perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia
TRANSCRIPT
7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia
http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 1/3
Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Sistem Perkemihan pada Lansia
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Dalam
proses ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya sistem perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia
dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem perkemihan pada lansia berdasarkan
literatur yang diperoleh.
Sistem
Perkemihan
Perubahan yang Terjadi
Ginjal Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.
Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada
usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan
berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi.Dengan menurunnya jumlah populasi nefron akan terjadi penurunan kadar
renin yang menyebabkan hipertensi.
Terjadi penebalan membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya
permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh
darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri
menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai
sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal
dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa
dan fungsi ginjal
- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata
- aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun- tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal
ini dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari
ukuran dan jumlah glomerulus.
Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an.
Umumnya filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi
tidak terlalu banyak pada usia 70, 80, dan 90 tahunan. Transport maksimal
tubulus untuk tes ekskresi PAH (paraaminohipurat) menurun progresif
sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan GFR.
Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area
fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi
menjadi kurang efisien, sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu
menyaring 20% darah dengan kecepatan 125 mL/menit (pada lansia
menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan fungsi penyaringan protein
dan eritrosit menjadi terganggu.
Pembuluh
darah ginjal Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks.
Pada korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang
berarti terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
Vesica
urinaria/
kandungkemih
Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpasadar, terutama di malam hari.
7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia
http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 2/3
Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume
residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di
sadari dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca
menopause karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya
kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan
urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.
Mekanisme
Kontrol
Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi fungsi
perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan,
sedangkan otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan
kandung kemih, menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan,
dan stimulasi kontraksi pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemih
terisi, reseptor sensori di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke saraf
spinal sakral. Pada lansia, perubahan degeneratif di korteks serebral dapat
mengubah sensasi pemenuhan kandung kemih dan kemampuan
mengosongkan kandung kemih dengan komplet. Pada orang dewasa, sensasi
penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah. Tetapi, pada lansia
interval antara persepsi awal dari dorongan untuk mengosongkan dan
kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih menjadi lebih
singkat sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Perkemihan Lansia
1. Diet dan intake
Jumlah dan tipe makanan, cairan, dan obat-obatan mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Pada lansia, respon berkemih menjadi lebih sering.
3. Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet
atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktik eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlahurine yang diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
lansia, kapasitas kandung kemihnya menurun dan berbagai perubahan lain pada sistem
perkemihan.
7/16/2019 Perubahan Fisiologis Sistem Perkemihan Pada Lansia
http://slidepdf.com/reader/full/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-lansia 3/3
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit, produksi urin yang sedikit dapat disebabkan oleh
keinginan untuk minum juga sedikit/tidak adekuat.
Seiring bertambahnya usia, perubahan ginjal, kandung kemih, mekanisme kontrol disaraf dan sistem tubuh lain berpengaruh terhadap proses fisiologis yang mengontrol eliminasi
urin. Perubahan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, antara lain diet dan intake, respon
berkemih, gaya hidup, stress psikologi, dll.. Dengan demikian, perawat diharapkan mampu
memberi asuhan keperawatan terhadap lansia dengan berbagai perubahan sistem perkemihan
yang dialami.
Daftar Pustaka
Annette, G. L. (2000). Gerontologic nursing . 2nd ed. St Louis: Mosby.
Mauk, Kristen L. (2006). Gerontological nursing: Competencies for care. Sudbury: Jones
and Bartlett, Inc.
Miller, Carol A. (2009). Nursing for wellness in older adults: theory and practice. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik . Edisi 2. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey, & Patricia G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik . 2nd ed. Jakarta:
EGC.Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tamtomo, Didik G. “Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan”
http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=122 diakses pada
29 April 2013.
Wallace. (2008). Essentials of gerontological nursing . New York: Springer.
Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia. Jakarta: EGC.