kampung budaya sindangbarang.docx

26
Kampung budaya sindangbarang terletak di desa pasir eurih kecamatan tamansari kabupaten Bogor Jawa Barat. Berjarak hanya 5 km kota Bogor. Merupakan Kampung Tertua untuk Wilayah kota dan kab Bogor., berdasarkan sumber naskah Pantun Bogor dan Babad Pajajaran. Kalau menurut Pantun Bogor diperkirakan Sindangbarang sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda lebih kurang abad ke XII.Disinilah dahulu terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan Ibukotanya Kutabarang. Disinilah menurut cerita rakyat digemblengnya para satria-satria kerajaan. Disini pula kebudayaan Sunda Bogor bermula dan bertahan hingga kini dalam wujud Upacara Adat Seren Taun. Di Kampung budaya Sindangbarang terdapat 8 macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya. Disini terdapat pula situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Pajajaran berupa Bukit-bukit berundak.Di sindangbarang setiap satu tahun sekali diselenggarkan upacara adat Seren Taun yaitu upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi. Untuk melestarikan kesenian tradisional di kampung budaya, maka diselenggarakan pelatihan tari dan gamelan untuk generasi muda secara gratis oleh Kampung Budaya Sindang Barang,

Upload: rissa-noor-afianti

Post on 29-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kampung budaya sindangbarang.docx

Kampung budaya sindangbarang terletak di desa pasir eurih kecamatan tamansari kabupaten Bogor Jawa Barat. Berjarak hanya 5 km kota Bogor. Merupakan Kampung Tertua untuk Wilayah kota dan kab Bogor., berdasarkan sumber naskah Pantun Bogor dan Babad Pajajaran. Kalau menurut Pantun Bogor diperkirakan Sindangbarang sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda lebih kurang abad ke XII.Disinilah dahulu terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan Ibukotanya Kutabarang.  Disinilah menurut cerita rakyat digemblengnya para satria-satria kerajaan. Disini pula kebudayaan Sunda Bogor bermula dan bertahan hingga kini dalam wujud Upacara Adat Seren Taun.

Di Kampung budaya Sindangbarang terdapat 8 macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan  dilestarikan oleh para penduduknya. Disini terdapat pula situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Pajajaran berupa Bukit-bukit berundak.Di sindangbarang setiap satu tahun sekali diselenggarkan upacara adat Seren Taun yaitu upacara ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil Panen dan hasil bumi yang diperoleh pada tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan akan lebih baik lagi.Untuk melestarikan kesenian tradisional di kampung budaya, maka diselenggarakan pelatihan tari dan gamelan untuk generasi muda secara gratis oleh Kampung Budaya Sindang Barang,  Anak-anak muda yang telah mahir di bidang kesenian masing-masing maka akan dilibatkan dalam pementasan menyambut tamu yang tentunya akan menambah penghasilan untuk mereka sendiri.

Untuk melestarikan situs-situs purbakala , kampung budaya bekerja sama dengan FIB UI melakukan penelitian , dokumentasi dan menyelenggarakan seminar mengenai situs peninggalan kerajaan Pajajaran tersebut. Cerita rakyat mengenai Sindangbarang sendiri telah dicoba untuk dibukukan oleh teman-teman dari FIB UI.

Saat ini rumah-rumah adat dan tradisi budaya di Kampung Budaya Sindangbarang telah direkontruksi dan direvitalisasi dengan bimbingan dan petunjuk dari Bapak Anis Djatisunda seorang Sesepuh Sindangbarang dan Budayawan Jawa Barat. Revitalisasi budaya dan

Page 2: Kampung budaya sindangbarang.docx

rumah-rumah adat tersebut memang perlu dilakukan agar orang sunda tidak kehilangan jatidirinya.

Tinggal bersama kokolot merupakan salah satu keunikan di kampung budaya Sindangbarang. Karena merupakan kampung budaya maka para tamu akan merasakan suasana kehidupan perkampungan sehari-hari. Dimana para tamu akan tinggal bersama kokolot dan seniman yang memang tinggal di kampung budaya. Para tamu akan menemui suasana para ibu-ibu menumbug padi di saung lisung, memasak dengan menggunakan kayu bakar dan Hawu (kompor tradisional sunda),melihat para petani bercocok tanam, belajar kesenian tradisional dll.

 Kegiatan Wisata Budaya yang diselenggarakan di Kampung Budaya Sindangbarang adalah murni dilakukan sepenuhnya oleh para kokolot Kampung Budaya dalam rangka mencari biaya pemeliharaan rumah-rumah adat yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemkab Bogor serta  tidak untuk tujuan komersil.  .:: Nilai Sejarah

Sindangbarang, nama tersebut telah dikenal dan tercatat dalam babad pakuan / pajajaran sebagai salah satu daerah penting kerajaan sunda dan pajajaran. Hal ini disebabkan di sindangbarang terdapat salah satu keraton kerajaan tempat tinggalnya salah satu istri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sedangkan penguasa sindangbarang saat itu adalah Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Bahkan Putra Prabu Siliwangi dan Kentring manik mayang sunda yang bernama Guru Gantangan lahir dan dibesarkan di Sindangbarang.Sampai saat ini masih ada peninggalan purbakala berupa Taman Sri bagenda di Sindangbarang, yaitu taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter, dan 33 buah titik Punden Berundak.

Kampung Sindangbarang adalah kampung tertua di Bogor, sudah ada sejak jaman kerajaan Sunda. Sampai Saat ini tradisi seni dan budayanya masih terpelihara disana. Terdapat situs purbakala

Page 3: Kampung budaya sindangbarang.docx

peninggalan jaman Kerajaan Sunda yang bisa anda lihat ketika Treking melewati sawah dan sungai di Sindangbarang yang tentunya tidak akan anda temui ditempat lain. Dilengkapi dengan rumah-rumah tradisional khas Sunda Bogor dan Lumbung padinya yang berjejer akan menambah suasana pedesaan kuno jaman dahulu kala. Wisata budaya di Sindangbarang merupakan wisata yang eksotis yang tidak akan ditemui di tempat lain.

Di  Sindangbarang terdapat Upacara Adat Seren Taun, yaitu merupakan upacara pesta panen raya masyarakat adat Sunda Ladang pada jaman dahulu kala sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Upacara ini telah berlangsung sejak masih jayanya kerajaan Pajajaran dan berlangsung hingga kini. Diselenggarakan setiap tahun pada bulan Muharam. Pada upacara Seren Taun semua masyarakat desa pasir eurih terlibat, bahkan tamu-tamu dari seluruh jawa barat pun selalu hadir untuk menyaksikan. Upacara ini berlangsung selama 7 hari meliputi upacara ritual dan penampilan kesenian tradisional.

 

.:: Nandur

Para turis asing sedang belajar nandur bersama kokolot

 

                                                             .::  Angklung Gubrag

Rombongan Angklung Gubrag memasuki alun-alun kajeroan pada Seren Taun Guru Bumi 2008

 

Page 4: Kampung budaya sindangbarang.docx

.::  Ngaleut

Ribuan warga desa Pasir Eurih tampak berbondong-bondong menuju tempat upacara Seren Taun Guru Bumi 

 

  .::  Barisan Rengkong 

Barisan Rengkong (pembawa padi) berjalan diikuti oleh rombongan kokolot dan dongdang

 

.:: Pare hasil panenPadi hasil panen dibawa barisan rengkong

Wisata Sejarah

Page 5: Kampung budaya sindangbarang.docx

Sindangbarang masih terdapat Folklore(cerita rakyat)  tentang Kerajaan Pajajaran yang diturunkan secara turun temurun dan cerita berdasarkan naskah Pantun Bogor warisan Almarhum Bpk Anis Djatisunda. para pengunjung bisa mendengarkan cerita ttg kerajaan Pajajaran ketika masa Jayanya sampai kehancuran kerajaan dikarenakan diserbu Banten , Demak dan Cirebon.Sangat ini di kampung Budaya Sindangbarang telah ditemukan lebih kurang 93 titik sebaran situs purbakala, 33 buah diantaranya berupa bukit berundak peninggalan kerajaan Pajajaran sebagai sarana beribadah agama Sunda pada jaman itu.

Page 6: Kampung budaya sindangbarang.docx

SUSUNAN RUMAH

Ternyata ada juga loh susunan rumah panggung di Kampung Budaya ini, kata kepala suku sih kalau rumah kepala suku itu letaknya harus diatas bukit di tempat yang tinggi nah nama rumahnya itu Imah Gede, lalu kepala suku punya seorang sekretaris disebutnya Gilang Serat yang letak rumahnya ada disebelah Imah Gede. Kenapa harus di dekat Imah Gede?? Karena bila sang kepala suku tiba-tiba membutuhkan sesuatu agar gampang minta tolongnya ke Gilang Serat.Lalu tidak jauh dari Imah Gede ada suatu saung yang disebut Saung Talu, seperti sebuah panggung besar yang diatasnya sudah ada alat musik angklung yang lengkap. Saung Talu itu fungsinya untuk tempat mempertunjukan kesenian, jadi ketika para warga berkumpul untuk menonton kesenian ya tempatnya di Sung Talu. Di depan rumah kepala suku ada alun-alun yang fungsinya sebagai tempat untuk melakukan upacara adat, nah upacara adatnya sendiri diadakan setiap setahun sekali. Tahun ini upacara adat jatuh pada saat tanggal 2 Desember 2012 lalu, tapi biasanya sebulan sekali itu ada selametan yang disebut “selametan malam 14” yang dimaksudkan untuk mengirim doa kepada para leluhur untuk diampuni dosanya. 

Page 7: Kampung budaya sindangbarang.docx

Di masing-masing rumah terdapat “kelenting angin” yang fungsinya sebagai penangkal setan, terbuat dari daun pohon rotan yang dipercaya untuk mengusir mahkluk gaib. Kenapa rumah orang sunda rata-rata rumah panggung??! Jawabannya adalah karena pada jaman dulu dipercaya orang Sunda dekat dengan alam, jadi mereka menggunakan bahan baku yang ada di alam misalnya bambu, rotan, pohon aren. Dalam sebuah rumah dipercaya ada 3 lapisan, yaitu lapisan atas, tengah, dan bawah. Lapisan atas dipercaya dihuni oleh para leluhur, sedangkan lapisan tengah untuk dihuni oleh manusia, dan lapisan bawah itu dihuni oleh para setan, jin, dan makhluk halus.   Di depan Imah Gede juga ada lukisan yang diletakan di depan pintu gitu, namanya “waroge” Waroge simbol api disebut Haranghasuan, fungsinya untuk menggelapkan mata gaib jahat agar tidak mengganggu kampung. Waroge simbol tanah Ratuning tutulak yaitu penolak segala gangguan dari kedengkian, kebencian,kejahilam baik dari manusia maupun gaib jahat. Waroge simbol batu Watu

Page 8: Kampung budaya sindangbarang.docx

Panggilang yaitu penolak segala gangguan gaib jahat yang ada di batu. Waroge simbol air Wangapah yaitu penolak gangguan gaib jahat yang ada di air. Waroge simbol angin Wawayangan untuk menjaga keselamatan dan kesentosaan manusia agar terhindar dari mala petaka.

 Dari susunan-susunan dan letak rumah panggung itu merupakan komunikasi non-verbal karena ingin menunjukan strata kepemimpinan di Kampung Budaya, pemimpin harus ada diatas secara tidak langsung ingin menyampaikan pesan tersebut dan seperti kelenting angin dan waroge sebagai sebuah simbol untuk menangkal mahluk halus. Worldview sebagai orang sunda maka membangun rumah dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan melaksanakan selametan untuk mendapat berkah dari leluhur. Penasarasn gak sih sama apa yang ada di atas kepala sang kepala suku?? Itu namanya apa saya juga lupa, tapi itu semacam seperti topi untuk menutupi kepala yang terbuat dari batik asli Kampung Budaya Sindangbarang. Semua penduduk juga memakai itu jika ada upacara adat, kalau gak ada ya gak usah pakai. Beda dengan kepala suku yang memakai terus. Ternyata itu merupakan simbol loh ada komunikasi non-verbal yang terkandung dari penutup kepala itu sendiri, karena penutup kepala yang digunakan kepala suku dengan penduduk itu berbeda model dan cara pemakaiannya, jadi itu seperti mengkomunikasikan secara tidak langsung ini loh kepala suku, kalau yang itu penduduk jadi semacam identitas. 

Page 9: Kampung budaya sindangbarang.docx

  Setelah mengobrol panjang lebar dengan kepala suku, akhirnya kepala suku mengajak saya dan temna-teman untuk berkeliling Kampung Budaya dan beberapa rumah penduduk. Dari apa yang sudah diberitahukan oleh kepala suku mayoritas penduduk disana adalah pengerajin sepatu, sendal dan bekerja di ladang dan sawah. Kami mendapat kesempatan untuk melihat bagaimana proses pembuatan sepatu dan sendal, pengusaha sepatu dan sendal ini memproduksi sepatu dan sendal mereka dirumah jadi itu merupakan “home made” bukan buatan pabrik. Jadi misalnya ada seorang atau sebuah makelar besar yang memberikan proyek, nah yang menjalankan proyek tersebut adalah penduduk sekitar. Mereka memproduksi sepatu dengan cara yang masih sederhana dan manual.Dalam sehari tiap rumah dapat menghasilkan berbagai sepatu dan sandal tergantung permintaan, misalnya dalam sehari mereka mampu menghasilkan 3-5 kodi sepatu dan sendal. Masing-masing orang memiliki tugas yang berbeda-beda, ada yang bertugas ngelem, menjahit, menghitung ukuran sepatu, dan finishing. Kami mendatangi lebih dari 3 rumah yang semuanya memproduksi sepatu dan sendal. Mereka mengaku pendapatan yang diperoleh tergantung dari seberapa banyak mereka menghasilkan sepatu dan sandal pada hari itu. Sepatu dan sandal yang sudah dibuat lalu akan dikirim sebagian besar ke Pasar Anyar, yaitu pasar pusat grosir yang ada di kota Bogor. Tapi ada juga loh yang dikirim ke kota-kota besar/ luar kota seperti Jambi,

Page 10: Kampung budaya sindangbarang.docx

Medan, Makassar, dan Bali. 

Begitu juga dengan komunikasi non verbal dalam warga Kampung Budaya Sindang Barang,

mereka memiliki keunikan tersendiri dan tidak dimiliki oleh budaya lain. Dilihat dari

klasifikasi komunikasi non verbal, yang pertama saya akan menjelaskan dari perilaku tubuh,

yang terdiri dari pesan warna kulit. Warna kulit dari warga Sindang Barang kebanyakan

berwarna sawo matang. Menurut Knapp dan Hall yang ditulis pada buku Komunikasi Lintas

Budaya, warna kulit menjadi stimulus tubuh yang paling kuat dalam menentukan respons

interpersonal dalam budaya kita. Warna kulit juga merupakan dasar untuk menentukan

keadaan ekonomi dan psikologis seseorang. SukuSindang Barang kebanyakan memiliki

kulit berwarna sawo matang, dapat dilihat dari pekerjaan mereka, yaitu pengrajin sepatu dan

bertani.

Yang kedua, pesan dari pakaian. Pakaian yang sering dikenakan oleh suku Sindang

Barang berupa baju yang berwarna hitam dengan ikat kepala. Ikat kepala dapat membedakan

strata atau kedudukan, seperti ikat kepala yang dikenakan oleh Kepala Suku Sindang

Barang tentunya berbeda dengan ikat kepala yang dikenakan oleh bawahannya. Ada juga

kontak mata, seperti yang saya jelaskan di bagian atas bahwa Sindang Barang merupakan

suku Sunda maka saat berbicara dengan sesamanya, sangatlah tabu jika menatap mata lawan

bicara secara langsung karena dianggap tidak sopan.

Yang terakhir ada parabahasa,dilihat dari kualitas vokal, perbedaan budaya kelihatan jelas

dari volume suara. SukuSindang Barang berbicara dengan sangat halus dengan lawan

bicaranya. Dalam memberi perintah pun, Kepala Suku tetap memberi perintah dengan nada

yang halus dan pelan. Bicara dengan nada yang halus dipercayai oleh suku Sindang

Barang sebagai kesopanan. Saat saya mewawancarai Abah Ukad, saya pun berhati- hati dan

Page 11: Kampung budaya sindangbarang.docx

tidak sembarangan dalam mengeluarkan pendapat karena takut menyinggung atau menyakiti

perasaan lawan bicara saya.

Saat masuk ke Kampung Sindang Barang, saya melihat ada beberapa rumah panggung.

Rumah panggung itu merupakan rumah tradisional adat Sunda yang terbuat dari kayu dan

atapnya terbuat dari ijuk. Rumah panggung tersebut juga punya nama-namanya tersendiri

juga loh. Penasaran dengan apa saja nama rumah panggung Sindang Barang beserta

fungsinya? Mari saya perkenalkan satu persatu rumah panggung Sindang Barang 

Rumah panggung yang pertama dinamakan Imah Gede atau Rumah Gede. Rumah Gede ini

merupakan rumah kepala suku Sindang Barang. Apakah kalian ada yang tahu mengapa

disebut Imah Gede? Rumah ini disebutImah Gede karena rumah panggung ini merupakan

rumah panggung tertinggi dari rumah panggung yang lain diSindang Barang. Imah

Gede ini menjadi tempat tinggal sementara Kepala Suku Sindang Barang ini. Ketika saya

masuk ke dalam Imah Gede, saya terkejut karena perlengkapan rumah ini bisa dikatakan

sudah modern karena sudah dilengkapi dengan LCD, kulkas, tempat tidur dan kamar mandi

yang sangat nyaman. Walaupun rumahnya terbuat dari kayu, namun isi dari rumah ini sudah

sangat jauh dari kata tradisional.

Saya tertarik dengan ukiran tepat di atas pintu masuk Imah Gede, sang Kepala Suku yang

bernama Abah Maki menjelaskan bahwa ukiran tersebut bernama Waroge. Waroge

merupakan simbol mantra sunda kuno untuk mengusir roh jahat. Waroge terdiri dari lima

macam ukiran yang memiliki fungsi yang berbeda.

Gambar pertama bernama Haranghasuan yang fungsinya untuk menggelapkan mata gaib

jahat agar tidk mengganggu kampung. Tepat disebelah Haranghasuan ada Ratuning

Tutulak yang dipercayai untuk penolak segala gangguan dari kedengkian, kebencian,

Page 12: Kampung budaya sindangbarang.docx

kejahatan dari manusia ataupun gaib jahat. Yang ketiga ada Watu Panggilang sebagai

penolak segala gangguan gaib jahat yang ada di batu.  Wangapah berfungsi untuk penolak

gangguan gaib yang ada di air dan yang terakhir ada Wawayangan yang dipercaya oleh

suku Sindang Baranguntuk menjaga keselamatan dan kesentosan manusia agar terhindar

dari malapetaka gangguan gaib jahat.

Selain menjelaskan mengenai Waroge, saya pun mendapat pengetahuan baru, mengapa

kebanyakan rumah panggung menggunakan ijuk sebagai atap. Konon katanya, ijuk yang

terbuat dari pohon aren, disebut dengan pohon suci. Tuhan akan menurunkan wahyu Nya dan

melindungi kehidupan dalam rumah tersebut, sama halnya dengan ijuk yang ada di atas atap

rumah panggung tersebut.

Page 14: Kampung budaya sindangbarang.docx

Tidak jauh dari Imah Gede, ada saung yang disebut dengan Saung Talu. Nah, untuk kalian

pecinta angklung,Saung Talu ini cocok untuk kalian, karena saung menjadi tempat

pertunjukkan permainan alat musik angklung. Tidak hanya warga Sindang

Barang saja loh yang boleh bermain angklung disini, namun orang luar Kampung Budaya ini

juga boleh bermain angklung disini. Ada berbagai macam angklung ditaruh di saung ini

lengkap dari ukuran besar hingga yang kecil. Biasanya para remaja yang berpartisipasi

bermain angklung saat ada upacara adat. Namun, saat saya berkunjung kesana, Saung

Talu juga menjadi tempat membatik oleh Kang Dewa, salah seorang pemuda Sindang

Barang.

Page 15: Kampung budaya sindangbarang.docx

Halaman luas di depan Imah Gede dinamakan alun-alun. Alun-alun yang luas ini di jadikan

suku Sindang Barangsebagai tempat upacara adat, salah satunya Upacara Seren Taun.

Di seberang Imah Gede, terdapat lima tempat untuk menyimpan lumbung padi. Saat panen

tiba, padi- padi yang telah disimpan di dalam lumbung padi akan ditumbuk di tempat

tumbukan tepat sebelah lumbung padi oleh para ibu-ibu warga sekitar kampung ini.

Page 17: Kampung budaya sindangbarang.docx

Barang menyiapkan enam Imah Pasanggrahan lengkap dengan tiga kamar tidur, ruang

tamu yang telah dilengkapi kursi dan televisi dan kamar mandi. Untuk semalam para tamu

perlu merogoh kocek sebesar enam ratus ribu rupiah. Tempat ini sangat nyaman dengan

udara yang segar dari alam.

Ada Imah Cenderamata yang bertepatan di sebelah Imah Pasanggrahan yaitu tempat

aneka macam cinderamata yang dibuat tangan oleh para remaja dari Sindang Barang  dan

akan dijual untuk tamu yang tertarik dengan hasil mereka. Barang-barang yang

diperjualbelikan ada batik yang terbuat dari bahan- bahan alami yang dijual seharga seratus

lima puluh ribu rupiah, ada kalung, gelang dan masih banyak lagi.

Page 18: Kampung budaya sindangbarang.docx

 Rumah Panggung yang terakhir ini dinamakan Bale Riungan. Bale Riungan ini merupakan

tempat semacam aula, tempat untuk menjamu tamu dan mengumumkan hal-hal yang penting

untuk seluruh warga Sindang Barang. Didalamnya, terdapat alat musik gamelan yang

dimainkan pada saat ada upacara adat.

Page 19: Kampung budaya sindangbarang.docx

karyawan PT Astra yang bersantai di Bale Riungan

Tepat saat saya berkunjung di sana, kebetulan ada pengunjung dari PT Astra untuk

mempelajari dan melihat bagaimana Suku Sindang Barang dan melakukan beberapa

aktivitas keseharian yang dilakukan oleh wargaSindang Barang seperti membatik. Para 

pengunjung dituntun bagaimana cara membatik dengan gambar dan kain yang telah disiapkan

oleh Sindang Barang. Untuk membatik ini, bahanny terbuat dari batang pohon mahoni yang

dipanaskan kemudian para pengunjung tinggal mengikuti sesuai dengan gambar yang

disiapkan. Kebanyakan dari mereka yang mencoba membatik adalah ibu-ibu PT Astra yang

ingin mencoba bagaimana cara membatik. Banyak dari mereka pun puas dengan hasil batik

mereka namun juga ada yang mengeluh karena kesulitan untuk membatik.

Karyawan PT Astra yang belajar  membatik

Warga Sindang Barang sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin sepatu. Hasil produksi

sepatu ini akan dijual ke luar pulau jawa seperti Jambi, Lampung dan juga sekitar Pulau Jawa

seperti Pasar Anyar.  Mereka membagi tugas, ada yang memahat sepatu, mengelem, dan

Page 20: Kampung budaya sindangbarang.docx

memasukkan nya ke dalam kardus. Untuk sehari mereka bisa memproduksi 2 hingga 3 kodi

sepatu, dan perhari nya mereka di upah sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah. 

Setelah melihat-lihat cara pembuatan sepatu, saya pun kembali ke alun alun dan melihat

sekumpulan anak kecil bermain bakiak. Kebersamaan dan kehangatan akan ikatan tali

persaudaraan sangat kuat dalam kampung ini, walaupun sengatnya matahari yang luar biasa

anak-anak ini menikmati permainan tanpa lelah, mereka pun mengajak saya untuk

bergabung. Menyenangkan sekali bisa bermain bersama mereka dan menambah pengalaman

baru.

Page 21: Kampung budaya sindangbarang.docx

Terima kasih Sindang Barang, banyak sekali yang dapat saya bawa dari sini, selain ilmu dan

arti hidup, kebersamaan juga menjadi salah satu hal untuk menyongsong hidup yang bahagia.