pertanian organik

34
PERTANIAN ORGANIK GUSMAILINA Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH) Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus berlabel aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat. Pertanian organik merupakan bentuk pertanian yang tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia sehingga dapat menjaga keberlanjutan sistem dalam waktu yang tidak terhingga. Pertanian organik juga bukan sekedar pertanian tanpa bahan kimia, tetapi menggunakan teknik seperti rotasi tanaman atau pergiliran tanaman, jarak tanam yang mencukupi antar

Upload: gsmlina-r-panyalai

Post on 27-Oct-2015

346 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Materi Pelatihan PERTANIAN ORGANIK di Kabupaten Garut

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANIAN ORGANIK

PERTANIAN ORGANIK

GUSMAILINA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

(PUSTEKOLAH)

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-

bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian

organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang

aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya

hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan

bahwa produk pertanian harus berlabel aman dikonsumsi (food safety attributes),

kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling

attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian

organik dunia meningkat pesat.

Pertanian organik merupakan bentuk pertanian yang tidak menggunakan pestisida

dan pupuk kimia sehingga dapat menjaga keberlanjutan sistem dalam waktu yang tidak

terhingga. Pertanian organik juga bukan sekedar pertanian tanpa bahan kimia, tetapi

menggunakan teknik seperti rotasi tanaman atau pergiliran tanaman, jarak tanam yang

mencukupi antar tanaman, penggabungan bahan organik ke dalam tanah dan penggunaan

pengendalian biologi untuk menekan masalah hama. Pemakaian pestisida organik

dipertimbangkan sebagai upaya terakhir dan digunakan dengan hemat.

Prinsip dasar pengelolaan pertanian organik adalah bahan organik, biologis dan

ekologis sehingga yang dimaksud dengan pertanian organik adalah pertanian yang bebas

bahan kimia. Prinsip-prinsip pertanian organik sebagaimana ditetapkan oleh

International Federation of Organic Agriculture Movement (Organic Farming, 1990)

adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan pangan dengan kualitas gizi yang tinggi dan dalam jumlah yang

mencukupi.

Page 2: PERTANIAN ORGANIK

2. Menerapkan sistem alami dan tanpa mendominasi alam.

3. Mengaktifkan dan meningkatkan daur biologis di dalam sistem pertanian,

melibatkan mikroorganisme, tumbuh-tumbuhan dan hewan.

4. Meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah.

5. Menggunakan sumber-sumber yang dapat diperbaharui dalam sistem pertanian yang

terorganisir secara lokal.

6. Mengembangkan suatu sistem tertutup dengan memperhatikan elemen-elemen

organik dan bahan nutrisi.

7. Memperlakukan ternak secara alami.

8. Mengurangi dan mencegah semua bentuk polusi yang mungkin dihasilkan dari

pertanian.

9. Memelihara keragaman genetik di dalam dan di sekeliling sistem pertanian,

termasuk perlindungan tanaman dan habitat air.

10. Memberikan pendapatan yang memadai dan memuaskan petani.

11. Mempertimbangkan pengaruh sosial dan ekologis yang lebih luas dari sistem

pertanian.

A. Pengelolaan Pertanian Organik

Keberhasilan pertanian organik tergantung pada program pengelolaan penggunaan

input secara intensif dalam rangka menghasilkan produktivitas tanaman yang optimum.

Pelaksanaan pengelolaan pertanian organik terdiri atas:

a. Penambahan bahan organik terdekomposisi seperti kompos, arang kompos bioaktif,

pupuk kandang dan sejenis lainnya

b. Rotasi tanaman untuk meningkatkan kesuburan dan mengurangi serangan hama

dan penyakit.

c. Memakai pupuk hijau dan tanaman penutup untuk

memperbaiki kesuburan tanah,

d. meningkatkan populasi organisme yang bermanfaat dan mengurangi erosi.

e. Pengurangan pengolahan tanah (minimum tillage) untuk memperbaiki struktur

tanah dan mengurangi erosi.

Page 3: PERTANIAN ORGANIK

f. Memakai tanaman penangkal (trap crops), jasad pengendali biologi dan teknik

manipulasi habitat lainnya (seperti tumpang sari atau penggunaan pembatas) untuk

mempertinggi mekanisme pengendalian biologi alami pada pertanian.

g. Pembuatan zona penyangga dan pembatas untuk menandai area penghasil organik

dan membantu melindungi area tersebut dari bahan-bahan terlarang. Zona penyanga

ditanami dengan tanaman pemecah angin (wind breaker) atau tanaman yang bukan

untuk dipanen.

B. Dampak Organik Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah

Hasil penelitian di Taiwan memperlihatkan bahwa lahan yang digenangi dalam rangka

persiapan penanaman padi yang dicampur dengan pupuk organik lebih homogen dari

pada lahan kering. Kerapatan padatan, total porositas dan stabilitas agregat permukaan

tanah dapat diperbaiki dengan penerapan pertanian organik. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh tingginya tingkat bahan organik tanah pada pertanian organik. Yamada

(1988) melaporkan bahwa dengan pemakaian kotoran sapi dalam jangka panjang, maka

porositas tanah cenderung meningkat dan kerapatan padatan menurun dibandingkan

dengan pemakaian pupuk kimia yang menyebabkan peningkatan kepadatan permukaan

tanah.

Secara umum, kandungan bahan organik konsisten dengan jumlah pupuk organik

yang ditambahkan. Total kandungan Nitrogen pada tanah dan kandungan ketersediaan

Posfor dalam tanah pada lahan pertanian organik lebih tinggi dari pada lahan pertanian

konvensional. Percobaan Lin et al. (1973), Sommerfeldt et al. (1988), dan Reganold

(1989) menyimpulkan bahwa dengan pemakaian pupuk organik pada lahan tanaman padi,

menghasilkan kandungan bahan organik dan Nitrogen lebih tinggi dibanding dengan

pemakaian pupuk kimia. Dalam percobaan Lin et. al. (1973) ditemukan bahwa tingkat

Mg, Ca, dan K yang dapat dipertukarkan pada perlakuan pupuk kandang dan pupuk hijau

lebih tinggi dari pada hanya menggunakan pupuk kimia saja. Reganold (1989)

menyatakan bahwa dalam jangka panjang pertanian organik dapat meningkatkan

ketersediaan P, K, dan Ca dibandingkan dengan pertanian konvensional.

Page 4: PERTANIAN ORGANIK

Pengaruh terhadap biologis tanah menunjukkan bahwa hampir semua mikroflora

tanah yang heterotrop, menggunakan senyawa organik yang tersedia untuk memperoleh

karbon dan enerji yang akan dipergunakan untuk kelanjutan metabolisme, pertumbuhan

dan reproduksi. Perubahan aktivitas mikrobial tanah sering dihubungkan dengan

perubahan input karbon ke dalam tanah sebagai hasil aplikasi pupuk kandang atau sisa

tanaman.Fraser et. al. (1988) menyimpulkan bahwa meningkatnya aktivitas mikrobial

paralel dengan peningkatan kandungan karbon organik tanah, nitrogen dan pengisian

pori-pori air. Penerapan pertanian organik yang meningkatkan masukan pupuk kandang

atau kompos termasuk polong-polongan (legume) dengan rotasi yang teratur dapat

meningkatkan populasi mikroba dan aktivitas-aktivitas metabolisme, pertumbuhan dan

reproduksi mikroba tanah.

II. KENDALA DAN HAMBATAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK

Bila dipandang dari sudut kebutuhan pangan masa kini, maka penggunaan pupuk

cenderung akan meningkat paling tidak dalam jangka pendek. Penggunaan pupuk organik

harganya sangat mahal bila dipandang dari segi kandungan pupuk yang dibutuhkan.

Untuk itu pemerintah dapat memberikan subsidi sehingga petani akan dapat memakai

pupuk organik dengan harga yang wajar.

Oleh karena pupuk organik tidak seefisien pupuk kimia, maka disarankan agar para

petani sebaiknya memakai pupuk kimia dalam jumlah minimum yang dibutuhkan untuk

merangsang pertumbuhan tanaman dan penambahan pupuk organik dalam jumlah besar

digunakan untuk meningkatkan produksi.

Hambatan-hambatan dalam pertanian organik menurut pengamatan petani adalah

(Marsh and Runsten, 1997):

a. Kurangnya pengetahuan tentang pertanian organik.

b. Tidak adanya kerja sama atau tidak adanya penyuluh lapangan.

c. Ttidak tersedianya informasi tentang pertanian organik.

d. Adanya tekanan dari pertanian konvensional.

e. Kesulitan memperoleh kredit untuk pertanian organik

Page 5: PERTANIAN ORGANIK

Metoda pertanian organik belum dapat diterapkan pada wilayah yang tidak memiliki

dasar pertanian yang terpadu dengan peternakan, karena komponen utama yang

digunakan untuk pupuk organik adalah kotoran ternak.

Untuk meningkatkan produktivitas pertanian organik, telah dikembangkan berbagai

varietas unggul melalui pemanfaatan bioteknologi, termasuk manipulasi genetik untuk

menciptakan varietas yang resisten terhadap dan penyakit, serta meningkatkan kualitas

produk. Di lain pihak, organisme hasil modifikasi genetik (Genetically Modified

Organism, GMO) juga telah mengakibatkan dampak dalam keberlanjutan pertanian

organik dalam bentuk (Organic Farming Research Foundation, 2003):

a. adanya hasil pengujian kontaminasi yang positif dari GMO pada beberapa bagian

benih organik, input atau produk-produk pertanian lainnya.

b. pelaksanaan pertanian organik telah menimbulkan beberapa biaya langsung atau

kerusakan yang berhubungan dengan kehadiran GMO pada pertanian.

III. PROSPEK PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA

Akhir-akhir ini masyarakat dunia termasuk Indonesia mulai sadar bahaya yang

ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia dalam pertanian. Orang semakin arif dalam

memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup

sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup

lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia dan

hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat

diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Indonesia

memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air

dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik

sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh

karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman

bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

A. Peluang Pertanian Organik di Indonesia

Page 6: PERTANIAN ORGANIK

Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari

75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha

yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut

agar lahan yang digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai

aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan

lahan. Lahan yang belum tercemar adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara

umum lahan demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan

secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan

lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama, yaitu sekitar 2 tahun.

Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk pertanian yang

diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar disuplay oleh negara-negara maju

seperti Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih

banyak didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan Korea.

Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada

masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada

insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi

mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari

bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi

komoditas tersebut.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional

walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1)

masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem

pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia

seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk

memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti

sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah

perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor

Page 7: PERTANIAN ORGANIK

terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki

merek dagang.

Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan

baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini.

Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat

relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat

posisi tawar petani.

B. Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian

Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang

memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah

lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal

dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan

pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi

kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-

lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan

oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik

harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih

ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak

disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen.

Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

1) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih

mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low

External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi

Page 8: PERTANIAN ORGANIK

penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida,

varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional

sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan

pihak-pihak lain yang terkait.

2) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri,

seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan

produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi

persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Departemen Pertanian juga telah menyusun standar pertanian organik di Indonesia,

tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistim pertanian organik menganut paham organik

proses, artinya semua proses sistim pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan

hingga pasca panen memenuhi standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk

organik yang dihasilkan. SNI sistim pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga

sertifikasi yang nantinya juga harus di akreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat

Standarisasi dan Akreditasi). SNI Sistem pangan organik disusun dengan mengadopsi

seluruh materi dalam dokumen standar CAC/GL 32. 1999, Guidelines for the production,

processing, labeling and marketing of organikally produced foods dan dimodifikasi

sesuai dengan kondisi Indonesia.

Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label

sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negri. Luasan lahan yang

dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu

mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani

organik dalam suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan

demikian mereka dapat pembiayaan sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong.

Namun ini pun masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka.

Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus tidak hanya

dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya. Kenyataannya produk

Page 9: PERTANIAN ORGANIK

organik itu tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun berlobang dan berukuran kecil,

karena tidak menggunakan pestisida dan zat perangsang tumbuh atau pupuk an organik

lainnya. Pada tahun awal pertaniannya belum menghasilkan produk yang sesuai harapan.

Sebagian petani kita terbiasa menggunakan pupuk an organik yang akan memberikan

respon cepat pada tanaman. Seperti misalnya pemupukan Urea akan menghasilkan

tanaman yang pertumbuhannya cepat, sementara dengan pemupukan organik pengaruh

perubahan pertumbuhan tanaman tergolong lambat. Baru pada musim ketiga dan

seterusnya, efek pupuk organik tersebut menunjukkan hasil yang nyata perbedaannya

dengan pertanian non organik. Sehingga dapat disimpulkan pertanian organik di tahun-

tahun awal akan mengalami banyak kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk

bertahan.

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian

organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman

rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada

tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor

produknya ke pasar internasional. Beberapa komoditas yang layak dikembangkan

dengan sistem pertanian organik antara lain: tanaman padi, hortikultura sayuran seperti:

brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam,

oyong dan baligo. Tanaman buah seperti nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan

manggis. Tanaman perkebunan seperti: kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili

dan kopi. Tanaman rempah dan obat seperti: jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan

lainnya.

Teknologi pendukung

Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi

budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti

pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan

siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat

menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan

Page 10: PERTANIAN ORGANIK

unsur hara lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain

itu teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada

pembudidayaa pertanian organik di musim hujan.

Permasalahan Seputar Pertanian Organik

a. Penyediaan pupuk organik

Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian

organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber

hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus

berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per

satuan berat kering bahan jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk

anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar

tanaman (minimum crop requirement) cukup membuat petani kewalahan. Sebagai

ilustrasi, untuk menanam sayuran dalam satu bedengan seluas 1 x 10 m saja dibutuhkan

pupuk organik (kompos) sekitar 25 kg untuk 2 kali musim tanam atau setara dengan 25

ton/ha. Bandingakan dengan penggunaan pupuk anorganik Urea TSP dan KCl yg hanya

membutuhkan total pemupukan sekitar 200-300 kg/ha. Karena memang umumnya petani

kita bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak sekaligus, sehingga mereka

mesti membeli dari sumber lainnya dan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi

disamping tenaga yang lebih besar.

Budidaya pertanian organik

Selain aspek lahan, aspek pengelolaan pertanian organik dalam hal ini terkait dengan

teknik budidaya juga perlu mendapat perhatian tersendiri. Sebagai salah satu contoh

adalah teknik bertani sayuran organik, seperti diuraikan di bawah ini.

Tanaman ditanam pada bedengan-bedengan dengan ukuran bervariasi disesuaikan

dengan kondisi lahan

Menanam strip rumput di sekeliling bedengan untuk mengawetkan tanah dari

erosi dan aliran permukaan

Page 11: PERTANIAN ORGANIK

Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legum yang sesuai untuk sistem

tumpang sari atau multikultur seperti contoh lobak, bawang daun dengan kacang

tanah dalam satu bedengan.

Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap musim

tanam. Mengembalikan sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah (bentuk segar

atau kompos).

Memberikan pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang, dan lainnya), hingga

semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi tersedia.

Menanam kenikir, kemangi, tephrosia, lavender, dan mimba di antara bedengan

tanaman sayuran untuk pengendalian hama dan penyakit.

Menjaga kebersihan areal pertanaman.

c. Aspek penting lainnya

Dalam pertanian organik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara umum

adalah mengikuti aturan berikut:

Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika. Sebaiknya benih berasal dari

kebun pertanian organik,

Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, pestisida.

Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman,

Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk

organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum.

Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang

alami.

Page 12: PERTANIAN ORGANIK

Gambar 2. Sistem pertanian organik di P. Agatho, Cisarua, Jabar

Sumber: [2]

Meskipun beberapa petani sudah mulai mengembangkan dan bertani secara organik sejak

lama, sebagai contoh kebun pertanian organik Agatho di Cisarua sudah lebih 10 tahun

eksis dalam sistim pertanian organik, namun perkembangan pertanian organik di

Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu. Jauh tertinggal dibandingkan dengan

Jepang, Belanda, Perancis, Itali, Amerika, dll.

Pertanian organik adalah bagian integral dari pertanian berkelanjutan. Sasaran dari

sistem pertanian terpadu juga termasuk integrasi ternak dengan komoditi pertanian yang

meliputi peningkatan pemberdayaan sumber daya lokal (domestic based resources),

optimalisasi hasil usaha, penciptaan produk baru hasil diversifikasi usaha, surplus

pemasaran (marketable surplus) dengan banyaknya pilihan produk berkualitas yang

ditawarkan serta penciptaan kemandirian. Namun hal ini hanya dapat dicapai melalui

upaya sosialisasi dan realisasi secara terus menerus.

Dalam menghasilkan produktivitas tanaman yang optimum pada pertanian organik

diperlukan program pengelolaan yang baik. Sehubungan dengan ketersediaan komponen

utama material organik alami seperti kotoran ternak, limbah pasar, limbah industri, serta

limbah biomas lainnya untuk daur ulang mungkin terbatas, maka pertanian organik

belum dapat segera dikembangkan di beberapa wilayah/negara. Indonesia memiliki

peluang besar dalam pengembangan pertanian organik karena areal pertaniannya luas,

relatif subur, dan dapat memproduksi bahan organik dalam jumlah besar.

Pengembangan pertanian organik membutuhkan keterampilan tinggi dan pengelolaan

yang baik. Oleh karena itu, penyuluhan dan pendidikan akan memegang peranan kunci

dalam keberhasilannya. Untuk menjamin akses produk ke pasar, maka perlu

Page 13: PERTANIAN ORGANIK

diupayakan pembentukan lembaga terakreditasi yang berwenang mengeluarkan sertifikat

produk organik di Indonesia.

PESTISIDA NABATI

     

Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang menghindari atau sangat

membatasi penggunaan pupuk kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh

dan aditif pakan.

Budidaya tanaman berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya pertanian yang

direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat-sifat, kondisi dan kelestarian

lingkungan hidup, dengan demikian sumber daya alam dalam lingkungan hidup dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan kemunduran lingkungan dapat

dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya alam dan lingkungan hidup

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan

yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (PPT).

Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul),

pembunuh dan bentuk lainnya.

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya

berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan

yang terbatas. Oleh karen terbuat dari bahan alami / nabati maka jenis pestisida ini

bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan,

dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.

Jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati antara lain :

Aglaia (Aglaia odorata L)

Bengkoang (Panchyrrhyzus erosus - Urban)

Jeringau (Acorus calamus L)

Page 14: PERTANIAN ORGANIK

Serai (Andropogan margus L)

Sirsak (Annona muricata L)

Srikaya (Annona squamosa L)

Jenis tumbuhan penghasil atraktan / pemikat antara lain :

Daun wangi (Melaleuca bracteata L)

Selasih (Ocimum sanctum)

Jenis tumbuhan penghasil rodentia nabati antara lain :

Gadung - KB (Dioscorea composita L)

Gadung racun (Dioscorea hispida)

MIMBA (Azadirachta indica)

Mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari

daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi

serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik.

Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormone

dan pertumbuhan serangga.

Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh

lunak (200 spesies) antara lainL belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping

itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif,

menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain

penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun.

Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya

disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun,

disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di

dalam tanah.

AKAR TUBA (Deris eliptica)

Page 15: PERTANIAN ORGANIK

Senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak

menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi

konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan

sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga

terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat

dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik)

berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai

moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau).

TEMBAKAU

Senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk

manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering

mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat.

Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids,

triphs, dan pengendali jamur (fungisida).

CAMPURAN DAUN MIMBA DAN UMBI GADUNG SEBAGAI

PESTISIDA NABATI

Januari 9, 2008 oleh plantus

Deskripsi

Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif untuk mengendalikan ulat dan

llama pengisap.

Bahan

Daun mimba

Umbi gadung

Page 16: PERTANIAN ORGANIK

Detergen

Air

Alat

Timbangan Alat penumbuk Tempat pencampuran Pengaduk Saringan.

Cara Pembuatan

Cara pembuatan pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung adalah sebagai berikut.

1.Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20

liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata

2.Diamkan rendaman tersebut selama semalam.

3.Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus.

4.Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.

Menurut dia, cara membuat pestisida nabati mudah dan bahannya murah. Bahan yang

digunakan adalah daun picung, mindi, buah gadung, suren, kenikir, brotowali, kunyit,

kencur, tembakau, kecubung, sambiloto, lengkuas, sereh, dan daun cengkeh. Tanaman-

tanaman itu pun terdapat di kampung dan hutan.

Page 17: PERTANIAN ORGANIK

Dampak Negatif dari Penggunaan Pestisida Kimia

Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan

hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak

memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari

penggunaan pestisida kimia antara lain adalah:

1. Hama menjadi kebal (resisten)

2. Peledakan hama baru (resurjensi)

3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen

4. Terbunuhnya musuh alami

5. Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia

6. Kecelakaan bagi pengguna

Kira-kira sudah berapa lama petani menggunakan pestisida kimia ini? Jadi bisa

dibayangkan sendiri akibatnya bagi tanah pertanian di Indonesia. Aku pernah melihat

sendiri bagaimana petani awam menggunakan pestisida kimia ini. Sungguh sangat

berlebihan. Ketika aku tanyakan padanya mengapa dia menggunakannya dengan dosis

sangat tinggi, jawabnya:”kalau tidak banyak ngak manjur”. Nah..lho…!!!!

Keunggulan dan Kekurangan Pestisida Nabati

Alam sebenarnya telah menyediakan bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk

menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman. Memang ada kelebihan dan

kekurangannya. Kira-kira ini kelebihan dan kekurangan pestisida nabati.

Kelebihan:

1. Degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari

2. Memiliki pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan napsu makan serangga

walaupun jarang menyebabkan kematian

3. Toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relative lebih aman pada

manusia dan lingkungan

Page 18: PERTANIAN ORGANIK

4. Memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan

bersifat selektif

5. Dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia

6. Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman

7. Murah dan mudah dibuat oleh petani

Kelemahannya:

1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih

sering

2. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga)

3. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan

bahan baku

4. Kurang praktis

5. Tidak tahan disimpan

Fungsi dari Pestisida Nabati

Pestisida Nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat

2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot. Rasanya

ngak enak kali….

3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

4. Menghambat reproduksi serangga betina

5. Racun syaraf

6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga

7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap

serangga

8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri

Bahan dan Cara Umum Pengolahan

Bahan mentah berbentuk tepung (nimbi, kunyit, dll)

Page 19: PERTANIAN ORGANIK

Ekstrak tanaman/resin dengan mengambil cairan metabolit sekunder dari bagian

tanaman tertentu

Bagian tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai insektisida

(serai, tembelekan/Lantana camara)

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H. 1983. Some fuelwood tree species characteristics in Indonesia. Buletin

Penelitian Hutan Bogor.

Goenadi, D.H. ; Y. Away ; Y. Sukin ; H. Yusuf ; Gunawan dan P. Aritonang. 1998.

Teknologi produksi kompos bioaktif tandan kosong kelapa sawit. Pertemuan Teknis

Bioteknologi Perkebunan Untuk Praktek. Bogor.

Gusmailina; G. Pari, and S. Komarayati. 1999. The Utilization Technology of Cahrcoal

and Activated Charcoal as a soil conditioning on plants. Project Report. Forest

products Research Centre. Bogor.

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2001. Teknik penggunaan arang sebagai soil

conditioning pada tanaman. Laporan hasil penelitian (tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2002. Implementation study of compost and

charcoal compost production. Laporan kerjasama Puslitbang Teknologi Hasil

Hutan dengan JIFPRO - Jepang (Tidak diterbitkan)

JDFDA. 1994. Example of New utilization of charcoal. Japan Domestic Fuel Dealers

Association.

Page 20: PERTANIAN ORGANIK

Ogawa, M. 1989. Mycorrhizza and their utilization in forestry. Report of Shortterm

Research Cooperation. The Tropical Rain Forest Research Project JTA-9A (137).

JICA. Japan.

Karama, A.S., A. Rasyid Marzuki, dan Ibrahim Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk

Organik pada Tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi

Penggunaan Pupuk V. Pusat Penelitian tanah dan Agroklimat, Cisarua. Bogor.

Komarayati, S., Gusmailina, G. Pari dan Hartoyo. Laporan Proyek DIK-S Sumber Dana

Reboisasi. Tahun Anggaran 2000.

Adiningsih, J.S. (2000). Peranan bahan organik tanah dalam sistem usaha tani konservasi.

Yayasan Penelitian Pertanian Indonesia/Kantor KIAT bekerja sama dengan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Proyek Pembinaan Kelembagaan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Haryanto, B. (2000). Pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak dan strategi pemberian

pakan sapi perah. Yayasan Penelitian Pertanian Indonesia/Kantor KIAT bekerja

sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Proyek

Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Jamarun N., Yuliati S.N., Husnedi (1997), Peningkatan kualitas jerami padi melalui

penggunaan inokulum Aspergillus niger dan Urea. Fakultas Peternakan Universitas

Andalas. Prosiding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Kerja

sama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dengan Asosiasi ilmu Nutrisi

dan Makanan Ternak (AINI). 1997.

Partohardjono, S. (2000). Pemahaman konsep dasar pengembangan sistem usaha tani

terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Program

Page 21: PERTANIAN ORGANIK

Pertanian Organik Nasional (2001). Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian.

Soedjana, T.D. (2000). Sistem usaha tani terpadu tanaman-ternak sebagai respon terhadap

faktor resiko. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Bogor.

Allen, P. and D. van Dusen. 1988. Sustainable Agriculture: Choosing the Future. In:

Global Perspective on Agroecology and Sustainable Agricultural Systems.

University of California, Santa Cruz, CA, USA.

Bolton, H. Jr., L. F. Elliott, R. I. Papendick and D. F. Bezdicek. 1985. Soil Microbial

Biomass and Selected Soil Enzyme Activities: Effect of Fertilization and Cropping

Practices. Soil Biology and Biochemical 17: 297-302.

EDWARDS, C.A., LAL, R., Madden, P., Miller, R.H House, G. (Ed). 1990 Suistainable

Agricultural Systems. St Lucie Prees., Soil and Water Conservation Society,

LOWA.

Fraser, D. G., J. W. Doran, W. W. Sahs and G. W. Lesoing. 1988. Soil Microbial

Populations and Activities under Conventional and Organic Management. Journal

of Environmental Quality 17: 585-590.

GILPIN, A. 1996 Dictionery of Environment and Suistainable Development.

International Labour Organization. 2000. Sustainable Agriculture in a Globalised

Economy. Geneva.

Lin, C. F., T. S. L. Wang, A. H. Chang and C. Y. Cheng. 1973. Effects of Some Long

Term Fertilizer Treatments on the Chemical Properties of Soil and Yield of Rice.

Journal of Taiwan Agricultural Research 22: 241-292.

Page 22: PERTANIAN ORGANIK

Marsh, R. and D. Runsten. 1997. The Organic Produce Niche Market: Can Mexican

Smallholders be Stakeholders. UCLA. Paper Prepared for the Project “The

Transformation of Rural Mexico: Building an Economically Viable and

participatory Campesino Sector”.

Organic Farming. 1990. Principles of Organic Farming. Stated by International

Federation of Organic Agriculture Movements. USA.

Organic Farming Research Foundation. 2001. Organization Policy Statement on Genetic

Engeneering in Agriculture. March 23.

Organic Farming Research Foundation. 2003. The 4th National Organic Farming Survey.

Released by: Organic Farming Research Foundation. May 14.

Radovic, T. and H. Valenzuela. 1999. Organic Farming: An Overview of the Organic

Farming Industry in Hawaii. Vegetable Crops Update Vol. 9 No. 1.

Reganold, J. P. 1989. Comparison of Soil Properties as Influenced by Organic and

Conventional farming Systems. American Journal Alternative Agriculture 3: 144-

145.

Sommerfeldt, T.G. and C. Chang and T. Entz. 1988. Long Term Annual Manure

Applications Increase Soil Organic Matter and Nitrogen, and Decrease carbon to

Nitrogen Ratio. Soil Science Social American Journal 52: 1668-1672.

UNDP dan OECD, 2002 Sustainable Development Strategies ( Resource book).

Wang, Y. and C. Chao. 1995. The Effect of Organic Farming Practices on the Chemical,

Physical and Biological Properties of Soil in Taiwan. In: Sustainable Food

Production in the Asian and Pacific Region. Food and Fertilizer Technology Center

for the Asian and Pacific Region.

Page 23: PERTANIAN ORGANIK

Winarno, F. G. 2003. Pangan Organik di Kawasan Asia Pasifik. Harian Kompas 10 Juni

2003.

Yamada, H. 1988. Some Experimental Results Obtained from the Studies on

Technological Evaluation of Organic Farming and Gardening. Agricultural

Technology 43: 433-437.

[1] BP2HP Deptan. 2000. Leaflet. Go Organik 2010.

[2] Balai Penelitian Tanah. 2004. Leaflet. Pengelolaan Lahan Budidaya Sayuran Organik.

[3] IFOAM 2005. http://www.ifoam.org.

[4] SNI 01-6729-2002. Standar Nasional Indonesia. Sistem pangan organik. Badan

Standarisasi Nasional.

[5] Statistics Organik.2004. The World of Organik Agriculture. Statistics and emerging

Trends. HelgaWillerandMinouYussefi (Eds). http://www.soel.de/inhalte/publicationen

Husnain dan Haris Syahbuddin. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang

dan Tantangan INOVASI. Edisi Vol.4/XVII/Agustus 2005 - TOPIK UTAMA ISSN :

0917-8376 | Edisi Vol.4/XVII/Agustus 2005