plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2019. 8. 26. · semua pihak yang tidak dapat penulis...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN
PAJAK HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2015 DI KECAMATAN DEPOK
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Fany La’bi Pasinggi
NIM: 152114132
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN
PAJAK HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2015 DI KECAMATAN DEPOK
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Fany La’bi Pasinggi
NIM: 152114132
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Motto dan Persembahan
“Progress Need Process”
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
(Matius 6:33)
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membimbing dan menyertaiku
dengan kasih-Nya
Bapak, Ibu, dan Adik yang selalu memberi semangat dan dukungan
Sahabat-sahabatku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bahwah ini, saya menyatakan bahawa Skripsi dengan
judul:
ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN
PAJAK HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2015 DI KECAMATAN DEPOK
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 19 Juli 2019 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya
akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan yang saya salin, tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa
memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Fany La’bi Pasinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fany La’bi Pasinggi
NIM : 152114132
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN
PAJAK HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2015 DI KECAMATAN DEPOK
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya secara internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 31 Juli 2019
Yang menyatakan,
Fany La’bi Pasinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untu memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata
Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai, memberkati, dan
melindungi penulis untuk setiap prosesnya.
2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian di Universitas Sanata Dharma.
3. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
5. M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si.,Ak.,QIA.,CA. selaku dosen pembimbing
yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis.
6. Drs. G. Anto Listianto, M.S.A., Ak selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama penulis berdinamika di Program
Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Pemerintah Daerah BKAD Kabupaten Sleman dan Pemilik kos di
Kecamatan Depok yang telah membantu dalam proses penelitian.
8. Kedua orangtua (Duma’ Pasinggi dan Mince La’biran), adik (Imanuel
Pasinggi dan Aman Pasinggi) yang tidak pernah lelah memberi dukungan,
semangat, dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Triono Gonggang yang selalu memberi masukan, menemani, dan menjadi
penyemangat selama proses perkuliahan dan peneletian ini.
10. Teman-teman yang selalu menemani, memberi masukan, mendukung
“Minion Semampai”: Kenny, Tyas, dan Luvi.
11. Teman-Teman Akuntansi 2015 Kelas D yang selalu memberi bantuan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2019
Fany La’bi Pasinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSEJUTUAN PUBLIKASI .......................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................. ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ......................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xii
ABSTRAK ..........................................................................................................xiii
ABSTRACT ..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C. Batasan Masalah...................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
F. Sistematika Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 8
A. Konsep Perpajakan .................................................................................. 8
1. Pengertian Pajak ................................................................................. 8
2. Syarat Pemungutan Pajak ................................................................... 9
3. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak........................................ 10
B. Pendapatan Daerah .................................................................................. 13
C. Pajak Daerah ........................................................................................... 14
1. Pengertian Pajak Daerah ..................................................................... 14
2. Jenis Pajak Daerah .............................................................................. 15
D. Pajak Hotel .............................................................................................. 15
E. Pajak Hotel Kategori Rumah Kos ........................................................... 16
1. Pengertian Pajak Hotel Kategori Rumah Kos .................................... 16
2. Subjek dan Objek Pajak Hotel Kategori Rumah Kos ......................... 17
3. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Tata Cara Penghitungan ....................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
4. Masa Pajak dan Pajak Terutang.......................................................... 18
5. Pemungutan, Penetapan Pajak, dan Tata Cara Pemungutan Pajak..... 18
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan ............................................... 20
7. Ketentuan Pidana ................................................................................ 21
F. Persepsi ................................................................................................... 22
G. Sosialisasi Pajak ...................................................................................... 22
H. Keadilan Tarif Pajak ............................................................................... 24
I. Objek Pajak ............................................................................................. 25
J. Mekanisme Self Assessment .................................................................... 25
K. Kualitas Pelayanan .................................................................................. 26
L. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 29
A. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................... 29
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 29
C. Jenis Penelitian ........................................................................................ 29
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 30
E. Teknik Pengambilan Sampel................................................................... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 34
BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN .......... 37
A. Gambaran Umum Wilayah ..................................................................... 37
B. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................... 39
C. Data Pemilik Usaha Kos ......................................................................... 43
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................... 46
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 46
B. Analisis Data .......................................................................................... 47
C. Pembahasan ............................................................................................ 52
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 72
A. Kesimpulan ............................................................................................. 72
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 73
C. Saran ........................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76
LAMPIRAN ........................................................................................................ 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Pemilik Usaha Kos di Kecamatan Depok ................................ 43
Tabel 2. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Sosialisasi Pajak Kos ......... 48
Tabel 3. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Keadilan Tarif Pajak Kos .. 49
Tabel 4. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Objek Pajak Kos ............... 49
Tabel 5. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Sistem Self Assessment .... 50
Tabel 6. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Kualitas Pelayanan ........... 51
Tabel 7. Ilustrasi Penghasilan Kos Setiap Bulan ............................................ 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I. Model Generalisasi Penelitian Kualitatif, Sampel Purposive ......... 32
Gambar II. Peta Wilayah Kabupaten Sleman ................................................... 38
Gambar III. Peta Wilayah Kecamatan Depok .................................................... 39
Gambar IV. Peta Wilayah Kelurahan Caturtunggal ........................................... 40
Gambar V. Peta Wilayah Kelurahan Condongcatur ......................................... 41
Gambar VI. Peta Wilayah Kelurahan Maguwoharjo ......................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN
PAJAK HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN
2015 DI KECAMATAN DEPOK
Fany La’bi Pasinggi
NIM: 152114132
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pemilik usaha kos
mengenai sosialisasi pajak, keadilan tarif pajak, objek pajak, mekanisme self
assessment, dan kualitas pelayanan terkait penerapan Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pajak Hotel khususnya Pajak Rumah Kos di
Kecamatan Depok.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, angket terbuka, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan, persepsi pemilik kos di Kecamatan Depok
mengenai sosialisasi yang dilaksanakan pemerintah daerah belum merata sehingga
informasi yang didapatkan pemilik usaha kos masih simpang siur dan
mengakibatkan kurangnya pemahaman hal teknis pajak tersebut, keadilan tarif
pajak dianggap memberatkan pemilik dan penyewa yang sebagian besar merupakan
mahasiswa, objek pajak dianggap belum adil dan tepat sehingga dapat
menimbulkan tindakan penghindaran pajak, mekanisme self assessment sudah
berjalan efektif, tapi diperlukan kerjasama dengan semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pajak ini, dan kualitas pelayanan belum terpenuhi serta masih terdapat
keluhan maupun kritik dari pemilik usaha kos. Peneliti merekomendasikan bagi
semua pihak yang terlibat dapat membangun kerjasama atau komunikasi dua arah
yang lebih baik, serta terbuka dengan segala kritik dan saran sebagai bahan evaluasi
atau feedback untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam peraturan tersebut.
Kata Kunci: Pajak Rumah Kos, Pemilik Usaha Kos, Persepsi, Sosialisasi, Keadilan
Tarif Pajak, Objek Pajak, Mekanisme Self-Assessment, dan Kualitas Pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
ANALYSIS OF PERCEPTION BOARDING HOUSE BUSINESS OWNERS
ON THE APPLICATION OF TAX HOTELS ACCORDING TO REGIONAL
REGULATION NUMBER 9 OF 2015 IN DEPOK SUB-DISTRICT
Fany La’bi Pasinggi
NIM: 152114132
Sanata Dharma University Yogyakarta
2019
The purpose of this research was to find out the perceptions of boarding
house owners regarding tax socialization, tax rate fairness, tax object, self
assessment mechanism, and service quality related to the implementation of Sleman
Regency Regional Regulation Number 9 of 2015 concerning Hotel Taxes especially
the boarding house tax in Depok Sub-district.
This research is a qualitative research. Data collection technique used
observation, interview, open questionnaire, and documentation. Data analysis
technique used data reduction, data display, and conclusion drawing.
The result shows the perception of boarding house owners in Depok Sub-
district regarding the socialization carried out by the local government had not
been evenly distributed so that information obtained by boarding business owners
was still confusing and resulted in a lack of understanding of the technical aspects
of taxation, the object of tax is considered unfair and appropriate so that it can
cause tax avoidance, the self assessment mechanism has been effective, but
cooperation with all parties involved in implementing this tax is needed, and service
quality has not been fulfilled and there are still complaints and criticisms from
boarding business owners. The researcher recommends that all parties involved
can build a better two-way cooperation or communication, and be open to all
criticisms and suggestions as material for evaluation or feedback to correct the
deficiencies in the regulation.
Keywords: Tax boarding house, boarding houses owner, perception, socialization,
tax rate fairness, tax objects, self assessment mechanism, and service quality.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang
dikenal masyarakat umum memiliki keistimewaan dari sisi kebudayaan,
pariwisata, dan pendidikan. Dari sisi pendidikan, wilayah ini tersebar
berbagai jenis lembaga pendidikan negeri maupun swasta sehingga dijuluki
sebagai kota pelajar.
Lembaga pendidikan yang tersebar di kota ini menjadi daya tarik
bagi pelajar dari berbagai daerah yang datang setiap memasuki awal tahun
ajaran baru. Menurut Data Statistik Pendidikan Tinggi tahun 2017, jumlah
mahasiswa baru yang diterima di PTN dan PTS Yogyakarta sebanyak
84.730 orang.
Adanya penerimaan mahasiswa baru menyebabkan kebutuhan akan
tempat tinggal atau hunian sementara meningkat. Permintaan hunian
sementara dilihat menjanjikan dan menguntungkan bagi masyarakat lokal
maupun masyarakat dari luar daerah sebagai peluang usaha dengan
mendirikan berbagai bangunan yang beragam seperti hotel, wisma, rumah
kontrakan, kos-kosan, dan sebagainya. Dari beberapa pilihan tersebut,
banyak mahasiswa memilih atau berminat menggunakan kos-kosan karena
harga yang ditawarkan beragam, mulai dari harga yang murah sampai mahal
serta letak atau akses dekat dengan kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pembangunan kos-kosan yang semakin bertambah menjadi
pekerjaan baru bagi Pemerintah Daerah untuk memperluas pemungutan
pajak, salah satunya pajak kos sebagai bagian dari pajak daerah yang
termasuk dalam pajak hotel. Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 yang
mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015
tentang Pajak Hotel, disebutkan bahwa rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari sepuluh dikenakan pajak kos. Perluasan pemungutan pajak daerah
dilakukan Pemerintah Daerah karena diharapkan hasil pemungutannya
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah sekaligus memberikan
kontribusi bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat daerah
tersebut.
Setelah beberapa tahun peraturan ini diterapkan dan dilaksanakan,
bukan berarti tidak menimbulkan pro dan kontra di lingkungan masyarakat
yang menjalankan bisnis ini dengan berbagai persepsi atau pandangan
berbeda-beda. Sikap kontra ditunjukkan dari beberapa berita yang tersebar
di media sosial membahas hal-hal menyangkut pajak kos dengan kamar
kurang dari sepuluh, jumlah pendapatan, fasilitas, dan hal lainnya yang tidak
disebutkan dalam peraturan daerah tersebut. Seperti yang diungkapan salah
satu pemilik kos (Koran Tempo,2011), bahwa ia mengaku keberatan jika
pajak kos berlaku berdasarkan jumlah kamar sebab selama satu tahun belum
tentu semua kamar penuh sehingga perlu dilihat fasilitasnya juga. Hal ini
sama seperti diungkapkan pemilik kos lain yang menyambut dengan kecut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pengenaan pajak kos (Viva,2015), menurutnya pajak ini seharusnya
diterapkan bagi pemilik kos yang memiliki jumlah kamar banyak sebab
murni merupakan sebuah bisnis. Berbeda dengan pemilik yang hanya
memiliki empat kamar atau tiga kamar dengan biaya kos dalam satu tahun
terbilang murah.
Hal ini jelas membuat pemilik usaha kos yang seharusnya dikenai
pajak justru merasa keberatan dan melalaikan kewajibannya karena muncul
rasa iri terhadap pemilik kos lain yang tidak dikenai pajak sebab
membangun kamar kurang dari sepuluh dilengkapi fasilitas dan penghasilan
yang lebih tinggi dibandingkan kos dengan kamar lebih dari sepuluh tanpa
fasilitas serta harga/tarif sewa yang murah. Jika dilihat dari persepsi yang
beredar di kalangan pemilik kos ini, sebagai akibat peraturan yang
dikeluarkan pemerintah daerah sangat sederhana dan tanpa spesifikasi isi
peraturan yang lebih jelas. Hal inilah yang memberikan pandangan dan
kemauan yang besar bagi pemilik kos untuk melakukan tindakan
penghindaran dalam memenuhi kewajibannya.
Untuk itu sangat penting mengetahui persepsi masyarakat tentang
penerapan peraturan daerah ini, agar pemerintah daerah selaku pihak yang
mengelola dan memungut juga dapat mengetahui alasan-alasan yang
menyebabkan pemilik usaha kos melakukan tindakan penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
tentang “Analisis Persepsi Pemilik Usaha Kos Terhadap Penerapan Pajak
Hotel Sesuai Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 di Kecamatan Depok”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hasil dari penelitian ini akan fokus memaparkan pandangan dari sisi
pemilik usaha kos selaku wajib pajak untuk mengetahui pelaksanaan atau
praktik di lapangan, sehingga dari pendapat tersebut dapat menjadi masukan
bagi pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi peraturan yang sudah
ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, terdapat
alasan-alasan yang menyebabkan pemilik usaha kos tidak memenuhi
kewajibannya. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana persepsi pemilik usaha kos mengenai sosialisasi pajak, keadilan
tarif pajak, objek pajak, mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan
terkait penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun
2015 tentang Pajak Hotel khususnya Pajak Rumah Kos?.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah agar tidak
terjadi penyimpangan dalam pembahasan dan pemecahan masalah.
Penelitian ini menekankan dari sudut pandang pemilik usaha kos karena
masih ada pro dan kontra baik dari wajib pajak yang sudah membayar atau
belum membayar terkait dengan pelaksanaan pemungutan pajak ini
sehingga peneliti mencoba mencari alasan dibalik sikap pro dan kontra
wajib pajak tersebut. Batasan persepsi yang ditetapkan peneliti bagi pemilik
rumah kos, yaitu sosialisasi pajak, keadilan tarif pajak, objek pajak,
mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemilik
usaha kos mengenai sosialisasi pajak, keadilan tarif pajak, objek pajak,
mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan terkait penerapan
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pajak
Hotel khususnya Pajak Rumah Kos.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini dilakukan sebagai sarana untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang perpajakan sekaligus melakukan
pengaplikasian teori perpajakan yang sudah didapatkan selama
proses perkuliahan yang dapat dibagikan dan diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi
penelitian selanjutnya untuk topik yang sama.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bidang perpajakan khususnya
bagi pihak yang memiliki minat dan kepentingan dalan hal
perpajakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Manfaat Bagi Pelaku Usaha (Wajib Pajak) dan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan
pelaku usaha dan masyarakat yang sudah atau hendak melaksanakan
usaha ini, sehingga wawasan yang dimiliki dapat meningkatkan
kepatuhan dalam memenuhi pajak kos serta memberikan kontribusi
bagi penyelenggaraan pembangunan dan kesejahteraan daerah.
5. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau
saran bagi pemerintah daerah untuk melakukan evaluasi dalam
rangka meningkatan kepatuhan wajib pajak kos.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan kajian pustaka yang meliputi, konsep
perpajakan, pendapatan daerah, pajak daerah, pajak hotel,
pajak hotel kategori rumah kos, persepsi, sosialisasi pajak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
keadilan tarif pajak, objek pajak, mekanisme self assessment,
dan kualitas pelayanan.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan subjek dan objek penelitian, waktu dan
tempat penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data,
teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
variabel penelitian dan pengukuran variabel, dan teknik
analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian
Bab ini memuat tentang gambaran umum wilayah Kabupaten
Sleman, Kecamatan Depok, Desa Condongcatur, Desa
Caturtunggal, Desa Maguwoharjo, dan data pemilik usaha
kos.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data penelitian,
menganalisis data sesuai teknik analisis data, dan
pembahasan hasil analisis data.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan hasilnya
dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau pihak-
pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Terdapat beberapa definisi tentang pajak yang diberikan para ahli di
Bidang Keuangan Negara, ekonomi maupun hukum mancanegara
sebagai konsep dalam merumuskan pengertian pajak sebagai berikut:
a. Menurut UUKUP Nomor 16 tahun 2009 dalam Gunadi (2016:1),
“Pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
b. C.F.Bastable dalam Rahayu (2017:26) menyatakan: “tax is
compulsory contribution of the wealth of a person or body of
persons for the service of the public powers”. Selanjutnya
diterjemahkan menurut (Safri Nurmantu: 2005), “Pajak dikatakan
sebagai kontribusi kesejahteraan personal untuk kekuatan
pelayanan kepada publik”.
c. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (1991) dalam (2017:27)
merumuskan bahwa:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan
kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan
undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan iuran wajib kepada negara yang sifatya memaksa bagi
wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang yang
berlaku dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan
digunakan untuk membiayai keperluan negara (umum) yang
bermanfaat bagi kemakmuran masyarakat.
2. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:2), agar pemungutan pajak tidak
menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pajak harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan,
undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil
dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni
dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)
Dasar Hukum Perpajakan di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2. Adanya dasar hukum yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
diberlakukan memberikan jaminan hukum untuk menyatakan
keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak efisien (Syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannnya.
3. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Terdapat beberapa teori menurut Rahayu (2017:64-67) yang
mendasari hukum pemungutan pajak yang dilakukan negara.
Pemungutan pajak dikatakan adil karena pada dasarnya pemungutan
yang dilakukan negara kembali lagi pada warga negara dengan segala
konsekuensi dan aturannya. Pemungutan pajak dikatakan adil dapat
dijelaskan dengan beberapa teori sebagai berikut:
a. Teori Asuransi
Berdasarkan teori ini, fiskus berwenang memungut pajak
dari penduduknya, karena negara dianggap seperti perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
asuransi memberikan perlindungan kepada rakyatnya dari segala
bentuk ancaman yang akan membuat keselamatan dan keamanan
jiwa serta harta bendanya terenggut. Wajib Pajak sebagai rakyat
dari suatu negara dianggap sebagai pihak tertanggung, sehingga
wajib membayar pajak sebagai bentuk premi kepada negara.
b. Teori Kepentingan
Teori menekankan pada keadilan dan keabsahan
pemungutan pajak berdasarkan besar kecilnya kepentingan
masyarakat dalam suatu negara. Bahwa penetapan beban pajak
yang harus dibayar oleh rakyat berdasarkan pada tingkat
kepentingan rakyat kepada negaranya termasuk masalah
kepentingan akan perlindungan atas jiwa beserta harta benda,
sehingga negara berhak memungut pajak dari penduduknya
karena penduduk negara tersebut mempunyai kepentingan
kepada negara. Makin besar kepentingan penduduk kepada
negara, maka makin besar pula perlindungan negara kepadanya,
dan makin berhak pula negara memungut pajak dari rakyatnya.
c. Teori bakti atau kewajiban pajak mutlak
Teori menekankan pada penduduk yang harus tunduk dan
patuh kepada negara karena negara dalam kenyataannya sejak
dahulu sudah ada dan diakui eksistensinya baik oleh penduduk
maupun negara lain dan juga negara mengemban tugas untuk
melindungi segenap warganya. Oleh karena itu, hubungan rakyat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dengan negara sangat kuat. Penduduk sebagai warga negara wajib
berbakti pada negara dan membayar pajak sebagai rasa bakti
kepada negara.
d. Teori Gaya Pikul
Teori ini menekankan keadilan dan kebenaran negara
dalam memungut pajak dari warganya didasarkan pada
kemampuan dan kekuatan setiap pribadi masyarakatnya,
bukan pada besar kecilnya kepentingan tiap-tiap penduduk.
Kemampuan dan kekuatan yang dimaksud merupakan
kemampuan dan kekuatan untuk memperoleh penghasilan,
harta, kekayaan, dan konsumsi dengan tujuan dari itu adalah
dapat menghidupi diri sendiri dan kemampuan untuk
memikul beban kehidupan lainnya. Menurut Mardiasmo
(2011:3), untuk mengukur gaya pikul dapat digunakan dua
pendekatan, yaitu:
1) Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan
atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
2) Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya
kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.
e. Teori Gaya Beli
Teori ini lebih menekankan kepada efek yang
ditimbulkannya, karena efek pemungutan pajak yang
ditimbulkannya baik seperti terselenggaranya kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
masyarakat maka dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan
pajak.
f. Teori Pembangunan
Teori ini menekankan pajak yang dipungut negara untuk
kepentingan pembangunan. Pembangunan merupakan pengertian
tentang tujuan suatu negara yaitu masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera di semua bidang kehidupan.
B. Pendapatan Daerah
Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 13
yang dimaksud pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
bersangkutan. Pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa sumber penerimaan
daerah atau pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas
pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah yang dimaksud
salah satunya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD
merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di
wilayahnya yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah, meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh
Daerah.
C. Pajak Daerah
1. Pengertian Pajak Daerah
Dalam Rahayu (2017:50) menjelaskan bahwa sesuai Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 10 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ciri-ciri pajak daerah adalah
sebagai berikut (Rahayu, 2017:50):
a. Pajak daerah berasal dari pajak asli daerah maupun pajak pusat
yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
b. Pajak daerah dipungut oleh daerah hanya sebagai di wilayah
administrasi yang dikuasainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
c. Pajak daerah digunakan untuk membiayai urusan rumah tangga
daerah dan atau untuk membiayai pengeluaran daerah.
d. Dipungut oleh daerah berdasarkan Peraturan Daerah sehingga
pajak daerah bersifat memaksa dan dapat dipaksakan kepada
masyarakat yang wajib membayar.
2. Jenis Pajak Daerah
Ruang lingkup pajak daerah terbatas pada objek yang belum
dikenakan pajak pusat dan tarif untuk setiap jenis pajak (Mardiasmo,
2011:13-15) sebagai berikut:
a. Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi) terdiri dari Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak
Rokok.
b. Pajak Daerah Tingkat II (Kota dan Kabupaten) terdiri dari Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,
Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet,
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
D. Pajak Hotel
Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 20 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak hotel adalah pajak atas pelayanan
yang disediakan oleh hotel. Pelayanan yang disediakan termasuk jasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa
penunjang yang dimaksud yaitu, fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet,
fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya
yang disediakan hotel.
Di samping itu yang bukan merupakan objek pajak hotel adalah jasa
tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemda, jasa
sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya, jasa tempat tinggal di pusat
pendidikan atau kegiatan keagamaan, jasa tempat tinggal di rumah sakit,
asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, panti sosial lainnya yang sejenis,
dan jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Selain diatur dalam UU PDRD,
Pajak Hotel juga diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor
9 Tahun 2015. Di dalam peraturan daerah tersebut dijelaskan bahwa jasa
yang dikenakan pajak sesuai dengan definisi hotel itu sendiri yaitu, fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup motel, losmen, gubug pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
E. Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
1. Pengertian Pajak Hotel Kategori Rumah Kos
Pengertian rumah kos dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 9 Tahun 2015 adalah bangunan dalam bentuk kamar atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bangunan rumah dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh, atau
bangunan-bangunan rumah yang berada dalam satu lokasi yang dimiliki
oleh satu pemilik dan/atau pengguna dengan keseluruhan jumlah kamar
lebih dari sepuluh.
Dasar hukum penyelenggaran pajak ini adalah UU Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan Atas UU Nomor 1
Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel yang telah disahkan pada tanggal 30
Maret 2011.
2. Subjek dan Objek Hotel Kategori Rumah Kos
Objek pajak hotel kategori rumah kos adalah pelayanan yang
disediakan oleh hotel kategori rumah kos dengan pembayaran, termasuk
jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan,
sedangkan yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan
(penyewa kos) yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel yang disebut sebagai wajib pajak.
3. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Tata Cara Perhitungan
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel kategori rumah kos. Dalam hal ini
jumlah pembayaran tersebut dibayar oleh penyewa kepada pemilik kos
dengan tarif pajak ditetapkan sebesar 5%, sedangkan untuk besaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pokok pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif yang
telah ditetapkan dengan dasar pengenaan pajak.
4. Masa Pajak dan Pajak Terutang
Masa pajak hotel kategori rumah kos adalah satu bulan kalender
yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang. Pajak yang terutang dalam masa pajak,
terjadi pada saat pelayanan yang disediakan atau dikelola oleh hotel
kategori rumah kos.
5. Pemungutan, Penetapan Pajak, dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak hotel kategori rumah kos dilakukan dengan
sistem self assessment yaitu suatu sistem yang memberikan kewenangan
bagi wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak daerah yang terutang. Untuk memenuhi kewajiban
perpajakan, setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD (Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah) dengan jelas, benar, dan lengkap. SPTPD
merupakan formulir untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak yang terutang. SPTPD wajib disampaikan kepada Bupati dalam
jangka waktu dua puluh hari setelah berakhirnya masa pajak.
Selain menggunakan SPTPD, wajib pajak dapat membayar sendiri
pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB dan SKPDKBT. Jika dalam
jangka waktu lima tahun sesuai pemeriksaan ditemukan pajak daerah
yang tidak atau kurang bayar maka Bupati atau Pejabat dapat
menerbitkan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), jika :
1) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain,
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
2) SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam waktu
dua puluh hari setelah berakhirnya masa pajak dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.
3) Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, maka pajak
yang terutang dihitung secara jabatan.
4) SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/ atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah pajak yang terutang.
b. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan
sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama dua
puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak, sedangkan
jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan
pajak tersebut.
Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB bila tidak dipenuhi
akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama dua puluh empat bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
Bupati atau pejabat dapat menerbitkan STPD, jika pajak dalam tahun
berjalan tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran
akibat salah tulis atau salah hitung, dan wajib pajak dikenakan sanksi
administratif berupa bunga atau denda. Untuk pajak tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar dan kekurangan pembayaran akibat salah tulis atau
salah hitung dalam STPD akan ditambah dengan sanksi administratif
berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk jangka waktu paling lama
lima belas bulan sejak saat terutangnya pajak.
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Bupati atau pejabat menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran
dan penyetoran pajak yang terutang paling lama dua puluh hari setelah
berakhirnya masa pajak. SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat keputusan
pembetulan, surat keputusan keberatan, dan putusan banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan
dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling
lama satu bulan sejak tanggal diterbitkan.
Atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan, Bupati atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada
wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan. Wajib pajak yang telah melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak atas pajak yang terutang diberikan
SSPD.
Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD,
surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan, dan putusan
banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya
dapat ditagih dengan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Ketentuan Pidana
Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana
denda paling banyak dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda
paling banyak empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
Tindak pidana yang dimaksud di atas tidak akan dituntut setelah
melampaui jangka waktu lima tahun sejak saat terutangnya pajak atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berakhirnya masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak atau
berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
F. Persepsi
Istilah persepsi sering disebut juga sebagai sebuah pandangan,
gambaran, dan anggapan. Dikatakan demikian, sebab dalam persepsi
terdapat tanggapan setiap orang mengenai suatu hal atau objek. Moh. Surya
(1981) dalam Nararya (2017) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses
penerimaan, penafsiran, dan pemberian arti terhadap perangsang yang
diterima individu melalui alat indera. Persepsi pada dasarnya hanya akan
terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga
persepsi akan timbul setelah adanya pengamatan terhadap objek (Santhy
Handayani, 2005) dalam Nararya (2017).
Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari
berbagai macam rangsangan atau stimulus. Rangsangan tersebut dapat
berupa rangsangan secara fisik maupun non fisik. Bila hal ini terjadi, maka
reaksi seseorang untuk menanggapi hal tersebut berbeda-beda karena
manusia secara individu berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa manusia
merasakan suatu rangsangan yang sama tetapi reaksi dan pemahaman untuk
menanggapinya berbeda.
G. Sosialisasi Pajak
Sosialisasi perpajakan merupakan proses pemberian informasi atau
pengetahuan terkait dengan perpajakan, dimana sosialisasi pajak erat
kaitannya dengan peraturan maupun administrasinya (Prabhaswara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2015:174). Untuk mencapai tujuan kegiatan sosialisasi pajak dapat dibagi
ke dalam tiga fokus (Herryanto dan Toly, 2013:127) dalam Prabhaswara
(2015:174), yaitu:
1. Sosialisasi bagi calon wajib pajak, bertujuan untuk membangun
awareness tentang pentingnya pajak dalam penelitian ini pada pajak
daerah serta menjaring wajib pajak baru.
2. Sosialisasi bagi wajib pajak baru, bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya, khususnya bagi mereka yang belum pernah
menyampaikan SPT, dalam penelitian ini dikhususkan pada SPTPD,
serta belum melakukan penyetoran pajak.
3. Sosialisasi bagi wajib pajak terdaftar, bertujuan untuk menjaga
komitmen wajib pajak untuk terus patuh.
Selain itu pelaksanaan kegiatan sosialisasi juga dapat dilakukan melalui dua
cara (Herryanto dan Toly, 2013:127), yaitu:
1. Sosialisasi langsung
Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
dengan berinteraksi langsung dengan wajib pajak atau calon wajib
pajak. Bentuk sosialisasinya antara lain Early Tax Education, Tax
Goes To School/ Tax Goes To Campus, perlombaan perpajakan
(Cerdas Cermat, Debat, Pidato Perpajakan, Artikel), sarasehan/ tax
gathering, kelas pajak/ klinik pajak, seminar/diskusi/ceramah, dan
workshop/ bimbingan teknis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi
perpajakan kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan
interaksi dengan peserta. Bentuk-bentuk sosialisasi tidak langsung
dapat dibedakan berdasarkan medianya. Melalui media elektronik
dapat berupa talkshow TV dan talkshow radio, media cetak (koran/
majalah), advertorial (booklet/ leaflet perpajakan), rubrik tanya
jawab, penulisan artikel pajak, dan penerbitan alat peraga
penyuluhan (termasuk komik pajak), serta pemasangan spanduk dan
sejenisnya.
H. Keadilan Tarif Pajak
Tarif pajak didefinisikan Sri (2003:9) dalam Suhendri (2015) adalah
suatu angka tertentu yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak,
sedangkan menurut Waluyo (2011:17) dalam Suhendri (2015) tarif pajak
adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang. Berdasarkan definisi
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tarif pajak merupakan persentase
(%) digunakan untuk menghitung pajak terutang atau pajak yang harus
dibayarkan seseorang berdasarkan keadilan dan ketentuan undang-undang
yang berlaku.
Tarif pajak yang tinggi tentunya memberikan dorongan wajib pajak
untuk berupaya mengurangi jumlah utang pajaknya melalui tindakan
penghindaran maupun penyelundupan pajak (Rahayu, 2017:197). Di sisi
lain negara membutuhkan peneriman pajak sesuai dengan target yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ditetapkan untuk menjalankan fungsi pemerintahan sehingga hal ini
membutuhkan kebijakan-kebijakan penetapan tarif pajak yang tetap dapat
berpihak kepada wajib pajak.
I. Objek Pajak
Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 objek pajak
adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun. Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor
9 Tahun 2015 salah satu objek dari pajak hotel kategori rumah kos adalah
setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel beserta jasa
penunjang sebagai kelengkapan hotel sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Dalam hal ini
khususnya bagi pemilik kos dengan kriteria jumlah kamar lebih dari
sepuluh.
J. Mekanisme Self Assessment
Sistem pemungutan pajak secara self assessment adalah suatu sistem
perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk
memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya
(Rahayu, 2017:111). Tata cara pemungutan pajak dengan self assessment
system dapat berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan
dan disiplin pajak yang tinggi. Ciri-ciri self assessment system yaitu, adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kepastian hukum, sederhana penghitungannya, mudah pelaksanaannya,
lebih adil dan merata, serta penghitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak.
K. Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar
tercipta kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60) dalam Artha dan
Setiawan (2016). Salah satu pelayanan yang dilakukan, yaitu melalui
pelayanan dalam pajak. Pelayanan ini merupakan pelayanan umum atau
publik yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan
lingkungan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan peraturan perundang-undangan (Rahayu, 2017:162).
Pelayanan pajak yang berkualitas dapat terpenuhi apabila dapat
memberikan kepuasan bagi wajib pajak ketika harapan mereka dapat
terpenuhi dengan sangat baik oleh layanan yang diberikan. Hal ini ditandai
dengan adanya rekomendasi positif oleh wajib pajak kepada orang lain,
tidak adanya keluhan wajib pajak pasca pelayanan diterima, dan pelayanan
sesuai harapan wajib pajak (Rahayu, 2017:165).
L. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Syarif Hidayat
(2017) tentang Implementasi Kebijakan Pajak Rumah Kos Kabupaten
Sleman, menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pajak rumah kos
Kabupaten Sleman belum sepenuhnya belum berjalan dengan baik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sumber daya khususnya staf lapangan sangat terbatas dan terutama pada
komunikasi yang masih mendapat respon negatif karena masyarakat masih
belum menerima kebijakan pajak rumah kos. Selain itu kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap kebijakan pajak rumah kos dan upaya
yang dilakukan BKAD Sleman terkesan belum ada, sehingga pemerintah
terlalu berharap pada kesadaran masyarakat yang muncul dengan
sendirinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Marselly (2013) tentang Analisis
Tingkat Pemahaman Pemilik Usaha Kos Tentang Pajak Kos di Kecamatan
Depok menunjukkan bahwa pemilik usaha kos memahami peraturan daerah
yang mengatur tentang pajak kos tetapi secara praktik wajib pajak belum
melaksanakan sepenuhnya kewajibannya. Hal ini dikarenakan kurangnya
kesadaran dari pemilik usaha kos akan pentingnya pajak kos bagi
pembangunan daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Anjani Dwi Swastika dan Devi
Pusposari (2015) tentang Persepsi Pemilik Rumah Kos Terhadap Peraturan
Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
menunjukkan bahwa pelaksanaan sosialisasi terkait pajak atas daerah rumah
kos belum sepenuhnya terealisasi, tarif sebesar 5% yang dibebankan bagi
penyewa kos dirasa memberatkan, objek pajak kos dirasa kurang adil dan
kurang tepat sasaran, dan pelaksanaan sistem pembayaran secara self
assessment sudah tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Penelitian yang dilakukan oleh Kristin Natallia (2016) tentang
Persepsi Pemilik Rumah Kos di Kecamatan Gubeng Terhadap Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah (Study
Pada Pajak Daerah Mengenai Pajak Rumah Kos) menunjukkan bahwa
kurangnya pengetahuan pemilik rumah kos terkait pajak kos dikarenakan
sampai saat ini sebagian besar dari mereka hanya mendapat informasi dari
media. Selain itu didapatkan hasil bahwa tarif pajak kos sebesar 5% dirasa
sudah wajar namun kriteria objek dirasa kurang adil. Sedangkan untuk
mekanisme pemungutan pajak sudah dirasa sesuai oleh para pemilik kos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah pihak yang terlibat sebagai
pemberi informasi yaitu pemilik usaha kos-kosan di Kecamatan
Depok yang memiliki jumlah kamar lebih dari sepuluh
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah persepsi pemilik usaha kos
mengenai sosialisas, tarif pajak, objek pajak, mekanisme self
assessment, dan kualitas pelayanan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Depok pada
Pemilik Usaha Rumah Kos dan Kantor BKAD Sleman.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan
April 2019.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kualitatif terkait persepsi pemilik
usaha kos di Kecamatan Depok mengenai sosialisasi pajak, keadilan tarif
pajak, objek pajak, mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan.
Studi kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
data yang mengandung makna (Sugiyono, 2011:13). Maksud makna dalam
penelitian ini adalah data sebenarnya atau data pasti yang merupakan suatu
nilai di balik data yang tampak. Nilai ini adalah informasi mendalam yang
didapat dari subjek penelitian secara menyeluruh sehingga mampu
menampilkan fakta dan pola yang ada di lapangan terkait dengan penelitian.
Selain itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian
kualitatif dinamakan transferability.
D. Jenis Data dan Sumber Data
1. Data Primer
Menurut Istijanto (2006) yang dikutip kembali oleh Sunyoto
(2011:22), sumber data primer adalah data asli yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara
khusus. Data primer penelitian ini adalah persepsi atau pandangan
pemilik usaha kos yang didapatkan melalui media angket terbuka
dan wawancara langsung dengan Kassubid Perencanaan dan
Evaluasi BKAD Sleman.
2. Data Sekunder
Data sekunder menurut Sunyoto (2011:23) adalah data yang
bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber
lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek
penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data dari Biro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Pusat Statistik (BPS). Sumber data sekunder penelitian ini, yaitu
jurnal, website, penelitian terdahulu, undang-undang, dan Peraturan
Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pajak
Hotel.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dalam Sugiyono (2011:297) dinamakan “social
situation” yang terdiri atas tiga elemen yaitu: Tempat dimana interaksi
dalam situasi sosial sedang berlangsung (place), pelaku atau orang-orang
yang sedang memainkan peran tertentu (actors), dan kegiatan yang
dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung (activity)
yang berintegrasi secara sinergis. Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai
objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya.
Penggunaan tiga elemen tersebut dikarenakan penelitian kualitatif
berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke
tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial
pada kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2011:298).
Sampel dalam penelitian kualitatif memiliki keunikan, yaitu sampel
kecil, tidak representatif, purposive, dan berkembang selama proses
penelitian (Prastowo, 2014:44). Selaras dengan hal tersebut, Nasution
(1992) dalam (Prastowo, 2014:44) mengungkapkan bahwa metode
kualitatif sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Penelitian ini sering berupa studi kasus atau multi-kasus. Berikut model
generalisasi penelitian kualitatif dengan menggunakan sampel purposive:
Generalisasi
Gambar 1. Model generalisasi penelitian kualitatif, sampel
purposive
Sumber: Sugiyono (2011)
Gambar di atas menggambarkan peneliti yang memasuki situasi
sosial (A) tertentu menggunakan sampel purposive menunjukkan hanya B,
C, dan D yang dapat menerima hasil transfer atau generalisasi dari situasi
sosial (A) karena dipandang peneliti mengetahui tentang situasi sosial
tersebut serta mirip atau sama dengan situasi sosial yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:126). Pertimbangan dasar yang
digunakan untuk memilih sampel adalah pemilik usaha kos yang memiliki
kamar lebih dari sepuluh sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2015 pasal 1 ayat 7.
A
D
B
C
E
F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian, terdapat beberapa cara atau
tahapan yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut, yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk
mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek
datanya (Jogiyanto, 2013:109). Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi lapangan untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Penggunaan teknik
observasi dapat memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari
makna sudut pandang informan, maupun kejadian dan peristiwa
yang sedang terjadi atau berlangsung. Observasi dilakukan ke ketiga
desa/kelurahan yaitu Condongcatur, Caturtunggal, dan
Maguwoharjo untuk menganalisis persepsi pemilik usaha kos
mengenai sosialisasi pajak, keadilan tarif pajak, objek pajak,
mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan.
2. Wawancara dan Angket Terbuka
Menurut Esterberg (2002) yang dikutip kembali Sugiyono
(2011:316), wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, sedangkan
angket terbuka adalah salah satu jenis angket yang memuat
pertanyaan terbuka. Hal ini memungkinkan responden menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pertanyaan tersebut dengan cara yang mereka pilih
(Sekaran,2017:174). Dengan kata lain pemilik kos diberikan
kebebasan untuk mengomentari pertanyaan yang diberikan.
Pelaksanaan wawancara dilakukan bersama Kassubid
Perencanaan dan Evaluasi BKAD Sleman secara langsung dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan sesuai garis
besar masalah dalam penelitian. Sama seperti wawancara, angket
terbuka yang disebarkan juga berisi beberapa pertanyaan inti sebagai
pedoman garis besar masalah yang akan ditanyakan bagi pemilik
usaha kos di Kecamatan Depok.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiyono, 2011:326). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data melalui
sumber-sumber tertulis seperti berita melalui website, materi
pelaksanaan sosialisasi pajak ko, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2015, dan undang-undang.
G. Teknik Analisis Data
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh
menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011:334) yang mencakup:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya (Sugiyono, 2011:336). Hal ini dilakukan karena data yang
diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka sangat
diperlukan untuk merangkum dan menacari pola yang sama
sehingga penelitian ini dapat lebih terfokus. Data yang telah
direduksi akan lebih memperjelas gambaran dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, serta
mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011:339). Dalam hal ini Miles
dan Huberman (1984) dalam (Sugiyono, 2011:339) menyatakan,
“the most frequent form of display data for qualitative research data
in the past has been narrative text”
Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
teks bersifat naratif dengan mennyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami (Miles dan
Huberman, 1984) dalam Sugiyono (2011). Selain itu, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menyajikan data disarankan bukan hanya menggunakan teks yang
naratif tetapi juga dapat berupa grafik, matrik, network, dan chart.
3. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2011:343). Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
belum diketahui sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengintepretasikan arti data-data yang
telah terkumpul dengan memberikan perhatian dalam fokus
penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat diperoleh gambaran
secara umum dan menyeluruh mengenai keadaan yang
sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang merupakan
bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas Wilayah Kabupaten ini
berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di utara dan timur, bagian selatan
berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kota
Yogyakarta, serta Kabupaten Kulon Progo di bagian barat. Luas wilayah
Kabupaten Sleman adalah 574,82 km² dan secara administratif terdiri dari
17 Kecamatan dan 86 Kelurahan, salah satunya adalah Kecamatan Depok.
Kecamatan Depok merupakan wilayah dengan pertumbuhan paling
pesat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan ini terdiri dari 3
desa dan 58 dusun. Berada di kawasan utara aglomerasi Kota Yogyakarta,
Depok menjadi istimewa karena terdapat berbagai perguruan tinggi, objek
vital, dan kawasan pemukiman baru. Terkait dengan Perguruan Tinggi di
wilayah ini tersebar kurang lebih dua puluh tiga Perguruan Tinggi,
diantaranya yang terkenal adalah Universitas Mercu Buana
Yogyakarta, STMIK AMIKOM Yogyakarta, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga, Universitas Islam Indonesia, Universitas Sanata
Dharma, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Yogyakarta, Universitas Atmajaya Yogyakarta, dan STIE YKPN.
Tersedianya berbagai perguruan tinggi menghadirkan ribuan pelajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mahasiswa, dan pendatang dari berbagai daerah dan berdomisili untuk
sementara di wilayah ini untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Berikut
ini gambaran peta wilayah Kabupaten Sleman dan Kecamatan Depok.
Gambar 2: Peta Wilayah Kabupaten Sleman
Sumber: www.slemankab.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 3: Peta Wilayah Kecamatan Depok
Sumber:http://depokkec.slemankab.go.id/wp-
content/uploads/2013/01/peta-administratif.png
B. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Desa Caturtunggal
Caturtunggal adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa
Caturtunggal terletak pada 7º46’48” LS, dan 110º23’45” BT, dengan
luas wilayah 11.070.000 M² atau 889.7480 Ha. Sebagai daerah
dengan Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta terbanyak, maka
daerah ini hampir seperempatnya dihuni oleh mahasiswa dengan
banyak lokasi terdapat indekos maupun penginapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 4: Peta Wilayah Kelurahan Caturtunggal
Sumber: Google Maps, 2019
2. Desa Condongcatur
Condongcatur adalah sebuah desa yang terletak di
Kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Sebelum tahun 1946, wilayah Desa Condongcatur yang
sekarang ini ada, pada mulanya merupakan wilayah dari empat
kelurahan, masing-masing adalah Kelurahan Manukan, Kelurahan
Gejayan, Kelurahan Gorongan, Kelurahan Kentungan. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang
diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintah Kelurahan, maka
empat kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu
“Kelurahan yang otonom” dengan nama Condongcatur yang secara
resmi ditetapkan berdasarkan maklumat Nomor 5
Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan, Desa
Condongcatur berdiri atau diresmikan pada tanggal 26 Desember
1946.
Gambar 5: Peta Wilayah Kelurahan Condongcatur
Sumber: Google Maps, 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3. Desa Maguwoharjo
Maguwoharjo adalah sebuah kelurahan yang terletak di
Kecamatan Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Kelurahan ini terletak pada 7º46’21” LS, dan 110º25’30”
BT, dengan luas wilayah 15.010.800 M². Pada mulanya Kelurahan
Maguwoharjo merupakan wilayah yang terdiri dari lima kelurahan
dan dua desa, masing-masing adalah Kelurahan Kembang,
Kelurahan Nayan, Kelurahan Tajem, Kelurahan Paingan, Kelurahan
Padasan, Desa Pengawatrejo, dan Desa Blimbingsari.
Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintah
Kelurahan, maka lima kelurahan dan dua desa tersebut kemudian
digabung menjadi satu “Kelurahan yang otonom” dengan nama
Maguwoharjo yang secara resmi ditetapkan berdasarkan maklumat
Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 6: Peta Wilayah Kelurahan Maguwoharjo
Sumber: Google Maps, 2019
C. Data Pemilik Usaha Kos
Tabel 1. Data Pemilik Usaha Kos di Kecamatan Depok
No. Nama Pemilik Usaha Kos Jumlah Kamar NPWPD
1 Kos AA 16 Ada
2 Kos AB 14 Tidak Ada
3 Kos AC 12 Tidak Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
data pemilik usaha kos (Lanjutan)
4 Kos AD 20 Ada
5 Kos AE 12 Tidak Ada
6 Kos AF 19 Tidak Ada
7 Kos AG 16 Tidak Ada
8 Kos AH 12 Tidak Ada
9 Kos AI 18 Ada
10 Kos AJ 16 Tidak Ada
11 Kos AK 18 Tidak Ada
12 Kos AL 16 Tidak Ada
13 Kos AM 31 Tidak Ada
14 Kos AN 72 Ada
15 Kos AO 20 Tidak Ada
16 Kos AP 12 Tidak Ada
17 Kos AQ 13 Tidak Ada
18 Kos AR 16 Tidak Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Sumber: Data Diolah, 2019
19 Kos AS 25 Ada
20 Kos AT 15 Tidak Ada
21 Kos AU 17 Tidak Ada
22 Kos AV 22 Ada
23 Kos AW 30 Ada
24 Kos AX 20 Tidak Ada
25 Kos AY 30 Tidak Ada
26 Kos AZ 32 Tidak Ada
27 Kos BA 12 Tidak Ada
28 Kos BB 21 Tidak Ada
29 Kos BC 23 Tidak Ada
30 Kos BD 20 Tidak Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data penelitian mengenai jumlah rumah kos di Kecamatan Depok
yang sesuai dengan kriteria dalam Perturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015
tidak diketahui dengan pasti, maka peneliti mencari pemilik usaha kos-
kosan dengan mendatangi satu per satu sehingga didapatkan informasi
pemilik kos sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dari informasi
tersebut, peneliti kemudian menanyakan kesediaan mereka melakukan
wawancara langsung tentang persepsi yang dibahas dalam penelitian ini.
Tapi hasilnya sebagian besar dari pemilik usaha kos tidak bersedia
dilakukan wawancara karena merasa tidak nyaman untuk ditanyakan secara
langsung sehingga peneliti memutuskan menggunakan alternatif media lain,
yaitu angket terbuka.
Angket terbuka disebarkan ke desa Condongcatur, Carturtunggal,
dan Maguwoharjo bagi pemilik usaha yang mempunyai jumlah kamar lebih
dari sepuluh, baik yang telah terdaftar sebagai wajib pajak maupun yang
belum sebanyak lima puluh angket, namun dari lima puluh angket yang
disebarkan hanya tiga puluh angket yang dikembalikan dan terisi lengkap,
tiga angket tidak lengkap, dan tujuh belas angket tidak kembali.
Selain itu, untuk melengkapi pendapat dari persepsi pemilik usaha
kos mengenai pemungutan pajak kos yang diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pajak Hotel, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
peneliti melakukan wawancara langsung dengan narasumber lainnya, yaitu
salah satu pegawai Pemerintah Daerah Badan Keuangan dan Aset Daerah
Sleman, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang disesuikan garis
besar masalah dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
tanggapan dan pelaksanaan di lapangan terkait pemungutan pajak kos. Lalu
selama proses penelitian, karena pendapat masyarakat atau pemilik usaha
kos terus berkembang, maka untuk mendapatkan informasi tambahan,
peneliti melakukan wawancara bersama salah satu ketua RW.
B. Analisis Data
Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pemilik usaha kos di
Kecamatan Depok mengenai sosialisasi pajak, keadilan tarif pajak, objek
pajak, mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan. Berikut hasil
analisis persepsi pemilik usaha kos.
1. Sosialisasi Pajak
Sosialisasi adalah salah satu cara atau pendekatan yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat dalam hal ini pemilik
usaha rumah kos sebagai wajib pajak mengenai penerapan peraturan
daerah yang mengatur pajak kos. Untuk mengetahui bagaimana
sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Daerah BKAD Sleman, maka peneliti mengambil
kesimpulan melalui pendapat pemilik usaha kos yang telah diisi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
angket terbuka. Berikut tabel pendapat pemilik usaha kos mengenai
sosialisasi pajak kos:
Tabel 2. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Sosialisasi Pajak Kos
SOSIALISASI JUMLAH PERSENTASE
Pernah Mendapatkan 9 30%
Belum Pernah
Mendapatkan
21 70%
Sumber: Hasil Angket Terbuka yang Diolah, 2019
Dari tabel di atas hasilnya menunjukan bahwa sembilan pemilik
usaha kos menyatakan pernah mendapatkan sosialisasi dan dua puluh
satu pemilik usaha kos yang belum pernah mendapatkan sosialisasi
mengenai penerapan peraturan pajak kos dari pemerintah daerah.
2. Keadilan Tarif Pajak
Tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2015 pasal 6 untuk pajak kos
adalah sebesar 5%. Meskipun sudah ditetapkan, hal ini tetap
menimbulkan pro dan kontra dari pemilik kos yang telah memberikan
pendapatnya. Berikut tabel pendapat pemilik usaha kos terhadap tarif
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Keadilan Tarif Pajak
Kos
KEADILAN TARIF JUMLAH PERSENTASE
Adil 12 40%
Cukup Adil 3 10%
Tidak Adil 15 50%
Sumber: Hasil Angket Terbuka yang Diolah, 2019
Dari tabel di atas hasilnya menunjukkan bahwa dua belas pemilik
usaha kos berpendapat bahwa tarif yang ditetapkan sudah adil, tiga
pemilik menyatakan cukup adil, dan sebanyak lima belas pemilik lainnya
berpendapat tidak adil.
