kampung dukuh

58
1 Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut KATA PEGANAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami bisa menyelesaikan tugas laporan kegiatan kunjungan budaya ke Kampung Dukuh pada tanggal 16 Desember 2010. Laporan ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Budaya Sunda. Laporan ini akan menguraikan mengenai seluk beluk Kampung Dukuh mulai dari sejarahnya, letak geografis dan fenomena alam, sampai pada kehidupan sosial masyarakat dan kultur budaya yang ada di Kampung Dukuh. Kebudayaan, tidaklah bijaksana apabila kita hanya memperolehnya dari informasi dan keterangan kebudayaan itu dengan bersumberkankan pada suatu acuan

Upload: fajar-ibnil-hafiz

Post on 30-Jun-2015

1.247 views

Category:

Documents


44 download

TRANSCRIPT

Page 1: kampung dukuh

1Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

KATA PEGANAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami bisa

menyelesaikan tugas laporan kegiatan kunjungan budaya ke

Kampung Dukuh pada tanggal 16 Desember 2010. Laporan

ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Ilmu Budaya Sunda. Laporan ini akan menguraikan mengenai

seluk beluk Kampung Dukuh mulai dari sejarahnya, letak

geografis dan fenomena alam, sampai pada kehidupan sosial

masyarakat dan kultur budaya yang ada di Kampung Dukuh.

Kebudayaan, tidaklah bijaksana apabila kita hanya

memperolehnya dari informasi dan keterangan kebudayaan itu

dengan bersumberkankan pada suatu acuan yang bersifat

teoritis saja yang mendeskripsikan kebudayaan itu, baik itu

bersumberkan pada acuan dari karangan buku seseorang

maupun sumber-sumber lain yang relevan dengan kebudayaan

tersebut. Oleh karena itu sangatlah baik dan penting apabila

kita secara langsung untuk mengunjungi tempat tersebut agar

kita dapat membuat suatu perbandingan antar apa yang telah

kita peroleh dan ketahui dari berbagai sumber-sumber teori

dengan apa yang telah kita dapatkan dan kita temukan

tentang kebenaran kebudayaan Kampung Dukuh sesuai

Page 2: kampung dukuh

2Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

dengan hasil pengamatan yang kita amati selama berada di

Kampung Dukuh.

Terealisasinya laporan ini tak luput dari bantuan semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,

untuk itu kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunianya.

2. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan

mendukung kami baik secara moril maupun materil

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan

kunjungan budaya ini.

3. Dr. Tata Abdullah,Drs.M.Si, selaku dosen mata

kuliah Ilmu Budaya Sunda yang telah membimbing

kami dalam menyusun laporan ini.

4. Kepada Kepala Adat Kampung Dukuh yaitu Pak

Lukman Hakim, dan seluruh warga masyarakat

Kampung Dukuh yang telah bersedia menerima

kami dalam melakukan pengamatan dan di dalam

kesediaannya untuk dapat memberikan keterangan

penjelasan mengenai sejarah dan kehidupan yang

berada di Kampung Dukuh baik secara lngsung

maupun tidak langsung.

5. Dan untuk siapapun yang telah membantu penulis

dalam bentuk apapun, yang tidak dapat kami

Page 3: kampung dukuh

3Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

sebutkan satu persatu hingga tersusunnya laporan

ini.

6.

7. Kami pun menyadari bahwa didalam penyusunan

laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan

jauh dari yang kami harapkan terutama dari data

yang kami dapatkan. Untuk itu kami mohon saran

dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak yang telah membaca laporan ini yang kami

perlukan untuk dapat memperbaiki segala

kekurangan dan keterbatasan didalam pembuatan

Laporan kunjungan budaya ini. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi

para pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal

alamin.

Bandung, 2 Januari 2010

Penyusun

Puli

DAFTAR ISI

Page 4: kampung dukuh

4Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

KATA PENGANTAR…………………………...….............

DAFTAR ISI………………………................………….......

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kunjungan Budaya………........…........

1.2 Pembatasan Budaya…………………............................

1.3 Maksud dan Tujuan……………………….…...............

1.4 Kegunaan Kunjungan Budaya………….….........…......

1.5 Waktu dan Tempat…………………………...............

1.6 Sistematika Penulisan……………………...........…....

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KAMPUNG

DUKUH

2.1 Letak dan Keadaan Alam…………………...............

2.2 Sejarah Kampung Dukuh………………..................

2.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Sosial Masyarakat......

2.4 Keadaan Penduduk.......................................................

2.5 Kondisi dan Pola Pemukiman......................................

2.6 Kondisi Ekonomi Masyarakat......................................

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT

KAMPUNG DUKUH DILIHAT DARI TUJUH UNSUR

BUDAYA SUNDA

3.1 Sistem Religi dan Kepercayaan…………….............

3.2 Sistem Sosial dan Organisasi Masyarakat…............

3.3 Sistem Ilmu Pengetahuan…………………..............

3.4 Sistem Bahasa…………………………....................

Page 5: kampung dukuh

5Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

3.5 Sistem Kesenian………………………....................

3.6 Sistem Pola Mata Pencaharian Hidup………........

3.7 Sistem Teknologi Peralatan………………….........

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan………………………..…….....................

4.2 Saran……………………………….............................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Page 6: kampung dukuh

6Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

1.1 Latar belakang Kunjungan Budaya

Sering kali orang mempertanyakan keberadaan dan

kelestarian kebudayaan daerah dalam rangka mengembangkan

kebudayaan nasional Indonesia. Karena Budaya nasional

Indonesia telah mengalami pergeseran nilai Budaya.

Kebudayaan sendiri memiliki pengertian secara garis

besar sebagai hasil buah budi manusia yang akan senantiasa

diwarnai oleh zamannya sesuai dengan tingkat peradaban

manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia

tang peduli terhadap budaya maka kita melakukan kunjungan

ke kampung Dukuh. Kami memilih Kampung Dukuh sebagai

tempat kunjungan budaya, karena Kampung Dukuh masih

memegang teguh adat istiadat dati leluhur mereka, di

Kampung dukuh masih sedikit pengaruh dari luar, meski

sudah ada beberapa pengaruh luar yang masuk ke Kampung

Dukuh tetapi tidak sebanyak seperti di Kampun-kampung adat

yang lain.

1.2 Pembatasan Masalah

Gambaran umum lokasi Kampung Dukuh yang terdiri

dari letak dan keadaan alam, sejarah berdirinya atau

Page 7: kampung dukuh

7Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

munculnya Kampung Dukuh, kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan kondisi masyarakat Kampung Dukuh.

Gambaran umum mengenai KampungDukuh tidak di lihat

dari 7 unsur kebudayaan diantaranya adalah sistem religi dan

kepercayaan,sistem ilmu pengetahuan,sistem bahasa,sistem

kesenian,sistem pola mata pencarian dan juga sistem

teknologi peralatan yang dipergunakan oleh masyarakat di

kawasan Kampung Dukuh.

1.3 Manfaat Kunjungna Budaya

Untuk lebih mengenal dan mengetahui akan aneka

ragam budaya masyarakat Kampung Dukuh khususnya dan

agar mahasiswa tahu pentingnya kebudayaan, umumnya

budaya di Indonesia sehingga dari sana diharapkan timbul

rasa kasih sayang terhadap budaya sendiri, budaya bangsa

indonesia.Dengan demikian tanpa ada rasa keraguan lagi kita

bisa mengembangkan dan lebih memperdalam nilai-nilai

budaya tersebut untuk di lestarikan dalam kehidupan sehari-

hari.

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakannya kunjungan ke

Kampung Dukuh, diantaranya adalah:

Page 8: kampung dukuh

8Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

1. Menciptakan Mahasiswa yang mampu

mentransportasikan nilai-nilai budaya Sunda ke

tingkat nasional maupun ke tingkat Internasional

2. Mengetahui bagaimana gambaran secara umum dari

kondisi keanekaragaman budaya di kampung Dukuh.

3. Memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Ilmu

Budaya Sunda.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang

diadakannya kunjungan budaya ini, pembatasan masalah,

maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan laporan.

Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Kampung Dukuh

Bab ini berisikan penjelasan mengenai lokasi dari

Kampung Dukuh beserta keadaan alamnya, sejarah Kampung

Dukuh, kondisi ekonomi masyarakat, serta kondisi sosial

budaya masyarakat Kapung Dukuh.

Bab 3 Pembahasan Tujuan Unsur Budaya Sunda

Mengenai Kampung Dukuh

Bab ini berisikan penjelasan mengenai unsur-unsur

kebudayaan di daerah kampung Dukuh, bila dilihat dari

Page 9: kampung dukuh

9Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

sistem religi dan kepercayaan, sistem sosial dan organisasi

kemasyarakatan,sistem ilmu pengetahuan, sistem bahasa,

sistem kesenian, sistem pola mata pencarian dan sistem

teknologi peralatan yang digunakan oleh masyarakat

Kampung Dukuh.

Bab 4 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari apa yang

diperoleh dari kunjungan budaya ke Kampung Dukuh dan

juga beberapa input penting sebagai salah satu rekomendasi

yang bersifat konstruktif atau membangun bagi semua pihak,

baik itu bagi mahasiswa, pembaca ataupun bagi mereka yang

terkait dalam penyusunan laporan ini sehingga untuk kedepan

di harapkan hasilnya dapat lebih baik lagi dari apa yang telah

dipersembahkan oleh kami.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pada bagian ini kami mencoba menampilkan

penjelasan singkat berupa daftar tabel tentang, konsep

keadaan Kampung Dukuh dan foto mengenai Kampung

Dukuh.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: kampung dukuh

10Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Pada bagian ini terdapat beberapa referensi buku atau

sumber yang kami jadikan sebagai acuan dan komplemen

penting dalam pembentukan laporan kunjungan budaya ini

BAB II

Page 11: kampung dukuh

11Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

GAMBARAN UMUM LOKASI KAMPUNG

DUKUH

2.1 Letak dan Keadaan Alam

Kampung Dukuh merupakan suatu

perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang

sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan

Ieluhumya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila

dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung

Dukuh. Masyarakat Kampung Dukuh hidup pada suatu

tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan

lingkungan kearifan tradisional yang lekat.

Secara Administratif Kampung Dukuh terletak di

Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut.

Kampung Dukuh berada di tanah miring di lereng Gunung

Dukuh. Wilayah kampung Dukuh beraada di dua aliran

sungai, yakni sungai Cimangke dan sungai Cipasarangan.

Selain itu, kampung Dukuh bebatasan dengan Desa

Talagawangi (utara), Desa Kertamukti dan Cigadog (barat),

Desa Lingga Manik dan Cikelet (timur) dan Samudera

Indonesia (selatan). Luas keseluruhan kampung Dukuh adalah

sekitar 10 hektar dari 7 hektar bagian dari kampung Dukuh

Landeuh, 1 hektar bagian kampung Dukuh Tonggoh.

Page 12: kampung dukuh

12Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Kampung Dukuh terletak di ketinggian 300 m dari permukaan

laut. Kampung Dukuh berada di tanah miring, di lereng

Gunung Dukuh.

Jarak kampung Dukuh dari Kota Garut sekitar 100

km ke arah selatan Kabupaten Garut. Jarak dari Cikelet

sekitar 15 km. Dari jalan raya Cikelet ke kampung Dukuh

melewati jalan yang berbatu dan cukup terjal sekitar 8 km

jauhnya, harus menggunakan mobil yang bmempunyai ban

tinggi seperti truck pasir atau mobil off road untuk bisa

mencapai kampung Dukuh, itu pun belum bisa mencapai

kampung Dukuh, masih harus melewati jalan setapak yang

cukup terjal juga. Sebelum memasuki kampung Dukuh, akan

melewati kampung dukuh luar atau disebut dukuh landeuh,

disini adat dan istiadatnya sudah terpengaruh budaya luar,

terlihat jelas jika di kampung dukuh luar sudah masuk listrik

dan atap rumahnya terbuat dari genteng. Setelah melewati

kampung Dukuh Luar baru lah sampai di kampung Dukuh

Dalam yang masih kental nilai budayanya. Rumah-rumah

terlihat sama, tidak ada atap dari genteng maupun dinding

bertembok, apalagi televisi.

Daya tarik obyek wisata Kampung Dukuh terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Dukuh tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara Adat Istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara

Page 13: kampung dukuh

13Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

adat, upacara hari-hari besar Islam misalnya setiap hari Sabtu diselenggarakan ziarah penghuni kampung ke makam Syekh Abdul Jalil, mereka yang sedang berpacaran, ataw pegawai negeri atau non-muslim dilarang memasuki kompleks makam.

Bentuk bangunan di Kampung Dukuh sama baik

rumah, mesjid, dan madrsah. Atapnya terbuat dari jerami atau

ijuk. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari

anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat

dari papan kayu. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi

dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara

arsitektur dan ornamen Perkampungan Dukuh.

2.2 Sejarah kampung Dukuh.

Kampung dukuh didirikan oleh seorang ulama yang

bernama Syekh Abdul Jalil. Ia adalah seorang ulama yang

ditunjuk untuk menjadi hakim/penghulu/kepala agama di

Sumedang pada abad ke-17 yang pada saat itu dibawah

kekuasaan Mataram, dengan bupatinya bernama Rangga

Gempol. Pada saat penunjuknya menjadi hakim/penghulu di

sumedang.iamenganjurkan syrat,yaitu agar jangan ada yang

melnggar syrat (ajaran atau hukum agma) Jika syarat tersebut

dilangar maka ia akan pergi dari Sumedang

Dua belas tahun kemudian ketika ia sedang berada di Mekah

terjadilah pembunuhan utusan kesultanan Banten, bukan pada

Mataram. Pembunuhan ini diperintahkan oleh Rangga

Page 14: kampung dukuh

14Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Gempol. Mengetahui kejadian tersebut, sepulangnya dari

Mekah, Syekh Abdul Jalil merasa sedih karena telah terjadi

pelanggaran terhadap hukum agama. Maka ia pun pergi

meninggalkan Sumedang dan menetap di Batuwangi selama

tiga setengah tahun. Kemudian ia melanjutkan lagi

perjalanannya ke selatan dan tinggal di suatu daerah yang

bernama Tonjong selama satu setengah tahun. Disetiap tempat

yang disinggahi Syekh Abdul Jalil selalu bertafakur memohon

kepada Allah untuk mendapatkan tempat yang cocok untuk

tinggal dan mengajarkan ilmu agamanya dengan tenang. Pada

saat bertafakur ia melihat seberkas sinar sebesar pohon Aren

(Arenga Sacchanfera). Sinar itu bergerak menuju arah

tertentu, yang kemudian diikuti oleh Syekh Abdul Jalil. Sinar

tersebut berhenti dan menghilang diaantara sungai Cimangke

dan Cipasaragan. Ternyata tempat tersebut sudah ada

penghuninya yaitu pakebon dan nikebon (orang yang

menunggui huma/ladang) yang bernama Aki dan Nini

Candradiwangsa. Setelah kedatangan Syekh Abdul Jalil,

tempat tersebut diserahkan kepadanya oleh Aki dan Nini

Candradiwangsa dan mereka pulang kerumahnya.

Sepeninggal Aki dan Nini Candradiwangsa, Syekh Abdul Jalil

bermukim disitu dan menyebarkan pengetahuan agama yang

ia miliki. Dipercayai bahwa tempat bermukim itulah cikal

bakal kampung Dukuh yang ada sekarang. Cerita ini

Page 15: kampung dukuh

15Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

tersimpan dalam sebuah buku dengan tulisan Arab Gundul

dan menggunakan bahasa Sunda buhun dan disimpan dengan

baik oleh Kuncen Adat Kampung Dukuh.

2.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Sosial Masyarakat

Lokasi kampung Dukuh berada jauh dari perkotaan

dimana letaknya berada dibelakang pegunungan dan tepat

berada di pertengahan hutan belantara, jalan menuju daerah

itu berupa jalan yang penuh bebatuan dan tanah.

Dilihat secara secara sekilas sosialisasi dari

masyarakat kampung Dukuh baik antara penduduk asli

ataupun pendatang sangat baik, terbukti dengan kondisi

lingkungan yang nyaman, aman, damai, tenteram dan bersih,

juga dilihat dari sambutan yang positif menerima pendatang

dari luar kampung Dukuh.

Bangunan yang ada di kampung Dukuh berjumlah 38

bangunan termasuk 1 mesjid dan 1 madrasah. Dahulu terdapat

40 bangunan, tetapi beberapa tahun yang lalu Kampung

Dukuh mendapat musibah kebakaran yang menghabiskan

bangunan, harta benda dan barang-barang pusaka milik

masyarakat kampung Dukuh.

Tahun demi tahun penduduk terus betambah dan

hanya bertumpuh pada tanah yang luasnya 1 hektar. Dengan

hanya tanah yang seluas 1 hektar tentu tidak mampu untuk

menampung penduduk yang tahun-demi tahun bertambah.

Page 16: kampung dukuh

16Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Sementara itu, pendudukpun memerlukan tempat tinggal.

Oleh karena itu, bagi penduduk yang telah menikah diizinkan

untuk membangun rumah diluar daerah Kampung Dukuh, di

kampung Dukuh Luar atau di daerah-daerah lain.

2.4. Keadaan penduduk

Menurut penelitian kami, Kampung Dukuh

dihuni 40 Kepala Keluarga (KK) atau 172 orang yang terdiri

dari masyarakat asli kampung dukuh dan tidak sedikit pula

masyarakat dari luar kampung Dukuh, masyarakat pendatang

di kampung dukuh ada yang menetap permanen disana dan

ada juga yang hanya tinggal beberapa hari atau beberapa

bulan saja, alasan mereka tinggal dan menetap di kampung

dukuh adalah untuk memperdalam agama Islam, mendapat

ketenangan hati dan ada juga yang mencari karomah, yaitu

semacam keajaiban bagi orang-orang yang shaleh, jika Nabi

mendapat Mukjizat, orang shaleh mendapatkan karomah.

Kampung Dukuh merupakan suatu perkampungan

yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat

memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya dan sangat

menjunjung tinggi kesederhanaan. Masyarakat Kampung

Dukuh hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam

suasana kesahajaan lingkungan kearifan tradisional yang kuat.

Penduduk Kampung Dukuh dari tahun ke tahun relatif

berkurang, karena ada beberapa faktor penyebabnya yaitu:

Page 17: kampung dukuh

17Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

pertama akibat perkawinan dengan anggota masyarakat

Kampung Dukuh yang tinggal di luar Kampung Dukuh, atau

dengan masyarakat lain, kedua karena alasan ekonomi,

sehingga dengan pertimbangan yang lebih praktis, mereka

memilih tinggal di luar Kampung Dukuh sebagai tempat

usahanya, sedangkan yang ketiga, ketika terjadi pernikahan

antara muda-mudi dari kampung ini bisa jadi pasangan

tersebut harus keluar dari kampung Dukuh karena tidak

tersedianya tempat tinggal (rumah). Rumah di Kampung

Dukuh jumlahnya selalu diperhatikan, yaitu tidak boleh

melebihi batas tanah suci kampung Dukuh. Mereka bisa

membangun rumah di luar kampung Dukuh Luar atau di

daerah lainnya.

2.5. Kondisi dan Pola Pemukiman

Hal yang menarik dari kampung Dukuh adalah

keunikan dari rumah-rumah penduduk Kampung Dukuh

adalah semuanya menggunakan sistem panggung, beratap

jerami atau ijuk dan berlantai palupuh, semua bangunan

melintang ke barat, tidak boleh mgnhadap utara karena

menghadap makam Syeikh Abdul Jalil yang merupakan

leluluhur masyarakat kampung Dukuh. Di Dukuh dalam,

bangunan tidak boleh ada tembok, kaca dan genteng, dan di

dalam rumah tidak boleh menyimpan barang-barang mewah,

bahkan ranjang pun tidak diperbolehkan, tidur cukup dengan

Page 18: kampung dukuh

18Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

beralaskan tikar saja. Berbeda dengan duku luar yang sudah

ada listrik dan atapnya dari genteng.

Rumah-rumah di kampung Dukuh tidak dibatasi oleh

jumlah bangunan, tetapi dibatasi oleh wilayah yang mereka

sebut wilayah suci kampung Dukuh, selain dari itu bukan

termasuk kampung Dukuh Dalam, tetapi kampung Dukuh

luar.

2.6 Kondisi Ekonomi Masyarakat

Masyarakat kampung dukuh terutama kampung

dukuh luar mereka telah mengenal uang tetapi dengan

kehidupannya tidak memprioritaskan jual beli tapi hal ini

mereka lebih mengutamakan pemanpaatan hasil bumi yang

diperoleh oleh mereka namun lain dengan masyarakat

kampung dukuh luar mereka telah mengenal sistem jual beli,

mereka telah mengenal perekonomian yang lebih baik hal itu

terbukti dengan adanya warung yang menjual alat kebutuhan.

BAB III

Page 19: kampung dukuh

19Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

GAMBARAN UMUM KAMPUNG DUKUH

DILIHAT DARI TUJUH UNSUR BUDAYA SUNDA

Bab ini akan menguraikan tentang : (1) Sistem Religi

dan Kepercayaan, (2) Sistem Organisasi dan Sosial

Kemasyarakatan, (3) Sistem Ilmu Pengetahuan, (4) Sistem

Bahasa, (5) Sistem Kesenian, (6) Sistem Pola Mata

Pencaharian, dan (7) Sistem Teknologi Peralatan.

3.1 Sistem Religi dan Kepercayaan

Masyarakat tradisional kampung Dukuh menganut

agama Islam yang kuat. Mereka menjalani kehidupan agama

Islamnya dengan cara bertasawuf artinya mereka membatasi

diri dengan pengaruh luar yang dapat mendatangkan dosa

terhadap Allah SWT. Hal itu dibuktikan dengan tidak

terdapatnya benda-bendayang sifatnya modern seperti

listrik,alat-alat elektronik dan sebagainya. Mereka

menjunjung tinggi dan memegang kuat adat leluhur, maka

mereka pun menjalani kehidupan agamanya sesuai dengan

amanat para leluhurnya yang tidak bertentangan dengan Al

Quran dan Al Hadist, dimana kehidupan agama yang

demikian menjadi budaya dalam kehidupan sosial saat ini.

Page 20: kampung dukuh

20Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Selain Tasawuf mereka juga menjalani kehidupan

agama Islam yang bercampur dengan kepercayaan dan hal-hal

yang dirasa tabu dan mistis. Seperti terdapatnya makam yang

dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Apabila

mengunjungi atau menziarahi makam tersebut harus

menggunakan pakaian khusus dan tanpa menganakan pakaian

dalam. Dari hal tersebut dapat ditarik dua pemikiran yaitu

pemikiran secara agama seperti menziarahi kubur dengan

tujuan berdoa merupakan salah satu langkah mendekatkan diri

kepada Allah SWT dan tanpa menganakan pakaian dalam

merupakan titik tolak agar tubuh kita bersih dan suci dari

nazis. Apabila ketentuan itu dilanggar maka akan muncul

azab dari leluhur.

Selain kedua hal diatas terdapat satu lagi yaitu mengenai

upacara adat budaya yang ada kaitannya dengan upacara

keagamaan dalam Islam seperti Muharraman,rajaban,nisfu

sa’ban,hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan Maulid Nabi.

Seperti pada perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan dari

tanggal 12-14 Rabiul Awal, selain itu mereka juga

melaksanakan kegiatan kebudayaan khas masyarakat

kampung Dukuh yaitu melaksanakan upacara adat

memperingati hari diletakannya tanah suci dan air suci

kampung dukuh yang dilaksanakan pada tanggal 14 maulud.

Dalam hal perkawinan mereka menggunakan hukum islam ,

Page 21: kampung dukuh

21Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

namun sebelumnya masyarakat kampung dukuh tidak

membudayakan istilah pendekatan dan pacaran.

Upacara adat, Upacara 14 Mulud

1.Kedatangan Tamu

Mulai tanggal 10 Mulud tamu yang dari jauh sudah mulai

datang ke Kampung Dukuh, sedangkan yang terakhir datang

pada tanggal 13 Mulud, malah dari Kampung Luar Dukuh

yang paling dekat datang pada sore hari menjelang Magrib ke

Kampung Dukuh.

Banyaknya tamu yang dating membuat kapasitas tamu tidak

tertampung di rumah-rumah masyarakat Dukuh, sehingga

umumnya terpasang tenda di halaman. Semua tamu ketika

sampai ke Kampung Dukuh langsung menuju ke rumah

Kuncen untuk menyampaikan maksudnya, sesudah diterima

ke Kuncen kemudian disuguhkan makanan, tamu ini diatur

oleh Wakil Kuncen untuk tempat tinggalnya dititipkan di

rumah-rumah masyarakat, tapi kalau tidak tertampung di

rumah-rumah masyarakat terpaksa memasang tenda darurat.

Selain tamu yang datang dari luar Kampung Dukuh,

masyarakat setempat juga datang ke Kampung pada waktu

sore tanggal 13 Mulud, menyampaikan maksudnya untuk ikut

kegiatan upacara 14 Mulud. Semua tamu dan masyarakat

setempat datang ke Kuncen sambil membawa tempat air yang

Page 22: kampung dukuh

22Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

disebut ?Kele?, jika ada tamu yang tidak punya kele,

disediakan oleh masyarakat Dukuh, kele ini sebagai tempat air

pada acara ?Ngabungbang? air kele ini dibawa kerumah

masing-masing dicampurkan pada sumber iar yang biasa

dipakai untuk keperluan sehari-hari (sumur atau air minum)

2. Wejangan

Sesudah sholat isya jam 8.00 malam, semua yang mau ikut

upacara 14 Mulud kumpul di rumah Kuncen, yang tidak

tertampung di dalam rumah Kuncen mendengarkan dari

halaman rumah Kuncen. Kuncen menjelaskan wejangan atau

penjelasan-penjelasan tentang hal Kampung Adat Dukuh,

sejarah Dukuh dan sejarah yang berupa tulisan (sejarah yang

ditulis) atau sejarah yang tidak ditulis disebut sejarah

Maneling. Selain penjelasan-penjelasan sejarah juga

dijelaskan bagaimana pelaksanaan upacara adat tanggal 14

Mulud.

3. Wasiat

Sesudah wejangan yang diberikan oleh Kuncen selesai,

dilanjutkan ke acara Wasia? yang disampaikan oleh sesepuh

adat Dukuh yang dianggap paling sepuh, yang pada waktu ini

dilaksanakan oleh Ibu Iyah Mariyah.

Cara pelaksanaan :

Ibu Iyah keluar dari rumah Kuncen -, digandeng oleh dua

tokoh adat, empat pemuda dengan membawa tongkat, tongkat

Page 23: kampung dukuh

23Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

ini khusus dibuat dari kayu sulangkar. Ibu Iyah duduk di

halaman rumah yang sudah dialasi oleh tikar. Dua tokoh yang

menggandeng tadi duduk disebelah kiri dan kanan Ibu Iyah,

serta pemuda yang berempat bediri diatas tanah di depan

halaman yang diduduki oleh Ibu Iyah. Seterusnya Ibu Iyah

memberikan wasiat yang berupa bahasa isyarat serta

menjelaskan tentang hal kejadian zaman, dan tidak lewat juga

kejadian yang akan datang. Selesai wasiat Ibu Iyah

meninggalkan halaman rumah balik ke rumahnya diikuti oleh

yang menggandeng tadi.

4. Pelaksanaan Adus (Mandi Berkah)

Sesudah selesai wasiat, semua yang hadir di rumah Kuncen

atau yang diluar menyerahkan kele yang diterima oleh Wakil

Kuncen (Lawang), seterusnya oleh Wakil Kuncen semua kele

disimpan dibelakang rumah Alit (rumah panggung)

disampirkan di pagar.

Semua yang mau ikut upacara 14 Mulud ini berangkat menuju

ke jamban (pancuran suci) untuk melaksanakan Adus (mandi

berkah). Yang mandi dibagi tiga tempat, untuk perempuan

dan laki-laki dipisahkan.

Mandi besar dimulai oleh Kuncen diteruskan oleh yang

lainnya. Sekali masuk ke tempat mandi ada tiga sampai empat

orang, sebab yang akan melaksanakan mandi sangat banyak.

Mandi besar dipimpin oleh Wakil Kuncen, yaitu oleh Ki

Page 24: kampung dukuh

24Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Oman dan Ki Korib yang di tugaskan menjadi Wakil Kuncen

waktu ini.

Pelaksanaan mandi besar diisaratkan oleh Wakil Kuncen yang

duduk di atas pancuran sambil mengatur mengalirnya air.

Pertama- tama Wakil Kuncen berdoa memberi tanda atau

isyarat dengan ucapan : cuuur keluar air banyak dari lubang

air lalu ditampung oleh yang ada di dalam kamar mandi juga

langsung di guyurkan ke seluruh badan.

Setelah selesai yang ini diteruskan lagi pada yang lainnya

yang sudah antri atau menunggu diluar kamar mandi.Begitu

dan begitu terus pelaksanaan mandi itu. Wakil kuncen berdiri

memimpin mandi hingga kurang lebih sampai jam tiga subuh.

5. Ngabungbang

Yang sudah beres mandi dari kamar mandi lalu oulang lagi,

ada juga yang masuk lagi kerumah Kuncen dan ada juga yang

diam diteras rumah Kuncen menunggu acara Ngabungbang.

Acara ngabungbang dimulai, wakil : wakil Kuncen mengisi

kele - kele (Alat-alat ) yang disimpan di belakang rumah

kecil, lalu sebelum di isi air air itu di beri doa dahulu, setelah

selesai di isi semua Kele lalu dimasukan ke rumah kecil.

Kuncen dan Wakil Kuncen masuk ke rumah kecil sambil

membawa peralatan pusaka Adat Kampung Dukuh. Yang

masuk kerumah kecil hanya Kuncen dan Wakil Kuncen saja,

Page 25: kampung dukuh

25Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

yang lainnya tidak boleh masuk. Kuncen memberikan Doa

kesemua air yang ada, setelah Berdoa lalu membersihkan alat

pusaka yaitu Keris pusaka yang disebut ?Silember? dan Keris

yang lainnya. Selama Kuncen dan Wakil Kuncen

melaksanakan acara di dalam rumah kecil, yang ada dirumah

Kuncen memukul terebang sambil membaca sholawat, yang

diluar juga ikut membaca sholawat. Namun ada juga yang

diluar diantaranya khusus yang belajar ilmu dan juga yang

mematangkan ilmu, ada juga diantaranya Sesepuh adat

Kampung Dukuh yang diberi ilmu oleh Wakil- wakil Kuncen

setelah beres acara didalam rumah kecil.

Setelah selesai acara didalam rumah kecil, semua kele

dikeluarkan lagi lalu disandarkan ke pagar. Ada yang diambil

kembali oleh yang punya yang sudah menunggu diluar pagar

rumah kecil, dan ada juga yang diambil pagi- pagi.

Upacara Ngabungbang selesai semuanya pergi ke Mesjid

Jami. Kuncen keluar dari rumah kecil lalu ke Mesjid untuk

melaksanakan shalat subuh dengan berjamaah. Pagi- pagi para

tamu berkumpul lagi di rumah Kuncen, ada yang mau

pamitan pulang ke desanya ada juga yang bilang akan tidur

lagi di Kampung dukuh, maksudnya akan pergi berjiarah pada

hari Sabtu.

Page 26: kampung dukuh

26Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

3.2 Sistem Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan

Yang dimaksud dengan Sistem Sosial adalah merupakan

sistem pengelompokan sosial berdasarkan atas umur, jenis

kelamin, dan hubungan kekerabatan. Sedangkan Organisasi

Kemasyarakatan adalah merupakan hubungan-hubungan yang

terjadi antar individu atau kelompok individu di dalam

masyarakat yang telah terpolakan, sehingga menjadi satu

sistem hubungan.

Sistem politik yang ada disana yaitu berkaitan kuat

dengan adat dan hukum adat yang berlaku secara turun

temurun. Dikampung Dukuh juga terdapat struktur

pemerintahan yang bersifat tradisional, yaitu seperi adanya

kepala suku (kuncen) dan wakilnya dikenal dangan nama

panglawang. Disana juga terdapat RW yang bukan keturunan

langsung dari pendiri kampung Dukuh

Sistem pemerintahan kepala kuncen kampung Dukuh

dilaksanakan berdasarkan sistem turun temurun artinya

kuncen disana hanyalah keturunan dari Syekh Abdul Jalil.

Dengan adanya sistem pemerintahan seperti itu mereka

langsung menerima peraturan seperti itu karena mereka

merasakan itu merupakan hukum adat yang harus mereka taati

Page 27: kampung dukuh

27Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

selama mereka masih menjadi bagian dari masyarakat

kampung Dukuh.

3.3 Sistem Ilmu Pengetahuan

Di setiap daerah manapun masyarakat memerlukan ilmu

pengetahuan untuk menunjang kehidupannya. Kita bisa

mendapatkan ilmu pengetahuan itu melalui berbagai media,

diantaranya adalah media cetak dan media elektronik serta

media-media lainnya yang menunjang.

Tujuan masyarakat kampung Dukuh tidak memakai listrik

adalah untuk mencegah masuknya budaya luar yang

ditakutkan akan dapat merusak kebudayaan yang telah ada di

Kampung Dukuh dan untuk menjaga kemurnian kebudayaan

khas sunda yang ada di Kampung Dukuh. Selain itu juga

untuk menghindari terjadinya kesenjangan social kehidupan

masyarakat Kampung Dukuh.

Masyarakat kampung Dukuh menyimpan sejarah mereka

dalam sebuah kitab yang ditulis dengan huruf arab dan bahasa

sunda buhun, ini membuktikan bahwa masyarakat kampung

Dukuh sudah mempunyai sistem ilmu pengetahuan (tulisan)

dari dahulu kala.

Di Kampung Dukuh tidak terdapat sekolah formal seperti

SD, SMP apalagi SMA, tetapi disana ada Madrasah yang

untuk belajar agama, ketika kami ke sana pada hari minggu

Page 28: kampung dukuh

28Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

pagi, ibu-ibu sedang mengaji di madrasah dan ketika sore

kami pulang, anak-anak terlihat belajar mengaji di madrasah

itu. Ada juga yang sekolah ke sekolah formal (SD) tetapi

mereka harus menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke

sekolah, ketika kami baru tiba di kampung Dukuh, ada

segorombolan anak kecil yang berumur sekitar 5 tahun,

mereka menghitung jumlah kami yang datang ke kampung

dukuh, ini membuktikan bahwa masyarakat kampung dukuh

memiliki keinginan dan kemampuan dalam belajar walaupun

dengan segala keterbatasan yang ada. Dan menurut informasi

dari masyarakat itu, sudah ada masyarakat kampung Dukuh

yang sudah tamat S1.

Walaupun demikian, dilihat dari cara masyarakat

Kampung Dukuh megolah lahan pertanian mereka, merawat

keaslian perbukitan dan hutan-hutan yang ada disekitar

pemukiman mereka, sistem pembuatan saluran pembuangan

limbah yang mereka miliki, bahkan penerapan tata ruang yang

diperuntukkan bagi lahan pertanian dan pemukiman mereka

yang mereka terapkan sendiri tanpa ada penyuluhan dan

pembinaan dari siapapun dapat dijadikan bukti nyata bahwa

masyarakat Kampung Dukuh memiliki pengetahuan yang

dapat dikatakan tidak kalah dengan orang-orang yang

memiliki pendidikan tinggi.

3.4 Sistem Bahasa

Page 29: kampung dukuh

29Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

Setiap daerah umumnya memiliki suatu bahasa yang

khas, yang berfungsi sebagai alat berkomunikasi dan

berinteraksi antar warga yang satu dengan warga yang

lainnya. Begitu pula halnya dengan penduduk di Kampung

Dukuh, juga memiliki bhasa khas yang digunakan oleh para

warganya.

Bahasa sehari-hari yang digunakan sebagai alat

komunikasi oleh masyarakat Kampung Dukuh adalah bahasa

Sunda. Ini karena letak geografisnya, yakni daerah Kampung

Dukuh berada atau termasuk pada daerah kawasan propinsi

Jawa Barat yang mayoritas masyarakatnya berbahasa daerah

Sunda, kecuali di daerah Indramayu dan Cirebon yang

mayoritas masyarakatnya masih berbahasa daerah Jawa,

sehingga tidak heran dari daerah ini cukup susah untuk

mengerti bahasa Sunda.

Pada dasarnya, masyarakat Kampung Dukuh dapat

berkomunikasi satu sama lain dimana saja dan kapan saja.

Adapun komunikasi dengan dunia luar, tidaklah asing bagi

mereka karena tidaklah sulit bagi masyarakat Kampung

Dukuh berhubungan dengan dunia luar dilihat dari letak

perkampungannya yang strategis. Berkomunikasi dengan

wisatawan pun bukanlah masalah bagi masyarakat Kampung

Dukuh. Walau tidak seinsentif bila berkomunikasi dengan

sesama penduduk karena keterbatasan kosa kata, tetapi ada

Page 30: kampung dukuh

30Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

warga Kampung Dukuh yang juga dapat berbicara dengan

menggunakan bahasa Indonesia.

3.5 Sistem Kesenian

Sedikit sekali informasi yang kami dapat tentang sistem

kesenian di kampung Dukuh, tetapi menurut sumber,

masyarakat kampung dukuh mempunya alat musik Rebana.

3.6 Sistem Pola Mata Pencaharian

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat adat

adalah bertani, sama halnya dengan masyarakat di Kampung

Dukuh. Pada waktu itu sistem pertanian yang mereka lakukan

adalah sistem pertanian ladang berpindah. Ada dua alasan

kenapa sistem tersebut dilakukan:

(1) Karena lahan yang tersedia masih sangat luas, dan

(2) Karena dengan sistem ladang berpindah kesuburan tanah

akan tetap terjaga.

Tetapi seiring dengan bergeraknya zaman, sistem pertanian

ladang berpindah mulai ditinggalkan dan sebagai gantinya

adalah sistem pertanian menetap. Sistem pertanian menetap

mengharuskan para penggarap untuk tinggal tidak jauh dari

lokasi garapannya. Tujuannya adalah menjaga lahan garapan

dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan. Mulai saat

itulah banyak warga masyarakat kampung Dukuh yang

meniggalkan kampung induknya guna mendirikan

Page 31: kampung dukuh

31Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

perkampungan baru yang berdekatan dengan lokasi lahan

garapannya. Seiiring dengan bertambahnya penduduk, maka

bertambah pula kampung-kampung baru disekitar wilayah

adat dukuh.

Saat ini pekerjaan masyarakat kampung Dukuh adalah

bertani dan berkebun. Namun hanya sebagai petani

penggarap, bukan petani pemilik lahan karena sebagian

masyarakat kampung Dukuh sudah tidak memiliki lahan

garapan. Sekarang mereka menggarap tanah yang dibiarkan

perhutani. Itu pun sebagai pelampiasan warga atas

dibiarkannya lahan itu. Untuk itu warga memanfaatkan lahan

itu.

Dalam perjalanan ke kampung Dukuh kami melihat di

kiri-kanan jalan terdapat perkebunan pohon jati yang cukup

luas, sebelumnya kami mengira itu adalah salah satu mata

pencaharian masyarakat kampung dukuh, tetapi ketika

ditanyakan kepada kuncennya (bapak Lukman Hakim) beliau

mengatakan bahwa itu adalah milik pemerintah (perhutani),

warga kampung Dukuh hanya menggarap sawah, sayur-

sayuran dan buah-buahan saja. Mereka menolak adanya

perkebunan jati itu, karena akan merusak lingkungan mereka.

Sebenarnya pemerintah mengatakan bahwa itu program

penghijauan, tetapi caranya yang salah, jika berkeinginan

untuk menghijaukan, jangan menanam pohon produksi

Page 32: kampung dukuh

32Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

(pohon jati) tapi harus menanam pohon yang benar-benar bisa

menghijaukan, bukan untuk tujuan produksi.

3.7 Sistem Teknologi Peralatan

Teknologi berkaitan dengan alat perlangkapan hidup

mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat

kampung Dukuh mereka menggunakan peralatan yang

sifatnya tradisional tapi juga terdapat peralatan yang sifatnya

modern yang telah dipengaruhi teknologi luar itu contoh

kehidupan teknologi masyarakat kampung Dukuh dalam.

Dalam bercocok tanam mereka masih menggunakan

alat-alat biasa seperti cangkul dan golok. Tidak ada pengeras

suara apalagi listrik Jika malam tiba mereka menggunakan

cempor sebagai alat penerang. Jika tiba waktu solat akan

terdengar bunyi kohkol, ketukan pertama adalah penanda jika

waktu solat akan segera tiba, seluruh masyarakat kampung

Dukuh bersiap-siap pergi ke mesjid. Dan ketokan kedua

adalah penanda bahwa waktu solat telah tiba, semua warga

(laki- laki) solat berjamaa’ah di mesjid yang diimami

(dipimpin) oleh kuncen. Setelah solat mereka pergi ke rumah

kuncen untuk makan siang, ada juga yang makan di rumah

masing-masing. Peralatan makan mereka sudah memakai

piring dan gelas dari kaca, kecuali kuncen yang masih

menggunakan ala-alat makan yang terbuat dari kayu dan

Page 33: kampung dukuh

33Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

batok kelapa. Rasa kekeluargaan disini masih sangat kental,

mereka melakukan segala hal secara bersama-sama dan

gotong royong, mereka juga sangat sederhana, terlihat dari

cara berpakaian dan bentuk bangunan yang jauh dari

kemewahan.

Ada satu pengaruh yang besar yang telah memasuku

kampung Dukuh. Mereka sudah mengenal telpon genggam

atau lebih sering disebut HP, ini sangat berlawanan dengan

adat mereka yang tidak boleh memakai alat-alat elektronik,

ketika kami bertanya kepada kuncennya, beliau berpendapat

jika HP itu penting untuk berkomunikasi dengan keluarga

mereka yang berada di luar kampung dukuh atau

berkomunikasi dengan pemerintah, tetapi ada ketentuan jika

menggunakan HP, HP tidak boleh ada nada deringnya, tidak

boleh bersuara.

Namun beda dengan masyarakat kampung Dukuh luar

mereka sudah mengenal sistem teknologi modern contohnya

mereka sudah mengenal peralatan-peralatan media seperti

radio dan juga televisi.

Terlihat jelas bahwa faktor sosialisasi atau interaksi sosial

sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat

kampung Dukuh, terlihat pada perbedaan penerimaan

pengaruh luar antara dukuh dalam dan dukuh luar termasuk

dalam teknologi.

Page 34: kampung dukuh

34Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah kami melakukan kunjungan budaya ke

Kampung Dukuh maka kami dapat menarik beberapa

kesimpulan dari kunjungan tersebut, yaitu dengan

mengunjungi Kampung Dukuh kami bisa meneliti dan

mengamati serta mengetahui secara langsung unsur-unsur

budaya yang terdapat didaerah tersebut, juga kami bisa

membandingkan dan membuktikan sendiri teori-teori yang

diperoleh baik dari sumber bacaan maupun penjelasan dari

dosen kami megenai keadaan Kampung Dukuh ini, sehingga

kami bisa mengenal dan mencintai budaya-budaya daerah di

Indonesia, khususnya budaya sunda di Kampung Dukuh

( Jawa Barat).

Masyarakat Kampung Dukuh terkenal dengan

ketaatannya yang masih konsen memegang teguh adat dan

kebudayaan sunda, serta peraturan adat istiadat yang berlaku

disana sebagai warisan dari nenek moyang mereka sejak

dahulu. Kebudayaan yang ada di Kampung Dukuh adalah

Page 35: kampung dukuh

35Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

kebudayaan sunda ynag masih asli dan disinyalir belum

terpengaruhi oleh kebudayaan luar daerahnya. Untuk menjaga

dan melestarikan kebudayaan agar tetap eksis salah satunya

diperlukan adanya suatu peraturan norma-norma yang tegas

serta mengikat, meskipun warganya ada yang tinggal di luar

atau keluar dari daerah Kampung Dukuh untuk mencari

profesi lain yang diinginkannya.

Hal yang perlu ditiru dalam kondisi sosial masyarakat

Kampung Dukuh adalah sifat kesederhanaan dalam hidupnya.

Kesederhanaan masyarakat Kampung Dukuh dalam

kesehariannya merupakan suatu manifesti dari sikap dan gaya

hidup mereka yang tidak terlalu berlebihan.

4.2 Saran

Page 36: kampung dukuh

36Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdulah, Tata.. 2007. Mengenal Nilai, Bentuk, Wujud,

dan Unsur Budaya Sunda. Bandung : Kencana Utama.

2. Buku Referensi Hasil Kunjungan Budaya. Teknik

Lingkungan 2007.

3. Darpan dan Budi Suhardiman, Seputar Garut

(Komunitas Srimanganti, 2007)