pkn

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara memiliki dasar negara. Dasar negara berisikan sejumlah norma dasar yang dijadikan panduan normatif penyelenggaraan bernegara. Norma dasar itu merupakan hasil kesepakatan dari bangsa yang bersang- kutan dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi sebagai hukum dasar suatu negara. Konstitusi negara merupakan hukum tertinggi negara sebagai tempat penuangan norma-norma dasar yang terkandung dalam suatu dasar negara. Antara dasar negara dan konstitusi pasti memiliki keterkaitan. Bangsa Indonesia yang mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 pun berusaha merumuskan dasar negara dan konstitusi secepat mungkin. Dengan demikian, dasar negara dan konstitusi adalah dua hal penting bagi sebuah negara (Dwi Cahyati, Warsito Adnan : 2010). Di Indonesia, istilah-istilah dasar negara diterjemahkan sebagai ideologi. Adapun menurut Ensiklopedia Indonesia, kata dasar memiliki arti “asal yang pertama”. Jika dikaitkan dengan kata negara, maka menjadi dasar negara yang bermakna 1

Upload: booymas

Post on 19-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PKN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki dasar negara. Dasar negara berisikan

sejumlah norma dasar yang dijadikan panduan normatif penyelenggaraan

bernegara. Norma dasar itu merupakan hasil kesepakatan dari bangsa

yang bersang- kutan dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan

konstitusi sebagai hukum dasar suatu negara. Konstitusi negara

merupakan hukum tertinggi negara sebagai tempat penuangan norma-

norma dasar yang terkandung dalam suatu dasar negara. Antara dasar

negara dan konstitusi pasti memiliki keterkaitan. Bangsa Indonesia yang

mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 pun berusaha

merumuskan dasar negara dan konstitusi secepat mungkin. Dengan

demikian, dasar negara dan konstitusi adalah dua hal penting bagi sebuah

negara (Dwi Cahyati, Warsito Adnan : 2010).

Di Indonesia, istilah-istilah dasar negara diterjemahkan sebagai

ideologi. Adapun menurut Ensiklopedia Indonesia, kata dasar memiliki

arti “asal yang pertama”. Jika dikaitkan dengan kata negara, maka

menjadi dasar negara yang bermakna suatu ajaran/pedoman untuk

mengatur kehidupan dalam konteks penyelenggaraan ketatanegaraan

suatu negara yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa makna suatu dasar negara ialah sama dengan

ideologi negara dan sama dengan dasar filsafat kenegaraan atau

pandangan dasar kenegaraan (Dwi Cahyati, Warsito Adnan : 2010).

Istilah dasar negara dapat disamakan dengan philosophiesche

grondslag (bahasa Belanda) yang berarti norma dasar yang memiliki

sifat filsafat. Istilah dasar negara juga dapat disejajarkan dengan

weltanschauung (bahasa Jerman) yang artinya pandangan mendasar

tentang dunia. Kedua istilah itu memiliki kesamaan makna yaitu

ajaran atau teori sebagai hasil pemikiran yang mendalam mengenai

1

Page 2: PKN

2

dunia dan kehidupan di dunia. Di dalamnya termasuk kehidupan

bernegara yang dijadikan pedoman dasar dalam mengatur dan

memelihara kehidupan bersama. Ajaran seperti ini dalam bahasa

Inggris disebut ideology dan dalam bahasa Indonesia disebut ideologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002), ideologi

mempunyai tiga arti. Pertama, ideologi adalah kumpulan konsep

bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah

dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, ideologi adalah cara

berpikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga, ideologi adalah paham,

teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Dari

pengertian di atas, ideologi setidaknya berkaitan dengan masalah konsep,

cara berpikir, atau paham untuk meraih tujuan. Dengan demikian,

ideologi sengaja dibuat atau dicipta oleh manusia (biasanya pemikir dan

tokoh bangsa) untuk dijadikan dasar dan landasan perjuangannya

(Pudjo Sumedi : 2011).

Ideologi adalah nilai-nilai dasar (hasil konsensus) yang ingin

diwujudkan di dalam negara yang bersangkutan. Ideologi selalu

berupa gagasan-gagasan yang memiliki sifat-sifat pokok. Sifat pokok

tersebut antara lain sistematis, dipergunakan oleh penganutnya

sebagai pedoman dalam kehidupan bernegara, dan masih berupa

gagasan dasar atau umum. Oleh karena itu, ideologi memerlukan

penjabaran agar bisa dilaksanakan (Pudjo Sumedi : 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses terbentuknya Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945?

2. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945?

3. Mengapa Pancasila dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat

dan utuh?

4. Kapan terbentuknya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ?

Page 3: PKN

3

5. Dimana tempat perumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 ?

6. Siapa tokoh yang melatarbelakangi terbentuknya Pancasila dan

Undang-Undang 1945 ?

C. Tujuan

1. Umum

Mahasiswa mengetahui dan memahami Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 serta dapat menerapkanya dalam kehidupan

sehari- hari.

2. Khusus

a. Mahasiswa mengetahui bagaimanma proses terbentuknya Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Mahasiswa mengetahui latar belakang terbentuknya Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

c. Mahasiswa mengetahui kapan terbentuknya Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

d. Mahasiswa mengetahui tempat dimana perumusan terbentuknya

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

e. Mahasiswa mengetahui siapa tokoh yang melatarbelakangi

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Page 4: PKN

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

1. Dasar negara ialah suatu norma tertinggi yang merupakan

sumber bagi pembentukan tata hukum dan peraturan perundangan

di suatu negara. Istilah dasar negara mempunyai persamaan arti

dengan istilah-istilah yang ada di Negara-negara lain, seperti

philosophische grondslag (Belanda), ideology (Inggris), dan

weltanschauung (Jerman). Ketiga istilah tersebut mendefinisikan

bahwa dasar negara adalah suatu ajaran yang didapatkan dari hasil

pemikiran yang mendalam mengenai kehidupan dunia, termasuk di

dalamnya kehidupan bernegara, yang dijadikan sebagai acuan dasar

untuk mengatur, memelihara, dan mengembangkan kehidupan

bersama di dalam suatu negara (Rima Yulastuti, Wijiyanto, Budi

Astuti :2010).

2. Di Indonesia, istilah-istilah dasar negara diterjemahkan sebagai

ideologi. Adapun menurut Ensiklopedia Indonesia, kata dasar

memiliki arti “asal yang pertama”. Jika dikaitkan dengan kata

negara, maka menjadi dasar negara yang bermakna suatu

ajaran/pedoman untuk mengatur kehidupan dalam konteks

penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara yang mencakup

berbagai aspek kehidupan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna

suatu dasar negara ialah sama dengan ideologi negara dan sama

dengan dasar filsafat kenegaraan atau pandangan dasar kenegaraan

(Pudjo Sumedi : 2011).

3. Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer

(Prancis) yang berarti membentuk. Maksudnya yaitu membentuk,

menata, dan menyusun suatu negara. Demikian pula dalam bahasa

Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau

menyusun. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan

keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa

4

Page 5: PKN

5

kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah

negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai

keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang

berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan

demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk

pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak

tertulis. Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli berikut ini :

(Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

a. Menurut K.C. Wheare, dalam bukunya Modern Constitution secara

garis besarnya suatu konstitusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Konstitusi yang semata-mata berbicara sebagai naskah

hukum, suatu ketentuan yang mengatur the rule of the consti-

tution.

2) Konstitusi yang bukan saja mengatur ketentuan-ketentuan

hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan cita-

cita politik, the statement of idea dari bangsa yang menciptakan-

nya.

(Sumber: Musthafa Kamal Pasha, 2003: 70)

b. Menurut Sovernin Lohman, di dalam makna konstitusi terdapat

tiga unsur yang sangat menonjol, yaitu: (Sumber: Musthafa

Kamal Pasha, 2003:70)

1) Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian

masyarakat (kontrak sosial), artinya konstitusi merupakan

hasil dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara

dan pe- merintahan yang akan mengatur mereka.

2) Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi

manusia dan warga negara dan alat-alat pemerintahannya.

3) Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan

pemerintahan.

4. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 atau

disingkat UUD 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat

ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh

Page 6: PKN

6

PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949

di Indonesia berlaku Konstitusi RIS yang dilanjutkan sejak

tanggal 17 Agustus 1950 dengan UUDS 1950. Dekrit Presiden 5

Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan

dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999–2002 UUD 1945 mengalami

empat kali perubahan (amandemen). Amendemen UUD 1945

mengubah susunan lembaga- lembaga dalam sistem ketatanegaraan

Republik Indonesia (Pudjo Sumedi : 2011).

B. Sejarah Lahirnya Pancasila

Setiap negara didirikan atas dasar falsafah negara atau dasar negara.

Dasar negara merupakan perwujudan dari keinginan rakyatnya. Oleh

karena itu, setiap negara mempunyai dasar negara yang berbeda-beda. Di

Indonesia, falsafah atau dasar negara yang digunakan adalah Pancasila.

Awal kelahiran Pancasila sebagai dasar negara dimulai pada akhir

pendudukan Jepang di Indonesia. Sekitar tahun 1942 kedudukan

tentara Jepang di berbagai medan pertempuran, terutama di Asia

Tenggara sudah dalam posisi sangat terdesak. Akhirnya, pada tahun 1943

kekuatan tentara Jepang sudah rapuh sehingga di berbagai medan

pertempuran, pihak Sekutu dapat memukul mundur dengan mudah ( Dwi

Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Kondisi pemerintah Jepang ini akhirnya melahirkan perubahan sikap

politik terhadap negeri-negeri yang didudukinya, termasuk juga terhadap

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulailah pemerintah pendudukan

Jepang melancarkan politik merangkul bangsa-bangsa Asia agar

bersedia mendukung Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu ( Dwi

Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Kesempatan yang sangat baik ini digunakan oleh tokoh bangsa

Indonesia untuk mendesak pemerintah pendudukan Jepang agar bersedia

memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan

kesediaan itu, pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Koyso

Page 7: PKN

7

memberikan janji akan menghadiahkan kemerdekaan pada Indonesia

kelak di kemudian hari ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemberian janji kemerderkaan, pemerintah Jepang membentuk sebuah

badan yang diberi nama Dokuritzu Zyunbi Tyoshakai atau Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Badan ini beranggotakan 60 orang ditambah tiga orang ketua, salah

satunya adalah Iti Bangase (tokoh dari Jepang yang mewakili pemerintah

Jepang). Sementara itu, Radjiman Wedyodiningrat dan R.P. Suroso

ditunjuk untuk mewakili pemerintah Indonesia ( Dwi Cahyati, Warsito

Adnan, 2010).

Pada tanggal 28 Mei 1945, BPUPKI dilantik oleh Letnan Jenderal

Kumakici Harada, seorang Panglima Tentara Keenam belas Jepang di

Jawa. Tugas BPUPKI adalah menyelenggarakan pemeriksaan dasar

tentang hal-hal penting, rancangan-rancangan, dan penyelidikan yang

berhubungan dengan usaha mendirikan negara Indonesia merdeka yang

baru ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Sejak tanggal 28 Mei – 17 Juli 1945 dengan dua kali masa

persidangan, yaitu sidang pertama tanggal 28 Mei – 1 Juni 1945 dan

sidang kedua tanggan 10 – 17 Juli 1945 ; BPUPKI telah dapat

menyelesaikan tugasnya. BPUPKI telah dapat menyelesaikan karya besar

yang bersifat monumental dalam sejarah nasional, yaitu dasar negara

dan bentuk negara ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Perumusan dasar negara dilakukan pada persidangan pertama

BPUPKI tanggal 28 Mei–1 Juni 1945. Pada masa persidangan pertama,

beberapa anggota BPUPKI mengemukakan pendapatnya tentang

pembentukan dasar negara, yaitu Muh. Yamin, Mr. Supomo, dan Ir.

Sukarno ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Muh. Yamin mendapatkan giliran pertama untuk mengemukakan

pendapatnya tentang konsep pembentukan dasar negara pada tanggal 29

Page 8: PKN

8

Mei 1945. Pendapat Mr. Muhammad Yamin yang disampaikannya dalam

pidato pada sidang BPUPKI, yaitu : ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. Pri kebangsaan,

2. Pri kemanusiaan,

3. Pri ketuhanan,

4. Pri kerakyatan,

5. kesejahteraan sosial.

Dua hari kemudian pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Supomo

mengajukan dasar-dasar negara untuk Indonesia merdeka, yaitu :

( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. persatuan,

2. kekeluargaan,

3. keseimbangan lahir dan batin,

4. musyawarah,

5. keadilan rakyat.

Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno juga

mengucapkan pidatonya. Pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945

tersebut dikenal dengan peristiwa ”Lahirnya istilah Pancasila”. Ir.

Sukarno mengemukakan rumusan lima dasar negara Indonesia, yaitu :

( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. Kebangsaan,

2. Internasionalisme atau pri kemanusiaan,

3. Mufakat atau demokrasi,

4. Kesejahteraan sosial,

5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan berakhirnya rapat pada tanggal 1 Juni 1945 itu maka

berakhir pula sidang pertama BPUPKI. Setelah itu, BPUPKI menjalani

masa reses. Namun, sebelum masa reses, dibentuklah Panitia Kecil yang

diketuai Ir. Sukarno. Panitia ini bertugas untuk menampung saran, usul,

dan berbagai konsep dari para anggota. Panitia Kecil ini pun mengadakan

pertemuan dengan anggota BPUPKI yang lainnya pada tanggal 22 Juni

Page 9: PKN

9

1945. Hasil pertemuan untuk menyepakati dibentuknya panitia dengan

anggota sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Panitia

Sembilan ini bertugas untuk menyusun rumusan dasar negara

berdasarkan pemandangan umum anggota ( Dwi Cahyati, Warsito

Adnan, 2010).

Akhirnya, Panitia Sembilan berhasil menyusun suatu rumusan yang

menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia

merdeka. Hasil kerja Panitia Sembilan oleh Muh. Yamin diberi nama

Piagam Jakarta, yang rumusan dasarnya berisi sebagai berikut: ( Dwi

Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi

pemeluk-pemeluknya,

2. Kemanusian yang adil dan beradab,

3. Persatuan indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perumusan terakhir dasar negara dilakukan pada sidang kedua

BPUPKI tanggal 10 Juli 1945. Pada sidang itu juga dibahas rancangan

UUD, termasuk tentang pembukaannya. Pembahasan dilakukan oleh

sebuah Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno dengan

anggota-anggota lainnya, seperti A.A. Maramis, Otto Iskandardinata, Agus

Salim, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Supomo, K.H. Wachid Hasyim, Mr.

Latuharhary, Mr. Wongsonegoro, Mr. R.P. Singgih, Tang Eng Hoat, dan

Dr. Sukiman ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Selanjutnya, pada tanggal 1 Juli 1945 Panitia Perancang UUD dengan

suara bulat menyetujui isi pembukaan diambilkan dari Piagam Jakarta.

Panitia Perancang UUD membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang

diketuai Mr. Supomo. Hasil perumusan Panitia Kecil Perancang UUD

disempurnakan bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa ( Dwi Cahyati,

Warsito Adnan, 2010).

Page 10: PKN

10

Akhirnya, sidang kedua BPUPKI dilanjutkan pada tanggal 14 Juli

1945 dengan menerima laporan Panitia Perancang UUD. Ir. Sukarno

selaku ketua Panitia Perancang UUD melaporkan tiga hasil sebagai

berikut: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. Pernyataan Indonesia merdeka.

2. Pembukaan UUD.

3. Undang-undang dasarnya sendiri (batang tubuhnya).

Pada tanggal 15 Juli 1945, BPUPKI kembali bersidang untuk

membicarakan rancangan UUD, sedangkan tanggal 16 Juli 1945

BPUPKI menerima secara bulat rancangan UUD. Dengan demikian,

tugas dari BPUPKI untuk menyiapkan dasar negara Indonesia merdeka

telah selesai. Oleh karena itu, BPUPKI dibubarkan. Namun, para anggota

menggusulkan pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia) pada tanggal 7 Agustus 1945. Walaupun begitu, PPKI baru

dapat bekerja pada tanggal 18 Agustus1945 ( Dwi Cahyati, Warsito

Adnan, 2010).

Sidang PPKI pertama dilaksanakan di Pejambon. Sebelum rapat

dimulai Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo,

K.H. Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Moh.

Hasan untuk membahas kembali rancangan UUD. Hal itu disebabkan ada

kelompok yang tidak bersedia menerima kalimat pada sila pertama

naskah Piagam Jakarta. Untuk menjaga persatuan bangsa maka diadakan

perubahan. Perubahan tersebut disebabkan tokoh-tokoh dari Indonesia

bagian timur merasa keberatan dengan kalimat yang berbunyi,

”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk- pemeluknya”. Akhirnya, kalimat itu diubah menjadi Ketuhanan

Yang Maha Esa. Perubahan kalimat itu dilakukan setelah berdiskusi dengan

tokoh Islam ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Page 11: PKN

11

Pada Sidang PPKI tersebut disahkan, antara lain sebagai berikut: ( Dwi

Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

1. Penetapan dan pengesahan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.

2. Penetapan dan pengesahan UUD 1945 yang terdiri atas:

a. Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea,

khusus pada alinea IV tercantum Pancasila sebagai dasar

negara.

b. Batang Tubuh UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas 16 bab, 37

pasal, dan 4 pasal Aturan Peralihan, serta 2 Ayat Aturan

Tambahan (sebelum proses amandemen).

c. Penjelasan UUD Negara RI Tahun 1945.

3. Pemilihan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai

wakil presiden ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).

C. Pancasila sebagai Dasar Negara

Pada hakikatnya dasar negara merupakan falsafah negara. Falsafah

negara berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Oleh

karena itu, falsafah negara atau dasar negara menjadi sikap hidup,

pandangan hidup bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dasar negara

merupakan grundnorm (norma dasar) atau staatfundamentalnorm

(norma fundamental negara). Dasar negara menjadi norma tertinggi

negara yang adanya tidak berdasarkan norma di atasnya tetapi berdasar

kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dasar negara yang berisi norma

tertinggi ini selanjutnya dijadikan panduan atau kaidah penuntun bagi

hukum-hukum negara ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).

Asal mula Pancasila sebagai ideologi dibedakan menjadi dua

sebagai berikut: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)

1. Asal mula langsung terdiri atas:

a. Asal mula bahan (kausa materialis) dinyatakan bahwa nilai-nilai

Pancasila berasal dari nilai-nilai adat istiadat budaya dan nilai

religius bangsa Indonesia.

Page 12: PKN

12

b. Asal mula bentuk (kausa formalis) dinyatakan bahwa nilai-nilai

Pancasila berasal dari rumusan yang dikemuka- kan oleh Ir.

Soekarno bersama Drs. Moh. Hatta dan BPUPKI.

c. Asal mula karya (kausa effisiens) dinyatakan bahwa Pancasila

dibentuk karena adanya PPKI sebagai pembentuk negara dan atas

kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi

dasar negara.

d. Asal mula tujuan (kausa finalis) dinyatakan bahwa Pancasila

dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang para pendiri negara.

e. Asal mula tidak langsung dinyatakan bahwa Pancasila berasal

sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Artinya, Pancasila telah ada

sejak dahulu terdapat dalam adat istiadat, kebudayaan, nilai

agama, dan lain-lain.

2. Asal mula tidak langsung dinyatakan bahwa Pancasila berasal

sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Artinya, Pancasila telah ada sejak

dahulu terdapat dalam adat istiadat, kebudayaan, nilai agama, dan

lain-lain.

Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur

seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini

berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik

Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila ( Dwi Cahyati, Warsito

Adnan, 2011).

Pancasila sebagai dasar negara, artinya Pancasila dijadikan sebagai

dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Pancasila

menurut Ketetapan MPR No. III/ MPR/ 2000 merupakan ”sumber hukum

dasar nasional” ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).

Dalam kedudukannya sebagai dasar negara maka Pancasila berfungsi

sebagai : ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)

1. sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)

Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerohanian

tertib hukum Indonesia,

2. suasana kebatinan (geistlichenhinterground) dari UUD,

Page 13: PKN

13

3. cita-cita hukum bagi hukum dasar negara,

4. Norma-norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang

mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara

memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,

5. Sumber semangat bagi UUD Negara RI Tahun 1945, penyelenggara

negara, pelaksana pemerintahan. MPR dengan Ketetapan No.

XVIII/MPR/1998 telah mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai

dasar negara RI ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).

D. Substansi Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Substansi konstitusi antara satu negara dengan negara lain tidak sama.

