petuah perkawianan

37
Petuah Perkawianan (1) Tujuan pernikahan mewujudkan keluarga bahagia. Ingat tujuan dasar ini. Keluarga bahagia tercipta karena hubungan harmonis. Hubungan harmonis dicapai melalui : 1. Adanya saling pengertian. Keduanya harus saling memahami dan mengerti keadaan masing-masing baik fisik maupun mental. Artinya, memahami perbedaan sifat, tingkah laku dan pandangan. Jadi perbedaan itu wajar saja. Bukankah yang menyatukan Anda karena perbedaan juga. Ya perbedaan jenis kelamin Anda..he..he. 2. Saling menerima kenyataan Kita harus menerima kenyataan dengan tulus dan ihlas bahwa jodoh itu memang di bawah kekuasaan Allah. Ingat pepatah, tidak selamanya cinta menyatukan kita. Maka jalanilah bersama dengan pasangan Anda. Ya, jika tidak berpacaran sebelumnya sebelum menikah, maka pacaranlah sesudah menikah. Lebih romantis kan… 3. Saling melakukan penyesuaian 1

Upload: budiyono-slamet

Post on 10-Aug-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petuah Perkawianan

Petuah Perkawianan (1)

Tujuan pernikahan mewujudkan keluarga bahagia. Ingat tujuan dasar ini. Keluarga

bahagia tercipta karena hubungan harmonis. Hubungan harmonis dicapai melalui :

1. Adanya saling pengertian.

Keduanya harus saling memahami dan mengerti keadaan masing-masing baik

fisik maupun mental. Artinya, memahami perbedaan sifat, tingkah laku dan

pandangan. Jadi perbedaan itu wajar saja. Bukankah yang menyatukan Anda

karena perbedaan juga. Ya perbedaan jenis kelamin Anda..he..he.

2. Saling menerima kenyataan

Kita harus menerima kenyataan dengan tulus dan ihlas bahwa jodoh itu memang

di bawah kekuasaan Allah. Ingat pepatah, tidak selamanya cinta menyatukan kita.

Maka jalanilah bersama dengan pasangan Anda. Ya, jika tidak berpacaran

sebelumnya sebelum menikah, maka pacaranlah sesudah menikah. Lebih

romantis kan…

3. Saling melakukan penyesuaian

Pernah baca di shvoong berjudul Wasiat Terakhirku? Ingat tidak ada yang

sempurna, bahwa kita ini berbeda dan saling memiliki kekurangan. Yang perlu

dilakukan bagaimana menyesuaian setiap dari perbedaan kita.

4. Memupuk rasa cinta

Jangan terbalik ya. Kebencian yang dipupuk. Akhirnya mengendap dalam

pikiran. Ingat salah satu tulisan saya sebelumnya menjelaskan pikiran

mempengaruhi tindakan. Tindakan kita akan mengarah pada apa yang kita

pikirankan apakah itu negative atau positif. Maka setiap muncul pikiran negatif 1

Page 2: Petuah Perkawianan

terhadap pasangan Anda berusalah melawan dengan mengingat kebaikannya.

Jadi saling memupuk rasa cinta, bukan sebaliknya memupuk pikiran dan kalimat

negatif di pikiran hingga terbawa kealam bawah sadar

5. Melaksanakan asas musyawarah

Ini menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dalam menyelesaikan

masalah yang timbul. Ingat jangan ego dan ngotot merasa benar sendiri. Salah-

salah eh malah saling menyalahkan dan menghakimi. Jika ini terjadi kembali ke

pasal sebelumnya. Yaitu ingat tujuan pernikahan Anda. he…he..he

6. Suka Memaafkan

Jangan masalah kecil dibesar-besarkan. Bukan masalah dijadikan masalah.

Karena itu, kalau ada kesalahan kecil, ya saling memaafkanlah, karena tidak

mungkin Anda tidak membuat kesalahan sepanjang menjalani kehidupan

bersama. Kalau tidak mau mendapat pasangan yang memiliki kesalahan,

menikalah dengan malaikat, yang diciptakan memang untuk patuh..he..he...

7. Berperan serta untuk kemajuan bersama

Masing-masing suami istri berusaha saling membantu setiap usaha untuk

kemajuan bersama.

Nah, jika memasuki kehidupan rumah tangga, beberapa yang perlu dicegah

diantaranya :

Janganlah membuka rahasia pribadi istri atau suami dan rahasia keluarganya

Cemburu yang berlebihan.

Sikap cemburu sih tandanya masih adanya cinta. Tapi jika berlebihan dan

tanpa dasar juga merusak keharmonisan. Eh, soal cemburu ini, ada istilah

2

Page 3: Petuah Perkawianan

penulis : cemburulah kepadaku maka aku akan mengukur seberapa dalam

cintamu..

Mengulangi cerita lama/nostalgia pribadi masa lalu

Suka mencela kekurangan suami atau istri

Memuji wanita atau pria lain di hadapan istri atau suami

Kurang peka terhadap hal-hal yang tidak disenangi oleh suami atau istri.

3

Page 4: Petuah Perkawianan

Kumpulan petuah pernikahan (2)

“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih &

sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka

Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila

seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka

berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya”

(HR. Abu Sa’id)

“Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada

70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)”

(HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”

(Ar-Ruum 21)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang

layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang

perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN

MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan

Maha Mengetahui.” (An Nuur 32)4

Page 5: Petuah Perkawianan

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat

kebesaran Allah” (Adz Dzariyaat 49)

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang

buruk” (Al-Isra 32)

“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia

menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (Al-A’raf 189)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji

adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah

untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang

baik (pula)”

(An-Nur 26)

“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan” ( An Nisaa : 4)

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku”

(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai

wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)

5

Page 6: Petuah Perkawianan

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan,

karena pihak ketiga adalah syaithan” (Al Hadits)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin,

maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan

pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu,

maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai

baginya”

(HR. Bukhori-Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya.

Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai

mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak

melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena

sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah

istri yang sholihah” (HR. Muslim)

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya,

maka nikahkanlah ia (dengan putrimu).

6

Page 7: Petuah Perkawianan

Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan

kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-

Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh

yang lain” (Al Hadits)

“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya

menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya

dan ia jaga kehormatan dirinya” (Al Hadits)

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah :

a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah.

b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya.

c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram”

(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)

“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah,

karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara”

(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak.

Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR.

Abu Dawud)

7

Page 8: Petuah Perkawianan

“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah

(keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat

yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian,

adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan

kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup

membujang”

(HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)

“Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan

Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan

terhormat”

(HR. Ibnu Majah,dhaif)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian

diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan

menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki

meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu

dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah

akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, 8

Page 9: Petuah Perkawianan

Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena

bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang

menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin

mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah

kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan

itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin

saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita

karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk

wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya

perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan

kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya”

(HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan

takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya.”

(HR. Ashhabus Sunan)

“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya

(maharnya)”

9

Page 10: Petuah Perkawianan

(HR. Ahmad)

“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar

berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)

“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Makna Sekar Dhandanggulo Siraman

SENI JANGER "SETYO KRIDO BUDOYO" BONGKORAN, SRONO,

BANYUWANGI

Di dalam tradisi Jawa, khususnya di dalam rangkaian tatacara pernikahan,

dikenal adanya upacara siraman. Upacara siraman adalah sebuah upacara yang

dilaksanakan untuk membuka rangkaian acara pernikahan, yaitu dengan memandikan

calon pengantin. Pelaksanaan upacara ini biasanya sehari sebelum upacara

temu/panggih dilaksanakan.

Meski akhir-akhir ini sudah jarang ditemui, di dalam upacara siraman

biasanya dilantunkan Sekar/Tembang Macapat Dhandhanggula Siraman. Tembang

tersebut digunakan untuk mengiringi ketika calon pengantin dimandikan. Bukan

hanya sebagai pemanis, namun pelantunan Sekar Dhandhanggula Siraman tersebut

dimaksudkan sebagai doa, permohonan, harapan, serta petuah bagi calon pengantin.

Itulah salah satu kelebihan orang Jawa, yang mampu merakit banyak hal di dalam

sebuah tembang.

Sekar/Tembang/Lagu Macapat Dhandhanggula Siraman terdiri dari 7 pada

(bait). Hal ini disesuaikan dengan jumlah beborèh (lulur) yang digunakan pada saat

10

Page 11: Petuah Perkawianan

memandikan pengantin, dimana masing-masing dibedakan menurut warna. Adapun

warna beborèh tersebut adalah merah (rekta), hitam (langking), kuning (jenar), biru,

ungu (wungu), putih (séta), dan hijau (wilis). Di dalam penggunaannya juga tidak

asal saja, melainkan diurutkan dari merah, hitam, kuning, biru, ungu, putih, dan

terakhir hijau.Masing-masing warna memiliki makna, maksud, dan tujuan tersendiri,

seperti yang terungkap di dalam Sekar Dhandhanggula Siraman berikut ini.

1. Gya siniram hangganya Sang Putri, Tirta wening kang amawa cahya, Beborèh

rekta warnané, Ginosok hangganipun, Sinarengan mantra kang mijil, Larut

memalanira, Ngaléla dinulu, Watak setya tinarbuka, Tangguh tanggon teguh

tumanggaping kardi, Santosa budinira. Segeralah disiram tubuh sang putri,

Dengan air jernih yang berkilauan, Diluluri dengan lulur berwarna merah,

Sembari digosok badannya, Disertai dengan doa dan pujian syukur yang

terucapkan, Larutlah segala sakit dan luka, Sungguh mempesona bila dipandang,

Berwatak setia dan terbuka, Tangguh, bisa dipercaya, teguh, cekatan dalam

menyelesaikan pekerjaan/kewajiban, Sentosa/kuat dalam berpendirian.

2. Sumamburat cahyanya nelahi, Ngégla cetha katon angaléla, Datan sisip

pamawasé, Langking beborèhipun, Puji harja mijil pangèsthi, Prawira watakira,

Luhur budinipun, Tuhu tresna mring sasama, Luluh lulus lila legawa tan lali,

Kalis ing sambékala. Samar-samar terlihatlah cahaya menyinari, Tampak indah

mempesona, Hitam warna lulurnya, Doa mohon keselataman terucapkan,

Berwatak berani laksana ksatria, Berbudi pekerti luhur, Sungguh-sungguh

mengasihi sesama, Pandai membaur, tulus, sert selalu berbuat baik dengan ikhlas

dan sepenuh hati, Terhindar dari segala marabahaya.11

Page 12: Petuah Perkawianan

3. Angenguwung malengkung kaèksi, Gilar-gilar sumunar ing warna, Mancorong

jenar urubé, Warna jenar puniku, Watak sabar ingkang pinanggih, Utama lan

narima, Waspadèng pandulu, Mardu mardawa micara, Mawuhara tata, titi, tatas,

titis, Dadya tepa tuladha. Tampak membubung tinggi seolah melengkung,

Bersinar terang dalam nuansa warna, Berpijar cahaya berwarna kuning, Warna

kuning itu melambangkan watak yang selalu sabar, Berperilaku terpuji dan

berserah diri kepada kehendak Tuhan, Memiliki sifat dan sikap yang selalu

waspada dan hati-hati, Lemah-lembut dan menyenangkan dalam berbicara,

Dalam bercakap-cakap menggunakan bahawa yang baik, berhati-hati, serta tiada

hal penting yang terlewatkan, Sehingga mampu menjadi suri-teladan.

4. Katon padhang sumilaking warni, Surya, candra, daru lan kartika, Dadya sajuga

soroté, Beborèh warna biru, Setya tuhu ajrih lan asih, Tresna marang sudarma,

Bekti watakipun, Trap susila anuraga, Datan sisip nggènira manembah Gusti,

Bagya mulya sinedya. Tampaklah terang benderang dalam nuansa warna-warni,

Matahari, rembulan, komet dan bintang-gemintang, Semua sinar cahayanya

menyatu, Lulur berwarna biru, Melambangkan kesetiaan, selalu menghormati

dalam kasih sayang, Senantiasa mencintai kedua orang tua, Dan selalu berbakti

kepada mereka, Sopan dan santun dalam bersikap, Tiada pernah lupa

bersyukurdan berdoa kepada Tuhan, Senantiasa mengupayakan kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup.

12

Page 13: Petuah Perkawianan

5. Ganda arum ingkang angebeki, Warna-warna warnining kang sekar, Katingal

wening tirtané, Wungu beborèhipun, Mengku werdi ingkang sejati, Lega lila ing

nala, Éklas watakipun, Wahyu mulya kang sinedya, Bagus alus tulus lair trusing

batin, Mulya tekèng delahan. Bau harum yang semerbak memenuhi, Berasal dari

beraneka macam bunga, Air pun terlihat jernih, Lulur berwarna ungu,

Mengandung makna yang mendalam, Tiada pernah berkeluh-kesah meski hanya

di dalam hati, Ikhlas sepenuh hati menjadi wataknya, Mengharap dan

mengupayakan turunnya berkah, Terpuji dan halus tingkah laku, tulus lahir

maupun batin, Terpandang dan dihargai hingga akhir hayat.

6. Werdi agung pralambanging urip, Amancurat cahya kang katingal, Warna séta

beborèhé, Langgeng nggènnya amengku, Datan wudhar dènnya angèsthi,

Manembah Maha Nata, Gusti Maha Agung, Netepi jejering titah, Amung pasrah-

sumarah ngarsa Hyang Widhi, Sandika ngèstu pada. Makna luhur perlambang

dan gambaran hidup, Terlihat memancar laksana cahaya, Lulur berwarna putih,

Abadilah dalam kebersamaan, Tak pernah berhenti dalam berdoa dan bersyukur,

Berbakti kepada Sang Maha Raja (Tuhan), Tuhan Yang Maha Agung, Memenuhi

kewajiban sebagai umat manusia, Selalu berserah diri di hadapan Ilahi, Serta

bersedia dan siap melaksanakan/menerima kehendak-Nya.

7. Paripurna nggènira sesuci, Siram jamas reresik sarira, Kang minangka

pungkasané, Wilis beborèhipun, Wicaksana wataking jalmi, Kéblat panembahira,

Pana ing pandulu, Cinaketan mring Hyang Suksma, Lekasira pantes tinulad

sasami, Purwa madya wasana. Selesai sudah dalam bersuci, Mandi keramas 13

Page 14: Petuah Perkawianan

membersihkan diri, Yang menjadi penutup, Lulur berwarna hijau, Bijaksanalah

sebagai manusia, Tekun dalam bersujud syukur, Waspada, berhati-hati dalam

berpikir dan bertindak, Dengan demikian pasti akan selalu dilindungi oleh Tuhan,

Segala tingkah lakunya akan pantas menjadi suri-teladan, Dari awal, pertengahan,

hingga akhir hayatnya.

14

Page 15: Petuah Perkawianan

Petuah Sunan Kalijaga; Membedah Lirik Ilir-Ilir

Ilir ilir lir ilirtandure wis sumilirTak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyarCah

angon, cah angon,penekna blimbing kuwi,Lunyu-lunyu penekenkanggo masuh

dodotira,Dodotira kumitir bedhah pinggiredondomana, jlumatana,kanggo seba

mengko soreMumpung gedhe rembulane Mumpung jembar kalangane Ha suraka …

surak … hore…

Konon kabarnya, “Tembang Ilir-ilir” diciptakan oleh Kanjeng Sunan

Kalidjaga, salah seorang wali sanga terkemuka di tanah Jawa, semasa

abad XIV—XV Masehi. Tembang ini digunakan sebagai sarana berdakwah bagi

Sunan Kalidjaga dalam rangka menyebarkan agama Islam di pulau Jawa pada

masa itu. Mengingat masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya

adalah masyarakat agraris, petani, dan masih dipengaruhi kuat oleh

budaya lama (seperti Animisme, Dinamisme, Hindhu, Budha, dan

kepercayaan lainya), maka tembang dolanan anak-anak itu dibuatlah

melalui simbol-simbol masyarakat agraris di pedalaman Pulau Jawa. Makna

dari tembang Ilir-ilir tersebut kurang lebih sebagai berikut.

Ilir ilir lir ilir

“Bangun, bangun, bangunlah, bangun” Kanjeng Sunan Kalidjaga mengajak

kita agar bangun dari kelelapan tidur panjang, segeralah sadar akan

tugas dan kewajiban kita hidup di dunia ini, tidak hanya tidur saja.

Setelah bangun dan sadar, segeralah mencari dan menemukan pencerahan15

Page 16: Petuah Perkawianan

sinar cahaya Tuhan. Maknanya, setelah engkau sadar, segeralah berbakti,

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahakuasa, salah satunya

diwujudkan dalam bentuk melakukan zikir dan bersembahyang sesuai dengan

perintah agama.

Tandure wis sumilir

“Tanamannya sudah semburat bersemi”. Biasanya orang Jawa yang agraris

itu menanam padi di sawah atau ladang. Kini, tanaman padi itu sudah

tampak semburat bersemi, sudah mulai berisi. Ibarat suatu tanaman padi

yang sudah semburat bersemi tersebut, kebaktian, sadar, iman, dan takwa

kita kepada Tuhan yang Mahakusa sudah mulai semburat bersemi pula. Oleh

karena itu, lanjutkan dan tetap terus pelihara cahaya kebaktian,

kesadaran, keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan yang Mahakuasa itu

agar tetap menyala terus, agar semakin lama semakin bercahaya terang

benderang untuk menerangi jalan hidup kita dari pondok dunia hingga

sampai ke istana akhirat. Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar

“Tanaman padi tersebut sudah tampak menghijau berseri laksana pengantin

baru”. Sebagaimana halnya seorang pengantin baru, tentu tampak indah,

bahagia, dan berseri-seri. Seseorang yang telah sadar, penuh kebaktian

kepada Tuhan yang Mahakuasa, diperkokoh dengan iman yang bulat, serta

takwa yang berusaha teguh memenuhi semua perintah dan menjauhi semua

larangan-Nya, tentu hidupnya akan tampak indah, bahagia, dan

berseri-seri seperti pengantin baru yang senantiasa penuh kasih sayang

sehingga dapat mengasyikan sekali. Apalagi suasananya masih dalam bulan16

Page 17: Petuah Perkawianan

madu, tentu membahagian sekali. Demikian halnya kebaktian, kesadaran,

keimanan, dan ketakwaan kita kepada Tuhan yang dilandasi rasa kasih

sayang kepada sesama umat, tentu sangat membahagiakan sekali.

Cah angon, cah angon, penekna blimbing kuwi

“Wahai, anak-anak pengembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu”.

Biasanya di ladang atau di sawah, selain ditanami padi, juga ditanami

pohon-pohonan sebagai peneduh di kala terik panas matahari yang

menyengat bumi. Salah satu pohon yang ada di dekat pematang sawah atau

ladang itu adalah pohon belimbing. Ketika seorang petani yang tengah

berada di sawahnya melihat beberapa gembala, biasanya menggembalakan

sapi, kerbau, atau kambing sebagai binatang piaraan petani, sang petani

tersebut meminta bantuan para gembala itu untuk memanjatkan pohon

belimbing, lalu memetik buahnya. Ada dua jenis belimbing, yaitu

belimbing manis (yang enak dan segar rasanya, dapat sebagai pelepas

dahaga) dan belimbing wuluh (belimbing sayur yang hijau dan masam

rasanya). Buah belimbing manis rupanya kuning keemasan berlingir

(seperti lekuk bintang) lima, tetapi permukaannya licin. Hal ini secara

semiotis melambangkan lima watak utama yang harus diliki manusia untuk

menyempurnakan kebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaannya kepada

Tuhan yang Mahakuasa. Lima watak keutamaan itu adalah: ridla (rela), qanaah

(narima), al-shidqu (jujur), shabr (sabar), dan al-akhlaq al-karimah

(berbudi pekerti lihur dan mulia). Sementra itu, belimbing wuluh yang

rasanya asam hanya dapat menjadi enak setelah dimasak buat sayur asam.17

Page 18: Petuah Perkawianan

Tentu hal ini juga menyiratkan makna agar kelima watak utama tersebut,

meskipun getir dan asam rasanya, tetaplah harus dapat diolah sedemikian

rupa sehingga nanti dapat menjadi enak dirasakannya. Jadi, agar

sempurna baktimu, sadarmu, imanmu, dan takwamu kepada Tuhan yang

Mahakuasa, harusalah melaksanakan watak utama lima hal di atas.

Lunyu-lunyu peneken kanggo masuh dodotira “Biarpun

licin, tetap panjatlah, untuk mencuci pakaianmu”. Setelah diguyur

hujan, pohon belimbing tersebut begitu licin. Namun, tetaplah panjat

dan petiklah buahnya untuk mencuci pakaian agar bersih suci. Buah

belimbing pada zaman dahulu, sebelum ditemukan sabun, dapat digunakan

untuk mencuci atau membersihkan pakaian. Kata “dodot” yang arti

harfiahnya “pakaian” atau “kain”, sebagai lambang hati manusia. Jadi,

maknanya hati manusia agar bersih dan mencapai kesucian, haruslah

dicuci dengan revolusi jiwa mengubah watak, dari angkara murka, malas,

dengki, iri, pendendam, tamak, loba, dan aniaya, menjadi watak manusia

yang tulus ikhlas, bersyukur, tawakal, sabar, jujur, kasih sayang, dan

berbudi pekerti luhur dan mulia. Hanya dengan kesucian inilah bekal

manusia untuk dapat menghadap ke hadirat Tuhan yang Mahakuasa di tahta

suci hati sanubari (Kalbhu mukmin Batullah).

Dodotira kumitir bedhah pinggire/dondomana, jlumatana,/kanggo seba mengko sore

“Pakaianmu bertikai-tikai sobek pinggirnya, jahitlah, jerumatlah, agar

dapat dipakai menghadap nanti sore”. Secara semiotis menyiratkan makna18

Page 19: Petuah Perkawianan

bahwa pakaian (dodot) selain sebagai perumpamaan hati, juga

menjadi lambang kepercayaan (iman) kepada Allah. Pakaian yang robek

pinggirnya, agar pantas dipakainya, hendaklah harus dijahit atau

dijerumat supaya utuh kembali. Hal ini mengandung makna bahwa

kepercayaan (iman) kita kepada Allah haruslah tetap utuh (bulat),

hendaklah dojaga agar jangan sampai surut, robek, gempil, atau sompel.

Sesungguhnya orang yang telah berbakti, sadar, iman, dan takwa kepada

Allah dan sudah suci hatinya, bilamana iman dan takwanya tersebut

goncang, minipis, dan masih lobang-lobang, berarti orang tersebut

belumlah sempurna kesuciannya. Sebab busana atau pakaiannya belum

lengkap, utuh, untuk dipakainya menghadap ke hadirat Tuhan yang

Mahakuasa. Kata “mengko sore” sebagai penanda waktu bahwa ajal kematian

kita sudah dekat. Oleh karenanya, sungguhpun belum tahu kapan kita

dipanggil kembali ke hadirat Tuhan, setiap manusia harus sudah siap

sedia sewaktu-waktu menerima panggilan Tuhan.

Mumpung gedhe rembulane/ Mumpung jembar kalangane ”Senyampang

besar rembulanya, senyampang luas lingkarannya”. Pada waktu malam hari

ketika terang bulan, bulan purnama raya, tampak sinar bulan begitu

terang dan lingkaranya besar dan luas sekali. Hal ini bermakna untuk

memberi pesan, yang berisi peringatkan, agar kawula muda (juga siapa

pun) janganlah menunda-nunda waktu, selagi masih muda, senyampang masih

sehat wal afiat gagah perkasa, dan mumpung masih mempunyai waktu

panjang, bergegas-gegasalah atau bersiap-siap dan bersiagalah19

Page 20: Petuah Perkawianan

mengenakan busana kesucian untuk menghadap ke hadirat Tuhan yang

Mahakuasa, sewaktu-waktu, kapan pun, dan di mana pun kita berada.

Sebab, jikalau sudah terlanjur tua renta, jompo, sakit-sakitan, dan

pikun, tentu mustahil dapat mengenakan busana kesucian serta membina

kebaktian, kesadaran, keimanan, dan ketakwaan kepada Allah secara baik

dan benar.

Ha suraka … surak … hore…

“Ayo bersorak soraklah bergembira”. Hal ini menggambarkan perasaan,

senang, bergembira ria, bahagia, dan juga senantiasa bersyukur kepada

Tuhan yang Mahakuasa bahwa kita mampu mengenakan busana delapan watak

keutaman (sadar, iman, takwa, ridla, tawakal, jujur, sabar, dan berbudi

pekerti luhur dan mulia), mentaati sabda Allah, menjauhi semua

larangan-Nya, dan memasuki Taman Kemulian Abadi, kembali bertunggal

dengan Tuhan yang Mahakuasa. Amin.

20

Page 21: Petuah Perkawianan

Petuah Perkawinan (3)

sabda Rasulullah SAW :

"Berwasiatlah kalian mengenai kaum wanita. Sesungguhnya wanita itu diciptakan

dari tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian

atasnya. Jika kau meluruskannya, maka kau mematahkannya. Jika kau

membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Maka berwasiatlah kalian mengenai

wanita" (HR Bukhari)

masih ingat ketika Aisyah.ra cemburu ke Sayyidinah Khadijah.ra??

Aisyah berkata “Rasulullah jika mengingat Khadijah, tak bosan-bosannya memuji

dan beristighfar untuknya. Hingga pada suatu hari beliau menyebut-nyebutnya yang

membuatku terbawa oleh rasa cemburu. Aku berkata, ‘Allah telah menggantikan

yang lanjut usia itu bagimu.’ Aku saksikan beliau sangat marah seraya berkata, “Apa

yang kau katakan? Demi Allah, ia beriman ketika orang-orang mendustakan aku. Ia

melindungi ketika orang-orang menolakku. Darinya aku dikaruniai anak-anak dan

tidak aku dapatkan dari kalian.”

Aku sangat menyesal sambil berdoa dalam hati: Ya Allah, jika Engkau hilangkan

kemarahan Rasul-Mu terhadapku, aku tak akan lagi menyebutkan kejelekannya,”

perilaku kyk gt bukanlah aib bagi Aisyah. sikap itu ga lahir dari tempaan hidup yang

salah. ato bukan karena pergaulan dan didikan orangtua yang keliru21

Page 22: Petuah Perkawianan

ya itulah kejiwaannya sebagai wanita, yang pastinya itu juga ada ama semua wanita

kebengkokan itu sesekali aja muncul ke permukaan

Aisyah kan seorang wanita ahli syurga, tapi di dunia ia tetap hidup sebagaimana

fitrah wanita pada umumnya

sifat bengkok itu udah ada sejak Allah meniupkan ruh ke dalam rahim ibu seorang

wanita

So, kebengkokan seorang wanita bukanlah untuk dibenci. kebengkokan mereka

bukanlah aib. apalagi tanpa ampun dijadikan pembenaran buat menyakiti

karena kebengkokan itu bukanlah berkaitan dengan rendahnya derajat dirinya di

hadapan Allah. di hadapan Allah kemuliaan seorang wanita dan laki-laki tetap secara

adil dilihat dari amal sholihnya

"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal sholih, baik laki-laki maupun wanita

sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka

tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An-Nisa : 124)[/u]

seorang wanita kadang dikuasai oleh emosinya ampek ga mampu bersikap bijaksana

saat mengambil keputusan, ato kadang ia berbuat atau berkata tidak pantas pada

suaminya

22

Page 23: Petuah Perkawianan

so, sebaiknya suami harus bersabar dan melihat kebengkokan istri tsb sbg kondisi

diluar kendali dirinya

dia ga bermaksud menyempitkan dan menyakiti suaminya

bila Rasulullah mengabarkannya untuk kita tentang kelemahan perempuan, bukan

maksud beliau buat ngerendahin kedudukan mereka. justru untuk diketahui,

dimaklumi dan selanjutnya dipergauli dengan ma’ruf dan penuh kasih sayang

Wallahua'lam

23