3. Objek Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun
2015 salah satu objek pajak hotel adalah pajak rumah kos dengan kriteria
memiliki jumlah kamar lebih dari sepuluh. Kriteria objek pajak yang
telah ditetapkan oleh pemerintah menimbulkan persepsi yang berbeda
dari pemilik usaha kos-kosan. Berikut tabel pendapat pemilik mengenai
objek pajak rumah kos:
Tabel 4. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Objek Pajak Kos
OBJEK JUMLAH PERSENTASE
Adil 10 33,3%
Kurang Adil 4 3,33 %
Belum Adil 16 53,33%
Sumber: Hasil Angket Terbuka yang Diolah, 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dari tabel di atas hasilnya menunjukkan sebanyak sepuluh pemilik
kos menyatakan adil, empat pemilik kurang adil, dan enam belas pemilik
belum adil terhadap kriteria objek pajak kos yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
4. Mekanisme Self Assessment
Mekanisme pemungutan pajak yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 adalah self assessment
system. Penggunaan sistem ini memberikan kewenangan bagi wajib
pajak untuk melapor, menghitung, dan membayar sendiri pajaknya yang
terutang sesuai dengan peraturan atau undang-undang yang berlaku.
Dalam hal pajak kos, pemilik akan melaporkan jumlah pendapatan yang
diterima dalam satu bulan dari jumlah kamar yang disewakan. Berikut
tabel pendapat pemilik kos mengenai mekanisme self assessment pada
pajak kos:
Tabel 5. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Mekanisme Self
Assessment
MEKANISME SELF
ASSESSMENT
JUMLAH PERSENTASE
Setuju 21 70%
Tidak Setuju 9 30%
Sumber: Hasil Angket Terbuka yang Diolah, 2019
Dari tabel di atas menunjukkan sebanyak dua puluh satu orang
setuju bahwa mekanisme sistem pemungutan self assessment sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
efektif, sedangkan untuk sembilan pemilik kos lainnya tidak setuju
dengan mekanisme tersebut.
5. Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
agar tercipta kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60) dalam
Artha dan Setiawan (2016). Salah satu pelayanan yang dilakukan
pemerintah daerah adalah memberikan edukasi bagi pemilik kos
mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015
tentang pajak hotel khususnya pajak rumah kos. Keberhasilan pelayanan
pemerintah daerah ditandai dari kepuasan atau respon positif dari wajib
pajak. Berikut tabel pendapat pemilik kos mengenai kualitas pelayanan:
Tabel 5. Pendapat Pemilik Usaha Kos Mengenai Kualitas Pelayanan
KUALITAS
PELAYANAN
JUMLAH PERSENTASE
Memuaskan 3 10%
Cukup Memuaskan 5 16,67%
Belum Memuaskan 22 73,33%
Sumber: Hasil Angket Terbuka yang Diolah, 2019
Dari tabel di atas menunjukkan sebanyak tiga pemilik kos
menyatakan bahwa pelayanan dari pemerintah daerah memuaskan, lima
pemilik menyatakan cukup memuaskan, dan dua puluh dua pemilik
menyatakan belum memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Pembahasan
Setelah melakukan analisis data dari berbagai pendapat atau sudut
pandang pemilik usaha kos terkait sosialisasi, objek pajak, tarif pajak,
mekanisme self assessment, dan kualitas pelayanan, maka peneliti mencoba
mengemukakan atau membahas alasan pro dan kontra pemilik kos
mengenai peraturan tersebut yang didapatkan di lapangan selama
melaksanakan pengumpulan data serta bagaimana tanggapan dari BKAD
Sleman terkait persepsi tersebut:
1. Sosialisasi Pajak
Sosialisasi pajak merupakan salah satu upaya pelayanan yang
penting dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman bagi pemilik kos dalam rangka
meningkatkan kesadaran mereka agar mau mendaftarkan usahanya
sebagai objek pajak. Menurut Kassubid Perencanaan dan Evaluasi
BKAD Sleman, pelaksanaan sosialisasi sudah sesuai dengan agenda
rutin tiap tahun dan berpindah tempat melalui beberapa bentuk seperti
tatap muka, media massa atau elektronik, dan door to door. Selama
melakukan sosialisasi sudah banyak pemilik kos yang mendaftarkan
dirinya sebagai wajib pajak dan pelaksanaannya tidak menemukan
kendala. Menurutnya kendala yang terjadi sebagian besar berasal dari
kemauan wajib pajak untuk ikut serta dalam kegiatan. Berikut pernyataan
dari hasil wawancara bersama Kassubid Perencanaan dan Evaluasi
BKAD Sleman:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Kalau sosialisasi setiap tahunnya kami agendakan rutin dan
pindah-pindah setiap kecamatan. Biasanya bisa sampai 10 kali
sosialisasi. Kalau sosialisasi nggak ada kendalanya, yang
kendalanya ity mereka mau atau nggak. Kalau sosialisasi kan nggak
harus tatap muka, bisa melalui media massa, media elektronik,
sosial media, tatap muka langsung. Kalau door to door ketika
penagihan kita sisipi juga dengan sosialisasi yang terkait dengan
apa yang sedang dilakukan saat itu. Dan selama sosialisasi sudah
banyak yang mendaftar”.
Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan di lapangan. Pada saat
melakukan observasi sebagian besar pemilik kos tidak mengetahui
adanya sosialisasi pajak kos maupun peraturan yang mengatur pajak ini.
Dari hasil analisis pendapat yang telah diolah sebelumnya menunjukkan
hanya sembilan pemilik kos atau sebanyak 30% yang pernah
mendapatkan sosialisasi langsung dari pemerintah daerah dan pengurus
wilayah masing-masing, sedangkan dua puluh satu pemilik kos dengan
persentase 70% menyatakan belum mendapatkan sosialisasi. Alasan
mereka belum mendapatkan sosialisasi beragam, antara lain tidak ada
informasi dan undangan resmi yang sampai di lingkugan masing-masing,
kalaupun mereka mengetahuinya hanya dari internet maupun berupa
surat mengenai informasi pajak kos tetapi tidak tertera cap resmi dari
RT/RW yang dapat dipercaya, serta dari obrolan tetangga atau teman di
luar daerah yang juga memiliki usaha rumah kos. Untuk mendapatkan
jawaban yang lebih pasti, peneliti mencoba menanyakan ke salah satu
ketua RW yang kebetulan ditemui saat pengumpulan data. Berikut
kutipan wawancara dengan Ketua RW:
“Saya mau tanya pak, bapak pernah tahu nggak dari pemda datang
kayak sosialisasi mengenai pajak kos?, Waktu itu ada. Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sosialisasinya banyak yang datang nggak pak?, Ya lumayan lah, `
rata-rata pengurus RT/RW. Lalu pendataanya sudah ada atau
belum pak?, Kalau pendataan itu tergantung dari keaktifan dari
masing-masing RT/RW. Jadi kalau secara teknis ini, kan ada
yang pengurus RTnya- RTnya ada yang aktif, ada yang nggak
aktif seperti itu. Bapak setuju nggak dengan adanya penerapan
pajak kos ini?, Ya penerapan selagi tidak memberatkan ya pasti
setuju. Itu karena kembali lagi ke masyarakat”.
Dari pernyataan di atas, pengurus RT/RW mengetahui adanya pajak
kos dan pernah mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah
daerah namun untuk pelaksanaan pendataan pemilik kos-kosan sesuai
kriteria, belum sepenuhnya dilaksanakan secara sungguh-sungguh
karena masih bergantung dari keaktifan RT/RW masing-masing mau
menjalankan tugasnya atau tidak. Salah satu alasan atau kendala yang
dihadapi pengurus RT/RW belum melakukan pendataan dan sosialisasi
ke warganya sebab mereka tidak bisa bekerja secara penuh dengan
adanya tanggungan lain lebih utama serta tidak ada pemberian insentif.
Apalagi pengurus RT/RW seperti yang kita ketahui bekerja secara gratis
sehingga pendataan memerlukan waktu dan tenaga. Hal ini berbeda
dengan pihak kota madya yang menerima nominal sekecil apapun itu
setiap bulannya. Pernyataan ini sejalan dengan saran atau pendapat yang
dikemukakan oleh salah satu pemilik kos:
“Pemda sebaiknya lebih melibatkan pak RT/RW, memberi insentif
(terserah dalam bentuk apapun), dan pengetahuan. Insentif
diberikan sebagai penghargaan buat pak RT/RW ke jaringan
beratnya karena setiap pembangunan di desa yang kemungkinan
duluan tahu pak RT/RW mengenai lokasinya dan bangunan apa
yang akan dibangun bukan pak dukuh, kalau pak dukuh sudah dapat
gaji. (Kos AZ)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Terlepas dari kendala yang dihadapi oleh pengurus RT/RW, peneliti
menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan sosialisasi secara langsung yang
dilakukan oleh pemerintah daerah belum merata dan menjangkau
pemilik kos lainnya. Kurangnya koordinasi atau komunikasi dan
feedback antara pemerintah daerah, pengurus desa wilayah masing-
masing, dan pemilik kos membuat pelaksanaan sosialisasi semakin
timpang sehingga berdampak pada pendataan, penerimaan informasi
yang simpang siur, dan penurunan tingkat kepercayaan pemilik terhadap
maksud dan tujuan pemerintah daerah untuk memungut pajak ini.
Keterlibatan semua pihak dalam pelaksanaan sosialisasi adalah hal
yang paling penting, bukan hanya beberapa pihak saja. Karena di dalam
sosialisasi baik pemerintah sampai masyarakat secara bersama-sama
belajar untuk memahami dan mempelajari penerapan peraturan pajak
kos. Jika hanya mengandalkan sosialisasi langsung dari pemerintah
daerah maupun pengurus wilayah masing-masing, maka semakin sulit
sebab tidak dapat diketahui dengan pasti apakah sosialisasi tersebut
mengena pada wajib pajak atau tidak.
Untuk itu terdapat beberapa bentuk sosialisasi yang dapat digunakan
pemerintah daerah seperti menyajikan drama atau sandiwara pajak
melalui penayangan program televisi setiap satu minggu dua kali
maupun di media billboard digital (videotron), menyediakan layanan
telepon bebas pulsa untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak
melakukan konsultasi, mengupdate berita pajak kos yang terbaru di situs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
website (internet) pemerintah daerah, mengadakan event pemberian
reward, dan Lobbying (pendekatan pribadi).
Menurut peneliti, dari beberapa bentuk sosialisasi tersebut, langkah
awal pemerintah daerah sebelum memasuki masyarakat yang lebih luas
untuk melakukan sosialisasi langsung adalah melakukan lobbying
dengan wajib pajak yang sudah terlebih dahulu sadar akan pajak (bukan
hanya pengurus desa wilayah masing-masing). Ketika wajib pajak
tersebut telah melakukan kegiatan perpajakannya dengan taat,
pemerintah dapat memberikan reward sebagai penghargaan. Kedua hal
tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mempengaruhi/memicu dan
memberikan pemahaman bagi wajib pajak bahwa membayar pajak
bukanlah suatu hal yang sulit, memberatkan, dan merugikan masyarakat.
Saat mereka merasa bahwa membayar pajak bukan hal yang sulit
dilakukan, pemerintah juga harus bekerja merealisasikan manfaat dari
pemungutan pajak kos melalui keterbukaan informasi yang jelas
mengenai alokasi penggunaan pajak sebagai bentuk
pertanggungjawaban publik.
2. Keadilan Tarif Pajak
Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015
tentang Pajak Hotel, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel, sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel, dalam hal ini sebagai pembayar pajak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak serta
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan pajak daerah. Dari pengertian tersebut, subjek pajak dalam
kaitannya dengan pajak kos adalah penyewa rumah kos dan yang
bertindak sebagai wajib pajak merupakan pemilik kos.
Untuk tarif yang ditetapkan dalam pajak ini dijelaskan pada pasal 6,
bahwa tarif untuk pajak Hotel dikenakan sebesar 10%, khusus untuk
pajak rumah kos ditetapkan sebesar 5% dari dasar pengenaan pajak
(jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar kepada hotel/rumah kos
setiap bulannya) dengan pembayaran dilakukan oleh subjek pajak, yaitu
penghuni kos yang menyewa kamar.
Meskipun sudah ditetapkan dalam peraturan daerah sebesar 5%, tapi
tetap saja masih ada pro dan kontra dari pemilik yang sudah terdaftar
sebagai wajib pajak maupun belum. Dari hasil pendapat yang telah
diolah, sebanyak 40% dari pemilik usaha kos atau dua belas pemilik
menyatakan tarif tersebut sudah adil dan wajar karena sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dalam peraturan daerah, yaitu kos yang memiliki
jumlah kamar lebih dari sepuluh. Berikut pernyataannya:
“Sudah adil dan tidak ada masalah kalau dikenakan selama sesuai
dengan aturan yang ada”. (Kos AD)
“Tarif yang ditetapkan sudah adil dan tidak merasa keberatan ikut
sesuai peraturan karena sudah dimusyawarahkan di RT/RW
setempat”.(Kos AG)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Selain itu, menurut mereka tarif pajak sudah adil karena yang
menanggung atau membayar pajak ini adalah penyewa itu sendiri
sedangkan pemilik kos hanya melakukan pemungutan dan penyetoran.
Seperti yang dinyatakan dalam pendapat berikut:
“Adil, karena saya sebagai pemilik kos memungut dari penyewa.,
dan penetapan tarif 5% sudah sesuai dengan UU yang berlaku”.
(Kos AQ)
Untuk tiga pemilik kos menyatakan cukup adil karena dirasa pas
bagi pemilik dengan harga sewa kos menengah ke atas dan tidak ada
paksaan dalam penerapannya meskipun ada yang belum terlibat langsung
untuk membayar pajak secara baik dan benar. Selain itu, adanya tarif ini
tetap memberikan kewenangan bagi wajib pajak untuk menghitung
sendiri besarnya pajak yang terutang. Berikut pernyataan pemilik kos
tersebut:
“Tarifnya kalau untuk kos-kosan yang menengah keatas harga
sewanya cukup adil”. (Kos AT)
“Cukup adil meskipun saya belum membayar pajak secara benar
dalam hal ini”. (Kos AF)
“Sebenarnya, ya cukup adil, karena penerapannya tidak/belum
dipaksa tapi dihitung sendiri PKP”. (Kos AX)
Di lain sisi, sebanyak 50% dari pemilik usaha kos atau lima belas
pemilik menyatakan tarif pajak memberatkan dan belum adil, baik bagi
penyewa maupun pemilik. Menurut pemilik pemasukan setiap bulan tidak
menentu dan terdapat beberapa biaya operasional seperti listrik, air, dan
sampah yang harus dibayar oleh penyewa setiap bulannya, sehingga jika
penghasilan dipotong lagi dengan membayar pajak, maka akan berdampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pada penurunan penghasilan serta membutuhkan waktu yang lama bagi
pemilik untuk balik modal, sedangkan dilihat dari sisi penyewa adanya
tarif pajak semakin memberatkan sebab tidak semua penyewa kos
memiliki keadaan ekonomi yang sama, jika pemilik membebankan bagi
penyewa akan berdampak pada naiknya harga sewa kos dan akibatnya kos-
kosan menjadi sepi peminat.
Walaupun tarif dianggap belum adil dan masih ada yang belum
membayar pajak, beberapa dari pemilik kos tetap berpartisipasi dan
membiasakan diri mereka untuk mengeluarkan uang dengan membayar
iuran lingkungan sebagai kas setiap bulannya ke RT/RW masing-masing
sebesar Rp 3.000 atau Rp 10.000 yang nantinya akan digunakan untuk
membiayai perbaikan atau keperluan wilayah RT/RW desa setempat.
Menanggapi alasan dari pemilik kos, menurut pemerintah daerah
dalam kutipan wawancara berikut:
“Bagaimana menurut ibu jika wajib pajak mengatakan tarif dan
objeknya memberatkan?, Aturannya kan yang diatas 10 kamar
wajib dikenakan pajak, nah dari situ mereka akan mensiasati
gimana caranya supaya nggak kena pajak. Bisa saja
membangun kos kamarnya tidak lebih dari 10 tapi penghasilan
per bulannya tinggi”.
Dari pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan
tarif yang telah ditetapkan pemerintah daerah dianggap semakin
memberatkan pemilik maupun penyewa yang sebagian besar merupakan
mahasiswa atau pelajar. Berbeda dengan peraturan dari beberapa daerah
seperti Kota Surabaya, Kota Semarang, dan Kota Medan. Peraturan pajak
kos di Kota Surabaya dikenakan tarif 5% dengan kriteria rumah kos yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
memiliki jumlah kamar lebih dari sepuluh dan nilai sewa kamar paling
sedikit Rp 750.000,00 per bulan per kamar. Di Kota Medan, tarif pajak
kos dikenakan sebesar 10% bagi rumah kos yang memiliki kamar lebih
dari sepuluh dan dihuni mahasiswa dengan harga sewa kamar diatas Rp
1.000.000,00 per kamar per bulan. Dan untuk di Kota Semarang tarif
pajak kos dikenakan 10% bagi semua pemilik usaha kos yang memiliki
jumlah kamar lebih dari sepuluh. Jika dilihat dari beberapa peraturan
tersebut, Kota Surabaya berada di posisi pertengahan. Tarif ini memiliki
kriteria tambahan sehingga dianggap wajar bila pemilik yang memiliki
jumlah kamar lebih dari sepuluh dengan tarif menengah keatas dipungut
pajak kos.
