pkn
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara memiliki dasar negara. Dasar negara berisikan
sejumlah norma dasar yang dijadikan panduan normatif penyelenggaraan
bernegara. Norma dasar itu merupakan hasil kesepakatan dari bangsa
yang bersang- kutan dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan
konstitusi sebagai hukum dasar suatu negara. Konstitusi negara
merupakan hukum tertinggi negara sebagai tempat penuangan norma-
norma dasar yang terkandung dalam suatu dasar negara. Antara dasar
negara dan konstitusi pasti memiliki keterkaitan. Bangsa Indonesia yang
mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 pun berusaha
merumuskan dasar negara dan konstitusi secepat mungkin. Dengan
demikian, dasar negara dan konstitusi adalah dua hal penting bagi sebuah
negara (Dwi Cahyati, Warsito Adnan : 2010).
Di Indonesia, istilah-istilah dasar negara diterjemahkan sebagai
ideologi. Adapun menurut Ensiklopedia Indonesia, kata dasar memiliki
arti “asal yang pertama”. Jika dikaitkan dengan kata negara, maka
menjadi dasar negara yang bermakna suatu ajaran/pedoman untuk
mengatur kehidupan dalam konteks penyelenggaraan ketatanegaraan
suatu negara yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa makna suatu dasar negara ialah sama dengan
ideologi negara dan sama dengan dasar filsafat kenegaraan atau
pandangan dasar kenegaraan (Dwi Cahyati, Warsito Adnan : 2010).
Istilah dasar negara dapat disamakan dengan philosophiesche
grondslag (bahasa Belanda) yang berarti norma dasar yang memiliki
sifat filsafat. Istilah dasar negara juga dapat disejajarkan dengan
weltanschauung (bahasa Jerman) yang artinya pandangan mendasar
tentang dunia. Kedua istilah itu memiliki kesamaan makna yaitu
ajaran atau teori sebagai hasil pemikiran yang mendalam mengenai
1
2
dunia dan kehidupan di dunia. Di dalamnya termasuk kehidupan
bernegara yang dijadikan pedoman dasar dalam mengatur dan
memelihara kehidupan bersama. Ajaran seperti ini dalam bahasa
Inggris disebut ideology dan dalam bahasa Indonesia disebut ideologi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2002), ideologi
mempunyai tiga arti. Pertama, ideologi adalah kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kedua, ideologi adalah cara
berpikir seseorang atau suatu golongan. Ketiga, ideologi adalah paham,
teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik. Dari
pengertian di atas, ideologi setidaknya berkaitan dengan masalah konsep,
cara berpikir, atau paham untuk meraih tujuan. Dengan demikian,
ideologi sengaja dibuat atau dicipta oleh manusia (biasanya pemikir dan
tokoh bangsa) untuk dijadikan dasar dan landasan perjuangannya
(Pudjo Sumedi : 2011).
Ideologi adalah nilai-nilai dasar (hasil konsensus) yang ingin
diwujudkan di dalam negara yang bersangkutan. Ideologi selalu
berupa gagasan-gagasan yang memiliki sifat-sifat pokok. Sifat pokok
tersebut antara lain sistematis, dipergunakan oleh penganutnya
sebagai pedoman dalam kehidupan bernegara, dan masih berupa
gagasan dasar atau umum. Oleh karena itu, ideologi memerlukan
penjabaran agar bisa dilaksanakan (Pudjo Sumedi : 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses terbentuknya Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945?
2. Apa yang melatarbelakangi terbentuknya Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945?
3. Mengapa Pancasila dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh?
4. Kapan terbentuknya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ?
3
5. Dimana tempat perumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 ?
6. Siapa tokoh yang melatarbelakangi terbentuknya Pancasila dan
Undang-Undang 1945 ?
C. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mengetahui dan memahami Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 serta dapat menerapkanya dalam kehidupan
sehari- hari.
2. Khusus
a. Mahasiswa mengetahui bagaimanma proses terbentuknya Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Mahasiswa mengetahui latar belakang terbentuknya Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
c. Mahasiswa mengetahui kapan terbentuknya Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
d. Mahasiswa mengetahui tempat dimana perumusan terbentuknya
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
e. Mahasiswa mengetahui siapa tokoh yang melatarbelakangi
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
1. Dasar negara ialah suatu norma tertinggi yang merupakan
sumber bagi pembentukan tata hukum dan peraturan perundangan
di suatu negara. Istilah dasar negara mempunyai persamaan arti
dengan istilah-istilah yang ada di Negara-negara lain, seperti
philosophische grondslag (Belanda), ideology (Inggris), dan
weltanschauung (Jerman). Ketiga istilah tersebut mendefinisikan
bahwa dasar negara adalah suatu ajaran yang didapatkan dari hasil
pemikiran yang mendalam mengenai kehidupan dunia, termasuk di
dalamnya kehidupan bernegara, yang dijadikan sebagai acuan dasar
untuk mengatur, memelihara, dan mengembangkan kehidupan
bersama di dalam suatu negara (Rima Yulastuti, Wijiyanto, Budi
Astuti :2010).
2. Di Indonesia, istilah-istilah dasar negara diterjemahkan sebagai
ideologi. Adapun menurut Ensiklopedia Indonesia, kata dasar
memiliki arti “asal yang pertama”. Jika dikaitkan dengan kata
negara, maka menjadi dasar negara yang bermakna suatu
ajaran/pedoman untuk mengatur kehidupan dalam konteks
penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara yang mencakup
berbagai aspek kehidupan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna
suatu dasar negara ialah sama dengan ideologi negara dan sama
dengan dasar filsafat kenegaraan atau pandangan dasar kenegaraan
(Pudjo Sumedi : 2011).
3. Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer
(Prancis) yang berarti membentuk. Maksudnya yaitu membentuk,
menata, dan menyusun suatu negara. Demikian pula dalam bahasa
Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau
menyusun. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa
4
5
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah
negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai
keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang
berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan
demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk
pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa ahli berikut ini :
(Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
a. Menurut K.C. Wheare, dalam bukunya Modern Constitution secara
garis besarnya suatu konstitusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Konstitusi yang semata-mata berbicara sebagai naskah
hukum, suatu ketentuan yang mengatur the rule of the consti-
tution.
2) Konstitusi yang bukan saja mengatur ketentuan-ketentuan
hukum, tetapi juga mencantumkan ideologi, aspirasi, dan cita-
cita politik, the statement of idea dari bangsa yang menciptakan-
nya.
(Sumber: Musthafa Kamal Pasha, 2003: 70)
b. Menurut Sovernin Lohman, di dalam makna konstitusi terdapat
tiga unsur yang sangat menonjol, yaitu: (Sumber: Musthafa
Kamal Pasha, 2003:70)
1) Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian
masyarakat (kontrak sosial), artinya konstitusi merupakan
hasil dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara
dan pe- merintahan yang akan mengatur mereka.
2) Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi
manusia dan warga negara dan alat-alat pemerintahannya.
3) Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan
pemerintahan.
4. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 atau
disingkat UUD 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat
ini. UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh
6
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949
di Indonesia berlaku Konstitusi RIS yang dilanjutkan sejak
tanggal 17 Agustus 1950 dengan UUDS 1950. Dekrit Presiden 5
Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan
dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999–2002 UUD 1945 mengalami
empat kali perubahan (amandemen). Amendemen UUD 1945
mengubah susunan lembaga- lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia (Pudjo Sumedi : 2011).
B. Sejarah Lahirnya Pancasila
Setiap negara didirikan atas dasar falsafah negara atau dasar negara.
Dasar negara merupakan perwujudan dari keinginan rakyatnya. Oleh
karena itu, setiap negara mempunyai dasar negara yang berbeda-beda. Di
Indonesia, falsafah atau dasar negara yang digunakan adalah Pancasila.
Awal kelahiran Pancasila sebagai dasar negara dimulai pada akhir
pendudukan Jepang di Indonesia. Sekitar tahun 1942 kedudukan
tentara Jepang di berbagai medan pertempuran, terutama di Asia
Tenggara sudah dalam posisi sangat terdesak. Akhirnya, pada tahun 1943
kekuatan tentara Jepang sudah rapuh sehingga di berbagai medan
pertempuran, pihak Sekutu dapat memukul mundur dengan mudah ( Dwi
Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Kondisi pemerintah Jepang ini akhirnya melahirkan perubahan sikap
politik terhadap negeri-negeri yang didudukinya, termasuk juga terhadap
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mulailah pemerintah pendudukan
Jepang melancarkan politik merangkul bangsa-bangsa Asia agar
bersedia mendukung Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu ( Dwi
Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Kesempatan yang sangat baik ini digunakan oleh tokoh bangsa
Indonesia untuk mendesak pemerintah pendudukan Jepang agar bersedia
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan
kesediaan itu, pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Koyso
7
memberikan janji akan menghadiahkan kemerdekaan pada Indonesia
kelak di kemudian hari ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemberian janji kemerderkaan, pemerintah Jepang membentuk sebuah
badan yang diberi nama Dokuritzu Zyunbi Tyoshakai atau Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan ini beranggotakan 60 orang ditambah tiga orang ketua, salah
satunya adalah Iti Bangase (tokoh dari Jepang yang mewakili pemerintah
Jepang). Sementara itu, Radjiman Wedyodiningrat dan R.P. Suroso
ditunjuk untuk mewakili pemerintah Indonesia ( Dwi Cahyati, Warsito
Adnan, 2010).
Pada tanggal 28 Mei 1945, BPUPKI dilantik oleh Letnan Jenderal
Kumakici Harada, seorang Panglima Tentara Keenam belas Jepang di
Jawa. Tugas BPUPKI adalah menyelenggarakan pemeriksaan dasar
tentang hal-hal penting, rancangan-rancangan, dan penyelidikan yang
berhubungan dengan usaha mendirikan negara Indonesia merdeka yang
baru ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Sejak tanggal 28 Mei – 17 Juli 1945 dengan dua kali masa
persidangan, yaitu sidang pertama tanggal 28 Mei – 1 Juni 1945 dan
sidang kedua tanggan 10 – 17 Juli 1945 ; BPUPKI telah dapat
menyelesaikan tugasnya. BPUPKI telah dapat menyelesaikan karya besar
yang bersifat monumental dalam sejarah nasional, yaitu dasar negara
dan bentuk negara ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Perumusan dasar negara dilakukan pada persidangan pertama
BPUPKI tanggal 28 Mei–1 Juni 1945. Pada masa persidangan pertama,
beberapa anggota BPUPKI mengemukakan pendapatnya tentang
pembentukan dasar negara, yaitu Muh. Yamin, Mr. Supomo, dan Ir.
Sukarno ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Muh. Yamin mendapatkan giliran pertama untuk mengemukakan
pendapatnya tentang konsep pembentukan dasar negara pada tanggal 29
8
Mei 1945. Pendapat Mr. Muhammad Yamin yang disampaikannya dalam
pidato pada sidang BPUPKI, yaitu : ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. Pri kebangsaan,
2. Pri kemanusiaan,
3. Pri ketuhanan,
4. Pri kerakyatan,
5. kesejahteraan sosial.
Dua hari kemudian pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Supomo
mengajukan dasar-dasar negara untuk Indonesia merdeka, yaitu :
( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. persatuan,
2. kekeluargaan,
3. keseimbangan lahir dan batin,
4. musyawarah,
5. keadilan rakyat.
Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno juga
mengucapkan pidatonya. Pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945
tersebut dikenal dengan peristiwa ”Lahirnya istilah Pancasila”. Ir.
Sukarno mengemukakan rumusan lima dasar negara Indonesia, yaitu :
( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. Kebangsaan,
2. Internasionalisme atau pri kemanusiaan,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan berakhirnya rapat pada tanggal 1 Juni 1945 itu maka
berakhir pula sidang pertama BPUPKI. Setelah itu, BPUPKI menjalani
masa reses. Namun, sebelum masa reses, dibentuklah Panitia Kecil yang
diketuai Ir. Sukarno. Panitia ini bertugas untuk menampung saran, usul,
dan berbagai konsep dari para anggota. Panitia Kecil ini pun mengadakan
pertemuan dengan anggota BPUPKI yang lainnya pada tanggal 22 Juni
9
1945. Hasil pertemuan untuk menyepakati dibentuknya panitia dengan
anggota sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Panitia
Sembilan ini bertugas untuk menyusun rumusan dasar negara
berdasarkan pemandangan umum anggota ( Dwi Cahyati, Warsito
Adnan, 2010).
Akhirnya, Panitia Sembilan berhasil menyusun suatu rumusan yang
menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia
merdeka. Hasil kerja Panitia Sembilan oleh Muh. Yamin diberi nama
Piagam Jakarta, yang rumusan dasarnya berisi sebagai berikut: ( Dwi
Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi
pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusian yang adil dan beradab,
3. Persatuan indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perumusan terakhir dasar negara dilakukan pada sidang kedua
BPUPKI tanggal 10 Juli 1945. Pada sidang itu juga dibahas rancangan
UUD, termasuk tentang pembukaannya. Pembahasan dilakukan oleh
sebuah Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno dengan
anggota-anggota lainnya, seperti A.A. Maramis, Otto Iskandardinata, Agus
Salim, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Supomo, K.H. Wachid Hasyim, Mr.
Latuharhary, Mr. Wongsonegoro, Mr. R.P. Singgih, Tang Eng Hoat, dan
Dr. Sukiman ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Selanjutnya, pada tanggal 1 Juli 1945 Panitia Perancang UUD dengan
suara bulat menyetujui isi pembukaan diambilkan dari Piagam Jakarta.
Panitia Perancang UUD membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang
diketuai Mr. Supomo. Hasil perumusan Panitia Kecil Perancang UUD
disempurnakan bahasanya oleh Panitia Penghalus Bahasa ( Dwi Cahyati,
Warsito Adnan, 2010).
10
Akhirnya, sidang kedua BPUPKI dilanjutkan pada tanggal 14 Juli
1945 dengan menerima laporan Panitia Perancang UUD. Ir. Sukarno
selaku ketua Panitia Perancang UUD melaporkan tiga hasil sebagai
berikut: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. Pernyataan Indonesia merdeka.
2. Pembukaan UUD.
3. Undang-undang dasarnya sendiri (batang tubuhnya).
Pada tanggal 15 Juli 1945, BPUPKI kembali bersidang untuk
membicarakan rancangan UUD, sedangkan tanggal 16 Juli 1945
BPUPKI menerima secara bulat rancangan UUD. Dengan demikian,
tugas dari BPUPKI untuk menyiapkan dasar negara Indonesia merdeka
telah selesai. Oleh karena itu, BPUPKI dibubarkan. Namun, para anggota
menggusulkan pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tanggal 7 Agustus 1945. Walaupun begitu, PPKI baru
dapat bekerja pada tanggal 18 Agustus1945 ( Dwi Cahyati, Warsito
Adnan, 2010).
Sidang PPKI pertama dilaksanakan di Pejambon. Sebelum rapat
dimulai Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo,
K.H. Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Moh.
Hasan untuk membahas kembali rancangan UUD. Hal itu disebabkan ada
kelompok yang tidak bersedia menerima kalimat pada sila pertama
naskah Piagam Jakarta. Untuk menjaga persatuan bangsa maka diadakan
perubahan. Perubahan tersebut disebabkan tokoh-tokoh dari Indonesia
bagian timur merasa keberatan dengan kalimat yang berbunyi,
”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk- pemeluknya”. Akhirnya, kalimat itu diubah menjadi Ketuhanan
Yang Maha Esa. Perubahan kalimat itu dilakukan setelah berdiskusi dengan
tokoh Islam ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
11
Pada Sidang PPKI tersebut disahkan, antara lain sebagai berikut: ( Dwi
Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
1. Penetapan dan pengesahan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.
2. Penetapan dan pengesahan UUD 1945 yang terdiri atas:
a. Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea,
khusus pada alinea IV tercantum Pancasila sebagai dasar
negara.
b. Batang Tubuh UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas 16 bab, 37
pasal, dan 4 pasal Aturan Peralihan, serta 2 Ayat Aturan
Tambahan (sebelum proses amandemen).
c. Penjelasan UUD Negara RI Tahun 1945.
3. Pemilihan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil presiden ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).
C. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pada hakikatnya dasar negara merupakan falsafah negara. Falsafah
negara berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Oleh
karena itu, falsafah negara atau dasar negara menjadi sikap hidup,
pandangan hidup bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dasar negara
merupakan grundnorm (norma dasar) atau staatfundamentalnorm
(norma fundamental negara). Dasar negara menjadi norma tertinggi
negara yang adanya tidak berdasarkan norma di atasnya tetapi berdasar
kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dasar negara yang berisi norma
tertinggi ini selanjutnya dijadikan panduan atau kaidah penuntun bagi
hukum-hukum negara ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).
Asal mula Pancasila sebagai ideologi dibedakan menjadi dua
sebagai berikut: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)
1. Asal mula langsung terdiri atas:
a. Asal mula bahan (kausa materialis) dinyatakan bahwa nilai-nilai
Pancasila berasal dari nilai-nilai adat istiadat budaya dan nilai
religius bangsa Indonesia.
12
b. Asal mula bentuk (kausa formalis) dinyatakan bahwa nilai-nilai
Pancasila berasal dari rumusan yang dikemuka- kan oleh Ir.
Soekarno bersama Drs. Moh. Hatta dan BPUPKI.
c. Asal mula karya (kausa effisiens) dinyatakan bahwa Pancasila
dibentuk karena adanya PPKI sebagai pembentuk negara dan atas
kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi
dasar negara.
d. Asal mula tujuan (kausa finalis) dinyatakan bahwa Pancasila
dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang para pendiri negara.
e. Asal mula tidak langsung dinyatakan bahwa Pancasila berasal
sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Artinya, Pancasila telah ada
sejak dahulu terdapat dalam adat istiadat, kebudayaan, nilai
agama, dan lain-lain.
2. Asal mula tidak langsung dinyatakan bahwa Pancasila berasal
sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Artinya, Pancasila telah ada sejak
dahulu terdapat dalam adat istiadat, kebudayaan, nilai agama, dan
lain-lain.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur
seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini
berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik
Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila ( Dwi Cahyati, Warsito
Adnan, 2011).
Pancasila sebagai dasar negara, artinya Pancasila dijadikan sebagai
dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Pancasila
menurut Ketetapan MPR No. III/ MPR/ 2000 merupakan ”sumber hukum
dasar nasional” ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).
Dalam kedudukannya sebagai dasar negara maka Pancasila berfungsi
sebagai : ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)
1. sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)
Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerohanian
tertib hukum Indonesia,
2. suasana kebatinan (geistlichenhinterground) dari UUD,
13
3. cita-cita hukum bagi hukum dasar negara,
4. Norma-norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,
5. Sumber semangat bagi UUD Negara RI Tahun 1945, penyelenggara
negara, pelaksana pemerintahan. MPR dengan Ketetapan No.
XVIII/MPR/1998 telah mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara RI ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011).
D. Substansi Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Substansi konstitusi antara satu negara dengan negara lain tidak sama.
Substansi konstitusi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi
dasar penyusunan konstitusi tersebut. Pembahasan berikut ini akan
men- jabarkan tentang substansi konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945.
Substansi UUD 1945 sebagai berikut ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan,
2010).
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan secara padat dan
khidmat. Substansi Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea
atau empat bagian. Setiap alineanya mengandung arti dan makna
yang sangat dalam. Pembukaan UUD 1945 mempunyai nilai-nilai
yang universal dan lestari. Disebut universal karena mengandung
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh
dunia. Disebut lestari karena ia mampu menampung dinamika
masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan
negara selama bangsa Indonesia tetap setia pada negara yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta menghargai
hasil nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia ( Dwi Cahyati, Warsito
Adnan, 2010).
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Kandungan dari
keempat alinea Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
14
1) Alinea Pertama
Rumusan alinea pertama Pembukaan UUD 1945 sebagai
berikut: Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu , maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
a. Dari alinea pertama ini, dapat disimpulkan kandungan
adanya nilai-nilai hidup yang asasi bagi manusia. Setiap
manusia atau dalam kesatuan bangsa berhak untuk merdeka.
Hal ini merupakan hak asasi manusia paling dasar yang selalu
menuntut untuk dipenuhi. Dengan meletakkan tekanannya
terhadap hak kemerdekaan bangsa, berarti juga menolak
adanya paham individualis.
b. Kesadaran bagi bangsa Indonesia tentang adanya hukum
kodrat, yaitu adanya pengakuan bahwa kemerdekaan
merupakan kodrat manusia itu sendiri. Kemerdekaan dinilai
atas dasar keadilan yang merupakan tuntutan mutlak hati
nurani dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kesadaran bagi bangsa Indonesia adanya hukum etis, bahwa
penjajahan tidak sesuai dengan nilai-nilai manusiawi yang
berlaku dalam hidup bersama.
2) Alinea Kedua
Rumusan alinea kedua Pembukaan UUD 1945 sebagai
berikut: Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Dari pernyataan alinea kedua ini, dapat disimpulkan bahwa
secara sederhana Pembukaan UUD 1945 mengandung kewajiban
15
moral bagi warga negara sebagai pewaris dengan menerangkan
tentang hal-hal berikut ini: ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2011)
a. Berhasilnya bangsa Indonesia dalam menegakkan
kemerdekaan negara Indonesia sebagai negara nasional. Oleh
karena kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan,
ada kewajiban moral bagi pewaris, untuk menjaga atas
terpeliharanya kemerdekaan itu.
b. Adanya cita-cita kemerdekaan, untuk membangun Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dalam
hal ini merupakan kewajiban moral juga bagi semua warga
negara terutama para pemimpin untuk melaksanakannya.
3) Alinea Ketiga
Rumusan alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945 sebagai
berikut: Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan
didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya ( Dwi Cahyati, Warsito Adnan, 2010).
Dalam alinea ketiga ini, secara singkat dapat dinyatakan
bahwa Pembukaan UUD 1945 berisi tentang adanya kesadaran
bagi bangsa Indonesia berupa hal-hal sebagai berikut: ( Dwi
Cahyati, Warsito Adnan, 2010)
a. Pengakuan bangsa Indonesia kepada Tuhan, bahwa negara
Indonesia dapat mencapai kemerdekaan disertai adanya
rakhmat Allah.
b. Adanya kesadaran bagi bangsa Indonesia tentang kenyataan
kodrat Tuhan atau hukum Tuhan, bahwa hal-hal di luar
jangkauan manusia dapat juga terjadi atas dasar aturan
Tuhan itu sendiri.
c. Pernyataan kemerdekaan bangsa untuk menentukan cara
hidupnya sendiri secara bebas.
16
4) Alinea Keempat
Rumusan alinea keempat Pembukaan UUD 1945
sebagai berikut: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
E. Proklamasi Republik Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota
Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral
semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau
"Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi
Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom
atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.Soekarno, Hatta selaku
pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua
BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon,
Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal
10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa
Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-
17
siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam
beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[2] Meskipun demikian Jepang
menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke
tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di
Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus
menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada
Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa
Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu
dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat
sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno
mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan
buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan
'hadiah' dari Jepang (sic).
Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus
Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua
tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
18
pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam
bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka
menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan
pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer
Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di
Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. Soekarno
dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam
Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat
atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima
konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari
Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi
Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki
pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan
para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul
10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.
Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai
implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum,
terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di
dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di
mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan
lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti
misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain
sebagainya.
Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD
1945. Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia
mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai
keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama
menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak
asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa
Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil
mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga
menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan Tuhan Yang Maha Esa,
yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk
memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia
menyatakan kemerdekaannya.
17
20
Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia
mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan
diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa
untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara
Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan
dasar negara. Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar
belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara
dalam bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-
lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag
atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945
sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik,
Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-Undang Dasar
1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No 7,
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD
1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek
penyelenggaraan pemerintah negara yang berdasarkan Pancasila terdapat
dalam Pembukaan alinea IV.
Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis
Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.
Maka hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik
sebagai berikut:
1. Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam
Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan
sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi,
politik akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang
melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-
asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
21
Jadi berdasarkan Pancasila, secara formal dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,
merupakan Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap
tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu:
1) Sebagai dasarnya,karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang
memberi faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum
Indonesia.
2) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai
tertib hukum tertinggi.
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan
dan berfungsi, selain sebagai Mukaddimah dari UUD 1945 dalam
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai
suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan
hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena Pembukaan
UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung
pada Batang Tubuh UUD 1945,bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok Kaedah Negara
yang Fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang
diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan
demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat
diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.
22
2. Hubungan Secara Material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain
hubungan yang bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga
hubungan secara material sebagai berikut:
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas
oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama
Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat Negara
Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh
Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib hukum Indonesia
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,
adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau
dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum
Indonesia. Hal ini berarti secara meterial tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila
sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber
materi sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan
Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi
atau inti sari dari Pokok Kaidah Negara Fundamental tersebut tidak
lain adalah Pancasila (Notonagoro, tanpa tahun : 40).
B. Hubungan Antara Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945
Proklamasi kemerdekaan mempunyai hubungan yang erat, tidak dapat
dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan Undang-Undang Dasar
1945 terutama bagian Pembukaan UUD 1945. Proklamasi kemerdekaan
dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kesatuan yang bulat. Apa
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu amanat
yang luhur dan suci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
23
Makna Proklamasi Kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia
kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia
telah merdeka, dan tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan
berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu, telah dirinci dan mendapat
pertanggung jawaban dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini dapat dilihat
pada :
1. Bagian pertama (alinea pertama) Proklamasi Kemerdekaan (“Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”)
mendapat penegasan dan penjelasan pada alinea pertama sampai
dengan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua (alinea kedua) Proklamasi Kemerdekaan (“Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lainlain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”) yang
merupakan amanat tindakan yang segera harus dilaksanakan yaitu
pembentukan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan
bagian yang tidak terpisahkan. Apa yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 telah dijabarkan kedalam pasal-pasal yang ada dalam Batang
Tubuh UUD 1945. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 dijelmakan dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar 1945. Oleh karena itu dapat pula disimpulkan bahwa Pembukaan
UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun Pembukaan UUD 1945
mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan Batang Tubuh
UUD 1945, namun antara keduanya mempunyai kedudukan yang terpisah.
Hal ini dikarenakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok
kaidah Negara yang mendasar (staatsfundamentalnorm) yang tidak dapat
dirubah oleh siapapun kecuali oleh pembentuk Negara. Untuk dapat
dikatakan sebagai Pokok Kaidah Negara yang mendasar
(Staatsfundamentanorm) harus memiiliki unsur-unsur mutlak, antara lain:
24
1. Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma
dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk
Negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar Negara
yang dibentuknya.
2. Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok negara, yaitu dasar tujuan
Negara baik tujuan umum maupun tujuan khusus, bentuk negara, dan
dasar filsafat Negara (asas kerokhanian Negara).
Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan sub bab Suasana
Kebathinan Konstitusi Pertama di atas, Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 telah memenuhi unsur-unsur sebagai Pokok Kaidah Negara yang
mendasar (Staatsfundamentalnorm). Pembukaan UUD 1945 juga memiliki
hakikat kedudukan hukum yang lebih tinggi dari pada pasal-pasal dalam
Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan Batang Tubuh
UUD 1945 yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memiliki sifat supel, artinya
dapat mengikuti perkembangan jaman sehingga memungkinkan untuk
dilakukan perubahan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan
demikian jika kita mencermati hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan
dengan Pembukaan UUD 1945 yang merupakan hubungan suatu
kesatuan bulat, serta hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan
Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan hubungan langsung, maka
dapat disimpulkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan mempunyai hubungan
yang erat, tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijawab pada bab
sebelumnya, yakni bab pembahasan. Maka kami menyimpulkan:
1. Proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, secara
kronologis materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama
dasar filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah
pada sidang pertama Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan
dasar filsafat Negara Pancasila, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta
yang disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama
Pembukaan UUD 1945.
2. Latar belakang sejarah kelahiran Pancasila tidak terlepas dari
penjajahan Jepang. Pada tanggal 9 Maret 1942 Belanda secara resmi
menyerah kepada Jepang. UUD 1945 dibuat karena adanya peluang
untuk merdeka yang harus direbut dengan cepat dan untuk itu harus
pula segera ditetapkan UUD bagi Negara yang digagas sebagai Negara
konstitusional dan demokratis.
3. Pancasila dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh BPUPKI dan UUD
1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI.
4. Pancasila dan UUD 1945 di rumuskan di Gedung Volksraad yang saat
ini dikenal dengan nama Gedung Pancasila, sekarang sudah menjadi
bagian dari kompleks kantor Departemen Luar Negeri (Deplu)
Indonesia.
5. Panitia perumusan UUD 1945 diketuai oleh Ir. Sukarno dengan
anggota-anggota lainnya, seperti Drs. Moh. Hatta, Mr. Achmad
Soebardjo, Mr. Muhammad Yamin, KH. Wachid Hasyim, Abdul
Kahar , Muzakir Abikoesno Tjokrosoejoso, H. Agus Salim , Mr. A.A.
Maramis, dan panitia perumus Pancasila yaitu Ir. Soekarno, Moh.
Hatta, Mr. Soepomo, Moh. Yamin dan K.H. Abdul Wahid Salim.
24
B. Saran
Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang sama, yaitu menjunjung
tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur pancasila di segala bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka , “marilah
bersama-sama memahami mendalami ajaran pancasila secara menyeluruh
supaya kita paham dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi sedikit hal hal
yang dapat mengancam dan membahayakan pancasila yang tidak hanya
datang dari luar tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi
sekarang ini. Amandemen dirasakan perlu, karena makna dan isi dari UUD
45 itu sendiri agar bisa sesuai dengan perkembangan zaman. Dan selain itu
juga agar UUD 45 dapat terus dijadikan sebagai sumber hukum tertinggi
di Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Warsito, & Cahyati AW, Dwi , Pelajaran Kewarganegaraan 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.
Nasution dan Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis Skripsi Disertai Makalah. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah ; Disalin dari Pusat Bahasa KEMDIKNAS Republik Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Sumedi, Pudjo, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.
Suyanto, dkk, Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Bandar Lampung : Poltekkes Tanjung Karang, 2011.
Yuliastuti, Rina ; Wijianto, & Waluyo, Budi, Pendidikan kwearganegaraan 1, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011.