pewarnaan bakteri dan yeast ku (2)

23
1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Pustaka Kebanyakan sel mikrobia tidak berwarna atau mempunyai pigmen yang sangat sedikit dan tidak dapat mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya sehingga tidak dapat dilihat dengan mudah pada mikroskop karena indeks bias sitoplasma sel yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan mewarnai sel-sel tersebut dengan sel warna. Oleh karena itu, penggunaan zat warna terhadap bakteri yang dilakukan pada percobaan bertujuan supaya zat warna dapat mengadsorbsi atau membiaskan cahaya sehingga dapat meningkatkan kontras dengan sekelilingnya dan struktur sel bakteri dapat diamati (Hadioetomo, 1993). Proses pewarnaan bakteri yang paling umum, ialah metode pengecatan sederhana. Disebut sebagai pengecatan sederhana, karena dalam prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk mewarnai suatu jenis organisme, sehingga dapat meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana, karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka basa), dan zat-zat warna yang digunakan dalam pengecatan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk morfologi bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasarkan komposisi penyusun dinding selnya. 1

Upload: verlenciakhosasih

Post on 07-Nov-2015

258 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

fdsf

TRANSCRIPT

1

6

1.PENDAHULUAN1.1.Tinjauan PustakaKebanyakan sel mikrobia tidak berwarna atau mempunyai pigmen yang sangat sedikit dan tidak dapat mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya sehingga tidak dapat dilihat dengan mudah pada mikroskop karena indeks bias sitoplasma sel yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan mewarnai sel-sel tersebut dengan sel warna. Oleh karena itu, penggunaan zat warna terhadap bakteri yang dilakukan pada percobaan bertujuan supaya zat warna dapat mengadsorbsi atau membiaskan cahaya sehingga dapat meningkatkan kontras dengan sekelilingnya dan struktur sel bakteri dapat diamati (Hadioetomo, 1993).

Proses pewarnaan bakteri yang paling umum, ialah metode pengecatan sederhana. Disebut sebagai pengecatan sederhana, karena dalam prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk mewarnai suatu jenis organisme, sehingga dapat meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana, karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka basa), dan zat-zat warna yang digunakan dalam pengecatan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk morfologi bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasarkan komposisi penyusun dinding selnya. Pengecatan sederhana yang dilakukan memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (kokus, basilus, vibrio, sprilum, dan sebagainya) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai Untuk dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya, yaitu untuk mengetahui apakah suatu bakteri termasuk gram positif atau gram negatif, maka dapat dilakukan pengecatan gram (Hadioetomo, 1993). Pengecatan deferensial merupakan pengecatan yang memiliki keunggulan dalam mengelompokkan bakteri, karena dengan pengecatan ini bakteri bisa digolongkan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Dimana hal yang membedakannya adalah lapisan membran selnya, untuk bakteri gram negatif hanya memiliki 5-20% peptidoglikan sedangkan bakteri gram positif memiliki 90% peptidoglikan di dalam membran selnya, dan dengan adanya peptidoglikan yang tebal meyebabkan bakteri tersebut tidak mudah terdehidrasi saat pelarutan ataupun pemanasan sehingga cat yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi. Disamping itu ada pula faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat gram negatif dan gram positif, yaitu penyiapan preparat yang terlalu tebal menyebabkan pelarutan kurang baik, konsentrasi dan kesegaran bahan untuk pewarna, waktu pelarutan yang terlalu lama menyebabkan warna pada sel bakteri gram positif ikut terlarut, pencucian dan pengeringan yang mempengaruhi keberadaan iodin, serta umur bakteri yang mempengaruhi keutuhan bakteri (Trihendrokesowo, 1989). Disebut bakteri gram positif, yaitu apabila organisme yang dijadikan obyek pewarnaan dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu). Sedangkan bakteri gram negatif, yaitu apabila organisme yang dijadikan obyek pewarnaan kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin (sel-sel tampak merah muda). Sebaiknya pengecatan gram dilakukan beberapa kali, untuk mendapatkan hasil akhir yang akurat (Hadioetomo, 1993).Pebedaan bakteri gram positif dan gram negatif :

Pada saat pengecatan dengan cat utama, bakteri gram positif maupun gram negatif akan mengikat violet kristal dan menunjukkan warna ungu atau biru tua.

Pada saat penambahan mordan, pada bakteri gram positif maupun gram negatif sama-sama akan terbentuk kompleks violet kristal dengan lugol atau iodin dan tetap berwarna biru.

Pada saat pelarutan, bakteri gram positif akan mengalami dehidrasi membran sel namun tidak sampai pecah dan pori-porinya mengecil sehingga kompleks violet kristal dan lugol atau iodin tetap tertinggal di dalam sel dan bakteri tetap berwarna biru atau ungu. Sedangkan pada bakteri gram negatif, akan terdehidrasi sampai lemaknya terekstraksi dan pori-pori pada membrannya akan melebar sehingga semua kompleks violet kristal dan lugol atau iodin akan keluar dan sel bakteri menjadi tidak berwarna.

Pada saat penambahan cat penutup, bakteri gram positif tidak berpengaruh apa-apa dan warnanya tetap biru atau ungu. Sedangkan bakteri gram negatif akan mengikat cat penutup tersebut dan menjadi berwarna merah. (Trihendrokesowo.1989)

Dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer (violet kristal), larutan mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol), dan zat warna penutup (safranin). Larutan mordan berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna, mempersulit pelarutan zat warna, dan menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-yodium. Sedangkan etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja lambat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi penambahan zat warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer, dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya (Lay, 1994).

Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif memiliki kandungan lipida lebih besar dibandingkan dengan dinding sel bakteri gram positif. Lipida akan larut dalam alkohol dan aseton sebagai larutan pemucat, sehingga pori-pori dinding sel gram membesarkan dan meningkatkan daya larut kompleks kristal violet iodium pada dinding sel bakteri gram negatif, sehingga proses pemucatan berlangsung lebih cepat dibanding bakteri gram positif dan akhirnya terwarnai oleh cat penutup safranin yang berwarna merah (Lay, 1994). Pengecatan struktur merupakan pengecatan yang jarang dilakukan karena biasanya untuk melakukan pewarnaan pada flagela, endospora ataupun kapsula. Dimana tidak semua bakteri memilikinya. Namun pengecatan ini juga dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri, karena dengan pengecatan ini dapat diketahui keberadaan endospora, dan kemudian bakteri yang mengandung endospora dikelompokkan ke dalam genus tertentu; namun ada kelemahan dalam klasifikasi ini yaitu bila ada bakteri yang tidak tampak endosporanya setelah pengecatan maka belum tentu bisa dimasukkan ke dalam golongan bakteri tidak berendospora tapi mungkin saja karena lingkungan tidak terlalu buruk untuk melakukan pembentukan endospora. Endospora umumnya cukup besar dan berwarna hitam. Cara yang paling sering dipakai dengan memakai cat safranin dan malachite green yang dapat mewarnai spora di dalam sel. (Fardiaz.1992)

Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri. Endospora berbentuk sangat padat dan bersifat sangat refraktif bila dilihat di bawah mikroskop, karena kandungan airnya sangat rendah. Endospora sangat sukar diwarnai dengan pewarna biasa, karenanya harus digunakan pewarna spesifik, dan yang biasa digunakan adalah pewarna hijau malasit (malachite green). Pewarnaan endospora, sebenarnya merupakan pewarnaan yang hanya mewarnai satu bagian sel saja, sehingga dapat digunakan untuk membedakan dengan bagian lain dari mikroba bersangkutan. Endospora merupakan struktur yang dibentuk di dalam bakteri tipe-tipe tertentu, yang terbentuk pada akhir fase logaritmik, dan dibentuk oleh sel basilus, bersifat sangat tahan terhadap pemanasan, pengeringan, disinfektan, dan setelah diwarnai sukar untuk dihilangkan. Endospora ini dibentuk pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk pertumbuhan sel vegetatif (Fardiaz, 1992).

Endospora hanya terdapat dalam bakteri berbentuk batang (basilus) dan dapat dilihat dengan pewarnaan endospora. Pada umumnya, bakteri pembentuk endospora memang berbentuk batang, dan setelah membentuk endospora sporangium, bakteri akan mati lalu mengalami lisis (pemecahan membran sel). Spora bekas lisis memiliki ukuran cukup besar, sehingga dapat terlihat jelas pada mikroskop. Spora bekas inilah yang menunjukkan adanya endospora (Lay, 1994).

Dalam percobaan pengecatan endospora, setelah penetesan pewarna malachite green, dilakukan pemanasan. Pemanasan ini bertujuan untuk mengembangkan lapisan luar spora yang bersifat tahan terhadap perubahan faktor luar, yang dalam hal ini adalah penambahan bahan kimia berupa larutan pewarna malachite green, sehingga zat warna malachite green dapat masuk ke dalam spora. Setelah didinginkan, warna hijau tersebut terperangkap dalam spora, sehingga struktur endospora dapat diamati (Lay, 1994). Tujuan dilakukannya pemanasan pada percobaan ini supaya endospora dalam bakteri menjadi aktif, karena endospora dalam bakteri akan aktif jika pada saat lingkungan ekstrim dan kandungan airnya rendah saja. Pemanasan akan mempercepat pengecatan, dimana pemanasan membantu zat warna menembus dinding endospora. Sehingga meskipun dilakukan pencucian dengan air mengalir, semua zat warna bagian sel akan luntur kecuali zat warna pada endospora tetap tertinggal (Fardiaz, 1992).

Warna hijau ini ada yang hijau gelap dan ada yang hijau muda. Warna hijau gelap adalah bakteri berendospora yang berkoloni, sedangkan wana hijau muda adalah bakteri berendospora yang memisah. Lalu sel vegetatif yang berwarna merah muda ini didapat dari penambahan safranin. Penambahan safranin ini disebabkan karena sel vegetatif yang terdapat pada Bacillus subtilis tidak berwarna. Oleh karena itu penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan mengikat muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel sehingga sel vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal ini safranin tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994). Pada setiap proses pengecatan yang dilakukan, baik pengecatan sederhana, pengecatan gram, ataupun pengecatan endospora, selalu dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik. Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri, karena sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya tidak mengandung pigmen atau transparan, karena indeks bias sitoplasmanya hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair (Lay, 1994).

Sifat bakteri yang tidak berwarna sehingga hanya sedikit perbedaan warnanya dengan lingkungan di sekitarnya, membuat bakteri sulit diamati secara mendetail baik bagian selnya atau pun bentuknya. Oleh karena itu harus dilakukan suatu usaha untuk menambah perbedaan warna antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, dan usaha tersebut adalah pewarnaan. Namun masih ada kesukaran yang ditemui selama pewarnaan, yaitu tidak bisa masuknya pewarna ke dalam tubuh bakteri hidup, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut maka dilakukan usaha pembunuhan bakteri dengan fiksasi panas, karena pada umumnya fiksasi panas dilakukan di atas 600C sehingga bisa mebunuh bakteri yang tahan panas. Cat yang biasa digunakan adalah pewarnaan dengan ion organik yang dikenal sebagai pewarnaan dasr, dimana selanjutnya pewarnaan dasar tersebut bisa berikatan dengan ion negatif ataupun ion positif, dan membentuk pewarna asam dan basa. Dimana pewarna asam yang mengandung ion negatif hanya bisa mewarnai lingkungan sekitar bakteri atau dengan kata lain tidak bisa masuk dan terikat oleh sel sehingga tampak seperti daerah jernih dikelilingi daerah berwarna. Sedangkan pewarna basa yang mengandung ion positif bisa berikatan dnegan komponen-komponen yang ada di permukaan maupun di dalam sel itu sendiri karena komponen tersebut bermuatan negatif, dengan demikian pewarna basa bisa terikat oleh sel mati, dan pewarnaan inilah yang sering dipakai dalam pewarnaan sederhana, diferensial maupun struktur. (Bibiana.1994).

Bacillus subtilis merupakan bakteri yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak membengkak, sporanya langsing dan tidak melebihi diameter 0,9 m. Bacillus subtilis ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan gram positif. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. Sel khamir yang termnasuk jenis Saccharoyces mungkin berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz, 1992).Jenis bakteri yang termasuk gram positif adalah famili Micrococcaceae seperti Microsoccocus, Staphylococcus dan famili Streptococcaceae seperti Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Aerococcus. Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara berpasangan, atau membentuk rantai pendek dan panjang tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). 1.2.Tujuan Praktikum

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis dan cara pewarnaan bakteri seperti pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan endospora, dan pewarnaan spora yeast, dan juga membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif serta ciri-cirinya.. 2.MATERI DAN METODE2.1.Materi2.1.1.Alat

Dalam praktikum ini alat-alat yang digunakan adalah bunsen, gelas objek, kaca penutup, jarus ose, mikroskop, pipet, korek, serbet, dan tissue. 2.1.2.Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan violet kristal, lugol, alkohol, larutan safranin, methylen blue, larutan hijau malasit, Bacillus subtilis, Streptococcus thermophilus, Escherichia coli, Sacaromyces cereviseae,aquades, vaselin.2.2.Metode

2.2.1.Pewarnaan SederhanaPertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes. Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat. Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna methylen blue. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan sederhana ini adalah Bacillus subtilis dan Streptococcus thermophilus.2.2.2.Pewarnaan Gram

Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes. Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat. Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna violet kristal. Kemudian dibiarkan selama 1 menit. Setelah itu dibilas dengan air mengalir, sisa air yang tertinggal dikeringkan, lalu ditetesi dengan lugol. Kemudian didiamkan selama 1 menit, Setelah 1 menit, dicuci kembali dengan air mengalir dan kemudian dihilangkan warnanya dengan alkohol. Setelah itu diberi pewarna safranin dan didiamkan sampai kering. Setelah kering, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan gram ini adalah Escherichia coli dan Streptococcus thermophilus.2.2.3.Pewarnaan Spora

Pertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes. Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat. Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna hijau malasit. Kemudian dipanaskan selama 3 menit tetapi jangan sampai kering. Setelah itu dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan spora ini adalah Bacillus subtilis. 2.2.4.Pewarnaan Spora YeastPertama-tama kaca preparat disiapkan. Kemudian ditetesi dengan aquades sebanyak 1 tetes. Setelah itu mikroorganisme diambil dengan jarum ose dan letakkan pada kaca preparat. Kemudian dikeringkan. Setelah kering, kemudian difiksasi dan lalu diberi pewarna violet kristal. Kemudian dipanaskan selama 3 menit tetapi jangan sampai kering. Setelah itu dicuci dengan alkohol, lalu dikeringkan. Kemudian diberi pewarna safranin dan didiamkan selama 10 detik. Cuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Kemudian diamati dengan mikroskop dan dicatat. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan spora yeast ini adalah Sacaromyces cereviseae.3.HASIL PENGAMATAN

Jenis PengecatanJenis MikroorganismeGambarKeterangan

SederhanaBacillus Subtilis

warna: transparanperbesaran: 100 x 10

SederhanaStreptococcus thermophilus

warna: transparan

perbesaran: 100 x 10

GramEscherichia coli

warna: merah

perbesaran: 100 x 10

GramStreptococcus thermophilus

warna: merah keunguan

perbesaran: 100 x 10

bentuk: coccus

SporaBacillus Subtilis

warna: hijau kebiruan

perbesaran: 100 x 10 + minyak imersi

Spora YeastSacaromyces cereviseae

warna: transparan

perbesaran: 100 x 10 + imersi

4.PEMBAHASAN

Pada percobaan pewarnaan sederhana, hasil pengamatan menunjukan warna transparan. Padahal yang seharusnya adalah menghasilkan warna biru sesuai dengan zat warna yang digunakan yaitu methilene blue. Hal ini disebabkan karena sel yang diamati belum mati. Mungkin karena fiksasi yang dilakukan kurang lama dan kurang panas. Proses fiksasi ini dilakukan dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik. Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri, karena sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya tidak mengandung pigmen atau transparanSelain itu pewarna juga tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri hidup. Dengan fiksasi maka akan membunuh bakteri yang tahan panas. Cat yang biasa digunakan adalah pewarnaan dengan ion organik yang dikenal sebagai pewarnaan dasar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Lay, 1994.Pada pecobaan pewarnaan yang sederhana ini digunakan 2 macam mikroorganisme, mikroorganisme tersebut adalah Bacillus subtilis dan Streptococcus thermophilus. Pada pengecatan sederhana Bacillus subtilis, seharusnya dihasilkan mikroorganisme dengan warna biru. Warna biru ini berasal dari methilene blue yang tertinggal di dalam sel (Timotius, 1982). Sedangkan bentuk yang dihasilkan adalah lonjong seperti batang dan hal ini sesuao dengan pernyataan Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa Bacillus subtilis ini berbentuk batang. Selain itu tampak juga bentuk koloninya yaitu seperti rantai pendek. Sedangkan pada pewarnaan sederhana Streptococcus thermophilus seharusnya dihasilkan mikroorganisme dengan warna biru. Warna biru ini berasal dari methilene blue yang tertinggal di dalam sel (Timotius, 1982). Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara berpasangan, atau membentuk rantai pendek dan panjang tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya (Fardiaz, 1992). Hal ini sesuai dengan hasil percobaan kali ini yaitu terlihat bentuk yang bulat tunggal atau tidak menggerombol.

Pada percobaan pewarnaan gram digunakan dua macam bakteri. Kedua bakteri tersebut adalah E. Coli dan Streptococcus thermophilus. Pada mikroorganisme Streptococcus thermophilus didapatkan hasil pengamatan mikroorganisme yang berbentuk kokus dan mempunyai warna merah keunguan. Hasil ini menunjukkan kesalahan karena tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut Fardiaz (1992), hal ini disebabkan karena bakteri yang termasuk golongan Streptococcaceae merupakan bakteri gram positif hal ini menyebabkan pada saat pelarutan, bakteri ini akan mengalami dehidrasi membran sel namun tidak sampai pecah dan pori-porinya mengecil sehingga kompleks violet kristal dan lugol atau iodin tetap tertinggal di dalam sel dan bakteri tetap berwarna biru atau ungu. Dan pada saat penambahan cat penutup, bakteri gram positif tidak berpengaruh apa-apa dan warnanya tetap biru atau ungu (Trihendrokesowo.1989). Kesalahan ini kemungkinan disebabkan terlalu tebalnya preparat yang mikroorganisme yang diambil sehingga dapat menghambat hilangnya pewarna pada saat dicuci dengan alcohol. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif (Gaman & Sherrington, 1994) hal ini sesuai dengan hasil pengamatan preparat yang berwarna merah. Warna merah ini dikarenakan sel bakteri ini akan terdehidrasi sampai lemaknya terekstraksi dan pori-pori pada membrannya akan melebar sehingga semua kompleks violet kristal dan lugol atau iodin akan keluar dan sel bakteri menjadi tidak berwarna. Setelah diberi safranin bakteri gram negatif yang tidak berwarna tersebut akan mengikat cat penutup yang berasal dari safranin dan menjadi berwarna merah (Trihendrokesowo.1989).

Percobaan pewarnaan spora yeast berbeda dari pengecatan yang lain, pengecatan ini tidak menggunakan bakteri. Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah Saccaromyces cerevisiae. Mikroorganisme yang terlihat pada pecobaan ini berwarna transparan. Hal ini dikarenakan pada pengecatan spora, spora sangat sukar diwarnai dengan pewarna biasa, karenanya harus digunakan pewarna spesifik, dan yang biasa digunakan adalah pewarna hijau malasit (malachite green) seperti yang diungkapkan oleh Fardiaz, 1992. Sedangkan dalam pewarnaan spora yeast ini pewarna yang digunakan adalah violet kristal sehingga pewarna ini pun belum dapat diserap oleh spora sehingga pada saat dicuci warna violet kristal pun ikut menghilang. Sel khamir yang termnasuk jenis Saccharoyces mungkin berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz, 1992). Kegagalan pewarnaan ini mungkin disebabkan oleh terlalu tipisnya preparat yang dibuat dan kesalahan dalam fiksasi.5.KESIMPULAN Pewarnaan mikroorganisme bertujuan agar lebih mudah dilihat dan dipelajari. Pengecatan sederhana merupakan pengecatan yang hanya menggunakan satu jenis pewarna saja. Untuk dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi penyusun dinding selnya maka dapat dilakukan pengecatan gram. Bakteri gram positif menghasilkan warna biru atau violet. Bakteri gram negatif menghasilkan warna merah. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif, berspora, dan mempunyai bentuk batang.

S. thermophilus merupakan bakteri gram positif dan bebentuk kokus.

E.coli merupakan bakteri gram negatif.

Dalam pengecatan gram digunakan zat warna primer (violet kristal), bahan peluntur (alkohol), dan zat warna penutup (safranin). Larutan lugol berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna, mempersulit pelarutan zat warna, dan menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet. Etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja lambat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi penambahan zat warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer, dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya. Dalam pengambilan preparat sebaiknya tigak terlalu tipis atau terlalu tebal.

Pemanasan pada pewarnaan endospora bertujuan untuk membantu zat warna menembus dinding endospora. Fiksasi bertujuan untuk mematikan mikroorgasnisme sehingga dapat diamati.6.DAFTAR PUTAKABibiana,W.L. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Gaman, P.M. & K.B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.Hadioetomo, R.S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Lay, B.W. (1994) . Analisis Mikroba dalam Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.Timotius, K.H. (1982). Mikrobiologi Dasar. University Kristen Satya Wacana. Salatiga.Trihendrokesowo. (1989). Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.7.LAMPIRAN

7.1.Laporan Sementara14