ph, tonisitas dan buffer

Upload: tamsil-tam

Post on 18-Jul-2015

762 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

KELOMPOK VIII

Produk steril yang secara esensial harus bebas dari partikel asing, senyawa dan pengemasannya sesuai untuk pemakaian yang sesuai dengan pengunaanya. Sediaan steril memiliki beberapa sifat bentuk takaran yang unik, seperti bebas dari mikroorganisme, bebas dari pirogen, bebas dari partikulat dan standar yang sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas; bagaimanapun, tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba. Bab ini akan menekankan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan steril terutama pH, buffer, dan tonisitas.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Soren Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".

Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai untuk bahan obat , baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. Ahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan pH larutan tersebut.

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan, didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. pH bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pHnya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Bahan baku (bahan kimia) yang dilarutkan dalam air, kebanyakan dipengaruhi oleh hidrolisis. Mekanisme hidrolisis dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen atau pH larutan. Penentuan pH yang paling baik adalah yang mendekati pH optimal kestabilan bahan tersebut. Menurut penelitian, pH netral cairan tubuh atau darah berkisar antara 7,3 - 7,5 (7,4). Idealnya, obat suntik dan atau tetes mata kalau bisa diusahakan dibuat pada ph 7.4. Namun hal demikian pada umumnya sulit dilaksanakan, karena justru pada pH netral banyak obat yang kurang stabil.

Pengaturan pH untuk sediaan larutan steril penting untuk menjaga kestabilan obat dalam sediaan, mencegah atau mengurangi iritasi pada pemakaian, mencegah perubahan warna yang tidak diinginkan dan menentukan aktivitas terapeutik obat. 1. Menjaga kestabilan obat dalam sediaan 2. Mencegah atau mengurangi iritasi pada pemakaian 3. Mencegah perubahan warna yang tidak diinginkan 4. Menentukan aktivitas terapeutik obat

Dalam penggunaan pH diperlukan pendapar, dimana tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada ph ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga ph harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar

Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hidrogen dari cairan lakrimal adalah mendekati netral. Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Kemudian Hasford dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman, Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan dilaporkan telah menemukan pH cairan mata berhubungan dengan darah. Yang lain telah mendapatkan nilai yang berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0, Oguchi dan Nakasima dari 8,4-8,6. federsen-Bjergaard menemukan pH cairan lakrimal dari sepuluh orang normal dan menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan elektrometri, dan ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan Goyan dalam pekerjaan terakhir, menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu, pH cairan lakrimal sekurangkurangnya 7,4 dan mungkin lebih alkali. Scovilles : 224

Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasikan pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan parkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.

pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas kuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini. Rentang pH yang dapat diterima oleh mata antara 5,2 - 8,3 (parrot) dan 6,0 - 8,0 (RPS). Dalam hal ini air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata.

Fabricant menyatakan pH dari sekresi hidung untuk orang dewasa tidak tetap tetapi variasinya normal dari 5,5 6,5, sedangkan pH hidung untuk anak-anak range dari 5 6,7. pH cenderung alkali jika menderita rhinitis akut. Jika inflamasi akut pH cenderung ke asam. Larutan dimana cenderung asma lebih efektif dalam pengobatan dalam infeksi sinus larutan ini diterminand digunakan dari alkali pengobatan dalam hidung yang sekresinya bersifat alkali, dimana digunakan dari larutan asam untuk meningkatkan keasaman dari sekresi. Ini digunakan dari tetes hidung alkali untuk penyakit rhinitis akut dan rhinosinusitis akut di kontra indikasikan sejak mereka memiliki sekresi alkali yang abnormal, atau dalam kondisi yang lama (Scoville's : 253)

Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmosis suatu larutan. Cairan tubuh atau darah manusia merupakan cairan yang didalamnya terlarut berbagai macam zat atau bahan antara lain garam, mineral, zat makanan, protein, dsb. Jadi wajar bila cairan tubuh mempunyai tekanan osmosis tertentu. Menurut penelitian, tekanan osmosis cairan tubuh sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9% sehingga larutan NaCl 0,9% menjadi larutan isotonis atau fisiologis.

Jika larutan yang disuntikkan hipotonis terhadap cairan tubuh maka air akan ditarik masuk ke dalam sel tubuh maka sel akan membengkak. Bila pembengkakan sel melewati batas maka akan dapat pecah (hemolisis). Jika larutan yang disuntikkan hipertonis terhadap cairan tubuh maka air dalam sel akan ditarik keluar sehingga sel mengerut dan mengecil. Jadi, jika larutan hipotonis maka dibuat menjadi isotonis dengan menambahkan garam NaCl atau Dekstrosa (glukosa).

Penurunan Titik Beku (PTB) Menurut penilitian, titik beku darah dan cairan mata adalah 0,52 sama dengan titik beku larutan NaCl 0,9%. B = 0,52 (a1 x c1)+(a2 x c2)+(.) b B = bobot dalam zat pengisotonis yang ditambahkan dalam ml hasil akhir a1,a2 = ptb air yang disebabkan oleh 1% zat berkasiat b = ptb air yang disebabkan oleh penambahan 1% zat pengisotonis c1, c2 = konsentrasi zat berkasiat dalam % b/v1.

Ekivalen NaCl (E) Sekian gram NaCl adalah sekian gram NaCl yang memberikan efek osmosis yang sama dengan 1 g zat terlarut. Misal : asam borat Artinya 1 g asam borat di dalam larutan, memberikan efek osmosis yang sama dengan 0, 55 g NaCl.2.

Perhitungan diturunkan oleh Wells berdasarkan bahwa ptb molal sebanding dengan perbandingan ptb zat terlarut dan kadar molalnya. t L= c L = ptb molal t = ptb yang disebabkan oleh zat terlarut c = kadar molal zat terlarut

Faktor Disosiasi Ada faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhtiungan : Konsentrasi larutan (dalam % b/v ) Bobot molekul dari senyawa / zat yang digunakan. Faktor diasosiasi dari senyawa atau zat yang digunakan mendekati keadaan sebenarnya. Persamaan Cataline W = F ( c1 x K1) + (c2 x K2) + (.) x M M1 M2 K3.

Berdasarkan Farmakope Belanda h = 0,28 ( fA x a) + ( fB x b) + (.) x Mh MA MB fh

Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat koligatif larutan adalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % - 1,8 % NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan (RPS 18 th; 1589)

Penggunaan larutan berair lambat laun memusatkan perhatian pada pertanyaan tonisitas karena ditemukan bahwa baik larutan konsentrasi rendah dan tinggi keduanya menyebabkan iritasi pada membran mukosa hidung yang tidak nampak jika larutan isotonis atau sedikit hipertonis digunakan. Jadi, larutan dektrosa isotonis dan larutan NaCl isotonis telah menjadi bagian dari pelarut untuk sediaan ini (Scoville's : 253)