pghuumk
DESCRIPTION
mmmTRANSCRIPT
LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA PSIKIATRI KUNJUNGAN
RUMAH
Tanggal Kegiatan : 5 Juni 2014
Pembimbing : dr. Ketut Sri Diniari, Sp.KJ
Dokter Muda : Bianca Jeanne (1002005166)
I. Identitas Penderita
Nama : MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : tahun
Status Pernikahan : Duda
Agama : Katolik
Suku : Klaten
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Tukang cuci piring
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Nusa Dua Denpasar
Kontrol terakhir : 2 Juni 2014
Tanggal kunjungan rumah : 5 Juni 2014
Diagnosis : Skizofrenia Tidak Terinci
(PPDGJ-III F20.3)
I. Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah
Pasien dengan inisial MS, laki-laki, 45 tahun, Katolik, menjalani rawat jalan di
poliklinik jiwa RSUP Sanglah dengan diagnosis Skizofrenia Tidak Terinci. Pada
tanggal 2 Juni 2014, ia datang untuk kontrol pertama kalinya setelah keluar dari
1
rumah sakit pada tanggal 30 Mei 2014. Pada saat wawancara, pasien mengenakan
baju kuning dan celana selutut. Penampilan pasien wajar dan roman muka sesuai
dengan umur. Pasien menjawab dengan lambat dan kontak mata dengan
pemeriksa kurang. Pasien menyapa pemeriksa sambil tersenyum dan saat ditanya
perasaannya pasien mengatakan perasaannya sekarang biasa saja namun sudah
lebih baik daripada sebelumnya. Pasien mengaku dapat tidur cukup walaupun
tidak tentu durasinya. Pasien mengaku tidak merasa kaku dan gemetaran. Saat ini
pasien sudah kembali bekerja sebagai tukang cuci piring di rumah makan
kenalannya. Pasien minum obat secara teratur, saat ini pasien mendapatkan
pengobatan Haloperidol (½-0-½). Saat itu saya meminta ijin kepada pasien untuk
mengunjungi rumahnya di katedral dan pasien menyetujuinya.
II. Proses Kunjungan
Saya mengunjungi rumah pasien pada tanggal 5 Juni 2014. Sebelumnya pada
tanggal 2 Juni 2014, pasien datang kontrol ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah, dan
saya mendapatkan persetujuan pasien untuk dapat melakukan kunjungan rumah.
Saat itu pasien mengatakan alamatnya adalah di gereja Katedral Franciscus
Xaverius Kuta Bali. Saya sampai di gereja sekitar pukul 17.00 WITA dan
disambut oleh Pak Tri yang merupakan petugas gereja yang selama ini menemani
pasien berobat.
Saat saya tiba, pasien baru saja pulang sehabis bekerja menggunakan sepeda
motor. Saya memperkenalkan diri sebagai dokter muda dari RSUP Sanglah dan
menjelaskan tujuan saya datang ke rumah untuk melihat perkembangan kesehatan
pasien. Pasien tersenyum dan menerima kedatangan saya dengan ramah.
Penampilan pasien tampak cukup terawat dengan mengenakan baju kaos berkerah
biru tua dan celana pendek kain berwarna hitam. Saat itu saya langsung diajak
untuk bertemu dengan Romo yang selama ini mendampingi dan membantu
pasien. Setelah perkenalan singkat, saya melakukan wawancara dengan pasien,
Romo dan Pak Tri.
Pasien mengaku saat ini rutin minum obat setiap pagi dan malam setengah tablet.
Pasien mengaku sejak kemarin merasakan tubuhnya gemetar dan terasa sedikit
kaku. Setelah ditanya apakah meminum obat berwarna putih, pasien mengaku
obat yang berwarna putih sudah habis sejak kemarin. Ia juga mengaku sering
2
mengantuk setelah minum obat, dan cukup mengganggu karena ia harus bekerja
pada pagi hari.
Obat pasien biasanya dibelikan oleh Pak Tri dan disimpan oleh pasien. Pasien
mengaku tidak selalu ada yang melihatnya minum obat, namun sekarang ia telah
diedukasi untuk minum obat didepan seseorang. Pasien mengatakan ia sadar
bahwa ia harus terus minum obat dan berjanji untuk rutin minum obat dan kontrol
ke poli jiwa Sanglah.
Saat ditanya bagaimana perasaannya sekarang, pasien sempat diam beberapa
waktu sebelum mengatakan perasaannya bingung. Saat ditanya kenapa bingung,
pasien menjawab ia tidak tahu. Selama wawancara pasien sering kali terdiam
sebelum menjawab pertanyaan dan hanya menjawab pertanyaan seperlunya.
Pasien dapat tersenyum dan tertawa walau afek masih kurang adekuat.
Saat ditanya keluhannya saat ini, pasien mengatakan tidak ada. Pasien mengaku
tidak pernah mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang tidak dilihat orang
lain. Namun menurut pengakuan Romo dan Pak Tri, pasien pernah berkata ia
mendengar suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu. Saat dikonfirmasi ulang,
pasien mengaku ia sudah lupa. Pasien juga lupa bahwa ia pernah berbicara sendiri
dan mengamuk saat dibawa ke rumah sakit.
Saat ini pasien bekerja di rumah makan anggota gereja sebagai tukang cuci piring.
Ia mengaku tidak mengalami masalah selama bekerja disana. Romo juga berkata
selama beberapa hari ini pemilik restaurant mengatakan pasien dapat bekerja
dengan baik. Pasien mengatakan ia tidak tentu datang jam berapa dan pulang jam
berapa. Pasien juga mengatakan ia mendapatkan makanan selama bekerja disana.
Pasien mengaku bersyukur bisa bekerja disana. Saat tidak bekerja, pasien kadang
mencari nafkah dengan memijat orang.
Saat saya ingin mengunjungi kamar pasien, pasien berkata ia tidak tinggal di
gereja. Setelah ditelusuri, ternyata setelah selesai bekerja pasien pulang ke rumah
bapak angkatnya di Nusa Dua. Disana pasien hanya menumpang tidur di kursi
teras rumah kenalannya tersebut. Pasien telah tinggal disana selama kira-kira 1
tahun terakhir. Pasien mengunjungi katedral kira-kira 1-3 hari sekali. Pasien
mengaku tidak ingin kembali ke rumahnya di Klaten dan lebih senang tinggal di
Bali. Ia juga mengaku nyaman tinggal dengan bapak angkatnya.
Pasien mengaku dapat tidur cukup namun durasinya tidak tentu. Ia tidak merasa
cepat lelah dan kesulitan tidur. Nafsu makan pasien juga baik dan pasien makan
3
1-2 kali sehari namun sering mengkonsumsi makanan ringan dan minum kopi 2-3
gelas perhari. Pasien juga merokok sekitar 1 bungkus perhari.
Pasien tinggal di Bali sejak tahun 2001 dan tinggal berpindah pindah dengan
kenalannya di daerah Kuta. Saat itu pasien bekerja sebagai pegawai serabutan di
hotel kenalannya. Saat itu pasien sering pulang ke Klaten untuk mengunjungi
orang tua dan saudara serta anaknya. Pada tahun 2006, kedua orang tua pasien
meninggal akibat bencana alam gempa. Sejak saat itu pasien dikatakan sering
murung dan menangis oleh anggota gereja. Saat ditanya apakah pasien ingat
dengan kejadian tersebut, pasien terdiam sebentar kemudian akhirnya menjawab,
“ ingat, tapi berusaha untuk melupakan. “
Pasien pertama kali mengalami keluhan tahun 2013 lalu, dan dibawa ke RSJ
bangli karena mengamuk dan berbicara sendiri. Setelah itu pasien dirujuk ke
Sanglah namun berhasil kabur setelah dirawat selama 3 hari setelah melopati
tembok. Setelah itu pasien kembali dirawat pada tanggal 10 April 2014 dengan
keluhan yang sama. Saat itu pasien ditemukan sangat kotor dan berguling-guling
di tempat sampah. Pasien sempat dipukul oleh seseorang karena ia mengambil
rokok di toko tanpa membayar, saat ditanya, katanya ada yang menyuruh pasien
untuk untuk mengambil rokok tersebut. Setelah sembuh, pasien dikatakan sempat
pulang ke Klaten untuk mengurus warisan keluarganya namun pasien tidak
mendapatkan bagian. Pasien kembali dirawat di Sanglah pada tanggal 22 Mei
2014 selama 8 hari dengan keluhan yang sama. Pasien dikatakan merusak pot dan
mengambil bensin tanpa membayar. Namun saat diminta untuk mengingat lagi,
pasien mengatakan tidak mengingat kejadian-kejadian tersebut sama sekali.
Romo berkata bahwa setiap kambuh, pasien cenderung makan lebih banyak dari
biasanya dan raut mukanya sedih serta sering melihat dengan tatapan kosong ke
satu titik.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit kronis, begitu pula dalam
keluarganya. Pasien tidak mengetahui apakah ada keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa juga.
Pada akhir kunjungan, pasien ikut bersama-sama mengajak saya berkeliling gereja
bersama Pak Tri.
4
III. Perjalanan Penyakit Pasien
Tahun 2006 Tahun 2013 April 2014 Mei 2014
1. Tahun 2006: Pasien kehilangan kedua orang tuanya dalam gempa di Klaten.
Pasien dikatakan sering murung dan sedih sejak saat itu.
2. Tahun 2013 : Pasien pertama kali dirawat karena mengamuk dan berbicara
sendiri. Pasien awalnya dirawat di RSJ Bangli kemudian ke Sanglah, namun
pasien kabur lewat tembok setelah dirawat selama 3 hari.
3. April 2014 : Pasien dirawat dengan keluhan yang sama kemudian membaik.
4. Mei 2014 : Pasien kembali dirawat dengan keluhan yang sama dan baru
pulang pada tanggal 30 Mei 2014
IV. Lingkungan Keluarga Pasien
Pasien merupakan anak ke 7 dari 13 bersaudara dimana 3 diantaranya adalah
saudara tiri dari istri kedua ayahnya. Ibu pasien merupakan istri ketiga ayah
pasien. Saat kecil pasien mengaku hubungan dengan ayah ibu dan saudara-
saudaranya cukup baik. Saat ini seluruh saudara pasien tinggal terpisah-pisah di
kota berbeda. Pasien terakhir kali bertemu saudara-saudaranya sekitar bulan April
lalu karena akan mengurus mengenai pembagian warisan. Saat itu pasien tidak
mendapatkan bagian dan pasien dikatakan mulai makan dengan porsi jauh lebih
banyak dari biasanya.
Pasien mengaku sempat menikah pada saat berusia 18 tahun dan memiliki satu
orang anak laki-laki. Namun sekitar 2 tahun kemudian pasien bercerai dan saat ini
pasien tidak memiliki keinginan untuk menikah kembali. Pasien cukup sering
mengunjungi anak laki-lakinya dan terakhir kali bertemu saat pulang bulan April
ke Klaten.
V. Lingkungan Sosial
Hubungan pasien dengan lingkungan gereja cukup baik dan warga gereja
menerima pasien dengan baik. Romo dan pihak gereja secara sukarela membiayai
5
biaya kebutuhan sehari-hari dan pengobatan pasien. Saat ini pasien bekerja
sebagai tukang cuci piring di restoran anggota gereja daerah Kuta. Selain uang,
pasien juga mendapatkan makanan di tempat tersebut. Pemilik memberi
kebebasan ada pasien untuk datang jam berapa dan pulang jam berapa. Pasien
mengaku cukup senang dan bersyukur dapat bekerja disana. Pasien mengaku
saat memiliki masalah, ia bercerita kepada pak Tri.
VI. Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di rumah kenalannya bernama Bapak Andre yang dianggap sebagai
bapak angkatnya di daerah Nusa dua sejak kira-kira 1 tahun yang lalu. Karena
saya baru mengetahui bahwa pasien tidak tinggal di gereja, saya belum memiliki
kesempatan untuk mengunjungi rumah pasien karena pasien bekerja saat siang
sampai sore. Pasien mengatakan ia hanya menumpang tidur di tempat itu. Setiap
hari pasien tidur di kursi panjang yang ada di teras rumah dengan bantal dan
selimut. Keluarga Bapak Andre menerima pasien dengan baik dan sering
menyiapkan kopi dan makanan untuk pasien. Keluarga tersebut juga kadang
mengingatkan pasien untuk minum obat. Namun pihak gereja mengusulkan untuk
mencarikan pasien kos yang dekat dengan gereja agar pasien dapat diawasi setiap
hari.
VII. Simpulan
1. Pasien memiliki kesadaran untuk tetap patuh minum obat namun belum ada
orang yang mengawasi pasien untuk minum obat.
2. Keadaan pasien setelah berobat berkembang cukup baik meskipun beberapa
hari ini pasien mengeluh gemetar dan badannya terasa kaku.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan diri
sendiri, dan bekerja seperti biasa.
4. Pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sekitarnya.
5. Lingkungan gereja dan pekerjaan sangat mendukung untuk kesembuhan
pasien.
VIII.Saran
Adapun saran yang saya berikan pada keluarga pasien ialah sebagai berikut:
6
1. Minum obat secara teratur di bawah pengawasan seseorang.
2. Kontrol ke poliklinik jiwa RSUP Sanglah secara rutin untuk mengetahui
perkembangan pasien dan membeli obat yang hampir habis.
3. Segera datang ke rumah sakit apabila ada tanda-tanda kekambuhan; atau ada
gejala efek samping obat.
4. Gereja dan lingkungan sosial memberikan dukungan dan perhatian kepada
pasien apabila pasien merasa ada permasalahan.
5. Melakukan hobi dan kegiatan yang menyenangkan dan bersosialisasi serta
bercerita jika memiliki masalah.
6. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan agar pikirannya lebih tenang.
7. Mengurangi rokok dan minum kopi serta makan lebih teratur dan bergizi.
7
IX. Pedigree Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal : Sakit
: Perempuan : Pasien
: Tidak diketahui jenis kelamin
1. Istri pertama ayah Pasien
2. Istri kedua ayah Pasien
3. Ayah Pasien
4. Ibu pasien
5. Kakak tiri pasien ke 1
6. Kakak tiri pasien ke 2
7. Kakak tiri pasien ke 3
8
1
3 42
17
5 87 119 106 12 13 14 15 16
18
19
8. Kakak pasien ke 1
9. Kakak pasien ke 2
10. Kakak pasien ke 3
11. Adik pasien ke 1
12. Adik pasien ke 2
13. Adik pasien ke 3
14. Adik pasien ke 4
15. Adik pasien ke 5
16. Adik pasien ke 6
17. Pasien
18. Mantan istri pasien
19. Anak pasien
Foto Kunjungan
9