persepsi pengguna air. panduan analisa nafkah hidup dan aktifitas ekonomi dalam pendekatan negosiasi

70
1

Upload: rita-mustikasari

Post on 22-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisa Nafkah Hidup (AL) dan Aktifitas Ekonomi (AA) menjadi alat untuk memahami sebuah Daerah Aliran Sungai.

TRANSCRIPT

Page 1: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

1

Page 2: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

2

PERSEPSI PENGGUNA AIR

SEBUAH PANDUAN ANALISA NAFKAH HIDUP DAN AKTIFITAS EKONOMI DALAM PENDEKATAN NEGOSIASI MENUJU PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

R ITA MU S T IKA SAR I

Editor Bahasa Indonesia: „Nonet‟ Sudiyah Istichomah dan Sheila Kartika

Page 3: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

3

Serial publikasi ini merupakan keluaran dari proyek Program peningkatan kapasitas diri

bagi Telapak dan mitranya dalam mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (CDP IWRM NA).

MoU: 313-2009-527-CN antara Telapak dan Both ENDS, Belanda.

Both ENDS menerima dana dari DGIS/PSO – asosiasi organisasi pembangunan Belanda

untuk menguatkan Kelompok Masyarakat Sipil dalam mengimplementasikan Pendekatan

Negosiasi (NA). Ini merupakan sebuah usaha dalam proses pembuatan kebijakan yang

bertujuan menguatkan aktor lokal yang mampu terlibat penuh dalam semua tingkatan

pembuatan kebijakan.

Email: [email protected]

Website: www.bothends.org

Telapak

Email: [email protected]

Website: www.telapak.org

www.air.telapak.org

Juli 2011

Page 4: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

4

UCAPAN TERIMAKASIH

Program peningkatan kapasitas diri bagi Telapak dan mitranya ini (CDP IWRM NA)

merupakan sebuah training dan kesempatan yang baik untuk memperdalam pengetahuan

dan pemahaman di bidang air dan pengembangan network dan kredibilitas Telapak,

Perkumpulan Bumi Sawerigading (PBS) dan Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB). Penulis

berharap semakin banyak Anggota Telapak dan mitranya, dan masyarakat luas yang tertarik

dan terlibat penuh dalam pengelolaan air, dan lebih jauh lagi mengambil peran aktif dalam

setiap tahapan manajemen (pembuatan perencanaan, implementasi dan monitoring-evaluasi)

dan mampu menegosiasikan kepentingannya hingga mempengaruhi pembuatan kebijakan.

Terimakasih kepada Rob Koudstaal yang menjadi penasihat Proyek CDP, yang dengan

sepenuh hati mendampingi Tim CDP selama 2,5 tahun terakhir sejak kehadiran pertamanya

di Kedai Telapak pada Desember 2007. Will Burghorn telah membantu menajamkan

pengetahuan antropologi dan sensitivitas atas isu sosial yang menjadi roh utama serial buku

output Proyek CDP ini. Christa Nooy telah mendukung keberlanjutan kegiatan ini, terus

memberi semangat, menunjukkan peluang pengembangan konsep Pendekatan Negosiasi

(NA), dan lebih jauh menghubungkannya dengan forum internasional.

Terimakasih kepada teman-teman di Telapak, PBS dan YUB. Mari kita bersama-sama

menggunakan serial publikasi ini untuk mengembangkan dengan lebih baik pengetahuan

tentang Daerah Aliran Sungai di wilayah kita masing-masing dan mendukung para

pengguna air dalam menegosiasikan kepentingan mereka untuk pendekatan yang seimbang

antara pengurangan kemiskinan, penggunaan air secara berkelanjutan dan pembangunan

ekonomi.

Penulis

Beruntunglah karena berada diantara banyak teman yang terus

menantang untuk menemukan keindahan dari setiap langkah telapak

kaki perjalanan kita dan sekaligus mengingatkan betapa rapuhnya kita

semua ketika orang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Page 5: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

5

PENGANTAR TELAPAK

Masyarakat sebagai pemegang hak (right holder), seperti yang dimandatkan di dalam

Undang-Undang Dasar tahun 1945, akan dijamin oleh negara untuk mendapatkan air bagi

pemenenuhan kebutuhan pokok di dalam kehidupannya sehari-hari. Agar dapat

terselenggara dengan baik, maka Undang-Undang no 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air mengatur pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran

masyarakat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memastikan keterlibatan

masyarakat dan organisasinya dalam perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan

sumber daya air di Indonesia.

Di tataran praktek pada kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan masyarakat yang

secara aktif dan arif menjaga dan memanfaatkan sumber daya air untuk pemenuhaan

kebutuhan atas air. Dengan fakta seperti ini, sudah seharusnya pemerintah memberikan

pengakuan atas upaya mereka dalam mengelola sumber daya air dan menyediakan ruang

seluas-luasnya agar terlibat dalam penentuan kebijakan pengelolan sumber daya air

karena menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka.

Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa berjalan efektif,

maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan kapasitas dan kemampuan

masyarakat dalam memberikan argumen dan masukan yang konstruktif, dalam proses-

proses bernegosiasi dengan para pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami

menyambut baik terbitnya serial buku Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi

(AL&AA)1.

Telapak dan Both END berharap pemerintah akan memastikan ruang bagi masyarakat

untuk berkontribusi dan berperan serta di dalam proses-proses penentuan kebijakan dan

intervensi pengelolaan sumber daya air. Semoga rangkaian serial publikasi ini dapat

memberikan manfaat sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi

kelompok masyarakat sipil untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang lebih baik dan adil. Karena air adalah

hak asasi setiap warga negara di Indonesia.

Bob Purba,

Badan Pengurus Telapak, Indonesia

Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional

1 Serial publikasi CDP IWRM NA terdiri dari:

Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.

Hasil Uji Coba Penerapan Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi di DAS Lamasi.

Analisis Permasalahan DAS Lamasi

Gambaran Umum Permasalahan Pengelolaan Air di DAS Air Bengkulu

Page 6: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

6

PENGANTAR BOTH ENDS

Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa komunitas masyarakat dan penduduk

pedesaan di seluruh dunia mampu mengelola atau terlibat menjadi pengelola-bersama (co-

manage) sungai, danau dan „air tanah‟ (groundwater) yang ada di kawasannya. Secara

berangsur terjadi peningkatan perhatian pemerintah, dimana mereka mulai mengenali

adanya kebutuhan mendudukkan masyarakat menjadi pengelolaan air yang sesungguhnya

terjadi setiap harinya dalam kehidupan keseharian mereka, juga melibatkan masyarakat

dalam penetapan kebijakan terkait pengelolaan air.

Both ENDS dan Telapak bekerja bersama-sama mempromosikan kisah sukses model

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Kerjasama ini

berdasarkan pada keyakinan bahwa kesuksesan dan efektifitas pengelolaan sumber daya

hanya bisa terjadi jika masyarakat memiliki kapasitas dan kesempatan untuk

mengembangkan diri dan menegosiasikan visi dan solusi atas persoalan pengelolaan

sumber daya yang mereka hadapi.

Masyarakat punya keinginan untuk mengelola sendiri dan memahami sumber dayanya agar

bisa menggunakan ekosistem alam seperti sungai dan danau yang ada di kawasan tempat

mereka tinggal. Mengingat hal ini, Both ENDS menyambut baik terbitnya Buku Panduan

Studi Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas (AL&AA) dan serialnya. Buku-buku ini

akan membantu masyarakat luas dan kelompok masyarakat pengguna air lainnya untuk

memahami aktivitas ekonomi dan berbagai hal terkait aktor multi-pihak yang terlibat di suatu

Daerah Aliran Sungai (DAS). Lebih jauh Analisa Permasalahan Bersama yang dihasilkan

dari pelaksanaan Studi AL&AA ini bisa menjadi pegangan bersama bagaimana

menempatkan persoalan yang dihadapi masyarakat lokal ke dalam konteks politik dan

ekonomi yang lebih luas (geopolitical and geo-economic context). Serial publikasi ini akan

meningkatkan kapasitas masyarakat pengguna air untuk memimpin secara efektif

bagaimana seharusnya pengelolaan air yang terjadi di DAS tempat mereka tinggal. Serial

yang ditulis untuk konteks persoalan air di Indonesia ini bisa menjadi contoh pembuatan alat

kerja NA serupa yang akan dikembangkan di negara-negara lain.

Both ENDS dan Telapak terus berharap agar sungai tetap mengalir bebas untuk keuntungan

masyarakat luas dan pengguna air lainnya yang tegantung atas keberadaannya. Saya

percaya bahwa kerja-kerja Telapak selama ini berguna untuk organisasi masyarakat sipil

dan berkontribusi atas terwujudnya aspirasi masyarakat pengguna air di Indonesia atas

sungai yang terus bebas mengalir.

Danielle Hirsch

Direktur Both ENDS, Belanda

Page 7: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

7

DAFTAR ISI

Ucapan Terimakasih ........................................................................................................................................................ 4

Pengantar Telapak ........................................................................................................................................................... 5

Pengantar BOTH ENDS ................................................................................................................................................... 6

Daftar Singkatan ........................................................................................................................................................... 10

I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................................................... 11

I.1 TUJUAN DAN KONTEKS ............................................................................................................................ 11

I.2 JUSTIFIKASI DAN KEGUNAAN BAGI Telapak ............................................................................... 13

II. KONSEP ..................................................................................................................................................................... 15

II.1 KONSEP Analisa Nafkah Hidup .............................................................................................................. 16

II.2 KONSEP ANALISA AKTIFITAS .............................................................................................................. 20

II.2.1. PERTANIAN ............................................................................................................................................ 21

II.2.2. PROSES INDUSTRI ............................................................................................................................ 22

III. Kegiatan Lapangan untuk Analisa Nafkah Hidup.................................................................................. 23

III.1 Ciri Khusus Analisa Nafkah Hidup ........................................................................................................ 23

III.2. TAHAPAN ......................................................................................................................................................... 24

III.2.1 IDENTIFIKASI KELOMPOK RENTAN ....................................................................................... 25

III.2.2. Susunan KuEsioner dan Pelatihan Enumerator................................................................... 26

III.2.3. Susunan Kuesioner dan Pelatihan Enumerator ................................................................... 27

III.2.4. Penentuan sampel dan Wawancara .......................................................................................... 28

III.2.5. Penjabaran (juga Rangkuman Harian) ..................................................................................... 29

III.2.6. Ringkasan dan Interpretasi ............................................................................................................. 29

III.2.7. FGD; Kemungkinan Kelanjutan (Cek Hasil dan Buat Kesimpulan) ............................ 30

IV. Kegiatan Lapangan untuk Analisa Aktifitas ............................................................................................. 31

IV.1. Ciri Khusus Analisa Aktifitas di Lapangan ....................................................................................... 31

IV.2. Tahapan ............................................................................................................................................................ 32

IV.2. 1. Identifikasi Aktifitas kritis ................................................................................................................ 32

Page 8: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

8

IV.2.2. Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan .................................... 33

IV.2.3. Susunan Kuesioner dan Pelatihan Enumerator................................................................... 33

IV.2.4. Penentuan sampel dan Wawancara .......................................................................................... 33

IV.2.5. Penjabaran (juga Rangkuman Harian) ..................................................................................... 34

IV.2.6. Ringkasan dan Interpretasi ............................................................................................................ 34

IV.2.7. Kemungkinan Kelanjutan (Cek Ulang Hasil dan Buat Kesimpulan) .......................... 34

V. Pelaporan Kegiatan Lapangan ........................................................................................................................ 36

V.1. Laporan Analisa Nafkah Hidup ............................................................................................................... 38

V.2. Laporan Analisa Aktifitas ........................................................................................................................... 38

VI. Isu-isu Kunci ............................................................................................................................................................ 40

PUSTAKA ........................................................................................................................................................................ 41

LAMPIRAN 1. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA) ........................................................................ 42

1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET ........................................................................................ 42

1.1. Aset Manusia ................................................................................................................................................. 43

1.2. Aset Kepemilikan Sumberdaya Alam .................................................................................................. 43

1.3. Aset Finansial ................................................................................................................................................ 44

1.4. Aset Fisik/Alat‐alat Berat ....................................................................................................................... 44

1.5. Aset Sosial .................................................................................................................................................... 44

2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN ......................................................................................................... 45

Tipe-tipe ProduK dan non-produK ............................................................................................................. 45

3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA. ......................................................... 46

4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP ...................................................................................................... 47

4.1. Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup ............................................................................ 47

4.2. Hubungan dan Ketergantungan terhadap air ........................................................................... 47

4.3. Alasan Kerentanan dan Solusinya ................................................................................................. 48

5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN ....................... 48

6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD ........................................................................................................ 49

LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN ........................ 51

I. FUNGSI PRODUKSI........................................................................................................................................ 52

Page 9: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

9

I.1. Lahan ................................................................................................................................................................ 53

I.2. Aspek Produksi:........................................................................................................................................... 53

I.3. Ekonomi .......................................................................................................................................................... 55

I.4. Contoh tabel output dan input pertanian ....................................................................................... 55

I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI ........................................................................................................... 56

I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN .............................................................................. 57

II. PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS ..................................................................... 57

III. HARAPAN UNTUK PENINGKATAN ................................................................................................ 58

III.1. Harapan dan Inisiatif untuk Perbaikan ........................................................................................ 58

III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN ................................................................ 59

IV. Ketergantungan terhadap air. ....................................................................................................... 59

Lampiran 4. Perhitungan Biaya Produksi dan PENDAPATAN PETANI SAWAH IRIGASI

DAN NON-IRIGASI DI DAS LAMASI ..................................................................................... 62

Lampiran 5. Tabel Input and Output Kegiatan Pertanian di DAS Lamasi ....................................... 64

Page 10: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

10

DAFTAR SINGKATAN

AA: Analisa Aktifitas

BPS: Biro Pusat Statistik CDP IWRM NA: Telapak‟s Capacity Development Project for Negotiated Approach

to Integrated Water Resources Management; Proyek Peningkatan Kapasitas Diri Telapak dan Mitranya dalam Mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

DAS: Daerah Aliran Sungai

FGD: Focus Group Discussion; Kelompok Diskusi Terarah

Ha: Hektar

IDR: Indonesian Rupiah; Rupiah

IWRM: Integrated Water Resources Management; Pengelolaan Sumber Daya Air

Terpadu

KDL: Komite DAS Lamasi

LA: Analisa Nafkah Hidup

NA: Negotiated Approach; Pendekatan Negosiasi

NGO: Lembaga Swadaya Masyarakat

PBS: Perkumpulan Bumi Sawerigading

PKK: Program Kesejahteraan Keluarga

PT: Perseraan Terbatas

Posyandu: Pos Pelayanan Terpadu

PPL: Petugas Penyuluh Lapang

RRA: Rapid Rural Appraisal

RT: Rukun Tetangga

Susenas: Survey Sosial dan Ekonomi Nasional

YUB: Yayasan Ulayat Bengkulu

Page 11: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

11

I. PENDAHULUAN

I.1 TUJUAN DAN KONTEKS

Analisa Nafkah Hidup2 dan Analisa Aktifitas (AL&AA) adalah alat penting dalam

Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu (IWRM). Keduanya adalah alat untuk

mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai pengguna air dari kacamata

persepsi pengguna air itu sendiri (rumah tangga) dan kegiatan ekonomi apa saja

yang terjadi di suatu kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Hasil dari AL&AA

bertujuan untuk menggambarkan apa yang dimaksud persepsi pengguna air

terhadap sumber daya air dan pengelolaannya. Melalui AL&AA kita dapat

memahami apa harapan, pertimbangan masyarakat, dan alternatif lain dari program

pembangunan yang telah dilakukan pemerintah di desa setempat.

Persepsi dari pengguna air dibutuhkan untuk penerapan Pendekatan Negosiasi

(NA)3 yang bertujuan melibatkan semua pengguna air menuju terwujudnya IWRM

yang nyata berguna dan berkelanjutan (idealnya pengelolaan ini terjadi dalam

lingkup satu DAS). Persepsi yang terdokumentasi dengan baik dapat memberi

masukan dalam diskusi yang melibatkan semua pihak baik dari pemerintah, swasta,

atau pengguna air lainnya dimana semua pihak memiliki kedudukan yang sama.

Setiap pihak akan memiliki persepsinya masing-masing mengenai sumber daya air

yang ada dalam suatu kawasan DAS dan perbedaan ketertarikan dalam cara

pemanfaatannya. Jika semua pihak bersikukuh dengan pandangannya sendiri, akan

terjadi perebutan dimana setiap pihak berjuang mendapatkan jatah air yang terbaik,

dan pihak yang kuat dan memiliki informasi terbaik akan memiliki keuntungan

dibanding yang lain. Pendekatan Negosiasi bertujuan memfasilitasi terjadinya dialog

multi-pihak dengan dasar informasi yang netral dan pemahaman bersama atas

persoalan air yang dihadapi setiap pihak pengguna air di DAS yang sama atau

dialog dengan pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap sumber daya air atau

sumber daya alam lainnya yang terkandung di DAS tersebut.

AL dan AA akan menghasilkan laporan yang terdokumentasi dan memberi ringkasan

informasi potret sekilas sebuah DAS serta memberikan analisis tahap awal tentang

berbagai persoalan dan aktor yang terlibat dalam pengelolaan air. Hasil laporan

AL&AA tersebut dianggap sebagai kontribusi penting untuk lahirnya sebuah analisa

masalah yang disusun dan disepakati oleh semua pihak pengelola air, dan

mengakui persepsi berbagai pengguna air seperti petani dan nelayan. Terbentuknya

sebuah dokumen Analisa Permasalahan Bersama adalah tahap awal yang baik

menuju implementasi NA, karena menjadi dasar penting untuk lahirnya bentuk

pengelolaan alternatif untuk pengelolaan sumber daya air terpadu. Tiga poin

2 Analisa Nafkah Hidup adalah terjemahan dari Livelihood Analysis, yang kemudian dalam tulisan

ini disingkat menjadi AL.

3 Pendekatan Negosiasi adalah terjemahan dari Negotiated Approach, yang kemudian dalam

tulisan ini disingkat menjadi NA.

Page 12: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

12

pertimbangan untuk menulis Analisa Permasalahan Bersama yang seimbang

diantara persoalan:

• Pengentasan kemiskinan berdasarkan persepsi masyarakat lokal;

• Pemanfaatan sumber daya alam terkait secara berkelanjutan; dan

• Pengembangan ekonomi daearah/nasional.

Sumber untuk AL&AA adalah wawancara dengan pengguna air, konsultasi pakar

dan pengumpulan informasi sekunder. Panduan ini fokus pada wawancara dan

kegiatan lapangan yang dibutuhkan untuk mengkaji posisi petani pengguna air dan

kegiatan pertaniannya. Pengguna air lainnya dilihat secara singkat karena

terbatasnya cakupan dalam Projek CDP ini; pertanian adalah aktifitas penting dari

segi sosial, ekonomi, dan manajemen penggunaan air di Indonesia, dan kelompok

petani pengguna air adalah kelompok prioritas bagi kerja pendampingan LSM.

Panduan ini adalah salah satu output dari Proyek Peningkatan Kapasitas Diri

Telapak dan Mitranya dalam Mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (CDP IWRM NA). Proyek peningkatan

kapasitas diri ini, yang dilaksanakan antara Agustus 2008 sampai April 2011,

bertujuan mendorong LSM mitra Telapak untuk mengembangkan kapasitasnya

untuk berperan dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Panduan ini disusun dari berbagai pertemuan selama berlakunya proyek selama 32

bulan dan 13 pertemuan. Kuesioner disusun, berdasarkan pengalaman Telapak

mengerjakan proyek lain mengenai pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat

lokal (termasuk sumber daya hutan, laut, dan air). Dibawah Proyek CDP panduan ini

telah diuji di dua daerah aliran sungai: DAS Lamasi (Kabupaten Luwu, Sulawesi

Selatan) dan DAS Air Bengkulu (Kabupaten Bengkulu, Bengkulu), sedangkan

metode in telah diterapkan Telapak di lima daerah aliran sungai lainnya: DAS

Serayu di Jawa Tengah, DAS Kampar di Riau, DAS Way Seputih di Lampung, DAS

Brantas di Jawa Timur, dan DAS Cisadane di Jawa Barat. Di DAS Lamasi,

pelaksanaan studi AL&AA (Kahman H., R. Mustikasari, 2011a) dan analisis

permasalahan yang disusunnya (Kahman H., R. Mustikasari, 2011b) mendukung

fungsi dan kerja Komite DAS Lamasi (KDL) yang baru terbentuk Juli 2010. Di DAS

Air Bengkulu, pelaksanaan studi AL&AA dan penulisan kasus yang terjadi

(Andriansyah O., R. Mustikasari, 2011b) telah mendorong terbentuknya Dewan Air

Propinsi Bengkulu melalui advokasi Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB) dan Forum

Masyarakat Peduli DAS Air Bengkulu.

Versi Bahasa Inggris dari dokumen ini adalah hasil dari pelatihan dan diskusi

dengan penasihat Tim CDP yang dilakukan dalam Bahasa Inggris tetapi isi dan

materinya disusun oleh anggota Tim CDP dari Indonesia. Dengan demikian, fungsi

utama dari versi ini adalah untuk diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Indonesia

yang menjadi output akhir dari Proyek CDP Telapak dan ditujukan bagi mitra LSM di

Indonesia yang terlibat atau ingin terlibat dalam pengelolaan sumber daya air di

Indonesia. Versi Inggris ini dapat digunakan dalam konteks internasional dan dapat

bermanfaat bagi LSM non-Indonesia, tetapi belum bisa digunakan untuk panduan

AL&AA bagi pembaca internasional.

Page 13: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

13

Bab II mencakup rincian konsep AL dan AA, sedangkan panduan dan tahapan

kegiatan AL dan AA di lapangan dijelaskan masing-masing dalam Bab III dan IV.

Cara penulisan dan pelaporan kegiatan studi dijelaskan dalam Bab V; beberapa isu

kunci diuraikan dalam Bab VI. Di dalam tulisan ini diambil berbagai contoh dari uji

coba yang telah dilakukan di DAS Lamasi dan DAS Air Bengkulu.

I.2 JUSTIFIKASI DAN KEGUNAAN BAGI TELAPAK

Ada keinginan kuat dan kebutuhan yang meningkat dari kelompok non-pemerintah

untuk berpartisipasi dalam pengelolaan air di Indonesia. Hal ini didorong oleh

keinginan menstimulasi dan mendukung masyarakat sipil untuk berperan dalam

pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya air dan mematahkan

dominasi pemerintah dan sektor swasta dalam bidang ini. Kebutuhan utama adalah

penguatan masyarakat agar dapat menyatakan kepentingan dan kebutuhannya

serta dapat bernegosiasi dengan pemerintah serta pemangku-kepentingan lain di

tingkat yang lebih tinggi mengenai isu pengelolaan air. Peran lembaga pemerintah

dan sektor swasta dirasa masih terlalu dominan, membatasi keterlibatan petani dan

pengguna air lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pengelolaan air di wilayahnya.

Masyarakat lokal belum sepenuhnya terlibat dalam pengembangan perencanaan

dan pengelolaan sungai di DAS-nya masing-masing. Contohnya, sebagian besar

pengembangan fisik seperti pembangunan bendungan atau prasarana irigasi

ditetapkan tanpa keikutsertaan masyarakat pengguna air. Sama halnya dengan

perijinan untuk pengambilan air dan pembuangan limbah serta privatisasi sumber

daya air, yang berujung pada hilangnya akses masyarakat lokal pada sumber daya

air miliknya, seringkali dilakukan tanpa melibatkan masyarakat lokal yang

sesungguhnya menanggung resiko atas kerusakan lingkungan yang terjadi.

Intervensi dalam pembangunan di sektor air seringkali diambil tanpa pemahaman

yang baik atas resiko lingkungan yang akan ditanggung masyarakat lokal dan

pengguna air lainnya, yang justru kedepannya akan menghambat keadilan sosial

dan keberlangsungan penggunaan dan ketersediaan sumber daya air. Contohnya,

petani memiliki keterbatasan akses untuk benih, pupuk, atau pemasaran produknya

dan tidak memiliki masalah dengan jumlah air, dimana penyediaan air tidak dapat

menyelesaikan masalah mereka dan juga tidak dapat meningkatkan

kesejahteraannya. Studi AL dan AA bertujuan untuk mengisi kekosongan informasi

ini, dan kemudian menyumbang pada pemanfaatan sumber daya air yang lebih

optimal.

Panduan ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan Telapak dan mitra LSM untuk

mengidentifikasi masalah-masalah dalam suatu DAS dan memperoleh gambaran

yang lebih lengkap mengenai pemanfaatan air dan pengguna air di daerah aliran

sungai. Kerana itu penting untuk memahami aspek ekonomi dan mata pencaharian

dari pengguna air dalam suatu daerah aliran sungai. Hal ini mencakup kegiatan-

kegiatan ekonomi yang terjadi seperti adanya pabrik karet atau tambang batubara,

serta keberadaan petani dan nelayan miskin yang mata pencahariannya tergantung

pada keberadaan dan akses terhadap sumber daya air. Pemahaman ini dibutuhkan

Page 14: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

14

untuk mendukung LSM dalam melakukan intervensi dan melibatkan diri dalam

pengelolaan daerah aliran sungai/air dalam wilayah kerja mereka.

LSM akan berperan penting menjembatani jarak antara pengguna air dan para

pengelola air lainnya. Panduan ini akan membantu LSM mitra Telapak memasuki

arena tersebut dengan mengumpulkan persepsi masyarakat mengenai hak-hak dan

penggunaan air mereka. Panduan ini dapat digunakan sebagai argumen untuk

pemanfaatan air yang adil dengan pemerintah dan pemangku-kepentingan yang

lain. Hasil yang diperoleh juga dapat digunakan untuk mempengaruhi para pembuat

kebijakan dan mendukung kampanye meningkatkan kesadaran dan pengetahuan

kalangan umum.

Penting bagi LSM untuk dapat membantu pengguna air menyusun persepsi mereka

secara terstruktur agar dapat dimengerti oleh orang lain, dan panduan ini dapat

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi, panduan ini bukan alat bagi LSM

untuk memperkuat masyarakat atau memberi benefit langsung ke petani; panduan

ini dimaksud untuk memahami kegiatan pengguna air yang dapat memberi

keuntungan bagi petani dalam jangka panjang. Hasilnya dapat digunakan untuk

advokasi dan mengarahkan minat masyarakat, yang juga merupakan peran dari

LSM.

Salah satu aspek penting dari analisis-analisis ini adalah diangkatnya kearifan lokal

dan struktur jaringan sosial yang ada. Kearifan lokal dapat membantu mencari solusi

pengelolaan sumber daya air berkelanjutan dan, dengan demikian, merupakan

masukan penting dalam dialog dengan stakeholder lain. Jaringan sosial harus

dianggap sebagai komponen penting dalam kualitas kehidupan masyarakat dan

harus diakui dan didukung saat mencari solusi pengelolaan sumber daya air yang

berkelanjutan secara sosial. Yang lebih penting, sebagai contoh, jaringan-jaringan ini

menyumbang pada strategi kelangsungan hidup rumah tangga dalam kemungkinan

terjadinya bencana.

Ada berbagai tantangan bagi Telapak untuk menjalankan kegiatan partisipasi

masyarakat yang berjalan secara ekologis dan sesuai dengan sosial-ekonomi

setempat, juga sejalan dengan lembaga-lembaga lain yang ada di Indonesia. Model

ini mendudukkan posisi masyarakat terlibat penuh kedalam perencanaan dan

pengelolaan sumber daya air yang ada. Karena itu akan dibutuhkan analisis rinci

atas permasalahan berkaitan dengan daerah aliran sungai, khususnya yang

menggambarkan kondisi dan potensi pada daerah yang bersangkutan serta para

pemain, lembaga, dan juga pola pengelolaan yang ada. Telapak dapat menjadi lebih

siap dalam tiga tujuan intervensinya: melakukan kampanye; mempengaruhi

kebijakan publik; dan penguatan mitra LSM dan masyarakat lokal pengguna air.

Page 15: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

15

II. KONSEP

Secara umum, Analisa Nafkah Hidup (AL) fokus pada kesejahteraan masyarakat,

kemampuan mereka mengatasi perubahan (kerentanan), strategi cara keluarga itu

menyelamatkan diri, dan bagaimana mereka mengatur pendapatan serta

pengeluarannya. Studi ini juga ingin mengetahui hubungan yang ada antara

masyarakat dengan air (atau sumber daya alam secara umum): seberapa penting air

untuk kesejahteraan masyarakat; apa yang terjadi jika air menjadi langka atau

terkontaminasi; dan masukan-masukan apa yang mereka dapat berikan untuk

memperbaiki situasi yang ada? Kelompok prioritas yang menjadi perhatian adalah

masyarakat yang memiliki ikatan intensif dengan air, seperti petani dan nelayan.

Analisa Aktifitas (AA) akan fokus melihat rangkaian kegiatan produksi suatu

kegiatan ekonomi, daripada melihat aspek individu. Yang dimaksud aktifitas ekonomi

ini secara umum merupakan aktifitas manusia sebagai upaya menghasilkan sebuah

produk atau jasa yang dibutuhkan orang lain atau masyarakat secara umum. Tabel 1

menunjukkan beberapa contoh produk dan juga output non-produk dari kegiatan

industri dan juga sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkannya. Untuk

sebagian besar aktifitas, seperti kegiatan industri, tujuannya adalah mendapatkan

keuntungan, tetapi bagi pengguna air lainnya seperti untuk perusahaan penyedia air

(PDAM) atau pertanian, tujuannya mungkin tidak terlalu jelas karena dapat

mencakup tujuan ekonomi serta sosial.

Perbedaan utama antara LA dan AA adalah dalam analisa aktifitas proses produksi

dicirikan oleh input dan output serta biaya terkait untuk menghasilkan output

tersebut, sedangkan dalam Analisa Nafkah Hidup penekanan diberikan pada

kesejahteraan setiap rumah tangga.

Tabel 1: Contoh barang dan jasa serta output non-produk dari kegiatan industri serta

sumber daya alam yang digunakannya.

Aktifitas Barang dan jasa yang dihasilkan (output)

Output non-produk

Sumber daya alam yang digunakan

Tambang Bijih besi batubara Galena Bauksit Emas

Deforestasi Limbah padat dan cair

Tanah Hutan Air

Perkebunan sawit CPO dan inti sawit dari tandan buah segar; dan tandan sawit kosong

Deforestasi, limbah padat

Tanah Hutan Air

Penggalian pasir dan kerikil tepi sungai

Pasir, kerikil Kekeruhan Erosi

Sedimen

Pabrik karet Remah (SIR 1-10), karet sintesis

Limbah cair Pencemaran udara

Air

Page 16: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

16

Dalam pertanian, perbedaan antara Analisa Nafkah Hidup bagi keluarga petani dan

analisa aktifitas kegiatan bertani mungkin sedikit membingungkan tetapi penting dan

harus dimengerti dengan baik. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia

karena aktifitas pertanian mencakup lebih dari 50% wilayah pedesaan di Indonesia

dan adalah sektor pengguna air yang utama, sedangkan para petani merupakan

kelompok prioritas bagi banyak LSM. Mungkin yang membingungkan antara analisa

aktifitas dan strategi nafkah karena hasil dari kegiatan pertanian seringkali tidak

dijual ke pasar (sebagai hasil kegiatan ekonomi) tetapi langsung dikonsumsi

(subsisten, dan juga seperti “aset keluarga”). Dalam kasus demikian input para

petani tidak terasa atau dianggap sebagai biaya dan output yang dihasilkan tidak

dianggap sebagai pemasukan.

Kebingungan lainnya mungkin muncul saat memilih aktifitas kritis dan kelompok

rentan (Bab III) yang menjadi fokus dari analisis ini. Pertanian sawah irigasi mungkin

merupakan aktifitas kritis karena menggunakan terlalu banyak air dan mencemari

sungai, sedangkan petani yang bersangkutan mungkin cukup mampu dan tidak

dianggap sebagai kelompok rentan. Sebaliknya, nelayan rumput laut mungkin

merupakan kelompok rentan, sedangkan kegiatan mereka tidak kritis dari segi

pengelolaan sumber daya air.

Kesalahan di atas dapat dihindari dengan mengacu pada pendekatan di bawah

dalam melakukan kedua analisis.

Analisa aktifitas terhadap kegiatan pertanian terfokus pada tanaman pertanian.

Informasi yang dikumpulkan termasuk jumlah dan biaya input (antara lain benih,

air, pupuk) dan juga hasil tanaman pertanian dan penghasilan yang

bersangkutan dari setiap unit luasan 1 hektar. Input dari tenaga petani harus

diperhitungkan sebagai biaya produksi. Analisis ini akan menunjukkan

perbedaan dalam produksi tanaman pertanian di daerah yang berbeda dan

dengan kondisi yang beragam dari, contohnya, ketersediaan air.

Analisa Nafkah Hidup rumah tangga petani akan menilai – antara lain – jumlah

penghasilan setiap rumah tangga, yang mungkin berasal dari kegiatan pertanian

berbagai tanaman pertanian di tempat yang berbeda atau dari sumber lain selain

kegiatan pertanian. Pemasukan berupa hasil pertanian dari sawah atau kebun

sendiri juga dianggap sebagai penghasilan. Analisis ini akan menunjukkan

ketergantungan (dan juga kerentanan) petani pada kegiatan pertanian serta

ketergantungan pada akses terhadap air.

II.1 KONSEP ANALISA NAFKAH HIDUP

Analisa SN adalah upaya mengetahui realitas kehidupan atau keberlanjutan dari

suatu kelompok komunitas. Analisis ini dilakukan pada tingkat rumah tangga,

dimana individu tersebut memiliki kepentingan dan sumber daya ekonomi yang

sama4.

4 Definisi formal dari rumah tangga menurut Biro Pusat Statistik adalah sebagai berikut (BPS, 2010):

Rumah tangga dikategorikan menjadi dua tipe: rumah tangga biasa dan luar biasa.

Page 17: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

17

Konsep strategi nafkah berkelanjutan (Gambar 1) berdasarkan definisi berikut.

“Suatu strategi nafkah terdiri dari kemampuan, aset (termasuk sumber daya materil

dan juga sosial) dan aktifitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan hidup. Suatu

strategi nafkah dianggap berkelanjutan jika dapat menanggulangi dan pulih dari

tekanan dan goncangan dan menjaga atau meningkatkan kemampuan dan asetnya

untuk saat ini dan di masa datang, sembari tidak mempengaruhi sumber daya alam

yang” (Carney 1998).

LIVELIHOOD SYSTEMS

AND VULNERABILITIES

Resilie

nce

Vulnerability

context

dynamic changes

in local resources:shocks

fluctuations

trends

General natural

resources and

exogenous changes:

hydrology

institutions

climatic changes

world market

etc.

Local resources

Access filter

Household income used for:

Investments in assets; household activities;

consumption; and

social expenses

Wellbeing

Quality of life

Legal and

institutional

context (local and national)

Natural

Social

Financial Human

Livelihood

Assets

Physical

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

General natural resources and

exogenous changes;

Hydrology

Sumber daya alam umum dan

perubahan eksogen;

Hidrologi

a. Rumah tangga biasa merupakan individu- individu atau sejumlah individu yang tinggal di dalam bagian/beberapa bagian

bangunan fisik atau seluruh bangunan fisik, dan berbagi dapur. Berbagi dapur disini berarti mereka bersama mengurus kebutuhan sehari-hari mereka. Ada beberapa tipe rumah tangga biasa, antara lain:

Individu yang tinggal dengan istri dan anaknya;

individu yang menyesa kamar atau bagian dari suatu bangunan dan mengurus kebutuhan pangannya;

Keluarga yang tinggal di dua bangunan semi-terpisah dan berbagi dapur;

Penyedia tempat tinggal dan penginapan (untuk kurang dari 10 orang);

Perawat asrama, rumah yatim, fasilitas tahanan, dan orang yang tinggal sendiri atau dengan anak, istri, dan anggota keluarga lainnnya dan mengatur kebutuhannya terpisah dari lembaga yang mereka urus;

Individu yang berbagi ruangan atau bagian dari bangunan tapi mengurus kebutuhan pangannya sendiri. b. Rumah tangga luar biasa adalah individu-individu yang tinggal di asrama, barak, rumah yatim, fasilitas tahanan, yayasan,

dan juga sekelompok yang terdiri lebih dari 10 individu yang membayar kost atau biaya penginapan. Rumah tangga luar biasa tidak dicakup oleh Susenas.

Page 18: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

18

Institutions

Climatic changes

World market, etc.

Kelembagaan

Perubahan iklim

Pasar dunia, dll.

Lokal resources Sumber daya lokal

Legal and institutional context (lokal and

national)

Konteks legal dan kelembagaan (lokal

dan nasional)

Access filter Filter akses

Vulnerability context

Dynamic changes in lokal resources:

Shocks

Fluctuations

trends

Konteks kerentanan

Perubahan dalam sumber daya lokal

Goncangan

Fluktuasi

Tren

resilience Ketahanan

Livelihood asets Aset mata pencaharian

Physical Fisik

Natural Alam

Sosial Sosial

Human Manusia

Financial Keuangan

Household income used for:

Investments in asets;

Households activities;

Consumption; and

Sosial expenses

Penghasilan rumah tangga digunakan

untuk:

Investasi aset;

Aktifitas rumah tangga;

Konsumsi; dan

Pengeluaran sosial

Wellbeing

Quality of life

Kesejahteraan

Kualitas hidup

Livelihood sistems and vulnerabilities Sistem strategi nafkah dan kerentanan

Gambar 1. Sistem Strategi Nafkah dan Kerentanan

Page 19: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

19

Konsep ini mengidentifikasi lima aset yang berbeda untuk setiap rumah tangga

berdasarkan bagaimana suatu rumah tangga mengambil keputusan dan

mendapatkan penghasilan: manusia, alam, keuangan, fisik dan aset sosial (juga

disebut “modal sosial”).

