pkn
TRANSCRIPT
Pengertian Nilai menurut Spranger adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu
untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dalam
pandangan Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai
kesejarahan. Meskipun menempatkan konteks sosial sebagai dimensi nilai dalam kepribadian
manusia, namun Spranger mengakui akan kekuatan individual yang dikenal dengan istilah roh
subjektif. Sementara itu, kekuatan nilai-nilai kebudayaan merupakan roh objektif. Kekuatan
individual atau roh subjektif didudukkan dalam posisi primer karena nilai-nilai kebudayaan
hanya akan berkembang dan bertahan apabila didukung dan dihayati oleh individu.
Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan secara pasif melainkan secara kreatif dan aktif.
Dalam proses manusia menerima nilai ini terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan
roh subjektif. Artinya, roh objekif akan berkembang jika didukung oleh roh subjektif, sebaliknya
roh objektif akan berkembang dengan berpedoman kepada roh objektif yang diposisikan sebagai
cita-cita yang harus dicapai. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan
mendorong orang untuk mewujudkannya.
Menurut Horrocks, Pengertian Nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau
kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang
dibutuhkan. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan
diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya.
Nilai ialah standar konseptual yang relatif stabil, dimana secara eksplisit maupun implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta akitvitas dalam rangka
memenuhi kebutuhan psikologi.
Dari pengertian nilai yang dikemukakan para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa Nilai
adalah sesuatu yang dijadikan sebagai panduan dalam hal mempertimbangkan keputusan yang
akan diambil kemudian. Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, karena mencakup
pemikiran dari seseorang. Penilaian yang dilakukan oleh individu yang satu belum tentu sama
dengan individu yang satu. Selanjutnya akan dibahas mengenai macam-macam nilai di bawah
ini.
Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Dasar Negara
a. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan
pedoman dan cita-cita hidup.
Ideologi terbagi dua yaitu ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural.
Ideologi secara fungsional adalah seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional terbagi menjadi
dua yaitu ideologi yang doktoriner dan ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktoriner
bagaimana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis
dan pelaksananya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintahan. Contohnya
adalah komunisme. Sedangkan ideologi pragmatis apabila ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci. Ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama, dan sistem politik.
Kesimpulan ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem
kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan
asas kerokhanian yang memiliki ciri:
1. Mempunyai derajat yang tinggi
2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan
hidup yang dipelihara.
b. PENTINGNYA IDEOLOGI BAGI SUATU NEGARA
Ideologi dimaknai sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai, dan keyakinan yang ingin
mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang nyata. Ideologi dalam artian ini sangat
diperlukan, karena dianggap mampu membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan.
Fungsi ideologi adalah membentuk identitas atau ciri kelompok atau bangsa. Ideologi memiliki
kecenderungan untuk “memisahkan” kita dari mereka. Ideologi berfungsi mempersatukan
sesama kita. Apabila dibandingkan dengan agama, agama juga berfungsi mempersatukan orang
dari berbagai pandangan hidup bahkan dari berbagai ideologi.
c. PENGERTIAN DASAR NEGARA
Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu negara merupakan
suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan
tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan.
Dasar negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan negara,
norma bernegara.
2. Latar Belakang Pancasila sebagai Ideologi Negara
a. Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Kelima sila itu
adalah:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa
Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Sebelum
kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan
besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret.
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana
Mentri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada
tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa
Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer di Jawa dan Madura) No. 23.
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia.
Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. BPUPKI mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang Kedua pada tanggal 10 – 16 Juli 1945.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengusulkan 5 Dasar Negara secara lisan :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Usulan Muhammad Yamin secara tertulis :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengusulkan 5 dasar negara :
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
ORDE LAMA
1. Presiden telah mengeluarkan peraturan dalam bentuk Penetapan Presiden. Yang hal itu
tidak dikenal di UUD 1945.
2. MPRS dengan ketetapan No. I/MPRS/1960 telah menetapkan Pidato Presiden tanggal 17
Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita (Manifesto Politik Repuplik
Indonesia) sebagai GBHN tetap.
3. Pimpinan lembaga-lembaga negara diberi kedudukan sebagai mentri-mentri negara.
Yang berarti sejajar dengan pembantu Presiden.
4. Hak Budget tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 Pemerintah tidak mengajukan
RUU APBN untuk mendapat persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang
bersangkutan.
5. 5 Maret 1960 lewat Penetapan Presiden No.3 tahun 1960, Presiden membubarkan
anggota DPR hasil pemilihan umum 1955. Lalu lewat penetapan Presiden No.4 tahun 1960,
tanggal 24 Juni 1960 dibentuklah DPR Gotong Royong (DPR-GR).
6. MPRS mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden seumur hidup melalui ketetapan Nomor
III/MPRS/1963.
7. Politik Luar Negeri RI yang bebas aktif diselewengkan menjadi politik poros-porosan,
dimana Indonesia hanya menjalin kerjasama dengan Blog Negara Komunis dan memusuhi
negara-negara Barat.
8. Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 19 September 1960.
9. Adanya ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode
pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Kegagalan konstituante dalam merumuskan undang – undang dasar baru dan ketidakmampuan
menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah mendoronng Presiden soekarno pada
tanggal 5 juli mengeluarkan “Dekrit Presiden”. Tindak lanjut dari dekrit presiden tanggal 5 juli
1959 adalah pembentukn cabinet baru yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam prakteknya (atau
masa Orde Lama), lembaga – lembaga Negara yang ada belum dibentuk berdasarkan UUD
1945sehingga sifatnya masih sementara. Dalam masa ini, Presiden selaku pemegang kekuasaan
eksekutif dan pemegang kekuasaan legislative (bersama – sama dengan DPRGR) telah
menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Penyimpangan terhadap Pancasila dan
UUD 1945 terus berlangsung. Ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan
presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan UUD 1945. pendek kata, periode
pemerintahan antara tahun 1959-1965 ditandai oleh berbagai penyelewengan wewenang dan
penyimpangan tarhadap pancasila dan UUD 1945 sehingga disebut sebagai masa orde lama.
Hampir semua kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah sangat menguntungkan PKI.
1. MPRS mengangkat ir.soekarno sbg presiden seumur hidup
2. Penyimpangan ideologis, konsepsi pancasila berubah mjd nasakom (nasionalis, agama,
komunis)
3. Kaburnya politik luar negeri yang bebas aktif mjd "politik poros-porosan" (mengakibatkan
indo keluar dr pbb)
4. DPR hasil pmlu 1955 dibubarkan presiden
5. Hak budget DPR tidak brjln lagi stlh th 1960
Periode Konstitusi RIS (1949-1950)
Penyimpangan yang terjadi, antara lain :
a. Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi Republik Indonesia
Serikat [ RIS ].Perubahan tersebut berdasarkan pada Konstitusi RIS.
b. Kekuasaan legislative yang seharusnya dilaksanakan presiden dan DPR dilaksanakan DPR
dan Senat.]
. Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)
Sejak berlakunya UUDS 1950, maka tidak berlaku lagi UUD 1945, karena negara kesatuan tidak
mengenal UUD lain. UUD 1945 dikenal sebagai dokumen sejarah sampai dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
Ciri pemerintahan pada masa UUDS 1950 adalah:
1) Berlaku sistem kabinet parlementer, yang menimbulkan tujuh kali pergantian kabinet
(dari 1950-1959) yaitu:
a) Kabinet Natsir, (6 September 1950 - 27 April 1951)
b) Kabinet Sukiman, (27 April 1951 - 3 April 1952)
c) Kabinet Wilopo, (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
d) Kabinet Ali Sastroamidjoyo, (30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
e) Kabinet Burhanudin Harahap, (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956)
f) Kabinet Ali Sastroamidjoyo, (24 Maret 1956 - 9 April 1957)
g) Kabinet Djuanda, (9 April 1957 - 10 Juli 1959)
2) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 83 ayat 1 UUDS 1950).
3) Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik
bersama-sama untuk keseluruhan maupun masingmasing untuk bagiannya sendiri-sendiri. (pasal
83 ayat (2) UUDS 1950).
4) Presiden berhak membubarkan DPR, dengan ketentuan harus mengadakan pemilihan
DPR baru dalam 30 hari.
5) Dilaksanakannya pemilu yang pertama setelah Indonesia merdeka, yaitu pada masa
cabinet Burhanudin Harahap (1955). Pemilu dilaksanakan dua kali yaitu:
· 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.
· 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante. (Konstituante bersama
pemerintah petugas membuat rancangan UUD sebagai pengganti UUDS 1950, secepat-cepatnya
sebagaimana tertuang dalam pasal 134 UUDS 1949).
6) Konstituante gagal menetapkan UUD yang tetap sebagai pengganti UUDS 1950.
Kegagalan ini dianggap oleh Presiden Soekarno dapat membahayakan keselamatan dan
keutuhan bangsa dan negara. Oleh karena itu, dengan dukungan sebagian besar rakyat Indonesia,
presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tentang kembalinya kepada UUD 1945 yang
terdiri dari Pembukaan UUD 1945; Batang Tubuh 16 bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan,
dan 2 ayat Aturan Tambahan).
B. Sejak diumumkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai sekarang, yang terbagi atas
masa Orde Lama, Orde Baru, dan masa Era Global (Reformasi). Pelaksanaan berlakunya
konstitusi-konstitusi di Indonesia (UUD 1945 I, Konstitusi RIS, UUDS 1950, dan UUD 1945
II) telah melahirkan berbagai penyimpangan secara konstitusional dalam kehidupan
ketatanegaraan RI. Berikut ini akan diuraikan contoh penyimpangan-penyimpangan itu.
ORDE BARU
1. MPR berketetapan tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadap
UUD 1945 serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen (Pasal 104 Ketetapan MPR
NO. 1/MPR/1983 tentang tata tertib MPR). Hal ini bertentangan dengan Pasal 3 UUD 1945 yang
memberikan kewenangan kepada MPR untuk menetapkan UUD dan GBHN, serta Pasa 37 yang
memberikan kewenangan kepada MPR untuk mengubah UUD 1945.
2. MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1983 tentang REFERENDUM yang
mengatur tata cara perubahan UUD yang tidak sesuai dengan Pasa 37 UUD 1945.
3. Adanya KKN (Korupsi-korupsi, Kolusi, Nepotisme).
4. Kesenjangan pembangunan antara Pusat dan Daerah.
5. Menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.
6. Tidak ada kebebasan berorganisasi dan Pers.
7. Pemilu tidak berazaskan Luber dan Jurdil.
8. Terlalu Birokrasi dalam pemerintahan dengan didasarkan pada prinsip ABS (Asal Bapak
Senang).
9. Terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat pendatang dan penduduk asli sebagai
dampak negatif program Transmigaris.
Setelah amandemen UUD 1945 penyimpangan terhadap konstitusi?
- Pelaksanaan perekonomian tidak sesuai dengan pasal 33 UUD’45 yang
disusun atas dasar kekeluargaan malah lebih memnguntungkan segelintir orang
- Masih ada PNS yang membela salah satu Parpol, padahal sebagai
abdi negara mereka harus netral