perubahan bentuk dan fungsi tari lembu sena di …lib.unnes.ac.id/30935/1/2501413067.pdf · i...
TRANSCRIPT
i
PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI TARI LEMBU SENA
DI DUSUN NGAGRONG DESA NGAGRONG KECAMATAN AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Much. Alief Syahid Saputra
NIM : 2501413067
Program Studi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Sendratasik
PRODI PENDIDIKAN SENI TARI
JURUSAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Berubah bukan berarti menjadi baru dan meninggalkan yang telah lalu, berubah
memaknai suatu hal baru dengan mengoptimalkan apa yang telah ada terlebih
pada karya seni” (Much. Alief Syahid Saputra)
Persembahan:
1. Almamater tercinta, Universitas Negeri
Semarang
2. Keluarga kecilku tercinta yang selalu
mendo’akan dan memberi motivasi tanpa
henti, Abah Dudung Komarudin, Ibu
Yanti Rubianti, Moch. Febri Dx, dan
Detya Febriyanti.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Perubahan Bentuk dan Fungsi Tari Lembu Sena di Dusun Ngagrong Desa
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali” ditulis untuk memenuhi
persyaratan guna mencapai derajat S-1 dalam bidang Pendidikan Seni Tari di
Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni.
Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, bantuan
serta partisipasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman,M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
studi di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas ijin
penilitian penulis.
3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik yang telah
memberikan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Malarsih, M.Sn., Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu penulis
menyelesaikan skripsi.
vii
5. Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
6. Prof. Dr. M. Jazuli, M.Hum., Dosen Wali yang memberikan motivasi dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik yang
telah banyak membekali pengetahuan dan keterampilan selama masa studi
S-1.
8. Bapak Warsito selaku pencipta Tari Lembu Sena dan Ketua Paguyuban
Wahyu Budoyo yang telah memberikan ijin dan motivasi kepada penulis
untuk melakukan penelitian di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
9. Yatno, Paminto, dan Eko, selaku Pelaku Tari/Penari Tari Lembu Sena di
Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
yang telah memberikan data kepada penulis dalam melakukan penelitian
di Paguyuba Wahyu Budoyo.
10. Mungguh dan Pepeng, selaku Pemusik Tari Lembu Sena di Dusun
Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali yang
telah memberikan data kepada penulis dalam melakukan penelitian di
Paguyuba Wahyu Budoyo.
11. Teman-teman Pendidikan Sendratasik 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan selama penulis berada di Jurusan Pendidikan Seni
Drama Tari dan Musik.
viii
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca khususnya
dan bagi dunia kesenian pada umumnya.
Semarang, 12 September 2017
Penulis
ix
SARI
Saputra, Much Alief Syahid 2017. Perubahan bentuk dan Fungsi Tari Lembu Sena
di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Prodi Pendidikan Seni Tari. Jurusan Pendidikan Seni
Drama, Tari, dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing: (1) Dra. Malarsih M.Sn., (2) Dra. Eny
Kusumastuti, M.Pd.,
Kata Kunci: Tari Lembu Sena, Perubahan Bentuk Pertunjukan, Perubahan Fungsi
Tari, dan Faktor Pergeseran Fungsi.
Tari Lembu Sena merupakan tari yang bersifat imitatif, dimana gerak
dalam tarian ini menirukan gerak hewan (sapi) tumbuh dan berkembang
dikalangan masyarakat Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2011 pertunjukan Tari Lembu Sena memiliki
fungsi sebagai sarana upacara. Tahun 2017 pertunjukan Tari Lembu Sena
mengalami perubahan bentuk dan fungsi dari pertunjuakn Tari Lembu Sena yang
digunakan sebagai sarana upacara menjadi sarana ekonomi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan kriteria uji kredibilitas
data atau derajat kepercayaan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan
teknik triangulasi, baik triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Analisis data pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena
meliputi elemen-elemen pertunjukan yang hadir dalam setiap pertunjukannya,
diantaranya ada pelaku, gerak, pola lantai, iringan, tata rias dan tata busana, tata
suara, dan penonton. Perubahan fungsi pada Tari Lembu Sena dari sarana upacara
menjadi sarana ekonomi dikarnakan dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk dan
fungsi pada Tari Lembu Sena ada pencipta tari, pelaku tari, dan Paguyuban
Wahyu Budoyo, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya
perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu Sena yaitu masyarakat, penanggap, dan
penonton.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain: (1) Bagi pencipta tari
sekaligus ketua Paguyuban Wahyu Budoyo agar selalu berkreasi dan melestarikan
kesenian yang ada khususnya Tari lembu Sena di Dusun Ngagrong Desa
Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali ini agar tetap bisa eksis di
setiap pertunjukannya, (2) Bagi pelaku tari/penari Tari Lembu Sena hendaknya
mencari generasi baru guna dijadikan penerus pelaku tari/penari Tari Lembu Sena,
sehingga Tari lembu Sena ini dapat tetap eksis dan dikenal oleh masyarakat, dan
(3) Bagi pemusik/pengiring Tari Lembu Sena agar tetap terus berekspresi melalui
musik dengan menambah referensi musik yang ada, sehingga nantinya
musik/iringan Tari Lembu Sena tidak hanya mengandalkan perpaduan musik
gamelan dengan musik campur sari saja
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. .. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... .. ii
PENGESAHAN KELULUSAM .............................................................. iii
PERNYATAAN ......................................................................................... .. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
PRAKATA ................................................................................................. .. vi
SARI ........................................................................................................... .. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. .. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. .. xvi
DAFTAR FOTO ....................................................................................... .. xvii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xxii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... .. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............. .. 8
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 8
2.2 Landasan Teoretis .............................................................................. 12
xi
2.2.1 Bentuk Pertunjukan ........................................................................... 12
2.2.2 Elemen Pertunjukan ........................................................................... 13
2.2.2.1 Lakon .............................................................................................. .. 14
2.2.2.2 Pelaku .............................................................................................. .. 14
2.2.2.3 Gerak ............................................................................................... .. 14
2.2.2.4 Pola Lantai/Lantai Pentas ................................................................ .. 15
2.2.2.5 Iringan ............................................................................................. .. 15
2.2.2.6 Tata Rias dan Tata Busana .............................................................. .. 15
2.2.2.7 Tata Suara ....................................................................................... .. 16
2.2.2.8 Properti ........................................................................................... .. 17
2.2.2.8 Penonton ......................................................................................... .. 17
2.2.3 Fungsi Tari ......................................................................................... 17
2.2.3.1 Tari Sebagai Sarana Upacara .......................................................... .. 19
2.2.3.2 Tari Sebagai Hiburan ...................................................................... .. 20
2.2.3.3 Tari Sebagai Pertunjukan ................................................................ .. 20
2.2.3.4 Tari Sebagai Media Pendidikan ...................................................... .. 21
2.2.3.5 Tari Sebagai Sarana Religius .......................................................... .. 21
2.2.3.6 Tari Sebagai Fungsi Sosial .............................................................. .. 21
2.2.3.7 Tari Sebagai Fungsi Estetik ............................................................ .. 22
2.2.3.8 Tari Sebagai Fungsi Ekonomi ........................................................ .. 22
2.2.4 Perubahan Fungsi .............................................................................. 23
2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... .. 27
xii
3.1 Metode Penelitian .............................................................................. 27
3.2 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 27
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................... 29
3.4 Sasaran Penelitian .............................................................................. 29
3.5 Data dan Sumber Data ....................................................................... 29
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 31
3.6.1 Observasi ........................................................................................... 31
3.6.2 Wawancara ........................................................................................ 32
3.6.3 Studi Dokumentasi ............................................................................ 35
3.7 Teknik Keabsahan Data ..................................................................... 36
3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. .. 42
4.1 Gambaran Umum Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali ............................................................... 42
4.1.1 Letak Geografis Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali ............................................................... 42
4.1.2 Data Demografi Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali ............................................................... 45
4.1.2.1 Jumlah Penduduk Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali ......................................................... .. 45
4.1.2.2 Pekerjaan Warga Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali ......................................................... .. 46
xiii
4.1.3 Latar Belakang Paguyuban Wahyu Budoyo Dusun Ngagrong
Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali .................. 48
4.2 Asal Usul Tari Lembu Sena Paguyuban Wahyu Budoyo Dusun
Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali .. 54
4.3 Bentuk Pertunjukan Tari Lembu Sena .............................................. .. 56
4.3.1 Bentuk Pertunjukan Tari Lembu Sena Tahun 2011 di Dusun
Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali .. 56
4.3.1.1 Lakon ............................................................................................ .. 57
4.3.1.2 Pelaku .......................................................................................... .. 57
4.3.1.3 Gerak ........................................................................................... ... 58
4.3.1.4 Iringan .......................................................................................... 71
4.3.1.5 Tata Rias dan Tata Busana ............................................................ 79
4.3.1.6 Tata Suara ...................................................................................... 86
4.3.1.7 Pola Lantai/Lantai Pentas ............................................................... 87
4.3.1.8 Properti ......................................................................................... 90
4.3.1.9 Penonton ....................................................................................... 91
4.3.2 Bentuk Pertunjukan Tari Lembu Sena Tahun 2017 di Dusun Tegal
Sari Desa Kali Gentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali .... 91
4.3.2.1 Lakon ............................................................................................. 92
4.3.2.2 Pelaku ............................................................................................ 92
4.3.2.3 Gerak ............................................................................................. 93
4.3.2.4 Iringan ........................................................................................... 103
4.3.2.5 Tata Rias dan Tata Busana ............................................................. 108
xiv
4.3.2.6 Tata Suara ..................................................................................... 115
4.3.2.7 Pola Lantai/Lantai Pentas .............................................................. 116
4.3.2.8 Properti .......................................................................................... 120
