pertemuan ke 1 potret industri dalam analisis sosiologis
TRANSCRIPT
Pertemuan Ke-2
POTRET INDUSTRI DALAM ANALISIS SOSIOLOGIS
Oleh : Abdul Kholek, MA
A. Teks Pengantar
Pertemuan pertama kita akan mendiskusikan mengenai persfektif sosiologis
yang akan digunakan dalam melihat potret industri. Bangunan persfektif inilah yang
akan memberikan pengertian bagi kita mengenai apa sebenarnya sosiologi industri.
Pembahasan ini sebagai pijakan awal untuk memahami realitas industri dan
perkembangannya, yang akan diperdalam pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai
jenis-jenis sistem industri dan sejarah perkembangan.
Sosiologi sebagaimana dikatakan oleh Ritzert sebagai ilmu yang multi paradigma
atau multi persfektif. Dalam artian tidak ada persfektif yang tunggal dalam ilmu
sosiologis, dan tentunya masing-masing perfektif memiliki keunggulan dan
kelemahaman sendiri-sendiri. Pemahaman yang mungkin sudah didapat bahwa
perkembangan paradigma sosiologis lahir dari analisis terhadap realitas masyarakat.
Bangunan paradigma seperti yang kemukakan oleh Thomas Khun, yang diawali dari pra
pradigma, normal science, krisis revolusi, peradigma baru, merupakan realitas bahwa
ilmu pengetahuan tidaklah stagnan dan selalu berkembang.
Persfektif sosiologis yang digunakan untuk mengkaji industri dengan multi
perfsfektif dalam artian tidak menggunakan satu persfketif dalam mengkaji hal ini aka
disesuikan dengan kebutuhan objek kajian yang akan diamati secara praxsis. Relevansi
muatan persfektif yang digunakan dalam pembahasan merupakan pertimbangan logis
yang menjadi pertimbangan utama. Sama halnya ketika memilih kerangka teori dalam
mengkaji salah satu objek sosiologis, kita harus mempertimbangkan relevansi teori yang
akan digunakan.
Point penting yang akan dikaji dalam pertemuan ini yaitu pertama; objek kajian
sosiologi industri, kedua konsepsi dan realitas peran dan kepribadian dalam industri,
ketiga industri sebagai struktur sistem sosial, dan bagian terakhir catatan penutup.
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 1
B. Objek Kajian Sosiologi Industri
Industri yang berpijak pada produksi telah mengawali perubahan penting dalam
masyarakat, tidak hanya pada tataran produksi tetapi juga pada ruang-ruang sosial
lainnya. Industri menjelma menjadi lembaga sosial yang berperan cukup penting
didalam masyarakat pada fase-fase awal hinggi hari ini. Lembaga industri merupakan
bagian kecil dari realiatas masyarakat yang kompleks, tetapi beberapa ilmuan sosial
sering menyebutnya dengan “masyarakat industri” (Eugene V. Schneier: 1).
Industri lahir dari proses perkembangan inovasi-inovasi baru, telah
melemagakan diri dalam realitas baru masyarakat industri. Tentunya proses tersebut
akan memberikan pengaruh pada warna kebudayaan masyarakat, memberikan
pengaruh pada lembaga-lembaga yang lain, dan pada tahapan yang masif akan
membentuk nilai, cita-cita, dan tujuan masyarakat secara umum. Kondisi ini bisa dilihat
dengan perekembangan industrialisasi yang dijadikan soko guru perekonomian dari
berbagai negara dibelahan dunia.
Industri telah memberikan lapangan kerja bagi orang dari berbagai latar
belakang, dalam industri muncul hubungan sosial didalamnya, pola statfikasi terbentuk,
dan industri mengubah gaya hidup, industri juga memberikan efek langsung maupun
tidak langsung pada masyarakat. Misalkan pekerja dengan lingkungan spesialisasi,
rutinisasi dan mekanisasi telah memberikan pengaruh bagi pikiran dan sikap. Pengaruh
tidak langsung industri telah memberikan pengaruh kepada kepribadian, hal ini bisa
dilihat dalam hubungan suami istri, orang tua anak dalam industri. Disisi lain industri
telah melahirkan probel sosial masalah pengangguran, kemiskinan dan lain sebagainya.
Awanya kajian pada masyarakat industri didominasi oleh pemikiran Marx
mengenai eksploitasi, alienasi, pertentangan kelas. Perkembangan persfektif sosiologis
telah memberikan ruang bagi persfektif lain untuk mengkaji industri terutama persfektif
peran dan stuktur sistem sosial.
Sosiologi industri sebagai bagian atau cabang dari ilmu sosiologi yang secara
spesifik membahas mengenai realitas industri serta pengaruh-pengaruhnya bagi
masyarakat. Menurut S.R. Parker ada tiga asfek yang menjadi objek kajian sosiologi
industri yaitu :
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 2
Membahas karakter dan arti dunia kerja serta kehidupan yang terlibat
didalamnya.
Faktor internal maupun eksternal dalam industri.
Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia industri misalkan struktur
masyarakat, stratifikasi, pendidikan, keluarga dan kehidupan ekonomi, sosial
dan politik.
Sejalan dengan pendapat diatas Schneider, menyandarkan kajian sosiologi
industri pada sifat dasar ilmu sosiologi yaitu generalisasi dan spesialisasi atau sering
dikenal dengan sebutan makro dan mikro. Dalam kerangka praksis penelitian mengenai
industri bisa dilakukan dengan teknik-tekni sosiologis melalui wawancara
terbuka,observasi partisipan, kuesioner telah dokumen dan lain sebagainya. Hal ini bisa
ditindaklajuti untuk memahami relitas industri dalam sebuah penelitian sosiologis.
C. Persfektif Sosiologis; Peran dan Kepribadian dalam Industri
Peran merupakan bagian yang dimainkan seseorang sebagai akibat dari jabatan
dan statusnya dalam kehidupan (Schneider : 13). Konsepsi peran sangat relevan jika
disandarkan pada objek kajian sosiologi industri. Peran sangat penting didalam
masyarakat, karena ia akan menentukan orang berprilaku dalam suatu asfek yang
melingkupi. Misalkan peran buruh, peran manajer, serta wakilnya. Orang yang
bertanggung jawab terhadap suatu peran yang sama tentunya memiliki hal kenyataan
yang berbeda disebabkan asfek kepribadian yang dimainkan dalam sebuah peran.
Untuk melihat bagaima peran dan kepribadian dimainkan dan saling
mempengatuhi dapat dilihat dalam diskema 1 berikut ini :
Skeman 1.
Hubungan Peran dan Kepribadian
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 3
Skema diatas memberikan gambaran adanya hubungan saling pengaruhi antara
peran dan kepribadian. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa peran hanya melekat pada
satu asfek kehidupan individu, misalkan sebagai buruh atau manger. Kepribadian
sebagai ruang normatif yang menjadi pijakan orang bertindak, berdasarkan nilai, cita-
cita atau tujuan. Dalam realitas industri terkadang peran seseorang juga memberikan
pengaruh kepada kepribadian, begitu juga kepribadian memberikan pengaruh pada
peran. Misalkan ada istilah manajer yang buruk menajer yang baik, buruh yang baik dan
buruh yang buruk, kesemuanya itu ditentukan oleh kepribadaan.
Pelaksaan peran didalam insdustri tentunya memberikan imbalan untuk satu
pencaipan dan akan ada hukuman bagi mereka yang gagal memainkan peran. Sehingga
dapat disimpulkan beberapa motif individu didalam menjalankan peran, yaitu tujuan
instumental, penghargaan, rasa aman, dan respon. Untuk memperjelas keempat motif
peran tersebut diketengahkan diagram berikut ini :
Diagram 1.
Motif Pelaksanaan Peran dalam Industri
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 4
Peran
Kepri-badian
Sumber : Ilustrasi Penulis, 2012
Motivasi pelaksanaan peran dalam semua realitas masyarakat pasti memiliki
motivasi-motivasi tersebut. Pertama tujuan instrumental, merupakan motif individu
untuk mencapai tujuan diluar dari peran yang dimainkan. Misalkan seorang memainkan
peran sebagai mahasiswa agar bisa mememainkan peran profesional atau pengusaha,
Buruh memainkan peran untuk memnuhi tujuan-tujuan diluar industri. Dalam hal ini
peran hanya dijakan sebagai alat untuk mencapai tujuan diluar dari mekanisme peran
yang dijalankan. kedua, penghargaan merupakan motif individu yang diharapkan dari
pelaksanaan peran, untuk dihormati, terpandang, prestise. Dilingkungan indstri motif ini
juga sangat sering ditemukan. Ketiga, rasa aman, pelaksanaan peran akan memberikan
rasa aman bagi individu baik secara ekonomis, sosial dan psikologis. keempat respon
merupakan peran yang melahirkan kesinambungan dari hubungan dalam peran yang
dilaksanakan.
Dalam kajian sosiologi industri akan membahas peran dan kepribadian secara
khusus dalam proses produksi, tidak menjelasakan secara umum. Penajabaran sekilas
mengenai peran dan kepribadiaan akan menjadi acuan persfektif dalam memotret
realits produksi dalam sebuah industri.
D. Persfektif Sosiologi; Struktur Sistem Sosial dalam Industri
Peran sebagaimana telah dijelaskan diatas melingkupi sutau pola-pola tertentu
sebagai sistem sosial. Sistem sosial meliputi realitas yang ada diberbagai ruang, misalkan
kelompok buruh, industri secara umum. Untuk membahas industri sebagai sistem sosial,
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 5
Tujuan Instrumental
Penghargaan Rasa Aman
Respons
digunakan persfektif stuktural fungsional. Pelembagaan industri sebagai sistem sosial
agar tetap eksist harus memenuhi beberapa syarat fungsionalnya sebuah sistem sosial
yaitu ; pertama, pencapaian tujuan utama dalam sistem, sehingga konflik yang bisa
merusak sistem dapat dihindari. kedua, sistem sosial harus mampu melindungi diri dari
dari gangguan dari luar. Misalkan berdirinya organisasi buruh, sedemikian rupa pihak
manajemen akan melakukan pendekatan-pendekatan untuk memimalisir gangguan,
begitupun dengan persaingan usaha.
ketiga, sistem sosial harus menjamin partisipasi setiap anggota dalam sistem.
Begitu juga dalam industri sistem harus memberikan ruang bagi anggota untuk
mengaktualisasikan dirinya. keempat, kemunikasi yang memadai antara anggota dalam
ruang industri. kelima, konsensus dalam kepercayaan, nilai-nilai dan ketentuan-
ketentuan.
Selain itu asumsi penting yang harus dipahami bahwa kelanggengan sebuah
sitem industri harus memperhatikan beberapa hal penting yaitu pembagian tugas,
misalkan peran dibedakan berdasarkan kecakapan, jenis kelamin, umur dan lain
sebagianya. kedua, menggunakan kewenangan yang jelas dalam industri, dan
pendistribusian hasil yang diperolah sistem.
Perubaan menurut Marx sebagai kenyataan budaya yang abadi, tetai dalam
kajian ini tidak memfokuskan pada persfektif Marx. Suatu sistem terkadang sering
mengalami kegagalan, begitupun dalam sebuah industri, hal ini dikarenakan kegagalan
para anggota memainkan peran, dan bisa juga disebabkan ketidakmampuan sistem
industri memberikan saluran pencapaian tujuan sistem. Durkeim, sebagai aktor penting
dalam fakta sosial mangatakan kondisi ini sebagai keadaan “Anomie” keadaan dimana
norma-norma menjadi lemah atau tidak ada sama sekali). Realitas ini bisa ditemui dalam
industri yang gulung tikar atau tutup.
Selain itu perubahan dalam sebuah sistem industri juga bisa diakibatkan oleh
konflik peran yang ada didalamnya. Terjadi ketika seorang individu harus memainkan
dua peran sekaligus, misalkan seorang mandor harus membuat tuntutan untuk buruh
yang merupakan sebagai teman. Dalam industri para pesaing mungkin akan bersikap
bermusuhanm tuntutan pemerintah dan buruh, mengakibatkan industri tidak dapat
mendapatkan keuntungan mengakibatka indsutri tidak akan survive.
E. Catatan Penutup
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 6
Sebagaimana dijelaskan diawal pertemuan ini sebagai pijakan persfektif dalam
mengkaji objek sosiologi industri. Berdasarakan pemaparan diatas yang menjelaskan
bagaimana peran dan kepribadian dijalankan dalam sebuah industri. Dan memotret
industri sebagai sistem sosial melalui pendekatan sturktural fungsional, kira sudah jelas
bahwa kajian sosiologi industri meliputi dua hal penting dalam persefktif sosiologi yaitu
mengenai peran dan sistem sosial, dan perubahan-perubahan yang terjadi didalam
ruang industri.
Poin-poin tersebut akan menjadi dasar pijakan dalam pembahasan materi
perkuliahan lebih lanjut, untuk memperdalam wawasan kita semua. Tentunya masih
banyak pembacaan ynag harus dilakukan untuk memahami secara utuh pendekatan
sosiologis yang bisa digunakan untuk melihat realitas industri.
Daftar Bacaan :
Sosiologi Fundamental, Bouman
The Sociology of Industry, S.R. Parker
Sosiolgi Industri, Eugene V. Schneider
[Pengantar Sosiologi Industri; Abdul Kholek]Page 7