Aset manusia adalah komposisi dari rumah tangga dan “perangkat lunak” dari

anggotanya. Kemampuan mereka untuk menyumbang pada pekerjaan dan

pendapatan rumah tangga adalah penting, khususnya pendidikan, kemampuan

khusus dan keahlian mereka.

Aset alam adalah sumber daya alam seperti lahan, air, hutan, yang tersedia bagi

pemiliknya, baik dalam lahan pribadi ataupun di sekitarnya. Akses bisa terbatas,

contohnya, karena kebijakan setempat atau pemerintah, khususnya jika sumber

daya tersebut bukan milik pribadi.

Aset keuangan berhubungan dengan dana simpanan dan akses terhadap

peminjaman dari bank atau peminjam lainnya. Dana simpanan tidak hanya

berupa uang tapi juga perhiasan.

Aset fisik tidak hanya berupa rumah, peralatan seperti traktor dan kendaraan,

tetapi juga pohon atau hewan yang digunakan untuk menghasilkan produk yang

dapat dijual (pohon buah, ternak, kerbau, dll).

Aset atau modal sosial adalah jaringan sosial yang dapat diandalkan suatu

rumah tangga dalam suatu kondisi darurat atau bencana. Jaringan agama atau

perkumpulan adalah beberapa contoh baik.

Sumber daya eksongen/eksternal (alami, kelembagaan, ekonomi, dll) dicirikan oleh:

(i) dinamika dan perubahannya (goncangan, variasi, tren – liat di bawah) yang

memberi tekanan pada suatu rumah tangga; dan (ii) aksesibilitasnya yang diatur

oleh berbagai pengaturan lembaga ataupun normatif (seperti pada sumber daya

umum dimana masyarakat miskin seringkali hanya memliki akses terbatas atau

bahkan tidak sama sekali).

Suatu konsep penting dalam model ini adalah konsep kerentanan. Hal ini penting

dicatat saat melakukan Analisa Nafkah Hidup. Hal ini berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk tetap kuat dan/atau memulihkan diri jika terjadi suatu perubahan

atau hal yang tak terduga. Hal ini mencakup tiga macam fenomena: (i) goncangan,

seperti bencana atau meninggalnya anggota keluarga; (ii) perubahan seperti

kenaikan harga kebutuhan pokok, perubahan dalam curah hujan dan debit sungai;

dan (iii) tren seperti meningkatnya laju deforestasi di hutan-hutan dan perubahan

iklim.

Berdasarkan model ini, Analisa Nafkah Hidup adalah pendekatan untuk memahami

bagaimana masyarakat lokal melihat kondisi kehidupan mereka dalam konteks

kesejahteraan dan kerentanan. Ini dapat dilakukan dengan mencari tahu seberapa

besar perasaan aman – tidak aman masyarakat miskin terhadap sebagian besar dari

aspek kesejahteraannya: aset (seperti kesehatan, perumahan, akses terhadap lahan

dan air), pendapatan, dan pola konsumsi (seperti pangan, pendidikan, dan pakaian).

Page 20: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

20

Masyarakat harus dapat menentukan: (i) ketidakamanan mana yang paling penting

bagi mereka; (ii) alasan atas perasaan tersebut; (iii) hubungannya dengan

ketersediaan dan akses terhadap sumber daya air; dan (iv) solusi yang

memungkinan.

Dengan demikian kami akan fokus pada tingkat rumah tangga untuk mendapat

gambaran lengkap mengenai kondisi sosek suatu rumah tangga dan bagaimana

mereka memahami sifat dari aset, aktifitas, dan pendapatannya serta bagaimana

digunakannya atau ingin menggunakannya. AL juga harus memperhatikan

permasalahan yang dihadapi dan bagaimana suatu rumah tangga dan bagaimana

mereka berencana memperbaiki kondisi ekonominya. Hal lain yang juga penting

untuk diperhatikan adalah ketergantungan atas air serta pemahan strategi suatu

rumah untuk mengeluarkan diri dari kondisi jika air sebagai input utama tidak cukup

atau tidak ada.

Analisa Nafkah Hidup ini dapat mengembangkan upaya-upaya konkret tentang

bagaimana kondisi mata pencaharian masyarakat miskin dapat diperbaiki oleh

kemampuan mereka menghadari perubahan-perubahan eksternal, seperti dengan

meningkatkan aset, mengurangi faktor kerentanan eksternal, dan/atau meningkatkan

akses terhadap sumber daya.

II.2 KONSEP ANALISA AKTIFITAS

Seperti yang telah disebutkan, AA menganalisa kegiatan yang menghasilkan barang

dan jasa yang dibutuhkan orang lain atau masyarakat umum. AA mencakup

berbagai aktifitas, termasuk pertanian, nelayan, industri, pertambangan, dan wisata.

Semua aktifitas ini memiliki kesamaan yaitu membutuhkan input berupa modal,

tenaga, alat, dan dana untuk menghasilkan suatu produk dan juga mengeluarkan

sisa-sisa produksi ke lingkungan sekitarnya. Tujuan utama analisis ini adalah untuk

mengidentifikasi tindakan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan keadilan

penyediaan air. Dengan kata lain, informasi yang dikumpulkan melalui analisis ini

akan mendukung pencarian keseimbangan seperti yang disebutkan dalam Bab I

antara lain: pengentasan kemiskinan; ekosistem yang berkelanjutan; dan

perkembangan ekonomi.

Untuk itu analisa aktifitas akan fokus pada: fungsi produksi; alternatif untuk

menghasilkan barang dan jasa; dan fungsi kerusakan yang menjelaskan dampak

fungsi produksi karena, contohnya, kekurangan air atau kualitas air yang jelek.

Fungsi produksi melihat proses produksi dan khususnya input yang dibutuhkan

(seperti air, benih, bahan baku) untuk menghasilkan output yang diperlukan

(seperti limbah cair, limbah padat) atau dampak lain dari proses produksi (seperti

pengikisan tepi sungai, kontaminasi air tanah). Kategori terakhir ini seringkali

disebut sebagai output non-produk (lihat Tabel 1).

Alternatif produksi, seperti mengidentifikasi cara lain mendapatkan output yang

sama dengan kombinasi input yang berbeda (termasuk air). Hal ini berkaitan

dengan teknologi dan pelaksanaan produksi. Contohnya, teknologi lama untuk

membuat bir membutuhkan 25 liter air untuk menghasilkan 1 liter bir, sedangkan

Page 21: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

21

teknologi baru hanya menggunakan 6 liter air. Atau, petani mungkin

membutuhkan air yang lebih sedikit jika melakukan pengelolaan pertanian yang

berbeda. Yang jelas, penekanan diberikan pada air atau input yang berkaitan

dengan air.

Fungsi kerusakan. Dalam bagian ini kita melihat “elastisitas” pengguna air jika

kebutuhan atas input tidak terpenuhi. Dalam konteks air kita mencoba

mengetahui apa yang terjadi jika persediaan air kurang dari permintaan

(kekeringan), terlalu banyak (banjir), atau berkualitas buruk (terkontaminasi).

Untuk kasus para petani, pertanyaan yang dapat diajukan berhubungan dengan

apa yang akan mereka lakukan bila persediaan air ke lahan pertanian/sawah

mereka berkurang.

Dua kategori berikut dibahas secara lebih mendalam: pertanian dan aktifitas industri.

II.2.1. PERTANIAN

Banyak kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan pertanian seperti menanam padi

di sawah, sawah kering, kebun sayur, agroforestry untuk berbagai jenis tanaman

(durian, cempedak, pete, kemiri, sagu, kelapa). Seringkali yang paling relevan

adalah analisa aktifitas pertanian. Data yang dikumpulkan untuk analisa aktifitas

antara lain adalah:

- Penjelasan praktek pertanian: antara lain kapan menebarkan benih, kapan menanam, kapan menggunakan pupuk, cara pemasaran, dll;

- Kepemilikan dan hak guna lahan (khususnya pengaturan sistem bagi hasil);

- Input untuk proses produksi tanaman pertanian: air, benih, pupuk, kerbau, tenaga, (jumlah dan biaya);

- Hasil dan harga (harga di tingkat produsen); - Output bukan produk (sisa-sisa dan dampak yang tidak diinginkan),

seperti jerami dan erosi tepi sungai; dan - Pemasaran dan biaya (antara lain tengkulak).

Informasi ini harus dikumpulkan melalui wawancara dengan petani dan yang paling

penting petugas penyuluh lapang (PPL), yang umumnya memiliki informasi

terstruktur aktual mengenai tanaman pertanian dan teknologi produksinya, serta

informasi mengenai perubahan yang mungkin terjadi di masa depan.

Tabel 2 di bawah adalah contoh struktur umum dari fungsi produksi aktifitas

pertanian. Tabel ini hanya mencantumkan biaya. Tabel yang lebih lengkap

sebaiknya mencantumkan jumlah dan harga per unit, seperti contoh yang diberikan

di Lampiran 4. Informasi mengenai input dan output aktifitas pertanian hasil

pengumpulan data dirangkum dalam tabel-tabel di Lampiran 5.

Page 22: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

22

Tabel 2: Struktur umum fungsi produksi tanaman pertanian (semua data per hektar)

Tanaman Biaya per hektar Total biaya per hektar

Hasil (kg) per hektar

Pendapatan kotor per hektar

Keuntungan bersih per hektar B

enih

Pupuk

Herbisida/ insektisida

Kerbau

Upah pekerja

Tenaga sendiri

Peralatan

Air

Lahan

Tanaman 1

Tanaman 2

Tanaman 3

II.2.2. PROSES INDUSTRI

Analisa aktifitas industri cukup sulit, khususnya karena industri tidak terlalu terbuka

mengenai proses produksinya. Namun, dengan konsultasi dengan para ahli dan

studi literature, seringkali kita dapat mendapat gambaran mengenai tahapan penting

dalam proses produksi tersebut, seperti mengenai jumlah air yang dibutuhkan serta

sisa produksi yang dihasilkan. Lampiran 3 memberikan contoh data hasil kegiatan

Analisa Aktifitas yang didapat sangat terbatas dari satu pabrik karet yang ada di

DAS Air Bengkulu.

Informasi lain yang relevan adalah jumlah pekerja serta output ekonomi dari pabrik-

pabrik tersebut. Data ini dapat memberi jawaban apakah pabrik tersebut penting

secara nasional dan/atau regional.

Isu lain yang penting adalah masalah perijinan. Pabrik-pabrik beroperasi dilengkapi

serangkaian perijinan dari berbagai kementrian. Mencari ijin-ijin ini tidak mudah tapi

merupakan tahap penting untuk menuju langkah yang lebih sulit yaitu mengubah

kondisi perijinan (contohnya, kompensasi untuk masyarakat) atau mengevaluasi

pelaksanaan pabrik.

Page 23: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

23

III. KEGIATAN LAPANGAN UNTUK ANALISA NAFKAH HIDUP

Bab ini terdiri dari Sub-bab III.1, yang menggambarkan kegiatan lapangan untuk AL

dan Sub-bab III.2. yang menjelaskan tahapan dari kegiatan lapangan Analisa Nafkah

Hidup.

III.1 CIRI KHUSUS ANALISA NAFKAH HIDUP

Berangkat dari konsep yang dijelaskan di Bab II, kegiatan lapangan bertujuan untuk

memahami masyarakat dan mengumpulkan data kualitatif serta lebih utama adalah

data kuantitatif. Sifat tersebut dari kegiatan lapangan perlu mendapatkan perhatian

yang lebih.

Kegiatan lapangan adalah saat untuk berinteraksi dengan masyarakat target

(responden) dalam kelompok rentan melalui wawancara. Lembar kuesioner terdiri

dari sejumlah pertanyaan. Metode AL menggunakan pendekatan kualitatif untuk

mengumpulkan data dan informasi mengenai aspek sosial dan persepsi masyarakat.

Ini bukanlah sensus ataupun analisis statistik termasuk penentuan sampel yang

mewakili atau kuesioner yang disusun dengan menyeluruh, tetapi merupakan

pendekatan penilaian cepat (rural appraisal) melalui rangkaian wawancara selektif

dengan responden dan juga diskusi kelompok terfokus (FGD).

Seperti yang telah disebutkan, AL mengarah pada rumah tangga pedesaan

sedangkan AA mengarah pada aktifitas pertanian/nelayan. Agar lebih jelas,

disarankan untuk melakukan pendekatan terpisah pada kedua analisis tersebut.

Rumah tangga, misalnya, mungkin terlibat dalam beberapa aktifitas yang

menghasilkan pendapatan, sehingga akan sulit untuk menganalisis suatu kegiatan

terpisah dari kondisi keluarga.

AL dan AA membutuhkan dua pendekatan. Analisa Nafkah Hidup menggali

kehidupan sehari-hari suatu keluarga dengan pertanyaan seperti: apakah strategi

mereka jika terjadi suatu bencana? Para enumerator dapat memilih satu, dua, atau

beberapa keluarga asalkan dapat memperoleh data yang cukup. Keluarga yang

dipilih akan mewakili suatu kelompok rentan yang diminati para enumerator dan tim

survey.

Kesalahan yang paling sering dilakukan saat survey adalah mengumpulkan data

yang salah dan interpretasi yang tidak tepat, yang mungkin disebabkan kesalahan

dalam pemilihan responden atau penentuan jumlah responden sehingga jawaban

yang diberikan tidak mewakili kelompok yang rentan secara keseluruhan.

Setiap kelompok rentan memiliki cara hidup yang berbeda. Hal ini terkait dengan

aktifitas harian yang mereka lakukan dan bagaimana mereka menyusun suatu

keputusan. Petani padi memiliki hubungan khusus dengan air yang membedakan

mereka dengan kelompok agroforestry. Pengetahuan atas budaya dan tradisi lokal

juga menyebabkan kegiatan dan hubungan yang berbeda dengan sumber daya air.

Page 24: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

24

Ada beberapa hal yang hanya dapat dimengerti lebih baik melalui pendekatan lebih

dalam terhadap kehidupan responden. Saat kunjungan lapangan, kita harus

membangun keakraban emosional dengan masyarakat: mendapatkan kepercayaan

mereka. Hal ini akan memberi enumerator basis untuk mengumpulkan data

berkualitas. Selain itu, kepercayaan akan sangat mempengaruhi keberhasilan

pelaksaan kegiatan lapangan.

Hal di atas sangat penting jika kita dianggap sebagai orang luar. Tidak semua

anggota masyarakat akan menyambut dengan baik. Sifat masyarakat berbeda di

setiap tempat demikian juga cara mereka memandang orang luar. Bahkan ada

beberapa kelompok masyarakat yang tertutup pada orang luar. Tanpa keakraban

dan kepercayaan masyarakat, pengumpulan data bisa menjadi sulit dan

kemungkinan mendapatkan data yang salah menjadi lebih besar karena masyarakat

mungkin memberikan informasi yang salah. Responden mungkin menjadi curiga

sehingga memberi informasi yang salah atau bahkan berbohong.

Seperti juga kegiatan RRA dari berbagai rumah tangga, informasi lebih dalam

tentang mata pencaharian masyarakat bisa diperoleh dari beberapa rumah tangga

terpilih. Informasi yang mendalam akan mencoba membangun “kedekatan” yang

dibutuhkan untuk memperoleh wawasan mendalam dari pertimbangan,

kekhawatiran, dan khususnya “impian” dari responden rumah tangga. Keakraban ini

dapat dibangun dengan ikut serta dalam kegiatan sehari-hari mereka. Salah satu

cara adalah dengan menghabiskan beberapa hari dengan keluarga dari kelompok

rentan. Dengan demikian, enumerator dapat melihat kehidupan sebenarnya serta

merasa sebagai bagian dari kehidupan itu. komunikasi intensif harus dibangun

selama masa tinggal untuk membangun rasa kepercayaan. Dengan komunikasi

yang baik, enumerator dapat lebih saling mengenal. Cara lain untuk membangun

keakraban adalah dengan berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan seorang

responden terpilih dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran dari aktifitas

produksi, seperti berpartisipasi dalam pekerjaan seorang petani.

Metode yang terakhir ini pernah digunakan sekali saat kunjungan ke Desa Srowot,

Banyumas. Data dikumpulkan dengan ikut serta kegiatan petani di siang hari dan

tinggal dengan salah satu petani pada malam hari. Komunikasi dibangun dengan

keluarga dan dengan tetangga sekitarnya. Komunikasi seperti ini membuat adanya

keakraban dan kedekatan antara anggota keluarga dengan enumerator. Selain itu,

rasa keakraban dan kedekatan ini menyebar ke tetangga lain melalui keluarga

tersebut. Hal ini sangat membantu kegiatan pengumpulan data karena masyarakat

tidak akan merasa enggan untuk memberi informasi yang dibutuhkan. Serta,

keikutsertaan dalam pekerjaan di sawah atau kebun membantu mensinkronisasikan

informasi yang didapat dengan kegiatan sebenarnya.

III.2. TAHAPAN

Survey AL terdiri dari tujuh tahapan: identifikasi kelompok rentan; formulasi isu

terkait dan informasi yang diinginkan; pelatihan enumerator; pemilihan dan

wawancara responden; pengumpulan dan pengolahan data; pembuatan kesimpulan;

dan mungkin kegiatan selanjutnya: mengkaji hasil dan menyusun kesimpulan,

Page 25: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

25

misalnya, melalui diskusi kelompok terfokus. Gambar 2 menyajikan tahapan dalam

AL.

Lacks selection of (statistically) RRsample

III.2.1 IDENTIFIKASI KELOMPOK RENTAN

Analisa Nafkah Hidup seharusnya tidak meliputi semua jenis rumah tangga dalam

suatu daerah aliran sungai melainkan terarah pada sejumlah yang disebut kelompok

rentan. Kelompok rentan terdiri dari rumah tangga yang mata pencahariannya rentan

karena perubahan ketersediaan dan akses mereka terhadap air akan sangat

mempengaruhi kesejahteraan mereka. Contohnya, masyarakat mungkin akan

terputus dari sumber air untuk lahan pertanian mereka yang kemudian membuat

mereka rentan jika tidak memiliki sumber lainnya. Atau: masyarakat tidak dapat

mengatasi perubahan ketersediaan air seperti mengeringnya sungai karena

deforestasi, meningkatnya polusi karena tambang di hulu atau banjir tahunan yang

merusak panennya.

Sub-bab ini melihat bagaimana kita dapat mengidentifikasi kelompok rentan untuk

diwawancara. Kelompok rentan biasanya dikelompokkan berdasarkan mata

pencaharian utama, seperti petani dan nelayan dan sebaiknya berdasarkan lokasi

dalam daerah aliran sungai seperti hulu, tengah dan hilir, contohnya: petani padi di

bagian tengah daerah aliran sungai di tepi kiri sungai; nelayan di daerah hilir; petani

GAMBAR 1. TAHAPAN DALAM ANALISA NAFKAH HIDUP

FGD

Ringkasan dan Kesimpulan

Penjabaran (juga Rangkuman

Harian)

Penentuan sampel dan Pelaksanaan Wawancara

Susunan Kuisioner dan Pelatihan Surveyor

Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan

Identifikasi Kelompok Rentan

Page 26: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

26

lahan kering di bagian hulu. Dengan demikian dengan mudah mata pencaharian

dapat dikaitkan dengan kondisi ekologis dan hidrologis daerah aliran sungai yang

berbeda-beda.