4.3.2.9 Penonton ........................................................................................ 120
4.4 Proses Perubahan Bentuk dan Fungsi Tari Lembu Sena di Dusun
Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
....................................................................................................... 121
4.4.1 Tahun 2011 – Tahun 2013 ............................................................... 122
4.4.2 Tahun 2014 – Tahun 2017 ................................................................ 124
4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan Bentuk dan Fungsi
Tari Lembu Sena .............................................................................. 127
4.5.1 Faktor Internal ................................................................................... 127
4.5.1.1 Pencipta Tari ................................................................................. 128
4.5.1.2 Pelaku Tari ..................................................................................... 129
4.5.1.3 Paguyuban Wahyu Budoyo ........................................................... 129
4.5.2 Faktor Eksternal ............................................................................... 129
4.5.2.1 Masyarakat .................................................................................... 130
4.5.2.2 Penanggap ..................................................................................... 130
4.5.2.3 Penonton ....................................................................................... 131
BAB V PENUTUP ................................................................................... 132
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 132
5.2 Saran ................................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 136
xv
LAMPIRAN ............................................................................................ 139
GLOSARIUM ......................................................................................... 169
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diadopsi dari Komponen-Komponen Analisis Data .......................... 40
4.1 Peta Kecamatan Ampel .................................................................... 43
4.2 Peta Lokasi Dusun Ngagrong ............................................................ 44
4.3 Denah Lokasi Paguyuban Wahyu Budoyo ....................................... 49
4.4 Pola Lantai “X” Tari Lembu Sena ..................................................... 87
4.5 Pola Lantai Lingkaran Besar ............................................................. 88
4.6 Pola Lantai Zigzag Tari Lembu Sena ................................................ 89
4.7 Pola Lantai Garis Lurus Tari Lembu Sena ......................................... 89
4.8 Pola Lantai Garis Lurus ...................................................................... 116
4.9 Pola Lantai Lingkaran Besar ............................................................. 117
4.10 Pola Lantai Lingkaran Kecil .............................................................. 118
4.11 Pola Lantai Zigzag ............................................................................ 118
4.12 Pola Lantai Silang “X” ....................................................................... 119
xvii
DAFTAR FOTO
Foto Halaman
4.1 Paguyuban Wahyu Budoyo Tampak Samping .................................... 50
4.2 Piala Penghargaan Paguyuban Wahyu Budoyo ................................... 53
4.3 Ragam Gerak Ayun-ayun .................................................................... 58
4.4 Ragam Gerak Nanduk dan Nendang .................................................... 59
4.5 Ragam Gerak Kuda-kuda Ayun .......................................................... 59
4.6 Ragam Gerak Mengkal ...................................................................... 60
4.7 Ragam Gerak Damsah Dadali ........................................................... 60
4.8 Ragam Gerak Jogging ....................................................................... 61
4.9 Ragam Gerak Nanduk ........................................................................ 61
4.10 Ragam Gerak Kuda-kuda Ayun ......................................................... 62
4.11 Ragam Gerak Tantangan Lembu ....................................................... 62
4.12 Ragam Gerak Nyeruduk .................................................................... 63
4.13 Ragam Gerak Jaipong Ayun .............................................................. 63
4.14 Ragam Gerak Dansa ......................................................................... 64
4.15 Ragam Gerak Nendang ...................................................................... 64
4.16 Ragam Gerak Ngadu .......................................................................... 65
4.17 Ragam Gerak Kecak ........................................................................... 65
4.18 Ragam Gerak Dansa Lembu .............................................................. 66
4.19 Ragam Gerak Jaipong Jurus .............................................................. 66
4.20 Ragam Gerak Nyeruduk .................................................................... 67
4.21 Ragam Gerak Geleng-geleng ............................................................. 67
xviii
4.22 Ragam Gerak Kuda-kuda Ayun .......................................................... 68
4.23 Ragam Gerak Tantang Lingkaran ..................................................... 68
4.24 Ragam Gerak Nendang ..................................................................... 69
4.25 Ragam Gerak Kuda-kuda Ayun .......................................................... 69
4.26 Bonang ............................................................................................. 75
4.27 Gong ................................................................................................. 75
4.28 Saron ................................................................................................ 76
4.29 Peking ............................................................................................... 77
4.30 Kendang ............................................................................................ 77
4.31 Drum ................................................................................................. 78
4.32 Alat Tabuh Gamelan ......................................................................... 79
4.33 Rias Fantasi Tari Lembu Sena ........................................................... 80
4.34 Busana Tari Lembu Sena ................................................................... 81
4.35 Irah-irahan Tari Lembu Sena ............................................................. 82
4.36 Irah-irahan Tanduk Sapi .................................................................... 82
4.37 Rompi Blonteng Tari Lembu Sena .................................................... 83
4.38 Kelat Lengan Tari Lembu Sena ........................................................... 83
4.39 Busana Gelang Tari Lembu Sena ....................................................... 83
4.40 Busana Sarung Tangan Putih Tari Lembu Sena ................................. 84
4.41 Celana Blonteng Tari Lembu Sena ................................................... 84
4.42 Tapeh Rumbai Tari Lembu Sena ...................................................... 85
4.43 Kaos Kaki Putih Panjang Tari Lembu Sena ....................................... 85
4.44 Sandal Gunung Tari Lembu Sena ..................................................... 86
xix
4.45 Ragam Gerak Pusaran Tenaga .......................................................... 94
4.46 Ragam Gerak Ambang Ayun ............................................................ 94
4.47 Ragam Gerak Gerak Patah ............................................................... 94
4.48 Ragam Gerak Gerak Samping .......................................................... 95
4.49 Ragam Gerak Ambang Ayun ............................................................ 95
4.50 Ragam Gerak Jogging ...................................................................... 95
4.51 Ragam Gerak Mendorong Kawan .................................................... 96
4.52 Ragam Gerak Ombak Air ................................................................ 96
4.53 Ragam Gerak Gerak Prajurit ............................................................ 96
4.54 Ragam Gerak Mendorong Kawan .................................................... 97
4.55 Ragam Gerak Pusaran Tenaga .......................................................... 97
4.56 Ragam Gerak Senam Ke Kanan ....................................................... 97
4.57 Ragam Gerak Gerak Samping ........................................................... 98
4.58 Ragam Gerak Mengadu ..................................................................... 98
4.59 Ragam Gerak Gerak Patah ................................................................ 98
4.60 Ragam Gerak Mengadu II ................................................................. 99
4.61 Ragam Gerak Putar ........................................................................... 99
4.62 Ragam Gerak Dansa ........................................................................ 99
4.63 Ragam Gerak Pragak ....................................................................... 100
4.64 Ragam Gerak Pusaran Tenaga .......................................................... 100
4.65 Ragam Gerak Mendorong Kawan .................................................... 100
4.66 Ragam Gerak Menyerang ................................................................. 101
4.67 Ragam Gerak Ombak Air ................................................................. 101
xx
4.68 Ragam Gerak Patah .............................................................................. 101
4.69 Ragam Gerak Tantangan ...................................................................... 102
4.70 Ragam Gerak Ombak Air II ................................................................. 102
4.71 Ragam Gerak Samping ........................................................................ 102
4.72 Rias Fantasi Tari Lembu Sena ............................................................. 109
4.73 Busana Tari Lembu Sena ..................................................................... 110
4.74 Irah-irahan Tari Lembu Sena .............................................................. 111
4.75 Irah-irahan Tanduk Sapi ..................................................................... 111
4.76 Rompi Badongan Tari Lembu Sena .................................................... 112
4.77 Kelat Lengan Tari Lembu Sena ........................................................... 112
4.78 Gelang Tari Lembu Sena ..................................................................... 112
4.79 Sarung Tangan Putih Tari Lembu Sena ............................................... 113
4.80 Celana Blonteng Tari Lembu Sena ...................................................... 113
4.81 Tapeh Rumbai Tari Lembu Sena ......................................................... 114
4.82 Kaos Kaki Panjang Putih Tari Lembu Sena ........................................ 114
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Jumlah Penduduk Dusun Ngagrong ..................................................... 45
4.2 Jumlah Mata Pencaharian Warga Dusun Ngagrong ............................ 47
4.3 Jadwal Kegiatan Paguyuban Wahyu Budoyo ...................................... 52
4.4 Deskripsi Ragam Gerak Tari Lembu Sena Pada Tahun 2011 ............. 58
4.5 Deskripsi Busana Tari Lembu Sena di Dusun Ngagrong .................... 82
4.6 Deskripsi Ragam Gerak Tari Lembu Sena Pada Tahun 2017 ............. 94
4.7 Deskripsi Busana Tari Lembu Sena .................................................... 111
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ......................................... 139
2. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas Bahasa dan Seni .............. 140
3. Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ...... 141
4. Instrumen Penelitian ............................................................................ 142
5. Transkip Wawancara ........................................................................... 150
6. Dokumentasi Wawancara .................................................................... 172
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu konsep kebudayaan yang dikembangkan oleh para ahli antropolog
pada masanya memberikan definisi mengenai kebudayaan itu sendiri. Diantaranya
adalah Koentjaraningrat dan Sir Edward Burnet Tylor. Kebudayaan merupakan
keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar,
serta keseluruhan hasil dari budi dan karya manusia (Koentjaraningrat, 1982;
1987: 2-9), sedangkan Ser Edward Burnet Tylor (1981) menjelaskan bahwa
definisi dari kebudayaan adalah mencangkup keseluruhan yang kompleks meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, etika, kebiasaan, dan segala
kecangkupan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupaka wujud aktifitas manusia didalam
masyarak yang mencangkup suatu gagasan manusia itu sendiri.
Kesenian merupakan wujud dari unsur kebudayaan yang begitu familiar,
baik untuk penonton umum (apresiatif) pemerhati (reproduktif) bahkan pengamat
(kreatif) sekalipun. Kesenian merupakan keterampilan mausia yang dipelajari
melalui pengalaman kemudian dikemas menjadi suatu karya, dimana didalamnya
terdapat ide yang kreatif dan memiliki makna tersendiri sebagai suatu sarana
komunikasi. (Bahari, 2008:62) kesenian merupakan bagian dari pelajaran dan
dalam pengertian jamaknya adalah pengetahuan budaya, pelajaran, pengetahuan
serta suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan. Seni
2
didasari oleh perwujudan ide yang harus menjadi wakil dari pemikiran sebagai
landasan kesatuan yang mewakili keindahan mutlak (Allison, 1905:385). Adapun
kesenian itu sendiri terbagi menjadi beberapa cabang menurut pertunjukannya
diantaranya ada seni musik, seni drama, seni rupa, dan seni tari.
Seni tari merupakan cabang kesenian yang tidak dapat dipisahkan didalam
kehidupan manusia, dan dalam kelompok masyarakat tentunya. Salah satunya
yaitu Tari Lembu Sena yang ada di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Tari Lembu Sena merupakan tari yang bersifat
imitatif (menirukan hewan), dimana dalam tarian ini gerakan imitatif yang muncul
adalah gerakan sapi remaja yang kuat. Tari Lermbu Sena tumbuh dan berkembang
di kalangan masyarakat Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali, tepatnya di Paguyuban Wahyu Budoyo.
Paguyuban Wahyu Budoyo yang menjadi pelopor adanya Tari Lembu
Sena merupakan salah satu dari sekian banyaknya Paguyuban kesenian yang ada
di Kecamatan Ampel, seperti Paguyuban Kuda Buana dengan pendiri paguyuban
Bapak Jamari (Dusun Tompak), Paguyuban Turonggo Laras dengan pendiri
paguyuban Bapak Prapto (Dusun Surodadi), Paguyuban Mustika Nada dengan
pendiri paguyuban Bapak Suwarmo dan Bapak Sumarlan (Dusun Surodadi),
Paguyuban Langen Krido Wibowo dengan pendiri paguyuban Bapak Sunardi
(Dusun Sidomulyo), Paguyuban Trimo Luwung dengan pendiri paguyuban Bapak
Sumardi (Dusun Sidomulyo), dan Paguyuban Slamet Rahayu dengan pendiri
paguyuban Bapak Dadi dan Bapak Harsono (Dusun Kajongan).
3
Pada tahun 2011 merupakan pentas pertama Tari Lembu Sena di Kantor
Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Pada awalnya Tari Lembu
Sena merupakan identitas Dusun, kemudian dalam prosesnya Tari Lembu Sena ini
diangkat menjadi identitas Desa dan dijadikan satu tarian yang menunjukan ciri
khas Kabupaten Boyolali (wawancara dengan Warsito, 13 Maret 2017).
Tari Lembu Sena merupakan bagian dari pertunjukan seni yang digunakan
dalam upacara bersih Desa yang diadakan di Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali pada bulan Zulhijah, dikarenakan Tari
Lembu Sena masuk kedalam ranah tari kerakyatan yang wujud tampilannya
bersifat sangat sederhana, dalam pertunjukannya tidak memerlukan penggarapan
gerak yang susah, lebih dominan bersifat kepada hiburan dan persembahan yang
berhubungan dengan kekuatan gaib (magis). Seperti yang disampaikan oleh
Subandi (2011:89) dalam penelitiannya dengan judul “Upacara Bersih Dusun
Ngagrong Atas, Desa Ngagrong, Ampel, Boyolali Sebuah Studi Dari Sudut
Sosiologi Seni”, bahwa Tari Lembu Sena merupakan salah satu dari tiga bagian
pertunjukan seni yang digunakan untuk upacara bersih Desa di Dusun Ngagrong
Atas.
Rias dalam Tari Lembu Sena ini menggunakan rias fantasi hewan Lembu
(sapi) di dominasi dengan warna putih dan hitam yang digunakan untuk menutupi
bagian wajah, dan busana yang dikenakan adalah bagian kepala mengunakan irah-
irahan berbentuk tanduk sapi, bagian perut ke bawah menggunakan celana
blonteng hitam putih, pada bagian badan menggunakan rompi bandongan hitam
putih, dan pada bagian kaki bisa menggunakan sepatu tali dan memakai kaos kaki
4
warna putih, sekarang menggunakan gongseng (gelang kaki) sehingga jika
diperhatikan secara seksama perpaduan antara rias dan busana dalam tari ini
terlihat seperti costplay (pakaian yang digunakan untuk menirukan objek
lembu/sapi) (wawancara dengan Warsito, 13 Maret 2017).
Dewasa kini pertunjukan seni Tari Lembu Sena tidak lagi digunakan
sebagai bagian dari upacara saja, melainkan sebagai mata pencaharian sampingan
warga Dusun Ngagrong, guna menambah penghasilan dari pertunjukan Tari
Lembu Sena dengan menjadikan pertunjukan Tari Lembu Sena sebagai tari yang
pertunjukannya ditanggap oleh warga yang membutuhkan hiburan pada acara
tertentu seperti mantenan, khitanan, nadzar, ulang tahun, dan hari jadi Desa.
Dusun Ngagrong merupakan tempat berdirinya Paguyuban Wahyu
Budoyo yang terletak di Rt.002. Rw.001. No. 29 Dukun Ngagrong, Desa
Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Kode Pos. 57352.
Melihat latar belakang masalah di atas, peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Perubahan bentuk dan Fungsi Tari Lembu Sena di Dusun
Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali”,
dikarenakan terdapat keunikan pada pertunjukan seni Tari Lembu Sena yang pada
awalnya sebagai pertunjukan seni yang bersifat upacara bergeser menjadi
pertunjukan seni yang bersifat ekonomi, selain itu Dusun Ngagrong, Desa
Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ini merupakan tempat
berdirinya Paguyuban Wahyu Budoyo yang menjadi pelopor adanya Tari Lembu
Sena sebagai objek yang dikaji oleh peneliti.
5
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dikaji peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena?
2. Bagaimana proses perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu Sena?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu
Sena yang bersifat upacara menjadi ekonomi?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena di
Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan proses perubahan bentuk dan fungsi Tari
Lembu Sena di Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali dari sarana upacara menjadi sarana ekonomi.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan faktor apa saja yang mempengaruhi
perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu Sena di Dusun Ngagrong, Desa
Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali yang bersifat upacara
menjadi ekonomi.
6
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis
maupun manfaat praktis khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca.
Berikut adalah manfaat yang dicapai berdasarkan rumusan masalah yang ada.
1.3.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis berbeda dengan manfaat praktis, dimana manfaat teoretis
berkenaan dengan manfaat keilmuan, sehingga manfaat teoretis dari penelitian ini
sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang seni,
khususnya seni tari guna mengembangkan pengkajian mengenai ilmu bentuk
pertunjukan dan fungsi tari.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengetahuan di bidang seni tari
berkaitan dengan ilmu tentang bentuk pertunjukan dan fungsi tari, terutama
pada bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena dan fungsi dalam Tari Lembu Sena.
3. Menambah kekayaan atau khasanah ilmu dibidang seni khususnya seni tari,
berkaitan dengan bentuk pertunjukan dan fungsi tari.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan kebalikan dari manfaat teoretis. Manfaat
praktis disini ditujukan langsung kepada objek yang diharapkan dapat berguna
dikemudian hari, seperti sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pencipta tari agar
dapat terus berkreasi, berinovasi, dan berkaya dalam berkesenian dibidang tari
khsususnya.
7
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi kepada pelaku tari/penari
agar dapat terus berlatih tari khususnya Tari Lembu Sena yang ada di
Paguyuban Wahyu Budoyo, Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan
Ampel, Kabupaten Boyolali.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada pengelola
Sanggar Wahyu Budoyo yang diketuai Pak Warsito agar dapat terus melatih
tari yang ada dengan tidak memberikan batasan kepada penari untuk
melakukan pertunjukan dimana saja dan kapan saja.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi Desa untuk turut serta membantu
melestarikan kesenian tari yang sudah ada dengan cara menanggap pertunjukan
Tari Lembu Sena.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian ini membaca beberapa penelitian yang sudah ada dalam ranah
kajian penelitian yang hampir sama dengan objek penelitian yang berbeda guna
dijadikan referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian tentang Pergeseran
Fungsi Tari Lembu Sena di Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel,
Kabupaten Boyolali. Adapun tinjauan peneliti yang ada diantaranya adalah.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Subandi (2011) berjudul
“Upacara Bersih Dusun Ngagrong Atas, Desa Ngagrong, Ampel, Boyolali Sebuah
Studi Dari Sudut Sosiologi Seni”. Subandi dalam penelitiannya mengkaji tentang
upacara ritual bersih Desa yang ada di Dusun Ngagrong Atas dengan pertunjukan
seni tari yang melengkapi kegiatan upacara ritual bersih Desa tersebut.
Hasil penelitian yang didapat oleh Subandi yaitu upacara ritual bersih
dusun di Dusun Ngagrong Atas Desa Ngagrong melibatkan tiga pertunjukan
kesenian tari yang digunakan sebagai saran ritual, kesenian tari tersebut
diantaranya ada Tari Lembu Sena, Tari Rodhat Tradisional, dan Rodhat Kalijaga.
Dalam pertunjukan upacara ritual bersih desa itu sendiri pada awalnya adalah
sebagai sarana untuk melakukan pengusiran wabah penyakit, bencana alam tanah
longsor dan memohon kesuburan tanah pertanian yang berupa terasering.
Masyarakat mempercayai dengan adanya pertunjukan Tari Lembu Sena yang
dahulu menggunakan tari prajuritan menggunakan gaya Tumapel akan
9
mendatangkan kesuburan tanah pertanian, keselamatan, ketentraman,
kebahagiaan, jauh dari marabahaya dan terhindar dari wabah penyakit.
Persamaan penelitian yang dikaji oleh peneliti dan Subandi berkaitan
dengan Perubahan Bentuk dan Fungsi Fungsi Tari Lembu Sena di Dusun
Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ini ialah
tentang pertunjukan seni Tari Lembu Sena yang berfungsi sebagai sarana upacara,
dan tempat lokasi penelitan yang ada. Perbedaan penelitian yang dikaji oleh
peneliti dengan penelitian Subandi yaitu berkaitan dengan perubahan bentuk dan
fungsi yang terjadi pada pertunjukan seni Tari Lembu Sena, yang pada awalnya
bersifat upacara kini berubah menjadi pertunjukan seni yang bersifat ekonomi
sebagi sumber mata pencaharian sampingan warga Dusun Ngagrong.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Winduadi Gupita dan Eny
Kusumastuti (2012) berjudul “Bentuk Pertunjukan Kesenian Jamilin di Desa
Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal”. Dalam penelitian yang
dilakukan Winduadi Gupita dan Eny Kusumastuti megkaji bentuk dan urutan
pertunjukan kesenian Jamilin. Hasil penelitian Bentuk Petunjukan Kesenian
Jamilin di Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal meliputi pelaku,
gerak, iringan, tata rias dan busana, tata pentas, tata suara, tata lampu dan properti,
serta urutan penyajian pertunjukan kesenian jamilin yang dimulai dengan orgen
tunggal lagu tegelan untuk menarik perhatian dan mengajak orang-orang
berkumpul agar dapat menyaksikan pertunjukan inti dari kesenian Jamilin,
kemudian Tari Jamilin, lawak, permainan akrobat dan sulap. Dari penelitian ini
peneliti menjadikannya referensi dengan mengambil sudut pandang dari
10
penggunaan teori elemen-elemen pertunjukan tari yang ada berkaitan dengan
bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena, karena penelitian ini membahas materi
yang sama dengan objek yang berbeda yaitu bentuk pertunjukan Tari Lembu
Sena.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Lisa Hapsari (2013) dengan judul
“Fungsi Topeng Ireng di Kurahan Magelang”. Dalam penelitian ini, Lisa Hapsari
membahas mengenai fungsi yang ada pada pertunjukan Topeng Ireng, dan hasil
yang didapat dari penelitian ini ialah berbicara mengenai keberadaan Topeng
Ireng atau Dayakan yang terdapat di Kurahan Kabupaten Magelang sangat berarti
bagi masyarakat sekitarnya. Mengingat kondisi kesenian tradisional saat ini, yang
membuat beberapa bentuk seni rakyat semakin kabur keberadaannya, semakin
tidak mendapat perhatian serius. Akan tetapi, Topeng Ireng membuktikan
esksistensinya bagi masyarakat pendukungnya dalam hal ini masyarakat Kurahan,
Kabupaten Magelang. Berdasarkan pengalaman estetis dari pelaku kesenian,
terdapat dua fungsi pokok dalam pertunjukan Topeng Ireng yaitu sebagai media
ritual dan media ekspresi seni pertunjukan (hiburan). Sebagai media ritual yang
didalamnya terdapat syiar agama yang sangat diperlukan oleh masyarakat dan
sebagai media ekspresi estetis bagi para penari, pemusik dan masyarakat.
Kesimpulannya masyarakat Kurahan membuktikan seni sebagai santapan
estetis bagi psikologinya sekaligus dapat memperdalam santapan religiusnya dan
memiliki fungsi media ritual dan ekspuitis. Dari penelitian ini, peneliti
menjadikan penelitian yang dikaji oleh Lisa Hapsari sebagai referensi dengan
11
mengambil sudut pandang penggunaan teori yang membahas mengenai fungsi
dengan objek yang berbeda yaitu fungsi pada Tari Lembu Sena.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Hinhin Agung Daryana (2016)
dengan judul “Pergeseran fungsi Instrumen Karinding di Jawa Barat”. Dari
penelitian ini Hinhin mengkaji mengenai pergeseran fungsi instrumen Karinding
di Jawa Barat, dan hasil yang didapat dalam penelitian ini ialah Karinding
merupakan instrumen yang mempunyai banyak keunikan. Pada tahun 2008,
terjadi sebuah momen di mana terjadi persinggungan antara instrumen karinding
dan komunitas metal di Bandung yang kemudian menjadikan karinding sebagai
kesenian populer di Kota Bandung.
Kajian penelitian ini difokuskan pada pergeseran fungsi karinding di Jawa
Barat, untuk mendapat pemahaman tentang pergeseran fungsi tersebut, maka
tulisan ini akan memaparkan dinamika perkembangan kesenian karinding di
beberapa daerah di Jawa Barat yang meliputi fungsi, perkembangan bentuk, dan
musik karinding di Jawa Barat. Dalam perkembangannya, instrumen karinding
kini mempunyai beragam fungsi. Pada awalnya karinding hanya sebuah instrumen
musik yang berfungsi sebagai kalangenan (hiburan pribadi) dan alat musik
pergaulan. Akan tetapi, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat pengguna
karinding di Jawa Barat menyebabkan terjadinya sebuah pergeseran menjadi
instrumen yang difungsikan untuk hiburan, pendidikan, ritual, dan komoditas.
Pada kenyataanya sekarang, pergeseran fungsi karinding yang terjadi pada
masyarakat Jawa Barat baik pedesaan maupun Urban semakin mengontruksi
kekuatan jaringan yang lebih luas. Dari penelitian ini, peneliti menjadikannya
12
sebagai referensi dengan mengambil sudut pandang pembahasan mengenai
pergeseran fungsi dalam ranah tari dengan objek penelitian yang berbeda yaitu
perubahan bentuk dan fungsi pada Tari Lembu Sena.
Keempat penelitian di atas merupakan penelitian yang sejenis dimana
memfokuskan pokok pembahasan mengenai bentuk pertunjukan, fungsi, dan
perubahan fungsi. Terdapat kesamaan kajian dalam penelitian ini, dimana
penelitian yang dikaji oleh peneliti membahas mengenai bentuk pertunjukan,
proses perubahan fungsi tari, dan faktor terjadinya perubahan dari fungsi tari itu
sendiri. Akan tetapi ada perbeda dari penelitian satu dengan yang lainnya yaitu
terletak pada objek penelitian, lokasi penelitian, dan hasil dari penelitian itu
sendiri. Keempat penelitian diatas juga dijadikan bahan referensi dalam
melakukan penelitian mengenai “Perubahan Bentuk dan Fungsi Tari Lembu Sena
di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”.
2.2 Landasan Teoretis
2.2.1 Bentuk Pertunjukan
Pada dasarnya bentuk yang paling sederhana adalah titik. Titik tersendiri
tidak mempunyai ukutan-ukuran atau dimensi dan tidak memiliki arti tertentu.
Kumpulan dari beberapa titik akan mempunyai arti dengan menempatkan titik-
titik itu secara tertentu, kalau titik-titik berkumpul dekat sekali dalam satu
lintasan, mereka bersama menjadi bentuk garis. Beberapa garis bersama bisa
menjadi bentuk bidang, beberapa bidang bersama bisa menjadi bentuk ruang.
Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan bentuk-bentuk dasar bagi seni rupa,
13
sedangkan dalam seni tari bentuk yang dapat ditemui yaitu tapak, paileh, pas
(langkah), agem, tetuwek dan sebagainya (Djelantik 1999:21).
Jazuli (2016:38) menyatakan bahwa seni pertunjukan mengandung
pengertian untuk mempertunjukan sesuatu yang bernilai seni tetapi senantiasa
berusaha untuk menarik perhatian bila ditonton. Syarat minimal sebuah
pertunjukan adalah harus ada objek yang dipertunjukan (karya tari). Dalam sebuah
pertunjukan seni ada elemen-elemen yang turut hadir mendukung pementasannya,
diantaranya ada penari, gerak tari, rias dan busana, iringan, lantai pentas, bahkan
penonton serta lakon ( Soedarsono 2001:70-88). Hermin (2000:75) menambahkan
bahwa ada aspek seni pertunjukan yang tampak serta terdengar seperti gerak,
suara, dan rupa (rias, busana, properti). Selain Soedarsono dan Hermin, Eny
Kusumastuti dan Hartono (2017: 15) dalam penelitian Kuda Debog Dance For
Childern’s Sosial Developmentd memberikan pernyataan yang hampir sama
mengenai elemen sebuah pertunjukan yang muncul seperti lakon, pelaku, gerak,
suara/iringan, busana, pola lantai, rias, panggung, dan penonton. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teori dari Soedarsono yang digabungkan dengan teori
Hermin guna mengkaji penelitian berkenaan dengan bentuk pertunjukan Tari
Lembu Sena di Dusun Ngagrong, Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Kabupaten
Boyolali.
2.2.2 Elemen Pertunjukan
Pertunjukan seni pada umumnya selalu menghadirkan elemen-elemen
pertunjukan yang mendukung pementasannya, Soedarsono (2001:70-88)
menyatakan elemen-elemen yang turut hadir mendukung pementasannya,
14
diantaranya ada penari, gerak tari, rias dan busana, iringan, lantai pentas, bahkan
penonton serta lakon, dan Hermin (2000:75) menambahkan bahwa ada aspek seni
pertunjukan yang tampak serta terdengar seperti gerak, suara, dan rupa (rias,
busana, properti).
Adapun penjelasan mengenai elemen-elemen pertunjukan yang dipaparkan
oleh Soedarsono dan Hermin adalah sebagai berikut.
2.2.2.1 Lakon Lakon adalah penggambaran cerita atau tema yang diwujudkan dalam
sebuah peran dan dilakukan oleh seseorang untuk menirukan orang lain atau
menjadi orang lain, sehingga orang yang mempunyai lakon tidak menjadi dirinya
sendiri melainkan menjadi orang lain yang harus diperankan (Soedarsono 2001:
113).
2.2.2.2 Pelaku
Cahyono (dalam Gupita dan Kusumastuti 2012:3) menarik simpulan
mengenai pelaku sebagai berikut.
Pelaku adalah penyaji dalam pertunjukan, baik yang terlibat langsung
maupun tidak langsung untuk mengetengahkan atau menyajikan bentuk
pertunjukan. Beberapa pertunjukan ada yang hanya melibatkan pelaku laki-
laki, pelaku perempuan, dan menampilkan pelaku laki-laki bersamaan
dengan pelaku wanita. Pelaku pertunjukan dilihat dari umur dan usia dapat
bervariasi, misalnya anak-anak, remaja atau orang dewasa.
2.2.2.3 Gerak
Gerak adalah berpindahnya bahan yang bertenaga dalam suatu ruang
dalam ukuran ruang (Tasman 2008: 3). Jazuli (2008:8) menambahkan mengenai
pengertian gerak itu sendiri sebagai berikut.
15
Gerak tari berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami
stilasi (digayakan) dan distorsi (pengubahan) yang kemudian menghasilkan
dua buah jenis gerak yaitu gerak murni dan maknawi. Gerak murni (pure movement) atau gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan
untuk mendapatkan bentuk artistik (keindahan) dan tidak mempunyai
makna-makna tertentu. Gerak makanawi (gesture) atau gerak tidak wantah
adalah gerak yang mengandung arti atau maksud tertentu dan telah
distilisasi (dari wantah menjadi tidak wantah).
2.2.2.4 Pola Lantai/Lantai Pentas
Pola lantai/lantai pentas adalah garis-garis yang dibuat pelaku tari/penari
saat melakukan pertunjukan dengan cara membuat lintasan di atas tempat
pertunjukan sehingga membentuk sebuah pola seperti vertikal, horizontal, silang,
lingkaran (Jazuli 2016:17)
2.2.2.5 Iringan
Iringan adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam
membentuk bunyi yang teratur dengan melodi atau ritme serta mempunyai unsur
atau keselarasan yang indah (Sumarko dalam Kusumastuti dan Gupita 2012:3).
Jazuli (2008:14) berpendapat bahwa dalam tari musik memiliki fungsi dan terbagi
menjadi tiga bagian yaitu diantaranya: musik tari sebagai pengiring tari, musik tari
sebagai pemberi suasana, dan musik tari sebagai ilustrasi tari.
2.2.2.6 Tata Rias dan Tata Busana
Rias panggung (stage make up) adalah rias yang diciptakan untuk
penampilan di atas panggung. Penampilan rias di atas panggung berbeda dengan
rias sehari-hari. Rias wajah panggung terdiri atas: corrective make up yaitu rias
wajah sehari-hari dengan tujuan membuat wajah menjadi cantik, tampak lebih
muda atau lebih tua dan berubah sesuai dengan yang diharapkan seperti lebih
16
lonjong atau lebih bulat, character make up yaitu merias wajah agar sesuai
dengan karakter yang dikehendaki dalam cerita, seperti karakter tokoh-tokoh
fiktif, legendaris dan historis, fantasy make up yaitu merias wajah agar sesuai
dengan fantasi perias, dapat bersifat yang realistis maupun non realistis, sesuai
dengan kreatifitas periasnya (Lestari dalam Gupita dan Kusumastuti 2012:3).
Jazuli (2016:61) menambahkan bahwa rias sangat penting bagi penari, karena
fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter
tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah
daya tari penampilan.
Rias busana adalah keterampilan untuk mengubah, melengkapi atau
membentuk sesuatu yang dipakai mulai rambut sampai ujung kaki (Lestari dalam
Gupita dan Kusumastuti 2012:3). Busana tari merupakan pakaian yang dipakai
oleh penari, dan dalam penggunan busana tari yang baik bukan hanya sekedar
untuk menutup tubuh semata, melainkan harus dapat mendukung desain ruang
pada saat penari sedang menari. Ditambah fungi dari busana tari itu sendiri ialah
sebagai pendukung tema atau isi tari, dan untuk memperjelas peran-peran dalam
suatu sajian tari (Jazuli 2016:61).
2.2.2.7 Tata Suara
Tata suara adalah pengaturan mengenai volume (suara) atau iringan yang
dikeluarkan oleh sebuah alat musik yang nantinya digunakan sebagai
penyambung suara yang berfungsi untuk mengeraskan atau mengecilkan sebuah
volume suara itu sendiri. Jazuli (1994: 25) berpendapat mengenai pengertian tata
suara sebagai berikut.
17
Tata suara (sound system) merupakan sarana penyambung dari suara yang
berfungsi sebagai pengeras suara baik dari vocal atau iringan alat musiknya.
Pertunjukan yang memunyai kualitas suara yang baik, tergantung dari
penataan suara yang mempertimbanhgkan besar-kecilnya gedung atau
tempat pertunjukan tersebut. Penataan suara dapat dikatakan berhasil
apabila dapat menjadi jembatan komunikasi antara pertunjukan dengan
penontonnya, artinya penonton dapat mendengar dengan baik dan jelas
tanpa gangguan apapun sehingga terasa nyaman.
2.2.2.8 Properti
Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk busana, tidak termasuk
pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan
oleh penari/pemain lainnya, misalnya kipas, pedang, tombak, panah, selendang
atau sapu tangan. Properti juga berfungsi sebagai elemen tari untuk
menghidupkan tarian dan memberikan kesan yang mendalam bagi penikmat atau
penonton. Properti merupakan pelengkap pertunjukan yang dipakai oleh seorang
penari saat pentas (Soedarsono dalam Gupita dan Kusumastuti 2012: 4).
2.2.2.9 Penonton
Penonton (apresiator) adalah orang yang menikmati serta mengapresiasi
sebuah sajian pertunjukan dan dapat memberikan kritik dan masukan yang
membangun kepada penyaji pertunjukan. Penonton itu sendiri merupakan faktor
penting dalam pertunjukan. Karena, jika tidak ada penonton maka untuk apa
pertunjukan di sajikan (Jazuli 2016:40).
2.2.3 Fungsi Tari
Fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada
pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu (Rocher dan R.
18
Striker dalam George Ritzer Terj. Saut Pasaribu dkk. 2012:408). Talcott Parsons
(dalam George Ritzer Terj. Saut Pasaribu dkk. 2012:408) mengatakan bahwa
dalam menggunakan definisi fungsi yang diutarakan oleh Rocher dan R. Striker,
mempercayai ada empat imperatif fungsional yang terbagi melalui semua sistem
diantaranya ada, adaptation (A)/adaptasi, goal attaintment (G)/pencapaian tujuan,
integration (I)/integrasi, dan latency (L)/pemeliharaan pola. Keempat imperatif
fungsional ini dikenal juga dengan sebutan skema AGIL. Skema AGIL ini dapat
digunakan pada semua level di dalam sistem teoretisnya, salah satunya sistem
budaya (Persons dalam George Litzer Terj. Saut Pasaribu dkk. 2012:408-411).
Berbicara mengenai budaya atau kebudayaan, ada beberapa unsur dari
kebudayaan yang perlu diketahui pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh
Konetjaraningrat (1990:203), bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa di dunia, yakni (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan,
(3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem mata
pencaharian hidup, (6) sistem religi, (7) kesenian.
Kesenian yang merupakan wujud dari kebudayaan dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian diantaraya ada seni suara, seni rupa, seni pahat, dan seni
tari. Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui medium
kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu, keterpaduan antara pernyataan
imajinatif dan pernyataan bentuknya yang kasat mata merupakan ekspresi jiwa,
ilusi, dan rasional dari manusia, menurut Jazuli (2016:34).
Fungsi tari dalam kehidupan manusia dibagi menjadi empat, diantaranya
adalah fungsi tari sebagai sarana upacara, fungsi tari sebagai sarana hiburan,
19
fungsi tari sebagai seni pertunjukan, dan fungsi tari sebagai sarana media
pendidikan (Jazuli 1994:42). Selain itu fungsi tari sebagai seni pertunjukan itu
sendiri memiliki fungsi yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia,
diantaranya ada fungsi religius, fungsi sosial, fungsi pendidikan, fungsi estetik
dan fungsi ekonomi (Meigalia 2013:1). Adapun penjelasan dari masing-masing
fungsi tari di atas sebagai berikut:
2.2.3.1 Tari Sebagai Sarana Upacara
Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau pemujaan
terhadap kekuatan gaib yang banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki
kepeercayaan animisme (roh-roh gaib), dinamisme (benda-benda yang
mempunyai kekuatan), dan totemisme (binatang-binatang yang dapat
mempengaruhi kehidupan) yang disajikan dalam upacara sakral ini mempunyai
maksud untuk mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan. Fungsi tari sebagai
sarana upacara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu untuk upacara keagamaan,
upacara adat berkaitan dengan peristiwa alamiah, dan upacara adat berkaitan
dengan peristiwa kehidupan manusia (Jazuli dalam Endang R 2001: 68-69).
Kata upacara mempunyai tiga arti. Pertama, tanda-tanda kebesaran. Kedua,
peralatan (menurut adat-istiadat); rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait
pada aturan tertentu menurut adat atau agama. Ketiga, perbuatan atau perayaan
yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting ( M Safrinal,
dkk. 2007: 30). Upacara itu sendiri dipercayai mampu menimbulkan gairah
kebersamaan yakni semacam energi positif yang dapat mematik motivasi kuat
20
bagi segenap elemen bangsa ini untuk bangkit (Taufik dalam M Safrinal, dkk.
2007: 28).
2.2.3.2 Tari Sebagai Hiburan
Tari sebagai hiburan disini dimaksudkan untuk memeriahkan atau
merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititik beratkan bukan pada
keindahan geraknya, melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya
merupakan tarian pergaulan atau social dance. Pada tari hiburan ini mempunyai
maksud untuk memberikan kesempatan bagi penonton yang mempunyai
kegemaran menari atau menyalurkan hobi dan mengembangkan keterampilan atau
tujuan-tujuan yang kurang menekankan nilai seni (komersial) (Jazuli dalam
Endang R 2001: 68-69).
2.2.3.3 Tari Sebagai Pertunjukan
Tari sebagai pertunjukan yaitu tari yang bertujuan untuk memberi
pengalaman estetis kepada penonton. Tari ini disajikan agar dapat memperoleh
tanggapan apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada
mata dan hati penontonnya, oleh karena itu, tari sebagai seni pertunjukan
memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan.
Untuk itu tari yang tergolong sebagai seni pertunjukan/tontonan adalah tergolong
performance, karena pertunjukan tarinya lebih mengutamakan bobot nilai seni
dari pada tujuan lainnya (Jazuli dalam Endang R 2001: 68-69).
21
2.2.3.4 Tari Sebagai Media Pendidikan
Tari sebagai media pendidikan yaitu tari yang bersifat untuk mengembangkan
kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif
(Jazuli dalam Endang R 2001: 68-69).
2.2.3.5 Tari Sebagai Sarana Religius
Tari sebagai sarana religius yaitu bermula dari adanya keperluan-keperluan
ritual. Seni yang dimunculkan biasanya dianalogikan dalam suatu gerak, suara,
ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam suatu upacara ritual misalnya yang
dimaksud sebagai ungkapan atau simbol untuk berkomunikasi. Dalam
perkembangannya pertunjukan seni masih berpijak pada aturan-aturan tradisi
keagamaan yang berlaku. Sehingga seni dapat menjadi sarana untuk
menyampaikan pesan religi pada penganutnya, dalam seni pertunjukan sendiri
seni sering digunakan untuk beberapa acara keagamaan seperti dalam pertunjukan
nyanyian lagu-lagu rohani, upacara-upacara kerohanian seperti upacara kelahiran
dan upacara kematian (Yaya Badriya 2016: 1).
2.2.2.6 Tari Sebagai Fungsi Sosial
Tari sebagai fungsi sosial yaitu pada masa pembangunan seperti sekarang
ini, seni pertunjukan kerap menjadi media yang cukup efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Pesan yang ingin disampaikan
biasanya melalui punakawan pada seni pertunjukan wayang orang. Punakawan
akan menggambarkan figur-figur rakyat, sehingga kritik-kritik sosial akan
disampaikan melalui mereka dan diharapkan dapat mudah ditangkap oleh
penonton. Pesan-pesan sosial yang disampaikan biasanya beragam atau cenderung
22
pada kondisi yang sedang terjadi di masyarakat sehingga seni pertunjukan tersebut
terlihat segar (Yaya Badriya 2016: 1)..
Seni pertujukan juga sering digunakan sebagai sarana alat komunikasi
sosial misalnya pada pagelaran wayang kulit, wayang orang, drama komedi, dan
seni teater. Dalam beberapa seni pertunjukan tersebut biasanya sering dijadikan
media untuk kritik sosial, penyampaian gagasan, serta menyampaikan kebijakan
kepada masyarakat atau bisa juga dikatakan sebagai sarana berkomunikasi. Seni
sebagai sarana untuk menyampaikan kritik sosial merupakan kegiatan yang sangat
tepat, masyarakat indonesia yangebagian besar menganut paham paternalistik
tentu saja tabu untuk mengkritik seseorang secara langsung, apalagi jika yang
dikritik adalah seorang pemimpin, atasan, saudara, ataupun negaranya sendiri.
Media pewayangan adalah sarana paling tepat untuk tempat menyindir melalui
dialog-dialog yang dikemas secara jenaka.
2.2.2.7 Tari sebagai Fungsi Estetik
Tari sebagai fungsi estetik yaitu fungsi seni sebagai media estetik menjadi
ekspresi seniman menyajikan bentuk karya seni pertunjukannya tidak untuk hal-
hal komersil. Misalnya sebagai contoh pada pagelaran musik kontemporer, tari
kontemporer, biasanya seni tingkat tinggi seperti ini kebanyakn dinikmati oleh
artis-artis yang sudah sangat mencintai seni dibidangnya dan komunitasnya (Yaya
Badriya 2016: 1).
2.2.2.8 Tari sebagai Fungsi Ekonomi
Tari sebagai fungsi Ekonomi yaitu sebuah seni pagelaran selain sebagai
alat untuk mendatangkan keuntungan, seni pertunjukan semacam ini bisa dibuat
23
sesuai dengan keperluan dan keinginan pembuatnya. Apapun bentuk seni yang
dipertunjukan asalkan mampu memenuhi harapan dari penikmatnya, walaupun
dalam berkesenian terkadang harus menyimpang dari norma estetis yang berlaku.
Seni pertunjukan untuk memenuhi fungsi materi biasanya terjadi karena
permintaan yang semakin meningkat (Yaya Badriya 2016: 1).
2.2.3 Perubahan Fungsi
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua bagiannya yaitu: kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-
perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial (Kigsley Davis
dalam Soerjono Soekanto 2005: 308). Kingsley Davis (dalam Soerjono Soekanto
2005: 304) menambahkan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Parson (dalam dalam Soerjono Soekanto 2005: 423) berpendapat bahwa
dalam perubahan itu sendiri memiliki paradigma perubahan berupa evolusioner.
Adapun aspek esensial paradigma evolusioner ini ialah tentang peningkatan mutu
adaftif, agar diferensasi dapat menghasilkan suatu sistem yang seimbang yang
lebih berkembang, tiap substruktur yang baru didirerensasi harus mempunyai
kemampuan adaptif yang meningkat dalam melaksanakan fungsi utamanya,
dibandingkan dengan pelaksanaan fungsi itu dalam struktur terdahulu, yang lebih
menyebar. Diungkapkan pula bahwa suatu masyarakat yang sedang menjalani
24
evolusi harus bergeser dari suatu sistem status sosial berdasarkan kelahiran
menuju status sosial berdasarkan prestasi.
Penelitian ini menggunakan teori fungsi tari yang diutarakan oleh Jazuli
(1994:42) dimana fungsi dalam tari itu terbagi menjadi empat, diantaranya adalah
fungsi tari sebagai sarana upacara, fungsi tari sebagai sarana hiburan, fungsi tari
sebagai seni pertunjukan, dan fungsi tari sebagai sarana media pendidikan, dan
digabungkan dengan teori fungsi tari sebagai seni pertunjukan yang memiliki
fungsi religius, fungsi sosial, fungsi pendidikan, fungsi estetik dan fungsi ekonomi
(Meigalia 2013:1). Skema AGIL yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
terletak hanya pada skema A dan G saja atau adaptation/adaptasi dan goal
attaintment/pencapaian tujuan, dikarenakan pengaruh yang terjadi akibat
perubahan makna pada bentuk dan fungsi dari TariLembu Sena yang terjadi harus
mampu beradaptasi dengan sesuai dan dapat diimplementasikan kembali dalam
kesenian tari Lembu Sena itu sendiri dan pencapaian tujuannya sesuai dengan
perubahan yang terjadi atau malah sebaliknya.Guna mencari pergeseran fungsi
apa yang terjadi pada Tari Lembu Sena. Dalam menjawab permasalah mengenai
faktor perubahan bentuk dan fungsi. maka peneliti menggunakan teori
Dwijowinoto (dalam Nurisa dan Setyo Yanuartuti 2016:5) terdapat dua faktor
yang mempengaruhi, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah segala faktor yang ada atau timbul dari dalam kesenian itu sendiri. Faktor
eksternal adalah faktor yang timbul karena adanya pengaruh dari luar kesenian itu
sendiri.
25
2.3 Kerangka Berfikir
Bagan Kerangka Berfikir
Tari Lembu Sena
Bentuk Pertunjukan Tari Lembu Sema
(Profan/Ekonomi)
Bentuk Pertunjukan Tari Lembu Sena
(Upacara)
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berfikir
Sumber: Alief (Maret, 2017)
Perubahan
Bentuk dan Fungsi
1. Lakon 2. Pelaku 3. Gerak 4. Iringan/Musik 5. Tata Rias dan
Tata Busana 6. Tata Suara 7. Lantai Pentas/
Pola Lantai 8. Properti 9. Penonton
1. Lakon 2. Pelaku 3. Gerak 4. Iringan/Musik 5. Tata Rias dan
Tata Busana 6. Tata Suara 7. Lantai Pentas/
Pola Lantai 8. Properti 9. Penonton
Faktor Internal Faktor Eksternal
L k
26
Melihat dari bagan kerangka berfikir yang ada maka dapat dipaparkan
bahwasanya dalam penelitian ini kerangka yang muncul adalah pertama,
mengetahui apa itu Tari Lembu Sena, kemudian melihat bentuk pertunjukan Tari
Lembu Sena dimana di dalamnya terdapat elemen-elemen pertunjukan seperti
lakon, pelaku, gerak, iringan/musik, tata rias dan tata busana, tata suara, lantai
pentas/pola lantai, properti dan penonton baik dalam pertunjukan yang digunakan
sebagai sarana upacara maupun sarana profan/ekonomi, lalu mendeskripsikannya.
Kedua, setelah mengetahui bentuk pertunjukan yang ada pada Tari Lembu Sena
baik dalam sarana upacara maupun sarana profan/ekonomi, maka peneliti melihat
faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk dan fungsi pada Tari Lembu sena
dari seni pertunjukan sebagai upacara dan seni pertunjukan sebagai sarana
profan/ekonomi. Ketiga, setelah mengetahui faktor penyebab terjadinya
perubahan bentuk dan fungsi tari yang ada pada Tari Lembu Sena dengan
memperhatikan bentuk pertunjukan yang ada pada tarian ini dan faktor yang
muncul dari faktor internal dan eksternal, peneliti melihat bagaiman proses
terjadinya perubahan bentuk dan fungsi yang pada awalnya pertunjukan seni Tari
Lembu Sena berfungsi sebagai sarana upacara dan sekarang pada tahun 2017
menjadi fungi sebagai seni pertunjukan yang bersifat ekonomi dan berpengaruh
atau tidak terhadap bentuk pertunjukan yang semulanya sebagai sarana upacara
menjadi sarana ekonomi.
132
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bentuk pertunjukan Tari Lembu Sena di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dalam acara bersih Dusun berbeda dengan
bentuk pertunjukan yang ada di Dusun Tegal Sari Desa Kali Gentong Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali dalam acara Tegal Sari Fair. Perbedaan yang muncul
yaitu mengenai elemen-elemen pertunjukan yang hadir sebagai pendukung
pertunjukan Tari Lembu Sena itu sendiri dan perbedaan fungsi tari yang ada.
Adapun elemen pertunjukan Tari Lembu Sena meliputi pelaku, gerak,
iringan/musik, tata rias dan tata busana, tata suara, pola lantai, dan penonton.
Yang berbeda dari elemen pertunjukan Tari Lembu Sena pada acara upacara
bersih Desa di Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali dengan pertunjukan Tari Lembu Sena di Dusun Tegal Sari Desa Kali
Gentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada acara Tegal Sari Fair yaitu
elemen pertunjukan gerak, iringan, tata rias dan tata busana, tata suara, dan
penonton.
Perbedaan elemen pertunjukan gerak dalam Tari Lembu Sena terletak pada
penyebutan nama ragam gerak dan penggunaan tangan saat melakukan gerak,
kemudian perbedaan elemen pertunjukan iringan dan tata suara terletak pada
pementasan secara live dengan pementasan menggunakan sound system, elemen
pertunjukan tata rias dan tata busana terletak pada eksplorasi pengaplikasian rias
133
fantasi oleh perias kepada pelaku tari dan tidak digunakannya salah satu busana
yang ada pada Tari Lembu Sena berupa sandal gunung, yang terakhir perbedaan
pada elemen pertunjukan penonton dimana dalam acara bersih dusun penonton
yang menyaksikan pertunjukan Tari Lembu Sena hanya warga Desa Ngagrong
saja berbeda dengan penonton pada pertunjukan Tari Lembu Sena di acara Tegal
Sari Fair yang dapat di saksikan tidak hanya oleh masyarakat sekitar melainkan
dari luar kotapun hadir menyaksikan pertunjukan tersebut.
Perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu Sena terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya ada faktor eksternal dan faktor internal. Adapun
faktor ekstrenal yang merupakan faktor yang terjadi diluar Paguyuban Wahyu
Budaya sebagai pendukung terjadinya perubahan bentuk dan fungsi Tari Lembu
Sena dari sarana upacra menjadi sara ekonomi ialah masyarakat, penanggap, dan
penonton. Kemudian faktor internal yang mendukung terjadinya perubahan
bentuk dan fungsi tari pada Tari lembu Sena itu sendiri ialah pencipta tari (Bapak
Warsito), pelaku tari/penari, dan Paguyuban Wahyu Budoyo.
Proses terjadinya perubahan bentuk dan fungsi Tari Lebu Sena ini dimulai
pada tahun 2014 dikarenakan pertunjukan Tari Sena sudah tidak dijadikan sebagai
salah satu pertunjukan yang bersifat upacara dalam kegiatan uacara bersih desa di
Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali pada
bulan Zulhijah. Sekarang di tahun 2017 ini pertunjukan Tari Lembu Sena dikenal
sebagai pertunjukan yang bersifat ekonomi karena ditanggap oleh warga yang
membutuhkan hiburan dalam kegiatan yang akan dibuat penanggap seperti
134
khitanan, nikahan, dan hari jadi desa yang nantinya setelah pertunjukan Tari
Lembu Sena selesai, maka yang melakukan pertunjukan Tari Lembu Sena akan
mendapat upah yang dapat menjadi sumber tamabahan bagi warga masyarakat
yang masuk kedalam Paguyuban Wahyu Budoyo.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk dan fungsi pada
Tari Lembu Sena dari sarana upacara menjadi sarana ekonomi dikarenakan 2
faktor. Kedua faktor tersebut diantaranya ada faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang merupakan penyebab perubahan bentuk dan fungsi Tari
Lembu Sena dari dalam ranah kesenian itu sendiri terbagi menjadi 3 yaitu ada
faktor dari pencipta tari, faktor dari pelaku tari, dan faktor dari Paguyuban Wahyu
Budoyo. Sedangkan Faktor eksternal yang memicu terjadinya perubahan bentuk
dam fungsi pada Tari Lembu Sena dikarenakan dari luar ranah kesenian itu sendiri
terbagi menjadi 3 yaitu faktor dari masyarakat, faktor dari penanggap, dan faktor
dari penonton.
5.2 Saran
Bagi pencipta tari sekaligus ketua Paguyuban Wahyu Budoyo agar selalu
berkreasi dan melestarikan kesenian yang ada khususnya Tari lembu Sena di
Dusun Ngagrong Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali ini agar
tetap bisa eksis di setiap pertunjukannya.
Bagi pelaku tari/penari Tari Lembu Sena hendaknya mencari generasi baru
guna dijadikan penerus pelaku tari/penari Tari Lembu Sena, sehingga Tari lembu
Sena ini akan tetap eksis dan dikenal oleh masyarakat.
135
Bagi pemusik/pengiringan Tari Lembu Sena agar tetap terus berekspresi
melalui musik dengan menambah referensi musik yang ada, agar nantinya
musik/iringan Tari Lembu Sena tidak hanya mengandalkan perpaduan musik
gamelan dengan musik campur sari.
136
DAFTAR PUSTAKA
Alison, B S. 1905. A Study In Theories Of Art. Chicag: The University Of
Chicago Press.
Berger, Asa Arthur. 2010. Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djelantik, A.A.M. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MPSI (Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia).
George, Ritzer. 2012. Teori Sosiologi. Terj. Saut Pasaribu, dkk. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gupita Winduadi & Kusumastuti, Eny. 2012. “Bentuk Pertunjukan Kesenian Jamilin Di Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal”. Harmonia. Vol. 1 No. 1:1-11. Semarang: UNNES Press.
Hartono & Kusumastuti, Eny. 2017 “Kuda Debong Dance For Childern’s Social Development”. Ponte. Vol. 73 No. 6:355-371. Italy: Florence.
Hinhi, Agung Daryana. 2016. “Pergeseran Fungsi Instrumen Karinding Di Jawa Barat”. Pendidikan dan Kajian Seni. Vol. 1 No. 2:173. Bandung: ISBI
(Institut Seni Budaya Indonesia) Press.
Huberman, A. Michale dan Mathew B. Miles. 2009. Analisis Data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia. UI Press.
Jazuli, Muhammad. 1994. Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang
Press.
-----. 2001. Metode Penelitian Kualitaftif. Semarang: UNNES Press
-----. 2008. Pendidikan Seni Budaya: Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES Press.
-----. 2016. Peta Dunia Seni Tari. Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata
137
Kusmayati, Hermin A.M. 2000. Arak-Arakan: Seni Pertunjukan Dalam Upacara Tradisional Madura. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.
Lisa, Hapsari. 2013. “Fungsi Topeng Ireng Di Kurahan Kabupaten Magelang”. Harmonia. Vol. 13 No. 2:138. Semarang: Sendratasik FBS UNNES.
Meigalia, Eka. 2013. Fungsi Seni Peertunjukan. Padang: Universitas Andalas.
M. Safrinal Lubis, dkk. 2007. Jagat Upacara: Indonesia Dalam Dialektika Yang Sakral Dam Yang Profan. Yogyakarta: Ekspresibuku Lembaga Pers
Mahasiswa Ekspresi.
Narawati, T. 2013. “Etnokoreologi: Pengkajian Tari Etnis & Kegunaannya Dalam
Pendidikan Seni”. ISLA-2 : 70-74. Padang: FBS Universitas Padang.
Nurisa, W dan Setyo Yanuartuti. 2016. “Pergeseran Fungsi Kesenian Reog
Bulkiyo Di Desa Kemloko Keamatan Ngelegok Kabupaten Blitar”. Hlm 1-
18. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Pramutomo, R.M. 2007. Etnokoreologi Nusantara: Batasan Kajian, Sistematika,
dan Aplikasi Keilmuannya. Surakarta: ISI Press.
Ratih, Endang E.W. 2001. “Fungsi Tari Sebagai Seni Pertunjukan”. Harmonia.
Vol.2 No 2:67,Tahun 2001.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Soedarsono, M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa.
Bandung: MSPI (Masyarakat Pertunjukan Indonesia).
Soerjono, Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Subandi. 2011. ”Upacara Bersih Dusun Ngagrong Atas Ampel Boyolali Sebuah
Studi Dari Sudut Sosiologi Seni”. Gelar. Vol. 9 No 1 Tahun 2011.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Cv.
Semaryono. 2011. Antropologi Tari: Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta:
Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Tasman, A. 2008. Analisa Gerak dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta.
138
Yaya Badriya. 2016. 10 Fungsi Seni Pertunjukan Dalam Kehidupan Masyarakat
http://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/fungsi-seni-pertunjukan diunduh
pada tanggal 12 Mei 2017.