).
3.4.5 Alur ditinjau dari segi kualitasnya (alur rapat atau tunggal).
0 – 4
0 – 4
0 – 4
0 – 4
0 – 4
2
40
C. Latar
1. Latar fisik
2. Latar sosial
0 – 4
0 – 4
1
8
D. Tema
1. Pembedaan tema berdasarkan ketradisian tema (tema tradisional
0 – 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
atau nontradisional)
2. Tema utama
0 - 4
1 8
E. Sudut Pandang
1. Sudut pandang yang dipakai pengarang
0 – 4
1
4
F. Gaya Bahasa
1. Dari segi penggunaan bahasa.
2. Dari segi pemilihan judul dan ketepatannya
0 – 4
0 – 4
1
8
Jumlah 84
Berdasarkan aspek penilaian di atas, keseluruhan penilaian diberikan skor
maksimal 100, yang diperoleh dari perhitungan:
84 (skor capaian siswa) x 100 = 100
84 (skor maksimal betul semua)
Berikut ini uraian secara rinci kriteria penilaian berdasarkan ketujuh
aspek hasil analisis siswa pada cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 3.5.2 Kriteria Penilaian Hasil Analisis Siswa
No. Kriteria Penilaian Rentang Skor
A. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh utama dan tokoh tambahan
a. Siswa mampu analisis tokoh utama dan tokoh
tambahan beserta bukti penjelasan yang tepat,
diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis tokoh utama dan
tokoh tambahan namun salah satu bukti
penjelasannya kurang tepat, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis tokoh utama dan
tokoh tambahan namun semua bukti
penjelasannya salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis tokoh utama
atau tokoh tambahan saja tanpa bukti penjelasan
yang tepat, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh utama
dan tokoh tambahan beserta bukti
penjelasannya, diberi skor 0.
2. Tokoh protagonis dan antagonis
a. Siswa mampu menganalisis tokoh protagonis
dan tokoh antagonis beserta bukti penjelasan
yang tepat, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis tokoh protagonis
4
3
2
1
0
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan tokoh antagonis namun salah satu bukti
penjelasannya kurang tepat, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis tokoh protagonis
dan tokoh antagonis namun semua bukti
penjelasannya salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis tokoh
protagonis atau tokoh antagonis saja tanpa bukti
penjelasan yang tepat, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh
protagonis dan tokoh antagonis beserta bukti
penjelasannya, diberi skor 0.
3. Tokoh statis dan tokoh berkembang
a. Siswa mampu analisis tokoh statis dan tokoh
berkembang beserta bukti penjelasan yang tepat,
diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis tokoh statis dan
tokoh berkembang namun salah satu bukti
penjelasannya kurang tepat, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis tokoh statis dan
tokoh berkembang namun semua bukti
penjelasannya salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis tokoh statis
atau tokoh berkembang saja tanpa bukti
penjelasan yang tepat, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh statis
dan tokoh berkembang beserta bukti
2
1
0
4
3
2
1
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
penjelasannya, diberi skor 0.
4. Tokoh tipikal dan tokoh netral
a. Siswa mampu menganalisis tokoh tipikal dan
tokoh netral beserta bukti penjelasan yang tepat,
diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis tokoh tipikal dan
tokoh netral namun salah satu bukti
penjelasannya kurang tepat, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis tokoh tipikal dan
tokoh netral namun semua bukti penjelasannya
salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis tokoh tipikal
atau tokoh netral saja tanpa bukti penjelasan
yang tepat, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh tipikal
dan tokoh netral beserta bukti penjelasannya,
diberi skor 0.
4
3
2
1
0
B. Alur
1. Tahapan alur
a. Siswa mampu menjelaskan lima (5) tahapan
alur, dari mulai tahap penyituasian, tahap
pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik,
tahap klimaks, dan tahap penyelesaian dengan
tepat, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menjelaskan empat (4) tahapan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
alur dengan tepat, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menjelaskan minimal dua (2)
tahapan alur dengan tepat, diberi skor 2.
d. Siswa mampu menjelaskan satu (1) tahapan alur
dengan tepat, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menyebutkan tahapan alur
beserta penjelasannya, diberi skor 0.
2. Alur ditinjau dari segi penyusunan peristiwa (alur
kronologis atau flash back).
a. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
penyusunan peristiwa beserta penjelasan atau
bukti yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
penyusunan peristiwa beserta penjelasan atau
bukti yang mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
penyusunan peristiwa namun penjelasan atau
bukti salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan jenis alur dari
segi penyusunan peristiwa tanpa memberikan
penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan jenis alur dari
segi penyusunan peristiwa, diberi skor 0.
3. Alur ditinjau dari segi akhir cerita (alur terbuka
atau tertutup).
3
2
1
0
4
3
2
1
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
akhir cerita beserta penjelasan atau bukti yang
benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
akhir cerita beserta penjelasan atau bukti yang
mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
akhir cerita namun penjelasan atau bukti salah,
diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan jenis alur dari
segi akhir cerita tanpa memberikan penjelasan,
diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan jenis alur dari
segi akhir cerita, diberi skor 0.
4. Alur ditinjau dari segi kuantitasnya (alur tunggal
atau jamak).
a. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kuantitas beserta penjelasan atau bukti yang
benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kuantitas beserta penjelasan atau bukti yang
mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kuantitas namun penjelasan atau bukti salah,
diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan jenis alur dari
4
3
2
1
0
4
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
segi kuantitas cerita tanpa memberikan
penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan jenis alur dari
segi kuantitas, diberi skor 0.
5. Alur ditinjau dari segi kualitasnya (alur rapat atau
tunggal).
a. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kualitas beserta penjelasan atau bukti yang
benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kualitas beserta penjelasan atau bukti yang
mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan jenis alur dari segi
kualitas namun penjelasan atau bukti salah,
diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan jenis alur dari
segi kualitas tanpa memberikan penjelasan,
diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan jenis alur dari
segi kualitas, diberi skor 0.
1
0
4
3
2
1
0
C. Latar
1. Latar fisik
a. Siswa mampu menyebutkan latar fisik dalam
cerpen beserta penjelasan atau bukti yang benar,
diberi skor 4.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b. Siswa mampu menyebutkan latar fisik dalam
cerpen beserta penjelasan atau bukti yang
mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menyebutkan latar fisik dalam
cerpennamun penjelasan atau bukti salah, diberi
skor 2.
d. Siswa hanya mampu menyebutkan latar fisik
dalam cerpen tanpa memberikan penjelasan,
diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menyebutkan latar fisik
dalam cerpen, diberi skor 0.
2. Latar sosial
a. Siswa mampu menyebutkan latar sosial dalam
cerpen beserta penjelasan atau bukti yang benar,
diberi skor 4.
b. Siswa mampu menyebutkan latar sosial dalam
cerpen beserta penjelasan atau bukti yang
mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menyebutkan latar sosial dalam
cerpennamun penjelasan atau bukti salah, diberi
skor 2.
d. Siswa hanya mampu menyebutkan latar sosial
dalam cerpen tanpa memberikan penjelasan,
diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menyebutkan latar sosial
dalam cerpen, diberi skor 0.
3
2
1
0
4
3
2
1
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
D. Tema
1. Pembedaan tema berdasarkan ketradisian tema
(tema tradisional atau nontradisional)
a. Siswa mampu menentukan tema berdasarkan
ketradisian tema beserta penjelasan atau bukti
yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan tema berdasarkan
tema ketradisian tema beserta penjelasan atau
bukti yang mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan tema berdasarkan
tema ketradisian tema namun penjelasan atau
bukti salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan tema
berdasarkan tema ketradisian tema tanpa
memberikan penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan tema
berdasarkan tema ketradisian tema, diberi skor
0.
2. Tema utama
a. Siswa mampu menentukan tema utama beserta
penjelasan atau bukti yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan tema utama beserta
penjelasan atau bukti yang mendekati benar,
diberi skor 3.
4
3
2
1
0
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
c. Siswa mampu menentukan tema utama namun
penjelasan atau bukti salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan tema utama
tanpa memberikan penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan tema utama,
diberi skor 0.
2
1
0
E. Sudut Pandang
1. Sudut pandang yang dipakai pengarang
a. Siswa mampu menentukan sudut pandang yang
dipakai pengarang dalam cerpen beserta
penjelasan atau bukti yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menentukan sudut pandang yang
dipakai pengarang dalam cerpen beserta
penjelasan atau bukti yang mendekati benar,
diberi skor 3.
c. Siswa mampu menentukan sudut pandang yang
dipakai pengarang dalam cerpen namun
penjelasan atau bukti salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menentukan sudut pandang
yang dipakai pengarang dalam cerpen tanpa
memberikan penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menentukan sudut pandang
yang dipakai pengarang dalam cerpen, diberi
skor 0.
4
3
2
1
0
F. Gaya Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1. Dari segi penggunaan bahasa.
a. Siswa mampu menganalisis segi penggunaan
bahasa pengarang beserta penjelasan atau bukti
yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis segi penggunaan
bahasa pengarang beserta penjelasan atau bukti
yang mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis segi penggunaan
bahasa pengarang namun penjelasan atau bukti
salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis segi
penggunaan bahasa pengarang tanpa
memberikan penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis segi
penggunaan bahasa pengarang, diberi skor 0.
2. Dari segi pemilihan judul dan ketepatannya
a. Siswa mampu menganalisis segi pemilihan judul
dan ketepatannya beserta penjelasan atau bukti
yang benar, diberi skor 4.
b. Siswa mampu menganalisis segi pemilihan judul
dan ketepatannya beserta penjelasan atau bukti
yang mendekati benar, diberi skor 3.
c. Siswa mampu menganalisis segi pemilihan judul
dan ketepatannya namun penjelasan atau bukti
salah, diberi skor 2.
d. Siswa hanya mampu menganalisis segi
4
3
2
1
0
4
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pemilihan judul dan ketepatannya tanpa
memberikan penjelasan, diberi skor 1.
e. Siswa tidak mampu menganalisis segi pemilihan
judul dan ketepatannya, diberi skor 0.
1
0
Langkah berikutnya adalah mengubah skor mentah menjadi nilai jadi. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan antara siswa jurusan
IPA dan Bahasa dalam menganalisis cerita pendek dan perbedaan tingkat
kemampuan menganalisis cerita pendek antara siswa jurusan IPA dan Bahasa.
Adapun langkah-langkah untuk mengubah skor mentah menjadi nilai jadi
adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menghitung nilai rata-rata siswa (mean) beserta simpangan baku dari
penyimpangan skor individual siswa untuk masing-masing jurusan (kelas XII
jurusan IPA dan jurusan Bahasa).
Tabel 3.5.3
Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa
Subjek (N)
Skor (X) Mean ( X )
Rumus untuk mencari mean adalah
( X )=NX∑
Keterangan:
( X ) : Mean (rata-rata)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
∑ X : Jumlah nilai yang dimiliki sampel
N : Jumlah sampel (Nurgiyantoro, 2001: 361)
Tabel 3.5.4
Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap Skor
Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo
No Skor (X)
x
(X - X ) 2x
N= ∑ 2x =
Berdasarkan data di atas kemudian dicari simpangan baku dengan
menggunakan rumus:
S=)1(
2
−∑N
X
Keterangan:
S = Simpangan baku/standar devisiasi
x = (x kecil) besarnya penyimpangan individual.
N = Jumlah subjek
b. Setelah nilai rata-rata dan simpangan baku dihitung, peneliti mengkorversikan
nilai tersebut ke dalam pedoman koversi angka skala seratus dan pedoman
konversi angka skala seratus. Fungsi kedua pedoman untuk mencerminkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
prestasi siswa sekaligus mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang sudah diajarkan (Nurgiantoro, 2001: 398). Berikut ini tabel
pedoman konversi angka ke dalam persentase skala seratus.
Tabel 3.5.5
Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus
Skala Sigma Skala Angka Skala 1-100
+2,25 x +2,25S 100 +1,75 x +1,75S 90 +1,25 x +1,25S 80 +0,75 x +0,75S 70 +0,25 x +0,25S 60 -0,25 x -0,25S 50 -0,75 x -0,75S 40 -1,25 x -1,25S 30 -1,75 x -1,75S 20 -2,25 x -2,25S 10
Tabel 3.5.6
Pedoman Patokan dengan Perhitungan Persentase Skala Seratus
Interval Persentase Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala Seratus
Keterangan
96%-100% 100 Sempurna
86%-95% 90 Baik Sekali 76%-85% 80 Baik 66%-75% 70 Cukup 56%-65% 60 Sedang 46%-55% 50 Hampir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Sedang 36%-45% 40 Kurang 26%-35% 30 Kurang Sekali 16%-25% 20 Buruk
0%-15% 10 Buruk Sekali
c. Terakhir adalah menentukan perbedaan tingkat pemahaman antara siswa
jurusan Bahasa dan IPA dalam memahami cerita pendek. Untuk menentukan
ada tidaknya perbedaan dari kelompok yang dibandingkan, dicari taksiran
varian dengan rumus:
( )221
21
222
−+
+= ∑ ∑
nnXX
S
Keterangan:
21X∑ = Jumlah skor kuadrat kelompok satu
22X∑ = Jumlah skor kuadrat kelimpok dua
Kemudian ada tidaknya perbedaan ditentukan dengan rumus uji-t,
sebagai berikut:
t =
2
2
1
2
21
nS
nS
XX
+
−
keterangan:
t = Koefisien yang dicari
=1n Jumlah sampel kelompok satu
=2n Jumlah sampel kelompok dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
=1X Nilai rata-rata kelompok satu
=2X Nilai rata-rata kelompok dua
=2S Taksiran varian (Nurgiyantoro, 2001: 109)
Jika harga t- obsrvasi diketahui selanjutnya dikonsultasikan dengan t- tabel
dengan taraf signifikan tertentu. Dalam penelitian pendidikan, taraf signifikan
yang digunakan biasanya 1% dan 5%. Dalam penelitian ini, taraf signifikan yang
digunakan adalah 5%. Peneliti harus menerima kesimpulan penelitian, walaupun
dari populasi ada 5% yang meleset dan tidak sesuai dengan kesimpulan. Dengan
demikian, harga t- obsrvasi dapat ditafsirkan, apakah ada perbedaan atau tidak dari
kelompok yang dibandingkan itu. Apabila harga t- obsrvasi lebih kecil dari harga t-
tabel , ( )10 tt < , maka tidak ada perbedaan antara dua hal yang dibandingkan
tersebut. Sebaliknya, apabila harga t- obsrvasi lebih besar atau sama dengan t-
( )10 tt > , maka antara dua hal yang dibandingkan tersebut mempunyai perbedaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini akan dibahas tentang deskripsi data, analisis data,
pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
4.1 Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif. Data
kuantitatif yang dimaksud berupa skor yang diperoleh dari hasil tes menganalisis
unsur-unsur instrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni. Tes
diikuti oleh siswa kelas XII jurusan Bahasa dan siswa kelas XII jurusan IPA,
SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011. Tes dilaksanakan pada tanggal
2 dan 12 November 2010.
Data yang berupa skor yang diperoleh dari hasil tes menganalisis unsur-
unsur instrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni, diperoleh
dari seluruh jumlah populasi yaitu kelas XII jurusan Bahasa berjumlah 22 siswa
dan jurusan IPA berjumlah 21 siswa sehingga keseluruhan sampelnya 43 siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Soewandi, 2008: 4) bahwa jika dalam penelitian
subjek kurang dari 100 orang, maka populasi tersebut diambil sebagai sampel
penelitian. Dalam penelitian ini karena terdapat 7 siswa yang tidak hadir maka
populasi berkurang menjadi 36 siswa. Data siswa dari jurusan Bahasa berjumlah
17 dan data siswa dari jurusan IPA berjumlah 19.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.1.1
Populasi, Sampel, Jumlah Siswa yang Mengikuti dan Tidak
Mengikuti Tes
Dari data penelitian untuk jurusan Bahasa diperoleh skor tertinggi 81dan
skor terendah 30, sedangkan untuk jurusan IPA diperoleh skor tertinggi 92 dan
skor terendah 61.
4.2 Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa dan jurusan IPA dalam menganalisis
unsur-unsur instrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni dan
perbedaan kemampuan antar kedua jurusan tersebut. Berikut ini dipaparkan hasil
penelitian kemampuan menganalisis unsur-unsur instrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni oleh siswa kelas XII jurusan Bahasa dan
jurusan IPA, SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011.
KELAS JUMLAH SISWA
(POPULASI)
JUMLAH SISWA YANG
MENGIKUTI TES
JUMLAH SISWA YANG TIDAK
MENGIKUTI TES
SAMPEL
XII IPA 21 19 2 19 XII
BAHASA 22 17 5 17
∑ 43 36 7 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.1 Kemampuan Siswa Kelas XII Jurusan IPA
Skor yang diperoleh seorang siswa (skor mentah) biasanya mempunyai
penyimpangan atau perbedaan dengan nilai rata-rata yang dicapai seluruh siswa
(Nurgiyantoro, 2006: 367). Besarnya penyimpangan baku itu diperoleh dengan
jalan: skor mentah dikurangi nilai rata-rata atau jika ditulis dengan rumus:
XXx −=
Keterangan :
x = (x kecil) besarnya penyimpangan individual.
=X (X besar) skor mentah.
=X (X bar) nilai rata-rata.
Sebelum diperoleh penyimpangan individual maka perlu dihitung terlebih
dahulu nilai rata-rata siswa. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata siswa adalah
sebagai berikut:
( X )=NX∑
Keterangan:
( X ) = Mean (rata-rata)
∑ X = Jumlah nilai yang dimiliki sampel
N = Jumlah sampel
Berikut disajikan data skor-skor siswa kelas XII jurusan IPA beserta
perhitungan mean atau nilai rata-rata siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.2.1.1
Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa Jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo
Subjek (N)
Skor (X) Mean ( X )
1 92 ( X )=NX∑
( X )=19
1348
( X )= 70,95
2 88
3 78
4 76
5 75
6 73
7 71
8 71
9 71
10 70
11 70
12 69
13 69
14 68
15 63
16 61
17 61
18 61
19 61
N= 19 ∑X = 1348 =X 70,95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Jadi nilai rata-rata dari siswa kelas XII IPA, yaitu 70,95, untuk mencari
simpangan baku data-data di atas disajikan lagi ke dalam tabel berikut.
Tabel 4.2.1.2
Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap Skor
Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo
No Skor (X)
x
(X - X ) 2x
1 92 21.053 443.213
2 88 17.053 290.792
3 78 7.053 49.740
4 76 5.053 25.529
5 75 4.053 16.424
6 73 2.053 4.213
7 71 0.053 0.003
8 71 0.053 0.003
9 71 0.053 0.003
10 70 -0.947 0.898
11 70 -0.947 0.898
12 69 -1.947 3.792
13 69 -1.947 3.792
14 68 -2.947 8.687
15 63 -7.947 63.161
16 61 -9.947 98.950
17 61 -9.947 98.950
18 61 -9.947 98.950
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
19 61 -9.947 98.950
N=19 ∑ 2x = 1306.95
Berdasarkan data di atas maka dapat dicari simpangan bakunya dengan
menggunakan rumus:
S=)1(
2
−∑N
X
Keterangan:
S = Simpangan baku/standar devisiasi
x = (x kecil) besarnya penyimpangan individual.
N = Jumlah subjek
Perhitungannya:
S=)1(
2
−∑N
X
S=)119(
1306.95−
S= 8,52
Jadi simpangan bakunya adalah 8,52. Setelah nilai rata-rata dan simpangan
baku diperoleh, kemudian nilai dikorversikan ke dalam pedoman koversi angka
skala seratus dan pedoman patokan presentase skala seratus. Fungsi kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pedoman adalah untuk mencerminkan prestasi siswa sekaligus mencerminkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang sudah diajarkan (Nurgiantoro,
2001: 398). Berikut ini tabel pedoman konversi angka ke dalam persentase skala
seratus.
Tabel 4.2.1.3
Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus untuk Nilai Hasil Tes
Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul “Katuranggan”
Siswa Kelas XII Jurusan IPA
Skala Sigma Skala Angka
Skala Seratus
+2,25 70,95 + (2,25 x 8,52)= 90,12 100
+1,75 70,95 + (1,75 x 8,52)= 85,86 90
+1,25 70,95 + (1,25 x 8,52)= 81,50 80
+0,75 70,95 + (0,75 x 8,52)= 77,34 70
+0,25 70,95 + (0,25 x 8,52)= 73,08 60
-0,25 70,95 – (0,25 x 8,52)= 68,82 50
-0,75 70,95 - (0,75 x 8,52)= 64,56 40
-1,25 70,95 - (1,25 x 8,55)= 60,30 30
-1,75 70,95 - (1,75 x 8,52)= 56,04 20
-2,25 70,95 - (2,25 x 8,52)= 51,78 10
Untuk menentukan taraf kemampuan siswa kelas XII IPA dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni hasil perhitungan konversi nilai siswa dalam tabel 4.2.1.3 akan
ditransformasikan dalam perhitungan pedoman patokan perhitungan skala seratus
dalam tabel 4.2.1.4 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.2.1.4
Pedoman Patokan dengan Perhitungan Persentase Skala Seratus untuk
Nilai Hasil Tes Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul
“Katuranggan” Siswa Kelas XII Jurusan IPA
No Rentangan
Skor
Interval Presentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan
Skala Seratus
Keterangan
1 90,12-100 96%-100% 100 Sempurna
2 85,86-90,11 86%-95% 90 Baik Sekali
3 81,60-85,85 76%-85% 80 Baik
4 77,34-81,59 66%-75% 70 Cukup
5 73,08-77,33 56%-65% 60 Sedang
6 68,82-73,07 46%-55% 50 Hampir
Sedang
7 64,56-68,81 36%-45% 40 Kurang
8 60,30-64,55 26%-35% 30 Kurang
Sekali
9 56,04-60,29 16%-25% 20 Buruk
10 52,78-56,03 0%-15% 10 Buruk Sekali
Berdasarkan tabel 4.1.1.4 di atas, kemampuan siswa kelas XII IPA dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni dapat dideskripsikan sebagai berikut. Siswa dikategorikan memiliki
kemampuan sempurna jika memiliki skor ≥ 90,12, kategori baik sekali jika
memiliki skor 85,86-90,11, kategori baik jika memiliki skor 81,60-85,85, kategori
cukup jika memiliki skor 77,34-81,59, kategori sedang jika memiliki skor 73,08-
77,33, kategori hampir sedang jika memiliki skor 68,82-73,07, kategori kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
jika memiliki skor 64,56-68,81, kategori kurang sekali jika memiliki skor 60,30-
64,55, kategori buruk jika memiliki skor 56,04-60,29, dan kategori buruk sekali
jika memiliki skor 52,78-56,03.
4.2.2 Kemampuan Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa
Skor-skor mentah yang diperoleh dari siswa-siswa jurusan Bahasa
kemudian dicari jumlah nilai rata-rata dan simpangan bakunya. Berikut langkah
perhitungannya.
Skor yang diperoleh setiap siswa (disebut skor mentah) biasanya
mempunyai penyimpangan atau perbedaan dengan nilai rata-rata yang dicapai
seluruh siswa (Nurgiyantoro, 2006: 367). Besarnya penyimpangan baku itu
diperoleh dengan jalan: skor mentah dikurangi nilai rata-rata atau jika ditulis
dengan rumus:
XXx −=
Keterangan :
x =(x kecil) besarnya penyimpangan individual.
=X (X besar) skor mentah.
=X (X bar) nilai rata-rata.
Sebelum diperoleh penyimpangan individual maka perlu dihitung terlebih
dahulu nilai rata-rata siswa. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata siswa adalah
sebagai berikut:
( X )=NX∑
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Keterangan:
( X ) = Mean (rata-rata)
∑ X = Jumlah nilai yang dimiliki sampel
N = Jumlah sampel
Berikut disajikan data skor-skor siswa kelas XII jurusan Bahasa beserta
perhitungan mean atau nilai rata-rata siswa.
Tabel 4.2.2.1 Perhitungan Nilai Rata-Rata Siswa Jurusan Bahasa SMA Bruderan
Purworejo Subjek
(N) Skor (X) Mean ( X )
1 81 ( X )=NX∑
( X )=17
1043
( X )= 61,35
2 71
3 71
4 71
5 70
6 70
7 69
8 68
9 67
10 65
11 61
12 61
13 56
14 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
15 44
16 41
17 30
N= 17 ∑X = 1043 =X 61,35
Jadi nilai rata-rata dari siswa kelas XII jurusan Bahasa, yaitu 61,35,
untuk mencari simpangan baku data-data di atas disajikan lagi ke dalam tabel
berikut.
Tabel 4.2.2.2
Persiapan Perhitungan Simpangan Baku dari Penyimpangan Tiap Skor
Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo
No Skor (X)
x
(X - X ) 2x
1 81 19.647 386.007
2 71 9.647 93.066
3 71 9.647 93.066
4 71 9.647 93.066
5 70 8.647 74.772
6 70 8.647 74.772
7 69 7.647 58.478
8 68 6.647 44.183
9 67 5.647 31.889
10 65 3.647 13.301
11 61 -0.353 0.125
12 61 -0.353 0.125
13 56 -5.353 28.654
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Berdasarkan data di atas maka dapat dicari simpangan bakunya dengan
menggunakan rumus:
S=)1(
2
−∑N
X
Keterangan:
S = Simpangan baku/standar devisiasi
x = (x kecil) besarnya penyimpangan individual.
N = Jumlah subjek
Perhitungannya:
S=)1(
2
−∑N
X
S=)117(
2895,88−
S= 13,45
14 47 -14.353 206.007
15 44 -17.353 301.125
16 41 -20.353 414.242
17 30 -31.353 983.007
N= 17 ∑ 2x = 2895,88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Jadi simpangan bakunya adalah 13,45. Setelah nilai rata-rata dan
simpangan baku diperoleh, kemudian nilai dikorversikan ke dalam pedoman
koversi angka skala seratus dan pedoman patokan presentase skala seratus. Fungsi
kedua pedoman adalah untuk mencerminkan prestasi siswa sekaligus
mencerminkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang sudah diajarkan
(Nurgiantoro, 2001: 398). Berikut ini tabel pedoman konversi angka ke dalam
persentase skala seratus.
Tabel 4.2.2.3
Pedoman Konversi Angka ke dalam Skala Seratus untuk Nilai Hasil Tes
Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul “Katuranggan”
Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa
Skala Sigma Skala Angka
Skala Seratus
+2,25 61,35 + (2,25 x 13,45)= 91,61 100
+1,75 61,35 + (1,75 x 13,45)= 84,88 90
+1,25 61,35 + (1,25 x 13,45)= 78,16 80
+0,75 61,35 + (0,75 x 13,45)= 71,43 70
+0,25 61,35 + (0,25 x 13,45)= 64,71 60
-0,25 61,35 – (0,25 x 13,45)= 57,99 50
-0,75 61,35 - (0,75 x 13,45)= 51,27 40
-1,25 61,35 - (1,25 x 13,45)= 44,54 30
-1,75 61,35 - (1,75 x 13,45)= 37,82 20
-2,25 61,35 - (2,25 x 13,45)= 31,09 10
Untuk menentukan taraf kemampuan siswa kelas XII Bahasa dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Nurzaeni hasil perhitungan konversi nilai siswa dalam tabel 4.2.2.3 akan
ditransformasikan dalam perhitungan pedoman patokan perhitungan skala seratus
dalam tabel 4.2.2.4 berikut.
Tabel 4.2.2.4
Pedoman Patokan dengan Perhitungan Persentase Skala Seratus untuk
Nilai Hasil Tes Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul
“Katuranggan” Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa
No Rentangan
Skor
Interval Presentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan
Skala Seratus
Keterangan
1 91,61-100 96%-100% 100 Sempurna
2 84,88-90,65 86%-95% 90 Baik Sekali
3 78,16-84,87 76%-85% 80 Baik
4 71,43-78,15 66%-75% 70 Cukup
5 64,71-71,42 56%-65% 60 Sedang
6 57,99-64,70 46%-55% 50 Hampir
Sedang
7 51,27-57,98 36%-45% 40 Kurang
8 44,54-51,26 26%-35% 30 Kurang
Sekali
9 37,82-44,53 16%-25% 20 Buruk
10 31,09-37,81 0%-15% 10 Buruk Sekali
Berdasarkan tabel 4.1.1.4 di atas, kemampuan siswa kelas XII Bahasa
dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya
Slamet Nurzaeni dapat dideskripsikan sebagai berikut. Siswa dikategorikan
memiliki kemampuan sempurna jika memiliki skor ≥ 91,61, kategori baik sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
jika memiliki skor 84,88-90,65, kategori baik jika memiliki skor 78,16-84,87,
kategori cukup jika memiliki skor 71,43-78,15, kategori sedang jika memiliki skor
64,71-71,42, kategori hampir sedang jika memiliki skor 57,99-64,70, kategori
kurang jika memiliki skor 51,27-57,98, kategori kurang sekali jika memiliki skor
44,54-51,26, kategori buruk jika memiliki skor 37,82-44,53, dan kategori buruk
sekali jika memiliki skor 31,09-37,81.
4.2.3 Perbedaan Kemampuan Siswa Kelas XII Jurusan IPA dan Siswa Kelas
XII Jurusan Bahasa SMA Bruderan dalam Menganalisis Unsur-Unsur
Intrinsik Cerpen
Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan dari jurusan Bahasa dan
jurusan IPA, dicari terlebih dahulu taksiran varian dengan rumus:
( )221
21
222
−+
+= ∑ ∑
nnXX
S
Keterangan:
21X∑ = Jumlah skor kuadrat kelompok satu
22X∑ = Jumlah skor kuadrat kelimpok dua
Perhitungannya:
( )221
21
222
−+
+= ∑ ∑
nnXX
S
( )2171988,289594,13062
−++
=S
( )3482,42022 =S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
61,1232 =S
Kemudian ada tidaknya perbedaan ditentukan dengan rumus uji-t, sebagai
berikut:
t =
2
2
1
2
21
nS
nS
XX
+
−
keterangan:
t = Koefisien yang dicari
=1n Jumlah sampel kelompok satu
=2n Jumlah sampel kelompok dua
=1X Nilai rata-rata kelompok satu
=2X Nilai rata-rata kelompok dua
=2S Taksiran varian (Nurgiyantoro, 2001: 109)
Perhitungannya:
t =
2
2
1
2
21
nS
nS
XX
+
−
t=
1761,123
1961,123
35,6195,70
+
−
t= 27,75,6
6,9+
t= 77,136,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
t= 71,36,9
t= 2,58
Koefisien t = 2,58 yang diperoleh dari perhitungan uji-t di atas adalah
nilai t-observasi. Nilai t-observasi dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan
derajat kebebasan (DB) yang belum diketahui pada taraf signifikansi 5%. Rumus
untuk mengetahui derajat kebebasan (DB) digunakan rumus sebagai berikut.
DB= 1n + 2n - 2
DB= 19+17-2
DB= 34
Dari perhitungan di atas diperoleh hasil DB 34, namun karena nilai t-
tabel dengan DB dan pada taraf signifikansi yang dimaksud tidak tertera dalam
tabel nilai-nilai kritis t (Nurgiyantoro, 2001: 445) maka perlu dilakukan
intrapolasi (perluasan). Berikut langkah-langkah intrapolasi yang dimaksud.
Derajat kebebasan 34 terletak antara DB 30 dan DB 40. Nilai t-tabel
dengan DB 30 (pada taraf signifikansi 5%) adalah 2,042. Nilai t-tabel dengan DB
40 (pada taraf signifikansi 5%) adalah 2,021. Jarak antara DB 30 dan DB 40
adalah 10 (40 - 30). Jarak antara DB 30 dan DB 34 adalah 4 (34 - 30). Selisih nilai
t-tabel pada DB 30 dengan DB 40 adalah 2,042 – 2,021= 0,021. Jadi nilai setiap
satu taraf signifikansi adalah 0,021: 30= 0,0007. Dengan demikian nilai t-tabel
dengan DB 34 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,042 – (4 x 0,0007) = 2,0212.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Nilai t-observasi yang diperoleh dari perhitungan uji-t adalah 2,58
sedangkan nilai t-tabel dengan DB 34 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,0212.
Dengan demikian nilai t-observasi ≥ t-tabel. Berdasarkan hasil ini disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan antara siswa kelas XII IPA dan siswa kelas
XII Bahasa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni.
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data tentu akan
sampai pada pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui
apakah hipotesis yang telah dirumuskan (dalam bab II Landasan Teori) diterima
atau ditolak (Arikunto, 1989: 68). Hipotesis diterima jika hasil analisis data sama
dengan hipotesis, sedangkan hipotesis ditolak jika hasil analisis tidak sama
dengan hipotesis. Dalam penelitian ini dirumuskan tiga hipotesis penelitian.
Berikut pengujian hipotesis berdasarkan analisis data.
4.3.1 Pengujian Hipotesis I
Hipotesis I:
Kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup
Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa kelas XII
Jurusan IPA dalam tes menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni adalah 70,95. Nilai ini bila
ditransformasikan dalam presentase kemampuan menganalisis unsur-unsur
intrinsik dalam skala seratus (tabel 4.2.1.4) berada dalam interval tingkat
penguasaan 66%-75%. Hasil ini membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas
XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011 dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni berada dalam taraf cukup. Dengan demikian hipotesis I diterima.
4.3.2 Pengujian Hipotesis II
Hipotesis II:
Kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo
tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf baik
Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa kelas XII
jurusan Bahasa dalam tes menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni adalah 61,35. Nilai ini bila
ditransformasikan dalam presentase kemampuan menganalisis unsur-unsur
intrinsik dalam skala seratus (tabel 4.3.2.4) berada dalam interval tingkat
penguasaan 56%-65%. Hasil ini membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas
XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran 2010/2011 dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet
Nurzaeni berada dalam taraf sedang. Dengan demikian hipotesis II ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
4.3.3 Pengujian Hipotesis III
Hipotesis III:
Kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA
dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2010/2011 lebih tinggi jurusan Bahasa dibandingkan jurusan IPA.
Berdasarkan hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa kelas XII jurusan IPA dalam tes menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni adalah 70,95, sedangkan nilai
rata-rata siswa kelas XII jurusan Bahasa adalah 61,35. Jika kedua nilai rata-rata
tersebut ditransformasikan dalam presentase kemampuan menganalisis unsur-
unsur intrinsik dalam skala seratus (tabel 4.2.1.3 dan tabel 4.3.1.3) kelas XII
jurusan IPA berada dalam interval tingkat penguasaan 66%-75%, sedangkan kelas
XII jurusan Bahasa berada dalam interval tingkat penguasaan 56%-65%. Hasil ini
membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan
Purworejo tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup,
sedangkan kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa berada dalam taraf
sedang. Berdasarkan nilai-nilai rata-rata dan analisis tingkat penguasaan di atas
dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2010/2011 lebih tinggi jurusan IPA dibandingkan jurusan Bahasa. Dengan
demikian hipotesis III ditolak.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian tiga hipotesis di atas, disimpulkan tiga hasil
penelitian sebagai berikut. Pertama, kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA
SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-
unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada
dalam taraf cukup. Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti, bahwa kemampuan
siswa kelas XII jurusan IPA dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup. Kedua,
kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf sedang. Hasil ini tidak
sesuai dengan hipotesis peneliti yang diharapkan kemampuan siswa kelas XII
jurusan IPA dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf baik. Ketiga,
kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul “Katuranggan”
karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA dan siswa kelas XII
jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran 2010/2011 lebih tinggi
jurusan IPA dibandingkan jurusan Bahasa. Hasil ini juga tidak sesuai dengan
hipotesis peneliti yang diharapkan kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII
jurusan IPA dan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 lebih tinggi jurusan Bahasa dibandingkan jurusan IPA.
Selain ketiga hasil penelitian di atas, dari penelitian ini diketahui pula
bahwa kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo Tahun
Ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni lebih merata daripada kemampuan siswa
kelas XII jurusan Bahasa. Hal ini diketahui dari perbandingan nilai simpangan
baku skor-skor kedua kelompok siswa ini. Dalam hal ini dari hasil tes diketahui
bahwa simpangan baku skor-skor siswa kelas XII jurusan IPA adalah 8,52 dan
simpangan baku untuk skor-skor siswa kelas XII jurusan Bahasa adalah 13,45.
Karena nilai simpangan baku untuk skor-skor siswa kelas XII jurusan IPA lebih
kecil dibanding simpangan baku untuk skor-skor siswa kelas XII jurusan Bahasa,
maka skor-skor siswa untuk kelas XII jurusan IPA lebih homogen dibanding skor-
skor siswa kelas XII jurusan Bahasa. Karena skor-skor siswa kelas XII jurusan
IPA lebih homogen dibanding skor-skor siswa kelas XII Bahasa, maka
kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA lebih merata daripada kemampuan siswa
kelas XII jurusan Bahasa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni. Menurut peneliti kemampuan
siswa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut ini.
Pertama, sikap siswa dalam melaksanakan tes. Sikap siswa yang
cenderung serius dalam proses pengerjaan soal tes, tentu saja akan memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
hasil yang lebih baik dibanding siswa yang kurang serius mengerjakan soal.
Dalam hal ini siswa kelas XII jurusan IPA cenderung lebih serius dalam
pengerjaan soal dibanding kelas XII jurusan Bahasa, sehingga pada hasil tes
menunjuk kelas XII jurusan IPA mendapatkan hasil tes yang lebih baik dibanding
kelas XII jurusan Bahasa. Sikap siswa kelas XII jurusan IPA lebih serius
dibanding siswa kelas XII jurusan Bahasa dalam pengerjaan soal tes penelitian
tercermin dalam hal (1) suasana tes, (2) jawaban siswa dalam tes.
Berkaitan dengan suasana tes, peneliti menilai siswa kelas XII jurusan
IPA dalam pengerjaan tes secara umum lebih tenang dibanding kelas XII jurusan
Bahasa yang kebanyakan berbicara sendiri dan tidur-tiduran pada saat tes
berlangsung.
Berkaitan dengan jawaban siswa dalam tes, peneliti juga menilai siswa
kelas XII jurusan IPA terhadap soal tes, umumnya lebih terinci, terurai,
menyertakan penjelasan yang cukup berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan
sedangkan jawaban siswa kelas XII jurusan Bahasa secara umum lebih singkat
dan pendek-pendek, terkesan enggan memberikan jawaban yang lebih mendalam.
Menurut peneliti lepas dari jawaban siswa itu benar atau salah, jika jawaban diberi
penjelasan yang lebih dalam atau maksimal tentu saja akan menghasilkan jawaban
yang lebih baik.
Berkaitan dengan sikap siswa dalam menjalankan tes, menurut peneliti
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sikap siswa dalam menjalankan tes, yaitu
(1) pandangan siswa terhadap penting tidaknya penelitian ini, (2) karakter siswa,
dan (3) faktor nonteknis yang tidak sengaja mempengaruhi penelitian ini. Faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pertama, pandangan siswa tentang penting tidaknya penelitian ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut. Seperti diketahui bersama (siswa, guru, peneliti)
bahwa penelitian ini tidak mempengaruhi nilai pada pelajaran Bahasa Indonesia di
rapor. Siswa yang menganggap “penting” penelitian ini akan cenderung
mengerjakan soal tes secara lebih serius. Sebaliknya siswa yang menganggap
“tidak penting” penelitian ini cenderung akan mengerjakan secara tidak serius.
Mereka yang melaksanakan tes secara serius meskipun tidak dilatarbelakangi
berpengaruh terhadap nilai pelajaran Bahasa Indonesia pada rapor mereka, dapat
disebabkan oleh berbagai macam alasan. Misalnya: minat siswa secara pribadi
terhadap sastra khususnya cerpen, tentu saja akan meningkatkan motivasi siswa
dalam pengerjaan soal. Selain itu itikad baik atau ketulusan hati siswa untuk
membantu peneliti dalam penelitian ini dapat berpengaruh juga bagi sikap siswa
dalam mengerjakan soal.
Faktor kedua yang mempengaruhi sikap siswa dalam menjalankan tes
adalah karakter siswa. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati bahwa siswa
kelas XII jurusan IPA lebih tenang dan lebih aktif dibanding siswa kelas XII
jurusan Bahasa. Hal ini tercermin pada saat tes berlangsung siswa-siswa jurusan
IPA lebih aktif bertanya jika ada kosakata atau kata-kata baru yang belum mereka
ketahui, berbeda dengan siswa-siswa jurusan Bahasa yang ramai namun relatif
pasif (tidak ada pertanyaan selama tes berlangsung) entah tahu atau memang tidak
mau tahu.
Faktor ketiga yang turut mempengaruhi siswa dalam menjalankan tes
adalah faktor nonteknis. Faktor nonteknis adalah faktor diluar perencanaan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sebelumnya diperkirakan tidak akan mempengaruhi tes namun pada saat tes
berlangsung ternyata mengganggu pelaksanaan tes. Faktor-faktor ini misalnya:
apakah pada saat tes berlangsung siswa sedang dalam keadaan sakit atau
mengalami masalah pribadi sehingga membuat siswa kurang bersemangat dalam
menjalankan tes. Selain itu, dipengaruhi juga oleh lingkungan, apakah lingkungan
cukup mendukung pelaksanaan tes atau tidak. Dalam hal ini untuk pelaksaan tes
penelitian kelas XII jurusan Bahasa dilaksanakan pada tanggal 12 November 2010
yang notabene dilaksanakan pasca letusan Gunung Merapi yang menyebabkan
lingkungan sekolah tertutup oleh abu vulkanik sehingga menyebabkan lingkungan
menjadi kurang kondusif.
Selain pengaruh sikap siswa dalam menjalankan tes, tingkat kemampuan
siswa dalam menganalisis unsur-unsur inrinsik cerpen juga dipengaruhi oleh
tingkat intelektual siswa. Siswa yang tergolong “cerdas” tentu akan lebih cepat
memahami “unsur-unsur intriksik cerpen” yang diberikan peneliti dibanding siswa
yang “kurang cerdas”. Siswa yang tergolong “cerdas” secara alamiah akan lebih
cepat memahami sesuatu tanpa banyak belajar atau bahkan tanpa belajar
dibanding siswa yang “kurang cerdas” yang mungkin akan membutuhkan waktu
agak panjang untuk memahami sesuatu dalam hal ini memahami unsur-unsur
intrinsik cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini akan dibicarakan tentang kesimpulan hasil penelitian,
implikasi hasil penelitian, dan saran-saran.
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari penelitian tentang Perbedaan Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur
Intrinsik Cerpen Berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara Siswa
Kelas XII Jurusan IPA dengan jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dapat ditarik tiga kesimpulan. Berikut tiga kesimpulan dari
penelitian ini.
1. Kemampuan siswa kelas XII jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf cukup. Hal ini
sesuai dengan hasil analisis nilai rata-rata siswa sebesar 70,95 yang jika
ditransformasikan dalam presentase kemampuan menganalisis unsur-unsur
intrinsik dalam skala seratus (tabel 4.2.1.3) berada dalam interval tingkat
penguasaan 66%-75% yang berarti kemampuannya berada dalam taraf cukup.
2. Kemampuan siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun
ajaran 2010/2011 dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni berada dalam taraf sedang. Hal ini
sesuai dengan hasil analisis nilai rata-rata siswa sebesar 60,35 yang jika
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
ditransformasikan dalam presentase kemampuan menganalisis unsur-unsur
intrinsik dalam skala seratus (tabel 4.3.1.3) berada dalam interval tingkat
penguasaan 56%-65% yang berarti kemampuannya berada dalam taraf sedang.
3. Kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara siswa kelas XII jurusan IPA dan
siswa kelas XII jurusan Bahasa SMA Bruderan Purworejo tahun ajaran
2010/2011 lebih tinggi jurusan IPA dibandingkan jurusan Bahasa. Hal ini
didasarkan pada nilai rata-rata siswa kelas XII jurusan IPA lebih tinggi
daripada nilai rata-rata siswa kelas XII jurusan Bahasa, yaitu 70,95 untuk nilai
rata-rata jurusan IPA dan 60,35 untuk nilai rata-rata jurusan Bahasa. Selain
didasarkan pada jumlah nilai rata-rata kedua jurusan, juga didasarkan pada
perhitungan uji-t yang diperoleh hasil nilai t-observasi sebesar 2,58 dan nilai
t-tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,02.
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen tidak hanya dipengaruhi faktor jumlah
atau lamanya jam belajar (baik di sekolah maupun di rumah) namun kemampuan
siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti diuraikan dalam sub bab 4.4
: “Pembahasan Hasil Penelitian”. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
Pertama, kemampuan siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
dipengaruhi akan penguasaan siswa terhadap materi sastra cerpen yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
diberikan oleh guru sebelumnya atau diterima dari sumber-sumber lain. Siswa
yang lebih menguasai sastra cerpen akan lebih baik dalam menganalisis unsur-
unsur intrinsik cerpen dibanding dengan siswa yang kurang menguasai sastra
cerpen. Dengan kata lain, penguasaan siswa akan materi sastra cerpen mendorong
siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen secara lebih optimal.
Kedua, kemampuan siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen juga
dipengaruhi oleh sikap siswa dalam melaksanakan kegiatan menganalisis unsur-
unsur intrinsik cerpen. Dalam hal ini, siswa yang melaksanakan kegiatan
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen secara lebih serius tentu akan
menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik
cerpen, dibanding siswa yang kurang serius. Dengan kata lain keseriusan siswa
dalam melaksanakan kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen,
mendorong siswa menunjukkan kemampuan optimalnya dalam menganalisis
unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut.
Ketiga, kemampuan siswa menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen
dapat dipengaruhi pula oleh sikap siswa dalam menjalankan kegiatan
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap siswa dalam menjalankan tes, diantaranya (1) pandangan siswa terhadap
penting tidaknya penelitian ini, (2) karakter siswa, dan (3) faktor nonteknis yang
tidak sengaja mempengaruhi penelitian ini. Faktor pertama, pandangan siswa
tentang penting tidaknya penelitian, siswa yang menganggap “penting” penelitian
ini akan cenderung mengerjakan soal tes secara lebih serius dan optimal,
demikian pula sebaliknya. Faktor kedua adalah karakter siswa. Siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memiliki karakter aktif cenderung lebih memahami materi menganalisis unsur-
unsur intrinsik cerpen dibanding siswa yang relatif pasif. Faktor ketiga yang turut
mempengaruhi adalah faktor nonteknis. Faktor-faktor ini diantaranya: apakah
pada saat tes berlangsung siswa sedang dalam keadaan sakit atau mengalami
masalah psikologis, selain itu dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Keadaan
fisik dan psikologis siswa serta faktor lingkungan yang mendukung mendorong
siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan menganalisis unsur-unsur
intrinsik cerpen sehingga hasil lebih optimal.
Keempat, kemampuan siswa dalam menganalisis unsur-unsur inrinsik
cerpen juga dipengaruhi oleh tingkat intelektual siswa. Siswa yang tergolong
“cerdas” tentu akan lebih cepat memahami “unsur-unsur intriksik cerpen” yang
diberikan peneliti dibanding siswa yang “kurang cerdas”. Dengan kata lain,
tingkat kecerdasan siswa mempengaruhi kemampuan siswa dalam melaksanakan
kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen secara lebih optimal.
5.3 Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, peneliti
memberikan saran kepada guru Bahasa Indonesia SMA Bruderan Purworejo dan
peneliti lain. Saran-sarannya sebagai berikut.
1. Guru Bahasa Indonesia SMA Bruderan, Purworejo
Setelah melihat hasil penelitian ini, diharapkan guru dapat menyusun
materi pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan lebih baik, terutama
bagi siswa kelas XII. Dalam hal ini, guru dapat memilih karya sastra cerpen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
kemampuan siswa ditiap programnya. Selain itu, guru juga perlu memberikan
motivasi bagi siswa untuk mengekspresikan diri dalam bersastra, misalnya
mengadakan lomba menulis cerpen, mengadakan diskusi tentang sastra dengan
mengundang sastrawan, dsb. Melalui cara ini siswa akan lebih tertantang untuk
memahami lebih dalam tentang sastra khususnya cerpen.
2. Peneliti lain
Peneliti ini dibatasi pada menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen dan
dilakukan di sekolah untuk jurusan IPA dan jurusan Bahasa. Peneliti lain dapat
mengembangkan lebih baik lagi. Misalnya: membandingkan kemampuan
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen antara siswa jurusan IPA, Bahasa, dan
IPS, dapat juga melakukan penelitian sejenis tentang menganalisis unsur-unsur
intrinsik sastra namun tidak hanya cerpen tetapi bisa juga novel, drama, puisi, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1984. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara. _________________. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bina Aksara. _________________. 1973. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Bina Aksara. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
_________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE. _________________. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. _________________. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Nugraeni, Rosalia Yusti. 2008. Perbedaan Kemampuan Siswa Kelas XI SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa dalam Menganalisis Teks Drama “Arloji” Karya P. Hariyanto. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Nugraha, Setya Tri. 2002. “Pembelajaran Sastra di SMA Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi” Gatra. Hlm 153-159. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Nurzaeni, Slamet. 1993. “Katurangan” Pelajaran Mengarang, Cerpen Pilihan
Kompas. Hlm 33-40. Jakarta: Kompas. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar-Menengah. 2006. Jakarta: BSNP. Purwadi. 2004. Kamus Jawa Indonesia Populer. Yogyakarta: Media Abadi.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Rahmanto. B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. ___________. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Saduran Bebas dari Buku “The
Teaching Of Literatur”, H.L.B. Moody. Yogyakarta: Kanisius. Soewandi, Slamet. 2008. Modul: Mata Kuliah Dasar-Dasar Penelitian.
Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata Dharma. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya ______________. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya ______________. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia. Sudjana, Nana dan Ibrahim M.A. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru. Sumarjo, Jakob dan Saini K.M. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Sumarjo, Jakob. 1984. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Yuwitisari, Hestiana. ER. 2003. Kemampuan Siswa Kelas I SMU Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2002/2003 dalam Mengapresiasi Dua Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma dan Kepekaan Siswa Kelas I SMU Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2002/2003 dalam Mengapresiasi Dua Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
SINOPSIS CERPEN BERJUDUL “KATURANGGAN” KARYA SLAMET
NURZAINI
Cerita dalam cerpen “Katuranggan” karya Slamet Nurzaini diawali dengan
hilangnya Kencling di sudut Pasar Rebo. Kecling merupakan seekor burung
perkutut yang dinyatakan sebagai pemenang konkurs dan telah ditawar lima juta
oleh seorang peminat burung. Dengan hilangnya Kecling seluruh isi Pasar Rebo
menjadi semakin ramai, ditengah keramaian tersebut pemilik burung perkutut itu
pun mengumumkan kepada seluruh penghuni pasar bahwa siapa saja yang bisa
menemukan Kecling diharapkan untuk mengembalikan kepadanya dan akan
diberikan imbalan dua juta. Dengan pengumunan tersebut banyak orang yang
antusias untuk mencari dan menangkap Kencling tak terkecuali Marto Manuk
seorang pedagang dan pemikat burung.
Keesokan harinya ketika ia akan melangkah keluar dengan sepedanya
untuk mencari burung tiba-tiba ia pun ingat akan kejadian kemarin. Ia kemudian
mengedarkan matanya dan menajamkan telingganya ke berbagai arah, siapa tahu
diantara kicau burung pagi itu ada suara si Kecling yang menjadi buron. Karena
berdasarkan pengalaman dan firasatnya sebagai pemikat burung ia tahu, bahwa
burung piaraan yang terlepas dua tiga hari akan menjadi tutut dan turun ke tanah
karena lapar tidak bisa mencari makan sendiri. Ditengah pencariannya tiba-tiba
saja adiknya yang bernama Dirsan telah ada dibelakangnya dengan membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kantung gandum yang berisi seekor burung perkutut. Dirsan kemudian
menceritakan bahwa ia baru saja menemukan burung tersebut.
Seketika saja darah Marto Manuk tersirap, ia melotot dan mengamati
burung di tangan adiknya itu. Ia yakin bahwa burung itu adalah Kencling yang
menjadi buron. Terdorong oleh jiwa bisnisnya muncullah seribu akal untuk
menguasai burung itu. Karena ia tahu bahwa adiknya tidak tahu menahu soal
burung. Marto Manuk kemudian menipu adiknya bahwa burung perkutut itu
burung biasanya dan ia mau membelinya dengan harga tiga puluh ribu. Namun
ternyata Dirsan tidak mau menerima uang itu dan bermaksud untuk
memeliharanya saja karena merasa jatuh hati pada burung itu. Mendengar ucapan
adiknya Marto Manuk menjadi marah, lalu ia pergi menemui temannya Wagiyo di
pasar untuk meminta sarannya. Wagiyo pun menyarankan agar mereka
mendatangi rumah Dirsan dengan mengatakan bahwa burung itu berkaturanggan
rajapati atau membawa malapetaka. Dengan cara mereka tersebut ternyata
membuat istri Dirsan percaya.
Keesokan harinya sebelum ke pasar, marto manuk telah siap untuk segera
ke rumah Dirsan melihat hasil karyanya. Ketika ia melangkah ke luar rumah,
Santayib menemuinya dan mengabarkan bahwa Dirsan telah meninggal dunia.
Marto Manuk langsung teriak dan tak percaya. Santayib kemudian menjelaskan
setelah diperingatkan oleh Wagiyo bahwa burung itu berkaturanggan rajapati, istri
Dirsan si Pinah bersikeras agar menjual burung itu. Tapi Dirsan tidak
memperbolehkannya. Karena terbawa oleh ketakutannya akhirnya pada malam
harinya Pinah melepas burung itu. Tapi ternyata keesokan harinya burung itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
justru bertengger di pucuk bambu dekat pohon kelapa. Dengan kemarahannya,
Dirsan memanjat pohon kelapa itu untuk mendapatkan burung itu kembali. Dan
karena begitu inginnya mendapatkan burung itu membuat ia terpeleset dan jatuh.
Diakhir cerita Marto Manuk membayangkan kelima keponakannya yang
merengek, iparnya yang meraung-rauh dan menjadi janda. Ia sadar bahwa itu
semua akibat dari keserakahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Nama : ……………………………….
No/Kelas : ……………………………….
INSTRUMENT PENELITIAN
Petunjuk mengerjakan soal:
a. Tulislah nama, nomor urut, dan kelas pada tempat yang telah disediakan!
b. Waktu mengerjakan soal adalah 90 menit!
c. Bacalah dengan cermat cerpen berjudul “Katuranggan” karya Slamet Nuzaeni
kemudian analisislah unsur-unsur instrinsik cerpen tersebut !
d. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
e. Jagalah kebersihan soal!
f. Kerjakan sendiri dan dilarang bekerja sama dengan teman!
Selamat mengerjakan!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!
A. Tokoh dan Penokohan
1. Dilihat dari segi peranan (pentingnya tokoh), sebutkan nama tokoh utama
dan tokoh tambahan! Berikan bukti atau penjelasannya mengapa dapat
disebut sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan! (skor 4)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, sebutkan nama tokoh protagonis dan
antagonis! Berikan bukti atau penjelasannya masing-masing tokoh! (skor 4)
3. Berdasarkan pengembangan wataknya (berkembang tidaknya watak tokoh),
sebutkan nama tokoh statis dan tokoh berkembang! Berikan bukti atau
penjelasannya masing-masing tokoh! (skor 4)
4. Berdasarkan kemungkinan pencerminan manusia dalam kehidupan nyata,
sebutkan nama tokoh tipikal (tokoh yang hanya sedikit ditampilkan dalam
cerita) dan tokoh netral (si pelaku cerita) ! Berikan bukti atau penjelasannya
masing-masing tokoh! (skor 4)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
B. Alur
f. Berdasarkan adegan-adegan dalam cerpen berjudul “Katuranggan” karya
Slamet Nuzaeni adegan manakah yang termasuk dalam unsur-unsur alur
(a) tahap penyituasian (pengenalan), (b) pemunculan konflik (c) tahap
peningkatan konflik, (d) tahap klimaks (e) tahap penyelesaian? (skor 4)
g. Dari segi penyusunan peristiwa, cerpen termasuk dalam alur kronologis
atau flash back? Berikan bukti atau penjelasannya! (skor 4)
h. Ditinjau dari segi akhir cerita, cerpen termasuk beralur terbuka atau
tertutup? Berikan bukti atau penjelasannya! (skor 4)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
i. Ditinjau dari segi kuantitasnya (jumlah), cerpen termasuk beralur tunggal
atau jamak? Berikan bukti atau penjelasannya! (skor 4)
j. Ditinjau dari segi kualitasnya (kepadatan), cerpen termasuk beralur rapat
atau longgar? Berikan bukti atau penjelasannya! (skor 4)
C. Latar
c. Jelaskan latar fisik (berkenaan dengan tempat dan waktu peristiwa) dalam
cerpen! (skor 4)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
d. Jelaskan latar sosial (kebiasaan hidup, tradisi, kepercayaan) dalam cerpen!
(skor 4)
D. Tema
c. Berdasarkan ketradisian tema, cerpen termasuk dalam tema tradisional
atau nontradisonal? Berikan bukti atau penjelasannya! (skor 4)
d. Apa tema utama dalam cerpen berjudul “Katuranggan”? Jelaskan! (skor 4)
E. Sudut Pandang
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Apakah sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen berjudul
“Katuranggan”? Jelaskan! (skor 4)
F. Gaya Bahasa
1. Bagaimana gaya bahasa yang digunakan penulis cerpen mudah dipahami
atau tidak (dilihat dari pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa
figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain)? Jelaskan! (skor 4)
2. Bagaimana pemilihan judulnya? Apakah sesuai dengan isi cerita dalam
cerpen? Jelaskan! (skor 4)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
KUNCI JAWABAN PENELITIAN
A. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh utama: Marto manuk, karena merupakan tokoh pemegang peran
penting didalam cerita, selalu muncul sepanjang cerita, dan menjadi tokoh
yang diutamakan dalam cerita.
Tokoh tambahan: Dirsan, Wagiyo, laki-laki gagah setengah gemuk
(pemilik burung perkutut), seorang bertopi vilt, Santayib, Pinah, Wak
Kasim, karena semua tokoh tersebut, pemunculannya dalam cerita lebih
sedikit, mereka hadir dalam cerita hanya apabila ada kaitannya dengan
tokoh utama baik langsung maupun tidak langsung.
2. Protagonis:
a. Dirsan: lugu, tetap pada pendirian, sopan, tidak mudah terpengaruh,
pintar.
b. Laki-laki gagah setengah gemuk: tetap pada pendirian, pemurah.
c. Seorang bertopi vilt: agak cerewet, penakut
d. Santayib: jujur
Tokoh di atas disebut sebagai tokoh protagonis karena tokoh dapat
digolongkan sebagai tokoh baik dalam cerita
Antagonis:
a. Marto Manuk: licik, serakah, mata duitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
b. Wagiyo: licik, mata duitan.
c. Pinah: penakut, mudah dipengaruhi.
Tokoh di atas disebut sebagai tokoh antagonis karena tokoh
merupakan penyebabkan timbulnya permasalahan atau konflik dalam
cerita.
3. Tokoh statis: Dirsan, Wagiyo, laki-laki gagah setengah gemuk (pemilik
burung perkutut), seorang bertopi vilt, Santayib, Pinah, Wak Kasim,
karena tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sejalan
perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.
Tokoh berkembang: Marto manuk, karena perubahan perwatakan sejalan
dengan perkembangan peristiwa dan konflik yang dialaminya, dalam hal
ini ia menyesali atas segala perbuatannya.
4. Tokoh tipikal: Dirsan, Wagiyo, laki-laki gagah setengah gemuk (pemilik
burung perkutut), seorang bertopi vilt, Santayib, Pinah, Wak Kasim,
karena hanya sedikit ditampilkan individualitasnya atau hanya sebagai
pelengkap dalam cerita.
Tokoh netral: Marto Manuk, karena ia merupakan pelaku utama cerita,
dialah yang mempunyai cerita atau yang diceritakan dalam cerita.
B. Alur
1. Tahapan alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
a. Tahap penyituasian: pada saat penceritaan hilangnya Kencling burung
perkutut pemenang konkurs di sudut Pasar rebo yang menghebohkan
seluruh penghuni pasar hingga sang pemilik burung memberikan tawaran
kepada siapa saja yang menemukannya akan diberikan imbalan dua juta
rupiah.
b. Tahap pemunculan konflik: pada saat Marto Manuk mulai mencari
burung perkutut yang hilang, tiba-tiba ia ditemui Dirsan adiknya yang
secara tidak sengaja menemukan Kecling burung yang tengah ia cari
sehingga muncul keingganan Marto Manuk untuk memiliki burung itu.
c. Tahap peningkatan konflik: pada saat Marto Manuk merayu Dirsan
untuk membeli burung itu tapi Dirsan tidak bersedia menjualnya karena
ingin dipelihara.
d. Tahap klimaks: pada saat Marto Manuk dan Wagiyo ingin menipu
Dirsan bahwa burung yang ditemukannya membawa katuranggan rajapati
yang kemudian berujung pada kematian Dirsan.
e. Tahap penyelesaian: pada saat marto manuk menyesali semua
perbuatannya diakhir cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Berdasarkan segi penyusunan peristiwa, cerpen termasuk beralur maju atau
kronologis, karena dikisahkan secara kronologis dari awal hingga akhir
peristiwa atau dari peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa kemudian atau
berikutnya.
3. Berdasarkan segi akhir cerita, cerpen termasuk beralur terbuka, karena
pelukisan pada akhir cerita masih belum jelas bagaimana nasib sang burung
perkutut, berdasarkan logika cerita, cerita juga masih potensial untuk
dilanjutkan (konflik belum sepenuhnya selesai)
4. Berdasarkan segi kuantitasnya, cerpen termasuk beralur tunggal, karena
hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh saja lengkah dengan konflik atau
permasalahan yang ada.
5. Berdasarkan segi kualitasnya, cerpen termasuk beralur rapat, karena
hubungan antar peristiwanya sangat erat jika salah satu peristiwanya
dihilangkan jalan ceritanya akan mnejadi tidak jelas atau kabur.
C. Latar
1. Latar tempat dan waktu (latar fisik):
a. Sudut Pasar Rebo (siang hari)
b. Serambi rumah Marto Manuk (pagi hari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
c. Di bawah pohon sawo halaman rumah Marto Manuk (pagi hari)
d. Lincak emperan rumah Marto Manuk (pagi hari)
e. Pasar Rebo (siang hari)
f. Di rumah Marto Manuk (jam tujuh pagi sebelum berangkat ke pasar)
g. Rumah Dirsan (siang hari)
2. Latar sosial: masyarakat yang dikisahkan dalam cerita masih sangat
mempercayai Tahyul terutama yang berkaitan dengan katuranggan burung
yang membawa rajapati, masyarakat masih ada yang belum berfikir logis
sehingga mudah ditipu orang lain.
D. Tema
1. Berdasarkan ketradisian tema, cerpen termasuk bertema tradisonal, karena
sesuai dengan cerita-cerita lama “Suatu kejahatan atau keserakahan pada
akhirnya pasti akan berakibat buruk” selain itu cerita dalam cerpen ini
juga menekankan pada kepercayaan-kepercayaan masyarakat Jawa yang
percaya pada tahyul.
2. Tema utama: “Keserakahan pada akhirnya akan menimbulkan malapeta”
karena hal inilah yang menjadi makna pokok cerita atau gagasan dasar
umum karya tersebut.
E. Sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang persona
ketiga “dia” atau orang ketiga, karena pengarang serba tahu dan
menggunakan kata ganti “dia”, “ia”, dan nama orang.
F. Gaya bahasa
1. Bahasa yang digunakan pengarang dilihat dari pilihan kata, struktur
kalimat, penggunaan kohesi mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
2. Pengarang dalam pemilihan judulnya sesuai dengan isi cerita karena yang
melandasi cerita adalah masalah katuranggan burung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
DAFTAR NILAI SISWA DARI TINGGI HINGGA RENDAH TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 SMA BRUDERAN PURWOREJO
KELAS : XII IPA
WALI KELAS : B. Sutasmadi, S.Pd
No. No.
Absen
Nama Nilai
1 14 Rimah Fitrang Mawardani 92
2 5 Dominikus Bagas Hardiprasetya 88
3 11 Maria Nerimurjianti 78
4 13 Resti Cahyaningrum 76
5 12 Novi Irianti 75
6 16 Susana 73
7 7 Gregorius Prahaswara Dewanta 71
8 9 Isabella Diza Febriana 71
9 10 Kevin Purnama Pradana 71
10 3 Deny Lauwis 70
11 21 Yulius Yonathan Yuwono Atmoko 70
12 2 Chandra Novita Nawastri Cicilia 69
13 8 Indah Novianti 69
14 17 Tjandrayana Setiawan 68
15 20 Widyastuti 63
16 6 Dyah Ayu Ratna Juwita 61
17 15 Salvador Daly 61
18 19 Vanny Anggraeni Puspitasari 61
19 1 Aloysius Tri Wahyuda 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
DAFTAR NILAI SISWA DARI TINGGI HINGGA RENDAH TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 SMA BRUDERAN PURWOREJO
KELAS : XII Bahasa
WALI KELAS : B. Lusiana Widanarti, S.Pd
No. No. Absen Nama Nilai
1 22 Vera Anggun Anastasia 81
2 10 Firma Indrajati 71
3 13 Hogi Stephano Kuswintoro 71
4 3 Arif Herdianto 71
5 8 Eva Yunita Prasetyaningrum 70
6 11 Fransiscus Parningotan Hindom 70
7 17 Pedro Dwi Kris Ramos 69
8 5 Christo Septian 68
9 14 Ika Novita Sari 67
10 2 Andi Purnomo 65
11 1 Ajeng Yuan Rindiani 61
12 12 Galang Sasongko Aji 61
13 20 Sundari 56
14 6 Dewi Indri Astuti 47
15 7 Erwin Foster Laempasa 44
16 15 Isny Gita Sasmita 40
17 19 Rina Estiningsih 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Independent Samples Test
3.885 .057 2.585 34 .014 9.594 3.712 2.051 17.138
2.522 26.511 .018 9.594 3.804 1.783 17.406
Equal variances assum
Equal variances not as
Nilai KemampuanSiswa
F Sig.
vene's Test for Equalof Variances
t df ig. (2-tailedMean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
% Confidence Intervof the Difference
t-test for Equality of Means
Group Statistics
19 70.95 8.521 1.955
17 61.35 13.453 3.263
Kelas1 IPA (Audio Visual)
2 Bahasa (Visual)
Nilai KemampuanSiswa
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
T-Test
Desk IPA
Frequencies
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Statistics
Nilai Kemampuan Siswa (IPA)19
0
70.95
70.00
61
8.521
72.608
61
92
1348
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Minimum
Maximum
Sum
Nilai Kemampuan Siswa (IPA)
4 21.1 21.1 21.1
1 5.3 5.3 26.3
1 5.3 5.3 31.6
2 10.5 10.5 42.1
2 10.5 10.5 52.6
3 15.8 15.8 68.4
1 5.3 5.3 73.7
1 5.3 5.3 78.9
1 5.3 5.3 84.2
1 5.3 5.3 89.5
1 5.3 5.3 94.7
1 5.3 5.3 100.0
19 100.0 100.0
61
63
68
69
70
71
73
75
76
78
88
92
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Desk Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Frequencies
Statistics
Nilai Kemampuan Siswa (Bahasa)17
0
61.35
67.00
71
13.453
180.993
30
81
1043
Valid
Missing
N
Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Minimum
Maximum
Sum
Nilai Kemampuan Siswa (Bahasa)
1 5.9 5.9 5.9
1 5.9 5.9 11.8
1 5.9 5.9 17.6
1 5.9 5.9 23.5
1 5.9 5.9 29.4
2 11.8 11.8 41.2
1 5.9 5.9 47.1
1 5.9 5.9 52.9
1 5.9 5.9 58.8
1 5.9 5.9 64.7
2 11.8 11.8 76.5
3 17.6 17.6 94.1
1 5.9 5.9 100.0
17 100.0 100.0
30
41
44
47
56
61
65
67
68
69
70
71
81
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Analisis Butir Soal Esai Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah Untuk
Persiapan Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan dan Daya Beda
Kelas XII IPA SMA Bruderan Purworejo dalam Tes Menganalisi Unsur-
unsur Intrinsik Cerpen berjudul “Katuranggan” Karya Slamet Nurzaeni
Catatan:
*Nomor butir soal 5-8 skor maks 8, untuk butir soal yang lain skor maks 4.
Nomor Butir Soal ( Kelompok Tinggi)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 4 3 4 8 8 8 8 6 4 4 4 4 0 4 4 2 4 3 3 4 8 8 8 4 8 4 4 4 0 4 3 4 3 4 4 1 3 8 8 8 0 8 4 4 4 4 4 2 0 4 4 3 2 4 8 8 3 0 8 4 4 4 4 2 3 0 5 4 4 4 4 8 8 8 0 0 4 4 4 4 4 3 0
20 18 13 19 40 40 35 12 30 20 20 20 16 14 15 8
Nomor Butir Soal ( Kelompok Rendah)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 161 4 3 0 4 6 8 8 0 0 1 3 4 0 4 4 4 2 4 3 4 3 6 8 0 4 4 4 2 3 4 0 3 0 3 4 3 0 2 0 8 4 4 6 4 2 4 0 4 2 4 4 4 3 3 4 8 8 0 0 4 4 4 4 1 4 2 0 5 4 4 0 2 8 6 0 8 0 4 4 4 0 0 3 4
20 16 7 15 28 38 12 16 14 17 15 19 5 12 14 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Rumus Untuk Menghitung Indeks Tingkat Kesulitan Dan Indeks Daya Beda
(Nurgiyantoro, 2001: 147).
( )( )min
min11
22
SkorSkorNSkorNSS
IFmaks
h
−××−+
= ( )min
11
SkorSkorNSS
IDmaks
h
−−
=
Keterangan:
=IF Indeks Tingkat Kesulitan
=ID indeks daya beda
=hS Jumlah skor betul kelompok tinggi
=1S jumlah skor betul kelompok rendah
=maksSkor skor maksimal suatu butir soal
=minSkor skor minimal suatu butir soal
=N jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (27,5%)
a) Butir soal nomor 1
( )( )0452
05220201
−××
××−+=IF ( )045
20201
−−
=ID
( )40
0401 −=IF 0
2001 ==ID
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
11 =IF
b) Butir soal nomor 2
( )( )0452
05216182
−××
××−+=IF ( )045
16182
−−
=ID
( ) 85,040
0342 =−
=IF 1,02022 ==ID
c) Butir soal nomor 3
( )( )0452
0527133
−××
××−+=IF ( )045
7133
−−
=ID
25,040
0203 =−
=IF 3,02063 ==ID
Dengan perhitungan yang sama diperoleh hasil: 85,04 =IF ; 85,05 =IF ;
97,06 =IF ; 58,07 =IF ; 35,08 =IF ; 55,09 =IF ; 92,010 =IF ; 87,011 =IF ;
97,012 =IF ; 52,013 =IF ; 65,014 =IF ; 72,015 =IF ; dan 5,016 =IF
Dengan perhitungan yang sam pula diperoleh hasil: 2,04 =ID ; 3,05 =ID ;
05,06 =ID ; 57,07 =ID ; 1,08 −=ID ; 4,09 =ID ; 15,010 =ID ; 25,011 =ID ;
05,012 =ID ; 55,013 =ID ; 1,014 =ID ; 05,015 =ID ; dan 2,016 −=ID
Kesimpulan:
a) Tingkat Kesulitan Butir Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Menurut Oller melalui Nurgiyantoro (2001: 138), dikemukakan bahwa suatu
butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara
0,15 sampai dengan 0,85. Indeks 0,0 berarti butir soal yang bersangkutan
sangat sulit, sebaliknya indeks 1,0 berarti butir soal yang bersangkutan sangat
mudah karena semua siswa dapat menjawab dengan betul. Dengan
menggunakan kriteria kelayakan tersebut, maka butir soal yang kurang layak
terdapat pada nomor 1, 6, 10, dan 11 karena indeks tingkat kesulitannya lebih
dari 0,85, yaitu berada pada angka 1, 0,97, 0,92, dan 0,87.
b) Daya Pembeda Butir Soal
Menurut melalui Nurgiyantoro (2001: 141), dikemukakan bahwa butir soal
yang baik indeks daya pembeda paling tidak harus mencapai 0,25 atau bahkan
0,35. Butir soal yang indek daya pembedanya kurang dari 0,25 dianggap
kurang layak karena tidak mampu membedakan antara siswa kelompok tinggi
dan kelompok rendah. Dengan menggunakan kriteria kelayakan tersebut, maka
butir soal yang kurang layak terdapat pada nomor 1, 2, 4, 6, 8, 12, 14, 15, dan
16 karena indeks daya bedanya terlalu kecil, yaitu 0, 0,1, 0,2 ,0,05, -0,1, 0,05,
0,1, 0,05 dan -0,2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Analisis Butir Soal Esai Kelompok Tinggi dan Kelompok Rendah Untuk
Persiapan Perhitungan Indeks Tingkat Kesulitan dan Daya Beda
Kelas XII Bahasa SMA Bruderan Purworejo dalam Tes Menganalisi Unsur-
unsur Intrinsik Cerpen berjudul “Katuranggan” Karya Slamet Nurzaeni
Catatan:
*Nomor butir soal 5-8 skor maks 8, untuk butir soal yang lain skor maks 4.
Nomer Butir Soal ( Kelompok Tinggi)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 0 4 4 8 8 4 8 0 4 4 4 4 4 4 4 2 4 0 3 4 8 8 6 6 0 4 4 4 0 0 4 4 3 4 4 2 3 8 8 8 0 4 0 3 4 0 4 4 4 4 4 0 4 2 8 8 0 4 8 8 8 4 4 2 4 0 5 4 3 3 4 4 8 4 0 8 4 4 4 0 4 2 3
20 7 16 17 36 40 22 18 20 20 23 20 8 14 18 15
Nomer Butir Soal (Kelompok Rendah)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 0 1 2 4 8 4 0 0 4 4 4 0 4 4 4 2 4 0 0 3 2 0 8 4 4 0 4 4 0 0 4 0 3 3 0 4 3 2 0 0 4 4 4 1 2 0 3 2 3 4 3 0 0 3 4 8 0 0 0 4 2 0 2 4 0 4
5 1 4 1 1 0 0 6 0 0 2 2 4 0 0 2 2 15 4 6 12 12 16 18 8 8 14 13 14 2 11 12 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
1. Butir soal nomor 1
( )( )0452
05215201
−××
××−+=IF ( )045
15201
−−
=ID
( )40
0351 −=IF 25,0
2051 ==ID
87,01 =IF
2. Butir soal nomor 2
( )( )0452
052472
−××
××−+=IF ( )045
472
−−
=ID
( ) 27,040
0112 =−
=IF 15,02032 ==ID
3. Butir soal nomor 3
( )( )0452
0526163
−××
××−+=IF ( )045
6163
−−
=ID
55,040
0223 =−
=IF 5,020103 ==ID
Dengan perhitungan yang sama diperoleh hasil: 72,04 =IF ; 6,05 =IF ;
7,06 =IF ; 47,07 =IF ; 3,08 =IF ; 35,09 =IF ; 85,010 =IF ; 9,011 =IF ;
85,012 =IF ; 25,013 =IF ; 62,014 =IF ; 75,015 =IF ; dan 7,016 =IF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Dengan perhitungan yang sam pula diperoleh hasil: 25,04 =ID ; 6,05 =ID ;
6,06 =ID ; 05,07 =ID ; 2,08 =ID ; 3,09 =ID ; 3,010 =ID ; 5,011 =ID ;
3,012 =ID ; 3,013 =ID ; 15,014 =ID ; 3,015 =ID ; dan 1,016 =ID
Kesimpulan:
a) Tingkat Kesulitan Butir Soal
Menurut Oller melalui Nurgiyantoro (2001: 138), dikemukakan bahwa suatu
butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara
0,15 sampai dengan 0,85. Indeks 0,0 berarti butir soal yang bersangkutan
sangat sulit, sebaliknya indeks 1,0 berarti butir soal yang bersangkutan sangat
mudah karena semua siswa dapat menjawab dengan betul. Dengan
menggunakan kriteria kelayakan tersebut, maka butir soal yang kurang layak
hanya nomor 1 dan 11 karena indeks tingkat kesulitannya lebih dari 0,85 yaitu
berada pada angka 0,87 dan 0,9.
b) Daya Pembeda Butir Soal
Menurut melalui Nurgiyantoro (2001: 141), dikemukakan bahwa butir soal
yang baik indeks daya pembeda paling tidak harus mencapai 0,25 atau bahkan
0,35. Butir soal yang indek daya pembedanya kurang dari 0,25 dianggap
kurang layak karena tidak mampu membedakan antara siswa kelompok tinggi
dan kelompok rendah. Dengan menggunakan kriteria kelayakan tersebut, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
butir soal yang kurang layak hanya nomor 2 karena indeks daya bedanya
kurang dari 0,25 yaitu berada pada angka 0,15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
BIODATA PENULIS
Agustina Puji Lestari dilahirkan di Purworejo 10
Oktober 1988. Anak kedua dari dua bersaudara ini
memulai pendidikan formalnya di SD N Purbowono
pada tahun 1994. Setelah tamat SD pada tahun 2000
kemudian melajutkan pendidikannya di SMP N 24
Purworejo dan tamat pada tahun 2003. Kemudian, ia
melanjutkan pendidikannya di SMA Bruderan Purworejo dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun 2006 tercatat sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Mengakhiri masa studinya dengan menulis skripsi berjudul “Perbedaan
Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen Berjudul
“Katuranggan” karya Slamet Nurzaeni antara Siswa Kelas XII Jurusan Bahasa
dan Siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA Bruderan Purworejo Tahun Ajaran
2010/2011”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI