pertanian organik

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem beberapa komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai tersebut akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga harus dilestarikan. Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan, pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala yang mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna bahan kimia dan bahan anorganik lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat menjawab tantangan kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam proses budidaya tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembelahan sel atau meningkatkan aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil yang diperoleh dari usahatani demikian 1

Upload: hendra-dwi-prasetyo

Post on 03-Jul-2015

273 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANIAN ORGANIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan

manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem beberapa komponen kehidupan

membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai tersebut

akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga

harus dilestarikan. Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif

mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan, pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk

memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala yang

mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna

bahan kimia dan bahan anorganik lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan

pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat menjawab tantangan

kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam

proses budidaya tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu

tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembelahan sel atau meningkatkan

aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah

didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil

yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kualitas

maupun kuantitasnya, tetapi jika kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keherhasilan tersebut

terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya pencemaran lingkungan dan

produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan

sangat terasa bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida

antara lain dapat mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme perombak tanah,

mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut dapat

bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama.

Dari hal ter sebut yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan adalah bahan aktif pestisida

yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi dapat meracuni kita dan akan terakumulasi

di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah

bahan kimia tersebut, misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang

1

Page 2: PERTANIAN ORGANIK

teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah, daun, bunga, umbi dan

lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang berkepanjangan pada

suatu areai pertanian akan menurunkan produktifitas lahan itu sendiri. Dengan demikian tujuan

yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas lahan pertanian justru terbalik, bahkan akan

menjadikan bomerang bagi kita. Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor

pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

lingkungan. Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar

adalah pertanian organik. Pertanian organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang

pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan

ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai makhluk hidup

(http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/berita/PEDOMAN%20PERTANIAN

%20ORGANIK.pdf. Dikutip pada tanggal 19 April 2011).

Banyak teriakan positif dan negative atau geliat usaha pasca pemerintah mengeluarkan

program “Pro Green” atau “Go Organik 2010” baik geliat pemerintah sendiri maupun

swasta/NGO-LSM dan masyarakat. Hal ini pula menjadi pekerjaan rumah dan tantangan kita

bersama untuk mengawal dan mensukseskan program yang sustainable (berkelanjutan) ini. Jelas

program ini positif, tinggal bagaimana mengaplikasikannya secara ril dan bertanggungjawab.

Program ini bukan cuma di Indonesia menggema, dunia tentunya, itu karena demi

mengantisipasi atau Stop Global Warming, namun Indonesia menjadi sorotan dunia (hulu)

program ini, karena Indonesia paru-paru dunia. Maka banyak dana/hibah menggelontor ke

Indonesia, sebut misalnya bantuan Pemerintah Jerman melalui program Industrial Efficiency and

Pollution Control (IEPC) – Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) dll. Pemerintah dan unsur

swasta (CSR) harus transparan dan adakan ekstra sosialisasi di masyarakat termasuk

petani/pekebun. 

Sejauh ini belum banyak masyarakat yang tahu, bahwa sampah dapat dimanfaatkan

menjadi sesuatu yang berharga, bermanfaat dan menghasilkan uang asalkan dikelola dengan

baik. Sampah dapat dipilah antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat

dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik sedangkan sampah organik dapat

didaur ulang kembali untuk keperluan industri. Dalam pembuatan pupuk organik ini tidaklah

mahal namun memerlukan ketelatenan agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi.

2

Page 3: PERTANIAN ORGANIK

Disatu sisi, kebutuhan pupuk organik kian meningkat untuk menggeser keberadaan pupuk

anorganik karena masalah keamanan kesehatan dan masalah lingkungan. Pupuk anorganik

merupakan pupuk yang mengakibatkan residu kimia tinggi dalam produk pertanian sehingga

sangat berbahaya bagi kesehatan. Pupuk anorganik dapat menurunkan produktivitas lahan yang

berakibat pasda penurunan hasil tanaman. Kecenderungan “Back to Nature” yaitu budidaya

pertanian berkelanjutan menjadi pendorong untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Tanah manjadi keras, struktur tanah jelek, sulit diolah dan dampak lainnya.  Penggunaan pupuk

organik menyebabkan sifat tanah menjadi baik sehingga tanah tidak rusak seperti ketika

menggunakan pupuk anorganik (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).

Dari beberapa pemanfaatannya, berarti sampah dapat diubah menjadi pupuk organic yang

bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada lahan pertanian. Pemanfaatan sampah tersebut dapat

dengan mengubahnya menjadi pupuk kascing (kotoran bekas cacing). Pupuk kascing ini dibuat

dengan memanfaatkan cacing dalam proses dekomposisinya. Hasilnya lebih baik dibandingkan

pupuk kompos karena pupuk ini dapat langsung dimanfaatkan tanaman. Cacing tersebut

menyebabkan degradasi sampah organik menjadi sempurna sehingga haranya dapat diserap

langsung oleh tanaman (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).

Pupuk kascing biasanya dikenal dengan sebutan vermikompos yang berarti kompos yang

dihasilkan dengan bantuan cacing. Dalam hal ini adalah cacing tanah yang biasanya

adalah Lumbricus rubellus(http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).

Untuk itu dalam kesempatan ini, mahasiswa ingin merangkai sebuah naskah berbentuk

laporan, guna menjadi landasan dasar dalam pengaplikasian penggunaan serta pembuatan

makanan organic kedepan “from Zero to Hero”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Membantu mahasiswa untuk mengaspresiasi praktik kerja nyata mengenai

pembuatan kascing.

1.2.2 Untuk mengetahui mekanisasi pembuatan pupuk kascing.

3

Page 4: PERTANIAN ORGANIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Awal Mula Penggunaan Kascing

Kompos yang menggunakan cacing tanah sebagai bala bantuan untuk mengurai bahan

organik agar siap diberikan pada tanaman sering diberi julukan yang keren, yaitu Vermicompost.

Untuk lebih memperlihatkan asalnya, istilah ini diberi padanan yang lebih keren yaitu kascing

alias bekas cacing. Istilah kascing memang berarti bekas media yang telah digunakan oleh cacing

tanah untuk hidup. Bahan-bahan organik lapuk yang telah dikonsumsi cacing dan melewati

proses pencernaan cacing menjadi bahan dasar kascing. Pada dasarnya kascing tetap saja kompos

seperti yang biasanya kita kenal selama ini. Akan tetapi ada keuntungan lain yang bisa kita

dapatkan yaitu, memanen cacing tanah. Dalam skala besar panenan cacing tanah tersebut dapat

dimanfaatkan sebagai obat (http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada

tanggal 21 April 2011).

Cacing tanah yang digunakan memang bukan sembarang cacing tanah. Paling tidak dari

1800 jenis cacing tanah baru 4 jenis cacing tanah yang bisa dibudidayakan secara komersial, ada

Lumbricus rubellus, Pheretima asiatica, Eissenia foetida dan Eudrilus eugeniae. “Meskipun

mungkin sudah sering kita temui tetapi jangan heran bila mengingat namanya sesulit berkelit di

kala krisis ini”, begitu kata Dede Saprudin, mitra ELSPPAT dari Yayasan Bina Alam Perkasa

Bandung yang sudah cukup berpengalaman membudidayakan cacing tanah (Dalam (http://

www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011) .

2.2 Pengertian Pupuk Kascing(Vermikompos)

Kascing biasanya dikenal pula dengan vermikompos (vermi = cacing). Kascing

merupakan kotoran cacing dari bahan organic yang telah mengalami dekomposisi. Unsur hara

yang terkandung didalam kascing mudah diserap oleh tanaman. Vermikompos adalah kompos

yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah.

Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan

dalam budidaya cacing tanah (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).

            Kascing memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan pupuk organik maupun

anorganik. Kascing mampu memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik

lain. Beberapa keunggulan kascing/vermikompos antara lain adalah sebagai berikut

(http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011) :

4

Page 5: PERTANIAN ORGANIK

1. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P,

K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang

digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya

nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan

bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan

tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik

2. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan

nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.

3. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena

struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan

menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah

berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan

enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam

vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian

tanaman.

            Dengan berbagai keunggulan diatas, kascing dapat menjadi alternatif pupuk yang organik

yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar. Pembuatan pupuk kascing juga tidak terlalu sulit,

bahan mudah, murah dan dapat membuat lingkungan menjadi bersih karena sampah di kelola

menjadi pupuk kascing.

2.3 Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

Klasifikasi ilmiah cacing tanah (Lumbricus rubellus)

Kerajaan : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Clitellata

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricidae

Genus : Lumbricus

Spesies : rubellus

5

Gambar 1 Struktur Tubuh Cacing Tanah

Page 6: PERTANIAN ORGANIK

Cacing tanah di dunia telah terindentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut,

ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan

Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau dilong). Cacing tanah jenis

Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan

klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya cacing tanah jenis ini kalah bersaing dengan

jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa

menyamai bahkan bisa melebihi jenis cacing yang lain (http://dc181.4shared.com/ img/ rWcXFo

AI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April 2011).

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak

pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.

Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing

kalung (http://dc181.4shared.com/img/rWcXFoAI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April

2011).

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang

belakang). Ia hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Cacing tanah mengandung kadar

protein tinggi, sekitar 76%, jauh lebih tinggi daripada kadar protein pada daging mamalia (65%)

dan ikan (50%). Cacing tanah mempunyai banyak khasiat untuk menyembuhkan penyakit dan

menjaga kesehatan. Sudah banyak orang yang mengkonsumsi tanpa bersentuhan dengan efek

samping. Beberapa penelitan juga membuktikan adanya daya antibakteri dan protein hasil

ekstrasi cacing tanah, yang sanggup menghambat pertumbuhan bakteri gram negarif Escherichia

coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonelllathypus. Tidak mengherankan

jika cacing tanah bisa dimanfaatkan sebagai media pengobatan. Ia mampu mengobati berbagai

infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti

maag. Bisa juga untuk mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma,

influenza, dan TBC. Bahkan, cacing tanah dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar

kolesterol, menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, serta menurunkan kadar gula

darah pagi penderita diabetes. Selain itu, dapat digunakan untuk mengobati wasir, eksim, alergi,

luka, sakit gigi, mengurangi pegal linu akibat keletihan atau akibat reumatik. Cacing tanah juga

dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan, terutama meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan nafsu makan, bahkan menambah vitalitas seksual kaum lelaki. Tak mengherankan

pula jika sekarang banyak dipasarkan kapsul herbal yang berisi ekstrak cacing tanah. Bukan

6

Page 7: PERTANIAN ORGANIK

rahasia lagi jika sebagian prosuk kosmetik juga menggunakan cacing tanah sebagai bahan

bakunya, terutama pelembab kulit dan lipstik. Bahkan di beberapa negara maju, cacing tanah

diolah menjadi makanan spesial yang nikmat dan kaya nutrisi. Tak hanya itu, cacing tanah juga

dapat diolah untuk berbagai keperluan seperti pembuatan pakan ayam dan pellet ikan

(http://adriwindrardi.wordpress.com. 2009. Dikutip tanggal 22 April 2011).

7

Page 8: PERTANIAN ORGANIK

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum untuk mata kuliah Pertanian Ramah Lingkungan diadakan pada hari Sabtu

tanggal 16 April 2011 yang mengambil tema atau unit kegiatan yaitu “PUPUK KASCING”.

Dimana tempat berlangsungnya praktikum ini dilaksanakan di kios organic yang dikelola oleh

Bu Kartini, lok asi berada pada Yayasan Boa, Jalan Cargosari 2 No. 8, Gatsu Barat-Denpasar.

3.2 Pelaksanaan

A. Dosen pembimbing : Ni Luh Kartini

Dosen dan Ketua Program Studi Magister Lahan Kering Universitas Udayana-Bali, juga

Direktur Bali Organic Association

Jl. Cargo Permai Gg. Bali Luwih no. 09

Telp: 0361- 418177 , Faks: 0361- 418177, E-mail: [email protected]

B. Cara Kerja

Potong-potong atau cacah sampah organik yang telah disiapkan, kemudian masukkan ke

dalam wadah atau polybag dan siram dengan air secukupnya hingga media tetap basah dan

lembab, tetapi jangan sampai sampah organiknya tergenang air. Penyiraman disarankan setiap

hari sampai menjadi setengah matang (sekitar seminggu), sampai proses pengomposan awal

berjalan sempurna dan telah siap ditanam atau dimasukkan cacing. Masukkan cacing ke dalam

media siap pakai yang berisi limbah rumah tangga yang telah dikomposkan selama 1-2 minggu.

Beri pakan lebih kurang seberat cacing yang ditanam. Jika pakan tersebut masih tersisa atau

masih terlihat sebagai pakan, kurangi pemberian pakan, sehingga pakan benar-benar habis

dimakan oleh cacing.

Pemberian pakan hanya di bagian atas tempat penanaman cacing tanah. Seminggu sekali

wadah yang berisi cacing tanah diaduk-aduk dengan tangan langsung atau kayu lunak. Hal ini

sangat berguna untuk aerasi sehingga cacing tanah dapat berkembang optimal. Setelah

pengadukan, cacing tanah tidak diberi pakan karena masih stres, sehingga belum mau makan.

Baru pada hari berikutnya cacing tanah diberi pakan. Wadah yang berisi cacing tanah harus

dijaga kelembabannya (sekitar 60%). Jika terlalu kering, lakukan penyiraman bersamaan dengan

8

Page 9: PERTANIAN ORGANIK

pemberiaan pakan yang dibasahi. Demikian seterusnya. Jika proses diatas berjalan dengan benar,

dalam waktu sekitar sebulan, sampah akan berubah menjadi pupuk atau kascing. Setelah berubah

menjadi kascing disarankan cacing tidak diberi pakan dahulu.Wadah yang berisi kascing, tidak

diberi pakan dan tidak disiram. Maksudnya agar kokon atau telur cacing tanah menetas.

Penetasan kokon tersebut berlangsung sekitar 2-3 minggu.Pemindahan cacing tanah muda atau

kokon yang telah menetas dilakuakn secara manual dengan tangan. Kascing yang telah

dipisahkan dari kokon diangin-anginkan sekitar semalam kemudian digunakan untuk memupuk

tanaman. Apabila pada rumen, kotoran sapi setelah 2 minggu sudah bisa dimasukkan cacing.

Pemberian cacing bisa dilakukan secara manual dengan tangan. Kandungan yang juga terdapat di

cacing itu sendiri adalah ‘biofellem’, zat yang dapat menyerap bau pada kotoran sapi itu sendiri.

Dan bau yang telah hilang karena diserap oleh at biofellem, juga dapat menjadi indicator bahwa

pupuk tersebut sudah siap untuk digunakan.

9

Page 10: PERTANIAN ORGANIK

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dasar Pemikiran Penggunaan Pupuk Kascing

Dalam pemikiran seseorang selalu mendasar bahwa suatu hal harus diawali dengan hal

yang kecil. Begitu juga dengan penggunaan cacing sebagai mediator pembuatan pupuk kacing.

Secara pemikiran dasar, bahwa satu ekor cacing tanah tentu tidak dapat berarti apa-apa. Mungkin

memang tidak terlalu terasa manfaatnya. Namun, bagaimana apabila cacing tanah berjumlah satu

kilogram. Kita memang tidak salah jika membayangkan satu kilogram cacing tanah seperti

tumpukan mie basah. Akan tetapi justru disitulah terletak potensi cacing tanah. Salah satu

kelebihan cacing tanah dalam membantu pengubahan bahan organik menjadi kompos bagi

tanaman melalui budidaya cacing tanah. Selain dari kascingnya, yang tidak lain adalah kompos,

cacingnya sendiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.

Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah. Kascing mengandung unsur

hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

Komposisi kimia kascing Eisenia foetida meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium

(K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu)

17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%,

molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam

humus 13,88%. Unsur-unsur kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi

pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon

perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi

bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia

bagi tanaman (http://cac4.wordpress.com/2008/04/29/membuat-pupuk-kascing/. Dikutip pada

tanggal 25 April 2011) .

4.2 Hasil

10

Page 11: PERTANIAN ORGANIK

Proses Pembuatan 1

11

Page 12: PERTANIAN ORGANIK

Proses Pembuatan 2

12

Page 13: PERTANIAN ORGANIK

4.3 Pembahasan

Dalam pembuatan kascing hal pertama yang perlu dikenali dan disiapkan adalah bibit

cacing, yang paling baik adalah cacing tanah dewasa berumur 3 bulan. Cacing sudah kelihatan

klitelumnya (semacam sabuk gelang di permukaan tubuh), tampak sehat, tidak cacat dan

ukurannya seragam. Setelah cacing yang dibutuhkan kita kenali hal lain yang perlu kita kenali

adalah media yang cocok. Pada kondisi sebenarnya di alam, cacing tanah berada di habitat

berupa tumpukan limbah organik yang telah mengalami perombakan. Limbah organik yang

masih segar bukan medan tempur yang tepat bagi budidaya cacing tanah ini. Oleh karena itu

limbah organik yang ada perlu diubah dulu melalui fermentasi atau pembusukan. Semua zat yang

berasal dari tumbuhan atau hewan yang tersusun dari karbon, oksigen dan hydrogen disebut

13

Page 14: PERTANIAN ORGANIK

bahan organik. Akan tetapi tidak semua bahan organik cocok digunakan sebagai media. Bahan

organik yang cocok adalah bahan organic yang mudah membusuk. Sampah dapur, sampah pasar,

sampah restoran, limbah pertanian, kotoran ternak adalah beberapa diantara bahan organik yang

mudah membusuk.

Kombinasi antara kotoran ternak dan sampah lain adalah campuran yang terbaik untuk

media cacing. Kombinasi ini melengkapi nutrisi yang diperlukan cacing selain itu juga

mempercepat proses pembusukan. Paling tidak dibutuhkan waktu 15 - 21 hari untuk

membusukan bahan-bahan organik yang ada. Media yang baik dan cocok untuk hidup cacing

tanah adalah media yang secara fisik sudah berbeda dengan bentuk asalnya. Cacing tanah ini

misalnya, selalu menolak bila disuguhi kulit pisang yang masih kuning segar. Lain halnya bila

kulit pisang ini sudah diperam beberapa hari sampai berubah warna dan lebih busuk. Meskipun

menyukai bahan yang busuk tetapi cacing ini juga menolak suguhan yang baunya sangat

menyengat. (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam

http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011).

Satu hal yang tidak boleh terlupakan juga, media tersebut haruslah mengandung zat

pakan yang cukup dan berongga atau porous. Ransum cacing tersebut diletakkan di dalam tempat

pemeliharaan (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS.

Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011).

Rumah cacing ini bisa berupa kotak kayu, keranjang atau tong plastik. Sebelum semua pasukan

dilepaskan di media yang sudah disiapkan penting untuk menguji kecocokan media. Beberapa

ekor cacing dilepas di berbagai sudut permukaan media. Apabila terlihat cacing tersebut aktif

dan bergerak masuk ke dalam media artinya mediatersebut memang cocok. Selanjutnya tinggal

melepaskan semua cacing ke dalam media. Bila dalam beberapa menit cacing yang dilepas tidak

masuk ke dalam media jangan buru-buru putus asa. Bisa jadi media yang disiapkan terlalu basa

atau terlalu asam sehingga ketika dilepas pertama kali cacing tersebut tidak segera masuk ke

dalam. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mencuci media. Media disiram dengan air

secukupnya lalu ditiriskan sebelum dimasukan ke dalam rumah tempat pemeliharaan cacing. Bila

belum cocok juga tidak ada jalan lain kecuali mengganti media Ukuran penanaman cacing bukan

didasarkan pada ukuran wadah tetapi pada banyaknya media. Sebagai patokan, untuk setiap 1 kg

cacing tanah paling baik ditanam pada 20 liter media(Anton Waspo. 1998. CACING TANAH

14

Page 15: PERTANIAN ORGANIK

BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf.

dikutip pada tanggal 21 April 2011).

Setelah cacing tanah disebar ke dalam media satu hal yang tidak terlupakan adalah

pemberian ransum yang rutin. Caranya dengan langsung menebarkan diatas media pemeliharaan.

Frekuensinya dapat diatur sesuai kesibukan pemeliharanya, yaitu dari dari 1 kali sehari sampai

satu kali seminggu. Perbedaannya terletak pada kondisi dan jumlah bahan organik yang

diberikan. Jumlah yang dibutuhkan tidaklah banyak karena rata-rata satu ekor cacing tanah

dalam sehari hanya mampu mengkonsumsi ransum seberat tubuhnya. Hal ini juga tidak mutlak

karena tergantung tingkat pertumbuhannya juga. Asalkan tersedia ransum dan kondisi yang

cocok cacing yang penurut ini tidak akan pernah lari. Mereka menyukai bahan organik yang

mudah membusuk dan lunak (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT

KRISIS. Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21

April 2011).

Selain harus teratur dalam memberi ransum satu hal yang tidak boleh tertinggal adalah

menjaga kondisi media. Agar medianya tetap disenangi perlu dilakukan pengadukan media. Ini

dilakukan agar kondisi media tetap longgar dan gembur sehingga sirkulasi udara dalam media

tetap lancar. Media yang digunakan untuk cacing dewasa harus banyak mengandung serat. Ini

dimaksudkan untuk merangsang perkawinan dan produksi kokon. Bahan yang baik untuk tujuan

ini adalah jerami, serbuk gergaji, kotoran kuda atau jenis bahan lain yang berserat. Selama

pemeliharaan perlu dilakukan pengontrolan agar cacing tanah terhindar dari organisme

pengganggu. Tentunya agar cacing tanah bisa hidup nyaman tanpa perlu diganggu oleh

kehadiran katak, semut, kaki seribu, tikus, kadal atau kutu. Bahkan mungkin juga manusia

karena ngiler melihat harga cacing tanah.

Cacing induk yang disebar pertama kali, setelah dua minggu bisa dipindahkan ke rumah

baru. Di rumah yang lama mereka sudah meninggalkan telur (kokon). Paling kurang ada 4 - 20

ekor cacing dalam kokon yang mirip dengan biji kacang hijau. Jadi jangan kaget bila dalam

waktu 6 bulan akan berkembang biak menjadi 20 Kg dari induk yang cuma 1 kg. Setelah satu

tahun paling tidak bisa mencapai 200 Kg. Jangan Anda bayangkan jumlahnya, karena setiap

kilogram saja paling kurang ada 2000 ekor cacing. Kokon yang berada dalam rumah yang

pertama setelah 2 - 3 minggu kemudian akan menetas. Selanjutnya tinggal dipelihara dan diberi

ransum yang cocok. Pada umur tiga bulan cacing ini sudah dewasa dan siap untuk

15

Page 16: PERTANIAN ORGANIK

bertelur(Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam

http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011). Oleh

sebab itu, pada umur dua bulan cacing yang masih ABG ini perlu dipindahkan ke rumah yang

baru lagi. Nah, bekas media yang telah digunakan ini disebut kascing dan siap untuk

diaplikasikan sebagai pupuk tanaman. Cacing ABG yang telah dibuatkan rumah baru dalam

waktu satu bulan akan berkembang menjadi cacing dewasa dan siap bertelur. Satu bulan

kemudian cacing tanah yang sudah dewasa ini perlu dipindahkan ke rumah baru lagi agar kokon

yang ditinggalkannya bisa berkembang menjadi cacing. Demikian seterusnya mereka beranak

pinak. Satu hal yang perlu dipersiapkan adalah rumah tempat pemeliharaan. Dalam skala yang

besar cacing ini bisa langung dilepas di tanah tidak lagi dalam kotakkotak pemeliharaan. Asal

tersedia ransum dan kondisi yang bagus cacing-cacing ini tidak akan desersi, lari dari tugasnya

untuk memproduksi kokon. Pupuk kascing ini cocok digunakan sebagai alternative di saat pupuk

anorganik mulai mahal seperti saat ini. Walaupun toh nanti, harga pupuk anorganik turun (entah

kapan) tetapi pupuk kascing bisa tetap dipakai. Selain menghasilkan produk pertanian yang lebih

sehat dan tidak merusak tanah, cacing-cacing tersebut bisa mendatangkan penghasilan tambahan

jika dijual ke produsen obat. Membuat kompos dan budidaya cacing tanah ini sedang dicoba oleh

ELSPPAT bersama kelompok pemuda tani di dusun Geblug desa Palasari Bogor. Pelatihannya

sendiri sudah berlangsung tanggal 5 September 1998 dengan melibatkan Dede Saprudin dari

Yayasan Bina Alam Perkasa Bandung sebagai narasumber. Pelatihan ini merupakan salah satu

kegiatan dalam program Desa Dampingan ELSPPAT yang mendapat dukungan dana hibah dari

GEF-SGP (Global Eviroment Facility-Small Grant Progrant) UNDP . Anton Waspo. 1998.

CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam http://www. elsppat.or.id

/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011.

16

Page 17: PERTANIAN ORGANIK

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Perubahan pola pikir yang lebih mengarah ke arah pertanian organic, merupakan suatu

inovasi teknologi yang berlandaskan cinta terhadap lingkungan sekitar. Namun ketika

dihadapkan pada suatu problematika kaidah pertanian organic, terlintas juga suatu peradaban

pola pikir dimana manusia menjadi salah satu pionir di bawah kepemimpinan “Dewa” uang.

Tingginya tuntutan hidup menjadikan manusia berkarya tidak menggunakan hati yang bersih

dalam melaksanakannya. Sebelum dari itu, perlu diketahui bahwa semua tindakan yang

dikerjakan oleh manusia berasal dari prosesor yaitu hati. Elemen hati sangatlah penting, dalam

faktanya hati telah mem-program daya pikir hingga ke semua sub-sub panca indera manusia.

Inilah sebenarnya yang perlu dijaga dalam diri manusia, bukan bagian ekstern (psikis) namun

internnya (rohani). Fenomena ini muncul beriringan dengan munculnya suatu teknologi dan

paham yang isinya “keringatku adalah uang, bukan keringatku adalah kasih sayang”. Pada stadia

beginilah yang dimaksud fase kritis berproduksi. Namun, di dalam gejolak seperti demikian

maka perlu untuk mengemukakan suatu inspirasi yang membawa produksi pertanian ke dalam

produksi berbasis organic.

Di dalam mendukung kemajuan pertanian organic yang berbasis lingkungan maka sangat

benar dan mutlak apabila pupuk kascing menjadi produk unggulan dalam orientasi organic.

Cacing tanah yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk kascing ini adalah cacing

tanah yang termasuk golongan Lumbricus rubellus. Jenis cacing tanah ini diketahui memiliki

fungsi sebagai penghasil kotoran yang sangat bermanfaat bagi pupuk kascing sendiri. Telah

diketahui sebelumnya, kascing mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan

mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Komposisi kimia kascing Eisenia foetida

meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%,

magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%,

manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molibdenum (Mo) 14,48%, KTK

35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%. Unsur-unsur

kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya.

Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman.

17

Page 18: PERTANIAN ORGANIK

Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-

unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.

5.2 Saran

Praktikum ini diadakan dengan tujuan awal ialah agar mahasiswa mengetahui proses

pembuatan pupuk kascing. Namun apa yang didapatkan mahasiswa belum terlalu optimal apalagi

samapai dikatakan menyeluruh masuk ke dalam berkas pengetahuan mahasiswa sebagai jalan

untuk paling tidak tahu mengenai pertanian organic itu sendiri. Apabila ada suatu problematika

seperti ini, suatu hala yang perlu diadakan adalah intropeksi diri pada diri mahasiswa sendiri.

Bagaimanapun itu suatu hal yang menjadi target akan diperoleh ketika niat menjadi roda

pengantar untuk meraihnya.

Satu hal lainnya yang menjadi suksesor praktikum ini ialah disiplin yang di cerminkan

dari para mahasiswa peserta praktikum. Hal yang paling mengganggu dalam proses transfering

sumber data pengetahuan dari dosen pembimbing adalah kedisiplinan setiap individu. Maka

apabila di balik hari esok mengadakan unit kegiatan praktikum dengan tema yang sama atau

mungkin di lain unit praktikum hendaknya bagi semua mahasiswa peserta praktikum

menerapkan disiplin diri sejak awal melangkahkan kaki menuju tempat praktikum.

Dengan ini diharapkan kedepan pertanian bukan sebagai lumbung kemiskinan dan

penistaan, namun sebagai creator kemajuan ketahanan nasional terutama bangsa Indonesia.

Dimana hal yang paling mempengaruhi dalam ketahanan nasional adalah soal pangan atau lebih

tepatnya perut. Jikalau perut terisi maka semua terpenuhi.

18

Page 19: PERTANIAN ORGANIK

DAFTAR PUSTAKA

Anton Waspo. 1998. Tanah Bala Bantuan di saat Krisis. Dalam http://www.elsppat.or.

id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011. CACING oleh

http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/berita/PEDOMAN%20PERTANIAN

%20ORGANIK.pdf. Dikutip pada tanggal 19 April 2011

http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011

http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011

http://adriwindrardi.wordpress.com/2009/08/19/manfaat-cacing-tanah-lumbricus-rebellus/.

Dikutip pada tanggal 22 April 2011.

http://dc181.4shared.com/img/rWcXFoAI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April 2011

http://cac4.wordpress.com/2008/04/29/membuat-pupuk-kascing/. Dikutip pada tanggal 25 April

2011

19