persfektif islam tentang amdal

22
AMDAL DALAM AMDAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Oleh : Ir. H. Nazrin, M.Si Ir. H. Nazrin, M.Si Kepala Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan / Kepala Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan / AMDAL AMDAL BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Disampaikan pada : Seminar Ilmiah Islam Disampaikan pada : Seminar Ilmiah Islam

Upload: hphuta72

Post on 18-Jun-2015

368 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Persfektif Islam Tentang AMDAL

AMDAL DALAM AMDAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAMPERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Oleh : Oleh : Ir. H. Nazrin, M.SiIr. H. Nazrin, M.Si

Kepala Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan /Kepala Sub Bidang Pengkajian Dampak Lingkungan / AMDAL AMDAL

BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) PROVINSI KALIMANTAN TIMURPROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Disampaikan pada : Seminar Ilmiah IslamDisampaikan pada : Seminar Ilmiah IslamKeluarga Mahasiswa Muslim TeknikKeluarga Mahasiswa Muslim Teknik

(GAMAMUS) (GAMAMUS) Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Fakultas Teknik Universitas Mulawarman

Page 2: Persfektif Islam Tentang AMDAL

Samarinda 13 Maret 2010Samarinda 13 Maret 2010

Page 3: Persfektif Islam Tentang AMDAL

“HATI DAMAI BUMI LESTARI”

DALAM HENINGKU BERDOA

TUHAN……….!

Teduhkan bumiku yang kian memanas

Segarkan udaraku yang makin kotor berdebu

Hijaukan hutanku yang semakin tak berperan

Alirkan sungaiku yang semakin tak berair

Tuhan pun berbisik, seraya menjawab

“damaikan Hatiku, Bumimu pun kan lestari”

(Sang Mujtahid lingkungan)

A. PENDAHULUAN

Selama ini, isu lingkungan memang tidak terlalu populer ia hanya

dibicarakan secara intens di saat terjadi bencana lingkungan, tetapi isu

tersebut segera surut seiring dengan surutnya banjir. Pada waktu terjadi

longsor berbagai pihak bicara tentang isu lingkungan. Setelah

dievakuasi korban selesai di kubur, isu lingkungan pun ikut terkubur.

Saat terjadi kebakaran hutan, berbagai pihak bicara tentang lingkungan,

begitu padam api kebakaran, api isu lingkungan pun segera padam.

Ketika terjadi krisis energi, baik krisis minyak, listrik, air dan

sebagiannya orang serius berdebat untuk mengurai akar lingkungannya.

Belum diturunkan solusinya, isu lingkungan pun segera menghilang.

Hal ini menjadi salah satu indikasi kualitas lingkungan bumi kita

semakin menurun hingga batas menghawatirkan, dimana rendahnya dan

Page 4: Persfektif Islam Tentang AMDAL

lemahnya kesadaran lingkungan berbagai kalangan baik stakeholder

lingkungan, eksekutif, legislatif, pengusaha dan masyarakat.

Sebagai antisipasi kami mengajak semua pihak untuk berbuat secara

nyata menjaga kelestarian lingkungan, dengan memulai melakukan aksi

dari yang paling termudah untuk lingkungan kita. Jadikan “Perilaku

Kaltim Green Sebagai Gaya Hidup Lestari” dengan memberikan

panduan spiritual religius Islami untuk gaya hidup lestari. Gaya hidup

lestari dari perilaku hijau merupakan ibadah dengan dua pahala yakni

surga dunia - hidup bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang

bersih, indah dan hijau serta surga akhirat di kelak kemudian hari :

Manusia merupakan salah satu komponen ekosistem dalam

lingkungan yang memiliki peran fungsional ekologis. Di satu sisi,

manusia berpotensi merusak dan mencemari bahkan memusnahkan

lingkungan, di sisi lain, manusia berpotensi sebagai pelestarian

lingkungan. Hal ini tergantung pada tingkat kesadaran dan kearifan

lingkungan yang di miliki dan di kembangkannya, termasuk visi

pembangunan yang di yakininya, secara nasional “Pembangunan

Berwawasan Lingkungan” yang merupakan visi yang

direkomendasikan untuk dikembangkan dan dijadikan sebuah gerakan

untuk “memahayu hayuning bawono” dengan konsep kesadaran

ilmiah ekologis yang bersifat individual, kesadaran komunal sosial,

kesadaran politik pendidikan dan hukum, ,kesadaran kultural dan

kesadaran spiritual (kesadaran puncak tertinggi).

