plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · a. latar belakang penyelenggaraan...

114
PROFIL PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN HARAPAN PENDERITA ASMA DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Maria Theresia Ghea NIM : 108114195 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: halien

Post on 05-May-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

PROFIL PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN HARAPAN

PENDERITA ASMA DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Maria Theresia Ghea

NIM : 108114195

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi

kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

Ia Menjadikan Semua Indah Pada Waktunya

(Pengkotbah 3 : 11a)

Setetes air matamu DIA perhitungkan,

Sepatah katamu DIA dengarkan,

Sekecil-kecilnya masalahmu DIA pedulikan,

DIA-lah Tuhan yang mengerti akan hidupmu.

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya

Bapak dan ibuku tercinta yang selalu mendukungku Ka omint,i’in dan serno, saudaraku tersayang

Almamater

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas

rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Profil Pelayanan

Informasi Obat dan Harapan Penderita Asma di Kabupaten Sleman” dapat

diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas

Farmasi pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014. Penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini tidak akan pernah berhasil diselesaikan tanpa adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M. Si., Ph. D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing atas dukungan, arahan

serta semangat yang telah diberikan selama penulis menyusun skripsi

2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm.,

Apt., M.Sc selaku dosen penguji

3. Kedua orangtuaku Bonefasius Be’o, S. Pd dan Presedis Sole serta ketiga

saudaraku yang dengan tulus ikhlas memberikan dukungan berupa kasih

sayang, nasehat, doa dan materi dalam setiap langkah hidup penulis

4. Seluruh penderita asma yang menjadi responden dalam penelitian ini yang

secara tidak langsung telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

5. Segenap dosen pengajar, staf bagian sekretariatan serta laboran fakultas

farmasi universitas sanata dharma atas dukungan dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

PRAKATA .................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

INTISARI ...................................................................................................... xv

ABSTRACT .................................................................................................... xvi

BAB I. PENGANTAR .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................... 4

2. Keaslian penelitian .......................................................................... 4

3. Manfaat penelitian ........................................................................... 6

a. Manfaat teoritis ........................................................................... 6

b. Manfaat praktis ........................................................................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

x

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1. Tujuan umum .................................................................................. 7

2. Tujuan khusus ................................................................................. 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 8

A. Pelayanan Informasi Obat ....................................................................... 8

B. Pelayanan Informasi Obat Di Apotek ………………............................. 13

1. Informasi tertulis .............................................................................. 14

2. Informasi lisan .................................................................................. 14

C. Pharmaceutical Care ……………….…………………………………. 18

D. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma ….……...……………….. 19

E. Asma ...………………………………………………………………… 21

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma ................. 22

2. Gejala ............................................................................................... 23

3. Penatalaksanaan asma ...................................................................... 24

F. Metode Penelitian ……………………………………………………… 25

G. Keterangan Empiris .…………………………………………………… 26

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 27

B. Variabel Penelitian .................................................................................. 27

C. Definisi Operasional Penelitian ............................................................... 27

D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................. 28

E. Subyek Penelitian .................................................................................... 28

F. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xi

G. Instrumen Penelitian ................................................................................ 29

H. Tata Cara Penelitian ................................................................................ 30

1. Studi pendahuluan atau orientasi ..................................................... 30

2. Pembuatan kuesioner ....................................................................... 30

3. Pengujian kuesioner ......................................................................... 31

4. Penyebaran kuesioner dan pengumpulan kuesioner ........................ 31

I. Etika Penelitian ...................................................................................... 32

J. Teknik Analisis Data .......................................................................... 32

K. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 36

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 36

1. Deskripsi karakteristik responden .................................................... 37

2. Profil pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma di

apotek di Kabupaten Sleman............................................................ 38

3. Harapan penderita asma terhadap pengobatan yang diterima di

apotek di Kabupaten Sleman............................................................. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 74

A. Kesimpulan ............................................................................................. 74

B. Saran ....................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76

LAMPIRAN .................................................................................................. 81

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I Karakteristik penderita asma pada bulan Februari-April 2014 ....... 37

Tabel II Komponen informasi mengenai penyakit asma .............................. 40

Tabel III Komponen informasi mengenai obat asma ..................................... 58

Tabel IV Harapan penderita asma terhadap pelayanan informasi obat di

apotek ……………………………………………………………..

70

Tabel V. Tabulasi data ................................................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Frekuensi pelayanan informasi mengenai faktor pencetus

asma yang diterima penderita…………………………………

43

Gambar 2. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai pemeriksaan

penunjang yang diterima penderita asma……………………..

45

Gambar 3 Frekuensi pelayanan informasi obat asma mengenai hal yang

dilakukan ketika terjadi serangan yang diterima penderita……

47

Gambar 4. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai tingkat

keparahan penyakit asma yang diterima penderita……………

49

Gambar 5. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai gejala asma

yang diterima penderita………………………………………

53

Gambar 6. Persentase pelayanan informasi penyakit asma yang diterima

penderita asma ...........................................................................

57

Gambar 7. Persentase pelayanan informasi obat yang diterima penderita

asma ...........................................................................................

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Validasi kuesioner ....................…………………………… 82

Lampiran 2. Kuesioner penelitian ............................................................. 85

Lampiran 3. Tabulasi data ......................................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xv

INTISARI

Mutu pelayanan kesehatan di apotek diatur oleh aturan standar pelayanan

yang ditetapkan oleh menteri kesehatan RI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelayanan informasi

obat yang diterima dan harapan penderita asma di Kabupaten Sleman. Jenis

penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Responden

dalam penelitian ini adalah penderita asma yang pernah menebus obat dan

menerima pelayanan informasi obat di apotek di Kabupaten Sleman serta bersedia

mengisi kuesioner sebagai instrumen dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan

dengan statistik deskriptif menggunakan program komputer.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak semua komponen informasi

mengenai penyakit dan obat asma diterima oleh responden dan harapan responden

terhadap pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker adalah apoteker

menjelaskan informasi penyakit dan obat asma mengenai efek samping, indikasi,

kontraindikasi dan pantangan makanan/minuman. Oleh karena itu, perlu peran

pemerintah melalui dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan apoteker dalam

melakukan pelayanan kefarmasian di apotek.

Kata Kunci : Asma, Pelayanan Informasi Obat, Harapan penderita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

xvi

ABSTRACT

Quality of health services in pharmacy governed by standard rules of

service set by the Indonesia’s health minister.

This study aims are to learn about profile of drug information services

received and expected from patients with asthma in pharmacy of Sleman district.

This study is a descriptive with cross-sectional study design. Respondents in this

study were patients with asthma who had redeem a drug and receive drugs

information service in pharmacy in Sleman district and willing to fill in a

questionnaire as an instrument in this study. The data were analyzed using

descriptive statistics computer program.

Study’s result states that not all of information about asthma and asthma

medication information received by asthma patients in a pharmacy of Sleman

district and respondents expect drug’s information service given by pharmacist is

that pharmacist explain informations about asthma and asthma medicationtion

about side effects, indications, contraindications and abstinence of food / drinks.

So, there is a need for participation of government through health department to

supervise pharmacist in doing pharmacy services in pharmacy.

Keywords: Asthma, Drug Information Service, patients expectation.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di

Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

antara lain KepMenKes RI Nomor 1027/MenKes/2004 tentang standar pelayanan

kefarmasian di apotek. Undang – undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 4

menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan,pada pasal 5 ayat 2 juga

dinyatakan setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu dan terjangkau (DepKes, 2009 b). Oleh karena itu, setiap

tenaga kesehatan, khususnya apoteker, wajib memberikan pelayanan terbaik untuk

menunjang kesehatan warga negara Indonesia melalui praktek pelayanan

kefarmasian. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada

pengolahan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Pada proses pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang

memegang peranan penting pada sebagian besar upaya kesehatan baik untuk

menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah

penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Namun, di sisi lain

obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaanya

tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan

lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

2

terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan

keamanan dalam penggunaan obat.

Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan pola penyakit di

masyarakat yaitu meningkatnya prevalensi penyakit kronik (Depkes RI, 2001).

Salah satu penyakit kronik yang memerlukan terapi seumur hidup selain

perubahan pola hidup adalah asma. Asma didefinisikan penyakit kronis saluran

pernapasan yang ditandai dengan inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap

berbagai stimulus, dan penyempitan saluran napas yang bisa kembali secara

spontan atau jika diterapi dengan obat yang tepat (DepKes RI, 2007). Asma

banyak diderita oleh anak-anak dan dewasa baik di negara maju maupun di negara

berkembang. Sekitar 300 juta manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan

akan terus meningkat hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025. Satu dari 250

orang yang meninggal adalah penderita asma (WHO, 2011), sehingga dalam

penatalaksanaannya membutuhkan perhatian yang lebih serius.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada anak sekolah usia 13-14

tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma

and Allergy inChildren) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih diangka

yang cukup rendah yaitu 2,1%, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi

5,2%. Prevalensi asma di Jakarta mencapai angka 7,25%. Menurut data dari

Depkes diprediksi jumlah penderita penyakit asma di Indonesia semakin

meningkat dari tahun 1996 yang hanya 5% menjadi 15 % pada tahun 2005.

Khusus daerah Yogyakarta prevalensi penyakit asma sebesar 3,46% (Oemiati,

2010). Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Yogyakarta menyebutkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

3

bahwa asma termasuk dalam peringkat ke-3 penyebab kunjungan pasien ke rumah

sakit, dan juga menempati peringkat pertama pada tahun 2010.

Dampak buruk asma mengakibatkan menurunnya kualitas hidup,

produktivitas menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan,

harus dirawat di rumah sakit dan bahkan menyebabkan kematian. Hal ini

membutuhkan pelayanan pengobatan asma yang rasional dan sesuai standar

pelayanan agar tingkat kekambuhan dapat diminimalisir (Stevani, 2007). Melihat

fakta diatas maka perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak khususnya tenaga

kesehatan dalam peningkatan pengobatan asma (DepKes RI, 2005).

DinKes RI (2007) menerbitkan standar yang secara khusus membahas

mengenai pharmaceutical care untuk penyakit asma. Pada standar ini terdapat

penjelasan tentang beberapa hal yang seharusnya diterima oleh pasien asma saat

memperoleh pelayanan informasi mengenai penyakit dan terapi yang diterima

berkaitan dengan informasi frekuensi pemakaian obat, jalur atau rute pemberian

obat, lama pengobatan, efek samping, kontraindikasi, cara penyimpanan, faktor

pencetus timbulnya kekambuhan, cara pencegahan, dan apa saja yang harus

dihindari pada saat menjalani pengobatan. Diharapkan dengan adanya pedoman

ini pasien lebih banyak menerima informasi mengenai penyakit yang dideritanya

dan dapat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kualitas hidup.

Pelayanan informasi yang jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias,

etis, bijaksana, dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang

rasional oleh pasien. Penyerahan obat kepada pasien harus disertai dengan

pemberian informasi secara lisan dan tulisan. Informasi lisan sekurang-kurangnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

4

terdiri dari: informasi frekuensi, cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, efek samping obat, aktifitas, dan makanan serta

minuman yang harus dihindari selama terapi. Informasi tulisan dalam bentuk

label/etiket meliputi nama, aturan pakai, cara pakai, dan tanggal penyerahan

(Depkes, 2006 a).

Penderita asma membutuhkan perawatan dalam jangka waktu yang

panjang sehingga kepatuhan dalam penggunaan obat menjadi prioritas. Pada

penderita asma rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali seperti

halnya penderita rawat inap dan penderita harus bertanggung jawab terhadap

kesehatannya sendiri.

Melihat hal-hal yang terjadi di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai profil pelayanan informasi obat dan harapan

penderita asma di Kabupaten Sleman.

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan terfokus pada beberapa

permasalahan seperti berikut:

a. Seperti apakah pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma di

apotek di Kabupaten Sleman?

b. Apakah harapan penderita terhadap pelayanan informasi obat asma di

Kabupaten Sleman?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai profil pelayanan informasi obat dan harapan

penderita asma di Kabupaten Sleman sejauh ini belum pernah dilakukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

5

peneliti lain. Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai

pelayanan informasi obat adalah sebagai berikut:

a. Purba (2012), meneliti evaluasi ketersediaan pelayanan informasi obat resep

captropil sebagai anti hipertensi di apotek – apotek wilayah Kota Yogyakarta.

Penelitian ini terfokus pada obat captropil untuk penyakit hipertensi

sedangkan pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti difokuskan pada

penyakit asma.

b. Djunaria (2010), meneliti assessment pelayanan informasi obat penyakit

infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) oleh petugas penyerah obat di

puskesmas kota Pangkal Pinang Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini

terfokus pada penyakit ISPA, penelitian dilakukan di puskesmas dan di

tempat yang berbeda yaitu di kota Pangkal Pinang Provinsi Bangka Belitung

dan subyek penelitian adalah seorang penyerah obat. Sedangkan pada

penelitian yang dikerjakan oleh peneliti dilaksanakan di apotek dengan

subyek penelitian adalah seorang konsumen atau penderita yang pernah

menebus obat di apotek dan dilakukan di wilayah Kota Yogyakarta.

c. Handayani, Gitawati, Muktiningsih dan Raharni (2006), meneliti eksplorasi

pelayanan informasi obat yang dibutuhkan pasien apotek dan kesiapan

apoteker memberi informasi terutama untuk penyakit kronik dan degeneratif.

Subyek penelitian adalah seorang apoteker, dan tidak difokuskan pada jenis

penyakit kronik atau degeneratif tertentu. Sedangan yang peneliti lakukan

lebih terfokus pada penyakit asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

6

d. Puspitasari (2001), meneliti mengenai motivasi konsumen terhadap layanan

informasi dan konsultasi obat di apotek di Kota Yogyakarta. Penelitian ini

lebih difokuskan pada motivasi konsumen terhadap informasi dan konsultasi

yang diterima di apotek sedangkan yang peneliti lakukan yaitu bertujuan

mengetahui seperti apakah profil pelayanan informasi obat yang diterima

pasien asma.

e. Suhartati (2014), meneliti mengenai penerapan standar pelayanan

kefarmasian pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota

Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta dan meneliti semua

aspek mengenai pelayanan kefarmasian sedangkan yang peneliti lakukan

lebih difokuskan kepada pelayanan informasi obat dan lokasinya di

kabupaten Sleman.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kesesuaian maupun

hal yang tidak sesuai dalam penerapan pharmaceutical care pada pasien asma

menurut standar dalam KepMenKes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 dan

Bina Farmasi Deprtemen Kesehatan RI tahun 2007.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan masukan informasi dan referensi

kepada apoteker di apotek mengenai pelayanan kefarmasian sebagai bahan

pertimbangan dalam peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum

khususnya bagi penderita asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

7

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendapatkan profil

pelayanan informasi obat dan harapan penderita asma di Kabupaten Sleman.

2. Tujuan khusus

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk

a. Mengidentifikasi pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma

di Kabupaten Sleman.

b. Mengidentifikasi harapan penderita terhadap pelayanan informasi obat

yang diterima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pelayanan Informasi Obat

Peran apoteker dalam pelayanan informasi obat bukanlah hal yang baru.

Asas kontribusi apoteker pada pelayanan kesehatan adalah pengetahuan yang

mendalam tentang obat. Instalasi farmasi adalah sentra informasi obat karena

instalasi ini wajib memelihara sumber informasi yang sesuai dan mengembangkan

mekanisme untuk mengevaluasi informasi serta meneruskannya kepada staf

profesional rumah sakit dan kepada penderita (Siregar dan Amalia, 2004).

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan

oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya dan kepada pasien (Depkes RI,

2004). Pelayanan informasi obat adalah salah satu bentuk kerja kefarmasian yang

diberikan kepada konsumen selaku pengguna obat berdasarkan kepada konsep

pharmaceutical care. Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya

meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu

penggobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama

terapi (DepKes RI, 2006 a).

Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian

informasi obat yang bersifat pasif atau aktif. Pelayanan yang bersifat aktif apabila

apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak

menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

9

misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya. Pelayanan

bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi

obat sebagai jawaban atas pernyataan yang diterima (DepKes, 2004).

Pelayanan informasi obat adalah suatu kegiatan menyediakan informasi

mengenai obat yang obyektif dan akurat kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Sasaran informasi obat terdiri dari pasien/keluarga pasien, tenaga kesehatan

seperti dokter, apoteker, perawat, bidan, asisten apoteker, dan lain-lain, serta

pihak lain seperti manajemen tim/kepanitiaan klinik dan lain-lain (Ikawati, 2010).

