petuah kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...pelangi -...

68

Upload: others

Post on 17-Jul-2020

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja
Page 2: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

1

Petuah Kampung

Page 3: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

2

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, se-bagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaima-na dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipi-dana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).

Page 4: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

3

Petuah KampungWilly Ana

Page 5: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

4

PETUAH KAMPUNGKumpulan PuisiWilly Ana

Penulis: Willy AnaEditor: Tim ImajiLayout: Tim ImajiCover: Mustafa IsmailGambar cover: Internet

Cetakan I: September 2017

ISBN: 978-602-1545-22-5

Penerbit:Imaji IndonesiaHP/WA 0852 6835 4106Email: [email protected]

Dicetak Oleh:cetakbukumu.comJakarta

Page 6: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

5

Dari Penerbit

Tanah kelahiran itu selalu indah. Tak sekedar ntuk bernostaligia, lebih dari itu kampung halaman adalah sumber inspirasi dan gagasan. Sangat ban-

yak hal menarik bisa dipetik dari sana: mulai dari persoa-lan masyarakat hingga tradisi dan kebudayaan. Dari uru-san ekonomi dan politik hingga hubungan sosial. Dari soal makanan hingga cinta dan kasih sayang.

Penulis bisa dengan mudah menulis tentang kampung halamannya karena ia paham betul tentang itu. Sebab, itu adalah “darah-dagingnya”, keseharian dan kehidupannya. Selanjutnya, tulisan-tulisan itu tidak sekedar menyampaikan “peristiwa” dan gagasan, juga memperkenalkan atau mem-promosikan “sesuatu” tentang kampung halaman.

Penerbit Imaji sangat mengapresiasi karya-karya yang berangkat dari kampung dan menjadikan kampung sebagai inspirasi penciptaan. Dalam karya-karya Willy Ana, ia tidak hanya mendedah kampungnya sendiri, juga “kampung orang lain” alias budaya di daerah lain yang menyentak kepekaan estetiknya, misalnya Siak (Riau), Baduy, dan lain-lain.

Dari sana kita menemukan puisi-puisi yang boleh dibi-lang segar tidak hanya dari sisi tema, juga dari sisi diksi, simbol dan metafora. Membaca puisi-puisi Willy Ana, mis-alnya, kita diperkenalkan dengan diksi nujuh likur, tabot, kenekes, dan lain-lain.

Page 7: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

6

Tentu saja Begkulu, tanah kelahiran penyair, menjadi arus besar tema dalam puisi-puisinya. Sehingga kita pun jadi sedikit mengenal tradisi dan kebudayaan propinsi itu, yang sebelumnya asing bagi kita.

Puisi memang bergerak dalam keliaran imajinasi, tapi tak bisa dipungkiri -- sebagaimana karya-karya sastra lain-nya -- ia tidak lepas dari “bumi”. Sebab, bumilah tempat para penulis itu berpijak, menggali dan mengolah gagasan dan inspirasi.

Maka itu, sebagai warga Bengkulu, sekaligus warga In-donesia, ia mencoba menelusuri jejak-jejak kebudayaan dan masyarakat yang sangat berwarna itu. Peristiwa-peristiwa kultural itu “direbut” menjadi peristiwa puitikal. Sehingga, secara tidak langsung, ia sedang berusaha menjadi “juru bi-cara” kebudayaan Bengkulu di tempat yang jauh dari dae-rahnya itu.

Inilah, salah satunya, yang mendorong kami memfasil-itasi ruang bagi penyair ini untuk terus memperkenalkan karya-karyanya.

Depok, 1 September 2017

Page 8: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

7

Daftar Isi

DARI PENERBIT, 5

SERAWECerita Senja - 12

Petuah Kampung - 13Kanekes - 15Lorong - 16

Nujuh Likur - 17Dendang Zapin - 18

Istana Siak - 19Tulang Rusuk - 20Lembar Puisi - 21Lipatan Arloji - 22

Tempoyak - 23Serawe - 24

TABOTKopi Pagi - 27

Kabut Cimanuk - 28Lagu Biru - 30

Iqra - 32Malam -33 Pelangi - 34

Pagi - 35Sudut Malam - 36

Page 9: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

8

Danau - 37Tangis Senja - 38

Matahari - 39November - 40

Artefak - 41Tabot - 42Bara - 44Pijar -45

Kidung Malam - 46Dongeng Pohon - 47

Lalat - 48Bintang Biru - 49

Pahit - 50Katil - 51

Sayap Rindu - 52Senja - 53

Rafflesia - 54Marlborough - 55Bayang Senja - 56

Samudra - 57Selimut - 59

Mutiara Merah - 60Bukit Salju - 61

TENTANG PENULISWilly Ana - 64

Page 10: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

9

Pulanglah nak, pada rejung yang mengurai bait-bait

pada lembar hari hingga sungai di sudut matamu seperti rawang di lubuk betung

Page 11: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

10

Page 12: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

11

Serawe

Page 13: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

12

CERITA SENJA

Pada senja yang murungAku terkurung

dalam mendung yang tergantung

Menampik bayang daduYang membuat gagu

Bulir-bulir kecilmengalir ke hilir

Kusibak hamparan kabutyang semerawut

Menjadi tamanDi kedalaman laut.

2 Desember 2016

Page 14: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

13

PETUAH KAMPUNG

Pulanglah nak, kepada tanah, rimbun hutan, dan kicau burung yang memberi melodi di kabut pagi

Meski detak arloji menghapus bayangpada cerita yang kau gerus di ladang itu

Tapi napasmu masih melekat di kerumunan ikan mungkuspada sungai yang tandus

Tak kan tanak periuk menggantung pada lipatan hari tanpa kau siram dengan peluh yang mengupas waktumu

Pulanglah nak, pada rejung yang mengurai bait-bait pada lembar hari

hingga sungai di sudut matamu seperti rawang di lubuk betung

Mungkin bola salju itu telah menjadi bara, membakar sketsa pada diary tahun yang kau cipta

Pulanglah nak, menarilah bersama meriam bambu di gubuk itu, pipit-pipit itu menanti tembangmu

Depok, 8 Juni 2016

Page 15: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

14

Mungkus: ikan khas di Bengkulu.Priuk: panci tempat menanak nasiRejung: tembang khas sumaera selatanRawang: banjir Lubuk: genangan air di tengah-tengah sungai

Page 16: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

15

KANEKES

Di kedalaman rerimbunan pohon-pohon, tebing curam, dan sungai napas-napas itu berhembusMenyibak kabut di bukit-bukit liarmenyatu pada pohon-pohon kekar

napas mereka adalah hijaunya dedaunan, jernihnya mata air yang mengalir tak cuma ke hilir

mata mereka adalah rinai-rinai senja di bawah temaram kampungyang mencipta mimpi-mimpi hingga matahari

Tangan mereka seperti akar-akaryang menjadi tungku bagi biji-biji padiyang segera matang

Baduy/Depok, 15 Mei 2017

*) Kenekes -- nama lain dari Badui

Page 17: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

16

LORONG

Kau masuk pada lorong-lorong, seperti berlari ke masa kecil, bermain-main dengan senuksambil mendaki takbir

Bentangan sajadah mengikis gundukan lumpurdi jalan kecil ituyang menjebak kita pada telaga kering

Kau benamkan diri pada ayat ituseakan menjelajahi shiratdan menyongsong diri pada Arsy-Nya

Daun pun tersenyum dan lampu-lampu tak henti menyala

Sebelum malam lindapkau telusuri kuncup mawarpada khusuk sujudtengadah pada yang Esa.

29 Mei 2017

Senuk (Bahasa Bengkulu) = kolak

Page 18: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

17

NUJUH LIKUR

Anak-anak itu memukul bulan pada sayak-sayak itumenjelma tarian pada bara yang memancar di setiap kepingnya

Tungku-tungku menghidangkan ayat-ayatyang menembus seribu purnama

Orang-orang mengunyah mantra-mantrapada lemang dan tapai pada malamnya

Suara tetabuhan menghantar ke sepertiga malamhingga serak dendang bertalu dalam kelam

Depok,5 Juni 2017

Sayak (Bahasa Bengkulu): batok kelapa/tempurung

Page 19: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

18

DENDANG ZAPIN

“Petinglah gambus sayang lantang berbunyiDi sambut dengan tengkah meruas Saya bernyanyi sampai di sini Mudah-mudahan hadirin semua menjadi puas” *)

Ku rentakkan kakiku, bersama iringan syair melayu itu, dengan petikan gambus yang berbunyi lantang, juga para bujang

Syair zapin yang mendayu,seakan terbang ke dunia rindu,

Dan berlabuh pada dermaga laksmana raja di laut hingga mata semua terpaut

Melayuku, kupijakkan kakiku pada bumimu yang terus menghentak suara rebana pada ruang zaman yang makin kelam

Seakan menjelma infus pada nadiku yang takkan pernah mati di telan waktu

Melayuku, tetap berdendang pada nafasku

Depok, 12 Juli 2017

*) syair Zapin.

Page 20: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

19

ISTANA SIAK

Biarkan ku nikmati pagi ini dengan barisan marmer yang melekat di dinding-dinding umpama bukit dengan salju-salju

Dengan puluhan bilik yang membawa aroma dupa pada setiap sudutnyaJuga aroma saudagar-saudagar dari benua eropa masih melekat di tembok-tembok mewah itu

Dan ingin ku manjakan juga telingaku dengan komit yang menembus mimpiku pada Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaiffudin pada zaman itu

Entah sudah berapa musim terlewatkan,tapi aku masih saja tetap terpaku

Masih saja ku ingin tahu di mana merpati-merpati itu yang membawamu terbang hingga akhir waktu

Namun tembok kuningmu tetap beku dalam misteri itu

Depok, 14 Juli 2017

Page 21: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

20

TULANG RUSUK

Lelakiku, mau kau letakkan di mana namakujika nafasku sudah kembali pada keabadian

Apakah akan selalu kau selipkan di setiap desahmu, di ujung musim dan dalam lindapnya malam

Atau akan kau hembuskan dan berterbangan di udara lalu hilang

Aku hanyalah jantung yang selalu mengompa waktu, dan siap menanti jarumnya sampai pada titik janjiku

Namun sebelum itu, akankah jejak-jejak itumenjadi sebuah potret warna warni,

pada sketsa kampas yang setiap guratan ituadalah puisi kau dan aku

Hingga tetap tersenyum di dinding itu meskipun wangiku sudah beku

Lelakiku, aku ingin tertanam dalam rusukmu

Cikini, 20 Juli 2017

Page 22: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

21

LEMBAR PUISI

Kau telah menutup halaman puisi itu, walau kau tahu lembaran-lembarannya masih belum usai

Di ujung musimDi dinding bukit Masih tergores tinta diksi yang belum terurai

Entah, mungkin kuasnya sudah lusuh hingga tak mampu memberi pelangi pada paragrafnya

Atau mungkin pelangi itu enggan timbul hanya sekedar untuk menyapa lewat senyum di warnanya

Puisi, setipis embun di pagi hari kau hilang bersamaan munculnya bara

Depok, 2 Juli 2017

Page 23: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

22

LIPATAN ARLOJI

Aku menghitung lipatan arloji yang menggantung pada laman tak bertuan

Begitu usangnya, padahal dulu kita mengukir cerita ber-sama tanpa jedah

Entah sudah berapa musim terlewatkan, sampai Kamboja itu kini sudah beruban

Namun laman itu tetap bisu,bahkan mulai beku

Depok,5 Juli 2017

Page 24: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

23

TEMPOYAK

Aku mengaduk musim pada kuali yang sedang ditanakSambil membayangkan pemetik duren yang berjaga semalaman

Di sawah-sawah petani cabe merakit anak-anak tangga di tanah yang pecah-pecahSambil menjahit jala yang koyak oleh jari-jari karangDengan campuran peluh masa silam yang semakin lapuk dan sesak

Setelah berhari-hari dia dikurung dalam toples-toples merahSeperti kembali pada hikayat Abdullah pada masanya

Namun racikan itu tetap terhidang di meja petang

Depok, 17 Agustus 2017

Page 25: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

24

SERAWE

Putih juga wangi rupamuTertuang pada mangkok biru itu : Serawe

Daging durenSantan kelapaNasi ketan Juga gula merah

Legit senja tatkala kusasap aroma tubuhmuserupa kertas-kertas yang berceceran di pagi yang basah

Parasmu tetap melekat pada mimpi-mimpi para perantaumeskipun kota telah melempar mereka ke dalam hikayat lampau

Depok, 17 Agustus 2017

Page 26: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

25

Tabot

Page 27: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

26

Josep Colin tetap kokohDengan tembok-tembok yang dingin

Page 28: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

27

KOPI PAGI

Di antara tembok tiga warnaPutih, abu-abu, dan merahSerta TV yang semakin dinginKita menenggak segelas kopi

Malam pun semakin panjangMembuai desir-desir anginMelepas kulitnya yang tembagaSatu demi satu

Kita terus menghirup bercangkir-cangkir kopiSampai malam menghitam dan diamSampai kita mabuk dan kasmaran

Sampai pada tegukan terakhirKita benar-benar menjelma penariMelompat-menari di dalam gelasHingga pagi itu pun pecah

Depok, 16 Oktober 2016

Page 29: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

28

KABUT CIMANUK

Senja berkabutMatahari mulai kalutTertutup selimut

Bulan kusut Tak ada tempat tuk berpautTubuhku susutKarena akar itu terlucut

Langit redupTubir sungai kuyupDicengkram jemari hujan Semalam

Rambut kusutDiserut merkuriYang tumpah Di jembatan ituDari kelamin para lelaki

Page 30: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

29

Mata itu buramTak bening lagiMenatap air terjunYang tak henti menari

Pohon-pohon terbakarSeperti cinta terlantar

Depok,16 September 2016

Page 31: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

30

LAGU BIRU

Nyanyian musim ituMenyeruak tunas-tunas baruMenari di berandaLagu-lagu tua

Seroja merebak di ujung senjaMengeja setiap aksaraMengukir rupaYang terkubur lumut usia

Pucuk-pucuk ilalangMenutupi ruang-ruangAkarnya meliliti kakiTersendat dan terhenti

Kita memandang senar-senar gitarBerbunyi sendiriSuara kacau dan parauTanpa not dan biduan

Dan di seberang lainSeorang tua meniupkan sang kalaSeperti pesuling yang kesetananSeperti pecinta yang kasmaran

Page 32: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

31

Malam terus mendakiMelompati laut dan Benua HindiMelukis mimpi-mimpiHingga Matahari

Depok,27 September 2016

Page 33: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

32

IQRA

Di sudut meja ituIa tertutup debuTak tersentuh kalbuLusuh membeku

Tenggelam dalam hiruk- pikuk jalananBukan lagi tiang-tiang yang menopang jiwaBukan lagi hujan yang menyejukkan semestaKau melupakannya

O pohon-pohon ZaitunSenandungkanlah ayat-ayat –KuYang mengalirkan sejuta embunKe lorong-lorong hidupmu

Senandungkanlah Al-Fatihah-KuMengisi bilik-bilik jiwamuAn-Nas menangkis semua belengguYang menikam sukmamu

BacalahBacalahBacalahBacalah

Depok,13 September 2016

Page 34: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

33

MALAM

Malam melepuhMenghadirkan bayangan bulanYang terpenggalSeperti yang terbang jauh

Entah kemana Matahari ituTarian angin digigil musimSeperti lagu-lagu tua diujung senjaKitapun mabuk!

Tapi kau kini suntukDatang dengan wajah berdarahMembuat cuaca begitu burukLangit memerah

Aku seperti mengejar-ngejar anginBertiup dari ranting ke rantingDan jatuh diujung sepatuDaun itu jadi debu

Depok,11 September 2016

Page 35: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

34

PELANGI

Pelangi itu merekahMenghentak saraf-saraf BumiSeperti kuda lari kencangMemacu denyut nadi

Dan pelangi itupun membuncahMengirim musim semiHingga mimpi-mimpiSeperti kuncup-kuncup Seroja yang merona

Ia membangun halaman rumah Dan taman bungaLengkap dengan para penariYang selalu menyiramnya

Depok,7 Oktober 2016

Page 36: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

35

PAGI

Selamat pagi pelangi

Sarapan bersamamuMengobati sekujur tubuh yang lukaTaburan coklat dan kejuMelumerkan langit biru

Setiap denyut nadiPenuh denting melodiSerupa bait demi bait puisiMenusuk relung hati

Selamat pagi pelangi

26 Oktober 2016

Page 37: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

36

SUDUT MALAM

Pekat malam ini berkeliaranMenyelinap setiap sudutMembawa potongan-potongan roti Lengkap dengan brotoali

Dalam heningSepasang bola mata itu liar menatap atap-atap takdirMengupas setiap baitDari puisi yang terlahir

Malam beranjak hingga subuhRapuh semakin merengkuh

19 Oktober 2016

Page 38: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

37

DANAU

Riak danau ituSeperti kepak sayap angsa

Meluruhkan bulu-bulu halusnya di atas airmembentuk garis-garis pelangi

Senja itupun meredupDengan teratai-teratai yang semakin menguncup

Daun-daun tetap riuh di pucukSeperti camar-camar yang mulai suntuk

Dan sorot mata ikan-ikan itu sayu seperti pohon randu yang merindu

16 Oktober 2016

Page 39: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

38

TANGIS SENJA

Dalam derai senjaMengalir sungai-sungai kecilMenyebar aroma hujan

Tangisanmu menusuk-nusuk malamSeperti merpati terkerat nadi

Biduk-biduk itu menepiSeperti kapal terdampar

Kita menulis kegelapanMenyaksikan tarian-tarian hitam

Maut yang mengetuk-ngetuk Seperti kekasih abadi

Kita kembali pada keabadian mimpiTersenyum dalam dentang melodi

1 Oktober 2016

Page 40: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

39

MATAHARI

Lelap yang panjang takkan tersamar dalam dengkurmuTapi iramanya tetap menggelegar pada bait-bait sajak itu

Hanya gumpalan-gumpalan tanah menjadi dinding keabadianMenjadi bantal dan guling keariban

Ladang anggur yang kau semai merebak hingga akar-akarnya menjalar ke setiap padang tandus

Wanginya seperti kesturi berhembus

Sinar dari petikan cahaya yang kau rajutadalah matahari dalam singgasana tidurmu

Ladang-ladang pun setiaseperti jari-jari lembutmu yang mengelusnya dengan cinta

3 Oktober 2016

Page 41: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

40

NOVEMBER November datang seperti jari-jari hujan yang tajam menembus kerikildan batu-batu hitam menepis aroma sepatu yang membius rongga hidungku hingga membiru Lembar-lembar kelopakmutumbuh dalam lumut waktu Tapi wanginya sekejap terus berlalu Rafflesia, engkaulah sosok tubuhyang selalu mengganggu tidurku menghadirkan istana di tengah kota

Depok, 20 November 2016

Page 42: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

41

ARTEFAK Arloji yang berlumut Meyibak halaman buku-buku tua Dan keping-keping artefak Beku dan berdebu Aroma keringatmu Memanggil di balik tirai itu Menyebar butiran benih mawar merah Pada taman bunga Hembusan angin membawa pesan Sepenggal angan Dan gamang menunggu Diantara timbunan rindu Depok, september 2015/November 2016

Page 43: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

42

TABOT Lelaki putih Perempuan putih Makin pipih Laut tak lagi bergelombang Pantai jadi warna warni Seperti pasar malam di kota-kota Tak ada lagi Syekh Burhanudin Imam Senggolo itu Memimpin tetabuhan Pada bulan Muharam Ia terperosok pada lobang waktu Menjadi artefak Sunyi dan beku Tak ada lagi Husein bin Ali bin Abi Thalib,cucu sang Rosul Yang gugur di Karbala Melawan Yazid bin Muawiyah Bunyi-bunyian dari dol dan tessa Hilang di tiup angin Dan suara-suara parau Perempuan bergincu Mendayu membelah malam

Page 44: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

43

Orang-orang laut pulang Setelah melarungkan sampan kecil Berisi doa-doa dan kenangan Ke laut 20 November 2016

Dol -- sejenis beduk di Bengkulu. Tessa -- sejenis rabbana

Page 45: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

44

BARA Seperti di tengah hutan Aum harimau,seringai srigala dan lolongan anjing Melengkapi jari-jari malam yang runcing Melempar bola api kian kemari Aku melompat dari satu pucuk ke pucuk pohon Sambil menyebut namamu bekali-kali Hingga serak suara malam Dan gerimis menjadi melodi paling abadi Aku membuka kitab-kitab Dari baliknya kau mencibir Meruntuhkan huruf-huruf zikirku Mengobarkan api di tungku-tungku Seperti di tengah lautan Ombak tak henti mengguncang Aku adalah kapal yang kesepian Menjala ikan hingga ke seberang Depok, 16 September 2015 /November 2016

Page 46: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

45

PIJAR Jika malam adalah lentera Pekatnya menjelma permata Kita adalah sepasang angsa putih Mengepak-ngepak sayap di bawah purnama Dan kilau itu merayap dalam darahku Membentuk pulau-pulau dari negeri dongeng Dan kita berlarian di halaman Seperti dua bocah yang baru mendapatkan mainan Pijar itu selalu turun dari kening bintang Dari mataku, dari matamu: danau putih salju Tempat angsa- angsa berenang itu Depok, 18 September 2015 /November 2016

Page 47: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

46

KIDUNG MALAM Di atas daun-daun malam Ku rebahkan seluruh tubuh dan kepenatan Menari di atas luasnya laut Hingga dasar terdalam Kelopak-kelopak bunga Mekar bak kuncup-kuncup seroja Mengirim tepi pantai Dengan ombak-ombak yang tenang Di tempa cahaya bulan Lampu-lampu makin tua Peri-peri terus bernyanyi Semerawut dengkurmu Seperti melodi yang kusut Depok, 22 november 2015/18 November 2016

Page 48: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

47

DONGENG POHON Pohon-pohon yang tumbuh di rambutmu Daun-daunnya terjuntai hingga mataku Tiap sore sepasang kupu-kupu selalu hinggap Menetaskan butir-butir salju Pohon-pohon yang tumbuh di daun pintu Semilir angin menyerbu hingga tungku Kita terlelap di kamar Memetik bintang-bintang Mengapa pohon-pohon tumbang dalam tidurku Dan kau terbang seperti kupu-kupu Sepasang bocah berlari buru-buru Menangkapmu Tidurku tiba-tiba menjadi beku Seperti bongkahan salju menindih kepalaku Kamar mendadadak bisu Dalam temaram lampu-lampu Aku memanggilmu tapi kau terlanjur berlalu Masuk ke dalam pohon itu Depok, Desember 2015/November 2016

Page 49: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

48

LALAT Seekor lalat hinggap di ujung jariku Menyelinap di balik kuku Menyusup ke dalam darah Lepas di nadiku Seperti vaksin Kebal akan ulat-ulat daun Melobangi setiap lembarnya Dengan taring bisa 19 November 2016

Page 50: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

49

BINTANG BIRU

Ketika bintang-bintang biruTak juga menembus langitmuSecangkir kopi meniupkan aroma melatiMenerbangkan asap-asap putih seperti langit subuh

Dan cangkir coklat tua ituMengirimkan musim-musim semiLengkap dengan sepotong tepi pantaiKita berlarian seperti meniti buih mengamit senja

Tarian tinta di cakrawala merengkuhBintang-bintang yang rapuh

Depok,12 September 2016

Page 51: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

50

PAHIT

Pahitnya kopi menyuguhkan danau,Sepotong bulan dan senja keemasan

Melumatkan mimpi-mimpi buruk danHari sibuk berdecak pada setiap keajaiban

Kita menyemai benih-benih Pohon-pohon pada tiap letupan

Menyeduh kopi di sebuah senjaMelukiskan gumpalan-gumpalan awan

Bersama sisah-sisah ampas yang membentuk perdu-perdu pagi

Dalam ruang-ruang senyap yang pekat

Menghirup secangkir kopi Membahasakan cinta pada setiap peluh

Membanjiri tubuh dan melepuh

Depok,12 September 2016

Page 52: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

51

KATIL Daun-daun luruh Pada pohonmu yang teduh Malam.terlepas dari tangkainya Rebah di katil itu: Sepotong danau Dengan angsa-angsa putih Berenang-renang di tepian Di bawah cahaya bulan Depok, November 2016

katil ==> dipan

Page 53: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

52

SAYAP RINDU seandainya kau tahukepak-kepak sayapmu patahtanpa mantra-mantra yang kau hembuskan lewat nafas melodi syair itu 8 November 2016

Page 54: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

53

SENJA Langit menangis pada senja yang menipis Di pojok kafe itu merpati putih tersedu-sedu Gagu

Seakan enggan untuk berlagu Menatap kosong pada riak danau yang gelap dan membisu Syair yang kau dendangkanbak belati menikam jantung Menembus pusaran ujung Kabut itu semakin menebal Memudarkan cahaya matamu Semakin mencabik-cabik malam

Semakin kelam 8 November 2016

Page 55: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

54

RAFFLESIA

Seperti putri maluKau muncul di rerimbun semak itu Aroma kafan menyebarke segenap penjuru kau memilih aku: Bengkulu untuk senyum pertamamu Depok, November 2016

Page 56: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

55

MARLBOROUGH

Melihat zamanpada laut yang membentangTerdampar pada pelabuhan

abad yang panjang

Pedagang rempahPesta perkawinanDan peperangan berdarah

Josep Colin tetap kokohDengan tembok-tembok yang dingin

Seperti kura-kuraYang terus melangkahBersama lumut usia

Depok,4 Desember 2016

Page 57: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

56

BAYANG SENJA

Pada senja yang murungAku terkurung pada kabut yang tergantung

Menapik bayang semu akan belengguYang membuat gagu

Bulir-bulir kecil mengalirpada sungai di sudut mataku

Menghadirkan bayang-bayang hitamAkan jejak yang tertanam

Kusibak hamparan kabutyang semerawut

2 Desember 2016

Page 58: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

57

SAMUDRA

Ibu,

Jika rengek menjadi hujantak lelah kau mengayunkan malam hingga seluas samudra

Matamu sayumeniti waktu

Melepas petang dengan senandung nina bobokpada bintang-bintangnyagemerlap di rembang senja

Cahaya matamu tak padamMenembus jantung malam

Pundakmu tak pernah lebamMenggotong batu- batu hitam

Kau tuntun langkah ituPada embun di rumput pagi hari

Hingga jejak kaki ini makin jauhMelewati titian bara

Page 59: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

58

Kau tiupkan mantra-mantraPada pohon-pohon di halamanAgar tumbuh menjadi mutiara

Ibu

Depok, Desember 2016

Page 60: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

59

SELIMUT

Apakah masih rekatpada salju di pagi ini

Teriknya sudah membakar ribuan kalorikuTapi belum juga ku lihat kau mengeringkan diri

Atau apakah panas itu sudah berubah beku

Aku hanya terdiam di pojok sambil menghitung detak arloji

Berharap desiran angin menyambutku

Tapi hingga bilal mengumandangkan adzantetap saja kamarku belum kau ketuk

Page 61: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

60

MUTIARA MERAH

Gesekan lembar-lembar mutiara merah ituSeperti melodi yang mendayu-dayu

Menebar wangi kesturi ke segala penjuru

Mengirim mantra-mantraPada inong dan agamnya

Bungamu seperti hamparan embun di padang rumputSerupa kabut

Butir-butir merah pada dahan ituSerupa senyum yang bergelayut

Desember 2016

Page 62: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

61

BUKIT SALJU

Kembali ke jalan ituSetelah mendaki bukit-bukit salju Dan berselancar di atasnya

Langit terlipat

Kaku dan bekuTerlepas dari dekapan malamYang membuai mimpi-mimpi

Hingga matahari

Pendakian itu sudah usaiApa yang diinginkan pada jejak tanpa bekas

Hanya biasYang selalu terkupas

Seperti sampan tanpa bidukSeperti ikan yang tercidukMegelepar dan terkapar

Seperti buih-buih menjajak di atas ombakmemandang takdir

Page 63: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

62

Agar laut tetap berzikir

Tapi pantai tetap gamangpada rintih camar

Jakarta, Desember 2016

Page 64: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

63

Tentang Penulis

Page 65: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

64

Willy Ana

Willy Ana lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Setelah menamatkan diploma bidang komputer di Bengkulu, ia

hijrah ke Jakarta pada 2002. Ia sempat bekerja pada perusahaan makanan dan perusahaan kontruksi. Tapi, karena alasan keluar-ga, ia berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga biasa.

Kini ia total menjadi dan mengembangkan dirinya sebagai penulis sastra. Buku kumpulan puisi tunggal pertamanya “Aku Berhak Bahagia” (2016). “Tabot Aku Bengkulu” adalah bukunya yang kedua. Sebagian puisi dalam Tabot adalah hasil revisi dari puisi di bukunya terdahulu.

Puisi Willy dimuat di sejumlah media, antara lain Koran Tempo, Riau Pos, Amanah, dan Harian Indopos yang halaman Hari Puisi-nya digawangi Presiden Penyair Indonesia Sutardji Cal-zoum Bachri. Sebagian lainnya terhimpun di beberapa antologi puisi bersama, seperti Antologi Puisi Kopi “1.550 Mdpl” (2016), “6,5 SR Luka Pidie Jaya” (2017) dan “Nyanyian Puisi untuk Ane Matahari” (2017), “Ziarah Sunyi” (2017) dan “Narasi Merdeka” (2017)

Ia pun aktif dalam ragam kegiatan sastra. Ia adalah orang di balik penyusunan dan penerbitan buku puisi gempa Aceh “6,5 SR Luka Pidie Jaya” (Imaji & Ruang Sastra, 2017) yang diluncur-kan di sebuah kafe di Jakarta, 20 Januari 2017. Buku itu men-getengahkan karya sekitar 150 penyair Nusantara.

Selain bersastra, ia juga senang menyanyi. Ketika masih remaja, ia kerap berkeliling dari satu panggung ke panggung lain sebagai penyanyi di Bengkulu. Namun, setelah hijrah ke Jakarta,

Page 66: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMBUNG WILLY ANA

65

aktivitas menyanyinya seperti tenggelam. Ia hanya mempraktek-kan kegemarannya menyanyi saat membaca puisi, selain sesekali menyanyi di acara-acara tertentu.

Kini ia tinggal di Depok bersama suami dan seorang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia bisa dihubungi le-wat email: [email protected], Facebook: Willy Ana, twitter: @puisiwilly dan blog: willyana.com.

Page 67: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja

PETUAH KAMPUNG WILLY ANA

66

Page 68: Petuah Kampung - galeribukujakarta.comgaleribukujakarta.com/wp-content/uploads/2020/04/...Pelangi - 34 Pagi - 35 Sudut Malam - 36. PETUAH KAMPUNG WILLY ANA 8 Danau - 37 Tangis Senja