Terlepas dari peraturan berbagai daerah yang telah disebutkan
sebelumnya, tidak menutup kemungkinan bagi wajib pajak di daerah
lainnya juga memanfaatkan celah hukum tersebut. Salah satu pemilik kos
memberikan saran agar pajak ini dikenakan secara adil dan merata,
seperti dalam kutipan pendapat berikut:
“Tidak semua kos pendapatannya sama tiap bulan. Harusnya tarif
seperti pajak penghasilan jadi ada level-levelnya”. (Informan 2)
Menurutnya dengan menggunakan tarif pajak seperti dalam pajak
penghasilan (tarif progresif) dianggap adil dan merata karena semua
masyarakat yang menjalankan usaha ini dapat dikenakan. Namun,
menurut peneliti berapapun tarif yang ditetapkan seharusnya pemilik kos
tetap melaksanakan kewajibannya sesuai tambahan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ekonomis yang diterima atau diperoleh setiap bulan dengan porsinya
masing-masing.
3. Objek Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun
2015 pasal 1 ayat 7 bahwa objek pajak hotel adalah rumah kos dengan
jumlah kamar lebih dari sepuluh, sehingga pemilik kos yang sesuai
dengan kriteria tersebut wajib memenuhi kewajiban pajaknya sebesar 5%
kepada Pemerintah Daerah Sleman.
Walaupun kriteria objek pajak sudah ditetapkan, bukan berarti hal
tersebut dapat diterima baik oleh masyarakat yang menjalankan usaha
ini. Dari hasil pengolahan data sebelumnya menunjukkan sebanyak
33,3% atau sepuluh pemilik kos menyatakan setuju dan adil karena sudah
sesuai dengan peraturan daerah serta pemilik yang memiliki jumlah
kamar kos lebih dari sepuluh dianggap memiliki keuntungan yang besar
dan mampu membayar pajak, seperti yang disampaikan dalam pendapat
berikut:
“Setuju karena kalau kamarnya diatas 10 bisa masuk kategori
cukup untuk mampu bayar pajak”. (Kos AD)
“Setuju saja dengan kriteria, sesuai dengan peraturan pemerintah
(tidak merasa keberatan)”. (Kos AG)
sedangkan empat pemilik menyatakan kurang adil karena baik kos
dengan jumlah kamar banyak atau sedikit tetap harus dikenakan dan pada
dasarnya sama-sama merupakan usaha serta masing-masing memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pemasukan dan pengeluaran untuk biaya perawatan atau lainnya, dalam
pendapat berikut:
“Kurang setuju karena kos-kos yang lain juga pasti ada pemasukan
mestinya harus kena juga”. (Kos AC)
“Kurang adil, besar atau kecil jumlahnya, semua merupakan usaha
dan masing-masing ada pengeluaran biaya perawatan dan lain-
lain”. (Kos AN)
Untuk enam belas pemilik lainnya sebesar 53,33% menyatakan
belum adil karena objek yang ditetapkan belum tepat sasaran dan hanya
melihat dari segi kuantitas atau jumlah kamar. Berikut seperti yang
diungkapkan oleh pemilik kos:
“Penerapan pajak yang tidak dikenakan untuk dibawah 10 kamar
belum tepat karena tidak melihat seberapa besar skala usaha yang
dimiliki”. (Kos AI)
“Perlu ditinjau lagi karena jumlah 10 pada kos-kosan biasa atau
tarifnya murah atau standar akan beda dengan pendapatan 10
kamar pada kos-kosan yang standarnya lebih tinggi (eksklusif)”.
(Kos AK)
Tidak semua pemilik rumah kos yang jumlah kamarnya banyak
dengan harga sewa lebih murah memiliki fasilitas lengkap dan
penghasilan yang tinggi, bisa saja pemilik kos lainnya yang seharusnya
dikenakan memanfaatkan celah hukum untuk menghindari pajak (tidak
dikenai) dengan membangun kamar lebih sedikit dan mematok harga
sewa lebih mahal disertai fasilitas lengkap justru memiliki penghasilan
tiap bulan yang lebih tinggi. Berikut tabel yang menunjukkan ilustrasi
pemanfaatan celah hukum yang dapat dilakukan oleh masyarakat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 7. Ilustrasi Penghasilan Kos Setiap Bulan
Sumber: Perhitungan Ilustrasi Diolah, 2019
Keterangan: Kuning = Bukan objek pajak; Biru = Objek pajak
Dari ilustrasi diatas menunjukkan penghasilan yang diterima setiap
bulannya dari ketiga pemilik kos, jika dikurangi biaya lain-lain untuk
keperluan perawatan kos, maka penghasilan yang akan diterima tidak
beda jauh. Tapi yang membedakan dari ketiga pemilik kos tersebut,
hanya pemilik kos Y dan Z dikenakan pajak kos. Hal ini yang dimaksud
pemanfaatan celah hukum oleh pemilik usaha kos-kosan untuk
menghindari pajak.
Menanggapi pernyataan tersebut, menurut pemerintah daerah
meskipun sudah ditetapkan kriteria tapi kembali lagi ke sifat asli dari
wajib pajak yang cenderung menghindari pajak dengan mensiasati cara
agar tidak dikenakan tarif pajak, seperti membangun kos dengan kamar
tidak lebih dari sepuluh tapi menetapkan tarif lebih mahal sehingga
penghasilan per bulan yang diterima besar.
Peneliti menarik kesimpulan bahwa kriteria objek pajak yang
dikenakan terbatas dari segi jumlah kamar dirasa belum adil dan tepat.
Adanya kriteria ini justru semakin menimbulkan respon negatif dari
Nama
Kos
Tarif Jumlah Kamar
Terisi
Penghasilan
Tiap Bulan
Objek Pajak
X 2.000.000 8 16.000.000
Y 750.000 16 12.000.000
Z 400.000 20 8.000.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
wajib pajak, sehingga sikap penghindaran pajak dapat semakin
meningkat. Seperti diungkapan salah satu pemilik kos:
“Adanya kriteria membuat saling iri diantara sesama pemilik usaha
kos-kosan. Harusnya mau 1, 10 , atau 1000 kamar perlakuannya
tetap sama harus dikenakan”. (Kos AY)
Pernyaataan tersebut sejalan dengan syarat pemungutan pajak yang
dikatakan adil dalam undang-undang berarti mengenakan pajak secara
umum dan merata serta beban pajak harus dibayar sesuai dengan
kemampuan masing-masing wajib pajak untuk menciptakan keadilan
dalam prinsip dan pelaksanaannya. Untuk itu, sangat penting dilakukan
evaluasi oleh pemerintah daerah tentang penetapan kriteria objek pajak
yang adil dan mampu mengakomodasi semua pemilik kos sebagai wajib
pajak untuk melaksanakan kewajibannya.
4. Mekanisme Self Assessment
Mekanisme pemungutan pajak rumah kos yang ditetapkan adalah
self assessment system. Pemilik kos akan menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak terutang setiap bulannya sesuai dengan
penghasilan yang diterima dari penyewaan kamar kos tersebut.
Adanya penetapan sistem tersebut, menimbulkan persepsi yang
berbeda baik dari wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum
terdaftar sebagai wajib pajak. Dari hasil pengolahan data sebelumnya
menunjukkan sebanyak 70% atau dua puluh satu pemilik menyetujui
bahwa mekanismenya sudah efektif. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh pemilik kos:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“Setuju, karena lebih efektif kalau hitung, bayar, dan lapor sendiri
sekaligus membangun kesadaran wajib pajak kos yang belum
dijangkau pemerintah daerah”. (Kos AG)
“Pada prinsipnya untuk menumbuh kembangkan kesadaran untuk
bayar pajak harus dimulai dengan cara self assessment. Dimana
orang dilatih untuk berproses sadar akan pajak, yang selanjutnya
konsep perolehan pajak dapat dikembalikan dalam bentuk
pemenuhan sarana masyarakat dapat diwujudkan”. (Kos AW)
Berbeda dengan sembilan pemilik lainnya atau sebanyak 30% yang
menyatakan penetapan sistem ini tidak efektif apabila belum dilakukan
sosialisasi cara menghitung pajak kos bagi pemilik yang belum
mengetahuinya serta tidak dilakukannya pendataan wajib pajak. Berikut
pendapat pemilik kos:
“Tidak efektif, banyak pemilik yang lain nantinya melaporkan tidak
sesuai dengan jumlah kamar yang terisi atau asal-asalan”. (Kos AT)
Tidak efektif karena belum semua pemilik tau menghitungnya.
Paling tidak diajari dulu perhitungannya seperti apa”. (Kos AB)
Untuk itu baik dari pemilik yang setuju dan tidak setuju memberikan
masukan agar pelaksanaan sistem ini semakin baik dan dapat diterima,
diperlukan sosialisasi cara menghitung pajak kos yang benar,
pengawasan dan pengendalian langsung dari pemerintah daerah untuk
mengurangi tindakan curang atau melaporkan tidak sesuai dengan kamar
kos yang terisi (kondisi yang sebenarnya), serta dilakukan survei
langsung oleh petugas dilapangan bersama pak RT/RW untuk pendataan
wajib pajak. Seperti yang diungkapan beberapa pemilik kos:
“Sudah efektif akan lebih baik lagi kalau pemerintah datang
langsung dan diajarkan cara menghitung pajak kos yang terutang
bagi wajib pajak yang belum bisa”. (Kos BA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
“Efektif, karena bisa ditentukan sendiri berapa pajak yang terutang.
Namun perlu pengawasan dan pengendalian dari pemerintah”.
(Kos AR)
“Menurut saya tidak efektif karena kurangnya pengawasan secara
langsung ke pemilik kos dan bisa saja data yang dilaporkan tidak
sesuai, setidaknya perlu ada pendataan langsung oleh RT/RW”.
(Kos AL)
Karena sebagian besar pemilik menyetujui pelaksanaan sistem ini,
maka hal ini sejalan dengan tanggapan dari pemerintah daerah bahwa
respon dari wajib pajak memang positif karena semuanya dikembalikan
lagi ke pemilik kos sebagai wajib pajak mau membayarnya atau tidak.
Jika pemilik tidak mau membayar maka dilihat kembali sikap wajib
pajak cenderung menghindar. Seperti yang diungkapkan Kassubid
Perencanaan dan Evaluasi BKAD Sleman dalam wawancara berikut:
“Apakah wajib pajak merespon secara positif jika sistemnya secara
self assessment?, Memang untuk pajak ini bayarnya self
assessment dan mereka responnya positif karena kita juga ngasih
mereka kewenangan untuk bisa bayar, hitung, dan lapor sendiri jadi
kembali lagi ke mereka mau bayar atau nggak, kalau nggak ya
seperti yang saya bilang orang cenderungnya hindari bayar pajak”.
Dari kedua pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem
pemungutan ini dapat berjalan efektif bukan hanya tergantung dari
pengawasan atau pendataan yang dilakukan oleh Pemda maupun
pengurus desa wilayah masing-masing tetapi dimulai dari masyarakatnya
yang memiliki kemauan, kesadaran, dan kejujuran yang tinggi untuk
memenuhi kewajibannya. Agar semakin efektif diperlukan kerjasama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dari semua pihak, baik dari wajib pajak yang sadar akan pajak maupun
belum, petugas pemerintah, dan pengurus desa di wilayah masing-
masing untuk mensosialisasikan seluruh informasi yang dibutuhkan
mengenai pajak ini.
5. Kualitas Pelayanan
Salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah
adalah memberikan edukasi melalui sosialisasi langsung maupun media
lainnya bagi pemilik kos mengenai Peraturan Daerah Kabupaten Sleman
Nomor 9 Tahun 2015 khususnya yang mengatur tentang pajak kos.
Keberhasilan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dapat
dilihat dari kepuasan atau respon positif dari wajib pajak yang ditandai
dengan pemberian rekomendasi oleh wajib pajak kepada orang lain
bahwa pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan. Namun, tidak
menutup kemungkinan juga dalam pelaksanaan pelayanan terdapat saran
atau kritik. Adanya saran kritik dapat menjadi feedback bagi pemerintah
daerah untuk terus berbenah dan meningkatkan pelayanannya yang
semakin berkualitas.
Terkait dengan kualitas pelayanan pemerintah BKAD Sleman dari
data yang telah diolah sebelumnya menunjukkan sebanyak 10% atau tiga
pemilik kos menyatakan bahwa pelayanan dari pemerintah daerah
memuaskan, 16,67% atau lima pemilik menyatakan cukup memuaskan,
dan 73,33% atau dua puluh dua pemilik menyatakan belum memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berikut pendapat pemilik kos yang menyatakan pelayanan belum
memuaskan:
“Pajak itu sebaiknya disosialisasikan dulu, undang-undang
diperjelas supaya semua orang tahu. Orang-orang pasti tidak tahu
undang-undangnya seperti apa. Kalau jelas pasti pemilik kos tahu
bayar ke siapa dan atas nama siapa”.(Kos BA)
“Untuk masalah pajak, saya pernah dengar tapi tidak tahu pasti
peraturan pemda nomor berapa tahun berapa karena tidak ada
sosialisasi sama sekali dari pihak terkait (BKAD Pemda Sleman)”.
(Kos AK)
Dari pernyataan di atas, alasan pemilik kos menyatakan pelayanan
belum memuaskan karena belum pernah mendapatkan sosialisasi dan
informasi yang diterima mengenai peraturan daerah pelaksanaan
pemungutan pajak kos masih simpang siur sehingga isi dari peraturan
tersebut belum dipahami dengan baik, menimbulkan kekeliruan, dan
respon negatif.
Terkait dengan kekeliruan, dalam hal ini terdapat persepsi pemilik
kos mengenai pajak berganda, bahwa tarif pajak kos yang berlaku adalah
sebesar 1% atau 0,5% dari jumlah pendapatan bruto yang dimuat dalam
pajak penghasilan. Berikut pernyataan pemilik kos tersebut:
“Sudah bayar pajak PPh final - 0,5% dari jumlah bruto”. (Kos AM)
“Sesuai anjuran Dirjen Pajak adanya pungutan adalah 1% dari
pendapatan yang diperoleh”. (Kos AW)
Pajak rumah kos yang dimaksud dalam penelitian ini tarifnya
sebesar 5% dari dasar pengenaan pajak. Kedua pajak ini merupakan dua
hal yang berbeda dari sisi subjek dan pihak yang memungut serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengelola. Untuk respon negatif dapat dilihat dari pendapat pemilik
sebagai berikut:
“Pajak kos gratis saja karena sudah bayar PBB sekitar 500.000 per
tahun”. (Kos AY)
Dari pernyataan tersebut, menurutya bahwa tidak perlu dilakukan
pemungutan pajak kos, cukup melalui Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
yang mewakili pajak tersebut, sebab nominal PBB yang dibayar cukup
besar dan jika ditambah lagi dengan pajak kos semakin memberatkan
pemilik yang pada akhirnya dapat mengurangi pendapatan yang akan
diterima.
Selanjutnya, alasan pemilik yang menyatakan cukup memuaskan
karena beberapa dari mereka sudah pernah mendapatkan sosialisasi dan
sudah terdaftar sebagai wajib pajak maupun sedang dalam proses.
Meskipun sudah terdaftar maupun masih dalam proses, pemilik
menyarankan sebaiknya sosialisasi tetap berjalan dengan menggunakan
berbagai bentuk media. Hal ini dilakukan agar wajib pajak yang belum
terjangkau oleh pemerintah daerah dapat mengetahui dengan jelas
informasi pemungutannya.
Bagi pemilik lainnya, alasan mereka menyatakan puas karena telah
terdaftar sebagai wajib pajak sehingga informasi dan pelayanan
administrasi terasa mudah (tidak dipersulit) dengan adanya petugas yang
dapat membantu jika belum memahami prosedur-prosedurnya.
Menanggapi hal tersebut menurut pemerintah daerah, pelayanan
yang mereka berikan tergantung dari wajib pajak mau menerimanya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tidak. Jika ada yang menolak, maka pemda akan tetap melayani
sosialisasi misalnya secara door to door dan melalui sosial media atau
media elektronik, sedangkan untuk proses administrasinya, pemda
memberikan kemudahan untuk bisa mengurusnya secara online, namun
terdapat prosedur yang memang mengharuskan wajib pajak untuk datang
langsung ke kantor BKAD Sleman, seperti yang diungkapkan dalam
kutipan wawancara berikut:
“Apakah pelayanan yang diberikan oleh BKAD diterima baik oleh
wajib pajak?, Tergantung wajib pajak menerima atau tidak
pelayanan kita, kalau kita tetap layani wajib pajak lewat sosialisasi
misalnya sosial media atau media elektronik. Kalau urus NPWPD
disini proses pendaftarannya mudah atau rumit bu?, Mau dapat
NPWPD ya datang kesini atau mereka bisa daftar lewat online
tapi memang ada prosedur yang memang harus mereka datang
kesini”.
