plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · c. rekonsiliasi fiskal 42 ... contoh tabel...
TRANSCRIPT
ANALISIS KETEPATAN PEMILIHAN METODE PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN SEBAGAI SALAH SATU CARA
UNTUK MENGURANGI BEBAN PAJAK PENGHASILANStudi Kasus di PT. Prima Dwi Utama
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Yovita Ratnasari Massora
NIM : 092114075
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KETEPATAN PEMILIHAN METODE PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN SEBAGAI SALAH SATU CARA
UNTUK MENGURANGI BEBAN PAJAK PENGHASILANStudi Kasus di PT. Prima Dwi Utama
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Yovita Ratnasari Massora
NIM : 092114075
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
ANALISIS KETEPATAN PEDIIL]巴 AN PIETODE PENYUSUTAN IIARTABERWUJllD BUKAN BANGUNAN SEBAGAISALAⅡ SATU CARA
UNTUK ⅣENGURANGIBEBAN PJAK PENGⅡ ASILANStudi Kasus di PTc Prima Dwi Utama
Pembimbing
Tanggal: 3 September 2013Gien Agustinaw'ansari, M.M.. Akt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
ANALISIS KETEPATAN PEPIILIIIAN PIIETODE PENYUSUTAN ⅡARTABERWUJtD BUKAN BANGUNAN SEBAGAISALAH SATU CARA
UNTUK ⅣENGURANGIBEBAN PAJAK PENGHASILANStudi Kasus di PTo PriIEla Dwi Utama
Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Dra.
Drs,YP.
M. TrisnawatiRahayu, S.E., M.Si., Akt., QIA.
Yogyakarta, 30 September 201 3
Fakultas Ekonomi
[l,ersitas Sanata Dhanna
後
F級′、1/鰈Maridjo, M.Si.
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Yovita Ratnasari Massora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Mat 21:22)
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”(Pengkhotbah 3:11a)
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yeremia 17:7)
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)
“ Hidup yang bernilai adalah dalam setiap kesempatan yang ada, kita bisa mendedikasikan diri untuk selalu melakukan yang terbaik
bagi diri sendiri dan orang lain” (Andrie Wongso)
“Berdoa dan berusahalah melakukan yang terbaik, serta syukuri dan manfaatkan waktu yang Tuhan anugerahkan kepada kita
dengan sebaik-baiknya, lalu pasrahkan semuanya kepada Tuhan, biarkan Tuhan hadir dalam setiap kelemahan kita, sebab Dia akan
menunjukkan kasih-Nya dan kuasa-Nya kepada kita, tetap percaya akan janji-Nya, Ia akan membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, karena Tuhan itu baik”
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bunda Maria
Bapakku Bastian Massora, Ibuku Adolfina Banne, kedua Adikku James Suwandi Massora dan Melky Massora, serta seluruh Keluargaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UNIVERSEAS SANATA DllLARMAFAKULTAS EKONOMI
JLRUSANぶ UNTANSI― PROGRAM STUDI AK■ INTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS KETEPATAI{ PDMILIHAN METODE PEIYYUSTITAN HARTABERWT]JTID BUKAN BANGUNAI\ SEBAGAI SALAH SATU CARA
UNTUK MENGT]RANGI BEBAI\T PAJAK PENGIIASILAI\Studi Kasus di PT. Prima Ilwi Utama
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 20 September 2013 adalah hasil karyasaya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi initidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambildengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbolyang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yangsaya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagianatau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, afau yang saya ambil dari tulisanorang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidalgdengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasiltulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukantindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran sayasendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal sayaterima.
Yogyakart4 30 September 2013Yang membuat pemyataan,
Yovita Ratnasari Massora
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH IINTⅨ KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharlna:
Nama : Yo宙 ta Ratnasari Massora
Nomor NIIahasiswa : 092114075
Demi pengembangan ilmu perttct盛田嘔 saya melnberikan kepada Pttustakaan
Univ(ジ1lsitas Sanata Dhal...a karya ilmiah saya yang bcttuduL Allalisis Ketepatan
Pettlilihan Metode Femyusutan Ⅱarta Ber77uJud Bukan Bangunan SebagaiSahL Satu Cara untuk Mellgurangi Beban Paiak Pelaghasilan(Studi Kasusdi PT.Prima Dwi Utam→ besCrta perangkat yang diperlukan oila adan.Dengan
dellnikian saya nlembedkan kepada perpustakaan Unlversitas Sanata Dhama hak
untuk menylllnpan,mengalihkan dalaln bentuk media lain` rnengelolanya dalam
bentuk pangkalan dat■ mendistribusikan secam terbatas, danmempublikasikamya di intemet atau llnedia lain untuk kepentingan akademis
tampa perlu memlnta izin dari ttya maupun mem欧 洒巌狙 Юyald kepada nya
selama tetap mencantumkan nama saya sebttai penulis.
Delnikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebcnamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tangga1 30 Septeinber 2013
Yang menya餞 永田
Yovita Ratnasari Massora
Vl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt. selaku Dosen Pembimbing
yang telah berkenan memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis.
4. Seluruh staf sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
telah melayani semua kebutuhan akademis selama penulis di bangku
perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Bapak Andi Salahuddin Akhmad, Bapak Abdul Biden, Bapak Hendro
Kusuma Jaya, dan seluruh karyawan PT. Prima Dwi Utama Kendari, Sulawesi
Tenggara yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis
memperoleh data lisan maupun tulisan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Ishak, Bapak Syarif, Bapak Yuslan, dan seluruh karyawan Kantor
Akuntan Publik (KAP) Drs. H. Muhammad Fadjar Kendari, Sulawesi
Tenggara yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis
mengadakan penelitian.
7. Om Vany sekeluarga yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama
penulis mengadakan penelitian.
8. Seluruh pengajar Brevet A dan B Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
9. Bapak Abdul Hadi yang telah memberikan masukan dan arahan kepada
penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
10. Bapakku Bastian Massora, Ibuku Adolfina Banne, kedua Adikku James
Suwandi Massora dan Melky Massora, serta seluruh Keluargaku yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terbaikku: Niken Utami, Maria Mellyana Nur Octa
Kumalasari, Theresia Veny Tabi, Agata Rosa Pebriani, Susana Nugrahani, dan
Yunita Astikawati atas doa, persahabatan, canda tawa, semangat, dan masukan
selama penulis di bangku perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
12. Teman-teman Paduan Suara Fakultas Ekonomi (PSFE) dan Cana Community
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk dapat mengembangkan diri.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 September 2013
Yovita Ratnasari Massora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS v
HALAMAN PUBLIKASI KARYA TULIS vi
HALAMAN KATA PENGANTAR vii
HALAMAN DAFTAR ISI x
HALAMAN DAFTAR TABEL xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR xiv
ABSTRAK xv
ABSTRACT xvi
BAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang Masalah 1B. Rumusan Masalah 4C. Tujuan Penelitian 4D. Manfaat Penelitian 4E. Sistematika Penulisan 5
BAB II LANDASAN TEORI 7A. Pajak Penghasilan 7
1. Pengertian Pajak Penghasilan 72. Subyek Pajak Penghasilan 93. Obyek Pajak Penghasilan 94. Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final 155. Cara Menghitung Pajak Penghasilan 186. Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto (Deductible Expenses) 19
7. Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto (Non-Deductible Expenses) 24
8. Tarif Pajak Penghasilan 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Penyusutan Harta Berwujud 331. Pengertian Penyusutan Harta Berwujud 332. Kebijakan Penyusutan Harta Berwujud Menurut Ketentuan Perpajakan 34
3. Metode Penyusutan Harta Berwujud Menurut Ketentuan Perpajakan 41
C. Rekonsiliasi Fiskal 42D. Konsep Nilai Waktu Uang 43E. Review Penelitian Terdahulu 47
BAB III METODE PENELITIAN 53A. Jenis Penelitian 53B. Tempat dan Waktu Penelitian 53C. Subyek dan Obyek Penelitian 54D. Data yang Diperlukan 54E. Teknik Pengumpulan Data 54F. Teknik Analisis Data 55
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 70A. Sejarah PT. Prima Dwi Utama 70B. Lokasi PT. Prima Dwi Utama 71C. Personalia 72D. Struktur Organisasi 74E. Unit Usaha 78
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 80A. Deskripsi Data 80B. Analisis Data 97C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 135
BAB VI PENUTUP 139A. Kesimpulan 139B. Keterbatasan Penelitian 140C. Saran 141
DAFTAR PUSTAKA 143
LAMPIRAN 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis-jenis Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final 17
Tabel 2. Tarif Penyusutan Harta Berwujud 35
Tabel 3. Contoh Tabel Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan 55
Tabel 4. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan dengan Menggunakan Metode Garis Lurus 56
Tabel 5. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun 58
Tabel 6. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Garis Lurus 61
Tabel 7. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Saldo Menurun 61
Tabel 8. Contoh Tabel Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang 64
Tabel 9. Contoh Tabel Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan Terutang 67
Tabel 10. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 berdasarkan Usaha Penjualan 81
Tabel 11. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi 82
Tabel 12. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2010 berdasarkan Usaha Penjualan 83
Tabel 13. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2010 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi 84
Tabel 14. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Penjualan 84
Tabel 15. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Tabel 16. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2012 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi 86
Tabel 17. Laporan Laba Rugi tahun 2009 88
Tabel 18. Laporan Laba Rugi tahun 2010 90
Tabel 19. Laporan Laba Rugi tahun 2011 93
Tabel 20. Laporan Laba Rugi tahun 2012 95
Tabel 21. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I 99
Tabel 22. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II 99
Tabel 23. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I dengan Menggunakan Metode Garis Lurus 102
Tabel 24. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Garis Lurus 103
Tabel 25. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun 106
Tabel 26. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun 108
Tabel 27. Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Garis Lurus 112
Tabel 28. Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Saldo Menurun 113
Tabel 29. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang 126
Tabel 30. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan Terutang 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I. Struktur Organisasi PT. Prima Dwi Utama 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
ANALISIS KETEPATAN PEMILIHAN METODE PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN SEBAGAI SALAH SATU CARA
UNTUK MENGURANGI BEBAN PAJAK PENGHASILANStudi Kasus di PT. Prima Dwi Utama
Yovita Ratnasari MassoraNIM : 092114075
Universitas Sanata DharmaYogyakarta
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode penyusutan yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT. Prima Dwi Utama, Kendari, Sulawesi Tenggara. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode saldo menurun lebih tepat digunakan oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan perusahaan. Hal ini dikarenakan total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih kecil, yaitu sebesar Rp40.557.252,00 dibandingkan total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu sebesar Rp163.187.737,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE APPROPRIATENESS OF DEPRECIATION METHOD SELECTION OF NON BUILDING-TANGIBLE FIXED ASSET
AS THE WAY TO REDUCE INCOME TAX EXPENSES
A Case Study at PT. Prima Dwi Utama
Yovita Ratnasari MassoraNIM : 092114075
Sanata Dharma UniversityYogyakarta
2013
The purpose of this study is to find out depreciation method that is mostappropriate as a method to reduce company’s income tax expense. This study was undertaken at PT. Prima Dwi Utama, Kendari, South East Sulawesi. Data was obtained through interview and documentation. The data analysis technique employed was descriptive analysis technique, a technique to describe the calculation of depreciation cost of non building-tangible fixed asset using straight line method and declining balance method. The result of analysis indicates that the declining balance method is more appropriate to be used by PT. Prima Dwi Utama as one of the method to reduce income tax expense. Using the declining balance method, the total present value of income tax was Rp40.557.252,00, while using the straight line method, thetotal present value of income tax was Rp163.187.737,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor pajak merupakan salah satu sektor yang memegang peranan sangat
penting dalam meningkatkan perekonomian negara. Jumlah penerimaan yang
diperoleh negara dari sektor ini dapat digunakan untuk membiayai berbagai
keperluan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional yang
membutuhkan dana cukup besar. Penerimaan yang diperoleh negara dari
sektor ini juga digunakan untuk pembiayaan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara dapat menikmati fasilitas atau
pelayanan dari pemerintah yang dananya berasal dari pajak. Peranan
penerimaan pajak bagi suatu negara sangat penting dalam menunjang
pelaksanaan roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pajak menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh masyarakat
kepada pemerintah. Badan usaha atau perusahaan merupakan salah satu
subyek pajak yang memiliki kewajiban membayar pajak kepada pemerintah.
Perusahaan sebagai Wajib Pajak badan sebaiknya dapat membantu pemerintah
dalam pembangunan melalui ketaatan membayar pajak. Tanggung jawab atas
kewajiban pembayaran pajak merupakan suatu perwujudan dari kewajiban
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama ikut berpartisipasi aktif
dalam pendanaan negara dan pembangunan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Salah satu jenis pajak yang dipungut pemerintah adalah Pajak Penghasilan.
Besar Pajak Penghasilan ditentukan oleh besarnya laba atau rugi perusahaan,
padahal laba rugi penting bagi perusahaan. Adanya pemikiran bahwa Pajak
Penghasilan merupakan suatu beban yang dapat mengurangi laba yang
diperoleh perusahaan, membuat banyak perusahaan terkadang kurang
memiliki kesadaran untuk membayar pajak. Namun, perusahaan sebaiknya
tidak menjadikan Pajak Penghasilan sebagai beban dalam menjalankan
usahanya. Ada salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban
Pajak Penghasilan perusahaan, yaitu dengan mengatur besarnya biaya
penyusutan dari harta berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan.
Pengaturan besarnya biaya penyusutan dari harta berwujud perusahaan
dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan perusahaan, karena biaya penyusutan merupakan salah satu biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan menurut ketentuan
perpajakan, sehingga biaya penyusutan menjadi salah satu biaya yang dapat
menurunkan Penghasilan Kena Pajak perusahaan. Jika Penghasilan Kena
Pajak perusahaan rendah, maka beban Pajak Penghasilan perusahaan juga
rendah. Biaya penyusutan menjadi salah satu biaya yang penting untuk
dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan perusahaan dibandingkan dengan biaya-biaya lainnya menurut
ketentuan perpajakan, karena adanya biaya penyusutan sebenarnya berpijak
pada kenyataan bahwa harta berwujud yang digunakan dalam kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
operasional perusahaan akan memberikan manfaat potensial bagi perusahaan
untuk mendapatkan penghasilan di masa yang akan datang, sehingga biaya
penyusutan merupakan salah satu biaya yang mempengaruhi laporan
keuangan yang sifatnya menurunkan Penghasilan Kena Pajak perusahaan.
Besar biaya penyusutan ditentukan oleh metode penyusutan yang
digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, ada dua metode penyusutan yang dapat
digunakan oleh perusahaan, yaitu metode penyusutan garis lurus dan metode
penyusutan saldo menurun. Perusahaan harus tepat dalam memilih metode
penyusutan yang akan digunakan. Metode penyusutan garis lurus dan metode
penyusutan saldo menurun akan menghasilkan biaya penyusutan yang
berbeda. Perbedaan ini akan menunjukkan metode penyusutan yang lebih
tepat digunakan oleh perusahaan dalam mengatur besar kecilnya laba
perusahaan, sehingga dapat mengurangi beban Pajak Penghasilan yang
ditanggung perusahaan. Metode manapun yang dipilih harus dapat digunakan
oleh perusahaan secara konsisten agar metode tersebut dapat menyediakan
perbandingan hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
Penelitian mengenai metode penyusutan yang lebih tepat digunakan oleh
perusahaan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan
perusahaan ini akan dilakukan di PT. Prima Dwi Utama. PT. Prima Dwi
Utama berlokasi di Kendari, Sulawesi Tenggara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah metode penyusutan manakah yang lebih tepat digunakan
oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban
Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode penyusutan mana
yang lebih tepat digunakan oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara
untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yang terkait, antara lain :
1. Bagi PT. Prima Dwi Utama
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT.
Prima Dwi Utama dalam pemilihan metode penyusutan untuk menghitung
besarnya biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan sebagai salah
satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi
Utama.
2. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai referensi dan acuan untuk
pengembangan dan kajian penelitian selanjutnya yang lebih mendalam,
berkaitan dengan ketepatan pemilihan metode penyusutan harta berwujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bukan bangunan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan perusahaan.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan terhadap praktik yang nyata
terjadi, sebelum penulis memasuki dunia kerja yang sebenarnya dan dapat
menambah pengetahuan penulis dalam bidang perpajakan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang digunakan
sebagai dasar untuk mengolah data yang berasal dari PT.
Prima Dwi Utama.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang
diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi uraian tentang sejarah PT. Prima Dwi Utama,
lokasi PT. Prima Dwi Utama, personalia, struktur organisasi,
dan unit usaha.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi dan analisis data-data yang
diperoleh dari PT. Prima Dwi Utama, serta hasil penelitian dan
pembahasannya.
Bab VI : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian, dan keterbatasan dalam melakukan penelitian, serta
saran oleh penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Selain pengertian tersebut, ada beberapa pengertian
lain dari pajak menurut beberapa ahli, diantaranya yaitu menurut Prof. Dr.
Rochmat Soemitro, S.H. dalam buku Perpajakan yang ditulis oleh
Mardiasmo (2009: 1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam buku Perpajakan Indonesia
yang ditulis oleh Waluyo (2008: 2), pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membayar
pengeluaran - pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan. Menurut S.I. Djajadiningrat dalam buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Perpajakan: Teori dan Kasus yang ditulis oleh Resmi (2011: 1), pajak
adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan umum.
Berdasarkan buku Perpajakan yang ditulis oleh Mardiasmo (2009:
133), penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan
bentuk apa pun.
Berdasarkan pengertian pajak dan pengertian penghasilan yang telah
dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Pajak
Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara sebagai suatu
kewajiban yang harus dilaksanakannya.
Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008,
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap subyek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subyek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
penghasilan. Subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
pajak subyektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
2. Subyek Pajak Penghasilan
Sesuai dengan ketentuan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi subyek Pajak
Penghasilan adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di
Indonesia ataupun di luar Indonesia dan warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak yaitu ahli waris, badan
yaitu sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, dan bentuk
usaha tetap yaitu bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia.
3. Obyek Pajak Penghasilan
Sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi obyek Pajak
Penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
Penghasilan yang termasuk sebagai obyek pajak, yaitu penggantian
atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang. Pengertian imbalan dalam bentuk
lainnya adalah imbalan dalam bentuk natura yang pada hakikatnya
merupakan penghasilan.
Obyek pajak lainnya adalah hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan. Pengertian hadiah dari undian atau pekerjaan
atau kegiatan, maksudnya hadiah undian tabungan, hadiah dari
pertandingan olahraga dan lain sebagainya. Pengertian hadiah dari
penghargaan, maksudnya imbalan yang diberikan sehubungan dengan
kegiatan tertentu, misalnya imbalan yang diterima sehubungan dengan
penemuan benda-benda purbakala. Laba usaha juga merupakan obyek
pajak.
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta juga
termasuk obyek pajak, yang terdiri atas lima jenis. Pertama, keuntungan
karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. Maksudnya, yaitu dalam
hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan
modal, keuntungan berupa selisih antara harga pasar dari harta yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diserahkan dan nilai bukunya merupakan penghasilan. Kedua, keuntungan
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya. Maksudnya,
yaitu dalam hal penjualan harta tersebut terjadi antara badan usaha dan
pemegang sahamnya, harga jual yang dipakai sebagai dasar untuk
penghitungan keuntungan tersebut adalah harga pasar.
Ketiga, keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun. Apabila suatu badan dilikuidasi,
keuntungan dari penjualan harta, yaitu selisih antara harga jual
berdasarkan harga pasar dan nilai sisa buku harta tersebut, merupakan
obyek pajak. Begitu juga selisih lebih antara harga pasar dan nilai sisa
buku dalam hal terjadi penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha merupakan penghasilan.
Keempat, keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan. Maksudnya, yaitu keuntungan berupa selisih
antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan merupakan penghasilan bagi
pihak yang mengalihkan kecuali harta tersebut dihibahkan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat.
