pjb

98
64 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. B. RUMUSAN MASALAH 1. Analogi Fisiologi Jantung 2. Penyakit Jantung Bawaan (Congenital) 3. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Bawaan 4. Legal Etik C. TUJUAN PENULISAN 1.Tujuan Khusus a) Menambah wawasan tentang Penyakit Jantung Bawaan b) Memenuhi tugas Sistem Kardiovaskuler 2.Tujuan Umum

Upload: riadinni-alita

Post on 05-Dec-2014

66 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyakit jantung bawaan

TRANSCRIPT

Page 1: PJB

64

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan

malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.

Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak.

Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit

jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien

tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada

usia muda.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Analogi Fisiologi Jantung

2. Penyakit Jantung Bawaan (Congenital)

3. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Jantung Bawaan

4. Legal Etik

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Khusus

a) Menambah wawasan tentang Penyakit Jantung Bawaan

b) Memenuhi tugas Sistem Kardiovaskuler

2. Tujuan Umum

a) Mengetahui tentang analogi fisiologi jantung

b) Mengetahui tentang penyakit jantung bawaan (congenital)

c) Mengetahui tentang klasifikasi penyakit jantung bawaan

d) Mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien penyakit jantung bawaan

e) Mengetahui tentang legal etik

Page 2: PJB

64

D. METODE PENULISAN

Metode yang penyusun gunakan adalah:

1. Kajian kepustakaan

Dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan topik karya tulis.

2. Internet

Dengan mencari referensi tambahan dan gambar seputar topic yang bersangkutan

E. SISTEMATIKA PENULISAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Metode Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologis Jantung

B. Kelainan Congenital

C. Legal Etik

D. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tetralogy Of Fallot

BAB 3 PEMBAHASAN KASUS

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: PJB

64

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGIS JANTUNG

1. LETAK JANTUNG

Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks) di antara

kedua paru. Dari selaput yang melapisi jantung disebut pericardium yang terdiri

atas 2 lapisan :

a. Pericardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada

b. Pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang

juga disebut epikardium.

Di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pericardium sebagai pelumas yang

berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.

2. STRUKTUR JANTUNG

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :

a. Lapisan luar disebut epikardium atau pericardium.

b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.

c. Lapisan dalam disebut endokardium.

3. RUANG JANTUNG

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium

(serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik) di

antaranya:

a. Atrium

Page 4: PJB

64

1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen

dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior,

vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung

sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel

kanan.

2) Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4

buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri.

3) Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium

b. Ventrikel

1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian

dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis

2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian

memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.

3) kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

4. KATUP JANTUNG

a. Katup Antrioventrikuler

Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel. Katup antara atrium

kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut katup

trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri

mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral.

Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel

pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat

sistol ventrikel.

b. Katup semilunar

Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup

aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

Page 5: PJB

64

Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar

memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis

atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu

diastole ventrikel.

5. ARTERI KORONER

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner

terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di

sebelah atas daun katup aorta yang disebut “sinus valsava”.

6. VENA JANTUNG

Distiribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner.

System vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena kardiaka anterior,

sinus koronaria.

7. PEMBULUH DARAH

Keseluruhan system peredaran (system kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola,

kapiler, venula dan vena.

a. Arteri

Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi keseluruh

jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu

mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak

mengandung jaringan elastic yang dapat teregang sata sistol dan mengadakan

recoil saat diastol.

b. Arteriola

Merupakan cabang paling ujung dari system arteri, berfungsi sebagai katup

pengontrol unutuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai

dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran

Page 6: PJB

64

normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi

oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan

penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada diameternya

menyebabkan perubahan besar pada resistensi.

c. Kapiler

Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding saat tipis, yang berfungsi

sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena

(membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat

makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil

metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.

d. Venula

Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul

ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

e. Vena

Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar

daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama

tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu di bawah tekanan.

Karena tekanan dalam system vena rendah maka memungkinkan vena

berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau

menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.

8. SIRKULASI JANTUNG

Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi

sistematik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner

yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.

Sirkulasi sistematis di antaranya adalah:

Page 7: PJB

64

a. Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.

b. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.

c. Memerlukan tekanan permulaan yang besar.

d. Banyak mengalami tahanan.

e. Kolom hidrostatik panjang.

Sirkulasi pulmonal fungsinya:

a. Hanya mengalirkan darah ke paru.

b. Hanya berfungsi untuk paru-paru.

c. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.

d. Hanya sedikit mengalami tekanan.

e. Kolom hidrostatiknya pendek.

Sirkulasi koroner fungsinya:

Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenisasi yang

cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan

jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang-cabang

intramiokardial yang kecil-kecil.

Aliran darah koroner mengikat pada:

a. Peningkatan aktifitas

b. Jantung berdenyut

c. Rangsang system saraf simpatis

9. MEKANISME BIOFISIKA JANTUNG

Tekanan darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk

melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah. Factor yang

Page 8: PJB

64

mempengaruhi tekanan darah adalah: curah jantung, tahanan pembuluh darah

perifer, aliran, dan volume darah.

Bila seseorang mengatakan tekanan darahnya adalah 100 mmHg maka tenaga

yang dikeluarkan oleh darah dapat mendorang merkuri pada tabung setinggi 50

mm.

Aliran darah

Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit, yang disebut

sebagai curah jantung (cardiac output). Aliran darah melalui pembuluh darah

dipengaruhi oleh dua factor:

a. Perbedaan tekanan (DP: P1-P2), merupakan penyebab terdorongnya darah

melalui pembuluh.

b. Hambatan terhadap aliran darah sepanjang pembuluh, disebut juga sebagai

“vascular resistance” atau tahanan pembuluh.

Beda tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan darah mengalir dari

daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sedangkan

resistensi/tahanan menghambat aliran darah.

Rumus: Q: DP

R

Q: aliran

DP: perbedaan tekanan

R: resistensi

Resistensi

Resistensi/tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah terhadap suatu

pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung. Resistensi dipengaruhi oleh

Page 9: PJB

64

dua factor yaitu: diameter pembuluh darah, (terutama arteriol) dan viskositas

(kekentalan) darah. Peningkatan diameter pembuluh darah (vasolidatasi) akan

menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh darah

(vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas sebagian besar

dipengaruhi oleh kadar hematrokit (ht), yaitu prosentase volume darah yang

ditempati oleh sel darah merah. Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin

meningkat pula resistensi pembuluh darah.

10. SIKLUS JANTUNG

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling

terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion antar sel yang

selanjutnya kan merangsang otot untuk berkontraksi dan relaksi. Kelistrikan

jantung merupakan hasil dari aktivitas ion-ion yang melewati membrane sel

jantung. Aktivitas ion tersebut disebut sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial

aksi terdiri dari depolarisasi dan repolarisasi:

a. Depolarisasi

Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot. Respon mekanik

dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya

sistolik.

b. Repolarisasi

Merupakan fase istirahat/relaksasi otot, respon mekanik depolarisasi otot

jantung adalah diastolic.

Fase siklus jantung diantaranya:

1) Mid Diastole

Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana atrium dan ventrikel dalam

keadaan istirahat. Darah mengalir secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui

katup atrioventrikuler, pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar

sebagai bunyi jantung kedua.

Page 10: PJB

64

2) Diastole Lanjut

Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium berhenti pada nodus

atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium berkontraksi memberikan 20%-30% pada

isi ventrikel.

3) Sistole Awal

Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju miokardium ventrikel. Ventrikel

berkontraksi menyebabkan tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan

atrium sehingga menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar

sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta dan arteri

pulmo tetap lebih besar, sahingga katup semilunar tetap tertutup. Kontraksi

ventrikel ini disebut sabgai kontraksi isovolumetrik.

4) Sistole Lanjut

Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan pembuluh darah sehingga

menyebabkan katup semilunaris membuka.

Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi ventrikel kedalam sirkulasi

pulmoner dan sistemik.

5) Diastole Awal

Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel sehingga ventrikel menjadi

relaksasi. Tekanan ventrikel turun melebihi tekanan atrium sehingga katup AV

membuka. Dengan terbukannya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat,

70%-80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini.

11. FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG

Page 11: PJB

64

Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling

terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac

output) yaitu:

a. Beban awal (pre load)

b. Kontraktilitas

c. Beban akhir (after load)

d. Frekuensi jantung.

Curah jantung

Curah jantung merupakan factor utama yang harus diperhitungkan dalam sirkulasi,

karena curah jantung mempunyai peran penting dalam transportasi darah yang

memasok berbagai nutrisi. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan

oleh ventrikel selama satu menit. Nilai normal pada orang dewasa adalah

5L/menit.

Isi sekuncup (curah sekuncup)

Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar dari masing-

masing ventrikel setiap jantung berdenyut. Isi sekuncup tergantung dari tiga

variable: beban awal, kontraktilitas, dan beban akhir.

Beban awal

Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian

ventrikel. Hal ini sesuai dangan hokum starling: peregangan serabut miokardium

selama diastole melalui peningkatan volume akhir diastole akan meningkatkan

kekuatan kontraksi pada saat sistolik. Sebagai contoh karet yang diregangkan

maksimal akan menambah kekuatan jepretan saat dilepaskan.

Factor penentu beban awal:

a. Insufisiensi mitral menurunkan beban awal

b. Stenosis mitral menurunkan beban awal

Page 12: PJB

64

c. Volume sirkulasi, peningkatan volume sirkulasi meningkatkan beban awal.

Sedangkan penurunan volume sirkulasi menurunkan beban awal.

d. Obat-obatan, obat vasokonstriktor meningkatkan beban awal. Sedangkan

obat-obat vasodilator menurunkan beban awal.

Beban Akhir

Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk dapat

memompakan darah saat sistolik. Beban akhir menggambarkan besarnya tahanan

yang menghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan

sebagai suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar aorta, dan

mendorong darah selama kontraksi/sistolik.

Beban akhir dipengaruhi:

a. Stenosis aorta meningkatkan beban akhir

b. Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir

c. Hipertensi meningkatkan beban akhir

d. Polisitemia meningkatkan beban akhir

Obat-obatan, vasodilator menurunkan beban akhir, sedangkan vasokonstriktor

meningkatkan beban akhir.

Peningkatan secara drastis beban akhir akan meningkatkan kerja ventrikel,

menambah kebutuhan oksigen dan dapat berakibat kegagalan ventrikel.

Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk menguncup dan

mengembang. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi protein

otot aktin-miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot

jantung memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah kemampuan

ventrikel untuk mengosongkan isinya selama sistolik.

Page 13: PJB

64

12. HUKUM FRANK STARLING

a. Makin besar isi jantung sewaktu diastole, semaikn besar jumlah darah yang

dipompakan ke aorta.

b. Dalam batas-batas fisiologis, jantung memompakan ke seluruh tubuh darah

yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.

c. Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah

yang besar bergantung pada jumlah darah mengalir kembali dari vena.

13. REGULASI TEKANAN DARAH

Regulasi tekanan darah terbagi menjadi 2, yaitu:

a. System saraf

System syaraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan

pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi

distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya

system control saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan

serabut-serabut aferennya, pusat vasomotor dimedula oblongata serta serabut-

serabut vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat

control tertinggi di otak juga mempengaruhi mekanisme control saraf.

Pusat vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan

mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan aseltikolin sebagai

vasodilator.

Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta. Baroresptor

dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri. Kemoresptor,

berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor dipengaruhi oleh

kandungan O2, CO2, atau PH darah.

b. Control Kimia

Page 14: PJB

64

Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi tekanan

darah melalui reflex kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor.

Page 15: PJB

64

B. KELAINAN KONGENITAL (CACAT BAWAAN)

1. PENGERTIAN CACAT BAWAAN

Cacat bawaan (congenital malformation) merupakan cacat yang sudah ditemukan

sedari lahir. Terutama dikenal akibat infeksi virus yang dialami ibu selama

kehamilannya dan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan deuts dalam

kandungan. Secara klinis, manifestasi cacat kongenital sangat ditentukan oleh

derajatnya (intensitas) juga pada lokasi didaerah tubuh (embrional) mana yang

terkena. Bila yang terkena adalah organ vital, mala akan bersifat fatal. Demikian

suka bahwa pada kenyataannya, cacat bawaan seringkali terdapat dalam bentuk

berkombinasi.

2. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan bawaan yang paling sering

terjadi, dan paling banyak menimbulkan kematian. Angka kejadian PJB adalah 9-10

bayi dari 1000 bayi lahir hidup.

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan

malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.

Kata kongenital berasal dari bahasa latin, con berarti bersama, dan genitus berarti

lahir. Namun pengertian ini tidaklah menunjukan semata-mata sekumpulan kelainan

yang terbawa sejak lahir dan statis, tetapi juga merupakan sekumpulan anomali

yang berulang secara anatomik dan fisiologik sepanjang hidup pasien. Anatomi dan

fisiologi tersebut berubah secara dramatik dari saat fetus, waktu lahir, anak, dewasa

muda sampai dewasa.

Penyakit jantung bawaan yang kompleks ditemukan pada bayi dan anak. Apabila

tidak dioperasi kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi. Oleh karena itu,

penyakit jangtung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukan bahwa

pasien dewasa tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan

Page 16: PJB

64

operasi didni pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabakan perbedaan pola

penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa.

Selama janin di dalam kandungan kedua paru-paru tidak berfungsi. Untuk

memenuhi kebutuhan pertukaran gas, nutrisi, dan ekskresi janin sangat tergantung

pada ibu, dengan melalui plasenta kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Darah yang

kaya akan oksigen dari plasenta masuk ke dalam sirkulasi janin melewati umbilikus

melalui vena umbilikal yang besar.

Gejala klinik sering ditemukan sianosis dan clubbing jari. Sianosis adalah

perubahan kulit, mukosa menjadi kebiru-biruan akibat kekurangan oksigen yang

selanjutnya menimbulkan vasokonstriksi periferi. Istilah sianosis berarti kebiruan

pada kulit, dan penyebabnya adalah hemoglobin yang tidak mengandung oksigen

jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah kulit, terutama dalam kapiler.

Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen memiliki warna biru gelap yang

terlihat melalui kulit. Pada umumnya, sianosis muncul apabila darah arteri berisi

lebih dari 5 gram hemoglobin yang tidak mengandung oksigen dalam setiap desiliter

darah.

Sianosis biasanya sejak lahir, pertumbuhan terganggu dan bentuk badan kecil.

Penderita biasanya meninggal pada usia anak atau remaja akibat payah jantung serta

mudah kena infeksi. Clubbing pada jari menunjukkan tanda penyakit yang timbul

akibat gangguan oksigenasi pada jaringan tubuh.

Page 17: PJB

64

3. ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Penyebab terjadinya PJB belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa

faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PJB.

Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor prenatal

1) ibu menderita penyakit infeksi: Rubela

2) ibu alkoholisme

3) umur ibu lebih dari 40 tahun

4) ibu menderita penyakit Diabetes Melitus yang memerlukan insulin

5) ibu meminum obat-obatan penenang

b. Faktor genetik

1) anak yang lahir sebelumnya penderita PJB

2) ayah atau ibu penderita PJB

3) kelainan kromosom misalnya sindrom down

4) lahir dengan kelainan bawaan yang lain

Page 18: PJB

64

4. GEJALA YANG SERING DIALAMI PENDERITA PENYAKIT JANTUNG

BAWAAN

a. sakit dada

b. sesak nafas

c. palpitasi

d. pusing dan sinkope

e. batuk-batuk

f. kelelahan

g. edema

h. sianosis

i. squatting/jongkok

j. kesulitan dalam pemberian makan/menyusu

5. BAYI DARI IBU DIABETES

Sebelum adanya terapi insulin, hanya sedikit wanita diabetes yang mampu hamil;

diantara mereka angka mortalitas baik bagi ibu maupun bayi sangat tinggi. Beratnya

diabetes maternal memengaruhi ketahanan hidup bayi. Beratnya diabetes maternal

ditentukan oleh durasi penyakit sebelum kehamilan, jauhnya komplikasi, dan

abnormalitas kehamilan sekarang.

Hipoglikemia yang dapat muncul segera setelah kelahiran dan pada IDM

berhubungan dengan meningkatnya aktifitas insulin dalam darah. Kadar glukosa

maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang terus-menerus sel tersebut

pada bayi untuk memproduksi insulin. Keadaan hiperglikemia berkepanjangan

mendorong sekresi insulin fetal yang kemudian menimbulkan pertumbuhan

berlebihan dan deposisi lemak, yang kemungkinan merupakan penyebab bayi besar

untuk usia gestasi atau makrosomik.

Ketika pasokan glukosa neonatus hilang mendadak saat kelahiran, maka produksi

insulin yang terus menerus segera memecah glukosa yang beredar dalam darah,

menyebabkan hiperinsulinisme dan hipoglikemia dalam ½ sampai 4 jam, terutama

Page 19: PJB

64

pada bayi yang ibunya menderita diabetes kelas C atau lebih (kelas C sampai R).

Penurunan mendadak kadar glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan

neurologis serius bahkan kematian. Bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut

berpotensi mendapat peningkatan anomali (cedera lahir) bawaan.

6. MACAM-MACAM PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Klasifikasi penyakit jantung bawaan dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu:

Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Defek septum atrium (atrial septal defect-

ASD)

Teratologi fallot

Defek septum ventrikular (ventricular

septal defect-VSD)

Transposisi pembuluh darah besar

(transposition of the great arteries-

TGAs)

Duktus arterious paten (patent ductus

arteriosus-PDA)

Stenosis pulmoner (pulmonary stenosis-

SP)

Koarktasio aorta (coarctatio aorta-CA)

a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik

1) Defek Septum Atrium (Atrial Septal Defect-ASD )

Merupakan suatu keadaan dimana adanya hubungan (lubang) abnormal pada

sekat yang memisahkan atrium kanan dan kiri.

Aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium skundum dan tipe sinus

venosus akan menyebabkan keluhan kelemahan dan sesak nafas, umumnya

timbul pada usia dewsa muda. Kegagalan jantung kanan serta aritmia

supraventrikular dapat pula terjadi pada stadium lanjut.

Page 20: PJB

64

Tipe ASD:

a. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum,

mungkin disertai kelainan katup mitral.

b. Ostium sekendum (ASD 2), lubang berada di tengah septum.

c. Sinus venosus defek, lubang berada di antara vena cava superior dan

atrium kanan.

Gejala Klinis dan Diagnosis

Gejala yang sama ditemukan juga pada tipe ostium primium. Namun,

apabila regurgitasi mitral berat, gejala serta keluhan akan muncul lebih berat

dan lebih awal. Gejala ini umumnya ditemukan pada umur 20-40 tahun,

sebagian kecil yaitu antara 9-15% ditemukan pada umur yang lebih tua.

Jumlah pasien wanita lebih banyak daripada pria, dengan perbandingan 4:1.

Hasil pemeriksaan jasmani yang khas pada tipe ostium sekundum dan tipe

sinus venosus adalah bisisng sistolik tipe ejeksi pada garis sternal kiri bagian

atas, disertai fixed spilitting bunyi jantung II. Hal ini menggambarkan

penambahan aliran darah melalui katup pulmoner. Kadang –kadang terdapat

juga bising awal diastolik pada garis sternal bagian bawah, yang

menggambarkan penambahan aliran dikatup trikuspid.

Page 21: PJB

64

Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukan adanya gangguan konduksi

pada vntrikel kanan dengan aksis QRS bidang prontal lebih dari 90.

Pemeriksaan ekokardium menunjukan pembesaran ventrikel kanan serta

gerakan paradoksal septum interventrikular. Ciri seperti tersebut diatas juga

terdapat tipe sinus venosus. Devisiasi aksis EKD ke kiri dan reguritas mitral

merupakan kunci terpenting ke arah diagnosis ASD tipe ostium primum.

Penatalaksanaan

Besarnya aliran pintas darah ialah melalui sirkulasi pulmoner dibandingkan

dengan sirkulasi sistemik (QP/QS) dan ahal ini sangat erat hubungannya

dengan timbulnya kelainana pada dinding kapiler paru dikemudian hari.

Karena itu jika perbangdingannya mencapai lebih besar dari 1,5, dianjurkan

untuk melakukan operasi karena resisten paru yang sangat tinggi. Penutupan

depek internal dapat dilakukan dengan jahitan langsung atau penempelan

patch.

Operasi dianjurkan pada saat berumur 5-10 tahun. Prognosis sangat

ditentukan oleh resistensi paru, dan bila terjadi syndrom eisenmenger,

umumnya menunjuka prognosis yang buruk. Prognosis pasien yang

dioperasi pada umunya sama dengan populasi normal.

Manifestasi

a. Bising sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum

kiri.

b. Dispnea.

c. Artmia.

Komplikasi

a. Gagal jantung

b. Penyakit pembuluh darah paru

Page 22: PJB

64

c. Endokarditis

d. Artmia

2) Defek Septum Ventrikular (Ventricular Septal Defect-VSD)

Sinonim ventricular septal defect (VSD) ialah efek septum interventrikular

(DSI). Adanya hubungan ( lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan

ventrikel kanan dan ventrikel kiri.

Gambaran Anatomis

Terdapat empat macam lokasi antomis, walaupun tidak dapat dibedakan

secara klinis. Aspek bedah lokasi ini sangat berbeda :

1. VSD membranosa terdapat di belakang bawah krista supraventrikular

pada septum membranosa. Jumblahnya mencapai 75% seluruh VSD.

2. Suprakrista atau konal, terletak diatas krista supraventrikular dekat

katup pulmoner.

3. Infero-posterior, terletak dibawah septum membranosa dekat daun katup

trikuspid.

4. Muskular, terletak arah apeks dan bagian otot septum interventrikular,

jenis ini sering ditemukan ganda.

Page 23: PJB

64

Gejala Klinis dan Diagnosis

VSD pada arang dewasa muncul dengan tipe gambaran klinis dan perjalanan

penyakit yang berbeda, yaitu:

1. VSD kecil tanpa aliran darah pintas dan ganguan hemodinamik yang

berarti. Tekanan arteri pulmonar pada VSD kecil normal, dan

memperlihatkan perbandingan aliran pulmoner dengan aliran sistemik

≤1,5:1. Sebagian besar VSD ini akan menutup secara alamiah pada

umur 3 tahun, sisanya mudah terbuka dan mudah didiagnosis.

2. VSD sedang dengan kelainan vaskuler paru obstruktip dan sianosis.

Pada VSD sedang, takanan arteri pumonal ≤ ½ takanan sistemik dan

aliran sirkulasi paru dibandingkan aliran sirkulasi sistemik antara 1,5 :1

dan 2:1. Jenis ini tidak sering ditemukan pada orang dewasa karena

sering menutup atau menjadi VSD kecil pada umur muda.

3. VSD besar dengan stenosis pulmoner yang sulit dibedakan dengan

tetralogi fallot. Tekanan didaerah jantung kanan identik dengan tekanan

dijantung kiri, dan aliran sirkulasi sistemik ≥2:1. Aliran darah pintas

yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung pada janin

berumur 2-3 bulan.

Page 24: PJB

64

Penatalaksanaan

VSD kecil mempunyai resiko tunggal berupa endokarditis bakterial. Jadi

pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik, terutama

apabila akan melakukan tindakan terhadap gigi dan operasi lainnya.

Pada VSD besar dengan kelainan vaskular paru obstruktif, apabila tidak

dioperasi resistensi vaskuler paru lebih dari 7m. Resistensi akan cendrum

meningakat demikian juga VSD sedang dengan resistensi vaskular paru total

7m2 cendrung untuk dikoreksi dengna operasi pada pusat medis yang

telah maju.

VSD besar dengan aliran darah pintas yang sudah terbalik sering mengalami

polisitemia. Flebotomi dapat dilakukan apabila hematrokit 65%, dan juga

pemberian obat antitrombosis dapat dilakukan.

VSD besar dengan stenosis pulmoner, pada perjalan penyakit sering disertai

stenosis pulmoner sehingga sering kali mirip dengan etralogi fallot. Hasil

operasi pada pasien ini umumnya sangat memuaskan.

Manifestasi

Bising pansistolik yang keras dibagian pinggir kiri bawah sternum, menjalar

ke prekordium.

Komplikasi

a. Gagal jantung

b. endokarditis

c. insufisiensi aorta

d. stenosis pulmonal

e. hipertensi pulmonal

Page 25: PJB

64

3) Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA)

Sinonim patent ductus arteriosus (PDA) ialah duktus arteriosus paten.

Adanya pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal.

Duktus arteriousus ini normal pada saa t bayi dalam kandungan. Oleh karena

suatu hal, maka pembuluh darah ini tidak menutup secara sempurnai setelah

bayi lahir.

Gambaran Anatomis

Pada masa janin, PDA merupakan saluran penting bagi aliran darah dari

arteri pulmonar kiri ke aorta desedens, terletak distal dari percabangan arteri

subklavia kiri.

PDA sering ditemukan pada neonatus, tetapi secara pungsional menutup

pada 24jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomik menutup

dalam 4 minggu pertama. Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA,

15% diantaranya baru menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak

menutup dalam tiga bulan pertama, tipis kemungkinan dapat menutup

kemudian hari.

Page 26: PJB

64

Patofisiologi

Patofisiologi yang terjadi adalah :

1. Pirau dari kiri ke kanan, berakibat peningkatan aliran darah ke arteri

pulmonalis

2. Dilatasi atrium kiri peningkatan tekanan atrium kiri

3. Peningkatan volume (volume overload) ventrikel kiri

Derajat beratnya pirau kiri – kenan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali

pada yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan

antara sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.

Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan

dapat memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale

yang teregang/ terbuka (stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium

kiri bertambah → tekanan bertambah → septum inter atrium akan terdorong

ke arah atrium kanan → foramen ovale teregang → terbuka, disebut

stretched foramen ovale ).

Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah

lahir, plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme

prostaglandin. Dengan hilangnya plasenta, ditambah dengan semakin

matangnya fungsi paru, maka kadar prostaglandin neonatus akan segera

menurun. Maka duktus akan mulai menutup secara fungsional (konstriksi)

dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan duktus ini dipengaruhi oleh kadar

PaO2 ateri, prostaglandin, thromboksan.

Pada neonatus preterm, penutupan duktus terjadi lambat, karena

metabolisme/degradasi prostaglandin tidak sempurna disebabkan oleh fungsi

Page 27: PJB

64

paru yang belum matang, dan sensitivitas terhadap duktus meningkat.

Respons duktus terhadap oksigen juga tidak baik. Sementara itu, dengan

bertambahnnya umur, tahanan vaskular paru akan menurun, maka pirau kiri

ke kanan akan bertambah, sehingga muncullah gejala.

Pada usia 2 minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya

perubahan degeneratif dan timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi

ligamentum arteriosum

Gejala Klinis dan Diagnosis

Gambaran klinis umumnya muncul dalam tiga bentuk, yakni:

1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamik yang berarti. Tekanan arteri

pulmonal normal dan perbandingan aliran pulmonal dan sistemik ≤

1,5 :1. Diagnosis sangat mudah ditegakan karena terdapat bising kontinu

digaris sternal kiri atas. Reisko tinggi yang mungkin terjadi ialah

endokarditis, klasifikasi duktus dan gagal jantung.

2. PDA sedang muncul dengan tekanan arteri pulmonal ½ tekanan aorta.

Perbandingan aliran pulmoner dan aliran sistemik adalah 1,5:1 sampai

2:1. Umumnya pasien asimtomatik, kecuali pada anak kecil dapat

ditemukan dispnea dan gagal jantung kiri.

3. PDA besar muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan

tekanan aorta. Perbandingan airan paru dan aliran sistemik 2:1.aliran

darah pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung

kiri pada minggu pertama bayi prematur atau bulan ke 2-3 bayi cukup

bulan. Babarapa diantaranya dapat hidup karena pengecilan spontan

PDA, atau karena sindrom eisenmenger.

Page 28: PJB

64

Penatalaksanaan

PDA dapat mengalami endokarditis, klasifikasi dan gagal jantung, sehingga

semua PDA dianjurkan untuk operasi. Saat terbaik untuk operasi adalah pada

umur 1-2 tahun, walaupun dapat dilakukan pada setiap umur.

PDA besar dengan kelainan vaskular paru obstruktif berat mempunyai

resistensi vaskular paru 10m2, selalu disertai kelainan vaskular paru

obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontra indikadi untuk operasi pada

orang dewasa.

Manifestasi

a. Bising kontinu yang kasar di daerah pinggir sternum kiri atas

b. tekanan nadi melebar

c. takikardia

d. kardiomegali

Komplikasi

a. gagal jantung

b. endokarditis

c. hipertensi pulmonal

Page 29: PJB

64

4) Pulmonary Stenosis (Stenosis Pulmoner-SP)

Sinonim stenosis pilmoner(SP) ialah pilmonary stenosis (PS). Adanya

penyempitan atau obstruksi pada muara arteri pulmonalis

Gambaran Anatomis

Stenosis pulmoner dapat berbentuk:

a. Sub-valvular, di bawah katup atau infundibulum

b. Valvular, pada katupnya sendiri

c. Perifer, stenosis cabang pulmonalis

Gejala Klinis dan Diagnosis

Ketiga jenis stenosis pulmoner tersebut akan muncul dengan bising sistolik

didaerah garis sternal kiri bagian atas. Sejumlah 25% menderita stenosis

berat, sehingga menimbulkan keluhan cepat lelah, dispnea,angina atau

sinkope dan sianosis sentral.

Stenosis berat biasanya akan mengakibatkan kegagalan jantung kanan. Pada

stenosis pulmoner valvular, berat stenosis biasanya ditandai dengan bising

sistolik yang keras sampai ke akhir fase sistolik disertai click sistolik,

spiltting bunyi II atau P2 lemah sampai menghilang. Stenosis subvalvular

Page 30: PJB

64

memberikan gambaran yang sangat mirip dengan stenosis pulmoner valvular

tetapi tanpa click.

Penatalaksanaan

Hasil operasi jangka panjang dan mortalitas perioperatif pada SP biasanya

sangat baik. Sehingga ada kecendrungan untuk melakukan operasi pada

kasus-kasus dengan gradient katup pulmonal > 50 mmHg atau tekanan

ventrikel >100 mmHg (diperoleh berdasarkan kateterisasi jantung).

Manifestasi

a. Sering tidak memperlihatkan gejala, tumbuh kencang anak tidak

terganggu, anak seperti anak sehat.

b. Bunyi jantung ii terdengar seperti melebar terutama di faper pinggir

sternum, obstruksi semakin berat.

c. Bising sistolik kasar di interkostal ii kiri.

Komplikasi

a. Curah jantung yang rendah

b. tekanan vena sistemik yang tinggi

c. infeksi endokonditis

Page 31: PJB

64

5) Koarktasio Aorta (Coarctatio Aortae-CA)

Sinonim Coarctatio Aortae (CA) ialah Koarktasio Aorta (KA). Penyempitan

setempat dari aorta. Bisa preduktal, juxta-duktus atau post-duktal.

Gambaran Anatomis

Sejumlah 95% CA lokasinya di perifer arteri subklavia kiri, sebelum duktus

arterious (praduktal) atau setelah duktus arterial (pascakdutal). Praduktal

lebih sering ditemukan dibayi, sedangkan pascaduktal lebih sering

ditemukan pada orang dewasa disertai gejala yang lebih ringan. 5% kelainan

ini ditemukan di daerah proksimal arteri subklavia kiri atau aorta abdominal.

Gejala Klinis dan Diagnosis

Hipertensi bagian atas tubuh, akan mengakibatkan sistem kolateral

bertambah. Arteri aksilaris kanan melalui mamaria interna, skapular dan

interkostal. Anomali yang sering ditemukan ialah aorta bikuspid dengan

segala akibatnya.

Pada bayi tanda yang nampak adalah gejala gagal jantung kanan/kiri karena

ventrikel kanan berfungsi sebagai ventrikel sistemik yang memompa darah

ke aorta distal melalui PDA.

