pjbl ii

16
BAB I PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS MATERNAL PADA POSTPARTUM I. Perubahan Fisik Menurut Ward & Hisley (2008), perubahan fisik yang terjadi pada periode postpartum meliputi perubahan pada beberapa system tubuh, diantaranya: A. Sistem hematologi dan metabolic Terjadi penurunan volume darah disertai penurunan plasma yang lebih banyak menyebabkan peningkatan hematokrit . kehilangan darah pada saat persalinan menyebabkan Hb turun hingga 1 gram pada persalinan normal dan 2 gram pada section caesaria. Jumlah sel darah putih juga meningkat dan akan kembali pada nilai normalnya setelah 6 hari postpartum. Terjadi peningkatan plasma fibrinogen yang berhubungan dengan kompensasi terhadap perdarahan postpartum. Kadar estrogen dan progesterone mengalami penurunan yang drastic, diikuti dengan adanya produksi prolaktin. Selain itu laktogen plasental, kortisol, growth hormone (GH), dan insulinase menurun. B. Sistem neurologi Terjadi keletihan dan ketidaknyamanan serta pola tidur yang terganggu akibat kebutuhan bayi. Barrios (2010) jugaq menambahkan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kehamilan menghilang setelah persalinan, misalnya carpal tunnel syndrome, digantikan dengan ketidaknyamanan pada uterus akibat periode relaksasi dan kontraksi. Selain itu pitocin dan menyusui menstimulasi kontraksi uterus dan 1

Upload: laksita-barbara

Post on 26-Jun-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PJBL II

BAB I

PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS MATERNAL PADA POSTPARTUM

I. Perubahan Fisik

Menurut Ward & Hisley (2008), perubahan fisik yang terjadi pada periode

postpartum meliputi perubahan pada beberapa system tubuh, diantaranya:

A. Sistem hematologi dan metabolic

Terjadi penurunan volume darah disertai penurunan plasma yang lebih banyak

menyebabkan peningkatan hematokrit . kehilangan darah pada saat persalinan

menyebabkan Hb turun hingga 1 gram pada persalinan normal dan 2 gram pada section

caesaria. Jumlah sel darah putih juga meningkat dan akan kembali pada nilai normalnya

setelah 6 hari postpartum. Terjadi peningkatan plasma fibrinogen yang berhubungan

dengan kompensasi terhadap perdarahan postpartum. Kadar estrogen dan

progesterone mengalami penurunan yang drastic, diikuti dengan adanya produksi

prolaktin. Selain itu laktogen plasental, kortisol, growth hormone (GH), dan insulinase

menurun.

B. Sistem neurologi

Terjadi keletihan dan ketidaknyamanan serta pola tidur yang terganggu akibat

kebutuhan bayi. Barrios (2010) jugaq menambahkan ketidaknyamanan yang disebabkan

oleh kehamilan menghilang setelah persalinan, misalnya carpal tunnel syndrome,

digantikan dengan ketidaknyamanan pada uterus akibat periode relaksasi dan

kontraksi. Selain itu pitocin dan menyusui menstimulasi kontraksi uterus dan

meningkatkan nyeri. Sakit kepala mungkin terjadi pada pasien yang menerima anastesi

epidural atau spinal (Ward & Hisley, 2008) namun sakit kepala bukan gejala normal

pada postpartum, dan perlu pengkajian lebih lanjut. (Barrios, 2010)

C. Sistem renal, cairan, dan elektrolit

Aliran plasma ginjal, glomerular filtration rate (GFR), plasma creatinin, dan

blood urea nitrogen (BUN) berangsur kembali ke nilai normal sebelum kehamilan

setelah dua sampai tiga minggu postpartum. Ekskresi urin yang normal terjadi pada ibu

hamil berkurang setelah minggu pertama postpartum. Proteinuria juga menurun ke

1

Page 2: PJBL II

nilai normal setelah enam minggu postpartum. Selama periode postpartum, terjadi

natriuresis dan diuresis. Cairan dan elektrolit kembali pada nilai normal pada minggu

ketiga. Diuresis juga menyebabkan penurunan level oksitosin dan estrogen.

Barros (2010) menambahkan diuresis terjadi selama 1-2 jam postpartum.

Terdapatnya risiko overdistensi kandung kemih, dan UTI yang disebabkan karena stasis

urin. Kandung kemih yang menggantikan posisi uterus menyebabkan risiko hemoragi.

D. Sistem kardiovaskular

Terjadi ketidakstabilan selama periode postpartum, curh jantung meningkat

dari level sebelum bersalin pada 1-2 jam postpartum dan tetap tinggi selama 48 jam

postpartum. Curah jantung kembali ke nilai normal sebelum hamil setelah 2-4 minggu

setelah persalinan.

E. Sistem reproduksi

Uterus mengalami penurunan ukuran yang cepat (involution) dan kembali pada

ukuran sebelum kehamilan setelah 3 minggu. Bagian pembentuk plasenta mengalami

pemulihan dengan proses exfoliasi. Setelah persalinan pervaginam sering muncul

edema atau memar, dan laserasi superficial. Menstruasi terjadi setelah 6-b minggu

setelah persalinan pada ibu tidak mnyusui dan lebih lama pada ibu menyusui. Ibu yang

menyusui eksklusif mungkin belum mengalami menstruasi untuk tiga bulan atau lebih.

Pada Barros (2010) dijelaskan mengenai perubahan posisi fundus dimana posisi

fundus menurun satu jari atau 1 cm perhari. Minggu pertama teraba 4-5 jari dibawah

umbilicus. Minggu kedua fundus telah berada pada letak yang normal dan tidak dapat

dipalpasi lagi. Lochia atau pengeluaran sekret vagina setelah seorang wanita melahirkan

atau mengalami abortus (Brooker, 19970) terjadi dalam tiga tahap: rubra(merah gelap)

terjadi hingga hari ke 3-4, sebagian besar darah dan debris trophoblastik; serosa

(merah muda-coklat) terjadi hingga hari ke 10, terdiri dari darah tua, serum, leukosit,

dan debris jaringan; alba (kuning-putih) dapat berlangsung selama 6 minggu terdiri dari

lukosit dan sel desidua.

F. Sistem Gastrointestinal

Motilitas gastrik menurun lebih banyak dari pada saat kehamilan pada hari-hari

pertama postpartum disebabkan karena tonus dinding abdomen yang menurun dan

2

Page 3: PJBL II

konstipasi juga terjadi. Pergerakan pencernaan kembali pada keadaan normal setelah

hari kedua atau ketiga setelah persalinan.

G. Sistem musculoskeletal

Terjadi kelemahan otot dan sakit pada seluruh tubuh. Penurunan tonus otot

pada otot rektus menyebabkan otot menjadi lembek, kendur, dan lemah.

II. Perubahan Psikologis

Ward & Hisley memaparkan bahwa perubahan hormonal yang cepat

mengakibatkan gangguan mood. Bentuk yang paling umum adalah “the Blues”,

sedangkan yang kurang umum adalah depresi postpartum dan psikosis postpartum.

A. The Blues (Maternity Blues/ Baby Blues/ Postpartum Blues)

Gejalanya meliputi kesedihan, perubahan mood, insomnia, keletihan, cemas,

sulit berkonsentrasi, iritabilitas, dan nafsu makan menurun. Gejala ini biasanya muncul

dari hari-hari pertama postpartum, mencapai puncaknya pada hari kelima, dan turun

setelah hari-hari berikutnya.

B. Depresi Postpartum

Terjadi sekitar dua minggu postpartum. Gejalanya meliputi gangguan tidur,

perasaan bersalah, keletihan, perasaan tanpa harapan dan tidak berharga. Pada kasus

yang lebih berat, bisa muncul keinginan untuk bunuh diri.

C. Psikosis Postpartum

Gejala meliputi delusi, halusinasi, agitasi (kegelisahan yang kronis),

ketidakmampuan untuk tidur, dan kebiasaan yang ganjil dan irrasional.

Selain itu, dalam Barrios, 2010 disebutkan juga perubahan psikososial yang

terjadi selama postpartum yang disebut “Rubin’s phase” yang meliputi:

- Taking-in : dimana ibu melewati fase ini dengan bantuan. Terjadi selama 24-

48 jam pertama dan ibu membutuhkan istirahat yang cukup.

- Taking-hold: merupakan fase transisi. Terjadi pada hari ketiga sampai dua

minggu postpartum dimana ibu mulai mampu menerima perannya sebagai

ibu.

- Let-go: ibu menyadari bahwa bayinya merupakan individu yang terpisah

dari dirinya. Terdapat rasa kehilangan dan penyesuaian diri.

3

Page 4: PJBL II

BAB II

KOMPLIKASI POSTPARTUM

II.1 Hemoragi Postpartum

Definisi

hemoragi postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah

persalinan pervaginam dan lebih dari atau sama dengan 1000 ml setelah persalinan

melalui sesar. (Ward & Hisley, 2008)

Klasifikasi (Ward & Hisley, 2008):

1. Hemoragi permulaan/ hemoragi primer adalah hemoragi yang terjadi selama 24

jam setelah persalinan.

2. Hemoragi akhir/ hemoragi sekunder adalah hemoragi yang terjadi lebih dari 24 jam

sampai 6 minggu postpartum.

Epidemiologi

WHO dalam Ward & Hisley, 2008 menyebutkan 25% kematian yang

berhubungan dengan kehamilan disebabkan karena perdarahan postpartum.

Sedangkan hemoragi sekunder ditemukan kurang dari 1% dari semua persalinan. (Ward

& Hisley, 2008, dan Prawirohardjo, 1999)

Pathofisiologi

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hemoragi pada post partum

diakronimkan menjadi istilah “4T” yaitu: Tone, Trauma, Tissue, Thrombin.

Tone:

Merupakan gangguan pada tonus uterin atau disebut juga Uterin Atony yaitu

kegagalan myometrium untuk berkontraksi dan beretraksi mengikuti persalinan

sehingga mengakibatkan nonkompresi pada arteri dan vena uterus pada sisi implantasi

plasenta.

Trauma

Selama kala II persalinan, trauma pada jaringan lunak menyebabkan laserasi

saluran genital. Laserasi yang besar atau beberapa laserasi kecil dapat mempengaruhi

stabilitas hemodinamik.

4

Page 5: PJBL II

Tissue

Hal ini berhubungan dengan tahanan plasenta yang dapat menyebabkan

jaringan uterus terluka saat pengeluaran plasenta.

Thrombin

Berhubungan dengan koagulasi maternal dimana gangguan koagulasi bisa

menyebabkan perdarahan. Gangguan tersebut dapat meliputi sindrom HELLP

(Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low Platelet count), Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC), sepsis, dan solusio plasenta.

Faktor Risiko

Faktor risiko untuk Uterin Atony:

- Overdistensi uterus

- Bayi yang besar

- Gestasi multiple

- Hydramnion

- Distensi kandung kemih

- Kala I dan/atau kala II yang terlalu lama

- Persalinan presipitasi

- Induksi kehamilan dengan pitocin

- Parits tinggi

- Frahmen plasenta tegang

- Agen anastetik halogen

- Kesalahan managemen kala III

Faktor risiko untuk trauma jaringan

- Persalinan kala II yang cepat

- Persalinan presipiteus

- Persalinan pervadinam operatif

- Manipulasi fetus

- Epistotomi lebar

- Bayi yang besar

- Persalinan sesar

- Ruptur uterus

5

Page 6: PJBL II

Penatalaksanaan Medis

Pemberian 0,5 mg ergometrin intramuskuler, yang dapat diulangi 4 jam atau

kurang. (Prawirohardjo, 1999) Atau pemberian obat oksitosin (pitocin) IV, diikuti

dengan methylergonovine (Methergine) atau ergonovine (Ergotrate), carboprost

(Hemabate), dan misoprostol (Cytotec). (Ward & Hisley, 2008)

II.2 Hematoma

Definisi

Hematoma adalah pengumpulan lokal darah dalam jaringan penghubung atau

lunak di bawah kulit yang mengikuti luka atau laserasi ke pembuluh darah tanpa luka

pada jaringan. (Ward & Hisley, 2008)

Gambar II.1 Vulvar Hematoma

Sumber: Ward & Hisley, 2008

Faktor Risiko

Faktor risiko pada pembentukan hematoma meliputi laserasi saluran genital,

epistotomi, persalinan vaginal operatif, kala II persalinan yang sulit atau lama, dan

nulipara.

6

Page 7: PJBL II

Manifestasi Klinis

Nyeri dan tekanan yang makin parah jika perdarahan berlanjut, diskolorasi dan

pembengkakan pada sisi jaringan hematoma, juka disentuh pasien merasakan perih

yang parah. Jika hematoma besar, bisa terjadi shok, tidak terjadi lochia, dan

ketidakmampuan buang air.

Penatalaksanaan Medis

Jika hematoma kurang dari 3-5 cm, berikan es pada area hematoma pada 12

jam pertama dengan obat antinyeri. Jika hematoma lebih luas dari 5 cm dibutuhkan

insisi dan drainase yang dilakukan di kamar operasi dengan pemberian anastesi.

Jika terjadi shok, perawatan meliputi cairan IV, oksigen, dan kateterisasi urin.

II.3 Infeksi Postpartum

Definisi

Adalah infeksi bakteri pada saluran genitalia yang terjadi 28 hari setelah

persalinan, aborsi buatan, dan keguguran. ( Ward & Hisley,2008) selain itu, infeksi

postpartum juga melibatkan proses peradangan yang disebabkan masuknya kuman

pada waktu persalinan dan nifas. (Prawirohardjo, 1999)

Gambar II.2 Endometritis postpartum

Sumber: Ward & Hisley, 2008

Epidemiologi

Endometritis: 1-3 % pada persalinan pervaginam, 10-2-% pada SC

7

Page 8: PJBL II

Urinary Tract Infection (UTI): 2-4 %

Mastitis: <10 % pada wanita menyusui

Pathofisiologi

Prawirohardjo (1999) menjelaskan terjadinya infeksi postpartum dapat

disebabkan berbagai hal, diantaranya:

1. Tangan penolong atau pemeriksa yang tertutup sarung tangan membawa

bakteri dari vagina ke uterus pada saat perikasa dalam atau alat-alat yang

dimasukkan ke jalan lahir tidak sepenuhnya terbebas dari kuman.

2. Tangan atau alat-alat yang digunakan untuk menolong persalinan

terkontaminasi bakteri dari hidung atau mulut penolong.

3. Banyaknya kuman pathogen yang ada dalam tempat pelayanan kesehatan

yang menyebar melalui udara ataupun alat-alat.

4. Koitus pada akhir kehamilan tidak menyebabkan infeksi penting kecuali

ketuban sudah pecah.

5. Infeksi intrapartum yang dapat terjadi jika persalinannya lama atau jika

ketuban sudah pecah lama apalagi jika dilakukan pemeriksaan dalam

berulang kali.

6. Pada Mastitis terjadi karena stasis ASI dan infeksi serta trauma pada puting

Faktor Risiko

Endometriosis

Merupakan inflamasi dan infeksi lapisan dalam uterus.

- Persalinan SC

- Rupture membrane yang berkepanjangan

- Pemeriksaan vagina berulang kali

- Monitoring FHR internal

- Status social-ekonomi rendah

- Nutrisi kurang

- Umur yang muda

- Diabetes

- Infeksi genital terdahulu

- Kesalahan pada teknik aseptic

8

Page 9: PJBL II

- Anemia

- Merokok

- Nulipara

- Persalinan vaginal operatif

- Perawatan perineal postpartum yang kurang

Mastitis

Merupakan infeksi pada payudara yang disebabkan sumbatan pada dukstus

- Stasis ASI

- Saluran ASI yang terisi

- Menyusui jarang

- Keletihan

- Trauma pada puting

- Primipara

Infeksi Saluran Kemih

- Kateterisasi

- Pemeriksaan vagina berkali-kali

- Higin postpartum yang buruk

- Trauma saluran genitalia

- Anastesi epidural

- SC

- Rupture membrane yang premature

- Status nutrisi buruk

- Riwayat UTI selama kehamilan

- Diabetes

- Sensasi kandung kemih yang menurun setelah persalinan.

Manifestasi Klinis

Endometritis

- Demam lama > 38C

- Bau lochia busuk

- Nyeri pada abdomen

9

Page 10: PJBL II

- Kedinginan

- Nafsu makan buruk

- Malaise

- Denyut nadi meningkat

- Sel darah putih meningkat

Urinary Tract Infection

- Asimptomatik

- Dysuria

- Frekuensi

- Rasa terbakar saat berkemih

- Nyeri suprapubic

- Demam

- Kelemahan

- Mual dan muntah

Mastitis

- Area payudara hangat, nyeri, dan kaku

- Nodus akxila membesar

- Demam (sampai 38,9C)

- Kedinginan

- Sakit pada tubuh

- Sakit kepala

- Malaise

Pemeriksaan Diagnosa

Endometritis

- pemeriksaan bimanual dan vaginal

- hitung sel darah putih

Urinary Track Infection

- adanya leukosit dan darah pada urine dipstick

Mastitis

- culture ASI

Penatalaksanaan Medis

10

Page 11: PJBL II

Endometritis

- antibiotic sesuai resep

- antipyretics

- diet tinggi protein dan vitamin C

UTI

- antibiotik peroral (Sulfonamide, aminopenicillin, anti-infective,

nitrofurantoin, chephalosporins)

- antipyretic, analgesic, antispasmodic, antiemetic

Mastitis

- antibiotic

- antipyretic

- diet tinggi vitamin C dan protein.

11

Page 12: PJBL II

DAFTAR PUSTAKA

Ward & Hisley. 2008. Maternal – Child Nursing Care: Optimizing Outcomes for Mother,

Children, and Family. Philadelphia: F.A. Davis

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Barrios, Diana. 2010. Postpartum: Maternal Physiologic Changes. Oakland: Merritt

Collage

Brooker, Christine. 1997. Kamus Saku Keperawatan Edisi 31. Jakarta: EGC

12