AMDAL sendiri sebenarnya mempunyai 2 (dua) dimensi di lihat

dari pendekatan Islam, yaitu : dimensi teologi (aqidah) dan dimensi

syariah. Dimensi Teologi memfokuskan kajiannya pada sistem

Page 5: Persfektif Islam Tentang AMDAL

keyakinan Islam. Berkaitan dengan lingkungan, sedangkan dimensi

syariah melahirkan fiqih lingkungan dengan titik berat perumusan

panduan operasional hidup berwawasan lingkungan dengan bingkai

norma hukum wajib, haram, mubah, makruh dan sunnah. Berikut ini

merupakan uraian embriotik kedua dimensi tersebut

B. PENDEKATAN ISLAM

1. Teologi Pembangunan

Salah satu pilar penyangga teologi pembangunan Islam adalah

percaya bahwa Islam memiliki konsep teologis tentang hakikat

pembangunan' yang disebut konsep dasar teologi pembangunan

hakiki. Teologi pembangunan hakiki meyakini bahwa

pembangunan hakiki adalah pembangunan holistik integralistik.

Dengan ungkapan lain, pembangunan hakiki adalah pembangunan

yang utuh menyeluruh. Adapun yang dimaksud dengan

pembangunan utuh menyeluruh adalah pembangunan yang

berkesinambungan, berkelanjutan dan terpadu. Tiga pilar ini

merupakan komponen dasar teologi sistemik pembangunan hakiki.

Artinya, ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang

utuh, saling berkait berkaitan antara satu komponen dengan

komponen yang lain.

Inti teologi pembangunan berkesinambungan adalah percaya

bahwa pembangunan merupakan serangkaian upaya sistematis

guna mewujudkan optimasi daya dukung lingkungan bagi

kehidupan manusia dan makhluk lain. Upaya untuk mewujudkan

optimasi daya dukung lingkungan bagi kehidupan antara lain

Page 6: Persfektif Islam Tentang AMDAL

melalui pemeliharaan keseimbangan ekosistem. Keseimbangan

ekosistem dapat diwujudkan melalui penciptaan kondisi ideal

kepadatan populasi dalam suatu lingkungan: Dengan ungkapan

lain, kondisi ideal kepadatan populasi merupakan perbandingan

rasional antara kepadatan populasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pemikiran ini, pemanfaatan sumber daya alam dan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan

makhluk lain yang ideal adalah pemanfaatan kelebihan kepadatan

populasi clan kerapatan sumber daya alam clan lingkungan dari

kewajaran rasional. Sebab, berlebih atau berkurangnya kepadatan

dan kerapatan populasi sumber daya alam dari lingkungan sampai

melewati ambang atas toleransi, justru akan berakibat penurunan

daya dukung lingkungan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

pembangunan berarti upaya sistematis guna meningkatkan

kepadatan populasi clan kerapatan sumber daya alam dan

lingkungan sampai melebihi kondisi ideal., Selanjutnya, hasil dari

kelebihan populasi sumber daya alam dan lingkungan dari kondisi

ideal tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia dan mahluk lain.