Menurut DepKes (2004) menyatakan bahwa kegiatan dalam pelayanan

informasi obat meliputi:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif,

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka,

c. Membuat leaflet dan buletin,

d. Menyediakan informasi bagi komite/panitia farmasi dan terapi sehubunggan

dengan penyusunan formularium rumah sakit,

e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan

lainnya,

f. Mengkordinasikan penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

Pasien memerlukan informasi tentang obat yang mereka terima,

mencakup cara penggunaan, penyimpanan, efek samping, dan cara menangani

efek samping, serta cara memantau efek samping obat. Suatu sistem pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

10

kesehatan dapat meyediakan mutu obat yang tetinggi, tetapi jika obat itu

digunakan secara tidak tepat, maka pasien tidak dapat memperoleh manfaat atau

bahkan menimbulkan efek yang merugikan. Walaupun akses kepada informasi

obat yang baik tidak menjamin penggunaan obat yang tepat, namun informasi

obat itu pasti merupakan persyaratan dasar untuk keputusan penggunaan obat

yang rasional (Siregar dan Amalia, 2004).

Menurut DepKes (2006 a), pelayanan informasi obat harus benar, jelas,

mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini sangat diperlukan

dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.

Informasi obat yang lazim diperlukan pasien meliputi :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,

apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah

obat diminum sebelum atau sesudah makan,

b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus

dihabiskan meskupun sudah teras sembuh,

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.

Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan

obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat

tetes mata, obat dalam bentuk inhaler, krim/salep dan suppositoria,

d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya

berkeringat, mengantuk, kurang kesadaran, tinja berubah warna, dan

sebagainya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

11

e. Hal-hal yang mungkin timbul. Misalnya efek samping obat, interaksi obat

dengan obat lain atau makanan tertentu, dan kontraindikasi obat tertentu

dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui,

f. Cara penyimpanan yang baik untuk obat tersebut (Setiadji, 1996).

Salah satu penyebab ketidaktaatan penggunaan obat adalah tidak adanya

atau kurangnya komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan sehingga

menyebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap penyakit

yang diderita dan pengobatannya. Kurangnya komunikasi ini disebabkan

informasi obat dianggap kurang penting atau dibeberapa pelayanan kesehatan

petugas belum paham informasi apa saja yang perlu diberikan dan menganggap

informasi mengenai cara pakai obat saja sudah cukup (Sunarsih, 2002).

Untuk mengembangkan pelayanan informasi obat yang obyektif harus

memenuhi beberapa kriteria (WHO, 1993), yaitu:

a. Informasi harus berdasarkan standar yang telah disepakati serta menjamin

ketepatan dan obyektifitas dari informasi,

b. Informasi yang relevan harus resedia pada saat diperlukan,

c. Terjangkau dan dapat dimengerti oleh petugas,

d. Luwes, dapat diberikan dengan berbagai cara dan bentuk,

e. Relevan dengan kebutuhan pengguna,

f. Obyektif,tanpa disertai pesan-pesan promosi,

g. Dikembangkan dengan masukan dari para pengguanya,

h. Telah diuji coba dalam tingkat penerimaan dan manfaatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

12

Pelayanan informasi obat dapat diukur dengan menggunakan indikator

pelayanan pasien (WHO, 1993) sebagai berikut:

a. Rata-rata waktu penyerahan obat, yaitu mengukur rata-rata waktu petugas

memberikan obat kepada pasien, yang dimulai pada saat pasien dipanggil dan

berada diloket sampai meninggalkan loket,

b. Persentase obat diberikan dengan etiket yang benar, yaitu mengukur tingkat

informasi tertulis yang diberikan pada kemasan obat,

c. Persentase pasien yang memahami informasi obat yang benar, yaitu mengukur

efektifitas informasi obat yang diberikan kepada pasien.

Informasi tentang suatu obat dan promosi yang dilakukan sangat

mempengaruhi penggunaan obat tersebut dan tinggi rendahnya pemahaman

konsumen mengenai produk tergantung pada tingkat kebenaran informasi yang

disampaikan penjual atau pengusaha serta daya tangkap konsumen yang

bersangkutan (Siregar, 1994). Untuk mejaga dan memajukan kesehatan, kekuatan

metal dan fisik rakyat adalah pemberian informasi yang cukup mengenai obat

pada orang yang memerlukan informasi oleh orang yang dalam kedudukannya

bias memberikan informasi tersebut dan orang yang diharapkan tahu banyak

tentang obat adalah apoteker. Karena hal tersebut adalah bidangnya dan menjadi

tanggung jawabnya (Anief, 2001).

Menurut Kimia Farma (2003) menyatakan pasien perlu informasi obat

dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

a. Interpretasi pasien beragam terhadap etiket/label obat(signa)

b. Tingkat pemahaman pasien beragam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

13

c. Tingkat kepatuhan pasien beragam

d. Efek samping obat yang mungkin terjadi

e. Obat populer untuk terapi penyakit tertentu dipakai untuk penyakit lain

Informasi obat bagi para pelaku pelayanan berfungsi untuk menyegarkan

kembali pengetahuan mengenai obat dan meningkatkan pengambilan keputusan

dalam memberikan informasi tentang penggunaan obat paa waktu melayani

pasien. Informasi obat juga penting untuk meningkatkan pengetahuan obat dan

penggunaannya secara rasional (Trisna, 2007).

B. Pelayanan Informasi Obat Di Apotek

Ada berbagai macam definisi dari informasi obat, tetapi pada umumnya

maksud dan intinya sama saja. Salah satu definisinya adalah informasi obat

merupakan setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan

terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi dan farmakoterapi obat.

Informasi obat mencakup tetapi tidak terbatas pada pengetahuan seperti nama

kimia, struktur dan sifat fisika-kimia, identifikasi, indikasi diagnostik atau indikasi

terapi, mekanisme kerja, waktu mulai kerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal

pemberian, dosis yang direkomendasikan, absorbsi, metabolisme detoksifikasi,

ekskresi, efek samping dan reaksi merugikan, kontraindikasi, interaksi, harga,

keuntungan. Tanda dan gejala, pengobatan toksisitas dan setiap informasi lainnya

yang berguna dalam diagnosis dan pengobatan pasien (Siregar, 2006).

Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan, pengkajian,

pengevaluasian, pengindeksan, pendistribusian, penyebaran atau penyampaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

14

informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode kepada

pengguna atau keluarga pengguna (Siregar, 2006). Ada dua jenis metode utama

dalam pelayanan informasi obat kepada pasien, yaitu dengan metode lisan dan

tertulis. Apoteker perlu memutuskan kapan suatu jenis metode akan digunakan

untuk memberikan pelayanan informasi obat yang lebih tepat. Dalam banyak

situasi klinik, pemberian informasi lisan biasanya diikuti dengan pemberian

informasi tertulis.

1. Informasi tertulis

Informasi tertulis merupakan dokumentasi informasi tertentu yang

diberikan kepada pasien atau keluarga pasien. Keuntungan dari format tertulis

adalah memungkinkan pasien untuk membaca ulang informasi tersebut dan secara

pelan-pelan menginterpretasikan informasi tersebut (Siregar, 2006). Pemberian

informasi obat secara tertulis dapat dilakukan oleh apoteker dengan jalan

memberikan bulletin, leaflet, label obat ataupun catatan kecil kepada pasien

(Anonim, 2004).

2. Informasi lisan

Setelah ditetapkan bahwa informasi lisan adalah tepat, apoteker perlu

memutuskan jenis metode informasi lisan yang digunakan. Ada dua jenos metode

pemberian informasi secara lisan, yaitu komunikasi tatap mukadan komunikasi

telepon. Komunikasi tatap muka dengan pasien lebih disukai karena lebih

membantu apoteker dalam menilai keberhasilan pemberian informasi obat yang

dilakukan (Siregar, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

15

Mewujudkan pengertian dan penerimaan yang baik antara pasien dan

apoteker dalam pelaksanaan konsultasi, menurut Santoso (1994), idealnya

mencakup beberapa komponen informasi seperti disebut berikut ini:

a. Informasi tentang masalah kesehatan

Pasien seharusnya diberkan informasi yang sesuai dengan maslah kesehatan

yang dideritanya

b. Informasi tentang perawatan

c. Informasi tentang obat dan pemilihan obat

Tujuan yang spesifik dari setiap pemilihan obat dan kerja obat harus

diinformasikan secara benar dan objektif. Informasi ini meliputi informasi

tentang dosis, frekuensi pemakaian, dan durasi pengobatan

d. Informasi tentang reaksi obat yang digunakan

Pemberian informasi ini seringkali tidak dilakukan karena dirasakan tidak

penting bagi pasien untuk mengetahui bagaimana reaksi obat yang digunakan.

Penjelasan tentang resiko penggunaan obat tidaklah mudah, akan tetapi perlu

diberikan informasi tentang segala sesuatu yang mungkin terjadi.

e. Informasi tentang pengawasan perawatan

Pada akhirnya pasien perlu diberikan informasi tentang bagaimana melakukan

pengawasan terhadap akibat dari pengobatan yang dipilihnya. Untuk beberapa

kasus, saat dimana efek yang diharapkan terjadi adalah sangat penting untuk

diinformasikan. Pasien juga perlu diinformasikan tentang apa yang harus

dilakukan apabila terjadi efek samping yang tidak diinginkan (side effect). Saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

16

ini sangat banyak faktor yang mempengaruhi ketaatan pengobatan. Adapun

faktor tersebut adalah (Bauman, 2005):

1) Kompleksnya pengobatan

Kompleksnya pengobatan yang diberikan akan mempengaruhi ketaatan

pengobatan pasien. Penggunaan obat asma dengan cara inhalasi sering

dirasakan rumit oleh pasien. Hal ini membuat pasien cenderung memilih

pengobatan yang lebih mudah, walaupun tidak sesuai standar, seperti

penggunaan obat secara oral.

2) Kemampuan memahami informasi

Data menunjukan informasi dan instruksi pengobatan baik dari dokter,

apoteker maupu dari brosur penjelasan sangat sulit untuk dipahami pasien.

Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien, latar belakang

budaya dan keterampilan penerimaan informasi. Banyak pasien asma

menggunakan obatnya hanya ketika timbul gejala. Untuk alasan yang

sama, penggunaan obat pelega lebih tinggi dibandingkan dengan obat

pengontrol (pencegah), karena obat pelega secara langsung menyebabkan

bronkodilatasi, maka efeknya lebih cepat dirasakan oleh pasien.

3) Kepercayaan pasien

Pasien pergi berobat sering karena kepercayaan tentang penyakitnya.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kepercayaan tentang penyakit,

manfaat dan hambatannya, berpengaruh terhadap ketaatan pengobatan

pasien. Penyakti akut/kronik atau penyakit yang menimbulkan rasa sakit

dan mengancam jiwa pasiennya, memerlukan tingkat ketaatan yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

17

tinggi dibandingkan penyakit yang tidak berat. Penyakit asma dalah

penyakit kronik yang dalam kondisi ringan memberikan gejala klinis yang

bersifat reversible sehingga pasien asma seringkali menganggap

penyakitnya tidak menimbulkan masalah yang berat pada dirinya.

4) Sikap terhadap pengobatan

Komunikasi dan pertanyaan terbuka sangat membantu untuk menemukan

sikap pasien terhadap pengobatan. Sikap terhadap pengobatan

berhubungan dengan bahaya pengobatan yang diberikan, bahaya

ketergantungan dan sikap anti terhadap pengobatan.

5) Komunikasi pasien dengan tenaga kesehatan

Kualitas dari interkasi pasien dengan tenaga kesehatan memberikan

pengaruhutama terhadap perilaku pengobatan pasien. Pada

penatalaksanaan asma, tenaga kesehatan kurang memperhatikan terkait

pemberian infromasi yang cukup, karena waktu yang tersedia terbatas.

Idealnya tenaga kesehatan terutama dokter dan apoteker menyediakan

informasi yang cukup, meskipun singkat tetapi dapat mudah dimengerti

dan diingat oleh pasien. Informasi yang diberikan juga jangan terlalu

berlebihan, karena pasien sering sekali melupakan sebagian dari informasi

yang diberikan, meskipu informasi yang diberikan sudah jelas (Bauman,

2005). Komunikasi yang baik akan meningkatkan motivasi pasien untuk

taat terhadap pengobatannya dan rasa percaya terhadap penatalaksanaan

penyakitnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

18

Situasi ketika pasien telah mendapat resep, maka komponen informasi

yang harus diberikan meliputi (Suryawati, 1998):

a. Memberikan informasi nama obat dan indikasi/kegunaan obat,

b. Informasi mengenai cara penggunaan dan aturan pakai khusus,

c. Informasi mengenai efek samping, kontaindikasi, dan peringatan, serta apa

yang harus dilakukan kalau terjadi efek samping yang tak diharapkan,

d. Informasi mengenai cara penyimpanan obat dirumah, dan bagaimana

mengetahui kalau obat telah rusak.

Apotek sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan memiliki

kekuatan yang harus diperhatikan, yaitu harus disadari bahwa obat merupakan

komoditi khusus yang harus dilayani kepada pasien dengan informasi. Hal ini

yang membedakan apotek dengan toko obat biasa. Kebutuhan penggunaan jasa

informasi, perilaku kebutuhan informasi, tingkat penerimaan informasi perlu

diketahui untuk mengembangkan pelayanan informasi tersebut. Seringkali

kegagalan informasi disebabkan pelayanan yang diberikan belum tentu sesuai

dengan kebutuhan penggunaan. Informasi obat tidak secara otomatis dapat

mengubah perilaku penggunaan obat, kecuali pelayanan informasi obat memang

diarahkan secara khusus untuk intervensi penggunaan obat.

C. Pharmaceutical Care

Peran apoteker kini berdasarkan pada filosofi “pharmaceutical care”

atau diterjemahkan sebagai “asuhan kefarmasihan” (Anonim, 2003). Menurut

DepKes RI (2004), pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

19

jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien. Pharmaceutical care juga merupakan

kemampuan dari praktek farmasi yang memerlukan interaksi langsung dari

apoteker dengan pasien dengan tujuan kepedulian kepada pasien menangani

kebutuhan yang bekaitan dengan obat (Kisdarjono, 2004).

Peran apoteker diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama

ini terjadi, tetapi lebih kepada mejamin tersedianya obat yang berkualitas,

mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pengunanya dan

harga yang wajar serta pada saat pemberian obat disertakan dengan informasi

yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan

akhirnya dilakukan evaluasi (Anonim, 2003 a). Apoteker memberikan jaminan

bahwa obat yang diberikan adalah obat yang benar dan diperoleh maupun

diberikan dengan benar, dan pasien menggunakan dengan benar. Segala

keputusan professional apoteker didasarkan pada pertimbangan atas kepentingan

pasien dan aspek ekonomi yang menguntungkan pasien (Anonim, 2003 a).

D. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman yang

ditetapkan oleh DepKes RI (2007) tentang “Pharmaceutical Care Untuk Penyakit

Asma”. Adapun informasi yang dapat disampaikan kepada pasien dan

keluarganya adalah sebagai berikut :

1. Mengenali sejarah penyakit, gejala-gejala dan faktor-faktor pencetus asma.

2. Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

20

3. Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya; serta hal-hal

yang harus dilakukan apabila terjadi serangan termasuk mencari pertolongan

apabila diperlukan.

4. Upaya pencegahan serangan pada pasien asma yang berbeda antar satu

individu dengan individu lainnya yaitu dengan mengenali faktor pencetus

seperti olah raga, makanan, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu, stres,

polusi.

5. Adanya hubungan asma dengan merokok.

6. Pengobatan asma yang sangat individualis dan tergantung pada tingkat

keparahan asma.

7. Secara garis besar pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:

a. Terapi simptomatik digunakan pada saat eksaserbasi dengan efek kerja

cepat.

b. Terapi pemeliharaan digunakan rutin untuk mencegah serangan asma.

8. Macam-macam obat asma dengan indikasi dan cara pemberian yang beragam.

9. Rute pemberi secara oral, parenteral, dan inhalasi (inhaler, rotahaler, dan

nebuliser).

10. Kapan frekuensi obat asma digunakan, cara penggunaan dengan alat peraga,

seberapa banyak/sering/lama obat-obat tersebut digunakan, kemungkinan

terjadinya efek samping, pencegahan, dan cara meminimalkan efek samping.

