pikiran rakyat -...

1
Sabtu Pikiran Rakyat OSenin 0 Selasa 0 Rabu o Kamis o Jumat O·Minggu 2 3 4 5 67 17 18 @20 21· 22 8 9 10. 11 23 24 25 26 12 13 27 28 14 15 2930 31 ONov ODes OJan 0 Peb OMar· 0 Apr.Mei OJunO Jut 0 Ags OSep OOkt Reformasi: '~~~----------~--~~:~ Jalan Panjang Perubahan Kepada 21 Mei ... Mei hanya membukakan pintu. (Juandi Rewang, Antologi Puisi) D I antara para aktivis gerakan maha- siswa yang mencetuskan gejolak sosial-politik di tahun 1998, tidak dapat dimungkiri masih ada sejumlah per- tanyaan yang menggantung. Selain senan- tiasa menuntut realisasi agenda reformasi yang dipandang masih "jauh panggang dari api", kegelisahan lain hadir pada beberapa isu substansial menyangkut gerakan maha- siswa dan cita-cita reformasi. Praktis, Pasca-1998, gerakan mahasiswa nyaris selalu gagal memosisikan dirinya se- bagai representasi sosial dan moral masya- rakat. Di kalangan mahasiswa sendiri terjadi demoralisasi gerakan yang ditandai dengan tidak diindahkannya prinsip-prinsip gerakan yang pada mulanya dianut dengan sangat ketat. Mahasiswa, entah karena euforia atau kelengahannya, terbuai dengan iming-iming kekuasaan (dalam bentukjabatan atau ke- dudukan) dan materi. Hal-hal tersebut ke- rap menjatuhkan kredibilitas dan integritas gerakan mahasiswa, baik di dalam maupun kemudian berkembang ke luar hingga sulit publik merasakan keterwakilan dalam ge- rakan-gerakan mahasiswa yang mengatas- namakan rakyat. Penulis mengkaji diskursus teks reformasi dan menemukan adanya diskontinuitas pa- da gerakan sosial dan moral mahasiswa 1998. Mengemukalah kembali pertanyaan yang selama ini mungkin luput atau terlalu digeneralisasi jawabannya: Dari mana asal (kata) reformasi? mahasiswa 1998 menghendaki perubahan menyeluruh pada penyelenggaraan ketata- negaraan Indonesia, yang permulaannya di- tandai dengan penggantian kepemimpinan nasional. Narnun, entah mengapa substansi gerakan dan tuntutan gerakan mahasiswa tersebut tersimplifikasi justru dengan lahimya idiom reformasi, Indikator penca- paian gerakan direduksi menjadi perubahan prosedural-sistemik. Dan ketika pada gilir- annya gerakan moral dan sosial mahasiswa pada tahun 1998 belum terkonsolidasi, pada saat itulah reformasi dibajak oleh kekuatan- kekuatan lama dan para oportunis politik. Sejak itu pulalah, polarisasi gerakan ma- hasiswa terjadi di mana-mana. Ada yang menganut "setia" pada cita-cita perubahan radikal (denganjargon revolusi atau refor- masi total). Ada pula yang menasbihkan dirinya sebagai bagian dari gerakan refor- masi yang bertahap dan sistemik. Idiom lainnyajuga bertebaran, seperti reformasi tanpa kekerasan, perubahan konstitusional dan inkonstitusional, dim lain-lain. Polari- sasi ini diperparah dengan ketiadaan basis moral gerakan yang cukup kuat. .14 tahun reformasi Akhir-akhir ini kita disuguhl oleh konflik horizontal dan vertikal. Ada intimidasi de- ngan kekerasan dari kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain, atau tekanan satu organisasi masyarakat ter- hadap lembaga-Iembaga negara, seperti pengadilan dan kepolisian. Tidak kalah memprihatinkannya adalah kekerasan yang juga dilakukan oleh aparat terhadap masyarakat. Politik uang dalam perhelatan pemilu dan suap dalam tata kelola layanan Basis moral pemerintahan sudah menjadi lumrah. Sebelum membesarnya gerakan kolektif Fenomena ini seak:m mengutarakan ke- mahasiswa 1998, isu-isu penggusuran tanah ~erasan dan materi m~n]adi satu-satunya dan lahan petani, pengabaian hak-hak bu- jalan ?