Secara umum, menuju hulu, semakin sederhana (semakin homogen) kelompok

rentan yang ada; semakin menjauh dari hulu, semakin beragam kelompok rentan

yang ada. Masyarakat hulu umumnya memiliki mata pencaharian yang relatif sama:

pertanian. Air sangat mempengaruhi sistem pertanian. Masyarakat hilir dan tengah

memiliki sistem mata pencaharian dan ketergantungan atas air yang lebih kompleks,

seperti pertanian, perikanan, industri, rumah tangga, dan pemanfaatan air lainnya.

Pemilihan kelompok rentan membutuhkan pengetahuan kondisi sosial ekonomi dari

masyarakat dan hubungannya dengan berbagai sumber air. Pemilihan ini juga

membutuhkan pengetahuan ketersediaan air dan batasan yang mungkin ada pada

akses berbagai sumber air untuk kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Pada

umumnya, informasi ini bisa didapat dari LSM yang sudah berpengalaman di daerah

tersebut. Berdasarkan pengalaman mereka, pilihan pertama seharusnya dibuat

secara fleksibel dan, jika perlu, dapat beradaptasi jika tim memperoleh informasi

tambahan melalui wawancara.

Kelompok-kelompok rentan di Desa Karya Sari dan Desa Tapos (hulu DAS

Cisadane), Desa Melung (hulu DAS Serayu), dan Desa Srowot (bagian tengah DAS

Serayu) ditetapkan berdasarkan jenis tanaman pertanian dan aktifitas penanaman

mereka. Mereka adalah petani padi, sayuran, tanaman hias, agroforestry, budidaya

ikan, dan pemilik villa. Di Desa Srowot (bagian tengah DAS Serayu), mata

pencaharian dan gaya hidup masyarakat relatif homogeny. Bersama-sama mereka

menanam padi dan palawija pada musim-musim tertentu. Di musim hujan semua

menanam padi di sawah dan pada musim kering menanam palawija dan tanaman

sela (umumnya kacang)5.

III.2.2. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR

Setelah kelompok rentan telah dipilih, dilakukan identifikasi informasi/data yang

dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan isu-isu yang

muncul. Informasi ini akan menjadi bahan untuk analisis permasalahan yang

dilakukan selanjutnya. Isu-isu yang muncul di suatu daerah beragam, tergantung

pada daerah tersebut. Contohnya, suatu daerah dilanda permasalahan kekeringan,

daerah lain memiliki masalah banjir, dan daerah berikutnya memiliki masalah air

tanah. Tetapi pada dasarnya semua isu-isu ini terkait dengan interaksi dengan

interaksi antara kelompok rentan dan sumber daya air.

Selain data mengenai aset, pendapatan, pengeluaran, dll dari rumah tangga-rumah

tangga kelompok rentan, kita membutuhkan informasi mengenai sumber air yang

digunakan dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh banjir dan kekeringan. Hal yang

penting diperhatikan adalah ketersediaan dan akses atas sumber daya dan faktor-

faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan akses, seperti kebijakan pemerintah,

pengguna air lainnya, kekeringan, pencemaran, dll.

5 Desa Srowot dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Kali Bagor adalah pusat budidaya kacang di Jawa Tengah.

Page 27: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

27

III.2.3. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR

Kuesioner digunakan sebagai panduan wawancara. Kuesioner mencakup

serangkaian pertanyaan bertujuan memastikan tidak ada informasi yang terlewati.

Kuesioner jelas tidak dimaksud untuk mengatur seperti interogasi yang kaku tetapi

untuk mengarahkan suatu diskusi terbuka. Jika ada informasi penting yang dilewati

saat di lapangan, akan lebih sulit untuk melengkapinya di waktu lain.

Pertanyaan dalam kuesioner harus mengarahkan pada isu yang dipilih. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut sebagian besar adalah pertanyaan terbuka dengan jawaban

bebas. Pertanyaan yang tidak termasuk dalam kuesioner juga dapat diberikan untuk

melengkapi informasi sepanjang bersifat relevan.

Contoh kuesioner yang telah dikembangkan dan digunakan saat CDP diberikan

dalam Lampiran 2. Kuisioner ini bukanlah suatu resep tetapi dapat dianggap sebagai

panduan untuk menyusun kuisioner spesifik untuk tujuan tertentu.

Wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama dalam

lokasi yang telah ditetapkan. Anggota tim yang melakukan wawancara (enumerator)

harus mampu mengumpulkan data dengan benar. Untuk memastikan kemampuan

tersebut, enumerator harus diberi pelatihan. Pelatihan AL harus menekankan pada

pendekatan terbuka.

Ada tiga tahap dalam pelatihan: pertama, pelatihan dalam kelas dimana semua

aspek dari panduan diberikan dan dibahas; kedua, pelatihan lapangan dimana

pemimpin proyek menjadi mentor bagi 3 – 5 enumerator melakukan wawancara

sementara enumerator mendengarkan dan mencatat; dan ketiga, pelatihan lapang

dimana pemimpin proyek mengamati enumerator melakukan wawancara. Ketiga

tahapan ini dilanjutkan dengan diskusi dan komentar.

Pelatihan dalam kelas untuk enumerator pemula dilakukan dengan simulasi

wawancara dibawah pengawasan mentor. Pelatihan ini bertujuan agar enumerator

dapat benar-benar mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang

perlu diperoleh dari survey yang akan dilakukan. Selain itu, kegiatan ini akan melatih

kemampuan enumerator memahami panduan kuisioner.

Enumerator dapat dilatih untuk mengembangkan diskusi langsung berdasarkan

kuesioner. Data kualitatif mencakup sebagian besar aspek kehidupan masyarakat

dan tidak terlalu mudah memisahkan satu topik dari yang lain. Penting untuk

enumerator memahami konsep AL secara menyeluruh.

Kemampuan ini harus didukung kemampuan berbaur dengan masyarakat lokal.

Seperti dijelaskan sebelumnya, faktor penting dalam keberhasilan aktifitas lapangan

adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini dapat diawali dengan pengenalan diri dan

menjelaskan tujuan wawancara, dan juga bertanya apakan responden mempunyai

pertanyaan.

Enumerator yang melakukan wawancara dapat berasal dari masyarakat lokal,

sejalan dengan kondisi yang telah disebutkan di atas. Contohnya, beberapa pemuda

lokal dapat diminta berpartisipasi dalam aktifitas ini. Enumerator seperti ini memiliki

Page 28: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

28

keunggulan untuk mendapat informasi tanpa banyak halangan berkomunikasi dan

juga lebih mengerti sifat-sifat masyarakat.

III.2.4. PENENTUAN SAMPEL DAN WAWANCARA

Dalam kelompok rentan yang telah ditentukan, perlu ditentukan jumlah dan rumah

tangga mana yang akan diwawancara. Ini tergantung pada: waktu dan sumber daya

lain yang dimiliki. Juga tergantung pada enumerator dan pengetahuan anggota tim

atas komposisi masyarakat. Mungkin akan menarik, contohnya, mewawancara

masyarakat yang baru saja jatuh dalam kemiskinan atau keluar dari kemiskinan.

Wawancara harus dilakukan terhadap responden terpilih yang mewakili kelompok

rentan yang telah diseleksi. Jumlah responden harus diperhitungkan dengan baik

agar benar-benar mewakili kelompoknya. Seleksi biasanya dilakukan secara acak

tetapi, jika memungkinkan memanfaatkan informasi yang diketahui tentang

kelompok rentan, misalnya, dengan melakukan konsultasi dengan kepala desa atau

tetua masyarakat. Dalam suatu AL di DAS Air Bengkulu, Tim YUB mengunjungi

ketua RT (Rukun Tetangga) atau tokoh masyarakat untuk mendapat gambaran

tentang kelompok rentan yang terpilih.

Wawancara dilakukan oleh enumerator terlatih terlebih dahulu, dan yang lebih junior

menyusul. Beberapa enumerator bisa disebar di beberapa lokasi dalam waktu yang

sama; ini lebih efisien dari segi waktu dan biaya serta efisien untuk wilayah yang

relatif luas dengan jumlah responden yang banyak.

Penting untuk menjelaskan tujuan wawancara dan memperkenalkan diri di awal

proses wawancara.

Kuesioner berfungsi sebagai panduan pengumpulan data. Beberapa halangan bisa

membuat wawancara lebih kaku dari yang dikehendaki karena perhatian enumerator

terbagi antara berbicara dengan menulis. Selain itu, yang sering kali terjadi adalah

pertanyaan lebih dahulu dijawab sebelum ditanyakan. Responden biasanya lebih

nyaman untuk berbicara secara bebas dibandingkan diberi pertanyaan satu per satu.

Selain kuesioner, catatan dengan poin-poin kunci bisa berguna untuk membantu

proses wawancara. Catatan dapat disusun saat wawancara.

Disarankan agar wawancara dilakukan oleh dua enumerator. Seorang enumerator

menanyakan pertanyaan sedangkan yang lainnya mencatat. Alat perekam tidak

dianjurkan karena akan memberi kesan yang berbeda pada petani.

Pengecekan ulang hasil wawancara dapat dilakukan dengan berbicara dengan

suami/istri, anak, atau anggota keluarga yang lain. Sebaiknya melakukan

wawancara terpisah bagi wanita dan pria. Para istri biasanya memiliki pandangan

yang berbeda, yang memperkaya data yang dikumpulkan. Anak-anak atau saudara

yang tinggal di kota lain juga dapat menambah informasi. Jika tidak ada pendapat

yang berlawanan, kita dapat menggali informasi lebih banyak melalui studi pustaka

atau konsultasi dengan pakar.

Page 29: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

29

Pendapatan dan gaji adalah isu sensitif dalam hampir semua wawancara. Sebaiknya

hindari pertanyaan mendalam mengenai pendapatan responden. Cara bertanya

yang lebih baik adalah untuk bertanya mengenai pengeluaran dan biaya hidup dan

bagaimana responden dapat memenuhi pengeluaran tersebut. Dengan demikian

gambaran mengenai penghasilan dapat perlahan terbentuk.

III.2.5. PENJABARAN (JUGA RANGKUMAN HARIAN)

Setelah wawancara, data dikumpulkan dan disusun penjabaran atas data tersebut.

Penjabaran harus dibuat secara rinci agar meliputi semua data yang diharapkan

seperti yang dijelaskan dalam konsep di Bab II. Semua data dikumpulkan secara

sistematis. Hal ini penting karena data yang tidak rapih atau tidak sistematis hanya

akan membingungkan dan seringkali tidak bernilai karena tidak dapat dimengerti.

Contohnya, kita merapihkan data tentang lima aset rumah tangga secara rinci.

Tujuannya adalah menyusun data yang dikumpulkan agar dapat dianalisis lebih

lanjut jika dibutuhkan.

Lebih baik untuk mengumpulkan data, merapihkan data, dan menulis laporan di hari

yang sama. Pengumpulan data di pagi hari dan menyusun laporan penjabaran di

siang hari akan membantu bila harus menjelaskan data tersebut pada orang ketiga.

Jika harus kembali ke responden untuk verifikasi data maka sebaiknya dilakukan

secepatnya dan tidak pada akhir kegiatan lapangan.

Kesalahan interpretasi data disebabkan oleh analisis yang tidak baik, seringkali

karena tidak adanya pengetahuan atas kondisi responden. Salah satu contoh adalah

data penghasilan petani; mungkin kita berpikir pendapatan petani sangat rendah,

yang mengarahkan pada kesimpulan bahwa kehidupan petani pasti sulit karena

keterbatasan uang. Setelah pengecekan ulang, kita mengetahui bahwa kehidupan

petani sudah mencukupi, dan bahkan lebih dari mencukupi karena mereka tidak

memerlukan uang untuk memenuhi semua kebutuhan pokok, yang diperoleh dari

lahan pertaniannya sendiri.

Untuk melengkapi data, rangkuman harian disusun untuk mendapat gambaran atas

semua yang terjadi, dirasa, dan dilihat oleh setiap enumerator. Rangkuman harian

ini dapat membantu melengkapi informasi penting yang tidak dapat dicantumkan

dalam kuisioner tapi dapat membantu saat penulisan laporan.

III.2.6. RINGKASAN DAN INTERPRETASI

Setelah data dikumpulkan dan dijelaskan, kemudian disusun ringkasan. Ringkasan

menyantumkan semua hal yang dianggap penting berkaitan dengan isu yang dipilih.

Ringkasan harus memuat gambaran umum wawancara, disertai tanggal, nama

responden, nama enumerator, dll. Ringkasan harus disiapkan dengan baik dan

pandai mengantisipasi masalah. Ringkasan yang ada harus singkat tetapi jelas

memberi deskripsi umum dari data yang telah dikumpulkan. Ringkasan juga harus

dapat menarik kesimpulan.

Seringkali kita tidak butuh analisis yang rumit. Hanya dengan menyajikan tabel yang

jelas, pembaca dapat menganalisis hal yang membuatnya tertarik.

Page 30: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

30

Kesimpulan dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditentukan dan hasil dari survey

lapangan. Contohnya, tujuan kita mengetahui berapa besar penghasilan petani,

sehingga ringkasan harus mencantumkan jumlah penghasilan seutuhnya.

III.2.7. FGD; KEMUNGKINAN KELANJUTAN (CEK HASIL DAN BUAT

KESIMPULAN)

Setelah mengumpulkan data lapangan, kegiatan ini tidak berakhir disini.

Pengumpulan data harus dilanjutkan. Kita dapat mengecek ulang hasil wawancara

rumah tangga dengan mengadakan diskusi kelompok terfokus (FGD)6. FGD

diadakan untuk mengecek keterwakilan. Kesimpulan (tanpa mencantumkan nama-

nama) disajikan di depan seluruh kelompok.

6 FGD adalah diskusi yang dilakukan dalam suatu kelompok untuk membahas sesuatu yang sudah

didefenisikan dengan bantuan fasilitator untuk mengarahkan proses diskusi.

Page 31: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

31

IV. KEGIATAN LAPANGAN UNTUK ANALISA AKTIFITAS

Seperti yang telah kita pahami dari konsep di Bab II, kegiatan lapangan AA

membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan AL seperti telah dijelaskan di bab

sebelumnya dapat dianggap pendekatan standar untuk berbagai tipe rumah tangga.

Sebaliknya, AA akan sangat berbeda untuk berbagai macam aktifitas yang

menggunakan air seperti: peternakan; penangkapan ikan di perairan terbuka;

budidaya ikan; perkebunan kelapa sawit; pabrik karet; tambang batubara;

pengolahan air untuk penyediaan air umum; shipping; dan ekowisata. Karena alasan

ini (dan sebagian karena kurangnya waktu dan sumber daya), bab tentang kegiatan

lapangan AA ini akan membahas pertanian untuk gambaran tahapan-tahapanny di

Sub-bab IV.2. Untuk penjelasan berbagai macam AA, contoh akan diberikan dari

beberapa AA tentang pabrik karet di DAS Air Bengkulu.

Perbedaan penting lainnya antara ASN dan AA adalah AA lebih berkutat dengan

data kuantitatif (lihat bagian IV.1) dibandingkan AL dan sumber informasinya sangat

berbeda. Contohnya, dibandingkan berbicara pada individu petani, informasi utama

AA dari lapangan dapat diperoleh dari FGD sedangkan informasi penting bisa

dikumpulkan dari kantor penyuluhan pemerintah sebagai informasi sekunder.

IV.1. CIRI KHUSUS ANALISA AKTIFITAS DI LAPANGAN

Seperti yang telah disebutkan, AA bersifat lebih kuantitatif dibandingkan ASN karena

membahas proses produksi yang konkrit dengan nilai-nilai input, output, dan biaya

yang konkrit. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dan kemampuan analitis dari

enumerator karena data kuantitatif harus dicek untuk ketepatan dan konsistensi.

Laporan dengan data yang salah dan/atau tidak konsisten cenderung diabaikan dan

dilupakan.

Aspek penting lainnya dari informasi kuantitatif adalah ia harus dicantumkan

referensi yang benar, misalnya, sumber informasi diketahui dan informasi aslinya

dapat dikumpulkan lagi bila dibutuhkan.

Data dari berbagai sumber seringkali tidak konsisten dan adalah tugas penting bagi

AA untuk mengetahui data mana yang paling dapat diandalkan. Ini membutuhkan,

contohnya, kesadaran menyeluruh dari arti dari angka-angka yang diperoleh dan

deteksi awal adanya ketidak-konsistenan. Jika data yang tidak konsisten tidak dapat

diselesaikan, hal ini sebaiknya dicatat dengan baik untuk diselesaikan di lain waktu

atau oleh orang lain.

Seperti yang telah disebutkan, pada dasarnya ada tiga macam sumber informasi:

Informasi primer yang diperoleh melalui wawancara;

Informasi dari pakar seperti petugas penyuluh pertanian; dan

Informasi sekunder dari publikasi (seperti buku statistik tahunan) dan laporan

dan pustaka lainnya.

Page 32: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

32

IV.2. TAHAPAN

Ada beberapa tahap dalam survey AA yang serupa dengan tahapan AL. Tahapan-

tahapan ini adalah: identifikasi aktifitas kritis; penyusunan isu-isu relevan dan

informasi yang dibutuhkan; penentuan sampel dan wawancara; penjabaran (juga

rangkuman harian); ringkasan dan interpretasi; dan pengecekan ulang (cross

check).

Gambar 2. Tahapan dalam kegiatan Analisa Aktivitas.

IV.2. 1. IDENTIFIKASI AKTIFITAS KRITIS

Ada dua alasan untuk menganggap suatu sebagai kritis. Pertama adalah (i)

dampaknya pada sumber daya air dari segi kuantitas (contohnya saat pemanfaatan

air sebagian besar dilakukan pada musim kering) dan kualitas (antara lain jika

pembuangan limbah membuat air tidak layak digunakan bagi pengguna lain). Hal

kedua adalah (ii) dampak dari sumber daya air untuk proses produksi, juga dari segi

kuantitas (antara lain, banjir dan kekeringan) dan kualitas (seperti salinisasi sungai

dan air yang tercemar). Di DAS Lamasi dan Bengkulu alasan kami

mempertimbangkan kedua alasan diatas dengan mengidentifikasi industri dan

tambang serta sawah dan budidaya rumput laut sebagai aktifitas-aktifitas kritis.

CC

Ringkasan dan Interpretasi

Penjelasan (juga Rangkuman

Harian)

Penentuan sampel dan Wawancara

Susunan Kuisioner dan Pelatihan Surveyor

Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan

Identifikasi Aktivitas kritis

Page 33: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

33

Informasi mengenai banyak aktifitas kritis dapat diperoleh dengan mudah melalui

surat kabar, laporan pemerintah, para pakar dan pusat penelitian di universitas, dan

pengamat sosial dan lingkungan. Enumerator juga dapat melihat situs-situs berbagai

industri yang beroperasi sepanjang sungai. Internet juga merupakan tempat yang

baik untuk menggali informasi apa yang sedang terjadi di suatu daerah aliran sungai,

seperti hasil utama dari suatu daerah (seperti hasil tambang, karet, minyak sawit)

dan pabrik-pabrik apa yang mungkin mencemari sungai.

IV.2.2. PENYUSUNAN ISU-ISU RELEVAN DAN INFORMASI YANG DIBUTUHKAN

Dalam penelitian AA, data yang dibutuhkan adalah semua aspek produksi dari

kegiatan tertentu, termasuk modal fisik atau non-fisik, proses produksi, hasil (suatu

produk atau limbah), pemasaran/penggunaan dan aspek lainnya yang terkait

dengan proses mengolah suatu produk. Seperti yang telah disebutkan, aspek-aspek

tersebut memiliki arti yang berbeda bagi aktifitas yang berbeda dan mengarah pada

isu-isu berbeda untuk aktifitas yang berbeda. Dua kategori aktifitas akan dibahas

dalam panduan ini secara mendalam: aktifitas pertanian dan industri (lihat II.2.

Konsep Analisa Aktifitas Secara Rinci). Contoh tersebut tersedia di Lampiran 4 dan

5.

IV.2.3. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR

Dalam sesi pelatihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, mengenai kuisioner

dan pelaksanaan wawancara. Ada berbagai istilah dalam panduan ini yang

enumerator harus mampu terjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dimengerti

petani, pihak industri, dll.

Penyusunan kuesioner adalah bagian penting dari AA. Ini berbeda dengan AL,

dimana kuesioner cukup terstandarisasi – kita dapat menggunakan kuesioner

standart dalam Lampiran 1 untuk mengumpulkan data, dan yang perlu ditekankan

adalah melatih enumerator untuk memahami kuesioner. Untuk AA, kuesioner terkait

dengan tipe aktifitas yang kita pilih: proses produksi dalam pertanian berbeda

dengan pabrik karet. Kita harus mampu mengembangkan kuisioner dengan data

tambahan dari pakar dan studi pustaka. Dalam panduan ini kami melampirkan

contoh kuisioner untuk aktifitas pertanian pada Lampiran 2.

Tabel dalam kuesioner (Lampiran 2) penting bagi enumerator dalam pengumpulan

data lapangan. Ini berkaitan dengan tipe data yang harus dikumpulkan, yang

sebagian besar adalah angka. Tabel ini dapat membantu menyusun data dengan

rapih untuk pengumpulan yang lebih mudah.

IV.2.4. PENENTUAN SAMPEL DAN WAWANCARA

Proses penentuan sampel sedikit berbeda dengan ASN. Memang benar bahwa

enumerator dan timnya harus memilih satu dari tiga perusahaan tambang yang

beroperasi di daerah aliran sungai. Penentuan ini tergantung pada kepentingan LSM

yang melaksanakan AA. Tetapi pilihan biasanya tergantung pada praktek yang

paling merusak lingkungan atau aktifitas sosial yang merugikan masyarakat lokal

atau sumber daya air.

Page 34: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

34

Untuk pertanian tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan data umum

tentang pertanian dibandingkan kinerja petani. Hal ini dapat diperoleh melalui diskusi

dengan sekelompok petani. Ini dapat dilakukan dalam FGD kecil saat mereka

sedang berada di sawah atau kebun. Situasi yang informal dapat membantu petani

untuk bercerita tentang proses produksi yang mereka lakukan. Dari pengalaman

kami, petani senang bercerita tentang semua hal tentang kegiatan mereka.

Seringkali mereka bercerita tentang proses ini secara tidak terstruktur. Tapi hal ini

bisa di cek ulang kemudian.

Mewawancara perusahaan sifatnya sedikit berbeda. Mereka biasanya lebih tertutup

bagi orang luar dan segan membuka diri dan berbagi tentang prosesnya. Ini terkait

dengan ketakutan bahwa enumerator akan membagi informasi ke kantor pajak atau

kompetitor.

IV.2.5. PENJABARAN (JUGA RANGKUMAN HARIAN)

Penting untuk menulis hasil wawancara di lembar kertas yang baru secepatnya

setelah wawancara. Selalu ada kemungkinan bahwa informasi yang diperoleh tidak

jelas dan pertanyaan tidak dapat dijawab lagi jika kita tidak secepatnya melakukan

pengumpulan data susulan. Enumerator mungkin lupa beberapa detil atau lupa

mengecek ulang. Peraturan utama seharusnya adalah: wawancara di pagi hari

dan jelaskan di sore hari.

Semua data yang terkumpul sebaiknya disusun secara sistematis. Ini penting karena

data yang tidak rapih atau tidak sistematis hanya akan membingungkan dan sering

dianggap tidak bernilai karena tidak dapat dimengerti.

Untuk membantu melengkapi data, rangkuman harian melihat informasi penting

yang tidak termasuk dalam kuisioner tetapi dapat membantu dalam penulisan

laporan.

IV.2.6. RINGKASAN DAN INTERPRETASI

Setelah data terkumpul, dibuat ringkasan. Ringkasan memuat semua hal yang

dianggap penting terkait dengan isu yang dipilih. Ringkasan ini harus disusun

dengan hati-hati dan harus pandai mencari jika ada masalah. Ringkasan harus

pendek tetapi memuat gambaran umum dari data yang terkumpul.

IV.2.7. KEMUNGKINAN KELANJUTAN (CEK ULANG HASIL DAN BUAT

KESIMPULAN)

AA ini membahas aktifitas pertanian. Analisa aktifitas sebaiknya tidak langsung

selesai setelah ringkasan dan interpretasi dari data yang terkumpul. Ada beberapa

cara untuk meningkatkan keterwakilan dari ringkasan dan interpretasi data tersebut.

Untuk analisa aktifitas pertanian, hasil dapat dicek melalui FGD antara para petani,

contohnya, dari wilayah irigasi yang sama. FGD ini dapat dilakukan dalam kelompok

kecil dari 5 sampai 10 orang atau dalam kelompok yang lebih besar yang mewakili

semua anggota masyarakat. FGD ini juga dapat membahas isu-isu penting terkait

Page 35: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

35

dengan perkembangan aktifitas seperti teknologi baru atau perubahan pola

pertanian.

FGD bisa bermanfaat untuk menjaga komunikasi dalam masyarakat dan juga untuk

memperbaiki hasil wawancara. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan membahas

hasil-hasil yang telah diperoleh sebelumnya dan mengecek ulang dengan pendapat

kelompok terfokus. Mungkin saja hasil dari wawancara dan kesimpulan yang dibuat

tidak sesuai dengan persepsi kelompok terfokus. Dengan ini FGD dapat menjadi

masukan penting untuk menarik kesimpulan akhir. Dengan mengadakan beberapa

FGD dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat dan lebih mendekati aktifitas

pertanian yang sebenarnya.

Juga untuk aktifitas pertanian, hasil-hasil dapat dicek ulang dengan petugas

penyuluh pertanian. Kantor-kantor tersebut menyimpan informasi (termasuk data

statistik) terkait dengan, antara lain, pola pertanian, hasil, dan praktek pengelolaan

lahan dalam suatu daerah tertentu.

Data dan informasi industri dapat dicek ulang dengan pakar. Banyak dosen

universitas memiliki akses berbagai macam penelitian, contohnya berkaitan dengan

perusahaan karet atau perkebunan kelapa sawit. Penjabaran lanjut selalu diterima

untuk melengkapi laporan.

Page 36: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

36

V. PELAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

Enumerator menulis laporan lapangan yang memuat hasil AL atau AA secepatnya

setelah kegiatan lapangan. Penundaan penulisan lapangan akan merusak hasil

karena banyak informasi detil yang mungkin terlupakan. Laporan lapangan ini bukan

dimaksud untuk ditulis dengan kesimpulan dan rekomendasi tetapi lebih untuk

mendokumentasikan data lapangan yang dapat digunakan untuk tujuan lainnya.

Laporan ini juga penting sebagai bahan untuk intervensi lebih lanjut. Pendekatan

ternegosiasi lain dapat dibantu dengan adanya laporan ini.

Laporan tersebut harus memuat setidaknya:

- Konteks dan tujuan wawancara;

- Kapan dan oleh siapa dilaksanakan;

- Kuisioner yang digunakan;

- Masyarakat yang diwawancara;

- Penemuan dari wawancara dan rekomendasi untuk perbaikan; dan

- Ringkasan dari hasil, contohnya, tabel input aktifitas pertanian.

Kami bermaksud untuk memberi para pembaca gambaran apa yang dirasakan dan

dilihat enumerator di lapangan. Penting untuk menuliskan fakta actual tanpa

melebihi atau mengurangi pembahasannya.

Data yang diberikan harus akurat dan konsisten. Penulisan laporan harus sistematis

dan menggunakan bahasa yang jelas dan formal serta menghindari ketidakjelasan

untuk menghindari pemberian ide yang salah atau kesalahpahaman. Hal ini jelas

harus dihindari karena bisa memberi dampak yang buruk, khususnya jika digunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masyarakat luas.

Garis besar laporan AL dan AA cukup jelas. Tidak perlu menulis laporan rumit tetapi

hanya menyajikan hasil seadanya. Garis besar umum tersedia di kotak berikut.

Kotak dengan contoh garis besar laporan lapangan

1. PENDAHULUAN

2. ANALISA NAFKAH HIDUP

a. Seleksi kelompok sosial kritis b. Metode pengumpulan data c. Hasil Analisa Nafkah Hidup

i. Petani agroforestry hulu ii. Nelayan udang di daerah hilir iii. Petani rumput laut hulu iv. Dll.

3. ANALISA AKTIFITAS a. Seleksi aktifitas kritis b. Metode pengumpulan data c. Hasil analisa aktifitas

i. Agroforestry di daerah hulu

Page 37: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

37

ii. Sawah irigasi pemerintah di bagian tengah iii. Dll.

1. Proses produksi 2. Tantangan dan ancaman 3. Potensi

4. PEMBAHASAN HASIL

5. PENEMUAN DAN REKOMENDASI

PUSTAKA

Lampiran 1. Kuesioner dan Panduan Pengumpulan Data untuk Analisa Nafkah

Hidup

Lampiran 2. Kuesioner dan Panduan Pengumpulan Data untuk Analisa Aktifitas

Lampiran 3. Tabel garis besar wawancara yang dilakukan

Pendahuluan di Bab 1 menjelaskan latar belakang dan tujuan proyek. Tujuan harus

jelas dan berkaitan dengan permasalahan lokal. Setelah tujuan, penjelasan umum

mengenai proyek juga diberikan serta lokasi kegiatan. Pendahuluan sebaiknya juga

menjelaskan kapan kegiatan lapangan dilakukan, oleh siapa, dan kapan. Gambaran

umum yang diberikan khususnya berhubungan dengan sumber daya air dan

pemanfaatannya di wilayah tersebut.

Setelah pendahuluan, dua bab berikutnya membahas AL dan AA secara terpisah.

Bab-bab ini menjelaskan secara rinci: penentuan kelompok-kelompok rentan atau

aktifitas-aktifitas kritis dan lokasinya; metode yang digunakan untuk mengumpulkan

dan mengolah data; dan hasil pengolahan data untuk setiap kelompok rentan atau

aktifitas kritis yang diwawancara.

Dalam dua bab lainnya, kegiatan lapangan dijelaskan dan hasil, hasil yang

memungkinkan, serta rekomendasi juga diberikan. Pembahasan, contohnya, bisa

tntang interpretasi awal dari hasil dan pengamatan mengenai validitas dan

keterwakilan hasil. Analisis tentatif dapat dilakukan terhadap proses pengumpulan

data itu sendiri, contohnya: (i) merangkum data lapangan (tabel yang

menggambarkan atau kesimpulan tentang, contohnya, hasil panen dan harga); dan

(ii) merefleksikan metode wawancara dan pengumpulan data. Penemuan dan

rekomendasi sebaiknya dibatasi pada pengalaman dengan kegiatan lapangan dan

TIDAK membahas analisis permasalahan pengelolaan sumber daya air di daerah

aliran sungai tersebut.

Dua hal penting lainnya dalam pelaporan:

Peta menunjukkan lokasi wawancara dan semua lokasi lain yang dibahas

dalam laporan; dan

Daftar pustaka semua referensi luar yang digunakna dalam kegiatan lapangan,

dan interpretasinya.

Page 38: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

38

Foto kegiatan dan kondisi rumah tangga juga sangat diperbolehkan sebagai gambar

pelengkap untuk laporan.

Sub-bab V.1. dan V.2. memberi contoh garis besar laporan AL dan AA dari DAS Air

Bengkulu dan Lamasi. Masing-masing diawali oleh Penentuan aktifitas kritis (bab I);

Metode pengumpulan data (bab II); dan Hasil (bab III). Penjelasan lebih jauh

diberikan di sub-bab berikutnya.

V.1. LAPORAN ANALISA NAFKAH HIDUP

Seperti yang telah dijelaskan di atas, garis besar laporan AL adalah: penentuan

kelompok rentan; metode pengumpulan data; dan hasil Analisa Nafkah Hidup.

Diskusi mengenai bagaimana kelompok rentan ditentukan dan bagaimana sampel

dipilih harus ditulis dengan jelas. Setiap daerah aliran sungai, yang jelas memiliki

permasalahan berbeda, akan membutuhkan pendekatan berbeda untuk

mengidentifikasi kelompok-kelompok tersebut.

Dibutuhkan imajinasi dan kreativitas untuk membentuk gambaran utuh dari kondisi

strategi nafkah dan persepsi dari kelompok rentan yang dipilih. Data terkumpul

adalah potongan-potongan informasi yang harus disusun dengan hati-hati untuk

menyusun cerita yang utuh dan menarik dan mudah dimengerti pembaca.

Penting untuk selalu menulis bagaimana wawancara dilakukan. Walaupun ada

panduan umum situasi sebenarnya mungkin berbeda dan membutuhkan

pengarahan. Penjelasan metode akan dapat menjelaskan hasil yang diperoleh. Ini

berkaitan dengan waktu pelaksanaan wawancara; saat enumerator melakukan

wawancara di malam hari, setelah waktu sholat, mereka kemungkinan akan

memperoleh informasi yang lebih baik dibandingkan wawancara yang dilakukan di

sawah atau kebun di waktu bekerja di siang hari. Di desa, masyarakat umumnya

berkumpul untuk bercengkerama di malam hari. Disarankan untuk melakukan

wawancara terpisah bagi pria dan wanita untuk memberi perhatian lebih pada

responden.

Wawancara dilakukan dengan memberi pertanyaan terbuka berdasarkan panduan

AL. Untuk setiap kelompok kritis, wawancara dilakukan terhadap beberapa keluarga

terpilih sebagai sampel. Data lapangan dari wawancara kemudia ditulis sebagai

bahan laporan lapangan. Setiap rumah tangga dilaporkan dalam sub-bab berbeda,

tetapi kita dapat meringkas kondisi kehidupan keseluruhan di bagian akhir sebagai

kesimpulan.

V.2. LAPORAN ANALISA AKTIFITAS

Seperti yang telah dijelaskan di atas, laporan AA adalah: penentuan aktifitas kritis;

metode pengumpulan data; dan hasil analisa aktifitas.

Analisis data harus dilakukan seakurat mungkin. Contohnya, perhitungan biaya

produksi dan penghasilan petani saat panen harus seakurat mungkin. Kemampuan

mengkonversi berbagai data sangat dibutuhkan untuk memperoleh nilai-nilai yang

Page 39: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

39

dapat dibandingkan (rupiah). Kesalahan dalam konversi data akan menyebabkan

perhitungan yang salah, yang sangat beresiko karena dapat menyebabkan

kesalahan kesimpulan.

Hasil AA disajikan untuk setiap aktifitas kritis. Setiap sub-bab yang memuat lebih

dari satu aktifitas ekonomi menjabarkan poin-poin dari aspek produksi,

halangan/kerusakan, dan tahapan alternatif yang berbeda untuk setiap aktifitas.

Perlu ada waktu yang cukup yang diberikan untuk penulisan laporan, termasuk

untuk merapihkan data awal dari lapangan, pengecekan ulang dengan narasumber

lain serta penulisan ringkasan.

Page 40: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

40

VI. ISU-ISU KUNCI

Bab ini menyajikan isu kunci pelajaran dari uji coba penerapan Panduan AL dan AA

yang telah dilakukan dalam konteks CDP di DAS Lamasi (Kahman H., R.

Mustikasari, 2011a dan Kahman H., R. Mustikasari, 2011b) dan DAS Air Bengkulu

(Andriansyah O. dan Mustikasari R., 2011a dan Andriansyah O. dan Mustikasari R.,

2011b).

Sejauh ini terjadi kebingungan dalam pemahaman dan penggunaan pengertian

antara LA dan AA; rangkaian pertanyaan dalam kuesioner antara kelompok rentan

dan aktivitas kritis. Hal ini terjadi karena petani yang sama menjadi responden untuk

wawancara nafkah hidupnya dan sekaligus aktifitas pertaniannya. Pelaksanaan LA

dan AA untuk petani dan nelayan sebaiknya dilakukan oleh tim yang berbeda dan

memilih responden yang berbeda juga. Rekomendasi: pelaksanaan LA dan AA

dilaksanakan oleh enumerator yg berbeda dan memilih responden yang berbeda

juga. Wawancara dilakukan dua orang. Seorang bertanya dan yang lain mencatat.

Alat perekam tidak digunakan dalam wawancara.

Training yang paling baik untuk memperbaiki teknik wawancara dan menghasilkan

seorang enumerator yang baik, adalah terus berlatih dan menggunakan pengalaman

lapang yang sudah dimiliki. Merupakan tahapan penting untuk menuliskan data

lapang, memasukkan ke dalam tabel-tabel dan membuat ringkasan dari catatan

harian, sehingga memudahkan ketua tim untuk memeriksa. Rekomendasi: jika

wawancara dilaksanakan di pagi hari, maka proses penulisan/verfikasi

data/presentasi/diskusi dilakukan pada sore harinya. Jangan pernah menaruh data-

data lapang di laci dan dibiarkan beberapa hari. Ketua tim studi ini harus

memberikan instruksi kepada para enumerator sebelum dan sesudah pelaksanaan

wawancara dan selama proses penulisan laporan dilakukan.

Rekomendasi pelaksanaan training enumerator yang dilakukan melalui tiga tahap:

Pelatihan dalam kelas, memperkenalan kuisioner, mengenali konsep dan

panduan AL&AA secara mendalam, memberika gambaran aspek budaya dari

masyarakat lokal yang hendak diwawancarai, memberikan pemahaman tingkat

kekritisan sebuah aktifitas ekonomi.

Uji coba lapangan dilakukan dalam dua tahap. Pertama ketua tim menjadi

instruktur dan berperan aktif melakukan wawancara. Enumerator mengamati

dan membuat catatan, diikuti diskusi tentang latihan tersebut. Tahap kedua,

enumerator mencoba melaksanakan wawancara sedangkan ketua tim

mengobservasi pelaksanaannya, untuk kemudian mendiskusikan dan

memperbaikinya. Selalu laksanakan diskusi dan komentar setelah tahapan

dilaksanakan.

Menggunakan kuesioner terbuka akan memudahkan enumerator berinteraksi

dengan responden, yang sering merasa ragu memberikan informasi atau pertanyaan

yang tertulis di dalam formulir. Pewawancara seringkali mengalami kesulitan

mencatat hasil wawancara selama proses berlangsung dan cerita berbeda bisa saja

Page 41: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

41

muncul walau dari proses wawancara yang sama. Rekomendasi: pakailah dua orang

enumerator berbeda selama proses wawancara; eloborasi hasil wawancara dan

diskusikan dengan ketua tim. Buat sebuah grup diskusi terpisah dimana hasil

wawancara di suatu komunitas dipresentasikan dan didiskusikan. Buat kelompok

diskusi lain untuk membicarakan hasil wawancara dari komunitas yang berbeda.

PUSTAKA

Andriansyah O. dan Mustikasari R., 2011a. Case Description of the Air Bengkulu

River Basin. Telapak. Bogor.

Andriansyah O. dan Mustikasari R., 2011b. Potret Masyarakat dan Aktifitasnya di DAS Air Bengkulu. YUB. Bengkulu.

BPS, 2010. Statistik Indonesia 2010. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

Carney D., 1998. Sustainable Rural Livelihoods DFID, London.

PT Bukit Angkasa Makmur, 1997. Laporan Produksi PT Bukit Angkasa Makmur. Bengkulu. (not published).

Kahman H., R. Mustikasari, 2011a. Field Report on Testing the Livelihood and Activity Analyses in the Lamasi River Basin. Telapak. Bogor.

Kahman H., R. Mustikasari, 2011b. Problem Analyses of the Lamasi River Basin.

Telapak. Bogor.

Page 42: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

42

LAMPIRAN 1. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA)

Analisa Nafkah Hidup (AL) adalah sebuah usaha untuk mengidentifikasi realitas-

realitas kehidupan dari komunitas tertentu. Pengamatan dilakukan di tingkat rumah

tangga untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap tentang aspek sosial ekonomi

sekaligus persepsi keluarga atas pendapatan, aset ekonomi, persoalan yang

dihadapi, sekaligus harapan dan cara alternatif untuk keluarga ini meningkatkan

kehidupan ekonominya.

Terkesan tidak nyata tetapi sesungguhnya terjadi. Strategi nafkah hidup terasa

seolah-olah susah dilihat tetapi sesungguhnya dapat dijelaskan. Dibutuhkan sedikit

imajinasi untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Enumerator dan tim pelaksana studi ini ingin menjelaskan bagaimana komunitas

lokal mengevaluasi kehidupannya yang ditunjukkan dalam beberapa prinsip.

Misalnya apakah mereka percaya bahwa kehidupannya tergolong sejahtera atau

hanya tergolong cukupan saja, tergolong kelompok miskin dan kekurangan;

bagaimana pandangan mereka atas kehidupan mereka dari kacamata mereka

sendiri; apakah mereka merasa cukup mendapatkan pendapatan untuk pemenuhan

kehidupannya; atau apakah mereka rumah mereka sudah pantas untuk ditempati.

Tuliskan nama keluarga yang menjadi responden. Misalnya: Keluarga Ibu Siti, Desa

Ilan Batu, wawancara tanggal 7 Mei 2009.

Terdapat 5 aspek yang membangun strategi nafkah. Penjelasan berikut tentang

kelima aspek itu, dengan beberapa sub-bab yang lebih jauh memberi tambahan

informasi.

1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET

Barang modal

atau aset yang dimiliki oleh sebuah

keluarga7. Ada lima jenis barang modal yang merupakan

tonggak pendukung berjalannya sebuah rumah tangga

(household/KK; kepala keluarga).

Kelima aspek barang modal yang disebutkan di bawah ini,

harus dilihat juga dari segi akses terhadap sumberdaya

external. Misalnya apakah keluarga itu memiliki akses luas

terhadap peningkatan diri anggota keluarganya melalui

berbagai pelatihan informal atau sekolah formal. Atau

akses terhadap perbankan untuk pinjaman rumah (fisik). 7 Barang Modal: tidak selalu menunjuk barang yang diperjual-belikan. Umumnya menunjuk kepada aspek-aspek yang dibutuhkan sebuah keluarga untuk bertahan hidup. Informasi yang bisa kita kumpulkan akan memberikan gambaran tentang kehidupan sebuah keluarga. Kehadiran kelima aset ini adalah penting adanya.

Page 43: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

43

Juga kemungkinan keluarga ini mendapat bantuan dari

sanak keluarga atau handai taulannya (social safety belt;

jaring keamanan sosial) saat mereka mendapat kesulitan.

1.1. ASET MANUSIA

(komposisi keluarga, latar belakang pendidikan, berbagai jenis

pelatihan, kemampuan untuk melakukan migrasi)

Anggota keluarga dikategorikan sebagai aset bagi suatu

keluarga. Tuliskan berapa jumlah anggota keluarga yang

tinggal di dalam satu rumah. Tuliskan selengkap mungkin,

termasuk didalamnya jenis kelamin dan usia.

Juga latar belakang pendidikan baik yang formal maupun

informal yang sedang dan atau sudah dicapai. Berapa orang

lulusan SD, SMP, SMA, dst. Siapa saja yang pernah mengikuti

training PKK, Posyandu, Penyuluh Pertanian, dsb. Penulisan

dalam bentuk tabel memudahkan penulisan.

Adakah kemungkinan bagi keluarga atau anggotanya untuk

bermigrasi ke luar daerah. Misalnya karena memiliki saudara

yang bekerja di Malaysia, maka dia berniat untuk mencari

kerja di sana setelah lulus sekolahnya. Atau dia akan pindah ke

desa lain karena di tempat ini selalu kebanjiran.

Berikut adalah contoh informasi aset manusia yang kita ambil

saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Di dalam satu

keluarga terdiri dari 5 orang, yaitu si ibu dan 4 orang anak

perempuannya yang masih tinggal bersama ibunya. Dua dari

anaknya sudah menyelesaikan SMA, sedangkan dua anaknya

yang lain bekerja di pabrik textil di Bandung”.

1.2. ASET KEPEMILIKAN SUMBERDAYA ALAM

(lahan, kolam ikan, pohon-pohon, akses terhadap air)

Setiap keluarga memiliki aset sumberdaya alam, termasuk

misalnya lahan sawah, kebun, jumlah pohon karet. Akses

terhadap pemenuhan kebutuhan air juga termasuk ke dalam

aset kepemilikan SDA. Misalnya letak rumahnya di dekat sungai,

sehingga keluarga ini bisa mengambil air sungai untuk

pemenuhan kebutuhannya MCK dan masak/minum.

Berikut adalah contoh informasi aset kepemilikan sumberdaya alam yang kita

ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Tidak ada lahan selain tanah

yang diatasnya terdapat rumah yang ditempati keluarga itu. Luas keseluruhannya

Page 44: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

44

hanya ¼ ha. Di lahan pekarangan depan, ditanami jagung yang biasa dipanen 3

kali setahun. Kebutuhan air sehari‐hari dari sumur yang dimiliki keluarga ini yang

terletak di pekarangan belakang rumah sehingga memudahkan pengambilan air

untuk kebutuhan sehari‐hari. Kualitas air sungai ini bagus sehingga keluarga ini

tidak perlu membeli air minum galon”.

1.3. ASET FINANSIAL

(peluang pekerjaan yang ada dan yang dilakukan, berapa

pendapatannya, tabungan, biaya hidup, akses ke perbankan

atau koperasi, musim yang bisa mempengaruhi kehidupan)

Berikut adalah contoh informasi aset finansial yang kita ambil

saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Mata pencahariannya

adalah seorang pedagang sayur. Sayuran yang dijual terkadang

dibeli dari petani sekitar dan sebagian hasil tanaman dari kebun

sendiri. Biaya yang harus dikeluarkan rutin yaitu transportasi

sebanyak 3 kali dalam seminggu, sebesar Rp 14.000 pulang

pergi. Dengan pendapatan kotor sebesar Rp 100.000

perminggu, dan pengeluaran transport sebesar Rp 42.000,

maka si petani mendapatkan kurang dari Rp 60.000/minggu.

1.4. ASET FISIK/ALAT‐ALAT BERAT

(alat pertanian seperti traktor, kerbau dan sapi untuk membajak

sawah).

Setiap rumah tangga memiliki aset fisik. Misalnya berupa rumah,

ternak sapi, traktor, kendaraan mobil dan motor, dsb. Alat fisik

ini dipergunakan oleh keluarga ini untuk berproduksi dan

mendapatkan pendapatan untuk kelangsungan hidupnya. Siapa

yang biasa menggunakan motor/traktor dan bagaimana

perawatan alat‐alat fisik yang dimiliki ini. Adakah alat fisik ini

disewakan dan menjadi tambahan pendapatan keluarga.

Tuliskan apakah rumah yang ditempati adalah milik

sendiri, sewa atau tinggal bersama orang tua.

1.5. ASET SOSIAL

(jaringan formal/informal, jaring pengaman sosial saat

terjadi kesulitan; akses terhadap program pembangunan

yang disediakan pemerintah dan program umum lainnya)

Aset sosial menunjuk pada jejaring yang dimiliki sebuah

keluarga. Hubungan ini bisa bersifat formal atau informal.

Page 45: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

45

Misalnya jika terjadi suatu bencana, kematian kepala keluarga,

apakah keluarga ini memiliki asuransi jiwa di sebuah perusahaan

asuransi. Atau keluarga dan tetangga terdekatnya akan

membantu sehingga keluarga ini tetap bisa bertahan hidup.

Uraikan jika keluarga ini punya akses terhadap perbankan atau

lembaga perekonomian lainnya seperti koperasi atau Credit

Union.

Berikut adalah contoh informasi aset sosial yang kita ambil saat

berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Awalnya rumah tersebut

adalah milik suaminya, setelah suaminya meninggal yang

menjadi ahli waris adalah sang istri. Rumah bagian belakang

diberikan kepada salah satu anaknya sedangkan si ibu yang

merupakan ahli waris pemilik rumah tinggal dirumah panggung

(bagian depan). Satu anaknya tinggal dan bekerja di Bandung

bersama seorang relatif yang diajak bersama-sama merantau.

Anaknya yang lain bekerja menjadi guru SD dan tinggal di Kota

Palopo.

2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN

Setiap keluarga memiliki strategi dan pilihan aktivitas yang

berbeda agar keluarga ini bertahanmemenuhi kebutuhan

hidupnya. Alasan pemilihan strategi dan aktivitas akan berbeda

untuk setiap keluarga.

Berikut adalah contoh informasi bagaimana strategi sebuah

keluarga untuk bertahan hidup yang kita ambil saat berlatih di

kawasan hilir DAS Lamasi. “Beberapa keluarga yang tidak

memiliki lahan pertanian untuk digarap, mencari pekerjaan

diluar kampung seperti merantau ke Kalimantan, Irian, Jawa.

Keluarga-keluarga ini sesungguhnya memiliki sepetak kebun

coklat yang terletak di bagian depan rumahnya, tetapi sejak

tahun 2000 saat banjir datang teratur, tanaman coklat menjadi

tidak produktif. Tanaman ini rusak karena keseringan banjir dan

diserang hama penyakit. Keluarga ini menanam jagung yang

memiliki daur panen lebih pendek untuk menambah pemasukan

sedangkan sang suami sebagai kepala keluarga pergi merantau

ke luar daerah”.

TIPE-TIPE PRODUK DAN NON-PRODUK

Di dalam kegiatan pertanian pada umumnya, terdapat lebih dari satu jenis produk

yang bisa dihasilkan, misalnya memelihara ikan diantara air padi sawah, atau

Page 46: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

46

berbagai produk tanaman tumpangsari. Ada berbagai tipe-tipe produk pertanian,

misalnya seorang petani bisa menghasilkan gabah, padi, berbagai sayuran dan

buah-buahan, dsb. Selain produk utama, kegiatan pertanian bisa juga menghasilkan

produk sampingan (non-produk). Yaitu hasil sampingan yang seringkali tidak kita

inginkan terjadi, misalnya limbah kimia dari proses produksi pertanian yang memakai

pupuk kimia, kerusakan lingkungan seperti deforestasi atau erosi badan sungai.

Beberapa pertanyaan:

Apa yang menjadi produk utama? Apa yang menjadi produk pertanian

tambahan?

Apa tipe pertanian yang dijalankan (misal pertanian irigasi padi sawah, irigasi

tradisional mengandalkan tadah hujan, palawija sayuran, perkebunan kopi,

kebun campuran seperti rambutan dan durian, dsb)?

Seberapa besar produksi yang dihasilkan? Tuliskan unit yang digunakan untuk

mengukur besaran produk (kg, liter, unit pengukuran lokal yang biasa

digunakan).

Output non-produk; apakah dihasilkan buangan? Apakah buangan itu dibuang

begitu saja atau digunakan untuk tujuan lain? Apakah ada perlakuan khusus

terhadap buangan yang dihasilkan? Seberapa besar buangan yang dihasilkan?

Tabel 1. Tipe non-produk yang dihasilkan

NO. JEN IS U SA HA P ENG HAS I L L IMBA H

LI MBA H YANG DIH AS IL KAN

JU MLA H ( KG ATAU L I TE R )

P ER LA KU AN TER HADAP L I MBA H

3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA.

Pendapatan adalah jumlah pemasukan yang diperoleh suatu

keluarga untuk bertahan hidup, membayar tagihan listrik, anak

sekolah, membeli kebutuhan makan/minum, dsb. Pendapatan

bisa berupa uang tunai atau berupa produk, misalnya jagung,

padi, coklat. Pola pendapatan berbeda‐beda, misalnya bisa

setiap bulan untuk pegawai kantoran, atau setiap 6 bulan

setelah masa panen untuk petani padi sawah.

Prioritas. Tuliskan juga apa yang menjadi prioritas

pendapatan. Misalnya yang utama adalah hasil panen padi,

kemudian jagung dan palawija lainnya. Tuliskan juga apa

prioritas utama pengeluaran keluarga ini, apakah pengeluaran

terbesar untuk makanan atau pengeluaran lainnya. Berapa

persentasenya dibandingkan pengeluaran untuk pos lainnya.

Page 47: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

47

Berikut adalah contoh bagaimana strategi sebuah keluarga

untuk bertahan hidup, yang kita ambil saat berlatih di kawasan

hilir DAS Lamasi. “Pendapatan utama dari tanam jagung dan

jualan sayur. Hasil dari jualan jagung dan sayur untuk makan

sehari‐hari serta untuk transport ke pasar.

4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP

(berhubungan dengan komponen utama dari ketahanan hidup:

pendapatan, pangan, kesehatan, air dan perumahan)

Aspek keamanan dan ketahanan hidup suatu keluarga

diartikan sebagai faktor‐faktor ancaman apa saja yang dirasa

seseorang yang akan mengganggu kehidupannya. Ini erat

kaitannya dengan faktor: pendapatan, sumber‐sumber

makanan, kesehatan, akses terhadap air bersih dan

perumahan.

4.1. TITIK LEMAH DAN KELENTINGAN BERTAHAN HIDUP

Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup. Apa titik lemah dari

hidup seseorang, ada bagian hidup yang dirasa penting dan

perlu dipertahankan. sebagai suatu hal yang penting, apa yang

mengancam bagian yang penting itu. Apa titik lemahnya dari

bagian penting itu, yang jika keamanannya terganggu, maka

bagian penting ini menjadi rapuh dan terbuka atas ancaman

lainnya.

Daya lenting adalah kemampuan keluarga informan untuk

bertahan hidup. Misalnya saat banjir datang dan

menenggelamkan rumahnya, apakah keluarga ini mampu

kembali pulih dan beroperasi seperti biasa. Berapa lama

waktu yang dibutuhkan, bagaimana dan apa yang dilakukan

untuk kembali pulih. Seberapa kuat keluarga ini bertahan

terhadap bencana alam banjir, misalnya.

4.2. HUBUNGAN DAN KETERGANTUNGAN TERHADAP AIR

Setiap manusia membutuhkan air untuk kelangsungan

hidupnya. Jelaskan bagaimana hubungan seorang responden

dengan sumber daya air. Apabila dia seorang petani, tentunya

memiliki hubungan dengan air yang berbeda jika sang

responden adalah seorang pegawai bank. Uraikan bagaimana

kualitas hubungan yang terjadi antara informan dengan

sumberdaya air. Apakah hubungan dengan air itu terbentuk

Page 48: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

48

sebagai alat untuk pekerjaannya, atau hanya untuk kebutuhan

hidupnya saja. Seorang petani padi sawah dengan petani

karet/coklat memiliki cara yang berbeda dalam pemakaian air.

Ketergantungan terhadap air lebih menjurus pada informasi tentang kuantitas

hubungan seorang informan dengan air. Misalnya berapa banyak seseorang

menggunakan air, seberapa sering dia menggunakan air. Jumlah air yang

dibutuhkan petani lebih besar dibanding seorang pegawai bank. Tuliskan berapa

besar air yang dibutuhkan seseorang. Dan informasi lainnya yang bisa

menjelaskan seberapa besar ketergantungan seseorang terhadap air.

4.3. ALASAN KERENTANAN DAN SOLUSINYA

Di dalam setiap masalah ada solusi. Setiap orang akan

melihat sebuah masalah berbeda dengan orang lain. Begitu

juga setiap orang melihat solusi yang berbeda untuk

masalah yang dihadapinya. Tuliskan apa yang menyebabkan

sesuatu itu menjadi problem buat seseorang. Dan apa

solusinya menurut orang itu. Apakah solusi itu mungkin

dilaksanakan, atau sangat tidak mungkin. Kenapa, tuliskan

alasannya.

5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN

Setiap manusia memiliki keinginan, sekaligus melihat apa yang

menjadi hambatannya. Tidak perlu diperdebatkan apakah

keinginannya itu mungkin atau tidak mungkin tercapai. Karena

memang yang ingin kita potret adalah persepsi si informan ini.

Misalnya seorang petani yang berkeinginan menjadi pengusaha

sukses seperti Bob Sadino. Tidak ada yang salah dengan

keinginan itu. Diperjelas saja, apa alasan kenapa dia

menginginkan hal itu. Dan apa keraguan, ketakutan,

kekhawatiran, concern (perhatian) dia saat melangkah

mencapai mimpinya itu (hambatan).

Hambatan bisa dikelompokkan berdasar sumbernya. Yang

berasal dari internal, diri si informan itu sendiri dan datangnya

dari luar. Pada umumnya orang lebih mudah menunjuk

hambatan yang berasal dari luar. Misalnya seorang petani yang

punya keinginan menjadi pengusaha, akan mengatakan karena

tidak ada modal. Coba dicari lebih jauh kenapa menurut dia

modal tidak bisa dia dapat. Misalnya jika alasannya karena tidak

ada akses ke bank atau lembaga ekonomi lainnya, maka bisa

ditelusuri kenapa itu terjadi. Apa alasan bank saat permohonan

sang petani ditolak? Apakah menurut petani itu, hambatan itu

Page 49: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

49

bisa diatasi? Atau sesuatu yang sangat tidak mungkin diatasi.

Tuliskan apa pandangan sang informan itu tentang solusi dan

kemungkinan solusi itu terealisasi.