Hakikat pembangunan berkesinambungan adalah pembangunan

yang didasarkan pada dua pertimbangan secara proporsional yakni

pertimbangan ekonomi dan pertimbangan ekologi. Perbaikan nilai

ekonomik dapat dicapai dan kelestarian lingkungan dapat

dipelihara. Pembangunan berkesinambungan juga disebut

pembangunan berwawasan lingkungan. Betapapun pembangunan

lingkungan tetap harus dilestarikan. Artinya, pembangunan

bukanlah serangkaian upaya eksploitasi terhadap sumber daya alam

dan lingkungan yang notabene sebagai daya dukung bagi

Page 7: Persfektif Islam Tentang AMDAL

kehidupan manusia. Eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan

berpeluang besar menjadi penyebab terjadinya kerusakan dan

pencemaran serta pemunahan lingkungan. AI-Qur'an dengan tegas

menyatakan bahwa eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan

yang dilakukan oleh generasi tempo dulu benar-benar menjadi

penyebab terjadinya kerusakan lingkungan. Dengan ungkapan lain,

kerusakan, pencemaran dan pemunahan lingkungan merupakan

fenomena antropogenik bukan teogenik. Maksudnya, penyebab

dominan timbulnya permasalahan lingkungan adalah akumulasi

dari serangkaian perilaku manusia yang menentang sunnah

lingkungan atau kontra ekologis. Permasalahan lingkungan bukan

ditimbulkan oleh kehendak dan perbuatan Tuhan. Sebaliknya,

Tuhan adalah Sang Hyang Pemelihara lingkungan. Hal ini

didasarkan pada informasi spiritual yang terekam dalam al-Qur'an

yang termasuk ayat-ayat antropogenik antara lain:

a. Surat al-Rum ayat 9:

"Tidak pernahkah mereka melanglang buana dan

memperhatikan akibat dari petingkah generasi tempo dulu.

Mereka mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan

secara berlebihan. Padahal para rasul berdatangan pada mereka

dengan seperangkat konsep. Allah tidaklah menganiaya mereka,

tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri".

Page 8: Persfektif Islam Tentang AMDAL

b. Al-Qur'an surat al-Rum ayat 41:

"Jelas, fenomena kerusakan lingkungan baik di darat maupun di

laut merupakan kasus antropogenik yakni sebagai dampak

negatif dari polah dan petingkah manusia. Akibat negatif

pencemaran dan kerusakan lingkungan harus dirasakan sendiri

oleh manusia agar manusia sadar".

c. Al-Qur'an surat al-Nahl ayat 33:

"...Allah tak pernah menganiaya mereka, sebaliknya merekalah

yang menganiaya diri mereka sendiri".

d. Al-Qur'an surat al-'Ankabut ayat 31:

"Sungguh kami porak-porandakan penduduk negeri ini, sebab

penduduknya pada zalim".

e. Al-Qur'an surat Hud ayat 117:

'Tuhanmu tidak pernah mempropagandakan suatu negeri

secara lalim kalau sekiranya penduduknya melestarikan

lingkungan".

Page 9: Persfektif Islam Tentang AMDAL

2. Fikih Pelestarian Lingkungan

Secara etimologis kata pelestarian merupakan kata yang diserap

dari bahasa Jawa dari akar kata lestari yang berarti tetap selama-

lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan

berarti menjadikan dan membiarkan sesuatu tetap tak berubah. 4

Kemudian, kata lestari diberi imbuhan pe-an yang berarti

membuat jadi atau menjadikan seperti pada kata dasarnya. Oleh

karena itu, pelestarian berarti membuat jadi atau menjadikan

sesuatu lestari, tetap selama-lamanya, kekal dan tidak berubah.

Dengan ungkapan lain, pelestarian merupakan upaya

mengabadikan, memelihara dan melindungi sesuatu dari

perubahan. Sedangkan secara fungsional ekologis kelompok kata

pelestarian lingkungan dimaksudkan sebagai istilah yang memiliki

arti spesifik yakni pelestarian terhadap daya dukung lingkungan

yang dapat menopang secara terlanjutkan pertumbuhan dan

perkembangan yang diupayakan dalam pembangunan.

Secara faktual yang dilestarikan bukan lingkungan itu sendiri

melainkan daya dukung lingkungan. Karena lingkungan sendiri

adalah bersifat dinamis selalu berubah bahkan terlalu kecil

peluang melestarikannya. Perubahan lingkungan bisa jadi

bersifat alami, natural, atau akibat ulah manusia, anthropogenik.

Perubahan lingkungan yang bersifat alami adalah perubahan

melalui proses geologis, vulkanologis dsb. Sedangkan proses

perubahan -lingkungan yang anthropogenik adalah perubahan

lingkungan yang terjadi karena intervensi manusia terhadap

lingkungan baik yang direncanakan ataupun yang tidak

direncanakan. Perubahan yang direncanakan lazim dikenal

Page 10: Persfektif Islam Tentang AMDAL

dengan istilah pembangunan. Dengan demikian, pembangunan

hakikatnya adalah perubahan lingkungan yang dilakukan oleh

manusia dengan tujuan untuk mengurangi risiko lingkungan dan

memperbesar manfaat lingkungan. Pembangunan bisa jadi

berupa pengelolaan tata guna lingkungan, bahkan dapat pula

berupa pengubahan tata guna lingkungan, misalnya: Pengubahan

hutan menjadi lahan pertanian, pengubahan lahan pertanian

menjadi daerah industri atau pemukiman dsb. Dengan demikian,

dilaksanakannya pengelolaan atau pengubahan lingkungan yang

merupakan keniscayaan, tidak lain hanyalah dalam kerangka

untuk melestarikan daya dukung lingkungan bagi kehidupan.

Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya

alam dan lingkungan merupakan daya dukung lingkungan bagi

kehidupan manusia. Sebab fakta spiritual menunjukkan bahwa

Allah swt. telah memberikan fasilitas daya dukung lingkungan

bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara yuridis

fiqhiyah berpeluang dinyatakan bahwa dalam perspektif

hukum Islam status hukum pelestarian lingkungan hukumnya

adalah wajib. Hal ini didasarkan pada dua pendekatan yakni

pendekatan ekologis dan pendekatan spiritual fiqhiyah

Islamiyah. Secara ekologis pelestarian lingkungan merupakan

keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh siapapun

dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan tidak

boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara

spiritual fiqhiyah Islamiyah Allah swt. ternyata memiliki

kepedulian ekologis yang paripurna. Hal ini dinyatakan secara

eksplisit dalam ayat-ayat al-Qur'an antara lain:

Page 11: Persfektif Islam Tentang AMDAL

a. Al-Qur'an surat Luqman ayat 20:

"Tidakkah kamu cermati bahwa Allah telah menjadikan

sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung

lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Contoh

demikian, masih saja ada sebagian manusia yang

mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono yakni

tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai".

Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:

"Tidakkah kau cermati bahwa Allah swt. telah menjadikan

sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung

lingkungan bagi kehidupan manusia secara optimum".

Implementasi fiqhiyah dari ungkapan retorik mengandung

makna perintah yang lebih serius untuk diperhatikan dan

diindahkan dibanding dengan ungkapan perintah biasa. Oleh

karena itu, pelestarian daya dukung lingkungan menuntut

perhatian serius dari umat manusia dan wajib dilaksanakan.

Page 12: Persfektif Islam Tentang AMDAL

b. Al-Qur'an surat al-Jatsiyah ayat 13:

"Dan (Allah) telah menjadikan semua sumber daya alam dan

lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan

manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang

yang memiliki perhatian serius pada lingkungan".

Ide dasar ayat ini terdapat pada kalimat:

"...yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang

yang memiliki kepedulian lingkungan ". Implementasi

fiqhiyah dari ungkapan ini adalah dapat dikatakan bahwa

pengembangan kesadaran peduli lingkungan wajib dilakukan

agar pelestarian daya dukung lingkungan dapat dilakukan oleh

manusia.

Berdasarkan pengembangan dan pendalaman makna dua ayat

a1-Qur'an tersebut di atas dapat diambil natijah bahwa

manusia sebagai spesies berdimensi rasional ekologis dan

spiritual religius wajib hukumnya mengembangkan kesadaran

pelestarian lingkungan. Sebab, secara rasional ekologis

pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis, the

objective of environment, yang tidak dapat ditawar lagi. Hal

ini karena manusia merupakan makhluk lingkungan. Antara

manusia dan lingkungan memiliki keterhubungan mutual

simbiosis cukup kuat. Manusia membutuhkan lingkungan dan

lingkungan membutuhkan manusia. Lingkungan dibutuhkan

Page 13: Persfektif Islam Tentang AMDAL

oleh manusia sebagai ruang kehidupan, manusia tidak dapat

hidup di luar lingkungan. Sebab, secara faktual lingkungan

menyediakan fasilitas kehidupan bagi manusia yakni berupa

daya dukung sumber daya alam dan lingkungan secara

memadai. Di sisi lain, manusia sebagai makhluk rasional

mampu mengelola lingkungan secara bertanggung jawab.

Dengan ungkapan lain, manusia sebagai subyek pengelola

lingkungan mampu membuat perencanaan, mampu melakukan

dan mengawasi tindak pelestarian lingkungan secara lestari

yang dilakukannya sendiri. Pengelolaan lingkungan secara

lestari yang dilakukan oleh manusia akan mempertinggi

kualitas kelestarian lingkungan. Dengan demikian, kelestarian

lingkungan memerlukan partisipasi positif manusia. Inilah

relevansinya dinyatakan bahwa manusia dengan

lingkungan memiliki keterhubungan mutual simbiosis

yang cukup kuat.

C. NATIJAH

Sebagai natijah dari uraian di atas dapat dipertegas bahwa untuk

mensukseskan gerakan kesadaran lingkungan perlu dukungan

supra struktur ideologis. Dalam masyarakat beragama bahasa

agama cenderung lebih komunikatif dan efektif untuk

pengembangan kesadaran lingkungan. Karena masyarakat

beragama cenderung primordial sehingga pemimpin agama

selalu ditaati fatwanya clan diikuti perilakunya. Dengan

demikian, tokoh agama, kyai, da'i, muballigh, menjadi orang-

orang kunci untuk pengembangan kesadaran lingkungan.

Page 14: Persfektif Islam Tentang AMDAL

D. CATATAN AKHIR

Menurut Carolie Bryan dan Louise G. White hakikat

pembangunan adalah upaya peningkatan kapasitas manusia

untuk mempengaruhi masa depannya. Oleh karena itu harus

mengacu pada asas kapasitas, keadilan, pemberdayaan,

keterlanjutan dan ketergantungan. Lihat: Menurut Carolie

Bryant dan Laouise G. White, Manajemen Pembangunan Untuk

Dunia Ketiga, cet. Ruswanto Simatupang, LP3ES, cet. I, Jakarta,

1987, hlm. 22-29

Kondisi demikian lazim dikenal dengan Homeostatis, yakni

kondisi dinamik ekosistem berupa kecenderungan melawan

perubahan baik yang disengaja atau tidak disengaja. Usaha untuk

berada dalam keadaan seimbang melalui reaksi terhadap gangguan

dengan memanfaatkan daya lentingnya. Lihat: Abdul Kadir

Gasing, dkk., Etos Islam Dalam Lingkungan Hidup dan Ilmu

Pengetahuan: Islam Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan

clan Lingkungan Hidup, Balitbang, Depag RI, Jakarta, 1983, hlm.

83-84

Salim, pembangunan Berwawasan Lingkungan, LP3ES, cet. VI, Jakarta, 1993.

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, FN Balai Pustaka; jakarta, 1976, hlm. .... Anton Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, cet. IV, Jakarta, 1989, hlm. ...

Oto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, cet. VI, Jakarta, 1991, hlm. 77-82.

6lbid., hlm. 79.