~~ menyelesaikan persoalan di ruh, penyingkiran para pedagang kaki lima, neDg~nl ~lll... iak f . h diakui d . . k aky dah di I am SISI,se] re orrnasi, arus ill an ISU-ISUer atan amnya su - dah b ak b ah dal tu advokasi oleh mahasiswa. Ini menjadi fased su .any k Pem en an kitam(ka rtiCJ? . b .basi ak Id ial asar sistern etatanegaraan a ons- pentmg agi asis ger an mora an SOSI i) M h ka Dwifu .ABRI (TNI) ahasi (N h 8) K tUSI. eng apus n Wl ngsi , m asiswa ugro 0, 200 . emu ian pa- balik k d I t aky t II. da tahun 1997, elemen mahasiswa di Ban- menge~ an. e au a an r a me a Ul dung mulai menyuarakan penolakan pemilu mekanisme pemilu l~gsu~g, s~~a mem- . hanva melezi .. buka lebar ruang partispasi politik dalam karena dianggap anya me egitimasi .d lti ., akb.d. kekuasaan otoriter Soeharto. wu]u. mu partar me~p an agian an Penolakan Pemilu 1997 merupakan pun- capaian gerakan mahasiswa 1998. Instru- cak dari gerakan menuntut perubahan men dan k~lembll:gaan~et~tanegaraan pun radikal yang diusung mahasiswa untuk m.engal~1 perbaikan slglllfik~. Elemen mengganti total kekuasaan pemerintah yang trias-politika diperkuat dengan ms~men tidak peduli bahkan menzalimi rakyatnya serta l~mbaga-Iembag~ permanen lamnya. di . M·I· .d Iidi ahasi sebagai kontrol, seperti Mahkamah Konsti- sen In. I itansi an so I itas m asiswa tusi K .. Y di . I db. terbangun dan terjaga dengan isu bersama SI, omls~ u siai, an se againya. .. di I k di Lantas, di manakah letak persoalannya? im, Pucuk tuntutan yang IpOpUer an I M Indonesi t k kuni b ik? antara gerakan mahasiswa kemudian dieja eTngapaknnoneslla a un]tubngl metahm m. d k . d· ''T kSh ampa ya, se ama empa e as un re- engan eras menja I: urun an oe ar- fi . d lah d I. to!" ormasi a a masa men asar ~mnya yang Denl~g~a~n.!k~a~ta~l~mt!· n!!.'.kp~a~da~d:!:as?::arn~y~a2' ~g.:'er~ak~an~tlakKI{TbTelirulTlbnahficrf· --.Aktn!fll0nr1l-aktra~;Iam lmgkaran -" p •• uma ...•.. npdU <£U 1<£ kekuasaan politik yang masih menganggap rakyat sebagai objek membuat ikhtiar pem- benahan konstitusi menjadi tak berarti. Ak- tor-aktor pembajak perubahan (reformasi) masih menguasai lembaga-Iembaga politik. Inilah yang membuat-meski prosedur demokrasi sudah dijalankan-tidak ada kore- lasi dan relevansi perubahan dengan kese- jahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Mendapati kondisi seperti ini, sudah se- layaknya kita perlu menjaga ghirah (sema- ngat) gerakan sosial (di dalamnya termasuk gerakan mahasiswa) dengan berbagai pengembangan metode. Semua itu di- lakukan agar bisa menjawab kebutuhan hari ini dengan membangun basis moral dan sosial yang benar-benar berakar pada masyarakat. Pola pengorganisasian gerakan sosial (mahasiswa) pun harus dikembalikan pada misi bersama yang substansial dan mendasar. Dengan menguJtnya makna dan represen- t~si gerakan sosial (mahasiswa), civil society dlharapkan akan semakin baik dalam mengimbangi negara. Dan reformasi akan dapat merealisasikan makna hakikatnya: mewujudkan kesejahteraan masyarakat In- donesia. Jalan masih panjang. Namun yakinlah ~asa itu akan datang. (Eko AriefNugro- ho, aktivis mahasiswa 1995, mantan Ketua Keluarga Aktivis Unpad)***

Upload: phamthu

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/pikiranrakyat... · mengganti total kekuasaan pemerintah yang trias-politika diperkuat dengan ms~men

• Sabtu

Pikiran RakyatOSenin 0 Selasa 0 Rabu o Kamis o Jumat O·Minggu

2 3 4 5 6717 18 @20 21· 22

8 9 10. 1123 24 25 26

12 1327 28

14 152930 31

ONov ODesOJan 0Peb OMar· 0Apr.Mei OJunO Jut 0Ags OSep OOkt

Reformasi:'~~~----------~--~~:~

Jalan Panjang PerubahanKepada 21Mei...Mei hanya membukakan pintu.(Juandi Rewang, Antologi Puisi)

D I antara para aktivis gerakan maha-siswa yang mencetuskan gejolaksosial-politik di tahun 1998, tidak

dapat dimungkiri masih ada sejumlah per-tanyaan yang menggantung. Selain senan-tiasa menuntut realisasi agenda reformasiyang dipandang masih "jauh panggang dariapi", kegelisahan lain hadir pada beberapaisu substansial menyangkut gerakan maha-siswa dan cita-cita reformasi.Praktis, Pasca-1998, gerakan mahasiswa

nyaris selalu gagal memosisikan dirinya se-bagai representasi sosial dan moral masya-rakat. Di kalangan mahasiswa sendiri terjadidemoralisasi gerakan yang ditandai dengantidak diindahkannya prinsip-prinsip gerakanyang pada mulanya dianut dengan sangatketat. Mahasiswa, entah karena euforia ataukelengahannya, terbuai dengan iming-imingkekuasaan (dalam bentukjabatan atau ke-dudukan) dan materi. Hal-hal tersebut ke-rap menjatuhkan kredibilitas dan integritasgerakan mahasiswa, baik di dalam maupunkemudian berkembang ke luar hingga sulitpublik merasakan keterwakilan dalam ge-rakan-gerakan mahasiswa yang mengatas-namakan rakyat.Penulis mengkaji diskursus teks reformasi

dan menemukan adanya diskontinuitas pa-da gerakan sosial dan moral mahasiswa1998. Mengemukalah kembali pertanyaanyang selama ini mungkin luput atau terlaludigeneralisasi jawabannya: Dari mana asal(kata) reformasi?

mahasiswa 1998 menghendaki perubahanmenyeluruh pada penyelenggaraan ketata-negaraan Indonesia, yang permulaannya di-tandai dengan penggantian kepemimpinannasional. Narnun, entah mengapa substansigerakan dan tuntutan gerakan mahasiswatersebut tersimplifikasi justru denganlahimya idiom reformasi, Indikator penca-paian gerakan direduksi menjadi perubahanprosedural-sistemik. Dan ketika pada gilir-annya gerakan moral dan sosial mahasiswapada tahun 1998 belum terkonsolidasi, padasaat itulah reformasi dibajak oleh kekuatan-kekuatan lama dan para oportunis politik.Sejak itu pulalah, polarisasi gerakan ma-

hasiswa terjadi di mana-mana. Ada yangmenganut "setia" pada cita-cita perubahanradikal (denganjargon revolusi atau refor-masi total). Ada pula yang menasbihkandirinya sebagai bagian dari gerakan refor-masi yang bertahap dan sistemik. Idiomlainnyajuga bertebaran, seperti reformasitanpa kekerasan, perubahan konstitusionaldan inkonstitusional, dim lain-lain. Polari-sasi ini diperparah dengan ketiadaan basismoral gerakan yang cukup kuat.

.14 tahun reformasiAkhir-akhir ini kita disuguhl oleh konflik

horizontal dan vertikal. Ada intimidasi de-ngan kekerasan dari kelompok masyarakatterhadap kelompok masyarakat lain, atautekanan satu organisasi masyarakat ter-hadap lembaga-Iembaga negara, sepertipengadilan dan kepolisian. Tidak kalahmemprihatinkannya adalah kekerasan yangjuga dilakukan oleh aparat terhadapmasyarakat. Politik uang dalam perhelatanpemilu dan suap dalam tata kelola layanan

Basis moral pemerintahan sudah menjadi lumrah.Sebelum membesarnya gerakan kolektif Fenomena ini seak:m mengutarakan ke-

mahasiswa 1998, isu-isu penggusuran tanah ~erasan dan materi m~n]adi satu-satunyadan lahan petani, pengabaian hak-hak bu- jalan ?~~ menyelesaikan persoalan diruh, penyingkiran para pedagang kaki lima, neDg~nl~lll... iak f . h diakuid . . k aky I· dah di I am SISI,se] re orrnasi, arus illan ISU-ISUer atan amnya su - dah b ak b ah dal tuadvokasi oleh mahasiswa. Ini menjadi fased su .any kPem en an kitam(ka rtiCJ?

. b . basi ak I d ial asar sistern etatanegaraan a ons-pentmg agi asis ger an mora an SOSI i) M h ka Dwifu .ABRI (TNI)ahasi (N h 8) K d· tUSI. eng apus n Wl ngsi ,m asiswa ugro 0, 200 . emu ian pa- balik k d I t aky t I I .da tahun 1997, elemen mahasiswa di Ban- menge~ an. e au a an r a me a Uldung mulai menyuarakan penolakan pemilu mekanisme pemilu l~gsu~g, s~~a mem-

. hanva melezi .. buka lebar ruang partispasi politik dalamkarena dianggap anya me egitimasi . d lti ., ak b . d .kekuasaan otoriter Soeharto. wu]u. mu partar me~p an agian anPenolakan Pemilu 1997 merupakan pun- capaian gerakan mahasiswa 1998. Instru-

cak dari gerakan menuntut perubahan men dan k~lembll:gaan~et~tanegaraan punradikal yang diusung mahasiswa untuk m.engal~1 perbaikan slglllfik~. Elemenmengganti total kekuasaan pemerintah yang trias-politika diperkuat dengan ms~mentidak peduli bahkan menzalimi rakyatnya serta l~mbaga-Iembag~ permanen lamnya.

di . M·I· . d Iidi ahasi sebagai kontrol, seperti Mahkamah Konsti-sen In. I itansi an so I itas m asiswa tusi K .. Y di . I db.terbangun dan terjaga dengan isu bersama SI, omls~ u siai, an se againya.. . di I k di Lantas, di manakah letak persoalannya?im, Pucuk tuntutan yang IpOpUer an I M Indonesi t k kuni b ik?antara gerakan mahasiswa kemudian dieja eTngapaknnoneslla a un]tubnglmetahmm .d k . d· ''T k S h ampa ya, se ama empa e as un re-engan eras menja I: urun an oe ar- fi . d lah d I .to!" ormasi a a masa men asar ~mnya yangDenl~g~a~n.!k~a~ta~l~mt!·n!!.'.kp~a~da~d:!:as?::arn~y~a2'~g.:'er~ak~an~tlakKI{TbTelirulTlbnahficrf·--.Aktn!fll0nr1l-aktra~;Iamlmgkaran-" p •• uma ...•.. npdU <£U 1<£

kekuasaan politik yang masih menganggaprakyat sebagai objek membuat ikhtiar pem-benahan konstitusi menjadi tak berarti. Ak-tor-aktor pembajak perubahan (reformasi)masih menguasai lembaga-Iembaga politik.Inilah yang membuat-meski prosedurdemokrasi sudah dijalankan-tidak ada kore-lasi dan relevansi perubahan dengan kese-jahteraan masyarakat yang dicita-citakan.Mendapati kondisi seperti ini, sudah se-

layaknya kita perlu menjaga ghirah (sema-ngat) gerakan sosial (di dalamnya termasukgerakan mahasiswa) dengan berbagaipengembangan metode. Semua itu di-lakukan agar bisa menjawab kebutuhan hariini dengan membangun basis moral dansosial yang benar-benar berakar padamasyarakat. Pola pengorganisasian gerakansosial (mahasiswa) pun harus dikembalikanpada misi bersama yang substansial danmendasar.Dengan menguJtnya makna dan represen-

t~si gerakan sosial (mahasiswa), civil societydlharapkan akan semakin baik dalammengimbangi negara. Dan reformasi akandapat merealisasikan makna hakikatnya:mewujudkan kesejahteraan masyarakat In-donesia.Jalan masih panjang. Namun yakinlah

~asa itu akan datang. (Eko AriefNugro-ho, aktivis mahasiswa 1995, mantan KetuaKeluarga Aktivis Unpad)***