Berikut adalah beberapa contoh jenis‐jenis harapan yang

didapat dari sebuah keluarga yang desanya terkena banjir

secara rutin di hilir DAS Lamasi. “Harapan keluarga ini adalah

adanya penerangan listrik masuk desa, ada bantuan modal

dari pemerintah untuk usaha (jualan barang campuran), ada

perbaikan drainase sehingga air limpahan dari sungai tidak

menggenang di rumah-rumah dan jalan desa, tanggul desa

diperbaiki sehingga aliran air menjadi lancar”.

6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD Berikut ini adalah beberapa tabel yang bisa dipergunakan untuk mengumpulkan data

dari pertanyaan AL.

Nama Responden : Keluarga Bapak/Ibu XX

Usia :

Alamat :

Tabel 1. LA (boleh tidak diisi)

ASS ET AKT I VI TA S/P E NCA HAR IA N/CAP AB I LI TIE S/K EL EN T INGA N

STR A T EGI LI VE L IH OOD

SDA

FISIK

SDM

FI NANS IA

L

SOSIAL

HAM BATAN

STR ATEG I

HAR AP AN

Tabel 2. ASET SDA

NO JEN IS SDA U NI T KE TER A NGAN

1 P OHO N K ELAP A SAW I T

1 0 0 0 BATANG 4 0 0 BATANG BAR U B ER U SIA 5 BU LAN

6 0 0 BATANG SU DA H MEN GHA SI LKA N S ELA MA 1 0 TA HU N

2 KER A MBA I KAN 1 0 KER AMB A 1 KR AMBA M EM BU TU H K AN BIAYA R P 5 0 0 .0 0 0

U KU R ANNYA 8 X5 M E TER

Page 50: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

50

Tabel 3. ASET FISIK

NO JEN IS FI S IK U NI T KE TER A NGAN

Tabel 4. Aset SDM

NO NAMA HU BU NGA N KE LU AR GA

U SIA P ENDID I KAN KE TER A NGAN

IS TR I

Tabel 5. ASET FINANSIAL

NO JEN IS FI NAN S IAL U NI T KE TER A NGAN

Tabel 6. ASET SOSIAL

NO JEN IS SO SIA L U NI T KE TER A NGAN

Tabel 7. AKTIVITAS/PENCAHARIAN/CAPABILITIES/KELENTINGAN

NO U R AIAN KE TER A NGAN

Tabel 8. STRATEGI LIVELIHOOD

HAM BAT AN STR A T EGI HAR AP AN

Page 51: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

51

LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN

Analisis Aktivitas (AA) adalah kajian seputar kegiatan produksi di

suatu areal wilayah. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan

gambaran mengenai kondisi kegiatan produksi di kawasan

DAS,misalnya bagaimana kondisi pertanian di suatu areal

persawahan yang mendapat jaringan irigasi. Kegiatan proses

produksi pertanian diawali dengan persiapan lahan pertanian,

persiapan dan penyemaian bibit tanaman, menjaga lahan

pertanian dari hama dan penanggulangannya, pemanenan dan

pemasaran hasil produksi panen. Menjadi penting juga untuk

melihat bagaimana keterkaitan setiap tahapan kegiatan ini

terhadap air.

Kuesioner di bawah ini fokus terhadap kegiatan pertanian

karena sejalan dengan ketertarikan banyak organisasi

masyarakat sipil dan LSM, yang mencoba menerapakan konsep

Pendekatan Negoasiasi (NA) kepada masyarakat pengguna air.

Kegiatan pertanian sering dikategorikan sebagai kegiatan kritis

sejak ketergantungannya yang utama terhadap air sekaligus

memiliki implikasi sosial yang tinggi. Seberapa besar jumlah air

yang diperlukan dalam suatu kegiatan pertanian tergantung

jenis pertaniannya. Ada berbagai jenis kegiatan pertanian,

seperti pertanian padi sawah/padi sawah irigasi, pertanian

sawah tadah hujan/non-irigasi, pertanian palawija sayuran,

perkebunan monokultur, perkebunan campuran, dsb.

Pengumpulan data dilakukan terhadap beberapa orang petani di

lokasi yang sudah kita tetapkan sebagai kelompok rentan

(vulnerable group), responden lain seperti kepala desa, petugas

penyuluh lapang (PPL), pusat penelitian di universitas, dll.

Penggalian informasi sebaiknya dilakukan dengan cara informal

misalnya dengan melakukan percakapan santai di kebun di sela-

sela waktu istirahat si petani. Untuk mengecek ulang, bisa

melakukan FGD setelah semua pertanyaan kuesioner ditanyakan

atau mengunjungi petugas PPL untuk mendapatkan data

sekunder.

Ada 3 isu dasar yang akan kita kerjakan dalam Analisis Aktivitas

Page 52: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

52

(AA); fungsi produksi, kendala dan kerusakan, dan solusi

alternatif. Kuesioner yang disusun di bawah ini mengikuti ketiga

poin ini.

1. Aspek Produksi. Yaitu berupa data tentang input dan output para aktor

pengguna air, misalnya informasi tentang bagaimana proses pertanian.

Pertanyaan yang ingin kita jawab adalah tentang modal lahan dan

kebutuhan‐kebutuhan lain, aktivitas yang dilakukan mulai dari persiapan bibit

sampai panen, serta pemasarannya.

2. Kendala dan kerusakan. Di dalam bagian ini, kita diminta untuk melihat

kemungkinan yang tidak terduga terjadi. Kita akan menggunakan data ini

untuk melihat seberapa sensitifitas jika suatu hal tidak terduga terjadi.

Misalnya dalam kasus petani, apa yang akan mereka lakukan jika pasokan air

ke sawah/ladang mereka berkurang jumlahnya. Apakah mereka akan mati

kelaparan, atau mereka akan membuat saluran irigasi baru, atau apa. Tidak

jarang kita temukan, jika jumlah air yang mengalir ke sawah berkurang,

maka tidak ada masalah buat petani.

3. Langkah alternatif. Yang dimaksud dengan kegiatan alternatif adalah

pencarian kemungkinan bagi si aktor untuk melakukan suatu aktivitas

ekonomi tetapi dengan cara yang berbeda. Informasi soal kegiatan alternatif

ini bisa didapat dari referensi literatur buku‐buku, majalah atau artikel

internet. Bisa juga kita bicara dengan seorang pakar di bidangnya. Misalnya

kita bicara dengan seorang Penyuluh Pertanian tentang kemungkinan praktek

padi sawah dengan cara efisien. Kita juga bisa bertanya langsung dengan

petani dan menanyakan apa pendapat mereka. Tuliskan saja apa pandangan

mereka, walau misalnya dirasa tidak mungkin dilakukan karena ada banyak

pembatas. Tuliskan saja pembatasnya itu apa.

Misalnya seorang petani merasa bahwa dia bisa menghasilkan

lebih banyak produksi padi, jika saja dia bisa mendapat pasokan

air dengan teratur. Silakan dituliskan kemungkinan pelaksanaan

kegiatan ekonomi aktor pengguna air dengan cara yang tidak

biasa mereka lakukan.

I. FUNGSI PRODUKSI

Fungsi Produksi meliputi data tentang input dan output dari petani saat mereka

melaksanakan aktivitas produksi pertaniannya; produk-produk pertanian yang

dihasilkan (output); sesuatu yang dibutuhkan agar output itu bisa dihasilkan dan

praktek apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pertanian. Pertanyaan yang perlu

Page 53: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

53

kita jawab termasuk lahan, modal dan input lain yang dibutuhkan, tahapan aktifitas

dari mulai persiapan lahan, bibit sampai pemanenan dan pemasaran.

I.1. LAHAN

Terutama dalam produksi pertanian,lahan adalah modal utama

untuk menjaankan produski. Perlu digali informasi seputar luas

lahan, bagaimana kepemilikan lahan dll. Beberapa pertanyaan

kunci untuk membantu pengumpulan data lahan;

Luas Lahan: Berapa luas lahan yang dikelola untuk pertanian?

Kepemilikan Lahan: Bagaimana kepemilikan lahannya? Milik sendiri atau

milik orang lain. Kalau milik orang lain, bagaimana sistem kelolanya; apakah

pinjam atau sewa, dan bagaimana sistem sistem pembayarannya; apakah

bayar dengan uang atau dengan pola bagi hasil?

Tenurial: Bagaimana status lahannya? Misalnya apakah berada di hutan

negara, di tanah adat, atau di lahan milik. Di beberapa lokasi ada banyak

petani yang mengelola lahan di dalam tanah adat dengan sistem waris atau

pembagian tertentu.

I.2. ASPEK PRODUKSI:

Aspek produksi menceritakan tentang hal‐hal yang berkaitan dengan aktivitas

produksi pertanian.

Produk: Apa jenis produk utama dan sampingan yang diusahakan. Dalam

pertanian, ada beberapa pola yang mengembangkan berbagai produk dalam

satu hamparan lahan; misalnya memelihara ikan di sela masa tanam padi di

sawah, atau kebun tumpang sari di kebun‐kebun.

Proses Produksi: Proses produksi ini membentuk siklus yang beragam di

setiap lokasi, dan di masing‐masing petani kadang juga berbeda. Lakukan

eksplorasi mengenai tahapan‐tahapan produski; misalnya pada produksi

pertanian sawah petani membajak sawah, menyiapkan bibit, penanaman,dan

lain‐lain sampai proses pasca panennya. Tuliskan juga pada musim apa saja

proses produksi itu dilakukan.

Input Yang Dibutuhkan: Kebutuhan apa saja yang digunakan dalam setiap

tahap proses produksi. Misalnya pada pertanian dibutuhkan bibit, pupuk,

traktor atau hewan untuk membajak, tenaga kerja, air, dll. Bisa dibantu

Page 54: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

54

dengan tabel, misalnya.

Tabel 1. Kompilasi data input pertanian.

No Input Jumlah Keterangan

1. Lahan 1 ha Lahan sewa. Sistem bagi hasil 2/3 untuk

penggarap 1/3 untuk pemilih lahan. Biaya

ditanggung pemilik lahan.

2. Bibit Rp. 500.000 10 kg / ha dengan Harga bibit Rp50.000,‐/ kg

3. Pupuk

ZA Rp. 325.000 Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 65.000/sak

Urea Rp. 500.000

Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 100.000 /

sak

4. Pestisida Rp.350.000

Kebanyakan petani akan membeli pestisida

ketika memiliki uang tunai.

4. Upah tenaga

kerja Rp. 650.000

5.

Sewa traktor Rp. 750.000

Berkisar antara 750.00 Rp 900.000. Traktor

yang disewakan adalah bantuan dari

pemerintah yang kemudian dijadikan hak milik

oleh pengurus kelompok tani dan kemudian

disewakan

6.

Air Rp. 150.000

Ini adalah uang iuran kelompok P3A. Juga

konversi atas hari kerja yang petani gunakan

untuk memperbaiki kanal dan saluran irigasi.

TOTAL

Rp.

3.225.000

Output: Output ini tidak selalu satu jenis, ada banyak produksi yang

menghasilkan beberapa output. Misalnya pada produski sawah, petani bisa

menghasilkan padi, palawija, mungkin juga ikan, dan sekam padi yang di

beberapa lokasi juga dimanfaatkan. Informasi tentang hasil‐hasil produksi;

mengenai jenis produknya, proses pasca produski (pasca panen), produk

sampingan, dan limbahnya.

Page 55: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

55

Table 2. Jenis-jenis Output per ha yang dihasilkan Petani di Danau Dendam Tak

Sudah, DAS Air Bengkulu.

OUTPUT PER HA

GABAH KERING GILING (RP)

BERAS (RP)

DEDAK TOTAL OUTPUT PER HA

(IDR)

1,840,000 6,784,000 424,000 9,048,000

I.3. EKONOMI

Aspek ekonomi dari hasil produksi pertanian. Berapa harga jualnya, bagaimana

proses pemasarannya, dan bagaimana kemudahan akses pasarnya. Cara pemasaran

ini sangat beragam di setiap lokasi; misalnya ada yang menjual ke pasar, atau

menjual di lokasi karena pedagang langsung datang ke lokasi kebun, atau ada juga

yang menjual dengan sistem ijon (dibeli pada saat sebelum panen).

Pertanyaan pertama adalah berapa besar produksi panennya. Apakah hasil

produksinya dijual atau dikonsumsi sendiri.

Kalau produksi dijual, berapa harga jualnya.

Bagaimana proses penjualan produk-produk pertanian yang dihasilkan. Ke pasar

mana produk pertanian biasa dibawa. Atau apakah si pembeli datang langsung

ke tempat produksi. Apakah akses terhadap pasar mudah dilakukan. Apa

hambatan yang dihadapi dalam pemasaran produksi pertanian.

Adakah harga yang ditetapkan pemerintah(farm gate prices8) berlaku di daerah

itu?

Table 3. Data Ekonomi untuk Kegiatan Pertanian9

NO PRODUKSI ATAU TIPE JASA

JUMLAH YANG

DIHASILKAN

JUMLAH YANG

DIJUAL

HARGA JUAL

TEMPAT MENJUAL PRODUK

I.4. CONTOH TABEL OUTPUT DAN INPUT PERTANIAN

Berikut adalah contoh tabel hasil kompilasi yang dipakai untuk menampilkan output

dan input proses produksi. Data ini adalah data pertanian padi sawah di sekitar

Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu. Untuk proses produksi pertanian

lainnya seperti kelapa sawit, perikanan bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

8 Pemerintah mendukung adanya penetapan harga gabah kering giling tetapi tidak selalu berjalan di setiap daerah dengan baik.

9 Untuk setiap petani, buat tabel berbeda.

Page 56: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

56

Tabel 4. Output dan input pertanian padi sawah di sekitar Cagar Alam Danau

Dendam Tak Sudah, DAS Air Bengkulu.

PETANI

LUAS LAHAN

INPUT (PER HA)

BENIH

PUPUK TENAGA KERJA

TRAKTOR

PESTISIDA

TOTAL

INPUT

PER HA

UREA

PHOSKA

NPK TANAM

PANEN

MURIN

0,75

400.000

800.000

533.333

0 800.000

266.667

1.033.33

3

533.333

4.366.66

7

RUSMAYAN

0,30

400.000

250.000

333.333

333.333

0 333.333

1.083.33

3

500.000

3.233.33

3

RUSLAN

0,50

200.000

0 0 0 720.000

720.000

1.100.00

0

480.000

3.220.00

0

OUTPUT PER HA INCOME PER HA

GABAH BERAS DEDAK TOTAL

OUTPUT PER HA

TOTAL INCOME

BAGI HASIL

NET INCOM

E

1.840.000 6.784.000 424.000 9.048.000

4.681.333

1840000

2.841.333

2.400.000 7.360.000 440.000 10.200.000

6.966.667

2400000

4.566.667

0 10.120.00

0 - 10.120.000 6.900.00

0 0 6.900.

000

I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI

Pengumpulan informasi tentang organisasi atau kelompok tani

dimaksudkan untuk mengetahui peran oranisasi bagi

peningkatan produktivitas dan perbaikan kesejahteraan

masyarakat/petani.

Organisasi Apa: (Kelompok tani atau organisasi lain) apa saya yang diikuti

oleh petani, yang berhubungan dengan kegiatan pertaniannya. Misalnya di

Page 57: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

57

areal persawahan di Saluran Irigasi Lamasi Kanan, ada beberapa petani yang

ikut dalam P3A namun banyak juga yang tidak ikut menjadi anggota

kelompok ini. Selain organisasi P3A, terdapat organisasi kelompok tani lain.

Keaktifan organisasi tersebut. Seberapa aktif organisasi ini beroperasi.

Berapa banyak anggotanya.

Manfaat organisasi tersebut bagi petani dan kegiatan produksi pertanian di

kawasan tersebut. Adakah keuntungan menjadi anggota organisasi.

I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN

Bagian ini menjelaskan peranan pemerintah dan pihak‐pihak lain

di luar petani. Misalnya program bantuan bibit dari pemerintah,

atau bantuan pembinaan kelembagaan dari LSM.

Apa saja program‐program pemerintah yang ada di lokasi tersebut yang

berhubungan dengan peningkatan produksi misalnya.

Bagaimana dampaknya bagi produktivitas di areal tersebut, dan bagaimana

keberlanjutan program tersebut. Apakah program masih berjalan saat

pendanaan sudah habis.

II. PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS

Halangan dan Kerusakan: untuk bagian ini, enumerator mencoba mencari

kemungkinan solusi untuk persoalan yang dihadapi yang mungkin tidak bisa dilihat

oleh orang luar. Misalnya persoalan kekurangan air, apa yang akan dilakukan petani

jika kekurangan air ke lahan sawah atau perkebunan sayur terjadi. Apakah mereka

akan mengalami gagal panen atau petani akan mencoba membangun saluran irigasi

baru. Bukan suatu hal yang biasa terjadi untuk petani menjadi tidak peduli terhadap

berkurangnya pasokan air.

Jenis Masalah: Bagian ini mencoba menggali peristiwa‐peristiwa apa saja yang

mengganggu jalannya proses produksi pertanian; misalnya serangan hama,

bencana banjir, kekurangan air saat kemarau, dll.

Besarannya: Berapa besar dan berapa sering peristiwa itu terjadi. Beberapa

besar dampak kerusakannya? Berapa banyak petani yang dirugikan? Berapa

besar kerugian ekonomi yang diakibatkan?

Pertanyaan terkait air: jika terjadi kekurangan air, menurut Bapak apa yang

akan terjadi. Apa alasannya.

Prediksi: apakah potensi terjadinya kerusakan bisa diperkirakan. Bagaimana

caranya.

Page 58: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

58

III. HARAPAN UNTUK PENINGKATAN

Alternatif ukuran-ukuran yang dipertimbangkan termasuk kemungkinan

melaksanakan kegiatan proses produksi dengan cara yang berbeda. Kuncinya

terletak pada penekanan apakah output yang sama bisa dicapai dengan kombinasi

input yang berbeda, misalnya mencoba berbagai jenis bibit yang lebih tahan

terhadap kekurangan air atau lebih tahan terhadap hama. Terkait isu ini adalah

pertanyaan terkait harapan untuk perbaikan. Sub-bab berikut memberikan contoh

pertanyaan-pertanyaan.

Informasi terkait berbagai aspek ini dapat dikumpulkan dari berbagai buku dan

literatur, majalah atau artikel di internet. Enumerator dapat berkonsultasi dengan

seorang ahli. Misalnya dengan seorang petugas PPL tentang praktek yang lebih

efisien untuk pertanian padi sawah; bertanya langsung ke petani tentang apa

pendapat mereka. Tuliskan setiap opini yang ada, walaupun jika sang responden

merasa bahwa usulan alternatif-alternatif ini tidak mungkin dilaksanakan karena

berbagai hambatan. Tuliskan juga apa yang menjadi hambatannya.

Misalnya, seorang petani merasa bahwa dia bisa memproduksi lebih banyak padi jika

dia bisa mendapatkan aliran air lebih teratur. Tuliskan kemungkinan aktivitas

ekonomi lain yang menurut responden bisa dilakukan, walau itu merupakan hal yang

tidak biasa.

III.1. HARAPAN DAN INISIATIF UNTUK PERBAIKAN

Bagian ini menjelaskan apa saja harapan dan upaya yang

dilakukan masyarakat/petani untuk meningkatkan produktivitas

pertanian dan kesejahteraannya. Harapan‐harapan tersebut bisa

beraneka ragam.

Apakan kegiatan pertanian yang selama ini mereka jalankan sudah berjalan

baik atau ada peluang untuk lebih meningkatkan hasil. Bagaimana.

Terkait dengan studi meja yang dilakukan enumerator; periksa apakah

kegiatan proses produksi yang sekarang dijalankan petani sudah memadai

atau ada hal lain yang bisa diperbaiki. Pertanyaan ini bisa diperiksa melalui

literatur atau internet, atau bisa juga dengan berkonsultasi dengan petugas

pertanian yang berkompeten. Bagaimana cara peningkatan produksi yang

mungkin dilaksanakan petani.

Kesulitan dan tantangan apa yang mungkin timbul jika solusi alternatif ini

dijalankan.

Apakah petani optimis bahwa mereka sendiri dapat melakukan perubahan.

Apa alasannya.

Page 59: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

59

Perluasan lahan: Apakah petani punya harapan untuk memperluas lahan

untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Atau petani penggarap punya

harapan untuk memiliki sendiri lahan pertanian sehingga hasil ekonomi dari

panennya bisa lebih menguntungkan.

Produk lain: Apakah petani ingin beralih ke jenis produk yang lain, ataukan

ingin menambah (diversifikasi) jenis produk.

Teknik pertanian: Apakah petani punya harapan untuk meningkatkan

pengetahuan teknik pertanian? Ataukah ingin mengembakan teknologi yang

lebih modern.

Pemasaran: Bagaimana harapan petani untuk meningkatkan pemasaran

produknya. Apakah dengan kemudahan pasar ke pabrik besar atau bisa

ekspor, atau harapan agar harga produk bisa stabil.

III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN

Apa kendala‐kendala yang menurut petani mereka akan hadapi

untuk mencapai perbaikan kondisinya, sehingga membatasi

petani dalam melakukan berusaha meningkatkan mutu

pertaniannya. Misalnya pada petani sawah irigasi mereka ingin

meningkatkan durasi tanam dari 2 kali setahun menjadi 3 kali

setahun, namun dibatasi oleh sulitnya air, atau sulitnya

mengajukan usul ke GP3A dan Dinas PSDA untuk pengaturan air

supaya bisa 3 kali tanam. Hal ini menjadi faktor pembatas yang

harus diatasi terlebih dahulu kalau petani ingin meningkatkan

intensitas tanamnya.

IV. KETERGANTUNGAN TERHADAP AIR.

Dalam analisis ini, kita memfasilitasi petani responden untuk membuat perangkingan

mengenai seberapa tingkat persepsi mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan;

pendapatan, air, makanan, dan rumah. Aspek penilaian meliputi nilai pentingnya,

alasan kenapa kebutuhan itu penting, dan hubungannya dengan air.

Tuliskan menurut si petani, kelompok kebutuhan mana yg memiliki nilai paling tinggi

dalam pemenuhan keperluan hidupnya. Dalam contoh dibawah ini, kebutuhan atas

air mendapat poin no 1, karena merasa bahwa air adalah hal yg memastikan semua

proses produksi pertaniannya berjalan, sehingga memastikan seluruh anggota

keluarga bisa bertahan hidup. Sedangkan makanan menjadi poin no 2. Begitu

seterusnya.

Page 60: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

60

Dalam kolom berikutnya dituliskan rangking berbagai kebutuhan sehari-hari

kaitannya dengan akses dan keberadaan air. Apakah pendapatan yg mereka bisa

hasilkan sangat tergantung terhadap keberadaan air? Apakah makanan yg mereka

konsumsi setiap harinya sangat tergantung keberadaannya dengan akses terhadap

air? Apakah ada ganguan kesehatan karena kualitas atau kuantitas air yg mereka

pakai sehari-hari? Jika kebetulan yg diwawancarai adalah petani, tentunya nilai

ketergantungan ini akan tinggi. Akan berbeda jika yg diwawancarai adalah pegawai

sebuah perusahaan swasta yang nafkah hidupnya didapat dari gaji bulanan dari

kantornya, misalnya. Berikut adalah contoh isian seorang petani di bagian hilir DAS

Lamasi.

Jangan lupa tuliskan alasan dan penjelasan kenapa sang responden memberi

penilaian seperti itu.

Tabel 5. Rangking Nilai Ketergantungan terhadap Air.

P E ND AP A TA N P ANG AN AIR

KE SE H AT AN RU M AH

KE TE R A NGA N

RA NG KI NG P E NTI NG NY A

5 2 1 3 4

KE TE R K AIT AN TE RH A DAP

AIR

TIN GGI TIN GGI TIN GGI TIN GGI TIN GGI

TU LIS K AN ALA SA N NY A

JI KA B AN JI R DA TA NG,

TAN A MA N COK LA T

KA MI T I DA K BE RBU AH .

SAY U RA N YG DI TA NA M DI

KE BU N SA NGA T

TE RG AN TU NG AIR .

AIR ME N J AD I P E NE N TU

HAS IL P ANE N P AD I .

SAA T BAN JI R TIM BU L BAN YA K

P E NYA KI T M UN TABE R

DA N P E NYA KI T

KU LI T.

DE S A KA MI

RU TI N TE R KE N A

BAN JI R SU NG AI LA MA SI .

Page 61: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

61

LAMPIRAN 3. TAHAP PENGOLAHAN KARET REMAH

Sumber: PT Bukit Angkasa Makmur, 1997.

Bahan baku Bokar

Pra-pemotongan

Hammer Mill

Creeper

Pengeringan lembaran

Pemotongan

Pressing

Pengemasan

Penyimpanan

Pengeringan

Limbah padat dan cair

Limbah padat dan cair

Limbah padat dan cair

Limbah padat dan cair

Page 62: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

62

LAMPIRAN 4. PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI SAWAH IRIGASI DAN NON-

IRIGASI DI DAS LAMASI

Petan

i

Input per ha Total

Input

Rp

per

ha

(IDR)

Output Pendap

atan

Bersih

(IDR)

Produktivitas

per ha

Lua

san

Lah

an

(ha)

Bibit

Trak

or

Peralt

an

Perta

nian

Air

(IDR

)

Lah

an

(ID

R)

Pupuk Upah Buruh (hari) Padi

dalam

karun

g (115

kg/kar

ung)

IDR Pad

di

(kg)

IDR

(Rp.21

00/ kg)

(IDR

)

(IDR

)

Urea

(IDR

)

Fosk

a /

Adik

a

(IDR

)

Kim

ia /

Pos

tik

(ID

R)

Penana

man

(IDR)

Pane

n

(IDR)

Doros

(IDR)

Bapa

k

Yang

sen10

0.5 130,

000

750,

000

Cang

kul,

AritA

400,

000

NA 390,

000

130,

000

30,

000

500,00

0

240,0

00

1,600,

000

4,170,

000

25 6,037,5

00

3,952,5

00

,750 12,075

,000

10

Bapak Yangsen tinggal di Desa To’lemo, Kecamatan Lamasi Timur di bagian tengah DAS Lamasi, yang berbatasan dengan desa-desa di bagian hulu. Yangsen bergantung pada air hujan dan irigasi kecil dari buangan irigasi untuk sawahnya. Ia memiliki 0.5 ha sawah padi. Dalam laporan ini Yangsen dikategorikan sebagai petani non-irigasi.

Page 63: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

63

Bapa

k

Jardin11

1.25 64,0

00

36,0

00

Cang

kul,

AritA

160,

000

NA 416,

000

320,

000

12,

000

384,00

0

1,632,

000

3,072,

000

6,096,

000

120 28,980,

000B

3,466,2

50

11,0

40

23,184

,000

Bapa

k

Pong

Labb

a12

2.25 177,

778

800,

000

Cang

kul,

AritA

44,4

44

NA 133,

333

57,7

78

6,6

67

444,44

4

868,8

89

1,635,

556

4,168,

889

195 47,092,

500

37,712,

500

9,89

0

20,769

,000

A: Setiap petani memiliki cangkul sebagai peralatan dasar. Petani butuh bertahun-tahun untuk membeli cangkul baru.

B: Lihat tabel perhitungan pendapatan Pak Jardin

11

Bapak Jardin tinggal di Desa To’lemo, Kecamatan Lamasi Timur. Desa ini terletak di bagian tengah DAS Lamasi dan berbatasan dengan desa-desa di bagian hulu. Sebagian besar wilayah ini mendapatkan irigasi dari Bendung Lamasi. Sayangnya Jardin tidak memiliki akses ke sistem irigasi dan karena itu dikategorikan sebagai petani non-irigasi. Ia bekerja sebagai petani penggarap di 1.25 ha sawah milik orang lain.

12 Bapak Pong Labba tinggal di Desa Padang Kalua, Kecamatan Lamasi. Desa ini terletak di bagian tengah DAS Lamasi, berbatasan dengan desa-desa di

bagian hulu. Kawasan ini mendapat aliran air irigasi melalui Bendung Lamasi, begitu juga Pak Pong Labba yang mendapat aliran irigasi untuk 2.25ha lahan

padi miliknya.

Page 64: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

64

LAMPIRAN 5. TABEL INPUT AND OUTPUT KEGIATAN PERTANIAN DI DAS LAMASI

Dalam lampiran ini, dituliskan tabel-tabel detil berisi keterangan input dan output, dan tabel perhitungan pendapatan untuk Bapak Yangsen,

Bapak Jardin dan Bapak Pong Labba. Data-data dalam tabel-tabel ini berasal dari pertanyaan kuesioner yang diajukan ke reponden, kemudian

dikompilasi.

Tabel 1. Daftar Kebutuhan Faktor Pertanian (input) Bapak Yangsen (0,5 ha)

N

o

Kebutuhan Jumlah

kebutuhan

Harga Total

(Rp)

Catatan

Jumlah Satuan Rp Per Satuan

1. Bibit 13 kg 5.000 kg 65.000 Membeli

2. Traktor - - 750.000 ha 375.000 Sewa

3. Air 5 hari 40.000 hari 200.000 Rata-rata diperlukan 5 hari untuk

menyelesaikan saluran.

Pupuk

Urea 3 sak 65.000 sak 195.000 1 sack is 150 kg

Phoska 1 sak 65.000 sak 65.000 -

Bahan Kimia (postik) 1 kg 150.000 Kg 15.000 Digunakan untuk 10 kali musim

5. Biaya penanaman - - 500 Ha 250.000 Borongan

Biaya Pemanenan

(tenaga kerja)

3 Hari 40.000 Hari 120.000 Dilakukan sendiri oleh pak yangsen, dibantu

oleh anaknya

Biaya doros (proses

pemisahan dari

batang menjadi bulir

padi)

25 Sak 32.000 Sak 800.000 Sewa

Page 65: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

65

2.085.000

Tabel 2. Tabel perhitungan pendapatan Pak Yangsen (panen dilakukan per 6 bulan).

Sumber Biaya yang dikeluarkan

(Rp)

Hasil penjualan Selisih

Jenis Jumlah satuan Perhitungan Hasil (Rp) Perhitungan Hasil (Rp)

Padi 25 sak 2.085.000 25 sak x 115 kg x Rp 2100 6.037.500 6.037.500 - 2.085.000 3.952.500

Tabel 3. Daftar Kebutuhan Faktor Pertanian (input) Bapak Jardin (1,25 ha)

No Kebutuhan Jumlah yang

dibutuhkan

Harga

Total (Rp)

Catatan

Jumlah Satuan (Rp) Per

satuan

ditanggung

pemilik lahan

Ditanggung

oleh petani

1. Bibit (biaya tenaga

kerja )

2 hari 40.000 hari - 80.000 Dilakukan sendiri

2. Traktor (bahan

bakar diesel)

10 liter 4.500 liter 45.000 - Traktor milik majikan, tidak perlu sewa. Hanya isi

solar.

3. Air (biaya tenaga

kerja )

5 hari 40.000 hari - 200.000 Rata-rata diperlukan 5 hari untuk menyelesaikan

saluran.

4. Pupuk

Urea 8 sak 65.000 sak 520.000 - 2 x / bulan, untuk 4 bulan

Adika 8 sak 50.000 sak 400.000 - 2 x / bulan, untuk 4 bulan

Page 66: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

66

Bahan Kimia

(postik)

1 kg 150.000 kg 15.000 - Digunakan untuk 10 kali musim

5. Biaya tenaga kerja

Penanaman (3

orang

4 hari 40.000 hari - 480.000 Dilakukan sendiri, dibantu oleh istri dan anak.

Pemotongan padi 120 Sak 17.000 Sak 2.040.000 - Individu (buruh). Dibayar oleh si pemilik lahan.

Doros 120 Sak 32.000 Sak 3.840.000 - Dibayar oleh si pemilik lahan.

6.860.000 760.000

Total biaya produksi: Rp. 7.620.000

Catatan : pada saat panen, semua biaya produksi yang dilkeluarkan oleh pak jardin diganti oleh majikannya, kecuali biaya upah (pembuatan

bibit, pembuatan kanal air untuk irigasi, dan upah penanaman).

Tabel 4. Perhitungan pendapatan Pak Jardin

Sumber Biaya yang dikeluarkan

(Rp)

Hasil penjualan Selisih

Jenis Jumlah satuan Perhitungan Hasil (Rp) Perhitungan Hasil (Rp)

Padi 120 sak 7.620.000 120 sak x 115kg x Rp 2.100 28.980.000 28.980.000 – 7.620.000 21.360.000

pekerja * 102,5 sak 6.860.000 102,5 sak x 115 kg x Rp 2.100 24.753.750 24.753.750 – 6.860.000 17.893.750

Pak

Jardin*

17,5 sak 760.000 17,5 sak x 115 kg x Rp 2.100 4.226.250 I4.226.250 –760.000 3.466.250

* Sistem pembagian 1:6. Pak Jardin dapat 1 karung dan majikan 6 karung.

Page 67: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

67

Tabel 5. Daftar Kebutuhan Faktor Pertanian (input) Bapak Pong Labba (2,25 ha)

No Kebutuhan Jumlah yang dibutuhkan Harga Total

(Rp)

Catatan

Jumlah Satuan Rp Per Satuan

1. Bibit 80 kg 5.000 kg 400.000 Dibeli dari Kelompok Tani

2. Traktor (untuk 2,5 ha) ± 3 hari 750.000 ha 1.800.000 Borongan 13

3. Air - - - - 100.000 -

4. Pupuk

Urea 4 sak 75.000 sak 300.000 Harga pupuk urea Rp.65.000/kg, tetapi karena berhutang, harus membayar 75.000/kg.

Phoska 2 sak 65.000 sak 130.000 -

Bahan Kimia (postik) 1 kg 150.000 kg 150.000 Digunakan untuk 10 kali musim

4. Biaya tenaga kerja

Penanaman (untuk 2,5 ha) - - 500.000 ha 1.000.000 Borongan

Pemotongan padi (115 sak*) - - 17.000 sak 1.955.000 Individu (buruh)

Doros (115 sak*) - 32.000 sak 3.680.000 Borongan

Total Biaya Produksi = Rp 9.380.000

*Satu sak =115 kg.

Tabel 6. Perhitungan Pendapatan Pak Pong Labba.

13 Jumlah tenaga kerja berkisar antara 5-10 orang

Page 68: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

68

Sumber Biaya yang dikeluarkan

(Rp)

Hasil penjualan Selisih

Jenis Jumlah satuan Perhitungan Hasil (Rp) Perhitungan Hasil (Rp)

Padi (115 sacks

are sold, 80 are

kept for self-

consumption)

195 sak 9.380.000

195 sak x 115 kg x Rp 2.100 47.092.500 47.092.500 – 9.380.000

37.712.500

Istri sebagai

guru SD

1.000.000 bulan - - - 1.000.000 1.000.000

Penjualan hasil

kebunseperti

cempedak dan

durian *.

500.000 Panen/

tahun

Penjualannya dilakukan

di tempat, tidak

membutuhkan uang

transportasi.

- 500.000 500.000 500.000

* Pendapatan dari hasil kebun harus dibagi bersama diantara ke-6 saudaranya. Tetapi rata-rata Pak Pong bisa mendapat 500.000/tahun baik

dari durian atau cempedak.

Page 69: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

69

PENULIS:

Penulis

Rita Mustikasari

Koordinator Program Air (2010-2012), Telapak Bogor, Indonesia

[email protected]

Gelar Master dari Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2005 dan

sarjana dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 1994. Menjadi peneliti muda dalam bidang Hasil

Hutan Bukan Kayu di CIFOR (Center for International Forestry Research Organisation)

1995-2002. Menghabiskan waktu satu tahun magang sebagai Indonesian Liason Officer di

World Forest Institute di Portland, Oregon, Amerika Serikat tahun 1994-1995.

Baru-baru ini menerima penghargaan sebagai fellow Joke Waller Hunter Initiative

(http://www.bothends.info/JWH/EnglJokeWallerHunter.html) untuk program „Leadership

Development of Environmental Leaders from the South‟ sejak Juli 2010. Aktif dalam

kegiatan Komunitas Peduli Tjiliwoeng (KPC) (http://www.tjiliwoeng.co.cc/) Bogor untuk

mewujudkan mimpi indah Sungai Ciliwung melalui gerakan sukarela ala komunitas.

Kontributor

Rob Koudstaal ([email protected])

Rob Koudstaal memiliki latar belakang teknik sipil. Beliau pensiun dari

pengalaman panjangnya sebagai seorang konsultan perencanaan

pengelolaan air terpadu dan pengelolaan kawasan pantai di banyak tempat

di dunia. Sejak 2005 terlibat dalam proyek internasional untuk

mengembangkan pendekatan aplikatif untuk konsep Pendekatan Negosiasi

(NA) menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM). Termasuk di

dalamnya pengembangan kapasitas beberapa LSM di Indonesia dan

beberapa negara di Latin Amerika yang mengembangkan konsep NA, dalam

usahanya melibatkan kelompok pengguna air lokal dan komunitas

masyarakat sipil lainnya dalam pembuatan perencanaan dan pelaksanaan

pengelolaan air di wilayahnya.

Page 70: Persepsi Pengguna Air. Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi

70

Telapak merupakan asosiasi dari aktivis LSM, praktisi bisnis, akademisi, afiliasi media, dan

pemimpin masyarakat adat. Telapak bekerja bersama petani dan nelayan untuk menuju

Indonesia yang berdaulat, berkerakyatan, dan lestari.

Telapak mampu melakukan berbagai aktivitasnya melalui koperasi, perusahaan berbasis

masyarakat dalam percetakan, media massa, pertanian organik, dan pengelolaan sumber

daya hutan serta laut secara lestari.

Misi Telapak adalah untuk mempengaruhi kebijakan yang berhubungan dengan konservasi,

untuk membangun dan mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh

masyarakat lokal, dan menghentikan kerusakan ekosistem yang merugikan masyarakat

yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah dengan sumber daya alam yang kaya.

Alamat:

Jl. Pajajaran No. 54 Bogor 16143

Jawa Barat, Indonesia

Phone : +62 251 8393 245

Fax : +62 251 8393 246

Email: [email protected]

Website: www.telapak.org

www.air.telapak.org