perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia

3
Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Dalam  proses ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya sistem  perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem perkemihan pada lansia berdasarkan literatur yang diperoleh. Sistem Perkemihan Perubahan yang Terjadi Ginjal Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas. Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan  berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurun nya jumla h popu lasi nefron akan terjad i penur unan kadar renin yang menyebabkan hipertensi. Terjad i peneb alan memb ran basalis kapsula Bowman dan terganggu nya  permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah ke cil sampa i hi ali ni sas i ar ter ioler da n hi perplas ia inti ma ar teri menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitoki n yang menye babka n resobsi natrium ditubulu s ginja l. Efisien ginja l dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal - jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata - aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun - tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah glomerulus. Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal tub ulu s unt uk tes eks kre si PAH (pa raamino hip urat ) men urun progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR. Membra n bas ali s glo mer ulu s men gal ami pen eba lan, skl erosis pad a area fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menyar ing 20% da rah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansi a menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein dan eritrosit menjadi terganggu. Pembuluh darah ginjal Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks. Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang  berarti terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus. Vesica urinaria/ kandung kemih Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat. Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar, terutama di malam hari.

Upload: anin-shofial-muharromi

Post on 31-Oct-2015

1.315 views

Category:

Documents


61 download

TRANSCRIPT

7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia

http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 1/3

Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Dalam

 proses ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya sistem perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia

dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem perkemihan pada lansia berdasarkan

literatur yang diperoleh.

Sistem

Perkemihan

Perubahan yang Terjadi

Ginjal Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.

Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada

usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan

 berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi.Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar 

renin yang menyebabkan hipertensi.

Terjadi penebalan membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya

 permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh

darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri

menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai

sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal

dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa

dan fungsi ginjal

- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata

- aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun- tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal

ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari

ukuran dan jumlah glomerulus.

Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.

Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi

tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal

tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif 

sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.

Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area

fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan

volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi

menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu

menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia

menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein

dan eritrosit menjadi terganggu.

Pembuluh

darah ginjal Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks.

Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang

 berarti terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.

Vesica

urinaria/

kandungkemih

Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml

atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat.

Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpasadar, terutama di malam hari.

7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia

http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 2/3

Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume

residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di

sadari dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.

Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin

setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung

kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca

menopause karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya

kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan

urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.

Mekanisme

Kontrol

Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi fungsi

 perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan,

sedangkan otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan

kandung kemih, menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan,

dan stimulasi kontraksi pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemih

terisi, reseptor sensori di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke saraf 

spinal sakral. Pada lansia, perubahan degeneratif di korteks serebral dapat

mengubah sensasi pemenuhan kandung kemih dan kemampuan

mengosongkan kandung kemih dengan komplet. Pada orang dewasa, sensasi

 penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah. Tetapi, pada lansia

interval antara persepsi awal dari dorongan untuk mengosongkan dan

kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih menjadi lebih

singkat sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Perkemihan Lansia

1. Diet dan intake

Jumlah dan tipe makanan, cairan, dan obat-obatan mempengaruhi jumlah urine yang keluar.

2. Respon keinginan awal untuk berkemih

Pada lansia, respon berkemih menjadi lebih sering.

3. Gaya hidup

Gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet

atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktik eliminasi keluarga dapat

mempengaruhi tingkah laku.

4. Stress psikologi

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini

karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlahurine yang diproduksi.

5. Tingkat aktivitas

Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine

membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan

eksternal.

6. Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada

lansia, kapasitas kandung kemihnya menurun dan berbagai perubahan lain pada sistem

 perkemihan.

7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia

http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 3/3

7. Kondisi patologis

Saat seseorang dalam keadaan sakit, produksi urin yang sedikit dapat disebabkan oleh

keinginan untuk minum juga sedikit/tidak adekuat.

Seiring bertambahnya usia, perubahan ginjal, kandung kemih, mekanisme kontrol disaraf dan sistem tubuh lain berpengaruh terhadap proses fisiologis yang mengontrol eliminasi

urin. Perubahan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, antara lain diet dan intake, respon

 berkemih, gaya hidup, stress psikologi, dll.. Dengan demikian, perawat diharapkan mampu

memberi asuhan keperawatan terhadap lansia dengan berbagai perubahan sistem perkemihan

yang dialami.

Daftar Pustaka

Annette, G. L. (2000). Gerontologic nursing . 2nd ed. St Louis: Mosby.

Mauk, Kristen L. (2006). Gerontological nursing: Competencies for care. Sudbury: Jones

and Bartlett, Inc.

Miller, Carol A. (2009).  Nursing for wellness in older adults: theory and practice. 5th ed.

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

 Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik . Edisi 2. Jakarta: EGC.

Stanley, Mickey, & Patricia G. (2006).  Buku ajar keperawatan gerontik . 2nd ed. Jakarta:

EGC.Tamher & Noorkasiani. (2009).  Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tamtomo, Didik G. “Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan”

http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=122 diakses pada

29 April 2013.

Wallace. (2008). Essentials of gerontological nursing . New York: Springer.

Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta: EGC.