pestisida nabati pada hama gudang

18
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PESTISIDA “APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA HAMA GUDANG” POSMA ANDRI OCTAVIA SIAGIAN 05101007122 KELOMPOK IV PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Upload: posma-andri-octavia-siagian

Post on 25-Jun-2015

2.061 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PESTISIDA nabati pada hama gudang

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PESTISIDA

“APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA HAMA GUDANG”

POSMA ANDRI OCTAVIA SIAGIAN

05101007122

KELOMPOK IV

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2012

Page 2: PESTISIDA nabati pada hama gudang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk

pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi

yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang

terdaftar telah mencapai 353 jenis. Dalam  pengendalian hama tanaman secara

terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman,

Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun

kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya.  Menyikapi hal

ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi

penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman

terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat

cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran) (Riordi, 2007).

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang

lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di

Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan

serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-

15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai

digunakan sebagai insektisida.Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida

sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas. Beberapa literatur

menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida”. Penggunaan

pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang

sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida

yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara

berkembang. (Novizan, 2002)

Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme

pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia,

ekologi, atau ekonomi.Pengendalian hama berumur setidaknya sama dengan

pertanian, lantaran petani perlu mempertahankan tanamannya dari serangan hama.

Page 3: PESTISIDA nabati pada hama gudang

Untuk memaksimalkan hasil produksi, tanaman perlu dilindungi dari tanaman dan

hewan pengganggu. (Widianto, R, 2001)

Semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang

dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida. Sejak

terjadinya krisis pangan di seluruh dunia akibat efek dari perang dunia II, para ahli

pangan mulai gencar merencanakan suatu program yang dapat menjawab tantangan

krisis pangan. Dan ditambah lagi ketika petani memerlukan hasil produksi yang

cepat, efisien, dan terjaminnya hasil produksi, maka lahirlah “Revolusi Hijau”

dimana terjadi peningkatan penggunaan pestisida kimia sintetis sebagai pengendali

hama, penyakit, dan gulma atau yang di kenal dengan OPT. Bahan aktif yang

dikandung dalam pestisida merupakan senyawa pestisida dalam formulasi (campuran

antara senyawa utama pestisida dengan bahan lain).

Golongan pestisida terbagi menjadi 3 bagian, yaitu; 1) formulasi, 2) cara

kerja, 3) susunan kimia. Formulasi pestisida berupa cairan, butiran, debu, dan tepung.

Dan dalam teknis aplikasi pestisida berupa kontak, fumigasi/teknik gas, sistemik, dan

lambung. Serta susunan kimia dalam pestisida antara lain; organik dan anorganik.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad

pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam

kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan

menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan

lingkungan pada umumnya. (Deby, 2009).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dan pengaplikasian pestisida nabati

pada hama gudang.

Page 4: PESTISIDA nabati pada hama gudang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman

Tanaman Kencur ( kaempferia galanga L. ) termasuk kedalam famili jahe-

jahean Zingiberaceae yang merupakan tumbuhan asliIndia dengan daerah

penyebaran meliputi kawasan Asia Tenggara dan Cina. Sifat dan bentuk tanaman

yaitu berbatang semu, jumlah daun 2-3 helai, warna bunga putih, umbi berwarna

kuning kecoklatan dan banyak mengandung air.   Komposisi umbi terdiri dari pati

4,14%,  mineral sebanyak 13,73% serta minyak atsiri  2,4-3,9% yang terdiri dari

cineol,  asam methyl,  aldehide,  ethyl,  ester  dan lain-lain. (Riordi, 2007 )

Manfaat rimpang kencur sebagai bumbu penyedap juga sebagai obat

tradisional, oleh karenanya banyak petani yang mengusahakan di pekarangan

maupun di tegalan baik secara monolkultur ataupun secara tumpang sari, sehingga

mampu meningkatkan pendapatan petani. Pada saat ini kencur banyak dalam industri

rokok, jamu dan kosmetika dengan perkiraan kebutuhan dalam negeri untuk ketiga

komponen tersebut sebesar 10 ton cip kencur kering atau setara dengan 100 ton

rimpang basah. (Tobing, dkk, 2007)

1. Sistematika

Klasifikasi Kaempferia galanga L di dalam dunia botani adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermaiophyta

Sob Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga

Page 5: PESTISIDA nabati pada hama gudang

2. Botani

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi

bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan

tanah sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu  sifat baku

(keturunan). Tinggi tanaman kencur biasanya 80-120 cm.

          Daun tanaman kencur tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang

seling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas : 1. Helaian daun

yang menempel pada buku melalui pelepah daun, 2. Pelepah daun yang membungkus

ruas di atasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya,

3. Telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun, 4. Lidah daun (ligula)

yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun, 5. Daun bendera adalah daun

teratas di bawah malai (Suharno, 2005).

         Daun terdiri dari buku yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya

menghasilkan cabang–cabang sekunder. Dari buku pangkal malai pada umumnya

akan muncul hanya satu cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut

dapat menghasilkan 2–3 cabang primer. Perakaran kencur yaitu akar serabut.

3. Syarat Tumbuh

Adapun syarat tumbuh dari tanaman kencur yaitu Tumbuh baik pada

ketinggian tempat 50 m –1.000 mdpl. Intensitas cahaya Sedikit terlindung dari

sinar matahari lansung dan Curah hujan 2.500 – 4.000 mm/ tahun. Kencur

tumbuh baik pada tanah lempung berpasir, dan lempung berliat. Struktur remah

dan kaya humus. Pada pH tanah sekitar 4-5. Temperatur atau suhu yang baik

pada tanaman jenis ini yaitu 22-260C.

Page 6: PESTISIDA nabati pada hama gudang

B. Kecoa

1. Sistematika

Sistamatika kecoa menurut satro wijaya, 2004 :

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Upakelas : Pterygota

Infrakelas : Neoptera

Super ordo : Dictyoptera

Ordo : Blattodea

Famili : Blattidae

Genus : Periplaneta

Spesies : Periplaneta americana

2. Morfologi

Tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng). Kepala agak tersembunyi

dilengkapi : sepasang antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen,dan

mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian

luar tebal,bagian dalam berbentuk membran. Caput melengkung ke ventro caudal di

bawah sehingga mulut menjol diantara dasar kaki pertama. Biasanya bersayap 2

pasang jenis Blatta Orientialis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada

jantan (tidak menutup abdomen). Kaki disesuaikan untuk berlari. Metamorfosis tidak

sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus ooteca 6-30 butir telur dan

menetas 26-69 hari sedangkan nimpha menjadi dewasa mengalami molting sebanyak

13 kali,siklus hidup secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup

selama 3 tahun. Bersifat omnivora memakan buku,kotoran,tinja dan dahak atau

makanan dari kanji.(sastro wijaya, 2004)

3. Habitat

Kecoa jenis ini sering ditemukan pada lubang-lubang pipa, tempat pembuangan

air kotor, tempat hangat dan lembab dan tempat-tempat sampah.

Page 7: PESTISIDA nabati pada hama gudang

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

a. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 29 maret 2012. Pukul 14.00

WIB. Tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu di laboratorium fungi.

b. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan yaitu ekstrak kencur, petridist, tissu, stopwach,

dan kecoa.

c. Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sbb :

1. Ambil kecoa, masukkan kedalam cawan petridist

2. Sebelum dimasukkan kedalam petridist celupkan tissu kedalam ekstrak

kencur, lalu tissunya dikering-anginkan

3. Lalu lapisi tissu pada petridist

4. Kemudian masukkan beberapa kecoa kedalam petridist. Lakukan

pengulangan percobaan ini sebanyak 7 kali pengulangan dengan interval

waktu3,6,9,12,15,18,21 menit.

5. Lalu lakukan pengamatan.

Page 8: PESTISIDA nabati pada hama gudang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini adalah;

- Kelompok 4 Hama gudang Kecoa

Hari / tanggal interval waktu persentase Kamis/ 29 maret 2012 3 0%

6 0%

9 0%

12 0%

15 0%

18 0%

21 0%

Total : 0 %

persentase interval (%)= ∑ yangmati x 100%

∑ total (dicawan)

= 0 x 100%

2

= 0

Persentase total (%) = persentase total x 100%

n

= 0 x 100%

2

= 0

Tidak ada kecoa yang mati, ekstraknya kurang efektif.

B. Pembahasan

Page 9: PESTISIDA nabati pada hama gudang

Pada praktikum ini kami melakukan pengendalian pada hama gudang yaitu kecoa

dengan menggunakan ekstrak kencur. Sebelum itu kita harus mengetahui apa itu

hama gudang. Hama gudang adalah mahluk hidup yang mengganggu simpanan hasil

panen pertanian yang disimpan pada suatu tempat. Pada perlakuan yang kami

laksanakan dengan interval waktu 3,6,9,12,15,18,21 menit, kami tidak menemukan

kecoa yang mati hanya kecoa tersebut lemas. sempoyongan. Disini kita dapat

menyimpulkan bahwa ekstrak kencur tersebut tidak bekerja secara efektif. Sehingga

pada pesentasi interval dan total menghasilkan 0.

Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga

sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan.

Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus

kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis

bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-

organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga

harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu

dalam jumlah yang cukup untuk membunuh.

Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap

cara aplikasinya :

Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya

hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan

insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan

ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama yang memakan

jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada didalam tanaman

tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan insektisida kontak,

karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung

dengan insektisida.

Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu

gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat

penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di

tempat penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama

tersebut dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan

Page 10: PESTISIDA nabati pada hama gudang

insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang

agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun,

maka mereka akan mati keracunan.

Kecoa jenis ini biasa hidup bergerombol pada tempat-tempat gelap dan

lembab. Aktif pada malam hari, selalu berada pada tempat-tempat

tersembunyi.Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh

hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan

sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah: Harus

kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati. Efisien

untuk mengendalikan hama tertentu. Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak

diperlukan. Tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai. Dalam perdagangan

(transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan

keamanan yang maksimum. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut. Sejauh

mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota. Relatif aman bagi pemakai

(LD50 dermal dan oral relatif tinggi). Harga terjangkau bagi petani.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai

saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan

penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan

pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi

masalah hama gudang. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga

meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.

Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 4.000 spesies kecoa. Dari semuanya itu,

yang paling akrab dengan manusia hanya empat spesies. Sisanya lebih memilih

tinggal di hutan, melahap kayu dan dedaunan. Berbeda dengan kecoa rumahan,

kecoa-kecoa yang tinggal di hutan berperan penting di dalam ekosistem. Dengan

adanya pasukan kecoa, sampah hutan didaur ulang menjadi makanan bagi tumbuhan.

Para kecoa ini juga menjadi nutrisi yang menyehatkan bagi sejumlah reptil dan

mamalia. Keempat spesies yang hidup dekat dengan manusia adalah: Blatella

germanica. Periplaneta americana, Supella longipalpa, Blatta orientalis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 11: PESTISIDA nabati pada hama gudang

A. Kesimpulan

1. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang

digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.

2. Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran

dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan.

3. Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral. Kepalanya

tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan

satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki.

4. Gejala serangan yang ditimbulkan dari hama ini adalah bau dan dapat merusak

pakaian.

5. Pada praktikum ini ekstrak kencur tidak bekerja secara efektiif dalam

mengendalikan hama kecoa.

B. Saran

Sebaiknya pada praktikum ini diharapkan praktikan tidak ribut, supaya asistenya

tidak marah. dan kita dapat mengambil kesimpulan pada penggunaan pestisida

nabati.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: PESTISIDA nabati pada hama gudang

Deby, 2009. Pengaplikasian pestisida di Lapangan. Airlangga : Jakarta

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka : Jakarta Selatan.

Riordi, 2007. Penggunan Pestisida. IPB : Bogor

Sastro, wijaya. 2004. Kecoa dan morfologinya. PT Gramedia Pustaka : Bandung

Suharno, 2005. Budidaya tanaman kencur. Universitas Lampung : Bandar Lampung

Tobing, dkk, 2007. Pembudidayaan Tanaman kencur. Universitas Sumatera Utara : Medan

Untung K, Pengatar Pengelolaan Hama Terpadu, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, Press, 2001

Widianto, R., Petunjuk Penggunaan Pestisida, Jakarta: Penebar Swadaya, 2001