11. Mengingatkan pasien berkumur dengan air setelah menggunakan inhaler yang

mengandung kortikosteroid untuk meminimalisir pertumbuhan jamur dimulut

dan tenggorokan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

21

12. Obat-obat asma untuk diberikan pada wanita hamil dan keamanan pengobatan

asma bagi wanita menyusui.

13. Cara penyimpanan obat dan cara mengetahui jumlah obat yang tersisa dalam

aerosol inhaler.

14. Pengobatan jangka panjang yang membutuhkan kepatuhan dalam

pengobatan.

15. Apabila ada keluhan pasien dalam penggunaan obat harap segera melaporkan

ke dokter atau apoteker.

E. Asma

Asma merupakan penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh

dunia dengan kekambuhan bervariasi yang berhubungan dengan peningkatan

kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing),

sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightnees), dispnea, batuk

(cough) terutama pada malam atau dini hari (PDPI, 2006; GINA, 2009). Faktor

yang mempengaruhi terjadi asma merupakan kombinasi antara pejamu (faktor

lingkungan) dan faktor genetik (keturunan) (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2003).

Menurut data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai

propinsi di Indonesia, pada tahun 1986 asma menduduki urutan kelima dari

sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkokontriksi

kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronchitis kronik, dan emfisema

sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di indonesia atau sebesar 5.6 %.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

22

Pada tahun 1995 SKRT, melaporkan prevalensi asma di seluruh indonesia sebesar

13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006). Di Yogyakarta sendiri angka kejadian asma

sekitar 16, 4% dari jumlah penduduk (Dinkes Yogyakarta, 2010).

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma

Adapun beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian asma adalah

sebagai berikut:

a. Imunitas dasar

Mekanisme imunitas terhadap kejadian inflamasi pada asma kemungkinan

terjadi ekspresi sel Th2 yang berlebihan (NHLBI, 2007). Menurut Moffat,

dkk (2007), gen ORMDL3 mempunyai hubungan kuat sebagai faktor

predisposisi asma.

b. Umur

Insidensi tertinggi asma biasanya mengenai anak-anak (7-10 %), yaitu umur

5-14 tahun. Sedangkan pada orang dewasa, angka kejadian asma lebih kecil

yaitu sekitar 3-5 % (Asthma And Allergy Foundation Of America, 2010).

Menurut studi yang dilakukan oleh Australian Institute Of Health And

Welfare (2007), keajadian asma pada kelompok umur 18-34 tahun adalah

14% sedangkan >65 tahun menurun menjadi 8,8 %. Di Jakarta, sebuah studi

pada RSUP persahabatan menyimpulkan rerata angka kejadian asma adalah

umur 46 tahun (Pramata, 2009).

c. Jenis kelamin

Menurut GINA (2009) dan NHLBI (2007), jenis kelamin laki-laki

merupakan sebuah faktor resiko terjadinya asma pada anak-anak. Akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

23

tetapi, pada masa pubertas, rasio prevalensi bergeser dan menjadi lebih

sering terjadi pada perempuan (NHLBI, 2007). Pada manusia dewasa tidak

didapati perbedaan angka kejadian asma diantara kedua jenis kelamin

(Maryono, 2009).

d. Faktor pencetus

Paparan terhadap alergen merupakan faktor pencetus asma yang paling

penting. Alergen –alergen ini dapat berupa debu, kutu, kecoak, binatang

dan polen/serbuk sari.

e. Status sosio-ekonomi

Mieclk dkk. (1996), menemukan hubungan antara status sosio-

ekonomi/pendapatan dengan prevalensi derajat asma berat. Dimana,

prevalensi derajat asma berat paling banyak terjadi pada penderita dengan

status sosioekonomi yang rendah yaitu sekitar 40%.

2. Gejala

Pemicu asma pada setiap orang berbeda-beda tergantung dari alergen

yang menyerang sehingga menimbulkan gejala pada penderita (RSST, 2013).

Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa

pengobatan. Gejala awal berupa batuk, sesak napas, napas berbunyi (mengi), rasa

berat di dada, dahak sulit keluar.

Gejala yang berat juga dapat timbul, seperti serangan batuk yang hebat,

sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang

dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam

keadaan duduk, kesadaran menurun. Gejala akan muncul utamanya saat malam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

24

hari atau dini hari yang dipicu oleh faktor pencetus. Saat pemeriksaan fisik terlihat

normal kecuali saat eksaserbasi (Depkes RI, 2007). Pemeriksaan fungsi paru

ditunjukan untuk menegakkan diagnosis dengan melihat derajat obstruksi saluran

napas, variabilitas, dan reversibilitas saluran napas. Dalam melihat kecenderungan

terpapar alergen perlu juga dilakukan tes sensitivitas kulit untuk melihat status

alergi sehingga dapat membantu dalam menentukan faktor resiko (Bourke, 2003).

3. Penatalaksanaan asma

Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol

manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. GINA (2009) dan PDPI (2006)

menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarkan hasil kontrol

penderita asma. Keadaan asma yang terkontrol dapat dipertahankan dengan dua

faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu medikasi dan pengobatan berdasarkan

derajat penyakit.

Obat untuk mengobati asma dapat diklasifikasikan sebagai controllers

atau relievers. Pengobatan Asma dapat diberikan dalam berbagai cara seperti

inhalasi , oral , atau melalui injeksi.

a. Glukokortikosteroid inhalasi merupakan controller yang paling efektif,

Leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk

pasien dewasa dengan asma persisten ringan, dan beberapa pasien yang

sensitif terhdap aspirin, Teofilin adalah bronkodilator dan bila diberikan

dalam dosis rendah memiliki sederhana anti-inflamasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

25

b. Rapid-acting inhaled 2-agonists merupakan reliever untuk menghilangkan

bronkokonstriksi dan sebagai pengobatan awal, Bronkodilator antikolinergik

yang digunakan dalam asma termasuk ipratropium bromida dan oxitropium

bromide, teofilin dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala asma,

Short-acting oral 2-agonists sesuai digunakan untuk beberapa pasien yang

tidak dapat menggunakan obat inhalasi (GINA, 2006).

F. Metode Penelitian

Pengambilan data dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

dengan instrument berupa kuesioner. Arikunto (2002), menyatakan bahwa

instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pengerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Kuesioner ini adalah daftar beberapa pertanyaan atau pernyataan secara tertulis

dan sudah terdapat jawaban-jawaban yang akan membantu responden untuk

memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi dan apa yang dirasakan atau dialami

responden (Widi, 2009). Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk

mengukur sikap responden dalam memberikan respon terhadap item – item yang

ada (Sarwono, 2012).

Menurut Azwar (2007), agar suatu kuesioner dapat berfungsi sebagai alat

atau instumen penelitian, maka harus mempunyai beberapa persyaratan yaitu

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

26

1. Relevan dengan tujuan dan hipotesis penelitian

2. Mudah ditanyakan

3. Mudah dijawab oleh responden

4. Data yang diperoleh mudah diolah (diproses).

Menurut Sugiyono (2010), teknik non-random adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Menurut

Notoatmodjo (2010), accidental sampling adalah pengambilan sampel atau

responden sesuai dengan kriteria inklusi yang secara kebetulan ada atau ditemui

pada saat melakukan penelitian. Univariate analysis merupakan analisis data

berdasarkan distribusi frekuensi dan dapat disajikan dalam bentuk tabel dan

diagram.

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai profil

pelayanan informasi obat dan harapan penderita asma berdasarkan persepsi

penderita di Kabupaten Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang mengkaji tentang profil pelayanan informasi obat dan

harapan penderita asma di Kabupaten Sleman ini merupakan jenis penelitian

deskriptif menggunakan rancangan cross sectional. Menurut Azwar (2004),

penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk

disimpulkan dan dipahami. Pendekatan cross sectional karena akan

menggambarkan suatu kejadian pada suatu fenomena atau situasi pada satu waktu

(Widi, 2009).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah

a. Profil pelayanan informasi obat

b. Harapan penderita asma terhadap pelayanan informasi obat

C. Definisi Operasional Penelitian

1. Profil pelayanan informasi obat adalah gambaran mengenai konten atau isi dari

pelayanan informasi obat yang diterima penderita yang meliputi sejarah

penyakit asma, gejala dan serangan asma, tindakan yang harus dilakukan

apabila terjadi serangan, obat yang digunakan, alat yang dipakai, rute atau cara

pemakaian obat, obat untuk ibu hamil dan menyusui dan menyarankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

28

penderita melakukan kontrol asma untuk meminimalkan keparahan penyakit

asma yang diderita sesuai dengan standar pharmaceutical care untuk penyakit

asma yang diterbitkan oleh DepKes RI (2007).

2. Harapan penderita adalah pandangan atau keinginan penderita terhadap

pelayanan informasi obat asma yang diterima sehingga mendapatkan pelayanan

informasi yang bermutu dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

3. Penderita asma dalam penelitian ini adalah orang yang menderita penyakit

asma.

D. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sleman. Pengambilan data

dilakukan terhadap responden yang ditemui di kampus III Sanata Dharma, apotek

Kimia Farma jalan Laksda Adisucipto, gereja Maria Asumpta Babarsari pada

bulan Februari-April 2014. Pada bulan November sampai Januari 2014 dilakukan

proses perijinan dan observasi ke rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dan setelah

dilakukan observasi ditemukan bahwa jumlah penderita asma yang berobat pada 3

bulan terakhir dalam jumlah yang sedikit. Kemudian peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian pada penderita asma yang berobat di apotek pada bulan

Februari sampai April 2014.

E. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan subyek uji penderita asma yang telah

memenuhi kriteria inklusi yaitu

1. Penderita yang menderita penyakit asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

29

2. Penderita asma yang pernah menebus obat di apotek

subyek uji dikategorikan kedalam kriteria eksklusi jika penderita tidak

bersedia untuk menjadi responden

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik non-

random yaitu accidental sampling untuk penderita asma.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pendapat

Roscoe (1975) dalam Sekaran (2003) yaitu jumlah sampel lebih besar dari 30 dan

kurang dari 500 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 31 responden.

G. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner. Pengukuran ini

menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah modifikasi skala

likert yaitu pilihan jawaban dari 1-3 (P: pernah, KK: kadang – kadang, TP: tidak

pernah).

Kuisoner yang digunakan dalam bentuk closed – ended question untuk

melihat profil pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma dan untuk

harapan penderita terhadap pelayanan informasi obat menggunakan open-ended

question.

Pernyataan yang tertulis dalam kuesioner diambil dari “Standar

Pelayanan Farmasi di Apotek” (KepMenKes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

30

dan “Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma” (Bina Farmasi DepKes RI

2007) yang memuat tentang beberapa informasi yang seharusnya diterima oleh

penderita asma pada saat proses pelayanan mengenai informasi obat berlangsung.

H. Tata Cara Penelitian

Tata cara yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Studi Pendahuluan atau Orientasi

Pada awalnya penelitian ini akan dilakukan di rumah sakit di kota

Yogyakarta tetapi setelah melakukan observasi dari bulan Desember 2013 sampai

awal Februari 2014 tidak ditemukan penderita asma yang berobat di rumah sakit

tersebut. Kemudian peneliti memutuskan untuk mengambil data pada penderita

asma di Kabupaten Sleman.

2. Pembuatan Kuesioner

Total pernyataan dalam kuesioner sebanyak 22 pernyataan dan 1

pertanyaan mengenai harapan penderita asma. Komponen informasi yang terdapat

dalam kuesioner yaitu informasi mengenai sejarah penyakit, gejala dan faktor

pencetus, pemeriksaan penunjang untuk pasien asma, pengenalan serangan asma,

tingkat keparahan asma, hal yang harus dilakukan ketika terjadi keluhan setelah

penggunaan obat asma, upaya pencegahan serangan asma, hubungan asma dengan

merokok, pengobatan asma simptomatik dan pencegahannya, jenis obat asma

terkait nama dan indikasi, cara atau rute pemberian obat, cara penyimpanan dan

cara mengetahui obat yang tersisa dalam inhaler, berkumur setelah penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

31

obat inhaler, waktu penggunaan obat dan obat yang aman untuk ibu

hamil/menyusui, peragaan penggunaan obat dan efek samping obat.

3. Pengujian Kuesioner

a. Uji pemahaman bahasa

Sebelum pengumpulan data dilakukan uji coba untuk menghindari

adanya kesulitan dalam mengartikan pertanyaan dalam kuesioner. Uji pemahaman

bahasa ini berfungsi untuk mengetahui apakah bahasa penyusun dalam menulis

pernyataan dan pertanyaan dalam kuesioner sudah bisa dipahami oleh responden

(Azwar, 2007). Uji pemahaman bahasa kuesioner dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner kepada 6 orang dewasa (bukan termasuk sampel) yang berada di

Paingan dan pernah membeli obat dari apotek. Responden yang diambil untuk

dilakukan pengujian bahasa ini bukan merupakan penderita asma.

b. Uji Validitas Isi

Prosedur validitas isi kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan

analisis rasional atau mengkonsultasikan item-item dalam kuesioner dengan

professional judgement. Professional judgement pada penelitian ini adalah

seorang apoteker. Pernyataan dan pertanyaan yang telah divalidasi secara

professional judgement diharapkan menjadi pernyataan dan pertanyaan yang

berkualitas untuk dijadikan alat pengumpulan data penelitian (Azwar, 2007).

4. Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner

Penyebaran dan pengisian kuesioner diberikan langsung kepada

responden yang memenuhi kriteria penelitian. Responden diminta untuk mengisi

kuesioner saat itu juga dan langsung dikembalikan kepada peneliti. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

32

dilakukan untuk menghindari responden untuk lupa mengisi kuesioner, kuesioner

tidak kembali lagi kepada peneliti atau ada pertanyaan yang tidak terisi. Dalam

mengisi kuesioner, peneliti mendampingi responden untuk menghindari ada data

yang missing, dan maksud dari kuesioner.

I. Etika Penelitian

Menurut Nursalam dan Pariani (2003) etika penelitian meliputi informed

consent, Anonimity (tanpa nama) dan Confidentiality (kerahasiaan). Apabila

subyek menolak untuk dijadikan subyek uji maka peneliti tidak boleh memaksa

dan tetap menghormati hak-hak subyek. Pada penelitian ini, lembar persetujuan

diberikan sebelum penderita dijadikan sebagai responden. Jika penderita setuju

dan mengisi lembar persetujuan maka penderita diberikan kuesioner untuk

selanjutnya diisi. Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada naskah

tetapi pada lembar kuesioner dicantumkan.

J. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif secara kuantitatif,

yaitu cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data tentang

karakteristik dan distribusi frekuensi kecenderungan jawaban responden yang

telah diperoleh dengan menggunakan teknik analisis data univariat. Pengolahan

data dan analisis data tersebut menggunakan komputer dengan program SPSS

16.0. Analisis univariat digunakan untuk meringkas atau mendeskripsikan data

yang dikumpulkan melalui kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

33

Hasil penelitian yang telah diperoleh dianalisis secara univariat dengan

melihat frekuensi dan persentase jawaban responden kemudian data-data tersebut

disajikan dalam bentuk diagram yang menggambarkan karakteristik responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan.

Selain itu, data juga disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan profil

pelayanan informasi mengenai obat dan penyakit yang diterima penderita asma

berdasarkan pharmaceutical care untuk penyakit asma. Analisis data harapan

responden dilakukan secara kualitatif yaitu dengan menulis jawaban responden

dan menghitung frekuensi responden yang menjawab pertanyaan dalam kuesioner

dengan jawaban yang sama.

Metode pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Editing

Setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan bahwa setiap

pernyataan dan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner telah terjawab semua

oleh responden

2. Coding

Peneliti memberi coding dengan membuat skor untuk setiap pilihan

jawaban sebagai berikut:

Nilai 0 untuk jawaban “responden yang tidak hamil/tidak menggunakan

inhaler”

Nilai 1 untuk alternatif jawaban “pernah”

Nilai 2 untuk alternatif jawaban “kadang-kadang’

Nilai 3 untuk alternatif jawaban “tidak pernah”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

34

Pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam kuesioner

untuk mempermudah dalam pengolahan data. Pilihan jawaban dalam kuesioner

digantikan kedalam bentuk angka agar dapat diolah.

Empat jenis skala yang dapat digunakan dalam pengukuran data adalah

skala odinal, skala nominal, skala interval dan skala ratio. Pada penelitian ini,

menggunakan skala ordinal, yaitu angka digunakan untuk data berdasarkan urutan

dari jawaban. Angka – angka tersebut mewakili dari setiap jawaban, jika angka 1

lebih banyak maka angka 2 dan angka 3 lebih sedikit dari angka 1.

3. Processing

Melakukan pemindahan atau memasukan data dari kuesioner ke dalam

komputer untuk selanjutnya diproses.Memasukan data kedalam komputer

dilakukan dengan SPSS versi 16.00.

4. Cleaning

Proses yang dilakukan setelah data masuk kedalam komputer. Data akan

diperiksa ada kesalahan atau tidak, jika terdapat data yang salah akan diperiksa

oleh proses cleaning ini.

5. Tabulasi langsung

Pada penelitian ini digunakan sistem pengolahan data langsung yang

ditabulasi oleh kuesioner. Metode ini paling sederhana bila dibandingkan dengan

metode lain. Tabulasi ini dilakukan dengan memasukan data dari kuesioner

kedalam kerangka tabel yang telah disediakan, tanpa proses perantara lain.

Tabulasi langsung dilakukan dengan sistem tally yaitu cara menghitung data

menurut klasifikasi yang telah ditentukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

35

K. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, ditemukan keterbatasan penelitian yaitu

1. Tidak dilakukan konfirmasi kapan terakhir kali penderita menerima obat asma

di apotek.

2. Dokumen yang menyatakan responden adalah penderita asma adalah hasil dari

hasil wawancara

3. Cara pemilihan responden tidak spesifik karena tidak ada data pasti responden

menderita asma seperti medical record

4. Informasi yang diberikan oleh subyek uji dapat bias karena bersifat memorial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

36

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Profil Pelayanan

Informasi Obat Dan Harapan Penderita Asma Di Kabupaten Sleman dengan

menggunakan standar yang ada dalam KepMenKes RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 dan Bina Farmasi DepKes RI (2007) tentang

“Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Kedua standar yang digunakan ini

merupakan acuan standar pelayanan kefarmasian dalam melayani pasien berupa

pelayanan resep, pelayanan informasi obat, bentuk promosi dan edukasi,

konseling, kegiatan monitoring dan evaluasi, serta pelayanan residensial (home

care). Namun pada penelitian ini, peneliti secara khusus akan membahas

mengenai pelayanan informasi obat karena kegiatan ini merupakan salah satu

kunci keberhasilan pengobatan kepada pasien.

Hasil penelitian dibagi menjadi 3 bagian penting, yaitu 1). deskripsi

karakteristik responden, 2). profil pelayanan informasi obat yang terbagi menjadi

2 bagian yaitu pelayanan informasi mengenai penyakit dan pelayanan informasi

mengenai obat yang diterima penderita asma di Kabupaten Sleman dan 3).

Harapan pasien terhadap pelayanan informasi obat yang diterima di Kabupaten

Sleman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

37

1. Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir dan pekerjaan responden yang dapat dilihat dalam tabel I.

berikut:

Tabel I. Karakteristik penderita asma yang menebus obat asma di apotek di

Kabupaten Sleman pada bulan Februari – April 2014

Karakteristik Jumlah Responden,

n=31

Persentase

(%)

1. Usia

<20 tahun

20-30 tahun

31-40 tahun

40tahun

9

16

3

3

29,0

51,6

9,7

9,7

2. Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

9

22

29,0

71,0

3. Pekerjaan

Tidak Bekerja

Mahasiswa

Karyawan Swasta

PNS

Lain-lain

1

20

5

1

4

3,23

64,5

16,1

3,23

12,9

4. Pendidikan Terakhir

SMA/SLTA

DIPLOMA

SI

25

1

5

80,6

3,23

16,31

Usia sebagian besar responden (51,6%) berada pada usia produktif di

mana pada umur tersebut responden mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan intelegensia sehingga mampu berpikir kritis dalam menghadapi

masalah yang dialami responden (Christiana, 2005). Responden mengerti penyakit

yang dialami, cara mengatasi dan mudah untuk diberikan pengertian mengenai

penyakit dan obat yang diterima responden. Pria merupakan risiko untuk asma

pada anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki- laki adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

38

1,2–2 kali dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan

tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak

(Rengganis, 2008).

Peningkatan risiko pada anak laki-laki disebabkan perubahan ukuran

rongga dada yang terjadi pada masa pubertas laki-laki dan tidak terjadi pada

perempuan, semakin sempitnya saluran pernapasan, peningkatan pita suara yang

membatasi respon bernapas (Purnomo, 2008). Terkait dengan pelayanan apotek

tentunya hal ini dapat mempengaruhi tingkat daya tanggap seorang dalam

menerima pelayanan. Tingkat pengetahuan responden dapat digambarkan dengan

tingkat pendidikan responden dan terkait dengan pelayanan apotek tentunya hal

ini dapat mempengaruhi tingkat daya tanggap seorang dalam menerima

pelayanan. Pendidikan yang tinggi walaupun sifatnya tidak pasti diasumsikan

dapat mempengaruhi pola pikir seseorang mengenai masalah kesehatan. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas juga wawasan atau pengetahuan

yang dimilikinya bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa intelegensi berbanding lurus dengan

tingkat pendidikan (Azwar, 2007).

2. Profil pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma di

Kabupaten Sleman.

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang memiliki titik fokus

kepada pasien untuk mendukung terapi yang tepat dan rasional, menyediakan dan

menyalurkan informasi mengenai obat kepada pasien, tenaga kesehatan, dan

instansi lain, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

39

berhubungan dengan obat dan meningkatkan profesionalisme apoteker (Dinkes,

2013).

Pharmaceutical care juga harus diterapkan dengan baik di apotek.

Beberapa komponen dari pharmaceutical care yang harus diterapkan antara lain

pelayanan informasi obat, konseling, monitoring penggunaan obat, edukasi,

promosi kesehatan dan evaluasi terhadap pengobatan yang merupakan bagian dari

standar pelayanan farmasi komunitas. Berdasarkan standar pelayanan farmasi

komunitas, semua informasi tersebut diatas seharusnya diberikan di apotek oleh

apoteker dan merupakan hak konsumen (pasien). Informasi yang lengkap dan

jelas akan mengurangi resiko terjadinya medication error. Untuk konsumen perlu

adanya sosialisasi tentang hak-hak konsumen terutama untuk mendapatkan

pelayanan informasi obat yang lengkap dan jelas serta konseling tentang

pengobatan harus dilakukan secara intensif sehingga hak-hak pasien terhadap

jenis pelayanan farmasi yang seharusnya mereka dapatkan dipahami oleh

konsumen terutama untuk konsumen yang merupakan pasien dengan penyakit

kronis seperti asma (DepKes RI, 2008).

Komponen informasi obat yang diterima pasien asma pada saat apoteker

memberikan pelayanan informasi obat di apotek dapat dilihat pada tabel dibawah

ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci dari hasil penelitian

dengan jumlah responden yang ikut berpartisipasi sebanyak 31 orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

40

a. Profil pelayanan informasi mengenai penyakit kepada penderita asma di

Kabupaten Sleman

Apoteker memiliki tanggung jawab dalam proses penyerahan obat yang

berkaitan dengan pemberian informasi mengenai kondisi dan obat yang akan

diberikan kepada pasien sesuai dengan standar yang berlaku.

Tabel 1I. Komponen informasi mengenai penyakit asma yang diterima penderita

asma di Kabupaten Sleman pada bulan Februari-April 2014

No Jenis informasi Jawaban Jumlah

(n=31)

Persentase

(%)

1 Sejarah penyakit Pernah 15 48,4

Kadang-kadang 14 45,2

Tidak pernah 2 6,5

2 Faktor pencetus penyakit asma Pernah 21 67,7

Kadang-kadang 7 22,6

Tidak pernah 3 9,7

3 Pemeriksaan penunjang Pernah 7 22,6

Kadang-kadang 14 45,2

Tidak pernah 10 32,3

4 Hal yang dilakukan ketika

terjadi serangan asma

Pernah 14 45,2

Kadang-kadang 13 41,9

Tidak pernah 4 12,9

5 Upaya pencegahan terjadi

serangan asma

Pernah 10 32,3

Kadang-kadang 17 54,8

Tidak pernah 4 12,9

6 Tingkat keparahan penyakit

asma

Pernah 17 54,8

Kadang-kadang 12 38,7

Tidak pernah 2 6,5

7 Cara mengenali serangan asma Pernah 9 29,0

Kadang-kadang 18 58,1

Tidak pernah 4 12,9

8 Hubungan asma dengan

merokok

Pernah 13 41,9

Kadang-kadang 15 48,4

Tidak pernah 3 9,7

9 Gejala timbulnya penyakit

asma

Pernah 13 41,9

Kadang-kadang 16 51,6

Tidak pernah 2 6,5

10 Hal yang dilakukan jika ada

keluhan akibat penggunaan

obat

Pernah 9 29,0

Kadang-kadang 14 45,2

Tidak pernah 8 25,8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

41

11 Kepatuhan mengkonsumsi

obat

Pernah 9 29,0

Kadang-kadang 15 48,4

Tidak pernah 7 22,6

1) Sejarah penyakit

Berdasarkan Tabel II, dari 31 responden yang diteliti sebanyak 15 orang

(48,4%) menjawab pernah menerima informasi mengenai sejarah penyakit yang

diderita, 14 orang (45,2%) menjawab kadang – kadang dan 2 orang (6,5%)

menjawab tidak pernah. Menurut DepKes RI (2007) tentang “Pharmaceutical

Care Untuk Penyakit Asma” menyebutkan bahwa risiko untuk berkembangnya

asma merupakan interaksi antar faktor penjamu (host) dan faktor lingkungan.

Faktor penjamu tersebut yaitu alergi, predisposisi genetik asma, hipereaktifitas

bronkus, jenis kelamin dan ras/etnik.

Menurut DepKes RI (2008) tentang pedoman pengendalian penyakit

asma mengatakan bahwa seseorang dikatakan mengidap penyakit asma jika

memiliki satu atau dua faktor berikut yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

Anak yang dilahir dari orangtua yang positif mengidap penyakit asma

kemungkinan besar mengidap penyakit asma, hal ini akan menjadi lebih parah

oleh adanya faktor pemicu terjadi asma seperti alergen dalam ruangan misalnya

debu, asap rokok, binatang berbulu, alergen kecoak, kapang, ragi dan jamur;

pemacu misalnya rinovirus, pemakaian β2 agonis dan ozon; pencetus misalnya

faktor pemicu dan pemacu ditambah dengan aktivitas fisik, udara dingin,

histamine, dan metakolin.

Telah dibuktikan oleh banyak penelitian bahwa bila kedua orang tua

menderita penyakit alergi, maka kemungkinan 60% anaknya akan menderita

Tabel II. Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

42

penyakit alergi, baik asma, rhinitis atau bentuk alergi lainnya. Bila salah satu

orang tua menderita penyakit alergi, maka kemungkinan 40% anak mereka akan

menderita alergi. Apabila kedua orangtuanya tidak terkena penyakit alergi, maka

kemungkinan 15% menderita penyakit alergi. Orang tua asma kemungkinan 8-16

kali menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih

lagi bila anak alergi terhadap tungau dan debu (Ramaiah, 2006).

Pemberian informasi mengenai asal-usul penyakit asma ini diperlukan

oleh pasien dan kelurga pasien agar mereka mengenali penyakit yang diderita dan

mengetahui apa penyebab sehingga mengidap penyakit asma tersebut.

Diharapkan dengan mengetahui penyakit yang diderita, pasien asma lebih

memperhatikan kondisi fisik dan lingkungan disekitarnya sehingga peluang untuk

terjadinya asma dan serangan asma dapat diminimalisir.

2) Faktor pencetus asma

Menurut DepKes RI (2007) tentang “Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Asma” mengatakan bahwa faktor pencetus sehingga seseorang

mengalami serangan asma dan asma adalah alergen didalam dan diluar ruangan

misalnya debu, kecoak, jamur, tepung sari bunga, asap rokok, polusi udara diluar

dan didalam ruangan, infeksi saluran pernapasan, obesitas, olahraga dan

hiperventilasi, perubahan cuaca, makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna

makanan), obat-obatan, ekspresi emosi yang berlebihan, iritan (parfum dan bau-

bauan yang merangsang).

Serangan asma mendadak disebabkan oleh faktor yang tidak diketahui

maupun yang diketahui seperti paparan terhadap alergen, virus, atau polutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

43

dalam maupun luar rumah, dan masing-masing faktor ini dapat menginduksi

respon inflamasi. Dari hasil penelitian pada Tabel II, 31 responden yang diteliti,

sebanyak 21 orang (67,7%) menjawab selalu menerima informasi mengenai faktor

pencetus penyakit asma seperti pengaruh debu, serbuk sari, asap rokok, dan udara

dingin, 7 orang (22,6%) menjawab kadang – kadang dan 3 orang (9,7%)

menjawab tidak pernah menerima informasi mengenai faktor pencetus penyakit

asma seperti pengaruh debu, serbuk sari, asap rokok, dan udara dingin.

Gambar 1. Frekuensi pelayanan informasi mengenai faktor pencetus asma

yang diterima penderita di Kabupaten Sleman Pada bulan

Februari-April 2014

Kebiasaan merokok dapat mempercepat penurunaan fungsi paru dan

semakin meningkatnya keparahan penyakit asma. Pengaruh asap rokok dapat

lebih besar daripada pengaruh debu (Suryani, 2005). Asap rokok dan debu

merupakan faktor pencetus yang sering menjadi penyebab kekambuhan asma.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suhartati (2014), sebanyak 5 orang dari 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

44

orang subyek uji yang merupakan apoteker mengatakan bahwa telah memberikan

informasi kepada penderita untuk menghindari paparan faktor pencetus terjadinya

kekambuhan asma. Hal ini yang menyebabkan banyak responden memilih

jawaban selalu diberikan informasi mengenai faktor pencetus.

Faktor pencetus penyakit asma ini harus diperhatikan dalam pemberian

informasi oleh apoteker dan terutama oleh pasien karena berhubungan langsung

dengan penyakit yang diderita oleh pasien. Bila faktor pencetus tidak diketahui

oleh pasien dan keluarga maka akan timbulnya penyakit asma dan semakin sering

pasien tersebut mengalami eksaserbasi atau serangan asma.

3) Pemeriksaan penunjang

Menurut DepKes RI (2007) tentang “Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Asma” mengatakan bahwa pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat

apakah pasien menderita gejala asma dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

fungi paru.

Dari hasil pada Tabel II, sebanyak 7 orang (22,6%) menjawab pernah

menerima informasi mengenai pemeriksaan penunjang untuk pasien asma, seperti

pemeriksaan dengan spirometer untuk mengukur kapasitas bernafas dan

memeriksa terjadinya gangguan pada sumbatan jalan nafas, 14 orang (45,2%)

menjawab kadang – kadang, dan 10 orang (32,3%) menjawab tidak pernah

menerima informasi mengenai pemeriksaan penunjang untuk pasien asma, seperti

pemeriksaan dengan spirometer untuk mengukur kapasitas bernafas dan

memeriksa terjadinya gangguan pada sumbatan jalan nafas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

45

Gambar 2. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai pemeriksaan

penunjang yang diterima penderita asma di Kabupaten Sleman

pada bulan Februari-April 2014

Menurut DepKes RI (2007), pemeriksaan fisik untuk mengetahui

keadaan fisik pasien seperti apakah tejadi keadaan napas menjadi lebih cepat dan

dangkal dan terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada serangan sangat

berat biasanya tidak lagi terdengar bunyi mengi, karena pasien sudah lelah untuk

bernapas) sehingga pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometri

atau peak expiratory flow meter untuk mengukur kapasitas bernafas penderita

dapat dilakukan.

Asma dapat diklasifikasi pada saat tanpa serangan dan pada saat

serangan. Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat –

ringannya suatu penyakit. Pemeriksaan gejala – gejala dan uji faal paru berguna

untuk mengklasifikasi penyakit menurut berat ringannya. Klasifikasi ini sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

46

bergunan untuk penatalaksanaan asma berkaitan dengan terapi yang akan diterima

oleh pasien (MenKes, 2008).

Pada pemeriksaan ini diperlukan kerjasama antara pasien dan tenaga

kesehatan. Informasi mengenai pemeriksaan ini dan manfaat yang akan diterima

harus diberikan kepada pasien oleh apoteker agar pasien mengerti dan menyetujui

setiap tindakan/penanganan yang diterima. Dengan mengetahui ini pasien

diharapkan bersedia berpartisipasi dalam pengobatan penyakit asma yang diderita

dan mempercayai semua pengobatan yang diterima.

4) Hal yang dilakukan ketika terjadi serangan

Penanganan awal ketika terjadi serangan merupakan perawatan untuk

menangani asma pada saat terjadi serangan, dimana penderita itu sendiri yang

berperan penting untuk dapat mengenadalikan kondisinya. Pada Tabel II tertulis

dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 14 orang (45,2%) menjawab selalu, 13

orang (41,9%) menjawab kadang – kadang dan 4 orang (12,9%) tidak pernah

menerima informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi serangan

asma,seperti jangan panik, mencoba bernafas dengan pelan, mencari obat untuk

digunakan, dan mencari pertolongan untuk segera dibawa ke dokter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

47

Gambar 3. Frekuensi pelayanan informasi obat asma mengenai hal yang

dilakukan ketika terjadi serangan yang diterima penderita di

Kabupaten Sleman pada bulan Februari-April 2014

Menurut Suhartati (2014), informasi terkait cara penanganan awal ketika

terjadi serangan asma mandiri (self care) merupakan hal yang penting untuk

disampaikan oleh apoteker kepada penderita asma sehingga pada saat terjadi

serangan penderita dapat menentukan cara pengambilan keputusan untuk

mengatasi serangan asma. Serangan asma dapat menyebabkan sesak nafas dan

nafas tidak beraturan sehingga informasi seperti mencoba menarik napas dengan

pelan, mencari obat yang sering dipakai untuk mengurangi serangan merupakan

penanganan awal ketika terjadinya serangan asma (Mangunegoro, 2004).

Serangan asma dapat terjadi kapan dan dimana saja sehingga hal-hal yang

dapat memicu terjadinya serangan asma harus dihindari. Tetapi bila serangan ini

tidak dapat dihindari maka pasien harus segera mendapatkan pertolongan

(Kumoro, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

48

Untuk melakukan suatu tindakan pengobatan membutuhkan pengetahuan

tentang penyakit tersebut. Bila pasien dan keluarga tidak mengetahui tindakan

yang akan dilakukan maka pasien kemungkinan tidak akan bisa diselamatkan.

Disinilah peran penting apoteker dalam pemberian informasi mengenai hal-hal

yang harus dilakukan ketika terjadi serangan sangat dibutuhkan

5) Upaya pencegahan terjadinya serangan

Aktifitas pencegahan serangan asma adalah upaya untuk mencegah

terjadinya kekambuhan asma. Aktifitas pencegahan itu dapat dilakukan dengan

menjaga kesehatan, menjaga kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal,

menghindari faktor pencetus serangan asma dan taat untuk mengkonsumsi obat

antiasma yang telah diberikan oleh apoteker (Sundaru, 2007).

Berdasarkan data pada Tabel II, informasi pencegahan terjadinya

serangan asma diperoleh hasil bahwa responden yang lebih banyak memilih pada

pilihan jawaban selalu (32,3%) dan kadang-kadang (54,8%). Sedangkan

responden yang memilih jawaban tidak pernah hanya 12,9% orang dari 31

responden. Hal ini terlihat bahwa apoteker kurang memperhatikan pemberian

informasi mengenai pencegahan serangan asma.

Upaya pencegahan terjadinya serangan asma ini harus diketahui oleh

pasien agar kualitas hidupnya semakin baik. Pencegahan ini dapat dilakukan

dengan menghindari segala faktor pencetus terjadinya serangan seperti debu,

kecoak, jamur, tepung sari bunga, asap rokok, polusi udara diluar dan didalam

ruangan, infeksi saluran pernapasan, obesitas, olahraga dan hiperventilasi,

perubahan cuaca yang ekstrim, makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

49

makanan), obat-obatan, ekspresi emosi yang berlebihan, iritan (parfum dan bau-

bauan yang merangsang) (DepKes RI, 2008). Informasi ini penting diberikan

kepada pasien oleh apoteker pada saat menerima pelayanan informasi obat agar

menghindari terjadinya peningkatan pasien yang mengalami serangan asma.

6) Tingkat keparahan penyakit asma

Dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 17 orang (54,8%) mejawab

selalu, 12 orang (38,7%) menjawab kadang – kadang dan 2 orang (6,5%)

mejawab tidak pernah menerima informasi mengenai bagaimana mengetahui

seberapa berat penyakit asma yang dialami, seperti adanya gejala sesak nafas,

batuk, mengeluarkan bunyi saat menghembuskan nafas (mengi), dada terasa sesak

saat bernafas yang muncul setiap hari, dan aktifitas fisik terbatas sebagai pertanda

asma yang dialami sudah cukup berat.

Gambar 4. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai tingkat keparahan

penyakit asma yang diterima penderita di Kabupaten Sleman

pada bulan Februari-April 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

50

Menurut Chabra (2008) menyatakan bahwa pasien dengan derajat asma

yang semakin berat maka semakin rendah tingkat kontrol asma pada pasien

tersebut. Apabila penderita mengalami sesak nafas, dada terasa sesak, batuk dan

aktifitasnya menurun maka tingkat keparahan penyakitnya semakin berat,

sebaliknya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa derajat asma yang berat

merupakan faktor yang berhubungan dengan buruknya kontrol pasien terhadap

penyakit asma yang dideritanya. Disebutkan bahwa pasien dengan tingkat kontrol

yang buruk, derajat asma yang berat, biasanya mempunyai kepatuhan pengobatan

yang rendah, akibatnya akan lebih memperparah gejala asmanya.

Namun ada penelitian lain (Cockroft dkk, 1996) menyatakan bahwa

pasien dengan derajat asma yang berat bisa juga memiliki kontrol yang baik, dan

sebaliknya, meskipun lebih jarang ditemukan.hal yang mempengaruhi pasien

antara lain manajemen terapi yang baik dan kepatuhan pasien terhadap

pengobatan.

Informasi mengenai tingkat keparahan penyakit harus diberikan untuk

mengetahui seberapa berat asma yang dialami oleh penderita untuk menentukan

penatalaksanaan terapi yang akan diberikan oleh apoteker.

7) Cara mengenali serangan asma

Penderita asma ketika tidak patuh dalam pengobatan dan tidak mengenali

penyakitnya secara detail maka kemungkinan terjadi serangan akan semakin

besar. Menurut DepKes RI (2008) menyebutkan bahwa seorang pasien asma

persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan

pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan berat, bahkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

51

serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan

pada Tabel II, 31 responden yang diteliti, sebanyak 9 orang (29,0%) selalu

menerima informasi mengenai cara mengenali serangan asma, 18 orang (58,1%)

kadang – kadang menerima informasi bagaimana cara mengenali serangan asma

dan 4 orang (12,9%) tidak pernah menerima informasi bagaimana cara mengenali

serangan asma.

Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat

ditangani dengan lebih baik, biasanya mengi (wheezing) dan/ batuk kronik

berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis untuk penyakit

asma.Kunci untuk menghentikan serangan asma adalah mengenali dan mengobati

serangan asma seawal mungkin dengan mengikuti semua saran yang diberikan

oleh apoteker (Renganis, 2008). Pertanyaan mencakup apa yang harus dilakukan

bila serangan asma semakin parah, dan bagaimana menghadapi serangan asma

ketika sedang berlangsung merupakan pertanyaan yang wajib disampaikan kepada

apoteker oleh pasien.

8) Hubungan asma dengan merokok

Merokok dan asap rokok menjadi salah satu penyebab kekambuhan asma

bagi penderita asma. Asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru.

Pemejanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek

berbahaya yang dapat diukur seperti meningkatkan resiko terjadinya gejala serupa

seperti asma pada usia dini (DepKes RI, 2008). Apabila terpejan dalam waktu

yang lama maka akan asma yang dialami semakin tinggi tingkat kekambuhannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

52

Dari 31 responden yang diteliti diperoleh hasil pada Tabel II no. 8 bahwa

sebanyak 13 orang (41,9%) selalu menerima informasi mengenai hubungan asma

dengan merokok, 15 orang (48,4%) kadang – kadang menerima informasi

mengenai hubungan asma dengan merokokserta 3 orang (9,7%) tidak pernah

menerima informasi mengenai hubungan asma dengan merokok.

Plaschke, dkk. (2011), pemejanan yang terus menerus pada penderita

juga dapat menyebabkan semakin berat tingkat keparahan penyakit asma yang

diderita sedangkan pada perokok aktif yang tidak mempunyai riwayat penyakit

asma dapat mengalami penurunan fungsi pada paru dan selanjutnya akan

mengalami penyakit asma. Selain itu merokok merupakan faktor resiko asma pada

pasien usia dewasa. Pasien asma yang merokok memiliki gejala yang lebih berat,

kebutuhan obat pelega yang lebih tinggi, dan status kesehatan yang lebih buruk

dibandingkan pasien asma yang tidak merokok. Hal ini dapat mempengaruhi

tingkat pasien asma dalam mengontrol penyakitnya. Berdasarkan hal ini maka

informasi mengenai adanya pengaruh dari rokok terhadap penyakit asma yang

diderita menjadi hal yang penting dalam pemberian informasi obat.

9) Gejala timbulnya penyakit asma

Asma dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari gejala yang

ringan sampai pada gejala yang parah. Gejala asma untuk setiap orang mungkin

berbeda dan bisa juga berbeda pada orang yang sama tetapi di waktu yang

berbeda. Gejala umum asma seperti mengi, batuk dan sesak nafas tidak normal

atau dispnea (Sundaru, 2008). Dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 13 orang

(41,9%) menjawab selalu, 16 orang (51,6%) menjawab kadang – kadang dan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

53

orang (6,5%) tidak pernah menerima informasi mengenai gejala timbulnya

penyakit asma,mengi pada saat menghirup nafas, dada terasa sesak yang berulang,

nafas tersengal-sengal, dan nafas tidak beraturan disiang hari.

Gambar 5. Frekuensi pelayanan informasi obat mengenai gejala asma yang

diterima penderita di Kabupaten Sleman pada bulan Februari-

April 2014

Menurut DepKes RI (2007) tentang pharmaceutical care untuk penyakit

asma, gejala asma bersifat episodik, seringkali reversible dengan/ atau tanpa

pengobatan. Gejala awal berupa batuk pada malam/dini hari, sesak napas, napas

berbunyi yang terdengar pada saat pasien menghembuskan napasnya, rasa sesak

didada dan dahak sulit keluar. Informasi mengenai gejala awal seperti mengi dan

dada terasa sesak memperoleh frekuensi yang sama tinggi karena gejala ini dapat

menandakan penderita mengalami serangan asma.

Berdasarkan gejala asma yang berat dan dapat berakibat kematian maka

informasi dan edukasi dari tenaga kesehatan terutama apoteker yang berperan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

54

langsung dalam melayani obat kepada pasien menjadi hal yang penting dan wajib

dilakukan. Jika pasien tidak mengetahui gejala yang dialami adalah awal mula

timbulnya suatu penyakit, hal yang membahayakan keselamatannya dapat terjadi.

Edukasi pasien dan menghindari penyebab asma merupakan manajemen

strategi asma untuk meningkatkan pemahaman mengenai penyakit asma,

meningkatkan kemampuan dalam penatalaksanaan dan pengontrolan asma. Kunci

topik edukasi meliputi pengetahuan dasar tentang asma (termasuk mengenai

symptom dan tindakan yang dilakukan jika symptom berkembang), aturan pakai

pengobatan, cara penggunaan alat inhalasi yang tepat, saran untuk menghindari

alergen, dan kegunaan dari pengobatan sendiri. Penting untuk melibatkan

keluarga pasien dalam edukasi ini karena keluarga pasien juga ikut berperan serta

dalam proses terapi pasien tersebut (Anonim, 2009).

Informasi keluhan yang muncul setelah penggunaan obat berkaitan

dengan tingkat keparahan penyakit asma yang diderita. Hal ini disebabkan tingkat

keparahan penyakit menentukan pilihan terapi farmakologi yang akan

direkomendasikan oleh apoteker kepada pasien (DepKes RI, 2007).

Penatalaksanaan asma lakukan untuk menghilangkan dan mengendalikan

gejala asma, mencegah eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan

fungsi paru seoptimal mungkin, menghindari efek samping obat, mencegah

terjadinya keterbatasan aliran udara serta mencegah kematian karena asma

(Mangunnegoro, 2004).

10) Hal yang dilakukan jika terjadi keluhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

55

Pada tabel II, sebanyak 9 orang (29,0%) selalu menerima informasi

mengenai apa yang harus dilakukan jika terjadi keluhan setelah menggunakan

obat asma, 14 orang (45,2%) kadang – kadang menerima informasi mengenai apa

yang harus dilakukan jika terjadi keluhan setelah menggunakan obat asma serta 8

orang (25,8%) tidak pernah menerima informasi mengenai apa yang harus

dilakukan jika terjadi keluhan setelah menggunakan obat asma.

Keadaan fisik seseorang berbeda setiap individu sehingga penerimaan

tubuh terhadap obat pun berbeda setiap individu. Beberapa pasien menerima

pengobatan yang sama tetapi sering kita menemukan respon tubuh pasien yang

satu bisa berbeda dengan pasien yang lain yang menerima pengobatan yang sama.

Hal ini yang mengakibatkan terdapat keluhan-keluhan pada pasien setelah pasien

menggunakan obat. Penggunaan obat harus sesuai dengan resep dan sesuai

dengan yang telah di informasikan oleh apoteker sehingga pada saat pasien

menebus obat, apoteker harus memberikan informasi yang detail mengenai obat

yang diterima (DepKes RI, 2007). Informasi mengenai apa yang harus dilakukan

jika tejadi keluhan adalah hal yang wajib disampaikan misalnya segera

menghubungi dokter atau apoteker untuk mengetahui apa yang terjadi.

11) Kepatuhan mengkonsumsi obat

Kepatuhan dalam menggunakan obat didefenisikan sebagai sikap

menjaga dan mengikuti dosis serta saran atau anjuran dari tenaga kesehatan

terhadap penyakit yang diderita. Kepatuhan dalam mengikuti suatu terapi

menunjukan sebuah pemahaman tentang begaimana obat digunakan (Genaro,

2000). Hasil yang diperoleh, sebanyak 9 orang (29,0%) selalu menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

56

informasi mengenai saran dari apoteker untuk selalu patuh menggunakan obat

secara teratur, 15 orang (48,4%) kadang – kadang menerima informasi mengenai

saran dari apoteker untuk selalu patuh menggunakan obat secara teratur serta 7

orang (22,6%) tidak pernah menerima informasi mengenai saran dari apoteker

untuk selalu patuh menggunakan obat secara teratur.

Penggunaan obat tersebut juga memenuhi syarat – syarat rasionalitas.

Penggunaan obat yang rasional didefinisikan sebagai tepat golongan, tepat obat,

sesuai antara keluhan dengan indikasi obat, tepat dosis, tepat lama pengobatan dan

jika sakit berlanjut harus menghubungi tenaga kesehatan serta waspada pada efek

samping obat (DepKes RI, 1996). Sehingga untuk mencapai efek terapi yang

diinginkan maka diperlukan adanya kepatuhan yang dapat diukur dari dosis, cara

penggunaan, interval, dan lama penggunaan obat.

Masalah keberhasilan terapi dengan obat tidak hanya tergantung pada

ketepatan dalam mendiagnosa, dan pemilihan obat, namun juga sangat tergantung

pada kepatuhan dalam hal-hal yang berkaitan dengan obat yang diminumnya,

sehingga menurut Sutarno (1997) kepatuhan diharapkan semakin tinggi dengan

diberikannya informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pasien.

Menurut penelitian dinegara berkembang tingkat kepatuhan pasien

dengan penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang sebesar 50 %

dari populasinya (WHO, 2003). Komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan

seperti dokter dan apoteker dengan pasien adalah kunci keberhasilan dari terapi

yang diterima oleh pasien. Diharapkan apoteker selalu bersedia untuk

memberikan informasi mengenai segala hal yang dibutuhkan pasien terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

57

dengan pengobatan terhadap penyakit sehingga pasien lebih percaya dan patuh

dalam menjalani pengobatan.

Hasil pelaksanaan informasi mengenai penyakit asma kepada Pasien di

apotek dapat dilihat pada gambar 1. Berdasarkan keterangan pada gambar 1, dapat

disimpulkan sebagian besar pelayanan informasi mengenai penyakit asma yang

diterima pasien belum terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar yang

berlaku karena persentasenya masih dibawah 50%. Persentase terendah yaitu

informasi mengenai pemeriksaan penunjang (22,6%).

Gambar 6. Persentase pelayanan informasi penyakit asma yang diterima

penderita asma di Kabupaten Sleman pada bulan Februari-

April 2014

Hal ini dapat disebabkan oleh konsumen yang belum mengetahui atau

memahami adanya standar pelayanan kefarmasian sehingga mereka belum peduli

terhadap jenis pelayanan yang diberikan oleh apoteker. Konsumen belum

memahami hak-hak pasien terhadap jenis pelayanan farmasi yang seharusnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

58

mereka dapatkan, antara lain khasiat obat, lama penggunaan obat, cara

penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul, tindakan bila ada efek

samping/keracunan obat, tindakan bila terjadi salah dosis, pantangan obat untuk

penyakit tertentu, pantangan makanan saat minum obat, jadi tidak hanya meliputi

cara dan aturan pakai obat.

b. Profil pelayanan informasi mengenai obat asma kepada pasien di Kabupaten

Sleman

Berdasarkan yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan

disebutkan bahwa apoteker berkewajiban memberikan informasi yang berkaitan

dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien: penggunaan obat secara

tepat, aman, dan rasional.

Tabel III. Komponen informasi mengenai obat asma yang diterima penderita asma

di Kabupaten Sleman pada bulan Februari -April 2014

No Jenis Informasi Jawaban Jumlah

(n=31)

Persentase

(%)

1 Pengobatan asma

simptomatik

Pernah 10 32.3

Kadang-kadang 12 38.7

Tidak pernah 9 29.0

2 Obat yang harus

diminum secara rutin

Pernah 10 32.3

Kadang-kadang 12 38.7

Tidak pernah 9 29.0

3 Nama dan indikasi obat Pernah 7 22.6

Kadang-kadang 12 38.7

Tidak pernah 12 38.7

4 Cara atau rute pemakaian

obat

Pernah 19 61.3

Kadang-kadang 10 32.3

Tidak pernah 2 6.5

5 Aturan pemakaian obat Pernah 22 71.0

Kadang-kadang 7 22.6

Tidak pernah 2 6.5

6 Cara menggunakan obat

secara inhaler

Tidak

menerima

inhaler

- 8 25.8

Menerima

inhaler

- - 74.2

Pernah 8 25.8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

59

Kadang-

kadang

12 38.7

Tidak pernah 3 9.7

7 Cara menjaga kesehatan

mulut

Tidak

menerima

inhaler

8 25.8

Menerima

inhaler

- - 74.2

pernah 7 22.6

Kadang-

kadang

7 22.6

Tidak pernah 9 29.0

8 Efek samping obat Pernah 10 32.3

Kadang-kadang 10 32.3

Tidak pernah 11 35.5

9 Obat yang aman

digunakan dan aturan

pakai selama kehamilan

dan menyusui

Tidak Hamil 30 96.8

Tidak pernah 1 3.2

10 Cara penyimpanan obat Pernah 11 35.5

Kadang-kadang 14 45.2

Tidak pernah 6 19.4

11 Obat yang tersisa dalam

inhaler

Tidak

menerima

inhaler

8 25.8

Menerima

inhaler

- - 74.2

Pernah 3 9.7

Kadang-

kadang

12 38.7

Tidak pernah 8 25.8

1) Pengobatan asma simptomatik

Berdasarkan Tabel III di atas, serangan akut adalah keadaan darurat dan

membutuhkan bantuan medis segera. Penanganan harus cepat dan sebaliknya

dilakukan di rumah sakit/gawat darurat. Kemampuan pasien untuk mendeteksi

dini perburukan asmanya adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya

sendiri saat serangan di rumah sebelum ke dokter atau ke apoteker (MenKes RI,

2008). Dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 10 orang (32,3%) menjawab

selalu, 12 orang (38,7%) menjawab kadang – kadang dan 9 orang (29,0%)

Tabel III. Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

60

menjawab tidak pernah menerima informasi mengenai obat yang diterima untuk

mengobati serangan asma apabila terjadi serangan secara mendadak (pengobatan

asma simptomatik).

Menurut DepKes RI (2008), serangan asma akut perlu diketahui oleh

pasien. Serangan asma akut sering terjadi ketika penderita berada ditempat

terdapat banyaknya faktor pencetus seperti debu, tungau, asap rokok, udara dingin

dan masih banyak faktor lainnya dan seringkali terjadi di rumah sehingga

informasi mengenai penatalaksanaan asma akut sebaiknya diketahui dengan baik

oleh pasien dan keluarga pada saat berobat ke apotek atau ke rumah sakit terdekat

dari apoteker. Namun bila tidak terjadi perubahan segera dibawa ke fasilitas

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Penanganan untuk kasus asma akut atau

simptomatik harus cepat dan disesuikan dengan derajat serangan.

2) Obat yang harus diminum secara rutin

Menurut DepKes RI (2008), Penatalaksaan asma jangka panjang

bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah terjadinya serangan asma.

Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.

Anti inflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit

serta mencegah serangan dikenal sebagai pengontrol. Bronkodilator merupakan

pengobatan saat serangan untuk mengatasi eksaserbasi/serangan, dikenal pelega.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sebanyak 10 orang (32,3%) menjawab selalu,

12 orang (38,7%) menjawab kadang – kadang dan 9 orang (29,0%) tidak pernah

menerima informasi mengenai obat yang harus diminum secara rutin untuk

mencegah terjadinya serangan asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

61

Pada pengobatan asma jangka panjang edukasi, informasi, komunikasi

memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan pasien akan menggunakan obat

setiap hari seumur hidupnya, yang penting adalah ketaatannya dalam mengikuti

semua yang di informasikan oleh petugas kesehatan ( DepKes RI, 2007).

Peran apoteker juga mejadi titik fokus dimana apoteker dituntut untuk

memberikan informasi yang detail dan mudah dimengerti oleh pasien dan dapat

meyakinkan pasien agar pasien mau menjalankan pengobatannya dengan teratur

dan terkontrol. Bila peran penting ini tidak dilaksanakan oleh apoteker dengan

baik maka keberhasilan terapi dan tujuan penatalaksanaan asma yaitu

meningkatkan kualitas hidup pasien tidak tercapai.

3) Nama dan indikasi obat

Menurut DepKes RI (2014), sebelum obat diberikan kepada pasien harus

diperiksa kembali nama obat, cara penggunaan, dan jenis dan jumlah obat untuk

memastikan bahwa obat benar dan sesuai untuk diberikan kepada pasien. Dari 31

responden yang diteliti pada Tabel III, sebanyak 7 orang (22,6%) selalu

menerima informasi mengenai mengenai nama obat dan indikasi atau kegunaan,

12 orang (38,7%) kadang – kadang menerima informasi mengenai nama obat dan

indikasi atau kegunaan serta 12 orang (38,7%) tidak pernah menerima informasi

mengenai nama obat dan indikasi atau kegunaan.

Informasi mengenai nama dan indikasi obat merupakan salah satu tahap

awal dalam melayani informasi obat kepada pasien. Pasien harus mengetahui

informasi mengenai nama obat yang diterima dan fungsi atau kegunaan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

62

tersebut. Dengan memberikan pasien informasi ini berarti pasien diajak untuk

berperan aktif dalam pengobatannya (DepKes RI, 2004).

4) Cara atau rute pemakaian obat

Berdasarkan Tabel III, diperoleh hasil mengenai informasi yang diterima

penderita terkait cara atau rute pemakaian obat yaitu sebanyak 19 orang (61,3%)

selalu menerima informasi mengenai mengenai cara atau rute pemakaian obat

asma, 10 orang (32,3%) kadang – kadang menerima informasi mengenai cara atau

rute pemakaian obat asma serta 2 orang (6,5%) tidak pernah menerima informasi

mengenai cara atau rute pemakaian obat asma.

Informasi mengenai cara atau rute penggunaan obat menjadi faktor

penting keberhasilan suatu terapi. pengobatan asma dapat diberikan melalui

berbagai rute yaitu inhalasi, oral dan parenteral (subkutan, intramuscular,

intravena). Ada beberapa obat memang dapat bekerja efektif bila diberikan

melalui rute oral atau inhalasi dan juga ada beberapa obat yang memang hanya

bisa diberikan secara oral, iv, im atau melalui rute yang lain. Sehingga apabila

informasi ini tidak diberikan secara detail atau bahkan dilupakan maka akan

membahayakan keselamatan pasien seperti menyebabkan keracunan dan

kematian. Pasien asma biasanya menggunakan obat dalam bentuk inhaler sebagai

pertolongan pertama untuk mengatasi serangan asma mendadak sedangkan untuk

terapi jangka panjang pasien asma biasanya menerima obat oral dan inhalasi

(DepKes RI, 2004).

Kelebihan pemberian pengobatan langsung ke jalan napas (inhalasi)

(BinFar, 2007) adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

63

a) Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas

b) Efek sistemik minimal atau dihindarkan

c) Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak

terabsorpsi pada pemberian oral. Waktu kerja bronkodilator adalah lebih

cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.

5) Aturan pemakaian obat

Informasi tentang frekuensi pemakaian obat yang digunakan oleh pasien

yang disampaikan oleh apoteker sangatlah penting. Hal ini bertujuan agar pasien

benar-benar mengerti berapa kali obat tersebut harus dikonsumsi dengan maksud

agar obat dapat mencapai efek terapi atau tidak overdose. Dari 31 responden yang

diteliti, sebanyak 22 orang (71,0%) selalu menerima informasi mengenai

mengenai aturan pakai obat, 7 orang (22,6%) kadang – kadang menerima

informasi mengenai aturan pakai obat serta 2 orang (6,5%) tidak pernah menerima

informasi mengenai aturan pakai.

Aturan minum atau aturan pakai merupakan hal yang penting dalam

penggunaan obat karena berhubungan dengan konsentrasi atau ketersediaan obat

didalam tubuh. Ketepatan dosis berkaitan dengan selang waktu pemakaian, tidak

hanya memperhatikan jumlah yang harus diminum, tetapi juga perlu diperhatikan

selang waktu yang benar untuk meminum obat.

Peran apoteker pada pelayanan informasi mengenai aturan pakai obat

yang diresepkan kepada pasien asma tersebut adalah memastikan bahwa pasien

telah mengerti dengan baik dan benar mengenai aturan pakai obat yang

diresepkan. Pemberian informasi ini harus disertai dengan diskus dan catatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

64

khusus sebagai alarm bila pasien atau keluarga lupa. Tetapi untuk catatan khusus

ini belum direalisasikan oleh apoteker.

6) Cara menggunakan obat secara inhaler

Berdasarkan hasil pada Tabel III, sebanyak 8 orang (25,8%) yang belum

pernah menerima obat dalam bentuk inhaler, 8 orang (25,8%) selalu menerima

informasi mengenai mengenai cara penggunaan obat dalam bentuk inhaler, 12

orang (38,7%) kadang – kadang menerima informasi mengenai cara penggunaan

obat dalam bentuk inhaler serta 3 orang (9.7%) tidak pernah menerima informasi

mengenai cara penggunan obat dalam bentuk inhaler.

Pasien asma selalu menggunakan obat asma untuk menjaga kualitas

hidupnya. Bila terjadi serangan asma, obat dalam inhaler akan membantu pasien

untuk kembali beraktifitas dengan normal sehingga cara penggunaan obat inhaler

harus diketahui dengan baik dan benar oleh pasien asma. Dalam penggunaan

inhaler, apabila melakukan kesalahan maka dosis obat yang masuk atau yang

terhirup akan tidak sesuai dengan dosis sebenarnya dan tidak akan menimbulkan

efek bagi pasien.

Pelayanan informasi mengenai cara penggunaan obat inhaler pada pasien

asma harus diperlakukan khusus seperti dilakukan dalam bentuk konseling kepada

pasien.

7) Cara menjaga kesehatan mulut

Penggunaan kortikosteroid dalam waktu yang lama tetapi tidak

memperhatikan aturan setelah penggunaan obat yaitu berkumur dengan air dapat

menyebabkan menurunnya kesehatan gigi dan mulut bagi penderita asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

65

Dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 8 orang (25,8%) yang belum

pernah menerima obat dalam bentuk inhaler, 7 orang (22,6%) selalu menerima

informasi mengenai pasien diharuskan untuk berkumur – kumur dengan air untuk

menjaga kesehatan mulut setelah menggunakan obat secara inhaler, 7 orang (22,6

%) kadang – kadang menerima informasi mengenai mengenai pasien diharuskan

untuk berkumur – kumur dengan air untuk menjaga kesehatan mulut setelah

menggunakan obat secara inhaler serta 9 orang (29,0%) tidak pernah menerima

informasi mengenai mengenai pasien diharuskan untuk berkumur – kumur dengan

air untuk menjaga kesehatan mulut setelah menggunakan obat secara inhaler.

Penderita asma biasanya menerima pengobatan dengan steroid yang

dapat menimbulkan pewarnaan pada bagian luar gigi karena perubahan flora

mulut serta dapat menimbulkan kandidiasis. Kortikosteroid dapat merubah pH

rongga mulut dan menurunkan aliran saliva sehingga terjadi xerostomia dan

peningkatan erosi gigi. Salah satu cara untuk mengatasi timbulnya penyakit pada

mulut yaitu pasien diharuskan untuk berkumur dengan air setelah penggunaan

inhaler steroid atau obat-obatan lainnya (Rusdi, 2013).

8) Efek samping obat

Efek samping obat merupakan hal yang penting dalam pengobatan

terhadap pasien. Tidak semua pasien dapat mengalami efek samping dari

penggunaan obat tetapi informasi mengenai hal ini tetap diberikan supaya pasien

tidak menganggap efek samping adalah suatu gejala penyakit baru. pada Tabel

III, sebanyak 10 orang (32,3%) selalu menerima informasi mengenai efek

samping obat, 10 orang (32,3%) kadang – kadang menerima informasi mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

66

mengenai efek samping obat dan 11 orang (35,5%) tidak pernah menerima

informasi mengenai mengenai efek samping obat.

Masalah efek samping obat merupakan masalah yang penting selain

masalah efek terapi obat. Pasien harus diperkenalkan secara dini bahwa setiap

obat tidak hanya mempunyai efek terapi tetapi juga efek yang tidak diinginkan

atau efek samping. Efek samping obat merupakan reaksi yang sifatnya merugikan

pasien atau pengguna dan timbulnya pada penggunaan obat dengan dosis terapi.

Resiko efek samping obat dapat diperbesar dengan penggunaan obat oleh pasien

yang tidak rasional. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis maupun

dosis, jelas akan meningkatkan resiko efek samping. Jika selama mengkonsumsi

obat timbul gejala lain yang dirasakan maka segera menghubungi apoteker atau

dokter (Kimin, 2009).

9) Obat yang aman digunakan untuk ibu hamil dan menyusui

Selama proses kehamilan dan menyusui penggunaan obat sangat

diperhatikan karena ada kemungkinan obat yang diminum oleh ibu dapat

dieksresikan kedalam air susu sehingga peresepan obat untuk ibu hamil dan

menyusui dilakukan dengan pertimbangan manfaat yang diperoleh lebih tinggi

daripada resikonya. Dari 31 responden yang diteliti, sebanyak 30 orang (96,8%)

bukan responden yang sedang hamil dan tidak bisa hamil dan 1 orang (3,2%)

tidak pernah menerima informasi mengenai obat yang diterima.

Menurut DepKes RI (2007), sebagian besar obat asma dapat dieksresikan

melalui air susu ibu dan sebagian belum diketahui secara pasti dapat dieksresikan

melalui air susu ibu. Maka disini peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

67

menjadi hal yang penting yaitu merekomendasikan obat yang dapat digunakan

oleh ibu hamil tersebut.

10) Cara penyimpanan obat

Menurut DepKes RI (2004), cara penyimpanan obat dapat mempengaruhi

stabilitas dari sediaan obat tersebut. Pada Tabel III no. 10, sebanyak 11 orang

(35,5%) selalu menerima informasi mengenai cara penyimpanan obat yang baik,

14 orang (45,2%) menjawab kadang-kadang menerima informasi ini dan 6 orang

(19,4%) tidak pernah menerima informasi ini.

Menurut MenKes RI (2004) menyebutkan bahwa semua bahan obat

harus disimpan dalam kondisi yang sesuai, layak, dan menjamin kestabilan bahan.

Penyampaian informasi mengenai cara penyimpanan obat yang baik ini sangat

diperlukan bagi pasien terutama pasien rawat jalan karena pasien harus

mengontrol dan mengatur obat yang diterima secara sendiri atau dibantu oleh

keluarga pasien dirumah. Tetapi apabila pasien ataupun keluarga jarang atau

bahkan tidak pernah diberi informasi mengenai penyimpanan obat yang baik

seperti jangan menyimpan obat ditempat yang langsung terpapar sinar matahari

sebaliknya simpanlah ditempat yang sejuk, menutup wadah obat dengan rapat dan

menyimpan pada kemasan asli yang telah diberikan oleh apoteker, jangan

meninggalkan obat terlalu lama ditempat yang sering terjadi perubahan suhu

seperti dalam mobil karena dapat merusak sediaan obat tersebut maka hal-hal

yang tidak diinginkan atau membahayakan pasien bisa terjadi. Hal ini berkaitan

dengan perubahan bentuk dan sifat dari obat tersebut sampai bisa terjadi

kerusakan obat yang berujung pada ketidakefektifan obat itu bekerja dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

68

meringankan bahkan menyembuhkan penyakit pasien dan bisa menyebabkan

toksisitas.

Pasien asma sering diberikan obat dalam bentuk inhaler untuk

meringankan sesak nafas yang terjadi pada saat terjadi eksaserbasi sehingga

informasi mengenai cara penyimpanan obat dalam bentuk inhaler agar tetap

terjaga kestabilannya sangatlah penting dalam menunjang kualitas hidup pasien

asma.

11) Obat yang tersisa dalam inhaler

Berdasarkan Tabel III, sebanyak 8 orang (25,8%) yang belum pernah

menerima obat dalam bentuk inhaler, 3 orang (9,7%) selalu menerima informasi

mengenai cara mengetahui obat yang masih tersisa dalam inhaler, 12 orang

(38,7%%) kadang – kadang menerima informasi cara mengetahui obat yang

masih tersisa dalam inhaler dan 8 orang (25,8%) tidak pernah menerima informasi

cara mengetahui obat yang masih tersisa dalam inhaler.

Hasil pelaksanaan informasi mengenai obat asma kepada pasien di

apotek dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

69

Gambar 7. Persentase pelayanan informasi obat asma yang diterima

penderita asma di Kabupaten Sleman pada bulan Februari-

April 2014

Berdasarkan keterangan pada gambar diatas, informasi yang paling

banyak diterima oleh penderita asma adalah aturan pemakaian obat dengan jumlah

penderita asma yang menjawab sebesar 22 orang (71,0%) dan yang paling rendah

yaitu informasi mengenai obat yang tersisa dalam inhaler dengan jumlah penderita

asma sebanyak 3 orang (9,7%). Hal dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pelayanan informasi mengenai penyakit asma yang diterima penderita belum

terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku.

Hasil pelaksanaan informasi obat yang diterima penderita asma terlihat

bahwa belum semua komponen dalam standar yang berlaku di realisasikan oleh

apoteker. Persentase komponen informasi obat yang diberikan kepada penderita

paling rendah adalah pemeriksaan penunjang, obat yang digunakan oleh ibu hamil

dan menyusui serta obat yang masih tersisa dalam inhaler. Hal ini karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

70

penderita pasif pada saat proses pemberian informasi obat berlangsung yang

disebabkan penderita tidak mengetahui haknya untuk memperoleh informasi yang

selengkap-lengkapnya dari apoteker dan tidak mengetahui adanya standar dalam

pelayanan informasi obat.

3. Harapan penderita asma terhadap pengobatan yang diterima di

Kabupaten Sleman

Harapan responden berdasarkan pelayanan yang diterima di apotek dapat

dilihat pada tabel IV berikut.

Tabel IV. Harapan Responden Terhadap Pelayanan Informasi Obat Yang Diterima

Di Kabupaten Sleman Pada Bulan Februari – April 2014

No Jawaban Harapan Responden Jumlah

(n = 31)

Persentase

(%)

1 Apoteker menjelaskan informasi obat lebih

jelas/detail terutama mengenai efek samping,

indikasi, kontraindikasi dan pantangan

makanan/minuman dan meminta penderita

mengulangi informasi tersebut agar tidak ada

kesalahan presepsi antara penderita dan apoteker

13 42

2 Apoteker supaya lebih ramah dalam melayani

informasi obat kepada penderita

5 16,1

3 Apoteker supaya lebih peduli terhadap penderita,

bertanya mengenai keadaan penderita dan

mengulangi kembali informasi obat yang

diberikan oleh dokter

3 9,7

4 Apoteker hendaknya sering mengadakan

penyuluhan mengenai penyakit asma

2 6,5

5 Apoteker dalam memberikan pelayanan informasi

obat jangan terlalu lama

2 6,5

6 Apoteker supaya lebih informatif dalam melayani

penderita ( terkadang apoteker hanya memberikan

obat yang diminta tanpa bertanya ataupun

memberikan penjelasan mengenai obat yang

dibeli

1 3,2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

71

7 Apoteker dalam melayani informasi obat harus

merata untuk semua golongan, tidak memandang

dari kalangan mana penderita tersebut

1 3,2

8 apoteker menjelaskan lebih detail penggunaan

obat yang diterima penderita tertama untuk obat

dalam bentuk inhaler

1 3,2

9 Apoteker supaya selalu memberikan informasi

mengenai obat yang diterima walaupun penderita

sudah sering menerima obat tersebut

1 3,2

10 Apoteker menjelaskan lebih detail bila penderita

menerima obat baru, terkait kelebihan dan

indikasi dari obat tersebut

1 3,2

11 Apoteker supaya memberikan catatan khusus

kepada penderita/keluarga sebagai pengingat

untuk menghindari terjadinya kesalahan

1 3,2

Total 100

Berdasarkan data pada tabel IV di atas, sebagian besar responden (13

orang) berharap bahwa apoteker menjelaskan informasi obat lebih jelas/detail

terutama mengenai efek samping, indikasi, kontraindikasi dan pantangan

makanan/minuman serta meminta penderita mengulangi informasi tersebut agar

tidak ada kesalahan presepsi antara pasien dan apoteker, 5 orang responden

berharap kedepannya apoteker lebih ramah dalam melayani pasien.

Persepsi baik dinyatakan konsumen jika mereka merasa mendapatkan

pelayanan apotek yang sesuai atau melebihi harapan konsumen walaupun

konsumen itu sendiri belum memahami hak-hak pasien terhadap jenis pelayanan

farmasi yang seharusya mereka dapatkan sesuai dengan standar pelayanan farmasi

komunitas (apotek). Pelayanan farmasi yang sesuai dengan standar pelayanan

farmasi komunitas antara lain khasiat obat, lama penggunaan obat, cara

penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul, tindakan bila ada efek samping

Tabel IV. Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

72

obat, tindakan bila terjadi salah dosis, obat tidak boleh digunakan untuk penyakit

tertentu, obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan makanan, jadi tidak

hanya meliputi cara dan aturan pakai obat yang diterima penderita.

Informasi yang diberikan oleh seorang dokter dan apoteker menurut

Setiadji (1996) seharusnya adalah informasi dalam bentuk bahasa yang sederhana

dan mudah dimengerti oleh pasien, dan untuk informasi yang penting harus selalu

diulangi agar selalu diingat oleh penderita, dapat juga diberikan informasi yang

tertulis atau dengan gambar agar lebih cepat diikuti dirumah. Pada saat pemberian

informasi perlu juga dilihat respon dari pasien atas informasi yang diberikan dan

perlu diwaspadai bila pasien bingung mengenai informasi yang telah diberikan.

Upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan ketaatan pasien dalam menggunakan

obat antara lain pemberian informasi yang benar dan jelas kepada pasien

walaupun pasien seorang anak kecil. Menurut Suryawati (1998), penggunaan obat

dengan benar dapat mempengaruhi keberhasilan dari proses terapi, dan dengan

diketahuinya penggunaan obat yang benar kemungkinan pasien akan lebih taat

dalam meminum obat-obat yang telah diberikan.

Kelengkapan informasi obat menjadi hal yang penting dan menjadi hak

pasien karena suatu obat kadang tidak berefek secara maksimal hanya karena

salah dalam aturan minum. Beberapa jenis obat dapat diganggu penyerapannya

oleh adanya makanan, sehingga kadar obat yang masuk ke peredaraan darah tidak

memadai. Penghentian minum obat setelah gejala mereda pada pengobatan

tertentu tidak dibenarkan. Sebaliknya beberapa pengobatan hanya dianjurkan

pemakainnya sampai gejala mereda. Efek samping obat perlu diketahui agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

73

pasien tidak mengira sebagai penyakit baru atau komplikasi dari penyakit yang

dideritanya ( Siregar dan Amalia, 2004).

Hasil evaluasi dari profil pelayanan informasi obat yang diterima

penderita asma yang menebus obat di apotek belum tercapai sesuai dengan

standar yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian ini, pelayanan informasi mengenai obat asma yang

diterima penderita asma berdasarkan KepMenKes RI No.

1027/MenKes/SK/IX/2004 dan Bina Farmasi DepKes RI (2007) tentang

“Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma belum dilaksanakan secara

menyeluruh oleh Apoteker di Kabupaten Sleman.

2. Data dari 31 responden diperoleh hasil bahwa 13 responden berharap bahwa

Apoteker menjelaskan informasi obat lebih jelas atau detail terutama

mengenai efek samping, indikasi, kontraindikasi dan pantangan

makanan/minuman serta meminta pasien mengulangi informasi tersebut agar

tidak ada kesalahan presepsi antara pasien dan apoteker, dan apoteker lebih

ramah dalam melayani pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

75

B. Saran

1. Apoteker perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami dan

melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan standar

pelayanan kefarmasian di apotek khususnya informasi obat lebih jelas atau

terperinci terutama mengenai pemeriksaan penunjang, efek samping,

kontraindikasi dan pantangan makanan/minuman dan penggunaan obat yang

aman untuk ibu hamil dan menyusui guna meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian di apotek terutama untuk penderita asma.

2. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan membatasi kapan terakhir subyek uji

berobat untuk menghindari terjadinya bias pada data dan menggunakan

responden yang memiliki data lengkap seperti medical record mengetahui

apakah responden benar-benar merupakan penderita asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

76

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M., 2001, Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, hal. 20, 28,130.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, PT

RinekaCipta, pp. 50.

Azwar, I., S., 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

, 2004, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 1, Pustaka Pelajar,

Jakarta.

Bourke, S.J., 2003, Lecture Notes on Respiratory Medicine, 6th

ed, Massachusetts,

pp. 91-112.

Chabra SK., 2008, Assessment of Control in Asthma: The New Focus in

Management, The Indian Journal of Chest Diseases & Allied Sciences,

pp. 50: 109-15.

Christiana, H., 2005, Pengaruh Aspek Tanggung Jawab, Status Jabatan,

Wewenang dan Kompensasi dalam Pengembangan Karis Terhadap

Kinerja Karyawan Etnis Jawa dan Etnis Cina, Tesis, 48, Universitas

Diponegoro , Semarang.

Cockroft DW., Swystun, V. A., 1996, Asthma Control Versus Asthma Severity. J

Allergy Clin Immunol, pp. 98: 1017-8.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996, Kompendia Obat Bebas, Jilid

1, 8, 11, Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Apotek, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Kebijakan Obat Nasional,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Direktorat Jenderal

Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

77

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 a, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 b, Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, Dirjen Bina.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Asma,Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen

Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, hal. 2-8.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004), Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, Keputusan Menteri Kesehatan RI,

Jakarta, hal. 4.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, http://www.depkes.go.id, diakses

tanggal 24 September 2013.

Dinas Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010, Hari Asma Sedunia Tahun 2010,

Dinkes Provinsi

D.I.Y,http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/225-hari-asma-

sedunia-tahun-2010, diakses tanggal 29 September 2013.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012, Hari Asma Sedunia di BP4

Yogyakarta, http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/337-hari-

asma-seduniadi-bp4-yogyakarta, diakses tanggal 9 Maret 2014Dinas

Kesehatan Semarang, 2013, Pelayanan Informasi Obat (PIO) di

Puskesmas, Dinas Kesehatan Semarang, http://www.dinkes-

kotasemarang.go.id/?p=kegiatan_mod&j=lihat&id=54, diakses tanggal

12 Juni 2013.

.

Djunaria, 2010, Assessment Pelayanan Informasi Obat Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan akut (ISPA) oleh petugas penyerahan obat di Puskesmas-

Puskesmas di Kota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,

Tesis, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

78

Genaro, A. R., 2000, Remington (ed) The Science and Practice of Pharmacy 20th

edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins Co Walter Kluwers

Company.

GINA, 2006, Global Strategy for Asthma Management And Prevention, The

Netherlands: World Health Organization.

GINA, 2007, Global strategy for asthma management and prevention. National

Institutes of Health,

(indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../597)

, diakses tanggal 22 September 2013.

Handayani, R.S., Gitawati, R., Muktiningsih, S.R., Raharni., 2006, Eksplorasi

Pelayanan Informasi yang Dibutuhkan Konsumen Apotek dan Kesiapan

Apoteker Memberi Informasi Terutama untuk Penyakit Kronik dan

Degeneratif, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 (1), 38-46.

Ikawati Z, 2010, Pelayanan Farmasi Kinik pada Era Genomik: Sebuah Tantangan

dan Peluang, Disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar, UGM,

Yogyakarta.

ISAAC Steering Committee, 1998, Worldwide variations in prevalence of asthma

symptoms: The International Study of Asthma and Allergies in Childhood

(ISAAC), Eur Respir J, pp. 12,315.

Kimia Farma., 2003, Pharmaceutical Care diantara Tuntutan Profesionalitas dan

Bisnis, Disampaikan dalam Diskusi Keprofesian, UGM, Yogyakarta.

Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Sutoyo, D.K., Yunus, F., Pradjnaparamita,

Suryanto, E., et al, 2004, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Asma di Indonesia, edisi I, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 97-102.

NHLBI, 2007, Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma,

National Institutes of Health, USA, pp. 12-20.

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,

hal. 152-153.

Oemiati, R., arice, S., dan Qomariah, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penyakit Asma di Indonesia, Puslitbang BMF, Jakarta, hal. 42.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Asma: Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan Di Indonesia, PDPI

http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.html, diakses tanggal 26

September 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

79

Plaschke P., Janson C., Norrman E., Bjornsson E., Ellbjar S., Jarvholm B., 2000,

Onset And Remission Of Allergic Rhinitis And Asthma And The

Relationship With Atopic Sensitization And Smoking, Am J Repir Crit

Care Med, pp. 162: 920-4.

Purnomo., 2008, Faktor-Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Asma Bronkial Pada Anak, Skripsi, 33, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Purwanti, A., Harianto., Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar

Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah Ilmu

Kefarmasian, 1 (2), pp. 102-115.

Quick, J.D., Rankin, J. R., Laing, R.O., O’connor, R. W., Horgerzeil, H.V.,

Dukes, M. N. G., and Garnet, A., 1997, Managing Drug Supply, The

Selection, Procurement, Distribution And Use Of Pharmaceutical, 2nd

edition, Kumarin Press, USA.

Rengganis, I., 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Majalah

Kedokteran Indonesia, 58 (11).

Roscoe, J.Y., 1975, Fundamental Research Statistic For The Behavioural

Science, New York: Holt Rinehart & Wington.

Rusdi, R. K., 2013, Prevalensi Karies Dan Kebutuhan Perawatan Gigi Pada Anak

Dengan Medically Compromised Di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, Skripsi, 14, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Santoso, 1994, Importance of Patient Counseling, Guest Editorial, Medical

Progress November Supplement, Department of Clinical Pharmacology,

6-8, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Sekaran, U., 2006, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta : Salemba Empat.

Setiadji, R., 1996, Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien Menuju

Penggunaan Obat Rasional, Medika, 22 (5), pp. 384-386.

Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan

Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 25.

Siregar, 2006, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran

ECG, Jakarta, hal. 30-38.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung, pp.366-368.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

80

Suhartati, M. R., 2014, Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien

Asma Oleh Apoteker Pada Sepuluh Apotek Di Kota Yogyakarta, Skripsi,

67, 87, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Sunarsih, I., 2002, Pelayanan Informasi Obat dan Pengobatan Sebagai Unjung

Tombak Pelayanan Kesehatan, Jurnal Manajemen Kesehatan, 5 (4).

Sundaru, H., 2007, Kontrol Asma Sebagai Tujuan Pengobtan Asma Masa Kini,

http://staff.ui.ac.id/internal/140053451/publikasi/PidatopengukuhanProf

HeruRingkasan.pdf, diakses tanggal 20 September 2013.

Supardi, S., 2005, Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Resep di Apotek Kopkar

Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta, Majalah Ilmu Kefarmasian, volume 2,

No. 1 April 2005, hal 12-21.

Suryani, M., 2005. Analisis Faktor-Faktor Resiko Paparan Debu Kayu Terhadap

Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Industri Pengolahan Kayu PT.

Surya Sindoro Sumbing Wood Industry Wonosobo, Tesis, 22,

Universitas di Ponegoro, Semarang.

Suryawati, 1997, Efisiensi Pengelolaan Obat di Rumah Sakit, Program

Pengembangan Eksekutif MM, UGM, Yogyakarta.

Sutarno, 1997, Konseling Obat, Salah Satu Tahap Untuk Menuju Penggunaan

Obat Yang Rasional, Medika, 23 (3), pp. 173

Trisna, Y., 2007, Perkembangan dan Penerapan Pharmaceutical Care,

Pharmaceutical Care, 1-13.

WHO, 1993, How To Investigate Drug Use In Health Facilities, World Health

Organization, Geneva.

WHO,1998, The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication, The

Hague, The Netherlands: WHO, p. 1-11.

WHO , 2003, Adherences To Long-Term Therapies, Evidences For Action, The

Netherlands: World Health Organization.

Widi, R.K., 2009, Asas Metodelogi Penelitian, Surabaya, Graha Ilmu, pp. 205–

215.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

81

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

82

Lampiran I. Validasi kuesioner

PETUNJUK PENGERJAAN

Berikut ini terdapat 22 pernyataan, bacalah dan pahami setiap pernyataan yang ada dengan seksama. Berilah tanda silang (X) didalam

pilihan kotak yang tersedia, yaitu :

SS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI” dengan diri Anda

S : Bila pernyataan tersebut “SESUAI” dengan diri Anda

TS : Bila pernyataan tersebut “TIDAK SESUAI” dengan diri Anda

STS : Bila pernyataan tersebut “SANGAT TIDAK SESUAI” dengan diri Anda

Anda bebas untuk menentukan pilihan atas jawaban Anda sendiri. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban

Anda yang mencerminkan diri Anda masing-masing.

Contoh cara Pengisian :

Pernyataan SS S TS STS

Saya mendapat peragaan menggunakan alat inhaler X

Ketika Anda keliru memilih jawaban dan memberi tanda silang (X), maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban dan memberi tanda

silang (X) pada pilihan jawaban yang lebih sesuai :

Contoh koreksi :

Pernyataan SS S TS STS

Saya mendapat peragaan menggunakan alat inhaler X X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

83

I. Kecukupan Pemberian Informasi dan Edukasi

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan !

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya menerima pengarahan mengenai cara pemilihan obat yang tepat

berdasarkan gejala yang dialami dan hasil diagnosa

2. Saya menerima informasi dan edukasi dalam penggunaan obat

3. Saya mengetahui bahwa penyakit asma tidak bisa disembuhkan tetapi dapat

dicegah kekambuhannya

4. Saya mendapatkan obat dalam jumlah kecil (sedikit)

5. Saya mendapat dosis obat perhari yang lebih sedikit.

6. Saya menerima obat dengan efek samping obat kecil.

7. Saya memahami informasi yang diberikan dengan adanya alat peragaan

berupa inhaler, rotahaler.

8. Saya mengetahui aturan pakai obat yang saya terima

9. Saya mendapat informasi bahwa harus menghindari asap rokok dan

kendaraan, udara dingin, debu, bulu kucing dan serbuk sari bunga

10. Saya mengetahui secara mendetail obat – obat asma yang saya gunakan

II. Informasi yang disampaikan kepada Pasien dan Keluarga

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan. Selamat Mengerjakan !

No. Pernyataan SS S TS STS

10. Saya mengetahui awal mulanya muncul penyakit, gejala-gejala, dan faktor-

faktor pencetus asma dari informasi yang diberikan.

11. Saya mengetahui serangan asma yang terjadi dan sejauhmana tingkat

keparahan.

12. Ketika terjadi serangan saya akan mencari pertolongan

13. Saya berusaha tetap tenang dan tidak panik jika terjadi serangan

14. Saya mengetahui bahwa merokok dapat memperparah serangan asma

15. Saya mengetahui macam-macam obat asma yang diberikan beserta

kegunaan dan cara pakainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

84

16. Saya mengetahui obat asma yang digunakan secara oral (lewat mulut),

parenteral (suntik), dan inhalasi (menghirup)

17. Saya mengetahui lama waktu penggunaan obat asma.

18. Saya mengetahui cara penggunaan obat-obat asma.

19. Saya mengetahui bahwa penggunaan obat asma memiliki efek samping.

20. Saya mengetahui cara mencegah dan mengurangi efek samping tersebut.

21. Setelah menggunakan inhaler yang menga ndung kortikosteroid,saya akan

berkumur-kumur dengan air

22. Saya mengetahui bahwa ada obat asma yang aman untuk ibu hamil

23. Saya mengetahui bahwa obat asma bisa digunakan untuk ibu menyusui.

24. Saya mengetahui cara menyimpan obat asma.

25. Saya mengetahui sisa obat yang tersedia dalam aerosol inhaler

26. Saya menerima penyuluhan mengenai penyakit asma dan cara

mengatasinya dari apoteker

27. Saya mendapat informasi mengenai obat-obat lain yang dapat menyebabkan

obat asma tidak bekerja atau dapt membuat keracunan

Item – item informasi yang dapat disampaikan kepada pasien:

1. mengenali sejarah penyakit, gejala-gejala, faktor pencetus

2. pemeriksaan penunjang untuk pasien asma, misalnya:

3. bagaimana mengenali serangan asma, tingkat keparahan, hal-hal yang hrs dilakukan jika terjadi serangan

4. upaya pencegahan serangan

5. hubungan asma dengan merokok dan Apa yang dilakukan jika ada keluhan setelah menggunakan obat

6. pengobatan asma: simpomatik dan pencegahan

7. macam – macam obat asma: nama dan indikasi

8. cara/rute pemberian, cara penyimpanan dan cara mengetahui obat yang tersisa

9. Kumur-kumur (setelah penggunaan)

10. waktu penggunaan dan Penggunaan untuk wanita hamil/menyusui

11. cara penggunaan, adakah peragaan dan ESO, cara pencegahan/meminimalkan ESO, dan penggunaan obat jangka panjang

(kaitannya dengan kepatuhan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

85

Lampiran 2. Kuesioner penelitian

PROFIL PELAYANAN INFORMASI OBAT YANG DITERIMA PASIEN ASMA DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI

APOTEK KOTA YOGYAKARTA

PETUNJUK PENGERJAAN

Bagian 1

Pada bagian ini terdapat 22 pernyataan, mohon dibaca dan dipahami setiap pernyataan yang ada dengan baik. Berilah tanda

check list (√ ) didalam pilihan kotak yang telah tersedia sesuai dengan jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan yang

dialami.

Keterangan :

Selalu : Menerima informasi setiap kali berobat dan menebus obat

Kadang-kadang : Pada saat berobat tidak selalu menerima informasi

Tidak pernah : Tidak pernah menerima informasi tentang obat

Contoh cara pengisian :

Contoh 1 :

Saya mendapat informasi tentang cara mengenali sejarah penyakit asma seperti penyakit keturunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

86

Jika anda memilih jawaban selalu maka berilah tanda check list pada kotak yang disediakan.

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Contoh 2 :

Saya mendapat penjelasan mengenai faktor pencetus terjadinya asma;CONTOH: 1) debu, 2) serbuk sari bunga, 3) asap rokok,

4) udara dingin, 5) olahraga pada suhu yang dingin, 6) obat (aspirin), 7) virus influenza

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda check

list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2 3 4 5 6 7

1. Saya mendapat informasi tentang cara mengenali sejarah penyakit asma seperti faktor keturunan

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

87

2. Saya mendapat penjelasan mengenai faktor pencetus terjadinya asma;

CONTOH: 1) debu, 2) serbuk sari bunga, 3) asap rokok, 4) udara dingin, 5) olahraga pada suhu yang dingin, 6) obat (aspirin),

7) virus influenza

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda

check list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2 3 4 5 6 7

3. Saya mendapat penjelasan mengenai pemeriksaan penunjang untuk pasien asma,

CONTOH:1) pemeriksaan dengan spirometer untuk mengukur kapasitas bernafas, 2) memeriksa terjadinya gangguan pada

sumbatan jalan nafas

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda

check list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2

4. Saya mendapat pengarahan mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi serangan asma,CONTOH : 1) jangan panik, 2)

mencoba bernafas dengan pelan, 3) mencari obat untuk digunakan, 4) mencari pertolongan untuk segera dibawa ke dokter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

88

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda

check list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2 3 4

5. Saya mendapat penjelasan mengenai upaya untuk mencegah terjadinya serangan asma

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

6. Saya mendapat penjelasan bagaimana mengetahui seberapa beratpenyakit asma yang dialami, CONTOH :1) adanya gejala

sesak nafas, 2) batuk, 3) mengeluarkan bunyi saat menghembuskan nafas (mengi), 4) dada terasa sesak saat bernafas yang

muncul setiap hari, 5) aktifitas fisik terbatas sebagai pertanda asma yang dialami sudah cukup berat

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

89

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda

check list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2 3 4 5

7. Saya mendapat penjelasan tentang bagaimana cara mengenali serangan asma

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

8. Saya mendapat penjelasan mengenai hubungan asma dengan merokok

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

9. Saya mendapat informasi tentang gejala timbulnya penyakit asma,CONTOH : 1) mengi pada saat menghirup nafas, 2) dada

terasa sesak yang berulang, 3) nafas tersengal-sengal, 4) nafas tetidak beraturan disiang hari

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Dari contoh tersebut di atas, contoh nomor berapakah yang pernah dijelaskan oleh apoteker. Jika ada, berilah tanda

check list (√) pada nomor yang di pilih, pilihan bisa lebih dari satu.

1 2 3 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

90

10. Saya mendapat pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan jika terjadi keluhan setelah menggunakan obat asma

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

11. Saya mendapat pengarahan bahwa seorang penderita asma membutuhkan pengobatan jangka panjang sehingga kepatuhan

untuk menggunakan obat secara teratur sangat disarankan

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

12. Saya mendapat penjelasan mengenai obat yang diterima untuk mengobati serangan asma apabila terjadi serangan secara

mendadak(pengobatan asma simptomatik)

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

13. Saya mendapat penjelasan mengenai obat yang harus diminum secara rutin untuk mencegah terjadinya serangan asma

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

91

14. Saya mendapat penjelasan mengenai obat asma seperti nama obat dan indikasi atau kegunaanya,CONTOH : obat teofilin untuk

pengobatan gejala atau pencegahan asma yang dideritanya

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

15. Saya mendapat penjelasan mengenai cara atau rute pemakaian obat asma,CONTOH : melalui oral atau diminum dan atau

melalui inhaler atau dihirup

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

16. Saya mendapat penjelasan kapan harus menggunakan obat asma,CONTOH : diminum pada pagi hari atau malam hari dan

berapa kali harus meminum obat dalam sehari

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

17. Pertanyaan ini dijawab jika anda PERNAH mendapatkan obat dalam bentuk inhaler.

Saya mendapat pengarahan dan peragaan mengenai cara penggunaan obat asma dalam bentuk inhaler

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

92

18. Saya mendapat penjelasan bahwa setelah menggunakan obat asma diharuskan untuk berkumur – kumur dengan air untuk

menjaga kesehatan mulut

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

19. Saya mendapat informasi mengenai efek obat yang tidak diinginkan (efek samping) yang mungkin timbul akibat penggunaan

obat serta bagaimana cara untuk mencegah terjadinya efek samping obat asma

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

20. Pertanyaan ini dijawab jika anda sedang hamil dan atau menyusui.

Saya mendapat informasi mengenai obat yang aman digunakan selama kehamilan dan menyusui serta aturan pakainya

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

21. Saya mendapat informasi mengenai cara penyimpanan obat asma yang baik

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

93

22. Saya mendapat penjelasan bagaimana mengetahui berapa obat yang masih tersisa dalam inhaler

Selalu Kadang-kadang Tidak pernah

Bagian II. HarapanResponden

1. Apa harapan anda dengan pelayanan informasi obat yang telah dilakukan oleh apoteker di apotek ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

94

Data umum responden

Petunjuk : berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan anda.

Nama : ..................................................................(jika tidak keberatan)

Jenis kelamin : ( ) laki – laki ( ) perempuan

Umur : ( ) <20 tahun ( ) 31 - 40 tahun

( ) 20 – 30 tahun ( ) > 40 tahun

Alamat : .................................................................

Pendidikan terakhir : ..................................................................

Pekerjaan : ..................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

95

Lampiran 3.Tabulasi data

Tabel V. Tabulasi data

No.

Pil

RESPONDEN

% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1

S v v v v v v v v v v v v v v v 15 48.4

KK v v v v v v v v v v v v v v 14 45.2

TP v v 2 6.5

2

S v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 21 67.7

KK v v v v v v v 7 22.6

TP v v v 3 9.7

3

S v v v v v v v 7 22.6

KK v v v v v v v v v v v v v v 14 45.2

TP v v v v v v v v v v 10 32.3

4

S v v v v v v v v v v v v v v 14 45.2

KK v v v v v v v v v v v v v 13 41.9

TP v v v v 4 12.9

5

S v v v v v v v v v v 10 32.3

KK v v v v v v v v v v v v v v v v v 17 54.8

TP v v v v 4 12.9

6

S v v v v v v v v v v v v v v v v v 17 54.8

KK v v v v v v v v v v v v 12 38

.7

TP v v 2 6.5

7

S v v v v v v v v v 9 29.0

KK v v v v v v v v v v v v v v v v v v 18 58.1

TP v v v v 4 12.9

8 S v v v v v v v v v v v v v 13 41.9

KK v v v v v v v v v v v v v v v 15 48.4

TP v v v 3 9.7

9 S v v v v v v v v v v v v v 13 41.9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

96

KK v v v v v v v v v v v v v v v v 16 51.6

TP v v 2 6.5

10 S v v v v v v v v v 9 29.0

KK v v v v v v v v v v v v v v 14 45.2

TP v v v v v v v v 8 25.8

11 S v v v v v v v v v 9 29.0

KK v v v v v v v v v v v v v v v 15 48.4

TP v v v v v v v 7 22.6

12 S v v v v v v v v v v 10 32.3

KK v v v v v v v v v ` v v v 12 38.7

TP v v v v v v v v v 9 29.0

13 S v v v v v v v v v v 10 32.3

KK v v v v v v v v v v v v 12 38.7

TP v v v v v v v v v 9 29.0

14

S v v v v v v v 7 22.6

KK v v v v v v v v v v v v 12 38.7

TP v v v v v v v v v v v v 12 38.7

15

S v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 19 61.3

KK v v v v v v v v v v 10 32.3

TP v v 2 6.5

16

S v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v 22 71.0

KK v v v v v v v 7 22.6

TP v v 2 6.5

17

S v v v v v v v v 8 25.8

KK v v v v v v v v v v v v 12 25.8

TP v v v 3 38.7

18

S v v v v v v v 7 22,6

KK v v v v v v v 7 22,6

TP v v v v v v v v v 9 29,0

19

S v v v v v v v v v v 10 32,6

KK v v v v v v v v v v 10 32,6

TP v v v v v v v v v 9 29,0

S - -

Tabel V. Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

97

20 KK - -

TP v 1 3,23

21

S v v v v v v v v v v v 11 35.5

KK v v v v v v v v v v v v v v 14 45.2

TP v v v v v v 6 19.4

22

S v v v v 4 12,1

KK v v v v v v v v v v v 11 35,5

TP v v v v v v v 7 22,6

Tabel V. Lanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kefarmasian di apotek di Indonesia seharusnya sesuai dengan peraturan

98

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Profil Pelayanan Informasi

Obat Dan Harapan Penderita Asma Di Kabupaten Sleman”

dengan nama lengkap Maria Theresia Ghea, lahir di Danga

pada tanggal 6 Juli 1992. Penulis merupakan anak kedua

dari pasangan Bonefasius Be’o dan Presedis Sole. Penulis

telah menempuh pendidikan di TK St. Teresia Danga-Flores

(1997-1998), SD Inpres Danga-flores (19987-2004), SMPK

Hanura Danga-Flores (2004-2007), SMAK Syuradikara

Ende-Flores (2007-2010), dan melanjutkan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa

kuliah, penulis pernah menjadi anggota paduan suara

fakultas “Veronica” dan menjadi panitia KPU (Komisi Pemilihan Umum) dalam

pemilihan presiden BEM Universitas tahun 2012 dan gubernur BEM fakultas

tahun 2013. Penulis juga aktif di komunitas pemazmur di Gereja Maria Asumpta

Babarsari Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI