perubahan sosial suku laut di batu licinrepository.umrah.ac.id/727/1/jurnal.pdf · yang ada di batu...

15
14 PERUBAHAN SOSIAL SUKU LAUT DI BATU LICIN Mahfud, Nanik Rahmawati, Rahma Syafitri Email: [email protected] Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji A B S T R A K Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Kepulauan riau yang pada dahulunya sebagai masyarakat yang terasing sehingga duduk dan tinggal di pesisiran pantai. Fenomena yang terjadi pada budaya suku laut yang ada di batu licin karena adanya perubahan budaya yang membuat masyarakat tinggal di batu licin bisa menerima pengaruh-pengaruh dari budaya dari luar baik dalam pendidikan, teknologi maupun budaya lainnya. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perubahan sosial Suku Laut di Batu Licin. Metodelogi dalam skripsi ini menggunakan kualitatif dengan tipe deskriptif . Teori yang digunakan dengan variable dan indikator yang diterapkan dalam melaksanakan pengukuran dilapangan, sehingga tidak terjadi perbedaan penafsiran dalam menganalisa dalam penelitian ini. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa adanya perubahan sosial bagi Mayarakat Batu Licin dikarenakan adanya perubahan-perubahan budaya yang ada didalamnya, adapun Batu Licin sudah mengalami kemajuan dengan adanya perubahan-perubahan yang ada di Batu Licin. Sehingga perubahan- perubahan tersebut membuat masyarakat Suku Laut dulunya tinggal di sampan dan sudah berpindah dan tinggal dipinggiran pantai dengan bertempat tinggal disebuah rumah panggung. Kata Kunci : Perubahan Sosial, Masyarakat Pesisir dan Suku Laut.

Upload: trinhminh

Post on 28-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

14

PERUBAHAN SOSIAL SUKU LAUT DI BATU LICIN

Mahfud, Nanik Rahmawati, Rahma Syafitri

Email: [email protected]

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Kepulauan

riau yang pada dahulunya sebagai masyarakat yang terasing sehingga duduk

dan tinggal di pesisiran pantai. Fenomena yang terjadi pada budaya suku laut

yang ada di batu licin karena adanya perubahan budaya yang membuat

masyarakat tinggal di batu licin bisa menerima pengaruh-pengaruh dari

budaya dari luar baik dalam pendidikan, teknologi maupun budaya lainnya.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perubahan sosial Suku Laut di

Batu Licin. Metodelogi dalam skripsi ini menggunakan kualitatif dengan

tipe deskriptif . Teori yang digunakan dengan variable dan indikator yang

diterapkan dalam melaksanakan pengukuran dilapangan, sehingga tidak

terjadi perbedaan penafsiran dalam menganalisa dalam penelitian ini.

Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini sebanyak 6

orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini dianalisis

dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Kesimpulan dalam

penelitian ini adalah bahwa adanya perubahan sosial bagi Mayarakat Batu

Licin dikarenakan adanya perubahan-perubahan budaya yang ada

didalamnya, adapun Batu Licin sudah mengalami kemajuan dengan adanya

perubahan-perubahan yang ada di Batu Licin. Sehingga perubahan-

perubahan tersebut membuat masyarakat Suku Laut dulunya tinggal di

sampan dan sudah berpindah dan tinggal dipinggiran pantai dengan

bertempat tinggal disebuah rumah panggung.

Kata Kunci : Perubahan Sosial, Masyarakat Pesisir dan Suku Laut.

14

PENDAHULUAN

Desa pesisir merupakan entitas sosial, ekonomi, ekologi dan budaya yang

menjadi batas antara daratan dan lautan yang ada di kampung Batu licin

Kecamatan Gunung Lengkuas Kabupaten Bintan. Karena didalamnya terdapat

suatu kelompok masyarakat yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta

karakterikstrik tertentu. Masyarakat pesisir merupakan salah satu masyarakat

dominan di Indonesia merupakan salah satu kalangan masyarakat yang termasuk

golongan masyarakat miskin terbesar. Dengan pekerjaan yang memiliki tingkat

resiko yang tinggi, bergantung pada kondisi alam, serta menyebabkan masyarakat

pesisir masih dalam ranah kemiskinan yang bersifat struktural maupun budaya.

Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di daerah di

provinsi kepulauan riau yang dapat di kategorikan sebagai masyarakat terasing,

salah satunya termasuk orang laut yang sering di identikkan sebagai orang bodoh,

terbelakang, miskin dan selalu menggunakan magic (kekuatan supranatural) dalam

kehidupan mereka (Isjoni, 2003). Budaya masyarakat pesisir di Kampung Batu

licin ini sangat dekat dengan ketidakpastian yang tinggi karena dapat disebabkan

kehidupan sosial di wilayah pesisir dan tergantung pada sumber laut yang ada.

Sejak terjadinya perubahan zaman pada suku laut kepercayaan pun berubah

sehingga masyarakat suku laut yang sudah tinggal di kawasan pesisir pantai

menganut dan mempercayai ajaran-ajaran agama islam. Sehingga masyarakat

pesisir di Batu Licin yang tinggal di darat dan tinggal di kawasan daerah

14

sekitarnya. Masyarakat di batu licin terletak di kawasan terpencil di ujung tepi

pantai arah timur dompak, letaknya di ujung kota dengan pemandangan

perkebunan sayuran yang luas, perkebunan durian, ternak ayam serta pada

pembangunan-pembangunan yang sedang di bangun oleh pihak pengusaha seperti

reasort, mall, perkantoran, dan lain-lain.

Perubahan pola kehidupan yang terjadi pada kehidupan masyarakat pesisir

suku laut di daerah Batu Licin pada awalnya adalah masyarakat suku laut karena

budaya suku laut yang tinggal di pinggir pantai. Sehingga dengan adanya

kemajuan dan perubahan budaya yang hilang semenjak dengan adanya kemajuan

perubahan-perubahan yang baru yang menyebabkan munculnya modernisasi. Pada

tahun 2014 dengan semakin berkembangnya penduduk, jumlah masyarakat yang

tinggal di seputaran kawasan pinggiran pantai berjumlah ± 55 KK (Kepala

Keluarga) yang tercatat di kelurahan setempat dengan jumlah penduduk sekitar ±

250 orang yang ada di wilayah pesisir pantai RT 06 RW 04.

Kehidupan suku laut yang ada di Batu licin ialah sebagai mata pencaharian

menjadi seorang nelayan dan hampir rata-rata dari suku melayu dan dapat dilihat

suku melayu yang ada di Batu Licin ini sangat berbeda dengan suku melayu

lainnya baik dari arti bahasa dan intonasinya. Akan tetapi maknanya sama dengan

suku melayu lainnya yang ada di Tanjungpinang.

Budaya yang khusus yang ada di batu licin sudah menghilang dengan adanya

perubahan zaman. Tetapi yang menjadi icon dan bertahan di batu licin yaitu Batu

licin di seputaran pantai yang ada di Batu licin. Dengan sejarah batu yang

14

sepanjang pinggiran pantai yang dilewati harus dengan hati-hati karena jika

sampai salah melangkah akan terjatuh dengan licinnya batu tersebut. Serta

Masyarakat suku laut di batu licin menerima budaya baru dengan adanya

kemajuan dan perubahan sehingga tidak terpinggirkan oleh masyarakat lainnya.

Dahulunya suku laut yang ada di Batu licin yang mempunyai budaya yang

tidak sama dengan sekarang sehingga mengalami perubahan sosial dalam bentuk-

bentuk perubahan dari asal mula suku laut di Batu Licin sebagai berikut: menganut

animisme, tinggal di pinggiran tepi pantai dan kurang bersosialisasi dengan

masyarakat kawasan terdekat, dapat dilihat dari asal mula suku laut yang ada di

batu Licin.

Sehingga dengan adanya kebiasaan yang lama hingga saat ini dengan

perubahan suku laut untuk adaptasi yang semakin hari semakin berkembang dan

membawa pengaruh untuk berpikir dan berinteraksi dengan masyarakat luar

sehingga membawa pengaruh dengan adanya perubahan budaya dan menjadi

perkembangan yang maju di Batu Licin. Untuk itu, adapun pengaruh dengan

adanya perubahan budaya suku laut di batu licin membuat masyarakat luar atau

investor asing untuk membuat usaha atau berinvestasi agar batu licin menjadi

tertarik dan diminati masyarakat yang dari berbagai kalangan lainnya.

perubahan-perubahan baru yang berkembang baik dari perubahan pada

budaya maupun pada pendidikan salah satunya yang berkembang di Batu Licin ini

ialah adanya tempat wisata di Batu Licin, atau pariwisata alam lainnya, adanya

pembanguan reasort yang dalam tahap pembangunan dan akan berkembangnya

14

Batu Licin di kemudian hari. Sehingga membuat majunya Batu Licin di minati

masyarakat lain untuk datang dan berkunjung ke Batu Licin dengan suasana

perkebunan, rumah makan dan tempat wisata lainnya yang ada di Batu Licin.

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

faktor masyarakat suku laut di Batu Licin yang mengalami perubahan sosial.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (Perpektif

subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan

sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu

landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

Penelitian ini berlokasi di Kawasan Batu Licin Kecamatan Gunung

Lengkuas Kijang Kabupaten Bintan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dimana

terjadinya perubahan sosial pada masyarakat suku laut yang ada di pesisir Batu

Licin Kelurahan Gunung Lengkuas Kabupaten Gunung Kijang. Dengan adanya

perubahan sosial masyarakat suku laut membuat masyarakat Batu Licin dapat

menerima adanya perubahan-perubahan di lingkungan tempat tinggalnya.

Adapun teknik analisis data adalah dengan memaparkan hasil wawancara

secara deskriptif kualitatif. Apabila data yang telah didapatkan selanjutnya akan

14

dianalisa dengan teknik-teknik sebagai berikut dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2012:35) menyatakan

analisa dan kulitatif adalah proses pengorganisasian, dan penguratan data kedalam

pola dan kategori serta satu uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang

seperti disarankan oleh data. Adapun aktivitas dalam analisis data kualitatif antara

lain : (a)Reduksi Data, (b) Penyajian Data (Display data), dan (c)Penarikan

Kesimpulan (Conclucying Drawing)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi system sosial,

termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola prilaku di antara kelompok

dalam masyarakat. (Selo Soemardjan (Elly Usman, 2011:610). Perubahan sosial

terjadi dikarenakan adanya perubahan dalam unsur yang mempertahankan

keseimbangan masyarakat, seperti dalam perubahan pada unsur geografis,

biologis, ekonomis, dan yang lainnya.

Adapun pengertian lain dari perubahan sosial yang merupakan suatu

perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi pola

dan interaksi sosial di dalam suatu yang dapat bersifat membangun karakter

manusia menuju proses yang lebih baik atau sebaliknya. Menurut Robert H Laurer

(1993:289) menyatakan “perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi

dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan”.

14

Adapun faktor yang menyebabkan perubahan sosial antara lain :

1. Perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi)

Perubahan lambat (evolusi) merupakan Perubahan-perubahan yang

memerlukan waktu yang lama, atau perubahan-perubahan kecil yang saling

mengikuti dengan lambat. Pada perubahan evolusi ini terjadi dengan

sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Dikarenakan pada usaha-

usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,

keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan sejalannya

pertumbuhan masyarakat (Soerjono Soekanto, 2009:269).

2. Perubahan kecil dan perubahan besar

Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada

unsur unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau

yang berarti bagi masyarakat. Sedangkan perubahan besar merupakan

perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yaitu

membawa pengaruh besar bagi masyarakat.(Soerjono Soekanto, 2009:272).

3. Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang

direncanakan (planned chage) dan perubahan yang tidak dikehendaki

(unitended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned

change)

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan

yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-

14

pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Sedangkan

perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan

merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki atau

berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat

menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan

masyarakat (Soerjono Soekanto, 2009:272-273).

Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan Perubahan yang

berasal dari luar masyarakat”. untuk itu dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Perubahan yang berasal dari masyarakat

1. Bertambah dan berkurangnya penduduk.

Perubahan jumlah penduduk merupakan penyebab terjadinya

perubahan sosial, seperti pertambahan atau berkurangnya penduduk pada

suatu daerah tertentu contohnya di kampung Batu Licin Kecamatan Gunung

lengkuas Kabupaten Bintan.

2. Penemuan-penemuan baru

Adanya Penemuan - penemuan baru di akibatkan pada perkembangan

ilmu pengetahuan baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan

menyebarkemasyarakat, yang dikenal, diakui, dan selanjutnya diterima serta

menimbulkan perubahan sosial.

14

b. Perubahan yang terjadi di luar masyarakat

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di

sekitar manusia.

2. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat

lainnya dan akan menyebabkan saling berpengaruh.

Wilayah pesisir di definisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan

dengan laut, batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun

yang tidak tergenang air yang masih di pengaruhi oleh proses-proses laut seperti

pasang surut, angit laut dan intrusi garam. wilayah pesisir merupakan wilayah

yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan. Hal

ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada

di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar.

Menurut Prianto (2005) menyatakan “Masyarakat yang tinggal

dipermukiman pesisir Batu Licin memiliki karakteristik secara sosial yang

ekonomis dan sangat terkait dengan sumber perekonomian dari wilayah laut”.

Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh masyarakat yang mayoritas bekerja

sebagai nelayan pada umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak

mempunyai pilihan mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

tidak mengetahui dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

(Lewaherilla, 2002).

14

Menurut Suharti (2000) menyatakan “ Masyarakat kawasan pesisir

cenderung agresif, karena kondisi lingkungan pesisir yang panas dan terbuka,

sehingga keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang

jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) ialah karena kemudahan

mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif. Masyarakat pesisir

yang dimaksudkan dalam hal ini ialah masyarakat yang hidup dan menetap di

kawasan pesisir dan laut.

Secara khusus masyarakat pesisir yang dimaksudkan dalam uraian ini ialah

para nelayan tradisional yang oleh karena ketidakberdayaannya dalam segala

aspek, baik materi, pengetahuan, maupun teknologi, menjadikan mereka miskin

dan tertinggal (Suhartono,2007). Suku Laut sering berpindah dari pulau ke pulau.

Beberapa di antaranya di pesisir kecil di Batu Licin, dan dipesisir lainnya yang ada

di pinggiran Kota Tanjungpinang. Kepala suku ialah seorang laki-laki yang

disegani yang mempunyai kekuatan atau yang dipandang oleh masyarakat suku

laut lainnya.

Pemerintah memberikan bantuan membuat rumah, tapi tetap saja hidup dan

membangun rumah di pinggir pantai, Suku Laut masih mengandalkan bintang

untuk menentukan arah perahu saat mencari ikan dilaut. Jangankan menggunakan

teknologi yang lebih canggih, alat semacam kompas saja belum pernah mereka

lihat atau mereka gunakan. Masyarakat suku laut pada awalnya tinggal diatas

perahu yang disebut sampan panjang, hidup berpindah-pindah bergerak secara

berkelompok menuju tempat yang berbeda menurut pilihan lokasi penangkapan

14

ikan. Diatas perahu mereka menjalani hidupnya sejak lahir,menikah, berkeluarga

hingga akhir hayatnya. Dalam perkembangannya, sebagian besar dari mereka atau

suku laut telah tinggal menetap di pinggir laut. Seperti halnya di daerah-daerah

lain yang ada di pesisir pantai lainnya, mereka hidup menetap di laut atau di

pinggir laut.

Suku laut merupakan salah satu suku bangsa yang menghuni di Kepulauan

Riau Indonesia. Secara lebih luas istilah orang laut mencakup “ berbagai suku dan

kelompok bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau Lingga,

Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pesisir dan pulau-pulau lepas pantai sumatera

timur dan semenanjung Malay bagian selatan”.

Masyarakat suku laut di posisikan di area terluar (perferi) dan mendapat

rangking atau sederajat sosial terendah dalam hierarki dunia melayu. Suku laut

dianggap bukanlah kaum aristocrat melayu sebagai umat (nation of islam) atau

masyarakat yang homogeny. Suku laut juga bukan dianggap umat yang karena

tidak menjalankan adat melayu, tidak memeluk agama islam, berbahasa dan

berdialek melayu, serta berpenampilan seperti kebanyakan orang melayu lainnya

Chou (2003).

KESIMPULAN

Perubahan sosial bagi Mayarakat Batu Licin dikarenakan adanya perubahan-

perubahan budaya yang ada didalamnya, adapun Batu Licin sudah mengalami

14

kemajuan dengan adanya perubahan-perubahan yang ada di Batu Licin. Sehingga

perubahan-perubahan tersebut membuat masyarakat Suku Laut dulunya tinggal di

sampan dan sudah berpindah dan tinggal dipinggiran pantai dengan bertempat

tinggal disebuah rumah panggung. Adapun perubahan tersebut masyarakat Suku

Laut yang dulunya sudah beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat umum

dan berpindah dengan menjalin kekerabatan sehingga didapatkan dari hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Adapun membentuk suatu hubungan keluarga dalam perubahan-perubahan

sosial yang terjadi pada masyarakat Batu Licin dapat dilihat dari nilai-nilai

budaya.

2. Adapun pada kebudayaan masyarakat Suku Laut tersebut tidak menganut

animism tetapi sudah menyadari dan menyakinkan ajaran-ajaran agama

islam yang terkandung dalam budaya tersebut. Sehingga masyarakat Suku

Laut di Batu Licin menganut agama islam dengan suku melayu. Sedangkan

adat dan kebiasaan masyarakat Batu Licin yang masih melekat hingga saat

ini ialah masyarakat Batu Licin lebih mempercayai orang pintar dari pada

dokter sebagai obat atau penawar untuk menyembuhkan orang sakit.

3. Kurangnya prasarana di Batu licin salah satunya ialah klinik kesehatan yang

sangat jauh untuk di tempuh. Sehingga dalam keadaan terdesak masyarakat

Batu Licin lebih mengutamakan orang pintar sebagai tempat berobat paling

14

ampuh dari pada harus kedokter untuk pergi berobat yang jarak tempuhnya

sangat jauh.

4. Batu Licin menjadi sorotan dari pihak investor dan pihak pemerintah untuk

mengembangkan Batu Licin menjadi sebuah pusat kota dengan dibangunnya

sebuah bangunan oleh investor yang tujuannyanagar Batu Licin menjadi

berkembang dikemudian hari.

5. Batu Licin mempunyai sejarah tentang asal usul atau asal mula Batu Licin

dan Batu Licin menjadi tempat pariwisata yang alami yang ada di Batu Licin

dengan suasana perkebunan sayur dan buah serta terdapatnya reasort dan

rumah makan yang tersedianya di Batu Licin. Sehingga banyaknya

masyarakat Tanjungpinang yang datang dan berkunjung ke Batu Licin.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri,R.2014. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara

Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Elly.Usman.2011.Pengantar Sosiologi Pemahaman fakta dan Gejala

Permasalahan Sosial: Teori Aplikasi dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana.

Hasibuan, Malayu.S.P.2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Koentjaraningrat.1995. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara baru.

2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

14

Kordi.K.Guhufran. 2012. Ekosistem Mangrove:Potensi Fungsi dan pengelolaan.

Jakarta: Rhineka Cipta.

Moleong.Lexy J.2012. Metode penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rodaskarya.

Nontji.2012. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Paul B. Horton Chester L.Hunt. 1984. Pengantar Sosiologi. Surabya: PT. Gelora

Aksara Pertama.

Rahardjo, Satjipto.2011. Sosiologi Hukum.Jakarta: Sinar Grafika.

Ranjabar, Jacobs. 2006.Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar.

Bandung: Ghalia Indonesia.

Satria, Arif.2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta:Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.

Soekanto.2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Soemardjan, Selo.1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbitan

Fakultas Ekonomi UI

Sugiyono.2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suprihayono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sunarto.Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Weber, Max.1968. In Economy and Society.New York: Bedminster Press.

14

Internet:

https://nurfadhillahtia94.wodpress.com/tag/penggolongan-dan stratifikasisosial-di-

indosia/”.

Jurnal :

Suhartono,E.2007.Sumber:http/www.bainfokomsumut.go.id/open.php?i

=245&db=artikel. Diakses pada tanggal 18 Februari 2017.

Skripsi :

Saputra.Jefri.2015. Perubahan Kolektif Komunitas Suku Laut di Desa Berakit

Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.