Peneliti menyimpulkan, meskipun pemerintah daerah telah
memberikan kemudahan untuk mendapatkan sosialisasi, namun sebagian
besar pendapat pemilik menyatakan kualitas pelayanan pajak belum
terpenuhi dan masih terdapat keluhan serta kritik dari pemilik kos yang
sudah terdaftar sebagai wajib pajak maupun yang belum terdaftar sebagai
wajib pajak. Pelaksanaan pelayanan berkualitas dapat terwujud bila
semua pihak (Pemda, pengurus desa wilayah masing-masing, dan wajib
pajak) mampu membangun komunikasi dua arah dan mau menerima
kritik atau saran. Dalam artian, kritik atau saran sebagai bahan evaluasi
bagi masing-masing pihak kedepannya untuk melakukan perbaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sehingga tidak ada lagi kekeliruan diantara pihak-pihak tersebut dan
semakin meningkatkan potensi pajak kos bagi penerimaan daerah serta
kesejahteraan masyarakat setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang
dapat diambil. Pertama, persepsi pemilik kos mengenai sosialisasi peraturan
daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pajak Hotel
khususnya pajak kos sebanyak dua puluh satu pemilik menyatakan belum
dilaksanakan secara merata dan belum menjangkau pemilik usaha kos
lainnya sehingga pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki tentang pajak
ini masih minim.
Kedua, persepsi pemilik kos sebanyak lima belas pemilik usaha kos
menyatakan tarif pajak sebesar 5% dirasa masih memberatkan dan belum
adil. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi penyewa kos yang sebagian
besar merupakan mahasiswa atau pelajar berbeda-beda dan uang sewa yang
diterima setiap bulan oleh pemilik tidak menentu serta terdapat beberapa
biaya operasional yang harus dibayar oleh penyewa seperti air dan listrik,
sehingga jika dipotong lagi untuk membayar pajak, maka akan berdampak
pada penurunan penghasilan pemilik usaha kos dan tidak menutup
kemungkinan naiknya harga sewa kos atau kos tersebut menjadi sepi
peminat.
Ketiga, objek pajak yang dikenakan bagi pemilik usaha kos sesuai
dengan kriteria dalam peraturan daerah tidak disetujui sebanyak enam belas
orang sebab dirasa belum adil dan belum tepat sasaran. Hal in dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
terdapat rumah kos yang jumlah kamarnya tidak melebihi sepuluh namun
memiliki fasilitas yang lengkap tetapi tidak dikenakan pajak sedangkan
rumah kos yang jumlah kamarnya banyak dengan harga sewa rendah dan
fasilitas yang tidak lengkap justru dikenakan.
Keempat, dalam hal mekanisme pemungutan self assessment
sebanyak dua puluh satu pemilik kos menyetujui penerapan sistem ini.
Mereka merasa dengan adanya sistem ini sudah efektif karena wajib pajak
diberikan kemudahan untuk membayar, menghitung, dan melaporkan
besarnya pajak yang terutang. Adanya sistem ini juga dapat membangun
kesadaran dan kejujuran wajib pajak untuk melakukan pelaporan sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya.
Kelima, sebanyak dua puluh dua pemilik usaha kos menyatakan
kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah belum
memuaskan karena informasi penerapan peraturan pajak kos belum
didapatkan atau masih simpang siur sehingga hal-hal teknis yang dimuat
dalam pajak tersebut belum dipahami secara baik dan benar.
B. Keterbatasan Penelitian
Setelah melaksanakan penelitian ini, terdapat beberapa hal yang
menjadi keterbatasan penelitian selama melakukan pengambilan data, yaitu:
1. Peneliti tidak mendapatkan data spesifik dari pemerintah dan belum
dilakukan pendataan secara menyeluruh oleh RT/RW sehingga peneliti
melakukan riset sendiri melalui observasi untuk mencari pemilik kos-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kosan yang tersebar di Kecamatan Depok sesuai dengan kriteria objek
pajak.
2. Muncul ketidaknyamanan pemilik usaha kos dengan judul penelitian ini,
sehingga menolak dilakukan wawancara. Sebagai alternatifnya, peneliti
menggunakan angket terbuka agar tetap menjaga kenyamanan pemilik.
3. Rumah kos yang memiliki jumlah kamar lebih dari sepuluh sebagian
besar dititipkan kepada penjaga kos karena pemilik asli berada di luar
kota, sehingga penulis kesulitan dan hasil penelitian bisa tidak orisional.
C. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki
keterbatasan baik sampel dan data. Oleh karena itu, peneliti memiliki
beberapa saran, antara lain:
1. Agar tidak terjadi kekeliruan mengenai pemungutan pajak ini, sebaiknya
pemerintah daerah, pengurus desa wilayah masing-masing, dan wajib
pajak kedepannya dapat membangun kerjasama/komunikasi dua arah
yang lebih baik serta terbuka dengan segala kritik dan saran sebagai
evaluasi/feedback untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam
peraturan tersebut, sehingga pelaksanaan pemungutan dapat lebih adil
dan merata serta potensi pajak kos semakin tergali lagi dalam
mendukung peningkatan penerimaan daerah dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat daerah dalam bentuk penyediaan fasilitas atau
pelayanan publik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2. Adanya tindakan tegas dari pemerintah daerah kepada pemilik kos yang
tidak bayar/lambat memenuhi kewajiban dengan memberi surat teguran
dan sanksi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, jika dilakukan evaluasi/perbaikan Peraturan
Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2015 oleh pemerintah
daerah, maka dapat meneliti sejauh mana perbaikan tersebut diterima
oleh masyarakat (pemilik usaha kos-kosan) sehingga dapat menjadi
perbandingan untuk menilai penerapannya berhasil atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
DAFTAR PUSTAKA
Artha, Widi Gede Ketut. dan Setiawan. Ery Putu. 2016. “Pengaruh Kewajiban
Moral, Kualitas Pelayanaan, Sanksi Perpajakan, Pada Kepatuhan Wajib
Pajak di KPP Badung Utara”. E-Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana.
Vol.17.2. November (2016): 913-937.
Gunadi. 2016. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).
Jakarta: Bee Media Indonesia
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman- Pengalaman. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE
Herryanto, Marisa dan Toly. Agus Arianto. 2013. “Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Kegiatan Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan”. Jurnal
Pajak dan Akuntansi. Universitas Kristen Petra. Vol.1, No.1.(2013): 125-
135
Hidayat, Syarif. 2017. “Implementasi Kebijakan Pajak Rumah Kos Kabupaten
Sleman”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Kabupaten Sleman. 2015. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun
2015 tentang Pajak Hotel Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Sleman Nomor 1 Tahun 2011. Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
Kementrian Riset. Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Buku
Statistik Pendidikan Tinggi 2017. 2017.
https://ristekdikti.go.id/epustaka/buku-statistik-pendidikan-tinggi- 2017/
Diakses tanggal 27 November 2018
Koran, Tempo, 2011. “Pendapatan Pajak Rumah Kos Sleman Hanya Rp 1,2 Juta”.
https://koran.tempo.co/read/255955/pendapatan-pajak-rumah-kos-
slemanhanya-rp-12-juta?read=true Diakses tanggal 16 Mei 2019
Natallia, Kristin. 2016. “Persepsi Pemilik Rumah Kos di Kecamatan Gubeng
Terhadap Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Pajak Daerah” (Study Pada Pajak Daerah Mengenai Pajak Rumah Kos)”.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Airlangga, Surabaya.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan (Edisi revisi 2011). Yogyakarta: Penerbit Andi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Marselly. 2013. “Analisis Tingkat Pemahaman Pemilik Usaha Kos Tentang Pajak
Kos di Kecamatan Depok”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas
Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Nararya, Syibilla. 2017. “Apa Yang Dimaksud Dengan Persepsi?”.
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-persepsi/4669/2
Diakses tanggal 20 Oktober 2018
Prabhaswara, Saloka. 2015. “Penerapan Sosialisasi Pajak Daerah Atas Rumah Kost
di Kota Depok” Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Perbanas Institute.
Vol.1, No 1. November (2015).
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Rahayu, Siti Kurnia. 2017. Perpajakan (Konsep dan Aspek Formal). Bandung:
Rekayasa Sains
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara Republik Indonesia,
Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sekretariat Negara
Republik Indonesia, Jakarta.
Sekaran, Uma. dan Bougie.Roger. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis Pedekatan
Pengembangan-Keahlian. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Suhendri, Diyat. 2015. “Pengaruh Pengetahuan, Tarif Pajak, dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan
Usaha dan Pekerjaan Bebas di Kota Padang (Studi Empiris Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Kota Padang). Skripsi tidak dipublikasikan.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang, Padang.Sunyoto, Danang.
2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: CAPS
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta: CAPS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Swastika, Anjani Dwi dan Devi. Pusposari. 2015. “Persepsi Pemilik Rumah Kos
Terhadap Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010 Tentang
Pajak Daerah”. Jurnal Akuntansi. Universitas Brawijaya. Jilid 8, No.3.
Viva. 2015. “Pemilik Kos Sambut Kecut Kebijakan Pengenaan Pajak”.
https://www.viva.co.id/arsip/584835-pemilik-kos-sambut-kecut-kebijakan-
pengenaan-pajak Diakses tanggal 16 Mei 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN ANGKET TERBUKA DENGAN PEMILIK
USAHA KOS
1. Apakah pemilik usaha kos mendapatkan sosialisasi mengenai pemberlakuan
pemungutan pajak rumah kos? Jika pernah, Darimana pemilik
mengetahuinya?
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos sebesar 5% yang berlaku saat ini
sudah adil atau belum?, Jika belum, menurut pemilik usaha kos, Bagaimana
penetapan tarif yang adil?.
3. Bagaimana pendapat pemilik usaha kos mengenai objek pajak yang hanya
dikenakan bagi pemilik yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
4. Menurut pemilik usaha kos, Apakah mekanisme pemungutan pajak kos
secara self assessment sudah efektif untuk dijalankan?
5. Bagi pemilik usaha kos yang memiliki NPWPD, Apakah pelayanan
Pemerintah Daerah memuaskan?
Bagi pemilik usaha kos yang belum memiliki NPWPD, Apakah bentuk
pelayanan yang pemilik kos inginkan dari Pemerintah Daerah?
6. Bagaimana saran pemilik usaha kos terhadap penerapan pajak rumah kos?
7. Bagaiamana harapan pemilik usaha kos dalam pelaksanaan pemungutan
pajak rumah kos?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 3
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LANGSUNG DENGAN
PEGAWAI BKAD SLEMAN
1. Bagaimana tanggapan BKAD mengenai sosialisasi yang belum didapatkan
oleh pemilik usaha kos sebagai wajib pajak?
2. Berapa kali sosialisasi tersebut dilaksanakan dalam satu tahun?
3. Apakah terdapat kendala dalam melaksanakan sosialisasi?
4. Bagaimana tanggapan BKAD mengenai pandangan pemilik usaha kos yang
mengatakan bahwa tarif yang ditetapkan saat ini memberatkan?
5. Bagaiamana tanggapan BKAD mengenai pandangan pemilik usaha kos
yang mengatakan bahwa objek pajak yang ditetapkan saat ini tidak adil?
6. Bagaimana tanggapan BKAD mengenai mekanisme pemungutan pajak kos
secara self assessment sudah efektif bagi wajib pajak?
7. Bagaimana tanggapan BKAD mengenai pandangan pemilik kos yang
mengatakan bahwa pelayanan belum sepenuhnya dilaksanakan?
8. Apakah yang menjadi kendala BKAD dalam menerapkan Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2015 mengenai Pajak Hotel atas rumah kos?
9. Apakah upaya yang sampai saat ini sudah dilakukan oleh BKAD untuk
menghadapi kendala tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 4
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AA
Jumlah Kamar : 16 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Iya, pernah ada sosialisasi sekitar akhir
desember tahun 2018 langsung dari
pemerintah daerah.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Saya tetap fair sama pemerintah, tapi kalau
tarifnya memberatkan karena pemilik kos
yang bayar pajak tersebut, padahal
seharusnya dibebankan bagi penyewa kos.
Tapi kalau penyewa kos dibebankan tidak
mungkin karena kemampuan ekonomi tiap
anak beda-beda.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Harusnya pengenaan pajak kos
memperhatikan jumlah penghasilan akhir
karena bisa saja yang tidak masuk dalam
kriteria justru pendapatannya lebih tinggi.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah efektif tapi perlu pengendalian dari
pemerintah karena bisa saja pemilik kos
lainnya berbuat curang seperti memanipulasi
data jumlah kamar.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Pelayanan Pemda sudah cukup baik tapi lebih
baik lagi kalau masyarakat yang seharusnya
sebagai wajib pajak kos mendapat sosialisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
agar mengetahui dengan jelas
pemungutannya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Pemerintah daerah sebaiknya lebih aktif
sosialiasi ke wilayah lainnya yang belum
mengetahui peraturan daerah.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semoga sosialisasi lebih merata dan
pendataan segera dilakukan supaya pemilik
usaha kos yang memang masuk kriteria
sebagai wajib pajak tahu dengan jelas
pemungutan pajak ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AB
Jumlah Kamar : 14 (Tidak ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Tidak pernah ada sosialisasi dari petugasnya
langsung.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum dan keberatan terlalu besar tarifnya.
Tidak semua kos pendapatannya sama tiap
bulan. Harusnya tarif seperti pajak
penghasilan jadi ada level-levelnya.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Baiknya semua kos dipajaki. Tidak hanya
dilihat dari jumlah kamar saja, semua juga
sama-sama usaha jadi supaya sama rata
dikenakan juga.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Tidak efektif karena belum semua pemilik
tau menghitungnya. Paling tidak diajari dulu
perhitungannya seperti apa.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sebagai pemilik pelayanan yang dibutuhkan
seperti sosialisasi, kalau tidak ada sosialisasi
tidak mengerti peraturannya bagaimana.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Sebelum disosialisasi peraturannya harus uji
coba ke masyarakat dulu untuk lihat
pendapatnya diterima atau tidak.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Peraturannya lebih jelas saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AC
Jumlah Kamar : 12 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum ada sosialisasi, saya hanya
mendapatkan informasi tentang pajak kos
dari internet.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Keberatan karena sekarang semua serba
mahal kalau dipotong pajak pasti rugi apalagi
permintaan penyewa kos beda-beda bisa saja
kos jadinya kosong karena tambahan pajak
lagi.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Kurang setuju karena kos-kos yang lain juga
pasti ada pemasukan mestinya harus kena
juga.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Belum karena tidak tahu cara bayarnya,
daftarnya, dan harus kemana.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Supaya masyarakat paham manfaat pajak ini,
mungkin perlu sosialisasi langsung ke
pemilik kos.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Kejelasan dalam penerapan dan rutin
diadakan sosialisasi.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Uang pajak yang dibayar punya manfaat buat
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AD
Jumlah Kamar : 20 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Sudah dari pemerintah dan pak RT,RW
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Sudah adil dan tidak ada masalah kalau
dikenakan selama sesuai dengan aturan yang
ada.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Setuju karena kalau kamarnya diatas 10 bisa
masuk kategori cukup untuk mampu bayar
pajak.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Setuju dan efektif, karena pemilik bisa
langsung hitung sendiri dan lapor sendiri,
tidak perlu dihitungkan.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Cukup puas karena dari sosialisasi sudah
dijelaskan cara administrasinya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Menambah sosialisasi ke pemilik yang lain
supaya tahu peraturannya dan mau daftar.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semoga dengan sosialisasi pemilik kos yang
lain semakin paham dan sudah bayar
pajaknya jadi tidak ada kecemburuan sesama
pemilik yang sudah bayar atau yang belum
bayar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AE
Jumlah Kamar : 12 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah dapat sosialisasi hanya dengar
informasi seperti kabar burung kalau pak RT
ingin mengadakan rapat mengenai hal ini tapi
sampai sekarang belum ada realisasinya.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum. Yo, kalau 10% terlalu besar, paling
tidak 2,5% seperti dalam agama, itu pun
setelah dipotong biaya-biaya operasional.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Setuju, jangan dikenakan bagi masyarakat
yang berpenghasilan kecil apalagi yang
hanya bergantung pada hasil usaha kos.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Ya setuju sudah efektif seperti PBB, tapi biar
pemasukannya maksimal, ada petugas yang
mendatangi ke rumah-rumah kos.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Cuma punya NPWP dan secara pelayanan
cukup memuaskan. Pemerintah harus aktif
memberikan edukasi kepada masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Tarif pajak kos dapat diturunkan, sehingga
kami kalangan masyarakat kecil tidak
merasa keberatan.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Disosialisasikan dulu bagi pemilik kos
sebelum memungut pajaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AF
Jumlah Kamar : 19 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Tidak pernah ada sebelumnya dari
pemerintah langsung. Tahu ada pajak ini
dari teman yang juga punya usaha serupa
namun beda daerah.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Cukup adil meskipun saya belum membayar
pajak secara benar dalam hal ini.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Cukup adil, karena sesuai hitungan biasanya
kamar kalau 10 keatas untungnya lebih
besar.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah efektif kalau dihitung dan dilaporkan
oleh pemilik dan perlu sosialisasi cara
hitungnya.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Perlu sosialisasi supaya bisa tahu jelasnya
peraturannya itu seperti apa.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Sebaiknya adil dilihat dari jumlah kamar,
fasilitas, dan tingkat bayar kosnya atau
sesuai nilai sewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Uang hasil pajak tidak disalahgunakan oleh
pemerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AG
Jumlah Kamar : 16 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum, hanya pernah ada surat yang diterima
terkait informasi pajak kos tapi tanpa cap
RT/RW setempat.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarif yang ditetapkan sudah adil dan tidak
merasa keberatan ikut sesuai peraturan
karena sudah dimusyawarahkan di RT/RW
setempat.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Setuju saja dengan kriteria, sesuai dengan
peraturan pemerintah (tidak merasa
keberatan).
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Setuju, karena lebih efektif kalau hitung,
bayar, dan lapor sendiri sekaligus
membangun kesadaran wajib pajak kos yang
belum dijangkau pemerintah daerah.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Pemerintah melakukan sistem jemput bola
untuk sosialisasinya, dan jika ada perwakilan
dari pemerintah sebaiknya melampirkan
surat dengan cap RT/RW setempat yang
dapat dipercaya masyarakat setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Tarif pajak tidak naik, tetap saja, atau kalau
boleh turun dari yang sekarang.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semoga pelaksanaan pemungutan pajak oleh
Pemda dilakukan dengan sistem jemput bola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AH
Jumlah Kamar : 12 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Ya.
pada saat pertemuan RT, dijelaskan dari
aparat yang bersangkutan.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Menurut saya sudah adil, walaupun saya
belum terlibat secara langsung.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Menurut saya sah-sah saja selagi pajak yang
diambil benar-benar digunakan secara baik.
Tidak di korupsi!.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sistem ini efektif kalau pemerintah mau
sosialisasi peraturannya kalau tidak akan
memberatkan pemilik dengan menghitung
sendiri pajaknya.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Untuk saat ini belum ada nomer pajak karena
masih dalam tahap pengurusan karena masih
baru. Mungkin melakukan sosialisasi lagi.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Uang hasil pungutan pajak sebaiknya
digunakan secara baik dan benar. Tidak
dikorupsi. Kalau bisa, setiap tahun
laporannya diberi kepada pemilik kos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Harapannya supaya diterapkan secara
menyeluruh saja namun tetap adil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AI
Jumlah Kamar : 18 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Sudah pernah dari RT/RW dalam satu tahun
satu kali.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum adil, karena uang yang dikumpulkan
dari RT belum transparan dan dana yang ada
tidak diketahui dialokasikan untuk apa. Para
pemilik kos sebagian belum merasakan
dampak dari iuran yang dikumpulkan.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Penerapan pajak yang tidak dikenakan untuk
dibawah 10 kamar belum tepat karena tidak
melihat seberapa besar skala usaha yang
dimiliki.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah efektif karena lebih meleluasakan
para pemilik kos untuk melaporkan jumlah
aset yang dimiliki secara lebih flexible.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Pelayanannya sudah bagus dan cepat
biasanya hanya 10 menit.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Harusnya kebijakan tersebut lebih di
informasikan lagi kepada masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
khususnya pemilik kos karena menyangkut
transparansi dan juga kepuasan pemilik kos
untuk membayar pajak .
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Harus transparan dan melakukan sosialisasi
yang lebih lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AJ
Jumlah Kamar : 16 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum bisa dibilang adil harusnya semua kos
bayar. Penghasilan bisa beda tapi tetap sama
namanya usaha kos pasti ada pemasukan.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Seharusnya merata semuanya tergantung
persentase.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Susah dijalankan kalau tidak ada
sosialisasinya dari pemerintah.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Belum tahu perdanya perlu sosialisasi.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Belum bisa memberi masukan sebelum ada
kejelasan peraturannya.
7 Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Mengikuti saja apa yang menjadi keputusan
pemerintah daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AK
Jumlah Kamar : 18 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Untuk masalah pajak, saya pernah dengar
tapi tidak tahu pasti peraturan pemda nomor
berapa tahun berapa karena tidak ada
sosialisasi sama sekali dari pihak terkait
(BKAD Pemda Sleman)
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Karena saya tidak tahu detail peraturan
mengenai pajak kos tersebut saya tidak bisa
menjawab dengan pasti. Tapi ini pendapat
pribadi mungkin tarifnya bisa diturunkan lagi
(disesuaikan dengan keadaan kos karena ada
tipe-tipe yang berbeda untuk kos, misalnya
kos-kosan biasa, eksklusif, dll).
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Perlu ditinjau lagi karena jumlah 10 pada
kos-kosan biasa atau tarifnya murah atau
standar akan beda dengan pendapatan 10
kamar pada kos-kosan yang standarnya lebih
tinggi (eksklusif).
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Ketika sosialisasi dan pemahaman pemilik
kos sudah didapat, saya rasa metode self
assessment sudah efektif seperti contoh yang
sudah berjalan di kos-kosan saya adalah
pungutan IPAL bagi anak kos-kosan yang
dihitung sendiri per bulan per tingkat isian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
kamar. Iuran IPAL tersebut dibawah DLH
Pemda Sleman.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Karena saya tidak punya NPWPD maka
pelayanan yang paling pertama saya inginkan
adalah sosialisasi.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Baik, setuju, tapi dengan catatan seperti yang
sudah saya kemukakakan di pertanyaan
sebelumnya. Perlu diklasifikasikan kos-
kosan tersebut karena ada berbagai macam
tipe kos dan tarif kos supaya tidak terjadi
kekeliruan penerapan pajak kos.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Pemungutan pajak kos menurut saya baik
asalkan tepat sasaran yang harus dipungut
pajak kriterianya kos-kosan yang seperti apa.
Dan tentu sosialisasi sangat diperlukan
sebagai tahap awal pemungutan pajak rumah
kos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AL
Jumlah Kamar : 16 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah mendapat sosialisasi dari
pemda, RT/RW.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Karena saya sebagai pemilik usaha kos tarif
sudah adil/wajar namun apabila dibebankan
kepada penyewa belum tentu adil untuk
mereka, kalau bisa tarifnya disesuaikan
dengan jumlah penghasilan setiap bulan.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Menurut saya relatif sesuai dengan fasilitas
yang didapat bagi penyewa kamar, dan
seharusnya diberlakukan untuk semua
pemilik kos.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Menurut saya tidak efektif karena kurangnya
pengawasan secara langsung ke pemilik kos
dan bisa saja data yang dilaporkan tidak
sesuai, setidaknya perlu ada pendataan
langsung oleh RT/RW.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Menurut saya masih kurang , pemda
seharusnya lebih sering berinteraksi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
pemilik kos serta melakukan sosialisasi
kepada pemilik dan RT/RW.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Saran saya melihat kondisi dan kriteria kos
apakah kos tersebut dapat dikenakan pajak
5% tidak perlu karena mengingat fasilitas
tiap kos berbeda.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Seharusnya pemda melibatkan masyarakat
dalam penerapan perda agar tidak
menimbulkan pro dan kontra. Sebaiknya
dapat dilakukan melalui sosialisasi sekaligus
menampung pendapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AM
Jumlah Kamar : 31 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tidak, sudah bayar pajak PPh final - 0,5%
dari jumlah bruto.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Sudah Adil
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Efektif, sudah banyak sama seperti PPh final
(PPh 21).
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Diadakan sosialisasi perda
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Banyak melakukan sosialisasi
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Peraturan daerah dan sosialisasi
pelaksanaannya harus jelas karena belum
pernah dapat informasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AN
Jumlah Kamar : 72 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Pernah, dari pemerintah desa setempat.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum, besar nominal pajak dikurangi
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Kurang adil, besar atau kecil jumlahnya,
semua merupakan usaha dan masing-masing
ada pengeluaran biaya perawatan dan lain-
lain.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Belum, karena dengan sistem seperti itu
banyak pengusaha kos yang tidak membayar.
Sebaiknya diberi petugas.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Semua jika dilakukan dengan tertib dengan
budaya antri, saya kira PEMDA cukup
memuaskan pelayanannya. Biasanya
seminar/sosialisasi, misalnya itu.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Didata dan diberikan atau kirim petugas dari
pemerintahan setempat untuk penerapan
sudah semestinya.
7 Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Didata dan diberikan atau kirim petugas dari
pemerintahan setempat untuk penerapan
sudah semestinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AO
Jumlah Kamar : 20 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Tidak
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Menurut saya adil tapi mungkin bagi
penyewa tidak.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Tidak adil karena biaya yang dikeluarkan
lebih besar, seharusnya disamakan.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Belum, karena bisa saja ada yang sesuai dan
tidak sesuai dengan kondisi. Jika
memungkinkan sebaiknya ada petugas yang
melakukan survei.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Melakukan sosialisasi lalu jemput bola.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Sebaiknya diberi sosialisasi untuk apa dan
bagaiaman pajak tersebut supaya bisa
diterapkan dengan baik dan tidak
menyulitkan.
7 Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Diperjelas dan jangan dipersulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AP
Jumlah Kamar : 12 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Adil, tapi kalau yang bayar penyewa.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Tidak adil, seharusnya semua bayar pajak
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Belum, karena bisa saja ada yang membayar
tidak sesuai dengan pendapatannya.
Sebaiknya dilakukan oleh petugas.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sosialisasi dan jemput bola. Karena ada
pemilik yang kurang paham dengan pajak.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Diadakan sosialisasi kalau perlu datang ke
tempat pemilik, supaya dapat diperjelas.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Tidak pungli atau korup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AQ
Jumlah Kamar : 13 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah mendapatkan sosialisasi.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Adil, karena saya sebagai pemilik kos
memungut dari penyewa., dan penetapan
tarif 5% sudah sesuai dengan UU yang
berlaku.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Sudah sesuai karena dengan memiliki lebih
dari 10 kamar maka dari sisi pendapatan
sudah mencukupi, penyewa kamar juga
mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan
harga kamar.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Tidak dan kurang efektif. Karena banyak
pemilik kos yang lain tidak membayar pajak,
jadi butuh pengawasan dan banyak pemilik
kos yang belum tahu cara menghitung
pajaknya.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Pemda mengadakan sosialisasi,
meningkatkan pengawasan pada pemilik kos,
isalnya sanksi yang diberikan jika tidak
membayar pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Saran saya, semakin ditingkatkan
pengawasan dan penerapan pajak untuk
memberi kesadaran bagi wajib pajak untuk
membayar pajaknya.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Sistem administrasi pembayaran dipermudah
dihitungkan pajaknya, karena banyak yang
belum tahu cara meghitung pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AR
Jumlah Kamar : 16 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah, hanya mendengar dari RT
setempat.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum adil, karena biaya operasional juga
masih banyak, misalnya bayar listrik.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Tidak adil. Seharusnya keseluruhan kos
dikenakan pajak.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Efektif, karena bisa ditentukan sendiri berapa
pajak yang terutang. Namun perlu
pengawasan dan pengendalian dari
pemerintah.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Perlu dilakukan sosialisasi atau seminar
sejenisnya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Perlu diadakan sosialisasi/seminar sejenisnya
yang melibatkan masyarakat.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Keseluruhan kos mendapatkan sosialisasi
dan uang pajak yang dibayar tidak
disalahgunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AS
Jumlah Kamar : 25 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Ada pernah sosialisasi peraturan
pemungutan pajaknya langsung dari
pemerintah
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarif tidak ada masalah tetap mengikuti saja
sesuai peraturan yang berlaku.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Ini yang menjadi masalah karena kalau mau
pungut pajaknya semuanya saja, tidak harus
ada batasan-batasan kamarnya.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Efektif sudah sama dengan pajak yang lain.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sama saja dengan pelayanan yang lain puas
dan lebih dipermudah bayar dan lainnya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Peraturannya saya setuju-setujua saja tapi
mungkin bisa dilihat lagi respon masyarakat
bagaimana supaya bisa terima.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semakin banyak yang tahu peraturannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AT
Jumlah Kamar : 15 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Dari sesama pemilik usaha kos sempat
mendengar berita bahwa akan dilakukan
sosialisasi, namun sampai sekarang hal itu
belum direalisasi.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarifnya kalau untuk kos-kosan yang
menengah keatas harga sewanya cukup adil
tapi kalau untuk yang kebawah berat karena
lebih banyak penyewa yang ekonominya pas-
pasan.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Tidak hanya dilihat dari jumlah kamar tapi
dari harga sewa tiap bulan juga. Tidak semua
harga sewanya sama.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Tidak efektif, banyak pemilik yang lain
nantinya melaporkan tidak sesuai dengan
jumlah kamar yang terisi atau asal-asalan.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Mungkin sosialisasi ya. Karena belum semua
paham peraturannya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Mungkin tarifnya bisalebih kecil dari tarif
yang sekarang dan semua kos dikenakan.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Sama dengan saran mungkin tarifnya
bisalebih kecil dari tarif yang sekarang dan
semua kos dikenakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AU
Jumlah Kamar : 17 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Sudah dari RT/RW/Dukuh
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum adil/kemahalan sewa yang diterima
belum dikurangi dengan pengeluaran kos
yang lain.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Kurang pas karena yang dikenakaan
harusnya bagi semua pemilik kos-kosan.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Tidak efektif, karena warga asli (lokal) tidak
dipungut pajak, padahal kamar kos jumlah
banyak. Yang dipungut pemilik kos yang
pendatang.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Lakukan sosialisasi
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Peraturan jelas untuk semua pemilik kos
yang lain.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Kalau peraturan belum jelas, pajak kos
dihapus/dihilangkan !!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AV
Jumlah Kamar : 22 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Pernah datang dari pemerintah dan RT
sosialisasi langsung ke kos.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Menurut saya setuju-setuju saja karena sudah
kewajiban untuk bayar.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Tidak masalah karena hasil yang didapat
setiap bulan sudah lumayan.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah, karena lebih memudahkan pemilik
mengetahui pajak yang harus dibayar.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sudah puas pelayanannya baik dan cepat
tidak lama administrasinya kalau datang
kesana nanti dijelaskan cara-caranya.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Petugas melakukan pendataan supaya
pemilik yang harus bayar segera penuhi
kewajiban.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semakin banyak pemilik kos yang mendaftar
dan memenuhi kewajiban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AW
Jumlah Kamar : 30 (Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Secara langsung tidak mendapatkan
sosialisasi dari pemerintah, namun dalam
prinsip kami bagaimana menanamkan
pengertian pada diri kami sendiri untuk
menyisihkan bagian semacam dana pajak
yang harus dibayar oleh setiap usaha yang
kita lakukan yang nantinya bisa dirupakan
bayar ke kampung dimana usaha kami berada
sebelum perpajakan menerapkan dalam sendi
kehidupan usaha kami.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Sesuai anjuran Dirjen Pajak adanya
pungutan adalah 1% dari pendapatan yang
diperoleh.
Sebenarnya ya cukup adil karena
penerapannya tidak atau belum dipaksa tapi
dihitung sendiri oleh pengusaha kena pajak.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Nah dikomponen inilah yang menunjukkan
kurang adil, dimana semua usaha kos
harusnya tidak melihat berapa jumlah kamar,
kan yang punya jumlah kamar 1 maupun 100
tetap ada penghasilan, namun besarnya pasti
tidak sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Pada prinsipnya untuk menumbuh
kembangkan kesadaran untuk bayar pajak
harus dimulai dengan cara self assessment.
Dimana orang dilatih untuk berproses sadar
akan pajak, yang selanjutnya konsep
perolehan pajak dapat dikembalikan dalam
bentuk pemenuhan sarana masyarakat yang
dapat diwujudkan.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Ya selama ini cukup lancar untuk urusan
pajaknya.