Kelima, keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan. Maksudnya, yaitu dalam hal
Wajib Pajak pemilik hak penambangan mengalihkan sebagian atau seluruh
hak tersebut kepada Wajib Pajak lain, keuntungan yang diperoleh
merupakan obyek pajak.
Obyek pajak lainnya adalah penerimaan kembali pembayaran pajak
yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak. Pengembalian pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya pada saat menghitung Penghasilan Kena Pajak merupakan obyek
pajak. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang adalah obyek pajak. Pengertian bunga termasuk pula
premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang. Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi
dijual di atas nilai nominalnya, sedangkan diskonto terjadi apabila surat
obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan
penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi dan diskonto merupakan
penghasilan bagi yang membeli obligasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi adalah obyek pajak. Dividen merupakan bagian laba yang
diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian
sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi. Obyek pajak
lainnya adalah royalti atau imbalan atas penggunaan hak. Royalti adalah
suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan
apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
merupakan obyek pajak. Pengertian sewa termasuk imbalan yang diterima
atau diperoleh dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
penggunaan harta gerak atau harta tak gerak, misalnya sewa mobil, sewa
kantor, sewa rumah, dan sewa gudang. Penerimaan atau perolehan
pembayaran berkala juga merupakan obyek pajak. Penerimaan berupa
pembayaran berkala, misalnya tunjangan seumur hidup yang dibayar
secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Obyek pajak lainnya adalah
keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pembebasan utang
oleh pihak yang berpiutang dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang
semula berutang, sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat dibebankan
sebagai biaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Keuntungan selisih kurs mata uang asing merupakan obyek pajak.
Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva merupakan obyek pajak.
Premi asuransi juga merupakan obyek pajak, termasuk premi reasuransi.
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
adalah obyek pajak. Obyek pajak lainnya adalah tambahan kekayaan neto
yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Tambahan
kekayaan neto pada hakekatnya merupakan akumulasi penghasilan, baik
yang telah dikenakan pajak dan yang bukan obyek pajak serta yang belum
dikenakan pajak. Apabila diketahui adanya tambahan kekayaan neto
melebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan pajak dan yang
bukan obyek pajak, maka tambahan kekayaan neto tersebut merupakan
penghasilan.
Penghasilan dari usaha berbasis syariah merupakan obyek pajak.
Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda
dengan kegiatan usaha yang bersifat konvensional. Namun, penghasilan
yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha berbasis syariah tersebut
tetap merupakan obyek pajak menurut Undang-Undang. Imbalan bunga
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ketentuan umum dan tata cara perpajakan merupakan obyek pajak, begitu
juga dengan surplus Bank Indonesia.
4. Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final
Berdasarkan buku Perpajakan: Teori dan Kasus yang ditulis oleh Resmi
(2011: 139), Pajak Penghasilan bersifat final merupakan Pajak
Penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak
dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total Pajak Penghasilan terutang pada
akhir tahun pajak. Menurut buku Perpajakan Indonesia yang ditulis oleh
Diana dan Setiawati (2010: 367), penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan final harus dikeluarkan dari penghitungan Pajak Penghasilan
terutang (koreksi negatif).
Menurut buku Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu
yang ditulis oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2013: 250), karakteristik
penghasilan yang menjadi obyek Pajak Penghasilan final adalah
penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan final tidak perlu
digabungkan dengan penghasilan terutang lain (yang non final) dalam
penghitungan Pajak Penghasilan pada Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan,
jumlah Pajak Penghasilan final yang telah dibayar sendiri atau dipotong
pihak lain sehubungan penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan (non
prepaid taxes), dan biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan Pajak
Penghasilannya bersifat final tidak dapat diperhitungkan sebagai
pengurang penghasilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, penghasilan yang dapat dikenai
pajak bersifat final, antara lain penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi. Obligasi yang dimaksud dalam hal ini adalah surat utang
berjangka waktu lebih dari dua belas bulan, seperti Medium Term Note,
Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari dua belas bulan. Surat
utang negara yang dimaksud dalam hal ini meliputi obligasi negara dan
surat perbendaharaan negara.
Penghasilan lainnya yang dapat dikenai pajak bersifat final, yaitu
penghasilan berupa hadiah undian, penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
dan penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan. Ada pula penghasilan tertentu lainnya yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan buku
Perpajakan: Teori dan Kasus yang ditulis oleh Resmi (2011: 139),
penghasilan tertentu lainnya yang dimaksud adalah penghasilan dari
pengungkapan ketidakbenaran, penghentian penyidikan tindak pidana, dan
lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Penghasilan-penghasilan yang dapat dikenakan pajak bersifat final
merupakan obyek pajak. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, antara
lain perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan
tabungan masyarakat, kesederhanaan dalam pemungutan pajak,
berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun
Direktorat Jenderal Pajak, pemerataan dalam pengenaan pajaknya, dan
memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter, maka atas
penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri
dalam pengenaan pajaknya. Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak
atas jenis penghasilan tersebut termasuk sifat, besarnya, dan tata cara
pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Berikut ini jenis-jenis penghasilan yang dikenakan
pajak bersifat final beserta dasar hukum dan dasar pengenaannya.
Tabel 1. Jenis-jenis Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final
Dasar Hukum Jenis Penghasilan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
PP 131/2000 Bunga Deposito, Tabungan, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Jumlah Bruto
PP 14/1997 Penjualan Saham di Bursa Jumlah BrutoPP 04/1995 Penjualan Saham Milik
Perusahaan Modal Ventura
Jumlah Bruto
PP 132/2000 Hadiah Undian Jumlah BrutoPP 71/2008 Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau BangunanJumlah Bruto Nilai Pengalihan atau Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), mana yang lebih tinggi
PP 5/2002 Persewaan Tanah dan atau Bangunan
Jumlah Bruto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel 1. Jenis-jenis Penghasilan yang Dikenakan Pajak Bersifat Final (lanjutan)
Dasar Hukum Jenis Penghasilan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
PP 51/2008 jo PP 40/2009
Jasa Konstruksi Nilai Kontrak
PP 15/2009 Bunga Simpanan Koperasi Jumlah BungaPP 16/2009 Bunga Obligasi Jumlah Bunga dan atau
DiskontoPP 19/2009 Dividen yang diterima
Orang Pribadi (OP)Jumlah Dividen
PP 138/2000 jo 79/PMK.03/2008
Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Tetap
Selisih Lebih Revaluasi
Sumber: Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu, 2013
5. Cara Menghitung Pajak Penghasilan
Berdasarkan buku Perpajakan yang ditulis oleh Mardiasmo (2009:
144), Pajak Penghasilan setahun dihitung dengan cara mengalikan
Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Tarif tersebut
menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun
pajak 2010.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Kena Pajak
bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Beban-beban yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam dua golongan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu
tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
6. Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto (Deductible Expenses)
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi,
dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; bunga, sewa, dan
royalti; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya
promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; biaya administrasi; dan pajak kecuali Pajak
Penghasilan.
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha adalah biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun
pengeluaran. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan obyek pajak untuk dapat dibebankan sebagai biaya.
Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan
pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, tetapi bagi
pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu boleh
dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati
bukan merupakan penghasilan.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan dalam rangka usahanya
selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea
Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat dibebankan sebagai
biaya. Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya
yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada
hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan
untuk promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Besarnya biaya
promosi dan penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang
penghasilan bruto diatur atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan.
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun merupakan biaya
yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Pengeluaran-pengeluaran
untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak berwujud serta
pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun,
pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka,
misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus,
pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan juga merupakan biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Maksudnya, yaitu iuran kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan
sebagai biaya. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan merupakan biaya
yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian karena
penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak
dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Kerugian selisih kurs mata uang asing merupakan biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian karena fluktuasi kurs mata
uang asing diakui berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan
dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia. Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia juga merupakan biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk
menemukan teknologi atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan
boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan adalah biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
dengan memperhatikan kewajaran. Beasiswa yang dapat dibebankan
sebagai biaya adalah beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa,
dan pihak lain.
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih merupakan biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat yang pertama,
yaitu Wajib Pajak telah membebankannya sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersial. Syarat yang kedua, yaitu Wajib Pajak harus
menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak. Syarat yang ketiga, yaitu Wajib Pajak telah menyerahkan
perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara, atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu, dan syarat ketiga ini tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai
biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai biaya dalam
laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan
yang maksimal atau terakhir. Maksud dari penerbitan tidak hanya berarti
penerbitan berskala nasional, melainkan juga penerbitan internal asosiasi
dan sejenisnya. Tata cara pelaksanaan persyaratan yang ditentukan dalam
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai
biaya, diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Biaya lainnya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan, yaitu sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah,
sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, biaya
pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah, sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah, dan sumbangan dalam rangka
pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, apabila penghasilan bruto setelah
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penghasilan neto atau laba fiskal mulai tahun pajak berikutnya berturut-
turut sampai dengan lima tahun, yang dimulai sejak tahun berikutnya
sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.
7. Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto (Non-Deductible Expenses)
Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu
pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk
pembayaran dividen kepada pemilik modal, pembagian sisa hasil usaha
koperasi kepada anggotanya, dan pembayaran dividen oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
badan yang membagikannya, karena pembagian laba tersebut merupakan
bagian dari penghasilan badan tersebut yang akan dikenai pajak
berdasarkan Undang-Undang.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota merupakan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya-biaya yang dikeluarkan atau
dibebankan oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sekutu atau anggota, seperti perbaikan rumah pribadi, biaya perjalanan,
biaya premi asuransi yang dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan
pribadi para pemegang saham atau keluarganya adalah biaya-biaya yang
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
Biaya lainnya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto,
yaitu pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; cadangan untuk
usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; cadangan penjaminan untuk
Lembaga Penjamin Simpanan; cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha
kehutanan; dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan
sebagai biaya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
219/PMK.011/2012. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
219/PMK.011/2012, pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang
boleh dikurangkan sebagai biaya ada enam. Pertama, cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank, meliputi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional, bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional, dan bank perkreditan rakyat yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Cadangan
piutang tak tertagih untuk badan usaha lain yang menyalurkan kredit, yaitu
badan usaha selain bank umum dan bank perkreditan rakyat yang
menyalurkan kredit kepada masyarakat, yang meliputi koperasi simpan
pinjam, PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), Lembaga
Pembiayaan Ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan infrastruktur yang
melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek
infrastruktur, dan PT. Perusahaan Pengelola Aset.
Cadangan piutang tak tertagih untuk sewa guna usaha dengan hak opsi,
yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk kegiatan pembiayaan dengan
menyediakan barang modal untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran
dengan hak opsi (Finance Lease). Cadangan piutang tak tertagih untuk
perusahaan pembiayaan konsumen, yaitu cadangan piutang tak tertagih
untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran. Cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
Kedua, cadangan untuk usaha asuransi, yang meliputi cadangan premi
tanggungan sendiri dan klaim tanggungan sendiri untuk perusahaan
asuransi kerugian, serta cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa.
Ketiga, cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu
cadangan penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin simpanan
nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya. Keempat, cadangan biaya
reklamasi untuk usaha pertambangan, yaitu cadangan biaya untuk kegiatan
yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu
sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai peruntukannya.
Kelima, cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan,
yaitu cadangan biaya penanaman kembali bagi perusahaan yang
diwajibkan melakukan penanaman kembali atas hutan yang telah
dieksploitasi untuk usaha yang terkait dengan sistem pengurusan yang
bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu. Keenam, cadangan biaya penutupan dan
pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan
limbah industri, yaitu cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan bagi
perusahaan yang mengolah limbah industri yang mencakup kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah industri dan penimbunan hasil pengolahan limbah industri.
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak orang pribadi tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, dan
pada saat orang pribadi dimaksud menerima penggantian atau santunan
asuransi, penerimaan tersebut bukan merupakan obyek pajak.
Peraturan tentang premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayarkan
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan, diatur
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-03/PJ.41/2003.
Menurut SE-03/PJ.41/2003, yang dimaksud dengan pemberi kerja adalah
Wajib Pajak orang pribadi sebagai pemberi kerja yang membayar atau
menanggung premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa untuk pegawainya. Bagi Wajib
Pajak orang pribadi sebagai pemberi kerja yang melakukan pembayaran
premi asuransi untuk pegawainya tersebut, boleh membebankannya
sebagai biaya dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bagi pegawai yang bersangkutan, premi asuransi tersebut merupakan
penghasilan yang merupakan obyek pajak.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan merupakan biaya yang tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Maksudnya, yaitu penggantian
atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap bukan
merupakan obyek pajak. Selaras dengan hal tersebut, dalam ketentuan ini
penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakan
pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja.
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan juga merupakan
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Kemungkinan
dapat terjadi pembayaran imbalan yang diberikan kepada pegawai yang
juga pemegang saham dalam hubungan pekerjaan. Berdasarkan ketentuan
ini jumlah yang melebihi kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan
sebagai biaya, karena pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang boleh dikurangkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
penghasilan bruto adalah pengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai
dengan kelaziman usaha.
Biaya lainnya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto,
yaitu harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan,
kecuali sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan dalam
rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan fasilitas
pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, dan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah, serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pajak Penghasilan juga tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Maksud dari Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini adalah Pajak
Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya merupakan biaya
yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya untuk
keperluan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pada hakekatnya merupakan penggunaan penghasilan oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan. Oleh karena itu, biaya tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham merupakan
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Anggota
firma, persekutuan dan perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham diperlakukan sebagai satu kesatuan, sehingga tidak ada
imbalan sebagai gaji. Dengan demikian, gaji yang diterima oleh anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham, bukan merupakan pembayaran yang boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto badan tersebut, begitu juga dengan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi. Pengeluaran
untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud melalui
penyusutan. Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya
termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak
pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun, diamortisasi dalam bagian-bagian yang sama setiap tahun
selama masa manfaat atau dalam bagian-bagian yang menurun setiap
tahun dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas nilai sisa buku.
8. Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan pada pasal 17 ayat (1) huruf b, besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%
(dua puluh delapan persen) dan berdasarkan ketentuan pasal 17 ayat (2a)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif
tersebut akan diturunkan menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang
mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Berdasarkan ketentuan pasal 17
ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Menurut ketentuan pasal 31 E ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Wajib Pajak badan dalam negeri
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen) dari tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah). Menurut ketentuan pasal 31 E ayat (2) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, besarnya bagian peredaran bruto
tersebut dapat dinaikkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
B. Penyusutan Harta Berwujud
1. Pengertian Penyusutan Harta Berwujud
Berdasarkan buku Teori Akuntansi yang ditulis oleh Suwardjono
(2011: 437-440), depresiasi atau penyusutan merupakan suatu proses
alokasi kos secara sistematik dan rasional dan jumlah rupiahnya diukur
atas dasar bagian kos potensi jasa yang dianggap telah dimanfaatkan
dalam menciptakan pendapatan. Penyusutan juga dipandang sebagai
penurunan potensi jasa selama perioda operasi akibat keausan fisik,
konsumsi manfaat, atau keusangan teknologis.
Menurut buku Dasar-Dasar Akuntansi yang ditulis oleh Jusup (2011:
195), penyusutan adalah proses pengalokasian beban perolehan harta
berwujud atau aset tetap sepanjang masa manfaat (umur ekonomis) aset
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tersebut. Berdasarkan buku Perpajakan yang ditulis oleh Mardiasmo
(2009: 152), penyusutan merupakan konsep alokasi harga perolehan harta
tetap berwujud.
Harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu harta
berwujud yang bukan berupa bangunan dan harta berwujud yang berupa
bangunan. Menurut buku Perpajakan Indonesia yang ditulis oleh Waluyo
(2008: 159), aset yang dapat disusutkan adalah aset yang diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, memiliki suatu masa
manfaat yang terbatas, dan ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan
dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau
untuk tujuan administrasi.
2. Kebijakan Penyusutan Harta Berwujud Menurut Ketentuan Perpajakan
Berdasarkan ketentuan pasal 11 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan, kebijakan penyusutan harta berwujud, yaitu
penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus
hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang
dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat
yang telah ditentukan bagi harta tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat
juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat,
yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus,
dengan syarat dilakukan secara taat asas. Penyusutan dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut, sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara pro-
rata. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau
pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar
penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali
aktiva tersebut. Masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud untuk
menghitung penyusutan, ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2. Tarif Penyusutan Harta Berwujud
Kelompok Harta Berwujud
MasaManfaat
Tarif Penyusutan Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan BangunanKelompok 1Kelompok 2Kelompok 3Kelompok 4
II. BangunanPermanenTidak Permanen
4 tahun8 tahun16 tahun20 tahun
20 tahun10 tahun
25%12,5%6,25%
5%
5%10%
50%25%
12,5%10%
Sumber: Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam
bidang usaha tertentu diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Apabila
terjadi pengalihan atau penarikan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, pengalihan
atau penarikan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya, pengalihan atau
penarikan harta dalam bentuk likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, pengalihan atau penarikan harta berupa
hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan, dan pengalihan atau penarikan
harta atas sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan, atau
penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta
tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai
penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru
dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar jumlah
sebesar kerugian tersebut dapat dibebankan dalam tahun penggantian
asuransi tersebut. Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat
dikecualikan sebagai obyek pajak, yaitu bantuan atau sumbangan,
termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah, dan harta hibahan
yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan, serta warisan, yang berupa harta berwujud, maka jumlah
nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi
pihak yang mengalihkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan jenis-jenis harta yang
termasuk dalam setiap kelompok dan masa manfaat yang harus diikuti
oleh Wajib Pajak, dalam rangka memberikan keseragaman kepada Wajib
Pajak untuk melakukan penyusutan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002
tanggal 8 April 2002 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan, jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang
termasuk dalam kelompok satu, antara lain mebel dan peralatan dari kayu
atau rotan, mesin kantor, perlengkapan lainnya, sepeda motor, alat
perlengkapan khusus bagi industri/jasa yang bersangkutan, alat dapur
untuk memasak, makanan dan minuman, jigs, alat yang digerakkan bukan
dengan mesin, mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan, mobil taksi,
bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum, falsh memory
tester, writer machine, biporar test system, dan sebagainya.
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok dua, antara lain mebel dan peralatan dari logam, mobil,
container, mesin pertanian/perkebunan, mesin yang mengolah produk
nabati, mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-
bahan minuman segala jenis, mesin yang menghasilkan/memproduksi
bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis, mesin yang
menghasilkan/memproduksi mesin ringan, mesin dan peralatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
penebangan kayu, truk berat, kapal barang, perahu layar pakai, perangkat
pesawat telepon, auto frame loader, dan sebagainya.
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok tiga, antara lain mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
pertambangan, mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil,
mesin dan peralatan penggergajian kayu, mesin peralatan yang
mengolah/menghasilkan produk industri kimia, mesin yang
menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat, kapal
penumpang, pesawat terbang, perangkat radio navigasi, dan sebagainya.
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok empat, antara lain mesin berat untuk konstruksi, lokomotif uap
dan tender atas rel, kereta, kapal penumpang, kapal yang dibuat khusus
untuk menghela atau mendorong kapal, dan sebagainya. Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan, yaitu pada tanggal 8 April 2002. Penjelasan lebih rinci
mengenai jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan untuk keperluan penyusutan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002, terdapat di lampiran
pertama halaman 147.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 138/KMK.03/2002 kemudian
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009
tanggal 15 Mei 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009 yang mengatur tentang jenis-jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan, jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan
yang termasuk dalam kelompok satu, antara lain mebel dan peralatan
dari kayu atau rotan, mesin kantor, perlengkapan lainnya, sepeda motor,
alat perlengkapan khusus bagi industri/jasa yang bersangkutan, jigs, alat-
alat komunikasi, alat yang digerakkan bukan dengan mesin, mesin ringan
yang dapat dipindah-pindahkan, mobil taksi, bus dan truk yang digunakan
sebagai angkutan umum, falsh memory tester, anchor, base station
controller, dan sebagainya.
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok dua, antara lain mebel dan peralatan dari logam, mobil,
container, mesin pertanian/perkebunan, mesin yang mengolah produk asal
binatang, unggas dan perikanan, mesin yang mengolah produk nabati,
mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan
minuman segala jenis, mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-
bahan makanan dan makanan segala jenis, mesin yang
menghasilkan/memproduksi mesin ringan, mesin dan peralatan
penebangan kayu, mesin yang mengolah atau menghasilkan atau
memproduksi bahan kehutanan, truk berat, kapal barang, perahu layar
pakai, perangkat pesawat telepon, auto frame loader, spooling machines,
antena, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok tiga, antara lain mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
pertambangan, mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil,
mesin dan peralatan penggergajian kayu, mesin peralatan yang
mengolah/menghasilkan produk industri kimia, mesin yang
menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat, kapal
penumpang, pesawat terbang, perangkat radio navigasi, dan sebagainya.
Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang termasuk dalam
kelompok empat, antara lain mesin berat untuk konstruksi, lokomotif uap
dan tender atas rel, kereta, kapal penumpang, kapal yang dibuat khusus
untuk menghela atau mendorong kapal, dan yang lainnya. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 berlaku sejak tanggal 1
Januari 2009. Penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009, terdapat di lampiran kedua halaman 158.
3. Metode Penyusutan Harta Berwujud Menurut Ketentuan Perpajakan
Metode penyusutan yang diperkenankan menurut Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yaitu metode garis lurus
(straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance
method). Metode garis lurus merupakan metode di mana penghitungan
penyusutan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa
manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut. Cara memperoleh biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu mengalikan
harga perolehan dengan tarif penyusutan. Metode saldo menurun
merupakan metode di mana penghitungan penyusutan dilakukan dalam
bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan
cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa bukunya disusutkan sekaligus. Cara memperoleh biaya
penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun, yaitu
mengalikan nilai sisa buku dengan tarif penyusutan.
Berdasarkan buku Perpajakan yang ditulis oleh Mardiasmo (2009:
153), Wajib Pajak diperkenankan memilih salah satu metode untuk
melakukan penyusutan. Penggunaan metode penyusutan atas harta harus
dilakukan secara taat asas. Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat
disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan
dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun.
C. Rekonsiliasi Fiskal
Berdasarkan buku Perpajakan: Teori dan Kasus yang ditulis oleh Resmi
(2011: 369-373), rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena
terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi
(komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan
komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan
finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih
ditujukan untuk menghitung pajak. Laporan keuangan untuk kepentingan
komersial atau bisnis disusun berdasarkan prinsip yang berlaku umum, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan untuk kepentingan fiskal,
laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Undang-Undang
Pajak Penghasilan). Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan
tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas
(Wajib Pajak).
Menurut buku Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu
yang ditulis oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2013: 269), laporan laba rugi
(biasanya disebut laporan komersial) yang menjadi dasar rekonsiliasi fiskal
terdiri dari penghasilan dan biaya. Kedua unsur ini harus disesuaikan dengan
ketentuan fiskal, sehingga laporan fiskal (laba rugi yang sudah disesuaikan
dengan ketentuan fiskal) dapat diketahui. Selain itu, penghitungan Pajak
Penghasilannya juga dapat dilakukan.
D. Konsep Nilai Waktu Uang
Menurut buku Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan yang ditulis
oleh Brealey, Myers dan Marcus (2008: 81), perusahaan berinvestasi dalam
banyak hal, salah satunya berinvestasi pada harta berwujud. Berdasarkan buku
Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang yang
ditulis oleh Husnan (2000: 47), investasi yang dilakukan umumnya
menyangkut pengeluaran uang saat ini yang jumlahnya bisa cukup besar untuk
diharapkan memberikan hasil dalam waktu yang cukup lama, sehingga
pemahaman akan nilai waktu uang menjadi sangat penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan buku Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Keputusan
Jangka Panjang yang ditulis oleh Husnan (2000: 70-71), uang saat ini selalu
lebih berharga daripada nanti. Konsep yang mendasarinya adalah nilai waktu
uang. Sejauh tingkat bunga (yang merupakan cerminan harga dana) tidak
pernah negatif, maka uang saat ini selalu lebih berharga daripada nanti.
Semakin tinggi tingkat bunga yang dianggap relevan, semakin besar
perbedaan antara nilai sekarang dengan nilai yang akan diterima di kemudian
hari. Tinggi rendahnya tingkat bunga ini dipengaruhi antara lain oleh risiko
investasi. Semakin tinggi risiko investasi, semakin tinggi tingkat bunga yang
dipandang relevan.
Menurut buku Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan yang ditulis
oleh Keown, Martin, Petty dan Scott (2010: 172), untuk membuat keputusan,
manajer keuangan harus membandingkan biaya-biaya dan manfaat dari
alternatif yang tidak terjadi sepanjang periode waktu yang sama. Pengambilan
keputusan keuangan memerlukan suatu pemahaman dari nilai waktu uang,
baik untuk melakukan investasi yang menguntungkan maupun untuk
mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga. Para manajer yang
menggunakan nilai waktu uang dalam semua penghitungan keuangan mereka,
meyakinkan diri mereka sendiri dengan keputusan yang lebih logis. Proses
nilai waktu pertama kali membuat semua nilai uang dapat diperbandingkan,
karena uang memiliki nilai waktu, yang memindahkan semua uang mengalir
kembali ke nilai sekarang atau ke waktu tertentu di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Manajemen Keuangan yang ditulis oleh
Brigham dan Houston (2010: 31-32), langkah pertama dalam analisis nilai
waktu adalah membuat suatu garis waktu (time line) yang akan membantu
untuk membayangkan apa yang sedang terjadi dalam suatu permasalahan.
Interval dari 0 (nol) ke 1 (satu), 1 (satu) ke 2 (dua), dan 2 (dua) ke 3 (tiga)
adalah periode waktu seperti tahun atau bulan. Waktu 0 (nol) adalah hari ini,
dan merupakan awal dari periode ke-1 (satu). Waktu ke-1 (satu) adalah satu
periode dari sekarang, dan merupakan akhir dari periode ke-1 (satu) dan awal
periode ke-2 (dua), dan seterusnya.
Nilai waktu uang terdiri dari dua jenis, yaitu nilai masa depan (future
value) dan nilai sekarang (present value). Berdasarkan buku Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan yang ditulis oleh Brigham dan Houston (2006: 282),
nilai masa depan merupakan sebuah jumlah yang akan dicapai oleh arus kas
atau serangkaian arus kas yang berkembang setelah melalui jangka waktu
tertentu bila dimajemukkan dengan tingkat suku bunga tertentu. Nilai masa
depan digunakan untuk menghitung nilai investasi yang akan datang. Menurut
buku Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan yang ditulis oleh Keown,
Martin, Petty dan Scott (2010: 145), rumus untuk menghitung nilai masa
depan adalah :
FV = PV (1 + i)di mana FV = nilai masa depan investasi di akhir n tahun
n = jumlah tahun di mana pemajemukan terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
i = tingkat suku bunga (diskonto) tahunan
PV = nilai sekarang atau jumlah investasi awal pada awal tahun
pertama
Berdasarkan buku Dasar-Dasar Manajemen Keuangan yang ditulis oleh
Brigham dan Houston (2006: 287), nilai sekarang dalam hal ini merupakan
nilai sekarang dari arus kas atau serangkaian arus kas di masa mendatang.
Nilai sekarang digunakan untuk mengetahui nilai investasi sekarang dari suatu
nilai di masa datang. Menurut buku Manajemen Keuangan: Prinsip dan
Penerapan yang ditulis oleh Keown, Martin, Petty dan Scott (2010: 153),
rumus untuk menghitung nilai sekarang adalah :
PV = FV 1(1 + i)di mana PV = nilai sekarang dari sejumlah uang masa yang akan datang
FV = nilai uang yang diinvestasikan pada akhir tahun ke-n
n = jumlah tahun sampai pembayaran yang akan diterima
i = tingkat diskonto (bunga)
Menurut buku Perencanaan Pajak yang ditulis oleh Suandy (2008: 36-38),
pada contoh besarnya beban penyusutan per tahun yang dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun, dapat dilihat
bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda, tetapi pada akhir
masa manfaat jumlah akumulasi penyusutan adalah sama, sehingga dalam
perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary difference).
Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya
akumulasi beban penyusutan sama, namun jika ditinjau dari present value
jumlahnya akan menjadi berbeda.
E. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Penyusutan Harta
Berwujud dan Pajak Penghasilan, yaitu :
1. Skripsi
Yohana Thresmaningsih Malvinas (2005) telah melakukan penelitian
tentang analisis kebijakan penentuan metode penyusutan aktiva tetap
berwujud untuk tax planning di PT. Primissima. Hasil penghitungan yang
telah dilakukan oleh penulis, yaitu metode penyusutan saldo menurun
menghasilkan jumlah biaya penyusutan yang lebih besar daripada metode
penyusutan garis lurus, sehingga jumlah Penghasilan Kena Pajak
berdasarkan metode saldo menurun lebih kecil daripada Penghasilan Kena
Pajak berdasarkan metode garis lurus. Pajak Penghasilan terutang dihitung
berdasarkan Penghasilan Kena Pajak, maka semakin kecil Penghasilan
Kena Pajak, Pajak Penghasilan terutang juga semakin kecil, begitu juga
sebaliknya. Nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode
garis lurus adalah sebesar Rp18.543.056.452,00 sedangkan nilai sekarang
Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode saldo menurun adalah
sebesar Rp18.410.111.610,00. Dari hasil penghitungan ini, diperoleh
kesimpulan bahwa metode penyusutan saldo menurun menghasilkan Pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Penghasilan yang lebih kecil, sehingga sebaiknya PT. Primissima
menggunakan metode penyusutan saldo menurun, karena PT. Primissima
dapat melakukan penghematan pajak.
Yohanes Aris Dwi Hartono (2008) telah melakukan penelitian tentang
pemilihan metode depresiasi aktiva tetap untuk perencanaan pajak
penghasilan di Perusahaan Kusumatex Yogyakarta. Hasil penghitungan
yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu total Pajak Penghasilan pada
metode depresiasi garis lurus adalah sebesar Rp35.887.650,00 sedangkan
total Pajak Penghasilan pada metode saldo menurun adalah sebesar
Rp40.738.850,00. Perbedaan jumlah pajak tersebut disebabkan oleh tarif
penyusutan dan perbedaan jumlah depresiasi aktiva tetap setiap tahunnya.
Dari hasil penghitungan ini, diperoleh kesimpulan bahwa metode
depresiasi garis lurus menghasilkan jumlah Pajak Penghasilan terutang
lebih kecil, sehingga metode depresiasi yang lebih tepat digunakan oleh
Perusahaan Kusumatex Yogyakarta untuk memperkecil Pajak Penghasilan
adalah metode depresiasi garis lurus.
Asih Trisnawati (2009) telah melakukan penelitian tentang analisis
penentuan metode penilaian persediaan dan penentuan metode penyusutan
harta berwujud untuk tax planning di Penerbit-Percetakan Kanisius. Hasil
penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu untuk masalah
pertama diperoleh nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan
metode Average adalah sebesar Rp5.307.121.889,00 sedangkan nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang dengan metode First In First Out
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(FIFO) adalah sebesar Rp4.948.190.397,00. Perbedaan tersebut
menghasilkan selisih sebesar Rp358.931.492,00 yang merupakan
penghematan pajak jika Penerbit-Percetakan Kanisius menggunakan
metode FIFO, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa metode FIFO
menghasilkan Pajak Penghasilan terutang lebih kecil daripada metode
Average. Hasil penghitungan untuk masalah kedua, yaitu nilai sekarang
Pajak Penghasilan terutang dengan metode garis lurus adalah sebesar
Rp6.211.478.283,00 sedangkan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang
dengan metode saldo menurun adalah sebesar Rp6.002.031.235,00.
Perbedaan tersebut menghasilkan selisih sebesar Rp209.447.048,00 yang
merupakan penghematan pajak jika Penerbit-Percetakan Kanisius
menggunakan metode saldo menurun, sehingga diperoleh kesimpulan
bahwa metode depresiasi saldo menurun menghasilkan Pajak Penghasilan
terutang lebih kecil daripada metode depresiasi garis lurus.
Aswin Yudhi Gunawan (2009) telah melakukan penelitian tentang
analisis pemilihan metode penyusutan harta berwujud bukan bangunan
untuk meminimalkan beban pajak di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Bandung. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu
total Pajak Penghasilan terutang berdasarkan metode penyusutan saldo
menurun adalah sebesar Rp6.653.712.800.000,00 sedangkan berdasarkan
metode penyusutan garis lurus adalah sebesar Rp6.659.367.377.000,00
Dari hasil penghitungan ini, diperoleh kesimpulan bahwa metode
penyusutan saldo menurun menghasilkan total Pajak Penghasilan terutang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
lebih kecil daripada metode penyusutan garis lurus, sehingga metode
penyusutan saldo menurun lebih tepat digunakan oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk untuk meminimalkan beban pajak perusahaan.
Hendra Oentoro (2009) telah melakukan penelitian tentang pengaruh
metode depresiasi bukan bangunan terhadap laba fiskal, Pajak Penghasilan
(PPh) terutang, PPh Pasal 25, dan PPh Pasal 28A/29 di PT. Nugraha Karya
Dhaniwisata. Hasil penghitungan yang telah dilakukan oleh penulis, yaitu
terdapat perbedaan besarnya biaya depresiasi dengan menggunakan
metode garis lurus dan metode saldo menurun. Perbedaan metode
depresiasi tersebut berpengaruh terhadap besarnya laba fiskal, PPh
terutang, dan PPh pasal 25. Namun, perbedaan metode depresiasi tersebut
tidak berpengaruh terhadap besarnya PPh pasal 28A/29.
2. Jurnal
Siana M. Widjaja (2001) telah melakukan penelitian tentang kajian
hukum pajak: keuntungan metode saldo menurun dari metode garis lurus
dalam penyusutan. Hasil dari penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
metode penyusutan saldo menurun terdapat penghematan pajak, bila
dibandingkan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Hasil
penelitian ini diperoleh berdasarkan analisis kedua metode penyusutan
yang diperbolehkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode garis lurus
dan metode saldo menurun dalam rangka mengetahui metode mana yang
lebih menguntungkan diantara keduanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Soddin Mangunsong (2002) telah melakukan penelitian tentang
peranan tax planning dalam mengefisienkan pembayaran Pajak
Penghasilan di PT. Sepatu Bata Tbk. Ada dua hasil yang diperoleh dari
penelitian ini. Pertama, terdapat perbedaan yang signifikan antara laba
komersial dengan laba kena pajak. Selisih laba yang signifikan ini
mengakibatkan laba kena pajak PT. Sepatu Bata Tbk menjadi besar.
Kedua, tax planning berperan dalam mengefisienkan pembayaran Pajak
Penghasilan PT. Sepatu Bata Tbk. Perencanaan pajak (tax planning)
dikatakan efisien, karena menurut uji statistik yang dilakukan, Pajak
Penghasilan sebelum tax planning berbeda secara signifikan dengan Pajak
Penghasilan setelah menggunakan tax planning.
Intan Nursyah Alam (2003) telah melakukan penelitian tentang
perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal: penyusutan, amortisasi, leasing
dan revaluasi aktiva tetap. Hasil dari penelitian ini, yaitu terdapat
perbedaan antara kebijakan akuntansi dan fiskal untuk penyusutan,
amortisasi, leasing, dan revaluasi aktiva. Perbedaan ini disebabkan
masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tujuannya lebih
kepada penyampaian informasi keuangan yang bersifat kuantitatif, yang
tepat waktu, relevan, dan dapat diperbandingkan kepada pihak yang
berkepentingan terhadap Laporan Keuangan untuk akuntansi, sedangkan
untuk fiskal/pajak lebih kepada penyampaian informasi perpajakan yang
cepat, tepat, dan lengkap kepada administrasi pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Nyoman Sentosa Hardika (2007) telah melakukan penelitian tentang
perencanaan pajak sebagai strategi penghematan pajak. Hasil dari
penelitian ini, yaitu perencanaan pajak merupakan tahap pertama dalam
penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat
perencanaan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning)
adalah untuk meminimumkan kewajiban Pajak. Perencanaan pajak
merupakan upaya legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak.
Yessica Dewi Aryanti (2013) telah melakukan penelitian tentang
penerapan perencanaan pajak untuk meminimalkan pembayaran Pajak
Penghasilan PT. “X” di Semarang. Ada tiga hasil yang diperoleh dari
penelitian ini. Pertama, PT. “X” telah menerapkan perencanaan pajak
dalam menyusun laporan laba rugi fiskal tahun 2011, tetapi strategi
perencanaan pajak yang telah diterapkan PT. “X” belum optimal, yang
tampak dari beban-beban yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai
pengurang penghasilan bruto. Kedua, dampak yang terjadi pada PT. “X”
setelah mengoptimalkan perencanaan pajak, yaitu laba komersial
mengalami kenaikan sebesar Rp4831.419,00 dan laba fiskal berkurang
sejumlah Rp56.180.575,00 sehingga mengakibatkan besarnya Pajak
Penghasilan badan terutang berkurang sebesar Rp7.022.500,00. Ketiga,
dengan mengoptimalkan perencanaan pajak, maka PT. “X” dapat
melakukan penghematan pajak dan hal lain yang menguntungkan bagi PT.
“X” adalah kas hasil penghematan pajak tersebut dapat digunakan untuk
mendukung kegiatan operasional yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus. Berdasarkan buku
Metode Penelitian Bidang Sosial yang ditulis oleh Nawawi (2005: 72), studi
kasus merupakan penelitian yang memusatkan diri secara intensif terhadap
satu obyek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Studi kasus
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian tentang metode
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang lebih tepat digunakan oleh
PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan PT. Prima Dwi Utama. Data-data yang akan digunakan dalam
penelitian ini diambil dari data PT. Prima Dwi Utama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Prima Dwi Utama yang berlokasi di Jalan
Y. Wayong by-pass Lepo-Lepo, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Karyawan bagian keuangan dan akuntansi yang mengurusi masalah
perpajakan dan penyusunan laporan keuangan.
2. Obyek Penelitian
a. Harta berwujud bukan bangunan.
b. Laporan keuangan PT. Prima Dwi Utama (Laporan Laba Rugi) tahun
2009 sampai dengan tahun 2012.
D. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :
1. Gambaran umum PT. Prima Dwi Utama.
2. Tabel harta berwujud bukan bangunan beserta harga perolehannya.
3. Laporan keuangan PT. Prima Dwi Utama (Laporan Laba Rugi) tahun 2009
sampai dengan tahun 2012.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab kepada
karyawan bagian keuangan dan akuntansi yang mengurusi masalah
perpajakan dan penyusunan laporan keuangan untuk mengetahui gambaran
umum PT. Prima Dwi Utama dan memperoleh keterangan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
penyusutan harta berwujud bukan bangunan milik PT. Prima Dwi Utama.
Pedoman wawancara terdapat di lampiran ketiga halaman 172.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
mempelajari data yang diberikan oleh PT. Prima Dwi Utama berupa
gambaran umum PT. Prima Dwi Utama, tabel harta berwujud bukan
bangunan beserta harga perolehannya dan laporan keuangan PT. Prima
Dwi Utama (Laporan Laba Rugi) tahun 2009 sampai tahun 2012.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan menggunakan metode garis
lurus dan metode saldo menurun. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
teknik analisis data adalah :
1. Membuat daftar harta berwujud bukan bangunan berdasarkan kelompok
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009.
Tabel 3. Contoh Tabel Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan
No. Jenis Harta Tahun Perolehan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok Harga Perolehan(Rp)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Setiap kolom pada tabel daftar harta berwujud bukan bangunan akan diisi
informasi sebagai berikut :
Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan diisi
dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun perolehan akan
diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan bangunan, kolom
masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat dari harta berwujud
bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi dengan kelompok dari harta
berwujud bukan bangunan sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis harta
yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk
keperluan penyusutan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009, dan kolom harga perolehan (Rp) akan diisi dengan
harga perolehan dari harta berwujud bukan bangunan tersebut.
2. Menghitung biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
berdasarkan kelompoknya masing-masing dari tahun 2009 sampai tahun
2012 dengan menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.
Tabel 4. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
No Jenis Harta
Tahun
Perolehan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perole
han(Rp)
Tarif
BiayaPenyusutan (Rp)
2009 Nilai Buku Awal 2010
2010 Nilai Buku Awal 2011
2011 Nilai Buku Awal 2012
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Setiap kolom pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus
akan diisi informasi sebagai berikut :
Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan
diisi dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun
perolehan akan diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan
bangunan, kolom masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat
dari harta berwujud bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi
dengan kelompok dari harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan
pengelompokan jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta
berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, kolom harga perolehan
(Rp) akan diisi dengan harga perolehan dari harta berwujud bukan
bangunan, kolom tarif akan diisi dengan tarif penyusutan harta
berwujud bukan bangunan untuk metode garis lurus sesuai dengan
ketentuan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk
metode garis lurus yang diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, kolom biaya penyusutan (Rp) untuk
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 akan diisi dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan berdasarkan hasil
penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan
dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
untuk metode garis lurus, dan untuk pengisian kolom nilai buku awal
tahun 2010 sampai dengan 2012, penjelasannya sebagai berikut :
Kolom nilai buku awal tahun 2010 akan diisi berdasarkan hasil
penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan
dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun
2009, kolom nilai buku awal tahun 2011 akan diisi berdasarkan hasil
penghitungan nilai buku awal tahun 2010 dikurangi biaya penyusutan
harta berwujud bukan bangunan tahun 2010, dan kolom nilai buku awal
tahun 2012 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal
tahun 2011 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2011.
Tabel 5. Contoh Tabel Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun
No Jenis Harta
Tahun
Perolehan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perole
han(Rp)
Tarif
BiayaPenyusutan (Rp)
2009 Nilai Buku Awal 2010
2010 Nilai Buku Awal 2011
2011 Nilai Buku Awal 2012
2012
Setiap kolom pada tabel daftar penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode saldo
menurun akan diisi informasi sebagai berikut :
Kolom nomor akan diisi dengan nomor urut, kolom jenis harta akan
diisi dengan jenis harta berwujud bukan bangunan, kolom tahun
perolehan akan diisi dengan tahun perolehan dari harta berwujud bukan
bangunan, kolom masa manfaat (tahun) akan diisi dengan masa manfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dari harta berwujud bukan bangunan, kolom kelompok akan diisi
dengan kelompok dari harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan
pengelompokan jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta
berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009, kolom harga perolehan
(Rp) akan diisi dengan harga perolehan dari harta berwujud bukan
bangunan, kolom tarif akan diisi dengan tarif penyusutan harta
berwujud bukan bangunan untuk metode saldo menurun sesuai dengan
ketentuan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk
metode saldo menurun yang diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, kolom biaya penyusutan (Rp) untuk
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 akan diisi dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan, penjelasannya sebagai
berikut :
Kolom biaya penyusutan tahun 2009 akan diisi berdasarkan hasil
penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan
dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan
untuk metode saldo menurun, kolom biaya penyusutan tahun 2010 akan
diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2010
dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan
untuk metode saldo menurun, kolom biaya penyusutan tahun 2011 akan
diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2011
dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
untuk metode saldo menurun, dan kolom biaya penyusutan tahun 2012
akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal tahun 2012
dikalikan dengan tarif penyusutan harta berwujud bukan bangunan
untuk metode saldo menurun.
Pengisian kolom nilai buku awal tahun 2010 sampai dengan 2012,
penjelasannya sebagai berikut :
Kolom nilai buku awal tahun 2010 akan diisi berdasarkan hasil
penghitungan harga perolehan harta berwujud bukan bangunan
dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun
2009, kolom nilai buku awal tahun 2011 akan diisi berdasarkan hasil
penghitungan nilai buku awal tahun 2010 dikurangi biaya penyusutan
harta berwujud bukan bangunan tahun 2010, dan kolom nilai buku awal
tahun 2012 akan diisi berdasarkan hasil penghitungan nilai buku awal
tahun 2011 dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2011.
3. Menggabungkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan dari semua kelompok yang dihitung menggunakan
metode garis lurus dan metode saldo menurun ke dalam setiap tahun
pajak, kemudian membandingkan total biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dari setiap tahun pajak yang dihitung
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 6. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunanyang Dihitung Menggunakan Metode Garis Lurus
Tahun Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya Penyusutan
(Rp)Kelompok
I Kelompok
IIKelompok
III Kelompok
IV2009201020112012
Setiap kolom pada tabel biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus akan diisi
informasi sebagai berikut :
Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam
penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom
biaya penyusutan (Rp) untuk kelompok I sampai dengan kelompok IV
akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan
menggunakan metode garis lurus, dan kolom total biaya penyusutan
(Rp) akan diisi dengan total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan dari semua kelompok, yaitu dari kelompok I sampai dengan
kelompok IV, yang telah digabungkan ke dalam setiap tahun pajak.
Tabel 7. Contoh Tabel Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Saldo Menurun
Tahun Biaya Penyusutan (Rp) Total Biaya Penyusutan
(Rp)Kelompok
IKelompok
II Kelompok
III Kelompok
IV 2009201020112012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Setiap kolom pada tabel biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun akan
diisi informasi sebagai berikut :
Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam
penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom
biaya penyusutan (Rp) untuk kelompok I sampai dengan kelompok IV
akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan
menggunakan metode saldo menurun, dan kolom total biaya
penyusutan (Rp) akan diisi dengan total biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dari semua kelompok, yaitu dari kelompok I
sampai dengan kelompok IV, yang telah digabungkan ke dalam setiap
tahun pajak.
4. Menghitung Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan
dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode
saldo menurun. Kemudian membandingkan hasil penghitungan Pajak
Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,
berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode saldo
menurun.
a. Rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak dilakukan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini, karena analisis data dalam
penelitian ini hanya berfokus pada satu akun saja dalam laporan
laba rugi komersial, yaitu biaya penyusutan, sedangkan untuk
melakukan rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak hanya berfokus
pada biaya penyusutan saja, melainkan juga pada akun-akun lainnya
yang memungkinkan adanya perbedaan antara peraturan perpajakan
(Undang-Undang Pajak Penghasilan) dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
b. Meskipun rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak dilakukan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini, penulis akan memberikan
asumsi bahwa akun-akun lainnya yang harus direkonsiliasi fiskal,
yaitu semua biaya dan pendapatan dalam laporan laba rugi
komersial selain biaya penyusutan yang dihitung dalam penelitian
ini, sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan,
sehingga semua biaya dan pendapatan dalam laporan laba rugi
komersial PT. Prima Dwi Utama, kecuali untuk biaya penyusutan
yang dihitung dalam penelitian ini, bersifat tidak mengalami
perubahan atau sesuai dengan kondisi pada saat laporan laba rugi
komersial tersebut dibuat atau disusun oleh PT. Prima Dwi Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 8. Contoh Tabel Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang
Tahun
Laba Sebelum Penyusutan dan
Pajak Penghasilan (Rp)
Biaya Penyusutan(Rp)
Penghasilan Kena Pajak (Rp)
Pajak Penghasilan Terutang (Rp)
Garis Lurus
Saldo Menurun
Garis Lurus
Saldo Menurun
GarisLurus
Saldo Menurun
GarisLurus
Saldo Menurun
2009201020112012Total
Setiap kolom pada tabel penghitungan Pajak Penghasilan terutang akan
diisi informasi sebagai berikut :
Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam
penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) akan diisi dengan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, kolom biaya penyusutan (Rp)
akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan
menggunakan metode garis lurus dan tabel daftar penghitungan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan
metode saldo menurun, kolom Penghasilan Kena Pajak akan diisi
dengan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama tahun 2009
sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan, dan kolom
Pajak Penghasilan terutang (Rp) akan diisi dengan Pajak Penghasilan
terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan
Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama.
5. Menghitung nilai sekarang (present value) Pajak Penghasilan terutang
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, berdasarkan Pajak Penghasilan
terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum
penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis
lurus dan metode saldo menurun. Kemudian membandingkan nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun
2012, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.
a. Suku bunga yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang
diperjualbelikan dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan
salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk
mengontrol kestabilan nilai Rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b. Tingkat suku bunga SBI akan digunakan sebagai faktor diskonto
(discount factor) dalam menghitung nilai sekarang Pajak
Penghasilan terutang, karena tingkat suku bunga SBI selalu
berfluktuasi sesuai dengan kebijakan Dewan Gubernur Bank
Indonesia yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian
Indonesia. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
tingkat perubahan keadaan perekonomian Indonesia, yaitu adanya
inflasi. Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar,
sehingga terjadi penurunan nilai mata uang secara kontinu.
c. Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI
sebagai salah satu cara untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi
dirasakan cukup tinggi, maka Bank Indonesia akan menaikkan
tingkat suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Adanya
fluktuasi tingkat suku bunga SBI yang disesuaikan dengan kondisi
perekonomian Indonesia saat ini, dapat memudahkan PT. Prima
Dwi Utama untuk mengetahui nilai sekarang dari sejumlah uang di
masa yang akan datang, dalam hal ini untuk mengetahui nilai
sekarang dari Pajak Penghasilan terutang.
d. Tingkat suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan hasil dari rata-rata tingkat suku bunga SBI per tahun.
Tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2009 adalah 7,29%, tingkat
suku bunga SBI untuk tahun 2010 adalah 6,64%, tingkat suku bunga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
SBI untuk tahun 2011 adalah 6,52%, dan tingkat suku bunga SBI
untuk tahun 2012 adalah 4,42%.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang Pajak
Penghasilan terutang adalah :
PV = FV 1(1 + i)di mana PV = nilai sekarang (present value Pajak Penghasilan)
FV = nilai masa depan (Pajak Penghasilan) pada akhir
tahun ke-n
n = jumlah tahun sampai mengetahui nilai sekarang
Pajak Penghasilan
i = tingkat suku bunga SBI
Tabel 9. Contoh Tabel Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan Terutang
Tahun
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak
Penghasilan(Rp)
Biaya Penyusutan
(Rp)
Penghasilan Kena Pajak
(Rp)
Pajak Penghasilan
Terutang(Rp)
Nilai Sekarang
Pajak Penghasilan
(Rp)Garis
Lurus
Saldo
Menurun
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
2009201020112012Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Setiap kolom pada tabel penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan
terutang akan diisi informasi sebagai berikut :
Kolom tahun diisi dengan tahun pajak yang menjadi obyek dalam
penelitian ini, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Kolom laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp) akan diisi dengan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, kolom biaya penyusutan (Rp)
akan diisi dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tabel daftar
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan
menggunakan metode garis lurus dan tabel daftar penghitungan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan menggunakan
metode saldo menurun, kolom Penghasilan Kena Pajak akan diisi
dengan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama tahun 2009
sampai dengan tahun 2012 berdasarkan hasil penghitungan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama
dikurangi biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan, kolom
Pajak Penghasilan terutang (Rp) akan diisi dengan Pajak Penghasilan
terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan
Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama, dan kolom nilai
sekarang Pajak Penghasilan akan diisi dengan nilai sekarang dari Pajak
Penghasilan terutang tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
6. Mengambil kesimpulan, yaitu dengan memilih metode penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang lebih tepat digunakan oleh PT. Prima
Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan, berdasarkan hasil penghitungan nilai sekarang Pajak
Penghasilan terutang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT. Prima Dwi Utama
PT. Prima Dwi Utama merupakan anak perusahaan yang tergabung dalam
grup usaha Ade Group. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1995 (dalam
bentuk Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap) dengan
nama CV. Prima Utama dan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT. Prima Dwi Utama pada tahun 2003 berdasarkan akte notaris nomor
51 tanggal 20 Oktober 2003 yang tercatat pada kantor notaris Hidayat, S.H
yang berkedudukan di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Anggaran dasar
PT. Prima Dwi Utama sempat mengalami perubahan untuk disesuaikan
dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pernyataan tentang perubahan anggaran dasar perseroan tersebut berdasarkan
akte notaris Nomor 167 tanggal 31 Maret 2009 yang tercatat pada kantor
notaris Irwan Addy Sanusi, S.H yang berkedudukan di Kota Kendari.
PT. Prima Dwi Utama didirikan di Kendari, Sulawesi Tenggara oleh Andi
Chadidjah Sadik yang menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Prima Dwi
Utama dan selaku pemilik/pemegang saham sebanyak 2000 (dua ribu) lembar
atau memiliki saham 20% (dua puluh persen), Andi Shaliha yang menjabat
sebagai Komisaris PT. Prima Dwi Utama dan selaku pemilik/pemegang saham
sebanyak 500 (lima ratus) lembar atau memiliki saham 5% (lima persen), dan
Akhmad Aljufri selaku pemilik/pemegang saham sebanyak 2500 (dua ribu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
lima ratus) lembar atau memiliki saham 25% (dua puluh lima persen).
Direktur Utama PT. Prima Dwi Utama adalah Andi Salahuddin Akhmad.
PT. Prima Dwi Utama didirikan karena melihat adanya peluang investasi
dan perkembangan ekonomi yang cukup baik di Kota Kendari, serta didukung
pula dengan modal yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama. Modal dasar PT.
Prima Dwi Utama berjumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang
terbagi atas 10.000 (sepuluh ribu) saham, masing-masing saham bernilai
nominal Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). Dari modal dasar tersebut telah
ditempatkan dan disetor 50% (lima puluh persen) atau sejumlah 5.000 (lima
ribu) saham dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) oleh para pendiri yang telah mengambil bagian saham.
PT. Prima Dwi Utama didirikan dengan tujuan untuk mencari keuntungan
yang disertai pula dengan visi dan misi PT. Prima Dwi Utama. Visi PT. Prima
Dwi Utama, yaitu menjadi perusahaan sehat dan mandiri. Misi PT. Prima Dwi
Utama, yaitu membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya kepada
masyarakat. PT. Prima Dwi Utama hingga saat ini sudah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan dan cukup baik.
B. Lokasi PT. Prima Dwi Utama
PT. Prima Dwi Utama berlokasi di Jalan Y. Wayong by-pass Lepo-Lepo,
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Telepon yang bisa dihubungi adalah (0401)
3195232, dan Fax yang bisa dihubungi adalah (0401) 3195232 atau (0401)
3190871. Email PT. Prima Dwi Utama adalah [email protected] atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
[email protected]. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) PT. Prima Dwi
Utama adalah 01.652.751.7-811.000.
Faktor yang mendasari pemilihan lokasi PT. Prima Dwi Utama, yaitu
karena pemilik PT. Prima Dwi Utama mempunyai lahan di lokasi tersebut,
sehingga mempunyai nilai ekonomis yang baik dan bisa menghemat biaya
yang dikeluarkan PT. Prima Dwi Utama untuk menyewa lahan, karena jika
PT. Prima Dwi Utama menyewa lahan akan membutuhkan biaya yang mahal.
C. Personalia
Cara yang dilakukan PT. Prima Dwi Utama dalam merekrut karyawan
baru, yaitu biasanya melalui internal perusahaan, di mana jika terdapat
lowongan pekerjaan dalam perusahaan, maka informasi mengenai adanya
lowongan pekerjaan tersebut bisa disampaikan kepada karyawan yang sedang
bekerja dalam perusahaan, agar selanjutnya menyampaikan informasi tersebut
kepada seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang pekerjaan yang
dibutuhkan perusahaan. Selain itu, cara perekrutan karyawan baru yang
dilakukan perusahaan adalah melalui media surat kabar.
Jumlah karyawan PT. Prima Dwi Utama saat ini kurang lebih 40 (empat
puluh) hingga 50 (lima puluh) karyawan. Pengaturan jam kerja karyawan saat
ini tergantung dari unit tempat karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan
yang bekerja di dalam perusahaan, mempunyai pengaturan jam kerja yang
normal. Bagi karyawan yang bekerja di lapangan, mempunyai pengaturan jam
kerja yang dilihat berdasarkan ada tidaknya lembur yang dilakukan. Saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
karyawan melakukan lembur, maka karyawan tersebut bisa mempunyai jam
kerja yang lebih lama.
Sistem penggajian karyawan didasarkan pada kinerja dan masa kerja
karyawan. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja dalam perusahaan,
memiliki gaji yang berbeda dengan karyawan yang baru bekerja dalam
perusahaan. Namun, pertimbangan yang utama dalam sistem penggajian
karyawan adalah kinerja dari karyawan tersebut.
PT. Prima Dwi Utama sering memberikan pendidikan atau pelatihan
kepada karyawan. PT. Prima Dwi Utama juga memberikan jaminan
kesejahteraan kepada semua karyawan. Jaminan kesejahteraan yang diberikan
PT. Prima Dwi Utama kepada karyawan, berupa program Jaminan sosial
tenaga kerja (Jamsostek). Program Jamsostek yang diberikan PT. Prima Dwi
Utama, yaitu Jaminan hari tua, Jaminan kematian, dan Jaminan kecelakaan
kerja. PT. Prima Dwi Utama juga menyediakan pelayanan kesehatan yang
dikhususkan bagi karyawan PT. Prima Dwi Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
D. Struktur Organisasi
Gambar struktur organisasi PT. Prima Dwi Utama adalah :
Gambar I: Struktur Organisasi PT. Prima Dwi Utama
Sumber: PT. Prima Dwi Utama
Andi Salahuddin Akhmad
Direktur Utama
Heru Witjaksono
Logistic Manager
Minhar Idris
Equipment Manager
Arman Piter
Quantity Surveyor
Rizal
Logistic Operation
Taris
Surveyor
Sofian M.
Quantity & Adm. Technic
Arman Abdullah
Project Manager
Dewan Komisaris
Dahlan
Equipment Adm.
Marudin
Spare Part Adm.
Munandar
K3
(Kesehatan,Keselamatan, dan Keamanan Kerja)
Hendro Kusuma Jaya
HRD Manager
Daheriah
Finance Manager
Baco
Finance
Abdul Biden
Tax Specialist
Dirhamsyah
Assistent Project Manager
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan gambar pada struktur organisasi tersebut, maka tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris
Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris adalah:
a. Mengawasi kinerja Direksi dan memberikan nasihat kepada Direksi.
b. Memeriksa laporan keuangan perusahaan.
c. Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.
d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.
e. Mengurus perusahaan apabila Direksi berhalangan atau diberhentikan
untuk sementara.
2. Direktur Utama
Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama adalah:
a. Memimpin dan mengawasi kinerja perusahaan.
b. Menerima dan memeriksa laporan proyek.
c. Bertanggung jawab baik ke dalam maupun ke luar perusahaan atas
segala kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan.
d. Membuat dan mengesahkan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
bidang operasional perusahaan.
e. Menentukan supplier berdasarkan perbandingan supplier yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3. Project Manager
Tugas dan tanggung jawab Project Manager adalah:
a. Mengawasi lapangan.
b. Memastikan bahwa para pekerja telah bekerja dengan benar.
c. Membuat progress penyelesaian proyek.
4. Logistic Manager
Tugas dan tanggung jawab Logistic Manager adalah:
a. Mempelajari spesifikasi material dan jadwal penggunaan material.
b. Membuat jadwal pengadaan material, berdasarkan jadwal
penggunaannya.
c. Melakukan pengadaan material sesuai jadwal.
5. Equipment Manager
Tugas, dan tanggung jawab Equipment Manager adalah:
a. Mengkoordinir mekanik, administrasi peralatan, dan operator.
b. Melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan.
c. Mengawasi dan mengatur pekerjaan di lapangan sesuai program kerja.
d. Membuat program kerja harian, mingguan, dan bulanan.
e. Melaporkan penggunaan material, jam peralatan, prestasi upah
pemborong, dan bahan bakar peralatan.
f. Melaporkan sub kontraktor.
g. Membuat buku harian peralatan sipil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
6. Finance Manager
Tugas dan tanggung jawab Finance Manager adalah:
a. Melakukan penagihan kepada pemberi kerja.
b. Menerima pembayaran dari pemberi kerja.
c. Melakukan pembayaran ke supplier.
d. Melakukan pembukuan.
e. Mengurusi kewajiban perpajakan perusahaan.
7. Human Resources of Development (HRD) Manager
Tugas dan tanggung jawab HRD Manager adalah:
a. Membantu pimpinan dalam perencanaan dan pengembangan.
b. Mendokumentasikan data dan menyiapkan program kesejahteraan
karyawan.
c. Melayani dalam perekrutan karyawan baru.
d. Mengawasi dan melakukan pembinaan dan evaluasi kinerja.
e. Menyiapkan dan memberikan laporan secara berkala tentang
pelaksanaan kegiatan bagian personalia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
E. Unit Usaha
Unit usaha pada PT. Prima Dwi Utama, yaitu :
1. General Contractor dan Alat Berat/Truk Khusus
General contractor dan alat berat/truk khusus merupakan unit usaha
yang menyediakan dan melayani jasa pemborongan/kontraktor dan
penyewaan alat-alat berat. Unit usaha ini telah berpengalaman dalam
berbagai proyek, baik yang didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
maupun proyek yang didanai oleh pihak swasta, antara lain proyek
perbaikan dan pengaspalan jalan, proyek pembangunan jembatan, proyek
pembangunan gedung perkantoran, proyek pembangunan menara Base
Transceiver Station (BTS) dan proyek lainnya.
2. Ade Mix
Ade mix merupakan pabrik/industri beton ready mix yang didirikan
pada tahun 2007. Unit usaha ini menyediakan jasa pengecoran ready mix
concrete untuk jembatan, lapangan parkir, landasan bandara, terminal
penumpang, terminal peti kemas, pembangunan pagar beton, pertokoan,
hotel, dan semua jenis bangunan. Dukungan teknologi Osaka Jepang
dengan sistem Wet (Basah), serta tenaga ahli yang berpengalaman
menghasilkan beton ready mix yang bermutu dan berkualitas tinggi
dengan kapasitas produksi 120 (seratus dua puluh) m3/jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3. Pabrik Batako (Conblook)
Unit usaha pabrik batako didirikan pada tahun 2000. Proses produksi
menggunakan dua mesin berteknologi canggih (sistem Press dan Vibrator)
dan dukungan tenaga ahli yang berpengalaman telah menghasilkan
berbagai produk beton berkualitas tinggi, antara lain batako, paving stone,
pagar beton, paving block, dan lain sebagainya. Kapasitas produksi adalah
paving block segi enam standar, yaitu 5.000 (lima ribu) – 8.000 (delapan
ribu) biji/hari dan paving block segi empat standar, yaitu 12.000 (dua belas
ribu) – 18.000 (delapan belas ribu) biji/hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penggunaan metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan biaya
penyusutan yang berbeda pula untuk setiap periode. Jumlah biaya penyusutan
yang berbeda akan menghasilkan Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang berbeda
dan pada akhirnya akan menghasilkan Pajak Penghasilan terutang yang
berbeda pula. Perbedaan ini akan menunjukkan metode penyusutan yang lebih
tepat digunakan oleh perusahaan sebagai salah satu cara untuk mengurangi
beban Pajak Penghasilan yang ditanggung perusahaan. Ada dua metode
penyusutan dalam perpajakan, yaitu metode garis lurus dan metode saldo
menurun. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari PT. Prima Dwi Utama,
dapat diketahui bahwa dalam menghitung biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan, PT. Prima Dwi Utama menggunakan metode garis lurus.
Menurut PT. Prima Dwi Utama, penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus sangat
sederhana dan mudah diaplikasikan.
Penulis akan membandingkan hasil penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dengan menggunakan metode garis lurus dan
metode saldo menurun untuk mengetahui metode penyusutan yang lebih tepat
digunakan oleh perusahaan sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban
Pajak Penghasilan perusahaan. Data yang diperoleh dari perusahaan untuk
mendukung penelitian ini, meliputi daftar harta berwujud bukan bangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
beserta harga perolehannya dan laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Data akan dianalisis dengan cara
membuat tabel-tabel agar lebih mudah dipahami.
1. Daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi
Utama beserta harga perolehannya.
Daftar harta berwujud bukan bangunan yang disusun dalam tabel
berikut ini adalah seluruh harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki
PT. Prima Dwi Utama dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
a. Daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi
Utama tahun 2009
Tabel 10. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 berdasarkan Usaha Penjualan
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Mesin Ketik 2000 750.000 2. Lemari Arsip 2000 500.000 3. Komputer 2000 4.500.000 4. Meja 1/2 Biro 2000 375.000 5. Inventaris Kantor 2000 400.000 6. Motor Suzuki 2000 13.000.000 7. Mobil Taruna 2003 118.817.000 8. Note Book 2006 15.000.000
9. Mobil Picanto 2006 81.267.000
10. Mobil Sportage 2006 164.700.000
11. Mobil Sedona 2006 171.000.000
12. Mobil Sportage GS 2006 157.500.000
13. Mobil Pride 2006 113.847.727
14. Mobil New Pregio 2006 202.766.546
15. Mobil Mazda DC 2007 230.000.000
16. Truck Isuzu Concrette Pump 2007 650.000.000
17. Truck Mitsubishi Mixer 2007 900.000.000
18. Truck Isuzu Mixer 2007 300.000.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel 10. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 berdasarkan Usaha Penjualan (lanjutan)
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)19. Truck Hino Mixer 2007 718.000.000 20. Multi Block 2007 250.000.000 21. Loader 2007 425.439.500 22. Genset 2007 242.866.960 23. Batching Plant 2007 2.600.000.000 24. Truck Hino Mixer 2008 418.181.818 25. Loader 2008 376.888.00026. Pick Up 2009 68.709.091
Sumber: PT. Prima Dwi Utama
Tabel 11. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Dump Truck Fuso 1999 98.500.000
2. Dump Truck Fuso 2000 145.000.000
3. Mobil Kia Big Up 2006 274.290.000
4. Mobil Toyota Dyna Rino 2006 480.000.000
5. Excavator 2006 890.560.000
6. Tronton 2006 519.800.000
7. HD Mighty Truck 2008 136.363.636
8. Greder 2008 782.042.600
9. Excavator 2009 969.800.000 Sumber: PT. Prima Dwi Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
b. Daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi
Utama tahun 2010
Tabel 12. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2010 berdasarkan Usaha Penjualan
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Mesin Ketik 2000 750.000 2. Lemari Arsip 2000 500.000 3. Komputer 2000 4.500.000 4. Meja 1/2 Biro 2000 375.000 5. Inventaris Kantor 2000 400.000 6. Motor Suzuki 2000 13.000.000 7. Mobil Taruna 2003 118.817.000 8. Note Book 2006 15.000.000
9. Mobil Picanto 2006 81.267.000
10. Mobil Sportage 2006 164.700.000
11. Mobil Sedona 2006 171.000.000
12. Mobil Sportage GS 2006 157.500.000
13. Mobil Pride 2006 113.847.727
14. Mobil New Pregio 2006 202.766.546
15. Mobil Mazda DC 2007 230.000.000
16. Truck Isuzu Concrette Pump 2007 650.000.000
17. Truck Mitsubishi Mixer 2007 900.000.000
18. Truck Isuzu Mixer 2007 300.000.000
19. Truck Hino Mixer 2007 718.000.000
20. Multi Block 2007 250.000.000
21. Loader 2007 425.439.500
22. Genset 2007 242.866.960
23. Batching Plant 2007 2.600.000.000
24. Truck Hino Mixer 2008 418.181.818
25. Loader 2008 376.888.000
26. Pick Up 2009 68.709.091
27. Mobil Hino FM260JD 2010 1.380.000.000
28. Mobil Hino FM260JD 2010 756.000.000
29. Asphal Mixing Plant 2010 2.500.000.000
30. Nigata Asphal Finisher 2010 420.000.000 Sumber: PT. Prima Dwi Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 13. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2010 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Dump Truck Fuso 1999 98.500.000
2. Dump Truck Fuso 2000 145.000.000
3. Mobil Kia Big Up 2006 274.290.000
4. Mobil Toyota Dyna Rino 2006 480.000.000
5. Excavator 2006 890.560.000
6. Tronton 2006 519.800.000
7. HD Mighty Truck 2008 136.363.636
8. Greder 2008 782.042.600
9. Excavator 2009 969.800.000 Sumber: PT. Prima Dwi Utama
c. Daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi
Utama tahun 2011
Tabel 14. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Penjualan
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Mesin Ketik 2000 750.000 2. Lemari Arsip 2000 500.000 3. Komputer 2000 4.500.000 4. Meja 1/2 Biro 2000 375.000 5. Inventaris Kantor 2000 400.000 6. Motor Suzuki 2000 13.000.000 7. Mobil Taruna 2003 118.817.000 8. Note Book 2006 15.000.000
9. Mobil Picanto 2006 81.267.000
10. Mobil Sportage 2006 164.700.000
11. Mobil Sedona 2006 171.000.000
12. Mobil Sportage GS 2006 157.500.000
13. Mobil Pride 2006 113.847.727
14. Mobil New Pregio 2006 202.766.546
15. Mobil Mazda DC 2007 230.000.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 14. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Penjualan (lanjutan)
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)16. Truck Isuzu Concrette Pump 2007 650.000.000
17. Truck Mitsubishi Mixer 2007 900.000.000
18. Truck Isuzu Mixer 2007 300.000.000
19. Truck Hino Mixer 2007 718.000.000
20. Multi Block 2007 250.000.000
21. Loader 2007 425.439.500
22. Genset 2007 242.866.960
23. Batching Plant 2007 2.600.000.000
24. Truck Hino Mixer 2008 418.181.818
25. Loader 2008 376.888.000
26. Pick Up 2009 68.709.091
27. Mobil Hino FM260JD 2010 1.380.000.000
28. Mobil Hino FM260JD 2010 756.000.000
29. Asphal Mixing Plant 2010 2.500.000.000
30. Nigata Asphal Finisher 2010 420.000.000 Sumber: PT. Prima Dwi Utama
Tabel 15. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Dump Truck Fuso 1999 98.500.000
2. Dump Truck Fuso 2000 145.000.000
3. Mobil Kia Big Up 2006 274.290.000
4. Mobil Toyota Dyna Rino 2006 480.000.000
5. Excavator 2006 890.560.000
6. Tronton 2006 519.800.000
7. HD Mighty Truck 2008 136.363.636
8. Greder 2008 782.042.600
9. Excavator 2009 969.800.000
10. Cat Motor Grader 2011 1.298.203.500
11. Cat Hydraulic Excavator 2011 946.874.500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 15. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2011 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi (lanjutan)
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)12. Vibro Roller LT06 2011 171.080.000
13. Sumitomo Asphalt Finisher 2011 300.000.000 Sumber: PT. Prima Dwi Utama
d. Daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi
Utama tahun 2012
Tabel 16. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2012 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)1. Dump Truck Fuso 1999 98.500.000 2. Mesin Ketik 2000 750.000 3. Lemari Arsip 2000 500.000 4. Komputer 2000 4.500.000 5. Meja 1/2 Biro 2000 375.000 6. Inventaris Kantor 2000 400.000 7. Motor Suzuki 2000 13.000.000 8. Dump Truck Fuso 2000 145.000.000 9. Mobil Taruna 2003 118.817.000 10. Note Book 2006 15,000,000
11. Mobil Picanto 2006 81.267.000
12. Mobil Sportage 2006 164.700.000
13. Mobil Sedona 2006 171.000.000
14. Mobil Sportage GS 2006 157.500.000
15. Mobil Pride 2006 113.847.727
16. Mobil New Pregio 2006 202.766.546
17. Mobil Kia Big Up 2006 274.290.000
18. Mobil Toyota Dyna Rino 2006 480.000.000
19. Excavator 2006 890.560.000
20. Tronton 2006 519.800.000
21. Mobil Mazda DC 2007 230.000.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 16. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2012 berdasarkan Usaha Jasa Konstruksi (lanjutan)
No. Jenis HartaTahun
PerolehanHarga Perolehan
(Rp)22. Truck Isuzu Concrette Pump 2007 650.000.000 23. Truck Mitsubishi Mixer 2007 900.000.000 24. Truck Isuzu Mixer 2007 300.000.000 25. Truck Hino Mixer 2007 718.000.000 26. Multi Block 2007 250.000.000 27. Loader 2007 425.439.500 28. Genset 2007 242.866.960 29. Batching Plant 2007 2.600.000.000 30. Truck Hino Mixer 2008 418.181.818 31. HD Mighty Truck 2008 136.363.636 32. Greder 2008 782.042.600 33. Loader 2008 376.888.000 34. Pick Up 2009 68.709.091 35. Excavator 2009 969.800.000 36. Mobil Hino FM260JD 2010 1.380.000.000 37. Mobil Hino FM260JD 2010 756.000.000 38. Asphal Mixing Plant 2010 2.500.000.000 39. Nigata Asphal Finisher 2010 420.000.000 40. Cat Motor Grader 2011 1.298.203.500 41. Cat Hydraulic Excavator 2011 946.874.500 42. Vibro Roller LT06 2011 171.080.000 43. Sumitomo Asphalt Finisher 2011 300.000.000
44.Wacker Truss Screed HPG 100A
I/201245.250.000
45.Wacker Truss Screed End Section HE 50
I/2012 15.250.000
46. Truck Mixer Sany V/2012 722.997.250 47. Truck Mixer Sany VI/2012 722.997.250
Sumber: PT. Prima Dwi Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2. Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012
Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama berikut ini merupakan laporan
laba rugi PT. Prima Dwi Utama sebelum penyusutan dan Pajak
Penghasilan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
a. Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama pada tahun 2009
Tabel 17. Laporan Laba Rugi tahun 2009
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2009
KETERANGANFINAL NON FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
Penerimaan :
Peredaran Usaha
Rp25.039.849.114
Rp4.304.962.616
Rp29.344.811.730
Harga Pokok Produksi :
Biaya Bahan Rp -
Rp1.981.570.053
Rp 1.981.570.053
Biaya Upah Kerja Rp -
Rp300.722.000
Rp 300.722.000 Biaya Angkut/Ekspedisi Pembelian Bahan Rp -
Rp 58.823.351
Rp 58.823.351
Harga Pokok Produksi Rp -
Rp2.341.115.404
Rp 2.341.115.404 Harga Pokok Konstruksi :
Biaya Bahan
Rp10.767.135.119 Rp -
Rp10.767.135.119
Biaya Upah Kerja
Rp6.009.563.764 Rp -
Rp 6.009.563.764
Biaya Mobilisasi
Rp1.852.948.755 Rp -
Rp 1.852.948.755
Biaya BBM
Rp1.677.669.874 Rp -
Rp 1.677.669.874
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 17. Laporan Laba Rugi tahun 2009 (lanjutan)
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2009
KETERANGANFINAL NON FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
Biaya Survey
Rp 989.073.986 Rp -
Rp 989.073.986 Biaya RetribusiTambang C
Rp1.011.609.840 Rp -
Rp 1.011.609.840
Biaya Perjalanan Dinas
Rp603.460.325 Rp -
Rp 603.460.325
Harga Pokok Konstruksi
Rp22.911.461.63 Rp -
Rp22.911.461.63
Laba Kotor
Rp2.128.387.451
Rp1.963.847.212
Rp 4.092.234.663
Biaya Operasional :
Gaji Karyawan
Rp 62.500.000
Rp211.800.000
Rp 274.300.000
Biaya Bunga Bank
Rp 476.170.390
Rp399.701.273
Rp 875.871.663 Biaya Listrik, Air dan Telepon
Rp 80.878.723
Rp 34.327.386
Rp 115.206.109
Biaya Alat Tulis Kantor
Rp 20.006.827
Rp 6.002.283
Rp 26.009.110 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan
Rp 84.496.892
Rp 45.138.600
Rp 129.635.492
Biaya BBM
Rp 87.689.552
Rp 55.694.100
Rp 143.383.652
Biaya Asuransi
Rp 10.641.937
Rp 42.443.036
Rp 53.084.973
Jumlah Biaya Operasional
Rp 822.384.321
Rp795.106.678
Rp1.617.490.999 Laba Bersih Sebelum Penyusutan dan Pajak Penghasilan
Rp1.306.003.130
Rp1.168.740.534
Rp2.474.743.664
Sumber: Data diolah
Keterangan:
1) Laporan Laba Rugi final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2009.
2) Laporan Laba Rugi non final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2009. Data yang akan dianalisis adalah data Laporan Laba Rugi non final.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3) Laporan Laba Rugi komersial: gabungan Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2009.
b. Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama pada tahun 2010
Tabel 18. Laporan Laba Rugi tahun 2010
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010
KETERANGANNON FINAL FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
1. PENDAPATAN Pendapatan yang
Terutang PPN :
Pendapatan Penjualan
Rp14.405.878.872 Rp -
Rp14.405.878.872
Pendapatan Konstruksi Rp -
Rp6.192.573.560
Rp 6.192.573.560
TOTAL PENDAPATAN
Rp14.405.878.872
Rp6.192.573.560
Rp20.598.452.432 2. HARGA POKOK
PENJUALAN Pendapatan Penjualan :
Biaya Bahan
Rp10.157.707.322 Rp -
Rp10.157.707.322
Biaya Upah Kerja
Rp1.536.813.810 Rp -
Rp 1.536.813.810 Biaya Angkut/ Ekspedisi Pembelian
Bahan
Rp314.850.000 Rp -
Rp 314.850.000
Harga Pokok Penjualan
Rp12.009.371.132 Rp -
Rp12.009.371.132 Pendapatan
Konstruksi :
Biaya Bahan Rp -
Rp198.639.600
Rp198.639.600
Biaya Upah Kerja Rp -
Rp 40.163.000
Rp40.163.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 18. Laporan Laba Rugi tahun 2010 (lanjutan)
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010
KETERANGANNON FINAL FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
Biaya Mobilisasi Rp -
Rp 1.650.000
Rp1.650.000
Biaya BBM Rp -
Rp 55.493.452
Rp55.493.452
Biaya Survey Rp - Rp - Rp -
Biaya Retribusi Tambang C Rp -
Rp 6.445.000
Rp 6.445.000
Biaya Perjalanan Dinas Rp -
Rp 12.401.667
Rp 12.401.667
Jumlah HPP Konstruksi Rp -
Rp314.792.719
Rp 314.792.719
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN
Rp12.009.371.132
Rp314.792.719
Rp12.324.163.851
TOTAL LABA (RUGI) KOTOR USAHA
Rp2.396.507.740
Rp5.877.780.841
Rp 8.274.288.581
3. BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Gaji dan Upah Karyawan
Rp235.200.000
Rp 76.833.334
Rp 312.033.334
Biaya Bunga Bank
Rp 91.529.020 Rp -
Rp 91.529.020
Biaya Listrik
Rp 39.662.320
Rp 78.297.815
Rp 117.960.135
Biaya Telepon
Rp 9.255.603
Rp 359.407
Rp 9.615.010
Biaya Alat Tulis Kantor
Rp 1.779.607
Rp 5.634.508
Rp 7.414.115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tabel 18. Laporan Laba Rugi tahun 2010 (lanjutan)
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2010
KETERANGANNON FINAL FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
Biaya Transportasi Lokal/BBM
Rp 57.406.125
Rp133.791.267
Rp 191.197.392
Biaya Asuransi
Rp 42.443.036
Rp 461.466
Rp 42.904.502 TOTAL BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Rp477.275.711
Rp295.377.797
Rp 772.653.508
TOTAL LABA (RUGI) BERSIH USAHASEBELUM PENYUSUTAN DAN PAJAK PENGHASILAN
Rp1.919.232.029
Rp5.582.403.044
Rp7.501.635.073
Sumber: Data diolah
Keterangan:
1) Laporan Laba Rugi final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2010.
2) Laporan Laba Rugi non final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2010. Data yang akan dianalisis adalah data Laporan Laba Rugi non final.
3) Laporan Laba Rugi komersial: gabungan Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
c. Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama pada tahun 2011
Tabel 19. Laporan Laba Rugi tahun 2011
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2011
KETERANGANNON FINAL FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
1. PENDAPATAN Pendapatan yang
Terutang PPN :
Pendapatan Penjualan
Rp9.540.528.846 Rp -
Rp 9.540.528.846
Pendapatan Konstruksi Rp -
Rp17.198.968.778
Rp17.198.968.778 TOTAL PENDAPATAN
Rp9.540.528.846
Rp17.198.968.778
Rp26.739.497.624
2. HARGA POKOK PENJUALAN
Pendapatan Penjualan :
Biaya Bahan
Rp6.603.000.034 Rp -
Rp 6.603.000.034
Biaya Upah Kerja
Rp 373.824.600 Rp -
Rp 373.824.600 Biaya Angkut/ Ekspedisi Pembelian
Bahan
Rp 116.245.000 Rp -
Rp 116.245.000
Harga Pokok Penjualan
Rp7.093.069.634 Rp -
Rp7.093.069.634 Pendapatan
Konstruksi :
Biaya Bahan Rp -
Rp12.625.622.347
Rp12.625.622.347
Biaya Upah Kerja Rp -
Rp2.108.841.400
Rp 2.108.841.400
Biaya Mobilisasi Rp -
Rp 5.980.000
Rp 5.980.000
Biaya BBM Rp -
Rp 133.791.351
Rp 133.791.351
Biaya Survey Rp - Rp - Rp -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tabel 19. Laporan Laba Rugi tahun 2011 (lanjutan)
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2011
KETERANGANNON FINAL FINAL LAPORAN L/R
KOMERSIALLAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
Biaya Retribusi Tambang C Rp -
Rp16.754.700
Rp 16.754.700
Biaya Perjalanan Dinas Rp -
Rp15.446.667
Rp 15.446.667 Jumlah HPP Konstruksi Rp -
Rp14.906.436.465
Rp14.906.436.465
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN
Rp7.093.069.634
Rp14.906.436.465
Rp21.999.506.099
TOTAL LABA (RUGI) KOTOR USAHA
Rp2.447.459.212
Rp2.292.532.313
Rp4.739.991.525
3. BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Gaji dan Upah Karyawan
Rp 249.600.000
Rp76.833.334
Rp 326.433.334
Biaya Bunga Bank Rp -
Rp333.072.933
Rp 333.072.933
Biaya Listrik
Rp 30.995.703
Rp78.297.815
Rp 109.293.518
Biaya Telepon
Rp 7.221.999
Rp 359.407
Rp 7.581.406
Biaya Alat Tulis Kantor
Rp 667.050
Rp 5.634.508
Rp 6.301.558 Biaya Transportasi Lokal/BBM
Rp 149.690.726
Rp425.800.559
Rp 575.491.285
Biaya Asuransi
Rp 7.894.017
Rp 461.466
Rp 8.355.483 TOTAL BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Rp 446.069.495
Rp920.460.022
Rp1.366.529.517
TOTAL LABA (RUGI) BERSIH USAHASEBELUM PENYUSUTAN DAN PAJAK PENGHASILAN
Rp2.001.389.717
Rp1.372.072.291
Rp3.373.462.008
Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Keterangan:
1) Laporan Laba Rugi final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2011.
2) Laporan Laba Rugi non final: Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2011. Data yang akan dianalisis adalah data Laporan Laba Rugi non final.
3) Laporan Laba Rugi komersial: gabungan Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dan usaha penjualan dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2011.
d. Laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama pada tahun 2012
Tabel 20. Laporan Laba Rugi tahun 2012
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2012
K E T E R A N G A NLAPORAN LABA
RUGI KOMERSIAL
1. PENDAPATAN
Pendapatan yang Terutang PPN :
Pendapatan Konstruksi
Rp 34.935.591.470
TOTAL PENDAPATAN
Rp 34.935.591.470
2. HARGA POKOK PENJUALAN
Biaya Bahan
Rp 24.600.727.499
Biaya Ekspedisi Pembelian
Rp 12.650.000
Biaya Upah Kerja
Rp 3.281.419.785
Biaya Mobilisasi
Rp 56.626.600
Biaya BBM
Rp 838.684.750
Biaya Survey
Rp 16.450.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel 20. Laporan Laba Rugi tahun 2012 (lanjutan)
PT. PRIMA DWI UTAMALAPORAN LABA RUGI
Untuk Periode Berakhir 31 Desember 2012
K E T E R A N G A NLAPORAN LABA
RUGI KOMERSIAL
Biaya Retribusi Tambang C
Rp 185.538.917
Biaya Perjalanan Dinas
Rp 23.099.000
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN
Rp 29.015.196.550
TOTAL LABA (RUGI) KOTOR USAHA
Rp 5.920.394.920
3. BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Gaji Karyawan
Rp 504.000.000
Biaya Bunga Bank
Rp 925.669.521
Biaya Listrik
Rp 78.297.815
Biaya Telepon
Rp 2.575.000
Biaya Pengurusan Surat Kendaraan
Rp 13.150.000
Biaya Administrasi
Rp 87.916.000
Biaya Alat Tulis Kantor
Rp 2.018.017
Biaya Transportasi Lokal
Rp 325.800.559
Biaya Perawatan Kendaraan
Rp 610.247.528
Biaya Perawatan Gedung
Rp 82.376.300
Biaya Asuransi
Rp 28.500.000
TOTAL BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI KANTOR
Rp 2.661.110.739 TOTAL LABA (RUGI) BERSIH USAHA SEBELUM PENYUSUTAN DAN PAJAK PENGHASILAN
Rp 3.259.284.180
Sumber: Data diolah
Keterangan: Laporan Laba Rugi komersial adalah Laporan Laba Rugi berdasarkan usaha jasa konstruksi dari PT. Prima Dwi Utama tahun 2012, yang dikenakan PPh final.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
B. Analisis Data
Guna memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, maka dalam sub bab
ini akan disajikan analisis data berkaitan dengan pemilihan metode penyusutan
harta berwujud bukan bangunan yang lebih tepat digunakan oleh PT. Prima
Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
Penghasilan PT. Prima Dwi Utama. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
menganalisis data adalah:
1. Daftar harta berwujud bukan bangunan berdasarkan kelompok yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009.
Unit usaha yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama adalah usaha penjualan
dan usaha jasa konstruksi. Penghasilan yang diperoleh PT. Prima Dwi
Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 merupakan penghasilan dari
usaha penjualan dan usaha jasa konstruksi yang dilakukan PT. Prima Dwi
Utama, sedangkan penghasilan yang diperoleh PT. Prima Dwi Utama pada
tahun 2012 hanya merupakan penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang
dilakukan PT. Prima Dwi Utama. Data unit usaha yang akan dianalisis
adalah data dari usaha penjualan yang dilakukan PT. Prima Dwi Utama
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Data unit usaha yang akan dianalisis untuk memecahkan permasalahan
dalam penelitian ini, hanya berasal dari usaha penjualan yang dilakukan
PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, sehingga
pengelompokan harta berwujud bukan bangunan hanya akan dilakukan
pada harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berdasarkan usaha penjualan yang
dilakukan PT. Prima Dwi Utama. Data dari usaha jasa konstruksi yang
dilakukan PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
tidak dianalisis, karena penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan
pajak yang bersifat final, sehingga pengelompokan harta berwujud bukan
bangunan tidak akan dilakukan pada harta berwujud bukan bangunan yang
dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
berdasarkan usaha jasa konstruksi yang dilakukan PT. Prima Dwi Utama.
Guna memecahkan permasalahan yang ada, harta berwujud bukan
bangunan yang dimiliki PT. Prima Dwi Utama tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 berdasarkan usaha penjualan yang dilakukan PT. Prima Dwi
Utama, akan dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai
dengan aturan perpajakan. Aturan pengelompokan harta berwujud bukan
bangunan didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk
dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.03/2009, harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT.
Prima Dwi Utama hanya terdiri dari kelompok I dan kelompok II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berikut ini hasil pengelompokan harta berwujud bukan bangunan milik
PT. Prima Dwi Utama :
a. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I
Tabel 21. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I
No. Jenis HartaTahun
PerolehanMasa
Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)1. Mesin Ketik 2000 4 I 750.0002. Lemari Arsip 2000 4 I 500.0003. Komputer 2000 4 I 4.500.0004. Meja ½ Biro 2000 4 I 375.0005. Inventaris
Kantor2000 4 I 400.000
6. Motor Suzuki
2000 4 I 13.000.000
7. Note Book 2006 4 I 15.000.000Total 34.525.000
Sumber: Data diolah
b. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II
Tabel 22. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II
No. Jenis HartaTahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan (Rp)
1. Mobil Taruna
2003 8 II 118.817.000
2. Mobil Picanto
2006 8 II 81.267.000
3. Mobil Sportage
2006 8 II 164.700.000
4. Mobil Sedona
2006 8 II 171.000.000
5. Mobil Sportage GS
2006 8 II 157.500.000
6. Mobil Pride 2006 8 II 113.847.7277. Mobil New
Pregio2006 8 II 202.766.546
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tabel 22. Daftar Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II (lanjutan)
No. Jenis HartaTahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan (Rp)
8. Mobil Mazda DC
2007 8 II 230.000.000
9. Truck Isuzu Concrette Pump
2007 8 II 650.000.000
10. Truck Mitsubishi Mixer
2007 8 II 900.000.000
11. Truck Isuzu Mixer
2007 8 II 300.000.000
12. Truck Hino Mixer
2007 8 II 718.000.000
13. Multi Block 2007 8 II 250.000.00014. Loader 2007 8 II 425.439.500
15. Genset 2007 8 II 242.866.960
16. Batching Plant
2007 8 II 2.600.000.000
17. Truck Hino Mixer
2008 8 II 418.181.818
18. Loader 2008 8 II 376.888.00019. Pick Up 2009 8 II 68.709.091
20. Mobil Hino FM260JD
2010 8 II 1.380.000.000
21. Mobil Hino FM260JD
2010 8 II 756.000.000
22. Asphal Mixing Plant
2010 8 II 2.500.000.000
23. Nigata Asphalt Finisher
2010 8 II 420.000.000
Total 13.245.983.642Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan.
Berdasarkan ketentuan pasal 11 ayat (3) Undang-undang Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, dijelaskan bahwa penyusutan
dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut. Namun, karena adanya keterbatasan
data yang diperoleh dari PT. Prima Dwi Utama, di mana pada daftar harta
berwujud bukan bangunan milik PT. Prima Dwi Utama tidak dicantumkan
bulan dilakukannya pengeluaran untuk membeli harta berwujud bukan
bangunan, melainkan PT. Prima Dwi Utama hanya mencantumkan tahun
perolehan harta berwujud bukan bangunan, maka dalam penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan akan diberikan asumsi
bahwa penyusutan harta berwujud bukan bangunan milik PT. Prima Dwi
Utama dimulai atau didasarkan pada tahun perolehan harta berwujud
bukan bangunan tersebut. Jadi, harta berwujud bukan bangunan milik PT.
Prima Dwi Utama disusutkan selama satu tahun penuh.
1) Menghitung biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
berdasarkan kelompoknya masing-masing dari tahun 2009 sampai
tahun 2011 dengan menggunakan metode garis lurus.
1. Rumus penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan kelompok I dengan menggunakan metode garis lurus,
yaitu :
Biaya penyusutan kelompok I = Harga perolehan x 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tabel 23. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
No.Jenis Harta
Tahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009
Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
1.Mesin Ketik 2000 4 I 750.000 25% - - - - -
2.Lemari Arsip 2000 4 I 500.000
25%- - - - -
3. Komputer 2000 4 I 4.500.000 25% - - - - -
4.Meja 1/2 Biro 2000 4 I 375.000
25%- - - - -
5.Inventaris Kantor 2000 4 I 400.000
25%- - - - -
6.Motor Suzuki 2000 4 I 13.000.000
25%- - - - -
7. Note Book 2006 4 I 15.000.000 25% 3.750.000 - - - -Total 34.525.000 3.750.000 - - - -
Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2) Rumus penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok II dengan menggunakan metode
garis lurus, yaitu :
Biaya penyusutan kelompok II = Harga perolehan x 12,5%
Tabel 24. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
No.Jenis Harta
Tahun PeroleHan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
1.Mobil Taruna 2003 8 II
118.817.000 12.5% 14.852.125 14.852.125 14.852.125 - -
2.Mobil Picanto 2006 8 II
81.267.000 12.5% 10.158.375 40.633.500 10.158.375 30.475.125 10.158.375
3.Mobil Sportage 2006 8 II
164.700.000 12.5% 20.587.500 82.350.000 20.587.500 61.762.500 20.587.500
4.Mobil Sedona 2006 8 II
171.000.000 12.5% 21.375.000 85.500.000 21.375.000 64.125.000 21.375.000
5.
Mobil Sportage GS 2006 8 II
157.500.000 12.5% 19.687.500 78.750.000 19.687.500 59.062.500 19.687.500
6.Mobil Pride 2006 8 II
113.847.727 12.5% 14.230.966 56.923.864 14.230.966 42.692.898 14.230.966
7.
Mobil New Pregio 2006 8 II
202.766.546 12.5% 25.345.818 101.383.273 25.345.818 76.037.455 25.345.818
8.
Mobil Mazda DC 2007 8 II
230.000.000 12.5% 28.750.000 143.750.000 28.750.000 115.000.000 28.750.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel 24. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Garis Lurus (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun PeroleHan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
9.
Truck Isuzu Concrette Pump 2007 8 II
650.000.000 12.5% 81.250.000 406.250.000 81.250.000 325.000.000 81.250.000
10.
Truck Mitsubishi Mixer 2007 8 II
900.000.000 12.5% 112.500.000 562.500.000 112.500.000 450.000.000 112.500.000
11.
Truck Isuzu Mixer 2007 8 II
300.000.000 12.5% 37.500.000 187.500.000 37.500.000 150.000.000 37.500.000
12.
Truck Hino Mixer 2007 8 II
718.000.000 12.5% 89.750.000 448.750.000 89.750.000 359.000.000 89.750.000
13.Multi Block 2007 8 II
250.000.000 12.5% 31.250.000 156.250.000 31.250.000 125.000.000 31.250.000
14. Loader 2007 8 II
425.439.500 12.5% 53.179.938 265.899.688 53.179.938 212.719.750 53.179.938
15. Genset 2007 8 II
242.866.960 12.5% 30.358.370 151.791.850 30.358.370 121.433.480 30.358.370
16.Batching Plant 2007 8 II
2.600.000.000 12.5% 325.000.000 1.625.000.000 325.000.000 1.300.000.000 325.000.000
17.
Truck Hino Mixer 2008 8 II
418.181.818 12.5% 52.272.727 313.636.364 52.272.727 261.363.636 52.272.727
18. Loader 2008 8 II
376.888.000 12.5% 47.111.000 282.666.000 47.111.000 235.555.000 47.111.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel 24. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Garis Lurus (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun PeroleHan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
19. Pick Up 2009 8 II
68.709.091 12.5% 8.588.636 60.120.455 8.588.636 51.531.818 8.588.636
20.
Mobil Hino FM260JD 2010 8 II
1.380.000.000 12.5% - - 172.500.000 1.207.500.000 172.500.000
21.
Mobil Hino FM260JD 2010 8 II
756.000.000 12.5% - - 94.500.000 661.500.000 94.500.000
22.
Asphal Mixing Plant 2010 8 II
2.500.000.000 12.5% - - 312.500.000 2.187.500.000 312.500.000
23.
Nigata Asphalt Finisher 2010 8 II
420.000.000 12.5% 52.500.000 367.500.000 52.500.000
Total
13.245.983.642 1.023.747.955 5.064.507.117 1.655.747.955 8.464.759.162 1.640.895.830Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
b. Menghitung biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari tahun 2009 sampai tahun 2011 berdasarkan
kelompoknya masing-masing dengan menggunakan metode saldo menurun.
1) Rumus penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok I dengan menggunakan metode
saldo menurun, yaitu :
Biaya penyusutan kelompok I (tahun ke-1) = Harga perolehan x 50%
Biaya penyusutan kelompok I (tahun ke-2) = Nilai buku awal tahun x 50%
Tabel 25. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun
No.Jenis Harta
Tahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009
Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
1. Mesin Ketik 2000 4 I
750.000 50%
-
-
-
-
-
2.Lemari Arsip 2000 4 I
500.000 50%
-
-
-
-
-
3. Komputer 2000 4 I
4.500.000 50%
-
-
-
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel 25. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok I dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009
Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
4.Meja 1/2 Biro 2000 4 I
375.000 50%
-
-
-
-
-
5.Inventaris Kantor 2000 4 I
400.000 50%
-
-
-
-
-
6.Motor Suzuki 2000 4 I
13.000.000 50%
-
-
-
-
-
7. Note Book 2006 4 I
15.000.000 50% 1.875.000
-
-
-
-
Total
34.525.000 1.875.000
-
-
-
-Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
2) Rumus penghitungan biaya penyusutan harta bewujud bukan bangunan Kelompok II dengan menggunakan metode
saldo menurun, yaitu :
Biaya penyusutan kelompok II (tahun ke-1) = Harga Perolehan x 25%
Biaya penyusutan kelompok II (tahun ke-2) = Nilai buku awal tahun x 25%
Tabel 26. Daftar Perhitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun
No.Jenis Harta
Tahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
1.Mobil Taruna 2003 8 II
118.817.000 25% 5.286.718 15.860.155 15.860.155 - -
2.Mobil Picanto 2006 8 II
81.267.000 25% 8.571.129 25.713.387 6.428.347 19.285.040 4.821.260
3.
Mobil Sportage 2006 8 II
164.700.000 25% 17.370.703 52.112.109 13.028.027 39.084.082 9.771.021
4.Mobil Sedona 2006 8 II
171.000.000 25% 18.035.156 54.105.469 13.526.367 40.579.102 10.144.775
5.
Mobil Sportage GS 2006 8 II
157.500.000 25% 16.611.328 49.833.984 12.458.496 37.375.488 9.343.872
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel 26. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun Perole
han
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
6.Mobil Pride 2006 8 II
113.847.727 25% 12.007.377 36.022.132 9.005.533 27.016.599 6.754.150
7.
Mobil New Pregio 2006 8 II
202.766.546 25% 21.385.534 64.156.602 16.039.151 48.117.452 12.029.363
8.
Mobil Mazda DC 2007 8 II
230.000.000 25% 32.343.750 97.031.250 24.257.813 72.773.438 18.193.359
9.
Truck Isuzu Concrette Pump 2007 8 II
650.000.000 25% 91.406.250 274.218.750 68.554.688 205.664.063 51.416.016
10.
TruckMitsubishi Mixer 2007 8 II
900.000.000 25% 126.562.500 379.687.500 94.921.875 284.765.625 71.191.406
11.
Truck Isuzu Mixer 2007 8 II
300.000.000 25% 42.187.500 126.562.500 31.640.625 94.921.875 23.730.469
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Tabel 26. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun Perolehan
Masa Manfaat (Tahun)
Kelompok
Harga Perolehan
(Rp)Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
12.
Truck Hino Mixer 2007 8 II
718.000.000 25% 100.968.750 302.906.250 75.726.563 227.179.688 56.794.922
13.Multi Block 2007 8 II
250.000.000 25% 35.156.250 105.468.750 26.367.188 79.101.563 19.775.391
14. Loader 2007 8 II
425.439.500 25% 59.827.430 179.482.289 44.870.572 134.611.717 33.652.929
15. Genset 2007 8 II
24.866.960 25% 34.153.166 102.459.499 25.614.875 76.844.624 19.211.156
16.
Batching Plant 2007 8 II
2.600.000.000 25% 365.625.000 1.096.875.000 274.218.750 822.656.250 205.664.063
17.
Truck Hino Mixer 2008 8 II
418.181.818 25% 78.409.091 235.227.273 58.806.818 176.420.454 44.105.114
18. Loader 2008 8 II
376.888.000 25% 70.666.500 211.999.500 52.999.875 158.999.625 39.749.906
19.Pick Up 2009 8 II
68.709.091 25% 17.177.273 51.531.818 12.882.955 38.648.864 9.662.216
20.
Mobil Hino FM260JD 2010 8 II
1.380.000.000 25% - - 345.000.000 1.035.000.000 258.750.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Tabel 26. Daftar Penghitungan Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan Kelompok II dengan Menggunakan Metode Saldo Menurun (lanjutan)
No.Jenis Harta
Tahun Pero
lehan
Masa Manfaat (Ta
hun)
Kelompok
Harga Perolehan (Rp)
Tarif
Biaya Penyusutan (Rp)
2009Nilai Buku Awal 2010 2010
Nilai Buku Awal 2011 2011
21.
Mobil Hino FM260JD 2010 8 II
756.000.000 25% - - 189.000.000 567.000.000 141.750.000
22.
Asphal Mixing Plant 2010 8 II
2.500.000.000 25% - - 625.000.000 1.875.000.000 468.750.000
23.
Nigata Asphalt Finisher 2010 8 II
420.000.000 25% - - 105.000.000 315.000.000 78.750.000
Total
13.245.983.642 1.153.751.406 3.461.254.218 2.141.208.671 6.376.045.547 1.594.011.387Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
3. Penggabungan hasil penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua kelompok ke dalam setiap tahun pajak.
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk masing-
masing kelompok dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang
dihitung menggunakan metode garis lurus, dapat dilihat pada tabel 23 dan
tabel 24. Berikut ini tabel yang menunjukkan gabungan hasil penghitungan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua kelompok
yang dihitung menggunakan metode garis lurus ke dalam setiap tahun
pajak, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 27. Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Garis Lurus
TahunBiaya Penyusutan (Rp)
Total Biaya Penyusutan(Rp)Kelompok I Kelompok II
2009 3.750.000 1.023.747.955 1.027.497.9552010 - 1.655.747.955 1.655.747.9552011 - 1.640.895.830 1.640.895.830
Sumber: Daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan (data diolah)
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan untuk masing-
masing kelompok dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun, dapat dilihat pada tabel 25
dan tabel 26. Berikut ini tabel yang menunjukkan gabungan hasil
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari
semua kelompok yang dihitung menggunakan metode saldo menurun, ke
dalam setiap tahun pajak, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tabel 28. Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan yang Dihitung Menggunakan Metode Saldo Menurun
TahunBiaya Penyusutan (Rp)
Total Biaya Penyusutan (Rp)Kelompok I Kelompok II
2009 1.875.000 1.153.751.406 1.155.626.406
2010 - 2.141.208.671 2.141.208.671
2011 - 1.594.011.387 1.594.011.387Sumber: Daftar penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan (data
diolah)
Berdasarkan gabungan hasil penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan dari semua kelompok ke dalam setiap tahun
pajak, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, pada tabel 27 dan
tabel 28, terlihat adanya perbedaan hasil penghitungan biaya penyusutan
harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis
lurus dan metode saldo menurun. Perbedaan tersebut terlihat dari total
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada setiap tahun. Total
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2009 dan 2010
yang dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih besar
dibandingkan yang dihitung menggunakan metode garis lurus, sedangkan
total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan tahun 2011 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih kecil dibandingkan
yang dihitung menggunakan metode garis lurus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun
2009 yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah sebesar
Rp1.027.497.955,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp1.027.497.955,00 tersebut, terdiri dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok I sebesar
Rp3.750.000,00 dan kelompok II sebesar Rp1.023.747.955,00, sedangkan
total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2009
yang dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah sebesar
Rp1.155.626.406,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp1.155.626.406,00 tersebut, terdiri dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok I sebesar
Rp1.875.000,00 dan kelompok II sebesar Rp1.153.751.406,00. Total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2009 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih besar dibandingkan
yang dihitung menggunakan metode garis lurus.
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun
2010 yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah sebesar
Rp1.655.747.955,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp1.655.747.955,00 tersebut, hanya berasal dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok II sebesar
Rp1.655.747.955,00, karena biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan kelompok I tidak dihitung. Biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan kelompok I tidak dihitung, karena masa manfaat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
harta berwujud bukan bangunan kelompok I telah habis. Total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2010 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah sebesar
Rp2.141.208.671,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp2.141.208.671,00 tersebut, hanya berasal dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok II sebesar
Rp2.141.208.671,00, karena biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan kelompok I tidak dihitung. Biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan kelompok I tidak dihitung, karena masa manfaat dari
harta berwujud bukan bangunan kelompok I telah habis. Total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2010 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih besar dibandingkan
yang dihitung menggunakan metode garis lurus.
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun
2011 yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah sebesar
Rp1.640.895.830,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp1.640.895.830,00 tersebut, hanya berasal dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok II sebesar
Rp1.640.895.830,00, karena biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan kelompok I tidak dihitung. Biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan kelompok I tidak dihitung, karena masa manfaat dari
harta berwujud bukan bangunan kelompok I telah habis. Total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2011 yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah sebesar
Rp1.594.011.387,00. Total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan sebesar Rp1.594.011.387,00 tersebut, hanya berasal dari biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan kelompok II sebesar
Rp1.594.011.387,00, karena biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan kelompok I tidak dihitung. Biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan kelompok I tidak dihitung, karena masa manfaat dari
harta berwujud bukan bangunan kelompok I telah habis. Total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2011 yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih kecil dibandingkan
yang dihitung menggunakan metode garis lurus.
4. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang.
Rekonsiliasi fiskal laporan laba rugi tidak dilakukan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini, karena penelitian ini hanya
berfokus pada satu akun saja dalam laporan laba rugi komersial, yaitu
biaya penyusutan, sedangkan untuk melakukan rekonsiliasi fiskal laporan
laba rugi tidak hanya berfokus pada biaya penyusutan saja, melainkan juga
pada akun-akun lainnya yang memungkinkan adanya perbedaan antara
peraturan perpajakan (Undang-Undang Pajak Penghasilan) dengan Standar
Akuntansi Keuangan. Jadi, dalam penghitungan Pajak Penghasilan
terutang akan diberikan asumsi bahwa akun-akun lainnya yang harus
direkonsiliasi fiskal, yaitu semua biaya dan pendapatan dalam laporan laba
rugi komersial selain biaya penyusutan yang dihitung dalam penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
sudah sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan, sehingga semua
biaya dan pendapatan dalam laporan laba rugi komersial PT. Prima Dwi
Utama, kecuali untuk biaya penyusutan yang dihitung dalam penelitian ini,
bersifat tidak mengalami perubahan atau sesuai dengan kondisi pada saat
laporan laba rugi komersial tersebut dibuat atau disusun oleh PT. Prima
Dwi Utama.
Langkah berikutnya adalah menghitung besarnya Pajak Penghasilan
terutang, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan
Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus dan metode
saldo menurun. Berdasarkan tabel 17, 18, dan 19, diketahui besarnya laba
PT. Prima Dwi Utama sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan. Laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan tersebut akan digunakan
sebagai dasar untuk menghitung besarnya Pajak Penghasilan terutang
perusahaan setelah dikurangi dengan biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang dilakukan dengan
menggunakan fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah), yang dapat dinikmati oleh Wajib Pajak badan dalam
negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
puluh miliar rupiah). Ketentuan ini terdapat pada pasal 31 E Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Berikut ini penghitungan Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus.
a. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 :
Peredaran bruto = Rp29.344.811.730,00 (dapat dilihat pada tabel 17)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp1.168.740.534,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 17)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp1.027.497.955,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 27)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 141.242.579,00
Menurut ketentuan pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif
pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh, maka Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp141.242.579,00 dibulatkan menjadi sebesar Rp141.242.000,00.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
Rp4.800.000.000,00 x Rp141.242.000,00 = Rp23.103.287,00Rp29.344.811.730,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas :
Rp141.242.000,00 – Rp23.103.287,00 = Rp118.138.713,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 28%) x Rp23.103.287,00 = Rp 3.234.460,00
28% x Rp118.138.713,00 = Rp33.078.840,00 (+)
Pajak Penghasilan terutang = Rp36.313.300,00
b. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 :
Peredaran bruto = Rp20.598.452.432,00 (dapat dilihat pada tabel 18)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp1.919.232.029,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 18)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp1.655.747.955,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 27)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 263.484.074,00
Menurut ketentuan pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif
pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh, maka Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp263.484.074,00 dibulatkan menjadi sebesar Rp263.484.000,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
Rp4.800.000.000,00 x Rp263.484.000,00 = Rp61.398.943,00Rp20.598.452.432,00
2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas :
Rp263.484.000,00 - Rp61.398.943,00 = Rp202.085.057,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp61.398.943,00 = Rp 7.674.868,00
25% x Rp202.085.057,00 = Rp50.521.264,00 (+)
Pajak Penghasilan terutang = Rp58.196.132,00
c. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 :
Peredaran bruto = Rp26.739.497.624,00 (dapat dilihat pada tabel 19)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp2.001.389.717,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 19)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp1.640.895.830,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 27)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 360.493.887,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Menurut ketentuan pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif
pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh, maka Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp360.493.887,00 dibulatkan menjadi sebesar Rp360.493.000,00.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
Rp4.800.000.000,00 x Rp360.493.000,00 = Rp64.712.001,00Rp26.739.497.624,00
2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas :
Rp360.493.000,00 – Rp64.712.001,00 = Rp295.780.999,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp64.712.001,00 = Rp 8.089.000,00
25% x Rp295.780.999,00 = Rp73.945.250,00 (+)
Pajak Penghasilan terutang = Rp82.034.250,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Berikut ini penghitungan Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode saldo menurun.
a. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 :
Peredaran bruto = Rp29.344.811.730,00 (dapat dilihat pada tabel 17)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp1.168.740.534,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 17)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp1.155.626.406,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 28)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 13.114.128,00
Menurut ketentuan pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif
pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh, maka Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp13.114.128,00 dibulatkan menjadi sebesar Rp13.114.000,00.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
Rp4.800.000.000,00 x Rp13.114.000,00 = Rp2.145.088,00Rp29.344.811.730,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas :
Rp13.114.000,00 - Rp2.145.088,00 = Rp10.968.912,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 28%) x Rp2.145.088,00 = Rp 300.312,00
28% x Rp10.968.912,00 = Rp 3.071.295,00 (+)
Pajak Penghasilan terutang = Rp 3.371.608,00
b. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 :
Peredaran bruto = Rp20.598.452.432,00 (dapat dilihat pada tabel 18)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp1.919.232.029,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 18)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp2.141.208.671,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 28)
Kerugian Fiskal = (Rp 221.976.642,00)
Berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak
Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
pada tahun 2010, tidak dapat diperoleh Penghasilan Kena Pajak,
karena diperoleh kerugian fiskal sebesar Rp221.976.642,00. Kerugian
fiskal tersebut mengakibatkan tidak adanya Pajak Penghasilan terutang
pada tahun 2010. Kerugian fiskal di tahun 2010 akan dikompensasikan
dengan penghasilan neto atau laba fiskal di tahun 2011, karena sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dengan ketentuan pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, yaitu apabila penghasilan bruto
setelah dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan
dengan penghasilan neto atau laba fiskal mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan lima tahun, yang dimulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.
c. Penghitungan Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 :
Peredaran bruto = Rp26.739.497.624,00 (dapat dilihat pada tabel 19)
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak = Rp2.001.389.717,00
Penghasilan (dapat dilihat pada tabel 19)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan = Rp1.594.011.387,00 (-)
Bangunan (dapat dilihat pada tabel 28)
Penghasilan Neto Fiskal = Rp 407.378.330,00
Kompensasi Kerugian Fiskal = Rp 221.976.642,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 185.401.689,00
Menurut ketentuan pasal 17 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan, untuk keperluan penerapan tarif
pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh, maka Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp185.401.689,00 dibulatkan menjadi sebesar Rp185.401.000,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas :
Rp4.800.000.000,00 x Rp185.401.000,00 = Rp33.281.283,00Rp26.739.497.624,00
3) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas :
Rp185.401.000,00 – Rp33.281.283,00 = Rp152.119.717,00
Pajak Penghasilan yang terutang :
(50% x 25%) x Rp33.281.283,00 = Rp 4.160.160,00
25% x Rp152.119.717,00 = Rp 38.029.929,00 (+)
Pajak Penghasilan terutang = Rp 42.190.090,00
Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil penghitungan Pajak
Penghasilan terutang, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum
penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus
dan metode saldo menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tabel 29. Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang
Tahun
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan
(Rp)
Penghasilan Kena Pajak (Rp)
Pajak Penghasilan Terutang (Rp)
Garis Lurus Saldo Menurun
Garis Lurus Saldo Menurun
Garis Lurus Saldo Menurun
Garis Lurus Saldo Menurun
2009 1.168.740.534 1.168.740.534 1.027.497.955 1.155.626.406 141.242.579 13.114.128 36.313.300 3.371.608
2010 1.919.232.029 1.919.232.029 1.655.747.955 2.141.208.671 263.484.074 - 58.196.132 -
2011 2.001.389.717 2.001.389.717 1.640.895.830 1.594.011.387 360.493.887 407.378.330 82.034.250 42.190.090
Total 5.089.362.280 5.089.362.280 4.324.141.741 4.890.846.463 765.220.539 420.492.458 176.543.682 45.561.697
Sumber: Data diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Tabel 29 menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan
hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun,
menghasilkan nilai yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan besarnya
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang juga berbeda dari
kedua metode penyusutan tersebut.
Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan hasil pengurangan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis
lurus, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp36.313.300,00, tahun 2010 sebesar
Rp58.196.132,00, dan tahun 2011 sebesar Rp82.034.250,00. Pajak
Penghasilan terutang, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum
penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo
menurun, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp3.371.608,00 dan tahun 2011
sebesar Rp42.190.090,00, sedangkan pada tahun 2010 tidak ada Pajak
Penghasilan terutang, karena perusahaan mengalami kerugian fiskal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
5. Penghitungan nilai sekarang (present value) Pajak Penghasilan terutang.
Setelah mengetahui Pajak Penghasilan yang terutang dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum
penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis lurus
dan metode saldo menurun, maka langkah berikutnya adalah menghitung
nilai sekarang dari Pajak Penghasilan terutang tersebut. Penghitungan nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang dilakukan, karena walaupun
berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi
biaya penyusutan sama, namun jika ditinjau dari nilai sekarang jumlahnya
akan menjadi berbeda. Maksud dari penghitungan nilai sekarang Pajak
Penghasilan terutang pada analisis data dalam penelitian ini, yaitu
penghitungan nilai sekarang dari biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan, namun karena hasil penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan digunakan untuk menghitung Pajak
Penghasilan terutang setelah dikurangkan dengan penghasilan bruto, maka
penghitungan nilai sekarang pada analisis data dalam penelitian ini adalah
penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian ini. Tingkat suku bunga SBI (Sertifikat
Bank Indonesia) akan digunakan sebagai faktor diskonto (discount factor)
dalam menghitung nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang. Tingkat
suku bunga SBI yang digunakan merupakan hasil dari rata-rata tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
suku bunga SBI per tahun. Tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2009
adalah 7,29%, tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2010 adalah 6,64%,
tingkat suku bunga SBI untuk tahun 2011 adalah 6,52%. Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang
adalah :
PV = FV 1(1 + i)di mana PV = nilai sekarang (present value Pajak Penghasilan)
FV = nilai masa depan (Pajak Penghasilan) pada akhir
tahun ke-n
n = jumlah tahun sampai mengetahui nilai sekarang Pajak
Penghasilan
i = tingkat suku bunga SBI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Berikut ini penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang,
berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus.
a. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 :
P2009 = Rp36.313.300,00 x 1 (1 + 0,0729)0
P2009 = Rp36.313.300,00 x 1
P2009 = Rp36.313.300,00
Jadi, nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 adalah
Rp36.313.300,00.
b. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 :
P2010 = Rp58.196.132,00 x 1 (1 + 0,0664)1
P2010 = Rp58.196.132,00 x 1
(1,0664)1
P2010 = Rp58.196.132,00
1,0664
P2010 = Rp54.570.811,00
Jadi, nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 adalah
Rp54.570.811,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
c. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 :
P2011 = Rp82.034.250,00 x 1 (1 + 0,0652)2
P2011 = Rp82.034.250,00 x 1
(1,0652)2
P2011 = Rp82.034.250,00
1,13458
P2011 = Rp72.303.626,00
Jadi, nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 adalah
Rp72.303.626,00.
Berikut ini penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang,
berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode saldo menurun.
a. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2009 :
P2009 = Rp3.371.608,00 x 1
(1 + 0,0729)0
P2009 = Rp3.371.608,00 x 1
P2009 = Rp3.371.608,00
Jadi, nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 adalah
Rp3.371.608,00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
b. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2010 :
Nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang pada tahun 2010 tidak dapat
diperoleh, karena tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang pada
tahun 2010.
c. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 :
P2011 = Rp42.190.090,00 x 1 (1 + 0,0652)2
P2011 = Rp42.190.090,00 x 1
(1,0652)2
P2011 = Rp42.190.090,00
1,13458
P2011 = Rp37.185.644,00
Jadi, nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang tahun 2011 adalah
Rp37.185.644,00 .
Berikut ini tabel yang menunjukkan nilai sekarang Pajak Penghasilan
terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan
biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Tabel 30. Penghitungan Nilai Sekarang Pajak Penghasilan Terutang
Tahun
Laba Sebelum Penyusutan dan Pajak Penghasilan (Rp)
Biaya Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan
(Rp)
Penghasilan Kena Pajak (Rp)
Pajak Penghasilan Terutang (Rp)
Nilai Sekarang Pajak Penghasilan (Rp)
Garis Lurus
Saldo Menurun
Garis Lurus
SaldoMenurun
Garis Lurus
SaldoMenurun
GarisLurus
Saldo Menurun
GarisLurus
Saldo Menurun
2009
1.168.740.534
1.168.740.534
1.027.497.955
2.054.995.911 141.242.579 13.114.128 36.313.300 3.371.608 36.313.300 3.371.608
2010
1.919.232.029
1.919.232.029
1.655.747.955 2.866.456.495 263.484.074 - 58.196.132 - 54.570.811 -
2011
2.001.389.717
2.001.389.717
1.640.895.830
2.083.007.809 360.493.887 407.378.330 82.034.250 42.190.090 72.303.626 37.185.644
Total
5.089.362.280
5.089.362.280
4.324.141.741 7.004.460.215 765.220.539 420.492.458 176.543.682 45.561.697 163.187.737 40.557.252Sumber: Data Diolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Tabel 30 menunjukkan bahwa total nilai sekarang Pajak Penghasilan
terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus, yaitu sebesar Rp163.187.737,00 sedangkan total nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang
yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak
Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun, yaitu sebesar
Rp40.557.252,00. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa total nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang
yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak
Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang
dihitung menggunakan metode garis lurus lebih besar dibandingkan total nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang
yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak
Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang
dihitung menggunakan metode saldo menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
6. Pemilihan metode penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang lebih tepat digunakan oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan.
Berdasarkan hasil penghitungan nilai sekarang Pajak Penghasilan
terutang, diketahui bahwa metode saldo menurun lebih tepat digunakan
oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi
beban Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama. Hasil penghitungan nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang menunjukkan bahwa total nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan
terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan
dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih kecil
dibandingkan total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan
Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba
sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode garis
lurus.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil analisis data dalam penelitian ini, yaitu berdasarkan gabungan hasil
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dari semua
kelompok ke dalam setiap tahun pajak, total biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan tahun 2009 dan 2010 yang dihitung menggunakan metode
saldo menurun lebih besar dibandingkan yang dihitung menggunakan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
garis lurus, sedangkan total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
tahun 2011 yang dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih kecil
dibandingkan yang dihitung menggunakan metode garis lurus.
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2009
yang dihitung menggunakan metode garis lurus adalah sebesar
Rp1.027.497.955,00, sedangkan total biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan pada tahun 2009 yang dihitung menggunakan metode saldo
menurun adalah sebesar Rp1.155.626.406,00. Total biaya penyusutan harta
berwujud bukan bangunan pada tahun 2010 yang dihitung menggunakan
metode garis lurus adalah sebesar Rp1.655.747.955,00, sedangkan total biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2010 yang dihitung
menggunakan metode saldo menurun adalah sebesar Rp2.141.208.671,00.
Total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun 2011 yang
dihitung menggunakan metode garis lurus adalah sebesar Rp1.640.895.830,00,
sedangkan total biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan pada tahun
2011 yang dihitung menggunakan metode saldo menurun adalah sebesar
Rp1.594.011.387,00.
Setelah menghitung biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan,
maka langkah berikutnya adalah menghitung besarnya Pajak Penghasilan
terutang PT. Prima Dwi Utama. Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp36.313.300,00, tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
2010 sebesar Rp58.196.132,00, dan tahun 2011 sebesar Rp82.034.250,00.
Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan hasil pengurangan laba sebelum
penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun, yaitu
pada tahun 2009 sebesar Rp3.371.608,00 dan tahun 2011 sebesar
Rp42.190.090,00, sedangkan pada tahun 2010 tidak ada Pajak Penghasilan
terutang, karena PT. Prima Dwi Utama mengalami kerugian fiskal.
Setelah mengetahui Pajak Penghasilan yang terutang dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011, maka langkah berikutnya adalah menghitung nilai
sekarang dari Pajak Penghasilan terutang tersebut. Total nilai sekarang Pajak
Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh
dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan
dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus, yaitu sebesar Rp163.187.737,00 sedangkan
total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang, berdasarkan Pajak Penghasilan
terutang yang diperoleh dari hasil pengurangan laba sebelum penyusutan dan
Pajak Penghasilan dengan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
yang dihitung menggunakan metode saldo menurun, yaitu sebesar
Rp40.557.252,00.
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, diketahui bahwa
penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan dengan
menggunakan metode saldo menurun lebih tepat digunakan oleh PT. Prima
Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Penghasilan PT. Prima Dwi Utama. Biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan yang dihitung menggunakan metode saldo menurun lebih besar
dibandingkan yang dihitung menggunakan metode garis lurus. Besar biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan
metode saldo menurun tersebut dapat menurunkan Penghasilan Kena Pajak
PT. Prima Dwi Utama. Penghasilan Kena Pajak menjadi Dasar Pengenaan
Pajak, sehingga Penghasilan Kena Pajak tersebut juga menurunkan Pajak
Penghasilan terutang dan menurunkan nilai sekarang Pajak Penghasilan
terutang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab V, maka dapat
disimpulkan bahwa penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan
bangunan dengan menggunakan metode saldo menurun lebih tepat digunakan
oleh PT. Prima Dwi Utama sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban
Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama. Biaya penyusutan harta berwujud
bukan bangunan pada PT. Prima Dwi Utama yang dihitung menggunakan
metode saldo menurun lebih besar dibandingkan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus. Besar biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan
pada PT. Prima Dwi Utama yang dihitung menggunakan metode saldo
menurun tersebut dapat menurunkan Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi
Utama. Penghasilan Kena Pajak PT. Prima Dwi Utama menjadi Dasar
Pengenaan Pajak, sehingga Penghasilan Kena Pajak tersebut juga menurunkan
Pajak Penghasilan terutang PT. Prima Dwi Utama dan menurunkan nilai
sekarang Pajak Penghasilan terutang PT. Prima Dwi Utama.
Total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang pada PT. Prima Dwi
Utama, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan
metode saldo menurun lebih kecil, yaitu sebesar Rp40.557.252,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
dibandingkan total nilai sekarang Pajak Penghasilan terutang PT. Prima Dwi
Utama, berdasarkan Pajak Penghasilan terutang yang diperoleh dari hasil
pengurangan laba sebelum penyusutan dan Pajak Penghasilan dengan biaya
penyusutan harta berwujud bukan bangunan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus, yaitu sebesar Rp163.187.737,00. Hal tersebut sekaligus
juga menunjukkan bahwa metode garis lurus sebagai metode penyusutan harta
berwujud bukan bangunan yang selama ini digunakan oleh PT. Prima Dwi
Utama tidak cukup tepat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi
beban Pajak Penghasilan PT. Prima Dwi Utama.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data penelitian yang dianalisis untuk memecahkan permasalahan dalam
penelitian ini hanya tiga tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2011.
2. Pada data berupa daftar harta berwujud bukan bangunan yang dimiliki PT.
Prima Dwi Utama, tidak dicantumkan bulan dilakukannya pengeluaran
untuk membeli harta berwujud bukan bangunan, melainkan PT. Prima
Dwi Utama hanya mencantumkan tahun perolehan harta berwujud bukan
bangunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
C. Saran
Saran dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagi PT. Prima Dwi Utama
Sebaiknya PT. Prima Dwi Utama menggunakan metode saldo menurun
dalam penghitungan biaya penyusutan harta berwujud bukan bangunan,
karena dapat menghasilkan Pajak Penghasilan terutang yang lebih kecil
dan harus dilakukan secara taat asas. Namun, PT. Prima Dwi Utama harus
mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi atas penggunaan metode
saldo menurun untuk menghitung biaya penyusutan dari harta berwujud
bukan bangunan yang sebelumnya juga telah dihitung oleh PT. Prima Dwi
Utama menggunakan metode garis lurus, karena kurang mengacu pada taat
asas. Risiko yang mungkin terjadi, yaitu adanya pemeriksaan dari pihak
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), kecuali atas penggunaan metode saldo
menurun untuk menghitung biaya penyusutan dari harta berwujud bukan
bangunan yang baru dibeli PT. Prima Dwi Utama.
2. Bagi peneliti berikutnya
Bagi peneliti berikutnya, sebaiknya menggunakan daftar harta berwujud
bukan bangunan yang lebih rinci untuk menghitung biaya penyusutan
harta berwujud bukan bangunan. Maksudnya, yaitu pada daftar harta
berwujud bukan bangunan dicantumkan juga bulan perolehan dari harta
berwujud bukan bangunan, agar hasil analisis data penelitian mengenai
ketepatan pemilihan metode penyusutan harta berwujud bukan bangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
sebagai salah satu cara untuk mengurangi beban Pajak Penghasilan
perusahaan bisa lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Intan Nursyah. 2003. “Perbedaan Kebijakan Akuntansi dan Fiskal: Penyusutan, Amortisasi, Leasing dan Revaluasi Aktiva Tetap”. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol. 3. (Agustus). No. 1: 28-35.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.
Aryanti, Yessica Dewi. 2013. “Penerapan Perencanaan Pajak untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan PT. “X” di Semarang”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2. No.1: 1-11.
Bank Indonesia. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indonesia/Versi+HTML/Sektor+Moneter/ Diakses tanggal 1 Mei 2013.
Bank Indonesia. Tentang Bank Indonesia.http://www.bi.go.id/web/id/ Diakses tanggal 25 Februari 2013.
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers dan Alan J. Marcus. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan, diterjemahkan oleh Y. Andri Zaimur. Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesepuluh. Buku Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesebelas. Buku Pertama. Salemba Empat, Jakarta.
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi Ketiga. CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran No. SE-03/PJ.41/2003 tentang Penyesuaian Fiskal Negatif Premi Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa, Asuransi Dwiguna dan Asuransi Beasiswa, yang Dibayarkan Premi Pemberi Kerja dan Premi tersebut Dihitung sebagai Penghasilan.
Direktorat Jenderal Pajak, Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Direktorat Jenderal Pajak, Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Dwi Hartono, Yohanes Aris. 2008. “Pemilihan Metode Depresiasi Aktiva Tetap untuk Perencanaan Pajak Penghasilan”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Gunawan, Aswin Yudhi. 2009. “Analisis Pemilihan Metode Penyusutan Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Meminimalkan Beban Pajak”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hardika, Nyoman Sentosa. 2007. “Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan Pajak”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 3. (Juli). No. 2: 103-112.
Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang. Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu. Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.
Jusup, Haryono. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi Ketujuh. STIE YKPN, Yogyakarta.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott J.R. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, diterjemahkan oleh Marcus Prihminto Widodo. Edisi Kesepuluh. Indeks, Jakarta.
Malvinas, Yohana Thresmaningsih. 2005. “Analisis Kebijakan Penentuan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud untuk Tax Planning”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mangunsong, Soddin. 2002. “Peranan Tax Planning dalam Mengefisienkan Pembayaran Pajak Penghasilan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 2. (November). No.1: 44-54.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Menteri Keuangan, Keputusan No. 138/KMK.03/2002 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 520/KMK.04/2000 tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan.
Menteri Keuangan, Peraturan No. 96/PMK.03/2009 tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan.
Menteri Keuangan, Peraturan No. 219/PMK.011/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 81/PMK.03/2009tentang Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Nawawi, H. Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Oentoro, Hendra. 2009. “Pengaruh Metode Depresiasi Bukan Bangunan terhadap Laba Fiskal, PPh Terutang, PPh Pasal 25, dan PPh Pasal 28A/29”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Salemba Empat, Jakarta.
Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Edisi Keempat. Salemba Empat, Jakarta.
Suwardjono. 2011. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.
Trisnawati, Asih. 2009. “Analisis Penentuan Metode Penilaian Persediaan dan Penentuan Metode Penyusutan Harta Berwujud untuk Tax Planning”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia. Edisi Delapan. Salemba Empat, Jakarta.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Widjaja, Siana M. 2001. “Kajian Hukum Pajak: Keuntungan Metode Saldo Menurun dari Metode Garis Lurus dalam Penyusutan”. Law Review. Vol. 1. (November). No. 2: 108-121.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 138/KMK.03/2002
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 520/KMK.04/2000 TENTANG JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK
DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNANUNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan kemudahan dan kepastian hukum dalam melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (11) Undang-undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 TAHUN 2000, perlu dilakukan perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tentang Jenis-jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 TAHUN 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);
2. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000tentang Keputusan Menteri Keuangan tentang Jenis-jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 520/KMK.04/2000 TENTANG JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN.
Pasal I
Mengubah ketentuan Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tentang Keputusan Menteri Keuangan tentang Jenis-jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
"Pasal 1
Jenis-jenis harta yang termasuk dalam masing-masing kelompok harta berwujud bukan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) Undang-undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran IVKeputusan Menteri Keuangan ini.
Untuk jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang tidak tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran IV Keputusan Menteri Keuangan ini dimasukan ke dalam kelompok III.
Apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa berdasarkan masa manfaat yang sesungguhnya harta berwujud bukan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat dimasukan ke dalam kelompok III, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan tersebut sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya kepada Direktur Jenderal Pajak.
Atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Direktur Jenderal Pajak atas Nama Menteri Keuangan harus memberikan suatu keputusan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan beserta dokumen pendukung secara lengkap.
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak belum memberikan suatu keputusan, maka permohonan dianggap diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Pasal II
Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 8 April 2002MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BOEDIONO
Lampiran IKeputusan Menteri KeuanganNomor : 138/KMK.03/2002Tanggal : 8 April 2002
Jenis-jenis Harta Berwujud YangTermasuk dalam Kelompok I
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, almari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.f. Alat dapur untuk memasak, makanan dan
minuman.g. Dies, jigs, dan mould.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin.
3. Industri makanan dan minuman
Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
4. Perhubungan pergudangan dan komunikasi
Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
5. Industri semi konduktor
Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination (PE8-1), pose checker.
Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Umumu.b.Kepala Bagian Tata Usaha Departemen
ttd.
Koemoro Warsito, S.HNIP 060041898
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd,-
BOEDIONO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran IIKeputusan Menteri KeuanganNomor : 138/KMK.03/2002Tanggal : 8 April 2002
Jenis-jenis Harta Berwujud YangTermasuk dalam Kelompok II
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam temasuk meja, bangku, kursi, almari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk speed boat dan sejenisnya.c. Container dan sejenisnya.
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan.
3. Industri makanan dan minuman
a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, magarine, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.
4. Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
5. Perkayuan Mesin dan peralatan penebangan kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
6. Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.
7. Perhubungan, pergudangan dan komunikasi
a. Truck kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truck peron, truck ngangkang, dan sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT;
e. Kapal balon.8. Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon;
b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
9. Industri semi konduktor
Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.
Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Umumu.b.Kepala Bagian Tata Usaha Departemen
ttd.
Koemoro Warsito, S.HNIP 060041898
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd,-
BOEDIONO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran IIIKeputusan Menteri KeuanganNomor : 138/KMK.03/2002Tanggal : 8 April 2002
Jenis-jenis Harta Berwujud YangTermasuk dalam Kelompok III
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1. Pertambangan selain minyak dan gas
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidangpertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
2. Permintalan, pertenunan dan pencelupan
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.
3. Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.4. Industri kimia a. Mesin peralatan yang mengolah/
menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).
5. Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).
6. Perhubungan, dan komunikasi
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
c. Dok terapung.d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat di atas 250 DWT.e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter
segala jenis.7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali
jarak jauh.
Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Umumu.b.Kepala Bagian Tata Usaha Departemen
ttd.
Koemoro Warsito, S.HNIP 060041898
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd,-
BOEDIONO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran IVKeputusan Menteri KeuanganNomor : 138/KMK.03/2002Tanggal : 8 April 2002
Jenis-jenis Harta Berwujud YangTermasuk dalam Kelompok IV
NomorUrut
Jenis Usaha Jenis Harta
1. Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi.
2. Perhubungan dan komunikasi
a. Lokomotif uap dan tender atas rel.b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan
dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.d. Kereta, gerbong penumpang dan barang,
termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Biro Umumu.b.Kepala Bagian Tata Usaha Departemen
ttd.
Koemoro Warsito, S.HNIP 060041898
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd,-
BOEDIONO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
LAMPIRAN 2
MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR 96/PMK.03/2009
TENTANG
JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTABERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (11) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 4893).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN.
Pasal 1
(1) Untuk keperluan penyusutan, harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008 dikelompokkan menjadi Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4.
(2) Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan pada Kelompok 1, Kelompok 2, Kelompok 3, dan Kelompok 4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 2
(1) Jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan yang tidak tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV, untuk kepentingan penyusutan digunakan masa manfaat dalam Kelompok 3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1).
(2) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (1), Wajib Pajak dapat memperoleh penetapan masa manfaat atas jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya.
(3) Untuk memperoleh penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Wajib Pajak harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menunjukkan masa manfaat yang sesungguhnya jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan.
(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditolak, Wajib Pajak menggunakan masa manfaat jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan penetapan masa manfaat yang sesungguhnya harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 4
Pada saat berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini, Keputusan Menteri Keuangan nomor 520/KMK.04/2000 tentang Jenis-Jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk Keperluan Penyusutan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK.138/KMK.03/2002, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Menteri Keuangan ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 15 Mei 2009
MENTERI KEUANGAN,
SRI MULYANI INDRAWATI
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Mei 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
ANDI MATTA LATTA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 105
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR : 96/PMK.03/2009
TENTANG : JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 1
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi
industri/jasa yang bersangkutan.f. Dies, jigs, dan mould.g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat
telepon, faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan,
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.
3. Industri makanan dan minuman
Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
4. Transportasi dan Pergudangan
Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
5. Industri semi konduktor
Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination (PE8-1), pose checker.
6. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris.
7. Jasa telekomunikasi selular
Base Station Controller.
MENTERI KEUANGAN
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR : 96/PMK.03/2009
TENTANG : JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 2
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
2. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
3. Industri makanan dan minuman
a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan.
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.
4. Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
5. Perkayuan, kehutanan
a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan
atau memproduksi bahan atau barang kehutanan.
6. Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
7. Transportasi dan Pergudangan
a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck ngangkang, dan sejenisnya;
b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
c. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;
d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT;
e. Kapal balon.
8. Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon;b. Pesawat telegraf termasuk pesawat
pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon.
9. Industri semi konduktor
Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full automatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.
10. Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam
Spoolling Machines, Metocean Data Collector.
11. Jasa Telekomunikasi Seluler
Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor Location Register. Authentication Centre, Equipment Identity Register, Intelligent Network Service Control Point, intelligent Network Service Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena.
MENTERI KEUANGAN
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR : 96/PMK.03/2009
TENTANG : JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 3
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1. Pertambangan selain minyak dan gas
Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan.
2. Permintalan, pertenunan dan pencelupan
a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).
b. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.
3. Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya.
b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
4. Industri kimia a. Mesin peralatan yangmengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.
b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).
5. Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
6. Transportasi dan Pergudangan
a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
b. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
c. Dok terapung.d. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat di atas 250 DWT.e. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter
segala jenis.
7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.
MENTERI KEUANGAN
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR : 96/PMK.03/2009
TENTANG : JENIS-JENIS HARTA YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK HARTA BERWUJUD BUKAN BANGUNAN UNTUK KEPERLUAN PENYUSUTAN
JENIS-JENIS HARTA BERWUJUD YANG TERMASUK DALAM KELOMPOK 4
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
1. Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi.
2. Transportasi dan Pergudangan
a. Lokomotif uap dan tender atas rel.b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan
dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.
c. Lokomotif atas rel lainnya.d. Kereta, gerbong penumpang dan barang,
termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Nomor Jenis Usaha Jenis Harta
e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
g. Dok-dok terapung.
MENTERI KEUANGAN
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
LAMPIRAN 3
DAFTAR PERTANYAAN YANG DIGUNAKAN DALAM WAWANCARA
A. Sejarah PT. Prima Dwi Utama
1. Kapan PT. Prima Dwi Utama mulai didirikan ?
2. Dimana PT. Prima Dwi Utama didirikan ?
3. Siapa pendiri PT. Prima Dwi Utama ?
4. Siapa pemilik PT. Prima Dwi Utama sekarang?
5. Apa yang menjadi latar belakang PT. Prima Dwi Utama didirikan ?
6. Apa yang menjadi tujuan PT. Prima Dwi Utama didirikan ?
7. Bagaimana perkembangan PT. Prima Dwi Utama sampai saat ini ?
B. Lokasi PT. Prima Dwi Utama
1. Di manakah lokasi PT. Prima Dwi Utama berada ?
2. Apa yang mendasari pemilihan lokasi PT. Prima Dwi Utama ?
C. Personalia
1. Bagaimanakah cara perekrutan karyawan ?
2. Berapakah jumlah karyawan saat ini ?
3. Bagaimanakah pengaturan jam kerja karyawan saat ini ?
4. Bagaimanakah sistem penggajian karyawan ?
5. Apakah PT. Prima Dwi Utama memberikan pendidikan atau pelatihan
kepada karyawan ?
6. Apakah PT. Prima Dwi Utama memberikan jaminan kesejahteraan
kepada karyawan ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
D. Struktur Organisasi
1. Bagaimanakah struktur organisasi PT. Prima Dwi Utama ?
2. Apa saja bagian-bagian yang terdapat dalam PT. Prima Dwi Utama ?
3. Bagaimanakah tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian ?
E. Akuntansi
1. Bagaimana daftar harta berwujud bukan bangunan milik PT. Prima Dwi
Utama ?
2. Mulai kapan harta berwujud bukan bangunan tersebut diperoleh dan
digunakan PT. Prima Dwi Utama ?
3. Berapa masa manfaat atau umur ekonomis masing-masing harta berwujud
bukan bangunan tersebut ?
4. Apakah metode penyusutan secara fiskal dan penyusutan secara komersial
yang digunakan PT. Prima Dwi Utama sama ?
5. Metode apa yang digunakan PT. Prima Dwi Utama dalam melakukan
penyusutan secara fiskal dan penyusutan secara komersial ?
6. Mengapa PT. Prima Dwi Utama menggunakan metode penyusutan
tersebut ?
7. Bagaimana laporan laba rugi PT. Prima Dwi Utama dari tahun 2009
sampai dengan 2012 ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI