pk. 03 tahun 2014 tentang penyelenggaraan komunikasi sar.pdf

44
1 KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang pelaksanaan penyelenggaraan operasi SAR pada musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana dan/atau musibah lainnya; b. bahwa sebagai salah satu komponen penyelenggaraan operasi SAR, komunikasi ikut menentukan terwujudnya operasi SAR yang cepat, tepat, aman dan andal; c. bahwa dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk keseragaman dalam penyelenggaraan komunikasi di lingkungan Badan SAR Nasional, perlu mengatur penyelenggaraan komunikasi SAR dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4658); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4958); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran

Upload: fermadi-sinambela

Post on 15-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

1

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 03 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI SAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam menunjang pelaksanaan penyelenggaraan operasi SAR pada musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana dan/atau musibah lainnya;

b. bahwa sebagai salah satu komponen penyelenggaraan operasi SAR, komunikasi ikut menentukan terwujudnya operasi SAR yang cepat, tepat, aman dan andal;

c. bahwa dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk keseragaman dalam penyelenggaraan komunikasi di lingkungan Badan SAR Nasional, perlu mengatur penyelenggaraan komunikasi SAR dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4658);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4958);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran

Page 2: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

2

Negara Republik Indonesi Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658);

6. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang BadanSAR Nasional;

7. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pengesahan International Convention Maritime Search And Rescue 1979 With Annex And 1998 Amandements To The International Convention on Maritime Search And Rescue 1979 (Resolution Maritime Safety Commite 70 (69) (Konvensi International tentang Pencarian dan Pertolongan Maritim 1979 Beserta Lampiran dan Perubahan Tahun 1998 Terhadap Konvensi Internasional Tentang Pencarian dan Pertolongan Maritim 1979) (Resolusi Komite Keselamatan Maritim 70 (69);

8. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/ 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 18 Tahun 2012;

9. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.03 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Siaga Search And Rescue (SAR);

10. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.05 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Operasi SAR;

11. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.12 Tahun 2012 tentang Panduan Penyelenggaraan SAR Di Indonesia (Indonesia SAR Manual);

12. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.19 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Search And Rescue;

Memperhatikan : 1.

Annex 12 to the Convention on International Civil Aviation Organization;

2.

International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) Guide Lines and Methodology;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL TENTANG

PENYELENGGARAAN KOMUNIKASI SAR.

Page 3: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

3

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan atau yang dikenal dengan search and

rescue, selanjutnya disebut dengan SAR adalah usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana dan/atau musibah lainnya.

2. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang dapat

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

3. Musibah lainnya adalah kecelakaan/malapetaka yang menimpa

orang atau kelompok orang akibat sesuatu hal yang tak terelakkan di luar kecelakaan pelayaran dan/atau penerbangan.

4. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas

pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

5. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan

di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.

6. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di

atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk Penerbangan.

Page 4: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

4

7. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

8. Korban adalah orang yang mengalami penderitaan, meninggal

dunia atau hilang akibat kecelakaan, bencana, dan/atau Kondisi Membahayakan Manusia.

9. Operasi SAR adalah segala upaya dan kegiatan SAR sampai dengan

Evakuasi terhadap Korban sebelum diadakan penanganan berikutnya.

10. Potensi SAR adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana

yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan Operasi SAR. 11. Komunikasi SAR adalah sistem komunikasi yang digunakan untuk

mengirim dan menerima informasi serta pengkoordinasian dan pengendalian dalam penyelenggaraan operasi SAR.

12. Petugas komunikasi SAR adalah personil yang melaksanakan

tugas komunikasi SAR untuk mengirim, menerima, mengagendakan dan mendistribusikan berita yang berkaitan dengan kegiatan SAR.

13. Petugas Siaga SAR adalah pegawai di lingkungan Badan SAR

Nasional yang melakukan Siaga SAR. 14. Prelimenary Communication Search yang selanjutnya disebut

Precomm adalah Pengecekan awal secara terbatas dengan mengunakan alat komunikasi di daerah-daerah yang mungkin merupakan lokasi korban yang berada, biasanya diatur oleh SMC selama tingkat mengkuatirkan.

15. Extended Communication Search yang selanjutnya disebut Excomm adalah Pencarian dengan alat komunikasi secara menyeluruh untuk memperoleh-informasi atau petunjuk lokasi orang hilang.

16. Penanda tangan adalah pejabat penanda tangan berita SAR.

17. Unsur SAR (Search and Rescue Unit) yang selanjutnya disebut SRU

adalah potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR.

18. Administrasi Komunikasi SAR adalah usaha dan kegiatan yang

meliputi penerimaan dan pengiriman berita pencatatan dan pendokumentasian yang berkaitan dengan kegiatan komunikasi SAR.

Page 5: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

5

19. Local User Terminal yang selanjutnya disebut LUT adalah stasiun bumi yang menerima dan memproses sinyal marabahaya dari satelit Cospas Sarsat untuk menentukan posisi distress alert yangdipancarkan oleh Beacon (ELT,EPIRB dan PLB).

20. Emergency Locater Transmiter yang selanjutnya disebut ELT adalah

suatu perangkat pemancar sinyal marabahaya yang ditempatkan pada pesawat untuk menentukan posisi pesawat dalam sistem Cospas Sarsat.

21. Emergency Position Indicating Radio Beacon yang selanjutnya disebut EPIRB adalah suatu perangkat pemancar sinyal marabahaya yang ditempatkan pada kapal untuk menentukan posisi kapal dalam sistem Cospas Sarsat.

22. Personal Locator Beacon yang selanjutnya disebut PLB adalah

suatu perangkat pemancar sinyal marabahaya yang dibawa perorangan untuk menentukan posisi seseorang dalam sistem Cospas Sarsat.

23. Indonesian Mission Control Center yang selanjutnya disebut IDMCC

adalah pusat pengendali operasi Badan SAR Nasional. 24. Navigasi Area (world-wide navigation warning service) yang

selanjutnya disebut Navarea adalah sistem yang menyediakan informasi keselamatan, peringatan keadaan cuaca, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan alur pelayaran.

25. Setiap orang adalah orang perseorangan dan/atau badan, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum.

26. Badan SAR Nasional yang selanjutnya disebut Basarnas adalah

kelembagaan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Peraturan penyelenggaraan komunikasi SAR disusun dengan maksud memberikan panduan kepada para pemangku kepentingan dan petugas komunikasi SAR dalam menyelenggarakan komunikasi SAR.

(2) Tujuan disusunnya peraturan penyelenggaraan komunikasi SAR di lingkungan Basarnas yaitu:

a. terwujudnya keseragaman dalam penyelenggaraan komunikasi SAR;

Page 6: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

6

b. terwujudnya kelancaran komunikasi SAR dalam pelaksanaan operasi SAR;

c. terwujudnya kelancaran komunikasi SAR dalam latihan SAR;

d. terwujudnya kelancaran komunikasi SAR dalam pelaksanaan koordinasi potensi SAR;

e. terwujudnya kemudahan dalam pemeliharaan dan pengoperasian peralatan komunikasi SAR;

f. terwujudnya kelancaran komunikasi SAR dalam dukungan administrasi dan logistik; dan

g. terwujudnya petugas komunikasi SAR yang kompeten.

(3) Komunikasi SAR diselenggarakan secara efektif dan efisien, serta andal.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 3

Ruang lingkup Komunikasi SAR meliputi:

a. jaring komunikasi SAR;

b. petugas komunikasi SAR;

c. prosedur komunikasi SAR;

d. sarana komunikasi SAR;

e. larangan;

f. sanksi; dan

g. pengawasan.

BAB IV

JARING KOMUNIKASI SAR

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

Jaring komunikasi SAR yang diselenggarakan dan dikembangkan oleh Basarnas mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. jaring penginderaan dini;

b. jaring koordinasi;

Page 7: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

7

c. jaring komando dan pengendalian; dan

d. jaring pembinaan administrasi dan logistik.

Pasal 5

Jaring komunikasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 digunakan untuk menerima dan mengirim berita SAR dan berita administrasi yang dituangkan dalam format telegram berita SAR dan berita administrasi.

Pasal 6

(1) Berita SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan

berita atau informasi mengenai laporan penanganan musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya.

(2) Berita administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan berita atau informasi yang tidak terkait dengan laporan penanganan musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya.

Paragraf 1

Pejabat Penandatangan Berita SAR dan Berita Administrasi

Pada Kantor Pusat

Pasal 7

(1) Berita SAR dan berita administrasi pada Kantor Pusat yang akan dikirim kepada alamat yang dituju ditandatangani oleh Kepala Badan.

(2) Dalam hal Kepala Badan berhalangan untuk menandatangani berita SAR dan berita administrasi, Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II atau pejabat yang ditunjuk diberi kewenangan untuk menandatangani sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Page 8: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

8

Paragraf 2

Pejabat Penandatangan Berita SAR dan Berita Administrasi

Pada Kantor SAR

Pasal 8

(1) Berita SAR dan berita administrasi pada Kantor SAR yang akan dikirim kepada alamat yang dituju ditandatangani oleh Kepala Kantor SAR.

(2) Dalam hal Kepala Kantor SAR berhalangan untuk menandatangani berita SAR dan berita administrasi, Pejabat satu tingkat dibawahnya diberi kewenangan untuk menandatangani sesuai tugas dan kewenangannya.

Pasal 9

Kode berita, contoh format berita SAR dan format berita administasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tercantum secara lengkap dalam Lampiran I Peraturan ini.

Bagian Kedua

Jaring Penginderaan Dini

Pasal 10

(1) Jaring penginderaan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a diselenggarakan untuk mendeteksi musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya.

(2) Jaring penginderaan dini harus mempunyai kemampuan kecepatan, kebenaran, dan aktualitas informasi musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya yang diterima.

Pasal 11

(1) Kemampuan kecepatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) merupakan kemampuan untuk menyampaikan informasi tentang musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya kepada Basarnas.

(2) Kebenaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) untuk

memastikan kebenaran infomasi terkait musibah Pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya.

Page 9: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

9

(3) Aktualitas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) untuk memberikan informasi terbaru tentang tindak lanjut penanganan musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya.

Pasal 12

(1) Jaring penginderaan dini untuk musibah penerbangan dilakukan oleh petugas pelayanan lalu lintas penerbangan.

(2) Jaring penginderaan dini untuk musibah pelayaran dilakukan oleh petugas stasiun radio pantai (SROP).

(3) Jaring penginderaan dini untuk bencana dilakukan oleh

Pemerintah Daerah (BPBD), BMKG, dan instansi terkait.

(4) Jaring penginderaan dini untuk musibah lainnya dilakukan oleh Pemerintah daerah (BPBD), BMKG, POLRI dan instansi terkait.

Pasal 13

(1) Jaring penginderaan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) dengan menggunakan LUT.

(2) LUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk mendeteksi sinyal marabahaya yang dipancarkan oleh ELT, EPIRB dan PLB melalui sistem Cospas Sarsat.

(3) ELT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pemancar

sinyal marabahaya yang dipancarkan oleh musibah penerbangan melalui sistem Cospas Sarsat.

(4) EPIRB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pemancar

sinyal marabahaya yang dipancarkan oleh kapal yang mengalami kecelakaan melalui sistem Cospas Sarsat.

(5) PLB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pemancar

sinyal marabahaya yang digunakan oleh perorangan yang mengalami keadaan darurat melalui sistem Cospas Sarsat.

(6) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat

berupa tersesat di hutan, tersesat di gunung, terapung di perairan, tertimbun di reruntuhan bangunan, dan putus komunikasi (lost contact) pada saat yang bersangkutan memerlukan evakuasi/ pertolongan melalui sistem Cospas Sarsat.

Page 10: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

10

Pasal 14 (1) Jaring penginderaan dini pada musibah penerbangan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan internasional yang dikeluarkan oleh organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO).

(2) Jaring penginderaan dini pada musibah pelayaran dilaksanakan sesuai dengan ketentuan internasional yang dikeluarkan oleh organisasi maritime internasional (International Maritime Organization/IMO).

Pasal 15 (1) Jaring penginderaan dini dengan menggunakan pemancar sinyal

marabahaya (radio beacon) yang terkait dengan sistem Cospas Sarsat digunakan untuk mendeteksi terjadinya musibah penerbangan, musibah pelayaran, dan musibah perorangan.

(2) Pancaran radio beacon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan frekuensi untuk memonitor dalam mendeteksi musibah pelayaran, musibah penerbangan, bencana dan musibah lainnya terdiri atas:

a. 121.5 MHz homing signal musibah penerbangan;

b. 2182KHz teleponi musibah pelayaran;

c. 156.8 MHz (chanel 16 marine band) musibah pelayaran; dan

d. 406 MHz musibah Pelayaran, musibah penerbangan dan musibah perorangan.

Pasal 16

(1) Setiap perusahaan penerbangan, dan perusahaan pelayaran, serta perorangan yang memiliki dan/atau yang menggunakan radio beacon wajib melaksanakan registrasi.

(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Basarnas.

(3) Registrasi radio beacon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya.

Pasal 17

(1) Dalam hal perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran dan perorangan telah melakukan registrasi radio beacon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) selanjutnya dilakukan uji fungsi terhadap peralatan dimaksud.

Page 11: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

11

(2) Uji fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Direktur Komunikasi.

(3) Uji fungsi dilakukan secara berkala 1 tahun sekali. (4) Dalam hal terdapat perubahan kepemilikan radio beacon, pemilik

sebelumnya wajib menginformasikan kepada Basarnas, dan pemilik baru wajib melakukan registrasi ulang.

(5) Uji fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk

melakukan pengecekan terhadap identitas radio beacon dan berfungsi atau tidaknya peralatan dimaksud.

(6) Dalam hal hasil uji fungsi yang dilakukan ternyata radio beacon

tidak berfungsi atau tidak sesuai dengan identitas yang telah diregistrasikan, Basarnas akan memberikan surat pemberitahuan hasil tes uji fungsi radio beacon dan meminta kepada perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran, dan perorangan untuk melakukan perbaikan atau penggantian sampai dengan berfungsinya peralatan dimaksud.

(7) Dalam hal hasil uji fungsi yang dilakukan ternyata radio beacon

telah sesuai dengan identitas, diberikan surat pemberitahuan hasil tes uji fungsi radio beacon dan sertipikat.

(8) Sertipikat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berlaku selama 1 tahun terhitung mulai tanggal dilakukan uji fungsi radio beacon.

(9) Sertipikat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berlaku selama

identitas radio beacon dan kepemilikan tidak berubah. (10) Surat pemberitahuan hasil tes uji fungsi radio beacon

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) didistribusikan kepada:

a. Deputi Bidang Operasi SAR Basarnas;

b. Direktur Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan;

c. Direktur Kenavigasian Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan; dan

d. Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.

Pasal 18

(1) Pendistribusian hasil tes uji fungsi yang disampaikan kepada Deputi Bidang Operasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (10) huruf a berkaitan dengan hasil uji fungsi ELT, EPIRB, dan PLB.

Page 12: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

12

(2) Pendistribusian hasil tes uji fungsi yang disampaikan kepada Direktur Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 17 ayat (10) huruf b berkaitan dengan hasil uji fungsi EPIRB.

(3) Pendistribusian hasil tes uji fungsi yang disampaikan kepada

Direktur Kenavigasian Penerbangan, Derektur Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 17 ayat (10) huruf c dan huruf d berkaitan dengan hasil uji fungsi ELT.

Pasal 19 Pelaksanaan uji fungsi radio beacon yang dilakukan oleh petugas Direktorat Komunikasi dengan didampingi oleh petugas dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau perorangan.

Bagian Ketiga

Jaring Koordinasi

Pasal 20

(1) Jaring koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b diselenggarakan untuk memudahkan koordinasi antara Basarnas, Kantor SAR, dan Pos SAR dengan Potensi SAR yang berada di wilayahnya.

(2) Jaring koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

mempertimbangkan aspek kemudahan, efektif dan efisien.

(3) Kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimaksudkan untuk saling mengisi, membantu dan saling melengkapi diantara Basarnas, Kantor SAR, dan Pos SAR serta Potensi SAR yang berada diwilayahnya.

(4) Efektif dan efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dimaksudkan agar pelaksanaan operasi SAR berjalan dengan cepat, tepat, aman dan andal.

Bagian Keempat

Komando dan Pengendalian

Pasal 21

(1) Jaring Komando dan Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dilaksankan untuk mengendalikan SRU yang terlibat dalam operasi SAR.

Page 13: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

13

(2) SRU yang terlibat dalam operasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Search and Rescue Unit Darat;

b. Search and Rescue Unit Laut; dan

c. Search and Rescue Unit Udara.

(3) SRU yang terlibat dalam operasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan komunikasi SAR dengan menggunakan frekuensi radio, sebagai berikut:

a. SRU Darat: HF: 13.545 KHz

b. SRU laut

1) VHF/FM: 156.3 MHz, 156. 8 MHz;

2) HF: 3.023 kHz, 5.680 KHz.

c. SRU Udara

1) VHF/AM: 123.1 MHz, 282,8 MHz, 119,1 MHz; dan

2) HF: 3.023 KHZ, 5.680 KHz.

Pasal 22

Untuk memudahkan pemanggilan SRU pada saat operasi SAR dengan menggunakan nama panggilan (call sign) potensi SAR.

Pasal 23

(1) Nama panggilan komunikasi yang dimiliki oleh Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dengan menggunakan nama panggilan (call sign) yang berlaku di organisasi yang bersangkutan.

(2) Penggunaan nama panggilan komunikasi yang dimiliki oleh organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberitahukan kepada posko SAR pengendali.

Pasal 24

(1) Nama panggilan komunikasi yang dimiliki oleh Kantor Pusat, Kantor SAR dan Pos SAR dengan menggunakan nama panggilan (Call Sign) yang telah ditentukan.

(2) Nama panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

secara lengkap dalam Lampiran II Peraturan ini.

Page 14: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

14

Bagian Kelima

Jaring Pembinaan Administrasi dan Logistik

Pasal 25

(1) Jaring pembinaan administrasi dan logistik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d digunakan untuk melakukan pembinaan administrasi dan logistik pada Kantor SAR dan Pos SAR.

(2) Dalam pelaksanaan Jaring pembinaan administrasi dan logistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menggunakan sarana komunikasi paling sedikit berupa:

a. radio;

b. telepon;

c. faksimili;

d. internet; dan

e. komunikasi satelit.

BAB V

PETUGAS KOMUNIKASI SAR

Pasal 26

Petugas komunikasi SAR mempunyai tugas untuk memberikan dukungan di bidang pelayanan komunikasi SAR.

Pasal 27 Petugas komunikasi SAR melaksanakan tugas sebagai berikut:

a. menerima dan memonitor berita SAR serta melaporkannya kepada pejabat yang berwenang;

b. mengirimkan berita SAR setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang;

c. mencatat, penomoran/pengagendaan, mendokumentasikan, dan mendistribusikan berita SAR;

d. melaksanakan pengecekan ulang kebenaran berita SAR yang diterima;

e. mencari infomasi awal melalui telepon (Precomm) terhadap berita yang diterima;

f. mencari infomasi lanjutan (Excomm) setelah Precomm tidak ditemukan;

Page 15: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

15

g. melaporkan hasil Precomm dan Excomm kepada instansi yang terkait;

h. melaksanakan dukungan komunikasi SAR dalam penyelenggaraan operasi SAR;

i. melakukan radio check secara berkala paling sedikit 3 kali;

j. mengatur lalu lintas pemberitaan SAR dan pendistribusian berita SAR sesuai petunjuk yang berlaku dengan sarana yang tersedia;

k. menjaga dan memastikan peralatan komunikasi dalam keadaan siap pakai;

l. melaporkan kondisi komunikasi SAR kepada pejabat yang berwenang;

m. menjaga kebersihan dan kerapian serta kenyamanan ruang siaga; dan

n. melaksanakan siaga komunikasi selama 24 jam terus menerus secara bergantian.

Pasal 28

(1) Petugas komunikasi SAR pada Kantor Pusat wajib melaksanakan monitoring dan broadcasting bagi kapal-kapal apabila terjadi musibah pelayaran yang berada di navarea XI.

(2) Navarea XI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan area navigasi pelayanan informasi dalam pelayaran yang dikendalikan dan dikoordinir oleh negara Jepang.

(3) Teknik pengaturan Navarea XI dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan internasional yang dikeluarkan oleh organisasi maritime internasional (International Maritime Organization/IMO).

Pasal 29 Setiap petugas komunikasi SAR yang melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 wajib memiliki kemampuan paling sedikit meliputi:

a. memahami dan menguasai prosedur komunikasi SAR;

b. mengerti dan menguasai struktur organisasi Basarnas serta organisasi operasi SAR;

c. mengerti susunan jaring komunikasi SAR serta alternatif jaring komunikasi lainnya;

d. mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris;

e. mampu menggunakan peralatan pengolah data (komputer); dan

f. mampu menggunakan peralatan komunikasi dan kelengkapannya.

Page 16: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

16

Pasal 30 Untuk meningkatkan kemampuan para petugas komunikasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Basarnas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang Komunikasi SAR.

BAB VI

PROSEDUR KOMUNIKASI SAR

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 31

Komunikasi SAR dilaksanakan untuk mendukung:

a. Siaga komunikasi SAR

b. Operasi SAR.

Bagian Kedua

Siaga Komunikasi SAR

Pasal 32

(1) Siaga Komunikasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 Huruf a terdiri atas:

a. Siaga rutin; dan

b. Siaga khusus.

(2) Siaga komunikasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selama 24 jam secara terus menerus.

(3) Siaga komunikasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Shift I (Pertama) pukul 08.00 – 20.00.waktu setempat; dan

b. Shift II (kedua) pukul 20.00 – 08.00 waktu setempat.

Pasal 33

(1) Pelaksanaan siaga komunikasi SAR didukung kelengkapan administrasi untuk memperlancar lalu lintas pemberitaan agar tertib dan teratur.

Page 17: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

17

(2) Kelengkapan administrasi komunikasi SAR sebagaimana dimakasud pada ayat (1) merupakan usaha dan kegiatan yang meliputi penerimaan, pengiriman, pencatatan, pendistribusian dan pendokumentasian berita yang berkaitan dengan kegiatan siaga komunikasi SAR.

Pasal 34 (1) Dalam hal pelaksanaan siaga komunikasi SAR dilakukan serah

terima dari petugas lama ke petugas berikutnya.

(2) Petugas siaga komunikasi SAR membuat berita acara serah terima tugas dan ditandatangani oleh petugas lama dan petugas berikutnya, serta diketahui oleh Kepala Siaga Harian.

(3) Berita acara serah terima tugas sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) berisi:

a. kondisi peralatan komunikasi;

b. file musibah aktif;

c. file musibah aktif yang memerlukan penanganan khusus;

d. berita SAR dan berita administrasi yang belum ditindaklanjuti;

e. peralatan lainnya yang berada di ruang komunikasi; dan

f. kelengkapan administrasi. (4) Contoh format berita acara serah terima tugas sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) tercantum secara lengkap dalam Lampiran III Peraturan ini.

Pasal 35

(1) Pada akhir pelaksanaan siaga komunikasi SAR Petugas siaga Komunikasi SAR melakukan pendistibusian berita SAR dan berita administrasi kepada pejabat terkait.

(2) Pendistribusian berita SAR dan berita administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi kewenangan dan tanggung jawab Direktorat Komunikasi.

Page 18: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

18

Bagian Ketiga

Operasi SAR

Pasal 36

(1) Untuk mendukung pelaksanaan Operasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf b perlu disiapkan sistem Komunikasi operasi SAR.

(2) Sistem komunikasi operasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi:

a. petugas komunikasi SAR;

b. perangkat komunikasi; dan

c. peralatan pendukung perangkat komunikasi.

Pasal 37 Petugas komunikasi SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf a bertugas:

a. membuat jaring komunikasi operasi SAR;

b. menentukan nama panggilan terhadap unsur SAR yang terlibat;

c. mendirikan perangkat komunikasi sesuai kebutuhan di lapangan;

d. melakukan cek list terhadap perangkat komunikasi SAR dan peralatan pendukung lainnya;

e. berkoordinasi dengan instansi/organisasi lain yang berkaitan dengan komunikasi;

f. mengirim dan menerima informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan operasi SAR;

g. memantau pelaksanaan kegiatan komunikasi operasi SAR; dan

h. membuat jurnal dan laporan pelaksanaan komunikasi SAR setiap hari selama operasi SAR.

Pasal 38

Perangkat Komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf b merupakan kebutuhan peralatan komunikasi yang diperlukan dalam pelaksanaan operasi SAR.

Pasal 39

(1) Peralatan pendukung perangkat komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) huruf c merupakan peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan komunikasi operasi SAR.

Page 19: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

19

(2) Peralatan pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a. kendaraan;

b. tenda;

c. genset; dan

d. peralatan lain yang diperlukan.

Pasal 40

(1) Dalam hal pelaksanaan operasi SAR telah berakhir, petugas komunikasi menyusun laporan kegiatan terkait dengan komunikasi SAR.

(2) Laporan yang telah disusun petugas komunikasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada SAR Mission Coordinator (SMC) melalui Asisten Komunikasi.

BAB VII

SARANA KOMUNIKASI SAR

Pasal 41

(1) Dalam penyelenggaraan komunikasi SAR diperlukan sarana Komunikasi SAR.

(2) Sarana komunikasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. radio komunikasi;

b. telepon;

c. faksimil;

d. optis/visual;

e. komputer;

f. printer;

g. mesin fotokopi;

h. media internet; dan

i. LUT/Mission Control Centre (MCC).

(3) MCC sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i merupakan sistem yang mengumpulkan data dari LUT untuk didstribusikan ke Kantor SAR sesuai dengan koordinat yang terdeteksi.

Page 20: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

20

(4) Optis/visual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d tercantum secara lengkap dalam dalam Lampiran IV Peraturan ini.

Pasal 42

(1) Sarana komunikasi SAR ditempatkan pada:

a. Kantor Pusat;

b. Kantor SAR;

c. Pos SAR;

d. Communication Mobile;

e. Rescue Boat;

f. Rescue Car; g. Rescue Truck; dan

h. Helikopter.

(2) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Transceiver HF / SSB;

b. Transceiver VHF;

c. Radio Repeater VHF digital;

d. VHF Handheld Communication Radio;

e. VHF Ground to Air Communication; dan f. VHF Ground to Air Handheld.

(3) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Kantor SAR

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Transceiver HF/SSB;

b. Transceiver VHF;

c. Radio Repeater VHF/UHF; d. VHF Handheld Communication Radio;

e. VHF Ground to Air Communication; dan

f. VHF Ground to Air Handheld. (4) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Pos SAR sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Transceiver HF / SSB; b. Transceiver VHF;

c. VHF Handheld Communication Radio;

d. VHF Ground to Air Communication; dan

e. VHF Ground to Air Handheld.

Page 21: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

21

(5) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Communication Mobile sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. Transceiver HF/SSB;

b. Transceiver VHF Digital; c. VHF Handheld Communication Radio;

d. VHF Ground to Air Communication; dan e. VHF Ground to Air Handheld.

(6) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Rescue Boat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:

a. Transceiver HF/SSB;

b. Transceiver VHF/UHF; c. VHF Handheld Communication Radio;

d. VHF Marine Communication Radio;

e. VHF Ground to Air Communication; dan f. VHF Ground to Air Handheld.

(7) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Rescue Car

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:

a. Transceiver HF / SSB; dan

b. Transceiver VHF / UHF.

(8) Penempatan sarana komunikasi SAR pada Rescue Truck sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:

a. Transceiver HF/SSB; dan

b. Transceiver VHF / UHF.

(9) Penempatan sarana komunikasi SAR pada helikopter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:

a. Transceiver VHF / UHF; dan b. VHF Ground to Air Communication.

BAB VIII

LARANGAN

Pasal 43

Petugas komunikasi SAR dilarang untuk:

a. mengirim berita SAR yang belum disahkan;

b. mengirimkan/menggunakan tanda prosedur dan kata prosedur yang tidak resmi;

Page 22: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

22

c. mengadakan pancaran yang tidak perlu (pergantian frekuensi, pada saat penyesuaian frekuensi (tuning)), kecuali ada perintah dari pejabat yang berwenang;

d. mengirim berita SAR melalui radio dengan kecepatan di luar batas kemampuan petugas penerima; dan

e. melakukan interupsi pada saat saluran komunikasi SAR sedang digunakan oleh stasiun lain yang terkait dengan berita musibah.

Pasal 44 Dalam hal tidak terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana dan/atau musibah lainnya, perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran, dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dilarang mengaktifkan radio beacon.

BAB IX

SANKSI

Pasal 45

Dalam hal perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran, dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 mengaktifkan radio beacon tidak terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana dan/atau musibah lainnya dikenakan sanksi berupa teguran tertulis.

Pasal 46

(1) Dalam hal Basarnas telah menerima sinyal marabahaya namun setelah dilakukan pengecekan di lapangan tidak terjadi musibah dan Basarnas telah menggerakkan SRU maka perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran, dan perorangan dikenakan sanksi berupa penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh Basarnas.

(2) Besarnya penggantian biaya yang harus dibayarkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh Basarnas yang dihitung secara riil bersama-sama dengan wakil perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran dan perorangan.

(3) Penggantian biaya yang telah dibayarkan oleh perusahaan penerbangan, perusahaan pelayaran dan perorangan disetor ke kas negara.

Page 23: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

23

Pasal 47

(1) Dalam hal perusahaan penerbangan dan perusahaan pelayaran, serta perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) tidak melaksanakan registrasi dikenakan sanksi berupa teguran tertulis sebayak 3 kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 bulan dengan tembusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

(2) Dalam hal teguran tertulis telah diberikan sebanyak 3 kali tetapi yang bersangkutan tidak melaksanakan, akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Petugas komunikasi SAR yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB X

PENGAWASAN

Pasal 49

(1) Direktur Komunikasi melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis terhadap penyelenggaraan komunikasi SAR pada Kantor Pusat.

(2) Kepala Kantor SAR melaksanakan pengawasan yang bersifat teknis terhadap penyelenggaraan komunikasi SAR pada Kantor SAR.

(3) Koordinator Pos SAR melaksanakan pengawasan yang bersifat

teknis terhadap penyelenggaraan komunikasi SAR pada Pos SAR.

BAB XI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 50

Deputi Bidang Operasi SAR melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini.

Pasal 51

Ketentuan lebih lanjut mengenai jaring penginderaan dini, call sign, dan jaring pembinaan administrasi dan logistik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 22, dan Pasal 25 diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Page 24: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

24

BAB XII

PENUTUP

Pasal 52

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 2014

KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

ttd.

MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Februari 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 145

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian AGUNG PRASETYO

Page 25: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Lampiran I Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PK. 03 Tahun 2014 Tanggal : 15 Januari 2014

KODE ALAMAT BERITA DAN CONTOH FORMAT BERITA SAR DAN BERITA ADMINISTRASI

A. KODE ALAMAT BERITA

1. Kepala Basarnas Kabasarnas

2. Staf Basarnas Basarnas

3. Kantor SAR Jakarta SAR – 01

4. Kantor SAR Medan SAR – 101

5. Kantor SAR Padang SAR – 102

6. Kantor SAR Pekanbaru SAR – 103

7. Kantor SAR Palembang SAR – 104

8. Kantor SAR Pontianak SAR – 105

9. Kantor SAR Tanjung Pinang SAR – 106

10. Kantor SAR Semarang SAR – 107

11. Kantor SAR Aceh SAR – 108

12. Kantor SAR Jambi SAR - 109

13. Kantor SAR Pangkal Pinang SAR – 110

14. Kantor SAR Bandung SAR – 111

15. Kantor SAR Bengkulu SAR – 112

16. Kantor SAR Lampung SAR – 113

17. Kantor SAR Surabaya SAR – 02

18. Kantor SAR Denpasar SAR – 201

19. Kantor SAR Banjarmasin SAR – 202

20. Kantor SAR Balikpapan SAR – 203

21. Kantor SAR Mataram SAR – 204

22. Kantor SAR Makassar SAR – 03

23. Kantor SAR Ambon SAR – 301

24. Kantor SAR Manado SAR – 302

25. Kantor SAR Kupang SAR – 303

26. Kantor SAR Kendari SAR – 304

27. Kantor SAR Palu SAR – 305

28. Kantor SAR Ternate SAR – 306

29. Kantor SAR Gorontalo SAR – 307

30. Kantor SAR Biak SAR – 04

31. Kantor SAR Jayapura SAR – 401

32. Kantor SAR Sorong SAR – 402

33. Kantor SAR Merauke SAR – 403

34. Kantor SAR Timika SAR – 404

35. Kantor SAR Manokwari SAR - 405

Page 26: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

....

XXXX/ SAR / XXXX

XXXX XXXX XXX

NO

. : 0

6/SI

AP

/83/

84

RU

AN

GA

N D

ILU

AR

GA

RIS

TEB

AL

HA

NY

A D

IIS

I O

LEH

DIN

AS

KO

MLE

K

B. Contoh Format Berita SAR

SGR

Page 27: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

C. BERITA ADMINISTRASI

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian AGUNG PRASETYO

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

ttd.

MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN

N

O. :

06/

SIAP

/83/

84

RU

ANG

AN D

ILU

AR G

ARIS

TEB

AL H

ANYA

DII

SI O

LEH

DIN

AS K

OM

LEK

BERITA ADMINISTRASI

NO. REG

XXXX/ SAR / XXXX

XXX SGR XXXXX

Page 28: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Lampiran II Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PK. 03 Tahun 2014 Tanggal : 15 Januari 2014

NAMA PANGGILAN (CALL SIGN) BASARNAS, KANTOR SAR, POS SAR A. Nama Panggilan Basarnas

Basarnas SAR- 00

B. Nama Panggilan Kantor SAR

1. Kantor SAR Jakarta SAR – 01

2. Kantor SAR Medan SAR – 101

3. Kantor SAR Padang SAR – 102

4. Kantor SAR Pekanbaru SAR – 103

5. Kantor SAR Palembang SAR – 104

6. Kantor SAR Pontianak SAR – 105

7. Kantor SAR Tanjung

Pinang

SAR – 106

8. Kantor SAR Semarang SAR – 107

9. Kantor SAR Aceh SAR – 108

10. Kantor SAR Jambi SAR - 109

11. Kantor SAR Pangkal Pinang

SAR – 110

12. Kantor SAR Bandung SAR – 111

13. Kantor SAR Bengkulu SAR – 112

14. Kantor SAR Lampung SAR – 113

15. Kantor SAR Surabaya SAR – 02

16. Kantor SAR Denpasar SAR – 201

17. Kantor SAR Banjarmasin SAR – 202

18. Kantor SAR Balikpapan SAR – 203

19. Kantor SAR Mataram SAR – 204

20. Kantor SAR Makassar SAR – 03

Page 29: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

21. Kantor SAR Ambon SAR – 301

22. Kantor SAR Manado SAR – 302

23. Kantor SAR Kupang SAR – 303

24. Kantor SAR Kendari SAR – 304

25. Kantor SAR Palu SAR – 305

26. Kantor SAR Ternate SAR – 306

27. Kantor SAR Gorontalo SAR – 307

28. Kantor SAR Biak SAR – 04

29. Kantor SAR Jayapura SAR – 401

30. Kantor SAR Sorong SAR – 402

31. Kantor SAR Merauke SAR – 403

32. Kantor SAR Timika SAR – 404

33. Kantor SAR Manokwari SAR - 405

C. Nama Panggilan Pos SAR

1. Kantor SAR Jakarta SAR – 01

a. Pos SAR Sukabumi; SAR Sukabumi

b. Pos SAR Merak SAR Merak 2. Kantor SAR Medan SAR – 101

a. Pos SAR Sibolga; SAR Sibolga

b. Pos SAR Tanjung Balai;

SAR Tanjung Balai

c. Pos SAR Nias. SAR Nias

3. Kantor SAR Padang SAR – 102

a. Pos SAR Pasaman; SAR Pasaman

b. Pos SAR Kepulauan Mentawai.

SAR Kepulauan Mentawai

4. Kantor SAR Pekanbaru SAR – 103

Pos SAR Bengkalis SAR Bengkalis

5. Kantor SAR Palembang

SAR – 104

6. Kantor SAR Pontianak SAR – 105

a. Pos SAR Sintete SAR Sintete

b. Pos SAR Ketapang SAR Ketapang

Page 30: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

7. Kantor SAR Tanjung Pinang

SAR – 106

a. Pos SAR P. Natuna Besar

SAR P. Natuna Besar

b. Pos SAR Tanjung Balai Karimun

SAR Tanjung Balai Karimun

c. Pos SAR Batam SAR Batam

8. Kantor SAR Semarang SAR – 107

a. Pos SAR Cilacap SAR Cilacap

b. Pos SAR Jepara SAR Jepara

c. Pos SAR Yogyakarta SAR Yogyakarta

d. Pos SAR Surakarta

SAR Surakarta

9. Kantor SAR Aceh SAR – 108

a. Pos SAR Kutacane SAR Kutacane

b. Pos SAR Meulaboh SAR Meulaboh

c. Pos SAR Langsa SAR Langsa

10. Kantor SAR Jambi SAR - 109

11. Kantor SAR Pangkal Pinang

SAR – 110

12. Kantor SAR Bandung SAR – 111

Pos SAR Cirebon SAR – 111- A

13. Kantor SAR Bengkulu SAR – 112

14. Kantor SAR Lampung SAR – 113

15. Kantor SAR Surabaya SAR – 02

a. Pos SAR Jember SAR Jember

b. Pos SAR Trenggalek SAR Trenggalek

16. Kantor SAR Denpasar SAR – 201

a. Pos SAR Karang Asem SAR Karang Asem

b. Pos SAR Jembrana SAR Jembrana

c. Pos SAR Buleleng SAR Buleleng

17. Kantor SAR Banjarmasin SAR – 202

a. Pos SAR Kota Baru SAR Kota Baru

b. Pos SAR Sampit SAR Sampit

18. Kantor SAR Balikpapan SAR – 203

a. Pos SAR Tarakan SAR Tarakan

b. Pos SAR Sangatta SAR Sangatta

c. Pos SAR Nunukan SAR Nunukan

Page 31: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

19. Kantor SAR Mataram SAR – 204

a. Pos SAR Wadu Mbolo SAR Wadu Mbolo

b. Pos SAR Kayangan SAR Kayangan

20. Kantor SAR Makassar SAR – 03

a. Pos SAR Bone SAR Bone

b. Pos SAR Selayar SAR Selayar

c. Pos SAR Mamuju

SAR Mamuju

21. Kantor SAR Ambon SAR – 301

a. Pos SAR Namlea SAR Namlea

b. Pos SAR Banda SAR Banda

c. Pos SAR Tual SAR Tual

d. Pos SAR Saumlaki SAR Saumlaki

22. Kantor SAR Manado SAR – 302

Pos SAR Amurang SAR Amurang

23. Kantor SAR Kupang SAR – 303

a. Pos SAR Mabar Labuan Bajo

SAR Mabar Labuan Bajo

b. Pos SAR Maumere SAR Maumere

24. Kantor SAR Kendari SAR – 304

a. Pos SAR Bau-bau (Buton)

SAR Bau-bau (Buton)

b. Pos SAR Kolaka SAR Kolaka

c. Pos SAR Wakatobi SAR Wakatobi

25. Kantor SAR Palu SAR – 305

26. Kantor SAR Ternate SAR – 306

27. Kantor SAR Gorontalo SAR – 307

28. Kantor SAR Biak SAR – 04

a. Pos SAR Nabire SAR Nabire

b. Pos SAR Serui SAR Serui

29. Kantor SAR Jayapura SAR – 401

a. Pos SAR Wamena SAR Wamena

b. Pos SAR Sarmi SAR Sarmi c. Pos SAR Oksibil SAR Oksibil

30. Kantor SAR Sorong SAR – 402

a. Pos SAR Fak-fak SAR Fak-fak

b. Pos SAR Raja Ampat SAR Raja Ampat

Page 32: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

31. Kantor SAR Merauke SAR – 403

a. Pos SAR Okaba SAR Okaba

b. Pos SAR Bouven Digul SAR Bouven Digul

32. Kantor SAR Timika SAR – 404

a. Pos SAR Agats SAR Agats

b. Pos SAR Kaimana SAR Kaimana

33. Kantor SAR Manokwari SAR - 405

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

ttd.

MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian AGUNG PRASETYO

Page 33: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Lampiran III Peraturan Kepala Badan SAR Nasional

Nomor : PK. 03 Tahun 2014 Tanggal : 15 Januari 2014

BERITA ACARA SERAH TERIMA PELAKSANAAN TUGAS

SIAGA KOMUNIKASI SAR NOMOR : BAST. /GAKOM/ I / 20..

Yang bertanda tanagan dibawah ini: 1. Nama :

Nip : Pangkat/ Gol. :

2. Nama : Nip : Pangkat/ Gol. :

PETUGAS LAMA 1. Nama :

Nip : Pangkat/ Gol. :

2. Nama : Nip : Pangkat/ Gol. : PETUGAS BARU Petugas Lama menyerahkan tugas kepada Petugas Baru disertai dengan berkas sebagai berikut :

1. Keadaan peralatan komunikasi; 2. File musibah aktif; 3. File musibah aktif yang memerlukan penanganan khusus; 4. Berita SAR dan berita administrasi yang belum ditindaklanjuti; 5. Peralatan lainnya yang berada di ruang komunikasi; dan 6. Kelengkapan administrasi.

Demikian Berita Acara Serah Terima Tugas Siaga Komunikasi SAR ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, 20..

PETUGAS BARU

1. nama pangkat

2. nama

pangkat

PETUGAS Lama

1. nama pangkat

2. nama

pangkat

Mengetahui KEPALA JAGA HARIAN

nama pangkat

Page 34: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

CONTOH FORMAT 1. DAFTAR KEADAAN PERALATAN KOMUNIKASI

2. DAFTAR FILE MUSIBAH AKTIF

3. DAFTAR FILE MUSIBAH AKTIF

YANG MEMERLUKAN PENANGANAN KHUSUS

4. DAFTAR BERITA SAR DAN BERITA ADMINISTRASI YANG BELUM DITINDAKLANJUTI

NO UNIT KERJA

NAMA MUSIBAH/ TANGGAL WAKTU

KEJADIAN

TANGGAL WAKTU

AKSI SAR

LOKASI KEJADIAN/ KOORDINAT

HARI KE...

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7

1.

2.

3.

dst.

NO UNIT KERJA

NAMA MUSIBAH/ TANGGAL WAKTU

KEJADIAN

TANGGAL WAKTU

AKSI SAR

LOKASI KEJADIAN/ KOORDINAT

HARI KE...

KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7

1.

2.

3.

dst.

NO UNIT KERJA (ALAMAT /

INFO) NOMOR BERITA ISI BERITA KETERANGAN

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

dst.

NO NAMA BARANG JUMLAH BARANG

KONDISI BARANG KETERANGAN BAIK RUSAK 1 2 3 4a 4b 6

1.

2.

3.

dst.

Page 35: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

5. DAFTAR PERALATAN LAINNYA YANG BERADA DI RUANG KOMUNIKASI

6. DAFTAR KELENGKAPAN ADMINISTRASI

NO NAMA BARANG JUMLAH BARANG KONDISI BARANG KETERANGAN BAIK RUSAK 1 2 3 4a 4b 6

1.

2.

3.

dst.

NO NAMA BARANG JUMLAH BARANG KONDISI BARANG KETERANGAN BAIK RUSAK 1 2 3 4a 4b 6

1.

2.

3.

dst.

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

ttd.

MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian AGUNG PRASETYO

Page 36: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Lampiran IV Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor : PK. 03 Tahun 2014 Tanggal : 15 Januari 2014

OPTIS/VISUAL

A. UMUM

Isyarat optis merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh korban untuk mencari pertolongan ataupun sebagai sarana komunikasi antara para petugas SAR yang tidak dilengkapi dengan sarana komunikasi lain atau dalam hal peralatan komunikasi tidak dapat beroperasi. Beberapa macam isyarat optis yaitu semaphore, sinar lampu, bendera, kain di tanah, gerakan badan dan piroteknik.

B. SEMAPHORE

1. Penggunaan

Isyarat ini biasa digunakan untuk hubungan antar kapal atau antara kapal dengan darat dan sebaliknya. Karena sifatnya yang selalu tergantung pada tempat, cuaca dan waktu, maka isyarat semaphore ini kurang lazim digunakan untuk tugas-tugas SAR.

2. Prosedur

a. Panggilan dan Jawaban

1) Operator yang memanggil menghadap ke arah stasiun yang dipanggil sambil membuat isyarat panggilan.

2) Operator yang dipanggil bila melihat dan mengetahui adanya panggilan yang ditujukan kepadanya harus segera menjawab dengan memberikan isyarat “K.”

3) Operator pemanggil kemudian mengisyaratkan tandapros “BT” yang berarti Siap untuk mengadakan Korespondensi dan disusul kemudian dengan mengisyaratkan nama panggilannya yang didahului dengan tandapros “DE.”

4) Stasiun yang dipanggil menjawab dengan memberikan isyarat sama panggilannya sesuai halnya dengan tersebut pada angka 3).

5) Pertukaran nama panggilan ini perlu diadakan guna saling mengetahui lawan korespondensinya.

6) Bila lawan korespondensi telah diketahui sebelumnya, maka pertukaran nama panggilan ini tidak perlu diadakan.

b. Korespondensi

1) Operator penerima harus menjaga kecepatan pengiriman dan cara pengisyaratan sedemikian hingga mudah dibaca oleh operator penerima.

Page 37: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

2) Operator penerima harus memberikan isyarat “T” pada setiap kata atau grup yang dikirimkan oleh operator pengirim bila telah dapat dibaca dan dimengerti.

3) Isyarat yang tidak dijawab oleh operator penerima harus diulangi lagi, hingga bisa dibaca oleh operator penerima.

Contoh:

Pengirim Penerima

Dan T

SRU — (ragu-ragu).

SRU T

Untuk T

OSC — (ragu-ragu)

OSC OSC (untuk meyakinkan)

C (betul) T

BT T

di T

Rawa T

BT T

K R (sudah diterima)

C. SINAR LAMPU

1. Penggunaan

Isyarat lampu ini cukup baik digunakan, baik pada siang maupun malam hari. Jarak capai pada malam hari dapat lebih jauh, tergantung dan medan dan alat yang digunakan.

Pada umumnya digunakan tanda-tanda morse dalam lalu lintas isyarat lampu.

2. Panggilan dan Jawaban Operator pemanggil mengarahkan lampunya ke arah stasiun yang dipanggil sambil mengadakan panggilan.

Bila nama panggilan stasiunnya sudah dikenal, dengan mengisyaratkan huruf “Z” berulang kali hingga mendapat jawaban.

Bila nama panggilan stasiunnya belum dikenal, dengan mengisyaratkan huruf “AA” berulang kali hingga mendapat jawaban.

Urut-urutan tindakan selanjutnya sama halnya dengan pada isyarat Semaphore.

Korespondensi.

Korespondensi pada lalu lintas isyarat lampu pada prinsipnya sama dengan lalu lintas isyarat Semaphore.

Page 38: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Waktu mengisyarat, arah lampu harus tepat menghadap kepada operator penerima.

Bila arah lampu kurang tepat sehingga sukar dibaca, operator penerima supaya mengisyaratkan huruf “W” berkali-kali. Dalam hal ini operator pengirim harus mengisyaratkan garis panjang sambil mengatur arah lampunya, hingga operator penerima memberikan isyarat “K”. Isyarat lampu yang menggunakan lensa berwarna merah, hijau, kuning akan lebih balk, karena guna menghindari pengaburan dengan sinar lampu penerangan lain yang mungkin ada.

D. ISYARAT KIBARAN BENDERA

1. Penggunaan

Umumnya hanya digunakan oleh kapal-kapal.

Kurang sesuai penggunaannya untuk tugas-tugas SAR di darat, karena membutuhkan tiang khusus untuk tempat mengerek/mengibarkan bendera.

2. Prosedur

Prosedur isyarat kibaran bendera yang digunakan diambil dari Buku Isyarat Internasional.

Isyarat yang penting dalam lalu lintas berita SAR:

JA — Saya mengalami tabrakan

DO — Saya hanyut, minta bantuan segera.

AT — Saya kandas, minta bantuan segera.

DQ — Saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera.

LV — Saya kehabisan bahan bakar

DV — Saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera.

FM — Saya tenggelam, kirim bantuan segera untuk menolong

penumpang dan ABK.

VC — Isyarat anda mengerti dan bantuan sedang menuju tempat

anda.

DN — Saya datang untuk memberikan bantuan.

E. ISYARAT KAIN DI TANAH

1. Penggunaan

Untuk mengadakan komunikasi antara SRU darat dengan pesawat udara atau digunakan oleh para survivor untuk menyatakan keperluannya.

Syarat:

Ukuran tidak boleh kurang dari 2,5 meter.

Page 39: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Isyarat harus mudah terlihat dari udara.

Gunakan warna yang kontras/menyolok terhadap latar dasarnya.

Usahakan untuk menarik perhatian dengan peralatan lain seperti radio, sinar api, asap dan sinar pantul.

2. Prosedur

a. Isyarat oleh unsur darat.

Bentuk Isyarat A r t i -

Dibagi menjadi dua grup dan setiap grup menuju ke arah tanda panah.

Informasi yang diterima menyatakan bahwa pesawat terbang menuju arah ini.

Semua personil telah ditemukan

Hanya ditemukan beberapa personil

NN Tidak ditemukan apa-apa pencarian akan dilanjutkan.

XX Tidak mungkin meneruskan, akan kembali ke pangkalan.

Operasi Kembali Kembali ke pangkalan anda.

b. Isyarat oleh unsur darat dan survivor.

Bentuk Isyarat A r t i

Memerlukan dokter. korban parah.

Memerlukan supply obat-obatan

Semua baik

F Memerlukan makan dan air.

Page 40: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Bentuk Isyarat A r t i L Memerlukan bahan bakar dan

minyak lincir

W Memerlukan ahli mesin

Pesawat rusak berat

Akan mencoba lepas landas

Kemungkinan aman mendarat di sini.

Memerlukan peta dan kompas

Memerlukan senjata dan amunisi

Memerlukan lampu isyarat

X Tidak mungkin dilaksanakan

Menunjukkan arah untuk melaksanakan

Saya menuju arah panah

Tidak dimengerti

Ya

N Tidak

c. Isyarat dengan lipatan kain.

Bentuk Isyarat A r t i

Memerlukan bantuan medis

Page 41: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Bentuk Isyarat A r t i

Memerlukan supply bantuan pertama

Memerlukan pakaian

Memerlukan makanan dan air

Memerlukan perlengkapan seperti dinyatakan Memerlukan bahan bakar dan minyak lincir, pesawat dapat terbang. Memerlukan peralatan, pesawat dapat terbang. Apakah kami harus menunggu pertolongan? Menunjukkan arah tempat penduduk. Orang yang meninggalkan pesawat berjalan menurut arah ini. Siap didarati, panah menunjukkan arah.

Jangan mendarat.

Catatan:

Tanda-tanda supaya dibuat sebesar mungkin agar mudah terlihat dan udara.

Isyarat dapat dibuat dengan menggunakan tanda, ponco, seliniut, tikar, alat tidur dan sebagainya.

F. Isyarat Gerakan Badan

1. Penggunaan

Untuk mengadakan hubungan dengan pesawat udara.

Digunakan oleh SRU darat atau oleh Survivors.

2. Prosedur

GERAKAN BADAN ARTI

Memerlukan Bantuan Medis

Semuanya Baik, Jangan Menunggu

Page 42: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

= Pesawat Penerima Kami Baik

Jatuhkan Berita

Memerlukan Bantuan Teknis atau Suku Cadang

Dapat Segera dilaksanakan, Tunggu Sementara

Jemput Kami, Pesawat ditinggalkan

Mendarat disini

Jangan Mencoba Mendarat Disini

Ya

Tidak

G. Isyarat Piroteknik

1. Penggunaan

Digunakan oleh SRU dan/atau Survivors yang sedang dalam keadaan darurat.

Atau digunakan oleh SRU bila isyarat lain tidak mungkin dilaksanakan.

2. Prosedur a. Isyarat sinar piroteknik.

Isyarat Arti

Merah satu kali, atau berulang-ulang.

— Saya sedang dalam bahaya, minta bantuan segera.

— Oleh kapal Selam: Akan timbul secara darurat, hati-hati.

— Oleh pararescue: Tidak mungkin untuk meneruskan sesuai rencana.

Merah dua kali — Oleh Pararescue: Korban luka-luka, memerlukan dokter dan peralatan medik.

Merah satu kali, hijau satu kali

— Oleh paraescue: Pesawat radio tidak bekerja, berikan penggantinya.

Hijau satu kali — Oleh pesawat terbang: Minta ijin untuk mendarat.

Page 43: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Isyarat Arti

(Digunakan di dekat lapangan udara). — Oleh kapal selam:

Telah menembakkan terpedo latihan. — Oleh pararescue:

Laporan awal. semuanya berjalan baik.

Hijau dua kali — Oleh Pararescue: Survivor telah siap untuk diambil

sesuai perjanjian. — Oleh pesawat terbang SAR atau kapal

SAR: Saya telah melihat survivors.

Hijau satu kali setiap lima hingga sepuluh menit.

— Oleh pesawat terbang SAR atau kapal SAR

Agar anak buah kapal (crew) yang sedang dalam keadaan bahaya membuat isyarat piro merah.

(Interval dikurangi sepanuhnya bila isyarat piro menah telah kelihatan).

Hijau berkali-kali — Oleh pesawat terbang: Saya mempunyai benita penting untuk

dikirimkan

Putih satu kali — Oleh pesawat terbang: Kapal selam ada di bawah Saya. — Oleh kapal laut: Orang jatuh ke laut. — Oleh pararescue: Siap untuk menenma alat untuk

mengapung atau aero-kit

Putih dua kali — Oleh para rescue : Siap untuk menerima pengedropan

peralatan MA-1\

Putih dua kali dengan selang waktu tiga menit.

— Oleh kapal selam: Saya sedang timbul, hati-hati.

Putih berturut-turut, dengan selang waktu sepluh menit.

— Oleh pesawat terbang atau kapal: Ubah haluan anda untuk menghindani daerah ini

Putih berulang-ulang

— Oleh pesawat terbang: Saya dalam kesulitan dan harus

mendarat

Putih satu kali, hijau satu kali.

— Oleh para rescue : Siap untuk menenima pengedropan

sekoci penolong.

Page 44: PK. 03 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi SAR.pdf

Isyarat Arti

Putih satu kali, merah satu kali

— Oleh pararescue: Alat pengapung rusak. Drop

penggantinya.

Putih dua kali, merah satu

— Oleh pesawat terbang SAR Rescue tidak berhasil.

Kuning satu kali — Oleh kapal selam Akan naik hingga kedalaman periskop.

b. Isyarat asap piroteknik.

Isyarat Arti

Asap jingga — Saya sedang dalam bahaya dan memerlukanpertolongan segera.

Asap merah — Oleh kapal selam:

Sedang mencoba untuk timbul secara darurat. Hati-hati.

Asap jingga dua kali, dengan antara beberapa detik.

— Oleh pesawat terbang SAR

Saya telah melihat survivor.

Putih dua kali atau kuning dua kali dengan antara tiga detik

— Oleh kapal selam

Saya sedang timbul. Hati-hati.

Hitam berturut-turut atau hembusan asap utih berturut-turut antara 10 detik

— Oleh kapal

Ubah haluan anda untuk menghindari daerah terlarang,

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

ttd.

MUHAMMAD ALFAN BAHARUDIN

Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian AGUNG PRASETYO