perubahan sosial suku laut di batu licinrepository.umrah.ac.id/727/1/jurnal.pdf · yang ada di batu...
TRANSCRIPT
14
PERUBAHAN SOSIAL SUKU LAUT DI BATU LICIN
Mahfud, Nanik Rahmawati, Rahma Syafitri
Email: [email protected]
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Kepulauan
riau yang pada dahulunya sebagai masyarakat yang terasing sehingga duduk
dan tinggal di pesisiran pantai. Fenomena yang terjadi pada budaya suku laut
yang ada di batu licin karena adanya perubahan budaya yang membuat
masyarakat tinggal di batu licin bisa menerima pengaruh-pengaruh dari
budaya dari luar baik dalam pendidikan, teknologi maupun budaya lainnya.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perubahan sosial Suku Laut di
Batu Licin. Metodelogi dalam skripsi ini menggunakan kualitatif dengan
tipe deskriptif . Teori yang digunakan dengan variable dan indikator yang
diterapkan dalam melaksanakan pengukuran dilapangan, sehingga tidak
terjadi perbedaan penafsiran dalam menganalisa dalam penelitian ini.
Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini sebanyak 6
orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis
dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah bahwa adanya perubahan sosial bagi Mayarakat Batu
Licin dikarenakan adanya perubahan-perubahan budaya yang ada
didalamnya, adapun Batu Licin sudah mengalami kemajuan dengan adanya
perubahan-perubahan yang ada di Batu Licin. Sehingga perubahan-
perubahan tersebut membuat masyarakat Suku Laut dulunya tinggal di
sampan dan sudah berpindah dan tinggal dipinggiran pantai dengan
bertempat tinggal disebuah rumah panggung.
Kata Kunci : Perubahan Sosial, Masyarakat Pesisir dan Suku Laut.
14
PENDAHULUAN
Desa pesisir merupakan entitas sosial, ekonomi, ekologi dan budaya yang
menjadi batas antara daratan dan lautan yang ada di kampung Batu licin
Kecamatan Gunung Lengkuas Kabupaten Bintan. Karena didalamnya terdapat
suatu kelompok masyarakat yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta
karakterikstrik tertentu. Masyarakat pesisir merupakan salah satu masyarakat
dominan di Indonesia merupakan salah satu kalangan masyarakat yang termasuk
golongan masyarakat miskin terbesar. Dengan pekerjaan yang memiliki tingkat
resiko yang tinggi, bergantung pada kondisi alam, serta menyebabkan masyarakat
pesisir masih dalam ranah kemiskinan yang bersifat struktural maupun budaya.
Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di daerah di
provinsi kepulauan riau yang dapat di kategorikan sebagai masyarakat terasing,
salah satunya termasuk orang laut yang sering di identikkan sebagai orang bodoh,
terbelakang, miskin dan selalu menggunakan magic (kekuatan supranatural) dalam
kehidupan mereka (Isjoni, 2003). Budaya masyarakat pesisir di Kampung Batu
licin ini sangat dekat dengan ketidakpastian yang tinggi karena dapat disebabkan
kehidupan sosial di wilayah pesisir dan tergantung pada sumber laut yang ada.
Sejak terjadinya perubahan zaman pada suku laut kepercayaan pun berubah
sehingga masyarakat suku laut yang sudah tinggal di kawasan pesisir pantai
menganut dan mempercayai ajaran-ajaran agama islam. Sehingga masyarakat
pesisir di Batu Licin yang tinggal di darat dan tinggal di kawasan daerah
14
sekitarnya. Masyarakat di batu licin terletak di kawasan terpencil di ujung tepi
pantai arah timur dompak, letaknya di ujung kota dengan pemandangan
perkebunan sayuran yang luas, perkebunan durian, ternak ayam serta pada
pembangunan-pembangunan yang sedang di bangun oleh pihak pengusaha seperti
reasort, mall, perkantoran, dan lain-lain.
Perubahan pola kehidupan yang terjadi pada kehidupan masyarakat pesisir
suku laut di daerah Batu Licin pada awalnya adalah masyarakat suku laut karena
budaya suku laut yang tinggal di pinggir pantai. Sehingga dengan adanya
kemajuan dan perubahan budaya yang hilang semenjak dengan adanya kemajuan
perubahan-perubahan yang baru yang menyebabkan munculnya modernisasi. Pada
tahun 2014 dengan semakin berkembangnya penduduk, jumlah masyarakat yang
tinggal di seputaran kawasan pinggiran pantai berjumlah ± 55 KK (Kepala
Keluarga) yang tercatat di kelurahan setempat dengan jumlah penduduk sekitar ±
250 orang yang ada di wilayah pesisir pantai RT 06 RW 04.
Kehidupan suku laut yang ada di Batu licin ialah sebagai mata pencaharian
menjadi seorang nelayan dan hampir rata-rata dari suku melayu dan dapat dilihat
suku melayu yang ada di Batu Licin ini sangat berbeda dengan suku melayu
lainnya baik dari arti bahasa dan intonasinya. Akan tetapi maknanya sama dengan
suku melayu lainnya yang ada di Tanjungpinang.
Budaya yang khusus yang ada di batu licin sudah menghilang dengan adanya
perubahan zaman. Tetapi yang menjadi icon dan bertahan di batu licin yaitu Batu
licin di seputaran pantai yang ada di Batu licin. Dengan sejarah batu yang
14
sepanjang pinggiran pantai yang dilewati harus dengan hati-hati karena jika
sampai salah melangkah akan terjatuh dengan licinnya batu tersebut. Serta
Masyarakat suku laut di batu licin menerima budaya baru dengan adanya
kemajuan dan perubahan sehingga tidak terpinggirkan oleh masyarakat lainnya.
Dahulunya suku laut yang ada di Batu licin yang mempunyai budaya yang
tidak sama dengan sekarang sehingga mengalami perubahan sosial dalam bentuk-
bentuk perubahan dari asal mula suku laut di Batu Licin sebagai berikut: menganut
animisme, tinggal di pinggiran tepi pantai dan kurang bersosialisasi dengan
masyarakat kawasan terdekat, dapat dilihat dari asal mula suku laut yang ada di
batu Licin.
Sehingga dengan adanya kebiasaan yang lama hingga saat ini dengan
perubahan suku laut untuk adaptasi yang semakin hari semakin berkembang dan
membawa pengaruh untuk berpikir dan berinteraksi dengan masyarakat luar
sehingga membawa pengaruh dengan adanya perubahan budaya dan menjadi
perkembangan yang maju di Batu Licin. Untuk itu, adapun pengaruh dengan
adanya perubahan budaya suku laut di batu licin membuat masyarakat luar atau
investor asing untuk membuat usaha atau berinvestasi agar batu licin menjadi
tertarik dan diminati masyarakat yang dari berbagai kalangan lainnya.
perubahan-perubahan baru yang berkembang baik dari perubahan pada
budaya maupun pada pendidikan salah satunya yang berkembang di Batu Licin ini
ialah adanya tempat wisata di Batu Licin, atau pariwisata alam lainnya, adanya
pembanguan reasort yang dalam tahap pembangunan dan akan berkembangnya
14
Batu Licin di kemudian hari. Sehingga membuat majunya Batu Licin di minati
masyarakat lain untuk datang dan berkunjung ke Batu Licin dengan suasana
perkebunan, rumah makan dan tempat wisata lainnya yang ada di Batu Licin.
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
faktor masyarakat suku laut di Batu Licin yang mengalami perubahan sosial.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (Perpektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Penelitian ini berlokasi di Kawasan Batu Licin Kecamatan Gunung
Lengkuas Kijang Kabupaten Bintan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dimana
terjadinya perubahan sosial pada masyarakat suku laut yang ada di pesisir Batu
Licin Kelurahan Gunung Lengkuas Kabupaten Gunung Kijang. Dengan adanya
perubahan sosial masyarakat suku laut membuat masyarakat Batu Licin dapat
menerima adanya perubahan-perubahan di lingkungan tempat tinggalnya.
Adapun teknik analisis data adalah dengan memaparkan hasil wawancara
secara deskriptif kualitatif. Apabila data yang telah didapatkan selanjutnya akan
14
dianalisa dengan teknik-teknik sebagai berikut dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2012:35) menyatakan
analisa dan kulitatif adalah proses pengorganisasian, dan penguratan data kedalam
pola dan kategori serta satu uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang
seperti disarankan oleh data. Adapun aktivitas dalam analisis data kualitatif antara
lain : (a)Reduksi Data, (b) Penyajian Data (Display data), dan (c)Penarikan
Kesimpulan (Conclucying Drawing)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosial,
termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku di antara kelompok
dalam masyarakat. (Selo Soemardjan (Elly Usman, 2011:610). Perubahan sosial
terjadi dikarenakan adanya perubahan dalam unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat, seperti dalam perubahan pada unsur geografis,
biologis, ekonomis, dan yang lainnya.
Adapun pengertian lain dari perubahan sosial yang merupakan suatu
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola
dan interaksi sosial di dalam suatu yang dapat bersifat membangun karakter
manusia menuju proses yang lebih baik atau sebaliknya. Menurut Robert H Laurer
(1993:289) menyatakan “perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi
dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan”.
14
Adapun faktor yang menyebabkan perubahan sosial antara lain :
1. Perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi)
Perubahan lambat (evolusi) merupakan Perubahan-perubahan yang
memerlukan waktu yang lama, atau perubahan-perubahan kecil yang saling
mengikuti dengan lambat. Pada perubahan evolusi ini terjadi dengan
sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Dikarenakan pada usaha-
usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,
keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan sejalannya
pertumbuhan masyarakat (Soerjono Soekanto, 2009:269).
2. Perubahan kecil dan perubahan besar
Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada
unsur unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau
yang berarti bagi masyarakat. Sedangkan perubahan besar merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yaitu
membawa pengaruh besar bagi masyarakat.(Soerjono Soekanto, 2009:272).
3. Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang
direncanakan (planned chage) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(unitended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned
change)
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan
yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-
14
pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Sedangkan
perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki atau
berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat (Soerjono Soekanto, 2009:272-273).
Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan Perubahan yang
berasal dari luar masyarakat”. untuk itu dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Perubahan yang berasal dari masyarakat
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk.
Perubahan jumlah penduduk merupakan penyebab terjadinya
perubahan sosial, seperti pertambahan atau berkurangnya penduduk pada
suatu daerah tertentu contohnya di kampung Batu Licin Kecamatan Gunung
lengkuas Kabupaten Bintan.
2. Penemuan-penemuan baru
Adanya Penemuan - penemuan baru di akibatkan pada perkembangan
ilmu pengetahuan baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan
menyebarkemasyarakat, yang dikenal, diakui, dan selanjutnya diterima serta
menimbulkan perubahan sosial.
14
b. Perubahan yang terjadi di luar masyarakat
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di
sekitar manusia.
2. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya dan akan menyebabkan saling berpengaruh.
Wilayah pesisir di definisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan
dengan laut, batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun
yang tidak tergenang air yang masih di pengaruhi oleh proses-proses laut seperti
pasang surut, angit laut dan intrusi garam. wilayah pesisir merupakan wilayah
yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan. Hal
ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada
di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar.
Menurut Prianto (2005) menyatakan “Masyarakat yang tinggal
dipermukiman pesisir Batu Licin memiliki karakteristik secara sosial yang
ekonomis dan sangat terkait dengan sumber perekonomian dari wilayah laut”.
Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh masyarakat yang mayoritas bekerja
sebagai nelayan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak
mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
(Lewaherilla, 2002).
14
Menurut Suharti (2000) menyatakan “ Masyarakat kawasan pesisir
cenderung agresif, karena kondisi lingkungan pesisir yang panas dan terbuka,
sehingga keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang
jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) ialah karena kemudahan
mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif. Masyarakat pesisir
yang dimaksudkan dalam hal ini ialah masyarakat yang hidup dan menetap di
kawasan pesisir dan laut.
Secara khusus masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini ialah
para nelayan tradisional yang oleh karena ketidakberdayaannya dalam segala
aspek, baik materi, pengetahuan, maupun teknologi, menjadikan mereka miskin
dan tertinggal (Suhartono,2007). Suku Laut sering berpindah dari pulau ke pulau.
Beberapa di antaranya di pesisir kecil di Batu Licin, dan dipesisir lainnya yang ada
di pinggiran Kota Tanjungpinang. Kepala suku ialah seorang laki-laki yang
disegani yang mempunyai kekuatan atau yang dipandang oleh masyarakat suku
laut lainnya.
Pemerintah memberikan bantuan membuat rumah, tapi tetap saja hidup dan
membangun rumah di pinggir pantai, Suku Laut masih mengandalkan bintang
untuk menentukan arah perahu saat mencari ikan dilaut. Jangankan menggunakan
teknologi yang lebih canggih, alat semacam kompas saja belum pernah mereka
lihat atau mereka gunakan. Masyarakat suku laut pada awalnya tinggal diatas
perahu yang disebut sampan panjang, hidup berpindah-pindah bergerak secara
berkelompok menuju tempat yang berbeda menurut pilihan lokasi penangkapan
14
ikan. Diatas perahu mereka menjalani hidupnya sejak lahir,menikah, berkeluarga
hingga akhir hayatnya. Dalam perkembangannya, sebagian besar dari mereka atau
suku laut telah tinggal menetap di pinggir laut. Seperti halnya di daerah-daerah
lain yang ada di pesisir pantai lainnya, mereka hidup menetap di laut atau di
pinggir laut.
Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang menghuni di Kepulauan
Riau Indonesia. Secara lebih luas istilah orang laut mencakup “ berbagai suku dan
kelompok bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau Lingga,
Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pesisir dan pulau-pulau lepas pantai sumatera
timur dan semenanjung Malay bagian selatan”.
Masyarakat suku laut di posisikan di area terluar (perferi) dan mendapat
rangking atau sederajat sosial terendah dalam hierarki dunia melayu. Suku laut
dianggap bukanlah kaum aristocrat melayu sebagai umat (nation of islam) atau
masyarakat yang homogeny. Suku laut juga bukan dianggap umat yang karena
tidak menjalankan adat melayu, tidak memeluk agama islam, berbahasa dan
berdialek melayu, serta berpenampilan seperti kebanyakan orang melayu lainnya
Chou (2003).
KESIMPULAN
Perubahan sosial bagi Mayarakat Batu Licin dikarenakan adanya perubahan-
perubahan budaya yang ada didalamnya, adapun Batu Licin sudah mengalami
14
kemajuan dengan adanya perubahan-perubahan yang ada di Batu Licin. Sehingga
perubahan-perubahan tersebut membuat masyarakat Suku Laut dulunya tinggal di
sampan dan sudah berpindah dan tinggal dipinggiran pantai dengan bertempat
tinggal disebuah rumah panggung. Adapun perubahan tersebut masyarakat Suku
Laut yang dulunya sudah beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat umum
dan berpindah dengan menjalin kekerabatan sehingga didapatkan dari hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Adapun membentuk suatu hubungan keluarga dalam perubahan-perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat Batu Licin dapat dilihat dari nilai-nilai
budaya.
2. Adapun pada kebudayaan masyarakat Suku Laut tersebut tidak menganut
animism tetapi sudah menyadari dan menyakinkan ajaran-ajaran agama
islam yang terkandung dalam budaya tersebut. Sehingga masyarakat Suku
Laut di Batu Licin menganut agama islam dengan suku melayu. Sedangkan
adat dan kebiasaan masyarakat Batu Licin yang masih melekat hingga saat
ini ialah masyarakat Batu Licin lebih mempercayai orang pintar dari pada
dokter sebagai obat atau penawar untuk menyembuhkan orang sakit.
3. Kurangnya prasarana di Batu licin salah satunya ialah klinik kesehatan yang
sangat jauh untuk di tempuh. Sehingga dalam keadaan terdesak masyarakat
Batu Licin lebih mengutamakan orang pintar sebagai tempat berobat paling
14
ampuh dari pada harus kedokter untuk pergi berobat yang jarak tempuhnya
sangat jauh.
4. Batu Licin menjadi sorotan dari pihak investor dan pihak pemerintah untuk
mengembangkan Batu Licin menjadi sebuah pusat kota dengan dibangunnya
sebuah bangunan oleh investor yang tujuannyanagar Batu Licin menjadi
berkembang dikemudian hari.
5. Batu Licin mempunyai sejarah tentang asal usul atau asal mula Batu Licin
dan Batu Licin menjadi tempat pariwisata yang alami yang ada di Batu Licin
dengan suasana perkebunan sayur dan buah serta terdapatnya reasort dan
rumah makan yang tersedianya di Batu Licin. Sehingga banyaknya
masyarakat Tanjungpinang yang datang dan berkunjung ke Batu Licin.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri,R.2014. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara
Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.
Elly.Usman.2011.Pengantar Sosiologi Pemahaman fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori Aplikasi dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana.
Hasibuan, Malayu.S.P.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Koentjaraningrat.1995. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara baru.
2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
14
Kordi.K.Guhufran. 2012. Ekosistem Mangrove:Potensi Fungsi dan pengelolaan.
Jakarta: Rhineka Cipta.
Moleong.Lexy J.2012. Metode penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rodaskarya.
Nontji.2012. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Paul B. Horton Chester L.Hunt. 1984. Pengantar Sosiologi. Surabya: PT. Gelora
Aksara Pertama.
Rahardjo, Satjipto.2011. Sosiologi Hukum.Jakarta: Sinar Grafika.
Ranjabar, Jacobs. 2006.Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.
Bandung: Ghalia Indonesia.
Satria, Arif.2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta:Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Soekanto.2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Soemardjan, Selo.1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbitan
Fakultas Ekonomi UI
Sugiyono.2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprihayono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sunarto.Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Weber, Max.1968. In Economy and Society.New York: Bedminster Press.
14
Internet:
https://nurfadhillahtia94.wodpress.com/tag/penggolongan-dan stratifikasisosial-di-
indosia/”.
Jurnal :
Suhartono,E.2007.Sumber:http/www.bainfokomsumut.go.id/open.php?i
=245&db=artikel. Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.
Skripsi :
Saputra.Jefri.2015. Perubahan Kolektif Komunitas Suku Laut di Desa Berakit
Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.