Jika pada pelaku usaha harusnya diajak
berkegiatan dalam bentuk seminar untuk
memberikan efek positif bahwa dana pajak
yang disetorkan oleh tiap PKP merupakan
bagian dari pembangunan disekitar kita
sendiri.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Ya selama ini memang sosialisasinya hanya
setengah hati, baik dari konsep maupun
pelaksana di lapangan yang sebenarnya
dapat melibatkan RT/RW maupun Dukuh
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Ya kami sudah memulainya, meskipun
awalnya tidak kami bayarkan ke pajak, tapi
kami berikan pada kampung dimana usaha
kami berada misalnya dari dana yang
terkumpul secara periodik kami rupakan
infrastruktur kampung setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AX
Jumlah Kamar : 20 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Iya, dari kantor pajak.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Belum dan jangan terlalu besar.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Belum adil
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah bagi yang sadar pajak
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Belum disosialisasikan
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Kalau bisa disosialisasikan supaya bisa
merata.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Kalau bisa disosialisasikan supaya bisa
merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AY
Jumlah Kamar : 30 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum hanya mendengar sekilas dari
tetangga yang juga pemilik kos kalau
pemerintah daerah pernah datang 3 atau 4
tahun yang lalu tapi tidak pernah ada
sosialisasi sampai sekarang.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarifnya memberatkan harusnya ditentukan
berapa dengan melihat kesulitan anak kos
maupun pemiliknya.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Seharusnya kriteria yang dikenakan bukan
hanya wajib pajak yang masuk kriteria tapi
juga pemilik kos yang lain.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sistemnya sudah efektif karena pelaporan
dan penghitungan dilakukan sendiri oleh
pemilik.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sebaiknya ada penjelasan yang jelas
mengenai pemungutan bagi pemilik usaha
kos paling tidak sosialisasi jadi tidak pungut
seenaknya saja.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Pajak kos gratis saja karena sudah bayar
PBB sekitar 500.000 per tahun.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Tidak perlu ada pajak kos. Pemda harusnya
tahu yang menjadi kesulitan anak kos atau
pemilik kosnya. Karena kosan tidak selalu
terisi penuh. Bisa saja pendapatan kedepan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
menurun dan kos juga dibangun untuk bantu
mahasiswa punya tempat tinggal sementara
bukan untuk pungut pajak dari mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos AZ
Jumlah Kamar : 32 (Tidak ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah dapat sosialisasi hanya tahu
ada peraturan daerahnya tapi belum kuat.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarifnya sudah wajar karena sudah
dibiasakan untuk mengeluarkan uang tapi
bukan pajak yang dirupakan dalam bentuk
bakti bagi masyarakat kampung. Misalnya
ada iuran lingkungan tiap bulan 3.000, kami
mengeluarkan 10.000. Kalau bakti bagi
masyarakat kampung dalam bentuk
infrastruktur seperti gorong-gorong atau
kegiatan desa lainnya, daripada ke Pemda
infrastruktur tidak jalan.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Adanya kriteria membuat saling iri diantara
sesama pemilik usaha kos-kosan. Harusnya
mau 1, 10 , atau 1000 kamar perlakuannya
tetap sama harus dikenakan.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah efektif karena kita diberikan keluasan
untuk hitung dan lapor sendiri sesuai pajak
yang terutang.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Semua hal menyangkut pemungutan pajak
kos ini disosialisasikan dulu seperti pajak
lainnya, agar ketika pemilik kos mau
mengurus pajak tidak merasa susah atau
dipersulit.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Pemda sebaiknya lebih melibatkan pak
RT/RW, memberi insentif (terserah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
bentuk apapun), dan pengetahuan. Insentif
diberikan sebagai penghargaan buat pak
RT/RW ke jaringan beratnya karena setiap
pembangunan di desa yang kemungkinan
duluan tahu pak RT/RW mengenai lokasinya
dan bangunan apa yang akan dibangun bukan
pak dukuh, kalau pak dukuh sudah dapat
gaji.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Regulasinya dan sosialisasinya diperjelas
sehingga tidak menimbulkan saling iri
diantara sesama pemilik kos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos BA
Jumlah Kamar : 12 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Belum pernah dapat sosialisasi dan hanya
dengar kabar itu sekilas dari tetangga yang
juga pemilik kos karena diundang ikut
sosialisasi.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Tarifnya tidak masalah lebih adil jika beda-
beda disesuaikan dengan kriteria jumlah
kamar dan jumlah pendapatan pemilik.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Seharusnya yang jadi objek pajak semua
pemilik kos dan dibedakan pada tarif.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Sudah efektif akan lebih baik lagi kalau
pemerintah datang langsung dan diajarkan
cara menghitung pajak kos yang terutang
bagi wajib pajak yang belum bisa.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Pajak itu sebaiknya disosialisasikan dulu,
undang-undnag diperjelas supaya semua
orang tahu. Orang-orang pasti tidak tahu
undang-undangnya seperti apa. Kalau jelas
pasti pemilik kos tahu bayar ke siapa dan atas
nama siapa.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Tidak perlu dikenakan pajak kos ini usaha
rayat kecil dan belum tentu menjanjikan
karena keuntungannya tidak menentu kalau
kamar kosong karena mahasiswa sekarang
punya banyak kriteria kos yang diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Harapannya pemerintah melakukan sosialiasi
sebelum pajak dikenakan bagi pemilik kos
sekaligus diajarkan cara menghitung
pajaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos BB
Jumlah Kamar : 21 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Tidak pernah dengar dan tidak ada
sosialisasi.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?
Mungkin ini pendapat pribadi, tarifnya saat
ini keberatan ya, karena usaha kos-kosan ini
pemasukannya kecil dan belum tentu
keuntungan atau modal yang dikeluarkan
untuk kos-kosan bisa kembali dengan cepat.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Pemungutan pajaknya harus dibedakan pada
kriteria pelayanan dan fasilitas kos, kos saya
sederhana, jadi saya harus dapat tarif yang
rendah.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Saya setuju tetapi perlu pemberitahuan
secara detail kepada kami pemilik kos
terlebih dulu supaya ada pengetahuan
pemilik kos tentang pajak ini dan
mekanismenya.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Untuk pajak ini sama dengan pajak yang lain,
kalau mau wajib pajak membayar dan sadar
pajak, harus ada sosialisasi dalam bentuk
apapun, yang penting informasinya sampai
kepada pemilik kos-kosan sehingga para
pemilik kos paham.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Dilakukan evaluasi lagi untuk tarif
berdasarkan jumlah kamar yang dikenakan.
7 Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Pemungutannya semoga dapat lebih adil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos BC
Jumlah Kamar : 23 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Selama ini belum ada yang datang ke
lingkungan saya untuk sosialisasi.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Menurut saya tidak ada masalah sebenarnya
pada tarif, cuma yang buat masyarakat kaget
karena tidak ada informasi dasar pungut
pajaknya itu bagaimana dan seperti apa.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Karena ini pajak kos sudah semestinya tidak
dibeda-bedakan pemilik kos yang kena dan
yang tidak kena. Sama-sama mengeluarkan
uang untuk bangun kos, ya sama-sama juga
dapat uang dari kos tapi memang hasilnya
beda.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Pajak sekarang kan beberapa sudah pakai
sistem seperti ini misalnya PBB dan PPh,
cuma untuk jelasnya bayarnya kemana, atas
nama siapa, bagaimana hitungnya tidak tahu.
Jadi kembali lagi harus sosialisasi.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Saya tidak ada NPWPD makanya saya mau
diadakan sosialisasi di lingkungan saya
apalagi disini belum semua pemilik kos juga
tahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Sosialisasi lebih dulu dari pemda agar
kebijakan tersebut tidak membuat kaget para
penghuni dan pemilik lainnya.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Pemungutannya berjalan baik dan sesuai
dengan peraturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
HASIL ANGKET TERBUKA
“ANALISIS PERSEPSI PEMILIK USAHA KOS TERHADAP PENERAPAN PAJAK
HOTEL SESUAI PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2015 DI KECAMATAN
DEPOK”
Nama : Kos BD
Jumlah Kamar : 20 (Tidak Ada NPWPD)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah anda mendapatkan sosialisasi
mengenai pemberlakuan pemungutan pajak
rumah kos? Jika pernah, darimana pemilik
mengetahuinya?
Tidak ada sosialisasi sampai saat ini.
2. Apakah penetapan tarif pajak rumah kos
sebesar 5% yang berlaku saat ini sudah adil
atau belum?, Jika belum, menurut anda,
Bagaimana penetapan tarif yang adil?.
Selama ini hanya pungut uang lingkungan
dari penyewa kos. Misalnya ada tarif pajak
kos lagi semakin berat ya, apalagi usaha ini
juga belum tentu untung.
3. Bagaimana pendapat anda mengenai objek
pajak yang hanya dikenakan bagi pemilik
yang memiliki jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh)?
Wajar-wajar saja kalau pajak ini untuk kamar
yang lebih dari 10 tapi kalau dilihat kembali
pasti muncul kecemburuan dari pemilik yang
sudah bayar pajak ini karena merasa tidak
adil makanya harus diperjelas di bagian ini.
4. Menurut anda, apakah mekanisme
pemungutan pajak kos secara self
assessment sudah efektif untuk dijalankan?
Kesadaran untuk bayar tidak cukup kalau
tidak ada informasi sosialisasi pajak ini.
5. Jika anda memiliki NPWPD, Menurut
anda Apakah pelayanan Pemda
memuaskan?
Jika belum memiliki NPWPD, Pelayanan
dalam bentuk apa yang anda inginkan dari
Pemda?
Sosialisasi atau mengadakan kegiatan
lainnya supaya wajib pajak yang lain
semakin sadar.
6. Bagaimana saran anda terhadap penerapan
pajak rumah kos?
Peraturannya tepat sasaran untuk wajib
pajak.
7. Bagaimana harapan anda dalam
pelaksanaan pemungutan pajak rumah kos?
Semakin baik peraturannya, adil, dan tepat
sasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 5
1. Hasil Wawancara dengan Salah satu Pegawai BKAD Sleman
Keterangan:
P: Pewawancara (Fany La’bi Pasinggi)
N: Narasumber (Pegawai BKAD Sleman)
P : Bagaimana tanggapan ibu mengenai sosialisasi yang belum didapatkan
oleh pemilik usaha kos sebagai wajib pajak?
N: Kalau mengadakan sosialisasi setiap tahunnya kami agendakan rutin dan
pindah-pindah setiap kecamatan. Kalau ada yang belum itu karena
memang kecenderungan wajib pajak itu menghindar.
P : Berapa kali sosialisasi tersebut dilaksanakan dalam satu tahun?
N: Biasanya bisa sampai 10 (sepuluh) kali sosialisasi di setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Sleman.
P: Pernah mengalami kendala atau tidak bu, selama melaksanakan sosialisasi?
N: Kalau sosialisasi nggak ada kendalanya, yang kendalanya itu mereka
(wajib pajak) mau atau nggak. Kalau sosialisasi kan nggak harus tatap
muka, bisa melalui media massa, media elektronik, sosial media, tatap muka
langsung.
P: Door to door ya bu?
N: Oh nggak, kita mengundang mereka, ya macam-macam. Maksudnya kalau
door to door ketika penagihan kita sisipi juga dengan sosialisasi yang
terkait dengan apa yang sedang dilakukan saat itu. Kalau sosialisasi kan
kalau diundang mau aja, yang sulit itu untuk mengukur tingkat
keberhasilan sosialisasi apakah sosialisasinya mengena pada wajib pajak
atau tidak.
P: Apakah sudah banyak yang mendaftar jadi wajib pajak kos?
N: Oh iya banyak mbak sudah banyak yang daftar, sebelum itu diberlakukan
mereka kan sudah punya banyak kos-kosan ya, terus kita datangi kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
kita data lalu beri NPWPD dan kemudian dikenakan pajak ini, karena
otomatis kena pajak kalau dia diatas 10 kamar.
P: Lalu faktor yang dominan dari wajib pajak berarti menghindari ya bu?
N: Kecenderungannya wajib pajak seperti itu, kecenderungan sifat asli orang
akan menghindari pajak.
P: Bagaimana menurut ibu jika wajib pajak mengatakan tarif dan objeknya
memberatkan?
N: Aturannya kan yang diatas 10 kamar wajib dikenakan pajak, nah dari situ
mereka akan mensiasati gimana caranya supaya nggak kena pajak. Bisa
saja membangun kos kamarnya tidak lebih dari 10 tapi penghasilan per
bulannya tinggi. Jadi kembali lagi ke sifat asli orang itu yang cenderung
untuk mengindari pajak. Kalau untuk jelasnya tarifnya berapa saya lupa,
bisa dilihat semua diaturan. Nanti bisa dibuka di JDIH Sleman cari kata
kuncinya pajak kos kalau nggak pajak hotel.
P: Apakah wajib pajak merespon secara positif jika sistemnya secara self
assessment?
N: Memang untuk pajak ini bayarnya self assessment dan mereka responnya
positif karena kita juga ngasih mereka kewenangan untuk bisa bayar,
hitung, dan lapor sendiri jadi kembali lagi ke mereka mau bayar atau
nggak, kalau nggak ya seperti yang saya bilang orang cenderungnya
hindari bayar pajak.
P: Lalu bagaimana tanggapan ibu bagi wajib pajak yang belum tahu caranya
hitung pajak ini?
N: Ya kita melalui sosialisasi tiap tahun yang diagendakan kalau mereka
nggak tahu kan itu dari mereka saja mau atau nggak datang ikut
sosialisasinya.
P: Apakah pelayanan yang diberikan oleh BKAD diterima baik oleh wajib
pajak?
N: Tergantung wajib pajak menerima atau tidak pelayanan kita, kalau kita
tetap layani wajib pajak lewat sosialisasi misalnya sosial media atau media
elektronik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
P: Kalau urus NPWPD disini proses pendaftarannya mudah atau rumit bu?
N: Mau dapat NPWPD ya datang kesini atau mereka bisa daftar lewat online
tapi memang ada prosedur yang memang harus mereka datang kesini.
P: Yang menjadi kendala sampai saat ini apa bu?
N: Kendalanya sampai saat ini tentang kesadaran wajib pajak itu sendiri mau
bayar atau nggak.
P: Sejauh ini apa upaya yang dilakukan BKAD untuk menjaring wajib pajak
kos?
N: Melakukan banyak sosialisasi dan kita sediakan fasilitas bagi wajib pajak
yang melek teknologi dan yang tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Lampiran 6
1. Hasil Wawancara dengan salah satu Ketua RW
Keterangan:
P: Pewawancara (Fany La’bi Pasinggi)
N: Narasumber (Ketua RW)
P : Namanya siapa dek?
N: Oh iya, fany pak.
P: Saya mau tanya pak, bapak pernah tahu nggak dari pemda datang kayak
sosialisasi mengenai pajak kos?
N: Waktu itu ada.
P: Pernah berarti pak?
N: Iya pernah ada.
P: Berapa kali pak mereka datang kesini?
N: Itu melalui pak dukuh toh.
P: Waktu sosialisasinya banyak yang datang nggak pak?
N: Ya lumayan lah, rata-rata pengurus RT/RW
P: Lalu pendataanya sudah ada atau belum pak?
N: Kalau pendataan itu tergantung dari keaktifan dari masing-masing
RT/RW. Jadi kalau secara teknis ini, kan ada yang pengurus RTnya-
RTnya ada yang aktif, ada yang nggak aktif seperti itu.
P: Kalau sekitar sini bapak tau nggak sudah banyak yang bayar atau belum?
N: Kalau itu kembali lagi ke pengurus masing-masing. Kan sudah ada aturan
tinggal menjalankan. Kalau mau dijalankan ya dijalankan, kalau nggak, ya
udah. Teknisnya seperti itu.
P: Lalu bapak setuju nggak dengan adanya penerapan pajak kos ini?
N: Itu, ya penerapan selagi tidak memberatkan ya pasti setuju. Itu karena
kembali lagi ke masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
P: Harapan kedepannya bapak untuk adanya penerapan pajak ini untuk
masyarakat dari pemda gimana pak?
N: Sebenarnya undang-undang itu sudah ada ya dari pemda, tinggal
pelaksanaan masing-masing kedepan oleh pak RT/RW. Tapi kendalanya
kan sekarang tidak semua organisasi RT/RW di masyarakat aktif gitu.
P: Apakah bagian pelaksananya banyak atau tidak yang datang kesini pak?
N: Kalau dari sana seperti yang saya kemukakan tadi hanya seputar peraturan
daerah itu ya dari pemda sana yang diteruskan ke pak dukuh.
P: Mungkin seputar itu saja pak yang saya tanyakan.
N: Eh intinya positif ya, positif ya asal tidak memberatkan warga, masalah
teknis itu tergantung istilahnya tergantung pengurus masing-masing
seperti itu.
P: Iya benar juga pak tergantung pengurus masing-masing.
N: Iya, karena pengurus itu tidak semua orang bisa terjun. Karena anda tahu,
disini itu pengurus RT/RW itu gratis.
P: Eh iya pak.
N: Iya, lah itu kendalanya seperti itu. Lain dengan kodya, kodya itu walaupun
nominal sekecil pun sudah kelihatan misalnya Rp 300.000 atau Rp
500.000 tiap bulan itu ada. Kalau disini nggak, gratis.
P: Sukarela gitu ya pak?
N: Iya, hahaha. Lah makanya seperti itu, gimana lagi kalau ada apa-apa pasti
repot. Biasanya kalau ngurus kampung itu kalau nggak pengabdian betul
itu ya berat. Kalau ada yang nggak enak itu yang penting nomor satu
seperti itu.
P: Kemarin juga ada yang kasih pendapat begitu pak, katanya kalau masalah
pajak kos ini ujung tombaknya itu pak RT/RW. Seandainya ada diberikan
insentif bagi pak RW/RT sebagai pemasukan karena bekerja juga, begitu
sih pak.
N: Ya sebenarnya saya itu pun juga sudah memberikan kepada warga, karena
ya kepengurusan RT/RW juga ada bawahannya dan lain sebagainya. Kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
semuanya tidak bisa kerja full. Mereka juga pati punya tanggungan yang
lebih utama kan seperti itu dan butuh waktu dan tenaga, ya gimana lagi.
P: Iya sih pak.
N: Iya toh, iya yang berat seperti itu. Kecuali kita dari instansi yang memang
setiap bulan menerima ya nggak masalah, jelas. Ya seperti itu kendalanya.
Kalau disini itu ada RW 1 sampai RW 8 atau pun RT 1 sampai RT 24 itu
kan ada yang biasa, ada yang sedang, atau ada juga yang mungkin ya
sekedar pelayanan seperti itu, ya wajar. Kondisi sosialnya kan ya seperti
itu, mau gimana lagi.
P: Jadi kembali lagi ke masyaraktnya aja ya pak?
N: iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI