minggu xii

Upload: andrewprayoga

Post on 22-Jul-2015

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ISU-ISU KONTEMPORER DALAM AKUNTANSI KEUANGAN TUGAS MINGGU XII AKUNTANSI SYARIAH

DISUSUN OLEH : ANDREW YORRY PRAYOGA ( 3073097) No Urut : 01 Kelas Pararel : A

Universitas Surabaya Fakultas Bisnis dan Ekonomika Akuntansi Semester Genap 2011-2012

JURNAL

PERAN PENERAPAN KONSEP AKUNTANSI SYARIAH DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN UMMATKamilah, SE. Ak, MSi1

Abstrak Islam dan Akuntansi merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan, karena Islam telah mengatur akuntansi ini jauh hari sebelum orang-orang Barat mengatakan telah menemukannya. Manusia telah diperintahkan untuk senantiasa berhati-hati dan melakukan pencatatan akuntansi dalam hal transaksi agar tidak salah ketika melakukan proses pengambilan keputusan. Akuntansi Syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat akhir-akhir ini. Dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan perkembangan akuntansi syariah dan peran penerapan konsep akuntansi syariah apabila dilihat dari berbagai sisi, juga memaparkan perkembangan peraturan dan regulasi pemerintah yang mendukung akuntansi syariah sehingga semakin diminati tidak hanya oleh ummat Islam tapi seluruh masyarakat pada umumnya. Pendahuluan Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi syariah yang begitu pesat dewasa ini, ditambah lagi banyaknya dukungan dari berbagai pihak baik dukungan moral, material maupun sumbangan pemikiran dalam membuat peraturan yang mengatur perbankan dan lembaga keuangan syariah, mengakibatkan makin menjamurnya lembaga bisnis dan keuangan syariah baik di dunia perbankan maupun lembaga keuangan syariah non perbankan. Hal ini merupakan fenomena yang cukup menggembirakan. Geliat ekonomi syariah dimana-mana mulai menampakkan semangat yang luar biasa. Perkembangan ini

mendorong makin berkembangnya bidang akuntansi syariah yang belakangan ini makin terdengar gaungnya di tanah air. Hal ini dapat kita lihat dari makin banyaknya buku-buku, seminar, diskusi yang mengulas konsep akuntansi syariah, serta lembaga-lembaga keuangan yang menerapkan konsep akuntansi syariah. Diterbitkannya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan PSAK No. 101 s/d 106 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan1

Penulis adalah dosen Akuntansi di Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN-SU dan di Fak. Ekonomi Univ. Muslim Nusantara Al Washliyah Medan

Penyajian Laporan Keuangan Syariah oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan salah satu bukti dukungan kuat terhadap pelaksanaan konsep akuntansi syariah ini. Inilah yang diharapkan bagi tercapainya kesempurnaan Islam dalam segala sendi kehidupan, baik dari segi ibadah maupun dalam hal muamalah, sehingga nantinya Islam benar-benar merupakan suatu solusi bagi berbagai masalah dan persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini serta dapat mengangkat tingkat perekonomian ummat sebagaimana negeri Madinah yang berhasil di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Bahasan ini sangat menarik dan penting karena masih banyaknya pihak-pihak yang belum memahami bagaimana konsep akuntansi syariah yang sebenarnya serta menganggap bahwa akuntansi syariah sama saja dengan akuntansi konvensional yang selama ini diterapkan oleh perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan pada umumnya. Dengan memahami konsep akuntansi syariah ini diharapkan akan diperoleh informasi yang benar dan keyakinan yang kuat bahwa penerapan akuntansi syariah dapat membangun perekonomian ummat

KONSEP AKUNTANSI SYARIAH Akuntansi syariah sebenarnya merupakan bagian dari upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang akuntansi. Yang dimaksud dengan ilmu sosial profetik disini adalah ilmu yang diturunkan dari Al Quran dan Hadist dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk menjembatani antara perintah normative dengan praktik. Perintah normatif telah ada di dalam Al Quran, berikutnya adalah menerjemahkan Al Quran dalam bentuk Teori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya digunakan untuk memberikan arah (guidance) tentang praktik akuntansi yang sesuai dengan syariah. Tujuan-tujuan akuntansi dalam Islam, dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut : 1. Hifzul Amwal (memelihara uang). Para ahli tafsir berkata tentang tafsir dari firman Allah faktubuhu, yang terdapat dalam QS. Al Baqarah ayat 282 yang berarti tuliskanlah bahwa perintah untuk menuliskan uang dan harta adalah suatu keharusan untuk menjaga harta itu dan menghilangkan kewaswasan atau keragu-raguan. 2. Dapat Membantu dalam Mengambil Keputusan. Imam SyafiI berkata, Siapa yang mempelajari hisab (ilmu hitung), luaslah pikirannya, Artinya, seorang pedagang atau siapa saja, tidak akan dapat mengungkapkan pikiran yang benar dan sehat, atau

mengambil keputusan yang bijaksana, tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam surat-surat atau buku catatan khusus. Al Quran telah menjelaskan fungsi pencatatan ini untuk menghilangkan keraguan ketika mengambil keputusan, seperti pada firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 282 : Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian, dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. 3. Menentukan Hasil-Hasil Usaha yang Akan Dizakatkan. Di antara tujuan akuntansi yang utama pada periode pertama Islam ialah untuk mengetahui hasil-hasil perdagangan di akhir tahun, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui modal pokok murni, keuntungan murni dan kerugiannya, sehingga dapat dihitung standar dan jumlah zakat hartanya. 4. Menentukan dan Menghitung Hak-Hak Kawan yang Berserikat. Dasar-dasar, kaidahkaidah dan aturan-aturan akuntansi dalam Islam itu diaplikasikan untuk membantu menentukan hak-hak mitra bisnis, seperti harta atau uang, dan keuntungankeuntungan, baik dalam keadaan bergabung maupun terpisah. 5. Menentukan Imbalan, Balasan atau Sanksi. Fungsi akuntansi dalam mengevalusai usaha manusia telah diterapkan pada waktu periode pertama Islam, yaitu pada baitul mal kaum muslimin dalam akuntansi (penghitungan) terhadap perputaran uang, baik uang tunai maupun yang berupa asset (barang).

Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan karakteristik khusus yang berbeda. Sifat-sifat spesifik akuntansi Islam diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al Quran dan Sunnah serta fiqih para ulama. Oleh karena itu, kaidah-kaidah ini memiliki keistimewaan, yaitu permanen dan objektif. Ruang lingkup ijtihad hanyalah dalam masalah-masalah furu (cabang) atau sekitar carq, metode dan prosedur akuntansi itu saja. 2. Akuntansi Islam dilandasi oleh akidah yang kuat. Berdasarkan ini, wajiblah bagi setiap akuntan yang menjalankan berbagai proses akuntansi untuk percaya bahwa harta yang ia hitung itu adalah harta Allah, dan Allah telah menyuruhnya untuk mencatat perputaran harta itu, seperti pemasukan dan pengeluaran berdasarkan kaidah-kaidah hukum, karena Allah juga akan menghisabnya (akuntan/juru tulis) pada Hari Kiamat terhadap sejauh mana ia melaksanakan pekerjaan ini dengan baik.

3. Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik, karenanya, seorang akuntan yang melaksanakan proses akuntansi harus mempunyai sifat amanah, jujur, netral, adil, dan professional, supaya setiap kliennya merasa tenang terhadap dokumendokumen penting dan informasi-informasi detail yang diterimanya dari akuntan itu.

Perbedaan Konsep Akuntansi Syariah Dengan Konsep Akuntansi Konvensional Ketika kita membandingkan antara konsep akuntansi syariah dan konsep akuntansi konvensional ini maka kita akan menemukan adanya persamaan dan perbedaan. Berikut ini perbandingan antara kedua persamaan dan perbedaan tersebut secara ringkas : Persamaannya dalam beberapa konsep dan dasar akuntansi, ini terbukti dengan adanya beberapa konsep yang masih dipraktikkan sejak awal masa Daulah Islamiyah sampai sekarang, seperti : Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya), Prinsip kontinuitas (istimrariyah) dengan prinsip kesinambungan usaha (going concern).Kemudian, persamaan dalam unsurunsur akuntansi yaitu masing-masing terdiri dari dokumen-dokumen, daftar table, keterangan atau laporan dan bukti-bukti. Pada prinsipnya, persamaan ini menonjolkan kelebihan konsep akuntansi Islam yang lebih dulu muncul daripada konsep konvensional. Perbedaannya, konsep-konsep dan dasar-dasar akuntansi Islam bersumberkan syariat Islam, sebaliknya undang-undang akuntansi konvensional bersumberkan pikiran manusia semata. contohnya antara lain : Para ahli akuntansi modern (konvensional) berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok. Konsep Islam menerapkan konsep penilaian yang berdasarkan nilai tukar yang berlaku, tujuan dasarnya adalah untuk melindungi modal pokok yang hakiki dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas. Menurut konsep Islam, mata uang seperti emas, perak dan barangbarang lain sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga. Karenanya, Islam menganjurkan untuk tidak menimbunnya. Inilah salah satu konsep akuntansi Islam yang sedang akan dicapai oleh konsep akuntansi konvensional. Konsep

akuntansi konvensional mempraktekkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam penghitungan, serta menyepelekan laba-laba yang bersifat mungkin. Adapun konsep Islam sangat memperhatikan hal-hal itu dengan cara penentuan nilai/harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan-cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko.

Banyak orang yang berpendapat bahwa tidak ada kaitan antara akuntansi dan Islam. Ada yang menganggap, tidak ada bedanya antara akuntansi menurut Islam dan akuntansi menurut kapitalisme dan sosialisme. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa terdapat perbedaan prinsipil antara akuntansi Islam dan akuntansi konvensional. Penerapan Konsep Akuntansi Syariah Secara umum, transaksi dapat kita kategorikan menjadi dua, yakni transaksi yang halal dan transaksi yang haram. Halal dan haramnya suatu transaksi tergantung dari beberapa kriteria, yaitu : 1. obyek yang dijadikan transaksi apakah obyek halal atau obyek haram 2. cara bertransaksi apakah cara bertransaksi halal atau bertransaksi haram. Bank syariah maupun lembaga keuangan syariah selain Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah harus sesuai dengan UU No. 10/1998, pasal 1 butir 13 dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah sebagai berikut : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Transaksi halal yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga keuangan syariah selain bank, merupakan akad (perjanjian atau perikatan) yang sesuai dengan syariah Islam. Di dalam ekonomi syariah, pada umumnya akad dibedakan menjadi dua kelompok, yakni akad tabarru (perjanjian yang tidak mencari keuntungan materiil dan bersifat kebajikan

murni hanya mengharap imbalan dari Allah SWT) dan akad tijarah (perjanjian yang berorientasi pada laba). Jenis-jenis transaksi yang tergabung dalam akad tabarru ini antara lain seperti: a. Akad Qardh. Transaksi ini timbul karena salah satu pihak meminjamkan obyek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya tanpa berharap mengambil keuntungan materiil apapun. b. Akad Rahn. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan. c. Akad Hawalah. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang/utang dari pihak lain. Sementara jenis-jenis transaksi yang tergabung dalam akad tijarah ini antara lain seperti: a. Akad bai (akad jual-beli). Transaksi jual beli telah dihalalkan oleh Allah SWT, seperti firman Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 275 : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. b. Akad Ijarah (akad sewa menyewa). Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau jasa melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Sistem ekonomi Islam, tidak menerapkan bunga dalam kegiatan operasionalnya. Sebagai gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan bagi hasil yang dihalalkan oleh syariah Islam. Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara, yakni profit sharing (bagi laba) dimana perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha dan revenue sharing (bagi pendapatan) dimana perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada pendapatan dari pengelola dana, yakni pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha.

PENUTUP Dalam Islam, harta dianggap sebagai bagian dari aktivitas dan tiang kehidupan yang dijadikan Allah untuk membantu proses jual beli, dan juga sebagai ukuran terhadap nilai. Di antara tujuan akuntansi dalam Islam adalah untuk menjaga harta dan mengembangkannya melalui jalur-jalur yang syari, untuk merealisasikan fungsinya dalam kehidupan perekonomian serta membantu memakmurkan bumi dan pengabdian kepada Allah SWT. Sumber-sumber hukum Islam telah mencakup kaidah-kaidah yang mengatur pemeliharaan terhadap modal pokok di dalam peranannya. Sistem akuntansi syariah menekankan

pemeliharaan terhadap modal pokok yang sebenarnya, seperti dalam hadist Rasulullah SAW : Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang, dia tidak akan menerima laba sebelum ia mendapatkan rasul maal nya (modal). Demikian juga, seorang mukmin tidak akan mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan wajibnya. (HR. Bukhari Muslim). Salah satu tujuan dalam transaksi adalah memperoleh laba yang merupakan cerminan pertumbuhan harta. Islam sangat mendorong pendayagunaan harta/modal dan melarang menyimpannya sehingga tidak habis dimakan zakat, sehingga harta itu dapat merealisasikan peranannya dalam aktivitas ekonomi. Oleh sebab itu, menurut konsep Islam, nilai-nilai keimanan, akhlak dan tingkah laku seorang muslim memegang peranan utama dalam mempengaruhi penentuan kadar laba dalam transaksi atau kegiatan muamalah. Berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi syariah ini diharapkan masyarakat pengguna atau bank dan lembaga keuangan dengan prinsip Islam mengalami tingkat pertumbuhan modal/laba yang tinggi sehingga dapat mendorong segala upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga jelaslah bahwa penerapan konsep akuntansi syariah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian ummat Islam khususnya dan masyarakat pada umumnya.

PEMBAHASAN 1. Apakah yang dmaksud dengan akuntansi syariah ? Akuntansi Islam ada konsep Akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Allah SWT. Tuhan yang memiliki Akuntan sendiri (Rakib dan Atid) yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja pada bidang ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan pelaksanaan hukum Syariah lainnya. Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Umer Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja dalam menyajikan sehingga laporan secara sesuai logis dengan motivasi dia dan akan

kepentingannya,

dikhawatirkan

membonceng kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen

yang melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode, teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu Auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut tabayyun sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa ayat 35 yang berbunyi: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 2. Apakah Perbedaan antara Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional ? Menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, antara lain, terdapat pada hal-hal sebagai berikut: a. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam car menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat

ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas; b. Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang; c. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagai sumber harga atau nilai; d. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko;

e. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal; f. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.

Perbedaan prinsip Yang Melandasi Akuntansi syariah dan Konvensional Konsep Dasar Postulat Entitas Akuntansi Konvensional Akuntansi Syariah

Pemisahan antara Entitas didasarkan pada bisnis dan pemilik bagi hasil going Kelangsungan hidup secara terus menerus,yaitu didasarkan pada realisasi keberadaan aset Kelangsungan usaha bergantung pada persetujuan kontrak pada kelompok yang ter libat dalam aktivitas bagi hasil Setiap tahun dikenakan zakat kecuali untuk produk pertanian yang dihitung setiap panen

Postulat concern

Postulat akuntansi

periode Tidak dapat menunggu sampai akhhir kehidupan perusahaan dengan mengukur keberhasilan aktivvitas perusahaan unit Nilai uang

Postulat pengukuran

Kuantitas nilai pasar digunakan untuk menentukan zakat binatang ,hasil pertanian dan emas

Prinsip penyingkapan Bertujuan untuk Menunjukkan penuh mengambil keputusan pemenuhan hak dan kewajiban kepada Allah ,masyarakat, dan individu Prinsip obyektifitas Reliabelitas pengukuran digunakan dengan dasar bias personal Berhubungan dengan konsep ketakwaaan, yaitu pengeluaran materi dan non materi untuk memenuhi

kewajiban Prinsip materi Dihubungkan dengan kepentnngan relatif mengenai informasi pembuatan keputusan Berhubungan dengan pengukuran dan pemenuhan tugas/ kewajiban kepada Allah , masyarakat dan individu

Prinsip konsistensi

Dicatat dan dilaporkan Dicatat dan menurut pola GAAP dilaporkansecara konsis tensesuai dengan prinsip yang dijabarkan oleh syariah Pemilihan tehnik akuntansi dengan memperhatikan dampak baiknya terhadap mayarakat

Prindip konservatisme Pemilihan tehnik akuntansi ysng sedikit pengaruhnya terhadap pemilik

3. Bagaimana Penerapan Akuntansi Syariah (practice) di Indonesia ? Secara umum, transaksi dapat kita kategorikan menjadi dua, yakni transaksi yang halal dan transaksi yang haram. Halal dan haramnya suatu transaksi tergantung dari beberapa kriteria, yaitu : 3. obyek yang dijadikan transaksi apakah obyek halal atau obyek haram 4. cara bertransaksi apakah cara bertransaksi halal atau bertransaksi haram. Bank syariah maupun lembaga keuangan syariah selain Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah harus sesuai dengan UU No.

10/1998, pasal 1 butir 13 dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah sebagai berikut : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Transaksi halal yang dilakukan oleh bank syariah maupun lembaga keuangan syariah selain bank, merupakan akad (perjanjian atau perikatan) yang sesuai dengan syariah Islam. Di dalam ekonomi syariah, pada umumnya akad dibedakan menjadi dua kelompok, yakni akad tabarru (perjanjian yang tidak mencari keuntungan materiil dan bersifat kebajikan murni hanya mengharap imbalan dari Allah SWT) dan akad tijarah (perjanjian yang berorientasi pada laba). Jenis-jenis transaksi yang tergabung dalam akad tabarru ini antara lain seperti:

d. Akad Qardh. Transaksi ini timbul karena salah satu pihak meminjamkan obyek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya tanpa berharap mengambil keuntungan materiil apapun. e. Akad Rahn. Transaksi rahn timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan. f. Akad Hawalah. Transaksi hawalah timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu obyek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang/utang dari pihak lain. Sementara jenis-jenis transaksi yang tergabung dalam akad tijarah ini antara lain seperti: c. Akad bai (akad jual-beli). Transaksi jual beli telah dihalalkan oleh Allah SWT, seperti firman Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 275 : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. d. Akad Ijarah (akad sewa menyewa). Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau jasa melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Sistem ekonomi Islam, tidak menerapkan bunga dalam kegiatan operasionalnya. Sebagai gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan bagi hasil yang dihalalkan oleh syariah Islam. Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara, yakni

profit sharing (bagi laba) dimana perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha dan revenue sharing (bagi pendapatan) dimana perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada pendapatan dari pengelola dana, yakni pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha.

4. Apakah yang Menjadi TAntangan Akuntansi Syariah (Practice) terkait isu konvergensi IFRS ? Isu-isu penting yang telah dibahas di atas menunjukkan bahwa prinsip akuntansi syariah dan akuntansi konvensional berbeda. IFRS yang merupakan standar internasional yang mengacu pada akuntansi

konvensional nampaknya ada beberapa bagian yang tidak cocok dengan prinsip akuntansi syariah ini. Menurut Muhamad (2002) pada tataran praktis akuntansi syariah adalah akuntansi yang berorientasi sosial dan pertanggungjawaban, sebab akuntansi syariah dapat menyajikan atau mengungkap dampak sosial perusahaan terhadap masyarakat dan sekaligus menyajikan laporan pertanggungjawaban yang bersifat humanis, emansipatoris, transendental dan teologikal. Oleh karena itu, konsep dasar akuntansi syariah adalah bersifat zakat dan amanah oriented. Akuntansi syariah adalah ilmu dan teknologi universal yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam lingkungannya, baik sosial, ekonomi, politik,

peraturan perundangan, kultur, persepsi dan nilai (masyarakat) tempat akuntansi syariah diterapkan. Akuntansi syariah adalah akuntansi yang dikembangkan bukan hanya dengan cara tambal sulam terhadap akuntansi konvensional, akan tetapi, merupakan pengembangan filosofis terhadap nilai-nilai al-Quran yang diturunkan ke dalam pemikiran teoritis dan teknis akuntansi. Berdasarkan hasil tersebut maka bisa dikatakan bahwa konvergensi IFRS terhadap standar akuntansi syariah yang dilakukan di Indonesia tidak akan bisa sempurna seratus persen. AAOIFI (dalam Ibrahim, 2009) dalam hal ini telah memformulasikan alternative standar akuntansi syariah ini berkaitan dengan konvergensi IFRS ini. AAOIFI dalam formulasinya menyatakan bahwa ketika IFRS tidak bisa diadopsi secara keseluruhan oleh IFI, ketika IASB tidak memiliki IFRS untuk menutupi praktek perbankan syariah dan praktek keuangan syariah, dan ketika IFRS dapat diadopsi maka AAOIFI tidak akan mengembangkan standar atau berkembang dan mengadopsi IFRS. Menurut Khairul Nizam, direktur pengembangan teknis di AAOIFI (dalam Ibrahim, 2009) bahwa kesenjangan dan perbedaan ada dan akan terus ada di antara set kedua standar, karena kesenjangan dan perbedaan adalah hasil alami dari struktural tujuan yang berbeda dari IASB dan AAOIFI. IAI sendiri dalam hal ini juga mengacu pada AAOIFI dalam menanggapi permasalahan konvergensi IFRS ini. IFRS yang ada tidak bisa

dipaksakan untuk akuntansi syariah yang memiliki prinsip yang berbeda, seperti yang dikatakan oleh Ibrahim (2009) dalam pendahuluan papernya yaitu one size doesnt fit all! 5. Berikan Penjelasan ringkas tentang masing-masing standart akuntansi keuangan Syariah dan perbandingannya dengan PSAK (umum) Lainnya ! Komite Akuntansi Syariah bersama dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia telah

mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi kegiatan usaha dengan mempergunakan akuntasi

berdasarkan kaidah syariah. Berikut ini daftar Standar Akutansi Keuangan yang juga akan berlaku bagi perbankansyariah : (1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (2) PSAK 101 (Revisi 2006) tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (3) PSAK 102 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Murabahah, (4) PSAK 103 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Salam,

(5) PSAK 104 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Istishna, (6) PSAK 105 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Mudharabah, (7) PSAK 106 (Revisi 2006) tentang Akuntansi Musyarakah.

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik. Standar akuntansi dan audit yang sesuai dengan prinsip syariah sangat dibutuhkan dalam rangka mengakomodir perbedaan esensi antara operasional Syariah dengan praktek perbankan yang telah ada (konvensional). Untuk itulah maka pada tanggal 25 Juni 2003 telah ditandatangani nota kesepahaman antara Bank Indonesia dengan IAI dalam rangka kerjasama penyusunan berbagai standar akuntansi di bidang perbankan Syariah, termasuk pelaksanaan kerjasama riset dan pelatihan pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi IAI. Badan yang menerbitkan standar akuntansi islam pada saat ini adalah the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAO-IFI) yang didirikan sejak 1991 di Bahrain. Sampai dengan saat ini telah diterbitkan 56 standar akuntansi Islam dalam bidang akuntansi, auditing, governance dan etika, seperti tertera pada tabel 2. Anggota Technical Board AAOIFI berjumlah 20 orang, dengan 115 anggota yang mewakili 27 negara.

DAFTAR PUSTAKA

http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/503/415 http://badilag.net/data/khes/BUKU%20IV.pdf http://www.slideshare.net/capsoul/konsep-akuntansi-syariah/download http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/mengenal-akuntansi-syariah-2/ http://akuntansi-syariah.blogspot.com/ http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/publikasi_pm/kajian_pm/studi2007/laporan% 20Studi%20akuntansi%20Syariah.pdf http://www.askep.net/pdf/penerapan-akuntansi-syariah-di-indonesia.html http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/tulisan-bahasa-indonesia-2-tulisanperiode-3/ http://nenygory.wordpress.com/