Page 32: PJB

64

Pada orang dewasa biasanya muncul sebagai hipertensi mulai usia muda,

tanpa gagal jantung. Diagnosis dapt ditegakan apabila ditemukan nadi

femoral yang lemah dan kecil. Tekanan sistolik didaerah femoral lebih

rendah daripada tekanan darah di lengan.

Foto rontgen dada biasanya normal, tetapi dapat ditemukan iregularitas dan

notching pada batas inferior atau iga belakang.

EKG menunjukan hipertrofi ventrikel kiri. Hasil pemeriksaan kateterisasi

dan angiografi dapat menyakinkan adanya penyempitan pembuluh aorta.

Penatalaksanaan

Coarctatio aorta merupakan indikasi untuk operasi walaupun asimtomatis.

Usia odeal operasi adalah 5-10 tahun. Operasi tidak dianjurkan pada usia

lebih muda, karena kemungkinan re-stenosis lebih besar.

Terapi medis hanya dianjurkan sebagai pengobatan sementra untuk

mengendalikan gangguan hemodinamik. Kontrol hipertensi dan pencegahan

terhadap endokarditis.

Komplikasi

a. Pendarahan intrakranial, dan stroke

b. Hipertensi

c. Ruptur aorta

d. Penyakit jantun hipertensi

e. Gagal jantung kongesif

f. Endokarditis

Page 33: PJB

64

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

1) Tetralogi Fallot (TF)

Sinonim tetralogi fallot ialah tetralogy of fallot (TF).

Gambaran Anatomis

Kelainan TF menunjukan adanya:

a. VSD besar, biasanya membranosa

b. Obstruksi aliran jantung kanan yang bermakna, biasanya stsnosis

pulmoner infundibular sehingga tekanan arteri pulmonl dapat

dipertahankan secara normal disertai dengan

c. Hipertrofi ventrikel kanan dan

d. Overriding aorta

Kelainan yang sering menyertai TF dan mempunyai arti bedah adalah:

a. Right aortic arch, ditemukan pada 25% TF

b. Hypoplastic pulmonary trunk atau

c. ASD tipe ostium skundum (disebut pentalogi fallot)

d. Aomali arteri koroner

Gejala Klinis dan Diagnosis

Page 34: PJB

64

Tetralogi fallot merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada

penyakit jantung bawaan sianotik. Stenosis pulmoner dapat berat, ehingga

aliran darah pintas dari kanan ke kiri meningkat melalui VSD, menyebabkan

sianosis, polisitemia dan jari tubuh. Beberapa pasien dengan SP ringan

menyebabakan aliran pintas dua arah sehingga sianosis tidak menonjol.

Umumnya sianosis tidak muncul saat lahir.

Gejala yang sering muncul pada TF adalah :

1. Cepat lelah, karena resistensi vaskular sistemik menurun, aliran

pulmoner menurun dan akibatnya oxigen content juga menurun.

2. Spells terutama pada saat aktivitas, seperti menangis, spesme otot-otot

di outflow tract, sehingga stenosis pulmoner akan meningkat, aliran

pulmoner akan menurun pula. Spontanitas berjongkok atau duduk di

atas lutut pada anak yang lebih besar akan mengakibatkan venous

return, aliran paru meningkat dan oxygen content juga akan meningkat.

Tanda –tanda TF yang dapat dipergunakan untuk menegakan diagnosis

adalah sebagai berikut :

1. Gambaran jantung normal/kecil dan tidak hiperaktif.

2. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras terutama didaerah

sternal kiri bagian tengah, bunyi II tunggal dan keras. Apabila stenosis

pulmoner berat, bising akan lebih lemah daripada bising kontinu pada

PDA, atau kolateral bronkial dapat terdengar.

3. EKG menunjukan RVH dan aksis bergeser ke kanan.

4. Foto rontgen menunjukan besar jantung normal, apeks terangkat ke atas.

Terdapat cekungan pada arteri pulmonal yang memberikan gambaran

pedang sabit. Vaskularisasi paru akan menurun, dan tampak pembesaran

ventrikel kanan pada proyek foto rontgen lateral.

5. Ekokardiogram menunjukan dilatasi aorta, overriding aorta dengan

dilatasi ventrikel kanan, bahkan VSD juga terlihat.

Page 35: PJB

64

Penatalaksanaan

Tindakan operasi dianjurkan untuk pasien TF. Kateterisasi dan angiografi

dibutuhkan untuk konfirmasi diagnosis, terutama untuk mengevaluasi

struktur anatomik intrakardiak dan hubungannya dengan pembuluh jantung

besar.

Pengobatan medis hanya diberikan pada usia muda, menunggu sampai

koreksi total dilakukan. Usia ideal untuk koreksi total adalah 4-5 tahun.

Tetapi bila sianosis berat dan hypoxic spells terjadi maka operasi dapat

dilakukan pada bayi atau usia janin lebih muda.

Manifestasi

Pada bayi-bayi sianosis sering disebut blue spell, terjadi bila kebutuhan

oksigen otak melebihi suplainya. Biasanya terjadi bila bayi menangis lama,

setelah makan, mengedan.

Bayi-bayi ini lebih menyukai posisi knee chest daripada posisi tegak. Anak-

anak tampak sianosis di bibir dan kuku-kuku, keterlambatan tumbuh

kembang, bentuk jari tabuh, tubuh sering dalam posisi jongkok.

Pingsan atau keterbelakangan mental bisa terjadi akibat hipoksi kronik pada

otak. Kejang dapat terjadi setelah melakukan aktifitas. Bising pansistolik

biasanya terdengar pada batas kiri sternum bagian tengah sampai bawah.

EKG memperlihatkan hipertropi ventrikel kanan.

Komplikasi

a. Polisitemia

b. Thromboplebitis

c. Emboli

d. Penyakit pembuluh darah otak, abses otak

Page 36: PJB

64

e. Hiperpnea dengan sianosis berat dapat berakibat tidak sadarkan diri dan

meninggal

2) Tranposisi Pembuluh Darah Besar (TPB)

Sinonim Tranposisi Pembuluh Darah Besar (TPB) ialah transposition of the

great artery (TGA). Arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kiri dan aorta keluar

dari ventrikel kanan, tidak ada hubungan antara sirkulasi sistemik dan

pulmonal.

Gambaran Anatomis

1. TPB lengkap atau transposisi dekstro. Ventrikel berada diposisi normal

(d- loop) dan berhubungan dengan atrium normal. Aorta bersal dari

ventrikel kanan dan berada dimuka kanan arteri pulmonal.

2. TPB koreksi (corrected transposition of the great artery). Posisi

ventrikel terbalik (I-loop) yakni ventrikel kanan morfologik berada

dikiri, berfungsi sebagai ventrikel sistemik. Ventrikel kiri secara

morfologik berada disebelah kanan, berfungsi sebagai ventrikel

pemompa darah ke paru; hubungan atrium dengan ventrikel tidak

normal.

Page 37: PJB

64

Gejala Klinis dan Diagnosis

1. Transposisis pembuluh darah besar komplit (complete transposition of

the great arteries). Sangat jarang ditemukan pada orang dewasa karena

menyebabkan kematian pada usia muda. TPB komplit adalah penyakit

jantung bawaan sianotik kedua tersering setelah tetralogi fallot. Bila

temukan pada orang dewasa hampir selalu dengan VSD atau ASD

sebagai usaha untuk meningkatkan saturasi O2 ditingkat ventrikel.

Ditemukan 3 bentuk variasi anatomik, yaitu:

a. TPB komplit tanpa VSD, biasanya harus ada ASD. Terjadi aliaran

pintas 2 arah untuk meningkatkan saturasi O2 , walaupun biasanya

pasien meninggal karena hipoksia, kecuali bila dilakukan

septostomi. Jenis ini mencakup 60% TPB komplit.

b. TPB komplit dengan VSD besar. Biasanya pasien meninggal dalam

usia muda. Bila berhasil hidup maka cendrung timbul kelainan

vaskuler paru obstruktif berat dengan kegagalan jantung kanan pada

tahun-tahun pertama.

c. TPB komplit dengan VSD dan SP. Adanya SP menyebabkan aliran

darah ke paru yang cukup untuk mecegah hipoksia, tetapi itdak

menimbulkan gagal jantung. Jenis ini yang menyebabkan pasien

hidup sampai dewasa.

2. TPB koreksi (corrected TGA)

Beberapa pasien (1/4 pasien) bersifat asimtomatik, tetapi cendrung

menyebabkan gagal jantung pada ventrikel sistemik atau ventrikel kanan

morfologik. Ada 3 bentuk yang sering mencapai umur dewasa.

a. TPB koreksi dengan/tanpa blokade AV

b. TPB koreksi dengan VSD besar

c. TPB koreksi dengan VSD besar dan SP

d. TPB koreksi dengan regurgitasi atrio ventrikular.

Page 38: PJB

64

Penatalaksanaan

I. TPB komplit

Kebanyakan pasien memerlukan operasi pada saat bayi untuk dapat

hidup. TPB komplit tanpa VSD memerlukan ballon septostomi raskind

pada saat kateterisasi yang pertama yang harapan untuk dikoreksi total

dengan operasi mustrad.

Koreksi awal dianjurkan pada umur 1-2 tahun karena ventrikel kiri

(ventrikel kanan morfologik) berfungsi sebagai ventrikel sistemik, relatif

kurang kuat menghadapi beban sistemik.

Pasien pada usia < 5 tahun dengan SP berat dan aliran darah pintas

sistemik pulmoner dengan saluran intrakardia yang menghubungkan

ventrikel kiri dengan aliran di saluran ekstrakardial yang

menghubungkan ventrikel kanan dengan arteri pulmonal dengan graft

dakron.

II. TPB koreksi

Resiko operasi penutupan VSD dengan koreksi SP pada TPB lebih berat

daripada lesi yang sama, tanpa TPB karena kelainan posisi dan kasusnya

jarang.

TPB dengan katup atrioventrikel biasanya memerlukan penggantian katup

dengan katup artifisial.

Komplikasi

1) Gagal jantung

2) Hipoksi yang berakibat kematian

Page 39: PJB

64

C. LEGAL ETIK

Prinsip merupakan hak-hak manusia dan pertimbangan etis yang mengatur perilaku

seseorang dan mengatur langkah-langkah yang seharusnya dilakukan karena

merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan diperoleh seseorang sejak kecil.

1. OTONOMI (AUTONOMY)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis

dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan

memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau

pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.

Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang

sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan diri.

Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien

dalam membuatkeputusan tentang perawatan dirinya.

Contohnya: Penandatangan persetujuan klien sebelum operasi berarti menghargai

komitmen klien dalam mengambil keputusan.

2. BERBUAT BAIK (BENEFICIENCE)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan

dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.

Contohnya: Seorang anak lebih suka tablet yang dihaluskan. Sebagai perawat anda

tahu bahwa anak tersebut sebenarnya bisa menelan obat dalam bentuk tablet, janji

anda untuk berbuat baik terhadap orang lain membantu anda dalam memenuhi

keinginan ank tersebut meski anda sibuk.

Page 40: PJB

64

3. KEADILAN (JUSTICE)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya derajat kesehatan adil terhadap orang

lain. Dibutuhkan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi

yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk

memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Contohnya: beberapa pasien kekurangan kantong darah, tetapi persedian darah

sangat minim jadi untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam menjamin keadilan

upayanya adalah mengurutkan pasien berdasarkan kebutuhan

4. TIDAK MERUGIKAN (NONMALEFICIENCE)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis bagi

klien.

5. KEJUJURAN (VERACITY)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip ini diperlukanoleh pemberi

pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk

meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.

Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan

kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat dan objektif untukmemfasilitasi

pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya

kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya selama

menjalani perawatan. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan

saling percaya.

6. MENEPATI JANJI (FIDELITY)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya

terhadap orang lain. Perawat setia pada komitminnya dan menepati janji serta

menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk

mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan menggambarkan kepatuhan

Page 41: PJB

64

perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari

perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan

kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. KERAHASIAAN (CONFIDENTIALITY)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi dan privasi tentang klien harus

dijaga. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya

boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang pun dapat

memperolehinformasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti

persetujuan.

8. AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional

dapat dinilai dari situasi dan kondisinya. Misalnya di sebuah rumah sakit jika

seorang dokter ingin melakukan tindakan Intubasi (memasukkan pipa jalan nafas

buatan melalui mulut) dia harus memenuhi standar yang ditetapkan, seperti sudah

menjadi spesialis, pernah melakukan intubasi sebanyak berapa kali, dan lainnya.

(PATOFISIOLOGI KELAINAN JANTUNG BAWAAN

MANA??????????????????????????????????????????????????? DENGAN

PATHWAY NYA.......)

Page 42: PJB

64

D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETRALOGY

OF FALLOT

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

TETRALOGI FALLOT

Pendahuluan

Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak

ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan

pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus

persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara

penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot

merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai

dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.

Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5

tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus

kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini,

maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan

mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Pengertian

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang

ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel,

stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.

Page 43: PJB

64

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit

adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat

progresif , makin lama makin berat.

Page 44: PJB

64

Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara

pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut yaitu :

1) Faktor endogen

a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom

b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan

c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,

hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

2) Faktor eksogen

a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau

suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,

dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin)

b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella

c. Pajanan terhadap sinar -X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang

terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus

penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, penyelesaian terhadap faktor penyebab

harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan

kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

Pemeriksaan diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi

oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan

hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial

karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan

Page 45: PJB

64

PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi

besi.

2) Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada

pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat

sehingga seperti sepatu.

3) Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi

ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

4) Ekokardiografi

Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,

penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

5) Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum

ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis

pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan

tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

Komplikasi

1) Trombosis pulmonal

2) CVA trombosis

3) Abses otak

4) Anemia

5) Perdarahan relatif

Page 46: PJB

64

PROSES KEPERAWATAN

1) Pengkajian keperawatan

a. Riwayat perkawinan

Pengkajian apakah anak ini diinginkan atau tidak, karena apabila anak

tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama hamil ibu telah menggunakan

obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya.

b. Riwayat kehamilan

Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetes melitus

atau penyakit virus seperti rubela khususnya bila terserang pada kehamilan

trisemester pertama.

c. Riwayat tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena susah

selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi

penyakit.

d. Pemeriksaan fisik

1. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi

tampak biru setelah tumbuh.

2. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.

3. Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal

hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan

dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.

4. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,

setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa

waktu sebelum ia berjalan kembali.

Page 47: PJB

64

5. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal

yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi

6. Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

7. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar

tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan

e. Anamnesa

1. Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

2. Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil).

3. Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin.

4. Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah

digunakan

5. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil.

6. Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam rematik

7. Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan dan minum khususnya

pada bayi

8. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan anak.

2) Tatalaksana Pasien Tetralogi Fallot

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk

memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat

pernafasan dan mengatasi takipneu.

c. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

d. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat

karena permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran

darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi

Page 48: PJB

64

takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak

terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :

e. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut

jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml

cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan

belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.

f. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja

meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedatif

g. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam

penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat

meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan

aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

Lakukan selanjutnya

a. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik

b. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi

c. Hindari dehidrasi

3) Diagnosa keperawatan

Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa

keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian

direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil,

dan intervensi keperawatan.

a. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal

b. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan

adanya malformasi jantung

c. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan

sianotik akut)

Page 49: PJB

64

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan

kalori, penurunan nafsu makan

e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai

oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

f. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

g. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang

diagnosis/prognosis penyakit anak

h. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial

sekunder abses otak, CVA thrombosis

4) Rencana Keperawatan

Dx. Kep. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan kardiac

output b.d sirkulasi

yang tidak efektif

sekunder dengan

adanya malformasi

jantung

Tujuan:

Anak dapat mempertahankan

kardiak output yang adekuat.

Kriteria hasil

1) Tanda-tanda vital normal

sesuai umur

2) Tidak ada : dyspnea, napas

cepat dan dalam,sianosis,

gelisah/letargi ,

takikardi,mur-mur

3) Pasien komposmentis

4) Akral hangat

1) Monitor tanda vital, pulsasi

perifer, kapilari refill dengan

membandingkan pengukuran

pada kedua ekstremitas dengan

posisi berdiri, duduk dan tiduran

jika memungkinkan

2) Kaji dan catat denyut apikal

selama 1 menit penuh

3) Observasi adanya serangan

sianotik

4) Berikan posisi knee-chest pada

anak

5) Observasi adanya tanda-tanda

penurunan sensori :

Page 50: PJB

64

5) Pulsasi perifer kuat dan

sama pada kedua ekstremitas

6) Capilary refill time < 3

detik

7) Urin output 1-2

ml/kgBB/jam

letargi,bingung dan disorientasi

6) Monitor intake dan output secara

adekuat

7) Sediakan waktu istirahat yang

cukup bagi anak dan dampingi

anak pada saat melakukan

aktivitas

8) Sajikan makanan yang mudah di

cerna dan kurangi konsumsi

kafeine.

9) Kolaborasi dalam: pemeriksaan

serial ECG, foto thorax,

pemberian obat-obatan anti

disritmia

10) Kolaborasi pemberian oksigen

11) Kolaborasi pemberian cairan

tubuh melalui infus

Intoleransi aktivitas

b.d

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan:

Anak menunjukan peningkatan

kemampuan dalam melakukan

aktivitas (tekanan darah, nadi,

irama dalam batas normal) tidak

adanya angina.

1) Catat irama jantung, tekanan darah

dan nadi sebelum, selama dan

sesudah melakukan aktivitas.

2) Anjurkan pada pasien agar lebih

banyak beristirahat terlebih

dahulu.

3) Anjurkan pada pasien agar tidak

Page 51: PJB

64

Kriteria hasil :

1) Tanda vital normal sesuai

umur

2) Anak mau berpartisipasi

dalam setiap kegiatan yang

dijadwalkan

3) Anak mencapai peningkatan

toleransi aktivitas sesuai

umur

4) Kelemahan berkurang

5) Anak dapat tidur dengan

lelap

“ngeden” pada saat buang air

besar.

4) Jelaskan pada pasien tentang

tahap- tahap aktivitas yang boleh

dilakukan oleh pasien.

5) Tunjukan pada pasien tentang

tanda-tanda fisik bahwa aktivitas

melebihi batas

6) Bantu anak dalam memenuhi

kebutuhan ADL dan dukung

kearah kemandirian anak sesui

dengan indikasi

7) Jadwalkan aktivitas sesuai dengan

usia, kondisi dan kemampuan

anak.

Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

peningkatan

kebutuhan kalori,

penurunan nafsu

makan

Tujuan :

anak dapat makan secara

adekuat dan cairan dapat

dipertahankan sesuai dengan

berat badan normal dan

pertumbuhan normal.

Kriteria hasil :

1) Anak menunjukkan

penambahan BB sesuai

1) Timbang berat badan anak setiap

pagi tanpa diaper pada alat ukur

yang sama, pada waktu yang

sama dan dokumentasikan.

2) Catat intake dan output secara

akurat

3) Berikan makan sedikit tapi sering

untuk mengurangi kelemahan

disesuaikan dengan aktivitas

selama makan ( menggunakan

Page 52: PJB

64

dengan umur

2) Peningkatan toleransi makan.

3) Anak dapat menghabiskan

porsi makan yang disediakan

4) Hasil lab tidak menunjukkan

tanda malnutrisi.

Albumin,Hb

5) Mual muntah tidak ada

6) Anemia tidak ada.

terapi bermain)

4) Berikan perawatan mulut untuk

meningktakan nafsu makan anak

5) Berikan posisi jongkok bila

terjadi sianosis pada saat makan

6) gunakan dot yang lembut bagi

bayi dan berikan waktu istirahat

di sela makan dan sendawakan

7) gunakan aliran oksigen untuk

menurunkan distress pernafasan

yang dapat disebabkan karena

tersedak

8) berikan formula yang

mangandung kalori tinggi yang

sesuaikan dengan kebutuhan

9) Batasi pemberian sodium jika

memungkinkan

10) Bila ditemukan tanda anemia

kolaborasi pemeriksaan

laboratorium

Page 53: PJB

64

5) Penutup

Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan

kelainan jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk

kelansungan hidup anak mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi

pada anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena

hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki

keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik

agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi

fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

6) Daftar Pustaka

A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1, Jakarta, FKUI

Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi

dan Anak

Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC

Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance, Lippincott-

Philladelphia,New York

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan.

Edisi 3 EGC. Jakarta

Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC

Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC

Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta, EGC

Samik Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press,

yogyakarta, Indonesia

Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI

Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans, Cumming Publishing

Company, California

Page 54: PJB

64

BAB 3

PEMBAHASAN KASUS

Kasus 3

Anak Kia (12 tahun) datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak yang semakin

bertambah dan kemudian pingsan saat sedang olahraga di sekolahnya. Pada saat

pengkajian didapatkan sianosis pada bibir, kuku tangan dan kuku kaki terdapat clubbing

finger positif. Menurut orang tuanya anak Kia sudah beberapa kali mengalami serangan

ini, sehingga beberapa kali pula dirawat di rumah sakit. Riwayat penyakit keluarga Ibu

anak Kia memiliki penyakit diabetes melitus sejak masih muda.

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1. "Anak Kia (12 tahun) sesak yang

semakin bertambah"

2. "pingsan saat sedang olahraga di

sekolahnya"

3. "anak kia sudah beberapa kali

mengalami serangan ini dan dirawat

di rumah sakit"

1. Sianosis pada bibir

2. Klien tampak kesulitan bernafas

3. Klien pingsan saat di bawa ke rumah

sakit

4. Clubbing finger positif pada kuku

tangan dan kuku kaki

5. Riwayat penyakit keluarga: Ibu anak

Kia memiliki penyakit diabetes

melitus sejak masih muda

NO TANGGAL DATA MASALAH ETIOLOGI

1 30/03/2013 DS:

"Anak Kia (12

tahun) sesak yang

semakin

bertambah"

Penurunan

kardiac output

sirkulasi yang tidak

efektif sekunder

dengan adanya

malformasi jantung

Page 55: PJB

64

"pingsan saat

sedang olahraga di

sekolahnya"

DO:

Sianosis pada bibir

Klien tampak

kesulitan bernafas

Klien pingsan saat

di bawa ke rumah

sakit

2 30/03/13 DS:

"pingsan saat

sedang olahraga di

sekolahnya"

DO:

Klien pingsan saat

di bawa ke rumah

sakit

Intoleransi

aktivitas

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen

3 30/03/13 DS:

"anak kia sudah

beberapa kali

mengalami

serangan ini dan

dirawat di rumah

sakit"

DO:

Koping

keluarga tidak

efektif

kurang pengetahuan

klg tentang

diagnosis/prognosis

penyakit anak

Page 56: PJB

64

Ibu An kia tampak

panik

Riwayat penyakit

keluarga: Ibu anak

Kia memiliki

penyakit diabetes

melitus sejak masih

muda

(PASIEN KALIAN ADA SESAK, COBA SESUAIKAN KELUHAN DENGAN

DIAGNOSA SECARA TEORI.....),DIAGNOSA MINIMAL 3TAPI JIKA DALAM

KASUS LEBIH DR 3 BISA KLIAN MUNCULKAN

a. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian

darah ke pulmonal

b. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak

efektif sekunder dengan adanya malformasi

jantung

c. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi

(anoxia kronis , serangan sianotik akut)

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu

makan

e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d

tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke

jaringan

f. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen

g. Koping keluarga tidak efektif b.d kurang

pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis

penyakit anak

Page 57: PJB

64

h. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d

peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses

otak, CVA thrombosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL

DITENTUKAN

TANGGAL

TERATASI

1 Penurunan kardiac output b.d sirkulasi

yang tidak efektif sekunder dengan

adanya malformasi jantung

30/03/13

2 Intoleransi aktivitas b.d

ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

30/03/13

3 Koping keluarga tidak efektif b.d kurang

pengetahuan klg tentang

diagnosis/prognosis penyakit anak

30/03/13

INTERVENSI

NO NO.DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

1 1 Tujuan:

Setelah diberikan tindakan

asuhan keperawatan

selama 3X24 jam masalah

Penurunan kardiac output

b.d sirkulasi yang tidak

efektif sekunder dengan

adanya malformasi jantung

1) Monitor tanda vital,

pulsasi perifer,

kapilari refill dengan

membandingkan

pengukuran pada

kedua ekstremitas

dengan posisi

berdiri, duduk dan

1) untuk

mengetahui

kedaan umum

klien.

2) Mengetahui

jumlah denyut

nadi apikal

Page 58: PJB

64

dapat teratasi dengan

Kriteria hasil

1) Tanda-tanda vital

normal sesuai umur

2) Tidak ada : dyspnea,

napas cepat dan

dalam,sianosis,

gelisah/letargi ,

takikardi,mur-mur

3) Pasien komposmentis

4) Akral hangat

5) Pulsasi perifer kuat

dan sama pada kedua

ekstremitas

6) Capilary refill time <

3 detik

7) Urin output 1-2

ml/kgBB/jam

tiduran jika

memungkinkan

2) Kaji dan catat denyut

apikal selama 1

menit penuh

3) Observasi adanya

tanda-tanda

penurunan sensori :

letargi,bingung dan

disorientasi

4) Monitor intake dan

output secara

adekuat

5) Sajikan makanan

yang mudah di cerna

dan kurangi

konsumsi kafeine.

6) Kolaborasi dalam:

pemeriksaan serial

ECG, foto thorax,

pemberian obat-

obatan anti disritmia

7) Kolaborasi

pemberian oksigen

8) Kolaborasi

dalam 1 menit

untuk mengetaui

perkembangan

klien

3) untuk

mengetahui

dampak

hospitalisai

4) untuk

mengetahui

jumlah intake

dan autput dalm

1 hari.

5) untuk

menjaga intake

yang adekuat

dan klien bisa

beristirahat.

6) mengetahui

catatan

perkembangan

klien.

7) Membantu

proses

pernafasan

Page 59: PJB

64

pemberian dengan

dokter dalam

pemberian cairan

tubuh melalui infus

8) untuk

mengetaui

cairan infus

yang akan

diberikan.

2 2 Tujuan :

setelah diberikan tindakan

asuhan keperawatan

selama 3X24 jam

masalah Intoleransi

aktivitas b.d

ketidakseimbangan

antara suplai dan

kebutuhan oksigen

dapat teratasi dengan

Kriteria hasil :

1) Tanda vital normal

sesuai umur

2) Anak mau berpartisipasi

dalam setiap kegiatan

yang dijadwalkan

3) Anak mencapai

peningkatan toleransi

aktivitas sesuai umur

4) Kelemahan berkurang

1) Catat irama jantung,

tekanan darah dan

nadi sebelum,

selama dan sesudah

melakukan aktivitas.

2) Anjurkan pada klien

agar lebih banyak

beristirahat terlebih

dahulu.

3) Jelaskan pada pasien

tentang tahap- tahap

aktivitas yang boleh

dilakukan oleh

pasien.

4) Tunjukan pada

pasien tentang

tanda-tanda fisik

bahwa aktivitas

melebihi batas

5) Jadwalkan aktivitas

sesuai dengan usia,

kondisi dan

1) mengetahui

keadaan umum

klien.

2) untuk

membantu

proses

penyembuhan

klien.

3) untuk

mengetahui

aktivitas apa

saja yang bokeh

dilakukan.

4) untuk

mengetahui

aktivitas yang

sesuai dengan

kemampuan

fisik.

5) aktivitas yang

sesuai kondisi

Page 60: PJB

64

5) Anak dapat tidur dengan

lelapkemampuan anak.

klien.

2)

Tujuan

Setelah diberikan tindakan

asuhan keperawatan selama

1X45 menit masalah

Koping keluarga tidak

efektif b.d kurang

pengetahuan klg tentang

diagnosis/prognosis

penyakit anak dapat

teratasi dengan

Kriteria hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

1) Berikan penkes

tentang penyakit

jantung bawaan.

2) Jelaskan

patofisiologi dari

penyakit dan bagaimana

hal ini berhubungan

dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara

yang tepat

3) Gambarkan tanda

dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat

4) Gambarkan proses

penyakit, dengan cara

yang tepat

5) Identifikasi

kemungkinan

penyebab, dengna cara

yang tepat

6) Diskusikan

perubahan gaya hidup

yang mungkin

diperlukan untuk

mencegah komplikasi

di masa yang akan

1) agar klien dan

keluarga

mengetahui

tentang PJB.

2) klien dan

keluarga

mengetahui

bagaimana

perjalan

penyajit.

3) klien dan

keluarga

mengetahui

tanda dan gejala

penyakit PJB

4) klien

mengetahui

tentang proses

terjadinya

penyakit PJB.

5) keluarga

mengetahui

sejak dini

penyebab

penyakit PJB.

6) klien dan

keluarga

Page 61: PJB

64

perawat/tim kesehatan lainnya

datang dan atau proses

pengontrolan penyakit

7) perawat mengulang

kembali materi

melakukan

perubahan

dalam gaya

hidup untuk

mencegah

komlikasi yang

akan terjadi.

7) klien dan

keluarga mampu

menyebutkan

kembali materi

penkes dari

perawat.

IMPLEMENTASI

No. Tgl. Dx

Kep.

Implementasi Hasil Paraf

1. 30/03/13 1

1) Memonitor tanda vital, pulsasi

perifer, kapilari refill

2) Mengkaji dan mencatat denyut

apikal selama 1 menit penuh.

3) Mengkolaborasikan dengan

dokter dalam pemeriksaan serial

ECG, foto thorax

1) Klien pingsan

saat di bawa ke

rumah sakit

2) Sianosis pada

bibir

3) Clubbing finger

positif pada kuku

tangan dan kuku

kaki

2. 30/03/13 2 1) Mencatat irama jantung,

tekanan darah dan nadi

sebelum, selama dan sesudah

1) Klien tampak

kesulitan bernafas

2) Klien pingsan

Page 62: PJB

64

melakukan aktivitas.

2) Menganjurkan pada klien agar

lebih banyak beristirahat

terlebih dahulu.

3) Menjelaskan pada pasien

tentang tahap- tahap aktivitas

yang boleh dilakukan oleh

pasien.

4) Menunjukan pada pasien

tentang tanda-tanda fisik bahwa

aktivitas melebihi batas

saat sedang

olahraga

3) Klien sesak yang

semakin

bertambah

3. 30/03/13 3 1) Memberikan penkes tentang

penyakit jantung bawaan

2) Menggambarkan tanda dan

gejala yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat

3) Mengidentifikasi kemungkinan

penyebab, dengan cara yang

tepat

4) Mendiskusikan perubahan gaya

hidup yang mungkin diperlukan

untuk mencegah komplikasi di

masa yang akan datang dan atau

proses pengontrolan penyakit

1) Riwayat penyakit

keluarga: Ibu

anak Kia

memiliki penyakit

diabetes melitus

sejak masih muda

EVALUASI

No. Tgl. Dx Kep. Evaluasi

1. 30/03/13 1 S: klien mengatakan nafas tidak sesak

Page 63: PJB

64

O: Respirasi normalA: Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung teratasi, tujuan nafas kembali normalP: intervensi diatasi

2. 30/03/13 2 S: klien kembali sadar O: klien dapat melakukan aktivitas dasar secara mandiri

A: Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen teratasi, tujuan kesadaran kompos mentisP: intervensi teratasi

3. 30/03/13 3 S: kondisi klien mengalami peningkatanO: An kia berkomunikasi dengan keluarga

A: Koping keluarga tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang teratasi, tujuan Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

P:intervensi teratasi

Page 64: PJB

64

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara lain defek

septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan hipertrofi

ventrikel kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan

eksogen. Anak dengan tetralogi fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat

beraktivitas, berat badan bayi yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan darah, foto thorax,

elektrokardiografi, ekokardiografi.

B. SARAN

Kami berharap semoga makalah ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca

dan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan.