Download - kampung dukuh
1Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
KATA PEGANAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami bisa
menyelesaikan tugas laporan kegiatan kunjungan budaya ke
Kampung Dukuh pada tanggal 16 Desember 2010. Laporan
ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ilmu Budaya Sunda. Laporan ini akan menguraikan mengenai
seluk beluk Kampung Dukuh mulai dari sejarahnya, letak
geografis dan fenomena alam, sampai pada kehidupan sosial
masyarakat dan kultur budaya yang ada di Kampung Dukuh.
Kebudayaan, tidaklah bijaksana apabila kita hanya
memperolehnya dari informasi dan keterangan kebudayaan itu
dengan bersumberkankan pada suatu acuan yang bersifat
teoritis saja yang mendeskripsikan kebudayaan itu, baik itu
bersumberkan pada acuan dari karangan buku seseorang
maupun sumber-sumber lain yang relevan dengan kebudayaan
tersebut. Oleh karena itu sangatlah baik dan penting apabila
kita secara langsung untuk mengunjungi tempat tersebut agar
kita dapat membuat suatu perbandingan antar apa yang telah
kita peroleh dan ketahui dari berbagai sumber-sumber teori
dengan apa yang telah kita dapatkan dan kita temukan
tentang kebenaran kebudayaan Kampung Dukuh sesuai
2Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
dengan hasil pengamatan yang kita amati selama berada di
Kampung Dukuh.
Terealisasinya laporan ini tak luput dari bantuan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini,
untuk itu kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunianya.
2. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan
mendukung kami baik secara moril maupun materil
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kunjungan budaya ini.
3. Dr. Tata Abdullah,Drs.M.Si, selaku dosen mata
kuliah Ilmu Budaya Sunda yang telah membimbing
kami dalam menyusun laporan ini.
4. Kepada Kepala Adat Kampung Dukuh yaitu Pak
Lukman Hakim, dan seluruh warga masyarakat
Kampung Dukuh yang telah bersedia menerima
kami dalam melakukan pengamatan dan di dalam
kesediaannya untuk dapat memberikan keterangan
penjelasan mengenai sejarah dan kehidupan yang
berada di Kampung Dukuh baik secara lngsung
maupun tidak langsung.
5. Dan untuk siapapun yang telah membantu penulis
dalam bentuk apapun, yang tidak dapat kami
3Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
sebutkan satu persatu hingga tersusunnya laporan
ini.
6.
7. Kami pun menyadari bahwa didalam penyusunan
laporan ini masih banyak sekali kekurangan dan
jauh dari yang kami harapkan terutama dari data
yang kami dapatkan. Untuk itu kami mohon saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua
pihak yang telah membaca laporan ini yang kami
perlukan untuk dapat memperbaiki segala
kekurangan dan keterbatasan didalam pembuatan
Laporan kunjungan budaya ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal
alamin.
Bandung, 2 Januari 2010
Penyusun
Puli
DAFTAR ISI
4Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
KATA PENGANTAR…………………………...….............
DAFTAR ISI………………………................………….......
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kunjungan Budaya………........…........
1.2 Pembatasan Budaya…………………............................
1.3 Maksud dan Tujuan……………………….…...............
1.4 Kegunaan Kunjungan Budaya………….….........…......
1.5 Waktu dan Tempat…………………………...............
1.6 Sistematika Penulisan……………………...........…....
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KAMPUNG
DUKUH
2.1 Letak dan Keadaan Alam…………………...............
2.2 Sejarah Kampung Dukuh………………..................
2.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Sosial Masyarakat......
2.4 Keadaan Penduduk.......................................................
2.5 Kondisi dan Pola Pemukiman......................................
2.6 Kondisi Ekonomi Masyarakat......................................
BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT
KAMPUNG DUKUH DILIHAT DARI TUJUH UNSUR
BUDAYA SUNDA
3.1 Sistem Religi dan Kepercayaan…………….............
3.2 Sistem Sosial dan Organisasi Masyarakat…............
3.3 Sistem Ilmu Pengetahuan…………………..............
3.4 Sistem Bahasa…………………………....................
5Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
3.5 Sistem Kesenian………………………....................
3.6 Sistem Pola Mata Pencaharian Hidup………........
3.7 Sistem Teknologi Peralatan………………….........
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan………………………..…….....................
4.2 Saran……………………………….............................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
6Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
1.1 Latar belakang Kunjungan Budaya
Sering kali orang mempertanyakan keberadaan dan
kelestarian kebudayaan daerah dalam rangka mengembangkan
kebudayaan nasional Indonesia. Karena Budaya nasional
Indonesia telah mengalami pergeseran nilai Budaya.
Kebudayaan sendiri memiliki pengertian secara garis
besar sebagai hasil buah budi manusia yang akan senantiasa
diwarnai oleh zamannya sesuai dengan tingkat peradaban
manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia
tang peduli terhadap budaya maka kita melakukan kunjungan
ke kampung Dukuh. Kami memilih Kampung Dukuh sebagai
tempat kunjungan budaya, karena Kampung Dukuh masih
memegang teguh adat istiadat dati leluhur mereka, di
Kampung dukuh masih sedikit pengaruh dari luar, meski
sudah ada beberapa pengaruh luar yang masuk ke Kampung
Dukuh tetapi tidak sebanyak seperti di Kampun-kampung adat
yang lain.
1.2 Pembatasan Masalah
Gambaran umum lokasi Kampung Dukuh yang terdiri
dari letak dan keadaan alam, sejarah berdirinya atau
7Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
munculnya Kampung Dukuh, kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan kondisi masyarakat Kampung Dukuh.
Gambaran umum mengenai KampungDukuh tidak di lihat
dari 7 unsur kebudayaan diantaranya adalah sistem religi dan
kepercayaan,sistem ilmu pengetahuan,sistem bahasa,sistem
kesenian,sistem pola mata pencarian dan juga sistem
teknologi peralatan yang dipergunakan oleh masyarakat di
kawasan Kampung Dukuh.
1.3 Manfaat Kunjungna Budaya
Untuk lebih mengenal dan mengetahui akan aneka
ragam budaya masyarakat Kampung Dukuh khususnya dan
agar mahasiswa tahu pentingnya kebudayaan, umumnya
budaya di Indonesia sehingga dari sana diharapkan timbul
rasa kasih sayang terhadap budaya sendiri, budaya bangsa
indonesia.Dengan demikian tanpa ada rasa keraguan lagi kita
bisa mengembangkan dan lebih memperdalam nilai-nilai
budaya tersebut untuk di lestarikan dalam kehidupan sehari-
hari.
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya kunjungan ke
Kampung Dukuh, diantaranya adalah:
8Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
1. Menciptakan Mahasiswa yang mampu
mentransportasikan nilai-nilai budaya Sunda ke
tingkat nasional maupun ke tingkat Internasional
2. Mengetahui bagaimana gambaran secara umum dari
kondisi keanekaragaman budaya di kampung Dukuh.
3. Memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Ilmu
Budaya Sunda.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang
diadakannya kunjungan budaya ini, pembatasan masalah,
maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan laporan.
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi Kampung Dukuh
Bab ini berisikan penjelasan mengenai lokasi dari
Kampung Dukuh beserta keadaan alamnya, sejarah Kampung
Dukuh, kondisi ekonomi masyarakat, serta kondisi sosial
budaya masyarakat Kapung Dukuh.
Bab 3 Pembahasan Tujuan Unsur Budaya Sunda
Mengenai Kampung Dukuh
Bab ini berisikan penjelasan mengenai unsur-unsur
kebudayaan di daerah kampung Dukuh, bila dilihat dari
9Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
sistem religi dan kepercayaan, sistem sosial dan organisasi
kemasyarakatan,sistem ilmu pengetahuan, sistem bahasa,
sistem kesenian, sistem pola mata pencarian dan sistem
teknologi peralatan yang digunakan oleh masyarakat
Kampung Dukuh.
Bab 4 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari apa yang
diperoleh dari kunjungan budaya ke Kampung Dukuh dan
juga beberapa input penting sebagai salah satu rekomendasi
yang bersifat konstruktif atau membangun bagi semua pihak,
baik itu bagi mahasiswa, pembaca ataupun bagi mereka yang
terkait dalam penyusunan laporan ini sehingga untuk kedepan
di harapkan hasilnya dapat lebih baik lagi dari apa yang telah
dipersembahkan oleh kami.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pada bagian ini kami mencoba menampilkan
penjelasan singkat berupa daftar tabel tentang, konsep
keadaan Kampung Dukuh dan foto mengenai Kampung
Dukuh.
DAFTAR PUSTAKA
10Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Pada bagian ini terdapat beberapa referensi buku atau
sumber yang kami jadikan sebagai acuan dan komplemen
penting dalam pembentukan laporan kunjungan budaya ini
BAB II
11Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
GAMBARAN UMUM LOKASI KAMPUNG
DUKUH
2.1 Letak dan Keadaan Alam
Kampung Dukuh merupakan suatu
perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang
sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
Ieluhumya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila
dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung
Dukuh. Masyarakat Kampung Dukuh hidup pada suatu
tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan
lingkungan kearifan tradisional yang lekat.
Secara Administratif Kampung Dukuh terletak di
Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut.
Kampung Dukuh berada di tanah miring di lereng Gunung
Dukuh. Wilayah kampung Dukuh beraada di dua aliran
sungai, yakni sungai Cimangke dan sungai Cipasarangan.
Selain itu, kampung Dukuh bebatasan dengan Desa
Talagawangi (utara), Desa Kertamukti dan Cigadog (barat),
Desa Lingga Manik dan Cikelet (timur) dan Samudera
Indonesia (selatan). Luas keseluruhan kampung Dukuh adalah
sekitar 10 hektar dari 7 hektar bagian dari kampung Dukuh
Landeuh, 1 hektar bagian kampung Dukuh Tonggoh.
12Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Kampung Dukuh terletak di ketinggian 300 m dari permukaan
laut. Kampung Dukuh berada di tanah miring, di lereng
Gunung Dukuh.
Jarak kampung Dukuh dari Kota Garut sekitar 100
km ke arah selatan Kabupaten Garut. Jarak dari Cikelet
sekitar 15 km. Dari jalan raya Cikelet ke kampung Dukuh
melewati jalan yang berbatu dan cukup terjal sekitar 8 km
jauhnya, harus menggunakan mobil yang bmempunyai ban
tinggi seperti truck pasir atau mobil off road untuk bisa
mencapai kampung Dukuh, itu pun belum bisa mencapai
kampung Dukuh, masih harus melewati jalan setapak yang
cukup terjal juga. Sebelum memasuki kampung Dukuh, akan
melewati kampung dukuh luar atau disebut dukuh landeuh,
disini adat dan istiadatnya sudah terpengaruh budaya luar,
terlihat jelas jika di kampung dukuh luar sudah masuk listrik
dan atap rumahnya terbuat dari genteng. Setelah melewati
kampung Dukuh Luar baru lah sampai di kampung Dukuh
Dalam yang masih kental nilai budayanya. Rumah-rumah
terlihat sama, tidak ada atap dari genteng maupun dinding
bertembok, apalagi televisi.
Daya tarik obyek wisata Kampung Dukuh terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Dukuh tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara Adat Istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara
13Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
adat, upacara hari-hari besar Islam misalnya setiap hari Sabtu diselenggarakan ziarah penghuni kampung ke makam Syekh Abdul Jalil, mereka yang sedang berpacaran, ataw pegawai negeri atau non-muslim dilarang memasuki kompleks makam.
Bentuk bangunan di Kampung Dukuh sama baik
rumah, mesjid, dan madrsah. Atapnya terbuat dari jerami atau
ijuk. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari
anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat
dari papan kayu. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi
dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara
arsitektur dan ornamen Perkampungan Dukuh.
2.2 Sejarah kampung Dukuh.
Kampung dukuh didirikan oleh seorang ulama yang
bernama Syekh Abdul Jalil. Ia adalah seorang ulama yang
ditunjuk untuk menjadi hakim/penghulu/kepala agama di
Sumedang pada abad ke-17 yang pada saat itu dibawah
kekuasaan Mataram, dengan bupatinya bernama Rangga
Gempol. Pada saat penunjuknya menjadi hakim/penghulu di
sumedang.iamenganjurkan syrat,yaitu agar jangan ada yang
melnggar syrat (ajaran atau hukum agma) Jika syarat tersebut
dilangar maka ia akan pergi dari Sumedang
Dua belas tahun kemudian ketika ia sedang berada di Mekah
terjadilah pembunuhan utusan kesultanan Banten, bukan pada
Mataram. Pembunuhan ini diperintahkan oleh Rangga
14Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Gempol. Mengetahui kejadian tersebut, sepulangnya dari
Mekah, Syekh Abdul Jalil merasa sedih karena telah terjadi
pelanggaran terhadap hukum agama. Maka ia pun pergi
meninggalkan Sumedang dan menetap di Batuwangi selama
tiga setengah tahun. Kemudian ia melanjutkan lagi
perjalanannya ke selatan dan tinggal di suatu daerah yang
bernama Tonjong selama satu setengah tahun. Disetiap tempat
yang disinggahi Syekh Abdul Jalil selalu bertafakur memohon
kepada Allah untuk mendapatkan tempat yang cocok untuk
tinggal dan mengajarkan ilmu agamanya dengan tenang. Pada
saat bertafakur ia melihat seberkas sinar sebesar pohon Aren
(Arenga Sacchanfera). Sinar itu bergerak menuju arah
tertentu, yang kemudian diikuti oleh Syekh Abdul Jalil. Sinar
tersebut berhenti dan menghilang diaantara sungai Cimangke
dan Cipasaragan. Ternyata tempat tersebut sudah ada
penghuninya yaitu pakebon dan nikebon (orang yang
menunggui huma/ladang) yang bernama Aki dan Nini
Candradiwangsa. Setelah kedatangan Syekh Abdul Jalil,
tempat tersebut diserahkan kepadanya oleh Aki dan Nini
Candradiwangsa dan mereka pulang kerumahnya.
Sepeninggal Aki dan Nini Candradiwangsa, Syekh Abdul Jalil
bermukim disitu dan menyebarkan pengetahuan agama yang
ia miliki. Dipercayai bahwa tempat bermukim itulah cikal
bakal kampung Dukuh yang ada sekarang. Cerita ini
15Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
tersimpan dalam sebuah buku dengan tulisan Arab Gundul
dan menggunakan bahasa Sunda buhun dan disimpan dengan
baik oleh Kuncen Adat Kampung Dukuh.
2.3 Kondisi Tempat Tinggal dan Sosial Masyarakat
Lokasi kampung Dukuh berada jauh dari perkotaan
dimana letaknya berada dibelakang pegunungan dan tepat
berada di pertengahan hutan belantara, jalan menuju daerah
itu berupa jalan yang penuh bebatuan dan tanah.
Dilihat secara secara sekilas sosialisasi dari
masyarakat kampung Dukuh baik antara penduduk asli
ataupun pendatang sangat baik, terbukti dengan kondisi
lingkungan yang nyaman, aman, damai, tenteram dan bersih,
juga dilihat dari sambutan yang positif menerima pendatang
dari luar kampung Dukuh.
Bangunan yang ada di kampung Dukuh berjumlah 38
bangunan termasuk 1 mesjid dan 1 madrasah. Dahulu terdapat
40 bangunan, tetapi beberapa tahun yang lalu Kampung
Dukuh mendapat musibah kebakaran yang menghabiskan
bangunan, harta benda dan barang-barang pusaka milik
masyarakat kampung Dukuh.
Tahun demi tahun penduduk terus betambah dan
hanya bertumpuh pada tanah yang luasnya 1 hektar. Dengan
hanya tanah yang seluas 1 hektar tentu tidak mampu untuk
menampung penduduk yang tahun-demi tahun bertambah.
16Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Sementara itu, pendudukpun memerlukan tempat tinggal.
Oleh karena itu, bagi penduduk yang telah menikah diizinkan
untuk membangun rumah diluar daerah Kampung Dukuh, di
kampung Dukuh Luar atau di daerah-daerah lain.
2.4. Keadaan penduduk
Menurut penelitian kami, Kampung Dukuh
dihuni 40 Kepala Keluarga (KK) atau 172 orang yang terdiri
dari masyarakat asli kampung dukuh dan tidak sedikit pula
masyarakat dari luar kampung Dukuh, masyarakat pendatang
di kampung dukuh ada yang menetap permanen disana dan
ada juga yang hanya tinggal beberapa hari atau beberapa
bulan saja, alasan mereka tinggal dan menetap di kampung
dukuh adalah untuk memperdalam agama Islam, mendapat
ketenangan hati dan ada juga yang mencari karomah, yaitu
semacam keajaiban bagi orang-orang yang shaleh, jika Nabi
mendapat Mukjizat, orang shaleh mendapatkan karomah.
Kampung Dukuh merupakan suatu perkampungan
yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat
memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya dan sangat
menjunjung tinggi kesederhanaan. Masyarakat Kampung
Dukuh hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam
suasana kesahajaan lingkungan kearifan tradisional yang kuat.
Penduduk Kampung Dukuh dari tahun ke tahun relatif
berkurang, karena ada beberapa faktor penyebabnya yaitu:
17Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
pertama akibat perkawinan dengan anggota masyarakat
Kampung Dukuh yang tinggal di luar Kampung Dukuh, atau
dengan masyarakat lain, kedua karena alasan ekonomi,
sehingga dengan pertimbangan yang lebih praktis, mereka
memilih tinggal di luar Kampung Dukuh sebagai tempat
usahanya, sedangkan yang ketiga, ketika terjadi pernikahan
antara muda-mudi dari kampung ini bisa jadi pasangan
tersebut harus keluar dari kampung Dukuh karena tidak
tersedianya tempat tinggal (rumah). Rumah di Kampung
Dukuh jumlahnya selalu diperhatikan, yaitu tidak boleh
melebihi batas tanah suci kampung Dukuh. Mereka bisa
membangun rumah di luar kampung Dukuh Luar atau di
daerah lainnya.
2.5. Kondisi dan Pola Pemukiman
Hal yang menarik dari kampung Dukuh adalah
keunikan dari rumah-rumah penduduk Kampung Dukuh
adalah semuanya menggunakan sistem panggung, beratap
jerami atau ijuk dan berlantai palupuh, semua bangunan
melintang ke barat, tidak boleh mgnhadap utara karena
menghadap makam Syeikh Abdul Jalil yang merupakan
leluluhur masyarakat kampung Dukuh. Di Dukuh dalam,
bangunan tidak boleh ada tembok, kaca dan genteng, dan di
dalam rumah tidak boleh menyimpan barang-barang mewah,
bahkan ranjang pun tidak diperbolehkan, tidur cukup dengan
18Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
beralaskan tikar saja. Berbeda dengan duku luar yang sudah
ada listrik dan atapnya dari genteng.
Rumah-rumah di kampung Dukuh tidak dibatasi oleh
jumlah bangunan, tetapi dibatasi oleh wilayah yang mereka
sebut wilayah suci kampung Dukuh, selain dari itu bukan
termasuk kampung Dukuh Dalam, tetapi kampung Dukuh
luar.
2.6 Kondisi Ekonomi Masyarakat
Masyarakat kampung dukuh terutama kampung
dukuh luar mereka telah mengenal uang tetapi dengan
kehidupannya tidak memprioritaskan jual beli tapi hal ini
mereka lebih mengutamakan pemanpaatan hasil bumi yang
diperoleh oleh mereka namun lain dengan masyarakat
kampung dukuh luar mereka telah mengenal sistem jual beli,
mereka telah mengenal perekonomian yang lebih baik hal itu
terbukti dengan adanya warung yang menjual alat kebutuhan.
BAB III
19Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
GAMBARAN UMUM KAMPUNG DUKUH
DILIHAT DARI TUJUH UNSUR BUDAYA SUNDA
Bab ini akan menguraikan tentang : (1) Sistem Religi
dan Kepercayaan, (2) Sistem Organisasi dan Sosial
Kemasyarakatan, (3) Sistem Ilmu Pengetahuan, (4) Sistem
Bahasa, (5) Sistem Kesenian, (6) Sistem Pola Mata
Pencaharian, dan (7) Sistem Teknologi Peralatan.
3.1 Sistem Religi dan Kepercayaan
Masyarakat tradisional kampung Dukuh menganut
agama Islam yang kuat. Mereka menjalani kehidupan agama
Islamnya dengan cara bertasawuf artinya mereka membatasi
diri dengan pengaruh luar yang dapat mendatangkan dosa
terhadap Allah SWT. Hal itu dibuktikan dengan tidak
terdapatnya benda-bendayang sifatnya modern seperti
listrik,alat-alat elektronik dan sebagainya. Mereka
menjunjung tinggi dan memegang kuat adat leluhur, maka
mereka pun menjalani kehidupan agamanya sesuai dengan
amanat para leluhurnya yang tidak bertentangan dengan Al
Quran dan Al Hadist, dimana kehidupan agama yang
demikian menjadi budaya dalam kehidupan sosial saat ini.
20Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Selain Tasawuf mereka juga menjalani kehidupan
agama Islam yang bercampur dengan kepercayaan dan hal-hal
yang dirasa tabu dan mistis. Seperti terdapatnya makam yang
dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Apabila
mengunjungi atau menziarahi makam tersebut harus
menggunakan pakaian khusus dan tanpa menganakan pakaian
dalam. Dari hal tersebut dapat ditarik dua pemikiran yaitu
pemikiran secara agama seperti menziarahi kubur dengan
tujuan berdoa merupakan salah satu langkah mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan tanpa menganakan pakaian dalam
merupakan titik tolak agar tubuh kita bersih dan suci dari
nazis. Apabila ketentuan itu dilanggar maka akan muncul
azab dari leluhur.
Selain kedua hal diatas terdapat satu lagi yaitu mengenai
upacara adat budaya yang ada kaitannya dengan upacara
keagamaan dalam Islam seperti Muharraman,rajaban,nisfu
sa’ban,hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan Maulid Nabi.
Seperti pada perayaan Maulid Nabi yang diselenggarakan dari
tanggal 12-14 Rabiul Awal, selain itu mereka juga
melaksanakan kegiatan kebudayaan khas masyarakat
kampung Dukuh yaitu melaksanakan upacara adat
memperingati hari diletakannya tanah suci dan air suci
kampung dukuh yang dilaksanakan pada tanggal 14 maulud.
Dalam hal perkawinan mereka menggunakan hukum islam ,
21Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
namun sebelumnya masyarakat kampung dukuh tidak
membudayakan istilah pendekatan dan pacaran.
Upacara adat, Upacara 14 Mulud
1.Kedatangan Tamu
Mulai tanggal 10 Mulud tamu yang dari jauh sudah mulai
datang ke Kampung Dukuh, sedangkan yang terakhir datang
pada tanggal 13 Mulud, malah dari Kampung Luar Dukuh
yang paling dekat datang pada sore hari menjelang Magrib ke
Kampung Dukuh.
Banyaknya tamu yang dating membuat kapasitas tamu tidak
tertampung di rumah-rumah masyarakat Dukuh, sehingga
umumnya terpasang tenda di halaman. Semua tamu ketika
sampai ke Kampung Dukuh langsung menuju ke rumah
Kuncen untuk menyampaikan maksudnya, sesudah diterima
ke Kuncen kemudian disuguhkan makanan, tamu ini diatur
oleh Wakil Kuncen untuk tempat tinggalnya dititipkan di
rumah-rumah masyarakat, tapi kalau tidak tertampung di
rumah-rumah masyarakat terpaksa memasang tenda darurat.
Selain tamu yang datang dari luar Kampung Dukuh,
masyarakat setempat juga datang ke Kampung pada waktu
sore tanggal 13 Mulud, menyampaikan maksudnya untuk ikut
kegiatan upacara 14 Mulud. Semua tamu dan masyarakat
setempat datang ke Kuncen sambil membawa tempat air yang
22Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
disebut ?Kele?, jika ada tamu yang tidak punya kele,
disediakan oleh masyarakat Dukuh, kele ini sebagai tempat air
pada acara ?Ngabungbang? air kele ini dibawa kerumah
masing-masing dicampurkan pada sumber iar yang biasa
dipakai untuk keperluan sehari-hari (sumur atau air minum)
2. Wejangan
Sesudah sholat isya jam 8.00 malam, semua yang mau ikut
upacara 14 Mulud kumpul di rumah Kuncen, yang tidak
tertampung di dalam rumah Kuncen mendengarkan dari
halaman rumah Kuncen. Kuncen menjelaskan wejangan atau
penjelasan-penjelasan tentang hal Kampung Adat Dukuh,
sejarah Dukuh dan sejarah yang berupa tulisan (sejarah yang
ditulis) atau sejarah yang tidak ditulis disebut sejarah
Maneling. Selain penjelasan-penjelasan sejarah juga
dijelaskan bagaimana pelaksanaan upacara adat tanggal 14
Mulud.
3. Wasiat
Sesudah wejangan yang diberikan oleh Kuncen selesai,
dilanjutkan ke acara Wasia? yang disampaikan oleh sesepuh
adat Dukuh yang dianggap paling sepuh, yang pada waktu ini
dilaksanakan oleh Ibu Iyah Mariyah.
Cara pelaksanaan :
Ibu Iyah keluar dari rumah Kuncen -, digandeng oleh dua
tokoh adat, empat pemuda dengan membawa tongkat, tongkat
23Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
ini khusus dibuat dari kayu sulangkar. Ibu Iyah duduk di
halaman rumah yang sudah dialasi oleh tikar. Dua tokoh yang
menggandeng tadi duduk disebelah kiri dan kanan Ibu Iyah,
serta pemuda yang berempat bediri diatas tanah di depan
halaman yang diduduki oleh Ibu Iyah. Seterusnya Ibu Iyah
memberikan wasiat yang berupa bahasa isyarat serta
menjelaskan tentang hal kejadian zaman, dan tidak lewat juga
kejadian yang akan datang. Selesai wasiat Ibu Iyah
meninggalkan halaman rumah balik ke rumahnya diikuti oleh
yang menggandeng tadi.
4. Pelaksanaan Adus (Mandi Berkah)
Sesudah selesai wasiat, semua yang hadir di rumah Kuncen
atau yang diluar menyerahkan kele yang diterima oleh Wakil
Kuncen (Lawang), seterusnya oleh Wakil Kuncen semua kele
disimpan dibelakang rumah Alit (rumah panggung)
disampirkan di pagar.
Semua yang mau ikut upacara 14 Mulud ini berangkat menuju
ke jamban (pancuran suci) untuk melaksanakan Adus (mandi
berkah). Yang mandi dibagi tiga tempat, untuk perempuan
dan laki-laki dipisahkan.
Mandi besar dimulai oleh Kuncen diteruskan oleh yang
lainnya. Sekali masuk ke tempat mandi ada tiga sampai empat
orang, sebab yang akan melaksanakan mandi sangat banyak.
Mandi besar dipimpin oleh Wakil Kuncen, yaitu oleh Ki
24Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Oman dan Ki Korib yang di tugaskan menjadi Wakil Kuncen
waktu ini.
Pelaksanaan mandi besar diisaratkan oleh Wakil Kuncen yang
duduk di atas pancuran sambil mengatur mengalirnya air.
Pertama- tama Wakil Kuncen berdoa memberi tanda atau
isyarat dengan ucapan : cuuur keluar air banyak dari lubang
air lalu ditampung oleh yang ada di dalam kamar mandi juga
langsung di guyurkan ke seluruh badan.
Setelah selesai yang ini diteruskan lagi pada yang lainnya
yang sudah antri atau menunggu diluar kamar mandi.Begitu
dan begitu terus pelaksanaan mandi itu. Wakil kuncen berdiri
memimpin mandi hingga kurang lebih sampai jam tiga subuh.
5. Ngabungbang
Yang sudah beres mandi dari kamar mandi lalu oulang lagi,
ada juga yang masuk lagi kerumah Kuncen dan ada juga yang
diam diteras rumah Kuncen menunggu acara Ngabungbang.
Acara ngabungbang dimulai, wakil : wakil Kuncen mengisi
kele - kele (Alat-alat ) yang disimpan di belakang rumah
kecil, lalu sebelum di isi air air itu di beri doa dahulu, setelah
selesai di isi semua Kele lalu dimasukan ke rumah kecil.
Kuncen dan Wakil Kuncen masuk ke rumah kecil sambil
membawa peralatan pusaka Adat Kampung Dukuh. Yang
masuk kerumah kecil hanya Kuncen dan Wakil Kuncen saja,
25Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
yang lainnya tidak boleh masuk. Kuncen memberikan Doa
kesemua air yang ada, setelah Berdoa lalu membersihkan alat
pusaka yaitu Keris pusaka yang disebut ?Silember? dan Keris
yang lainnya. Selama Kuncen dan Wakil Kuncen
melaksanakan acara di dalam rumah kecil, yang ada dirumah
Kuncen memukul terebang sambil membaca sholawat, yang
diluar juga ikut membaca sholawat. Namun ada juga yang
diluar diantaranya khusus yang belajar ilmu dan juga yang
mematangkan ilmu, ada juga diantaranya Sesepuh adat
Kampung Dukuh yang diberi ilmu oleh Wakil- wakil Kuncen
setelah beres acara didalam rumah kecil.
Setelah selesai acara didalam rumah kecil, semua kele
dikeluarkan lagi lalu disandarkan ke pagar. Ada yang diambil
kembali oleh yang punya yang sudah menunggu diluar pagar
rumah kecil, dan ada juga yang diambil pagi- pagi.
Upacara Ngabungbang selesai semuanya pergi ke Mesjid
Jami. Kuncen keluar dari rumah kecil lalu ke Mesjid untuk
melaksanakan shalat subuh dengan berjamaah. Pagi- pagi para
tamu berkumpul lagi di rumah Kuncen, ada yang mau
pamitan pulang ke desanya ada juga yang bilang akan tidur
lagi di Kampung dukuh, maksudnya akan pergi berjiarah pada
hari Sabtu.
26Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
3.2 Sistem Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan
Yang dimaksud dengan Sistem Sosial adalah merupakan
sistem pengelompokan sosial berdasarkan atas umur, jenis
kelamin, dan hubungan kekerabatan. Sedangkan Organisasi
Kemasyarakatan adalah merupakan hubungan-hubungan yang
terjadi antar individu atau kelompok individu di dalam
masyarakat yang telah terpolakan, sehingga menjadi satu
sistem hubungan.
Sistem politik yang ada disana yaitu berkaitan kuat
dengan adat dan hukum adat yang berlaku secara turun
temurun. Dikampung Dukuh juga terdapat struktur
pemerintahan yang bersifat tradisional, yaitu seperi adanya
kepala suku (kuncen) dan wakilnya dikenal dangan nama
panglawang. Disana juga terdapat RW yang bukan keturunan
langsung dari pendiri kampung Dukuh
Sistem pemerintahan kepala kuncen kampung Dukuh
dilaksanakan berdasarkan sistem turun temurun artinya
kuncen disana hanyalah keturunan dari Syekh Abdul Jalil.
Dengan adanya sistem pemerintahan seperti itu mereka
langsung menerima peraturan seperti itu karena mereka
merasakan itu merupakan hukum adat yang harus mereka taati
27Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
selama mereka masih menjadi bagian dari masyarakat
kampung Dukuh.
3.3 Sistem Ilmu Pengetahuan
Di setiap daerah manapun masyarakat memerlukan ilmu
pengetahuan untuk menunjang kehidupannya. Kita bisa
mendapatkan ilmu pengetahuan itu melalui berbagai media,
diantaranya adalah media cetak dan media elektronik serta
media-media lainnya yang menunjang.
Tujuan masyarakat kampung Dukuh tidak memakai listrik
adalah untuk mencegah masuknya budaya luar yang
ditakutkan akan dapat merusak kebudayaan yang telah ada di
Kampung Dukuh dan untuk menjaga kemurnian kebudayaan
khas sunda yang ada di Kampung Dukuh. Selain itu juga
untuk menghindari terjadinya kesenjangan social kehidupan
masyarakat Kampung Dukuh.
Masyarakat kampung Dukuh menyimpan sejarah mereka
dalam sebuah kitab yang ditulis dengan huruf arab dan bahasa
sunda buhun, ini membuktikan bahwa masyarakat kampung
Dukuh sudah mempunyai sistem ilmu pengetahuan (tulisan)
dari dahulu kala.
Di Kampung Dukuh tidak terdapat sekolah formal seperti
SD, SMP apalagi SMA, tetapi disana ada Madrasah yang
untuk belajar agama, ketika kami ke sana pada hari minggu
28Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
pagi, ibu-ibu sedang mengaji di madrasah dan ketika sore
kami pulang, anak-anak terlihat belajar mengaji di madrasah
itu. Ada juga yang sekolah ke sekolah formal (SD) tetapi
mereka harus menempuh jarak yang jauh untuk sampai ke
sekolah, ketika kami baru tiba di kampung Dukuh, ada
segorombolan anak kecil yang berumur sekitar 5 tahun,
mereka menghitung jumlah kami yang datang ke kampung
dukuh, ini membuktikan bahwa masyarakat kampung dukuh
memiliki keinginan dan kemampuan dalam belajar walaupun
dengan segala keterbatasan yang ada. Dan menurut informasi
dari masyarakat itu, sudah ada masyarakat kampung Dukuh
yang sudah tamat S1.
Walaupun demikian, dilihat dari cara masyarakat
Kampung Dukuh megolah lahan pertanian mereka, merawat
keaslian perbukitan dan hutan-hutan yang ada disekitar
pemukiman mereka, sistem pembuatan saluran pembuangan
limbah yang mereka miliki, bahkan penerapan tata ruang yang
diperuntukkan bagi lahan pertanian dan pemukiman mereka
yang mereka terapkan sendiri tanpa ada penyuluhan dan
pembinaan dari siapapun dapat dijadikan bukti nyata bahwa
masyarakat Kampung Dukuh memiliki pengetahuan yang
dapat dikatakan tidak kalah dengan orang-orang yang
memiliki pendidikan tinggi.
3.4 Sistem Bahasa
29Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
Setiap daerah umumnya memiliki suatu bahasa yang
khas, yang berfungsi sebagai alat berkomunikasi dan
berinteraksi antar warga yang satu dengan warga yang
lainnya. Begitu pula halnya dengan penduduk di Kampung
Dukuh, juga memiliki bhasa khas yang digunakan oleh para
warganya.
Bahasa sehari-hari yang digunakan sebagai alat
komunikasi oleh masyarakat Kampung Dukuh adalah bahasa
Sunda. Ini karena letak geografisnya, yakni daerah Kampung
Dukuh berada atau termasuk pada daerah kawasan propinsi
Jawa Barat yang mayoritas masyarakatnya berbahasa daerah
Sunda, kecuali di daerah Indramayu dan Cirebon yang
mayoritas masyarakatnya masih berbahasa daerah Jawa,
sehingga tidak heran dari daerah ini cukup susah untuk
mengerti bahasa Sunda.
Pada dasarnya, masyarakat Kampung Dukuh dapat
berkomunikasi satu sama lain dimana saja dan kapan saja.
Adapun komunikasi dengan dunia luar, tidaklah asing bagi
mereka karena tidaklah sulit bagi masyarakat Kampung
Dukuh berhubungan dengan dunia luar dilihat dari letak
perkampungannya yang strategis. Berkomunikasi dengan
wisatawan pun bukanlah masalah bagi masyarakat Kampung
Dukuh. Walau tidak seinsentif bila berkomunikasi dengan
sesama penduduk karena keterbatasan kosa kata, tetapi ada
30Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
warga Kampung Dukuh yang juga dapat berbicara dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
3.5 Sistem Kesenian
Sedikit sekali informasi yang kami dapat tentang sistem
kesenian di kampung Dukuh, tetapi menurut sumber,
masyarakat kampung dukuh mempunya alat musik Rebana.
3.6 Sistem Pola Mata Pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat adat
adalah bertani, sama halnya dengan masyarakat di Kampung
Dukuh. Pada waktu itu sistem pertanian yang mereka lakukan
adalah sistem pertanian ladang berpindah. Ada dua alasan
kenapa sistem tersebut dilakukan:
(1) Karena lahan yang tersedia masih sangat luas, dan
(2) Karena dengan sistem ladang berpindah kesuburan tanah
akan tetap terjaga.
Tetapi seiring dengan bergeraknya zaman, sistem pertanian
ladang berpindah mulai ditinggalkan dan sebagai gantinya
adalah sistem pertanian menetap. Sistem pertanian menetap
mengharuskan para penggarap untuk tinggal tidak jauh dari
lokasi garapannya. Tujuannya adalah menjaga lahan garapan
dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan. Mulai saat
itulah banyak warga masyarakat kampung Dukuh yang
meniggalkan kampung induknya guna mendirikan
31Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
perkampungan baru yang berdekatan dengan lokasi lahan
garapannya. Seiiring dengan bertambahnya penduduk, maka
bertambah pula kampung-kampung baru disekitar wilayah
adat dukuh.
Saat ini pekerjaan masyarakat kampung Dukuh adalah
bertani dan berkebun. Namun hanya sebagai petani
penggarap, bukan petani pemilik lahan karena sebagian
masyarakat kampung Dukuh sudah tidak memiliki lahan
garapan. Sekarang mereka menggarap tanah yang dibiarkan
perhutani. Itu pun sebagai pelampiasan warga atas
dibiarkannya lahan itu. Untuk itu warga memanfaatkan lahan
itu.
Dalam perjalanan ke kampung Dukuh kami melihat di
kiri-kanan jalan terdapat perkebunan pohon jati yang cukup
luas, sebelumnya kami mengira itu adalah salah satu mata
pencaharian masyarakat kampung dukuh, tetapi ketika
ditanyakan kepada kuncennya (bapak Lukman Hakim) beliau
mengatakan bahwa itu adalah milik pemerintah (perhutani),
warga kampung Dukuh hanya menggarap sawah, sayur-
sayuran dan buah-buahan saja. Mereka menolak adanya
perkebunan jati itu, karena akan merusak lingkungan mereka.
Sebenarnya pemerintah mengatakan bahwa itu program
penghijauan, tetapi caranya yang salah, jika berkeinginan
untuk menghijaukan, jangan menanam pohon produksi
32Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
(pohon jati) tapi harus menanam pohon yang benar-benar bisa
menghijaukan, bukan untuk tujuan produksi.
3.7 Sistem Teknologi Peralatan
Teknologi berkaitan dengan alat perlangkapan hidup
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat
kampung Dukuh mereka menggunakan peralatan yang
sifatnya tradisional tapi juga terdapat peralatan yang sifatnya
modern yang telah dipengaruhi teknologi luar itu contoh
kehidupan teknologi masyarakat kampung Dukuh dalam.
Dalam bercocok tanam mereka masih menggunakan
alat-alat biasa seperti cangkul dan golok. Tidak ada pengeras
suara apalagi listrik Jika malam tiba mereka menggunakan
cempor sebagai alat penerang. Jika tiba waktu solat akan
terdengar bunyi kohkol, ketukan pertama adalah penanda jika
waktu solat akan segera tiba, seluruh masyarakat kampung
Dukuh bersiap-siap pergi ke mesjid. Dan ketokan kedua
adalah penanda bahwa waktu solat telah tiba, semua warga
(laki- laki) solat berjamaa’ah di mesjid yang diimami
(dipimpin) oleh kuncen. Setelah solat mereka pergi ke rumah
kuncen untuk makan siang, ada juga yang makan di rumah
masing-masing. Peralatan makan mereka sudah memakai
piring dan gelas dari kaca, kecuali kuncen yang masih
menggunakan ala-alat makan yang terbuat dari kayu dan
33Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
batok kelapa. Rasa kekeluargaan disini masih sangat kental,
mereka melakukan segala hal secara bersama-sama dan
gotong royong, mereka juga sangat sederhana, terlihat dari
cara berpakaian dan bentuk bangunan yang jauh dari
kemewahan.
Ada satu pengaruh yang besar yang telah memasuku
kampung Dukuh. Mereka sudah mengenal telpon genggam
atau lebih sering disebut HP, ini sangat berlawanan dengan
adat mereka yang tidak boleh memakai alat-alat elektronik,
ketika kami bertanya kepada kuncennya, beliau berpendapat
jika HP itu penting untuk berkomunikasi dengan keluarga
mereka yang berada di luar kampung dukuh atau
berkomunikasi dengan pemerintah, tetapi ada ketentuan jika
menggunakan HP, HP tidak boleh ada nada deringnya, tidak
boleh bersuara.
Namun beda dengan masyarakat kampung Dukuh luar
mereka sudah mengenal sistem teknologi modern contohnya
mereka sudah mengenal peralatan-peralatan media seperti
radio dan juga televisi.
Terlihat jelas bahwa faktor sosialisasi atau interaksi sosial
sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat
kampung Dukuh, terlihat pada perbedaan penerimaan
pengaruh luar antara dukuh dalam dan dukuh luar termasuk
dalam teknologi.
34Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan kunjungan budaya ke
Kampung Dukuh maka kami dapat menarik beberapa
kesimpulan dari kunjungan tersebut, yaitu dengan
mengunjungi Kampung Dukuh kami bisa meneliti dan
mengamati serta mengetahui secara langsung unsur-unsur
budaya yang terdapat didaerah tersebut, juga kami bisa
membandingkan dan membuktikan sendiri teori-teori yang
diperoleh baik dari sumber bacaan maupun penjelasan dari
dosen kami megenai keadaan Kampung Dukuh ini, sehingga
kami bisa mengenal dan mencintai budaya-budaya daerah di
Indonesia, khususnya budaya sunda di Kampung Dukuh
( Jawa Barat).
Masyarakat Kampung Dukuh terkenal dengan
ketaatannya yang masih konsen memegang teguh adat dan
kebudayaan sunda, serta peraturan adat istiadat yang berlaku
disana sebagai warisan dari nenek moyang mereka sejak
dahulu. Kebudayaan yang ada di Kampung Dukuh adalah
35Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
kebudayaan sunda ynag masih asli dan disinyalir belum
terpengaruhi oleh kebudayaan luar daerahnya. Untuk menjaga
dan melestarikan kebudayaan agar tetap eksis salah satunya
diperlukan adanya suatu peraturan norma-norma yang tegas
serta mengikat, meskipun warganya ada yang tinggal di luar
atau keluar dari daerah Kampung Dukuh untuk mencari
profesi lain yang diinginkannya.
Hal yang perlu ditiru dalam kondisi sosial masyarakat
Kampung Dukuh adalah sifat kesederhanaan dalam hidupnya.
Kesederhanaan masyarakat Kampung Dukuh dalam
kesehariannya merupakan suatu manifesti dari sikap dan gaya
hidup mereka yang tidak terlalu berlebihan.
4.2 Saran
36Kunjungan Budaya Ke Kampung Dukuh, Garut
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulah, Tata.. 2007. Mengenal Nilai, Bentuk, Wujud,
dan Unsur Budaya Sunda. Bandung : Kencana Utama.
2. Buku Referensi Hasil Kunjungan Budaya. Teknik
Lingkungan 2007.
3. Darpan dan Budi Suhardiman, Seputar Garut
(Komunitas Srimanganti, 2007)