pkn

14

Click here to load reader

Upload: faizal-fiqri

Post on 25-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PPKn

TRANSCRIPT

PERATURAN DASAR

LAPORAN JURNALISTIK KELOMPOK KUSMAN HIDAYAT

MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN

DI SUSUN OLEH :

1. MOH. ZULFIQAR JANNATA

2. RIAN KUSRIANA

3. CUCU BAHTIAR

SMK NEGERI 1 MAJALENGKA

TAHUN 2010Jl. Raya Tonjong Pinangraja KM.3 Telp. (0233)282 913 Majalengka

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Allhamdulillahirabilalamin, sebelumnya marilah kita panjatkan puji pada sang pencipta Allah SWT juga Syukur atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang berjudul . Karya tulis ini berjenis eksposisi, yang mengekspos tentang Persatuan Wartawan Indonesi karya tulis ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran PKN, juga sebagai sarana pembelajara di luar kelass untuk menambah ilmu pengetahuan yang baru dan lebih luas mengenai Pendidikan Kewarga Negaraan.

Kami selaku tim penyusun dari kelompok berharap karya tulis ini dapat diterima, juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar nantinya. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

A. PEMBUKAAN .......1B. STRUKTUR ORGANISASI JURNALISTIK ........1C. PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK .4D. MAKNA DIBALIK PERS YANG BEBAS .6DAN BERTANGGUNGJAWAB

E. KAITAN ANTARA KODE ETIK JURNALISTIK DENGAN 6PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNGJAWAB

F. SANKSI BAGI PARA WARTAWAN YANG .7MELANGGAR KODE ETIK JURNALISTIK

G. PENUTUP ...9H. DAFTAR PUSTAKA .10

A. PEMBUKAANBahwa sejarah menunjukkan, perjuangan Wartawan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, maupun mempertahankan dan mengisinya di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegigihan para jurnalistik-jurnalistik terdahulu telah mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan.

Hingga diproklamasikannya Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang telah melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan berlandaskan Pancasila.

Bersama-sama rakyat Indoneesia mewujudka cita-cita Negara dan mewujudkan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, merdeka, berdaulat, adil dan makmur serta beradab .

Dan dalam perjuangan Rakyat Indonesia mencapai cita-citanya, Wartawan Indonesia berpegang teguh pada konstitusi negara.

Wartawan berperanan sebagai alat perjuangan bangsa, Wartawan Indonesia bertekad melanjutkan tradisi patriotik dalam semangat demokrasi.

Dan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta tanpa membedakan aliran politik, suku, ras, agama dan golongan, Wartawan Indonesia pada tanggal 9 Februari 1946 di kota Solo telah menyatukan diri dalam organisasi wartawan nasional bernama Persatuan Wartawan Indonesia disingkat PWI.

B. STRUKTUR ORGANISASI JURNALISTIK (PWI)Berdasarkan Pasal 13 dan 14 BAB IV Bidang ORGANISAIS PWI dijelaskan secara Umum Bahwa struktur Organisasi Jurnalistik (PWI) adlah sebagai berikut :1. Pengurus Pusat PWI yang terdiri atas:a. Penasihat,b. Dewan Kehormatan PWIc. Pengurus Harian;d. Ketua Departemene. Direktur program

2. Pengurus Pleno Pusat PWI terdiri atas:a. Penasihat,b. Pengurus Harian;c. Departemend. Direktur program

3. Dewan Kehormatan. Dewaan Kehormatan bersifat otonom. Apabila Dewan Kehormatan ikut di dalam rapat pleno Pengurus Pusat PWI, maka disebut rapat paripurna atau rapat pleno plus.

4. Pengurus Harian Pusat PWI terdiri dari :a. Ketua Umum;b. Ketua Bidang Organisasi dan Daerah;c. Ketua Bidang Pembelaan Wartawan;d. Ketua Bidang Pendidikan dan Litbang;e. Ketua Bidang Kesejahteraan;f. Ketua Bidang Luar Negeri;g. Ketua Bidang Media Cetakh. Ketua Bidang Media Radio dan Televisii. Ketua Bidang Multi Mediaj. Sekretaris Jenderal;k. Wakil Sekretaris Jenderal;l. Wakil Sekretaris Jenderal;m. Bendahara Umum;n. Wakil Bendahara Umum;

Adapun Ketentuan-ketentuan dalam struktur Organisasi ini, yaitu :

Personalia Pengurus Harian Pusat PWI dipilih untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, terdiri atas mereka yang sudah menjadi Anggota Biasa PWI sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

Khusus untuk jabatan Ketua Umum, pernah menjadi Pengurus Harian Pusat PWI/Cabang dan atau Anggota Dewan Kehormatan serta bersedia tinggal di Jakarta.

Atas usul Ketua Bidang Pembelaan Wartawan, Pengurus Harian dapat membentuk Kelompok Kerja Pembelaan Wartawan yang bersifat permanen atau sementara.

Atas usul Ketua Bidang Pendidikan dan Litbang Pengurus Harian dapat membentuk Kelompok Kerja Pendidikan dan atau Litbang yang bersifat permanen atau sementara.

Pada akhir masa baktinya Pengurus Pusat PWI harus menyampaikan Laporan Pertanggung-jawaban kepada Kongres.C. PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK

Kode etik Jurnalistik merupakan aturan yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya dalam pencarian dan pembuatan berita. Kode etik Jurnalistik harus diterapkan dan ditanamkan dijiwa para juranalis. Tanpa adanya Kode etik jurnalistik ini maka dunia Jurnalis akan kacau balau ditambah dengan adanya asas Pers yang Bebas dan Bertanggungjawab. Berikut adalah uraian dari kode etik jurnalistik berdasarkan pasal-pasal yang terkandung dalam Kode Etik Jurnalistik PWI dan penerapannya :

Pasal 1Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran dan Penerapannya :a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran dan Penerapannya :a. dengan menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. selalu menghormati hak privasi;

c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;g. dengan tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

Pasal 3Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran dan Penerapannya :a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. dengan menerapkan asas praduga tak bersalah

Pasal 4Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penerapannya :

Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran dan Penerapannya :a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran dan Penerpannya :a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsirana. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Pasal 9Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran dan Penerapannya :a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran dan penerapannya :a. bila berita yang disiarkan tidak sesuai wartawan harus mencabutnya kembali b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran dan Penerapannya :a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

.

D. MAKNA DIBALIK PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNGJAWAB

Bebas berarti dapat dengan sesuka hati melakukan apapun yang diinginkan, dan bertanggungjawab adalah menanggung sebuah konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukan. Dengan demikian Pers yang bebas dan bertanggung jawab memilik makna bahwa pers dapat melakukan apapun yang diinginkannya dalam menjalankan tugasnya tetapi pers pun harus menggung konsekuensi atas perbuatan yang dilakukannya dalam menjalankan tugas. Ini memiliki makna yang sangat penting bagi pers.. Pers yang bebas, buka berarti pers dapat bertindak sesuka hati dan sewenang-wenang, karena pers harus melihat dampak yang akan terjadi dari tindakannya dan mempertanggungjawabkannya.

Tapi rasa tanggung jawab ini akan sulit muncul bila tidak dibuat sebuah peraturan yang mengatur kebebasan pers terssebut. Maka di buatlah kode etik sebagai patokan kebebasa pers.

Dengan demikian pers tetap dapat dengan bebas melaksasnakan tugasnya asalkan pers mematuhi kode etik yang telah dibuat. Tentunya bila ada yang melanggar sanksi akan dijatuhkan pada pelanggar kode etik tersebut. Ini dilakukan sebagai agar pers tidak bertindak sewnang-wenang denga asas bebasnya.E. KAITAN ANTARA KODE ETIK JURNALISTIK DENGAN

PERS YANG BEBAS DAN BERTANGGUNGJAWAB

Di bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai Kode Etik jurnalistik. Tercakup didalamnya bahwa seorang jurnalistik bebas melakukan apasaja untuk memperoleh berita, menyiarkan berita, ataupun pembuatan berita. Namun kebebasan seorang jurnalistik itu bukanlah kebebasan yang sewenang-wenang.

Seorang jurnalistik harus dapat mempertanggung jawabkan berita yang dibuatnya/disiarkannya. Karena itu dibuatlah sebuah peraturan yang mengatur kebebasan seorang jurnalistik dalam kumpulan-kumpulan norma dan adat yang bernama Kode Etik Jurnalistik

Namun apabila kebebasan ini tidak dibatasi maka akan banyak pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya Pers ini. Mengingat bahwa Pers merupakan alat atau sarana dalam sebuah Negara dalam pembangunan namun disisi lain bila kebebasan Pers tidak dibatasi maka Pers akan berubah menjadi senjata penghancur yang sangat dasyat bagi Negara. Maka dari itu dibuatlah sebuah pembatas yang juga tidak mengekang kebebasan Pers dalam menjalankan tugasnya, yang disusun dalam sebuah peraturan yang bernama Kode Etik Jurnalistik.Seorang jurnalistik haruslah mengetahui dan memahami dengan baik isi dari kode etik jurnalistik. Karena bila tidak mungkin seorang jurnalistik diangkat menjadi jurnalistik bila tidak mengetahui dan memahami Kode Etik Jurnalistik. Karena didalamnya terkandung aturan-aturan dan adat seorang jurnalis. Yang tentunya mengatur kebebasan Jurnalistik dalam memperoleh berita, mencari & mengolah berita, juga dalam penyiaran berita.

Dengan demikian asas pers yang bebas bertanggungjawab dengan Kode Etik sangatlah berketerkaitan satu sama lainnya karena Kode Etik dijadikan sebagai pembatas bagi kebebasan yang diperoleh seorang jurnalistik dalam mengerjakan tugasnya.F. SANKSI BAGI PARA WARTAWAN YANG MELANGGAR KODE ETIK JURNALISTIK.

KELUARNYA Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No.13/2008 memberi peluang UU No.40/1999 tentang Pers dapat lebih efektif dilaksanakan. SEMA tersebut menganjurkan hakim yang menyidangkan kasus pers untuk meminta keterangan ahli dari Dewan Pers.

Bila berita pers yang diperkarakan adalah karya jurnalistik, payung hukumnya adalah dengan mempedomani ketentuan UU Pers, kata Wakil Ketua Dewan Pers, Leo Batubara, dalam diskusi Saksi Ahli Bidang Pers yang digelar Dewan Pers di Jakarta, Rabu (15/4/2009). Menurut Leo, Dewan Pers menolak kriminalisasi pers atau pemenjaraan wartawan terkait karya jurnalistik. Sebab sanksi semacam itu dapat melumpuhkan fungsi kontrol pers. Namun, berita pers yang bertujuan malpraktik, seperti untuk memeras, dapat diproses dengan KUHP.

Dewan Pers menolak ketentuan pembredelan pers dan menolak politik hukum Banyak penyidik yang tidak memahami UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. yang mengkriminalkan pers, karena dua alat kendali kekuasaan itu akan melumpuhkan fungsi kontrol pers, tegas Leo.

Pada kesempatan yang sama, Hakim Agung MA, Andi Abu Ayyub, menjelaskan SEMA No.13/2008 bukan sebuah dasar hukum namun menjadi acuan untuk mengisi kekosongan. Supaya hukum jangan kaku,katanya. Orang yang dapat memberi keterangan ahli dari Dewan Pers, Andi melanjutkan, tidak harus lulusan sarjana hukum. Syarat yang terpenting, ia memiliki keahlian di bidang pers. Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Sumatera Utara, Ronny Simon, mengungkapkan, saat sengketa pers ada di tingkat penyidikan, banyak penyidik yang tidak memahami UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

Pertanyaan yang sering diajukan oleh penyidik, menurut Ronny, menyangkut siapa yang bertanggung jawab terhadap berita serta bagaimana proses pemuatan berita terjadi. Ia merekomendasikan Dewan Pers membuat pedoman mengenai keterangan ahli di bidang

pers yang dapat menjadi acuan bagiorganisasi wartawan.

Salah satu contoh pelanggaran itu adalah HARIAN Metro Aceh, Banda Aceh, mendapat peringatan dari Dewan Pers karena memuat berita cabul berjudul Vagina Bocah Digesek Burung PNS Depag di edisi 30 Maret 2009. Peringatan tersebut termuat dalam Surat Wakil Ketua Dewan Pers, Leo Batubara, kepada Pemimpin Redaksi Metro Aceh, (14/4). Metro Aceh telah melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 4, yang berbunyi Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul demikian antara lain isi surat Dewan Pers.

Metro Aceh, menurut Dewan Pers, menyebarkan informasi cabul yang tidak sepatutnya dipublikasikan oleh media umum. Misalnya memuat kalimat: Perbuatan mesum itu dilakukan dengan cara menggesekkan burung milik Ibrahim ke arah vagina korban. Aksi cabul itu terlaksana sampai tersangka mencapai klimaks. Parahnya lagi, sperma oknum PNS Depag Lhokseumawe itu pun muncrat ke perut Bunga. Selain Pasal 4, Metro Aceh juga melanggar Pasal 5 yang melarang wartawan menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Lebih dari itu, Metro Aceh telah melanggar Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers yang menegaskan pers wajib memberitakan peristiwa dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat. Dewan Pers mengingatkan redaksi Metro Aceh untuk menaati Kode Etik Jurnalistik dan meminta maaf secara terbuka kepada pembaca.

G. PENUTUPDemikian karya tulis ini kami buat, semoga bermanfaat untuk kedepannya. Dan satu harapan kami untuk mendapat perhatian untuk karya tulis kami dan dapat bapak terima dengan nilai yang baik

Tak ada gading yang tak retak, kesalahan tak luput dari kami, maka kami mohon maaf bila ada kekeliruan atau kesalahan dalam pembuatan karya tulis ini.

Atas perhatiannya kami ucapkan Terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

H. DAFTAR PUSTAKA

(Disunting oleh Asnawin)

WIKI SOURCE DISUNTING OLEH ASNAWIN

WIKIPEDIA ENSIKLOPEDI BEBAS TENTANG PWI

WWW.GOOGLE.COM/STRUKTURORGANISASIPWI

1

2

3

4

5

7

9

10

6

8