Substansi konstitusi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi

dasar penyusunan konstitusi tersebut. Pembahasan berikut ini akan

men- jabarkan tentang substansi konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945.

Substansi UUD 1945 sebagai berikut ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan,

2010).

Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan secara padat dan

khidmat. Substansi Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea

atau empat bagian. Setiap alineanya mengandung arti dan makna

yang sangat dalam. Pembukaan UUD 1945 mempunyai nilai-nilai

yang universal dan lestari. Disebut universal karena mengandung

nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh

dunia. Disebut lestari karena ia mampu menampung dinamika

masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan

negara selama bangsa Indonesia tetap setia pada negara yang

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta menghargai

hasil nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia ( Dwi Cahyati, Warsito

Adnan, 2010).

Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Kandungan dari

keempat alinea Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:

Page 14: PKN

14

1) Alinea Pertama

Rumusan alinea pertama Pembukaan UUD 1945 sebagai

berikut: Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

dan oleh sebab itu , maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,

karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.

a. Dari alinea pertama ini, dapat disimpulkan kandungan

adanya nilai-nilai hidup yang asasi bagi manusia. Setiap

manusia atau dalam kesatuan bangsa berhak untuk merdeka.

Hal ini merupakan hak asasi manusia paling dasar yang selalu

menuntut untuk dipenuhi. Dengan meletakkan tekanannya

terhadap hak kemerdekaan bangsa, berarti juga menolak

adanya paham individualis.

b. Kesadaran bagi bangsa Indonesia tentang adanya hukum

kodrat, yaitu adanya pengakuan bahwa kemerdekaan

merupakan kodrat manusia itu sendiri. Kemerdekaan dinilai

atas dasar keadilan yang merupakan tuntutan mutlak hati

nurani dalam kehidupan sehari-hari.

c. Kesadaran bagi bangsa Indonesia adanya hukum etis, bahwa

penjajahan tidak sesuai dengan nilai-nilai manusiawi yang

berlaku dalam hidup bersama.

2) Alinea Kedua

Rumusan alinea kedua Pembukaan UUD 1945 sebagai

berikut: Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa

mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan

negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur

( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Dari pernyataan alinea kedua ini, dapat disimpulkan bahwa

secara sederhana Pembukaan UUD 1945 mengandung kewajiban

Page 15: PKN

15

moral bagi warga negara sebagai pewaris dengan menerangkan

tentang hal-hal berikut ini: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)

a. Berhasilnya bangsa Indonesia dalam menegakkan

kemerdekaan negara Indonesia sebagai negara nasional. Oleh

karena kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan,

ada kewajiban moral bagi pewaris, untuk menjaga atas

terpeliharanya kemerdekaan itu.

b. Adanya cita-cita kemerdekaan, untuk membangun Indonesia

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dalam

hal ini merupakan kewajiban moral juga bagi semua warga

negara terutama para pemimpin untuk melaksanakannya.

3) Alinea Ketiga

Rumusan alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945 sebagai

berikut: Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan

didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan

yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini

kemerdekaannya ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).

Dalam alinea ketiga ini, secara singkat dapat dinyatakan

bahwa Pembukaan UUD 1945 berisi tentang adanya kesadaran

bagi bangsa Indonesia berupa hal-hal sebagai berikut: ( Dwi

Cahyati, Warsito Adnan, 2010)

a. Pengakuan bangsa Indonesia kepada Tuhan, bahwa negara

Indonesia dapat mencapai kemerdekaan disertai adanya

rakhmat Allah.

b. Adanya kesadaran bagi bangsa Indonesia tentang kenyataan

kodrat Tuhan atau hukum Tuhan, bahwa hal-hal di luar

jangkauan manusia dapat juga terjadi atas dasar aturan

Tuhan itu sendiri.

c. Pernyataan kemerdekaan bangsa untuk menentukan cara

hidupnya sendiri secara bebas.

Page 16: PKN

16

4) Alinea Keempat

Rumusan alinea keempat Pembukaan UUD 1945

sebagai berikut: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu

pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

E. Proklamasi Republik Indonesia

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota

Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral

semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau

"Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi

Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan

mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom

atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang

menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun

dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.Soekarno, Hatta selaku

pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua

BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,

Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa

pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan

kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal

10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa

Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-

Page 17: PKN

17

siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk

kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di

Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa

pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada

Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam

beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[2] Meskipun demikian Jepang

menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke

tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera

memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di

Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus

menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu

nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada

Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa

Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu

dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat

sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno

mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan

kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan

buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan

'hadiah' dari Jepang (sic).

Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.

Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena

Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke

tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh

mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus

Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk

segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua

tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya

Page 18: PKN

18

pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam

bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat

PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka

menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan

pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer

Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di

Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno

dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana

Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam

Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat

atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima

konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari

Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus

keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan

segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi

Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki

pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan

para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul

10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.

Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Page 19: PKN

19

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai

implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum,

terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana

kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,

1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di

dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di

mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.

Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar

1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan

lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti

misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain

sebagainya.

Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD

1945. Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia

mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai

keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama

menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak

asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia

harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri

keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa

Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil

mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga

menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan Tuhan Yang Maha Esa,

yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk

memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia

menyatakan kemerdekaannya.

17

Page 20: PKN

20

Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia

mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan

diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa

untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara

Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan

dasar negara. Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar

belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara

dalam bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-

lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag

atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945

sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik,

Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa

Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-Undang Dasar

1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No 7,

ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD

1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek

penyelenggaraan pemerintah negara yang berdasarkan Pancasila terdapat

dalam Pembukaan alinea IV.

Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis

Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.

Maka hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik

sebagai berikut:

1. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam

Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan

sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan

bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi,

politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang

melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-

asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Page 21: PKN

21

Jadi berdasarkan Pancasila, secara formal dapat disimpulkan sebagai

berikut:

a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik

Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD

1945 alinea IV.

b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,

merupakan Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap

tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu:

1) Sebagai dasarnya,karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang

memberi faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum

Indonesia.

2) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai

tertib hukum tertinggi.

c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan

dan berfungsi, selain sebagai Mukaddimah dari UUD 1945 dalam

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai

suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan

hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena Pembukaan

UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung

pada Batang Tubuh UUD 1945,bahkan sebagai sumbernya.

d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai

hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok Kaedah Negara

yang Fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar

kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang

diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan

demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat

diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik

Indonesia.

Page 22: PKN

22

2. Hubungan Secara Material

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain

hubungan yang bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga

hubungan secara material sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan

Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas

oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru

kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama

Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat Negara

Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh

Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib hukum Indonesia

Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,

adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau

dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum

Indonesia. Hal ini berarti secara meterial tertib hukum Indonesia

dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila

sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber

materi sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan

Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang

Fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi

atau inti sari dari Pokok Kaidah Negara Fundamental tersebut tidak

lain adalah Pancasila (Notonagoro, tanpa tahun : 40).

B. Hubungan Antara Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945

Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat

dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar

1945 terutama bagian Pembukaan UUD 1945. Proklamasi kemerdekaan

dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kesatuan yang bulat. Apa

yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu amanat

yang luhur dan suci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Page 23: PKN

23

Makna Proklamasi Kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia

kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia

telah merdeka, dan tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan

berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu, telah dirinci dan mendapat

pertanggung jawaban dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dilihat

pada :

1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (“Kami

bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”)

mendapat penegasan dan penjelasan pada alinea pertama sampai

dengan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.

2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (“Hal-hal yang

mengenai pemindahan kekuasaan dan lainlain diselenggarakan dengan

cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang

merupakan amanat tindakan yang segera harus dilaksanakan yaitu

pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan

bagian yang tidak terpisahkan. Apa yang terkandung dalam Pembukaan

UUD 1945 telah dijabarkan kedalam pasal-pasal yang ada dalam Batang

Tubuh UUD 1945. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam pasal-pasal Undang-Undang

Dasar 1945. Oleh karena itu dapat pula disimpulkan bahwa Pembukaan

UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan pasal-pasal

Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun Pembukaan UUD 1945

mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan Batang Tubuh

UUD 1945, namun antara keduanya mempunyai kedudukan yang terpisah.

Hal ini dikarenakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok

kaidah Negara yang mendasar (staatsfundamentalnorm) yang tidak dapat

dirubah oleh siapapun kecuali oleh pembentuk Negara. Untuk dapat

dikatakan sebagai  Pokok Kaidah Negara yang mendasar

(Staatsfundamentanorm)  harus memiiliki unsur-unsur mutlak, antara lain:

Page 24: PKN

24

1. Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma

dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk

Negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar Negara

yang dibentuknya.

2. Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok negara, yaitu dasar tujuan

Negara baik tujuan umum maupun tujuan khusus, bentuk negara, dan

dasar filsafat Negara (asas kerokhanian Negara).

Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan sub bab Suasana

Kebathinan Konstitusi Pertama di atas, Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 telah memenuhi unsur-unsur sebagai Pokok Kaidah Negara yang

mendasar (Staatsfundamentalnorm). Pembukaan UUD 1945 juga memiliki

hakikat kedudukan  hukum yang lebih tinggi dari pada pasal-pasal dalam

Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan Batang Tubuh

UUD 1945 yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang

terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memiliki sifat supel, artinya

dapat mengikuti perkembangan jaman sehingga memungkinkan untuk

dilakukan perubahan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan

demikian jika kita mencermati hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan

dengan Pembukaan UUD 1945 yang merupakan  hubungan  suatu

kesatuan  bulat,  serta hubungan  antara  Pembukaan UUD 1945 dengan

Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan hubungan langsung, maka

dapat disimpulkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan mempunyai hubungan

yang  erat, tidak  dapat  dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan

Undang-Undang Dasar 1945.

Page 25: PKN

23

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijawab pada bab

sebelumnya, yakni bab pembahasan. Maka kami menyimpulkan:

1. Proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, secara

kronologis materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama

dasar filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah

pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan

dasar filsafat Negara Pancasila, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta

yang disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama

Pembukaan UUD 1945.

2. Latar belakang sejarah kelahiran Pancasila tidak terlepas dari

penjajahan Jepang. Pada tanggal 9 Maret 1942 Belanda secara resmi

menyerah kepada Jepang. UUD 1945 dibuat karena adanya peluang

untuk merdeka yang harus direbut dengan cepat dan untuk itu harus

pula segera ditetapkan UUD bagi Negara yang digagas sebagai Negara

konstitusional dan demokratis.

3. Pancasila dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh BPUPKI dan UUD

1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI.

4. Pancasila dan UUD 1945 di rumuskan di Gedung Volksraad yang saat

ini dikenal dengan nama Gedung Pancasila, sekarang sudah menjadi

bagian dari kompleks kantor Departemen Luar Negeri (Deplu)

Indonesia.

5. Panitia perumusan UUD 1945 diketuai oleh Ir. Sukarno dengan

anggota-anggota lainnya, seperti Drs. Moh. Hatta, Mr. Achmad

Soebardjo, Mr. Muhammad Yamin, KH. Wachid Hasyim, Abdul

Kahar , Muzakir Abikoesno Tjokrosoejoso, H. Agus Salim , Mr. A.A.

Maramis, dan panitia perumus Pancasila yaitu Ir. Soekarno, Moh.

Hatta, Mr. Soepomo, Moh. Yamin dan K.H. Abdul Wahid Salim.

Page 26: PKN

24

B. Saran

Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung

tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka , “marilah

bersama-sama memahami mendalami ajaran pancasila secara menyeluruh

supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal

yang dapat mengancam dan membahayakan pancasila yang tidak hanya

datang dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi

sekarang ini. Amandemen dirasakan perlu, karena makna dan isi dari UUD

45 itu sendiri agar bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Dan selain itu

juga agar UUD 45 dapat terus dijadikan sebagai sumber hukum tertinggi

di Indonesia.

Page 27: PKN

25

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Warsito, & Cahyati AW, Dwi , Pelajaran Kewarganegaraan 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.

Nasution dan Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis Skripsi Disertai Makalah. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah ; Disalin dari Pusat Bahasa KEMDIKNAS Republik Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Sumedi, Pudjo, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.

Suyanto, dkk, Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Bandar Lampung : Poltekkes Tanjung Karang, 2011.

Yuliastuti, Rina ; Wijianto, & Waluyo, Budi, Pendidikan kwearganegaraan 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.